15
SELULITIS Agung Hartanto (07120100084) Kepanitraan Klinik FK UPH / Rumkital Marinir Cilandak Jl. Raya Cilandak KKO, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12760 ABSTRACT Backround : Skin diseases caused by Staphylococcus, Streptococcus, or by both called pyoderma. The main cause is Staphylococcus aureus and Streptococcus hemolyticus B, whereas Staphylococcus epidermidis is a normal inhabitant of the skin and rarely fight infections. Pyoderma predisposing factor is the lack of hygiene, immune deficiencies, and has no other skin diseases. One form of pyoderma is cellulitis which will be discussed in this case report. Cellulitis is an acute inflammation primarily affects the dermis and subcutaneous tissue. Risk factors for the occurrence of this infection is local trauma (skin tears), open sores on the skin or vein disorders and lymph vessels. The disease is usually preceded by trauma, because it predileksinya place in the lower leg. There are signs of local inflammation (rubor (erythema), color (warm), dolor (pain) and tumor (swelling)) at the site of infection such as erythema, felt warm, and painful and often occur lymphangitis and systemic symptoms such as fever and an increase in the count white blood cells. Prodormal cellulitis symptoms are fever and malaise, followed by signs of inflammation is swelling (tumor), pain (dolor), redness (rubor), and palpable warmth (heat) in the area. Case study with a 18-years old man presented with complain of pain and red patches on his foot and toe since 2 weeks ago. The patient were treated with gentamycin oinment 1% twice a day. AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 1 KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

SELULITIS lapkas

  • Upload
    agung-h

  • View
    78

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lapkas

Citation preview

Page 1: SELULITIS lapkas

SELULITIS

Agung Hartanto (07120100084)

Kepanitraan Klinik FK UPH / Rumkital Marinir Cilandak

Jl. Raya Cilandak KKO, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta

Selatan 12760

ABSTRACT

Backround : Skin diseases caused by Staphylococcus, Streptococcus, or by both called

pyoderma. The main cause is Staphylococcus aureus and Streptococcus hemolyticus B,

whereas Staphylococcus epidermidis is a normal inhabitant of the skin and rarely fight

infections. Pyoderma predisposing factor is the lack of hygiene, immune deficiencies, and

has no other skin diseases. One form of pyoderma is cellulitis which will be discussed in this

case report. Cellulitis is an acute inflammation primarily affects the dermis and

subcutaneous tissue. Risk factors for the occurrence of this infection is local trauma (skin

tears), open sores on the skin or vein disorders and lymph vessels. The disease is usually

preceded by trauma, because it predileksinya place in the lower leg. There are signs of local

inflammation (rubor (erythema), color (warm), dolor (pain) and tumor (swelling)) at the site

of infection such as erythema, felt warm, and painful and often occur lymphangitis and

systemic symptoms such as fever and an increase in the count white blood cells. Prodormal

cellulitis symptoms are fever and malaise, followed by signs of inflammation is swelling

(tumor), pain (dolor), redness (rubor), and palpable warmth (heat) in the area.

Case study with a 18-years old man presented with complain of pain and red patches on his

foot and toe since 2 weeks ago. The patient were treated with gentamycin oinment 1% twice

a day.

Key word: cellulitis, diagnosis, treatment

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 1

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 2: SELULITIS lapkas

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau

oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus dan

Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni

normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor predisposisi pioderma adalah higiene

yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit1. Salah satu

bentuk pioderma adalah selulitis yang akan dibahas pada laporan kasus ini. Selulitis adalah

peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis. Faktor risiko untuk

terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan

pembuluh vena maupun pembuluh getah bening2. Penyakit ini biasanya didahului trauma,

karena itu tempat predileksinya di tungkai bawah. Terdapat tanda-tanda peradangan lokal

(rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan)) pada lokasi infeksi

seperti eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik

seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih. Gejala prodormal selulitis adalah

demam dan malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri

(dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut1.

Pada kasus, didapatkan seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan nyeri dan kemerahan

pada di bagian punggung kaki dan jari kaki kanan, sejak 2 minggu yang lalu. Kemudian

pasien diberikan terapi berupa gentamycin 1% 2 kali sehari dan kompres NaCl

Kata Kunci : selulitis, diagnosis, terapi

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 2

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 3: SELULITIS lapkas

PENDAHULUAN

Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke dalam

hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma

dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus1.

Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti eritema, teraba hangat, dan

nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik seperti demam dan peningkatan

hitungan sel darah putih4. Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya

semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak.

Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai

dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai

limfadenopati limfangitis. Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,

menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor

(eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap,

tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang

berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Lokasi selulitis pada

anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas

karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas2. Komplikasi jarang

ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik

streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat

menyebabkan selulitis rekurens.

Gambar 1. Reccurent cellulitis

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 3

Gambar 2. Selulits pada ektremitas bawah

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 4: SELULITIS lapkas

LAPORAN KASUS

Seorang pria berinisial A, berusia 18 tahun, pelajar, bertempat tinggal di Perum Betawi jati

asih cilandak, datang ke poliklinik Kulit Kelamin Rumah Sakit Marinir Cilandak dengan

keluhan utama nyeri dan kemerahan pada punggung kaki dan jari kaki kanan sejak 2 minggu

yang lalu. Pada awalnya 2 bulan yang lalu pasien bercerita bahwa terdapat bintil-bintil seperti

berisi air pada kakinya. Bintil-bintil ini dikatakan gatal dan terasa panas pada awalnya, lalu

pasien menggaruknya terus hingga gatal hilang. Tidak ada yang memperburuk gatalnya dan

meringankan dengan digaruk. Kemudian dua minggu yang lalu sebelum datang ke poliklinik

kulit, bintil-bintil tadi menjadi warna merah kehitaman dan kaki menjadi bengkak. Bengkak

dirasa pada bagian punggung kaki kanan saja dan bengkak hilang satu minggu kemudian.

Pasien mengatakan diberikan obat salep acyclovir oleh ibunya, salep yang dipakai setiap

setelah mandi dan sudah digunakan satu minggu. Pasien mengaku dua minggu yang lalu

pasien merasa demam, demam dirasa naik turun. Demam dikatakan hilang sendiri dalam 3

hari. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas dan pegal-pegal. Pasien mengatakan jika

pasien selalu berlari-lari pada sore hari, dikatakan hanya terkadang saja menggunakan kaos

kaki. Terkadang hingga dapat melukai kaki pasien.

Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien mengaku tidak memiliki alergi

makanan ataupun obat. Pasien juga menyangkal riwayat diabetes.

Dari riwayat keluarga, tidak ada anggota keluarga pasien serumah maupun tidak serumah

yang mengalami hal yang sama dengan pasien.

Riwayat sosio-ekonomi pasien adalah menengah dengan menggunakan BPJS-TNI AL

ibunya.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis

dan status generalis dalam batas normal. Dari pemeriksaan dermatologis ditemukan pada

regio dorso pedis dan digiti II pedis terdapat lesi plakat berbatas tegas, erosi dengan dasar

eritematosa disertai krusta (gambar 3-5). Pada dorsum pedis edema (+), pitting edema (-)

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 4

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 5: SELULITIS lapkas

Gambar 3. Lesi pada dorso pedis tn. A

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 5

Gambar 4. Lesi pada digiti II manus dekstra Gambar 5. Lesi pada digiti II manus dekstra

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 6: SELULITIS lapkas

Diagnosis banding pasien ini adalah selulitis, dermatitis statis dan erisepelas. Pemeriksaan

penunjang tidak dilakukan. Diagnosis pasien ini adalah selulitis pada regio dorsum pedis dan

digiti II pedis dekstra.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah gentamycin 1% 2 kali sehari (pada saat setelah

mandi). Selain itu pasien diberikan edukasi, berupa :

Kompres pada bagian luka dengan kompres NaCl 0,9%

Hindari suhu panas

Jaga kebersihan kaki (sering ganti kaos kaki jika berkeringat)

Hindari menggaruk

Prognosis Tn. A baik asalkan menghindari trauma (tidak memakai sepatu yang ketat,

memakai kaos kaki), menjaga hygine dan menggunakan obat sesuai dengan anjuran. Selain

itu disarankan untuk kompres menggunakan NaCl 0,9%.

PEMBAHASAN KASUS

Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke dalam

hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma

dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus1.

Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan

Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah

Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan

Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang

jarang pada selulitis Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen.

Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais

lebih sering melalui aliran darah.

Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus

beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Bakteri patogen yang menembus lapisan luar

menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Setelah

menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan

menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna

barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 6

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 7: SELULITIS lapkas

Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa: malaise

anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-

gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen

yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan.

Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal.

Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling

sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas.

Organisme penyebab bisa masuk ke dalam kulit melalui lecet-lecet ringan atau retakan kulit

pada jari kaki yang terkena tines pedis, dan pada banyak kasus, ulkus pada tungkai

merupakan pintu masuk bakteri. Faktor predesposisi yang sering adalah edema tungkai, dan

selulitis banyak didapatkan pada orang tua yang sering mengalami edema tungkai yang

berasal dari jantung, vena, dan limfe.

Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai

dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan

kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan

lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati

limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis

atau gangren)5.

Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise.

Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (teraba

hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan)6. Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas

tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat

ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik1,4. Ditemukan pembesaran

kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi

biasanya ditemukan leukositosis.

Gejala dan tanda Selulitis

Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil

Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan

genitalia

Makula eritematous : Eritema cerah

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 7

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 8: SELULITIS lapkas

Tepi : Batas tidak tegas

Penonjolan : Tidak terlalu menonjol

Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula

Edema : Edema

Hangat : Tidak terlalu hangat

Fluktuasi : Fluktuasi

Pada kasus Tn. A didapat anamnesis terdapat gejala prodormal berupa demam dan malaise.

Pada pemeriksaan fisik didapat :

Gejala dan tanda Pada Pasien

Gejala prodormal Demam (+), malaise (+)

Daerah predileksi Ekstremitas bawah

Makula eritematous Eritema cerah (-)

Tepi Batas tidak tegas (+)

Penonjolan Penonjolan (-)

Vesikel atau bula Vesikel atau bula (-)

Edema Edema (+)

Hangat Hangat (+)

Fluktuasi Fluktuasi (-)

Lesi sekunder Erosi dengan dasar eritema disertai krusta

Diagnosis banding selulitis adalah erisipelas dan dermatitis statis. Pada erisipelas, batas lesi

dan jaringan kulit yang normal tegas, adanya penampakan peau d’orange. Pada selulitis,

batas lesi dan jaringan kulit yang normal tidak tegas, adanya indurasi yang lebih teguh, dan

terkadang adanya krepitus pada pemeriksaan palpasi2,5,6. Pada dermatitis statis terjadi

patogenesis insufisiensi vena kronis edema ekstravasasi eritrosit oksigenasi jaringan

berkurang perubahan mikrovaskular dan mikrotrombus, gejalanya lesi bilateral, kronik,

pitting edema tidak nyeri. Sedangkan pada selulitis tidak harus bilateral, secara akut, non

pitting edema, nyeri.

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 8

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 9: SELULITIS lapkas

Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar pasien

dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan juga tidak

terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis

penyerta penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR

dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan

perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur

darah tidak terlalu penting dan efektif2,3.

Kebanyakan kasus selulitis disebabkan oleh Strptococcus dan S. Aureus, maka pengobatan

selulitis adalah antibiotik beta laktam dengan aktivitas yang dapat melawan bakteri yang

memproduksi penisilinase. Dicloxacillin 4 x 500 mg per oral serta golongan sefalosporin oral

juga terbukti efektif untuk pengobatan selulitis3. Pada kasus dimana pasien mempunyai alergi

terhadap penisilin, maka golongan makrolida dan klindamisin dapat digunakan2. Pada kasus

dengan infeksi Streptococcus yang lebih ekstensif dan adanya penyakit yang mendasari,

pasien disarankan untuk dirawat inap dan diberi obat penicillin G 1 – 2 juta unit setiap 4 – 6

jam secara intravena2.

Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM selama 6

hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-

14 hari. Tetapi pengobatan menggunakan penisilin sekarang sudah mulai ditinggalkan. Pada

selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-

200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa1,2. Pada selulitis yang ternyata

penyebabnya bukan staphylococcus aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi

penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin

(dewasa: 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari.

Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak 16-20

mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan klindamisin, juga dapat

diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama 7-10 hari1,2,3.

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 9

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN SELULITIS

Page 10: SELULITIS lapkas

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.2008

2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New

York: McGrawHill: 2008

3. Swartz MN. 2004. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 350:904-12

4. Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of

America.

5. Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically

dermatology. New York: McGrawHill. 2008

6. Concheiro J, Loureiro M, González-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and cellulitis:

a retrospective study of 122 cases. 100(10): 888-94

AGUNG HARTANTO / 07120100084 || 10

KEPANITRAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMINSELULITIS