33
1 BAB I PENDAHULUAN Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi  para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. 1  Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut : 1. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi 2. terdapat banyak jaringan mati 3. mengeluarkan banyak air, serum dan darah 4. terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma) 5. memerlukan jaringan untuk menutup 1  Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. . Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,  bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi 2 .

Luka Bakar Case

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 1/33

1

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi

 para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas

dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1 

Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :

1. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi

2. terdapat banyak jaringan mati

3. mengeluarkan banyak air, serum dan darah

4. terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma)

5. memerlukan jaringan untuk menutup 1 

Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih

intensif dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. .

Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan

dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga

terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola

oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,

 bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,

rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi 2.

Page 2: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 2/33

2

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identifikasi

 Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 53 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Sudah menikah

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jukdadah, Tanjung lubuk, OKI, Palembang

MRS : 13 September 2013 (15.45 WIB)

Pemeriksaan : 13 September 2013

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

OS datang ke IGD RSUD Palembang BARI karena kulit tubuhnya

melepuh setelah tersiraman bakso panas + ½ jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

± ½ jam SMRS, penderita mengangkat panci berisi kuah bakso panas.

Penderita tidak kuat menahan beratnya panci tersebut sehingga penderita

 jatuh terduduk. Saat terjatuh, badan penderita tersiram kuah bakso panas.

Perut, punggung, tangan kiri dan kedua kaki penderita tersiram kuah bakso

 panas tersebut hingga kulitnya melepuh dan terasa perih. Kemudian penderita

disiram air oleh keluarganya.

Penderita langsung dibawa ke IGD RSUD Palembang BARI untuk 

mendapatkan pertolongan pertama.

Page 3: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 3/33

3

2.3 Pemeriksaan Fisik 

Keadaan Umum ( 13 September 2013) 

-  Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

-   Nadi : 90x/menit

-  RR : 20x/menit

-  Temperature : 36,50C

  Kepala:

Kulit kepala tidak melepuh, rambut tidak rontok, konjungtiva anemis (-/-),

sclera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-).

  Leher:

Kulit leher tidak melepuh, JVP 5-2 cmH2O, KGB tak teraba.

  Thorax: sebagian kulit tampak melepuh, simetris, retraksi intercosta (-)

o  Paru-paru 

-  Inspeksi: simetris, tidak ada yang tertinggal.

-  Palpasi: stem fremitus simetris.

- Perkusi: Sonor pada semua lapang paru (+)/(+)

-  Auskultasi: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-) wheezing (-/-).

o  Jantung

-  Inspeksi : iktus kordis tak tampak 

-  Palpasi : Thril tidak teraba.

-  Perkusi: Batas jantung dalam batas normal

-  Auskultasi : BJ 1 / 2 (+) normal, reguler, HR: 92x/menit,

Murmur (-) Gallop (-)

  Abdomen:

-  Inspeksi: datar, seluruh kulit tampak melepuh.

-  Palpasi: lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

-  Perkusi: tympani, shifting dullnes(-)

-  -Auskultasi: BU (+) normal

Page 4: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 4/33

4

  Ekstremitas:

-  Superior : sebagian kulit tampak melepuh, akral hangat, (-)

-  Inferior : sebagian kulit tampak melepuh, akral hangat, edema (-)

Keadaan Spesifik 

Perkiraan luas luka bakar (rule of nine) pada:

- Truncus : 18 %

- Abdomen : 9%

- Brachii sinistra : 4,5%

- Ante Brachii sinistra : 3%

- Femoralis dextra : 9%

- Femoralis sinistra : 9%

- Cruris dextra : 6%

- Cruris sinistra : 6%

TOTAL : 67,5%

Gambaran luka bakar :

 berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah

karena perubahan permeabilitas dindingnya disertai rasa nyeri. Disekitarnya

tampak eritem dan rasa perih

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 13,0 g/dl (14-18 g/dl)

Leukosit : 9200/mm

3

(5000-10000/mm

3

)Trombosit : 298.000/mm3 (150.000-400.000/mm3)

Hematokrit: 38% (40-48%)

Diffcount: 0/2/0/68/24/3% (0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8%)

2.5 Diagnosis Kerja

Combustio Scalds Grade II 67,5%

Page 5: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 5/33

5

2.6 Penatalaksanaan

- Bilas NaCl 0,9%

- Oksigen 3L/m

- IVFD RL 7000 ml/8jam

Rumus Baxter

Luas luka bakar x BB x 4 ml = 50 x 70 x 4

= 14.000 ml/ 24 jam (Hari 1)

8 jam pertama = ½ x 14.000 ml

= 7.000 ml/8jam pertama

16 jam selanjutnya = 7.000ml/16 jam pertama

Ketorolac 1x 30ml IV

-  Antibiotik Broad spectrum :

Cefotaxim 2x1gr IV

Burnazine zalf 

-  ATS: Tetagam 1 amp

-  Pasang Kateter (Pasien menolak)

-  Monitor input-output cairan

Rencana debridement

2.7 Follow Up

Tanggal Sabtu, 14 September 2013

S Luka terasa perih dan panas

O: Keadaan umum

Kesadaran

Tekanan darah

 Nadi

Pernapasan

Temperatur Urin

Tampak sakit sedang

Compos mentis

130/80 mmhg

112x/menit

24x/menit

37,0

0

CWarna kuning, jumlah + 1500cc/24jam, darah (-)

A Combustio Scalds Grade II 67,5%

P IVFD RL (7000ml) Gtt70/m (makro)

Oksigen 3L/m

Cefotaxime 2x1 gr 

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)

Diet NB

R/ debridement besok (persiapan Operasi)

Page 6: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 6/33

6

Tanggal Minggu, 15 september 2013

S Luka terasa perih

O: Keadaan umum

Kesadaran

Tekanan darah Nadi

Pernapasan

Temperatur 

Urin

Tampak sakit sedang

Compos mentis

130/ 80 mmhg108x/menit

20x/menit

37,2

Warna kuning, jumlah + 1300cc/24jam, darah (-)

A Combustio Scalds Grade II 67,5%

P IVFD RL (3.500ml) gtt 50/menit (makro)

Inj. Cefotaxime 2x1 gr 

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)

Diet NB

Debridemant pukul 09.00 WIB

Tanggal Senin, 16 September 2013

S Luka terasa perih

O: Keadaan umum

Kesadaran

Tekanan darah

 Nadi

Pernapasan

Temperatur 

Urin

Tampak sakit sedang

Compos mentis

130/90

100x/menit

22x/menit

36,8C

Warna kuning, jumlah + 1200cc/24jam, darah (-)

A Combustio Scalds Grade II 67,5%

P IVFD RL (1500ml) gtt XX/menit (makro)

Cefotaxime 2x1gr IV

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)

Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)

Diet NB

Tanggal Selasa, 17 september 2013

S Perih pada luka.

O: Keadaan umumKesadaran

Tekanan darah

 Nadi

Pernapasan

Temperatur 

Urin

Tampak sakit sedangCompos mentis

130/80mmhg

110x/menit

22x/menit

37C

Warna kuning, jumlah + 1000ml/24jam, darah (-)

A Combustio Scalds Grade II 67,5%

Page 7: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 7/33

7

P IVFD RL gtt XX/menit (makro)

Cefotaxime 2x1gr IV

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)

Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)

Diet NB

Tanggal Rabu, 18 September 2013

S Perih pada luka berkurang

O: Keadaan umum

Kesadaran

Tekanan darah

 Nadi

Pernapasan

Temperatur 

Urin

Tampak sakit sedang

Compos mentis

120/80 mmhg

96x/menit

22x/menit

37,1C

Warna kuning tua, jumlah + 1000cc/24jam, darah (-)

A Combustio Scalds Grade II 67,5%

P IVFD RL (1500ml) gtt XX/menit (makro)

Cefotaxime 2x1gr IV

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)

Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)

Diet NB

Tanggal Kamis, 19 September 2013

S Perih pada luka berkurangO: Keadaan umum

Kesadaran

Tekanan darah

 Nadi

Pernapasan

Temperatur 

Urin

Tampak sakit sedang

Compos mentis

130/90 mmhg

96x/menit

22x/menit

37,1C

Warna kuning tua, jumlah + 800cc/24jam, darah (-)

A Combustio Scalds Grade II 67,5%

P IVFD RL (1500ml) gtt XX/menit (makro)

Cefotaxime 2x1gr IV

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)

Diet NB

Tanggal Jumat, 20 September 2013

S Sesak napas sejak semalam, batuk, perih pada luka.

O: Keadaan umum

Kesadaran

Tekanan darah

 Nadi

Pernapasan

Tampak sakit sedang

Compos mentis

130/90 mmhg

120x/menit

30x/menit

Page 8: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 8/33

8

Temperatur 

Urin

Pulmo

37,1C

Warna kuning tua, jumlah urin + 650cc/24jam, darah (-)

Wheezing (+)/(+) apex, Ronchi basah halus (+)/(+)

 basal

A Combustio Scalds Grade II 67,5%P IVFD RL gtt XX/menit (makro)

Oksigen 3L/m

 Nebulizer NaCl 3ml

Cefotaxime 2x1gr IV

Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)

Lasix (Furosemide) 1x20mg IV

Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)

Diet Nasi Lunak 

Page 9: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 9/33

9

BAB III 

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak 

langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)

atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) 1.

3.2 Etiologi

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung

maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada

kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik 

maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,

 penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 3 

  Paparan api

o   Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,

dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat

membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat

alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat

sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera

tambahan berupa cedera kontak.

o  Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan

 benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh

yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar 

akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

  Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan

semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan

ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan

 berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya

menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit

Page 10: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 10/33

10

sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan

keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang

menandai permukaan cairan.

  Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator 

mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang

tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi

inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas

distal di paru.

  Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan

oklusi jalan nafas akibat edema.

  Aliran listrik 

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.

Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang

menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan

luka bakar tambahan.

 

Zat kimia (asam atau basa)

  Radiasi

  Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu

tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung

menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju

yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis

seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu

tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka

 bakar derajat I, II, atau III: 6,7 

  Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak 

 jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya

Page 11: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 11/33

11

sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya

tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau

hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

  Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih

terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.

Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar 

keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat”

tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar  berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh

darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.

Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik,

dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga

cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Page 12: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 12/33

12

  Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau

 jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel

yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk 

menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit.

Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada

dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak 

intak.

3.3 Berat Dan Luas Luka Bakar

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan

kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya

trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. 6 

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46 oC.

Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.

Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan

suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan

cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan

mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,

tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka

 bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya

meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar 

Page 13: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 13/33

13

dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat

untuk menentukan luas luka bakar, yaitu: 7 

  Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.

Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas

luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

  Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan „rumus 9‟, yaitu luas kepala dan leher, dada,

 punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas

kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki

kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini

membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang

dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan

kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.

Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,

dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Page 14: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 14/33

14

  Metode Lund dan Browder 

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh

di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas

 permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas

 permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan „Rumus 9‟ dan disesuaikan dengan usia:

o  Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai

14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o  Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap

tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai

nilai dewasa.

Page 15: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 15/33

15

 Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface

area affected by burns in children. 

3.4 Pembagian Luka Bakar

1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas

usia 50 tahun

 b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir 

 pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan

luas luka bakar 

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

Page 16: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 16/33

16

2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat

III kurang dari 10 %

 b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa

> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang

tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

 b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,

tangan, kaki, dan perineum

3.5 Patofisiologi Luka Bakar

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel

darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang

mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada

luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.1 

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok 

hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang.

Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada

kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan

mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring

yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala

sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Page 17: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 17/33

17

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan

mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi

mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual

dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%

hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi

mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini

ditandai dengan meningkatnya diuresis.

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh

kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem

 pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain

 berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran

napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial

ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten

terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang

 berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi

invasi kuman Gram negatif,  Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan

eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam

invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau

 pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng

yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudahterlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan

keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-

mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II

menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler 

di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang

didarahinya nanti.

Page 18: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 18/33

18

Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan

kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar 

demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif,

seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran

kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus.

Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di

darah.1 

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh

dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa

elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel

kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam

mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik 

 jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami

kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,

 peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase

mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.1,5 

Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat

menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala

yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak 

Curling . 1 

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan

 protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,

metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga

memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutamadidapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita

menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian,

korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila

luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak 

 berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka

 bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.1 

Page 19: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 19/33

19

3.6 Fase Pada Luka Bakar

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka

 bakar, yaitu: 4,5 

1. 

Fase awal, fase akut, fase syok 

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada

saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan

adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan

gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

2.  Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response

Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) 

dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang

timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan

(luka dan sepsis luka)

3.  Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi

 jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut

hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan

 jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan

 berlangsung lama

Pembagian zona kerusakan jaringan:

1.  Zona koagulasi, zona nekrosis

Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan

ini mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah

disebut juga sebagai zona nekrosis.

2.  Zona statis

Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi.

Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan

trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow

Page 20: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 20/33

20

 phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon inflamasi

lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin

 berakhir dengan nekrosis jaringan.

3. 

Zona hiperemi

Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa

vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan

umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami

 penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona

 pertama.

3.7 Indikasi Rawat Inap Pasien Luka Bakar

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk 

dirawat inap bila:5 

1.  Luka bakar derajat III > 5%

2.  Luka bakar derajat II > 10%

3.  Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan,

kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan

untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi

4.  Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

5.  Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma

mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada

sebelumnya

6.  Adanya trauma inhalasi

3.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dilakukan:

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

2. Urinalisis

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

4. Analisis gas darah

5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS

Page 21: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 21/33

21

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan

MODS

3.9 Penatalaksanaan Luka Bakar

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama

adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan

mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang

menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar 

di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka

 bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka

 bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi. 5,6 

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal

yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada

 pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas „tersembunyi‟. Oleh

karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah

mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang

mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma

terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,

 penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.

Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat

membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.

Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan

transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan,melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

3.10 Tatalaksana Resusitasi Luka Bakar

a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas: 5,7 

1. Intubasi

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan

manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan

Page 22: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 22/33

22

sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

2. Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan

menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi

memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah

mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika

dibanding dengan intubasi.

3. Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi

 jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian

oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga

akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator 

sepsis.

4. Perawatan jalan nafas

5. Penghisapan sekret (secara berkala)

6. Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen

 jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.

Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9%

ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-

zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi

sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih

kontroversial)

7.  Bilasan bronkoalveolar 

8. 

Perawatan rehabilitatif untuk respirasi9.  Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki

kompliansi paru

 b. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat

dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia

 jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan

Page 23: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 23/33

23

agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,

optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin

survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi

dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari

 berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya

 pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat

mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi

fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada

 beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

 

Cara Evans

1.  Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2.  Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3.  2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

 jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah

cairan hari kedua.

  Cara Baxter 

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

 jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah

cairan hari kedua.

c. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak 

sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi

yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat

dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan

fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan

Page 24: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 24/33

24

demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah

terjadinya SIRS dan MODS.

d. Antibiotik , Antimikroba,Analgetik, ATS.

Antibiotik spectrum luas diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.

Golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.

Contohnya : cefadroxil, cefotaxime.

Antimikroba diberikan karena dengan terjadinya luka mengakibatkan

hilangnya barier pertahanan kuit sehingga memudahkan timbulnya koloni

 bakteri datau jamur pada luka. Bila jumlah kuman mencapai 105 organisme

 jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam

kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik 

yang dapat menyebabkan kematian.

Contoh obat lokal (topikal) untuk luka : Silver Sulfadiazine (SSD), seperti;

silvaden, burnazine dll.

Analgetik diberikan bila penderita kesakitan.

ATS diberikan untuk mencegah tetanus.

3.11 Perawatan Luka Bakar Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan

morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan

„maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2

mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-

10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang

 bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeriwalau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan

 benzodiazepine sebagai tambahan. 7 

Terapi pembedahan pada luka bakar 2 

1.  Eksisi dini

Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris

(debridement ) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari

ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:

Page 25: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 25/33

25

a.  Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan

dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak 

akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia.

Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan

menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya

iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan

dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin

lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.

 b.  Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi

 – komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan

nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang

menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.

c.  Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses

angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini

mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi.

Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro –  

organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar 

yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.

Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian

cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka

 bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis

dan juga “ skin grafting ” (dianjurkan “ split thickness skin grafting ”). Tindakan

ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.

Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhanlebih dari 3 minggu.

-  Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.

-  Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.

-  Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang

timbul.

Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh

 posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.

Page 26: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 26/33

26

Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang

terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah

(endpoint ). Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu

 pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas

 permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang

dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka

 bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh

melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil

 perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet  sebelum

dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah

yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakuk an “ skin graft ”.

Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan

keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan

dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai

lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan

 penuh ( full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam.

Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong

“electrocautery”. Adapun keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah: 

-  Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak,

endpoint yang lebih mudah ditentukan

-  Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada

saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal

dari eksisi

2.  Skin grafting 

Skin grafting  adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari

metode ini adalah:

a.  Menghentikan evaporate heat loss 

 b.  Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu

c.  Melindungi jaringan yang terbuka

Page 27: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 27/33

27

Skin grafting  harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada

luka bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis,

kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses

maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah

tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha,

 bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat

dilakukan secara  split thickness skin graft  atau  full thickness skin graft .

Bedanya dari teknik   –  teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang

diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor 

tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang

 pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1

: 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting . Ketebalan

dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan  grafting , usia

 pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor 

sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin

„dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.

Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan

epinefrin) dan juga anestesi.

Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan

dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom

setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh

karenanya, pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa

faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan

 jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:

Kulit donor setipis mungkin-  Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang

dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :

o  Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut

tekan)

o  Drainase yang baik 

o  Gunakan kasa adsorben

Page 28: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 28/33

28

3.12 Prognosis

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan

luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.

Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita

 juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. 4,6 

Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada

luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,

serta parut hipertrofik dan kontraktur.

3.13 Komplikasi

-Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),

-  Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),dan

- Sepsis 5 

Page 29: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 29/33

29

BAB IV

ANALISIS KASUS

4.1 Analisis Anamnesa

Temuan Kasus Teori

Tn.A, 53 tahun datang OS datang ke

IGD RSUD Palembang BARI karena

kulit tubuhnya melepuh setelah

tersiraman bakso panas + ½ jam

sebelum masuk rumah sakit.

Luka bakar yang dialami penderita

merupakan luka bakar akibat kontak 

dengan air panas. Semakin kental

cairan dan semakin lama waktu

kontaknya, semakin besar kerusakan

yang akan ditimbulkan. 

4.2 Analisis Pemeriksaan Fisik 

Temuan Kasus Teori

Pada pemeriksaan fisik umum

didapatkan pasien dengan kondisi

kesadaran compos mentis. Tekanan

darah, Nadi, pernafasan, temperature

dalam batas normal. Dari hasil

 pemeriksaan fisik kepala, leher, thorax,abdomen & ekstremitas dalam batas

normal

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik 

yang ditemukan pada pasien ini

menunjukkan bahwa pasien tidak dalam

kondisi syok. Tetapi pasien dengan luka

 bakar tetap mendapatkan pertolongan

 pertama yaitu Airway, Breathing,Ciculation untuk mencegah terjadi syok.

Pada pemeriksaan fisik spesifik 

didapatkan perhitungan luas luka bakar,

yaitu:

Tampak luka bakar air panas pada:

- Truncus : 18 %

- Abdomen : 9%

- Brachii sinistra : 4,5%

- Ante Brachii sinistra : 3%

- Femoralis dextra : 9%

- Femoralis sinistra : 9%

- Cruris dextra : 6%

- Cruris sinistra : 6%

TOTAL : 67,5%

Luas luka ditentukan menurut rules

of nine untuk orang dewasa dari

Wallace.

Pada dewasa digunakan, yaitu luas

kepala dan leher, dada, punggung,

 pinggang dan bokong, ekstremitas atas

kanan, ekstremitas atas kiri, paha

kanan, paha kiri, tungkai dan kaki

kanan, serta tungkai dan kaki kiri

masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah

daerah genitalia.

Rumus ini membantu menaksir 

luasnya permukaan tubuh yang terbakar 

 pada orang dewasa.

Page 30: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 30/33

30

Gambaran luka bakar :

Berupa gelembung atau bula yang berisi

cairan eksudat dari pembuluh darah

karena perubahan permeabilitas

dindingnya disertai rasa nyeri.

Disekitarnya tampak eritem dan rasa

 perih

Luka bakar grade II yaitu lesi

melibatkan epidermis dan mencapai

kedalaman dermis namun masih

terdapat epitel vital yang bisa menjadi

dasar regenerasi dan epitelisasi.

Jaringan tersebut misalnya sel epitel

 basal, kelenjar sebasea, kelenjar 

keringat, dan pangkal rambut.

Dengan adanya jaringan yang masih

“sehat” tersebut, luka dapat sembuh

dalam 2-3 minggu.

Gambaran luka bakar berupa

gelembung atau bula yang berisi cairan

eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya,

disertai rasa nyeri.

. 4.3 Analisis Penatalaksanaan

Temuan Kasus Teori

Pada pasien ini diberikan

 penatalaksanaan sebagai berikut:

- Bilas NaCl 0,9%- Oksigen 3L/m

- IVFD RL 7000 ml/8jam

- Analgetik : Ketorolac 1x 30ml IV

- Antibiotik :

Cefotaxim 1x 2gr IV

Burnazine zalf 

- ATS: Tetagam 1 x 1ml

- Pasang Kateter (Pasien menolak)

- Monitor input-output cairan

- Rencana debridement

1.  Resusitasi jalan napas &

pemberian oksigen

Bertujuan untuk menyediakankebutuhan oksigen jika terdapat

 patologi jalan nafas yang menghalangi

suplai oksigen. Hati-hati dalam

 pemberian oksigen dosis besar karena

dapat menimbulkan stress oksidatif,

sehingga akan terbentuk radikal bebas

yang bersifat vasodilator dan modulator 

sepsis.

2.  Resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan

tujuan menjaga perfusi yang adekuat

dan seimbang di seluruh pembuluh

darah vaskular regional, sehingga

iskemia jaringan tidak terjadi pada

setiap organ sistemik.

Selain itu cairan diberikan agar 

dapat meminimalisasi dan eliminasi

cairan bebas yang tidak diperlukan,

Page 31: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 31/33

31

optimalisasi status volume dan

komposisi intravaskular untuk 

menjamin survival/maksimal dari

seluruh sel, serta meminimalisasi

respons inflamasi dan hipermetabolik 

dengan menggunakan kelebihan dan

keuntungan dari berbagai macam

cairan seperti kristaloid, hipertonik,

koloid, dan sebagainya pada waktu

yang tepat.

Dengan adanya resusitasi cairan

yang tepat, kita dapat mengupayakan

stabilisasi pasien secepat mungkin

kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah

seawal mungkin.

Kebutuhan cairan yang dibutuhkan

menurut perhitungan Baxter, yaitu:

Luas luka bakar x BB x 4 ml  

50 x 70 x 4= 14.000 ml/ 24 jam (Hari1)

8 jam pertama = ½ x 14.000 ml = 7.000

ml/8jampertama 16 jam selanjutnya = 7.000ml/16 jam

selanjutnya

Selain itu, perlu dilakukan monitor 

input-output cairan pada pasien luka

 bakar. Pemasangan kateter diperlukan

untuk memantau output.

3.  Antibiotik, analgetik & ATS

Antibiotik spectrum luas diberikan

untuk mencegah terjadinya infeksi.

Antimikroba diberikan karena

dengan terjadinya luka mengakibatkan

hilangnya barier pertahanan kuit

sehingga memudahkan timbulnya

koloni bakteri datau jamur pada luka.

Bila jumlah kuman mencapai 105 

organisme jaringan, kuman tersebut

dapat menembus ke dalam jaringan

Page 32: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 32/33

32

yang lebih dalam kemudian menginvasi

ke pembuluh darah dan mengakibatkan

infeksi sistemik yang dapat

menyebabkan kematian.

Contoh obat lokal (topikal) untuk 

luka : Silver Sulfadiazine (SSD),

seperti; silvaden, burnazine dll.

Analgetik diberikan bila penderita

kesakitan.

ATS diberikan untuk mencegah

tetanus.

4.  Perawatan luka bakar

Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan

debris (debridement ) yang dilakukan

dalam waktu kurang dari 7 hari

(biasanya hari ke 5-7) pasca cedera

termis. Tujuannya agar proses

 penyembuhan berlangsung lebih cepat.

Dengan dibuangnya jaringan nekrosis,

debris dan eskar, proses inflamasi tidak 

akan berlangsung lebih lama dansegera dilanjutkan proses fibroplasia 

Page 33: Luka Bakar Case

7/27/2019 Luka Bakar Case

http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 33/33

DAFTAR PUSTAKA

1. 

Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

2.  David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :

Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com

3.  James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.

Philadelphia. p 118-129

4.  Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.

McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259

5.  Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns,

Thermal. November 2006

6.  Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Januari 2008

7.  Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. 

Agustus 2008

8.  James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz‟s

Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

9.  St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book , Chapter 

19. http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007

10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari

2006

11. 

Ernest B.Hawkins. Burns. http://www.umm.edu/ . Oktober 2006