Upload
homeworkping3
View
286
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Homework Help https://www.homeworkping.com/
Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/
Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sitesSTUDI KASUS
Combustio Thermal Grade II 12% dengan
Multipel Hematom
Disusun oleh:
Cisilia Triani (0710185)
Maria Caroline W (0710110)
Pembimbing:
dr. Roys A. Pangayoman, Sp.B
BAGIAN ILMU BEDAH
FK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2012
Identitas Umum
Nama : Ny S.H
Umur : 81 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pasir malaka no 2A RT: 2; RW: 10. Cigereleng kec.
Regol. Kota Bandung
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Kristen
Kebangsaan : Indonesia
Tanggal masuk : 20 Januari 2012
Ruangan : Elizabeth
No RM/Reg : 00446636/12001474
Diagnosis masuk : Combustio
I. AnamnesisAnamnesis : Autoanamnesis tanggal 30 januari 2012
Keluhan utama : tersiram air panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 10 hari sebelum masuk RS Immanuel, pasien mengaku tersiram air panas ketika ia
naik tangga dan membawa ember yang berisi air panas ke kamar mandinya. Pasien mengaku
terpeleset jatuh kemudian tersiram air panas ke tubuh sebelah kiri. Pasien juga mengaku kepala
terbentur tembok, selain itu pasien mengaku sakit pada pinggangnya setelah terjatuh dari tangga.
Pasien menyangkal pingsan saat kejadian, pasien merasakan pusing tetapi tidak disertai mual dan
muntah.
BAK : warna, jumlah, dan frekuensi dalam batas normal
BAB : warna, jumlah, dan frekuensi dalam batas normal
RPD: Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit jantung sudah lebih dari 10 tahun dan teratur
berobat.
Riwayat Pengobatan: sedang dalam terapi hipertensi (bisoprolo, simvastatin, induran, Restor)
Riwayat kebiasaan : pasien mengaku tidak merokok dan makan makanan manis
Riwayat alergi: tidak ada
Kelainan darah: tidak ada
II. Pemeriksaan fisik (30 Januari 2012)A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum : baik
Kesan sakit : sedang - berat
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik
Posisi : Tidak ada letak paksa
B. TANDA VITAL
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/mnt, regular, isi cukup
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,7ºC
C. STATUS GENERALIS
Kulit : combustio at regio magnus sinistra, thorax di linea axilla anterior, paha
anterior dan posterior. Hematom at regio facialis, punggung, gluteus sinistra, paha kiri depan, cruris
anterior sinistra.
Kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Pupil : bulat, isokor, diameter 3 mm
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : B/P simetris kiri = kanan
- Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/+, Wh -/-
- Cor :
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi :
o Batas jantung kanan: ICS VI garis parasternal kanan
o Batas jantung kiri: tidak dilakukan
o Batas jantung atas: tidak dilakukan
Auskultasi : BJM regular, murmur -
Abdomen : Inspeksi : Datar, Darm contour(-), Darm steifung(-).
Auskultasi : bising usus +
Perkusi : Timpani
Palpasi : NTE -
Inguinal : tidak ada kelainan
Anus dan Rectum : tidak diperiksa
Genital : tidak diperiksa
Ekstremitas : hematoma at regio pedis sinistra, akral hangat
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
20 Januari 2012
Darah
Hb : 11,0 g/dl
Ht : 34,7 %
Leukosit : 7.330/mm3
Trombosit : 166.000/mm3
Hitung Jenis :
basofil : 0,3 %
eosinofil : 0,1 %
neutrofil batang : 0%
neutrofil segmen : 78,3%
limfosit : 15,8 %
monosit : 5,5%
Kimia Klinik
Natrium : 139 meq/L
Kalium : 3,8 meq/L
Ureum : 41 mg/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
SGOT : 25 U/L
SGPT : 15 U/L
Gula Darah Sewaktu: 130 mg/dl
24 januari 2012
Kiimia Klinik
Natrium : 132 mEq/L
Kalium : 3,2 mEq/L
Kreatinin : 0,8 mg/dl
Ureum : 32 mg/dl
GDS : 193 mg/dl
25 januari 2012
GDS : 304 mg/dl (11.00)
GDS : 90 mg/dl (17.30)
GDS : 300 mg/dl (20.00)
26 januari 2012
GDS :115 mg/dl
Hb : 14,4 g/dl
Ht :43,2 %
Leukosit : 18.000/mm3
Trombosit : 300.000/mm3
Kimia Klinik
Na ;140 mEq/L
K : 3,9 mEq/L
Amilase : 40 U/L
Lipase : 26 U/L
Kreatinin : 0,8 mg/dl
Ureum ; 26 mg/dl
G2PP : 361 mg/dl (11.00)
G2PP : 261 mg/dl (14.00)
GDS : 304 mg/dl (17.30)
27 januari 2012
GDS : 185mg/dl
Foto Rontgen Thorax PA (23/01/2012)
Kesan : Pembesaran jantung dengan edema paru – elongatio aorta
CT-Scan Kepala (23/01/2012)
Kesan : Tak tampak perdarahan intra serebral, sub dural/epidural, maupun SAE
Tak tanpak fraktur pada tulang kalvarium
Tampak sub galleal hematom ringan di daerah parietoocipital kiri dan parietal
kanan
EKG (20/01/2012)
Kesan: Q wave di Lead III, dan aVf
Inverted T di Lead II, III. aVf, V1-V6
= Miokard Infark akut di dinding inferior
EKG (21/01/2012)
Kesan : Normal sinus rhythm
RSR” or QR pattern in V1 suggest right ventricular conduction delay
inferior infarct, age undetermined.
EKG (23/01/2012)
Kesan : Normal sinus rhythm
ST & T wave abnormality, consider anterolateral ischemia.
Foto Pelvis dan Sacral (20/01/2012)
Besar dan bentuk tulang vertebra lumbalis normal
Tulang vertebra lumbalis 2 tampak memipih da irregular
Kurve vertebra lumbalis agak lurus
Pedicle normal disci intervertebralis L2-3 menyempit
Tampak osteofit pada vertebra lumbalis
Kesan: curiga fraktur vertebra L2
DD/ proses senilis
Kurve vertebra lumbalis agak lurus, spasme otot?
Pada pelvis tak jelas adanya fraktur.
Foto Vertebra thoracal-lumbalis AP-Lateral (23/01/2012)
Scoliosis Thoracal
Tampak kompresi Lumbal II
Tampak osteofit VL 1-5. Densitasdan trabekular tampak berkurang
Kurve serta aligement normal
Foramen Intervertebralis tidak menyempit
Tidak tampak Lesi atau Sklerotik yang patologis.
Jaringan Lunak paravertebra dalam batas normal
Kesan : Scoliosis Thoracalis. Kompressi Lumbal II
Foto Thorax PA (23/01/2012)
Kolom udara dalam trachea normal. Aorta Elongation
Cor membesar dengan apex tertanam pada diafragma. Sinus dan diafragmanya normal.
Pulmo : hili kasar
Corakan broncovaskuler bertambah. Fissura minor menebal
Tampak bercak lunak di perihiler paracardial bilateral
Costae: clavicula dan jaringan dinding dada normal
Kesan: Pembesaran jantung dengan edema paru
Echocardiography (24/01/2012)
Chamber: Ventrikel kiri dalam batas normal dengan fungsi sistolik kiri dalam batas normal.
Kalkulasi LVEF adalah 71%, Hipertrofi ventrikel kiri ringan
Tidak ada kelainan gerakan dinding secara regional
Normal ukuran dan fungsi ventrikel kanan
Normal atrium kiri dan kanan.
Katup2: Katup aorta dan tricuspid normal
Katup-katup mitral, tricuspid, dan pulmonal normal
Intak septum intra atrium dan ventrikel
Normal ukuran aorta
Doppler: mitral inflow menunjukkan E<A dengan normal waktu dan durasinya.
Kesimpulan: 1. Normal ukuran ventrikel kiri dengan fungsi sistolik normal, fungsi
diastolic abnormal
2. Hypertrofi ventrikel kiri ringan
3. Normal ukuran dan fungsi jantung dan fungsi semua katup dalam batas
normal
4. Abnormal inflow ventrikel kiri
DIAGNOSIS KERJA
Combustio Termal Grade II 12% dan Multiple Hematoma
DIAGNOSIS TAMBAHAN
Skoliosis, Fraktur Kompresi L II, DM tipe II, Susp. CAD
PENATALAKSANAAN
Terapi luka bakar:
Wound care: MEBO setiap 4jam pada tanggal 30 januari 2012 MEBO diganti oleh
BUNAZIN karena terdapat jaringan Eschar.
Escharectomy (pasien menolak)
Infus Ringer Laktat 1500 cc/24 jam, tetanus toxoid, tetagam, zypres (4x1dd (0,5ml)), Indur,
Ultracel, Lasartan, Gastridine, Vestein, Kalmetason (2x 2mg), Restor, ceftriaxone (1x2g),
Hexillon, Retaphyl.
KOMPLIKASI
Sepsis, gangguan eektrolit, Disseminated Intravasculer Coagulation
PROGNOSIS
Quo add Vitam : Dubia
Quo add Functionam : Dubia
Quo add Sanationam : Dubia
RESUME
Pada pasien ini didiagnosis combustio grade II 12%, multipel hematom, skoliosis dan
fraktur kompresi pada L2.
Pasien wanita berumur 81 tahun datang dengan luka bakar pada sisi tubuh sebelah kiri
dan beberapa memar pada daerah muka dan kaki. Pasien sebelumnya jatuh dari tangga sambil
membawa air panas untuk mandi. Pasien tidak ada pingsan, mual dan muntah setelah jatuh.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit jantung lebih dari 10 tahun, rajin kontrol ke dokter, pasien
tidak ada riwayat penyakit gula darah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, isi
cukup, reguler, respirasi 20x/menit, suhu 36,0 0C. Pada pemeriksaan generalis didapatkan
combustio pada daerah kulit di bagian lengan sebelah kiri, bagian badan sebelah kiri, paha kiri
bagian depan dan belakang. Dan juga ada hematom muka, punggung, bokong sebelah kiri, dan
kaki sebelah kiri.
Selain itu pada pemeriksaan mata, leher tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan pulmo pergerakan simetris dengan suara VBS kanan=kiri, ada ronkhi halus pada
kedua lapang paru. Dan pada pemeriksaan jantung bunyi jantung murni reguler terdapat
pembesaran jantung sebelah kanan, tetapi batas atas dan kiri tidak dilakukan perkusi karena
tertutup oleh verban luka. Pada pemeriksaan abdomen, datar, soepel, bising usus normal dan
tidak ada nyeri tekan. Ektremitas tidak ada oedem pada kaki.
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan adanya pembesaran jantung dan oedem paru
disertai elongati aorta. Pada pemeriksaan foto pelvis AP dan lateral didapatkan kesan curiga
kompresi fraktur vert L2 DD/ proses senilis, kurve vertebra lumbalis agak lurus, spasme otot.
Pada pelvis tidak jelas adanya fraktur.
Pada pemeriksaan foto vertevra thorax at lumbal AP dan lateral didapatkan skoliosis
thoracalis dan kompresi fraktur pada lumbal 2. Pemeriksaan laboratorium hemoglobin 11 g/dL,
hematokrit 34,7%, leukosit 7.330/mm3, trombosit 166.000/mm3, hitung jenis didapatkan basofil
0,3%, eosinofil 0,1%, neutrofil batang 0%, neutrofil segmen 78,3%, limfosit 15,8%, monosit
5,5%. Pemeriksaan kimia klinik SGOT, SGPT, natrium, kalium, kreatinin,ureum normal kecuali
glukosa darah sewaktu 130 mg/dL. Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil Q wave lead III,
aVF, inverted T di lead II,III, aVF, V1-V6.
Pasien diterapi awal dengan infus RL 1500cc/24jam, Zypras 0,5mg 4x1, Ultracet 3x1,
Losartan 1x25 mg, Gastridin 50mg 2x1 amp IV, Vestein 3x1, Kalmetason 2 mg 2x1, Restor
100mg 1x1, Ceftriaxon 1x2 gr, Hexilon 8 mg, Retaphyl 2x1.Terapi untuk diabetes melitus
digunakan novorapid subcutan kemudian diganti dengan levemir 1x164 diberikan malam hari,
kemudian cek glukosa darah setengah jam sebelum makan, apabila glukosa darah 100-129 gr/dL
maka diberikan 84 subkutan, 130-159 gr/dL diberikan 104 subkutan, 160-189 gr/dL diberikan
124 subkutan, 190-219 gr/dL diberikan 144 subkutan, 220-249 gr/dL diberikan 164 subkutan,
80-99 gr/dL diberikan 64 subkutan, dan apabila kurang dari 80 gr/dL tidak diberikan levemir.
Untuk luka bakarnya digunakan MEBO setiap 4jam kemudian timbul eschar dan diusulkan
dokter untuk dilakukan eschorectomy dan pasien menolak. Kemudian terapi diganti dengan
menggunakan burnazin 3x1 yang ditutup dengan kasa yang diberi NaCl 0,9%. Pasien juga
terdapat fraktur dan diusulkan ke dokter ortopedi tetapi pasien juga menolak.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini terjadi luka bakar akibat terkena air panas, kelompok dari luka bakar ini
adalah akibat cedera termal.
Cedera termal menyebabkan kerusakan dari sistem pertahan kulit, sehingga terjadi
perubahan permeabilitas kapiler pada lapisan dermis yang menyebabkan ketidak seimbangan
dari proses homeostatis. Ketika suhu meningkat lebih lanjut, denaturasi protein terjadi, radikal
oksigen dibebaskan, dan akhirnya sel-sel mati dengan pembentukan eschar bakar.1Pada pasien
ini mengingat usia pasien yang sudah lanjut usia, sehingga sudah terjadi proses penuaan pada
kulit. Karena proses penuaan tersebut kulit pasien menjadi lebih tipis, sehingga lapisan dermis
yang sangat vaskuler ketebalan lebih tipis jika dibandingkan dengan usia produktif. Selain itu
dilihat dari faktor komorbid yang lain seperti diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit jantung yang
diderita oleh pasien. Defisiensi insulin terjadi pada diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan sel baru , selain itu pada keadaan hiperglikemik meningkatkan
pembetukan protein plasma yang mengandung gula, seperti fibrinogen, macroglobulin- α2 serta
faktor pembekuan V-VII. Dengan cara ini viskositas darah mungkin meningkat. Glikosilasi
protein yang terjadi memicu pengendapan kolagen di membrane basalis pembuluh darah,
sehingga menyebabkan mikroangiopati yang dapat memperburuk proses penyembuhan luka
akibat vaskularisasi yang tidak baik.2 Penyakit jantung yang diderita pasien juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Pada pasien luka bakar berat
integritas mikrovaskuler hilang, dan plasma-seperti kebocoran cairan ke dalam ruang interstisial.
Waktu setelah cedera di mana integritas kapiler dikembalikan bervariasi secara individual.3
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar ureum yang tinggi pada saat
pemeriksaan laboratorium yang pertama, kemudian semakin hari semakin menurun, hal ini dapat
disebabkan karena beberapa faktor, antara lain; 1. Pasien mengkonsumsi makanan yang tinggi
protein pada hari pertama, karena konsumsi makanan belum di tentukan oleh ahli gizi sebelum
masuk rumah sakit., 2. Peningkatan katabolisme protein yang terjadi akibat kompensasi dari luka
bakar yang menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat sehingga protein plasma keluar dari
intravaskuler dan menyebabkan peningkatan katabolisme protein yang tinggi sebagai upaya
kompensasi. 3. Dapat juga disebabkan karena proteolisis akibat defisiensi insulin .
Pasien ini di beri infus ringer laktat karena ringer laktat paling mirip cairan ekstraselular
normal. Memiliki nilai klorida yang seimbang sehingga mencegah potensi untuk terjadinya
asidosis metabolik.4 Kristaloid isotonik mendistribusikan secara merata di antara intravaskular
yang dan interstisial ruang setelah 30 menit hanya 16% dari volume kristaloid diinfus tetap
tinggal di ruang intravaskuler.5 Hal ini tidak diinginkan, terutama dalam membakar-luka pasien
di mana hal ini dapat memperburuk edema jaringan dan meningkatkan difusi jarak jauh dalam
jaringan, sehingga jaringan kompromi perfusi. Ada juga bukti yang meyakinkan bahwa kristaloid
memiliki pengaruh besar pada koagulasi. Tiga terakhir Studi telah menunjukkan bahwa dalam
dilusi vivo dengan kristaloid mengakibatkan keadaan hypercoaguable, dan satu studi lebih
lanjut telah menunjukkan bahwa ini adalah independen dari jenis kristaloid digunakan.6
Sebagaimana akan dibahas kemudian, ada juga kekhawatiran tentang kristaloid isotonik
memiliki pengaruh pada respon imunologi terhadap luka bakar. Meskipun kekhawatiran tentang
penggunaan kristaloid isotonik, survei terbaru dari praktek di Inggris dan Irlandia dilaporkan
bahwa 76% dari unit luka bakar dewasa menggunakan solusi Hartmann untuk resusitasi pasien
luka bakar mereka.7 Ringer Laktat, yang komposisinya sama dengan larutan Hartmann adalah
dominan membakar cairan resusitasi di AS.4
Resusitasi cairan yang diberikan menurut Parkland dengan luas luka bakar ± 12% adalah
sebanyak 2448 cc ringer laktat dalam 24 jam pertama. Pada 24 jam kedua ringer laktat diberikan
sebanyak 20-60% dari estimate plasma volume yang disertai dengan pemberian cairan koloid
dengan pemantauan output urine 30ml/jam. Sedangkan jika dibandingkan dengan menggunakan
rumus Evan Broke, dengan pemberian Nacl/ 24 jam pada pasien ini adalah 612 cc dan
pemberian cairan plasma 612 cc, pemberian dextrose 5%/24 jam adalah 2000 cc, jadi jumlah
cairan sehari-hari diberikan 3224 cc, separuh darih jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama,
(1600 cc) kemudian diberikan dalam 16 jam berikutnya (1600cc). Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan dari jumlah cairan di hari pertama, yaitu 1600cc/24 jam, dan pada hari
ketiga diberi setengah jumlah cairan dari hari kedua, yaitu 800cc/24 jam. Pemberian resusitasi
cairan menurut Evan Broke disertai dengan pemamtauan jumlah urin (0,5-1cc/kgBB/ jam =
50cc/jam). Faktor-faktor yang membantu memprediksi pasien untuk mencapai resusitasi yang
cukup dengan menggunakan rumus Brooke yang dimodifikasi. Sekelompok Kanada yang
menemukan bahwa resusitasi volume 24-jam adalah 6,7 ±2,8 ml / kg / % Luka Bakar, secara
signifikan lebih besar pada 84% pasien.8
Kebutuhan kalori yang dibutuhkan pada pasien ini jika menggunakan formula curreri,
adalah yang terdiri dari 60-65 % karbohidrat, yaitu 1365 kcal, protein 23-25% yaitu 569 kcal
(dalam pembulatan, dan kebutuhan lemak 5-15%, yaitu 341 kcal (dalam pembulatan), jadi total
kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh pasien perhari adalah 2275 kcal. Namun mengingat
pasien tersebut memiliki penyakit diabetes mellitus tipe II, menurut rumus brocca pasien tersebut
membutuhkan 1750 kalori/hari, dengan distribusi makanan karbohidrat 60% (1050 kalori),
protein 20% (350 kalori), lemak 20% (350 kalori). Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar
untuk makan pagi (20%), makan siang (30%), makan malam (25%) serta 2-3 porsi makanan
ringan diantara makanan besar.9
Penanganan luka bakar pada pasien ini adalah telah dilakukan debridement, setelah
beberapa hari timbul jaringan eschar pada pasien sehingga harus dilakukan escharectomy.
Escharectomy melibatkan operasi pengangkatan eschar akibat dari luka bakar termal.
Hal ini dapat digunakan pada luka bakar yang tebal dan dalam.. Dengan penanganan
escharectomy awal, jaringan nekrotik berubah menjadi lesi bedah, sehingga mengurangi faktor-
faktor kimia peradangan, menurunkan kadar asam laktat, dan menekan aktivitas dan proliferasi
fibroblas. Namun pada pasien ini menolak untuk dilakukannya escharectomy, alternative lain
saat ini yang mungkin dapat disarankan adalah hanya perawatan luka sementara untuk mencegah
perluasan infeksi dan mengurangi jaringan eschar dengan menggunakan obat-obatan seperti
MEBO atau BUNAZIN. Herbal sebagai alternative juga dapat digunakan, misalnya penggunaan
madu yang dapat bekerja sebagai agen debridement karena aktivitas proteolitik dapat
menghilangkan jaringan nekrotik dan eschar melalui facilitating autolytic debridement.10
Pada luka bakar biasanya mengalami strees ulcer sehingga untuk pencegahannya
diberikan gastridin dimana mengandung ranitidin, derivat aminoalkilfuran, efektif untuk tukak
lambung, usus dan pada keadaan lain yang sehubungan dengan sekresi asam lambung yang
berlebihan.
Kemudian untuk mengurangi kecemasan atau gangguan tidur pada pasien ini karena luka
bakarnya diberikan zypraz yang mengandung aprazolam golongan obat benzodiazepin.
Ceftriaxon diberikan pada pasien ini karena terdapat luka bakar terbuka sehingga
mencegah terjadinya infeksi yang dapat memperberat kondisi pasien dan pemulihan luka.
Pada pasien ini diberikan vestein berisi erdostein 300mg merupakan antioksidan dan obat
mukolitik tetapi pada pasien ini tidak didapatkan keluhan batuk berdahak.
Luka bakar menyebabkan rasa nyeri pada pasien untuk mengurangi diberikan obat
ultracet yang berisi tramadol HCL 37,5mg dan acetaminophen 325mg yang merupakan obat
jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai berat. Selain menyebabkan nyeri, luka bakar
merupakan proses inflamasi sehingga diberikan kalmetason yang merupakan kortikosteroid, pada
terapi awal diberikan secara IV kemudian setelah beberapa hari pasien diganti secara oral dengan
menggunakan obat hexilon 8mg yang berisi metilprednisolon diberikan 4kali sehari kemudian
diturunkan sampai mencapai dosis efektif yang akan merupakan sebagai dosis pemeliharaan.
Pasien juga diberikan terapi restor yang merupakan aspirin untuk mencegah terjadinya
agregasi trombosit. Sedangkan retaphyl berisi theophyllin / teofilin etilendiamin 300mg yang
biasa digunakan untuk terapi asma bronkhial tetapi pada pasien ini tidak terdapat riwayat asma,
walaupun pada pemeriksaan radiologi didapatkan oedem paru sehingga pasien merasa sesak
napas.
Pasien ini selain memiliki riwayat penyakit jantung ternyata pada saat pemeriksaan
laboratorium didapatkan diabetes militus tipe 2, untuk menurunkan glukosa darah pasien diterapi
dengan menggunakan novorapid subkutan karena pasien kurus dan sedang mengalami luka bakar
sehingga kemungkinan ada infeksi. Tetapi setelah pemberian novorapid tidak terdapat perubahan
sehingga diganti dengan terapi levemir 1x164 (malam hari) yang kemudian diperiksa glukosa
darah setengah jam sebelum makan, diharapkan glukosa darah stabil karena levemir merupakan
insulin bekerja jangka panjang 24jam didalam darah sehingga dapat mengontrol glukosa dalam
darah.
Terapi luka bakar awal diberikan MEBO, yang merupakan obat herbal yang berasal dari
cina, yang merupakan salep berisi minyak wijen dan lilin lebah, dikombinasikan dengan berbagai
jenis herbal yang mengandung 18 asam amino, 4 asam lemak, 7 polisakarida, vitamin dan
elemen mineral, serta substansi aktif beta sitoserol 0,25%. Dengan kombinasi ini sehingga dapat
meningkatkan proses re-epitelisasi, dan mempermudah pengelupasan jaringan nekrotik melalui
mekanisme drainase. Tetapi pada pasien ini, kolagen dan pembentukan epitelisasi lambat karena
usia pasien sudah tua sehingga lebih cepat pertumbuhan eschar. Oleh karena itu perlu dilakukan
escharectomy agar luka cepat sembuh, tetapi pasien menolak, akhirnya agar salep dapat
menembus eschar diganti dengan obat burnazin yang berisi silver sulfadiazine, obat antimikroba
topikal yang diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan sepsis luka pada pasien tingkat
luka bakar kedua dan ketiga. Kemudian ditutup dengan kasa basah NaCl 0,9% agar salep tidak
cepat menguap.
Pada pemeriksaan penunjang radiologi didapatkan fraktur kompresi pada pasien ini
diakibatkan berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam menopang beban tersebut, pada
pasien ini jatuh saat membawa air panas untuk mandi, jatuh terpeleset dan tulang tidak mampu
menopang berat badan karena umur pasien yang sudah lanjut usia sehingga ada proses
osteoporosis. Setiap tahun sekitar 700.000 insidensi di Ameika Serikat, dimana prevalensinya
meningkat 25% pada wanita yang berumur diatas 50 tahun. Satu dari dua wanita dan satu dari
empat laki-laki berumur lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis berhubungan dengan fraktur.
Pada pasien ini apabila terdapat nyeri dapat diberikan kalsitonin secara subkutan, intranasal, atau
perrektal mempunyai efek analgetik pada fraktur kompresi yang disebabkan oleh osteoporosis
dan pasien dengan nyeri tulang akibat metastasis. Aktifitas analgetik dari calcitonin yaitu dengan
meningkatkan kadar endorphins dalam plasma. Penelitian Yoshimura dan Lyritis dan Trovas
menunjukkan bahwa kalsitonin bekerja melalui reseptor-reseptor serotonergik pada medulla
spinalis. Pada fraktur kompresi vertebra yang disebabkan oleh osteoporosis, Kalsitonin juga
menghambat fungsi dari osteoklast, sehingga mencegah terjadinya penyerapan tulangSedangkan
skoliosis berhubungan dengan usia tua, atau karena kekurangan mineral kalsium sehingga terjadi
perubahan bentuk pada tulang belakang.11
Terapi non operatif untuk pasien ini karena menolak dikonsultasikan ke dokter ortopedi,
langkah awal yang dapat dilakukan adalah menggunakan bracing yang dapat digunakan segera
tetapi harganya mahal dan hanya bersifat konservatif. Untuk mencegah terjadinya fraktur
tambahan penting dilakukan evaluasi dan pegobatan osteoporosis merupakan bagian yang
penting dalam penatalaksaan fraktur kompresi vertebra. Sebagian besar pasien dengan fraktur
akibat osteoporosis akut harus diberikan terapi osteoporosis secara agresif. Pemeriksaan bone
densitometry sebaiknya dilakukan pada pasien dengan frkatur kompresi dan sebelumnya diguga
mengalami kehilangan massa tulang.12
Skoliosis pada pasien ini bisa menyebabkan jantung sulit memompa darah dan kesulitan
bernapas diakibatkan tulang costa dapat menekan organ tersebut. Untuk penanganan pada pasien
ini juga berhubungan dengan fraktur kompresi yaitu menggunakan bracing. Dan disarankan
untuk melakukan olahraga streching yang mengarah berlawanan dengan kemiringan vertebra.
Hal ini lebih baik dilakukan dengan pengawasan dokter ortopedi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moritz, A. R., and F. C. Heuriquez. 1947. Studies of thermal injury. II. The relative impor-
tance of time and surface temperature in the causation of cutaneous burns. Am. J. Pathol.
23:695-720.
2. Sibernagi, S, 2007. Teks dan atlas bewarna patofisiologi. ECG: Jakarta. Hal 288-90.
3. Alexander, J. W. 1990. Mechanism of immunologic suppression in burn injury. J. Trauma
30:S70-S75. [PubMed]
4. Fakhry SM, Alexander J, Smith D, Meyer AA, Peterson HD. Regional and institutional varia-
tion in burn care. J Burn Care Rehabil 1995;16:86–90.
5. Muir IA, Barclay TL. Burns and their treatment. Chicago: Year Book Medical Publishers;
1974.
6. Goodwin CW, Dorethy J, Lam V, Pruitt Jr BA. Randomized trial of efficacy of crystalloid and
colloid resuscitation on hemodynamic response and lung water following thermal injury. Ann
Surg 1983;197(5):520–31.
7. Baker RHJ, Akhavani MA, Jallali N. Resuscitation of thermal injuries in the United Kingdom
and Ireland. J Plast Reconstr Aesthet Surg 2007;60:682–5.
8. Cartotto RC, Innes M, Musgrave MA, Gomez M, Cooper AB. How well does the Parkland
formula estimate actual fluid resuscitation volumes? J Burn Care Rehabil 2002;23:258–65.
9. Yunir M, 2007. Ilmu penyakit dalam: terapi non farmakologis diabetes mellitus tipe 2. ECG:
Jakarta.hal 1563-64.
10. http://dmes.com/Debridement_of_Wounds_with_Honey_Molan.pdf. diunduh 1 febuari
2012
11. Brunton Stephen, et al, (2005). Vertebral compression fractures in primary care. The Journal
of Family Practice. Disitasi pada tanggal 26 april 2010 dari :
http://www.jfponline.com/uploadedFiles/Journal_Site_Files/Journal_of_Family_Practice/
supplement_archive/VCF_0905.pdf
12. Mazanec Daniel J, et. Al, 2003. Vertebral Compression Fracture : Manage aggressively to
Prevent sequel. Cleveland clinic Journal of Medicine.:
http://www.ccjm.org/content/70/2/147.full.pdf
Homework Help https://www.homeworkping.com/ Math homework helphttps://www.homeworkping.com/ Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/ Algebra Helphttps://www.homeworkping.com/ Calculus Helphttps://www.homeworkping.com/
Accounting helphttps://www.homeworkping.com/ Paper Helphttps://www.homeworkping.com/ Writing Helphttps://www.homeworkping.com/ Online Tutorhttps://www.homeworkping.com/ Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/