Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    1/73

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada

    beberapa Negara industri maju dan Negara berkembang seperti Indonesia.1 Data

    epidemiologi untuk gagal jantung di Indonesia belum ada, namun ada Survei

    Kesehatan Nasional 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan

    penyebab kematian utama di Indonesia (26,4%) dan pada Profil Kesehatan

    Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada di urutan ke-delapan

    (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di

    Indonesia.2 Di antara 10 penyakit terbanyak pada sistem sirkulasi darah, stroke

    tidak berdarahah atau infark menduduki urutan penyebab kematian utama, yaitu

    sebesar 27 % (2002), 30%( 2003) , dan 23,2%( 2004). Gagal jantung menempati

    urutan ke-5 sebagai penyebab kematian yang terbanyak pada sistim sirkulasi

    pada tahun 2005.3

    Peningkatan insiden penyakit jantung koroner berkaitan dengan

    perubahan gaya hidup masyarakat yang turut berperan dalam meningkatkan

    faktor risiko penyakit ini seperti kadar kolesterol lebih dari 200 mg%, HDL

    kurang dari 35mg%, perokok aktif dan hipertensi.2

    Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan

    darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

    tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian

    jantung yang tinggi atau kedua-duanya.1

    Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal

    jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai

    kontribusi untuk terjadinya gagal jantung sebesar 75% yang termasuk

    didalamnya bersamaan dengan penyakit jantung koroner. Gagal jantung dengan

    sebab yang tidak diketahui sebanyak 20 30% kasus.3

    Penegakkan diagnosis yang baik sangat penting untuk penatalaksanaan

    gagal jantung baik akut maupun kronik. Diagnosis gagal jantung meliputi

    anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

    anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan modal dasar untuk menegakkan

    1

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    2/73

    diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang terdiri dari foto thoraks,

    elektrokardiografi, laboratorium, echocardiografi, pemeriksaan radionuklir juga

    pemeriksaan angiografi koroner. Perkembangan teknologi canggih dalam

    pencitraan dan biomarker dapat menolong klinisi untuk menegakkan diagnosis

    yang lebih baik untuk menangani penderita dengan gagal jantung.

    Penatalaksanaan gagal jantung meliputi penatalaksanaan secara umum/

    non farmakologi, farmakologi dan penatalaksanaan intervensi. Penatalaksanaan

    ini tergantung penyebab gagal jantung yang terjadi, dan fasilitas yang tersedia.

    Dengan penatalaksanaan yang baik diharapkan akan terwujud pengurangan

    angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan gagal jantung.

    2

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    3/73

    BAB II

    GAGAL JANTUNG

    2.1. Definisi

    Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan

    darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan

    metabolisme tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan

    tekanan pengisian jantung yang tinggi atau kedua-duanya.5

    Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila

    jantung tidak mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi

    kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal, meskipun

    aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.6

    2.2. Etiologi

    Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara

    epidemiologi penting untuk mengetahui penyebab gagal jantung, di Negara

    maju penyakit arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab

    terbanyak, sedangkan di Negara berkembang yang menjadi penyebab

    terbanyak adalah penyakit katup jantung dan penyakit jantung akibat

    malnutrisi.7 Secara garis besar penyebab terbanyak gagal jantung adalah

    penyakit jantung koroner 60-75%, dengan penyebab penyakit jantung

    hipertensi 75%, penyakit katup (10%) serta kardiomiopati dan sebab lain

    (10%).7

    Faktor risiko seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor

    yang dapat berpengaruh pada perkembangan gagal jantung. Selain itu berat

    badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL

    dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.7

    Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama untuk

    terjadinya gagal jantung. Perubahan gaya hidup dengan konsumsi makanan

    3

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    4/73

    yang mengandung lemak, dan beberapa faktor yang mempengaruhi,

    sehingga angka kejadiannya semakin meningkat.

    Hipertensi telah terbukti meningkatkan risiko terjadinya gagal

    jantung pada beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal

    jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertropi ventrikel kiri.

    Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik

    dan diastolic, meningkatkan risiko terjadinya infark miokard dan

    memudahkan untuk terjadinya aritmia. Ekokardiografi yang menunjukkan

    hipertropi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal

    jantung. Adanya krisis hipertensi dapat menyebabkan timbulnya gagal

    jantung akut.7

    Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung yang bukan

    disebabkan oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung

    kongenital, katup ataupun penyakit perikardial. Kardiomiopati dibedakan

    menjadi empat kategori fungsional : dilatasi (kongestif), hipertropik,

    restriktif, dan obliterasi. Kardiomiopati dilatasi merupakan kelainan dilatasi

    pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Penyebabnya

    antara lain miokarditis virus, penyakit jaringan ikat seperti SLE, dan

    poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertropik dapat merupakan penyakit

    keturunan (autosomal dominant) meski secara sporadik masih

    memungkinkan. Ditandai adanya kelainan pada serabut miokard dengan

    gambaran khas hipertropi septum yang asimetris yang berhubungan dengan

    obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertropik obstruktif).

    Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta compliance

    ventrikel yang buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan

    fungsi diastolik (relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel.

    Kardiomiopati peripartum menyebabkan gagal jantung akut.7,8

    Penyakit katup sering disebabkan penyakit jantung rematik.

    Penyebab utama terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi mitral dan

    stenosis aorta. Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban

    (peningkatan beban awal) sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban

    tekanan (peningkatan beban akhir).9

    4

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    5/73

    Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan

    dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertropi ventrikel kiri.

    Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan.9

    Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan

    gagal jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia. Konsumsi alkohol

    yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot

    jantung alkohol). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2-3% dari kasus.

    Alkohol juga dapat menyebabkan malnutrisi dan defisiensi tiamin. Obat-

    obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi seperti

    doksorubisin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan

    gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.9

    2.3 Patofisiologi

    Gagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan progresif yang

    dimulai setelah adanya index event atau kejadian penentu hal ini dapat

    berupa kerusakan otot jantung, yang kemudian mengakibatkan berkurangnya

    miosit jantungyang berfungsi baik, atau mengganggu kemampuan

    miokardium untuk menghasilkan daya. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan

    jantung tidak dapat berkontraksi secara normal. Kejadian penentu yang

    dimaksud ini dapat memiliki onset yang tiba-tiba, seperti misalnya pada

    kasus infark miokard akut (MI), atau memiliki onset yang gradual atau

    insidius, seperti pada pasien dengan tekanan hemodinamik yang tinggi (pada

    hipertensi) atau overload cairan (pada gagal ginjal), atau bisa pula herediter,

    seperti misalnya pada kasus dengan kardiomiopati genetik. Pasien dengan

    gagal jantung pada akhirnya memiliki satu kesamaan, yaitu penurunan

    kemampuan pompa jantung, terlepas dari berbagai penyebab gagal jantung.

    Pada kebanyakan orang gagal jantung bisa asimtomatik atau sedikit

    bergejala setelah terjadi penurunan fungsi jantung, atau menjadi bergejala

    setelah disfungsi dialami dalam waktu yang lama. Tidak diketahui dengan

    pasti mengenai pasien dengan disfungsi ventrikel kiri tetap asimtomatik, hal

    yang berpotensi mampu memberi penjelasan mengenai hal ini adalah

    banyaknya mekanisme kompensasi yang akan teraktivasi saat terjadi jejas

    5

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    6/73

    jantung atau penurunan fungsi jantung yang tampaknya akan mengatur

    kemampuan fungsi ventrikel kiri dalam batas homeostatik/fisiologis,

    sehingga kemampuan fungsional pasien dapat terjaga atau hanya menurun

    sedikit. Transisi pasien dari gagal jantung asimtomatik ke gagal jantung

    yang simtomatik, aktivasi berkelanjutan dari sistem sitokin dan

    neurohormonal akan mengakibatkan perubahan terminal pada miokardium,

    hal ini dikenal dengan remodelling ventrikel kiri. Patogenesis pada gagal

    jantung dapat diterangkan pada Gambar 1. Gagal jantung dimulai setelah

    adanya index eventyang menghasilkan penurunan pada kemampuan pompa

    jantung. Seiring dengan menurunan pada kapasitas pompa jantung, beragam

    mekanisme kompensasi diaktifkan termasuk sistem syaraf adrenergik, sistem

    renin angiotensin, dan sistim sitokin. Pada jangka pendek hal ini dapat

    mengembalikan fungsi jantung pada batas homoestatik sehingga pasien tetap

    asimtomatik. Namun dengan aktivasi berkelanjutan mekanisme kompensasi

    ini dapat mengakibatkan kerusakan organ terminal sekunder pada ventrikel,

    dengan remodelling ventrikel kiri yang memburuk dan dekompensasi

    jantung. Sebagai akibatnya secara klinis pasien mengalami transisi dari gagal

    jantung yang tidak bergejala ke gagal jantung yang bergejala.

    Gambar 1. Patofisiologi Gagal Jantung

    Dikutip dari: Mann DL4

    6

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    7/73

    Mekanisme Neurohormonal

    Beberapa ahli menyarankan gagal jantung dilihat dalam suatu model

    neurohormonal yaitu gagal jantung berkembang sebagai hasil ekspresi

    berlebihan suatu molekul yang secara biologis aktif, yang dapat

    memberikan efek kerusakan jantung dan sirkulasi. 1,4,8

    Seiring dengan progresi gagal jantung, masukan inhibisi dari reseptor

    arterial dan kardiopulmoner terus menurun, dan masukan eksitasi

    meningkat. Akibatnya perubahan keseimbangan ini terjadi peningkatan

    aktifitas pada sistem simpatis, berkurangnya kemampuan sistem

    parasimpatik dan simpatik dalam mengontrol denyut jantung, dan

    terganggunya regulasi reflek simpatis pada resistensi vaskular. Iskemia

    dinding anterior juga memiliki efek tambahan pada eksitasi sistem saraf

    simpatik efferent. Gambaran sistem syaraf simpatik dan parasimpatik pada

    gagal jantung dapat dilihat pada Gambar 2. 1.

    Pengaturan mekanisme neurohormonal ini dapat bersifat adaptif

    ataupun maladaptif. Sistem ini bersifat adaptif apabila sistem dapat

    memelihara tekanan perfusi arteri selama terjadi penurunan curah jantung.

    Sistem ini menjadi maladaptif apabila menimbulkan peningkatan

    hemodinamik melebihi batas ambang normal, menimbulkan peningkatan

    kebutuhan oksigen, serta memicu timbulnya cedera sel miokard. Adapun

    pengaturan neurohormonal sebagai berikut:

    A. Sistem Saraf Adrenergik

    Pasien dengan gagal jantung terjadi penurunan curah jantung. Hal ini

    akan dikenali oleh baroreseptor di sinus caroticus dan arcus aorta,

    kemudian dihantarkan ke medulla melalui nervus IX dan X, yang akan

    mengaktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi systemsaraf simpatis ini akan

    menaikkan kadar norepinefrin (NE). Hal iniakan meningkatkan frekuensi

    denyut jantung, meningkatkankontraksi jantung serta vasokonstriksi arteri

    dan vena sistemik.1

    Norepinefrin dapat meningkatkan kontraksi dan mempertahankan

    tekanan darah, tetapi kebutuhan energi miokard menjadi lebih besar, yang

    7

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    8/73

    dapat menimbulkan iskemi jika tidak ada penyaluran O2 ke miokard.

    Dalam jangka pendek aktivasi sistem adrenergic dapat sangat membantu,

    tetapi lambat laun akan terjadi maladaptasi.1

    Penderita dengan gagal jantung kronik akan terjadi penurunan

    konsentrasi norepinefrin jantung; mekanismenya masih belum jelas,

    mungkin berhubungan dengan exhaustion phenomenon yang berasal dari

    aktivasi sistem adrenergik yang berlangsung lama.1

    Keterangan: Ach:asetilkolin, SSP=Susunan Syaraf Pusat, E=epinephrine, Na+=Natrium,

    NE=norepinephrine.

    Gambar 2.1 Mekanisme aktivasi sistem syaraf simpatik dan parasimpatik pada

    gagal jantung.

    Dikutip dari : Floras JS

    10

    B. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron

    Curah jantung yang menurun, akan terjadi aktivasi sistem renin-

    angiotensin aldosteron. Beberapa mekanisme seperti hipoperfusi renal,

    berkurangnya natrium terfiltrasi yang mencapai makula densa tubulus

    distal, dan meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, memicu peningkatan

    pelepasan renin dari apparatus juxtaglomerular. Renin memecah empat

    asam amino dari angiotensinogen I, dan Angiotensin -converting enzyme

    8

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    9/73

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    10/73

    relatif lama akan menimbulkan efek berbahaya, yaitu memicu hipertrofi

    dan fibrosis vaskuler dan miokardium, yang berakibat berkurangnya

    compliance vaskuler dan meningkatnya kekakuan ventrikel. Di samping itu

    aldosteron memicu disfungsi sel endotel, disfungsi baroreseptor, dan

    inhibisi uptake norepinefrin yang akan memperberat gagal jantung.

    Mekanisme aksi aldosteron pada sistem kardiovaskuler nampaknya

    melibatkan stres oksidatif dengan hasil akhir inflamasi pada jaringan.1

    C. Stres Oksidatif

    Pada pasien gagal jantung terdapat peningkatan kadar reactive

    oxygen species (ROS). Peningkatan ini dapat diakibatkan oleh rangsangan

    dari ketegangan miokardium, stimulasi neurohormonal (angiotensin II,

    aldosteron, agonis alfa adrenergik, endothelin-1) maupun sitokin inflamasi

    (tumor necrosis factor, interleukin-1). Efek ROS ini memicu stimulasi

    hipertrofi miosit, proliferasi fibroblast dan sintesis collagen. ROS juga

    akan mempengaruhi sirkulasi perifer dengan cara menurunkan

    bioavailabilitas NO.1,5

    D. Bradikinin

    Penelitian menunjukkan bahwa bradikinin berperan penting dalam

    pengaturan tonus pembuluh darah. Bradikinin akan berikatan dengan

    reseptor B1 dan B2. Sebagian besar efek bradikinin diperantarai lewat

    ikatan dengan reseptor B2. Ikatan dengan reseptor B2 ini akan

    menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah. Pemecahan bradikinin akan

    dipicu oleh ACE.1,5

    E. Remodeling Ventrikel Kiri

    Model neurohormonal yang telah dijelaskan di atas gagal

    menjelaskan progresivitas gagal jantung. Remodeling ventrikel kiri yang

    progresif berhubungan langsung dengan bertambah buruknya kemampuan

    ventrikel kiri di kemudian hari. Proses remodeling mempunyai efek

    penting pada miosit jantung, perubahan volume miosit dan komponen

    nonmiosit pada miokard serta geometri dan arsitektur ruangan ventrikel

    kiri.1,5

    Proses remodeling jantung ini dapat dijelaskan pada gambar 3.

    Remodeling berawal dari adanya beban jantung yang mengakibatkan

    10

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    11/73

    meningkatkan rangsangan pada otot jantung. Keadaan jantung yang

    overload dengan tekanan yang tinggi, misalnya pada hipertensi atau

    stenosis aorta, mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik yang secara

    parallel menigkatkan tekanan pada sarkomer dan pelebaran pada miosit

    jantung, yang menghasilkan hipertrofi konsentrik. Jika beban jantung

    didominasi dengan peningkatan volume ventrikel, sehingga meningkatkan

    tekanan pada diastolik, yang kemudian secara seri pada sarkomer dan

    kemudian terjadi pemanjangan pada miosit jantung dan dilatasi ventrikel

    kiri yang mengakibatkan hipertrofi eksentrik.1

    Homeostasis kalsium merupakan hal yang penting dalam

    perkembangan gagal jantung. Hal ini diperlukan dalam kontraksi dan

    relaksasi jantung. Jalur kalsium tipe L merupakan jalur kalsium pada

    jantung yang paling penting. Jalur ini akan terbuka saat depolarisasi

    membran sewaktu fase upstroke potensial aksi. Akibatnya terjadi influk

    kalsium kedalam sel yang menyebabkan fase plateu dan meningkatnya

    kadar kalsium dalam sitosol. Beberapa penelitian menunjukkan adanya

    penurunan mRNA dan kadar protein serta meningkatnya proses fosforilasi

    pada jalur ini. Kedua kondisi ini menyebabkan abnormalitas pada influks

    kalsium dan mempengaruhi pelepasan kalsium oleh retikulum sarkoplasma

    dimana hal ini akan menurunkan kecepatan pengambilan kalsium sehingga

    menyebabkan konstraksi dan pengisian jantung menurun.1,5

    Kontraksi dan relaksasi jantung merupakan interaksi yang

    tergantung pada energi yang memerlukan pemasukan kalsium dalam

    sitosol. Proses kontraksi-eksitasi merupakan proses yang menghubungkan

    depolarisasi membran plasma dengan pelepasan kalsium ke dalam sitosol,

    sehingga dapat berikatan dengan troponin C. Saluran ion kalsium dan

    natrium pada membran plasma berperan dalam memulai proses kontraksi-

    eksitasi. Proses membuka dan menutup saluran kedua ion ini yang akan

    menjaga potensial membran.1,5

    Pada kondisi gagal jantung terjadi abnormalitas pada pompa ion

    dan saluran ion yang menjaga proses kontraksi-eksitasi. Perpindahan

    isoform yang terjadi akan mengganti miosin ATPase yang tinggi dan

    11

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    12/73

    mempengaruhi struktur membran sehingga mengakibatkan penurunan

    dalam pompa kalsium ATPase. Selain itu, adanya kebutuhan energi juga

    menyebabkan gangguan pada proses kontraksi-eksitasi pada gagal

    jantung.1,5

    Kematian sel miokard merupakan indikator prognosis buruk

    pada gagal jantung. Baik apoptosis dan nekrosis akan menyebabkan

    kematian sel pada gagal jantung. Apoptosis terjadi sebagai konsekuensi

    dari adanya luka pada sel, peningkatan permeabilitas mitokondria dan

    jumlah kalsium yang berlebih. Apoptosis dapat berkembang menjadi

    nekrosis yang kemudian menjadi fibrosis. Hal-hal ini memperburuk gagal

    jantung.1,5

    Gambar 3. Pola remodelling jantung yang terjadi karena respon terhadap

    hemodinamik berlebih.Dikutip dari: Hunter JJ12

    12

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    13/73

    BAB III

    GAGAL JANTUNG KRONIS

    Pasien gagal jantung biasanya datang dalam keadaan sudah kronis, dengan

    keluhan yang dirasakan bertambah berat sehingga pasien datang ke dokter.

    Untuk menegakkan diagnosis pasien dengan gagal jantung kronis, perlu

    penggalian anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, juga didukung dengan

    pemeriksaan penunjang dari yang sederhana sampai pemeriksaan teknologi

    terkini, diharapkan dengan demikian akan terwujud penatalaksanaan gagal

    jantung kronis yang optimal.

    Kemampuan fungsional penderita dengan gagal jantung didapat melalui

    anamnesa yang cermat, atau jika memungkinkan melalui test saat aktivitas.

    Analisis udara ekspirasi saat beraktivitas adalah pemeriksaan gold-standard

    untuk mengukur keterbatasan fisik seseorang. Test ini tidak umum dilakukan

    diluar senter-senter transplantasi jantung. Untuk mempermudah hal klasifikasi

    fungsional NYHAmengklasifikasikan gagal jantung menjadi 4 kelas fungsional

    yang dapat ditentukan melalui anamnesa, klasifikasi ini dapat dilihat pada tabel

    1.1.

    Berdasarkan klasifikasi NYHA pasien yang dapat berjalan beberapa ratus

    meter tanpa gejala namun kesulitan menaiki tangga 2 lantai memiliki gagal

    jantung kelas II, sementara pasien yang tidak mampu berjalan jauh atau kesulitan

    saat menaiki beberapa anak tangga dapat dimasukan kedalam kelas III.

    Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut NYHA tidak dapat dicampur-

    adukkan dengan stadium gagal jantung menurut ACC/AHA yang sebelumnya

    dibahas. Klasifikasi NYHA didasarkan pada limitasi fungsional, sementara

    stadium gagal jantung menurut ACC/AHA didasarkan pada progresi gagal

    jantung, terlepas dari status fungsionalnya.

    13

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    14/73

    Tabel 1.1. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural (ACC/AHA)

    atau berdasarkan gejala, berdasarkan kelas fungsionalnya (NYHA)

    Tahapan Gagal Jantung berdasarkan

    struktural dan kerusakan otot jantung.

    Beratnya gagal jantung berdasarkan gejala dan

    aktivitas fisik.

    Stage

    A

    Memiliki risiko tinggi

    mengembangkan gagal jantung.

    Tidak ditemukan kelainan struktural

    atau fungsional, tidak terdapat

    tanda/gejala.

    Kelas

    I

    Aktivitas fisik tidak terganggu,

    aktivitas yang umum dilakukan tidak

    menyebabkan kelelahan, palpitasi, atau

    sesak nafas.

    Stage

    B

    Secara struktural terdapat kelainan

    jantung yang dihubungkan dengan

    gagal jantung, tapi tanpa tanda/gejala

    gagal jantung.

    Kelas

    II

    Aktivitas fisik sedikit terbatasi. Saat

    istirahat tidak ada keluhan. Tapi

    aktivitas fisik yang umum dilakukan

    mengakibatkan kelelahan, palpitasi atausesak nafas.

    Stage

    C

    Gagal jantung bergejala dengan

    kelainan struktural jantung. Kelas

    III

    Aktivitas fisik sangat terbatasi. Saat

    istirahat tidak ada keluhan. Tapi

    aktivitas ringan menimbulkan rasa

    lelah, palpitasi, atau sesak nafas.

    Stage

    D

    Secara struktural jantung telah

    mengalami kelainan berat, gejala

    gagal jantung terasa saat istirahat

    walau telah mendapatkan

    pengobatan.

    Kelas

    IV

    Tidak dapat beraktivitas tanpa

    menimbulkan keluhan. Saat istirahat

    bergejala. Jika melakukan aktivitas

    fisik, keluhan bertambah berat.

    Dikutip dari: Mann DL4

    3.1 DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG KRONIS

    3.1.1 TANDA DAN GEJALA GAGAL JANTUNG

    Pemeriksaan klinis gagal jantung selalu dimulai dari anamnesa dan

    pemeriksaan fisik, yang hingga kini tetap menjadi ujung tombak evaluasi gagal

    jantung. Prinsip dan teknik pemeriksaan yang benar harus dikuasai, sehingga

    riwayat gagal jantung yang objektif dapat digali secara detail.1

    ANAMNESA

    Gejala kardinal gagal jantung adalah sesak nafas, intoleransi saat aktivitas,

    dan lelah.1,5 Keluhan lelah secara tradisional dianggap diakibatkan oleh

    rendahnya kardiakoutputpada gagal jantung, abnormalitas pada otot skeletal dan

    komorbiditas non-kardiak lainnya seperti anemia dapat pula memberikan

    kontribusi. Gagal jantung pada tahap awal, sesak hanya dialami saat pasien

    beraktivitas berat, seiring dengan semakin beratnya gagal jantung, sesak terjadi

    pada aktivitas yang semakin ringan dan akhirnya dialami pada saat istirahat.

    14

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    15/73

    Penyebab dari sesak ini kemungkinan besar multifaktorial, mekanisme yang

    paling penting adalah kongesti paru, yang diakibatkan oleh akumulasi cairan

    pada jaringan intertisial atau intraalveolar alveolus. Hal tersebut mengakibatkan

    teraktivasinya reseptor juxtacapiler J yang menstimulasi pernafasan pendek dan

    dangkal yang menjadi karakteristik cardiac dypnea. Faktor lain yang dapat

    memberikan kontribusi pada timbulnya sesak antara lain adalah kompliance paru,

    meningkatnya tahanan jalan nafas, kelelahan otot respiratoir dan diagfragma, dan

    anemia. Keluhan sesak bisa jadi semakin berkurang dengan mulai timbulnya

    gagal jantung kanan dan regurgitasi trikuspid.1

    ORTHOPNU DANPAROXYSMAL NOCTURNAL DYSPNEA

    Ortopnu didefinisikan sebagai sesak nafas yang terjadi pada saat tidur

    mendatar, dan biasanya merupakan menisfestasi lanjut dari gagal jantung

    dibandingkan sesak saat aktivitas.1 Gejala ortopnu biasanya menjadi lebih ringan

    dengan duduk atau dengan menggunakan bantal tambahan. Ortopnu diakibatkan

    oleh redistribusi cairan dari sirkulasi splanchnic dan ekstrimitas bawah kedalam

    sirkulasi sentral saat posisi tidur yang mengakibatkan meningkatnya tekanan

    kapiler paru. Batuk-batuk pada malam hari adalah salah satu manisfestasi proses

    ini, dan seringkali terlewatkan sebagai gejala gagal jantung. Walau orthopnea

    merupakan gejala yang relatif spesifik untuk gagal jantung, keluhan ini dapat

    pula dialami pada pasien paru dengan obesitas abdomen atau ascites, dan pada

    pasien paru dengan mekanik kelainan paru yang memberat pada posisi tidur.1

    Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) adalah episode akut sesak nafas dan

    batuk yang umumnya terjadi pada malam hari dan membangunkan pasien dari

    tidurnya, biasanya terjadi 1 hingga 3 jam setelah pasien tertidur. Manisfestasi

    PND antara lain batuk atau mengi, umumnya diakibatkan oleh meningkatnya

    tekanan pada arteri bronchialis yang mengakibatkan kompresi jalan nafas,disertai

    edema pada intersitial paru yang mengakibatkan meningkatnya resistensi jalan

    nafas. Keluhan orthopnea dapat berkurang dengan duduk tegak pada sisi tempat

    tidur dengan kaki menggantung, pada pasien dengan keluhan PND, keluhan

    batuk dan mengi yang menyertai seringkali tidak menghilang, walau sudah

    mengambil posisi tersebut. Gejala PND relatif spesifik untuk gagal jantung.

    15

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    16/73

    Cardiac Asthma(asma cardiale) berhubungan erat dengan timbulnya PND, yang

    ditandai dengan timbulnya wheezing sekunder akibat bronchospasme, hal ini

    harus dibedakan dengan asma primer dan penyebab pulmoner wheezing lainnya.5

    EDEMA PULMONER AKUT

    Hal ini diakibatkan oleh transudasi carian kedalam rongga alveolar sebagai

    akibat meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler paru secara akut sekunder akibat

    menurunnya fungsi jantung atau meningkatnya volume intravaskular.

    Manisfestasi edema paru dapat berupa batuk atau sesak yang progresif. Edema paru pada gagal jantung yang berat dapat bermanifestasi sebagai sesak berat

    disertai dahak yang disertai darah. Jika tidak diterapi secara cepat, edema

    pulmoner akut dapat mematikan.5

    RESPIRASI CHEYNE STOKES

    Dikenal pula sebagai respirasi periodik atau siklik, adalah temuan umum

    pada gagal jantung yang berat, dan umumnya dihubungkan dengan kardiak

    output yang rendah. Respirasi cheyne-stokes disebabkan oleh berkurangnya

    sensitifitas pusat respirasi terhadap kadar PCO2 arteri. Terdapat fase apnea,

    dimana PO2 arteri jatuh dan PCO2 arteri meningkat. Perubahan pada gas darah

    arteri ini menstimulasi pusat nafas yang terdepresi dan mengakibatkan

    hiperventiasi dan hipokapni, yang diikuti kembali dengan munculnya apnea.

    Respirasi cheyne-stokes dapat dicermati oleh pasien atau keluarga pasien sebagai

    sesak nafas berat atau periode henti nafas sesaat.5

    GEJALA LAINNYA

    Pasien dengan gagal jantung juga dapat muncul dengan gejala

    gastrointestinal. Anorexia, nausea, dan rasa cepat kenyang yang dihubungkan

    dengan nyeri abdominal dan kembung adalah gejala yang sering ditemukan, dan

    bisa jadi berhubungan dengan edema dari dinding usus dan/atau kongesti hati.

    Kongesti dari hati dan pelebaran kapsula hati dapat mengakibatkan nyeri pada

    16

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    17/73

    kuadran kanan atas. Gejela serebral seperti kebingungan, disorientasi, gangguan

    tidur dan emosi dapat diamati pada pasien dengan gagal jantung berat, terutama

    pada pasien lanjut usia dengan arteriosklerosis serebral dan berkurangnya perfusi

    serebral. Nocturia juga umum ditemukan dan dapat memperberat keluhan

    insomnia.5

    Manisfestasi tanda dan gejala klinis gagal jantung yang diutarakan diatas

    sangatlah bervariasi. Sedikit yang spesifik untuk gagal jantung, sensitivitasnya

    rendah dan semakin berkurang dengan pengobatan jantung.Error: Reference

    source not found Pada tabel 1.2. dibawah ini menunjukkan sensitivitas dan

    spesifitas berbagai tanda dan gejala tersebut. Walau orthopnea dan paroxysmal

    nocturnal dyspeu relatif spesifik untuk gagal jantung, gejala tersebut tidak

    sensitif untuk diagnosis gagal jantung. Banyak orang dengan gagal jantung tidak

    memiliki gejala ini pada anamnesa. Tidak jauh berbeda, tekanan vena jugular

    yang meningkat sangat spesifik, tapi tidak sensitif dan membutuhkan keahlian

    klinis untuk deteksi tepat.

    Tabel 1.2 Sensitivitas dan Spesifitas Tanda dan Gejala Gagal Jantung pada pasien

    yang dianggap memiliki gagal jantung (Ejeksi Fraksi < 40%) pada

    1306 pasien Penyakit Jantung Koroner yang menjalani Angiography

    Koroner.

    Tanda dan Gejala Gagal Jantung Sensitivitas

    (%)

    Spesifitas

    (%)

    (+) Predictive

    Value (%)

    Anamnesa

    Mudah sesak 66 52 23

    Orthopnea 21 81 2

    Nocturnal dyspnea 33 76 26

    Riwayat bengkak 23 80 22

    Pemeriksaan Fisik

    Takikardi 7 99 6

    Ronkhi 13 99 6

    Edema 10 93 3

    Ventricular gallop (S3) 31 95 61

    Distensi Vena Jugularis 10 97 2

    Thorax Foto (Chest X-Ray)

    Cardiomegaly 62 67 32

    Anamnesa 66 52 23 Mudah sesak 21 81 2

    17

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    18/73

    Orthopnea 33 76 26

    Nocturnal dyspnea 23 80 22

    Dikutip dari: Harlan WR dkk.13

    Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung

    Kriteria Framingham adalah kriteria epidemiologi yang telah digunakan

    secara luas. Diagnosis gagal jantung mensyaratkan minimal dua kriteria mayor

    atau satu kriteria mayor disertai dua kriteria minor. Kriteria minor dapat diterima

    jika kriteria minor tersebut tidak berhubungan dengan kondisi medis yang lain

    seperti hipertensi pulmonal, PPOK, sirosis hati, atau sindroma nefrotik.1

    Kriteriamayor dan minor dari Framingham untuk gagal jantung dapat dilihat pada Tabel

    2.

    Tabel 2. Kriteria Framingham untuk Gagal JantungKriteria Mayor:

    Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea

    Distensi vena leher

    Rales paruKardiomegali pada hasil rontgen

    Edema paru akut

    S3 gallop

    Peningkatan tekanan vena pusat > 16 cmH2O pada atrium kananHepatojugular reflux

    Penurunan berat badan 4,5 kg dalam kurun waktu 5 hari sebagai respon pengobatan gagal

    jantung

    Kriteria Minor:

    Edema pergelangan kaki bilateral

    Batuk pada malam hariDyspnea on ordinary exertion

    Hepatomegali

    Efusi pleura

    Takikardi 120x/menit

    Dikutip dari: Mann DL4

    3.1.2 PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik yang cermat harus selalu dilakukan dalam mengevaluasi

    pasien dengan gagal jantung. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membantu

    menentukan apa penyebab gagal jantung dan juga untuk mengevaluasi beratnya

    sindroma gagal jantung. Memperoleh informasi tambahan mengenai profil

    hemodinamik, sebagai respon terhadap terapi dan menentukan prognosis adalah

    tujuan tambahan saat pemeriksaan fisik.

    4

    18

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    19/73

    KEADAAN UMUM DAN TANDA VITAL

    Pada gagal jantung ringan atau sedang, pasien bisa tampak tidak memiliki

    keluhan, kecuali merasa tidak nyaman saat berbaring datar selama lebih dari

    beberapa menit. Pada pasien dengan gagal jantung yang lebih berat, pasien bisa

    memiliki upaya nafas yang berat dan bisa kesulitan untuk menyelesaikan kata-

    kata akibat sesak. Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi pada

    umumnya berkurang pada gagal jantung lanjut karena fungsi LV yang sangat

    menurun. Tekanan nadi bisa berkurang, dikarenakan berkurangnya stroke

    volume, dan tekanan diastolik arteri bisa meningkat sebagai akibat vasokontriksi

    sistemik. Sinus tachycardia adalah gejala non spesifik yang diakibatkan oleh

    aktivitas simpatis yang meningkat. Vasokontriksi perifer mengakibatkan

    ekstrimitas perifer menjadi lebih dingin dan sianosis dari bibir dan ujung jari juga

    diakibatkan oleh aktivitas simpatis yang berlebihan.5

    PEMERIKSAAN VENA JUGULARIS DAN LEHER

    Pemeriksaan vena jugularis memberikan perkiraan tekanan pada atrium

    kanan, dan secara tidak langsung tekanan pada atrium kiri. Pemeriksaan tekanan

    vena jugularis dinilai terbaik saat pasien tidur dengan kepala diangkat dengan

    sudut 45o. Tekanan vena jugularis dihitung dengan satuan sentimeter H2O

    (normalnya kurang dari 8 cm), dengan memperkirakan tinggi kolom darah vena

    jugularis diatas angulus sternalis dalam centimeter dan menambahkan 5 cm

    (pada postur apapun). Pada tahap awal gagal jantung, tekanan vena jugularis bisa

    normal saat istirahat, tapi dapat secara abnormal meningkat saat diberikan

    tekanan yang cukup lama pada abdomen (refluk hepatojugular positif). Giant V

    wave menandakan keberadaan regurgitasi katup trikuspid.4

    PEMERIKSAAN PARU

    Pulmonary Crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh transudasi

    cairan dari rongga intravaskular kedalam alveoli. Pada pasien dengan edema

    paru, ronki dapat didengar pada kedua lapang paru dan dapat disertai dengan

    wheezing ekspiratoar (asma kardiale). Jika ditemukan pada pasien tanpa

    penyakit paru, ronkhi spesifik untuk gagal jantung. Walau demikian harus

    19

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    20/73

    ditekankan bahwa ronkhi seringkali tidak ditemukan pada pasien dengan gagal

    jantung kronik, bahkan ketika pulmonary capilary wedge pressure kurang dari

    20 mmHg, hal ini karena pasien sudah beradaptasi dan drainase sistem limfatik

    cairan rongga alveolar sudah meningkat. Efusi pleura timbul sebagai akibat

    meningkatnya tekanan sistem kapiler pleura, hasilnya adalah transudasi cairan

    kedalam rongga pleura. Karena vena pada pleura bermuara pada vena sistemik

    dan pulmoner, effusi pleura paling sering terjadi pada kegagalan kedua ventrikel

    (biventricular failure). Walau effusi pleura biasanya ditemukan bilateral, angka

    kejadian pada rongga pleura kanan lebih sering daripada yang kiri.4

    PEMERIKSAAN JANTUNG

    Pemeriksaan jantung, walau penting, seringkali tidak dapat memberikan

    informasi yang berguna mengenai beratnya gagal jantung. Jika terdapat

    kardiomegali, titik impulse maksimal (ictus cordis) biasanya tergeser kebawah

    intercostal space (ICS) ke V, dan kesamping (lateral) linea midclavicularis.

    Hipertrofi ventrikel kiri yang berat mengakibatkan pulsasi prekodial (ictus)

    teraba lebih lama (kuat angkat). Pemeriksaan pulsasi prekordial ini tidak cukup

    untuk mengevaluasi beratnya disfungsi ventrikel kiri. Pada beberapa pasien,

    bunyi jantung ketiga dapat didengar dan teraba pada apex.1

    Pada pasien dengan ventrikel kanan yang membesar dan mengalami

    hipertrofi dapat memiliki impulse yang kuat dan lebih lama sepanjang sistole

    pada parasternal kiri (right ventricular heave).Bunyi jantung ketiga (gallop)

    umum ditemukan pada pasien dengan volume overload yang mengalami

    tachycardia dan tachypnea, dan seringkali menunjukkan kompensasi

    hemodinamik yang berat. Bunyi jantung keempat bukan indikator spesifik gagal

    jantung, tapi biasanya ada pada pasien dengan disfungsi diastolik. Murmur

    regurgitasi mitral dan trikuspid umumnya ditemukan pada pasien dengan gagal

    jantung yang lanjut.4

    PEMERIKSAAN ABDOMEN DAN EKSTRIMITAS

    Hepatomegali adalah tanda yang penting tapi tidak umum pada pasien

    dengan gagal jantung. Jika memang ada, hati yang membesar seringkali teraba

    20

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    21/73

    lunak dan dapat berpulsasi saat sistol jika terdapat regurgitasi katup trikuspid.

    Ascites dapat timbul sebagai akibat transudasi karena tingginya tekanan pada

    vena hepatik dan sistem vena yang berfungsi dalam drainase peritenium.4

    Jaundice dapat juga ditemukan dan merupakan tanda gagal jantung

    stadium lanjut, biasanya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Ikterik

    pada gagal jantung diakibatkan terganggunya fungsi hepar sekunder akibat

    kongesti (bendungan) hepar dan hipoksia hepatoselular.4

    Edema perifer adalah manisfestasi kardinal gagal jantung, hal ini walau

    demikian tidaklah spesifik dan biasanya tidak terdapat pada pasien yang telah

    mendapat diuretik. Edema perifer pada pasien gagal jantung biasanya simetris,

    beratnya tergantung pada gagal jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi

    sekitar pergelangan kaki dan daerah pretibial pada pasien yang masih

    beraktivitas. Pada pasien tirah baring, edema dapat ditemukan pada sakrum dan

    skrotum. Edema yang berlangsung lama dihubungkan dengan kulit yang

    mengeras dan pigmentasi yang bertambah.4

    KAKEKSIA KARDIAK

    Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditemukan riwayat penurunan

    berat badan dan kaheksia. Walau mekanisme kakeksia tidak sepenuhnya

    dimengerti, kemungkinan besar faktor penyebabnya adalah multifaktorial,

    termasuk didalamnya adalah meningkatnya basal metabolik rate, anorexia,

    nausea, dan muntah-muntah yang diakibatkan oleh hematomegali hepatomegali

    dan rasa penuh di abdomen, meningkatnya konsentrasi sitokin pro-inflamasi

    yang bersirkulasi, dan terganggunya absorpsi pada saluran cerna akibat kongesti

    vena intestinal. Jika terdapat kakeksia maka prognosis gagal jantung akan

    semakin memburuk.4

    21

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    22/73

    4.1.1.TEST DIAGNOSTIK PADA GAGAL JANTUNG KRONIS

    Seperti yang dapat dilihat pada tabel sensitifitas dan spesifitas

    pemeriksaan klinis baik pada anamnesa dan pemeriksaan fisik dalam

    mendiagnosa gagal jantung relatif rendah. Karenanya pemeriksaan penunjang

    memiliki peranan penting dalam mendiagnosa gagal jantung. Tujuan

    dilakukannya pemeriksaan penunjang antara lain : (1) menentukan apakah

    terdapat kelainan jantung baik struktural atau fungsional yang dapat menjelaskan

    gejala pasien, (2) mengidentifikasi kelainan yang dapat diatasi oleh intervensi

    spesifik, dan (3) menentukan berat dan prognosis gagal jantung.4

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan pada gagal jantung antara

    lain adalah : darah rutin, urine rutin, elektrolit (Na & K), ureum & kreatinine,

    SGOT/PT, dan BNP. Pemeriksaan ini mutlak harus dilakukan pada pasien

    dengan gagal jantung karena beberapa alasan berikut : (1) untuk mendeteksianemia, (2) untuk mendeteksi gangguan elektrolit (hipokalemia dan/atau

    hiponatremia), (3) untuk menilai fungsi ginjal dan hati, dan (4) untuk mengukur

    brain natriuretic peptide (beratnya gangguan hemodinamik).4

    Kandungan elektrolit biasanya normal pada gagal jantung ringan-sedang,

    namun dapat menjadi abnormal pada gagal jantung berat ketika dosis obat

    ditingkatkan. Kadar serum kalsium biasanya normal, tapi penggunaan diuretik

    kaliuretik seperti thiazid atau loop diuretik dapat mengakibatkan hipokalemia.

    Derajat hiponatremia juga merupakan penanda beratnya gagal jantung, hal ini

    dikarenakan kadar natrium secara tidak langsung mencerminkan besarnya

    aktivasi sistem renin angiotensin yang terjadi pada gagal jantung. Selain itu,

    rektriksi garam bersamaan dengan terapi diuretik yang intensif dapat

    mengakibatkan hiponatremia. Gangguan elektrolit lainnya termasuk

    hipofasfatemia, hipomagnesemia, dan hiperurisemia.4

    Anemia dapat memperburuk gagal jantung karena akan menyebabkan

    meningkatnya kardiak output sebagai kompensasi memenuhi metabolisme

    22

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    23/73

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    24/73

    rate (GFR), menurut NYHA adalah prediktor mortalitas yang lebih kuat

    dibandingkan klasifikasi kelas fungsional.4

    Fungsi hepar sering ditemukan abnormal pada gagal jantung sebagai akibat

    hepatomegali yang menyertai. Aspartate aminotransferase (AST/SGOT) dan

    alanine aminotransferase (ALT/SGPT) dapat meningkat, protrombin time (PT)

    dapat memanjang, dan pada sebagian kecil kasus dapat terjadi

    hiperbilirubinemia.4

    Urinalisis harus dilakukan pada semua pasien dengan gagal jantung untuk

    mencari infeksi bakteri, mikroalbunuria dan mikrohematuri. Konsentrasi dan

    volume urine harus mendapat perhatian seksama terutama pada pasien dengan

    gangguan fungsi ginjal dan yang mendapat diuretik.4

    PEMERIKSAAN FOTO TORAKS

    Pemeriksaan Chest X-Ray (CXR) sudah lama digunakan dibidang

    kardiologi, selain menilai ukuran dan bentuk jantung, struktur dan perfusi dari

    paru dapat dievaluasi. Kardiomegali dapat dinilai melalui CXR, cardiothoracicratio (CTR) yang lebih dari 50%, atau ketika ukuran jantung lebih besar dari

    setengah ukuran diameter dada, telah menjadi parameter penting pada follow-up

    pasien dengan gagal jantung. Bentuk dari jantung menurut CXR dapat dibagi

    menjadi ventrikel yang mengalami pressure-overload atau volume-overload,

    dilatasi dari atrium kiri dan dilatasi dari aorta asenden. 4

    Pasien dengan gagal jantung akut dapat ditemukan memiliki gambaran

    hipertensi pulmonal dan/atau edema paru intersitial, sementara pasien dengan

    gagal jantung kronik tidak memilikinya. Kongesti paru pada CXR ditandai

    dengan adanyaKerley-lines, yaitu gambaran opak linear seperti garis pada lobus

    bawah paru, yang timbul akibat meningkatnya kepadatan pada daerah

    interlobular intersitial akibat adanya edema. Edema intersitial dan perivaskular

    terjadi pada dasar paru karena tekanan hidrostatik di daerah tersebut lebih tinggi.

    Temuan tersebut umumnya tidak ditemukan pada pasien gagal jantung kronis,

    hal ini dikarenakan pada gagal jantung kronis telah terjadi adaptasi sehinggameningkatkan kemampuan sistem limfatik untuk membuang kelebihan cairan

    24

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    25/73

    interstitial dan/atau paru. Hal ini konsisten dengan temuan tidak adanya ronkhi

    pada kebanyakan pasien gagal jantung kronis, walau tekanan arteri pulmonal

    sudah meningkat. Keberadaan dan beratnya effusi pleura juga merupakan

    informasi penting dalam evaluasi pasien dengan gagal jantung, dan terbaik

    dinilai melalui CXR dan CT-scan.3 Temuan pada foto toraks dengan penyebab

    dan implikasi klinisnya dapat di lihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Temuan pada Foto Toraks , Penyebab dan Implikasi Klinis

    Kelainan Penyebab Implikasi Klinis

    Kardiomegali Dilatasi ventrikel kiri,

    ventrikel kanan, atria, efusi

    perikard

    Ekhokardiografi, doppler

    Hipertropi ventrikel Hipertensi, stenosis aorta,

    kardiomiopati hipertropi

    Ekhokardiografi, doppler

    Kongesti vena paru Peningkatan tekanan

    pengisian ventrikel kiri

    Gagal jantung kiri

    Edema interstisial Peningkatan tekanan

    pengisian ventrikel kiri

    Gagal jantung kiri

    Efusi pleura Gagal jantung dengan

    peningkatan pengisian

    tekanan jika ditemukan

    bilateral, infeksi paru,keganasan

    Pikirkan diagnosis non kardiak

    Garis Kerley B Peningkatan tekanan limfatik Mitral stenosis atau gagal

    jantung kronis

    Dikutip dari : Mann DL dkk. 4

    ELEKTROKARDIOGRAM

    Pemeriksaan elektrokardiogram (ECG) harus dilakukan untuk setiap pasien

    yang dicurigai gagal jantung.1 Dampak diagnostik elektrokardiogram (ECG)

    untuk gagal jantung cukup rendah, namun dampaknya terhadap terapi cukup

    tinggi.1 Temuan EKG yang normal hampir selalu menyingkirkan diagnosis gagal

    jantung.1 Gagal jantung dengan perubahan EKG umum ditemukan. Temuan

    seperti gelombang Q patologis, hipertrofi ventrikel kiri dengan strain, right

    bundle branch block(RBBB), left bundle branch block(LBBB), AV blok, atau

    perubahan pada gelombang T dapat ditemukan. Gangguan irama jantung seperti

    takiaritmia supraventrikuler (SVT) dan fibrilasi atrial (AF) juga umum.

    Ekstrasistole ventrikular (VES) dapat sering terjadi dan tidak selalu

    25

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    26/73

    menggambarkan prognosis yang buruk, sementara takikardi ventrikular

    sustained dan nonsustained dapat dianggap sebagai sesuatu yang

    membahayakan. Jenis aritmia seperti ini biasanya tidak terdeteksi pada resting

    ECG tapi dapat terdeteksi pada monitoring holter 24- atau 48- jam.4

    PEMERIKSAAN UJI LATIH BEBAN JANTUNG

    Pemeriksaan uji latih beban jantung (ULBJ) ini memiliki keterbatasan

    dalam diagnosis gagal jantung, walau demikian hasil yang normal pada pasien

    yang tidak mendapat terapi hampir selalu menyingkirkan diagnosis gagal

    jantung. Nilai pemeriksaan ini adalah dalam penilaian kapasitas fungsional dan

    stratifikasi prognosis. Kapasitas fungsional ditentukan melalui aktivitas yang

    secara progresif ditingkatkan hingga pasien tidak dapat meneruskan. Pada saat

    aktivitas maksimal, uptake maksimal oksigen (Vo2 MAX) dapat dihitung.

    Parameter ini mencerminkan kemampuan aerobik pasien dan berkorelasi dengan

    mortalitas kardiovaskular pada pasien dengan gagal jantung.1, Pemeriksaan ini

    juga memungkinkan untuk menentukan ambang batas metabolisme anaerob,

    yaitu titik dimana metabolisme pasien beralih dari aerob ke anaerob, yang

    menghasilkan laktat berlebih. Secara praktis prinsip perhitungannya ULJB

    dihentikan ketika : (1) Vo2 tidak meningkat lagi saat intensitas latihan

    ditingkatkan, (2) pasien menghentikan latihan karena timbulnya gejala berat

    seperti sesak atau letih. Hasil dari ULBJ memiliki arti prognostik yang penting.

    Puncak Vo2 18

    ml/kg/menit adalah pasien berisiko ringan. Nilai diantaranya adalah zona abu-

    abu dengan risiko sedang. Data prognostik untuk puncak Vo2pada wanita masih

    terbatas. Nilai Vo2 max digunakan sebagai batasan untuk menentukan kapan

    pasien dengan gagal jantung yang progresif harus dipertimbangkan untuk

    menjalani transplantasi jantung. Walau demikian harus tetap diingat bahwa

    puncak Vo2 max dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, massa otot, dan

    status pelatihan aerobik. Hal ini menjelaskan mengapa pada beberapa pasiendengan Vo2 max yang rendah (

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    27/73

    yang cukup baik. Karena hal tersebut beberapa peneliti telah mengusulkan angka

    prediksi persentase Vo2 dibandingkan nilai absolut Vo2 max.1

    Karena pasien dengan gagal jantung umumnya memiliki kemampuan

    latihan yang terbatas dan ULBJ tidak ditoleransi baik oleh banyak pasien, latihan

    submaksimal atau symptom-driven exercise testyang dikenal dengan 6-minutes

    walking testmenjadi popular digunakan untuk evaluasi rutin. Pada test ini diukur

    jarak yang dapat ditempuh dalam 6 menit pada koridor yang datar dimana pasien

    dapat berjalan sesuai kemampuannya, berjalan lebih pelan, lebih cepat, atau

    berhenti. Test ini memperkirakan puncak Vo2 max dan merupakan faktor

    independen yang berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas

    kardiovaskular. Karena kemudahan-nya, test ini semakin sering digunakan pada

    uji klinis multisenter untuk menilai efektivitas suatu terapi.

    ECHOCARDIOGRAPHY

    Pemeriksaan echo saat ini telah menjadi metode diagnostik umum

    digunakan untuk menilai anatomi dan fungsi jantung, myokardium dan

    perikadium, dan mengevaluasi gerakan regional dinding jantung saat istirahat

    dan saat diberikan stress farmakologis pada gagal jantung. Pemeriksaan ini non-

    invasif, dapat dilakukan secara cepat di tempat rawat, dapat dengan mudah

    diulang secara serial, dan memungkinkan penilaian fungsi global dan regional

    ventrikel kiri. Pada penilaian gagal jantung echocardiography adalah metode

    diagnostik yang dapat dipercaya, dapat diulang, dan aman dengan banyak fitur

    seperti doppler echo, doppler tissue imaging, strain rate imaging, dan cardiac

    motion analysis.4

    Fitur yang paling penting pada evaluasi gagal jantung adalah penilaian

    Left-ventricular ejection fraction (LVEF), beratnya remodelling ventrikel kiri,

    dan perubahan pada fungsi diastolik.3 Echo dua dimensi sangat berharga dalam

    menilai fungsi sistolik dan diastolik pada pasien dengan gagal jantung. Tabel 4

    mendeskripsikan temuan ekokardiografi yang sering ditemukan pada gagal

    jantung.

    Tabel 4. Temuan Echocardiography pada Gagal Jantung

    27

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    28/73

    TEMUAN UMUM DISFUNGSI SISTOLIK DISFUNGSI DIASTOLIK

    Ukuran dan bentuk ventrikel

    Ejeksi fraksi ventikel kiri

    (LVEF)

    Gerakan regional dinding

    jantung, synchronisitas

    kontraksi ventrikular

    Remodelling LV (konsentrik

    vs eksentrik)

    Hipertrofi ventrikel kiri atau

    kanan (Disfunfsi Diastolik :

    hipertensi, COPD, kelainan

    katup)

    Morfolofi dan beratnya

    kelainan katup

    Mitral inflow dan aortic

    outflow; gradien tekanan

    ventrikel kanan

    Status cardiac output

    (rendah/tinggi)

    Ejeksi fraksi ventrikel kiri

    berkurang 45-50%

    Ukuran ventrikel kiri

    normal

    Dinding ventrikel kiri tebal,

    atrium kiri berdilatasi

    Remodelling eksentrik

    ventrikel kiri.

    Tidak ada mitral

    regurgitasi, jika ada

    minimal.

    Hipertensi pulmonal*

    Pola pengisian mitral

    abnormal.*

    Terdapat tanda-tanda

    tekanan pengisian

    meningkat.

    Keterangan : * Temuan pada echo-doppler.

    Dikutip dari: Mann DL4

    3.2 TATALAKSANA GAGAL JANTUNG KRONIS

    3.2.1 TUJUAN MANAJEMEN TERAPI GAGAL JANTUNG KRONIS

    Tujuan dalam mendiagnosa gagal jantung dan memberi terapi dini

    tidak berbeda dengan kondisi kronis lainnya, yaitu menurunkan mortalitas

    dan morbiditas. Karena angka kematian tahunan gagal jantung sangatlah

    tinggi, penekanan pada end-point ini menjadi goal pada banyak tujuan uji

    klinis. Walau demikian pada kebanyakan pasien, terutama orang tua,

    kemampuan untuk hidup mandiri, terbebas dari gejala mengganggu yang

    tidak nyaman, dan menhindari perawatan adalah tujuan yang seringkali

    seiring dengan keinginan untuk meningkatkan usia harapan hidup. Upaya

    untuk mencegah timbulnya gagal jantung atau progresinya tetap

    merupakan bagian yang tak terpisahkan dari managemen terapi. Banyak

    28

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    29/73

    uji klinis acak gagal jantung mengevaluasi pasien dengan disfungsi

    sistolik dengan LVEF 35-40%. Patokan LVEF

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    30/73

    PERAWATAN MANDIRI(SELF CARE)

    Perawatan mandiri mempunyai andil dalam keberhasilan pengobatan gagal

    jantung dan dapat memberi dampak yang bermakna pada keluhan-keluhan

    pasien, kapasitas fungsional, morbiditas dan prognosis. Perawatan mandiri dapat

    didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan

    stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan

    deteksi dini gejala-gejala perburukan. Untuk bisa merawat dirinya pasien perlu

    diberi pelatihan baik oleh dokter atau perawat terlatih. Topik-topik penting dan

    perilaku perawatan mandiri yang perlu dibahas antara lain dapat dilihat padaTabel 5.15

    Tabel 5. Topik Keterampilan Merawat Diri yang perlu dipahami penderita Gagal

    Jantung.

    Topik Edukasi Keterampilan dan Perilaku Perawatan Mandiri

    Definisi dan etiologi gagal

    jantung

    Memahami penyebab gagal jantung dan mengana keluhan-

    keluhan timbul

    Gejala-gejala dan tanda-

    tanda gagal jantung

    Memantau tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung

    Mencatat berat badan setiap hari

    Mengetahui kapan menghubungi petugas kesehatan

    Menggunakan terapi diuretik secara fleksibel sesuai anjuran

    Terapi farmakologik Mengerti indikasi, dosis dan efek dari obat-obat digunakan

    Mengenal efek samping yang umum obat

    Modifikasi faktor risiko Berhenti merokok, memantau tekanan darah

    Kontrol gula darah (DM), hindari obesitas

    Rekomendasi diet Restriksi garam, pantau dan cegah malnutrisi

    Rekomendasi olah raga Melakukan olah raga teratur

    Kepatuhan mengikuti anjuran pengobatan

    Prognosis Mengerti pentingnya faktor-faktor prognostik dan membuat

    keputusan realistikDikutip dari: Dickstain dkk15

    3.2.4 TERAPI FARMAKOLOGIS

    Pengobatan gagal jantung dengan farmakologis, secara garis

    besar bertujuan mengatasi permaslahan preload, dengan menurunkan

    preload, meningkatkan kontraktilitas juga menurunkan afterload.

    Pemilihan terapi farmakologis ini tergantung pada penyebabnya. Selama

    bertahun-tahun, obat golongan diuretik dan digoksin digunakan dalam

    30

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    31/73

    terapi gagal jantung. Obat-obat ini mengatasi gejala dan meningkatkan

    kualitas hidup, namun belum terbukti menurunkan angka mortalitas.

    Setelah ditemukan obat yang dapat mempengaruhi sistem neurohumoral,

    RAAS dan sistem saraf simpatik, barulah morbiditas dan mortalitas

    pasien gagal jantung membaik.1

    ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITORS(ACEI)

    Pasien dengan tidak ada kontra indikasi maupun pasien yang

    masih toleran terhadap ACE Inhibitor (ACEI), ACEI harus digunakan

    pada semua pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan LVEF 5.0 mmol/L

    Serum kreatinin > 220 mmol/L (>2.5 mg/dl)

    Stenosis aorta berat

    Cara pemberian ACEI :

    31

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    32/73

    Periksa fungsi renal dan elektrolit serum.

    Pertimbangkan meningkatkan dosis setelah 24 jam

    Jangan meningkatkan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal

    atau hiperkalemia

    Sangat umum untuk meningkatkan dosis secara perlahan tapi

    meningkatkan secara cepat sangat mungkin pada pasien yang

    dimonitoring ketat.

    Tabel 6. Obat obat Gagal Jantung dengan Dosis Awal dan Target

    Dosis yang diinginkan

    Dikutip dari: Dickstain dkk.15

    Kemungkinan yang dihadapi saat memberikan ACEI :

    Perburukan fungsi renal peningkatan urea dan kreatinin saat

    diberikan ACEI adalah sesuatu yang diharapkan, dan tidak

    dianggap penting secara klinis kecuali jika peningkatanya cepat

    dan bermakna. Periksa obat-obatan nefrotoxic yang mungkin

    diberikan bersamaan seperti obat anti inflamasi non steroid

    32

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    33/73

    (OAINS). Jika diperlukan turunkan dosis ACEI atau jangan

    teruskan. Jika terdapat peningkatan kreatinin lebih dari 50% dari

    baseline atau hingga konsentrasi absolut 265 mmol/L (~3 mg/dL).

    Jika konsentrasi kreatinine meningkat hingga 310 mmol/L (~3.5

    mg/dL) atau diatasnya stop ACEI secepatnya dan monitor kimia

    darah secara erat.

    Hiperkalemia periksa penggunaan agen lain yang dapat

    menyebabkan hiperkalemia, misalnya suplementasi kalsium,

    diuretik hemat kalsium, dan hentikan penggunaannya. Jika kadarkalsium meningkat diatas 5.5 mmol/L, turunkan dosis ACEI

    setengahnya dan monitor kima darah secara erat. Jika kalisum

    naik diatas 6 mmol/L stop penggunaan ACEI secepatnya dan

    monitor kimia darah secara erat.

    Hipotensi simtomatik (misal : pusing) adalah hal yang umum

    terjadi hal ini seringkali membaik seiring waktu, dan pasien

    perlu diyakinkan. Jika mengganggu pertimbangkan untuk

    mengurangi dosis diuretik dan agen hipotensif lainnya (kecuali

    ARB/ -bloker/antagonis aldosteron). Hipotensi asimtomatik tidak

    memerlukan intervensi.

    ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER(ARB)

    Pada pasien dengan tnpa kontraindikasi dan tidak toleran dengan

    ACE, ARB direkomendasikan pada pasien dengan gagal jantung dan

    LVEF < 40% yang tetap simtomatik walau sudah mendapatkan terapi

    optimal dengan ACEI dan BB, kecuali telah mendapat antagonis

    aldosteron. Terapi dengan ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan

    kejahteraan pasien dan mengurangi hospitalisasi untuk perburukan gagal

    jantung. (Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti A).

    Pemberian ARB mengurangi risiko kematian karena penyebab

    kardiovaskular. Kelas Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B. ARB

    33

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    34/73

    direkomendasikan sebagai alternatif pada pasein yang intoleran terhadap

    ACEI. Pada pasien-pasien ini pemberian ARB mengurangi risiko

    kematian akibat kardiovaskular atau perlunya perawatan akibat

    perburukan gagal jantung. Pada pasien yang dirawat, terapi dengan ARB

    harus dimulai sebelum pasien dipulangkan.Kelas Rekomendasi I, Tingkat

    Bukti B.14

    Pengobatan dengan ARB meningkatkan fungsi ventrikel dan

    kesehatan pasien dan menurunkan angka masuk rumah sakit akibat

    perburukan gagal jantung. Angiotensin ReseptorBlockerdirekomendasikan sebagai pilihan lain pada pasien yang tidak

    toleran terhadap ACEI.14

    Pasien yang harus mendapatkan ARB :

    Left ventrikular ejection fraction (LVEF)< 40%

    Sebagai pilihan lain pada pasien dengan gejala ringan sampaiberat (kelas fungsional II-IV NYHA) yang tidak toleran terhadap

    ACEI.

    Pasien dengan gejala menetap (kelas fungsionaal II-IV NYHA)

    walaupun sudah mendapatkan pengobatan dengan ACEI dan bete

    bloker.

    Memulai pemberian ARB:

    Periksa fungsi ginjal dan elektrolit serum

    Pertimbangkan meningkatkan dosis setelah 24 jam.

    Jangan meningkatkan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal

    atau hiperkalemia

    Sangat umum untuk meningkatkan dosis secara perlahan tapi

    meningkatkan secara cepat sangat mungkin pada pasien yang monitoring

    ketat.

    34

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    35/73

    -bloker/ PENGHAMBAT SEKAT-

    Alasan penggunaan beta bloker(BB) pada pasien gagal jantung

    adalah adanya gejala takikardi dan tingginya kadar katekolamin yang

    dapat memperburuk kondisi gagal jantung. Pasien dengan kontraindikasi

    atau tidak ditoleransi, BB harus diberikan pada pasien gagal jantung yang

    simtomatik, dan dengan LVEF < 40%. BB meningkatkan fungsi ventrikel

    dan kesejahtraan pasien, mengurangi kejadian rawat akibat perburukan

    gagal jantung, dan meningkatkan keselamatan. Jika memungkinkan pada

    pasien yang menjalani perawatan, terapi BB harus dimulai secara hati-hatisebelum pasien dipulangkan. Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti A.

    Manfaat beta bloker dalam gagal jantung melalui:

    Mengurangi detak jantung : memperlambat fase pengisian diastolik

    sehingga memperbaiki perfusi miokard.

    Meningkatkan LVEF

    Menurunkan tekanan baji kapiler pulmonal

    Pasien yang harus mendapat BB:

    LVEF < 40%

    Gejala gagal jantung sedang-berat (NYHA kelas fungsional II-

    IV), pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri setelah kejadian

    infark miokard.

    Dosis optimal untuk ACEI dan/atau ARB (dan aldosterone

    antagonis jika diindikasikan).

    Pasien harus secara klinis stabil (tidak terdapat perubahan dosis

    diuresis). Inisiasi terapi sebelum pulang rawat memungkinkan

    untuk diberikan pada pasien yang baru saja masuk rawat karena

    GJA, selama pasien telah membaik dengan terapi lainnya, tidak

    tergantung pada obat inotropik intravenous, dan dapat diobservasi

    di rumah sakit setidaknya 24 jam setelah dimulainya terapi BB.

    35

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    36/73

    Kontraindikasi :

    Asthma (COPD bukan kontranindikasi). AV blok derajat II atau III,sick sinus syndrome (tanpa keberadaan

    pacemaker), sinus bradikardi (

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    37/73

    dengan ACEI atau ARB. Dosis diuretik harus disesuaikan dengan

    kebutuhan tiap pasien dan membutuhkan monitoring klinis yang cermat.

    Secara umum loop diuretik dibutuhkan pada gagal jantung sedang-berat.

    Thiazid dapat pula digunakan dengan loop diuretik untuk edema yang

    resisten, namun harus diperhatikan secara cermat kemungkinan dehidrasi,

    hipovolemia, hiponatremia, atau hipokalemia. Selama terapi diuretik,

    sangat penting level kalium, natrium, dan kreatinine dipanantau secara

    berkala.14

    Hal yang harus dicermati pada pemberian diuretik :

    Diuretik dan ACEI/ARB/atau antagonis aldosteron dapat

    meningkatan risiko hipotensi dan disfungsi ginjal, terutama jika

    digunakan bersamaan.

    Pasein dengan menggunakan ACEI/ARB/antagonis aldosteron

    digunakan bersamaan dengan diuretik, penggantian kalium

    biasanya tidak dibutuhkan.

    Hiperkalemia yang berat dapat terjadi jika diuretik hemat kalsium

    termasuk antagonis aldosteon digunakan bersamaan dengan

    ACEI/ARB. Penggunaan diuretik antagonis non-aldosteron harus

    dihindari. Kombinasi dari antagonis aldosteron dan ACEI/ARB

    hanya boleh diberikan pada supervisi yang cermat.

    Penggunaan diuretik pada gagal jantung :

    Periksa selalu fungsi ginjal dan serum elektrolit.

    Kebayakan pasien diresepkan loop diuretik dibandingkan thiazid

    karena efektivitasnya yang lebih tinggi dalam memicu diuresis

    dan natriuresis.

    Selalu mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan hingga terrdapat

    perbaikan klinis dari segi tanda dan gejala gagal jantung. Jenis dan

    dosis pemberian dapat dilihat pada tabel 7.

    37

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    38/73

    Dosis harus disesuaikan, terutama setelah berat badan kering

    normal telah tercapai, hindari risiko disfungsi ginjal dan dehidrasi.

    Upayakan untuk mencapai hal ini dengan menggunakan dosis

    diuretik serendah mungkin. Keadaan yang mungkin terjadi pada

    penggunaan diuretik dapat dilihat pada tabel 8.

    Penyesuaian dosis sendiri oleh pasien berdasarkan pengukuran

    berat badan harian dan tanda-tanda klinis lainnya dari retensi

    cairan harus selalu disokong pada pasien gagal jantung rawat

    jalan. Untuk mencapai hal ini diperlukan edukasi pasien.

    Tabel 7. Diuretik yang umum diberikan pada gagal jantung dan dosis hariannya

    Keterangan:

    *Dosis harus disesuaikan dengan volume status / berat badan pasien , dengan pertimbangan dosis yang besar

    dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan ototoksisitas.

    ** Jangan menggunakan thiazid jika eGFR < 30mL/menit, kecuali diresepkan dengan loop diuretic

    Dikutip dari: Dickstain dkk.15

    Tabel 8. Keadaan yang mungkin terjadi pada pemberian diuretik jangka panjang,

    dan tindakan yang disarankan

    38

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    39/73

    Dikutip dari: Dickstain dkk.15

    ANTAGONIS ALDOSTERON

    Antagonis aldosteron menurunkan angka masuk rumah sakit untuk

    perburukan gagal jantung dan meningkatkan angka keselamatan jika

    ditambahkan pada terapi yang sudah ada, termasuk dengan ACEI.

    Pasien yang seharusnya mendapat antagonis aldosteron :

    LVEF < 35%

    Gejala gagal jantung sedang- berat ( kelas fungsional III-IV

    NYHA)

    Dosis optimal BB dan ACEI atau ARB

    Memulai pemberian spironolakton :

    Periksa fungsi ginjal dan elektrolit serum

    Pertimbangkan peningkatan dosis setelah 4-8 minggu. Jangan

    meningkatkan dosis jika terjadi penurunan fungsi ginjal atau

    hiperkalemia.

    39

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    40/73

    HYDRALIZIN & ISOSORBIDE DINITRAT

    Pada pasien simtomatik dengan LVEF < 40%, kombinasi dari

    Hidralizine-ISDN dapat digunakan sebagai alternatif jika terdapat

    intoleransi baik oleh ACEI dan ARB. Penambahan kombinasi H-ISDN

    harus dipertimbangkan pada pasien dengan gejala yang persisten walau

    sudah diterapi dengan ACEI, BB, dan ARB atau Aldosteron

    Antagonis.Terapi dengan H-ISDN pada pasien-pasien ini dapat

    mengurangi risiko kematian.9Kelas Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B

    Mengurangi angka kembali rawat untuk perburukan gagal jantung.Kelas

    Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B

    Memperbaiki fungsi ventrikel dan kemampuan latihan.Kelas

    Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti A

    Pasien yang harus mendapatkan hidralizin dan ISDN berdasarkan banyak

    uji klinis adalah :

    Sebagai alternatif ACEI/ARB ketika keduanya tidak dapat

    ditoleransi.

    Sebagai terapi tambahan terhdap ACEI jika ARB atau antagonis

    aldosteron tidak dapat ditoleransi.

    Manfaat pengobatan secara lebih jelas ditemukan pada keturunan

    afrika-amerika.

    Kontraindikasinya anatara lain hipotensi simtomatik, sindroma lupus,

    gagal ginjal berat (pengurangan dosis mungkin dibutuhkan).

    Cara pemberian hidralizin dan ISDN pada gagal jantung :

    Dosis awalan : hidralizin 37.5 mg dan ISDN 20 mg tiga kali

    sehari.

    Pertimbangkan untuk menaikan titrasi setelah 2-4 minggu, jangan

    dinaikan bila terdapat hipotensi simtomatik.

    40

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    41/73

    Jika dapat ditoleransi, upayakan untuk mencapai target dosis yang

    digunakan pada banyak uji klinis- yaitu hidralizine 75 mg dan ISDN 40mg tiga kali sehari, atau jika tidak dapat ditoleransi hingga dosis

    maksimal tertoleransi.

    Kemungkinanan efek samping yang dapat timbul :

    Hipotensi ortostatik (pusing) seringkali membaik seiring waktu,

    pertimbangkan untuk mengurangi dosis obat yang dapat menyebabkan

    hipotensi (kecuali ACEI/ARN/BB/Antagonis aldosteron). Hipotensi yang

    asimtomatik tidak membutuhkan intervensi.

    Artralgia, nyeri sendi atau bengkak, perikarditis/pleuritis, ruam

    atau demam pikirkan sindroma mirip lupus akibat obat, cekantinuclear

    antibodies (ANA), jangan teruskan H-ISDN.

    GLIKOSIDA JANTUNG (DIGOXIN)

    Pada pasien gagal jantung simtomatik dan atrial fibrilasi, digoxin dapat

    digunakn untung mengurangi kecepatan irama ventrikel. Pada pasien

    dengan AF dan LVEF < 40% digoxin dapat pula diberikan bersamaan

    dengan BB untuk mengontrol tekanan darah.Kelas Rekomendasi I,

    Tingkat Bukti C

    Pada pasien sinus ritme dengan gagal jantung simtomatik dan LVEF

    80x/menit, dan saat aktivitas > 110-120x/ menit harus mendapatkan

    digoksin.

    Pasien dengan irama sinus dan disfungsi sistolik ventrikel kiri

    (LVEF < 40%) yang mendapatkan dosis optimal diuretik, ACEI atau/ dan

    ARB, beta blokerdan antagonis aldosteron jika diindikasikan, yang tetap

    simtomatis, digoksin dapat dipertimbangkan.

    ANTIKOAGULAN (ANTAGONIS VIT-K)

    Warfarin (atau antikoagulan oral alternatif lainnya) direkomendasikan

    pada pasien gagal jantung dengan atrial fibrilasi permanen, persisten, atau

    paroksismal tanpa adanya kontraindikasi terhadap antikoagulasi. Dosis

    antikoagulan harus disesuaikan dengan risiko komplikasi tromboembolik

    termasuk stroke.Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti A

    Antikoagulasi juga direkomendasikan pada pasien dengan trombus

    intrakardiak yang terdeteksi pada echocardiography atau bukti adanya

    tromboembolisme sistemikKelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti C

    Temuan yang perlu diingat :

    42

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    43/73

    Pada pasien atrial fibrilasi yang dilibatkan pada serangkaian uji

    klinis acak, termasuk pada pasien dengan gagal jantung, warfarinditemukan dapat mengurangi risiko stroke dengan 60-70%.

    Warfarin juga lebih efektif dalam mengurangi risiko stroke

    dibanding terapi antiplatelet, dan lebih dipilih pada pasien dengan risiko

    stroke yang lebih tinggi, seperti yang ditemukan pada pasien dengan

    gagal jantung.

    Tidak terdapat peranan antikoagulan pada pasien gagal lainnya,

    kecuali pada mereka yang memiliki katup prostetik.

    Pada analisis dua uji klinis skala kecil yang membandingkan

    efektifitas warfarin dan aspirin pada pasien dangan gagal jantung,

    ditemukan bahwa risiko perawatan kembali secara bermakna lebih besar

    pada pasien yang mendapat terapi aspirin, dibandingkan warfarin.

    3.2.5 TATALAKSANA GAGAL JANTUNG KRONIS DENGAN

    FUNGSI SISTOLIK BAIK

    Pada pasien dengan fungsi sistolik baik (heart failure with

    preserved ejection fraction) hingga kini masih belum terdapat terapi yang

    secara meyakinkan mengurangi morbiditas dan mortalitas. Diuretik dapat

    digunakan untuk mengontraol retensi natrium dan cairan dan mengurangi

    keluhan mudah sesak dan edema. Terapi yang adekuat untuk mengontrol

    tekanan darah dan respon ventrikel pada atrial fibrilasi juga dianggap

    penting. Pada dua uji klinis skala kecil (melibatakan 30 orang), telah

    ditunjukkan bahwa pasien dengan kontrol heart rate dengan CCB

    Verapamil dapat memperbaiki kemampuan saat latihan dan gejala pada

    banyak pasien dengan disfungsi diastolik.

    3.2.6 TINDAKAN OPERATIF / PROSEDUR PADA GAGAL JANTUNGKRONIS

    43

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    44/73

    Pada gagal jantung kronis simtomatik, kondisi yang dapat dikoreksi

    melalui tindakan operatif harus dideteksi dan dikoreksi jika diindikasikan.

    REVASKULARISASI KORONER PADA PASIEN GAGAL

    JANTUNG

    Penyakit jantung koroner (PJK) adalah menyebab paling umum

    gagal jantung dan kondisi ini terdapat pada 60-70% pasien dengan gagal

    jantung dan penurunan LVEF. Pada disfungsi diastolik, penyakit jantung

    koroner lebih sedikit menjadi penyebab gagal jantung, namun masih tetap

    dapat terdeteksi pada setengah pasien dengan disfungsi diastolik. Etiologi

    iskemia dihubungkan dengan risiko mortalitas dan morbiditas yang lebih

    tinggi.

    Baik coronary artery bypass grafting (CABG) dan percutaneus

    coronary intervention (PCI) harus dipertimbangkan pada pasein gagal

    jantung tertentu dengan PJK. Pilihan mengenai metode revaskularisasi

    harus didasarkan pada evaluasi cermat komorbiditas, risiko tindakan,

    anatomi koroner, bukti mengenai seberapa besar miokardium yang masih

    viable pada area yang akan di revaskularisasi, fungsi ventrikel kiri dan

    keberadaan penyakit vulvular yang secara hemodinamik signifikan

    haruslah diperhatikan.

    Saat ini tidak terdapat data dari uji klinis multisenter yang

    mempelajari nilai dari tindakan revaskularisasi untuk mengurangi gejalagagal jantung. Walau demikian, penelitian observasional dari suatu senter

    mengenai gagal jantung dengan penyebab iskemik menemukan bahwa

    revaskularisasi dapat mengarah pada perbaikan gejala dan berpotensi

    memperbaiki fungsi jantung. Saat ini terdapat beberapa uji klinis yang

    mencoba mencari tahu dampak intervensi secara klinis.

    Evaluasi Penyakit Jantung Koroner pada Gagal Jantung Kronis

    44

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    45/73

    Angiografi koroner tidak direkomendasikan pada pasien dengan

    risiko rendah PJK. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan berdasar pada

    hasil pemeriksaan non-invasif sebelumnya (Treadmill Test, Stress Echo,

    Stress Perfusi Nuklir).

    ANGIOGRAFI KORONER

    Direkomendasikan pada pasien dengan risiko tinggi PJK tanpa

    kontraindikasi untuk memastikan diagnosis dan merencanakan strategi

    terapi.Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti C

    Direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan bukti temuan

    kelainan vulvular yang signifikan.Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti C

    Harus dipertimbangkan pada pasien gagal jantung yang mengalami gejala

    angina walau sudah diberikan terapi farmakologis yang optimal.Kelas

    Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti C

    DETEKSI VIABILITAS MIOKARDIUM

    Karena miokardium viable dapat menjadi target revaskularisasi,

    deteksinya harus dipikirkan pada work-up diagnostik pasien gagal

    jantung dengan PJK. Beberapa modalitas dengan akurasi diagnostik yang

    tak jauh berbeda dapat digunakan untuk mendeteksi miokardium yang

    fungsinya terganggu namun masih dapat diselamatkan (viable).

    Karenanya pemeriksaan dengan menggunakan dobutamine stress echo,

    pencitraan nuklir dengan Single Positron Emission Computed

    Tomography (SPECT) dan/atau dengan Positron Emission Tomography

    (PET), Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan dobutamin dan/atau

    kontrast, Computed Tomography (CT) dengan kontras dapat digunakan

    untuk mendeteksi miokardium yang viable.Kelas Rekomendasi IIa,

    Tingkat Bukti C

    45

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    46/73

    OPERASI KATUP

    Penyakit katup jantung atau vulvular heart disesase (VHD) dapat

    menjadi penyebab yang mendasari gagal jantung, atau menjadi faktor

    yang memperburuk gagal jantung yang membutuhkan mangemen terapi

    spesifik.

    Guideline ESC mengenai VHD dapat diterapkan pada hampir

    semua pasien dengan gagal jantung. Walau penurunanLVEF merupkan

    faktor risiko yang penting untuk kematian peri- dan post- operatif yang

    penting, tindakan operatif tetap dapat dipertimbangkan .9

    Managemen optimal gagal jantung dan kondisi ko-morbid sebelum

    operasi sangatlah penting. Operasi darurat harus dihindari sebisa

    mungkin.

    Rekomendasi spesifik mengenai operasi untuk pasien VHD dengan

    gagal jantung sulit untuk disediakan, sehingga keputusan harus

    didasarkan pada penilaian klinis dan echocardiografi yang seksama

    dengan memperhatikan komorbidatas kardivaskular dan non-

    kardiovaskular yang ada.

    Keputusan untuk melakukan operasi untuk kelainan katup dengan

    hemodinamik yang signifikan seperti stenosis aorta, regurgitasi aorta, atau

    regurgitasi mitral membutuhkan pertimbangan dari segi motivasi pasien,

    usai pasien, dan profil risiko.

    STENOSIS AORTA (AS)

    Terapi medis pada stenosis katup aorta harus dioptimalkan, namun

    tidak boleh menunda keputusan mengenai operasi katup. Vasodilator

    seperti ACEI, ARB, dan nitrat dapat mengakibatkan hipotensi yang

    substansial pada pasien dengan stenosis aorta berat, dan karenanya harus

    digunakan secara berhati-hati.

    46

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    47/73

    Tindakan operatif direkomendasikan pada pasien yang memenuhi

    syarat dengan gagal jantung yang bergejala dan stenosis aorta

    berat.Rekomendasi Kelas I, Tingkat Bukti C

    Tindakan operatif direkomendasikan pada pasien asimtomatik

    dengan stenosis aorta berat dan penurunan fungsi LVED

    (

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    48/73

    pasien dengan regurgitasi mitral berat ketika revaskularisasi koroner

    menjadi pilihan. Terapi operatif menjadi pilihan yang menarik pada

    pasien dengan risiko operatif yang rendah.

    Regurgitasi Mitral Organik

    Pada pasien dengan mitral regurgitasi organik yang berat karena

    adanya kelainan struktural atau kerusakan katup mitral, bertambah

    buruknya gejala gagal jantung adalah indikasi yang kuat untuk operasi.

    Tindakan operasi direkomendasikan pada pasien dengan LVEF 1 tahun.

    IMPLANTABLE CARDIOVERTER DEFIBRILATOR (ICD)

    Setengah angka kematian yang diamati pada pasein dengan gagal

    jantung berhubungan dengan kematian jantung mendadak (SDC). Upaya

    untuk mengurangi kematian pasien akibat even aritmia karenanya

    menjadi penting dilakukan untuk mengurangi angka kematian total pada

    populasi ini. 15

    Terapi ICD untuk prevensi sekunder direkomendasikan untuk

    pasien yang berhasil selamat dari episode fibrilasi ventrikel (VF) dan juga

    untuk pasien dengan riwayat VT dengan hemodinamik tidak stabil

    dan/atau VT dengan sinkope, LVEF 1 tahun.Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti A

    Terapi ICD untuk pencegahan primer direkomendasikan untuk

    mengurangi mortalitas pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri

    dikarenakan infark miokard yang dalam 40 hari setelahnya memiliki

    LVEF < 35%, berada di NYHA kelas fungsional II atau III, telah

    mendapat terapi farmakologis optimal dan yang memiliki harapan hidup

    dengan status fungsional baik >1 tahun.Kelas Rekomendasi I, TingkatBukti A

    Terapi ICD untuk prevensi primer direkomendasikan untuk

    mengurangi mortalitas pada pasien dengan cardiomiopati non-iskemik

    dengan LVEF < 35%, berada pada NYHA kelas fungsional II atau III,

    mendapat terapi farmakologis optimal, dan memiliki harapan hidup

    dengan status fungsional baik >1 tahun.Kelas Rekomendasi I, Tingkat

    Bukti B

    51

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    52/73

    TRANSPLANTASI JANTUNG

    Pasien dengan gejala gagal jantung yang berat, memiliki prognosis

    buruk, dan yang tidak memiliki kemungkinan terapi lain harus dipikirkan

    untuk menjalani transplantasi jantung. Pasien yang direncanakan sebagai

    kandidat harus diberi informasi secara jelas, bermotivasi kuat, memiliki

    emosi yang stabil, dan mampu mematuhi terapi intensif yang harus

    dijalani.15

    Selain ketebatasan jantung donor, tantangan utama dalam

    transplantasi jantung adalah prevensi rejeksi allograft yang bertanggungjawab untuk kematian pada sebagian besar kasus pada tahun pertama

    setelah transplantasi. Outcome jangka panjang telah terbatasi terutama

    akibat konsekuensi immunosupresi jangka panjang (infeksi, hipertensi,

    gagal ginjal, keganasan, dan CAD). Transplantasi harus dipikirkan pada

    pasien yang memiliki motivasi kuat dengan gagal jantung terminal, gejala

    yang berat, tidak memiliki ko-morbiditas yang serius dan tidak memiliki

    terapi alternatif lain.

    Kontraindikasi transplantasi jantung antara lain : penggunaan

    alkohol dan/atau penyalahgunaan obat, kurangnya kerjasama pasien,

    status mental yang tidak terkontrol, riwayat kanker dengan remisi dan

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    53/73

    VENTRICULAR ASSIST DEVICE, DAN JANTUNG BUATAN

    Saat ini terdapat kemajuan yang cepat dalam pengembangan

    teknologi alat bantu ventrikel kiri atau Left Ventricular Assist Device

    (LVAD) dan jantung buatan. Karena terbatasnya populasi dari uji klinis

    acak, rekomendasi yang ada saat ini masih terbatas. Masih belum terdapat

    konsensus mengenai indikasi LVAD atau populasi pasien yang paling

    tepat menjadi sasaran. Karena teknogi LVAD kemungkinan besar akan

    terus mengalami pengambangan cepat dimasa yang akan datang maka

    rekomendasi mengenai hal ini akan terus direvisi.

    Indikasi saat ini untuk pemasangan LVAD dan jantung buatan

    antara lain sebagai jembatan untuk transplantasi dan pada managemen

    pasien dengan miokarditis akut yang berat.Kelas Rekomendasi IIa,

    Tingkat Bukti C

    Walau pengalaman di bidang ini masih terbatas, alat ini dapat

    dipertimbangakan untuk penggunaan jangka panjang jika prosedur

    definitif tidak direncanakan.Kelas Rekomendasi IIb, Tingkat Bukti C

    Support hemodinamik dengan menggunakan LVAD dapat

    mencegah atau mengurangi perburukan klinis dan dapat meningkatkan

    kondisi klinis pasien sebelum transplantasi, atau mengurangi mortalitas

    pada miokarditis akut yang berat. Semakin lama support ini digunakan,

    risiko komplikasi, termasuk infeksi dan emboli meningkat.

    ULTRAFILTRASI

    Ultrafiltrasi harus dipertimbangkan untuk mengurangi overload

    cairan (edema paru atau perifer) pada pasien tertentu dan memperbaiki

    hiponatremi pada pasien simtomatik yang refrakter terhadap

    diuretik.Kelas Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B

    3.4 PROGNOSIS GAGAL JANTUNG KRONIS

    53

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    54/73

    Gagal jantung modern menggunakan ACE-inhibitor (ACEi) dan

    Beta-blocker(BB) saat ini dapat memperpanjang usia harapan hidup

    pasien dengan gagal jantung, diagnosis gagal jantung memiliki tingkat

    mortalitas yang tinggi, tidak jauh berbeda dengan keganasan saluran

    cerna.15

    Menentukan prognosis pada gagal jantung sangatlah kompleks,

    banyak variabel seperti yang harus diperhitungkan seperti etiologi, usia,

    ko-morbiditas, variasi progresi gagal jantung tiap individu yang berbeda,

    dan hasil akhir kematian (apakah mendadak atau progresif akibat gagal

    jantung). Dampak pengobatan spesifik gagal jantung terhadap tiap

    individu pun sulit untuk diperkirakan. Variabel yang paling sering

    ditemukan konsisesten sebagai faktor prediktor independen pada

    prognosis gagal jantung dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini.

    Tabel 9. Kondisi yang ditemukan berhubungan erat dengan prognosis buruk pada

    gagal jantung

    Demografik Klinis EKG Fungsional Laboratorik Imaging

    Usia Lanjut* Hipotensi Takikardia,

    Gelombang

    Q

    Penurunaan

    kapasitas

    fungsional,

    puncak VO2yang

    rendah*

    Elevasi BNP /

    NT pro-BNP*

    Ejeksi

    fraksi yang

    rendah*

    Penyebab

    iskemia*

    NYHA FC

    III-IV*

    QRS lebar Hiponatremi*

    Riwayat

    Resusitasi*

    Riwayat

    perawatan

    karena

    gagaljantung*

    Hipertrofi

    ventrikel

    kiri

    Aritmiaventrikular

    kompleks

    Peningkatan

    Troponin

    Peningkatan

    aktivasibiomarker

    humoral

    Komplians

    buruk

    Takikardia Toleransi

    latihan yang

    rendah

    Atrial

    Fibrilasi

    Hasil yang

    buruk pada

    tes jalan 6

    menit

    Peningkatan

    kreatinin /

    BUN

    Peningkatan

    volume LV

    Disfungsi

    Ginjal

    Rales pada

    paru

    Body Mass

    Index yang

    rendah

    Tingginya

    slope

    VF/VCO2

    Peningkatan

    anemia

    bilirubin

    Cardiac

    Index

    rendah

    , hipeDiabetes Stenosis Nafas Peningkatan Tekanan

    54

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    55/73

    Aorta Periodik

    (Chayne

    Stokes)

    asam urat pengisian

    ventrikel kiri

    tinggi

    Anemia Pola

    pengisian

    mitral

    restriktif,

    hipertensi

    pulmonal

    COPD Kelainan

    nafas saat

    tidur

    Fungsi

    ventrikel

    kanan yang

    terganggu

    Depresi

    Dikutip dari : Mann DL dkk. 4

    BAB IV

    GAGAL JANTUNG AKUT

    Gagal Jantung akut (GJA) yaitu suatu keadaan kegagalan jantung

    untuk menjalankan fungsinya yang terjadi secara cepat atau timbul tiba-tiba yang

    memerlukan penanganan segera. Gagal jantung akut dapat berupa serangan

    pertama gagal jantung, atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya

    Pasien yang mengalami gagal jantung akut dapat memperlihatkan kedaruratan

    medic (medical emergency) seperti edema paru akut (acute pulmonary

    oedema). 15

    Disfungsi jantung dapat berhubungan dengan atau diakibatkan

    ischemia jantung, gangguan irama jantung, disfungsi katup jantung, penyakit perikard, peninggian dari tekanan pengisian ventrikel atau peninggian dari

    tahanan sirkulasi sistemik.15

    4.1 Klasifikasi

    Presentasi klinis pada GJA mencerminkan suatu spektrum keadaan yang

    sangat bervariasi, dan klasifikasi apapun akan memiliki keterbatasan. Pasien

    dengan GJA biasanya datang dengan satu dari enam kategori klinis. Keberadaan

    55

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    56/73

    edema paru dapat mempersulit menentukan GJA masuk kategori klinis yang

    mana. Overlap antara berbagai kondisi ini dapat dilihat pada gambar 6.15

    Gambar 6. Presentasi Klinis Gagal Jantung Akut

    Dikutip dari: Dickstain dkk.15

    Presentasi klinis pasien dengan gagal jantung akut dapat dibagi kedalam 6

    kategori :

    1. Gagal Jantung Akut Dekompensasi /Acute Decompensated Heart Failure

    Keadaan gagal jantung akut dekompensasi, dapat berupa keadaan

    dekompensasi yang baru pertama kali ( de novo ) dan dapat juga merupakanperburukan dari gagal jantung yang kronis (acute on chronic). Kedua keadaan

    ini masih lebih ringan dan tidak termasuk syok kardiogenik, edema paru, atau

    krisis hipertensi.

    2. Gagal Jantung Akut Hipertensif/Hypertensive Acute Heart Failure

    Gagal jantung akut hipertensif yaitu tanda dan gejala gagal jantung

    disertai dengan tekanan darah yang tinggi dan fungsi sistolik ventrikel kiri

    yang relatif baik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan tonus simpatik yaitu

    didapatkan tachycardia dan vasokontriksi. Keadaan pasien dapat berupa

    56

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    57/73

    euvolemik atau sedikit hipervolemik, dan seringkali disertai kongesti paru

    tanpa tanda-tanda kongesti sistemik. Dengan respon yang cepat dan terapi

    yang tepat, mortalitas selama perawatan akan menjadi lebih rendah.

    3. Edema paru

    Pasien dengan presentasi klinis sesak nafas yang hebat/ severe

    respiratory distress, takipnu dan ortopnu dengan ronki basah di hampir semua

    lapangan paru. Saturasi oksigen di arteri < 90% pada udara ruangan, sebelum

    diberikan terapi oksigen.

    4. Syok Kardiogenik

    Syok kardiogenik yaitu ditemukan bukti adanya hipoperfusi jaringan

    akibat gagal jantung walau sudah terdapat koreksipreloaddan adanya aritmia

    berat. Syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah

    sistolik (SBP)

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    58/73

    Tabel 10. Klasifikasi beratnya gagal jantung pada kontek Infark Miokard Akut

    Klasifikasi Killip

    Stage I Tidak terdapat gagal jantung. Tidak terdapat tanda dekompensasi jantung. Prognosis

    kematian sebanyak 6%

    Stage II Gagal jantung. Terdapat : ronkhi, S3 gallop, dan hipertensi vena pulmonalis, kongesti paru

    dengan ronkhi basah halus pada lapang bawah paru. Prognosis kematian sebanyak 17%

    Stage III Gagal jantung berat, dengan edema paru berat dan ronkhi pada seluruh lapang paru. Kilip P

    rognosis kematian sebanyak 38%

    Stage IV Shock Kardiogenik. Pasien hipotensi dengan SBP

  • 8/8/2019 Referat Gagal Jantung Ardy Moefty

    59/73

    Contoh yang paling sering antara lain peninggian afterload pada penderita

    hipertensi sistemik atau pada penderita hipertensi pulmonal, peningkatan preload

    dimana adanya peningkatan volume atau retensi