Upload
willghoest
View
51
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
OBESITAS DAN SLEEP APNEA OBSTRUKTIF MASA KANAK-KANAK
Indra Narang and Joseph L.Mathew
Division of Respiratory Medicine, The Hospital For Sick Children, 555 University Avenue, Toronto, ON, Canada M5G 1X8Correspondence should be addressed to Indra Narang, [email protected] 29 May 2012; Accepted 31 July 2012Academic Editor: Dominique Bougl´e
Copyright © 2012 I. Narang and J. L. Mathew. This is an open access article distributed under the Creative Commons AttributionLicense, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properlycited.
Epidemiologi kejadian obesitas pada masa anak-anak dan remaja
1. PENDAHULUAN
Epidemik obesitas pediatrik memerlukan perhatian serius di seluruh dunia dimana
prevalensi meningkat dari waktu ke waktu tidak hanya di negara-negara maju tetapi
juga di negara-negara berkembang.1,2 Selanjutnya, peningkatan jumlah obesitas pada
masa anak-anak meningkat di usia lebih muda.3 Publikasi baru-baru ini menekankan
tantang definisi obesitas masa anak-anak berdasarkan bukti di tempat yang berbeda.4
Secara umum, obesitas diukur berdasarkan IMT dan usia dimana > 85 % didefinisikan
sebagai kelebihan berat badan (overweight) dan > 95 % sebagai obesitas.5 Sebaliknya,
WHO mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT untuk usia Skor-Z > 3 dan kelebihan
berat badan dengan Skor-Z > 2. Sebuah studi multicenter berdasarkan IMT dengan cut-
off point untuk dewasa obesitas (IMT > 30) dan kelebihan berat badan (IMT > 25),
digunakan untuk menilai status gizi pada anak-anak dan remaja. Berdasarkan hal
tersebut, dibuat tabulasi dengan nilai cut-off usia dan jenis kelamin khusus untuk anak-
anak dan remaja.6 Saat ini, lingkar pinggang tidak digunakan secara rutin untuk
mendefinisikan obesitas pada anak-anak dan remaja.
Prevalensi obesitas meningkat diyakini karena adanya peranan komplek genetik,
lingkungan (gaya hidup), sosial ekonomi, budaya, dan faktor-faktor psikologis yang
berada di luar cakupan makalah ini. Namun, menariknya pola pertumbuhan dalam
rahim mungkin dapat berpengaruh dengan adanya timbunan lemak tubuh dan interaksi
neuroendokrin. Secara khusus, ada peningkatan anak obesitas yang diamati dengan
peningkatan berat lahir.7 Bayi dengan berat lahir rendah dan awal adiposity baik juga
cenderung untuk terjadinya obesitas pada masa kanak-kanak 8.
Ada beberapa hal yang merugikan bagi anak yang obesitas. Peningkatan
morbiditas tertentu yang terkait dengan obesitas termasuk hipertensi, kelainan ventrikel
kiri, resistensi insulin, diabetes tipe 2, dyslipidemia, lemak non-alkohol, penyakit hati
dan sleep anpnue 9. Lebih lanjut, pada individu yang gemuk, clustering dyslipidemia,
hipertensi, dan glukosa gangguan toleransi insulin sindrom metabolik (MetS), yang
meningkatkan risiko penyakit jantung atherosclerotic 10. Pengamatan dari 200.000
remaja Norwegia, risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dengan IMT > 85 %
adalah 2.9 laki dan 3,7 untuk wanita jika dibandingkan dengan orang-orang dengan IMT
< 85% percentiles 11. Ini mungkin dapat ditekan dengan memberikan pengetahuan
mengenai beban kerja jantung serta pengatahuan bahwa 75% dari anak-anak obesitas
akan menjadi gemuk dewasa 12, 13. Komplikasi tambahan pada obesitas meliputi masalah
haid dan penyakit ovarium, batu empedu, gangguan tulang dan stres psikologis,
penurunan 14, 15.
2. Obstruktive sleep apnue (OSA)
Selama tidur pada individu yang normal, ada pengurangan dalam penggunaan
otot-otot pernapasan, namun faring dilatasi membuat jalan napas tetap paten. Oleh
karena itu, pada anak normal sesekali terdapat jeda dalam bernapas sampai 10-15 detik,
ada atau tidak sumbatan pada jalan nafas. Oleh karena itu paO2 2-4 mmHg, dan endtidal
CO2 dapat meningkatkan 3-4mmHg. Lebih penting lagi, ada atau tidak gangguan
tidur16, 17.
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah kondisi klinis dengan adanya gangguan
pernapasan saat tidur, sleep-disordered breathing (SDB). SDB yaitu obstruksi parsial
pada saluran nafas atas. Pada anak-anak, obstruktif didefinisikan sebagai tidak adanya
aliran udara pada hidung meskipun terdapat dinding dada dan gerakan dinding perut,
setidaknya dua napas. Sebaliknya, obstructive hypopnea penurunan aliran udara hidung
sebesar 50% disertai oleh penurunan saturasi oksigen 3%. Jumlah apneu dan hypopnea
setiap jam tidur dinyatakan sebagai indeks apnea hypopnea (Ahl) di polysomnography18.
Pada orang dewasa, AHI apnea/hypopnea index < 5/jam dianggap normal.
Namun, pada anak-anak, AHI < 1/jam dianggap tidak normal. Secara umum, kriteria
yang sama dapat digunakan untuk remaja pada kelompok usia 12-15 tahun. Bagi
mereka usia > 18 tahun, disarankan menggunakan kriteria untuk dewasa. Pada anak-
anak, AHI juga digunakan untuk mengkategorikan tingkat keparahan OSA; Ahl hingga
< 1,5/hr diklasifikasikan sebagai ringan, 1.5-5.0/hr sedang, dan > 5.0/hr parah. Berbeda
dengan orang dewasa, di mana nilai yang sesuai < 5/hr ringan, 15-30/hr sedang, dan
>30/hr berat.
OSA adalah karakteristik untuk mengukur, sebagian (hypopneas), berulang atau
lengkap (apneas) obstruksi atas napas. OSA berhubungan penurunan saturasi secara
intermiten oxyhemoglobin, gangguan tidur, dan fragmentasi.19. Sekitar 3 -12% anak
sehat yang memiliki kebiasaan mendengkur, sedangkan hanya 1- 3 % OSA 20,21. Namun
harus diingat bahwa mendengkur tidak selalu adalah OSA. Kebiasaan mendengkur
biasanya tidak memiliki obstruktif apnea, hypopnea, effort-related pernapasan arousals,
atau pertukaran gas yang abnormal. Ini karena adanya kompensasi neuromuskuler pada
anak-anak untuk mencegah obstruksi napas.
Pada OSA, episode obstruksi dapat berhubungan dengan peningkatan kolapsnya
jalan napas karena faktor mekanis dan saraf. Faktor mekanis yang paling umum pada
anak-anak adalah hipertropi adenoide dan atau amandel, serta penyempitan lumen jalan
napas22. Sekitar 2% dari anak-anak yang sehat memiliki pembesaran amandel dan
adenoide dapat menghalangi jalan napas20,23. Pada, OSA keseimbangan obstruksi
mekanis dan penurunan aktivitas dilatasi otot faring. Saat tidur, anak-anak dengan OSA
telah mengurangi kerja otot pernapasan yang menyempit dan menghalangi jalan napas,
mengakibatkan obstruksi jalan napas bagian atas. Hypoxemia adalah gangguan jalan
napas dan obstruktif sebagian. Frekuensi episodik apnea menentukan diagnosis dan
tingkat keparahan OSA.
3. Diagnosis OSA
OSA adalah gejala nokturnal. Pada malam hari yang paling umum adalah
mendengkur selama tidur, kadang-kadang orang tua mampu menggambarkan
karakteristik jeda dalam pernapasan meskipun terdapat gerakan dada atau perut. Gejala
lain termasuk terengah-engah, gelisah saat tidur, keringat malam, tidur pada posisi yang
tidak biasa, parasomnias (tidur berjalan) dan Ngompol.
Gejala pada siang hari adanya gangguan fungsional seperti gangguan tidur
dan/atau hypoxemia hypercarbia. Termasuk sakit kepala saat pagi dan kadang-kadang
mual atau muntah, kantuk yang berlebihan di siang hari, dan kelelahan. Laporan
terakhir juga telah menyoroti konsekuensi neurocognitive OSA termasuk penurunan
konsentrasi, memori berkurang, kesulitan dalam membuat keputusan, kesulitan belajar,
dan juga perilaku seperti hyperactivitymimickingADHD, agresivitas tidak biasa, dan
bahkan penarikan sosial.
Anak-anak dengan OSA sering membuka mulut dan kadang-kadang memiliki
hyponasal. Anak-anak dengan OSA yang parah juga dapat menghambat pertumbuhan.
Pemeriksaan klinis biasanya pada orofaring yang tampak penuh sesak, pembesaran
amandel, yang mengurangi ruang peritonsillar. Kadang-kadang, lidah besar juga dapat
berkontribusi untuk obstruksi. Pemeriksaan endoskopik mengidentifikasi adanya
pembesaran adenoid.
Saat ini, polysomnography (PSG) adalah gold standar untuk mendiagnosis
gangguan tidur dengan OSA24. Mengingat kompleksitas penyelidikan ini dalam hal
keterampilan, sumber daya, dan waktu, beberapa peneliti telah mencoba menggunakan
pendekatan alternatif seperti klinis kuesioner, tujuan dan/atau langkah-langkah yang
subjektif kantuk di siang hari, oximetry, rekaman audio, merekam video, dan
polysomnography (pada siang hari).Sementara beberapa metode ini dapat
mengidentifikasi anak-anak dengan OSA, mereka memiliki nilai yang negatif 25.
4. Obesity and Obstructive Sleep Apnea
Sekarang ada banyak data mengenai OSA yang terkait dengan obesitas pada anak-
anak dan remaja. Hubungan antara obesitas dan OSA muncul dari dua pengamatan,
yang pertama adalah prevalensi tinggi diamati OSA antara obesitas anak dan remaja,
dan yang kedua adalah proporsi lebih tinggi dari anak-anak dengan OSA yang gemuk.
Dengan demikian tampak bahwa kedua kondisi dapat hidup berdampingan dan belum
berpotensi dengan dampak negatif dari masing-masing. Hal ini diyakini bahwa
prevalensi OSA antara obesitas pada anak dan remaja dapat setinggi 60% 26.
Dalam satu studi obesitas pada anak-anak yang mengalami
polysomnography,terdapat 46% dengan OSA27. Demikian juga, dalam studi lain OSA
diamati pada 59% anak-anak obesitas yang di evaluasi gangguan pernapasan pada saat
tidur 28. Namun studi lain melaporkan bahwa 55% anak-anak yang dijadwalkan untuk
bariatrik bedah untuk obesitas morbid memiliki OSA 29. Bahkan, banyak anak-anak dan
remaja dengan OSA, tingkat OSA biasanya paralel obesitas 30. Sebuah studi baru
dengan populasi yang melibatkan 400 anak dengan usia antara 2 dan 8 tahun
menemukan bahwa obesitas adalah faktor risiko terpenting untuk OSA dengan rasio
peluang 4.69 (95% CI 1.58-13.33). Analisis lebih lanjut menyarankan bahwa untuk
setiap unit peningkatan IMT, 12% risiko OSA lebih tinggi23.
5. Mekanisme peningkatan risiko OSA pada anak dan remaja obesitas
Ada beberapa faktor yang secara signifikan dapat meningkatkan risiko OSA pada
anak dan remaja obesitas.
Sama dengan anak-anak nonobes, obstruksi oleh hipertrofi adenotonsillar adalah
penyebab umum OSA pada anak obesitas 31-33 mempengaruhi sekitar 45% dari semua
anak-anak obesitas dengan OSA 34. Namun, mengkhawatirkan, adenotonsillectomy
berikut, OSA bertahan di sekitar 50% pada anak-anak obesitas 35 yang secara signifikan
lebih tinggi daripada tingkat anak-anak nonobese yang 36,37. Pengamatan tambahan lain
adalah bahwa prevalensi hipertropi adenotonsillar dengan anak-anak obesitas lebih
tinggi dari pada nonobese, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa hipertropi
adenotonsillar pada anak-anak obesitas bisa menjadi mekanisme yang berbeda. Hal ini
karena endokrin pada pertumbuhan somatik yang menghasilkan lemak lebih besar,
langit-langit lunak dan lidah antara orang dewasa dengan obesitas 38. Mungkin bahwa
mekanisme serupa dapat terjadi pada anak-anak dan remaja.
Faktor fungsional yang beroperasi yang dapat menyebabkan obstruksi OSA anak
yang obesitas selam tidur yang dipengaruhi oleh neuromuskuler yang mengakibatkan
kolapsnya saluran napas atas saat tidur. Secara mekanik napas pada anak obesitas,
terdapat tekanan positif yang mengakibatkan faring menjadi kolaps sehingga jalan napas
tertutup dan terjadi tekanan negatif ringan 39.
Faktor-faktor mekanis tambahan yang mempengaruhi kelainan fungsional
termasuk kelebihan adiposit dan kelebihan beban mekanik di dinding dada. Faktor-
faktor ini berinteraksi dan mengakibatkan penurunan dinding dada dan diafragma,
sehingga mengurangi kapasitas paru dan volume paru. Sebagai akibatnya,
hypoventilation, atelectasis, dan ventilasi perfusi hal ini mengakibatkan peningkatan
kerja pernapasan sehingga akan terjadi kelelahan, gangguan tidur, lebih lanjut gangguan
pernapasan saat tidur. Meskipun secara fisiologis belum dapat dipahami dengan baik,
mengapa pada anak obesitas dengan pembesaran adenoid dan tonsil tidak dilakukan
adenotonsillectomy secara kuratif.
6. Obesitas, OSA, dan hubungan comorbidities pada anak-anak dan remaja obesitas
6.1 rasa mengantu yang berlebihan di siang hari (EDS/ Excessive Daytime
Sleepiness). EDS lazim terjadi pada anak obesitas dengan atau tanpa OSA 40.
EDS meningkat secara progresif dan signifikan dengan meningkatnya IMT.
Obesitas pada prapubertas dengan OSA memiliki EDS daripada anak berat
badan seimbang dengan OSA41.
6.2 Kualitas hidup (QOL/ Quality of Life). Beberapa studi yang diterbitkan
melaporkan terdap penurunan kualitas hidup pada anak dan remaja obesitas 42
dan dengan OSA 43. Dalam satu studi terhadap 151 anak, dengan usia rata-rata
12 tahun, OSA adalah penyebab menurunnya kualitas hudup pada anak dan
remaja obesitas 44.
6.3 Fungsi Neurocognitif. Osa kognitif adalah terkait dengan penurunan fungsi
kognitif, perilaku pada anak-anak 45. Meskipun durasi asi maymodulate perilaku
fungsi, diyakini bahwa tidur fragmentasi terkait dengan OSA adalah determinan
kunci perubahan perilaku pediatrik OSA pelajaran. Sebuah studi baru dengan
52 anak melaporkan adanya perbaikan dalam fungsi neurobehavioral dan
kantuk di siang hari pada anak-anak yang menggunakan rata-rata tekanan udara
positif 3 jam (PAP) pada malam hari 46. Dalam studi kecil lain dengan 6 remaja
obesitas, dengan memperhatikan tingkat kepatuhan PAP dibandingkan denan 7
remaja obesitas yang lain dimana diperoleh jasil yang menunjukkan adanya
penurunan akademik47. Resolusi osa dikaitkan dengan perbaikan dalam status
neurocognitive
6.4 Aktivitas fisik. Aktivitas fisik berkurang pada anak obesitas dengan OSA 48.
Peningkatan aktivitas fisik tidak boleh hanya untuk menurunkan berat badan
pada anak dengan obesitas dan kelebihan berat badan hal ini dapat
meningkatkan tingkat keparahan OSA 49.
6.5 Beban kardiovaskular. Beberapa studi menunjukkan bahwa OSA berhubungan
dan dapat memperberat penyakit kardiovaskular pada anak obesitas 50. Evaluasi
OSA terkait obesitas pada masa kanak-kanak adalah struktur dan fungsi
kardiovaskular. Namun, secara tidak langsung dapat dilihat dari pengukuran
tekanan darah, fungsi jantung, disfungsi otonom dan endotel yang memiliki
kelainan yang sama pada anak dan remaja obesitas 48, 51, 52. Mekanisme yang
menghubungkan penyakit kardiovaskular dengan OSA dan obesitas belum
sepenuhnya dipahami. Namun, mekanisme yang umum adalah aktivasi sistem
saraf simpatik. Secara khusus, arousals berulang-ulang, episodik hypoxaemia,
hypercapnia, dan perubahan dalam menyebabkan tekanan simpatik intratorakal
melalui aktivasi chemoreceptor, gangguan kepakaan baroreflex, dan aktivitas
sistem renin-angiotensin meningkat. Pada obesitas, peningkatan adiposity
mengangkat peninghkatan asam lemak bebas (FFA) dan peningkatan kadar
leptin meningkatkan aktivasi simpatik. Sympathoactivation instigates
dyslipidaemia kronis, menyebabkan pembesaran pada ventrikel kiri, disfungsi
endotelial dan arteri kekakuan, peradangan dengan tingkat tinggi hs-CRP, dan
resistensi insulin dengan intoleransi glukosa yang dihasilkan. Semua faktor ini
terkait erat dengan morbiditas kardiovaskular. Selain itu, episode hypoxemia
pada anak-anak dengan OSA menyebabkan vasokonstriksi paru dan sehingga
terjadi peningkatan tekanan di arteri paru-paru 49, 53.
Hipertensi. Pada anak-anak, obesitas adalah faktor risiko tinggi untuk BP, dan
OSA adalah faktor utama yang dikaitkan dengan peningkatan BP 51, 54. Dalam
sebuah studi, antara anak-anak prapubertas, berat badan normal, kehadiran OSA
dihubungkan peningkatan BP 10-15mmHg dengan faktor utama adalah IMT
dibandingkan dengan kotrol tampa ngorok. Dalam sebuah studi yang terpisah
dari 140 anak-anak, anak-anak dengan OSA yang parah bila dibandingkan
dengan kontrol dengan OSA tidak ringan menunjukkan peningkatan yang
signifikan pada arteri BP selama aktivitas dan tidur, peningkatan diastolik BP
selama aktivitas, dan peningkatan sistolik BP selama tidur. Hampir sepertiga
dari pasien dengan OSA berat selama 24 jam menunjukkan sistolik BP > 95%.
Demikian pula, pada anak-anak obesitas dengan OSA sedan-berat secara
signifikan terjadi peningkatan risiko untuk hipertensi daripada anak-anak
obesitas dengan OSA ringan, OSA dapat menjadi pemicu hipertensi pada anak-
anak obesitas 55. Hasil penelitian ini sesuai dengan sbuah studi longitudinal
telah menunjukkan bahwa peningkatan BP pada masa kanak-kanak dapat
menjadi faktor resiko hipertensi dan sindrom metabolik saat dewasa56.
Perubahan struktur dan fungsi ventrikel. Pada dewasa, ada hubungan yang
signifikan antara besarnya ventricular kiri dan angka mortalitas kardiovaskuler.
Data menunjukkan peningkatan fungsi yang signifikan pada indeks masa
ventrikel kiri (LVMI) dengan penurunan sistolik dan diastolik pada anak
obesitas tanpa OSA dibandingkan dengan kontrol lain 57. Pada anak normal
dengan OSA, kelainan pada LVMI berkorelasi dengan kehadiran dan tingkat
keparahan OSA 58. Satu studi melaporkan bahwa anak dengan OSA parah odd
rasio 11,2 untuk LVMI > 95 % 59, sementara yang lain menunjukkan bahwa
OSA dengan adeno-tonsillectomy pada pengukuran jantung menghasilkan
variabel yang sama dengan kontol 58 Selain itu, pada anak normal dengan OSA,
terjadi peningkatan fungsi diastolik LV59 dan indeks kinerja jantung kanan telah
diamati setelah resolusi dari OSA60. Dengan demikian OSA dalam konteks
obesitas cenderung memperburuk struktur dan fungsi LV.
Fungsi endotel. OSA juga terlibat dalam disfungsi endotelial, dapat
menyebabkan penurunan tingkat nitrogen monoksida dan peningkatan kadar
mediator seperti aldosterone endothelin-1 dan plasma
Aktivitas otonom jantung. Aktivitas otonom jantung biasanya diukur dengan
menggunakan indeks dari variabilitas detak jantung (HRV). HRV rendah
menandakan beban kerja yang berlebihan pada saraf simpatik yang
berhubungan dengan kejadian penyakit kardiovaskuler pada orang dewasa.
Pada anak-anak obesitas, HRV adalah lebih rendah daripada anak-anak yang
normal dimana berat badan sebagai faktor HRV rendah61. Namun, pada anak
normal juga memiliki kemungkinan terjadinya OSA, HRV lebih rendah
dibandingkan tanpa OSA62.
6.5 OSA dan sindrom metabolik. Data mengenai kegawat daruratannya adalah
terjadinya resistensi insulin, dyslipidemia, hipertensi, dan peradangan. Terjadi
karena peningkatan kerja saraf simpatik, hypoxemia intermiten, dan kurangnya
waktu tidur. Dengan kata lain, OSA mungkin menjadi penyebab obesitas dan
tidak konsekuensi sendirian. Kesimpulan ini berasal dari beberapa bukti yang
menunjuk ke arah kontribusi OSA pada beberapa gejala sindrom metabolik,
yang dapat sembuh dengan pengobatan OSA.
Data baru-baru ini tingkat menunjukkan kenaikan insulin (menunjukkan
resistensi insulin) pada remaja dengan osa 63. Pada anak-anak yang lebih muda,
adeno-tonsillectomy dikaitkan dengan perbaikan dalam profil lipid, sensitivitas
insulin dan inflamasi dalam beberapa studi64, 65.
6.6 Kontribusi OSA pada obesitas. OSA menyebabkan penurunan kuantitas dan
kualitas tidur pada anak-anak dan dewasa66 penelitian tentang hubungan antara
durasi tidur dan pengembangan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa,
dimana durasi tidur yang lebih singkat dikaitkan dengan peningkatan risiko
obesitas (odd rasio 1.89, 95% CI 1.46-2.43 pada anak-anak). Dengan demikian
OSA mempunyai dampak langsung dengan memburuknya obesitas.
7. Penatalaksanaan
Hal ini jelas bahwa obesitas dan OSA dapat hadir untuk berbagai macam disiplin
profesional karena manifestasi multisystem. Karena itu penatalksaan yang sukses
tergantung pada upaya terpadu oleh tim dokter, bedah, pengawasan saat tidur,
respirologist, nutritionist, psikolog anak, ahli jantung, dan pekerja sosial, bekerja sama
dengan anak obesitas dan anggota keluarganya. Tujuan dari manajemen ini adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi jangka pendek.
8. Penatalaksanaan obesitas
Diskusi rinci tentang berbagai cara untuk menurunkan berat badan dan
penatalaksanaa obesitas berada di luar cakupan makalah ini, Namun sajikan mengenai
rekomendasi singkat. Meskipun pada anak-anak dan remaja masih pada masa
pertumbuha, umumnya disarankan melakukan aktivitas fisik setidaknya 60 menit secara
intens setiap hari, untuk mencegah obesitas atau menjaga berat badan. Ini dapat
mengakibatkan penurunan berat badan, dan latihan memberikan manfaat kesehatan
secara umum. Mereka juga harus diberitahu untuk makan makanan secara teratur dan
tidak berlebihan.
Intervensi farmakologi umumnya tidak direkomendasikan untuk anak-anak < 12
tahun, untuk mencengah perburukan OSA dan peningkatan tekanan intra kranial. Selain
itu, keputusan untuk menggunakan farmakoterapi tetap disertai dengan fisik dan kontrol
diet. Beberapa ahli berpendapat bahwa obat lebih baik dimanfaatkan untuk menjaga
daya tahan tubuh daripada untuk menurunkan berat badan. Saat ini, Orlistat adalah satu
obat yang dapat dipakai karena Sibutramine telah ditarik dari pasaran.
Bedah bariatrik juga jarang dianjurkan pada anak-anak, kecuali pada anak obesitas
(IMT ≥ 40 kg/m2) atau 35-40 kg/m2 dengan penyakit lainnya yang dapat dukurangi
dengan penurunan berat badan. Bahkan kemudian, operasi dianggap hanya dipilih
setelah langkah-langkah yang nonsurgical telah dicoba tanpa keberhasilan.
9. Pengobatan OSA
Berdasarkan pengamatan bahwa hampir setengah dari semua anak-anak obesitas
dengan OSA memiliki tonsil adeno hipertrofi, American Board of Pediatrics 24
merekomendasikan adenotonsilektomi sebagai langkah pertama pengobatan. Meskipun
adeno-tonsillectomy dapat mengalami perbaikan dalam kasus 80 % dan meningkatkan
gejala obstruktif pada 80 % kasus dinyatakan normal anak-anak dengan OSA, anak-
anak obesitas pada umumnya tingkat keberhasilan lebih rendah daripada anak normal.
Dalam beberapa kasus, hampir 50 % tetap terdapat gejala OSA55.
Oleh karena itu, terapi tekanan udara positif (PAP) telah menjadi standar
perawatan, dengan strategi penurunan berat badan. Pada pasien dewasa, PAP
merupakan terapi yang digunakan untuk mengurangi gejala OSA. Selain itu, ada
laporan yang mengatakan terdapat perbaikan dalam kardiovaskular termasuk penurunan
tekanan sistolik dan BP, fungsi LV 67, fungsi endotelial68, dan aktivitas saraf otonom 69.
Selain itu, penarikan PAP selama dua minggu terakhir dikaitkan dengan peningkatan
BP sistolik dan diastolik 4-6mmHg 70. Terapi PAP dapat diberikan terus-menerus PAP
(CPAP) atau lebih fisiologis PAP bilevel (BiPAP). Pada anak-anak, gejala OSA dapat
meningkatkan dengan terapi PAP. Namun ada data yang mengevaluasi keberhasilan
dalam meningkatkan hasil klinis dan kualitas hidup.
Dalam satu studi, anak-anak non-obese yang telah resolusi dari OSA, dievaluasi
selama 6 bulan setelah adeno-tonsillectomy, terdapat pengurangan dalam bp diastolic
5mmHg 71. Pentingnya penelitian ini tidak dapat dikatan penemuan, baru-baru ini hasil
dari sebuah meta-analysis yang menurunkan SBP sistolik 10mmHg atau BP diastolic
5mmHg pada orang dewasa (terlepas dari baseline bp) tida berakibat fatal dan nonfatal
pada jantung oleh sekitar 25 % 72.
Pilihan pengobatan lainnya yang kadang-kadang berguna dalam dewasa pasien
dengan OSA adalah mencakup peralatan oral dan perangkat yang dapat memperluas
saluran napas atas. Namun ini memerlukan konstruksi terampil dan umumnya
digunakan pada OSA ringan. Ini adalah pilihan bagi mereka yang tidak dapat
menggunakan CPAP. Peralatan ini memiliki kekurangan pada anak-anak dengan gigi
belum tumbuh atau lengkap 73. Beberapa orang dewasa menggunakan perangkat
sederhana untuk mencegah tidur dalam posisi supine. Perangkat ini bekerja pada posisi
tidur lateral.
Pembedahan dilakukan termasuk pada uvulo-palatopharngoplasty dimana besar
jaringan lunak yang menghalangi jalan napas dapat dibuang untuk membebaskan jalan
napas. Ini juga dapat digunakan untuk memperkuat dan mendukung otot-otot faring
hipotonik pada anak untuk mengurangi fungsi neuromuskuler bertanggung jawab untuk
mencegah penyumbatan jalan napas. Beberapa pusat menggunakan prosedur ini untuk
anak-anak obesitas dengan OSA berat, untuk mengurangi masa orofaringeal.
Saat ini belum ada penelitian yang lebih lanjut mengenai pengobatan yang satu lebih
baik dari yang lainnya.
10. Kesimpulan
Masa kanak-kanak dan remaja obesitas telah menjadi epidemi di seluruh dunia.
OSA secara jelas mengatakan bahwa faktor resiko utama neurocognitive
kardiovaskular, metabolisme, serta penurunan kualitas hidup pada anak-anak obesitas.
Semua bidang terlibat dalam kesejahteraan dan pengawasan gangguan tidur pada anak
obesitas untuk menurunkan kejadian OSA. Pengawasan dan pengobatan awal OSA,
yaitu selain strategi penurunan berat badan, untuk penurunan risiko kardiovaskular dan
metabolik di masa kanak-kanak yang dapat mempengaruhi kehatan anak-anak ini tidak
hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga di masa dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. C. L. Ogden, M. D. Carroll, andK.M. Flegal, “High bodymass index for age among
US children and adolescents, 2003–2006,” The Journal of the American Medical
Association, vol. 299, no. 20, pp. 2401–2405, 2008.
2. L. Wang, L. Kong, F. Wu, Y. Bai, and R. Burton, “Preventing chronic diseases in
China,” The Lancet, vol. 366, no. 9499, pp. 1821–1824, 2005.
3. R. C.Whitaker,M. S. Pepe, J.A.Wright, K. D. Seidel, andW. H. Dietz, “Early
adiposity rebound and the risk of adult obesity,” Pediatrics, vol. 101, no. 3, article
E5, 1998.
4. C. L. Ogden and K. M. Flegal, “Childhood obesity: are we all speaking the same
language?” Advances in Nutrition, vol. 2, pp. 159S–166S, 2011.
5. The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent
Preventive Services, “Guidelines for overweight in adolescent preventive services:
recommendations from an expert committee,” American Journal of Clinical
Nutrition, vol. 59, no. 2, pp. 307–316, 1994.
6. T. J. Cole, M. C. Bellizzi, K. M. Flegal, andW. H. Dietz, “Establishing a standard
definition for child overweight and obesity worldwide: international survey,”
British Medical Journal, vol. 320, no. 7244, pp. 1240–1243, 2000.
7. J. J. Reilly, J. Armstrong, A. R. Dorosty et al., “Early life risk factors for obesity in
childhood: cohort study,” BritishMedical Journal, vol. 330, no. 7504, pp. 1357–
1359, 2005.
8. T. D. Brisbois, A. P. Farmer, and L. J.McCargar, “Earlymarkers of adult obesity: a
review,” Obesity Reviews, vol. 13, no. 4, pp. 347–367, 2012.
9. J. Chaicharn, Z. Lin, M. L. Chen, S. L. D. Ward, T. Keens, and M. C. K. Khoo,
“Model-based assessment of cardiovascular autonomic control in children with
obstructive sleep apnea,” Sleep, vol. 32, no. 7, pp. 927–938, 2009.
10. R. H. Eckel, S. M. Grundy, and P. Z. Zimmet, “The metabolic syndrome,” The
Lancet, vol. 365, no. 9468, pp. 1415–1428, 2005.
11. T. Bjørge, A. Engeland, A. Tverdal, and G. D. Smith, “Body mass index in
adolescence in relation to cause-specific mortality: a follow-up of 230,000
Norwegian adolescents,” American Journal of Epidemiology, vol. 168, no. 1, pp.
30–37, 2008.
12. R.C.Whitaker, J. A.Wright,M. S.Pepe, K. D. Seidel, andW. H. Dietz, “Predicting
obesity in young adulthood from childhood and parental obesity,” The New
England Journal of Medicine, vol. 337, no. 13, pp. 869–873, 1997.
13. S. R. Daniels, D. K. Arnett, R. H. Eckel et al., “Overweight in children and
adolescents: pathophysiology, consequences, prevention, and treatment,”
Circulation, vol. 111, no. 15, pp. 1999–2012, 2005.
14. M. Raj and R. K. Kumar, “Obesity in children & adolescents,” Indian Journal of
Medical Research, vol. 132, no. 11, pp. 598–607, 2010.
15. D. S. Ludwig, “Childhood obesity—the shape of things to come,” The New
England Journal of Medicine, vol. 357, no. 23,pp. 2325–2327, 2007.
16. S. L. Verhulst, N. Schrauwen, D. Haentjens, L. van Gaal, W.A. de Backer, and K.
N. Desager, “Reference values for sleeprelated respiratory variables in
asymptomatic European children and adolescents,” Pediatric Pulmonology, vol. 42,
no. 2, pp.159–167, 2007.
17. S. Uliel, R. Tauman,M. Greenfeld, and Y. Sivan, “Normal polysomnographic
respiratory values in children and adolescents,” Chest, vol. 125, no. 3, pp. 872–878,
2004.
18. H. E.Montgomery-Downs, L. M. O’Brien, T. E. Gulliver, and D. Gozal,
“Polysomnographic characteristics in normal preschool and early school-aged
children,” Pediatrics, vol. 117, no. 3, pp. 741–753, 2006.
19. American Thoracic Society, “Cardiorespiratory sleep studies in children.
Establishment of normative data and polysomonographic predictors of morbidity,”
American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 160, no. 4, pp.
1381–1387, 1999.
20. N. J. Ali, D. J. Pitson, and J. R. Stradling, “Snoring, sleep disturbance, and
behaviour in 4-5 year olds,” Archives of Disease in Childhood, vol. 68, no. 3, pp.
360–366, 1993.
21. T. Gislason and B. Benediktsdottir, “Snoring, apneic episodes, and nocturnal
hypoxemia among children 6months to 6 years old: an epidemiologic study of
lower limit of prevalence,” Chest, vol. 107, no. 4, pp. 963–966, 1995.
22. R. Arens, J. M. McDonough, A. T. Costarino et al., “Magnetic resonance imaging
of the upper airway structure of children with obstructive sleep apnea syndrome,”
American Journal of Respiratory and Critical CareMedicine, vol. 164, no. 4, pp.
698–703, 2001.
23. S. Redline, P. V. Tishler, M. Schluchter, J. Aylor, K. Clark, and G. Graham, “Risk
factors for sleep-disordered breathing in children: associations with obesity, race,
and respiratory problems,” American Journal of Respiratory and Critical
CareMedicine, vol. 159, no. 5, pp. 1527–1532, 1999.
24. C. L. Marcus, D. Chapman, S. D. Ward et al., “Clinical practice guideline:
diagnosis and management of childhood obstructive sleep apnea syndrome,”
Pediatrics, vol. 109, no. 4, pp. 704–712, 2002.
25. M. S. Wise, C. D. Nichols, M. M. Grigg-Damberger et al., “Executive summary of
respiratory indications for polysomnography in children: an evidence-based
review,” Sleep, vol. 34, no. 3, pp. 389–398, 2011.
26. S. L. Verhulst, L. van Gaal, W. de Backer, and K. Desager, “The prevalence,
anatomical correlates and treatment of sleepdisordered breathing in obese children
and adolescents,” Sleep Medicine Reviews, vol. 12, no. 5, pp. 339–346, 2008.
27. C. L. Marcus, S. Curtis, C. B. Koerner, A. Joffe, J. R. Serwint, and G. M. Loughlin,
“Evaluation of pulmonary function and polysomnography in obese children and
adolescents,” Pediatric Pulmonology, vol. 21, no. 3, pp. 176–183, 1996.
28. J. M. Silvestri, D. E. Weese-Mayer, M. T. Bass, A. S. Kenny, S. A. Hauptman, and
S. M. Pearsall, “Polysomnography in obese children with a history of sleep-
associated breathing disorders,” Pediatric Pulmonology, vol. 16, no. 2, pp. 124–
129, 1993.
29. M. Kalra, T. Inge, V. Garcia et al., “Obstructive sleep apnea in extremely
overweight adolescents undergoing bariatric surgery,” Obesity Research, vol. 13,
no. 7, pp. 1175–1179, 2005.
30. G. B. Mallory Jr., D. H. Fiser, and R. Jackson, “Sleep-associated breathing
disorders in morbidly obese children and adolescents,” Journal of Pediatrics, vol.
115, no. 6, pp. 892–897, 1989.
31. E. S. Katz and C. M. D’Ambrosio, “Pathophysiology of pediatric obstructive sleep
apnea,” Proceedings of the American Thoracic Society, vol. 5, no. 2, pp. 253–262,
2008.
32. Y. K. Wing, S. H. Hui, W. M. Pak et al., “A controlled study of sleep related
disordered breathing in obese children,” Archives of Disease in Childhood, vol. 88,
no. 12, pp. 1043–1047, 2003.
33. S. L. Verhulst, N. Schrauwen, D. Haentjens et al., “Sleep-disordered breathing in
overweight and obese children and adolescents: prevalence, characteristics and the
role of fat distribution,” Archives of Disease in Childhood, vol. 92, no. 3, pp. 205–
208, 2007.
34. J. E. Gordon, M. S. Hughes, K. Shepherd et al., “Obstructive sleep apnoea
syndrome in morbidly obese children with tibia vara,” Journal of Bone and Joint
Surgery—Series B, vol. 88, no. 1, pp. 100–103, 2006.
35. R.B.Mitchell and J. Kelly, “Adenotonsillectomy for obstructive sleep apnea in
obese children,” Otolaryngology—Head and Neck Surgery, vol. 131, no. 1, pp.
104–108, 2004.
36. A. Tal, A. Bar, A. Leiberman, and A. Tarasiuk, “Sleep characteristics following
adenotonsillectomy in children with obstructive sleep apnea syndrome,” Chest, vol.
124, no. 3, pp. 948–953, 2003.
37. J. S. Suen, J. E. Arnold, and L. J. Brooks, “Adenotonsillectomy for treatment of
obstructive sleep apnea in children,” Archives of Otolaryngology—Head and Neck
Surgery, vol. 121, no. 5, pp. 525–530, 1995.
38. R. J. Schwab, M. Pasirstein, R. Pierson et al., “Identification of upper airway
anatomic risk factors for obstructive sleep apnea with volumetric magnetic
resonance imaging,” American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine,
vol. 168, no. 5, pp. 522–530, 2003.
39. I. C. Gleadhill, A. R. Schwartz, N. Schubert, R. A. Wise, S. Permutt, and P. L.
Smith, “Upper airway collapsibility in snorers and in patients with obstructive
hypopnea and apnea,” American Review of Respiratory Disease, vol. 143, no. 6, pp.
1300–1303, 1991.
40. M. Tsaoussoglou, E. O. Bixler, S. Calhoun, G. P. Chrousos, K. Sauder, and A. N.
Vgontzas, “Sleep-disordered breathing in obese children is associated with
prevalent excessive daytime sleepiness, inflammation, and metabolic
abnormalities,” The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, vol. 95,
no. 1, pp. 143–150, 2010.
41. D. Gozal and L. Kheirandish-Gozal, “Obesity and excessive daytime sleepiness in
prepubertal children with obstructive sleep apnea,” Pediatrics, vol. 123, no. 1, pp.
13–18, 2009.
42. M. de Beer, G. H. Hofsteenge, H.M. Koot, R. A. Hirasing, H. A. Delemarre-van de
Waal, and R. J. B. J. Gemke, “Healthrelated-quality-of-life in obese adolescents is
decreased and inversely related to IMT,” Acta Paediatrica, vol. 96, no. 5, pp. 710–
714, 2007.
43. V. M. Crabtree, J. W. Varni, and D. Gozal, “Health-related quality of life and
depressive symptoms in children with suspected sleep-disordered breathing,” Sleep,
vol. 27, no. 6, pp. 1131–1138, 2004.
44. M. A. Carno, E. Ellis, E. Anson et al., “Symptoms of sleep apnea and
polysomnography as predictors of poor quality of life in overweight children and
adolescents,” Journal of Pediatric Psychology, vol. 33, no. 3, pp. 269–278, 2008.
45. D.W. Beebe, “Neurobehavioral morbidity associated with disordered breathing
during sleep in children: a comprehensive review,” Sleep, vol. 29, no. 9, pp. 1115–
1134, 2006.
46. C. L.Marcus, J. Radcliffe, S. Konstantinopoulou, S. E. Beck, M. A. Cornaglia, J.
Traylor et al., “Effects of positive airway pressure therapy on neurobehavioral
outcomes in children with obstructive sleep apnea,” American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 185, no. 9, pp. 998–1003, 2012.
47. D. W. Beebe and K. C. Byars, “Adolescents with obstructive sleep apnea adhere
poorly to positive airway pressure (PAP), but PAP users show improved attention
and school performance,” PLoS ONE, vol. 6, no. 3, Article ID e16924, 2011.
48. A. Tal, A. Leiberman, G. Margulis, and S. Sofer, “Ventricular dysfunction in
children with obstructive sleep apnea: radionuclide assessment,” Pediatric
Pulmonology, vol. 4, no. 3, pp. 139–143, 1988.
49. R. Tauman and D. Gozal, “Obesity and obstructive sleep apnea in children,”
Paediatric Respiratory Reviews, vol. 7, no. 4, pp. 247–259, 2006.
50. A. I. Pack and T. Gislason, “Obstructive sleep apnea and cardiovascular disease. A
perspective and future directions,” Progress in Cardiovascular Diseases, vol. 51,
no. 5, pp. 434–451, 2009.
51. R. S. Amin, J. L. Carroll, J. L. Jeffries et al., “Twenty-four-hour ambulatory blood
pressure in children with sleep-disordered breathing,” American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 169, no. 8, pp. 950–956, 2004.
52. P. L. Enright, J. L. Goodwin, D. L. Sherrill, J. R. Quan, and S. F. Quan, “Blood
pressure elevation associated with sleep-related breathing disorder in a community
sample of white and hispanic children: the Tucson children’s assessment of sleep
apnea study,” Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, vol. 157, no. 9, pp.
901–904, 2003.
53. T. Shiomi, C. Guilleminault, R. Stoohs, and I. Schnittger, “Obstructed breathing in
children during sleep monitored by echocardiography,” Acta Paediatrica, vol. 82,
no. 10, pp. 863–871, 1993.
54. R. S. C. Horne, J. S. C. Yang, L. M. Walter et al., “Elevated blood pressure during
sleep and wake in children with sleepdisordered breathing,” Pediatrics, vol. 128,
no. 1, pp. e85–e92, 2011.
55. L. C. K. Leung, D. K. Ng, M. W. Lau et al., “Twenty-fourhour ambulatory BP in
snoring children with obstructive sleep apnea syndrome,” Chest, vol. 130, no. 4, pp.
1009–1017, 2006.
56. S. S. Sun, G. D. Grave, R. M. Siervogel, A. A. Pickoff, S. S. Arslanian, and S. R.
Daniels, “Systolic blood pressure in childhood predicts hypertension and metabolic
syndrome later in life,” Pediatrics, vol. 119, no. 2, pp. 237–246, 2007.
57. L. P. Koopman, B. W. McCrindle, C. Slorach, N. Chahal, W. Hui, T. Sarkola et al.,
“Interaction between myocardial and vascular changes in obese children: a pilot
study,” Journal of the American Society of Echocardiography, vol. 25, pp. 401–
410.e1, 2012.
58. G. Attia, M. A. Ahmad, A. B. Saleh, and A. Elsharkawy, “Impact of obstructive
sleep apnea on global myocardial performance in children assessed by tissue
doppler imaging,” Pediatric Cardiology, vol. 31, no. 7, pp. 1025–1036, 2010.
59. R. S. Amin, T. R. Kimball, J. A. Bean et al., “Left ventricular hypertrophy and
abnormal ventricular geometry in children and adolescents with obstructive sleep
apnea,” American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 165, no.
10, pp. 1395–1399, 2002.
60. D. Duman, B. Naiboglu, H. S. Esen, S. Z. Toros, and R. Demirtunc, “Impaired right
ventricular function in adenotonsillar hypertrophy,” International Journal of
Cardiovascular Imaging, vol. 24, no. 3, pp. 261–267, 2008.
61. S. M. Rodriguez-Colon, E. O. Bixler, X. Li, A. N. Vgontzas, and D. Liao, “Obesity
is associated with impaired cardiac autonomic modulation in children,”
International Journal of Pediatric Obesity, vol. 6, no. 2, pp. 128–134, 2011.
62. D. Liao, X. Li, S. M. Rodriguez-Colon et al., “Sleep-disordered breathing and
cardiac autonomic modulation in children,” Sleep Medicine, vol. 11, no. 5, pp. 484–
488, 2010.
63. S. Redline, A. Storfer-Isser, C. L. Rosen et al., “Association between metabolic
syndrome and sleep-disordered breathing in adolescents,” American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 176, no. 4, pp. 401–408, 2007.
64. K. A. Waters, S. Sitha, L. M. O’Brien et al., “Follow-up on metabolic markers in
children treated for obstructive sleep apnea,” American Journal of Respiratory and
Critical Care Medicine, vol. 174, no. 4, pp. 455–460, 2006.
65. D. Gozal, O. S. Capdevila, and L. Kheirandish-Gozal, “Metabolic alterations and
systemic inflammation in obstructive sleep apnea among nonobese and obese
prepubertal children,” American Journal of Respiratory and Critical Care
Medicine, vol. 177, no. 10, pp. 1142–1149, 2008.
66. F. P. Cappuccio, F. M. Taggart, N. B. Kandala et al., “Metaanalysis of short sleep
duration and obesity in children and adults,” Sleep, vol. 31, no. 5, pp. 619–626,
2008.
67. N. A. Bayram, B. Ciftci, T. Durmaz et al., “Effects of continuous positive airway
pressure therapy on left ventricular function assessed by tissue Doppler imaging in
patients with obstructive sleep apnoea syndrome,” European Journal of
Echocardiography, vol. 10, no. 3, pp. 376–382, 2009.
68. L. F. Drager, L. A. Bortolotto, A. C. Figueiredo, E. M. Krieger, and G. Lorenzi-
Filho, “Effects of continuous positive airway pressure on early signs of
atherosclerosis in obstructive sleep apnea,” American Journal of Respiratory and
Critical Care Medicine, vol. 176, no. 7, pp. 706–712, 2007.
69. E. Kufoy, J. A. Palma, J. Lopez, M. Alegre, E. Urrestarazu, J. Artieda et al.,
“Changes in the heart rate variability in patients with obstructive sleep apnea and its
response to acute CPAP treatment,” PLoS ONE, vol. 7, no. 3, Article ID e33769,
2012.
70. M. Kohler, A. C. Stoewhas, L. Ayers, O. Senn, K. E. Bloch, E. W. Russi et al.,
“Effects of continuous positive airway pressure therapy withdrawal in patients with
obstructive sleep apnea: a randomized controlled trial,” American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 184, no. 10, pp. 1192–1199, 2011.
71. R. Amin, L. Anthony, V. Somers et al., “Growth velocity predicts recurrence of
sleep-disordered breathing 1 year after adenotonsillectomy,” American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 177, no. 6, pp. 654–659, 2008.
72. M. R. Law, J. K. Morris, and N. J. Wald, “Use of blood pressure lowering drugs in
the prevention of cardiovascular disease: meta-analysis of 147 randomised trials in
the context of expectations from prospective epidemiological studies,” British
Medical Journal, vol. 338, Article ID b1665, 2009.
73. F. R. Carvalho, D. Lentini-Oliveira, M. A. Machado, G. F. Prado, L. B. Prado, and
H. Saconato, “Oral appliances and functional orthopaedic appliances for obstructive
sleep apnoea in children,” Cochrane Database of Systematic Reviews, no. 2, Article
ID CD005520, 2007.