18
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN JANTUNG KORONER Dewi Mei Cahyaning Magetin, Grecia Ulina, Muhammad Fawwaz, Nidya Eka Putri, Oktafirda Dwi Carintan, Vivin Indiana Zulfa, Yusnita Nur Fadhilah. ABSTRACT In the early 19th century, the most developing disease is infectious disease. However, in this recent time, there has been a trend shifting of disease becomes to the disease which was caused by unappropriate lifestyle such as coronary heart disease.Coronary heart disease is the main cause of death in this recent time. In a number of conditions for coronary heart disease can be affected by individual risk factor itself such as obesity. Obesity actually becomes the result of positive energy balance for long term. In fact, obesity can be happened to children, teens and adults. According to the World Health Organization (WHO) stated that obesity is the one of ten conditions which is full of risk in this worldwide and the one of five conditions that is full of risk too in developing countries. Obesity that has been occured involves several factors,they are, food factor, genetic factor,hormonal factor, psychological factor, lifestyle, drugs consumption, smoking and exercise habit. The prove is given by doing research that there is a close relationship between obesity and cardiovascular disease,for example, diabetes mellitus type II, displipidemia and hypertension. By the increasing of obesity, it will increase steadily the number of illness and cardiovascular disease death. Keywords : conorary heart disease, obesity, risk factor. ABSTRAK Di awal abad ke-19 penyakit yang berkembang adalah penyakit infeksi. Namun, pada saat ini telah terjadi pergeseran trend penyakit menjadi penyakit yang disebabkan oleh pola hidup yang salah seperti penyakit jantung koroner, sehingga perhatian dunia dan khususnya para praktisi kesehatan merubah strategi sekaligus pola pencegahannya. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian saat ini. Dalam sejumlah kondisi penyakit jantung koroner dapat dipengaruhi oleh faktor risiko individu itu sendiri, salah satunya adalah karena obesitas. Obesitas adalah akibat dari keseimbangan energi positif untuk periode waktu yang cukup panjang. Pada kenyataannya, masalah obesitas dapat terjadi pada usia anak-anak, remaja hingga dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu faktor makanan, faktor keturunan, faktor hormon, faktor psikologis, gaya Hidup (Life Style), pemakaian obat-obatan, kebiasaan merokok dan olah raga. Pola penyakit yang saat ini berkembang merupakan preventable disease,

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN JANTUNG KORONER.doc

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN JANTUNG KORONERDewi Mei Cahyaning Magetin, Grecia Ulina, Muhammad Fawwaz, Nidya Eka Putri, Oktafirda Dwi Carintan, Vivin Indiana Zulfa, Yusnita Nur Fadhilah.ABSTRACT

In the early 19th century, the most developing disease is infectious disease. However, in this recent time, there has been a trend shifting of disease becomes to the disease which was caused by unappropriate lifestyle such as coronary heart disease.Coronary heart disease is the main cause of death in this recent time. In a number of conditions for coronary heart disease can be affected by individual risk factor itself such as obesity. Obesity actually becomes the result of positive energy balance for long term. In fact, obesity can be happened to children, teens and adults. According to the World Health Organization (WHO) stated that obesity is the one of ten conditions which is full of risk in this worldwide and the one of five conditions that is full of risk too in developing countries. Obesity that has been occured involves several factors,they are, food factor, genetic factor,hormonal factor, psychological factor, lifestyle, drugs consumption, smoking and exercise habit. The prove is given by doing research that there is a close relationship between obesity and cardiovascular disease,for example, diabetes mellitus type II, displipidemia and hypertension. By the increasing of obesity, it will increase steadily the number of illness and cardiovascular disease death.

Keywords : conorary heart disease, obesity, risk factor.ABSTRAKDi awal abad ke-19 penyakit yang berkembang adalah penyakit infeksi. Namun, pada saat ini telah terjadi pergeseran trend penyakit menjadi penyakit yang disebabkan oleh pola hidup yang salah seperti penyakit jantung koroner, sehingga perhatian dunia dan khususnya para praktisi kesehatan merubah strategi sekaligus pola pencegahannya. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian saat ini. Dalam sejumlah kondisi penyakit jantung koroner dapat dipengaruhi oleh faktor risiko individu itu sendiri, salah satunya adalah karena obesitas. Obesitas adalah akibat dari keseimbangan energi positif untuk periode waktu yang cukup panjang. Pada kenyataannya, masalah obesitas dapat terjadi pada usia anak-anak, remaja hingga dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu faktor makanan, faktor keturunan, faktor hormon, faktor psikologis, gaya Hidup (Life Style), pemakaian obat-obatan, kebiasaan merokok dan olah raga. Pola penyakit yang saat ini berkembang merupakan preventable disease, artinya penyakit yang dapat dicegah. Salah satunya penyakit jantung koroner yang dapat dicegah dengan menjaga pola makan serta pola hidupnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti Diabetes mellitus tipe II, Dislipidemia dan hipertensi. Bertambahnya populasi obesitas dengan sendirinya akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler. Kata kunci : penyakit jantung koroner,obesitas, faktor risiko, PENDAHULUAN

Penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease) adalah ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik, yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner. Dalam Internasional Classification Disease (1993) disebutkan bentuk-bentuk umum PJK adalah Angina Pectoris, Ischemic Heart Disease, Acute Miocard Infarction, dan Sudden Death (6).Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian wanita di Amerika Serikat (Pusat for Disease Control dan pencegahan [CDC], 2004). Menurut 2003 National Laporan Statistik Vital, 700,142 orang-orang yang meninggal karena penyakit jantung, 52% adalah wanita (Anderson & Smith, 2003, pg. 8). Menurut the American Heart Association (AHA), hampir 40% dari semua kematian perempuan di Amerika terjadi akibat penyakit kardiovaskuler dan ini termasuk penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke (2005). Lebih lanjut, lebih dari $393.5 miliar dihabiskan setiap tahun untuk Layanan Kesehatan, obat, dan hilangnya produktivitas berkaitan dengan penyakit jantung (6).Penyakit jantung istilah meliputi sejumlah kondisi yang memengaruhi jantung. Berdasarkan klasifikasi penyakit internasional (2004), ini termasuk akut demam rematik, penyakit hati kronis rematik, hipertensi penyakit jantung koroner penyakit jantung (PJK), penyakit jantung paru, jantung kongestif, kardiovaskular penyakit, dan lain kondisi jantung atau penyakit. Dalam kondisi ini, Wanita Afrika Amerika memiliki tingkat mortalitas penyakit jantung koroner tertinggi diantara semua perempuan AS (AHA, 2005). Selain itu, menurut Bransford & Ofili (2000), wanita Amerika Afrika memiliki terbukti memiliki risiko yang lebih tinggi untuk kematian penyakit jantung daripada wanita Kaukasia sejak 1940-an, dan saat ini memiliki tertinggi tingkat kematian terkait penyakit jantung antara lima kelompok ras dan etnis lainnya (Casper et ah, 2000). Secara khusus, wanita Afrika-Amerika memiliki tingkat kematian penyakit jantung 2,6 kali lebih tinggi daripada wanita Asia dan Kepulauan Pasifik; 2.1 kali lebih tinggi daripada wanita Latino, American Indian dan asli Alaska; dan kali 1.4 lebih tinggi dari wanita Kaukasia (Casper et ah, 2000). Lebih lanjut, di tahun 2002 wanita African American memiliki tingkat kematian awal 368.1, yang adalah lebih tinggi daripada keseluruhan Pendahuluan tingkat kematian 320.5 (AHA 2005). Pada kenyataanya hal itu penting meskipun tingkat kematian dari penyakit jantung telah menurun selama beberapa dekade, lebih sedikit wanita daripada pria, lebih sedikit ditolak kurang bagi perempuan daripada laki-laki, dan lebih sedikit bagi perempuan Amerika Afrika daripada Wanita Kaukasia (AHA, 2005) (6).Obesitas merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih, yang perlu mendapatkan perhatian. Obesitas merupakan keadaan berlebihnya lemak tubuh secara absolut maupun relatif. Obesitas merupakan faktor resiko dari berbagai penyakit (related co-morbidity) antara lain diabetes mellitus, dislipidemia, dan hipertensi yang akan menimbulkan peningkatan penyakit jantung koroner (2).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 juta adalah obese. Diwaktu mendatang epidemi obesitas akan melanda negara negara dibenua Asia. Bentuk tubuh orang Asia yang rata rata lebih kecil dari penduduk di negara Barat, tetapi mempunyai komposisi lemak visceral yang lebih banyak merupakan salah satu faktor penting meningkatnya penyakit kardiovaskuler di Asia. Di Indonesia perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%) (2).Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti diabetes mellitus tipe II, dislipidemia dan hipertensi. Bertambahnya populasi obesitas dengan sendirinya akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler. Laporan WHO (World Health Organisation) tahun 2003 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 29,2% dari seluruh kematian di dunia atau 16,7 juta jiwa setiap tahun (7,2 juta PJK; 5,5 juta penyakit serebrovaskuler; 4 juta hipertensi dan penyakit jantung lainnya). Dari jumlah kematian tersebut, 80% diantaranya terdapat di negara miskin, menengah dan negara berkembang (2).METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah studi pustaka. Data diambil dari buku-buku ilmiah, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis lainnya baik tercetak maupun elektronik lain. Sumber elektonik didapat dengan mencari jurnal dengan keyword penyakit jantung koroner, obesitas dan hubungan jantung koroner dengan obesitas. Data didapat dari artikel dan buku elektronik yang kemudian di download.

HASIL DAN PEMBAHASANPenyakit jantung koroner adalah penyakit yang menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung (arteri koronaria) yang mengakibatkan terjadinya penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner. Sampai saat ini penyebab pasti PJK belum diketahui, dimungkinkan merupakan interaksi dari penyebab multifaktorial yang berhubungan dengan kenaikan risiko untuk terjadinya suatu penyakit (PJK) (13).

PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12% pada wanita. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta). Bagan 2.1 memperlihatkan proporsi jumlah kematian akibat berbagai penyakit kardiovaskuler (13).

Gambar 1. Kematian global akibat penyakit kardiovaskulerTanda dan gejala PJK banyak dijumpai pada individu-individu dengan usia yang lebih tua, secara patogenesis permulaan terjadinya PJK terjadi sejak usia muda namun kejadian ini sulit untuk diestimasi. Diperkirakan sekitar 2 % 6 % dari semua kejadian PJK terjadi pada individu dibawah usia 45 tahun. Pemeriksaan yang dilakukan pada usia dewasa muda dibawah usia 34 tahun, dapat diketahui terjadinya atherosklerosis pada lapisan pembuluh darah (tunika intima) sebesar 50 %. Berdasarkan literatur yang ada hal tersebut banyak disebabkan karena kebiasaan merokok dan penggunaan kokain serta diabates mellitus dan dislipidemia yang dianggap merupakan faktor risiko dalam perkembangan lebih awal terjadinya atherosclerosis (13).

Secara umum angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di Indonesia belum diteliti secara akurat. Di Amerika Serikat pada tahun 1996 dilaporkan kematian akibat PJPD mencapai 959.277 penderita, yakni 41,4 % dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah diupayakan, namun setiap 33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat penyakit ini. Dari jumlah tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (13).

Tabel 1. Penyakit Utama Kematian di Amerika Serikat, Tahun 1996Kenyataan lain menunjukkan bahwa, di Inggris penyakit kardiovaskuler membunuh satu dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan hampir sebesar 250.000 kematian pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena PJK, yang merepresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Merupakan konsep yang salah bahwa PJK jarang terjadi pada perempuan, faktanya tidak banyak perbedaan antara perempuan dibandingkan laki-laki dalam insiden penyakit ini dihitung berdasarkan harapan hidup yang lebih panjang (13).

Sebelum berusia 40 tahun, perbedaan kejadian PJK antara pria dan wanita adalah 8 : 1, dan setelah usia 70 tahun perbandingannya adalah 1 : 1. Pada pria insiden puncak manifestasi klinik PJK adalah pada usia 50 60 tahun, sedangkan pada wanita pada usia 60 70 tahun. Pada wanita PJK terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat daripada pria dan risiko meningkat secara drastis setelah menopouse. Hal tersebut berbeda dengan survei penyakit jantung yang pernah dilakukan di Semarang, menemukan adanya perbedaan prevalensi penyakit jantung antara pria dan wanita. (lihat tabel 2.2)

Tabel 2. Perbandingan prevalensi penyakir jantung antara pria dan wanitaTerdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK, hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Data dari Framingham menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat badan optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 % dan stroke/cerebro vascular accident (CVA) sebanyak 3,5 %. Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia. Hal tersebut ditempuh dengan cara mengurangi asupan kalori dan menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar komposisi makanan, pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara teratur (13).

Tabel 3. Klasifikasi berat badan (BB) berdasarkan indeks massa tubuhPATOFISIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER

Otot jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien. Gangguan pada arteri menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Penyakit ini berkaitan dengan gangguan suplai darah otot jantung sehingga jantung mengalami kekurangan darah dengan segala manifestasinya.

Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui perangsangan lama (kronik). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai pembuluh darah yang disebut arteriosklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.

Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pektoris, miokard infark, payah jantung ataupun mati mendadak. Pada umumnya gangguan suplai darah arteri coronaria dianggap berbahaya bila terjadinya penyempitan 10%, atau lebih pada pangkal atau cabang utama coronaria. Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menandakan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung pada beratnya arterioskleorosis dan luasnya gangguan jantung dan apakah serangan tersebut masih lama atau baru.Angina Pektoris

Angina pektoris adalah jeritan otot jantung yang merupakan sakit dada oleh karena kekurangan oksigen. Ini adalah akibat tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyedikan oksigen secukupnya untuk kontraksi miokard. Adanya angina pektoris dapat dikenal secara :

1. Kualitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada yang tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas.

2. Lokasi nyeri yang menjalar ke sentral dada yang menjalar ke leher, rahang dan turun ke lengan kiri.

3. Faktor pencetus seperti terjadinya emosi, bekerja, sesudah makan, atau dalam udara dingin.

4. Perasaan nyeri hilang segera setelah istirahat ataupun dengan memakai nitrogleserin sublingual.

Miokard InfarkInfark miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi (penutupan mendadak pembuluh koroner) atau cabangnya yang mengalami sklerosis (pergeseran). Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus dan pendarahan dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi. Faktor pencetus disebabkan oleh dua keadaan:1. Berkurangnya aliran darah koroner

2. Kerja jantung yang meningkat oleh karena kerja fisik yang berlebihan dan tegangan jiwa (stress).Gejala klinik infark miokard antara lain:

1. Nyeri yang hebat terutama di tengah-tengah dada, yang menjalar ke punggung, bahu, leher dan lengan kiri.

2. Gelisah, takut mati

3. Pusing dan keringat dingin

4. Gangguan Gastrointestinal (mual, muntah, diare)

5. Lemah dan LemasPayah JantungPerasaan sakit akan bertahan hingga berjam-jam dan dengan nitrogliserin tidak akan berkurang, penderita gelisah, takut mati, pusing (pening), dan keringat dingin, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), syok dimana tekanan darah rendah, nadi cepat dan kecil pada auskultasi suara jantung yang lemah dan kadang terdengar suara gallop, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung kiri.Mati Mendadak (Sudden Cardiac Death)Sudden Cardiac Death (SCD) adalah kematian mendadak pada penderita PJK dimana 50% diantaranya tidak disertai keluhan. Sedangkan yang mengalami keluhan akan mati 6 jam setelah keluhan. Proses ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel.Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan mengalami kerusakan oleh adanya faktor risiko antara lain: faktor hemodinamika seperti hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator (sitokinin) dari sel darah, asap rokok, diet aterogenik, peningkatan kadar gula darah dan oxidase dari LDL-C.Di antara faktor-faktor risiko PJK, diabetes mellitus, hipertensi hiperkolesterolemia, obesitas, merokok, dan kepribadian merupakan faktor-faktor penting yang harus diketahui.Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell adhesion molecule seperti sitokinin (interkulin-1, (IL-1); tumor nekrosis faktor alfa, (TNF-alpha)), kemokin (mocyte chemoattractant factor 1, (MCP-1; IL-8), dan growth factor (platelet derived growth factor, (PDGF); basic fibroblast growth factor, (bFGF). Sel inflamasi seperti monosit dan T-Limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari endothelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik dibanding LDL. Makrofag ini kemudian membentuk sel busa.LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respons inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan platelet dan faktor koagulasi.Akibat kerusakan endotel terjadi respons protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous, plak atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi dapat menjadi tidak stabil (vulnerable) dan mengalami rupture sehingga terjadi Sindroma Koroner Akut (SKA).RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Riwayat alamiah penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural (4). Tahapan-tahapan riwayat alamiah penyakit1. Tahap Kerentanan (Stage of Susceptibility)

Pada tahap ini terjadi proses etiologi, dimana faktor penyebab utama untuk pertama kalinya kontak dengan pejamu. Faktor penyebab utama belum menimbulkan penyakit, tetapi telah meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit. Hal ini berarti merupakan faktor resiko.

Dalam penyakit jantung koroner yang menjadi fase kerentanan antara lain:

a. Orang dengan hiperkolestorelemia yaitu dimana Kolesterol LDL (Low Density Lippoprotein) lebih tinggi daripada kolesterol HDLnya (High Density Lippoprotein) (14) mempunyai risiko lebih tinggi menderita penyakit jantung aterosklerotik daripada orang dengan kadar kolestrol normal. Hal ini dapat menyebabkan akumulasi kolesterol di dalam pembuluh darah, meningkatkan risiko terbentuknya plak berlemak yang dapat menyumbat pembuluh darah (9). b. Pria mempunyai resiko lebih tinggi daripada wanita. Hal Tersebut dikarenakan kadar HDL serum wanita lebih tinggi daripada pria, sesuai dengan hasil studi yang menunjukkan bahwa estrogen berfungsi menaikkan HDL, sementara androgen cenderung menurunkan HDL. Sifat protektif HDL ternyata dapat menghambat perkembangan ateroklerosis (14).c. Keadaan psikologis seseorang terkait dengan tingkatan stress yang dialami. Ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara stress menahun dengan tekanan darah. Stress meningkatkan tekanan darah, yang pada gilirannya melemahkan dan merusak pelapis pembuluh darah, menyediakan tempat bagi mengendapnya lipid sehingga terbentuk plak kolesterol. Akhirnya lumen menyempit, tahanan perifer meningkat, dan tekanan darah naik, ventrikel kiri menebal (hipertrofi), yang memerlukan lebih banyak oksigen (14).d. Peningkatan insiden penyakit jantung koroner berhubungan dengan perilaku pola hidup saat ini. Banyak diteliti, pola kepribadian dimana ia tidak dapat mengendalikan keadaan lingkungan kerja atau sosialnya. Keadaan tidak dapat rileks berhubungan erat dengan hipertensi dan serangan jantung (14).e. Peranan rokok terhadap penyakit jantung koroner dapat timbul dalam beberapa cara, diantaranya:

1) Karbon monoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok lebih kuat menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan haemoglobinnya sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.

2) Perokok memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih rendah, berarti pelindung terhadap penyakit jantung koroner menurun.

3) Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala itu, penderita tidak akan sadar penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.

f. Obesitas, kurangnya aktivitas fisik juga menjadi pemicu terjadinya penyakit jantung koroner.

g. Tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner, karena orang dengan sosial ekonomi tinggi mempunyai kecenderungan untuk terjadinya perubahan pola konsumsi makan dengan kadar kolesterol tinggi.

h. Pengidap diabetes yang sudah berkomplikasi ke arah jantung koroner.

i. Usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena penyakit jantung.2. Tahap Presimtomatis

Pada tahap ini belum terjadi gangguan fungsi organ dan belum menunjukkangejala. Terjadi perubahan anatomi dan histologi. Pada penyakit jantung koroner terjadi aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Fase ini sulit untuk didiagnosa secara klinis.3. Tahap Klinis Penyakit

Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Penderita jantung koroner yang mengalami penyumbatan arteri koroner akan kekurangan aliran darah ke otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapat nutrisi dan oksigen sehingga timbullah suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischemia). Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya pembuluh darah secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak. Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas ataupun dalam keadaan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang juga dirasakan seperti sulit bernafas. Serangan gejala nyeri dada semakin hari semakin berlangsung lama. Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan sumbatan koroner makin menebal dan sumbatan koroner semakin menutup penampang pipa pembuluh yang berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang dilayani makin tipis.

Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba dan akan menimbulkan gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat.4. Fase Akhir PenyakitPenyakit jantung koroner timbul akibat timbunan lemak atau karang yang disebut atheroma, terjadi di dalam dinding arteri pemasok darah beroksigen ke jantung dan menyempit hingga aliran darah terganggu. Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan nyeri dada. Dapat muncul saat bekerja berat atau ketegangan emosi, saat jantung membutuhkan oksigen tapi tidak dapat terpenuhi karena menyempitnya arteri koroner. Namun banyak pengidap jantung koroner yang tidak mengalami gejala apa-apa. Mereka sering menyadarinya setelah mengalami serangan jantung, yang terjadi ketika penggumpalan darah (atheroma) menyumbat arteri dan memutuskan suplai darah ke jantung.Pada pembuluh darah orang modern sudah terbentuk karat lemak (akibat dari lemak darah/kolesterol yang dibiarkan tinggi untuk waktu yang lama) sejak usia remaja. Tanpa mengontrol lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan hanya perlu waktu sepuluh tahun untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total.Hal - hal tersebut yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest yang bisa menyebabkan kematian mendadak.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA OBESITAS Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor (3) (10):

1. Faktor Makanan Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak.2. Faktor Keturunan Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan.3. Faktor Hormon Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.4. Faktor Psikologis Pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food).5. Gaya Hidup (Life Style) Gaya hidup yang kurang tepat, kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik.6. Pemakaian Obat-Obatan Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.7. Kebiasaan Merokok dan Olah RagaAktivitas fisik yang dilakukan setiap hari bermanfaat bukan hanya untuk mendapatkan kondisi tubuh yang sehat tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan dalam mencegah stres. Rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang mempengaruhi obesitas.

Tabel 4. Faktor Risiko Jantung Koroner(Sumber: Majid, Abdul. 2007. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Medan: USU e-Repository)

ASPEK PENCEGAHANPencegahan penyakit jantung koroner penting sekali diperhatikan terutama pada kelompok orang dengan resiko tinggi. Pemeriksaan faktor resiko harus dimulai sejak umur 20 tahun terutama bila ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner. Seluruh orang dewasa usia diatas 40 tahun harus mengetahui faktor resiko dan prediksi besarnya risiko penyakit jantung koroner dalam 10 tahun dengan tujuan menurunkan faktor resiko sebesar-besarnya (7).Pengendalian terhadap faktor risiko kardiovaskular dihubungkan dengan pencegahan penyakit jantung koroner. Pengendalian harus dimulai sedini mungkin sebelum terjadi perubahan yang irreversibel pada dinding pembuluh darah. Ini berarti pada saat berlangsungnya tumbuh kembang anak. Menurut Siregar (2006) dua strategi utama dalam pencegahan PJK yaitu (11):1. Pendekatan populasi atau kesehatan masyarakatPendekatan ini melibatkan seluruh populasi dan berusaha untuk mengubah seluruh faktor risiko dari populasi tersebut melalui gaya hidup yang sesuai dan sehat seperti:a. Menghilangkan kebiasaan merokokb. Mendiagnosis dan mengontrol hipertensic. Mendiagnosis dan mengontrol hiperbetalipoproteinemiad. Mendiagnosa dan mengontrol diabetes mellituse. Pemeliharaan berat badan idealf. Melakukan aktivitas fisik yang teraturg. Penambahan masukan serat biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam dieth. Pengurangan masukan energi diet yang berasal dari lemak, lemak jenuh, garam, dan sukrosa2. Pendekatan individual (anak berisiko tinggi)Pendekatan ini ditujukan pada individu dengan risiko tinggi dan dengan sasaran perubahan tingkah laku khusus pada setiap individu untuk menurunkan PJK. Anak dan remaja dengan risiko tinggi adalah: a. Yang mempunyai orang tua dengan riwayat infark miokard, kematian koroner tiba-tiba, kecelakaan cerebrovaskuler sebelum usia 50 tahun pada laki-laki atau sebelum usia 60 tahun pada wanitab. Keluarga dengan hipertensi atau kadar lipid atau lipoprotein abnormal yang ekstrim (hiperlipidemia dan hiperbetalipoproteinemia familial). c. Anak-anak yang dideteksi dengan kadar faktor risiko PJK yang tinggi tetapi tidak mempunyai riwayat keluarga dengan PJK prematur.A. Pencegahan PrimerPencegahan primer dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner baru (new onset coronary heart disease). Apabila pencegahan ditunda sampai terbentuknya plak di arteri koroner ketingkat lanjut, individu dan masyarakat akan menderita beban berat biaya penyakit jantung koroner. Pendekatan yang esensial dari pencegahan primer adalah mengurangi faktor risiko penyakit jantung koroner (12). Pencegahan dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa:

1. Penyuluhan faktor resiko obesitas terhadap penyakit jantung koroner, pencegahan ditunjukan kepada pencegahan terhadap berkembang proses aterosklerosis. 2. Mengatur pola makan sehat dan gizi seimbang maupun asupan kalori untuk mengendalikan berat badan

3. Menghindari kebiasaan minum minuman yang berakhohol

4. Meningkatkan aktivitas fisik aerob

Memiliki fungsi sebagai perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskuler, pengurangan faktor resiko lain yang mengganggu pembuluh darah koroner, perbaikan terhadap stres yang berdampak pada obesitas.

5. Mengontrol kolesterol darah

Dengan cara mengidentifikasi jenis makanan yang kaya akan kolesterol kemudian mengurangi konsumsinya serta mengkonsumsi serat yang larut.

6. Mengontrol tekanan darah

Karena banyak kasus tekanan darah tidak dapat disembuhkan, keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor resiko seperti stres, kegemukan, terlalu banyak konsumsi garam dan kurangnya aktivitas fisik. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stres dan melakukan olahraga.B. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak mendapatkan komplikasi akibat PJK, termasuk serangan jantung baik yang pertama maupun serangan jantung ulangan. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain (8):1. Diagnosis dini dan pengobatan segera2. Perawatan medisC. Pencegahan TersierTujuan akhir pengobatan penyakit jantung koroner adalah mengembalikan penderita ke gaya hidup produktif dan menyenangkan. Rehabilitasi jantung, seperti yang didefinisikan oleh American Heart association dan The Task Force on Cardiovascular Rehabilitation of the National Heart, Lung, and Blood Institute adalah proses memulihkan dan memelihara potensi fisik, psikologis, sosial, pendidikan, dan pekerjaan pasien. Pasien harus dibantu untuk meneruskan kembali tingkat kegiatan mereka sesuai fisik mereka dan tidak dihambat oleh tekanan psikologis (1).KESIMPULAN

Penyakit jantung koroner timbul akibat timbunan lemak atau karang yang disebut atheroma, terjadi di dalam dinding arteri pemasok darah beroksigen ke jantung dan menyempit hingga aliran darah terganggu. Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan nyeri dada. Dapat muncul saat bekerja berat atau ketegangan emosi, saat jantung membutuhkan oksigen tapi tidak dapat terpenuhi karena menyempitnya arteri koroner. Pada pembuluh darah orang modern sudah terbentuk karat lemak (akibat dari lemak darah/kolesterol yang dibiarkan tinggi untuk waktu yang lama) sejak usia remaja. Tanpa mengontrol lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan hanya perlu waktu sepuluh tahun untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total. Hal - hal tersebut yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest yang bisa menyebabkan kematian mendadak.

Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing - masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu faktor makanan, faktor keturunan, faktor hormon, faktor psikologis, gaya Hidup (Life Style), pemakaian obat-obatan, kebiasaan merokok dan olah raga

Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ternyata ada hubungan yang bermakna antara obesitas pada diri individu dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Pencegahan terhadap penyakit jantung koroner sudah harus dimulai sedini mungkin sebelum terjadi perubahan yang irreversibel pada dinding pembuluh darah. Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk hidup sehat secara alamiah dengan melakukan aktivitas fisik, mengurangi makan lemak, garam dan gula yang berlebihan, penambahan masukan serat biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran, menjaga berat badan, menanggulangi stres dan bersikap negatif terhadap kebiasaan merokok, serta memantau kadar kolesterol untuk anak dan remaja yang mempunyai risiko tinggi terhadap obesitas dan dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner.SARAN

1. Perlunya menanamkan pendidikan kesehatan pada anak sejak usia dini, melalui peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), seperti gerakan anti rokok, gerakan cinta serat (sayur dan buah), budayakan aktivitas fisik dan lain-lain.

2. Disarankan untuk menambah variabel lain yang berhubungan dengan obesitas seperti aktifitas fisik (termasuk kebiasaan olah raga, nonton TV dan main games) serta variabel kebiasaan jajan, konsumsi junk food dan makanan cepat saji yang harus dikurangi.

3. Diharapkan agar keluarga dari penderita PJK mampu meningkatkan lagi dukungan informatif tanpa melupakan dukungan yang lainnya (15).

4. Olah raga untuk kesehatan jantung perlu dilakukan secara proposional supaya memberikan efek positif terhadap kesehatan badan (jantung khususnya). Lama latihan berkisar 20 30 menit dianggap sudah cukup memberikan efek meningkatkan aliran darah dan membantu memecahkan metabolisme lemak dan kolesterol, sehingga dapat menjaga kestabilan berat badan ideal. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif pun dapat menjadi alternatif (13).5. Upaya lain yang perlu ditempuh untuk mengurangi insiden PJK adalah berhenti merokok. Upaya ini haruslah merupakan tujuan utama dari setiap kampanye promosi terhadap PJK yang dilakukan di masyarakat (13).

6. Makan makanan yang bergizi dan seimbang dengan melakukan diet. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Selain itu banyak minum air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup (5).7. Kebiasaan konsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber serat yang penting bagi anak dalam masa pertumbuhan, khususnya berhubungan dengan obesitas. Orang yang overweight dan obesitas membutuhkan makanan tinggi serat seperti sayur dan buah. Hal ini dapat menggantikan makanan dengan densitas energi tinggi yang sering dikonsumsi anak dan remaja, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan berat badan (10).

8. Istirahat, tidur yang cukup juga sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (1). 9. Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan jantung. Walaupun tidak sedang sakit kita perlu memeriksakan kesehatan secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah (1).DAFTAR PUSTAKA

1. Anon., 2013. [Online] Available at: http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/hiperkolesterolemia-_-951000103552[Diakses 26 March 2014].

2. Anon., 2014. DEPARTMENT OF CARDIOLOGY AND VASCULAR MEDICINE. [Online] Available at: http://cardiovascular-unpad.com/index.php/post/read/2014/21/PERMASALAHAN-OBESITAS-DI-INDONESIA-[Diakses 1 April 2014].

3. Hidajah FcBdS&. Dasar Epidemiologi. 2nd ed. Hidajah SF&AC, editor. Surabaya: Airlangga Press; 2012.4. Hariadi & Ali, A. R., 2005. Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Laboratorium Klinik Prodia Makssar Tahun 2005. Makassar: s.n.

5. Jones, D. E., 2006. Moderating Effects Of Socioeconomic Status And Age On Perceived Susceptibility, Perceived Seriousness And Knowledge Of Heart Disease And Its Risk Factors In African American Women. Birmingham: ProQuest.

6. Ismayadi, 2004. Proses Menua (Aging Proses). Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara.

7. Majid, A., 2007. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Medan: USU e-Repository.

8. Martohusodo, B. I., 2007. Pencegahan Primer Penyakit Jantung Koroner Guna Menurunkan Angka Kesakitan Dan Kematian Akibat Serangan Jantung. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

9. Sartika, R. A. D., 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Juni, Volume 15, pp. 37-43.

10. Siregar, Afif, A., Lubis, E. N. & Kasiman, S., 2006. Penyakit Jantung Koroner Pada Anak Dan Pencegahannya. Medan: USUpress.

11. Soeharto, I., 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Serangan Jantung Panduan Bagi Masyarakat Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

12. Supriyono, M., 2008. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia Kurang 45 Tahun. Dalam: Dipenogoro University: Unpublised Thesis (PhD).

13. Tambayong, J., 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. 1st penyunt. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.