Upload
nguyenliem
View
222
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
DI DESA TAREMPA BARAT
KABUPATEN ANAMBAS
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
DENNY KURNIAWAN
NIM : 100563201116
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang
disebut dibawah ini :
Nama : DENNY KURNIAWAN
NIM : 100563201116
Jurusan/ Prodi : Ilmu Administrasi Negara
Alamat : Takari RT.005/RW.003
Nomor Telp : 0822 8856 6485
Email : -
Judul Naskah : IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
DI DESA TAREMPA BARAT KABUPATEN ANAMBAS
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan
untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 14 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
Ellya Noryadi, S.Sos, M.Si
NIDN. 0704037301
Dosen Pembimbing II
Imam Yudhi Prastya, S.IP.,MPA
NIP. 198307022014041002
2
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
DI DESA TAREMPA BARAT
KABUPATEN ANAMBAS
DENNY KURNIAWAN ELLYA NORYADI, S.SOS, M.SI
IMAM YUDHI PRASTYA, S.IP.,MPA
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Program Keluarga Harapan adalah program pemberian uang tunai kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan
dengan melaksanakan kewajibannya. Desa Tarempa Barat merupakan salah satu desa yang
ada di Kabupaten Anambas, Desa ini masih terdapat masyarakat miskin yang hidupnya
jauh dari sejahtera dan kekurangan hal ini dapat dilihat dari ketidak mampuan masyarakat
melanjutkan sekolah, mendapatkan tempat yang layak serta mata pencaharian yang tidak
pasti. Masyarakat tidak mampu mendapatkan pelayanan yang layak karena kekurangan
biaya, banyak masyarakat di Desa ini tidak memahami program yang ada termasuk
program keluarga harapan, masih ada masyarakat yang putus sekolah karena tidak
mendapatkan pendidikan yang layak, dan beralasan mahalnya pendidikan yang mereka
dapatkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Keluarga
Harapan Di Desa Tarempa Barat Kabupaten Anambas. Untuk mengetahui faktor
penghambat dalam Implementasi Program Keluarga Harapan Di Desa Tarempa Barat
Kabupaten Anambas. Teori yang digunakan adalah Purwanto, Sulistyastuti (2012 : 46),
dengan teknik analisa data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi
Program Keluarga Harapan Di Desa Tarempa Barat Kabupaten Anambas sudah berjalan
baik namun mengalami beberapa hambatan seperti pendataan yang kurang tepat serta
kerjasama antar implementor yang belum optimal. Namun Kriteria yang ada di Desa
Tarempa Barat mengikuti BPS dan peraturan Bupati. Permasalahan muncul mulai dari
pendataan yang tidak valid mengakibatkan masyarakat yang harusnya mendapatkan sesuai
ketentuan program terpaksa harus mengalah dan tidak mendapatkan, karena banyak
masyarakat miskin yang tidak terdaftar dan akhirnya program ini dinilai tidak tepat sasaran
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Kemiskinan, Program Keluarga Harapan
3
A B S T R A C T
Family Expectations program is a program awarding cash to Households based
on very poor terms and conditions which have been set with carrying out its obligations.
The village of West Tarempa is one of the villages that existed in the Anambas, the village
is still there is the poor whose lives are far from prosperous and lack of it can be seen from
the inability of the public school, getting a decent place and livelihoods. The community is
not able to get a decent service for lack of money, a lot of people in the village don't
understand existing programs including the program of family expectations, there are still
communities that dropped out of school because it did not get a decent education, and
grounded expensive education that they get.
The purpose of this research is to know the Family Hope Program Implementation in
the village of West County Tarempa Anambas. To find out the factors restricting
implementation of family Expectations Program in the village of West County Tarempa
Anambas. The theory used is Purwanto, Sulistyastuti (2012:46), with a descriptive
qualitative data analysis techniques.
Based on the research results then can be drawn the conclusion that the
implementation of the Program of the family hope in the Western County of Anambas
Tarempa Village has been running well but experiencing some barriers such as
inappropriate logging as well as cooperation between the implementor has not been
optimal. But the existing criteria in the village of West follow Tarempa BPS Regent's rules
and regulations. Problems arise ranging from logging an invalid result in the community
who should get the appropriate provisions of the program was forced to yield and didn't
get, because many of the poor who are not registered and eventually the program was
judged not right on target
Keywords: Implementation Of Policy, Poverty, Family Hope Program
4
A. PENDAHULUAN
Program Keluarga Harapan (PKH)
adalah program pemberian uang tunai kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang
telah ditetapkan dengan melaksanakan
kewajibannya. Program semacam ini secara
internasional dikenal sebagai program
conditional cash transfers (CCT) atau
program Bantuan Tunai Bersyarat.
Persyaratan tersebut dapat berupa kehadiran
di fasilitas pendidikan (misalnya bagi anak
usia sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas
kesehatan (misalnya bagi anak balita, atau
bagi ibu hamil).
Dasar hukum dari program ini
adalah Undang-undang nomor 13 tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin.
Selanjutnya pada, Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
Nomor : 20/LJS/06/2015 tentang Penetapan
Lokasi Pengembangan Kecamatan pada
Kabupaten/Kota Pelaksana PKH tahun 2015,
dan juga pada, Surat dari Direktur Jaminan
Sosial Keluarga Kementerian Sosial
Republik Indonesia, nomor
335/LJS.JSK.BS/04/2016 tanggal 11 April
2016 tentang Penjadwalan Penyaluran
Bantuan PKH tahap 1 tahun 2016. Landasan
hukum yang dipaparkan diatas merupakan
acuan dalam melaksanakan Program
Keluarga Harapan Agar kemudian dapat
mensinergikan antara upaya penanggulangan
kemiskinan baik di tingkat Pusat, Propinsi
dan Kabupaten. Karena penanggulangan
kemiskinan tidak akan berhasil apabila
dilakukan tanpa koordinasi dengan segala
tingkat pemerintahan baik itu pemerintahan
Pusat, Provinsi dan Daerah.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan, 2015 Kriteria
penerima bantuan PKH adalah rumah tangga
sangat miskin sesuai dengan kriteria BPS
yaitu rumah tangga sangat miskin yang
memenuhi satu atau beberapa kriteria
program yaitu memiliki ibu hamil/nifas,anak
balita atau anak yang berusia 5-7 tahun yang
belum masuk pendidikan SD, anak usia
SD/MI, SLTP/MTS dan anak yang berusia
15-18 yang belum menyelesaikan pendidikan
dasar. Selain kriteria tersebut maka mereka
tidak mendapatkan bantuan dari program
tersebut, memkipun dalam data BPS. PKH
diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin
(KSM).
Bentuk konkrit dari program PKH
ini adalah perlindungan sosial yang
memberikan bantuan tunai kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi
anggota keluarga RTS diwajibkan
melaksanakan persyaratan dan ketentuan
yang telah ditetapkan. Program ini, dalam
jangka pendek bertujuan mengurangi beban
RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan
dapat memutus mata rantai kemiskinan antar
generasi, sehingga generasi berikutnya dapat
keluar dari perangkap kemiskinan.
Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya
pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Lima Komponen Tujuan MDG’s yang akan
terbantu oleh PKH yaitu: Pengurangan
penduduk miskin dan kelaparan; Pendidikan
Dasar; Kesetaraan Gender; Pengurangan
5
angka kematian bayi dan balita; Pengurangan
kematian ibu melahirkan. Menerima bantuan
uang tunai.
Kabupaten Kepulauan Anambas
Provinsi Kepulauan Riau termasuk
kabupaten terbaru, hasil dari pemekaran
Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan
Anambas memiliki letak geografis yang
berada di jalur strategis di antara Negara
Singapura dan Malaysia, wilayah tersebut
merupakan pusat pertumbuhan kegiatan
ekonomi antara lain barang dan jasa.
Kabupaten Kepulauan anambas memiliki
kondisi geografis yang dikelilingi oleh lautan
dan hingga kini masih banyak desa-desa
tertinggal yang ada. Hasil sensus penduduk
2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Kepulauan Anambas
menyebutkan, jumlah penduduk di wilayah
tersebut mencapai 37.493 jiwa. Angka ini
meningkat cukup drastis dibandingkan
jumlah penduduk pada tahun 2000 yang
hanya 27.665 jiwa
Kemiskinan merupakan masalah
yang begitu kompleks. Hal ini dikarenakan
ketidakmampuan bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan dan lainnya. Selain itu,
kemiskinan juga menjadi salah satu faktor
penghambat dalam proses pembangunan,
baik di tingkat pusat maupun di daerah. Oleh
karena itu, pengentasan kemiskinan menjadi
program utama disetiap pemerintahan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Anambas jumlah
penduduk miskin di daerah ini menunjukkan
peningkatan dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir berdasarjab BPS Kabupaten
Kepulauan Anambas, 2013sebagai berikut
data penduduk miskin tahun 2013 adalah 4,47
persen atau sekitar 1760 penduduk miskin.
Angka tersebut naik dari angka penduduk
miskin tahun sebelumnya, yang berkisar
1.600 penduduk miskin.
Ada beberapa indikator yang
diprediksi menambah jumlah penduduk
miskin di Kabupaten termuda di Kepri ini.
Salah satunya adalah tingkat pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Pendatang yang
masuk ke Anambas diebut-sebut
menyumbang tingginya angka kemiskinan di
Anambas. Kondisi tersebut semakin
diperparah dengan melambungya harga
kebutuhan pokok.
Berdasarkan BPS Kabupaten
Kepulauan Anambas, 2013 kenaikan angka
kemiskinan ini diakibatkan oleh pola hidup
masyarakat Anambas tidak mencukupi
standar yang dipakai oleh Badan Pusat
Statistik. Standart yang dipakai BPS bahwa
dalam satu hari masyarakat harus terpenuhi
2.100 kalori, sementara masyarakat Anambas
tidak pernah menghiraukan masalah
makanan yang bergizi, yang terpenting
adalah bagaimana bisa makan.
Desa Tarempa Barat merupakan
salah satu desa yang ada di Kabupaten
Anambas, Desa ini masih terdapat
masyarakat miskin yang hidupnya jauh dari
sejahtera dan kekurangan hal ini dapat dilihat
dari ketidak mampuan masyarakat
6
melanjutkan sekolah, mendapatkan tempat
yang layak serta mata pencaharian yang tidak
pasti, hal ini dapat dilihat dari data Kantor
Desa Tarempa Barat 2016 dimana mayoritas
masyarakat di Desa ini bermata pencaharian
nelayan dari 3.615 orang, 237 orang bermata
pencaharian nelayan yang pendapatannya
tidak pasti tergantung musim dan cuaca,
kemudian yang belum/tidak bekerja
berjumlah 657 orang, ini menunjukan bahwa
banyaknya masyarakat dengan rumah tangga
miskin di Desa ini.
Di Desa ini juga di jalankan
program PKH, program ini memberikan
pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Program keluarga harapan bidang kesehatan
mensyaratkan peserta PKH (yaitu ibu hamil,
ibu nifas dan anak usia < 6 tahun) melakukan
kunjungan rutin ke berbagai sarana
kesehatan. Oleh karena itu, program ini
secara langsung akan mendukung pencapaian
target program kesehatan. Di samping itu,
PKH juga merupakan bagian yang tidak
terlepaskan dengan program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin (JPKMM). Setiap anggota keluarga
peserta PKH dapat mengunjungi dan
memanfaatkan berbagai fasilitas kesehatan.
Petugas kesehatan diharapkan
mampu memberikan pelayanan kesehatan
baik secara aktif maupun pasif kepada semua
peserta PKH. Secara aktif, misalnya
mengunjungi peserta PKH yang tidak hadir
sesuai jadwal yang sudah ditetapkan untuk
diberikan pelayanan dan pembinaan. Secara
pasif dengan cara memberikan pelayanan
kesehatan bagi peserta yang mendatangi
fasilitas kesehatan. Dalam memberikan
pelayanan, petugas kesehatan harus mengacu
kepada ketentuan dan pedoman pelayanan
kesehatan yang berlaku.Penetapan
persyaratan PKH kesehatan akan
berimplikasi pada peningkatan jumlah
kunjungan di fasilitas kesehatan. Oleh
karenanya, pemberi pelayanan kesehatan
harus menjamin ketersediaan fasilitas
kesehatan yang dibutuhkan (seperti, Vitamin
A, Vaksin, tenaga kesehatan, dan lain-lain).
Permasalahan masyarakat tidak
mampu saat ini adalah mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak. Hal ini
dapat dilihat di Desa ini hanya ada puskesmas
pembantu sedangkan dokter yang ada hanya
1 orang dengan 2 orang perawat, untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan sangat
sulit, karena keterbatasan sarana prasarana
apabila sakit sudah tidak bisa di tangani di
Desa maka mereka akan pergi ke ke rumah
sakit, disini memerlukan biaya yang besar
dan jarak yang jauh.
Masyarakat tidak mampu jarang
mendapatkan pelayanan yang layak karena
kekurangan biaya, banyak masyarakat di
Desa ini tidak memahami program yang ada
termasuk program keluarga harapan. Salah
satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem
kesehatan nasional adalah menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan bermutu,
merata, dan terjangkau oleh masyarakat
secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan
kesehatan tidak semata-mata berada di tangan
pemerintah melainkan mengikutsertakan
sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota
masyarakat.
7
Selain kesehatan juga ada bantuan
pendidikan dari program PKH ini Komponen
pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk
meningkatkan angka partisipasi pendidikan
dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi
angka pekerja anak pada keluarga yang
sangat miskin. Anak penerima PKH
Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan
belum menyelesaikan program pendidikan
dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di
sekolah formal atau non formal serta hadir
sekurang-kurangnya 85% waktu tatap
muka.Setiap anak peserta PKH berhak
menerima bantuan selain PKH, baik itu
program nasional maupun lokal. Bantuan
PKH bukanlah pengganti program-program
lainnya karenanya tidak cukup membantu
pengeluaran lainnya seperti seragam, buku
dan sebagainya. PKH merupakan bantuan
agar orang tua dapat mengirim anak-anak ke
sekolah.
Namun kenyataannya masih ada
masyarakat yang putus sekolah karena tidak
mendapatkan pendidikan yang layak, dan
beralasan mahalnya pendidikan yang mereka
dapatkan.
Lewat PKH ini diharapkan semua
masyarakat dapat menikmati layanan
kesehatan yang adil kemudian pendidikan
yang layak. Maka dari itu dalam penelitian ini
diambil sebuah judul penelitian yaitu
IMPLEMENTASI PROGRAM
KELUARGA HARAPAN DI DESA
TAREMPA BARAT KABUPATEN
ANAMBAS.
B. LANDASAN TEORI
1. Implementasi Kebijakan
Pendapat dari ahli kebijakan yang
lebih memfokuskan model implementasi
kebijakan dalam persfektif bottom up adalah
Adam Smith. Menurut Smith (1973) (dalam
Islamy, 2001:90), implementasi kebijakan
dipandang sebagai suatu proses atau alur.
Model Smith ini memandang proses
implementasi kebijakan dari proses kebijakan
dari persfektif perubahan sosial dan politik,
dimana kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah bertujuan untuk mengadakan
perbaikan atau perubahan dalam masyarakat
sebagai kelompok sasaran. Menurut Smith
(dalam Islamy, 2001:90), “implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variable,
yaitu :
1. Idealized policy yaitu pola interaksi
yang digagas oleh perumus
kebijakan dengan tujuan untuk
mendorong, mempengaruhi dan
merangsang target group untuk
melaksanakannya.
2. Target groups yaitu bagian dari
policy stake holders yang
diharapkan dapat mengadopsi pola-
pola interaksi sebagaimana yang
diharapkan oleh perumus kebijakan.
Karena kelompok ini menjadi
sasaran dari implementasi
kebijakan, maka diharapkan dapat
menyesuaikan pola-pola
perilakukan dengan kebijakan yang
telah dirumuskan.
8
3. Implementing organization yaitu
badan-badan pelaksana yang
bertanggung jawab dalam
implementasi kebijakan.
4. Environmental factors yaitu unsur-
unsur di dalam lingkungan yang
mempengaruhi implementasi
kebijakan seperti aspek budaya,
sosial, ekonomi dan politik. (Smith
dalam Islamy, 2001:90)”.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas,
maka implementasi kebijakan dalam hal ini
dimaksudkan sebagai serangkaian tindakan
yang dilakukan pemerintah dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Implementasi kebijakan berjalan
tidak selalu mulus, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi suatu implementasi
keberhasilan. Hal ini dipengaruhi karena
pada dasarnya implementasi kebijakan tidak
selalu berada pada tempat yang vakum,
sehingga terdapat berbagai macam faktor
yang mempengaruhi disekelilingnya yang
turut mempengaruhi implementasi kebijakan.
Bottom-upers menganjurkan pendekatan
penelitian dengan pendekatan bottom-up
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Purwanto, Sulistyastuti (2012:43)
1. Memetakan stakeholder (aktor dan
organisasi) yang terlibat dalam
implementasi kebijakan pada level
terbawah;
2. Mencari informasi dar para aktor
tersebut tentang pemahaman
mereka terhadap kebijakan yang
mereka implementasikan dan apa
kepentingan mereka terlibat dalam
implementasi;
3. Memetakan keterkaitan (jaringan)
para aktor pada level terbawah
tersebut dengan aktor pada level-
level diatasnya;
4. Peneliti bergerak keatas dengan
memetakan aktor pada level yang
lebih tinggi untuk mencari
informasi yang sama;
5. Pemetaan dilakukan terus sampai
pada level tertinggi (policy
makers)
Kebijakan yang telah ditetapkan dan
diimplementasikan tentu menghasilkan
konsekuensi dalam bentuk akibat-
akibat.Akibat yang ditimbulkan dapat berupa
akibat positif dan atau akibat negatif. Edward
& Sharkensky dalam Islamy, 2001:81).
mengatakan bahwa:
“Syarat pertama untuk pelaksanaan
kebijakan yang efektif adalah mereka
yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan keputusan itu mengetahui
betul apa yang harus mereka lakukan
seperti halnya diharapkan oleh
pembentuk kebijakan, untuk
kepentingan masyarakat”
Tugas pokok pemerintah adalah
menciptakan kebijakan melalui berbagai
kebijakan publik. Kebijakan akan tercapai
jika kebijakan yang dibuat dapat
terimplementasikan atau dapat dilaksanakan
9
secara baik. Keberhasilan implementasi suatu
kebijakan ditentukan oleh banyak variable
atau faktor, baik menyangkut isi kebijakan
yang diimplementasikan, pelaksanaan
kebijakan, maupun lingkungan di mana
kebijakan tersebut diimplementasikan
(kelompok sasaran). Abidin (2002:186)
menyatakan bahwa:
“Implementasi atau pelaksanaan
kebijakan terkait dengan identifikasi
permasalahan dan tujuan serta
formulasi kebijakan sebagai
langkah awal dan monitoring serta
evaluasi sebagai langkah akhir”.
Dari penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa dalam langkah awal
pelaksanaan kebijakan adalah
pengidentifikasian masalah serta formulasi
terhadap kebijakan yang akan dirumuskan
sehingga kebijakan itu dapat dijalankan
sesuai sasarannya. Tidak hanya itu
pengawasan dan evaluasi adalah langkah
akhir yang dapat menentukan berhasil atau
tidaknya sebuah kebijakan untuk dijalankan.
Menurut Winarno (2007:144)
“Implementasi dipandang secara
luas mempunyai makna
pelaksanaan undang-undang dimana
berbagai aktor, organisasi, prosedur
dan teknik bekerja bersama-sama
menjalankan kebijakan dalam upaya
untuk meraih tujuan-tujuan
kebijakan. Implementasi pada sisi
yang lain merupakan fenomena
yang kompleks yang mungkin dapat
dipahami sebagai suatu proses,
suatu keluaran (output) maupun
sebagai suatu dampak (outcome)”.
Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut diatas, dapat disimpulkan
implementasi kebijakan publik adalah suatu
tindakan pejabat pemerintah atau lembaga
pemerintah dalam menyediakan sarana untuk
melaksanakan progam yang telah ditetapkan
sehingga program tersebut dampak
menimbulkan dampak terhadap tercapainya
tujuan.
Implementasi kebijakan merupakan
tahap kedua setelah pembuatan atau
pengembangan kebijakan. Nugroho
(2003:158) mengemukakan bahwa:
“implementasi kebijakan pada
prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai
tujuannya. Dari kedua pendapat ahli
ini yang perlu ditekankan adalah
bahwa tahap implementasi
kebijakan tidak akan dimulai
sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran ditetapkan atau
diidentifikasikan oleh keputusan-
keputusan kebijaksanaan.”
Nugroho (2003:158) mengemukakan
bahwa :
“implementasi kebijakan pada prinsipnya
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Dari kedua
10
pendapat ahli ini yang perlu ditekankan
adalah bahwa tahap implementasi
kebijakan tidak akan dimulai sebelum
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
ditetapkan atau diidentifikasikan oleh
keputusan-keputusan kebijaksanaan”
Secara sederhana implementasi bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan
Usman, 2004: 7) mengemukakan bahwa
“implementasi adalah perluasan aktivitas
yang saling menyesuaikan” Implementasi
melibatkan usaha dari policy makers untuk
memengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut
“street level bureaucrats” untuk memberikan
pelayanan atau mengatur prilaku kelompok
sasaran (target group).
Di sini kebijakan yang menyangkut
banyak kepentingan yang berbeda akan lebih
sulit diimplementasikan dibanding yang
menyangkut sedikit kepentingan. Oleh
karenanya tinggi-rendahnya intensitas
keterlibatan berbagai pihak (politisi,
pengusaha, masyarakat, kelompok sasaran
dan sebagainya) dalam implementasi
kebijakan akan berpengaruh terhadap
efektivitas implementasi kebijakan.
Menurut pendapat diatas jelas dipaparkan
bahwa dalam sebuah pelaksanaan kebijakan
juga terdapat proses dan tahapan agar
kebijakan tersebut dapat mencapai tujuannya.
Setelah kebijakan dikeluarkan, kemudian
melihat dari sasaran kelompok kebijakan,
apakah kebijakan memiliki suatu dampak dan
apabila ditemukan kekeliruan atau kegagalan
akan di lakukan revisi terhadap kebijakan
tersebut. Lima langkah tersebut merupakan
tahapan yang diharapkan jika semua tahapan
dapat dilalui maka pelaksanaan kebijakan
akan lebih mudah mencapai tujuannya.
Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier
(Wahab, 2002:68-69) merumuskan Proses
implementasi kebijaksanaan negara dengan
lebih rinci:
“Implementasi adalah pelaksanaan
keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk undang-undang
namun dapat pula berbentuk
perintah-perintah atau keputusan
keputusan eksekutif yang penting
atas keputusan badan peradilan.
Lazimnya keputusan tersebut
mengidentifikasi masalah yang
ingin diatasi, menyebut secara tegas
tujuan/sasaran yang ingin dicapai
dan berbagai cara untuk
menstruktur/mengatasi proses
implementasinya”.
Implementasi kebijakan merupakan
aspek yang penting dalam keseluruhan proses
kebijakan dan merupakan suatu upaya untuk
mencapai tujuan tertentu dengan sarana
tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.
Pada dasarnya implementasi kebijakan
adalah upaya untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan dengan mempergunakan
sarana dan menurut waktu tertentu, agar
dapat mencapai output/outcome dan agar
11
policy demands dapat terpenuhi maka
kebijakan harus dilaksanakan, pelaksanaan
kebijakan dapat pula dirumuskan sebagai
pengguna sarana yang ditentukan terlebih
dahulu.
Implementasi akan menentukan berhasil
atau tidaknya kebijakan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
Implementasi dapat dimulai dari kondisi
abstrak dan sebuah pertanyaan tentang
apakah syarat agar implementasi kebijakan
dapat berhasil.
Beberapa model implementasi
kebijakan di atas menunjukkan bahwa tidak
ada variabel tunggal dalam suatu kegiatan
implementasi kebijakan. Keberhasilan
implementasi kebijakan sangat ditentukan
oleh banyak faktor, baik menyangkut
kebijakan yang diimplementasikan,
pelaksana kebijakan, maupun lingkungan di
mana kebijakan tersebut diimplementasikan
(kelompok sasaran). Namun demikian,
melihat berbagai model di atas nampaknya
faktor lingkungan (kondisi sosial, ekonomi
dan politik) di mana kebijakan itu
diimplementasikan, komunikasi
antarorganisasi dan birokrasi pelaksana
menjadi faktor dominan bagi penentu
keberhasilan implementasi kebijakan.
Van Meter dan Van Horn (dalam
Winarno 2007:146) mengatakan
bahwa : “implementasi kebijakan
sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu
(atau kelompok-kelompok)
pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan
menjadi tindakan-tindakan
operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai perubahan-perubahan
besar dan kecil yang ditetapkan oleh
keputusan-keputusan kebijakan”.
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa agar kebijakan itu
berhasil dalam pencapaian tujuannya, maka
serangkaian usaha perlu dilakukan
diantaranya perlu dikomunikasikan secara
terbuka, jelas, dan transparan kepada sasaran.
Perlunya sumber daya yang berkualitas untuk
pelaksanaannya dan perlunya dirampungkan
struktur pelaksana kebijakan. Ripley dan
Franklin (dalam Winarno 2007:145)
berpendapat bahwa “implementasi adalah
apa yang terjadi setelah undang-undang
ditetapkan yang memberkan otoritas
program, kebijakan, keuntungan atau jenis
keluaran nyata”.
Iistilah implementasi menunjukkan
pada sejumlah kegiatan yang mengikuti
pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan
program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh
pejabat pemerintah. Lebih jauh lagi Ripley
dan Frangklin (dalam Winarno 2007: 145-
12
146) mengatakan bahwa Implementasi
mencakup banyak kegiatan :
1. Badan-badan pelaksana yang
ditugasi oleh undang-undang
dengan tanggungjawab
menjalankan program harus
mendapatkan sumber-sumber
yang dibutuhkan agar
implementasi berjalan lancar.
2. Badan-badan pelaksana
mengembangkan bahasa
anggaran dasar menjadi arahan-
arahan konkret, regulasi, serta
rencana-reancana.
3. Badan-badan pelaksana harus
mengorganisasikan kegiatan-
kegiatan mereka dengan
menciptakan unit-unit birokrasi
dan rutinitas untuk mengatasi
beban kerja.
4. Badan-badan pelaksana
memberikan keuntungan
kepada kelompok-kelompok
target
Adapun penjelasan dari cakupan
kegiatan implementasi sebuah kebijakan
sebagaimana yang dikatakan oleh Ripley dan
Franklin (dalam Winarno 2007: 145-146)
diatas bahwa :
“dalam menjalankan sebuah
kebijakan harus memiliki sumber-
sumber dalam menjalankan sebuah
kebijakan adapun sumber yang
dimaksud meliputi personil atau
implementor, peralatan serta sarana
penunjang keberhasilan suatu
kebijakan. Implementor juga
memberikan pelayanan tentang
kegiatan atau apapun lainnya yang
bisa dipandang sebagai wujud dari
keluaran nyata sebuah kebijakan”
Menurut Goggin et al ( Purwanto
dan Sulistyastuti, 2012 : 89), Faktor-faktor
yang bekerja dalam proses implementasi”
kebijakan diasumsikan sebagai suatu “pesan”
dari pemerintah federal (pusat) kepada
pemerintah daerah. “Keberhasilan
implementasi pesan tersebut sangat
dipengaruhi oleh 3 hal pokok:
a. Isi kebijakan yaitu meliputi
sumberdaya, manfaat kebijakan,
serta keterlibatan publik
b. Format kebijakan terdiri dari
kejelasan kebijakan (policy clarity),
konsistensi (policy consistency),
frequency serta penerimaan isi
kebijakan ( receipt of massage).
c. Reputasi aktor terdiri dari legitimasi
dan kredibilitas aktor-aktor
pemerintah daerah.
Sedangkan Rodinelli dan Cheema (
Purwanto dan Sulistyastuti, 2002 : 90)
mengidentifakasi empat faktor yang
mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu :
a) kondisi lingkungan, b) hubungan antar
organisasi, sumberdaya, c) karakteristik
institusi implementasi.
Implementasi kebijakan dapat dikaji
dari sudut pandang siapakah proses
13
implementasi kebijakan itu dilihat. dalam
setiap kebijakan pemerintahan pasti akan
melibatkan sejumlah pembuat kebijakan
yang berusaha keras mempengaruhi perilaku
birokrasi/pejabat lapangan atau street level
bureaucrats dalam rangka memberikan
pelayanan atau jasa kepada kelompok
sasaran. Dengan kata lain implementasi
kebijakan khususnya yang melibatkan
banyak organisasi/instansi pemerintah atau
berbagai tingkatan struktur birokrasi dapat
dilihat dari 3 sudut pandang sebagaimana
dikemukakan Wahab (Sumariadi, 2005: 85)
yakni
1) pemrakarsa/the center,
2) pejabat pelaksana di lapangan/ the
periphery,
3) aktor perorangan di luar badan
pemerintah kepada siapa program
itu di ajukan yakni kelompok
sasaran/ target group.
2. Program Keluarga Harapan
Sasaran atau Penerima bantuan
PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) yang memiliki anggota keluarga
yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun
dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada
lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah lbu
atau wanita dewasa yang mengurus anak
pada rumah tangga yang bersangkutan (jika
tidak ada lbu maka: nenek, tante/ bibi, atau
kakak perempuan dapat menjadi penerima
bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan
Program Keluarga Harapan (PKH) pun akan
tercantum nama ibu/wanita yang mengurus
anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu,
orang yang harus dan berhak mengambil
pembayaran adalah orang yang namanya
tercantum di Kartu Program Keluarga
Harapan (PKH).
Calon Penerima terpilih harus
menandatangani persetujuan bahwa selama
mereka menerima bantuan, mereka akan: (1)
Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak
usia 16-18 tahun namun belum selesai
pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar; (2)
Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas
kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan
PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu hamil,
harus memeriksakan kesehatan diri dan
janinnya ke fasilitats kesehatan sesuai dengan
prosedur kesehatan Program Keluarga
Harapan (PKH) bagi lbu Hamil.
Dalam pengertian Program
Keluarga Harapan (PKH) jelas disebutkan
bahwa komponen yang menjadi fokus utama
adalah bidang kesehatan dan pendidikan.
Tujuan utama Program Keluarga
Harapan(PKH) Kesehatan adalah
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak
di Indonesia, khususnya bagi kelompok
masyarakat sangat miskin, melalui
pemberian insentif untuk melakukan
kunjungan kesehatan yang bersifat preventif
(pencegahan, dan bukan pengobatan).
Seluruh peserta PKH merupakan penerima
jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh
program Askeskin dan program lain yang
diperuntukkan bagi orang tidak mampu.
Karenanya, kartu PKH bisa digunakan
sebagai alat identitas untuk memperoleh
pelayanan tersebut. Komponen pendidikan
14
dalam Program Keluarga Harapan (PKH)
dikembangkan untuk meningkatkan angka
partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun
serta upaya mengurangi angka pekerja anak
pada keluarga yang sangat miskin.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
sebagian pendapat mengatakan bahwa
menuru Sugiyono (2012:11) penelitian
deskriptif adalah “Penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan antara
satu variabel dengan variabel yang lain”.
Dalam hal ini diuraikanlah hal-hal yang
memerlukan suatu penjelasan ataupun
gambaran yang mencari informasi yang
bersifat deskriptif, selanjutnya Sugiyono
(2005:14) menjelaskan “Data kualitatif
adalah data yang berbentuk kata, kalimat,
skema dan gambar”.
Penelitian ini dilakukan pada Desa
Tarempa Barat Kabupaten Kepulauan
Anambas. Desa Tarempa Barat merupakan
salah satu desa yang ada di Kabupaten
Anambas, Desa ini masih terdapat
masyarakat miskin yang hidupnya jauh dari
sejahtera dan kekurangan hal ini dapat dilihat
dari ketidak mampuan masyarakat
melanjutkan sekolah, mendapatkan tempat
yang layak serta mata pencaharian yang tidak
pasti, hal ini dapat dilihat dari mayoritas
masyarakat di Desa ini bermata pencaharian
nelayan dari 3.615 orang, 237 orang bermata
pencaharian nelayan yang pendapatannya
tidak pasti tergantung musim dan cuaca,
kemudian yang belum/tidak bekerja
berjumlah 657 orang, ini menunjukan bahwa
banyaknya masyarakat dengan rumah tangga
miskin di Desa ini. (Sumber: Kantor Desa
Tarempa Barat, 2016).
Informan adalah objek penting
dalam sebuah penelitian. Informan adalah
orang-orang dalam latar penelitian yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Adapun informan dalam adalah pegawai di
Kepala Seksi Pemberdayaan Sosial Dan
Seksi Jaminan Sosial di Dinas Sosial
Kabupaten Anambas, pemerintah desa yaitu
Kepala Desa Tarempa Barat, kemudian akan
melibatkan masyarakat yang sudah pernah
penerima manfaat program keluarga harapan
2015-2015 di Desa Tarempa Barat, dan
pendamping dalam program PKH di Desa
Tarempa Barat.
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari penelitian ini
bersifat data primer karena data yang
diperoleh adalah langsung dilapangan
dengan melakukan wawancara dengan
pihak terkait, yaitu dengan dengan
informan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang
telah tersedia, dibutuhkan dalam
penelitian ini sebagai data pendukung
meliputi data tentang program
pengentasan kemiskinan.
15
Dalam Pengumpulan data teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Dalam penelitian ini penulis
mengadakan pengamatan langsung di
lapangan. Observasi ini berguna untuk
memperoleh data tentang Implementasi
Program Keluarga Harapan Di Desa
Tarempa Barat Kabupaten Anambas.
Alat pengumpulan data berupa catatan
harian
b. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara
berhadapan langsung / tatap muka
antara peneliti dengan responden. Jenis
wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur dan
mendalam. Menurut Arikunto
(2006:227) pedoman wawancara tidak
terstruktur adalah pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang
akan dtanyakan. Adapun alat
pengumpulan datanya berupa pedoman
wawancara (interview quide).
D. PEMBAHASAN
Kemiskinan merupakan masalah
yang begitu kompleks. Hal ini dikarenakan
ketidakmampuan bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan dan lainnya. Selain itu,
kemiskinan juga menjadi salah satu faktor
penghambat dalam proses pembangunan,
baik di tingkat pusat maupun di daerah. Oleh
karena itu, pengentasan kemiskinan menjadi
program utama disetiap pemerintahan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Anambas jumlah
penduduk miskin di daerah ini menunjukkan
peningkatan dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir berdasarjab BPS Kabupaten
Kepulauan Anambas, 2013sebagai berikut
data penduduk miskin tahun 2013 adalah 4,47
persen atau sekitar 1760 penduduk miskin.
Angka tersebut naik dari angka penduduk
miskin tahun sebelumnya, yang berkisar
1.600 penduduk miskin.
Berdasarkan BPS Kabupaten
Kepulauan Anambas, 2013 kenaikan angka
kemiskinan ini diakibatkan oleh pola hidup
masyarakat Anambas tidak mencukupi
standar yang dipakai oleh Badan Pusat
Statistik. Standart yang dipakai BPS bahwa
dalam satu hari masyarakat harus terpenuhi
2.100 kalori, sementara masyarakat Anambas
tidak pernah menghiraukan masalah
makanan yang bergizi, yang terpenting
adalah bagaimana bisa makan.
Salah satu program pemerintah
dalam mengurangi angka kemiskinan adalah
program keluarga harapan. Bentuk konkrit
dari program PKH ini adalah perlindungan
sosial yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS
diwajibkan melaksanakan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini,
dalam jangka pendek bertujuan mengurangi
beban RTSM dan dalam jangka panjang
diharapkan dapat memutus mata rantai
kemiskinan antar generasi, sehingga generasi
berikutnya dapat keluar dari perangkap
kemiskinan.
16
A. Street Level Bureaucrats
Birokrasi Street – Level merupakan
aparat birokrasi yang langsung bersentuhan
dengan pelayanan publik atau dalam arti lain
adalah aparat birokrasi yang melakukan akses
langsung dengan publik atau melakukan
publik service. Pelaksana dari kebijakan
penguasa bermakna bahwa para birokrat
Street-Level Bureaucacy ini yang
menjalankan kebijakan yang dikeluarkan
oleh penguasa mereka dan mereka pula yang
menguatkan kebijakan yang dikeluarkan.
1. Pemahaman pelaksana
Agar implementasi berjalan efektif, siapa
yang bertanggungjawab melaksanakan
sebuah keputusan harus mengetahui apakah
mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya
implementasi kebijakan harus diterima oleh
semua staff dan harus mengerti secara jelas
dan akurat mengenahi maksud dan tujuan
kebijakan. Untuk itu perlu adanya kejelasan
dalam sebuah kebijakan baru kemudian dapat
diimplementasikan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Koordinasi Implementor
Rendahnya kualitas hidup penduduk
miskin berakibat pada rendahnya tingkat
pendidikan dan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi produktivitas. Dengan
kondisi seperti ini menyebabkan dapat
meningkatkannya beban ketergantungan bagi
masyarakat. Penduduk yang masih berada di
bawah garis kemiskinan mencakup mereka
yang berpendapatan rendah, tidak
berpendapatan tetap atau tidak berpendapatan
sama sekali. Dengan demikian maka
pengentasan dan penanggulangan
kemiskinan yang diupayakan berbagai pihak
diharapkan dapat mengangkat taraf hidup
masyarakat miskin. Salah satu upaya
pengentasan kemiskinan melalui program
keluarga harapan, namun pelaksanaan di
lapangan tentu saja melibatkan banyak pihak.
3. Standar Operasional Prosedur
Pemerintah melalui Badan Pusat
Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan,
agar dapat menyusun secara lengkap
pengertian kemiskinan sehingga dapat
diketahui dengan pasti jumlahnya dan cara
tepat menanggulanginya. Namun sering
sekali ada permasalahan dalam pendataan di
Desa
Hasil observasi juga menunjukan bahwa
tidak pernah dilakukan pendataan oleh pihak
desa, pihak desa bahkan tidak memiliki arsip
nama-nama masyarakat miskin yang ada di
Desa Tarempa Barat. Pemerintah desa juga
tidak dapat menentukan mana yang berhak
dapat atau tidak karena dengan alasan nama-
nama tersebut datang dari Badan Pusat
Statistik Langsung. Kemiskinan juga dapat
diartikan sebagai ketidakberdayaan
sekelompok masyarakat terhadap sistem
yang diterapkan oleh suatu pemerintahan
sehingga mereka berada pada posisi yang
sangat lemah dan tereksploitasi (kemiskinan
struktural). Tetapi pada umumnya, ketika
kemiskinan dibicarakan, yang dimaksud
adalah kemiskinan material. Dengan
17
pengertian ini, maka seseorang masuk dalam
kategori miskin apabila tidak mampu
memenuhi standar minimum kebutuhan
pokok untuk dapat hidup secara layak. Ini
yang sering disebut dengan kemiskinan
konsumsi.
Standar operasional prosedur dalam
penyaluran PKH ini sebenarnya sudah ada,
namun isi dari SOP tersebut dianggap tidak
lengkap karena dari pendataan dan kriteria
tidak dijelaskan, SOP hanya sebatas
mekanisme penyaluran saja. Mekanisme
pencairan bantuan PKH adalah
1. Bantuan tunai hanya akan diberikan
kepada RTSM yang telah terpilih
sebagai peserta PKH dan mengikuti
syarat program (pendidikan
dan/atau kesehatan).
2. Bukti kepesertaannya adalah
kepemilikan Kartu PKH yang
tercantum nama ibu/wanita yang
mengurus anak.
3. Kartu PKH diberi kepada setiap
peserta oleh pendamping sebelum
pembayaran pertama dilakukan
Pembayaran bantuan dilakukan oleh
PT POS setiap tiga bulan (triwulan)
pada tanggal yang ditentukan oleh
masing-masing kantor pos untuk
masing-masing desa/kelurahan.
4. Pembayaran pertama diberikan
SETELAH pertemuan awal yang
diikuti oleh kunjungan pertama ke
penyedia layanan untuk melakukan
verifikasi.
5. Mekanisme pembayaran tahap
pertama PKH adalah sebagai
berikut: Orang yang BERHAK
menerima pembayaran adalah orang
yang namanya tertera dalam kartu
kepesertaan PKH. Penerimaan
pembayaran tidak bisa diwakilkan
kecuali ada hal-hal diluar kendali
yang telah diketahui dan disetujui
oleh UPPKH
KABUPATEN/KOTA maupun
UPPKH PUSAT
4. Pengawasan
Mekanisme pengawasan dilakukan
oleh pendamping ungsi utama pendamping
PKH diantaranya: Mendampingi langsung
penerima manfaat PKH dalam memenuhi
komitmen. Menjembatani penerima manfaat
dengan pihak-pihak lain yang terlibat (di
kecamatan, kabupaten, dll). Melakukan
sosialisasi program PKH. Melakukan
pengawasan pelaksanaan PKH di lapangan.
Setiap keluarga sangat miskin yang
mengikuti PKH akan mendapatkan
pendampingan. Tugas seorang pendamping
adalah memberikan informasi dan penjelasan
kepada peserta PKH tentang prosedur yang
harus dilalui. Pendamping bertugas
memberikan penjelasan tentang ketentuan
dan persyaratan program agar bantuan yang
diterima tidak dihentikan.
Mekanisme kontrol, monitoring,
dan evaluasi Mekanisme kontrol Disiapkan
Unit Pengaduan Masyarakat yang berfungsi
mengakomodasi segala jenis pengaduan
18
terkait dengan pelaksanaan PKH dan
penanganan penyelesaiannya. Informasi ini
akan diterima dan disalurkan hingga ke
tingkat pusat melalui system informasi dan
manajemen PKH yang telah dipersiapkan.
Mekanisme informal Keterlibatan unsur‐
unsur di luar pelaksanaan Program Keluarga
Harapan dapat berupa kontrol sosial terhadap
pelaksanaan program. Tujuannya adalah
untuk memastikan adanya pengawasan yang
memadai terhadap bentuk‐bentuk
penyimpangan, baik dalam penyaluran dan
pemanfaatan bantuan tunai, maupun tidak
dipenuhinya komitmen‐komitmen oleh
semua pihak, yaitu peserta, pelaksana,
maupun penanggungjawab PKH.
Dalam menjalankan program tentu
saja membutuhkan pengawasan. Pengawasan
dilakukan agar dapat meminimalisir
penyimpangan dalam pelaksanaan program
program keluarga harapan Pengawasan
adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan
dan menjamin bahwa tugas/pekerjaan telah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
di tetapkan, kebijaksanaan yang telah di
gariskan dan perintah (aturan) yang di
berikan. Dalam hal ini pengawasan juga
penting karena dapat menjadi tolak ukur
dalam memberikan penilaian terhadap
pekerjaan seseorang dalam sebuah
kebijakan. Pengawasan dalam sebuah
kebijakan atau program sangat dibutuhkan
apabila program tersebut akan mencapai
tujuannya.
Salah satu dari lima fungsi dasar
manajemen adalah kontrol atau pengawasan
yang berfungsi membantu memastikan
apakah aktifitas yang dilakukan pegawai
administrasi sesuai dengan hasil yang
diinginkan. Selain itu, fungsi ini juga dapat
digunakan untuk memfasilitasi bagaimana
melakukan perbaikan terhadap hal tersebut.
Pengawasan adalah tanggung jawab
pimpinan, tapi karena tidak mungkin
pimpinan melakukan semuanya maka
pengawasan dilimpahkan pada unit
pengawasan. Tetapi dalam melakukan
pengawasan pimpinan akan dibantu oleh
beberapa manajer yang bertugas pada
bidangnya masing- masing sehingga proses
pengawasan dapat lebih efektif dan lebih
efisien.
Program keluarga Harapan (PKH)
merupakan suatu program penanggulangan
kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan
bagian dari program-program
penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH
berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik
di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu
akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH
dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan
sinergi yang baik. Pendamping merupakan
merupakan pihak kunci yang menjembatani
penerima manfaat dengan pihak¬pihak lain
yang terlibat di tingkat kecamatan maupun
dengan program di tingkat kabupaten/kota.
Tugas Pendamping termasuk didalamnya
melakukan sosialisasi, pengawasan dan
mendampingi para penerima manfaat dalam
memenuhi komitmennya. Dalam
pelaksanaan PKH terdapat Tim Koordinasi
yang membantu kelancaran program di
19
tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas
menyampaikan informasi berupa undangan
pertemuan, perubahan data, pengaduan dan
seterusnya serta menyampaikan bantuan ke
tangan penerima manfaat langsung.
Program Keluarga Harapan (PKH)
sebenamya telah dilaksanakan di berbagai
negara, khususnya negara-negara Amerika
Latin dengan nama program yang bervariasi.
Namun secara konseptual, istilah aslinya
adalah Conditional Cash Transfers (CCT),
yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai
Bersyarat. Program ini "bukan" dimaksudkan
sebagai kelanjutan program Subsidi
Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam
rangka membantu rumah tangga miskin
mempertahankan daya belinya pada saat
pemerintah melakukan penyesuaian harga
BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya
membangun sistem perlindungan sosial
kepada masyarakat miskin
B. Target Group
Target group yaitu sekelompok
orang atau organisasi dalam masyarakat yang
akan menerima barang atau jasa yang akan
dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan”.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
berkaitan dengan kelompok sasaran dalam
konteks implementasi kebijakan bahwa
karakteristik yang dimiliki oleh kelompok
sasaran seperti: besaran kelompok, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman,
usia serta kondisi sosial ekonomi
mempengaruhi terhadap efektivitas
implementasi. Program ini sudah berjalan
dalam waktu yang tidak sebentar. Tentu saja
diharapkan membawa banyak perubahan
bagi masyarakat terutama bagi masyarakat
yang miskin. Untuk mengetahui kepuasan
masyarakat terhadap Program Keluarga
Harapan
Kebijakan program Bantuan Sosial
di Indonesia menjadi sangat penting,
Sebagaimana dituangkan dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 yang mengamanatkan bahwa Negara
berkewajiban atau bertanggung jawab untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum dalam
rangka mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Bantuan sosial
adalah merupakan transfer uang atau barang
yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Bansos
difokuskan untuk meningkatkan derajat
hidup masyarakat agar terlepas dari
permasalahan rantai kemiskinan yang
berkepanjangan, mendorong dan
mempercepat pertumbuhan masyarakat
miskin menjadi masyarakat produktif,
mandiri, sejahtera dengan memperbaiki dan
menyempurnakan kebijakan yang sudah
ada.
Pemerintah selalu memberikan
perhatian dan tanggung jawab terhadap
perlindungan sosial, khususnya bagi
masyarakat miskin. Untuk memberikan
keabsahan sistem perlindungan sosial di
Indonesia, pemerintah telah menetapkan
20
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial, cukup jelas
tercatat dalam bab 1 (pasal 1) perlindungan
sosial adalah upaya yang diarahkan untuk
mencegah dan mengatasi resiko dari
guncangan dan kerentanan sosial
seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat agar kelangsungan hidupnya
dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
dasar minimal. Salah satu kebijakan sosial
yang dikembangakan oleh pemerintah
adalah Program Keluarga Harapan.
Program Keluarga Harapan adalah program
yang memberikan bantuan uang tunai
kepada rumah tangga sangat miskin.
Sebagai imbalanya rumah tangga
sangat miskin diwajibkan memenuhi
persyaratan yang terkait dengan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia,
yaitu pendidikan dan kesehatan. Tujuan
utama program keluarga harapan adalah
membantu mengurangi kemiskinan dengan
cara meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pada kelompok masyarakat sangat
miskin dengan memberikan bantuan dana
tunai bersyarat bagi keluarga miskin dalam
mengakses layanan kesehatan dan
pendidikan tertentu
Kebutuhan dan pendapatan orang
berbeda membuat kepuasan masyarakat
terhadap program ini juga berbeda. Program
Keluarga Harapan merupakan salah satu
program pengentasan kemiskinan. Berbagai
masalah yang dialami oleh masyarakat
miskin menunjukkan bahwa kemiskinan
bersumber dari ketidakberdayaan dan
ketidakmampuan masyarakat dalam
memenuhi hak-hak dasar, kebijakan
pembangunan yang bersifat sektoral,
berjangka pendek dan parsial serta lemahnya
koordinasi antar instansi dalam menjamin
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
hak-hak dasar.
C. Faktor penghambat dalam
Implementasi Program Keluarga
Harapan Di Desa Tarempa Barat
Kabupaten Anambas
Dalam pelaksanaan program PKH
ini masih terdapat hambatan, kerjasama
memang belum berjalan dengan baik.
Kerjasama harus dilakukan mulai dari
masyarakat sendiri, pemerintah desa hingga
pihak kecamatan, hal ini agat PKH menjadi
tepat sasaran. Kerjasama dan koordinasi
perlu dilakukan dalam pendataan, pemerintah
desa harus memberikan data kepada
kecamatan berkaitan dengan jumlah warga
miskin yang ada di daerahnya dengan
keadaan yang sebenar-benarnya. Harusnya
Perlu adanya kerjasama dan perbaikan
perbatasan kewenangan antara berbagai
pihak agar program ini dapat dijalankan
dengan baik. Keberhasilan pelaksanaan
program Keluarga Harapan juga dipengaruhi
oleh keterampilan pelaksana. Keterampilan
pelaksana mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan program
Masyarakat miskin yang ada di
Desa Tarempa Barat di data belum sesuai
dengan kriteria yang ada. Hal ini
mengakibatkan banyak program yang
21
akhirnya tidak tepat sasaran. Konsep tentang
kemiskinan sangat beragam, mulai dari
sekedar ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki
keadaan, kurangnya kesempatan berusaha,
hingga pengertian yang lebih luas yang
memasukkan aspek sosial dan moral. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa
kemiskinan terkait dengan sikap, budaya
hidup, dan lingkungan dalam suatu
masyarakat.
E. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat diambil kesimpulan bahwa
Implementasi Program Keluarga Harapan Di
Desa Tarempa Barat Kabupaten Anambas
sudah berjalan baik. Pemahaman pelaksana
mengenai PKH sudah baik, Hal ini sudah
diketahui oleh berbagai pihak termasuk dinas
Sosial Kabupaten Anambas sudah
berkoordinasi dengan pemerintah desa dan
pendamping. Keberhasilan suatu
implementasi kebijakan, membutuhkan
adanya pemahaman standart dan tujuan
kebijakan dari masing-masing individu yang
bertanggung jawab melaksanakannya.
Kemudian pengawasan yang dilakukan oleh
instansi pemerintah melalui dinas sosial, jika
terjadi penyimpangan maka seharusnya dinas
ini sebaiknya turun langsung.
Faktor hambatan pelaksanaan PKH
ini adalah Kriteria yang ada di Desa Tarempa
Barat mengikuti BPS dan peraturan Bupati.
Permasalahan muncul mulai dari pendataan
yang tidak valid mengakibatkan masyarakat
yang harusnya mendapatkan sesuai ketentuan
program terpaksa harus mengalah dan tidak
mendapatkan, karena banyak masyarakat
miskin yang tidak terdaftar dan akhirnya
program ini dinilai tidak tepat sasaran. Dinas
Sosial sendiri sudah berkoordinasi dengan
pemerintah desa dan pihak Kecamatan untuk
menyelesaikan permasalahan ini, namun
hingga saat ini belum ada jalan keluar, karena
menunggu data terbaru dari BPS. tingkat
kepuasan masyarakat berbeda-beda dalam
Program Keluarga Harapan ini.
Permasalahan kemiskinan yang cukup
kompleks membutuhkan intervensi semua
pihak secara bersama dan terkoordinasi..
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik.
Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan
Publik. Bandung : CV Alfabetha
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan
Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press
Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis
Dynamic Analiysis. Gava Media:
Yogyakarta.
Hariyoso, S. 2002. Pembangunan. Birokrasi
dan Kebijakan Publik. Bandung:
Peradaban.
22
Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip
Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Bumi Aksara: Jakarta
Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi
Strategis Administrasi Publik,
Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta.
Gava Media
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik
Formulasi Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta : PT.Elex Media
Komputindo
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi
Publik. Bandung: Alfabeta
Purwanto, Erwan A. dan Dyah Ratih
Sulistyastuti. 2012. Implementasi
Kebijakan Publik : Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta
: Gava Media
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis
dalam Studi Kebijakan Publik.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas
Implementasi Kebijkan Otonomi
Daerah. Jakarta : Citra Utama
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi
Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Lukman.
Tarwiyah Tuti. 2005. Kebijakan pendidikan
Era 0tonomi Daerah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Usman, Nurdin. 2004 . Konteks
Implementasi Berbaisis Kurikulum.
Yogya karta:Bintang Pustaka.
Wahab. Solichin Abdul. 2002. Analisis
Kebijaksanaan: dari Formula ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik,
Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku
Kita.
Jurnal :
Antriya Eka Suwinta (2016) Implementasi
Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam
Menanggulangi Kemiskinan Di Kecamatan
Dawarblandong Kabupaten Mojokerto.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No.
4, Hal. 709-714
Dyah Ayu Virgoreta, Ratih Nur Pratiwi,
Suwondo. 2014. Implementasi Program
Keluarga Harapan (Pkh) Dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
(Studi pada Desa Beji Kecamatan Jenu,
Kabupaten Tuban). Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol.2, No12, Hal. 1-6
23
Dedy Utomo, Abdul Hakim, Heru
Ribawanto. 2014. pelaksanaan program
keluarga harapan dalam meningkatkan
kualitas hidup rumah tangga miskin (Studi
pada Unit Pelaksana Program Keluarga
Harapan Kecamatan Purwoasri, Kabupaten
Kediri). Jurnal Administrasi Publik (JAP),
Vol. 2, No. 1, Hal. 29-34
Khodiziah Isnaini Kholif, Irwan Noor,
Siswidiyanto (2014) Implementasi Program
Keluarga Harapan (PKH) Dalam
Menanggulangi Kemiskinan Di Kecamatan
Dawarblandong Kabupaten Mojokerto.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No.
4, Hal. 709-714
ridwan tri kurniawan. 2013. Implementasi
Program Keluarga Harapan Di
Kecamatan Gamping Kabupaten
Sleman. Volume 2, Number 6.
journal.student.uny.ac.id/ .