36
DIAGNOSIS DAN PENANGANAN FRAKTUR Artika Ramadahani G2A007042 Sustika Novianita G2A009028 Ahmad Agus Salim G2A007015 Ita Conita G2A009029 Andromedae Kartika P G2A009019 Siska Rahardina G2A009030 Indah Mutiara P.S G2A009020 Antonius Wahyu H. G2A009031 Reza Fahlevi G2A009021 Imam Baikuni G2A009032 Gidion Budi SetiawanG2A009022 Mega Yunita G2A009033 Faisal Iswandi G2A009023 Winda Ningsih G2A009034 Rizky Aditya Fardhani G2A009024 Leonardo G2A009035 Samuel Raditya W G2A009025 M. Avicenna Abdul S. G2A009036 R.R Arum R. G2A009027

Diagnosis Dan Penanganan Fraktur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ortopedi

Citation preview

Diagnosis dan penanganan fraktur

Diagnosis dan penanganan frakturArtika Ramadahani G2A007042 Sustika Novianita G2A009028Ahmad Agus Salim G2A007015 Ita Conita G2A009029Andromedae Kartika P G2A009019 Siska Rahardina G2A009030Indah Mutiara P.S G2A009020 Antonius Wahyu H. G2A009031Reza Fahlevi G2A009021 Imam Baikuni G2A009032Gidion Budi SetiawanG2A009022Mega Yunita G2A009033Faisal IswandiG2A009023Winda Ningsih G2A009034Rizky Aditya FardhaniG2A009024Leonardo G2A009035Samuel Raditya WG2A009025M. Avicenna Abdul S. G2A009036R.R Arum R.G2A009027

PengertianFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001)Tanda dan gejalaNyerihilangnya fungsiDeformitaspemendekan ekstremitasKrepitasipembengkakan lokalperubahan warnaTidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linier atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain)

KlasifikasiSecara klinis, dibagi 2:Fraktur tertutupFraktur terbuka

Pada fraktur terbuka ada kemungkinan masuknya kuman dari luar kedalam lukaDerajat fraktur terbukaDerajatLukaFrakturI Laserasi 1cm Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi Ada kontaminasi Dislokasi fragmen jelasIII Luka lebar dan rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya Kontaminasi hebat Kominutif Segmental Fragmen tulang ada yang hilangMenurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplet atau inkomplet (termasuk fissura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu kupu, dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi). Menurut lokasi patahan ditulang, fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis, metafisis, dan diafisis.

pada anak-anak masih ada lempeng pertumbuhan (lempeng epifisis) dapat terjadi fraktur pada lempeng epifisis.Dibagi menjadi 5 tipe (Salter Harris)tipe I, terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya patah tulangTipe II, garis fraktur berjalan disepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis sehingga membentuk suatu fragmen metafisis seperti segitiga yang disebut tanda Thurston-HollandTipe III, fraktur intra-artikuler. Garis fraktur berjalan dari permukaan sendi menerobos lempeng epifisis lalu memotong sepanjang garis lempeng epifisis.Tipe IV, fraktur intra-artikuler yang garis frakturnya menerobos permukaan sendi ke epifisis, ke lapisan lempeng epifisis, hingga kesebagian metafisis.Tipe V, fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan ke lempeng epifisis. Pada radiologik tidak tampak kelainan.Karena anak anak masih mengalami pertumbuhan, penyembuhan fraktur masih memungkinkan terjadinya remodeling yang dapat memperbaiki angulasi dan diskrepansi, tetapi tidak ada perbaikan deformitas rotasi.Pada anak dapat terjadi fraktur inkomplet yang menimbulkan pembengkokan disebut greenstick fracture.

Jenis-jenis patah tulang secara sistematis

Fisura tulang disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus-menerus yang cukup lama, seperti juga ditemukan pada retak stres pada fraktur logamPatah tulang serong/oblikPatah tulang lintang/transversaPatah tulang kominutif akibat cedera hebatPatah tulang segmental akibat cedera hebatPatah tulang kupu kupu Greenstick fracture. Periosteum tetap utuh.Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar pada tulang pendek atau epifisis tulang pipaPatah tulang impaksi; kadang juga disebut inklavasiPatah tulang impresiPatah tulang patologis akibat tumor tulang atau proses destruktif lain.Klasifikasi Salter-Harris

Salter-Harris Tipe Iterdapat pemisahan sempurna seluruh bagian epyphysial plate namun tulang yang ada di sekitarnya tidak terlibatbanyak ditemukan pada anak yang lebih mudaGambaran radiografik sering menampilkan gambaran normalReduksi tertutup yang sederhana dan imobilisasi diperlukan

Salter-Harris Tipe IIpaling mudah ditemukan lewat pemeriksaan radiografi rutinFraktur terjadi sepanjang epifisis dan melanjut ke sebagian kecil metafisispenyembuhan biasanya berlangsung cepat dan komplikasi jarang terjadisering terjadi pada anak yang lebih tua

Tipe I dan tipe II termasuk dalam Common Salter-Harris FracturesTipe III, tipe IV, dan tipe V termasuk dalam Uncommon Salter-Harris Fractures

Salter-Harris Tipe IIIFraktur terjadi sepanjang permukaan sendi dan masuk ke dalam epiphyseal platejarang ditemukansering terdapat pada tibia distal pada remajapembedahan biasanya diperlukanProspek penyembuhan biasanya baik selama suplai vaskular terjaga

Salter-Harris Tipe IVdimulai di atas growth plate (di metaphysis) dan memotong menuju epifisistulang rawan sendi juga mengalami kerusakanpembedahan diperlukan untuk mencegah gangguan pertumbuhan dengan kembali meluruskan permukaan sendi

Salter-Harris Tipe Vcrushing of the epiphysistersulit untuk didiagnosa maupun untuk sembuhBanyak pada lutut dan tumitmenyebabkan kematian tulang rawan growth platepeningkatan resiko fusi pre-matur

Diagnosa dan Pemeriksaan pada frakturAnamnesisPemeriksaan fisikInspeksiPalpasiGerakan / movingPemeriksaan penunjangPemeriksaan radiologisPemeriksaan laboratoriumPemeriksaan radiologisuntuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen frakturSyarat : letak patah tulang harus diletakkan di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurusRule of two: 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateralMemuat dua sendi di proksimal dan distal frakturMemuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera

Arteriografi dapat dilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan vaskulerPemeriksaan khusus seperti CT-scan dan MRI kadang diperlukan misalnya pada kasus fraktur vertebra yang disertai gejala neurologis

Pemeriksaan Laboratorium

untuk menilai status profil koaagulasi pasien serta pemeriksaan darah lengkapnilai eritrosit, leukosit, dan trombosit akan berpengaruh dalam proses penyembuhan frakturPeningkatan SDP : respon stress normal setelah traumaHematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi), mungkin menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)

Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigaiKreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjalProfil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati

Tatalaksana frakturPrinsip : mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi).

Cara pertama : proteksi tanpa reposisi dan imobilisasimenggunakan mitela atau slingfraktur iga, klavikula pada anak dan vertebra dengan kompresi minimal

Cara kedua: imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen.Contoh cara ini adalah pengelolaan patah tulang tangkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

Cara ketiga adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi.Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti pada patah tulang radius distal.

Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu, lalu diikuti dengan immobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang bisa reposisi akan terdislokasi kembali dalam gips. biasanya pada fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada patah tulang femur.

Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luarFiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja disatukan secara kokoh dengan batangan logam diluar kulitAlat ini dinamakan fiksator eksterna

Cara keenam berupa reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatifFragmen direposisikan secara non operatif dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prostetis pada kolum femur secara operatif.Contoh: reposisi patah tulang kolum femuris

Cara ketujuh reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara ini disebut juga sebagai reduksi terbuka fiksasi interna.

Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prosthesisPenggunaan prostesis dipilih jika fragmen tidak dapat disambungkan kembalibiasanya pada orang lanjut usiaContoh: patah tulang kolum femur

Terima kasih..