case demam typhoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

case demam typhoid

Citation preview

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    1/35

    1

    BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

    STATUS PASIEN KASUS I

    Nama Mahasiswa : Tezar Andrean .B Pembimbing : dr. Hot H, Sp.A

    NIM : 030. 09. 253 Tanda tangan :

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. DP

    Umur : 12 tahun 9 bulan

    Tempat / tanggal lahir : Balige, 9 Juli 2001

    Alamat : Jln. Jengki Cipinang Asem RT 16/9, Kel. Kebon Pala,

    Kec. Makasar

    Pendidikan Terakhir : SD

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Suku Bangsa : Batak

    Agama : Kristen

    Masuk Bangsal Tanggal : 9 Juni 2014

    IDENTITAS ORANG TUA/ WALI

    Ayah : Ibu :

    Nama : Tn. S Nama : Ny. L

    Umur : 42 tahun Umur : 36 tahun

    Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu Rumah TanggaPendidikan : SMA Pendidikan : SMA

    Suku bangsa : Batak Suku bangsa : Batak

    Agama : Kristen Agama : Kristen

    Alamat : Jl. Jengki Cip. Asem Alamat : Jl. Jengki Cip. Asem

    RT 16/ 9, Keb. Pala RT 16/ 9, Keb. Pala

    Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    2/35

    2

    I. ANAMNESIS

    Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan Ny. L (ibu kandung

    pasien).

    Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 510

    Tanggal / waktu : 9 Juni 2014

    Tanggal masuk : 9 Juni 2014 pukul 12. 29 WIB

    Keluhan utama : Demam sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit

    Keluhan tambahan : Pusing, mual muntah, sakit perut.

    A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:Pasien dirawat di bangsal RSUD Budhi Asih melalui poliklinik dengan keluhan

    demam sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit (9 Juni 2014). Demam timbul perlahan dan

    naik turun. Demam dirasakan naik pada malam hari dan turun menjelang pagi atau saat

    diberikan obat penurun panas. Pola demam dari awal sampai datang ke poliklinik hampir

    selalu sama, turun menjelang pagi tapi tidak sampai panas badannya sama seperti sebelum

    sakit. Selama dirumah, suhu badan hanya diperiksa menggunakan tangan sendiri bukan

    menggunakan termometer sehingga tidak tahu sampai seberapa tinggi suhunya. Ibu pasien

    mengaku pada saat badannya panas disertai mengigau dan menggigil. Tidak ada keringat

    dingin maupun kejang.

    Selain demam, pasien juga mengeluh pusing, mual muntah dan sakit perut. Pusing

    diakui terasa semenjak sakit saja. Mual muntah dan nafsu makan menurun juga dikeluhkan

    oleh pasien. Setiap mau makan, perut terasa mual sehingga asupan makanan berkurang

    daripada biasanya. Kadang disertai muntah tapi tidak setiap hari, hanya sesekali setelah

    makan. Yang dimuntahkan adalah makanan yang dimakan, tidak disertai darah, ataupun

    berwarna hitam. Perut pasien terasa sakit pada bagian kanan atas dan tengah diatas pusar

    apalagi jika ditekan akan bertambah sakit. Selain itu, buang air besar menjadi jarang.

    Biasanya pasien buang air besar setiap hari, tapi semenjak sakit hanya 2-4 hari sekali dan

    keras. Buang air kecil terasa sakit pada hari ke keempat samenjak hari pertama demam.

    Buang air kecil sedikit daripada biasanya, berwarna kuning. Untuk kekeruhan, pasien

    mengaku tidak tahu.

    Timbul bintik merah disangkal, keluhan mimisan, gusi berdarah disangkal. Nyeri

    sendi disangkal. Mata tidak merah ataupun berair. Keluar cairan dari telinga disangkal, nyeri

    pada telinga juga disangkal. Batuk berdahak terkadang, pilek atau sesak nafas disangkal.

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    3/35

    3

    Lidah yang berselaput (kotor di tengah berwarna putih tapi pinggir warna merah dan terlihat

    bergetar sendiri) pada pinggu pertama sakit disangkal. Berpergian ke tempat endemis malaria

    disangkal, pasien hanya berpergian dari rumah ke sekolah dan lingkungan sekitar rumah saja.

    Penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab yang jelas tidak ada. Ada penderita TB di

    sekitar pasien disangkal.

    Pasien sudah pergi berobat ke dokter klinik umum pada hari pertama sakit dan

    mendapat obat tapi tidak ada perbaikkan. Pasien tidak tahu dan mengingat nama obat yang

    diberikan. Setelah itu, pasien berobat lagi pada hari kedelapan ke UGD RS Budhi Asih tapi

    tidak ada perbaikkan juga. Pasien mengaku baru berobat pada hari kedelapan karena os

    sedang mengikuti ujian tetapi selama satu minggu tersebut keluhan tidak ada perubahan. Pada

    hari kelima belas pasien datang lagi ke poliklinik RS Budhi Asih untuk berobat karena

    keluhannya masih menetap dan disarankan untuk dirawat inap. Untuk pengobatan sendiri saat

    dirumah selama sakit, ibu pasien hanya memberikan kompres air hangat dan dikerok. Suhu

    agak turun setelah dikompres tapi naik lagi.

    B. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITAPenyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

    Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)

    Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)

    DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)

    Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)

    Parotitis (-) Operasi (-) Rubela (-)

    Pasien tidak pernah sakit sama ataupun infeksi usus sebelumnya. Tapi pada tanggal

    24/ 6/ 2014 pasien pernah mengeluh BAK sakit dan diperiksan urinnya. Hasilnya orang

    tua pasien mengaku tidak mengetahui

    Kesimpulan : Tidak pernah sakit lain yang berhubungan dengan sakit yang

    sekarang. Tetapi kemungkinan ada riwayat ISK

    C. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

    KEHAMILAN

    Morbiditas kehamilan Tidak ada

    Perawatan antenatal Rutin kontrol ke Bidan 1 kali tiap bulan dan

    sudah mendapat imunisasi vaksin TT

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    4/35

    4

    KELAHIRAN

    Tempat persalinan Rumah Bidan

    1Penolong persalinan Bidan

    Cara persalinan Persalinan Normal

    Masa gestasi 38 minggu

    Keadaan bayi

    Berat lahir : 3100 gr

    Panjang lahir : 49 cm

    Lingkar kepala : (tidak tahu)

    Langsung menangis (+)

    Kemerahan (+)

    Nilai APGAR : (tidak tahu)

    Kelainan bawaan : tidak adaKesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Baik (Neonatus Cukup Bulan

    - Sesuai Masa Kehamilan)

    D. RIWAYAT PERKEMBANGAN

    Pertumbuhan gigi I : Umur 5 bulan (Normal: 5-9 bulan)

    Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

    Psikomotor

    Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)

    Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)

    Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

    Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan)

    Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

    Perkembangan pubertas

    Rambut pubis : -

    Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Baik (sesuai usia)

    E. RIWAYAT MAKANAN

    Umur (bulan) ASI PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim

    0-2

    2-4

    4-6

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    5/35

    5

    6-8

    10-12

    Sehari-hari pasien dikenal dengan anak yang nafsu makannya baik. Tiap hari makan 3

    kali/ hari dengan nasi dan lauk. Terkadang dengan telur atau daging 1-2 kali seminggu. Tapi

    selain itu, pasien juga biasanya membeli jajan diluar, belum bisa dipastikan higienitasnya.

    Kesimpulan riwayat makanan : ASI sampai 6/ 8 bulan. Pasien tidak mengalami

    kesulitan makan. Tapi, terdapat faktor resiko karena pasien juga biasa membeli jajan

    yang tidak diketahui kehigienitas makanannya.

    F. RIWAYAT IMUNISASI

    Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)

    BCG 2 bln

    DPT 2 bln 4 bln 6 bln

    Polio 0 bln 2 bln 4 bln

    Campak 9 bln

    Hepatitis B 0 bln 1 bln 6 bln

    Hib

    Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar sesuai jadwal dan lengkap.

    Imunisasi ulangan belum dilakukan.

    G. RIWAYAT KELUARGA

    a. Corak Reproduksi

    NoTanggal lahir

    (umur)

    Jenis

    kelaminHidup

    Lahir

    matiAbortus

    Mati

    (sebab)

    Keterangan

    kesehatan

    1.9 Juli 2001 (12th

    9bln)L Hidup - - -

    Sakit

    (Pasien)

    b. Riwayat Pernikahan

    Ayah / Wali Ibu / Wali

    Nama Tn. S Ny. L

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    6/35

    6

    Perkawinan ke- 1 1

    Umur saat menikah 27 tahun 24 tahun

    Pendidikan terakhir SMA SMA

    Agama Kristen KristenSuku bangsa Batak Batak

    Keadaan kesehatan Sehat Sehat

    Kosanguinitas - -

    Penyakit, bila ada - -

    c. Riwayat Penyakit KeluargaDalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala serupa. Riwayat keganasan

    disangkal.

    Kesimpulan Riwayat Keluarga : Pasien anak tunggal di keluarga. Tidak ada yang

    mengalami gejala serupa di keluarga.

    H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

    Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah tinggal milik sendiri. Rumah terdiri

    2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Keadaan lingkungan rumah padat, ventilasi dan

    pencahayaan baik. Sumber air bersih dari air sumur. Jarak antara kamar mandi dan sumber air

    kurang lebih 10 meter. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik.

    Kesimpulan Keadaan Lingkungan : baik kebersihan rumah cukup bersih dan

    padat penduduk.

    II. PEMERIKSAAN FISIK (Pemeriksaan di Bangsal (9 Juni 2014 pukul 12. 45 WIB)

    A. Status GeneralisKeadaan Umum

    Kesan Sakit : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Kesan Gizi : Baik

    Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)

    Data Antropometri

    Berat Badan sekarang : 47 kg Lingkar Kepala : 54 cm

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    7/35

    7

    Berat Badan sebelum sakit : Tidak diukur Lingkar Lengan Atas : - cm

    Tinggi Badan : 151 cm

    BMI : 20, 61 kg/ m2 (Berat badan normal)

    Status Gizi

    - BB / U = 47 / 40 x 100 % = 117,5 % (Gizi baik)- TB / U = 151 / 148 x 100 % = 102,2 % (Tinggi normal)- BB / TB = 47 / 40 x 100 % = 117,5 % (Gizi lebih)- LK = 54 cm (Normocephali)

    Tanda Vital

    Nadi : 100 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

    Tekanan Darah : 12/80 mmHg

    Nafas : 46x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 3

    Suhu : 37OC, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

    Kepala :Normocephali

    Rambut :Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal

    Wajah : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, ptekiae(-)

    Mata :

    Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-

    Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

    Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-

    Konjunctiva injeksi : -/- Exophthalmus : -/-

    Kornea jernih : +/+ Strabismus : -/-

    Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/-

    Pupil : bulat, isokor Refleks cahaya : langsung +/+ ,

    Wajah : ruam merah - tidak langsung +/+

    Sembab : -/-

    Telinga :

    Bentuk : normotia Tuli : -/-

    Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

    Liang telinga : lapang Membran timpani : tidak dinilai

    Serumen : -/- Refleks cahaya : tidak dinilai

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    8/35

    8

    Cairan : -/- Ruam merah : -/-

    Hidung :

    Bentuk : simetris Napas cuping hidung : - / -

    Sekret : -/- Deviasi septum : -

    Mukosa hiperemis : -/-

    Bibir : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-),

    sianosis (-)

    Mulut : oral higiene baik, karies (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi warna merah

    muda (-), hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), lidah normoglossia, higiene

    baik, tidak hiperemis, massa (-)

    Tenggorokan: sulit dinilai (anak rewel)

    Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun

    KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid

    maupun KGB, trakea teraba di tengah

    Thoraks :

    JantungInspeksi :Ictus cordisterlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra

    Palpasi :Ictus cordisteraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra

    Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra

    Batas kanan jantung : ICS IIIV linea sternalis dextra

    Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

    Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

    ParuInspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada

    pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal,pada sela iga tidak

    terlihat adanya retraksi, pembesaran KGB aksila -/- , bagian dada terdapat

    ruam merah (-)

    Palpasi :Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri,

    vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri

    Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

    Batas parulambung : ICS VII linea axilaris anterior

    Batas paruhepar : ICS VI linea midklavikularis dextra

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    9/35

    9

    Auskultasi :Suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing-/-

    Abdomen :

    Inspeksi :Perut datar, tidak dijumpai benjolan, ruam merah (-), kulit keriput (-) gerakan

    peristaltik (-)

    Palpasi : Datar, supel, NT (+) pada kuadran kanan atas dan bawah,

    Hepatomegali(-), splenomegali (-) atau Schuffner 0.

    Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (-)

    Auskultasi :Bising usus (+), frekuensi 2 x / menit

    Anogenitalia : Jenis kelamin laki-laki, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-), fissura ani(-)

    KGB :

    Preaurikuler : tidak teraba membesar, tidak nyeri tekan

    Postaurikuler : tidak teraba membesar, tidak nyeri tekan

    Submandibula : tidak teraba membesar, tidak nyeri tekan

    Supraklavikula : tidak teraba membesar, tidak nyeri tekan

    Axilla : tidak teraba membesar, tidak nyeri tekan

    Inguinal : tidak teraba membesar, tidak nyeri tekan

    Anggota Gerak :

    Ekstremitas : akral hangat ++/++

    Ruam merah --/--

    Tangan Kanan Kiri

    Tonus otot normotonus normotonus

    Kekuatan otot 5 5

    Kaki Kanan Kiri

    Tonus otot normotonus normotonus

    Kekuatan otot 5 5

    Kulit : Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit

    baik, lembab, ruam merah pada wajah, dada, punggung dan tangan (-)

    Tulang Belakang: Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam merah(-)

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    10/35

    10

    Status Neurologis

    Refleks Kanan Kiri

    Biseps + +

    Triseps + +

    Patella + +

    Achiles + +

    Babinski - -

    Chaddock - -

    Oppenheim - -

    Gordon - -

    Schaeffer - -

    Tanda rangsang meningeal

    Kaku kuduk (-)

    Brudzinski I (-) (-)

    Brudzinski II (-) (-)

    Laseq (-) (-)

    Kerniq (-) (-)

    Saraf cranialis

    - N. I (Olfaktorius)

    Tidak dilakukan pemeriksaan

    - N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)

    Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+

    - N. IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)

    baik

    - N. V (Trigeminus)

    baik

    - N. VII (Facialis)

    Wajah simetris

    Motorik: baik

    Sensorik: baik

    - N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    11/35

    11

    Tidak dilakukan pemeriksaan

    - N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)

    baik

    - N. XI (Aksesorius)

    baik

    - N. XII (Hipoglosus)

    Baik

    III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    - Laboratorium tanggal 9/ 6/ 2014

    Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    9 Juni 2014

    HEMATOLOGI

    Leukosit

    Hemoglobin

    Hematokrit

    Trombosit

    Eritrosit

    MCV

    MCH

    MCHC

    RDW

    LED

    Hitung Jenis :

    Basofil

    Eosinofil

    Netrofil batang

    Netrofil segmen

    Limfosit

    Monosit

    9,4 ribu/L

    10,8 g/dL

    33 %

    376 ribu/ L

    4,2juta/ L

    79 fL

    25,7 pg

    32,7 g/dL

    14,0%

    90 mm/ jam

    0 %

    2 %

    0 %

    64 %

    24 %

    9 %

    4,5-13

    11,8-15

    40-52

    156-406

    4,4-5,9

    73-101

    23-31

    26-34

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    12/35

    12

    Gula darah sewaktu 84 mg/ dl < 110

    IMUNOSEROLOGI

    Typhoid Fever

    S. Typhi O

    S. Typhi AO

    S. Typhi BO

    S. Typhi CO

    S. Typhi H

    S. Typhi AH

    S. Typhi BH

    S. Typhi CH

    1/ 160

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    1/ 160

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Jenis Pemeriksaan

    Hasil

    Nilai Normal9 Juni 2014

    URINALISIS

    Urin lengkap

    Warna

    Kejernihan

    Glukosa

    Bilirubin

    Keton

    Ph

    Berat Jenis

    Albumine urine

    Urobilinogen

    Nitrit

    Darah

    Estrase lekosit

    Sedimen urine

    Leukosit

    Kuning

    Agak Keruh

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    5.5

    < 1005

    Negatif

    0,2 EU/dL

    Negatif

    1+

    1+

    3-5 /LPB

    Kuning

    Jernih

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    4.6-8

    1005-1030

    Negatif

    0,1-1

    Negatif

    Negatif

    Negatif

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    13/35

    13

    Eritrosit

    Epitel

    silinder

    KristalBakteri jamur

    2-4 /LPB

    Positif /LPB

    Negatif /LKB

    NegatifNegatif /LPB

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    14/35

    14

    V. DIAGNOSIS BANDING

    Observasi febris :

    1. Suspek demam typhoid2. Infeksi Saluran Kemih3. Malaria

    VI. DIAGNOSIS KERJA

    Suspek demam typhoid + Infeksi Saluran Kemih

    VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

    - Hematologi rutin ulang, cek LED, SGOT dan SGPT- Pemeriksaan serologi :

    Uji HI (Hemaglutinasi-Inhibisi) Peningkatan kadar/titer antibodi2- 4x IgM spesifik

    - Kultur darah dan urin

    VIII. PENATALAKSANAAN

    Non Medikamentosa

    1. Pasien inap di bangsal anak.2. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.3. Tirah baring.4. Observasi tanda vital.5. Makan makanan yang memenuhi gizi seimbang.

    Medikamentosa1. IVFD KIB 1,5cc/kgBB/ jam2. Paracetamol 4x 250 mg jika suhu 38 C3. Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp4. Injeksi kloramfenikol 4 x 500 mg5. Injeksi ampisilin 4 x 1 gr

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    15/35

    15

    IX. PROGNOSIS

    Ad Vitam : ad bonam

    Ad Sanationam : dubia ad bonam

    Ad Fungtionam : ad bonam

    FOLLOW UP

    Tgl S O A P

    10/9/2014 - Demam (-)- Pusing

    berkurang

    - Batuk (-)- Pilek (-)- Mual (+),

    muntah (-)

    - Perut sakit- BAB blm 2

    hari

    - BAK (+)kuning,

    banyak

    KU : tampak sakit

    sedang

    Kesadaran: CM

    TTV :

    Tek. Darah : 110/70

    mmHg

    Nadi : 60 x/m

    Suhu : 36.6 0C

    RR : 20 x/ m

    Kepala : normocephali

    Mata : CA -/- SI -/-Hidung : nch -/-

    Mulut :

    kering - sianosis

    Wajah : ruam merah (-)

    Leher : kgb ttm

    Tho : sn vesikuler, rh -/-

    , wh -/-, BJ I-II reg, m(-), gallop (-). Ruam

    merah (-)

    Abdomen : supel, nyeri

    tekan (+) KKA dan

    KKB, bu (+) 3x/menit.

    - Hepar ttm

    - Lien ttm

    Ekstremitas : akral

    Susp.

    Demam

    typhoid +

    ISK

    -IVFD KIB1,5cc/kgBB/jam

    -Pct 250 mgprn 38C, 4x 1

    -Inj Colsan 4 x 500mg-Inj Ampisilin 4 x 1 gr-Inj Rantin 2 x 1 amp

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    16/35

    16

    hangat +/+

    11/6/

    2014

    - Demam (-)-

    Pusingberkurang

    - Batuk (-)- Pilek (-)- Mual

    berkurang,

    muntah (-)

    - Perut sakitberkurang

    - BAB blm 3hari

    - BAK (+)kuning,

    banyak

    KU : tampak sakit

    sedangKesadaran: CM

    TTV :

    Tek. Darah : 110/70

    mmHg

    Nadi : 60 x/m

    Suhu : 36.7 0C

    RR : 20 x/ m

    Kepala : normocephali

    Mata : CA -/- SI -/-

    Hidung : nch -/-

    Mulut :

    kering - sianosis

    Wajah : ruam merah (-)

    Leher : kgb ttm

    Tho : sn vesikuler, rh -/-

    , wh -/-, BJ I-II reg, m

    (-), gallop (-). Ruam

    merah (-)

    Abdomen : supel, nyeri

    tekan (+) KKA dan

    KKB, bu (+) 4x/menit.

    - Hepar ttm

    - Lien ttm

    Ekstremitas : akral

    hangat +/+

    Demam

    typhoid +ISK

    -IVFD KIB1,5cc/kgBB/jam

    -Pct 250 mgprn 38C, 4x 1

    -Inj Colsan 4 x 500mg-Inj Ampisilin 4 x 1 gr-Inj Rantin 2 x 1 amp

    12/6/2014 - Demam (-)- Pusing (-)- Batuk (-)

    KU : tampak sakit

    ringan

    Kesadaran: CM

    Demam

    typhoid +

    ISK

    -venflon-Pct 250 mgprn 38C, 4

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    17/35

    17

    - Pilek (-)- Mual (-),

    muntah (-)

    -

    Perut sakit(-)

    - BAB blm 4hari

    - BAK (+)kuning,

    banyak

    TTV :

    Tek. Darah : 110/70

    mmHg

    Nadi : 60 x/mSuhu : 36.7 0C

    RR : 20 x/ m

    Kepala : normocephali

    Mata : CA -/- SI -/-

    Hidung : nch -/-

    Mulut :

    kering - sianosis

    Wajah : ruam merah (-)

    Leher : kgb ttm

    Tho : sn vesikuler, rh -/-

    , wh -/-, BJ I-II reg, m

    (-), gallop (-). Ruam

    merah (-)

    Abdomen : supel, nyeri

    tekan berkurang KKA

    dan KKB, bu (+)

    4x/menit.

    - Hepar ttm

    - Lien ttm

    Ekstremitas : akral

    hangat +/+

    x 1

    -Inj Colsan 4 x 500mg-Inj Ampisilin 4 x 1 gr-Inj Rantin 2 x 1 amp

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    18/35

    18

    ANALISA KASUS

    Pada kasus ini didiagnosis demam typhoid ditinjau dari

    Anamnesis dan pemeriksaan fisik

    A. berdasarkan tinjauan pustaka :Masa inkubasi dari Demam Tifoid biasanya 7-14 hari tetapi juga bergantung

    pada infeksi yang terjadi, umumnya 3-30 hari. Manifestasi klinis bervariasi mulai dari

    sakit ringan dan demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sampai keadaan klinis yang

    berat dengan gangguan pencernaan dan komplikasi yang berat. Banyak faktor yang

    mempengaruhi berat ringannya penyakit pada demam tifoid. Hal ini mencakup lama

    berlangsungnya penyakit sebelum dilakukannya terapi, pemilihan antibiotic yang

    sesusai, umur, riwayat vaksinasi, strain bakteri, dan faktor imunitas seseorang.

    Gejala klinis pada anak umumnya tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit

    berlangsung dalam jangka waktu yang pendek dan jarang menetap lebih dari 2

    minggu.

    Gejala klinis demam tifoid umumnya adalah demam, gangguan saluran

    pencernaan (diare, konstipasi, mual, nafsu makan menurun), pusing.

    1. Demam1,8,9Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya demam

    hanya samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih

    rendah atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Pada kasus-kasus

    yang khas umumnya demam berlangsung selama 3 minggu. Lidah kotor

    2. Gangguan saluran pencernaanPenderita sering mengeluh nyeri perut, teutama nyeri ulu hati, disertai mual

    dan muntah. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah diare atau justru konstipasi.

    3. HepatosplenomegaliPada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan membesar.

    Hati terasa kenyal dan nyeri bila ditekan.

    4. Bradikardi relatif

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    19/35

    19

    Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh

    peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah peningkatan suhu 1C

    tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit.

    B. Pada pasien ditemukan :a. Demam sejak 15 hari SMRS, pola demam naik turun, naik pada menjelang sore dan

    turun saat menjelang pagi, disertai menggigil

    b. Terdapat konstipasi, semenjak sakit pasien mengeluh susah buang air besar. Saatdirawat , pasien tidak pernah buang air besar. Biasanya pasien BAB teratur setiap hari.

    c. Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, tapi tidak teraba hepar.Kesimpulan:

    Pada pasien terdapat demam yang lama sekitar 15 hari lebih yang polanya

    hampir selalu sama tiap hari. Dan disertai gejala klinis yang khas, selain itu, dari

    anamnesis untuk penyakit tertentu disangkal. Berdasarkan hal tersebut, beberapa

    penyakit dengan keluhan utama demam dapat dianalisis :

    oDemam berdarah atau demam berdarah dengue

    Bisa disingkirkan karena dari onset penyakit yang melebihi 7 hari.Selain itu, pola demam tidak bifasik dan tidak timbul ptechiae maupun

    nyeri sendi.

    o Influenza Bisa disingkirkan karena onset penyakit pada pasien sudah 15 hari.

    Selain itu, pada pasien tidak ada mata merah, pilek juga disangkal. Dan

    tidak ada orang yang sakit sama dengan pasien di keluarga maupun

    lingkungan sekitarnya.

    o Malaria Bisa disingkirkan berdasarkan pola demam. Pada malaria terdapat fase

    bebas demam beberapa hari sesuai penyebabnya. Pada pasien

    cenderung konstan, fasenya sama tidak ada bebas demam. Selain itu,pasien tidak ada riwayat berpergian ke tempat endemis malaria.

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    20/35

    20

    o Bronkopneumonia Pada pasien tidak terdapat demam tinggi, sesak nafas dan batuk. Dari

    pemeriksaan fisik tidak terdapat ronki pada auskultasi paru.

    o Infeksi Saluran Kemih Belum dapat disingkirkan karena pada pasien terdapat sakit BAK pada

    minggu pertama sakit. Perlu pemeriksaan penunjang.

    o Demam typhoid Belum bisa disingkirkan karena gejala klinis mirip dengan literatur.

    Pada pasien gejala yang lebih menonjol adalah demam dan saluran

    cernanya. Perlu pemeriksaan penunjang.

    o TBC Pada pasien tidak ada penurunan berat badan yang 2 bulan berturut-

    turut tanpa sebab yang jelas. Tidak ada batuk kronis lebih dari 3

    minggu, riwayat kontak dengan penderita TB negatif. Pada

    pemeriksaan fisik tidak ada pembesaran KGB.

    Laboratorium

    A. Hasil laboratorium untuk demam typhoid berdasarkan sumber buku ajar ilmupenyakit dalam:

    1. Pemeriksaan rutinPada darah perifer sering ditemukan leukopenia tetapi dapat pula normal atau

    leukositosis. Dapat juga ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada hitung jenis

    menunjukkan shift to the left. LED dapat meningkat, SGOT dan SGPT seringkali

    meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuh.

    2. Pemeriksaan kulturKultur darah merupakan metode diagnosis standar yang dianjurkan. Menurut laporan

    survailens WHO pada tahun 2003, lebih dari 80% pasien dengan demam tifoid

    memberikan hasil yang positif dengan kultur darah. Sensitivitas kultur darah lebih tinggi

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    21/35

    21

    apabila pemeriksaan dilakukan pada minggu pertama sakit dan akan semakin menurun

    dengan didapatkannya riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya.

    3. Pemeriksaan serologisa. Widal

    Pemeriksaan Widal sebaiknya dilakukan pada pasien dengan gejala-gejala yang

    mengarah pada tifoid dan atau setidaknya sudah mengalami demam selama lebih kurang

    satu minggu. Karena endemisitas tifoid di tiap-tiap daerah berbeda-beda maka masing-

    masing sentral dianjurkan untuk memiliki nilai ambang batas yang dapat dijadikan

    patokan. Saat ini diagnosis dengan menggunakan hasil Widal lebih dianjurkan dengan

    melihat peningkatan titer 2-4 kali dalam dua pemeriksaan Widal dengan jarak waktu

    kurang lebih 1 minggu dari pada pemeriksaan Widal satu kali saja.

    b. Kit typhidotTyphidot merupakan seperangkat kit dot ELISA yang digunakan untuk mendeteksi

    kadar antibodi IgM dan IgG terhadap protein membran luar dari Salmonella typhi.

    Typhidot akan memberikan hasil yang positif setelah 2-3 hari pasca infeksi. Typhidot

    memiliki efektivitas yang lebih baik daripada Widal. Kelemahan kit ini tidak dapat

    membedakan apakah penderita mengalami infeksi lampau atau reinfeksi bila hasil yang

    didapat IgM dan IgG positif, pada keadaan tersebut gejala klinik dapat dijadikan

    pertimbangan.

    c. Polymerase Chain Reaction (PCR)Pemeriksaan lain yang lebih canggih adalah dengan metode deteksi DNA tifoid

    menggunakan teknik PCR. Pemeriksaan ini memberikan hasil yang baik dengan

    sensitivitas sampai 93% dan spesifisitas 100%.

    d. Tes Tubex Tes Tubex merupakan pemeriksaan diagnostik in vitro semikuantitatif untuk

    mendeteksi spesifik serum antibodi IgM terhadap antigen S.Typhi 09 lipopolisakarida.

    Reaksi positif akan memberikan warna biru sedangkan reaksi negatif akan memberikan

    warna merah.

    B. Pada pasien

    1. Peningkatan LED2. Shift to the left

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    22/35

    22

    3. Serologis untuk S. Typhi O dan BH 1/ 1604. Pada urinalisis agak keruh dan terdapat peningkatan kadar eritrosit, lekosit,

    dan lekosit estrase

    Kesimpulan: Pada pemeriksaan laboratorium lebih mengarah ke arah demam

    typhoid dan ISK. Untuk pemeriksaan gold standard typhoid adalah kultur darah, tapi

    pada pasien sudah melewati minggu pertama. Beradasarkan literatur kadarnya akan

    tepat hasilnya jika diambil pada miggu pertama. Selain itu perlu pemeriksaan widal 5

    hari kemudian setelah pengambilan pertama dan ada kenaikkan 2-4 x dari hasil awal.

    Penatalaksanaan berdasarkan referensi

    Berdasarkan penelitian oleh Iskandar Zulkarnainmengenai uji kepekaan SalmonellaTyphii terhadap beberapa jenis antibiotika ditemukan Ampisilin, amoksisilin, dan

    sulfametoksasol-trimetoprim presentasi kepekaan terhadap Salmonella adalah 95,12%

    sedangkan kloramfenikol, seftriakson dan golongan fluorokuinolon masih sensitif (100%)

    untuk kuman Salmonella.

    Pada tifoid toksik dapat diberikan kombinasi kloramfenikol 4 x 400 mg ditambah

    ampicilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.7 Sumarsona dalam tulisannya

    mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid amat membantu penyembuhan. Nyunting

    dan Khosla melaporkan hal yang sama. Smadel menganjurkan pemberian steroid tidak lebih

    dari 4 hari. Nelwan menganjurkan selama 3-5 hari dengan dosis 0,5-2 mg/kgBB/hari.

    Penatalaksanaan pada pasien ini :

    -IVFD KIB 1,5cc/kgBB/jam-Pct 250 mgprn 38C, 4 x 1-Inj Colsan 4 x 500mg- Inj Ampisilin 4 x 1 gr- Inj Rantin 2 x 1 amp

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    23/35

    23

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Definisi

    Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh

    Salmonella Thypi (S. Typhi) dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

    gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.

    II.2 Epidemiologi

    Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan

    karena penyakit ini mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data

    World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17

    juta kasus demam tifoid di seluruh duna dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap

    tahun. Di Negara berkembang, kasus demam tifoid dilapokan sebagai penyakit

    endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang

    sebenaranya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit.

    II.3 Etiologi dan predisposisi4,5,6

    Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonellaparatyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak

    membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut

    getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di

    dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu

    600C) selama 15 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Salmonella

    typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

    a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.

    Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.

    b. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili darikuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap

    formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.

    c. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungikuman terhadap fagositosis.

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    24/35

    24

    Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan

    pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demam tifoid yaitu diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    a. FaktorHostManusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi. Terjadinya penularan

    Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar oleh

    kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama dengan

    tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang

    berada dalam bakterimia kepada bayinya (Soedarno, 2002).

    b. FaktorAgentDemam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman yang dapat

    menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 109 kuman yang tertelan melalui

    makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi

    yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid

    (Syahrurahman, 1994).

    c. FaktorEnvironmentDemam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropisterutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar

    hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya

    penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum

    dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Berdasarkan

    hasil penelitian Lubis, R. di RSUD. Dr. Soetomo (2000) menunjukkan bahwa higiene

    perorangan yang kurang, mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid 20,8 kali

    lebih besar dibandingkan dengan yang higiene perorangan yang baik.

    II.4 Patofisiologi1

    Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui fecal-oral

    transmittion melalui orang ke orang maupun melalui perantaraan makanan dan

    minuman yang tidak higienis yang terkontaminasi dengan feces atau urine.

    Sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung, dan

    sebagian lagi masuk usus halus. Penyakit yang timbul tergantung pada beberapa

    faktor, antara lain (1) jumlah organisme yang ditelan, (2) kadar keasaman dalam

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    25/35

    25

    lambung. Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan S. typhi sebanyak 105-109

    yang tertelan. Sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam

    lambung. Namun tidak semua bakteri tersebut mati. Jumlah bakteri yang mampu

    bertahan hidup bergantung pada keasaman lambung tersebut. Bakteri yang mampu

    bertahan hidup masuk ke dalam lumen usus, lalu mengadakan perlekatan pada

    mikrovili dan menyerang epitel hingga mencapai lamina propria. selanjutnya di

    lamina propria kuman berkembang biak serta difagosit, terutama oleh makrofag.

    Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag, dan selanjutnya dibawa

    ke plaque Peyeri ileum distal kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.

    Selanjutnya melalui duktus torasikus, kuman yang terdapat di dalam makrofag ini

    masuk ke dalam sirkulasi darah, menuju organ organ sistem retikuloendotelial

    (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai

    nyeri pada perabaan. . Di organ retikuloendotelial kuman meninggalkan sel makrofag

    dan berkembang biak di luar sel (seperti di sinusoid) dan kembali masuk ke sirkulasi

    darah yang mengakibatkan bakteremia kedua yang simptomatik (terdapat tanda dan

    gejala infeksi sistemik).

    Kuman masuk ke kandung empedu dan berkembang biak, kemudian secara

    intermiten dieksresikan ke lumen usus, kemudian proses yang sama terulang kembali.Karena makrofag sudah teraktifasi dan hiperaktif pada saat fagositosis kuman

    dilepaskan mediator-mediator inflamasi yang menimbulkan reaksi inflamasi sistemik

    seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular,

    gangguan mental dan koagulasi. Di plak Peyeri kuman intra makrofag menginduksi

    reaksi sensitifitas tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis jaringan. Proses

    patologi jaringan ini dapat berkembang sampai ke lapisan serosa usus sehingga terjadi

    perforasi usus. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler sehingga

    timbul gejala neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ

    lainnya.

    II.5 Gambaran Klinis4,7

    Masa inkubasi dari Demam Tifoid biasanya 7-14 hari tetapi juga bergantung

    pada infeksi yang terjadi, umumnya 3-30 hari. Manifestasi klinis bervariasi mulai dari

    sakit ringan dan demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sampai keadaan klinis yang

    berat dengan gangguan pencernaan dan komplikasi yang berat. Banyak faktor yang

    mempengaruhi berat ringannya penyakit pada demam tifoid. Hal ini mencakup lama

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    26/35

    26

    berlangsungnya penyakit sebelum dilakukannya terapi, pemilihan antibiotic yang

    sesusai, umur, riwayat vaksinasi, strain bakteri, dan faktor imunitas seseorang.

    Gejala klinis pada anak umumnya tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit

    berlangsung dalam jangka waktu yang pendek dan jarang menetap lebih dari 2

    minggu.

    Gejala klinis demam tifoid umumnya adalah demam, gangguan saluran

    pencernaan (diare, konstipasi, mual, nafsu makan menurun), pusing.

    5. Demam1,8,9Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya demam hanya

    samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah

    atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Pada kasus-kasus yang khas

    umumnya demam berlangsung selama 3 minggu. Demam dapat mencapai 39-40 C

    yang sifatnya remitten. Demam disertai gejala lain seperti sakit kepala, diare, nyeri otot,

    pegal, insomnia, anoreksia, mual, dan muntah. Selama minggu pertama, suhu tubuh

    turun naik, meningkat terutama pada sore-malam hari, pada minggu kedua demam

    berlangsung terus menerus. Bila pasien membaik maka pada minggu ketiga, suhu

    tubuh berangsur turun dan dapat normal pada akhir minggu ketiga.

    6. Lidah kotorSering ditemukan lidah yang terlihat kotor dan ditutupi selaput putih kotor, ujung

    dan tepinya kemerahan serta tremor.

    7. Gangguan saluran pencernaanPenderita sering mengeluh nyeri perut, teutama nyeri ulu hati, disertai mual dan

    muntah. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah diare atau justru konstipasi.

    8. HepatosplenomegaliPada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan membesar. Hati

    terasa kenyal dan nyeri bila ditekan.

    9. Bradikardi relatifBradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh

    peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah peningkatan suhu 1C

    tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit.

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    27/35

    27

    II.6 Pemeriksaan Laboratorium

    4. Pemeriksaan rutinPada darah perifer sering ditemukan leukopenia tetapi dapat pula normal atau

    leukositosis. Dapat juga ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada hitung jenis

    menunjukkan shift to the left. LED dapat meningkat, SGOT dan SGPT seringkali

    meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuh.

    5. Pemeriksaan kulturKultur darah merupakan metode diagnosis standar yang dianjurkan. Menurut laporan

    survailens WHO pada tahun 2003, lebih dari 80% pasien dengan demam tifoid

    memberikan hasil yang positif dengan kultur darah. Sensitivitas kultur darah lebih tinggi

    apabila pemeriksaan dilakukan pada minggu pertama sakit dan akan semakin menurundengan didapatkannya riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya.

    6. Pemeriksaan serologise. Widal

    Pemeriksaan Widal sebaiknya dilakukan pada pasien dengan gejala-gejala yang

    mengarah pada tifoid dan atau setidaknya sudah mengalami demam selama lebih kurang

    satu minggu. Karena endemisitas tifoid di tiap-tiap daerah berbeda-beda maka masing-

    masing sentral dianjurkan untuk memiliki nilai ambang batas yang dapat dijadikan

    patokan. Saat ini diagnosis dengan menggunakan hasil Widal lebih dianjurkan dengan

    melihat peningkatan titer 2-4 kali dalam dua pemeriksaan Widal dengan jarak waktu

    kurang lebih 1 minggu dari pada pemeriksaan Widal satu kali saja.

    f. Kit typhidotTyphidot merupakan seperangkat kit dot ELISA yang digunakan untuk mendeteksi

    kadar antibodi IgM dan IgG terhadap protein membran luar dari Salmonella typhi.

    Typhidot akan memberikan hasil yang positif setelah 2-3 hari pasca infeksi. Typhidot

    memiliki efektivitas yang lebih baik daripada Widal. Kelemahan kit ini tidak dapat

    membedakan apakah penderita mengalami infeksi lampau atau reinfeksi bila hasil yang

    didapat IgM dan IgG positif, pada keadaan tersebut gejala klinik dapat dijadikan

    pertimbangan.

    g. Polymerase Chain Reaction (PCR)

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    28/35

    28

    Pemeriksaan lain yang lebih canggih adalah dengan metode deteksi DNA tifoid

    menggunakan teknik PCR. Pemeriksaan ini memberikan hasil yang baik dengan

    sensitivitas sampai 93% dan spesifisitas 100%.

    h. Tes Tubex Tes Tubex merupakan pemeriksaan diagnostik in vitro semikuantitatif untuk

    mendeteksi spesifik serum antibodi IgM terhadap antigen S.Typhi 09 lipopolisakarida.

    Reaksi positif akan memberikan warna biru sedangkan reaksi negatif akan memberikan

    warna merah.

    II.7 Komplikasi

    Komplikasi yang paling banyak dijumpai pada demam tifoid adalah hepatitis tifosa,

    pneumonia, ensefalopati, dan perdarahan dengan penyebab kematian terbanyak adalah

    perforasi usus.

    1. Hepatitis Tifosa11,12Penyebab timbulnya kelainan hati pada demam tifoid tidak diketahui pasti,

    mungkin multifaktorial termasuk kerusakan hati akibat endotoksin atau proses

    inflamasi. Kemungkinan lain adalah kerusakan akibat mekanisme imun sekunder

    pada host. Khosia memberikan kriteria hepatitis tifosa apabila ditemukan 3 atau

    lebih gejala sebagai berikut:

    1. Hepatomegali2. Ikterik3. Kelainan laboratorium, antara lain :

    - Bilirubin- Peningkatan SGOT/SGPT- Penurunan indeks waktu prothrombin

    4. Kelainan histopatologi

    2. Komplikasi intestinalKomplikasi intestinal terdiri dari perdarahan usus, perforasi usus dan ileus

    paralitik. Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoshezia. Tetapi dapat juga

    melalui pemeriksaan lab feses (occult blood test). Komplikasi perforasi ini ditandai

    dengan gejala gejala akut abdomen dan peritonitis. Didapatkan gas bebas dalam

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    29/35

    29

    rongga perut yang dibantu dengan pemeriksaan klinis bedah dan foto polos abdomen

    3 posisi.

    Pada awal minggu kedua dari perjalanan penyakit demam tifoid, terjadi nekrosis

    superficial yang disebabkan oleh toksis bakteri atau yang lebih utama disebabkan oleh

    pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hyperplasia sel limfoid (disebut sel

    tifoid). Selanjutnya, mukosa yang nekrotik akan terlepasMukosa yang nekrotik

    kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan terlepas sehingga

    membentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu

    panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam

    meskipun tidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding

    otot dari usus bahkan dapat mencapai membrane serosa.

    Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka

    perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi usus. Kedua komplikasi

    tersebut, yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling

    sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian,

    beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Denyut

    nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis local maupun umum, maka hal inimenunjukan telah terjadinya perforasi usus. Sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar

    nernafas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya

    perdarahan

    3. Toksik Tifoid1,13Penurunan kesadaran akut (kesadaran berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopor,

    koma) dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis lainnya dan dalam pemeriksaan

    cairan otak masih dalam batas normal. Sindrom klinis seperti ini oleh beberapa

    peneliti disebut tifoid toksik atau tifoid berat, demam tifoid ensefalopati atau demam

    tifoid dengan toksemia. Manifestasi neuropsikiatri berupa delirium dengan atau tanpa

    kejang, semikoma atau koma, parkinson rigidity, mioklonus generalisata,

    meningismus, skizofrenia, maniak akut, hipomania, ensefalomielitis, meningitis,

    polineuritis perifer, dan psikosis.

    Di Indonesia, insiden terjadinya tifoid toksik sekitar 10-40% dari kasus demam

    tifoid yang dirawat. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya tifoid toksik

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    30/35

    30

    antara lain sosial ekonomi yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah, ras,

    kebangsaan, iklim, nutrisi, kebudayaan dan adat yang masih terbelakang.

    4. Komplikasi laina. Kardiovaskuler

    Pada 10-15% pasien dengan demam tifoid ditemukan perubahan non spesifik

    pada gambaran EKG. 1-5% pasien dengan demam tifoid mengalami toksik

    miokarditis. Toksik miokarditis terjadi pada psien dengan sakit yang berat and

    toksemia dan ditandai dengan takikardia, nadi dan suara jantung yang lemah,

    hipotensi, dan abnormalitas gambaran ekg.

    b. Komplikasi hematologiDapat ditemukan trombositopenia hingga koagulasi intravaskuler disseminata.

    Penyebab KID belumlah jelas. Hal yang sering dikemukakan adalah

    endotoksin mengaktifkan beberapa sistem biologi, koagulasi, dan fibrinolisis.

    Pelepasan kinin, histamine, dan prostaglandin menyebabkan vasokonstriksi

    dan kerusakan endotel pembuluh darah dan selanjutnya mengakibatkan

    perangsangan mekanisme koagulasi, baik KID kompensata maupun

    dekompensata.

    c. Pankreatitis tifosaMerupakan komplikasi yang jarang terjadi. Pemeriksaan enzim amylase dan

    lipase serta ultrasonografi/ct scan dapat membantu diagnosis penyakit ini

    dengan akurat.

    II.8 Penatalaksanaan

    1. Non FarmakologisIstirahat dan perawatan dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat

    penyembuhan. Diet dan terapi penunjang dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman

    dan kesehatan pasien secara optimal. Pemberian bubur saring dan lauk pauk rendah

    serat untuk menghindari perdarahan saluran cerna. Jika kesadaran menurun dapat

    dilakukan pemasangan selang nasogastrik. Pemberian nutrisi lebih diutamakan secara

    oral atau enteral untuk mencegah atrofi vili usus.

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    31/35

    31

    2. Farmakologis10,11Pemberian antibiotik bertujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.

    Pemilihan antibiotik perlu disesuaikan dengan pola resistensi kuman Salmonella typhi

    lokal sehingga kegagalan terapi dapat dihindarkan. Obat-obat antimikroba yang sering

    digunakan untuk demam tifoid adalah sebagai berikut :

    a. KloramfenikolPenggunaan kloramfenikol telah dikenal cukup lama dan telah digunakan

    secara luas. Selain merupakan obat pilihan utama, obat ini banyak digunakan

    karena harganya relatif murah. Dosis yang diberikan adalah 4X500 mg perhari

    dapat diberikan secara per-oral atau intravena. Diberikan hingga 7 hari bebas

    panas.

    b. TiamfenikolEfektivitas hampir sama dengan kloramfenikol, tapi komplikasi hematologi

    lebih rendah dari kloramfenikol. Dosis yang diberikan 4X500 mg.

    c. KotrimokzasolEfektivitas hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis dewasa 2X2 tablet (1

    tablet mengandung sulfanetoksazol 400mg dan 80mg trimetoprim) diberikan

    selama 2 minggu.

    d. Ampicillin dan AmoxiciliinKemampuan menurunkan demam lebih rendah dari kloramfenikol. Dosis yang

    dianjurkan 50-150mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.

    e. Sefalosporin generasi ketigaHingga saat ini terbukti dalam sefalosporin generasi ketiga yang terbukti

    efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson dosis yang dianjurkan 3-4g

    dalam dekstrose 100cc diberikan selama jam perinfus 1 kali sehari selama

    3-5 hari.

    f. Golongan fluoroquinolonNorfloksasin dosis 2X400 mg/hari selama 14 hari

    Siprofloksasin dosis 2X500 mg/hari selama 6 hari

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    32/35

    32

    Ofloksasin dosis 2X400 mg/hari selama 7 hari

    Pefloksasin dosis 400mg/hari selama 7 hari

    Fleroksasin dosis 400mg/hari selama 7 hari

    Berdasarkan penelitian oleh Iskandar Zulkarnain mengenai uji kepekaan

    Salmonella Typhii terhadap beberapa jenis antibiotika ditemukan Ampisilin,

    amoksisilin, dan sulfametoksasol-trimetoprim presentasi kepekaan terhadap

    Salmonella adalah 95,12% sedangkan kloramfenikol, seftriakson dan golongan

    fluorokuinolon masih sensitif (100%) untuk kuman Salmonella.

    Pada tifoid toksik dapat diberikan kombinasi kloramfenikol 4 x 400 mg ditambah

    ampicilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.7 Sumarsona dalam tulisannya

    mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid amat membantu penyembuhan.

    Nyunting dan Khosla melaporkan hal yang sama. Smadel menganjurkan pemberian

    steroid tidak lebih dari 4 hari. Nelwan menganjurkan selama 3-5 hari dengan dosis 0,5-

    2 mg/kgBB/hari.

    Saat ini sedang dikembangkan penelitian mengenai penggunaan florokuinolon

    pada tifoid toksik, dimana ternyata penderita dapat membaik tanpa pemberian

    kortikosteroid. Hal ini mungkin dapat dijelaskan dengan sifat-sifat imunomodulasikelompok obat ini.

    II.9 Pencegahan14,15

    Penularan demam tifoid melalui makanan dan air yang terkontaminasi bakteri.

    Untuk menurunkan insidensi demam tifoid, harus diidentifikasi bakteri penyebab,

    meningkatkan kesehatan umum,personal dan memperbaiki hygine serta pendidikankesehatan terhadap masyarakat.

    Hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kesehatan umum adalah:

    -Sanitasi lingkungan-Penyediaan sumber air yang bersih-Meningkatkan pengamanan bahan pangan agar terhindar dari kontaminasi bakteri.-

    Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu ;

    1. Identifikasi dan eradikasi Salmonella typhibaik pada kasus demam tifoid maupun

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    33/35

    33

    karier tifoid; 2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella typhi

    akut maupun karier; 3. Proteksi terhadap orang yang beresiko terinfeksi.

    II.10 Prognosis16

    Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan

    kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi

    antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka

    mortalitasnya > 10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan

    pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan

    hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan

    mortalitas yang tinggi.

  • 5/24/2018 case demam typhoid

    34/35

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Widodo D. Demam tifoid. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan

    Departemen IPD FKUI ; 2006 : 1752-7.

    2. Zulkarnain I. Demam tifoid : Perkembangan terbaru dalam diagnosis dan terapi. Dalam :Sumaryono, Setiati S, Gustaviani R, Sukrisman L, Sari NK, Lydia A. Naskah lengkap

    pertemuan ilmiah tahunan ilmu penyakit dalam 2006. Jakarta : Pusat informasi dan

    penerbitan bagian IPD FKUI; 2006:35-43.

    3. Ochiai RL,Acosta CJ,Danovaro-Holliday MC,Baiqing D,Bhattacharya SK,Agtini MD,et al. A study of typhoid fever in five Asian countries: disease burden and implications for

    controls. Bulletin of the World Health Organization 2008;86:260-8.

    4. Rampengan, T. H. 2008.Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Jakarta: EGC. Soedarno SS.,Garna H, Hadinegoro SR. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Jakarta: Ikatan

    Dokter Anak Indonesia.

    5. Syahrurahman, Agus. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta:Penerbit Binarupa Aksara.

    6. Lubis, R. 2001. Faktor Resiko Kejadian Demam Tifoid Penderita Yang Dirawat di RSUDDr. Soetomo Surabaya. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga Surabaya.

    7. Hendarwanto. Clinical Picture of Typhoid Fever. Acta Medica Indonesiana, 1996, 3:151-58.

    8. Nelwan RHH. Sebuah Studi Deskriptif Klinik Mengenai Diagnosis Dini Demam Tifoid.Acta Medica Indonesiana, 1993, 1;13-18

    9. Zulkarnain I. Demam tifoid : Perkembangan terbaru dalam diagnosis dan terapi. Dalam :Sumaryono, Setiati S, Gustaviani R, Sukrisman L, Sari NK, Lydia A. Naskah lengkap

    pertemuan ilmiah tahunan ilmu penyakit dalam 2006. Jakarta : Pusat informasi dan

    penerbitan bagian IPD FKUI; 2006:35-43.

    10.Khosia, SN. Typhoid hepatitis. Postgrad Med J. 1990, 66:923-25.11.Pramoolsinsap C, Viranuvatti V. Salmonella Hepatitis. Journal of Gastroenterol and

    Hepatology 1998, 13: 745-50.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Ochiai%20RL%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Acosta%20CJ%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Danovaro-Holliday%20MC%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Baiqing%20D%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Bhattacharya%20SK%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Agtini%20MD%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Agtini%20MD%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Bhattacharya%20SK%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Baiqing%20D%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Danovaro-Holliday%20MC%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Acosta%20CJ%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlushttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=Search&Term=%22Ochiai%20RL%22%5BAuthor%5D&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_RVAbstractPlus
  • 5/24/2018 case demam typhoid

    35/35

    35

    12.Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farar JJ. Typhoid fever. N Engl J Med.2002;347(22):1770-82.

    13.Daigle, France. 2008. Typhi Genes Expressed During Infection or Involved inPathogenesis. J Infect Developing Countries. 2008; 2(6): 431-437

    14.Moehario, Lucky H. 2009. The Molecular Epidemiology of Salmonella Typhi AccrosIndonesia Reveals Bacterial Migration. J Infect Dev Ctries.2009; 3(8): 579-584

    15.Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.Jakarta. 2008 :368-375