27
BLOK IKGT II MODUL 3. ANTISEPTIK RONGGA MULUT SEMESTER III TAHUN AKADEMIK 2013/2014 Kelompok 5 1. Maria Andriani Surjanto 2011.07.0.0059 2. Ayub Didik Susanto 2011.07.0.0036 3. William Susanto 2011.07.0.0025 4. Almira Faizah 2011.07.0.0040 5. Emerald Navy Wilbarine 2011.07.0.0019 6. Aldo Alveno Dayasoeharso 2011.07.0.0082 7. Tiaranita Ramadhani 2011.07.0.0041 8. Annisa Mutiara P 2011.07.0.0053 9. Cindy Indah Permatasari 2011.07.0.0056 10. Dyah Lestarining Ratri 2011.07.0.0068 11. Ruth Rozawijayanti 2011.07.0.0063 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH Page | 1

Antiseptik Rongga Mulut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran gigi

Citation preview

BLOK IKGT IIMODUL 3. ANTISEPTIK RONGGA MULUT

SEMESTER IIITAHUN AKADEMIK 2013/2014

Kelompok 51. Maria Andriani Surjanto2011.07.0.00592. Ayub Didik Susanto2011.07.0.00363. William Susanto2011.07.0.00254. Almira Faizah2011.07.0.00405. Emerald Navy Wilbarine2011.07.0.00196. Aldo Alveno Dayasoeharso2011.07.0.00827. Tiaranita Ramadhani2011.07.0.00418. Annisa Mutiara P2011.07.0.00539. Cindy Indah Permatasari2011.07.0.005610. Dyah Lestarining Ratri2011.07.0.006811. Ruth Rozawijayanti2011.07.0.0063

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2013

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, ucapan syukur kami sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya makalai ini dapat kami selesaikan sesuai dengan harapan kami.Didalam makalah ini, kami membahas tentang antiseptik rongga mulut.Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca memahami bagaimana pengobatan dan juga mekanisme dari infeksi bakteri yang ada.Akhirnya kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua dosen lain yang mendukung dan membantu proses penyelesaian makalah ini. Kami sangat mengharapkan masukan dan kritik dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.

Surabaya, 12 Januari 2014

Kelompok Lima

DAFTAR ISIKata pengantar2Daftar isi3BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG41.2 BATASAN TOPIK 41.3 PETA KONSEP5BAB II PEMBAHASAN2.1 ULSER62.2 SAR62.2.1 DEFINISI62.2.2 JENIS / TIPE2.2.3 ETIOLOGI82.2.4 GAMBARAN KLINIS82.2.5 FAKTOR PREDISPOSISI92.3 BAKTERI RONGGA MULUT2.3.1 COCCI102.3.2 BASIL112.4 HABITAT BAKTERI PADA RONGGA MULUT132.5 PATOGENESIS BAKTERI PADA SAR142.6 TERAPI2.6.1 OBAT-OBATAN2.6.2 FAKTOR YANG MENENTUKAN SEDIAAN OBAT162.7 RESEP17BAB III PENUTUP3.1 KESIMPULAN 19DAFTAR PUSTAKA20

ANTISEPTIK RONGGA MULUTBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangJimmy, 21 tahun, seorang mahasiswa FKG UHT semester 7 yang sedang mengambil skripsi, mengeluh adanya sariawan kecil-kecil yang banyak tersebar pada rongga mulutnya. Sering mengalami sariawan tapi tidak sebanyak sekarang ini. Dokter gigi melihat adanya ulser multiple dengan diameter sekitar 1-2 mm menyebar pada bukal fold hingga orofaring. Penderita sudah mengkonsumsi vitamin dan berusaha untuk istirahat yang cukup. Dokter gigi menduga hal ini disebabkan oleh karena stres. Dokter gigi menuliskan resep berupa terapi obat lokal dengan tujuan untuk mempercepat penyembuhan ulser dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.

1.2 Batasan Topik1. Ulser2. SAR2.1. Definisi2.2. Jenis / tipe (mayor, minor, hipertiformis)2.3. Etiologi2.4. Gambaran klinis2.5. Faktor predisposisi3. Bakteri3.1 Coccus gram + & -3.2 basil qram + & -4. Habitat bakteri pada rongga mulut5. Patogenesis bakteri pada SAR6. Terapi6.1 Obat-obatan6.2 Faktor yang menentukan bentuk sediaan7. Penulisan resep8. Kesimpulan

1.3 Peta Konsep

STRES

ULSER MULTIPLE

DIAGNOSIS SAR

PEMILIHAN OBAT LOKAL

PENULISAN RESEP

BAB IIPEMBAHASAN2.1 ULSER Ulser di definisikansebagaikehilanganlapisanepitelium.Ulser di dahuluidengan blister (vesikel) yang memperlihatkanterjadinyapemisahanjaringanepitel.Lesiulseratifumumnya di temuipadapasiendenganmasalahkesehatangigidanmulut.Meskipunbanyaklesiulser yang memilkitampakanklinis yang serupa, namunetiologinyamencakupberbagaimacamkelainan, termasukpenyakit yang bersifatreaktif, infeksisi/imunologi, danneoplasma.

2.2 SAR 2.2.1 DefinisiStomatitis aftosarekuren (SAR) adalahsuatuperdagangan yang terjadipadamukosamulut, biasanyaberupaulserputihkekuningan.Ulserinidapatberupaulsertunggalmaupunlebihdarisatu.SAR dapatmenyerangmukosamulut yang tidakberkeratinyaitumukosabukal, labial, lateral, dan ventral lidah, dasarmulut, palatumlunak, danmukosaorofaring.SAR merupakanulser oral rekurenpadamukosamuluttanpatanda-tandaadanyapenyakitlaindansalahsatukondisiulseratifmukosamulut yang paling menyakitkanterutamasewaktumakan, menelan, danberbicara. Penyakitini relative ringankarenatidakbersifatmembahayakanjiwadanmenular.Beberapaahlimenyatakanbahwa SAR bukanmerupakanpenyakit yang berdirisendiri, tetapilebihmerupakangambarankeadaanpatologisdengangejalaklinis yang sama.

2.2.2 Jenis / TipeA. SAR Tipe MinorTipe minor mengenaisebagianbesarpasien SAR yaitu 75% sampaidengan 85% darikeseluruhan SAR, yang di tandaidenganadanyaulserberbentukbulatdan oval, dangkal, dengan diameter 1-10 mm, dan di kelilingiolehpinggiran yang eritematous. Ulserasidaritipe minor cenderungmengenaidaerah-daerahnon keratin, sepertimukosa labial, mukosabukaldandasarmulut. Ulserasibiasatunggalataumerupakankelompok yang terdiriatas 4-5 ulser dank ansembuhdalamwaktu 10-14 haritanpameninggalkanbekasjaringanparut.

B. SAR Tipe MayorTipe mayor di derita 10% - 15% dari penderita SAR dan lebih parah dari tipe minor.Ulser biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar 1-3cm, berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin.Ulser yang besar,dalam serta bertumbuh dengan lambat biasanya berbentuk dengan bagian tepi yang menonjolsertaeritematous dang mengikat, yang menunjukan bahwa terjadi edema.Selalu meninggalkan jaringan parut setelah sembuh jaringan parut tersebut terjadi karena kelamaan dan keparahan ulser.

C. SAR TipeHerpetiformisIstilahherpetiformispadatipeini di pakaikarenabentukklinisnya (yang dapatterdiridari 100 ulserkecil-kecilpadasatuwaktu) miripdengangingivostomatis herpetic primer, tetapi virus-virus herpes tidakmempunyaiperanetiologipada SAR tipeherpetiformis.SAR tipeherpetiformisjarangterjadiyaitusekitar 5%-10% darikasus SAR.Setiapulserberbentukbulatdan oval, mempunyai diameter 0,5-3,0 mmdanbilaulserbergabungbentuknyatidakteratur.Setiapulserberlangsungselamasatuhinggaduaminggudantidakakanmeninggalkanjaringanparutketikasembuh.

2.2.3 EtiologiEtiologidari SAR belum di ketahuidenganpasti.Terdapatbeberapafaktor yang telah di ketahuiturutberperandalamtimbulnyalesi-lesi SAR.Denganberkembangnyailmukedokteran, khususnyaimunopatologimakafaktorgangguan system imuntelahbanyak di hubungkansebagaisalahsatufaktor yang sangatberperansebagaifaktorpredisposisi SAR.Imunopatogenesis SAR dapatmelibatkansemuakomponen system imunbaikselulermaupunhumoral.Pada system imunseluleryaitusitokin, sedangkanpada system imunhumoralyaitu IgA, IgM, dan IgG.

2.2.4 Gambaran KlinisSAR diawali dengan gajala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jalas, dangakal, bulat/oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan.Tahapan perkembanganSAR dibagi menjadi 4 :1.tahap premonitory terjadi pada 24 jam pertama, perkembangan lesi SARPada waktu prodormal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul . secara mikroskopis sel-sel mononuclear akan menginfeksi epithelium, dan edema akan julai berkembang.2. tahap preulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembanganLesi SAR pada tahap ini, mandibula dan papula akan berkkembang dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri akan meningkat suatu tahap preulserasi ini.3. tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 mingguPada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang

2.2.5 factor predisposisiTraumaUlser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat bicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makan atau minum terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukan merupakan factor berkembangnya SAR pada semua penderitatetapi trauma di pertimbangkan sebagai factor pendukung.GenetikFactor genetic SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human leucocyantigen (HLA), namu beberapa ahli masih menolak hal tersebut. HLA menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksin dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke ephitelium. stress Merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. 2.3 Bakteri rongga mulut2.3.1Cocci gram (+) Genus streptococcus:Coccus gram positif dalam rantai, tiak dapat berpindahtempat (non-motile),selalu memiliki permukaan fibril, kadang-kadang berkapsul, fakultatif non aerob, variabel (faktor yang berubah-ubah) hemolisis tetapi alpha hemolisis pada umumnya medium terpilih, mitis salivarius agar (MSA). - Grup mutans Spesies utama : streptococcus mutan serotypes, s, sabrinus serotypes, s. cricetus serotypes, s. rattus serotypes. Karakteristik : tinggi, cembung, koloni opaque, menghasilkan polisakarida ekstraseluler yang melimpah dalam sukrosa mengandung media, media selektf MSA dan gar bacitarin-Salivatorius group Karakteristik kultural : besar, koloni berlendir di MSA selama masa produksi fructons (polimer fruktosa dengan struktur levan) ekstraseluler. S. Vestibularis tidak memproduksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa, mereka memproduksi urease dan hidrogen peroksida, dimana pH yang rendah, yang berkontraksi ke sistem peroksida saliva masing-masing. Tempat utama infeksi di intra oral : dorsum lidah dan saliva, S. Vestibularis terutama beada di mukosa vestibular, bukan patogen oral yang utama.- Anginosus group Karakteristik kultural : CO2 tergantung, bentuk kecil, koloni non adherent di MSA. Tempat utama infeksi di intra oral : celah gigi, alveolar dental, dan infeksi endodontik.2.3.2 Basil Gram PositifGenus ActinomycetesPendek, gram positif batang (rods) plemorfik. Spesies utama: Actinomycetes israelii, A. Gereneseriae, A. Odontolyticus, A. Naeslundii (spesies 1 & 2), A. Myeri, A. Georgiae. Patogen manusia paling penting adalah A. Israelii. Tempat utama di intraoral: Actinomycetes odontolyticus, demineralisasi enamel pada tahap sangat awal, & berkembangnya terkait munculnya lesi karies kecil. A. Naeslundii adalah sebuah patogen opportunistik yang menyebabkan cervicofacial & ileocaecal actinomycosis. Actinomyces gereneseriae & A. Georgiae adalah komponen minor dari flora gingiva normal.Genus LactobacillusGram positif bacilli Spesies utama: Lactobacillus casei, L. Fermentum, L. Actidophilus (yang lain termasuk: L. Salivarius, L. Rhomnosus). Karakteristik kultural: katalase negatif, mikroaerofilik, dibutuhkan nutrisi komples, asidurik, pH optimal 5,5-5,8. Media selektifnya adalah agar Rogosa.Genus Eubacterium Pleomorfik, gram-variable rods atau filamen Spesies utama: Eubacterium brachii, E. Hmidum, E. Nodatum, E. Saphenum.Gram propionibacteriumGram-positif bacilli Spesies utama: Propionibacterium acnes (termasuk P. Propionicus, sebelumnya Arachnia propionica). Karakteristik kulyural: anaerob ketat, morfologi yang tidak dapat dibedakan dari Actinomyces israelli tapi menghasilkan asam propionic dari glukosa.Gram NegatifGram negatif rods-facultative anaerobic, dan capnophilic genera.Genus HaemophilusGenus PorphyromonasGram negatif pleomorfik rods non motile; 6 serotipe berdasarkan polisakarida berkapsul (antigenik K), assacharolytic. Spesies utama: Porphyromonas gingivalis, P. Endodontalis, P. Catoniae. Karakteristik kultural: anaerob ketat, membutuhkan vitamin K & haemin untuk pertumbuhan.Genus FusobacteriumTipis, bentuk cerutu batang gram negatif dengan ujung bulat. Spesies utama: Fusobacterium nucleatum, F. Alocis, F. Periodonticum. Karakteristik kultural: memerlukan banyak media untuk pertumbuhan dan sering Asaccharolytic, anaerob ketat, selalu non-haemolitik; F. Nucleatum bisa memproduksi ammonia & hidrogen sulfida dari sistein & methionin & diimplikasikan sebagai sebuah organisme odorgenic dalam halitosis.Genus LeptotrichiaFilamen gram-negatif dengan sedikitnya 1 ujungnya runcing. Spesies utama: Leptotrichia buccalis. Karakteristik kultural: anaerob ketat, dengan koloni yang menyerupai fusobacteria.Genus TreponemaMotile gram-negatif helical cells, dalam tiga ukuran (besar, sedang, kecil) Spesies utama: Treponema denticola, T. Macrodentium, T. Skolindatium, T. Socranskii, t. Maltophilum, T. Amylovarum, T. Vincentii. Karakteristik kultural: semua treponema adalah anaerobik ketat & susah untuk dikulturkan. Memerlukan media yang kaya dengan serum. Karakterisasi miskin; T. Denticola adalah asaccharolytic; T. Socranskii mefermentasikan karbohidrat ke acetic, laktat, & asam sukonik. Tempat utama infeksi di intra oral: T. Denticola lebih proteolitik daripada yang lain, & memiliki aminopeptidase & protease arginin spesifik; ini juga menurunkan kolagen & gelatin. Ditemukan di celah gingiva; hampir berkaitan dengan ulser gingiva akut, penyakit periodontal yang merusak.

2.4 Habitat bakteri pada rongga mulut- ciri spesial dari mukosa mulut->beragam flora- pada papila lidah yang paling tinggi kondilnya karena merupakan tempat pelindung yang aman.- papila lidah punya redox potensial yang rendah,meningkatnya pertumbuhan flora anaerob dan sebagai tempat berkumpulnya bakteri gram negatif yang menyebabkan penyakit periodontal.b. Permukaan gigi (supragingival dan subgingival)- tempat pada tubuh sebagai ladang populasi mikroba- banyak bakteri yang ada pada permukaan gigi->plak yang dihasilkan.- plak merupakan pencetus karies dan penyakit periodontal.

c. Epitel crevicular dan gingival crevice- meskipun pada area minor di rongga mulut,bakteri yang ada pada daerah ini memegang peranan penting pada pencetus penyakit periodontal dan gingival.d. Alat" ortho dan prosto- jika alat-alat ortho dan prosto tidak dibersihkan secara baik -> wadah yang penuh dengan bakteri/jamur mati.- jamur pada permukaan full denture->candida->dentule stomatitis

2.5 Patogenesis Bakteri pada SARTelah beberapa dekade dilakukan penelitian empiris klinis yang menunjukkan bahwa faktor psikis mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit SAR.11 Genco et.al. (1998) menuliskan stres jalur umum dari terjadinya sejumlah penyakit kronik, salah satu bagian tubuh yang dapat dipengaruhi oleh stres adalah rongga mulut.

mengeluarkan kortisol yang menghambat komponen dari respon imun. Kortisol ini akan melepaskan glukokortikoid dan katekolamin yang akan menyebabkan penurunan produksi INF- (sitokin tipe 1) dan meningkatkan produksi IL-10 dan IL-4 (sitokin tipe 2) yang akan memicu terjadinya perubahan keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 yang lebih ke arah respon tipe 2. Namun, penelitian terbaru menyatakan bahwa disregulasi dari keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 inilah yang memainkan peranan penting dalam menghubungkan pengaruh stres terhadap sistem imun. Dalam upaya menghasilkan homeostatis akibat stres sering menghasilkan kondisi patologis terhadap tubuh.

Stres akibat stresor psikologis dapat mengakibatkan perubahan tingkat molekul pada berbagai sel imunokompeten. Berbagai perubahan tersebut dapat mengakibatkan keadaan patologis pada sel epitel mukosa rongga mulut, sehingga sel epitel lebih peka terhadap rangsangan

2.6 Terapi 2.6.1 Obat obatanHYALURONIC ACIDProteoglican yang secara umum ditemukan pada jaringan occuran intracellular(aqueus dan vitreus humourr dan cairan sinovial). Hyaluronic acid adalah komponen dari intracellular cement. Dapat digunakan dalam perawatan dari lesi pada mukosa rongga mulut. Memiliki fungsi utama untuk penyembuhan jaringan.Indikasi :Untuk perawatan Reccurent Aphtous Ulceration ( RAU )Terutama karena mempunyai efek anti inflamasi.Efek samping :Ulcer muncul lagi pada hari ke 4Menyebabkan hidrasi jaringanMelemahkan ikatan sel pada matriks extracellular, sehingga terjadi migrasi selRestriksi pergerakan air dan molekul kecil

CHLORHEXIDINEAntibakteri yang memiliki spectrum luas. Sangat efektif untuk bakteri gram +, gram - , bakteri, ragi, jamur, protozoa, algae, dan virus.Mekanisme kerja :Mengika bakteri, berinteraksi dengan molekul dinding sel bakteri, meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri, sehingga dapat penetrasi ke dalam sitoplasma bakteri.Diserap oleh hidroxyapatite permukaan gigi, dan mucin dari saliva. Dilepas perlahan lahan dalam bentuk yang aktif, menghambat pertumbuhan plak.Indikasi :Kumur 2 x sehari dengan chlorhexidine 0,2% dapat mengurangi mikro organisme saliva hingga 80%.Pemakaian dalam waktu lama dapat menyebabkan diskolorasi dari mahkota jacket akrilik dan tumpatan pada gigi.2.6.2 Faktor yang menentukan bentuk sediaan obat

Menurut fisika kimiaObat higroskopis dipilih larutan, puyer/ tablet : basah obat padat : padat/cairan asal stabil obat padat : salep/crem obat cair : cairan kecuali vitamin yang larut dalam minyak ( soft capsul ) Faktor penderitaumur penderita anak-anak : dipilih larutan tidak larut dengan air dipilih puyer atau suspense lansia = anak-anaklokasi efek local : efek obat dipakai untuk kulit, kulit berambut atau mukosa penetrasi : obat melalui kulit dan mudah dijangkau efek sistemik : per oral lebih mudahkeadaan umum penderita tidak sadar : parenteral atau rectal penderita berobat jalan : per oral penderita kooperatif atau tidak

jadi dalam kasus ini menggunakan obat kumur soalnya dalam kasus ini ulser multiple menyebar bukal fold hingga orofaring. Kalau menggunakan salep atau crem kurang efisien dan dalam kasus ini penderita dewasa sehingga dengan mudah menggunakan obat kumur.

2.7 Resep

Drg. RemitaJln. Arief Rahman Hakim no. 40Surabaya

Surabaya, 9 Januari 2014R/ChlorhexidineGlucuronat 0,2% garg. No. I

S 2 d.d. I collut. or.------------------------------------------------------------------------------ signaturePasien:Bpk. JimmyUsia:21 tahunAlamat:Jln. Kertajaya timur no. 31

Drg. RemitaJln. Arief Rahman Hakim no. 40Surabaya

Surabaya, 9 Januari 2014R/Hyaluronic Acid 0,2% ung.

S u.e.------------------------------------------------------------------------------ signaturePasien:Bpk. JimmyUsia:21 tahunAlamat:Jln. Kertajaya timur no. 31

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

SAR merupakan lesi yang terdapat dalam rongga mulut yang dalam kasus pemicu kali ini disebabkan ole stress, sehingga muncul SAR. Pada pasien ini, gambaran klinis yang diperoleh adalah ulser multiple dengan diameter sekitar 1-2 mm menyebar bukal fold sampai ke orofaring.

Pada pasien di diagnosis herpertiformis, yang mirip gingival stomatitis herpetit primer yang disebabkan oleh stress, maka dari itu diberikan terapi menggunakan obat chlorhexidine dan asam hialuronat karena memiliki spectrum yang lebih luas dan dengan bentuk sediaan obat kumur, karena lebih efektif untuk ulser multiple di bandingkan dalam sediaan topikal.

DAFTAR PUSTAKA

A. DAFTAR PUSTAKA1. Bruce AJ dan Rogers RS, 2003. Acute Oral Ulcers. Dermatologic Clinics, 21: 1-15. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12622264. Accesed June 14, 20122. Greenberg MS, 2008. Ulcerative, Vesicular, and Bulous Lesion in Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 11th Ed. New York : BC Decker Inc. p 57; 63-653. Scully C dan Felix DH, 2005. Oral Medicine- Update for The Dentgal Practioner Aphthous and Other Common Ulcers. British Dental Journal, 199(5): 259-264. Available from http://www.nature.com/bdj/journal/v199/n5/full/4812649a.html. Accessed June 28, 20124. Heerden VWFP dan Boy SC, 2007. Diagnosis and Management of Common Non-viral Oral Ulcerations. SA Fam Pract, 2007, 49(8): 20-26. Available from http://www.ajol.info/index.php/safp/article/viewFile/13395/15710... Accessed June 30, 20125. Kilic SS, 2004. Recurrent aphthous stomatitis. Recent Advances in Pediatrics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi,pp 63-75 available at http://immunoloji.uludag.edu.tr/notlar_seminerler/aphthous_eng_w.htm, accessed January 20106. Nisa R, 2011. Stomatitis Aftosa Rekuren (Sar) Yang Dipicu Oleh Stres Pada Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi, chapter II. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Available from url : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27287. Accessed December 29th 20137. Samaranayake L, 2006. Essential Microbiologi for Dentistry, 3rd ed. Edinburgh : Churchil Livingstone Elsevier, pp 255-259Page | 1