002 Kimia Kuantum Modul 2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    1/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  1

    MODUL 2:

    LANDASAN KIMIA KUANTUMKimia kuantum merupakan cabang ilmu kimia dengan fokus utama membahas penerapan

    mekanika kuantum pada model fisik dan percobaan dari sistem kimia. Kimia kuantum juga sering

    disebut sebagai mekanika kuantum molekular.

    Perkembangan kimia kuantum bergantung pada prinsip dasar mekanika kuantum dan penerapannya

    pada ilmu kimia. Dalam rangka mempelajari prinsip dasar mekanika kuantum tersebut, maka dalam

    modul ini dibahas postulat yang mendasari perkembangan mekanika kuantum.

    2.1. Fungsi gelombang

    Postulat pertama mekanika kuantum menyatakan bahwa keadaan sistem secara lengkap

    ditentukan dengan fungsi gelombang  yang bergantung pada koordinat partikel dan waktu, = ,   (2.1)

    Fungsi  (huruf besar psi) merupakan fungsi matematika yang disebut fungsi keadaan (state function)atau fungsi gelombang (wave function). Fungsi tersebut merupakan fungsi dari koordinat partikel  dan waktu

    .

    Fungsi gelombang memberikan informasi lengkap bagi sistem partikel, termasuk sistem yang tersusun

    atas lebih dari satu partikel. Sebagai contoh sistem satu partikel dalam tiga dimensi ditulis dengan

    notasi = , = , ,,  dengan = , ,  merupakan koordinat partikel, sistem duapartikel ditulis sebagai = , , = . . . . . .   dengan = . .  merupakan koordinat dari partikel 1 dan = . .  merupakan koordinat dari partikel 2, danseterusnya.

    Fungsi gelombang   tidak memiliki arti fisik, namun fungsi gelombang tersebut memuat semuainformasi yang dapat diukur tentang partikel. Max Born pada tahun 1926 memberikan interpretasi

    bagi fungsi gelombang

    . Born menjelaskan bahwa fungsi gelombang

      mengandung seluruh

    informasi dinamik dari sistem dan kuadrat fungsi gelombang tersebut pada suatu lokasi menentukan

    kebolehjadian atau probabilitas menemukan partikel dalam lokasi tersebut,

    = ||dτ  (2.2)Penjelasan Born sebenarnya merupakan interpretasi bagi fungsi gelombang satu dimensi. Namun

    sebagai generalisasi, interpretasi kuadrat fungsi gelombang dari Born pada persamaan (2,2) telah

    diperluas pada penerapan dalam ruang tiga dimensi. Pada persamaan tersebut,   merupakankebolehjadian menemukan partikel, d=ddd  merupakan elemen volume dari ruang tigadimensi, || merupakan nilai mutlak dari .Fungsi gelombang  merupakan kuantitas kompleks, sedangkan sistem merujuk pada partikel nyata.Dengan demikian kuadrat fungsi gelombang ||  yang menunjukkan rapat kebolehjadian

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    2/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  2

    menemukan partikel secara nyata, harus melibatkan konjugat kompleks ∗ dari fungsi gelombang.Kebolehjadian menemukan partikel pada persamaan (2.2) lalu dapat diekspresikan dengan

    melibatkan fungsi gelombang partikel dan konjugat kompleksnya,

    = ∗dτ  (2.3)Sebagai contoh, fungsi gelombang yang merupakan kuantitas komplek didefinisikan dalam bentuk

    = + i , dengan f  dan g merupakan fungsi-fungsi nyata sedangkan i = √ 1 merupakan bilanganimaginer. Konjugat kompleksnya menjadi ∗ = i . Untuk mendapatkan konjugat kompleksnya,bentuk i  dalam fungsi gelombang harus diganti dengan – i. Berdasarkan hal ini maka rapatkebolehjadian menjadi nyata karena merujuk pada keberadaan partikel secara nyata, tidak negatif dan

    tidak melibatkan keadaan imaginer, ∗ = + .Tidak semua fungsi gelombang dapat dipakai sebagai identitas keadaan sistem dalam mekanika

    kuantum. Fungsi gelombang yang dipakai mewakili sistem partikel harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

    (1) fungsi gelombang harus bernilai tunggal, (2) fungsi gelombang harus kontinu, dan (3) fungsi

    gelombang harus kuadratik integrabel atau memiliki bentuk kuadrat yang dapat diintegrasimenghasilkan nilai tunggal tertentu.

    Fungsi gelombang yang memenuhi syarat pertama harus merupakan fungsi gelombang yang memiliki

    satu dan hanya satu nilai pada setiap titik dalam ruang. Fungsi gelombang yang memiliki lebih dari

    satu nilai pada setiap titik dalam ruang tidak memenuhi syarat untuk mewakili sistem partikel. Sebagai

    contoh suatu fungsi dalam arah x,  , yang ditunjukkan pada gambar 2.1. tidak memenuhipersyaratan untuk mewakili sistem partikel dalam satu dimensi. Fungsi tersebut tidak bernilai tunggal

    karena memiliki lebih dari satu nilai pada beberapa titik dalam koordinat x.

    Gambar 2.1. Suatu fungsi multinilai yang tak memenuhi fungsi gelombang sistem

    Syarat kedua mengharuskan fungsi gelombang kontinu, tidak terputus-putus. Nilainya tidak boleh

    membuat lompatan sehingga tidak bersambung atau diskontinu antara satu titik dengan titik yang

    lain. Sebagai contoh fungsi gelombang diskontinu pada gambar 2.2. tidak dapat mewakili sistem dalam

    mekanika kuantum karena memiliki lompatan nilai dari satu titik ke titik yang lain.

    Gambar 2.2. Suatu fungsi diskontinu yang tak memenuhi fungsi gelombang sistem

    x

    y   

    y

    x  

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    3/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  3

    Syarat ketiga menunjukkan bahwa fungsi gelombang yang tidak kuadratik integrabel atas seluruh

    bagian ruang tidak dapat dipakai merepresentasikan sistem dalam mekanika kuantum. Sebagai contoh

    fungsi yang dinyatakan sebagai   =   pada gambar 2.3. merupakan fungsi yang tidak kuadratikintegrabel. Hasil integrasi fungsi kuadratnya dalam selang ∞ sampai +∞ menghasilkan nilai tidakhingga, ∫ 4d = ∞ − ∞ = ∞.

    Gambar 2.3. Suatu fungsi tidak kuadratik integrabel yang tak memenuhi fungsi gelombang sistem

    Fungsi gelombang yang memenuhi ketiga syarat di atas disebut sebagai fungsi gelombang yang

    berperilaku baik atau well behaved .

    Fungsi gelombang partikel boleh jadi berada pada rentang lokasi ∞  sampai ∞. Kebolehjadiantotalnya merupakan jumlah seluruh kebolehjadian-kebolehjadian dalam rentang lokasi dari ∞ sampai ∞. Kebolehjadian total tersebut diekspresikan sebagai integral dari sejumlah kuadrat fungsigelombang atas keseluruhan bagian ruang. Menurut syarat ketiga dari fungsi gelombang di atas,

    kebolehjadian total harus dapat menunjukkan kepastian bernilai tunggal,

    ∫ ∗ d τ = 1

    −  (2.4)

    Sebagai contoh atom hidrogen memiliki satu elektron, maka kebolehjadian total harus memberi

    kepastian hanya menemukan satu elektron dalam total ruang atom hidrogen. Fungsi gelombang yang

    memenuhi hal ini disebut ternormalisasi.

    Fungsi gelombang yang tidak memenuhi persamaan (2.4) merupakan fungsi gelombang yang belum

    ternormalisasi. Sebagai contoh fungsi gelombang yang belum ternormalisasi yang memiliki kuadratik

    integrabel bernilai ,∫ ∗ d τ = −   (2.5)

    Syarat ketiga memungkinkan fungsi gelombang dapat dinormalisasi dengan cara mengalikannyadengan suatu konstanta yang mampu menormalisasikannya. Dalam kasus persamaan (2.5) konstanta

    yang dimaksudkan adalah 1 ⁄ . Fungsi gelombang hasil kali tersebut menjadi fungsi gelombangternormalisasi

     karena dapat memenuhi persamaan (2.4),

    ∫ ∗ d τ = 1−   (2.6)

    Contoh soal:

    Tentukanlah bentuk gelombang ternormalisasi bila kebolehjadian menemukan elektron dalam ruangsuatu atom sama dengan dua.

    x

    y

      

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    4/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  4

    Diketahui:

    ∫ ∗ d τ = 2−  Jawab:

    Fungsi gelombang ternormalisasi menjadi:

    √   Sehingga memenuhi keadaan ternormalisasi

    ∫ ∗ d τ = 1−  

    Hal lain yang perlu diperhatikan dari suatu fungsi gelombang berhubungan dengan fungsi gelombang

    ternormalisasi adalah fungsi gelombang bersifat ortogonal yang harus memenuhi syarat ortogonalitas,

    ∫ ∗ d τ = 0

    −   (2.7)bagi ≠ . Fungsi gelombang yang memenuhi syarat yang ditunjukkan persamaan (2.4) danpersamaan (2.7) disebut dengan fungsi gelombang ortonormal yang memenuhi syarat normalitas dan

    ortonornalitas,

    ∫ ∗ d τ = −   (2.8)dengan  disebut delta Kronikle yang memiliki nilai = 1 untuk =  karena memenuhisyarat normalitas pada persamaan (2.4) dan = 0  untuk ≠   karena memenuhi syaratortogonalitas pada persamaan (2.7).

    2.2. 

    Operator

    Postulat kedua mekanika kuantum menyatakan bahwa untuk suatu variabel dinamika atau 

    observable (yang dapat diamati) selalu berkaitan dengan suatu operator Hermite.

    Postulat kedua ini menunjukkan bahwa setiap variabel dinamika yang diamati pasti memiliki padanan

    operator Hermite dalam mekanika kuantum. Operator Hermite digunakan untuk menghasilkan

    informasi tentang variabel dinamika seperti energi, momentum, kecepatan, posisi dan lain-lain.

    Yang dimaksud dengan operator adalah sesuatu yang bekerja pada suatu keadaan untuk

    menghasilkan keadaan yang lain. Operator mengubah suatu fungsi menjadi fungsi yang lain. Suatu

    operator ditulis dengan huruf kapital yang diberi topi. Sebagai contoh  merupakan operator .Operator hermite disyaratkan dalam mekanika kuantum karena harus menghasilkan nilai nyata. Sifat

    fisik seperti energi, posisi, momentum dan lain-lain sebagai hasil kerja operator dalam pengukuran

    memiliki nilai nyata.

    Beberapa operator Hermite yang umum dipakai dalam mekanika kuantum dapat dilihat pada tabel

    sebagai berikut.

    Tabel 2.1. Observable atau variabel dinamik dan operator Hermite yang terkait.

    Observable  Simbol

    operator

    Operasi kerja dari operator

    Nama simbol

    Posisi   ̂   dikalikan dengan  

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    5/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  5

    Momentum     ℏ( +

    +

    ) Energi kinetik     ℏ2

    +

    +

     

    Energi potensial     dikalikan dengan  Energi total

     

     

    +

    +

    +

      

    Momentum sudut     ℏ( )     ℏ(

    )     ℏ(

    Catatan untuk operator energi kinetik dalam mekanika kuantum, operator tersebut juga sering ditulis

    dengan menggunakan notasi yang lain, = ℏ ∇, dengan ∇=

    +

    +

    .Operator posisi ̂   dan operator momentum  dalam mekanika kuantum disebut sebagai operatorfundamental. Operator-operator yang lain seperti operator energi kinetik, operator energi total,operator momentum sudut dan lain-lain dapat diturunkan dari kedua operator ini.

    Contoh soal:

    Tentukan bentuk operator energi kinetik dari partikel yang bergerak pada arah  dalam mekanikakuantum 

    Rasional:

    Energi kinetik: = v =

    =  Diketahui:

    =   =ℏ  

    Jawab:

    = (ℏ ) = ℏ

     

    2.3. Nilai Eigen

    Postulat ketiga dalam mekanika kuantum menyatakan bahwa setiap pengukuran variabel dinamik

    yang dapat diamati (observable) selalu berkaitan dengan operator , nilai yang diamati merupakannilai eigen atau eigen value  yang memenuhi persamaan nilai eigen,

      =   (2.9)Postulat ketiga ini merupakan titik pusat dari mekanika kuantum.

    Nilai eigen dalam mekanika kuantum haruslah nyata, tidak boleh mengandung i = √ 1, karenadihasilkan sebagai hasil kerja operator Hermite. Nilai-nilai variabel dinamis yang dihasilkan dapat

    terkuantisasi, walaupun masih mungkin menghasilkan nilai eigen yang kontinu yaitu pada kasuspartikel bebas.

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    6/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  6

    Bila sistem merupakan keadaan eigen atau eigenstate dari operator    dengan nilai eigen , makasetiap pengukuran besaran    pasti menghasilkan . Fungsi eigen tersebut dapat selalu dipilihsedemikian rupa sehingga disamping ternormalisasi juga orthogonal, atau dengan kata lain fungsi

    eigen harus ortonormal. Keadaan ini sangat berguna karena dapat menyederhanakan perhitungan

    secara matematis.

    Contoh soal:

    Tentukan energi kinetik dari sistem satu partikel yang bergerak bebas dalam satu dimensi arah  dimana sistem partikel tersebut direpresentasikan dengan fungsi gelombang =   dan = ℏ  dan energi total dari partikel tersebut dalam bergerak pada arah  sama dengan 9 × 1 0− Joule. 

    Diketahui:

    Operator energi kinetik satu dimensi: = ℏ

     

    =  Jawab:

    = ℏ

    = ℏ

    − = ℏ

       = ℏ = ℏ

    ℏ = = 9 × 1 0−J.

    Energi kinetik partikel bebas arah  sama dengan energi total partikel arah  Hal penting yang perlu difahami dari postulat ketiga adalah bahwa setelah pengukuran   dapatmenghasilkan beberapa nilai

    . Fungsi gelombang

     terurai menjadi beberapa keadaan eigen

     yang

    berkaitan. Pada kasus   terdegenerasi maka   merupakan proyeksi dari   pada bagian ruangterdegenerasi. Dengan demikian pengukuran mempengaruhi keadaan sistem. Fakta ini digunakandalam memperluas uji eksperimental dari mekanika kuantum.

    2.4. Nilai ekspektasi

    Postulat keempat mekanika kuantum menyatakan bahwa jika sistem berada dalam keadaan yang

    digambarkan dengan suatu fungsi gelombang ternormalisasi  maka nilai rata-rata dari variabelyang dapat diamati yang berkaitan dengan  ditentukan melalui 

    〈〉 = ∫ ∗ −   (2.10)Karena kuantitas yang diukur berkaitan dengan ketidak pastian, maka melalui postulat ini dapat

    diinterpretasikan bahwa nilai rata-rata efektif 〈〉  dari pengukuran kuantitas    yang diharapkanmuncul dari sejumlah pengukuran. Hal itu menyebabkan nilai rata-rata efektif 〈〉 disebut sebagai nilaiekspektasi atau nilai harapan yang dihasilkan dari pengukuran. Sebagai contoh nilai ekspektasi radius

    elektron dalam keadaan dasar dari atom hidrogen sama dengan nilai rata-rata efektif 〈〉  yangdiharapkan muncul dari sejumlah besar pengukuran radius tersebut pada atom hidrogen.

    Persamaan (2.10) memiliki bentuk yang berbeda bila fungsi gelombang yang digunakan dalam

    pengukuran bukan fungsi gelombang yang ternormalisasi,

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    7/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  7

    〈〉 = ∫ ∗∫ ∗   (2.11)Formulasi ini menunjukkan bahwa fungsi gelombang yang belum ternormalisasi harus dinormalisasi

    terlebih dulu dengan cara yang ditunjukkan dengan persamaan (2.4).

    Contoh soal:

    Partikel bermassa 1,6×10−kg  yang bergerak dengan energi 3,2×10−J  satu dimensi arah  ditentukan dengan fungsi gelombang =   dengan =  ℏ . Tentukan hasil pengukuranterhadap momentum dari partikel yang bergerak bebas dalam satu dimensi arah  tersebut.Diketahui:

    Operator momentum satu dimensi: =ℏ  dengan  vektor satuan arah   =  

    Jawab:

    Nilai ekspektasi momentum pada arah  〈〉 = ∫ ∗

    ∫ ∗  

    =∫ − ℏ dx−

    ∫ ∗dx−  

    =ℏ[]

    ∫ ∗dx−∫ ∗dx−

     

    =ℏk =  2 =  2 × 1 , 6 × 1 0−k g × 3 , 2 × 1 0−J = 3,2 × 10−kg.m.s− =  

    Jadi = 3 , 2 × 1 0−kg.m.s− 2.5. Persamaan Schrödinger

    Mekanika kuantum berkembang pesat setelah penemuan sifat dualitas gelombang-partikel yangditegaskan melalui hipotesis de Broglie dan pembatasannya dalam menjelaskan sistem mikroskopis

    yang diatur dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg. Werner Heisenberg pada tahun 1925

    menjelaskan mekanika ini secara matriks yang kemudian dikenal sebagai mekanika matriks. Dengan

    cara berbeda, Erwin Schrödinger pada tahun 1926 menjelaskan mekanika kuantum dengan cara

    meneruskan ide gelombang dari de Broglie yang kemudian lebih dikenal sebagai mekanika gelombang.

    Kedua mekanika tersebut, yaitu mekanika matriks dan mekanika gelombang, memberikan hasil yang

    ekivalen dan menjadi kajian utama dalam mekanika kuantum.

    Penjelasan Erwin Schrödinger tentang mekanika kuantum yang kemudian disebut persaman

    Schrödinger merupakan sesuatu yang baru. Persamaan tersebut lebih bersifat sebagai fostulat karena

    kebenarannya tidak dapat diturunkan dari penjelasan fisika yang ada pada saat itu. Persamaan

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    8/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  8

    Schrödinger tersebut melibatkan sistem yang bergantung pada waktu dan sistem yang tidak

    bergantung waktu.

    2.5.1. Persamaan Schrödinger bergantung waktu

    Postulat kelima mekanika kuantum menyatakan bahwa fungsi gelombang atau fungsi keadaan

    suatu sistem yang bergerak terhadap waktu ditentukan dengan persamaan Schrödinger yang

    bergantung waktu,

    ℏ , = ,   (2.12)Notasi  pada postulat kelima ini merupakan operator Hamilton, suatu operator yang berhubungandengan variabel dinamika energi total dari partikel seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1. Dengan

    menerapkan bentuk-bentuk operator energi tersebut, persamaan Schrödinger bergantung waktu

    dapat ditulis dengan notasi yang lebih panjang,

    ℏ , = ℏ , + , + , + ,   (2.13)atau

    ℏ , = ℏ

    ∇, + ,   (2.14)Persamaan Schrödinger bergantung waktu berlaku bagi partikel yang bergerak bebas tanpa potensial

    = 0, partikel bebas yang bergerak dengan potensial tetap =konstan, sampai partikel yangmengalami gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu. Persamaan Schrödinger ini

    secara nyata telah menghasilkan ramalan yang sangat tepat mengenai hasil-hasil eksperimen.

    Walaupun demikian, persamaan Schrödinger tidak dapat diturunkan secara ketat dari prinsip fisikayang ada.

    Persamaan yang diajukan oleh Erwin Schrödinger pada tahun 1926 ini merupakan sesuatu yang baru

    yang tidak dapat diturunkan dengan metode elementer. Persamaan ini dianggap sebagai satu postulat

    dalam mekanika kuantum. Nilai kebenaran persamaan Schrödinger secara wajar diperoleh tanpa

    melalui penurunan rumus, melainkan atas dasar hasil-hasil yang diturunkan dari persamaan

    Schrödinger itu sendiri.

    Persamaan Schrödinger sebagai postulat kelima ini merupakan persamaan pokok dalam mekanika

    kuantum. Persamaan Schrödinger bergantung waktu merupakan hukum dinamika dalam mekanika

    gelombang yang menjadi cabang dari mekanika kuantum.

    Persamaan Schrödinger bergantung waktu mengandung turunan awal persamaan gelombang dari

    gerak partikel yang bergantung pada waktu. Hal ini memungkinkan untuk menentukan keadaan fungsi

    gelombang partikel pada waktu  tertentu jika diketahui fungsi gelombang partikel pada saat awal .Evolusi waktu atau kebergantungan waktu dari suatu keadaan dihasilkan dengan menyelesaikan

    persamaan Schrödinger tersebut. Sebagai contoh dapat ditentukan fungsi gelombang dari partikel

    bebas yang tanpa energi potensial membatasi geraknya atau = 0  sebagai penyelesaianpersamaan Schrödinger bergantung waktu,

    , = A∙−

      (2.15)

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    9/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  9

    Notasi A menandai amplitude,  vektor gelombang,  frekuensi anguler, dan perkalian skalar duabuah vektor menghasilkan bentuk skalar = ∙ . Penyelesaian persamaan Schrödinger ini diperoleh melalui anggapan bahwa fungsi gelombang ,  merupakan hasil kali dari bagian fungsi gelombang yang hanya bergantung ruang  yang ditulisdengan psi dalam hurup kecil dan bagian fungsi gelombang yang hanya bergantung pada waktu ,, =    (2.16)Berdasarkan hal ini persamaan Schrödinger (2.12) dapat dipisahkan menjadi bagian yang hanya

    bergantung pada waktu dan bagian yang hanya bergantung pada posisi,

    f  =   (2.17)

    Operasi kerja dari operator Hamilton  yang tidak bergantung waktu pada fungsi gelombang yanghanya bergantung pada posisi menghasilkan energi total  dari partikel pada posisi tersebut. Karenabagian kanan persamaan (2.17) menghasilkan energi total dari partikel maka bagian kirinya juga

    menghasilkan hal yang sama,

    f  = =   (2.18)

    Penyelesaian bagian persamaan ini yang hanya bergantung waktu lalu menjadi setara dengan − ℏ⁄  dan penyelesaian bagian yang hanya bergantung posisi setara dengan . Substitusi hasil-hasil inipada persamaan (2.16) dan penyetaraan hasilnya dengan persamaan (2.15) menyebabkan diperoleh

    nilai dari momentum anguler, yaitu = ℏ⁄  yang sebanding dengan = ℎ⁄ . Kesebandingan inimenunjukkan hubungan antara energi dengan frekuensi seperti yang dipakai Planck, Einstein, dan

    Bohr yang dihasilkan dari penyelesaian persamaan Schrödinger bergantung waktu.

    Kebergantungan waktu osilasi dari amplitude kebolehjadian tidak mempengaruhi rapat kebolehjadian

    atau sifat variabel dinamika yang teramati karena dalam perhitungan besaran-besaran ini, bagian

    imaginer hilang melalui perkalian dengan kompleks konjugasinya seperti ditunjukkan pada persamaan

    (2.4).

    2.5.2. Persamaan Schrödinger tidak bergantung waktu

    Persamaan Schrodinger dapat diturunkan untuk menghasilkan persamaan (2.17) dengan

    menggunakan prinsip pemisahan variabel. Bagian kiri persamaan tersebut merupakan bagian yang

    hanya bergantung waktu dan bagian kanan hanya bergantung posisi.

    Bagian kanan persamaan (2.17) yang tidak bergantung waktu dapat digunakan untuk memrediksikan

    bahwa fungsi gelombang dapat membentuk keadaan stasioner. Keadaan yang juga disebut sebagai

    orbital, seperti orbital dalam atom maupun orbital dalam molekul. Keadaan stasioner ini sangat

    penting dalam mekanika kuantum. Keadaan stasioner dapat digunakan untuk lebih memudahkan

    dalam menyelesaikan persamaan Schrodinger bergantung waktu pada setiap keadaan.

    Orbital sebagai keadaan stasioner yang berada dalam atom maupun dalam molekul adalah tetap

    dalam waktu. Hal ini terjadi karena gaya-gaya yang bekerja dalam sistem atom atau sistem molekul

    yang terisolasi hanya bergantung pada posisi atau koordinat partikel.

    Operator Hamilton yang bekerja pada sistem atom atau sistem molekul yang terisolasi tidak

    bergantung pada waktu. Seperti telah dijelaskan di atas, ini menyebabkan bagian yang tidak

    bergantung waktu dari persamaan (2.17) menghasilkan energi total partikel  sebagai nilai eigen dari

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    10/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  10

    operasi kerja operator Hamilton yang tidak bergantung waktu pada fungsi gelombang partikel yang

    hanya bergantung pada posisi,

    =   (2.19)atau

    ℏ ∇ + = E  (2.20)yang ditulis dengan menerapkan definisi operator Hamilton yang ditunjukkan pada tabel 2.1.

    Persamaan (2.19) atau persamaan (2.20) disebut sebagai persamaan Schrödinger yang tidak

    bergantung waktu. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa bila operator Hamilton  bekerja padafungsi gelombang  dengan hasil yang sebanding dengan fungsi gelombang  yang sama maka  merupakan suatu keadaan stasioner dan tetapan kesebandingan   merupakan energi darikeadaan stasioner  tersebut.Penyelesaian Persamaan Schrödinger yang tidak bergantung waktu (2.19) atau (2.20) merupakanfungsi gelombang yang tidak bergantung waktu dan hanya merupakan fungsi posisi atau koordinat

    partikel,

    =   (2.21)Keadaan yang menghasilkan  sebagai fungsi gelombang yang hanya bergantung posisi atau koordinatpartikel disebut keadaan stasioner. Pada keadaan ini rapat kebolehjadian dan rapat energi bersifat

    konstan terhadap waktu. Keadaan stasioner menunjukkan tempat keberadaan partikel dalam sistem

    terisolasi dalam atom maupun dalam molekul.

    Contoh soal:

    Tentukan fungsi gelombang dari partikel yang bergerak bebas dalam satu dimensi arah   sebagaipenyelesaian persamaan Schrödinger yang tidak bergantung waktu.

    Diketahui:

    = ℏ

    +   = 0 untuk partikel bebas

    Jawab:

    =   ℏ2

    =  

    =

    2ℏ  

    Dengan mendefinisikan =   dan = ℏ  diperoleh + = 0 

    Karena

    ≠ 0, maka ini terpenuhi bagi

    + = 0 atau + = 0 

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    11/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  11

    Dengan demikian

    + = 0 menghasilkan ~−  = 0 menghasilkan ~ Fungsi gelombang sebagai penyelesaian persamaan Schrödinger menjadi

    = + −  dengan  dan  merupakan tetapan.

    2.6. Permutasi simetri dari fungsi gelombang

    Postulat keenam mekanika kuantum menyatakan bahwa semua fungsi gelombang harus

    antismetrik terhadap pertukaran semua koordinat dari satu permion dengan yang lainnya. Spin

    elektronik harus dimasukkan dalam himpunan koordinat tersebut.

    Dalam pemahaman terhadap postulat keenam ini, perlu diketahui bahwa ada dua jenis partikel yang

    dikelompokkan dengan bilangan kuantum spin. Partikel-partikel dengan bilangan kuantum spin bulat

    seperti 0, 1, 2, 3 dan seterusnya disebut boson, contohnya inti atom helium dan foton. Sedangkan

    partikel-partikel dengan bilangan kuantum spin setengah bulat seperti 1 2⁄ , 3 2⁄ , 5 2⁄  dan seterusnyadisebut fermion, contohnya elektron dan proton.

    Kelompok partikel fermion dan kelompok partikel boson mengikuti aturan yang berbeda dan memiliki

    peran yang berbeda pula. Kunci perbedaan kedua kelompok partikel tersebut adalah pada prinsip

    eksklusi Pauli yang diikuti secara ketat oleh kelompok partikel fermion, yaitu: tidak dapat dua fermion

    yang identik secara simultan memiliki semua bilangan kuantum yang sama. Sedangkan kelompok

    partikel boson tidak mengikuti prinsip eksklusi Pauli, tetapi mengikuti aturan statistik Bose-Einsteindan tidak mempunyai batasan. Partikel boson dengan partikel boson yang lain dapat berada bersama

    pada keadaan yang identik.

    Fungsi gelombang, seperti telah dijelaskan pada postulat pertama, selain dapat memberikan informasi

    bagi sistem satu partikel juga dapat memberikan informasi untuk sistem yang tersusun lebih dari satu

    partikel,

    = , , … , N,   (2.22)Notasi  menandai posisi partikel ke-  dalam ruang tiga dimensi. Fungsi gelombang dalam persamaanini merupakan fungsi kompleks dengan variabel

    3 + 1.

    Dalam mekanika kuantum, ada perbedaan mendasar di antara partikel-partikel identik dengan

    partikel-partikel yang dapat dibedakan. Sebagai contoh dua elektron merupakan partikel identik yang

    secara fundamental tidak dapat dibedakan.

    Partikel-partikel yang dapat dibedakan tidak mempunyai sejumlah bilangan kuantum yang sama

    sehingga tidak ada syarat fungsi gelombang harus simetrik atau anti simetrik terhadap pertukaran

    koordinat. Namun untuk partikel-partikel identik, agar diketahui pertukaran posisi antara partikel satu

    dengan yang lain, maka fungsi gelombang harus simetrik atau antisimetrik terhadap pertukaran

    koordinat,

    … , , … , b, … = ±… , , … , , …   (2.23)

  • 8/18/2019 002 Kimia Kuantum Modul 2

    12/12

     

    IGMA SANJAYA-KIMIA KUANTUM  12

    Tanda + digunakan bagi partikel-partikel yang semuanya boson, sedangkan tanda – dipakai untukpartikel-partikel yang semuanya fermion. Fungsi gelombang simetrik secara total dalam posisi-posisi

    boson, sedangkan antisimetrik secara total dalam posisi-posisi fermion. Fitur antisimetrik dari fermion

    mengikuti prinsip eksklusi Pauli.

    Fungsi gelombang total, berdasarkan persamaan (2,23), harus antisimetrik terhadap pertukaran darisemua koordinat, yaitu koordinat ruang spasial maupun koordinat spin, dari satu fermion dengan

    fermion-fermion yang lain. Sedangkan boson pasti simetrik pada operasi semacam itu.

    Permutasi simetri dari fungsi gelombang akan dibahas lebih lanjut pada perkuliahan tentang spin

    elekron.

    Ringkasan

    Perkembangan kimia kuantum bergantung pada prinsip mekanika kuantum yang diterapkan

    pada ilmu kimia. Ada enam postulat dasar yang mendasari perkembangan prinsip mekanika kuantum,

    yaitu tentang: fungsi gelombang, operator, nilai eigen, nilai ekspektasi, persamaan Schrödinger, dan

    permutasi simetri. Fungsi gelombang merepresentasikan informasi secara lengkap tentang sistem

    partikel. Variabel dinamika yang dapat diobservasi dari sistem memiliki padanan operator Hermite

    dalam mekanika kuantum. Nilai yang dihasilkan dari operasi kerja operator Hermite pada suatu

    keadaan eigen dari sistem disebut sebagai nilai eigen. Pengukuran nilai suatu kuantitas yang memiliki

    variasi sangat besar terhadap fungsi eigen menghasilkan nilai rata-rata efektif yang disebut sebagai

    nilai ekspektasi. Fungsi gelombang pada setiap lokasi dihasilkan dari penyelesaian persamaan

    Schrödinger yang bergantung waktu. Fungsi gelombang stasioner yang menggambarkan sistem hanya

    bergantung pada posisi dapat dihasilkan dari penyelesaian persamaan Schrödinger yang tidak

    bergantung waktu. Fungsi gelombang sebagai penyelesaian persamaan Schrödinger disamping

    memberikan informasi lengkap untuk satu partikel, juga bagi sistem banyak partikel atau sistemdengan jumlah partikel lebih dari satu. Bagi sistem dengan partikel-partikel yang identik maka fungsi

    gelombang totalnya harus antisimetrik terhadap pertukaran dari semua koordinat dari satu fermion

    dengan fermion-fermion yang lain.

    Soal-soal

    1. 

    Analisis apakah fungsi gelombang cosinus merupakan fungsi gelombang yang well behaved .

    2.  Buatlah fungsi gelombang ternormalisasi yang jumlah total kebolehjadiannya bernilai 27 3.  Analisis mengapa perhitungan secara matematis dalam mekanika kuantum dapat

    dimudahkan dengan penggunaan fungsi gelombang yang bersifat ortonormal4.

     

    Turunkan operator momentum sudut partikel dari operator fundamental posisi dan

    momentum.

    5.  Bila fungsi gelombang dinyatakan sebagai , = −  tentukan nilai ekspektasi daripengukuran energi kinetik.

    6. 

    Tentukan fungsi gelombang dari partikel yang bergerak dalam ruang waktu sebagai

    penyelesaian persamaan Schrodinger bergantung waktu.