REFRAT EMPIEMA

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    1/21

    REFRAT

    EMPIEMA

    Oleh:

    Gia Noor Pratami G99122052

    Gloria K. Evasari G99122053

    M. David Perdana P. G99122069

    Raden Arthezwara S. G99122098

    Ratih Puspa Wardani G99122100

    Shankara Pillai G99122177

    Pembimbing: dr. Sulistyani K., M.Sc., Sp.Rad

    KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

    S U R A K A R T A

    2013

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    2/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Empiema ialah proses supurasi yang terjadi di rongga tubuh, dimana rongga

    tersebut secara anatomis sudah ada. Empiema yang terjadi di rongga pleura yang

    dikenal dengan nama empiema thorak.(1)

    Hippocrates telah mengenalnya sejak 2.400 tahun yang lampau dan dialah

    yang pertama kali melakukan torakosintesis dan drainase pada pleural empiema,

    kemudian oleh Graham dan kawan-kawannya dari suatu komisi empiema waktu

    perang dunia I diberikan cara-cara perawatan dan pengobatan (pengelolaan)

    empiema yang dianut sampai sekarang, walaupun cara pengelolaan empiema di

    berbagai rumah sakit beraneka ragam, namun tindakan standar masih tetap

    dipertahankan. Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh trauma pada dada

    (sekitar 1-5% kasus mendorong ke arah empiema) dan pecahnya abses dari paru ke

    dalam rongga pleura. Empiema mempunyai tingkat kematian yang cukup tinggi,

    biasanya akibat dari kegagalan bernapas dan sepsis. Dengan ditemukannya

    antibiotika yang ampuh, maka angka prevalensi dan mortalitas empiema mula-

    mula menurun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir oleh karena perubahan jenis

    kuman penyebab dan resistensi terhadap antibiotik, morbiditas dan mortalitas

    empiema tampak naik lagi. (2,3)

    Empiema thoraks masih merupakan masalah penting, meskipun ada

    perbaikan teknik pembedahan dan penggunaan antibiotik baru yang lebih efektif.

    Empiema dapat terjadi sekunder akibat infeksi di tempat lain, untuk itu perlu

    dilakukan pengobatan yang adekuat terhadap semua penyakit yang dapat

    menimbulkan penyulit pada empiema.(3)

    2

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    3/21

    B. Tujuan

    Mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,

    diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis pada empiema.

    3

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    4/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang

    berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik

    terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead

    space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema adalah

    akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura)

    yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel-sel darah putih

    yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga

    berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus

    terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru

    sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya

    perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi

    kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian

    paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen(4)

    B. Etiologi

    Stafilokokus aureus merupakan bakteri penyebab empiema yang paling

    sering ditemukan dalam isolasi mikrobiologi, selebihnya adalah bakteri gram

    negatif. Sering ditemukannya bakteri gram negatif pada biakan terjadi diantaranya

    karena tingginya insidensi resisten karena pemberian antibiotik pada fase awal

    pneumonia. Pada penelitian yang dilakukan Yu Chen dkk pada pasien efusi pleura

    dengan empiema didapatkan Klebsiella Pneumoniae merupakan penyebab

    terbanyak(5). Penyebab terjadinya empiema sendiri terbagi menjadi:

    1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :

    4

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    5/21

    Pneumonia

    Abses paru

    Bronkiektasis

    TBC paru

    Aktinomikosis paru

    Fistel Bronko-Pleura

    2. Infeksi yang berasal dari luar paru :

    Trauma Thoraks

    Pembedahan thorak

    Torasentesi pada pleura

    Sufrenik abses

    Amoebic liver abses (6)

    C. Klasifikasi

    Empiema dibagi menjadi 3 fase yaitu:

    1. Stadium 1 disebut juga stadium eksudatif atau stadium akut, yang terjadi pada

    hari-hari pertama saat efusi. Inflamasi pleura menyebabkan peningkatan

    permeabilitas dan terjadi penimbunan cairan pleura namun masih sedikit.

    Cairan yang dihasilkan mengandung elemen seluler yang kebanyakan terdiri

    atas netrofil. Stadium ini terjadi selama 24-72 jam dan kemudian berkembang

    menjadi stadium fibropurulen. Cairan pleura mengalir bebas dan

    dikarakterisasi dengan jumlah darah putih yang rendah dan enzim laktat

    dehidrogenase (LDH) yang rendah serta glukosa dan pH yang normal,drainase yang dilakukan sedini mungkin dapat mempercepat perbaikan.

    2. Stadium 2 disebut juga dengan stadium fibropurulen atau stadium transisional

    yang dikarakterisasi dengan inflamasi pleura yang meluas dan bertambahnya

    kekentalan dan kekeruhan cairan. Cairan dapat berisi banyak leukosit

    5

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    6/21

    polimorfonuklear, bakteri, dan debris selular. Akumulasi protein dan fibrin

    disertai pembentukan membran fibrin, yang membentuk bagian atau lokulasi

    dalam ruang pleura. Saat stadium ini berlanjut, pH cairan pleura dan glukosa

    menjadi rendah sedangkan LDH meningkat. Stadium ini berakhir setelah 7-10

    hari dan sering membutuhkan penanganan yang lanjut seperti torakostomi dan

    pemasangan tube.

    3. Stadium 3 disebut juga stadium organisasi (kronik). Terjadi pembentukan

    kulit fibrinosa pada membran pleura, membentuk jaringan yang mencegah

    ekspansi pleura dan membentuk lokulasi intrapleura yang menghalangi

    jalannya tuba torakostomi untuk drainase. Kulit pleura yang kental terbentuk

    dari resorpsi cairan dan merupakan hasil dari proliferasi fibroblas. Parenkim

    paru menjadi terperangkap dan terjadi pembentukan fibrotoraks. Stadium ini

    biasanya terjadi selama 2 4 minggu setelah gejala awal.(4)

    D. Patofisiologi

    Akibat invasi basil piogenik ke pleura akan mengakibatkan timbulnyaradang akut yang diikuti pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel

    PMN yang mati akan meningkatkan kadar protein dimana mengakibatkan

    timbunan cairan kental dan keruh. Adanya endapan-endapan fibrin akan

    membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.

    Apabila nanah menembus bronkus, timbul fistel bronkus pleural. Sedangkan

    bila nanah menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut emphiema

    nesessitasis. Emphiema dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Emphiema

    akut dapat berlanjut ke kronis. Organisasi dimuli kira-kira setelah seminggu dan

    proses ini berjalan terus sampai terbentuknya kantong tertutup.(4)

    E. Manifestasi Klinis

    6

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    7/21

    Empiema dibagi menjadi dua stadium yaitu :

    a. Empiema Akut

    Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura.

    Pada permulaan, gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi

    dan nyeri pada dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya

    tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai

    beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger.

    Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura. Adanya

    fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan

    darah masif, serta kadang-kadang bisa timbul sufokasi (mati lemas).(1)

    Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya

    cairan adalah setelah keadaan pneumonianya membaik. Sebaliknya pada

    Streptococcus pneumonia, empiema timbul sewaktu masih akut. Pneumonia

    karena baksil gram negatif seperti E. coli atau Bakterioids sering kali

    menimbulkan empiema.(4)

    b. Empiema Kronis

    Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.

    Disebut kronis jika empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan.

    Penderita mengeluh badannya terasa lemas, kesehatan makin menurun, pucat,

    clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda cairan pleura. Bila

    terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.(5)

    F. Diagnostik

    7

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    8/21

    a. Anamnesis

    - Demam dan keluar keringat malam.

    - Nyeri pleura.

    - Dispnea.

    - Anoreksia dan penurunan berat badan.(1)

    b. Pemeriksaan Fisik

    - Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas.

    - Pada perkusi dada ditemukan suaraflatness.

    - Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.

    - Sisi yang sakit lebih cembung, tertinggal pada pernapasan

    - Mediastinum terdorong ke sisi yang sehat

    - Pada empiema yang kronis hemitoraks yang sakit mungkin sudah mengecil

    karena terbentuknya schwarte.(4)

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Radiologi:

    - Foto toraks(5)

    Pada pasien empiema, aliran bebas cairan pleura terkumpul di bagian

    tertentu dari cavum pleura dan mengaburkan sudut costophrenicus.

    Jumlah cairan pleura yang menyebabkan penumpulan sudut

    costophrenicus pada foto thorax lateral sekitar 75 ml. Pada foto thorax PA

    jumlah cairan yang menyebabkan penumpulan sudut costophrenicus

    sekitar 200 ml.

    Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral mempunyai

    arti penting untuk diagnosis empiema. Pasien yang difoto dengan posisi

    berdiri, cairan pleura bebas akan terakumulasi di bagian terendah

    hemitoraks dan sudut kostofrenikus. Foto toraks dengan diafragma

    normal tetapi tampak gambaran berkantong yang terlokalisir sebaiknya

    8

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    9/21

    juga diperiksa ultrasonografi (USG) toraks atau computed tomography

    scan (CT scan), terlebih bila terlihat gambaran efusi. Selanjutnya

    dilakukan torakosentesis, cairan yang didapat diperiksa warna, purulensi,

    viskositas, bau dan analisis cairan pleura. Cairan pleura berupa transudat

    tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut(7).

    Foto thorax PA laki-laki usia 50 tahun yang selama 2 minggu telah mendapatkan

    pengobatan pneumonia. Pasien mengeluh demam persisten dan nyeri dada. Gambaran

    opasitas patchy bilateral pada parenkim paru menunjukkan adanya pneumonia. Sudut

    costophrenicus kiri yang tumpul menunjukkan adanya efusi pleura kiri (7).

    9

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    10/21

    Foto thorax pasien empiema thorax tanpa abses paru(8)

    10

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    11/21

    Foto thorax pasien empiema dengan abses paru(8)

    - Computed tomography.

    CT scan digunakan untuk membedakan kelainan parenkim terhadap

    pleura, mengevaluasi kelainan parenkim, menentukan lokulasi,

    mengevaluasi permukaan pleura, dan membantu dalam penentuan terapi.

    Tidak semua penderita efusi parapneumonia dengan komplikasi

    memerlukan pemeriksaan CT toraks, tetapi berguna pada penderita efusi

    komplikasi dengan lokulasi untuk pertimbangan terapi, yang akan

    menurunkan morbiditas, mortalitas maupun lamanya rawat tinggal(4).

    Tergantung pada manajemen klinis yang diharapkan, pasien dapat

    menjalani pencitraan dengan atau tanpa bahan kontras intravena. Jika

    penyadapan efusi pleura klinis yang signifikan secara klinis

    diindikasikan, media kontras intravena tidak diperlukan untuk

    mengevaluasi keberadaan dan lokasi cairan pleura.

    Yang khas adalah empiema lenticular. Nonenhanced CT scan dapatmenunjukkan efusi pleura atipikal sepanjang mediastinum, pleura yang

    menebal, loculations dalam celah, septa, atau gelembung gas dalam

    rongga pleura.

    11

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    12/21

    CT Scan Thorax Pasien dengan Empiema(4)

    Chest x- ray menunjukkan

    adanya atelektasis pulmo, empiema masiv yang dikelilingi oleh kalsifisi dan masa

    pada bagian bawah dinding empiema, termasuk semua lapisan dinding dadaanterolateral. Chest x-ray menunjukkan ada bayangan masif pada bagian bawah

    kanan thorax sampai dinding dada. Masa berdiameter 3 cm.

    Kontras computed tomography aksial (CT) scan pada tingkat pembuluh darah paru

    inferior, pasien adalah seorang pria berusia 50-an yang memiliki riwayat 2 minggu

    pneumonia diobati secara parsial. Gambar menunjukkan cairan loculated dalam

    fisura utama kiri, pseudotumor a (panah). Gelembung gas hadir dalam koleksi

    tergantung dari cairan pleura (panah) (7).

    - Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI jarang digunakan untuk

    melihat gambaran efusi pleura (tingkat kepercayaan dalam diagnosis

    empiema moderat). MRI mungkin berguna untuk mengevaluasi

    penebalan membran pleura ketika pemberian kontras merupakan

    kontraindikasi.

    12

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    13/21

    - Ultrasonography (USG). USG merupakan pemeriksaan tambahan yang

    penting dalam mendefinisikan karakteristik efusi pleura dan dapat pula

    untuk mendeteksi efusi kecil. USG juga menyediakan informasi

    tentang viskositas cairan, adanya septa, dan sifat efusi. Diagnosis

    empiema tidak hanya berdasarkan USG (7).

    Tes kultur dan kepekaan dari drainase hasil aspirasi dari pleura.

    G. Komplikasi

    Fistel Bronko pleura

    Syok

    Sepsis

    Gagal jantung kongesti(4)

    H. Penatalaksanaan

    Prinsip pengobatan empiema adalah

    a. Pengosongan nanah

    Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek

    toksisnya.

    Closed drainage-tube toracostory water scaled drainage dengan indikasi:

    Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi.

    Nanah terus terbentuk setelah dua minggu.

    Terjadinya piopneumotoraks.

    13

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    14/21

    Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negatif sebesar 1020

    cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus diempuh cara lain

    seperti empiema kronis.

    b. Drainage terbuka (open drainage)

    Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga

    dengan reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis,

    hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat

    misalnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak adekuat

    sehingga harus mengganti atau membersihkan drain.(4)

    c. Antibiotik

    Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotik

    memegang peranan penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu

    diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus tepat. Pemilihan antibiotik

    didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah. Pengobatan

    selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotik dapat

    diberikan secara sistematik atau topikal. Biasanya diberikan penicilin.

    Pemilihan awal didasarkan pada CAP dan HAP ( laktam, penisilin,

    sefalosporin, kabapenem). Jika dicurigai bakteri anaerob: ditambah

    metronidazole atau clindamycin. Lama pemberian antibiotik : 2-4 minggu(6)

    d. Fibrinolitik Intraeura

    Diberikan pada empiema dengan pus yang kental dan atau empiema yang

    berkantong-kantong. Kontraindikasi : fistula bronkopleura, gangguankoagulan . Fibrinolitik intra pleura volume total 50-100ml. Jenis obat yang

    diberikan:

    - Streptokinase 200.000 250.000 IU 1-2x/hari

    14

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    15/21

    - Urokinase 50.000 100.000 IU 1 x 1 hari

    Saat pemberian WSD di klem 4 8 jam. Obat diberikan selama 3 hari

    berturut-turut(5)

    e. Penutupan Rongga Empiema

    Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena

    penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilakukan

    pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.

    o Dekortikasi

    Tindakan ini termasuk operasi besar dengan indikasi:

    - Drain tidak berjalan baik karena banyak kantng-kantung.

    - Letak empiema sukar dicapai oleh drain.

    - Empiema totalis yang mengalami organisasi padap pleura visceralis.

    o Torakoplasti

    Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau

    tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari

    tulang iga dipotong subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh

    kedalam rogga pleura karena tekanan atmosfer.(5)

    f. Pengobatan Kausal

    Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik

    pada amoeniasis, dan sebagainya.(6)

    g. Pengobatan tambahan

    15

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    16/21

    Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.

    Infeksi dikontrol dengan pemberian obat Antimikrobial, berdasarkan hasil uji

    sensitivitas kultur organism dari sputum. Pasien mungkin akan diberikan obat

    antibiotic selama bertahun-tahun dengan tipe antibiotic yang berbeda sesuai

    dengan perubahan dalam interval. Beberapa dokter sering kali memeberikan

    penyakit ISPA timbul. Pasien dianjurkan untuk diberikan vaksin ulangan

    influenza dan pneumonia.

    Postural drainage merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan medis

    untuk bronkhiektasis. Drainase yang memanfaatkan gaya gravitasi diharapkan

    akan mengurangi jumlah sekret dan tingkat infeksi (seringkali sputum

    mukopurulen harus diangkat dengan bronchospy). Pada area dada, lakukan

    perkusi untuk membantu menaikkan sekresi. Postural drainase dimulai pada

    jangka waktu pendek dan selanjutnya meningkat.

    Untuk meningkatkan pengenceran dan pengeluaran sputum, dapat

    diberikan aerosolized nebulizer dan dapat meningkatkan intake cairan.

    Facetent sangat ideal untuk memberikan kelembapan tambahan pada aerosol.

    Pasien harus dicegah untuk merokok, karena hal tersebut akan dapat merusak

    drainase bronchial akibat dari paralisis kerja siliari, meningkatkan sekresi

    bronchial, dan menyebabkan peradangan pada membrane mukosa sehingga

    mengakibatkan hyperplasia dari kelenjar mukus.

    Intervensi surgical, meskipun sering digunakan, diindikasikan untuk

    pasien dengan pengenceran dan pengeluaran sputum yang berlanjut dalam

    jumlah besar, serta pasien dengan pneumonia dan hemoptisis berulang karenatidak berobat secara teratur.(4)

    16

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    17/21

    17

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    18/21

    I. Prognosis

    Prognosis dipengaruhi oleh umur serta penyakit yang melatarbelakanginya.

    Angka kematian meningkat pada usia tua, penyakit asal yang berat, dan

    pengobatan yang terlambat. Faktor prognosis buruk pada empiema apabila:

    1. Didapatkan nanah di rongga pleura

    2. Pewarnaan Gram cairan pleura positif

    3. Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 40mg/dL

    4. Biakan cairan pleura positif

    5. pH cairan pleura < 7,0

    6. Kadar LDH cairan pleura > 3 kali nilai normal serum(4)

    18

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    19/21

    BAB III

    SIMPULAN

    1. Empiema adalah akumulasi pus pada cavum pleura yang dapat terjadi bilamana

    suatu paru terinfeksi.

    2. Pada pemeriksaan penunjang radiologi, foto polos thorak tetap merupakan studi

    pertama untuk mengevaluasi efusi atau empiema. Jika efusi hadir, pencitraan

    dekubitus bilateral diindikasikan untuk karakterisasi lebih lanjut. Pemeriksaan ini

    cukup informatif dan hemat biaya. Ultrasonografi dapat menunjukkan volume

    kecil cairan pleura dan dapat memberikan informasi tentang viskositas.

    Ultrasonografi juga dapat dengan cepat menunjukkan septa dalam koleksi cairan

    pleura. CT scan thorak memberikan informasi yang paling banyak. CT scan

    menggambarkan cairan, loculation, dan penebalan membran pleura.

    19

  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Nadel, Murray: Text Book of Respiratory Medicine third edition volume one,

    Philadelphia. 2000 , 985-1041.

    2. Palgunadimargono, Benjamin dkk : Pedoman Diagnosa dan Terapi BAG/ SMF

    Ilmu Penyakit Paru, Edisi 3, Surabaya, 2005.

    3. Rosenbluth DB. 2002. Pleural effusion: Nonmalignant and malignant. In:

    Fishmans of pulmonary disease and disorders. Editors: Fishman AP, Elias JA, et

    al. 3rd. Ed. McGraw-Hill Companies, 487-506.

    4. Rogayah, Rita. Empiema. 2010. Jakarta : Dept. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran

    Respirasi FKUI. Diakses tanggal 27 Mei 2013 :

    http://staff.ui.ac.id/internal/140240448/material/empiema.pdf

    5. Yu Chen, Kuan MD et al. Emphasis on Klebsiella Pneumoniae in Patients with

    Diabetes Mellitus. 2000. American College of Chest Physician. Diakses tanggal 27

    Mei 2013 :http://chestjournal.chestpubs.org/content/117/6/1685.full.pdf+html

    6. Fauci, Anthony et al. Harrisons Manual of Medicine 17 th Edition. 2009. New

    York : The McGraw-Hill Company

    7. Marc Tobler, Barry HG, et al. Empyema Imaging. 2011. Medscape. diakses

    tanggal 27 Mei 2013. http://emedicine.medscape.com/article/355892-overview

    8. Huang-Che H, Heng-Chung C, et al. Lung abcess predicts the surgical outcome in

    patients with pleural empyema. 2010. Journal of Cardiothoracic Surgery. diakses

    tanggal 28 Mei 2013http://www.cardiothoracicsurgery.org/content/5/1/88

    20

    http://staff.ui.ac.id/internal/140240448/material/empiema.pdfhttp://chestjournal.chestpubs.org/content/117/6/1685.full.pdf+htmlhttp://chestjournal.chestpubs.org/content/117/6/1685.full.pdf+htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/355892-overviewhttp://www.cardiothoracicsurgery.org/content/5/1/88http://www.cardiothoracicsurgery.org/content/5/1/88http://staff.ui.ac.id/internal/140240448/material/empiema.pdfhttp://chestjournal.chestpubs.org/content/117/6/1685.full.pdf+htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/355892-overviewhttp://www.cardiothoracicsurgery.org/content/5/1/88
  • 7/27/2019 REFRAT EMPIEMA

    21/21

    21