60

Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas
Page 2: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Peran TVS dalam Penanganan Infertilitasdalam Praktek Sehari-hari

Page 3: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan TVS

POKOK BAHASAN

Page 4: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Infertility sonography

Infertility investigation Follicular and luteal phases

Fertility monitoring

Morphologic evaluation

Fungtional evaluation

Hormonal induction of evaluation

IVF Ovum pickup Embryo transfer

Uterine cavity Endometrium Uterus structure Ovaries Pelvis

Endometrial phases Ovarian follicles Ovulation

Follow-up:Follicular developmentTiming of ovulation/insemination

Timing of hormonaltreatment.

Ovum pick-up.Embryo transferOHSS evaluationEarly pregnancy monitoring

Hysterosonography:Uterine cavityTubal patency

Sonography at the service of infertility

Page 5: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Sonographic evaluation

Evaluate tubal patency

Evaluate ovaries Evaluate uterine anatomy

Suspected obstruction Open

SHG/HyCoSy + 3-D USG (or HSG)

Patent tubes

No Yes

Selective tubal catheterizationLaparascopy ± Hysteroscopy

Patent tubes

No IVF

No pregnancy

Induction ofOvulation 3-6 cycles

PCO Cysts

Endometrioma

Normal Suspectedmalformation

SHG/HyCoSy 3-D USG (or HSG)

Normal Endometrial polyp Submucosa myoma Uterine septumUterine bicornis

Operative hysteroscopy

Sonographic morphologic

evaluation infertility

Page 6: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Functional sonographic evaluation

Ovarian evaluation Endometrial evaluation

No follicles

Induction ofOvaluation3-6 cycles

Consider:KaryottypingHypothalamicPituitary functionect

Ovum donation

IUI/IVF

No pregnancy

Consider:BiopsySHGHysteroscopy

Low. Normalgrade

InadequategradeFew. Normal

follicles

Sonographic functional evaluation infertility

Page 7: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan TVS

Page 8: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

TEKNIK PEMERIKSAAN

• Kandung kecing dikosongkan

• Posisi litotomi

• Tranduser vagina dibubuhi jelly dan

dipasang kondom

• Tranduser dimasukkan perlahan-lahan

untuk memvisualisasikan serviks dan

uterus

• Tranduser digeser ke kiri dan ke kanan

untuk menilai adneksa

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan TVS

Page 9: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

TIGA MANUVER USG TRANSVAGINAL

• Insersi probe ke dalam vagina diikuti dengangerakan dari sisi ke sisi di bagian atas vagina untuk pencitraan sagital/longitudinal

• Orientasi transversal dari probe untuk pencitraanuterus dan adnexa dalam berbagai potongankoronal dan semikoronal

• Berbagai variasi dari kedalaman insersi probe untuk pencitraan daerah fundus dan corpus, sementara untuk pencitraan cervix dilakukandengan menarik probe secara perlahan-lahanhingga daerah pertengahan vagina.

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan

TVS

Page 10: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

P A N D U A N – 1 (TVS - dasar)

USG transvaginal memberikan gambaran

global dari uterus dan kedua ovarium

USG transvaginal dapat memberikan gambaran

detail dari uterus, endometrium dan kedua

ovarium

Potongan yang memberikan gambaran optimal

secara empiris ditentukan oleh operator selama

pemeriksaan

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan

dan instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan

TVS

Page 11: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Endometrial line dan otot uterus merupakan

marker uterus

Vena iliaca internal merupakan landmark

untuk fossa ovarica.

Folikel merupakan landmark dari ovarium.

Uterus merupakan central landmark/marker

TVS pelvis.

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan

TVS

Page 12: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Sagital/longitudinal

CRANIAL CAUDAL

ANTERIOR

POSTERIOR

Page 13: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Koronal (90° berlawanan jarum jam)

ANTERIOR

POSTERIOR

KANAN KIRI

Page 14: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Gerakan Transduser pada Uterus Antefleksi

Page 15: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Gerakan Transduser pada Uterus Retrofleksi

Page 16: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Fase di Endometrium :

Fase Ovarium:

Menstruasi

Folikular

Late Proliferasi

Pre Ovulasi

Sekresi

Luteal

Page 17: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Ukuran dan bentuk berkaitan dengan kondisi pasien apakah pre atau post pubertal, nullipara atau multipara dan pre, peri ataupost menopause

Ukuran normal bisa mencapai 6-8 cm pada aksis memanjangdan 3-5 cm pada ukuran transversal atau anteposterior

P A N D U A N – 2 ( UTERUS)

Pada uterus pre pubertal biasanya terdiri dari sebagian besarcervix dan sebagian kecil corpus atau fundus

Post pubertal corpus dan fundus ukurannya lebih besar

Nullipara corpus dan fundus lebih besar dibandingkan cervix

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan

TVS

Page 18: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Vena arcuata terletak antara lapisan luar dan lapisan

tengah miometrium

Endometrium terdiri dari lapisan basalis (yang tidak

mengalami peluruhan) dan lapisan fungsional (dengan

lapisan yang lebih tebal dan diluruhkan setiap bulan)

Endometrium post menopause sebagian besar terdiri

dari lapisan basalis

Terdapat 3 lapisan miometrium. Lapisan dalam

gambarannya lebih hipoecoik disebabkan oleh karena

serabut-serabut otot yang memiliki gerakan peristaltis,

lapisan kedua merupakan lapisan otot polos utama yang

tersusun dalam configurasi spiral, bagian luar berlanjut

dengan struktur tuba

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan

TVS

Page 19: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

TEKNIK PENGUKURAN UTERUS

Page 20: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Pengukuran uterus dilakukan melalui sagital/longitudinal yaitu dari fundus hingga uteri eksternum; dan potongan anteroposterior

Melalui diameter terbesar korpus uteri, tegak lurus /longitudinal/sagital

Page 21: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

TVS Technique Video

Page 22: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Normal uterusNormal Uterus

Page 23: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Uterine Fibroid

Page 24: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Diffuse heterogenous myometrial echogenicity (A); includes striations (C) & indistinct endometrial junction (E)

Anechoic lacunae and/or cyst (B)

Focal abnormal myometrial echotexture (D); indistinct borders (E)

Globular uterus and/or asymmetric uterus unrelated to leiomyomata

Page 25: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Endometrial polypEndometrial Polyp

Page 26: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

P A N D U A N – 3 OVARIUM

Ukuran ovarium bervariasi tergantung usia danstatus menopause. Ukuran normal ~ 3x2x2 cm

Bentuknya seperti buah almond

Pada wanita usia reproduksi berisi follikel

Follikel imatur ukurannya kurang dari 10 mm, follikel yang sedang tubuh berukuran antara 10-15 mm dan pada saat matur berukuran antara18-25 mm

Corpus luteum tampak sebagai vascular ringdengan dinding tebal

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan

TVS

Page 27: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

OVARIUM

Page 28: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

PENGUKURAN OVARIUM

Page 29: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

PENGUKURAN VOLUME OVARIUM

Page 30: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

PENGUKURAN VOLUME OVARIUM

Page 31: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Development of one or some time two dominant foll.

Transvaginal sonography :

antral foll. 3 – 5 mm at beginning measure (day 2 to 5 )

dominant foll.~ 10 mm in size , take place day 8 to 12

mature foll. ~ 20-24 mm in size during LH surge

growth of dominant foll. Is linier ( 1-3 mm/day , ± 1,4 per day)

corpus luteum ~ echogenic structure and 15 mm in size

Page 32: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Broekmans F J M et al, Fertil-Steril Vol. 94, No. 3, 2010

Page 33: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

In the normal physiological state one of the follicles enlarges to ~1 cm to become a dominant follicle which grows further to ~2.5 cm

Page 34: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Blue circle is around the ovary, theblack area is the fluid in the follicle.The follicle is mature size (here20mm diameter) and contains amicroscopic egg (not visible onultrasound)

Page 35: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Baerwald A R et al, Fertil-Steril Vol. 94, No. 3, 2010

H-1 H-4

H-7 H-11

H-16 H-17

Serial transvaginalultrasonographic images

of the right ovary

Corpus Luteum

Page 36: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

CORPUS LUTEUM

Page 37: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Internal diameter is measured at its largest diameter in two plane with 2 D US and three plane with 3 D US ( 3 D more better than 2 D )

Page 38: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Predict the ovulatory or non ovulatory foll. in natural

cycle

Predict administered the quantity of ovulation

induction agent during fertility cycle

Optimization of the timing of coitus or IUI

Predict the time of aspirated the follicles ( 15 – 18

mm)

Predict of OHSS

Page 39: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Parovarial Cyst & Unrupture Follicle

Page 40: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Kista Fungsional

Kista fungsional :Ukuran lebih dari 3 cm, struktur internal yang anekoik, rata, tegas dantidak berpapil.

Page 41: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

KISTA ENDOMETRIOSIS

Present a homogeneous texture high level internal echoes

Page 42: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

Kista Dermoid

Kista Dermoid : Bervariasi dari gambaran lesi solid yang anekoik hinggasangat ekhogenik, memilki neuroectoderm lining, Gambaranberisi sebum, folikel rambut atau keduanya

Page 43: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

-Gambaran folikel-folikel imatur yang multipel di daerah permukaan-Gambaran Hiperekogenik di stroma ovarium

Policystic Ovarium (PCO)

Page 44: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

P A N D U A N – TUBA & STRUKTUR LAIN

Tuba biasanya tidak terlihat kecuali apabila tuba

mengalami dilatasi atau hidrosalfing

Tuba tampak sebagai struktur yang berkelok-kelok

berasal dari uterus mendekati ovarium.

Usus biasanya tidak dapat terlihat kecuali apabila

terjadi inflamasi atau proses neoplastik. Usus biasanya

dapat ditekan atau disingkirkan dengan manipulasi

gerakan tranduser.

Vena para uterina atau para ovarica yang membesar

biasanya dapat dilihat

Ruang lingkup TVS

dalam infertilitas

Teknik pencitraan dan

instrumentasi

Lapangan pencitraan

Pencitraan uterus

Pencitraan ovarium

Pencitraan tuba dan

organ pelvis lainya

Standar pelaporan TVS

Page 45: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

HIDROSALPING

Tampak gambaran massa anechoic fusiform di adnexa Membesar dari arah uterusTidak tampak gambaran peristaltik

Page 46: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas
Page 47: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

STANDAR PELAPORAN USG TRANSVAGINAL UNTUK

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI DAN INFERTILITAS

Tanggal Pemeriksaan,

HPHT

Menopause

UTERUS NORMAL TEMUAN LAIN

Posisi Anteflexi Axial Retroflexi

Ukuran Normal Kecil Membesar

Panjang _______ mm

Dimensi AP _______ mm

Lebar _______ mm _______ mls

Endometrium

Normal echogenik dengan batas

tegas.

Abnormal ______ mm,sesuai dengan

_________ siklus (hari ke)

Menopause

Myometrium Echogenik normal Abnormal

Page 48: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

OVARIUM KIRI NORMAL TEMUAN LAIN

Dimensi __________ x __________ x _________ mm

Volume ml Normal Meningkat Menurun

Echogenik

Echogenik normal

Kista kecil multiple

Jumlah kista………………………………………….

KESIMPULAN TIDAK ADA CATATAN ABNORMAL Gambaran USG sugestif kearah polycystic ovary syndrome

Dianjurkan scan lanjutan

OVARIUM KANAN NORMAL TEMUAN LAIN

Dimensi __________ x __________ x _________ mm

Volume ml Normal Meningkat Menurun

Echogenik

Echogenik normal

Kista kecil multiple subcapsular

Jumlah kista……………………………………….

Page 49: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

KESIMPULAN

USG transvaginal merupakan pemeriksaan yang memiliki keunggulan

di bidang endokrinologi reproduksi (khususnya mengetahui kelainan

struktur dan fungsional)

Untuk mengetahui kondisi patologis organ ginekologi diperlukan

pengetahuan dasar mengenai keadaan normal pencitraan organ

pelvis dengan USG transvaginal

Diperlukan kompetensi dalam melakukan pemeriksaan USG

transvaginal

Page 50: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas
Page 51: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

1

Ultrasonografi Transvaginal Dalam Penanganan Infertilitas Panduan

Dalam Praktek Sehari-Hari

Dr. dr. IB Putra Adnyana, SpOG (K) FER

Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi

SMF OBGIN FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

21 Desember 2019

Pendahuluan

Infertilitas adalah kegagalan untuk mencapai kehamilan yang diinginkan setelah 1

tahun hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas terjadi pada kurang lebih 10-15

persen pasangan suami istri yang menikah. Dengan perkembangan teknologi saat ini dan

penggunaan teknik reproduksi buatan, kurang lebih setengah dari pasangan ini dapat mencapai

kehamilan.

Perkembangan teknologi ultrasonografi memberikan perbaikan yang signifikan dalam

manajemen modern kasus-kasus infertilitas pada wanita. Ultrasonografi transvaginal dapat

digunakan membantu evaluasi siklus follikuler normal maupun siklus follikuler yang

distimulasi, dapat digunakan untuk evaluasi sistem genitalia meliputi evaluasi endometrium,

uterus, tuba fallopi dan juga sangat bermanfaat membantu aspirasi folikel, transfer embrio dan

diagnosis patensi tuba.1,2 Adanya teknologi Doppler yang ditambahkan pada ultrasonografi

transvaginal memungkinkan visualisasi pembuluh darah kecil intraovarium dan endometrium

yang memungkinkan mempelajari perubahan fisiologi maupun patologis yang terjadi di

ovarium dan uterus.3

Transvaginal Sonografi dan Transvaginal Sonografi berteknologi Doppler dalam bidang

Infertilitas

Dewasa ini peranan transvaginal sonografi (TVS) dalam bidang infertilitas sangat

besar. TVS dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan dalam evaluasi masalah infertilitas

wanita. Manfaatnya kian besar dengan penambahan teknologi Doppler.

Kegunaan TVS dan TVS berteknologi Doppler antara lain:

1. Evaluasi awal untuk mendeteksi kelainan-kelainan organ pelvis sebelum stimulasi ovulasi,

seperti malformasi uterus, leiomyoma, hidrosalping dan endometrioma.

2. Monitoring pertumbuhan folikel dan prediksi terjadinya ovulasi

Page 52: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

2

3. Evaluasi hal - hal yang berkaitan dengan program bayi tabung seperti memprediksi

keberhasilan transfer embrio dan komplikasi yang bisa kemungkinan bisa terjadi seperti ovarial

hiperstimulasi sindrome (OHSS) dan kehamilan ektopik.4,5

Beberapa hal yang penting perlu diperhatikan pada saat akan menggunakan TVS

1. Informasi apa yang dapat dan ingin diperoleh dari pemeriksaan TVS?

2. Pemahaman dasar fisika Doppler

3. Kapan waktu terbaik melakukan pameriksaan?

Teknik Pemeriksaan Transvaginal Sonografi

Sebelum memulai pemeriksaan sebaiknya diberikan penjelasan singkat kepada pasien

tentang prosedur pemeriksaan. Syarat pemeriksaan TVS sebaiknya kandung kemih

dikosongkan terlebih dahulu. Pemeriksaan dilakukan di meja ginekologi posisi litotomi.

Transduser vagina diisi jelly dan dipasang kondom, kemudian dibagian luar dibubuhi jelly.

Transduser vagina dimasukkan perlahan-lahan ke arah anterior untuk memvisualisasikan

serviks dan uterus. Jika uterus tidak terlihat pada posisi anterior gerakkan probe dengan lambat

ke sisi kanan atau kiri kemudian arahkan ke posterior, setelah uterus terlihat penting dicatat

posisinya ante atau retroflexi serta ukurannya.9

Uterus dievaluasi dalam bidang longitudinal sehingga garis ekhogenik endometrium

dapat divisualisasikan, kemudian diikuti dari ostium uteri internum sampai ke fundus. Tebal

uterus diukur pada bidang longitudinal dan transversal. Batas normal uterus tidak hamil

maksimal lebar 5 cm, tebal 4 cm, panjang serviks sampai fundus diukur, dan ukuran

maksimal 8 cm. Apabila ukuran lebih dari 8 cm, perlu dipikirkan kemungkinan pandangan

yang tidak tepat pada bidangnya atau ada kelainan lain, seperti mioma uteri atau

adenomiosis. Tranduser vagina dirotasi dan digoyang secara perlahan dari satu sisi ke sisi

lain untuk menilai daerah adneksa, setiap area kistik yang bebas gema dinilai terutama untuk

membedakan hidrosalping dan kista ovarium. Setelah daerah adneksa dinilai, ovarium

dilokalisasi pada masing-masing sisi dengan menggerakkan alat pemeriksaan ke arah

samping dalam bidang melintang, ovarium biasanya dapat ditentukan dengan menemukan

gambaran folikel sebagai marker. Apabila terdapat kesulitan dalam visualisasi ovarium,

dapat dilakukan gambaran ultrasonografi sepanjang arteri iliaka interna. Ovarium sering

terdapat di anterior atau medial dari arteri iliaka interna.8,9

Page 53: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

3

Pemantauan Uterus dan Endometrium

Ukuran dan posisi uterus serta endometrium dievaluasi secara rinci, rongga dan kontur

endometrium diperiksa untuk melihat kelainan struktur dan pola-pola gema. Batas

miometrium dan endometrium diperhatikan kontinuitasnya dan diperiksa dalam bidang

transversal dan longitudinal. Gema endometrial line (Gambar 1a dan 1b) antara dinding

uterus anterior dan posterior dipelajari dari ostium uteri internum sampai fundus uteri dan

setiap diskontinuitas dan distorsi gema harus dicatat. 4,9,10

Gambar la dan lb. Skrining transvaginal longitudinal dari uterus pada hari ke-9 siklus

yang distimulasi dengan klomiphen sitrat. Gema endometrial line antara dinding anterior

dan posterior

Endometrium terlihat gambaran sentral ekhogenik pada pandangan longitudinal

dan ukurannya berubah sesuai dengan pola siklus haid. Pada fase folikuler lanjut terlihat

sebagai tiga garis hiperekhoik, satu garis ditengah yaitu rongga endometrium, dikelilingi

oleh dua garis hiperekhoik sebagai batas endometrium dan miometrium dan terlihat halo

disekitarnya. (Gambar 2a). Perubahan ekhogenitas tersebut kemungkinan disebabkan oleh

karena meningkatnya mukus dan glikogen dalam kelenjar endometrium. Pada fase luteal,

endometrium lebih homogen hiperekhoik, gambaran halo sekitar endometrium tidak

terlihat lagi dan gambaran triple line menjadi samar. (Gambar 2b)9,10,11

Page 54: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

4

Gambar 2a dan 2b. Ultrasonografi transvaginal longitudinal dari uterus pada hari ke-

13 siklus yang distimulasi dengan klomiphen sitrat. Gambaran halo di sekitar

endometrium.

Tebal endometrium meningkat dari 5,1 ± 0,5 mm pada hari ke-4 siklus haid

menjadi 11,5 ± 0,5 mm pada hari ke-24. Gambaran umum bila tebal endometrium fase

folikuler lebih dari 6 mm, biasanya kadar estradiol serum mencapai di atas 200 pg/ml,

dan perkembangan folikel mencapai ukuran lebih dari 4 mm. Terjadinya perubahan

gema endometrium dari fase proliferasi ke fase luteal terjadi bila kadar serum

progesteron lebih dari 1,5 ng/ml atau lebih, baik pada siklus alami maupun siklus yang

mendapat stimulasi ovarium. 10

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan TVS pada fase proliferasi lanjut

siklus alami dan siklus yang dilakukan stimulasi gonadotropin didapatkan endometrium

diklasifikasikan dalam dua tingkatan menurut gambaran ekhogenitasnya.

Tingkat I ditandai dengan gambaran endometrium dengan ekhogenitas yang homogen.

Tingkat II ditandai oleh lapisan dengan peningkatan densitas ekho dipinggir yang

mengelilingi suatu daerah sentral yang sonolusent.

Tingkat I dan II dibagi lagi menjadi grup A (ketebalan > 9 mm) dan grup B (< 9 mm).

Tingkat IIA, adalah gambaran edometrium yang paling optimal untuk implantasi

embrio.10,11,12

Beberapa kelainan dalam rongga uterus dapat dinilai dengan TVS adalah mioma

uteri, polip endometrium, adhesi intrauterin, septa uterus, hidrosalping. Mioma dapat

didiagnosis sebagai area hipoekhoik dalam stuktur miometrium. Dampak mioma pada

fertilitas tergantung pada ukuran dan lokasinya. Miomauteri intramural dan subserosa

yang besar dapa mendistorsi uterus dan mengakibatkan berbagai kesulitan dalam

pengambilan ovum karena terdapat perubahan stuktur anatomis, miomauteri intramural

Page 55: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

5

di daerah kornu dapat mempengaruhi fungsi tuba (Gambar 4a, 4b). Mioma submukosa

dapat mendistorsi endometrium sehingga dapat mengganggu implantasi (Gambar 5).13

Gambar 4. Gambaran TVS mioma uteri intramural

Gambar 5. Gambaran TVS mioma uteri submukosum yang mendistorsi endometrium

sehingga dapat menggangu implantasi

Adhesi di intrauterin yang paling baik dilihat pada saat preovulasi, didapatkan

endometrium yang tipis yang tidak sesuai dengan perkembangan pertumbuhan folikel serta

adanya riwayat amenore sekunder harus dicurigai adanya adhesi intrauterin. Tuba umumnya

tidak terlihat kecuali terdapat hidrosalfing, akan terlihat gambaran tubular hidrosalfing

(Gambar 6).13

Page 56: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

6

Gambar 6. Gambaran TVS hidrosalping, menunjukkan gambaran tubular anechoik.

Sebagai jawaban pada pertanyaan diatas, dan jika hanya satu kali pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengevaluasi keadaan uterus sebelum dilakukan stimulasi ovarium, maka

sebaiknya dilakukan pada fase preovulasi untuk data dasar menilai dan mendiagnosis

kelainan-kelainan dalam uterus.13

Pemantauan Ovarium

Selama proses stimulasi, TVS telah memberikan kontribusi besar dalam

memantau pertumbuha dan prosedur pengambilan oosit. Hackeloer dkk, melaporkan

korelasi yang bermakna antara diameter folikel dengan kadar estradiol plasma.4

Diameter folikel diukur dalam potongan transversal dan longitudinal untuk

mendapatkan ukuran rata-rata. Folikel dapat terlihat dalam ovarium mulai hari ke-2

atau ke-3 dari siklus menstruasi, dengan ukuran 3-4 mm. Laju pertumbuhan folikel

antara 1-2 mm per hari hingga hari ke-12, dan didapatkan folikel dominan berukuran

12-16 mm (Gambar 9). Rupturnya folikel pada siklus natural terjadi saat ukuran rata-rata

diameter folikel antara 18-28 mm (Gambar 10).4,14

Gambar 9. Gambaran TVS beberapa folikel dominan pada hari ke -10 siklus

Page 57: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

7

Gambar 10. Gambaran TVS folikel preovulasi

Stimulasi dengan regimen yang berbeda dapat menghasilkan folikel matur dengan

ukuran rata­ rata yang berbeda-beda. Pada stimulasi klomifen sitrat rupturnya folikel

terjadi pada ukuran 18-24 mm, sementara pada siklus yang distimulasi dengan human

menopause gonadotropin (hMG) terjadi antara 15- 20 mm. Morfologi folikel juga berbeda

tergantung dari jenis pengobatan stimulasi yang digunakan. Sebagai contoh ovarium yang

distimulasi oleh hMG mempunyai kecenderungan bentuk folikel yang poligonal, sementara

penggunaan klomifen sitrat menghasilkan folikel berbentuk lebih lonjong.4,14

Terdapatnya ekho intrafolikel kemungkinan berasal dari kelompok sel granulosa

yang terlepas dari dinding pada saat menjelang ovulasi. Sesudah ovulasi dinding folikel

menjadi ireguler, korpus luteum yang baru terbentuk biasanya muncul sebagai struktur

ekhogenik dengan pusat kecil yang hipoekhoik. 4,14

Tanda kemungkinan akan terjadinya ovulasi : 1) Adanya folikel dominan; 2) Adanya

area anekhoik, double contour sekitar folikel (kemungkinan ovulasi 24 jam kemudian); 3)

Terpisah dan terlipatnya dinding folikel (ovulasi diperkirakan 6-10 jam kemudian); 4)

Ketebalan endometrium > 6 mm. 14

Sedangkan bila diduga ovulasi telah terjadi terlihat gambaran : 1) Gambaran tiga garis

pada endometrium menghilang; 2) Menghilangnya gambaran folikel yang terlihat pada

pemantauan sebelumnya; 3) Menurunya ukuran folikel; 4) Bentuk folikel menjadi irreguler

dan gambaran folikel menjadi hiperekhoik; 5) Adanya gambaran cairan di cavum Douglas. 14

Pasien yang dilakukan stimulasi ovulasi dengan klomifen sitrat pada umumnya

diperiksa selang sehari yang dimulai pada hari ke-9, namun bila menggunakan dengan

regimen hiperstimulasi terkontrol pada program b a yi t ab u n g , diperiksa lebih awal, pada

umumnya mulai antara hari ke- 5-8 siklus dan dipantau setiap hari atau selang sehari sesuai

dengan respon pengobatan. Siklus yang diterapi dengan FSH tampaknya ada dua

perkembangan folikel yang berbeda, pada wanita amenore dengan ovarium yang dorman

akan berkembang sejumlah kecil folikel dengan kecepatan pertumbuhan dan produksi E2

berjalan secara linier berkorelasi dengan baik dan pada kelompok ini didapatkan angka

kehamilan yang tinggi. Sebaliknya bila didapatkan banyak folikel dengan kecepatan

pertumbuhan yang berbeda dan kapasitas produksi E2 yang berbeda-beda akan menyebabkan

tidak sinkronnya pertumbuhan folikel dan produksi E2, keadaan ini akan menyebabkan risiko

Page 58: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

8

terjadinya sindroma hiperstimulasi ovarium.

Pengukuran diameter folikel sangat penting karena hCG paling baik diberikan pada

saat folikel berukuran 15-18 mm dan kadar E2 rata-rata 300-400 pg/ml per folikel dominan.

Tanda lain adanya folikel matur secara sonografi adanya penurunan ekho intra folikel. Dari

hasil penelitian tidak ada perbedaan yang bermakna dalam produksi E2 antara folikel

berukuran 14 mm dengan diameter folikel yang lebih kecil, juga antara folikel berukuran 17

mm dengan diameter folikel yang lebih besar. 14

Terdapat persamaan untuk menentukan kadar E2 serum yang diperkirakan tergantung

jumlah dan ukuran folikel pada kedua ovarium pada saat akan diberikan hCG, prediksi kadar

E2 tersebut adalah:

Kadar E2 = 291pg/ml + 180(x) + 64(y) +18(z) X = ukuran folikel 17 mm Y = ukuran folikel 15-16 mm Z = ukuran folikel 14 mm

Sindroma ovarium polikistik (SOP) adalah salah satu penyebab anovulasi dan

amenore. Gambaran USG yang paling sering ditemukan adalah ovarium membesar, bentuk

lonjong dengan gambaran folikel-folikel imatur yang multipel di daerah permukaan (Gambar

11). Deteksi USG pada SOP sangat penting karena keadaan tersebut umumnya sensitif

terhadap stimulasi gonadotropin dan mudah mengalami hiperstimulasi. Bila pasien ovarium

polikistik dilakukan stimulasi ovarium, maka gambaran akan lebih jelas secara USG.

Gambar 11. Ovarium polikistik. Gambaran TVS memperlihatkan sejumlah struktur kistik

kecil di daerah permukaan dan gambaran hiperekogenik di stroma ovarium.

Peranan transvaginal sonografi dalam memantau pertumbuhan dan

perkembangan folikel sebagai berikut :

1. Mendeteksi jumlah folikel yang tumbuh.

2. Menilai apakah respon folikel adekuat.

3. Mendeteksi adanya ovulasi.

4. Penentuan pemberian hCG.

5. Mendeteksi kemungkinan komplikasi seperti sindroma hiperstimulasi ovarium. 14

Page 59: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

9

Dalam beberapa keadaan kita harus menentukan apakah ada kista ovarium sebelum

dilakukan stimulasi ovarium, pemeriksaan yang paling baik dilakukan adalah

pada fase folikular awal, membedakan dengan kista korpus luteum yang secara

karakteristik bentuk kista beraturan, mengandung area-area padat dan semi padat.

Kista endometriosis dapat terlihat dengan hipoekhoik, unilokuler atau multilokuler

(Gambar 13). Adanya kista endometriosis mempengaruhi secara nyata respon

ovarium terhadap obat-obat stimulasi.14

Gambar 13. Gambaran TVS kista endometriosis

Kesimpulan:

1. USG transvaginal dan USG transvaginal dengan doppler memberikan kontribusi yang besar

bagi optimalisasi pengelolaan kasus infertil

2. USG transvaginal juga dapat mendeteksi berbagai kelainan uterus seperti, polip

endometrium, mioma submukosum dan adhesi intrauterin.

3. Tujuan memonitoring folikel ovarium adalah memprediksi apakah folikel itu ovulatori apa

non ovulatori

Daftar Pustaka:

1. Goh HH. Hormone and Hormones Monitoring in Assisted Reproduction Programmes.

In: Bongso A (editor). Assisted Reproductive Techniques 2001: 53-91.

2. Urbancsek J, Rabe T, Strowitzki. Ovarian Stimulation For In Vitro Fertilization: Past and

Present. In : Rabe T, Strowitzski T, Diedrich K (eds). Manual on Assisted Reproduction:

Springer 2000: 165-96.

3. Tawfik E, Mastroilli A, Campana A Monitoring in vitro fertilization (IVF) cycles.

http//www.asrm.org. 2014: 1-6.

4. Biswas A, Wong JC. Role of Ultrasound in Assisted Reproduction. In: Bongso A (editor).

Assisted Reproductive Techniques 2001: 3-8.

Page 60: Peran TVS dalam Penanganan Infertilitas

10

5. Templeton A, Cooke I, O'Brien S. Evidence-Based Fertility Treatment. London RCOG

Press. 1998 : 397- 403.

6. Murad NM. Ultrasound or ultrasound and hormonal determinations for in vitro

fertilization monitoring. Int J Gynecol Obstet 2018; 63: 271-6.

7. Lindheim SR, Cohen MA, Chang PL, Sauer MV. Serum progesteron before and after

human chorionic gonadotropin injection depends on the estradiol response to ovarian

hyperstimulation during in vitro fertilization - embryo transfer cycles. J Assist Reprod

Genet 1999; 16: 242-6.

8. Hackeloer BJ, Ultrasound scanning of the ovarian cycle. Journal of In-vitro fertilization

and Embryo Transfer 1984; 4: 217-20.

9. Goswamy R. Ultrasound in Assisted Conception. In: In Vitro Fertilization and Assisted

Reproduction. PR Brinsden (editor). New York: The Parthenon Publishing Group. 1999:

157-69.

10. Glorlandino C, Gleicher N, Nanni C, et al. The sonographic picture of endometrium in

spontaneous and induced cycles. Fertil Steril 1987; 47: 508-13.

11. Kurjak A, Kupesk S. Textbook on Color Doppler in Ginecology, Infertility and

Obstetrics.1st ed. Zagreb croatia 2001: 18-49.

12. Fleischer AC, Herbert CM, Sacks GA Sonography of the endometrium during

conception and non conception cycles of in vitro fertilization and embryo transfer. Fertil

Steril 1986; 46: 442-6.

13. Cohen BM, Berry L, Roethemeyer V, Smith D. Sonographic assessment of late

proliferative phase endometrium during ovuulation induction. J Reprod Med 1992; 37:

685-90.

14. Hackeloer BJ, Fleming R, Robinson HP et al. Correlation of ultrasonic and endocrinologic

assesment of human follicular development. Am J Obstet Gynecol 1979; 135:122-28