Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM PERENCANAAN TRANSPORTASI DALAM PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH
DI KABUPATEN KONAWE UTARA
EVALUATION OF PLANNING TRANSPORTATION PROGRAM
IN DEVELOPING THE NORTH KONAWE REGION
YOSPIN SENI PARERUNG
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
TESIS
EVALUASI PROGRAM PERENCANAAN TRANSPORTASI DALAM PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH
DI KABUPATEN KONAWE UTARA
Disusun dan Diajukan Oleh
YOSPIN SENI PARERUNG P00200411001
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 2 Agustus 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Dr. Ir. Roland A. Barkey Prof. Ir. Muslim Salam, M.Ec., Ph.D. Ketua Anggota
Ketua Program studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah
Dr. Ir. Roland A. Barkey
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Ir. Mursalim
iii
PRAKATA
Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa Yang Mahakuasa
atas besarnya rahmat dan penyertaan –Nyalah sehingga penyusunan
tesis ini berhasil diselesaikan.
Adapun penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Februari
2013 sampai April 2013, adalah “Evaluasi Program Perencanaan
Transportasi Dalam Pengembangan Pembangunan Wilayah Di Kabupaten
Konawe Utara”.
Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis
haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada bapak Dr. Ir. Roland A. Barkey dan Prof.
Ir. Muslim Salam, M.Ec.,Ph.D. selaku pembimbing yang di dalam berbagai
kesibukan dapat menyempatkan diri membimbing dan mengarahkan serta
memberi petunjuk dan saran yang sangat berharga bagi penyusunan hasil
penelitian tesis ini, terima kasih juga kepada para penguji Prof.Dr.Ir. Mary
Selintung, M.Sc, Dr.Ir. Ria Wikantari, M.Arch, Prof.Dr.Ir. Darmawan
Salman, atas saran dan masukannya. Semoga Tuhan senantiasa
memberikan berkat dan anugrah-Nya yang melimpah kepada beliau.
Pada kesempatan ini juga tak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada suami dan anak-anakku yang tercinta, semua keluarga dan
teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu per satu atas segala doa
dan dukungannya selama penyusunan tesis ini sampai selesai. Semoga
Tuhan selalu memberkati kita semua.
iv
Sangat disadari dalam penyusunan hasil penelitian ini terdapat
banyak kekurangan oleh karena itu semua saran dan kritik penulis terima
dengan lapang dada demi kesempurnaan penulisan penelitian ini
selanjutnya. Akhirnya harapan penulis semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Makassar, Juli 2013
Yospin Seni Parerung
v
ABSTRAK
Yospin Seni Parerung. Evaluasi Program Perencanaan Transportasi dalam Pengembangan Pembangunan Wilayah di Kabupaten Konawe Utara (dibimbing oleh Roland A.Barkey dan Muslim Salam).
Penelitian ini bertujuan: (1) Mengkaji keterkaitan program perencanaan jaringan transportasi yang sesuai dengan arahan program RTRW dan RPJMD, konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA dalam RENJA-SKPD, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidak-terkaitan dan ketidak-konsistenan antar program (2) Memberikan masukan bagi penyempurnaan penyusunan dokumen perencanaan transportasi untuk mencapai keterpaduan program sehingga terlaksana penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien di Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixmethod) yang melibatkan dua metode yaitu kuantitatif dan metode kualitatif dalam studi tunggal (satu penelitian). Metode kuantitatif digunakan untuk mendapatkan derajat keterkaitan sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan secara deskriftif faktor-faktor yang menyebabkan ketidak-terkaitan dan ketidak-konsistenan. Hasil penelitian menunjukkan derajat keterkaitan program perencanaan transportasi dalam dokumen TATRALOK dan RTRW sebesar 92 % yang berarti tidak ada konflik spasial dalam perencanaan transportasi sedangkan keterkaitan TATRALOK dengan RPJMD sebesar 82 %, menunjukkan belum ada keterpaduan program sektoral dan regional. Tingkat konsistensi periode 2012 rendah dan menuju ketingkat yang lebih baik pada periode 2013 mengindikasikan perbaikan sistem perencanaan di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Konawe Utara.
Kata Kunci : Keterkaitan, Konsistensi, Keterpaduan Program
vi
ABSTRACT
YOSPIN SENI PARERUNG. Evaluation of Transportation Planning Programs in Regionl Development at North Konawe Regency (supervised by Roland A. Barkey and Muslim Salam)
The research aimed: (1) to examine the interrelatedness of the suitable transportation network planning program with the program direction of the Regional Layout Plan (RTRW) and the Region Mid-Term Development Plan (RPJMD), and the consistency of the program/activity conversion in the Strategic Plans in the Working Plans (RENJA)- Region Force Working Unit (SKPD), what factors which influenced the non-interrelatedness and inconsistency of the inter-programs, (2) to give input for the accomplishment of the transportation planning document arrangement to achieve the program interrelatedness, so that the effective and efficient transportation was implemented at north Konawe Regency.
The research used the mixed method with involve two methods is the quantitative and qualitative in one research/study. The quantitative method was used to obtain the interrelatedness degree, where as the qualitative method was used to depict descriptively the factors causing the non-interrelatedness and inconsistency.
The research result indicates that the transportation planning interrelatedness degree in the document of the Local Transportation Level ( TATRALOK) and Region Layout Plan (RTRW) is 92%, which means that there is no spatial conflict in the transportation planning, whereas the interrelatedness between in Local Transportation Level (TATRALOK) and the Region Mid-Term Development Plan is 82% indicate that there has not been the integration of the sectoral and regional programs. That consistency level in 2012 is very low, and directs to the better level in 2013 which indicates the planning system improvement in the office of Transportation, Communication and Informatics of North Konawe Regency.
Key-words : Interrelatedness, Consistency, Program Integration.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Kegunaan Penelitian 9
E. Ruang Lingkup Penelitian 10
F. Sistematika Penulisan 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Evaluasi 13
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi 16
C. Model Evaluasi 18
D. Evaluasi Program 21
E. Perencanaan Pembangunan 25
F. Perencanaan Transportasi 29
G. Keterpaduan Perencanaan sektoral dan Wilayah 31
H. Perencanaan Strategis 35
viii
I. Konsistensi Perencanaan 43
J. Kerangka Konseptual Penelitian 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian 47
B. Lokasi dan waktu penelitian 49
C. Sumber data 50
D. Teknik pengumpulan data 51
E. Teknik analisis data 52
F. Defenisi Umum 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 61
B. Kondisi Transportasi Sekarang Ini 63
C. Deskripsi Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Konawe Utara 72
D. Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan Transportasi 76
E. Konsistensi Perencanaan 112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 124
B. Saran 125
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1 Metode Pengumpulan Data 52 2 Analisis Data Kekonsistenan dan Keefektifan dokumen perencanaan 57 3 Luas Wilayah Kabupaten Konawe Utara Menurut Kecamatan 62 4 Ruas Jalan Kolektor Primer di Kabupaten Konawe Utara 65 5 Jumlah Kecelakaan dan Jumlah Korban Kecelakaan di Kabupaten Konawe Utara Tahun 2009 – 2011 66 6 Jumlah pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dengan tingkat pendidikannya 75 7 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam penetapan fungsi jalan 77 8 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten dalam pengembangan fungsi jalan 78
9 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam pemeliharaan jalan 79
10 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam peningkatan kualitas jalan 80
11 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam system pengangkutan 81
12 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW
Kabupaten Konawe Utara dalam pengembangan terminal 82
13 Keter-kaitan TATRALOK dengan RTRW dalam Perencanaan trayek 83
x
14 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam Pengadaan jembatan timbang 84 15 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam Perencanaan alur pelayaran 85
16 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam Perencanaan lintas penyeberangan 86
17 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam Perencanaan pelabuhan 87
18 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam Perencanaan pelabuhan sungai 88
19 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam Perencanaan pelayaran lokal 89
20 Keterkaitan program Perencanaan alur pelayaran regional 89
21 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam 90 Perencanaan pelabuhan pengumpan
22 Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW dalam 91 Perencanaan transportasi udara
23 Rekapitulasi keterkaitan program perencanaan transportasi
yang termuat dalam dokumen RTRW dan TATRALOK
92
24 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD Kabupaten Konawe Utara dalam penetapan fungsi jalan 94 25 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD Kabupaten dalam pengembangan fungsi jalan 95
26 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD Kabupaten Konawe Utara dalam pemeliharaan jalan 96
27 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD Kabupaten dalam peningkatan kualitas jalan 97
28 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD Kabupaten Konawe Utara dalam sistem pengangkutan 98
29 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD Kabupaten dalam pengembangan terminal 99
xi
30 Keter-kaitan TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan trayek angkutan 100
31 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Pengadaan jembatan timbang 101 32 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan alur pelayaran sungai dan danau 103
33 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan lintas penyeberangan sungai 104
34 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan pelabuhan sungai dan danau 105
35 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan pelabuhan khusus 106
36 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan pelayaran lokal 107
37 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam 108 Perencanaan pelayaran regional
38 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam 109 Perencanaan perairan laut
39 Keterkaitan program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan transportasi udara 110
40 Rekapitulasi keterkaitan program perencanaan transportasi
yang termuat dalam dokumen RTRW dan RPJMD 111
41 Konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA 2012
di RENJA 2012 dalam peningkatan sumber daya aparatur 115
42 Konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA 2012 di RENJA 2012 dalam pengelolaan terminal 116 43 Konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 untuk pengadaan rambu – rambu 116 44 Konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA 2012 RENJA 2012 untuk peningkatan kelaikan 117
xii
45 Konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 untuk peningkatan pelayanan angkutan 118
46. Penjabaran program RENSTRA Tahun 2013 dalam RENJA
untuk pengadaan sarana dan prasarana 119
47 Penjabaran program/kegiatan RENSTRA Tahun 2013 dalam
RENJA 2013 untuk pemeliharaan prasarana 120
48 Penjabaran program/kegiatan RENSTRA Tahun 2013 dalam
RENJA 2013 untuk peningkatan disiplin berlalu lintas
121
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1 Keterpaduan Perencanaan Sektoral dan Wilayah
Sumber: UU No.25 Tahun 2004, SISTRANAS 35 2 Kerangka Konseptual 46
3 Peta Administratif Kabupaten Konawe Utara 49
4. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan 127
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan 127
2. Peta Administratif Kabupaten Konawe Utar 128
3. Pedoman Wawancara 129
4. Kondisi Ruas Jalan di Beberapa Kecamatan Konawe Utara 130
5. Kondisi Rambu Lalu Lintas di Konawe Utara 131
6. Penunjuk Jalan di Kabupaten Konawe Utara 132
7. Jaringan Jalan Primer di Kabupaten Konawe Utara 133
8. Pagar dan Patok Pengaman Jalan di Konawe Utara 133
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran
transportasi sebagai urat nadi kehidupan dalam suatu wilayah. Oleh
karena itu, pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam
menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan, karena
transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi dan pengembangan wilayah.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pembangunan ekonomi
membutuhkan jasa transportasi yang cukup serta memadai, tanpa adanya
transportasi sebagai sarana pendukung tidak dapat diharapkan
tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi
dari suatu wilayah atau suatu negara (Abdul Kadir, 2010 ). Untuk tiap
tingkatan perkembangan/pertumbuhan ekonomi dari suatu wilayah atau
suatu negara diperlukan kapasitas angkutan yang optimum baik itu sarana
transportasi laut, darat, maupun udara.
Pengembangan transportasi harus didasarkan pada
pengembangan yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat jauh ke
depan, berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan
berwawasan lingkungan. Perencanaan jangka pendek harus didasarkan
pada pandangan jangka panjang, sehingga tidak terjadi perencanaan
“bongkar-pasang” (Munawar, 2007). Olehnya, hal penting yang harus
2
diperhatikan dalam perencanaan ini adalah bagaimana keterpaduannya
menyangkut keterkaitan serta konsistensinya.
Pembangunan sarana transportasi di Kabupaten Konawe Utara
dari awal terbentuknya tahun 2007 sampai sekarang mengalami
peningkatan. Sebelumnya Konawe Utara tidak dapat ditempuh dengan
perjalanan darat hanya dapat ditempuh melalui perjalanan laut dengan
menggunakan perahu kayu. Sekarang sudah dapat ditempuh dengan
perjalanan darat, tentu saja karena adanya pembangunan sarana
transportasi darat. Walaupun semua masih dalam tahap pembenahan
sehingga perencanaan transportasi yang terarah akan sangat mendukung
pembangunan dan perkembangan Kabupaten Konawe Utara dimasa yang
akan datang.
Jaringan jalan merupakan infrastruktur dasar yang sangat penting
dalam pengembangan wilayah baru seperti halnya Kabupaten Konawe
Utara. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Konawe
Utara merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tenggara
yang direncanakan dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu
(KAPET).
Secara umum seluruh wilayah kabupaten telah terhubungkan
dengan jaringan jalan yang memadai, prioritas pengembangan jaringan
jalan ditekankan pada titik akses potensial yang menghubungkan antar
pusat pelayanan. Namun demikian masih ada beberapa
permasalahan yang perlu perhatian para pengambil kebijakan
dalam pengembangan transportasi di Kabupaten Konawe Utara.
3
Permasalahan sistem jaringan jalan di Kabupaten Konawe Utara
yang sampai saat ini sangat membutuhkan pemecahan dalam
perencanaannya yaitu: a). Jaringan jalan kabupaten terbatas pada satu
poros jalan utama yaitu simpang pohara hingga perbatasan Sulawesi
Tengah, kondisi tersebut akan mempengaruhi penataan hirarki (peran
dan fungsi) jalan; b). Adanya hambatan fisik dalam pengembangan jalan
baru karena kondisi fisik lahan yang rawan longsor dan erosi, melintasi
kawasan lindung (hutan lindung), sehingga pada beberapa titik tertentu
akses jalan sering terputus tertimbun longsor karena kondisi alam
(morphologi) yang berbukit dan curah hujan yang tinggi; c). Sistem
perkerasan jalan aspal mudah rusak (berlubang dan bergelombang)
karena kondisi fisik jalan dan moda transportasi yang melalui jaringan
jalan banyak yang melewati muatan dari kapasitas jalan yang
seharusnya, hal ini karena di Konawe Utara belum ada infrastuktur
seperti misalnya : jembatan timbang yang dapat digunakan dalam
pembatasan muatan dari setiap moda transportasi yang melewati jalan
tersebut; d). Meskipun secara peran dan fungsi jalan (Simpang
Pohara hingga perbatasan Sulawesi Tengah) telah memenuhi kriteria
sebagai jalan dengan fungsi primer, namun kenyataannya kondisi
dimensi jalan tersebut belum mendukung; e). Skenario pengembangan
jaringan jalan yang melintasi kawasan lindung perlu dievaluasi dan dikaji
kembali karena akan membawa implikasi munculnya kegiatan baru yang
mempengaruhi fungsi lindung; f). Pada poros yang mempunyai sistem
4
perkerasan jalan berupa tanah seperti halnya jalan akses antar desa
dan jalan antar kecamatan, pada waktu tertentu (musim hujan) sulit
untuk dilalui.
Pada sistem pelayanan transportasi darat, masalah utama yang
juga dihadapi Konawe Utara, selain masalah jaringan jalan di atas
adalah dari awal terbentuknya sampai saat ini belum ada penetapan
jaringan trayek yang mengatur sistem transportasi perkotaan maupun
pedesaan, sehingga menyebabkan ketertinggalan serta kesenjangan di
beberapa daerah serta tidak terhubungnya antar pusat – pusat
pelayanan.
Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah masalah belum
beroperasinya simpul pelayanan transportasi yaitu terminal yang sudah
lama ada, tetapi belum dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
Sebagai jalur pelayaran nusantara, di Lasolo Kabupaten Konawe Utara
sangat berpotensi dalam pengembangan pelayanan transportasi laut,
olehnya dibutuhkan solusi dalam mengatasi beberapa masalah
diantaranya permasalahan dalam peningkatan pelayanan yaitu belum
lengkapnya infrastuktur pelabuhan serta rusaknya jalan akses menuju ke
pelabuhan yang sudah ada seperti di Tinobu, sehingga pelayanan di
bidang laut tidak dapat dilakukan semaksimal mungkin.
Berkaitan dengan masalah perencanaan ini, dalam kesimpulannya
Iryanto (2008) menyatakan bahwa dalam usaha mencapai keberhasilan
pembangunan, perencanaan tersebut harus memadukan pendekatan
5
wilayah (regional) dengan pendekatan sektoral. Hal ini berarti bahwa
salah satu solusi masalah transportasi adalah keterpaduan pendekatan
wilayah regional dan pendekatan sektoral dalam perencanaan
transportasi. Sebagaimana dijelaskan di atas, dalam hal keterpaduan ada
dua hal yang harus diperhatikan yakni keterkaitan dan konsistensinya.
Sejalan dengan masalah perencanaan tersebut, Tarigan (2005)
dan Rudiyanto (2009) menyatakan bahwa pendekatan sektoral dan
pendekatan regional adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam
konteks perencanaan pembangunan. Keterpaduan perencanaan inilah
yang harus diperhatikan dalam perencanaan transportasi di Kabupaten
Konawe Utara.
Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) adalah perwujudan sistem
perencanaan transportasi wilayah ditingkat kabupaten. Didalamnya
termuat perencanaan transportasi, pengembangan jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan transportasi yang memfasilitasi perpindahan
orang atau barang dalam suatu wilayah yang berpedoman pada
perencanaan Tatanan Transportasi Wilayah (TATRAWIL) di tingkat
propinsi sebagai pedoman pengembangan jaringan prasarana dan
jaringan pelayanan transportasi yang memfasilitasi perpindahan orang
atau barang dalam suatu wilayah atau simpul ke simpul atau kota nasional
dan sebaliknya.
Dokumen tersebut dibuat dengan mengacu pada dokumen Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS) adalah sebuah dokumen
6
perencanaan yang menjadi pedoman dan landasan dalam perencanaan
pembangunan dan penyelenggaraan transportasi di tingkat nasional dan
berpedoman pada kerangka acuan yang dibuat oleh Kementerian
Perhubungan. Maka TATRALOK sebagai dokumen perencanaan ditingkat
kabupaten memiliki landasan hukum yakni Peraturan Menteri
Perhubungan No KM. 49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi
Nasional.
Masalah keterkaitan dan konsistensi antar dokumen perencanaan
transportasi tersebut menjadi menarik karena sampai saat ini belum
pernah dilakukan penelitian mengenai sejauhmana keterkaitan antar
kedua alur pendekatan perencanaan tersebut di Kabupaten Konawe
Utara. Dengan kata lain sejauhmana Tatanan Transportasi Lokal
(TATRALOK) diakomodir dalam sistem perencanaan pembangunan
daerah dalam hal ini Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta bagaimana
konsistensi penerapan perencanaannya dalam Rencana Kerja (RENJA)
selama ini.
Selain hal di atas, lebih menarik karena Kabupaten Konawe Utara
adalah salah satu kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Konawe
yang terbentuk tahun 2007. Saat ini Konawe Utara menjalani periode
pembangunan 5 (lima) tahun kedua yaitu periode (2012–2016), dengan
harapan apabila ada kesalahan atau kekeliruan – kekeliruan dalam sistem
7
perencanaan pembangunan khususnya perencanaan transportasi dapat
segera diperbaiki untuk kelanjutan pembangunan di periode berikutnya.
Sejalan dengan hal tersebut, persoalan ini kemudian menjadi
penting untuk diteliti untuk mengetahui sejauhmana gambaran keterkaitan
Tatanan Transportasi Lokal (TATRALOK) dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategi (RENSTRA) Dinas
Perhubungan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Konawe Utara, serta konsistensi antar dokumen perencanaan khususnya
mengenai Penjabaran perencanaan transportasi dalam Rencana Kerja
(RENJA) menjadi sangat penting. Gambaran ini akan sangat berguna
sebagai bahan masukan bagi penyusunan dokumen perencanaan periode
berikutnya.
Memperhatikan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian
terhadap keterkaitan antar dokumen perencanaan yang ada serta
konsistensinya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, tidak saja dapat
diketahui gambaran keterkaitan dan konsistensi antar dokumen
perencanaan yang ada, melainkan juga dapat diungkapkan masalah dan
isu-isu yang terkait dengan kedua hal tersebut sehingga dapat menjadi
masukan bagi penyusunan dokumen perencanaan selanjutnya. Adapun
rumusan judul penelitian ini adalah “Evaluasi Program Perencanaan
Transportasi dalam Pengembangan Pembangunan Wilayah di Kabupaten
Konawe Utara”
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keterkaitan perencanaan transportasi dalam Tatanan
Transportasi Lokal (TATRALOK) Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kabupaten
Konawe Utara?
2. Bagaimana gambaran konsistensi perencanaan antara program dan
kegiatan dalam dokumen Rencana Strategi (RENSTRA) Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika yang sesuai dengan arahan
program dalam Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) dengan
penjabaran program dan kegiatan dalam dokumen RENJA Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut
1. Mengkaji keterkaitan program perencanaan jaringan transportasi yang
ada di Kabupaten Konawe Utara yang termuat dalam dokumen
TATRALOK yang sesuai dengan arahan program dalam RTRW dan
RPJMD, serta konsistensi penjabaran program/kegiatan RENSTRA
dalam RENJA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
9
Perhubungan Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Konawe Utara
dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidak-terkaitan serta
ketidak-konsistenan program tersebut.
2. Memberikan arahan/masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan
penyusunan dokumen perencanaan untuk mencapai keterkaitan dan
konsistensi program perencanaan transportasi sehingga dapat dicapai
penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien serta masalah –
masalah transportasi yang ada di Kabupaten Konawe Utara dapat
teratasi dengan baik.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, dapat memperkaya pengetahuan mengenai sistem
perencanaan sesuai ketentuan yang berlaku khususnya mengenai
keterkaitan antara perencanaan sektoral dan perencanaan
regional/wilayah serta mengenai konsistensi program perencanaan.
2. Secara praktis, dapat menjadi pertimbangan bagi para pengambil
kebijakan/perencana dalam penyusunan dokumen perencanaan
diperiode berikutnya baik ditingkat sektoral maupun wilayah.
10
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan ini, penulis
memberikan beberapa batasan penelitian yakni :
1. Penelitian ini adalah evaluasi keterkaitan antara program dan kegiatan
dalam dokumen perencanaan sektoral dan perencanaan regional yaitu
dokumen TATRALOK dan RTRW yang merupakan dokumen
perencanaan jangka panjang periode 2012-2031, penelitian difokuskan
dan dibatasi pada periode 2012-2016 yang mengacu pada
perencanaan jangka menengah, dengan dokumen perencanaan
pembangunan jangka menengah daerah yaitu RPJMD periode 2012-
2016 Kabupaten Konawe Utara
2. Indikator kekonsistenan dari dokumen perencanaan tersebut akan kita
ketahui melalui penjabaran program/kegiatan RENSTRA periode 2012
dan 2013 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dalam
RENJA-SKPD periode 2012 dan 2013.
F. Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika
pembahasan itu sendiri.
11
2. Bab II Kajian Pustaka
Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan, dan dibahas dalam penulisan ini adalah Teori
Evaluasi, Tujuan Evaluasi, Fungsi Evaluasi, Model Evaluasi, dan Evaluasi
Program, Teori Transportasi, Perencanaan Pembangunan, Perencanaan
Transportasi, Rencana Strategis, Keterpaduan Perencanaan Sektoral dan
Regional, Konsistensi perencanaan dan kerangka konseptual peneltian .
3. Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini menguraikan tentang jenis penelitian dan desain
penelitian, waktu dan lokasi penelitian, Jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, analisis data dan defenisi umum.
4. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan penelitian
yaitu derajat keterkaitan antar program/kegiatan dalam TATRALOK
dengan RTRW dan RPJMD, konsistensi program RENSTRA dalam
RENJA-SKPD serta faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak-terkaitan
dan ketidak-konsistenan perencanaan tersebut.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian
yang dilakukan serta saran–saran sebagai masukan dalam
penyempurnaan penyusunan dokumen perencanaan periode berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa
evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi
sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini
adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Sementara
menurut pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan” (Yunanda : 2009).
Pendapat lain mengenai evaluasi ditulis oleh Arikunto dan Cepi
(2008:2), bahwa: evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi suatu organisasi
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan penilaian
yang telah dilakukan.
13
Selain di atas, Uzer (2003:120), berpendapat bahwa: evaluasi
adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh
informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih
yang merupakan alternatif yang diinginkan, oleh karena penentuan atau
keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-
alternatif itu harus diberi nilai relative, dan pemberian nilai itu harus
memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk
proses pengambilan keputusan.
Menurut Djaali dan Pudji (2008:1), evaluasi dapat juga diartikan
sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang
telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan
atas obyek yang dievaluasi”. Pendapat lain ditulis Ahmad (2007:133),
bahwa : “evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan
nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,
obyek, dll.) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian”. Untuk
menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria,
evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat
pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian
baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak
selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi
dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.
14
Hal di atas, sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford
(2000:13), mengartikan evaluasi sebagai suatu proses untuk
mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran
suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah
ditentukan.
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah
dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
evaluasi, yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang
dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua
konsep yang terdapat di dalamnya yaitu efektivitas dan efisiensi.
“Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya
sedangkan efisiensi adalah pendayagunaan input untuk menghasilkan
output lewat suatu proses” (Lababa, 2008).
Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan
manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang.
Seorang manusia yang telah melakukan atau mengerjakan suatu hal,
pasti akan menilai yang merupakan proses evaluasi, apakah pekerjaan
yang telah dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya
semula atau tujuan semula, penilaian terhadap sesuatu itulah yang
disebut evaluasi.
15
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan.
Demikian juga dengan evaluasi, menurut Arikunto (2002:13), ada dua
tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus
lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
Menurut Crawford (2000;30), tujuan dan atau fungsi evaluasi
adalah :
1. Untuk mengetahui apakah tujuan – tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai dalam kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku
hasil.
3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan
kelanjutan suatu kegiatan yang dilakukan atau harus berhenti
karena adanya masalah yang menyebabkan kegiatan tersebut tidak
dapat dilanjutkan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan
bahan - bahan pertimbangan dalam menentukan/membuat
kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan
data yang sistematis yang diakhiri dengan pengambilan keputusan
akan kondisi dari kegiatan tersebut.
16
Stufflebeam’s Model yaituCIPP Model adalah salah satu model
evaluasi mula-mula dikembangkan oleh Stufflebeam dan Guba tahun
1968. CIPP merupakan kependekan dari Context, Input, Prosess, and
Product. Stufflebeam membuat batasan (merumuskan) terlebih dahulu
tentang pengertian evaluasi pendidikan sebagai “educational evalution is
the process of obtaining and providing useful information for making
educational decisions” (Evaluasi pendidikan merupakan proses
penyediaan/pengadaan informasi yang berguna untuk membuat
keputusan dalam bidang pendidikan).
Stufflebeam melihat tujuan evaluasi sebagai:
1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai
keputusan alternatif;
2. Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat
program atau obyek;
3. Membantu pengembangan kebijakan dan program.
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal
dan diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP yang merupakan sebuah
singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:
1. Context evaluation : evaluasi terhadap konteks
2. Input evaluation : evaluasi terhadap masukan
3. Process evaluation : evaluasi terhadap proses
4. Product evaluation : evaluasi terhadap hasil.
17
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut
merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari
proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah
model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai
sebuah sistem.
Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu
dapat dilihat dari tiga aspek utama (Umar, 2002 : 40), yaitu :
a. Utility (manfaat)
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.
b. Accuracy (akurat)
Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan
tinggi.
c. Feasibility (layak)
Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan
secara layak.
C. Model Evaluasi
Menurut Alkin (1969), evaluasi adalah suatu proses meyakinkan
keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan
menganalisa informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang
berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.
Model ini digunakan untuk menilai program. Dalam merumuskan model
18
evaluasi program yang disusunnya, Alkin membuat batasan konstruk
evaluasi sebagai suatu proses penentuan area yang akan di evaluasi,
pemilihan informasi yang cocok untuk dievaluasi, pengumpulan dan
analisis informasi serta penyusunan laporan atau ringkasan data yang
berguna bagi pengambil keputusan dalam memilih alternatif yang berguna
yang tepat dari berbagai alternatif yang ada, dan mengemukakan lima
macam evaluasi yakni:
1. Sistem assessment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan
atau posisi sistem. Contohnya dalam hal pendidikan penerapan
metode pembelajaran merupakan salah satu metode evaluasi
assessment. Hasil evaluasi dengan menggunakan model ini antara
lain dapat menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa.
2. Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Dalam
program planning dapat dilakukan melalui evaluasi internal dan
evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan dengan cara menilai
ketepatan, kesesuaian dan kebermaknaan sub-sub program yang
dirumuskan dalam kaitannya dengan tujuan program yang dinilai, baik
dari segi konstruksi, kepraktisan dan biaya. Sedangkan evaluasi
eksternal adalah evaluasi yang dilakukan sesudah suatu program
diimplementasikan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
Delphi Techniques atau teknik lain yag menggunakan pendekatan
sistem analisis.
19
3. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti
direncanakan. Dalam contoh penerapan metode pembelajaran, model
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi, misalnya apakah metode yang
digunakan telah sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik
siswa.
4. Program improvement, yang memberikan informasi tentang
bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau
berjalan? Apakah dalam menuju pencapaian tujuan ada hal-hal atau
masalah-masalah baru yang muncul tak terduga? Dengan kata lain,
evaluator mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul,
mengumpulkan dan menganalisis data serta menyerahkan pada
pengambil keputusan untuk melakukan perbaikan pelaksanaan
program dengan segera. Dalam contoh penerepan metode
pembelajaran, model ini dimaksudkan untuk menilai proses
pembelajaran, apakah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
rencana, bagaimana penanggulangan masalah jika terjadi kendala
selama terjadi proses pembelajaran.
5. Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau
guna program. Dalam contoh penerepan metode pembelajaran, model
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah metode yang diterapkan
memberikan dampak positif pada siswa, yakni siswa semakin
termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa atau justru menimbulkan masalah terhadap siswa.
20
Adapun model Alkin ini sedikit unik karena selalu memasukkan
unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Adapun
pendekatan yang digunakan disebut Alkin dengan pendekatan sistem.
Disebut pendekatan sistem karena model ini mengutamakan sistem yang
berjalan seperti halnya pendidikan yang diartikan sebagai sebuah sistem.
Dua hal yang harus diperhatikan oleh evaluator dalam model ini adalah
pengukuran dan variabel kontrol. Alkin membagi model ini, atas tiga
komponen yaitu masukan, proses yang dinamakan dengan istilah
perantara, dan keluaran (hasil). Alkin juga mengenal sistem internal yang
merupakan interaksi antar komponen yang langsung berhubungan
dengan pendidikan dan sistem eksternal yang mempunyai pengaruh dan
dipengaruhi oleh pendidikan.
D. Evaluasi Program
Pengertian Evaluasi Program dalam kamus besar bahasa
indonesia berarti penilaian. Menurut Bryan & White (1987), evaluasi
adalah upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan penelitian
tentang apa yang terjadi dan juga mengapa hal itu terjadi, evaluasi yang
paling sederhana adalah mengumpulkan informasi tentang keadaan
sebelum dan sesudah pelaksanaan suatu program / rencana.
Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones (Aprilia,2009)
adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar
nilainya dan dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan
kebijakan beserta perkembangannya. Pengertian tersebut menjelaskan
21
bahwa kegiatan evaluasi dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu
program sudah sesuai dengan tujuan utama, yang selanjutnya kegiatan
evaluasi tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah suatu kebijakan atau
kegiatan dapat dikatakan layak diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan
kegiatannya.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau
mengimplementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang guna pengambilan keputusan. Evaluasi program
bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dilaksanakan. Evaluasi sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan
evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau
melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat
dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi
program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.
Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui
seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan
program setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau
standar tertentu. Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin
mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum
tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan
sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau
22
keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan evaluasi program, indikator
merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidak
berhasilan suatu kegiatan.
Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi, di
antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta
hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan
internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang
di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan
implementasi program). Model evaluasi merupakan suatu desain yang
dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Dalam melakukan evaluasi,
perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Biasanya model
evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau
instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan
dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam evaluasi program, ada banyak model yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi program. Evaluasi program dikemukakan oleh
beberapa pakar, meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun
maksud dan tujuan yang akan dicapai adalah sama yaitu melakukan
kegitan pengumpulan data atau informasi-informasi yang berkenaan
dengan suatu kegiatan atau objek yang dievaluasi, yang tujuannya
menyediakan informasi –informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi pengambil keputusan (evaluator) dalam menentukan
tindak lanjut suatu program atau kegiatan yang dievaluasi yang sesuai
dengan tujuan program tersebut.
23
Model-model evaluasi ada yang dikategorikan berdasarkan ahli
yang menemukan dan yang mengembangkannya, dan ada juga yang
diberi sebutan berdasarkan sifat kerjanya. Dalam hal ini Stephen Isaac
(1986,dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa model-model tersebut
diberi nama sesuai dengan fokus atau penekanannya. Lebih jauh Isaac
membedakan adanya empat hal yang digunakan untuk membedakan
ragam model evaluasi yang merupakan sasaran dari evaluasi tersebut,
yaitu :
1. Berorientasi pada tujuan program
2. Berorientasi pada keputusan-decision oriented
3. Berorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya-
transactional oriented.
4. Berorientasi pada pengaruh dan dampak program-research
oriented.
E. Perencanaan Pembangunan
a. Pengertian Perencanaan
Dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) disebutkan perencanaan diartikan
sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia. Dijelaskan pula dalam UU tersebut berbagai macam
perencanaan baik nasional maupun daerah.
24
Perencanaan wilayah (regional planning) dimaksudkan agar semua
wilayah dapat melaksanakan pembangunannya berdasarkan potensi yang
dimilikinya. Manfaat perencanaan wilayah adalah untuk pemetaan
pembangunan atau perluasan dari pusat ke daerah-daerah (spread effect)
dan diharapkan kemandirian daerah dapat tumbuh dan berkembang
sendiri atas dasar kekuatan sendiri (Adisasmita, 2006). Seiring dengan
era otonomi daerah, maka dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah Pasal 150 dijelaskan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah maka disusunlah perencanaan
pembangunan daerah sebagai suatu kesatuan dalam sistem perencanaan
nasional.
b. Defenisi Perencanaan Pembangunan
Hal di atas lebih diperjelas dalam Permendagri Nomor 54 tahun
2010 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Pasal 1, Angka 8. Dalam
Pasal tersebut dikatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah
adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/
daerah dalam jangka waktu tertentu. Dijelaskan pula pada Pasal 2 dalam
Permendagri tersebut, bahwa ruang lingkup perencanaan pembangunan
25
daerah meliputi Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah terdiri atas
Rencana RPJMD, RENSTRA, Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD), dan RENJA-SKPD.
Proses perencanaan pembangunan di Indonesia biasanya
dilakukan dalam hal alokasi, pemanfaatan dan evaluasi dari ruang dan
sumberdaya. Dalam konteks ini, maka perencanaan biasanya dibedakan
menjadi tiga tingkatan yakni tingkat nasional, tingkat sektoral, dan tingkat
regional (wilayah) (Dahuri dkk, 2001).
Adapun pendekatan sektoral dan pendekatan regional adalah dua
hal yang tidak bisa dipisahkan dalam konteks perencanaan pembangunan
sebagaimana dijelaskan Adisasmita (2005). Pendekatan sektoral
mendekati pembangunan nasional melalui kegiatan usaha demi kegiatan
usaha, yang dikelompokkan ke dalam sektor dan sub-sektor. Pendekatan
regional bertolak pada kenyataan bahwa setiap kegiatan usaha terkait
pada wilayah, selalu memanfaatkan dan menempati ruang wilayah.
Disamping itu, dimensi lokal dan lokalitas harus diperhitungkan dalam
pendekatan pembangunan.
Perencanaan pembangunan wilayah tidak cukup hanya
menggunakan pendekatan sektoral saja atau hanya pendekatan regional
saja. Perencanaan pembangunan wilayah mestinya memadukan kedua
pendekatan tersebut (Tarigan, 2005).
26
Pembangunan nasional meliputi seluruh wilayah negara yang terdiri
dari daerah-daerah yang berbeda-beda satu sama lainnya. Pembangunan
nasional dianggap bersifat menyeluruh tetapi tidak menggambarkan
perkembangan dan kemampuan daerah masing-masing, maka
pembangunan nasional dilengkapi dengan pembangunan wilayah
(regional), dan pembangunan wilayah harus didukung dengan suatu
perencanaan wilayah. Dalam penelitian ini, produk dari perencanaan
sektoral adalah dokumen perencanaan TATRALOK. Dokumen ini dibuat
berdasarkan acuan dan pedoman dari Menteri Perhubungan, dimana
sebelumnya Kementerian Perhubungan telah menyusun Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS) yang harus dipedomani oleh seluruh
daerah dalam membuat dokumen TATRALOK.
Berdasarkan fungsi dan pelaksanaan tugas Perencanaan
Perhubungan pada Pasal 10 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM.37 Tahun 2006, mengingat sebagian besar tugas penyelenggaraan di
bidang perhubungan adalah melakukan pembinaan terhadap kegiatan
pembangunan dan pengoperasian infrastruktur transportasi yang memiliki
umur ekonomis (lifetime) cukup panjang. Maka penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan sangat
diperlukan. Dimana pada skala wilayah provinsi, SISTRANAS diwujudkan
dalam Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) yang disusun mengacu
kepada Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan (RTRW Pulau/Kepulauan)
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Pada skala lokal
27
(kabupaten/kota), SISTRANAS diwujudkan dalam TATRALOK yang
disusun berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK),
RPJMD dan menjadi acuan dalam perencanaan jaringan prasarana
transportasi.
SISTRANAS adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api,
transportasi sungai, danau, penyeberangan, transportasi laut serta
transportasi pipa. Masing-masing sistem terdiri dari sarana dan prasarana,
kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak
dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi
yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau
barang, yang terus berkembang secara dinamis.
Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS) adalah tatanan
transportasi yang berfungsi sebagai pedoman untuk pengembangan
jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang memfasilitasi
perpindahan orang dan/atau barang antar simpul atau kota nasional dan
dari simpul atau kota nasional ke luar negeri atau sebaliknya.
Sedangkan TATRALOK adalah tataran transportasi yang berfungsi
sebagai pedoman untuk pengembangan jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan yang memfasilitasi perpindahan orang dan/atau barang antar
simpul atau suatu daerah ke daerah lain dan sebaliknya. (Kementerian
Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2006).
28
F. Perencanaan Transportasi
Transportasi berasal dari bahasa latin, yaitu transportare, dimana
trans berarti seberang atau sebelah dan portare berarti mengangkut atau
membawa. Jadi, transportasi adalah perpindahan atau pergerakan
manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi
adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat
ke tempat lain (Kamaluddin, 2003).
Dalam konteks pembangunan wilayah, sektor transportasi
merupakan sektor yang memiliki fungsi dan peranan strategis sebagai
fasilitas penunjang dan pengembang. Oleh karena itu, pemerintah harus
mengatur dan membinanya yang dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan
transportasi nasional yang terpadu sebagai sarana untuk mewujudkan
sistem transportasi yang terintegrasi dan terkoordinasi secara menyeluruh
(Adisasmita, 2005).
Pengertian dari perencanaan trasportasi itu sendiri adalah suatu
perencanaan kebutuhan masyarakat terhadap prasarana transportasi
berupa jalan , jembatan , dermaga , dan sarana untuk mendukung sistem
trasportasi yang efisien, aman, dan nyaman serta ekonomis.
Permasalahan pada perencanaan trasnportasi yaitu pada sifat
transportasi yang lebih sebagai suatu sistem dengan interaksi yang
kompleks, menyebabkan perencanaan trasportasi dapat menjadi suatu
kegiatan yang rumit dan memakan banyak waktu. Sehingga dalam proses
perencanaan trasnportasi terdapat batasan batasan yang digunakan
terhadap tingkat maupun lingkup dari analisisnya .
29
Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah untuk
memperkirakan jumlah dan lokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah
perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun angkutan pribadi) pada
masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan
kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi. Prosesnya, diawali
dengan identifikasi awal mengapa perencanaan diperlukan, dilanjutkan
dengan pengumpulan informasi mengenai pola perjalanan melalui survei
asal tujuan beserta pengumpulan data sekunder, modelling dan
dilanjutkan dengan membuat perkiraan permintaan dimasa yang akan
datang. Selanjutnya dirumuskan kebijakan untuk menghadapi masa yang
akan datang dan sebagai tahapan terakhir adalah penyusunan rumusan
rencana yang akan dikembangkan pada masa yang akan datang beserta
jadwal waktunya.
Sejalan dengan hal tersebut maka pemerintah melalui Peraturan
Menteri Perhubungan No. KM. 49 tahun 2005 telah menetapkan suatu
sistem transportasi yang merupakan suatu tatanan transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman untuk dijadikan sebagai pedoman atau
acuan dan landasan dalam perencanaan, pembangunan,
penyelenggaraan transportasi guna mampu mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang efektif dan efisien.
Sebagai suatu sistem, maka SISTRANAS disusun secara terpadu
dan diwujudkan dalam TATRANAS, yang merupakan tataran transportasi
ditingkat nasional, Tatrawil ditingkat propinsi, dan TATRALOK ditingkat
30
kabupaten. Sebagai sebuah dokumen perencanaan transportasi, maka
SISTRANAS dimaksudkan sebagai pedoman dalam pengaturan dan
pembangunan sistem transportasi, dengan tujuan agar dicapai
penyelenggaraan transportasi nasional yang efektif dan efisien.
G. Keterpaduan Perencanaan Sektoral dan Wilayah
Selama ini yang terjadi di Indonesia adalah perencanaan dan
pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah tanpa adanya
keterpaduan diantaranya. Sebagaimana dijelaskan oleh Rudiyanto (2009)
bahwa: “berkaca kepada pembangunan daerah (regional development)
selama ini, yang sesungguhnya merupakan pembangunan sektoral di
daerah, merupakan asal muasal kesenjangan antar wilayah dan cermin
kegagalan koordinasi dan keterpaduan dalam pembangunan wilayah”.
Sesuai dengan visi dan misi otonomi daerah, maka perubahan paradigma
harus dilakukan, sehingga pendekatan-pendekatan pembangunan
kewilayahan dapat benar-benar mampu memanfaatkan dan mengelola
potensi sumberdaya daerah bagi sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat di daerah itu sendiri.
Perwujudan strategi pengembangan daerah secara praktis
sebenarnya terletak pada aktualisasi konsep pembangunan wilayah
secara utuh dan terpadu (comprehensive and integrated area
development concept). Prinsip penting dalam pelaksanaan pendekatan
pembangunan wilayah yang utuh dan terpadu adalah kemampuan
menemu kenali potensi wilayah yang ada untuk dikembangkan dengan
31
berbagai masukan program pembangunan. Ciri dari pendekatan
pembangunan wilayah yang utuh dan terpadu adalah kemampuan untuk
mewujudkan efisiensi dan efektivitas fungsi perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah. Prinsip-prinsip yang dianut adalah:
(1) azas keseluruhan (comprehensive) sektor dan daerah secara terpadu,
bukan lagi ‘penjumlahan’ (agregative) masing-masing sektor secara
terpisah, mengingat proses awal perencanaan diletakkan dalam
kebutuhan suatu wilayah secara keseluruhan, yang nantinya akan
diterjemahkan ke dalam spesifikasi masing-masing sektor, sehingga
pelaksanaan pembangunan masing-masing sektor secara otomatis akan
berakumulasi dalam mendukung sasaran pembangunan wilayah yang
menjadi konsep induknya; (2) azas saling keterkaitan (lingkaged) diantara
masing-masing sektor dan daerah secara signifikan, mengingat semua
sektor berada dalam suatu kerangka perencanaan pembangunan daerah
yang utuh (Rudiyanto, 2009).
Dengan adanya keterpaduan ini diharapkan tidak adanya lagi
saling tumpang tindih (overlaping) dalam pelaksanaan pembangunan
sehingga pembangunan yang dilaksanakan bisa lebih efektif dan efisien.
Sehubungan dengan hal di atas, Indonesia harus menerapkan
pendekatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
gabungan/kombinasi dari pendekatan sektoral dan pendekatan daerah.
Seperti yang disampaikan oleh Rudiyanto (2009) bahwa : ”Untuk negara
Indonesia, yang diperlukan adalah gabungan (kombinasi) antara dua
32
pendekatan tersebut, (bukan ”sektoral” atau ”regional) tetapi keduanya
perlu berjalan bersama”. Hal ini sangat penting, tidak hanya dari segi
konsep tetapi juga dari segi pelaksanaan, khususnya yang menyangkut
koordinasi pembangunan di daerah dalam kerangka sistem pemerintahan
yang ada. Arah tersebutlah yang perlu dituju selama ini tampaknya selalu
ada kecenderungan berat sebelah. Pendekatan sektoral kerap kali
mendominasi proses perencanaan, itulah sebabnya kita temui suatu
keadaan dimana otoritas dan pengawasan departemen untuk tiap sektor,
misalnya Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan
Departemen Pertambangan, lebih efektif daripada Pemerintah dan
instansi daerah, meskipun di atas kertas keterlihatannya adalah
sebaliknya. Karena arah yang dituju adalah gabungan antara pendekatan
”sektoral” dan ”regional” maka dalam melakukan pengamatan tentang
pembangunan daerah di Indonesia perlu selalu dikaitkan dimensi sektoral
dengan dimensi spasial.
Setelah sebelumnya menguraikan penyebab masalah transportasi
dimana salah satu penyebabnya adalah masalah perencanaan, maka
Iryanto (2008) dalam kesimpulannya menyatakan bahwa dalam usaha
mencapai keberhasilan pembangunan, perencanaan tersebut harus
memadukan pendekatan wilayah (regional) dengan pendekatan sektoral.
Penanganan masalah transportasi tidak bisa dilakukan hanya
dengan pendekatan perencanaan daerah, hal ini disebabkan karena
transportasi tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Olehnya menurut
33
Iryanto (2008) perlu kerjasama dengan daerah-daerah lain dalam
membentuk interkoneksi jaringan prasarana maupun jaringan pelayanan
transportasi, dimana hal ini terdapat dalam perencanaan sektoral bidang
perhubungan di Kementerian Perhubungan dibutuhkan keterpaduan
kedua pendekatan perencanaan tersebut untuk mencapai
penyelenggaraan transportasi ditingkat nasional, propinsi dan kabupaten
yang efektif dan efisien.
Berdasarkan Undang-undang No 25 tahun 2004, tentang Sistem
Transportasi Nasional sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. KM49
tahun 2005 dan juga Perda No 67 Tahun 2010, maka bisa digambarkan
adanya keterpaduan perencanaan antara pendekatan sektoral dan
pendekatan daerah (regional) sebagai berikut:
34
Gambar 1. Keterpaduan Perencanaan Sektoral dan Wilayah Sumber: UU No.25 Tahun 2004,Sistranas
H. Perencanaan Strategis
a. Definisi Perencanaan Strategis
Olsen dan Eadie (Bryson, 2008:4) mendefinisikan perencanaan
strategis sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan
tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi
organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau
entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya)
mengerjakan hal seperti itu. Yang terbaik, perencanaan strategis
mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksplorasi alternatif,
dan menekankan implikasi masa depan keputusan sekarang.
RPJPN RPJMN
RENSTRA K/L
TATRANAS
RPJPD RPJMD
RENSTRA SKPD
TATRAWIL
SISTRANAS
RENJA SKPD
PEM
ERIN
TAH
PU
SAT
PEM
ERIN
TAH
DA
ERA
H
Pedoman
Pedoman
Diacu
Dip
erhatikan
Pedoman
Pedoman P
edo
man
P
edo
man
P
edo
man
Diw
uju
dkan
D
iwu
jud
kan
35
Perencanaan strategik berorientasi pada jangkauan masa depan
yang jauh (disebut Visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen
puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas.
Diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis)
dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi. Manajemen
strategis adalah perencanaan berskala besar atau disebut juga sebagai
perencanaan strategis. Manajemen strategis diwujudkan dalam bentuk
perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di
lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk RENSTRA
yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP), yang
kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek
tahunan (Nawawi 2005:150).
Pengertian lain mengenai perencanaan strategis diuraikan oleh
Salusu (2008:500) yang menyatakan bahwa perencanaan strategis adalah
instrumen kepemimpinan dan sebagai suatu proses dalam menentukan
apa yang dikehendaki suatu organisasi di masa depan dan bagaimana
usaha mencapainya, suatu proses yang menjelaskan sasaran yang akan
dicapai. Hal ini juga ditegaskan oleh Steiss (Salusu, 2008:500) bahwa
perencanaan strategis sebagai komponen dari manajemen strategis
bertugas untuk memperjelas tujuan dan sasaran, memilih berbagai
36
kebijaksanaan, terutama dalam memperoleh dan mengalokasikan
sumberdaya, serta menciptakan suatu pedoman dalam menerjemahkan
kebijaksanaan organisasi.
Allison dan Kaye (Mastuti, 2010) merumuskan perencanaan
strategis dengan sebuah uraian yang singkat dimana disebutkan bahwa
perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen, dan sama
dengan setiap alat manajemen, alat itu hanya digunakan untuk satu saja
yaitu menolong organisasi melakukan tugasnya dengan lebih baik.
b. Manfaat Perencanaan Strategis
Sebagai alat manajemen dalam suatu organisasi, maka ada
beberapa manfaat rencana strategis sebagaimana dijelaskan Bryson
(Mastuti, 2010) yakni:
a. Berpikir strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif.
b. Memperjelas arah masa depan.
c. Menciptakan prioritas.
d. Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa
depan.
e. Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuat
keputusan.
f. Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang
yang berada di bawah kontrol organisasi.
g. Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi.
37
h. Memecahkan masalah utama organisasi.
i. Memperbaiki kinerja organisasi.
j. Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif.
k. Membangun kerja kelompok dan keahlian.
Meski perencanaan strategis dapat memberikan seluruh manfaat di
atas, tidak ada jaminan semuanya akan tersedia. Karena satu hal,
perencanaan strategis hanyalah kumpulan konsep, prosedur dan alat
(Bryson, 2008:13), sementara Barry (Salusu, 2008:509) menyatakan yakin
bahwa kinerja organisasi yang menggunakan perencanaan strategis, baik
organisasi besar maupun kecil, jauh melampaui organisasi lain yang tidak
menggunakan perencanaan strategis. Hal ini antara lain karena
perencanaan itu didasarkan atas misi dan visi strategis yang jelas. Misi
dan visi strategis itu sendiri mampu mengendalikan arah perencanaan
yang baik.
c. Proses Perencanaan Strategis
Banyak ahli yang memberikan pedoman dalam menyusun rencana
strategis, salah satunya Bryson (Mastuti, 2010). Dalam proses
perencanaan strategis, Bryson memiliki delapan langkah yang lebih tertib,
bersifat hati-hati, dan partisipatif dalam proses perencanaan strategis:
a. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.
b. Mengidentifikasi mandat organisasi.
c. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.
d. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman.
38
e. Menilai lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan.
f. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi.
g. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.
h. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.
Delapan langkah tersebut harus mengarah kepada tindakan, hasil,
dan evaluasi. Ditekankan pula bahwa tindakan, hasil, dan penilaian
evaluatif harus muncul pada setiap langkah dalam proses, dengan kata
lain, implementasi dan evaluasi tidak harus menunggu hingga akhir, tetapi
harus menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus menerus.
Sementara itu, salah satu model perencanaan strategis yang
dikembangkan oleh Mercer (Salusu, 2008:507) mengenal sepuluh langkah
yaitu (1) persiapan, pada dasarnya merupakan kesepakatan awal yang
diikuti dengan komitmen dari manajemen puncak; (2) pernyataan awal
tentang misi suatu organisasi termasuk pemerintah daerah perlu diketahui
oleh tim perencana stratejik agar ada pegangan untuk mulai melakukan
scanning lingkungan; (3) scanning lingkungan pada prinsipnya adalah
analisis SWOT; (4) pengembangan misi, tujuan, dan sasaran; (5)
identifikasi indikator-indikator dan faktor-faktor yang kritis, (6)
pengembangan strategi; (7) penilaian terhadap kemampuan internal untuk
menjalankan rencana strategis; (8) perencanaan kontingensi adalah
perencanaan yang menyiapkan serangkaian langkah bertindak terhadap
kejadian-kejadian yang tidak direncanakan; (9) integrasi dari rencana-
rencana fungsional; dan (10) perencanaan taktis (action plan) atau disebut
39
juga perencanaan operasional, yaitu jembatan antara perencanaan
strategis dan hasil yang diinginkan. Di dalam perencanaan operasional
itulah digambarkan secara rinci mengenai penganggaran.
Dalam Peraturan Mendagri No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, pada Bab VI RENSTRA-SKPD bagian Kedua
Pasal 89 disebutkan bahwa SKPD menyusun RENSTRA dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Penyusunan Renstra SKPD
b. Penyusunan rancangan Renstra SKPD
c. Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD, dan
d. Penetapan Renstra SKPD
Persiapan penyusunan RENSTRA sebagaimana dijelaskan pada
Pasal 90 meliputi:
a. Penyusunan rancangan keputusan kepala daerah tentang
pembentukan tim penyusun RENSTRA
b. Orientasi mengenai RENSTRA
c. Penyusunan agenda kerja tim penyusun RENSTRA , Dan
d. Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah
40
Tahapan penyusunan rancangan RENSTRA-SKPD dijelaskan pada
Pasal 91 yakni melalui 2 tahap:
a. Perumusan rancangan RENSTRA, dan
b. Penyajian rancangan RENSTRA
Rancangan RENSTRA -SKPD, harus dibahas dengan seluruh unit
kerja di lingkungan SKPD untuk kemudian dibahas bersama dengan
pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan dalam forum.
Pembahasan dengan pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud di
atas bertujuan untuk memperoleh masukan dalam rangka penajaman
pencapaian sasaran program dan kegiatan pelayanan (Pasal 94).
Tahapan penyusunan rancangan akhir RENSTRA dijelaskan pada Pasal
96 dimana dijelaskan bahwa:
(1) Penyusunan rancangan akhir RENJA-SKPD merupakan
penyempurnaan rancangan RENJA yang berpedoman pada
RPJMD yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
(2) Penyempurnaan rancangan RENSTRA sebagaimana dimaksud di
atas, bertujuan untuk mempertajam visi dan misi serta
menyelaraskan tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas yang
ditetapkan dalam RPJMD
Tahapan terakhir dalam penyusunan RENSTRA adalah penetapan
RENSTRA-SKPD, dimana sebagaimana dijelaskan pada Pasal 97 bahwa
rancangan akhir RENSTRA setelah diverifikasi akhir oleh Bappeda, akan
41
diajukan kepada kepala daerah guna memperoleh pengesahan dimana
pengesahan tersebut akan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Berdasarkan keputusan kepala daerah tentang pengesahan Rencana
Strategi, Kepala Dinas menetapkan Rencana Strategi Satuan Kerja
Perangkat Daerah menjadi pedoman unit kerja di lingkungan Dinas dalam
menyusun rancangan Rencana Kerja Dinas.
Sedangkan penjelasan mengenai Rencana Kegiatan diuraikan
pada Bab VIII tentang RENJA-SKPD dimana pada pasal 134 dijelaskan
RENJA harus memuat:
a. Program dan Kegiatan
b. Lokasi Kegiatan
c. Indikator Kinerja
d. Kelompok Sasaran
RENJA merupakan dokumen perencanaan untuk periode satu
tahun yang memuat program pembangunan, kegiatan pembangunan, dan
lokasi pembangunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi setiap Dinas
dibuat dengan berpedoman pada RENSTRA - SKPD.
Adapun program dan atau kegiatan yang tersebut harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Dalam rangka mempercepat capaian target sasaran SKPD
b. Adanya kebijakan pemerintah yang menjadi prioritas nasional yang
mendukung percepatan pembangunan daerah dan,
42
c. Dilakukan jika kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum
memberikan keluaran dan hasil yang sesuai dengan sasaran
RENSTRA-SKPD.
I. Konsistensi Perencanaan
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsistensi
mempunyai makna yakni ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak)
serta ketaatan. Dalam arti sebaliknya, masih menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, inkonsistensi mempunyai makna yakni ketidaktaatan,
atau ketidakserasian.
Konsistensi merupakan tolok ukur yang menekankan pada kegiatan
mengungkapkan kemampuan manajemen puncak dan jajarannya di
lingkungan sebuah organisasi non profit, dalam merencanakan program
berkelanjutan dan beberapa proyek tahunan yang berkesinambungan
atau konsisten dalam arti saling menunjang, baik dalam satu tahun
anggaran yang sama, maupun selama dua tahun anggaran atau lebih
secara berkelanjutan. Oleh karena itu aspek yang diungkapkan dari hasil
kontrol dan sistem pengendalian adalah tentang tingkat konsistensi
program dan proyek, dengan sasaran dan tujuan strategik organisasi non
profit (Nawawi, 2005:204-205).
Organisasi yang efektif menurut Denison, adalah organisasi yang
memiliki budaya yang konsisten. Dengan kata lain, organisasi memiliki
budaya yang adaptif namun sangat konsisten dan dapat diprediksi serta
tanggap pada keterlibatan individu, tetapi bertindak dalam konteks shared
43
sense of mission (Hartijasti 2001). Uraian ini harusnya menjadi fokus
perhatian setiap organisasi karena keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya sangat tergantung seberapa besar konsistensinya
dalam langkah-langkah menuju pencapaian tujuan tersebut.
Perusahaan atau organisasi dengan sifat konsistensi menanamkan
sistem kepercayaan, nilai, dan simbol yang dihayati dan dipahami
(diinternalisasi) oleh para anggota organisasi agar terbentuk tindakan atau
perilaku terkoordinasi berdasarkan dukungan consensus Denison
(Hartijasti, 2001). Indikator konsistensi adalah (a) nilai-nilai inti (para
anggota organisasi berbagi sejumlah nilai untuk membentuk sense of
identity yang kuat dan sejumlah harapan yang jelas), (b) kesepakatan
(organisasi mampu mencapai kesepakatan mengenai masalah-masalah
kritis, yang mencakup tingkat kesepakatan utama dan kemampuan untuk
merekonsiliasi perbedaan-perbedaan yang terjadi), serta (c) koordinasi
dan integrasi (unit-unit kerja yang berbeda dalam organisasi bekerjasama
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama).
J. Kerangka Konseptual Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah mengevaluasi program
perencanaan perhubungan terkait dengan penataan transportasi yang ada
di Kabupaten Konawe Utara. Adapun variabel penelitiannya adalah
program/kegiatan pada dokumen perencanaan tersebut adalah kajian
mengenai sistem perencanannya ini difokuskan pada dua hal yakni kajian
keterkaitan antara dokumen TATRALOK, yang merupakan produk
44
perencanaan sektoral dan kaitannya dengan penataan ruang di
Kabupaten Konawe Utara yang merupakan produk perencanaan regional
yaitu dokumen RTRW dan dokumen RPJMD. Dan kajian konsistensi
perencanaan antara arahan pengembangan dan penataan transportasi
dalam dokumen TATRALOK yang mengakomodir dokumen RENSTRA
dengan penjabaran program dalam dokumen RENJA periode 2012 dan
periode 2013
Keterkaitan program/kebijakan TATRALOK dan arahan program
RTRWK dibahas terlebih dahulu karena sesuai UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, semua perencanaan harus memperhatikan dan
tidak bertentangan dengan arahan spasial dalam dokumen RTRW.
Olehnya harus dilakukan penelusuran program/kebijakan terlebih dahulu
dalam TATRALOK yang berkaitan dengan ruang, kemudian dilihat
keterkaitannya dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara
Kajian konsistensi dilakukan terhadap program/kegiatan RENSTRA
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika periode 2012 dan 2013
dalam RENJA-SKPD periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2013
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan digambarkan kerangka
konseptual penelitian serta matriks penelian yaitu :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran
(mixmethods). Penelitian metode campuran adalah penelitian yang
melibatkan penggunaan dua metode, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitatif dalam studi tunggal (satu penelitian). Penggunaan dua metode
ini dipandang lebih memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang
masalah penelitian daripada penggunaan salah satu di antaranya.
Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian
yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan
bentuk kuantitatif. Aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, serta pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam
satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekadar
mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; tetapi juga melibatkan
fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga
kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar daripada penelitian
kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian metode campuran sudah dikenal sejak tahun 1950-
an ketika Campbell dan Fisik menggunakan metode multimethods.
Mereka menggunakan multiapproach dalam pengumpulan data penelitian.
Berawal dari sinilah banyak peneliti yang menggunakan metode ini,
46
seperti tahun 2003, diterbitkan Handbook of mixed methods in the social
and behavior sciences (Tashakkori and Teddlie) dan juga terdapat di
dalam jurnal seperti: International Journal of Social Research
Methodology, Qualitave Health Research, Quality and Quantity dan
lainnya.
Adapun alasan secara umum, mengapa metode penelitian
campuran digunakan dalam penelitian ini:
a. Untuk lebih memahami masalah penelitian dengan mentriangulasi
data kuantitatif yang berupa angka-angka untuk menentukan derajat
analisis keterkaitan yang merupakan indikator tingkat keterkaitan dan
kekonsistenan program perencanaan transportasi serta data kualitatif
yang berupa perincian-perincian deskriptif yaitu pemaparan dari
informan tentang faktor–faktor yang menyebabkan ketidakterkaitan
dan ketidakkonsistenan perencanaan dalam dokumen perencanaan.
b. Untuk mengeksplorasi pandangan partisipan (kualitatif) dalam hal ini
informan untuk kemudian dianalisis berdasarkan angka keterkaitan
(kuantitatif).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Kantor Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Konawe Utara. Selama dua bulan, yang dimulai
pada bulan Februari 2013 dan berakhir pada bulan April 2013.
47
Gambar 3 : Peta Administratif Kabupaten Konawe Utara
C. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui :
a. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam. Wawancara
dilakukan terhadap informan yang ditentukan dengan
mempertimbangkan penguasaan substansi kebijakan dalam
perencanaan yang bekaitan dengan penataan transportasi di
Kabupaten Konawe Utara. Informan yang telah diwawancarai dalam
48
penelitian ini adalah Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika, Kepala bidang Perhubungan Darat, Kepala Sub bagian
Perencanaan dan Evaluasi dan informan dari Dinas Bappeda
Kabupaten Konawe Utara. Data primer yang dibutuhkan pada
penelitian ini adalah data tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
ketidak-terkaitan dan ketidak-konsistensian antara dokumen
perencanaan.
b. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi dokumen
yaitu dengan menelaah dokumen-dokumen perencanaan berupa
dokumen TATRALOK periode 2012-2031, RPJMD Periode 2012-
2016, RTRW periode 2012-2031, RENSTRA periode 2012-2016 dan
RENJA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Konawe Utara periode 2012 dan 2013. Serta studi literatur atau
dokumen yang relevan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam
setiap kegiatan penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data
yang akurat, terperinci dan dapat dipercaya serta dipertanggungjawabkan.
Teknik penelitian yang digunakan harus tepat agar sesuai data yang
diperlukan, dalam penelitian ini dipergunakan dua teknik pengumpulan
data yaitu wawancara dan studi dokumen. Kedua teknik pengumpulan
49
data ini dianggap paling tepat karena sesuai dengan permasalahan.
Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan menelaah dokumen – dokumen
perencanaan baik sektoral maupun regional, berbagai buku-buku
literatur maupun arsip yang berkaitan dengan fokus penelitian.
2. Wawancara Mendalam ( Indepth Interview )
Wawancara ini digunakan untuk mengungkapkan masalah yang
sedang diteliti yakni faktor yang mempengaruhi ketidak-terkaitan
dan ketidak-konsistensian dokumen perencanaan. Dalam
wawancara ini digunakan teknik wawancara mendalam, terbuka
dilakukan secara akrab dan penuh kekeluargaan.
Adapun metode pengumpulan data sesuai variabel penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Metode Pengumpulan Data
Variabel Metode Pengumpulan
Data Instrumen
Keterkaitan
Wawancara Wawancara
Dokumentasi Format Dokumentasi
Konsistensi
Wawancara Wawancara
Dokumentasi Format Dokumentasi
50
E. Teknik Analisis Data
Data-data hasil studi dokumen dan wawancara secara mendalam
akan dianalisis dengan menggunakan model analisis berupa analisis isi
(content analysis). Analisis keterkaitan dilakukan dengan memperhatikan
hubungan antar dokumen perencanaan (Keterpaduan Perencanaan
Sektoral dan Wilayah).
Analisis Isi ( Content Analysis ) adalah penelitian yang bersifat
pembahasan mendalam terhadap suatu informasi tertulis atau tercetak,
digunakan untuk menganalisis semua bentuk dokumen baik surat kabar,
iklan televisi, dan bahan - bahan dokumen yang lainnya. Penelitian
analisis isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks yang
dijabarkan dalam pola – pola terstruktur yang dapat membawa peneliti
kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Analisis ini biasa
digunakan pada penelitian Kualitatif( Harold D.Laswell), memelopori teknik
symbol coding pada analisis isi yaitu mencatat lambang atau pesan
secara sistematis kemudian diberi interpretasi. Sesuai dengan tujuannya,
maka metode analisis isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian
yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks .
Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut :
1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang
terdokumentasi (buku, dokumen, surat kabar, pita rekaman,
naskah)
51
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang
menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap
data tersebut.
3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-
bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian
dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. Analisis isi lebih
bersifat kualitatif karena analisis isi lebih menekankan pada
pemaknaan teks.
Karena dimensi waktu yang berbeda antara RPJMD yang
merupakan perencanaan jangka menengah sedangkan Tatralok dan
RTRW adalah perencanaan jangka panjang maka keterkaitan kedua
dokumen tersebut dilihat dari dua arah yakni:
1) Mengkaji keterkaitan RTRW dan TATRALOK Kabupaten Konawe
Utara, dilakukan dengan melihat sejauhmana arahan program
dalam RTRW mengakomodir arahan program/kebijakan dalam
TATRALOK. Serta sebaliknya, mengkaji arahan program dalam
TATRALOK yang belum termuat dalam RTRW.
2) Keterkaitan RPJMD dengan TATRALOK yang melihat sejauhmana
program RPJMD mengakomodir arahan program/kebijakan
TATRALOK, serta dari arah sebaliknya yakni keterkaitan
TATRALOK dengan RPJMD yang melihat arahan
program/kebijakan apa saja yang ada dalam TATRALOK yang
belum termuat dalam RPJMD
52
3) Keterkaitan antara TATRALOK dengan RENSTRA, yang melihat
sejauh mana arahan kebijakan TATRALOK mengakomodir arahan
program dalam RENSTRA, serta sebaliknya arahan kebijakan apa
saja yang berkaitan dengan perencanaan transportasi dalam
RENSTRA yang belum sesuai dengan arahan dalam TATRALOK
Secara runtut, untuk menjawab permasalahan pertama maka
langkah yang dilakukan adalah:
1. Melakukan penelusuran terhadap dokumen TATRALOK untuk
mendapatkan data mengenai arahan program/kebijakan
pengembangan dan penataan transportasi di Kabupaten Konawe
Utara
2. Melakukan penelusuran terhadap dokumen RTRW untuk
mendapatkan data mengenai program dan kegiatan yang berkaitan
dengan arahan struktur ruang dalam pengembangan dan penataan
transportasi di Kabupaten Konawe Utara.
3. Untuk mempermudah analisa, kedua data tersebut kemudian disajikan
dalam bentuk tabel untuk melihat keterkaitan program/kegiatan
pengembangan transportasi dalam kedua dokumen tersebut.
4. Pengklasifikasian program dan kegiatan pada RTRW yang memiliki
hubungan/keterkaitan maupun yang tidak memiliki
hubungan/keterkaitan dengan arahan/rencana pengembangan
transportasi dalam dokumen TATRALOK, yaitu apabila memiliki
keterkaitan maka diberi angka 1 sedangkan bila tidak memiliki
keterkaitan diberi angka 0. Dikategorikan memiliki
53
hubungan/keterkaitan apabila makna isi pesan program/kegiatan pada
TATRALOK sesuai dengan arahan program/kebijakan dalam
perencanaan ruang yaitu dokumen RTRW atau sebaliknya.
5. Keterkaitan dokumen juga dilihat antara data arahan/rencana
pengembangan transportasi dalam dokumen RPJMD khususnya
rencana pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Konawe
Utara. Data tersebut dibuatkan dalam Tabel sebagaimana pada
langkah 3 di atas, kemudian dilihat hubungan/keterkaitannya.
Dikategorikan memiliki hubungan/keterkaitan apabila makna isi pesan
arahan program/kebijakan dokumen TATRALOK sesuai dengan
arahan program dalam RPJMD Kabupaten Konawe Utara.
Dari hasil tabel di atas dapat dinilai derajat keterkaitan antar
dokumen perencanaan yang dinyatakan dalam persen (%). Dalam hal
keterkaitan antara RPJMD terhadap TATRALOK, maka derajat keterkaitan
adalah perbandingan jumlah kegiatan RPJMD yang memiliki keterkaitan
makna dengan TATRALOK (program/arahan yang memiliki nilai ≠ 0) yang
berhubungan dengan masalah penataan transportasi dengan jumlah
program atau kebijakan dalam dokumen TATRALOK. Sedangkan derajat
keterkaitan Tatralok dengan RTRW merupakan perbandingan jumlah
program/kebijakan TATRALOK yang memiliki keterkaitan makna dengan
RTRW yang menyangkut masalah penataan transportasi
(program/kebijakan yang memiliki nilai ≠ 0) dengan jumlah
program/kebijakan dalam dokumen TATRALOK.
54
Selain itu, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
hubungan/keterkaitan ataupun ketidakterkaitan tersebut, dilakukan
wawancara terhadap informan yang dianggap terkait erat dalam proses
tersebut. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan metode
kualitatif sehingga bisa diketahui gambaran yang komprehensif mengenai
faktor – faktor yang menyebabkan ketidak-terkaitannya dengan dokumen
perencanaan lainnya. Sedangkan metode kuantitatif untuk menentukan
derajat keterkaitan antar dokumen
Untuk menjawab permasalahan kedua, langkah pertama adalah
melihat arahan program dalam dokumen RENSTRA periode 2012 dan
2013, kemudian dilihat rincian kegiatannya dan dibandingkan dengan
rincian kegiatan pada dokumen RENJA Tahun 2012 DAN 2013 dalam
bentuk matriks. Pada matriks tersebut, dilihat kesesuaian antara kedua
rincian kegiatan tersebut dari Tahun 2012 dan 2013. Untuk memperoleh
prosentase kekonsistenan yang merupakan perbandingan jumlah kegiatan
pada RENSTRA yang konsisten terhadap penjabaran kegiatan dalam
RENJA. Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai
faktor yang mempengaruhi prosentase kekonsistenan yang ada, dilakukan
wawancara terhadap para informan.
Derajat keterkaitan maupun derajat konsistensi sebagaimana di
atas menunjukkan efektivitas suatu perencanaan. Semakin tinggi derajat
keterkaitan/derajat konsistensi maka semakin efektif perencanaan
tersebut sehingga tujuan perencanaan (output/outcome) bisa dicapai,
55
dalam hal ini terciptanya penyelenggaraan transportasi yang efektif dalam
rangka mewujudkan transportasi yang handal yang mampu
menggerakkan perkembangan suatu wilayah. Adapun analisis data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis data kekonsistenan dan keefektifan dokumen perencanaan
Tujuan Penelitian Pengolahan Data Analisis Data
Mengetahui keterkaitan
antar dokumen
perencanaan
(TATRALOK, RTRW,
RPJMD dan RENSTRA)
khususnya mengenai
program/kegiatanpenataan
transportasi
Mengkaji
hubungan/keterkaitan
rencana penataan
transportasi yang ada
pada masing-masing
dokumen perencanaan
Analisis konten:
Keterkaitan antar
dokumen
perencanaan
Mengetahui gambaran
konsistensi perencanaan
antara program dan
kegiatan dalam dokumen
RENSTRA (2012 dan
2013) dijabarkan dalam
dokumen RENJA
(2012 dan 2013) yang
diakomodir arahan
program pengembangan
dan penataan jaringan
transportasi dalam
dokumen TATRALOK
Melihat kesesuaian
rincian kegiatan yang
ada di dokumen
Renstra dan Renja
Analisis konten:
Konsistensi
dokumen
perencanaan
56
F. Definisi Operasional
1. Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Konawe Utara
adalah dokumen perencanaan pada Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika yang memuat tentang perencanaan tatanan
transportasi yang berfungsi sebagai pedoman untuk pengembangan
jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang memfasilitasi
perpindahan orang atau barang antar simpul dalam suatu wilayah.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selanjutnya
disebut RPJMD Kabupaten Konawe Utara adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun
kedua periode 2012-2016.
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Konawe Utara selanjutnya
disebut RTRW adalah merupakan matra ruang RPJPD kabupaten
Konawe utara, yang memuat penjabaran rencana struktur maupun
pola ruang wilayah nasional pada RTRWN ke dalam struktur ruang
dan pola ruang di tingkat Kabupaten.
4. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Komunikasi Dan
Informatika selanjutnya disebut RENSTRA Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika adalah dokumen perencanaan yang
memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan
program/kegiatan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika.
5. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
selanjutnya disebut RENJA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
57
Informatika merupakan dokumen perencanaan untuk periode satu
tahun yang memuat program pembangunan; kegiatan pembangunan;
dan lokasi pembangunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, dibuat dengan
berpedoman pada RENSTRA SKPD.
6. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika, yang dikoordinasikan oleh pemerintah
daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah
7. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia),
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi
dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) yang
diharapkan.
8. Keterkaitan adalah hal terkait atau berhubungan, dimana yang
dimaksud dengan keterkaitan dalam penelitian ini adalah hal dimana
program/kegiatan pada RPJMD dan RENSTRA sesuai dengan arahan
program/kebijakan dalam dokumen Tatralok sebagaimana dijelaskan
pada indikator makna isi pesannya. Serta arahan program/kebijakan
dalam dokumen Tatralok sesuai dengan arahan program dalam
58
RTRW Kabupaten sebagaimana dijelaskan pada indikator makna isi
pesannya.
9. Konsistensi perencanaan adalah kesesuaian atau saling menunjang
antara isi pesan dalam dokumen perencanaan, dimana yang
dimaksud dengan konsistensi dalam penelitian ini adalah kesesuaian
rincian kegiatan yang ada dalam setiap dokumen dengan penjabaran
kegiatannya dalam RENJA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
I. Kondisi Geografis
Kabupaten Konawe Utara adalah salah satu kabupaten yang
termasuk dalam wilayah administrasi Propinsi Sulawesi Tenggara.
Kabupaten Konawe Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Konawe berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingat II di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Secara Geografis Kabupaten Kabupaten Konawe Utara terletak pada
koordinat 121o
49’ – 122o
49’ Bujur Timur dan 02o
97’ – 03o
86’ Lintang
Selatan dengan luas wilayah 5003.39 km2 atau 13,38% dari total luas
wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
Adapun batas wilayah administratif Kabupaten Konawe Utara adalah :
- Sebelah Utara : Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah)
dan Kecamatan Routa (Kabupaten Konawe).
- Sebelah Selatan : Kabupaten Konawe
- Sebelah Timur : Kabupaten Morowali
- Sebalah Barat : Kabupaten Konawe
60
Secara administrasi Kabupaten Konawe Utara terdiri dari 10 (sepuluh)
kecamatan yaitu Kecamatan Sawa, Motui, Kecamatan Lembo, Kecamatan
Lasolo, Kecamatan Molawe, Kecamatan Asera, Kecamatan Andowia,
Kecamatan Oheo, Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Wiwirano dengan
Ibukota kabupten terletak di Wanggudu.
Luas wilayah menurut kecamatan sangat beragam, Kecamatan
Wiwirano merupakan wilayah kecamatan yang terluas yaitu : 1.505,09 km2
sementara kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Motui
dengan luas wilayah 26,09 km2 atau 0,52 persen terhadap luas wilayah
Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Konawe Utara Menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (km²) 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
S a w a Motui L e m b o Lasolo Molawe Asera Andowia O h e o Langkikima Wiwirano
92.06 26.09 78.12 262.5
365.06 863.32 595.9 738.5
476.75 1505.09
Jumlah/Total 5003.39
61
B. Kondisi Transportasi Sekarang Ini
Pertumbuhan perekonomian nasional sangat bertumpu pada
kehandalan dan tingkat pelayanan jaringan tranportasi, untuk wilayah
Kabupaten Konawe Utara bertumpu pada transportasi jalan. Karena lalu
lintas dapat menyebabkan terjadinya perpindahan orang, barang dan jasa
ke tempat lain dengan waktu yang lebih cepat sehingga aspek efektifitas
waktu dapat dicapai, dengan asumsi jaringan sarana dan prasarana jalan
harus tersedia dan dapat mendukung tingkat aktifitas yang akan terjadi di
daerah tersebut.
Peran moda lain dalam angkutan orang, barang dan jasa nasional
harus didukung oleh ketersediaan prasarana transportasi jalan, demikian
halnya di Kabupaten Konawe Utara sendiri, transportasi jalan merupakan
jaringan transportasi yang sangat dominan dibandingkan dengan jaringan
transportasi lainnya (laut dan sungai). Hal ini disebabkan karena jaringan
jalan dapat mengakses kebutuhan transportasi ke seluruh kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Konawe Utara. Sedangkan, transportsi laut
dan sungai yang terdapat di Kabupaten Konawe Utara sangat terbatas
daerah yang akan dituju.
Agar transportasi jalan dapat berjalan secara aman dan efisien,
maka perlu disiapkan suatu jaringan transportasi jalan yang handal yang
62
terdiri dari ruas dan simpul. Secara makro jaringan jalan harus dapat
melayani transportasi yang cepat dan langsung (efisien), namun juga dapat
memisahkan sekaligus melayani lalu lintas dengan berbagai tujuan.
Untuk itu dalam menata jaringan jalan perlu dikembangkan sistem
jaringan jalan yang jelas dan didukung dengan penataan ruang dan
penggunaan lahan.
Penurunan tingkat pelayanan dan kapasitas jalan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran pergerakan ekonomi dan menyebabkan biaya yang
dibebankan terhadap pengguna jalan sangat tinggi. Sehingga,
menyebabkan terjadinya peningkatan biaya yang disebabkan waktu
perjalanan yang lama. Sudah saatnya dipikirkan secara matang konsep,
strategi dan langkah-langkah implementasi yang didukung kebijakan
pemerintah.
Jaringan jalan utama di Kabupaten Konawe Utara pada umumnya
memiliki kepadatan arus lalu lintas relatif rendah dengan pola jaringan yang
cenderung linear. Terdapat 6 ruas utama dengan total panjang jalan
mencapai 196,16 km. Ruas jalan tersebut terdiri dari jalan beraspal
namun mudah rusak dan berlubang. Hal ini disebabkan karena kondisi
alam disepanjang jalan utama sering terjadi erosi, disamping itu
masalah utama jalan adalah moda transportasi yang melalui jalan
tersebut banyak yang melebihi kapasitas muatan jalan yang
seharusnya sehingga menyebabkan kondisi jalan mudah rusak.
63
Kondisi jalan utama di Kabupaten Konawe Utara secara spesifik dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4. Ruas Jalan Kolektor Primer di Kabupaten Konawe Utara
Nama Ruas
Panjang (Km)
Peranan
Keterangan
Simpang Pohara – Taipa
47,51 Kolektor Primer Jalan kolektor primer ini menghubungkan Ibukota Propinsi Sultra (Kota Kendari) dengan Ibukota Propinsi Sulteng (Kota Palu)
Taipa – Belalo 22,12 Kolektor Primer
Belalo – Andowia 25,48 Kolektor Primer
Andowia – Asera 11,80 Kolektor Primer
Asera – Kota Maju –Landawe
51.10 Kolektor Primer
Landawe – Lamonae – Batas Sulteng (Buleleng)
38,15 Kolektor Primer
Jumlah 196,16
Sumber : Kepmen Kimpraswil 375/KPTS/M/2004
Dari Tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar ruas di Kabupaten
Konawe Utara jalan utama berfungsi sebagai jalan kolektor primer. Jika
dicermati lebih jauh, peran ke enam ruas jalan diatas seharusnya berfungsi
sebagai jalan arteri primer karena secara langsung menghubungkan pusat
Propinsi Sulawesi Tenggara (Kendari) dengan Ibukota Propinsi Sulawesi
Tengah(Palu) dengan tingkat aktifitas jalan yang melayani perjalanan jarak
jauh. Sehingga peningkatan kualitas dan fungsi pada keenam ruas jalan
diatas kedepan perlu diupayakan.
64
1.1 Keselamatan
Tingkat keselamatan transportasi jalan relatif masih tinggi. Hal ini
terlihat dari angka kecelakaan yang masih cukup rendah, apabila
diperbandingkan dengan angka kecelakaan di kabupaten/kota lain di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat
aktifitas jalan dan memadainya petunjuk jalan yang tersedia di sepanjang
ruas jalan di Kabupaten Konawe Utara. Namun demikian, dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir ( tahun 2009-2011) jumlah kecelakaan lalu lintas
yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara meningkat cukup tajam.
Pada Tahun 2009 tercatat jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 7
dengan jumlah korban sebanyak 12 orang, pada tahun 2010 meningkat
menjadi 17 dengan jumlah korban 33 orang dan pada tahun 2011
meningkat cukup tajam yaitu terjadi sebanyak 86 kecelakaan dengan
jumlah korban sebanyak 248 orang. Pada tahun 2011 jumlah kecelakaan
terbanyak terjadi di Kecamatan Lasolo yaitu 17 kecelakaan lalu lintas
dengan korban sebanyak 59 orang.
Tabel 5. Jumlah Kecelakaan dan Jumlah Korban Kecelakaan di Kabupaten Konawe Utara Tahun 2009 – 2011
No Tahun Jumlah kecelakaan Jumlah Korban
1 2009 7 12
2 2010 17 33
3 2011 86 248
65
1.2 Efisiensi
Tingkat efisiensi jaringan jalan yang ada pada Kabupaten Konawe
Utara dapat dikatakan relatif sedang. Hal ini ditunjukkan dengan hampir rata-
rata jaringan pelayanan transportasi jalan baik ruas maupun simpul
tergolong cukup. Terhubungnya dengan jaringan jalan antar kecamatan
dan antar wilayah ditunjukkan pada lampiran 4 halaman 130. Arus lalu lintas
cenderung lancar, serta termanfaatnya jaringan jalan yang ada sebagai
bentuk pelayanan jaringan transportasi jalan. Terhubungnya kecamatan
yang satu dengan yang lainnya dalam kondisi yang cukup baik, sehingga
dapat dilewati oleh semua jenis kendaraan. Transportasi Kabupaten
Konawe Utara yang berbentuk jaringan memberikan kemudahan keefisienan
didalam pergerakan transportasi.
1.3 Kemudahan
Kemudahan didalam melakukan perjalanan umumnya belum
memadai di Kabupaten Konawe Utara. Hal ini dikarenakan masih
minimnya fasilitas transportasi yang ada. Selain itu tidak adanya trayek
angkutan umum menjadi faktor pembatas pada kemudahan dalam
melakukan perjalanan.
Namun demikian, fasilitas penunjuk jalan sudah mulai tertata
dengan baik dengan adanya rambu petunjuk jalan di Kabupaten Konawe
66
Utara. Kemudahan mencapai tempat-tempat srategis dari daerah-daerah
serta informasi-informasi pendukung lainnya seperti petunjuk tempat
pengisian bahan bakar, rumah sakit, pos polisi dan rumah makan juga
menjadi salah satu kemudahan. Kemudahan akses jalan menuju ke
tempat angkutan umum masih dapat terjangkau. Tetapi kendala lain
adalah belum memadainya simpul-simpul transportasi dan simpul transit
seperti terminal dapat menjadi faktor pembatas yang utama dalam
kemudahan transportasi di Kabupaten Konawe Utara.
1.4 Kelancaran
Melihat jaringan transportasi di Kabupaten Konawe Utara terlihat
relatif lancar di dalam pergerakan lalu lintas yang ada, kelancaran itu juga
terlihat tidak adanya tingkat kemacetan pada arus normal.
Kondisi arus pergerakan lalu lintas yang ada di Kabupaten Konawe
Utara relatif masih rendah. Angkutan mini bus dan truk pengangkut barang
yang melewati jalur nasional juga relatif rendah pergerakaannya. Dilihat dari
sisi kecepatan, dengan kondisi topogarfi pada jalur utama yang cenderung
datar sehingga kecepatan pengguna angkutan jalan dapat melaju rata-rata
55-60 kilometer per jam bahkan lebih.
67
1.5 Kenyamanan
Sektor transportasi yang melayani di Kabupaten Konawe Utara
tergolong cukup nyaman, hal ini dapat terlihat dari jumlah sarana
transportasi yang masih cukup melayani kapasitas kendaraan. Hal ini
disebabkan karena fungsi transportasi umum belum cukup berperan dalam
arus pergerakan penumpang. Masyarakat pada umumnya menggunakan
transportasi roda dua untuk mobilitasnya, pelayanan angkutan penumpang
cenderung terfokus pada angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).
Kenyamanan didalam melakukan perjalanan juga terlihat dari tingkat
pelayanan prasarana jaringan jalan yang ada di Kabupaten Konawe Utara,
jaringan jalan yang ada masih didominasi oleh jalan dengan permukaan
kerikil. Hal ini turut mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam melakukan
perjalanan. Jalan dengan permukaan aspal akan lebih nyaman dibanding
dengan jalan dengan permukaan kerikil.
1.6 Terminal
Terminal adalah simpul transportasi yang berfungsi sebagai tempat
digunakan untuk keperluan menaik-turunkan penumpang, atau tempat
bongkar muat barang, mengatur jadwal perjalanan serta sebagai tempat
terjadinya perpindahan intra dan atau antar moda. Simpul transportasi ini,
meliputi terminal transportasi jalan, terminal sungai dan danau, pelabuhan
penyeberangan dan pelabuhan laut. Untuk menunjang kelancaran
68
transportasi baik antar kota maupun antar desa, terminal sangat dibutuhkan
dan penting keberadaannya.
Terminal angkutan penumpang dibagi atas tiga tipe terminal seperti
yang termuat dalam KM Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal
transportasi Jalan, pasal 2 yakni:
a. Terminal Tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan
antar kota antar provinsi dan atau angkutan lintas batas Negara,
angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan
pedesaan.
b. Terminal Tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan
antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan pedesaan
c. Terminal Tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan
– angkutan pedesaan
Di Kabupaten Konawe Utara, keberadaan simpul transportasi belum
memadai. Sampai saat ini, belum terdapat terminal yang beroperasi di
daerah ini. Namun demikian, telah terdapat bangunan terminal yang ada di
Kecamatan Andowia tetapi sampai sekarang belum dioperasikan. Hanya
terminal bayangan yang biasanya terdapat pada pusat-pusat perekonomian
seperti pasar. Secara umum, terminal bayangan tersebut cukup memainkan
peranan penting sebagai simpul transportasi lokal.
69
1.7 Jaringan Jalan
Ditinjau dari terminologinya, sistem jaringan transportasi merupakan
suatu system yang meliputi jaringan prasarana dan pelayanan yang
dikelompokan antara lain menurut hirarki, wilayah, kelas dan sifat
pelayanannya. Jaringan prasarana terdiri atas simpul dan ruang lalu lintas.
Simpul berfungsi sebagai ruang yang digunakan untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat
barang, mengatur jadwal perjalanan serta perpindahan intra dan antarmoda.
Sedangkan ruang lalu lintas berfungsi sebagai ruang gerak untuk lalu
lintas sarana transportasi dan khusus untuk ruang lalu lintas jalan disamping
untuk lalu lintas kendaraan juga lalu lintas orang dan barang (Setijowarno,
2001).
Jaringan prasarana transportasi jalan terdiri dari simpul yang berwujud
terminal penumpang dan terminal barang dan ruang lalu lintas. Ruang lalu
lintas pada transportasi jalan berupa ruas jalan yang ditentukan hirarki,
Kewenangan dan juga kelas jalan yang dilaluinya.
Di Sulawesi Tenggara umumnya dan Kabupaten Konawe khususnya,
jaringan prasarana jalan merupakan jaringan utama sistem transportasi
wilayah. Jalan sebagai prasarana transportasi orang dan distribusi barang.
Sistem jaringan jalan ini terkoneksi ke sistem jaringan jalan provinsi dan
nasional. Sehingga kondisi dan idealisasi jaringan jalan menjadi sangat
70
penting untuk mendukung proses pergerakan orang dan barang di
Kabupaten Konawe Utara.
Kabupaten Konawe Utara mempunyai jaringan jalan dengan fungsi
arteri, kolektor, lokal dan lingkungan. Namun perlu adanya idealisasi
jaringan jalan sehingga dapat berfungsi maksimal. Karena saat ini jalan
arteri sebagai akses perjalanan jarak jauh dengan kecepatan tinggi dan
jumlah jalan masuk dibatasi belum sesuai dengan ketentuan tersebut.
Berdasarkan hasil survei kecepatan kendaraan rata-rata pada jalan ini lebih
kurang 60 kilometer per jam (kecepatan terendah pada jalan arteri dekat
pusat kota) dan akses jalan masuk masih bebas belum ada pembatasan.
Kondisi ruas jalan seperti ditunjukkan di lampiran 8 halaman 133
1.8 Alat Pengedali dan Pengaman Jalanan
Alat pengendali dan pengaman jalan di Kabupaten Konawe Utara
terdiri dari patok pengaman dan pagar pengaman jalanan. Deliniator
dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit konstruksi yang diberi
tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif) berfungsi sebagai
pengaruh dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari,
bahwa di sisi kiri atau kanan deliniator adalah daerah berbahaya. Unit
konstruksi dapat berupa pipa besi atau pipa plastik yang diberi tanda yang
dapat memantulkan cahaya . Pagar pengaman adalah kelengkapan
tambahan pada jalan yang berfungsi mencegah kendaraan bermotor yang
tidak dapat dikendalikan agar tidak keluar dari jalur lalu lintas.
71
C. Deskripsi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Konawe Utara
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Perhubungan,
meliputi urusan lalu lintas dan angkutan, pengujian dan keselamatan,
sarana/prasarana lalu lintas jalan, perparkiran, terminal dan sub terminal,
pelabuhan, angkutan laut, keselamatan angkutan laut, informasi dan
komunikasi, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika yang dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah.
Dalam melaksanakan tugas kedinasan di bidang perhubungan meliputi
urusan lalu lintas dan angkutan, pengujian dan keselamatan,
sarana/prasarana lalu lintas jalan, perparkiran, terminal dan sub terminal,
pelabuhan, angkutan laut, keselamatan angkutan laut, informasi dan
komunikasi. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Konawe Utara dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dibantu oleh
beberapa bidang :
1. Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat dibantu 3
(tiga) Sub Bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Perlengkapan, Sub
Bagian Perencanaan dan Evaluasi serta Sub Bagian Keuangan dan
Kepegawaian;
72
2. Bidang Perhubungan Darat yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidng
dibantu oleh 3 (tiga) Seksi yaitu Seksi Manajemen Lalu Lintas, Seksi
Angkutan dan Perizinan, dan Seksi Sarana dan Prasarana Terminal;
3. Bidang Perhubungan Laut yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
dibantu oleh 3 (tiga) Seksi yaitu Seksi Angkutan Laut, Danau dan
Perizinan, Seksi Pelabuhan dan Tambat, dan Seksi Peralatan Pelayaran;
4. Bidang Sarana dan Teknik Lalu Lintas yang dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang dibantu 3 (tiga) Seksi yaitu Seksi Pengujian Kendaraan
Bermotor, Seksi Keselamatan dan Perlengkapan Jalan, dan Seksi
Penetapan Batas Standar Maksimum;
5. Bidang Komunikasi dan Informatika yang dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang dibantu 3 (tiga) Seksi yaitu Seksi Pos dan Telekomunikasi, Seksi
Komunikasi Diseminasi Informasi, dan Seksi Pelayanan Perizinan
Telekomunikasi;
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Konawe Utara disusun dan dilaksanakan Sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Konawe
Utara (Lampiran VII).
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di
atas, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika mempunyai fungsi:
73
1. Pengaturan, perencanaan, dan pelayanan di bidang angkutan orang dan
barang;
2. Pengaturan, perencanaan, dan pengawasan jaringan transportasi darat
dan laut serta dampak lalu lintas;
3. Pengendalian dan operasional lalu lintas dan jalan;
4. Pelayanan pengujian kendaraan bermotor;
5. Perencanaan fasilitas dan keselamatan lalu lintas jalan;
6. Penyediaan sarana dan prasarana jalan;
7. Perencanaan fasilitas dan pengawsan kepelabuhanan sesuai dengan
lingkup tugasnya;
8. Perencanaan fasilitas, pengawsan dan pengendalian komunikasi dan
informatika sesuai dengan lingkup tugasnya;
9. Pengaturan, perencanaan dan pelayanan perparkiran, terminal, dan sub-
terminal;
10. Pemberian perizinan, rekomendasi, dan pelaksanaan pelayanan umum
sesuai dengan ruang lingkup tugasnya;
11. Pembinaan terhadap seluruh perangkat Dinas
Jumlah pegawai yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan
di unit kerja Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Konawe Utara terdiri dari 28 orang dengan tingkat pendidikan ditunjukkan
Tabel 6.
74
Tabel 6. Jumlah pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika dengan tingkat pendidikannya
PENDIDIKAN GOLONGAN
S2 = -
S1 = 18 orang
D3 = 9 orang
SLTA = 1 orang
SLTP = 0 orang
SD = 0 orang
IV/c = -
IV/ b = 1 orang
IV/ a = 3 orang
II/ d = 3 orang
III/ c = 3 orang
III/ b = 1 orang
III/ a = 7 orang
II/ d = -
II/ c = 9 orang
II/ b = 1 orang
II/ a = -
I/c = -
I/ a = -
Sumber : Dokumen TATRALOK, 2012
75
75
D. Keterkaitan antar Dokumen Perencanaan
a. Keterkaitan Dokumen Tataran Transportasi Lokal dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Undang-undang nomor 26 tahun 2007 menyebutkan bahwa
dokumen RTRW memuat arahan-arahan pemanfaatan ruang dan
pengembangannya dimana salah satunya adalah arahan pengembangan
sistem prasarana wilayah yang diantaranya meliputi prasarana
transportasi.
Berkaitan dengan hal tersebut maka penggunaan struktur ruang
dalam TATRALOK harus sejalan dengan arahan-arahan pemanfaatan
ruang dalam RTRW, dan seharusnya terdapat keterkaitan antar kedua
dokumen perencanaan tersebut. Adapun hasil analisis keterkaitan
program RTRW dengan TATRALOK yang merupakan indikasi
keterpaduan program perencanaan penataan transportasi di Kabupaten
Konawe Utara yaitu makna isi pesan dari analisis isi (content analisis)
yang pada analisis keterkaitannya diberi indikator angka 1 dan jika tidak
memiliki keterkaitan diberi indikator angka 0. Dianalisis dalam setiap
programnya seperti yang ditunjukkan dala Tabel 7 –22.
76
76
Tabel 7. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW dalam Penetapan Fungsi Jaringan Jalan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam RTRW
Arahan Program dalam
TATRALOK
Analisis
keterkaitan
1. Penetapan fungsi jaringan jalan
nasional sepanjang 196,162 yang
mempunyai fungsi primer yaitu pada
ruas jalan :
Penetapan jaringan jalan
dengan fungsi primer
sepanjang 196,162 adalah
poros trans Sulawesi yaitu
pada ruas jalan :
1. Ruas jalan batas Prov Sulteng
(Buleleng) – Lamonae – Landawe
sepanjang 55,769 Km;
1. Ruas simpang Pohara –
Taipa dengan panjang
47,51 Km
1
2. Ruas jalan Landawe – Kota Maju
– Asera sepanjang 31,033 Km;
2 Ruas Taipa – Belalo
dengan panjang 22,12
Km
1
3. Ruas jalan Asera (Jembatan
Lasolo) – Andowia sepanjang
12,210 Km;
3. Ruas Belalo – Andowia
dengan panjang 25,48
Km
1
4 Ruas jalan Andowia –
Belalo/Lasolo sepanjang 23,484
Km;
4. Ruas Andowia – Asera
dengan panjang 11,80
Km
1
5 Ruas jalan Belalo/Lasolo – Taipa
sepanjang 25,704 Km;
5. Ruas Asera –Kota
Maju – Landawe dengan
panjang 48 Km
1
6 Ruas jalan Taipa – Batas
Kab.Konawe Utara/Kab. Konawe
sepanjang 26,334 Km;
6. Ruas Landawe –Lamonae
dengan panjang 38,15 Km
1
7 Ruas jalan Batas Kab. Konawe
Utara/ Kab. Konawe – Pohara
sepanjang 21,628 Km.
0
2. Penetapan Jaringan jalan provinsi yang
terdapat di Kabupaten Konawe Utara
sepanjang 74,43 Km
-
0
3. Pengembangan fungsi jaringan jalan
kabupaten sepanjang 131,99 Km
-
0
Total
6 kegiatan
terkait
77
77
Klasifikasi dan penetapan fungsi jalan di Kabupaten Konawe Utara
dalam RTRW yang ditunjukkan pada Tabel 7, sebagai penegasan
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Konawe Utara yang dilakukan
berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Undang-undang 38 tahun
2004 dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
375/KPTS/M/2004 tentang “Penetapan Ruas-Ruas Jalan di Propinsi
Sulawesi Tenggara” sedangkan TATRALOK sebagai pedoman
pengembangan jaringan transportasi mengklasifikasikan dalam 6 ruas
jalan untuk menghubungan pusat – pusat pelayanan serta kawasan-
kawasan strategis dengan pusat kegiatan nasional. Dengan analisis isi
(content analisis) diketahui derajat keterkaitan kedua dokumen
perencanaan tersebut dalam penetapan jaringan jalan yaitu sebesar 78%.
Tabel 8. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW dalam Pengembangan Fungsi Jaringan Jalan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam
TATRALOK
Analisis
Keterkaitan
4. Pemeliharaan ruas jalan pada poros
yang menghubungkan pusat-pusat
pelayanan dan kawasan –kawasan
potensial dan strategis
Pengembangan fungsi jalan
kolektor primer yaitu jalan
yang menghubungkan secara
berdaya guna pusat-pusat
pelayanan dan kawasan
strategis yaitu pusat kegiatan
nasional dengan pusat
kegiatan lokal atau pusat
kegiatan wilayah.
1
5. Pengembangan jaringan jalan
kabupaten pada ruas jalan Belalo –
batas Kabupaten Konawe sepanjang
12,3 km untuk kelancaran akses dengan
Kabupaten induk Konawe.
Perencanaan jaringan jalan
Belalo – dengan batas
Kabupaten Konawe
(kabupaten induk) sepanjang
12,3 Km.
1
Total
2 kegiatan
terkait
78
78
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 8, dapat diketahui
keterkaitan dari program/kegiatan perencanaan jaringan transportasi di
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dalam dokumen
TATRALOK menyangkut pengembangan fungsi jaringan jalan memiliki
derajat keterkaitan sebesar 100% dengan arahan pengembangan
prasarana dalam RTRW Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 9. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Pemeliharaan Jaringan Jalan, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaita
n
6.
Pemeliharaan ruas jalan dengan membatasi akses jalan (jenis perkerasan dan lebar dimensi) yang akan melintasi kawasan lindung.
Pemeliharaan ruas jalan dengan membatasi akses jalan dan pelebaran dimensi jalan yang akan melintasi kawasan lindung.
1
Total
kegiatan
terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) pada Tabel 9, diketahui
program/kegiatan perencanaan jaringan transportasi dalam dokumen
TATRALOK menyangkut pemeliharaan fungsi jalan memiliki derajat
keterkaitan sebesar 100% dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara. Hal
ini menunjukkan tidak ada konflik spasial dalam perencanaan transportasi
karena program perencanaan tata ruang sangat mendukung perencanaan
transportasi dalam pembatasan akses jalan yang melintasi kawasan
lindung Kabupaten Konawe Utara.
79
79
Tabel 10. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Peningkatan Kualitas Jalan, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
7. Peningkatan kualitas sistem perkerasan dari tanah menjadi aspal.
Peningkatan kualitas sistem perkerasan dari tanah menjadi aspal terutama pada poros :
1
1. Jalan lingkar Wanggudu (pusat pemerintahan)
0
2. Jalan akses menuju Tinobu
0
3. Jalan akses menuju Molawe
0
4. Jalan akses Lasolo – Unaaha
0
5. Jalan akses menuju kawasan wisata
0
Total
Program terkait
Dengan content analisis dari Tabel 10, diketahui keterkaitan
program penataan transportasi dalam TATRALOK menyangkut
peningkatan kualitas jalan dalam upaya peningkatan pelayanan
transportasi bagi masyarakat, memiliki derajat keterkaitan sebesar 100%
dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara. Walaupun dalam dokumen
RTRW tidak dijelaskan secara rinci jalur peningkatan jalan yang dimaksud
tetapi pada dasarnya, program pada Tabel 10 menunjukkan adanya
keterkaitan program yaitu peningkatan kualitas perkerasan jalan dari
tanah menjadi aspal. Menurut Informan dari Dinas Perhubungan (
Wawancara tanggal 15 April 2013, pukul 08.30 WIB) mengatakan bahwa :
80
80
“Dalam program perencanaan TATRALOK sesuai fungsinya dalam
pengembangan jaringan transportasi berkembang usulan – usulan karena
adanya kebutuhan yang mendesak dalam penataan jaringan transportasi,
sehingga pada program TATRALOK lebih rinci menjelaskan jalur
peningkatan kualitas jalan yang dimaksud pada program, misalnya
peningkatan kualitas jalan lingkar Wanggudu yang merupakan kawasan
kota dan perkantoran di Kabupaten Konawe Utara sehingga memerlukan
perhatian khusus dalam peningkatan jaringan jalan”.
Tabel 11. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Sistem Perencanaan Pengangkutan, 2013
No
Arahan Program dalam RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
8. Perencanaan pengembangan sistem pengangkutan:
Perencanaan sistem Pengangkutan di Konawe Utara
1. Sistem pengangkutan dirangkai sedemikian rupa untuk mendukung perkembangan struktur wilayah dan tidak lepas dari skenario pengembangan pulau sulawesi dan propinsi.
1. Sistem pengangkutan dirangkai suntuk mendukung perkembangan struktur wilayah dan tidak lepas dari skenario pengembangan pulau sulawesi dan propinsi.
1
2. Pengembangan sistem pengangkutan untuk mengakomodasi kegiatan produksi, dan distribusi barang dan jasa serta pergerakan orang menuju pusat pelayanan wilayah.
2. Pengembangan sistem pengangkutan dilakukan untuk mengakomodasi kegiatan produksi, koleksi dan distribusi barang dan jasa serta pergerakan orang menuju pusat-pusat pelayanan wilayah.
1
3. Pengembangan trayek (rute pelayanan), untuk meningkatkan keterkaitan antar pusat pelayanan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah
3. Pengembangan trayek, jumlah dan jenis kendaraan angkutan untuk meningkatkan keterkaitan antar pusat pelayanan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah.
1
4. Menghidupkan kembali pengangkutan tradisional seperti delman dan ojek sebagai moda transit menuju wilayah/daerah terpencil
4. Menghidupkan kembali sistem pengangkutan tradisional seperti delman dan ojek sebagai moda transit menuju wilayah terpencil
1
Total
4 kegiatan terkait
81
81
Dengan analisis isi ( content analisis) pada Tabel 11, dapat
diketahui derajat keterkaitan program/kegiatan TATRALOK menyangkut
perencanaan sistem pengangkutan memiliki 100% keterkaitan dengan
perencanaan tata ruang Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 12. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Pengembangan Terminal, 2013
No
Arahan Program dalam RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
9. Perencanaa sistem terminal di Kabupaten Konawe Utara adalah :
Perencanaa terminal di Kabupaten Konawe Utara :
1. Pembangunan terminal Tipe A di Lasolo (Kecamatan Lasolo) yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan tingkat pelayanan meliputi provinsi dan regional
1. Pembangunan terminal Tipe A di Lasolo (Kecamatan Lasolo) yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan tingkat pelayanan meliputi provinsi dan regional
1
2. Optimalisasi dan pengembangan terminal regional (Tipe B) di Andowia dengan mempertimbangkan skenario pengembangan sistem pengangkutan antar wilayah kabupaten dalam propinsi (skenario pengembangan sistem transportasi terpadu Pulau Sulawesi).
2. Optimalisasi dan pengembangan terminal regional (Tipe B) di Andowia dengan mempertimbangkan skenario pengembangan sistem pengangkutan antar wilayah kabupaten dalam propinsi (skenario pengembangan sistem transportasi terpadu Pulau Sulawesi)
1
3. Pengembangan terminal tipe C diarahkan berada pada pusat kegiatan lokal seperti Kecamatan Sawa/Lembo dan Kecamatan Wiwirano
3. Pengembangan terminal tipe C diarahkan berada pada pusat kegiatan lokal seperti Kecamatan Sawa/Lembo dan Kecamatan Wiwirano
1
Total
3 kegiatan
terkait
82
82
Dengan analisis isi ( content analisis) diketahui keterkaitan dari
program/kegiatan TATRALOK pada Tabel 12, menyangkut perencanaan
terminal memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan RTRW
Kabupaten Konawe Utara.
Tabel13. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Trayek, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
10. Perencanaan pelayanan trayek angkutan penumpang, terdiri atas:
Perencanaan pelayanan trayek angkutan penumpang :
1. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan asal-tujuan pelayanan Kendari – Konawe Utara meliputi trayek terminal Puwatu (Kendari) – Asera, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lamonae, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Taipa, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lemobajo, dan trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Tinobu
1. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) \dengan asal-tujuan Kendari – Konawe Utara meliputi trayek terminal Puwatu (Kendari) – Asera, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lamonae, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Taipa, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lemobajo, dan trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Tinobu
1
2. Angkutan perkotaan meliputi trayek Lahimbua – Andowia Wanggudu, dan
2. Angkutan perkotaan meliputi trayek Lahimbua – Andowia Wanggudu.
1
3. Angkutan perintis dengan asal-tujuan pelayanan Kendari-Lamonae (240 Km).
3. Angkutan perintis tujuan pelayanan Kendari-Lamonae (240 Km).
1
4. Rencana angkutan barang dengan asal–tujuan pelayanan meliputi : 1. Kendari - Konawe Utara 2. Konawe - Konawe Utara
- Bungku
4. Rencana angkutan barang dengan asal–tujuan pelayanan meliputi : 1. Kendari - Konawe Utara 2. Konawe – Konawe Utara -
Bungku
1
Total
4 kegiatan
terkait
83
83
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 13, diketahui
keterkaitan program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan
trayek angkutan penumpang memiliki 100% derajat keterkaitan dengan
RTRW Kabupaten Konawe Utara
Tabel.14 Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Pengujian Kendaraan dan Pengadaan Jembatan Timbang, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam
TATRALOK
Analisis
Keterkaitan
11.
-
Perencanaan unit pengujian
kendaraan bermotor akan
dilakukan di Kecamatan
Molawe.
0
12.
-
Pengadaaan jembatan
timbang. Mengatasi salah
satu penyebab kerusakan
jalan karena moda
transportasi dengan muatan
tonase melebihi kapasitas
kemampuan jalan yang
seharusnya.
0
Total Kegiatan
tidak terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 14, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut pengujian kendaraan
bermotor dan pengadaan jembatan timbang tidak memiliki keterkaitan
dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara. Menurut Informan bidang
perencanaan dan evaluasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika pada tanggal 15 April 2013 jam 09.23 WIB :
84
84
“Program perencanaan pengadaan jembatan timbang sebagai solusi dalam pemeliharaan jalan di Kabupaten Konawe Utara dan pengadaan unit pengujian kendaraan bermotor merupakan program/kegiatan yang terdapat dalam dokumen RTRW Kabupaten Konawe Utara, dan tidak terdapat pada arahan program/kegiatan di TATRALOK karena program/kegiatan yang dijabarkan dalam TATRALOK merupakan perencanaan jaringan prasarana transportasi yang terdiri dari simpul dan jaringan pelayanannya yaitu pelayanan angkutan orang, barang dan jasa yang dikelompokkan dalam wilayah pelayanannya dan operasi pelayanan dilaksanakan dengan trayek. Perencanaan transportasi perairan meliputi transportasi penyeberangan yang terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan penyeberangan dan ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangannya. Sedangkan pengadaan jembatan timbang dan unit pengujian kendaraan bermotor merupakan infrastruktur pendukung yang dimasukkan dalam program RENSTRA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika”.
Transportasi Perairan
a. Transportasi Sungai dan Danau
Transportasi sungai dan danau adalah merupakan transportasi
altenatif untuk daerah pesisir yang tidak dapat ditempuh dengan
perjalanan darat, sehingga transportasi ini sangat membantu untuk
membuka akses dalam mengurangi kesenjangan wilayah antar daerah.
Tabel.15 Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Alur Pelayaran, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
13. Perencanaan alur pelayaran sungai dan danau:
Perencanaan alur pelayaran sungai dan danau:
1. Andowia–Walalindu- Langgikima;
1. Andowia–Walalindu- Langgikima;
1
2. Motui – Muara Sampara; 2. Motui – Muara Sampara; 1
3. Asera – Tambua; 3. Asera – Tambua; 1
4. Sambandete– Tenggera; 4. Sambandete– Tenggera; 1
5. Landawe– Laronanga-Lamonae-Lamparinga-Padalere-Padalere Utama
5. Landawe– Laronanga-Lamonae-Lamparinga-Padalere-Padalere Utama
1
Total
5 kegiatan
terkait
85
85
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 15, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan alur pelayaran
sungai dan danau memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan
RTRW Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 16. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Lintas Penyeberangan Sungai, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program
dalam TATRALOK
Analisis
Keterkaitan
14.
Lintas penyeberangan
sungai terdiri atas:
Lintas Penyeberangan
terdiri atas :
Rencana lintas
penyeberangan antar
provinsi pada perairan Selat
Salabangka (Provinsi
Sulawesi Tenggara –
Provinsi Sulawesi Tengah)
antara pelabuhan
penyeberangan di
Kabupaten Konawe Utara
dan di Sulawesi Tengah
Rencana lintas
penyeberangan antar
provinsi pada perairan
Selat Salabangka
(Provinsi Sulawesi
Tenggara – Provinsi
Sulawesi Tengah) antara
pelabuhan di Kabupaten
Konawe Utara dan di
Sulawesi Tengah;
1
Lintas penyeberangan dalam
propinsi pada perairan Selat
Wawonii antara rencana
pelabuhan penyeberangan
Konawe Utara dengan
Pelabuhan Penyeberangan
Langara di Kabupaten
Konawe;
Lintas penyeberangan
dalam propinsi pada
perairan Selat Wawonii
antara rencana pelabuhan
penyeberangan Konawe
Utara dengan Pelabuhan
Penyeberangan Langara
di Kabupaten Konawe
1
Total
2 kegiatan
terkait
86
86
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 16, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan lintas
penyeberangan sungai memiliki 100% derajat keterkaitan dengan RTRW
Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 17. Keterkaitan program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Pelabuhan Sungai dan Danau, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam
TATRALOK
Analisis
Keterkaitan
15. Perencanaan Pelabuhan
sungai dan danau, terdiri atas:
Perencanaan pelabuhan
sungai dan danau, terdiri
atas
1. Pelabuhan Laronanga di
Kecamatan Andowia;
1. Pelabuhan Laronanga di
Kecamatan Andowia;
1
2. Pelabuhan Tapuwatu di
Kec. Asera
2. Pelabuhan Tapuwatu di
Kec. Asera;
1
3. Pelabuhan Tambua di
Kecamatan Asera;
3. Pelabuhan Tambua di
Kecamatan Asera;
1
4. Pelabuhan Linomoiyo di
Kecamatan Oheo;
4. Pelabuhan Linomoiyo di
Kecamatan Oheo;
1
5. Pelabuhan Kuratao di
Kecamatan Wiwirano;
5. Pelabuhan Kuratao di
Kecamatan Wiwirano;
1
6. Pelabuhan Lamonae di
Kecamatan Wiwirano
6. Pelabuhan Lamonae di
Kecamatan Wiwirano
1
7. Pelabuhan Padalere di
Kecamatan Wiwirano
7. Pelabuhan Padalere di
Kecamatan Wiwirano
1
8. Pelabuhan Lamparinga di
Wiwirano
8. Pelabuhan Lamparinga di
Wiwirano;
1
9. Pelabuhan Puu
Wanggudu
9. Pelabuhan Puu di Asera 1
Total
9 kegiatan
terkait
87
87
Dengan analisis isi(content analisis) dari Tabel 17, dapat diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut Perencanaan pelabuhan
sungai dan danau memiliki 100% keterkaitan dengan RTRW yang
menunjukkan keterpaduan program untuk mengurangi keterisolasian
wilayah – wilayah terpencil di Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 18. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Pelabuhan khusus, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam
TATRALOK Analisis
Keterkaitan
16. Perencanaan pelabuhan penyeberangan.
Perencanaan pembangunan pelabuhan rakyat untuk perikanan di Tinobu dan pariwisata di Kecamatan Molawe.
1
17.
Pembangunan Pelabuhan khusus terdiri atas : 1. Terminal khusus
pertambangan eksisting di Kecamatan Langgikima, Motui dan Molawe; dan
2. Rencana terminal BBM di Kecamatan Molawe
Pembangunan Pelabuhan khusus terdiri atas : 1. Terminal khusus
pertambangan eksisting di Kecamatan Langgikima, Motui dan Molawe; dan
2. Rencana terminal BBM di Kecamatan Molawe
1
Total
2 kegiatan terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 18, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan pelabuhan
memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan RTRW Kabupaten
Konawe Utara. Menurut Informan dari Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika, dijelaskan :
88
88
“ Kegiatan tersebut diatas dikatakan memiliki keterkaitan karena mempunyai tujuan yang sama dalam pembangunan pelabuhan, TATRALOK dalam fungsinya menata jaringan transportasi merencanakan pembangunan pelabuhan lebih detail menjelaskan program yang dimaksud, yaitu : perencanaan pelabuhan di Tinobu lebih rinci dijelaskan peruntukannya untuk membantu para nelayan dan memprogramkan pelabuhan pariwisata di Molawe. Tujuan TATRALOK pada program/kegiatan ini adalah peningkatan perencanaan infrastruktur untuk kawasan – kawasan strategis “.
Tabel 19. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Lintas Pelayaran Lokal, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
18.
Pengembangan perairan Laut dalam Lintas pelayaranLokal:
Perencanaan alur pelayaran lokal meliputi :
1. Sawa – Labengki; 1. Sawa – Labengki; 1
2. Lemobajo– Morombo; 2. Lemobajo– Morombo; 1
3. Lemobajo – Labengki 3. Lemobajo – Labengki 1
4. Lemobajo – Waturambaha
4. Lemobajo – Waturambaha;
1
5. Tinobu – Boenaga; 5. Tinobu – Boenaga; 1
6. Tinobu – Labengki 6. Tinobu – Labengki; 1
7. Tinobu – Waturambaha 7. Tinobu – Waturambaha;
1
8. Tinobu – Morombo; 8. Tinobu – Morombo; 1
9. Tinobu – Molawe 9. Tinobu – Molawe; 1
10. Tinobu – Tapunggaya. 10. Tinobu – Tapunggaya;
1
Total
10 kegiatan Terkait
Dengan menggunakan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 19,
diketahui program/kegiatan TATRALOK menyangkut pengembangan
perairan Laut memiliki 100% keterkaitan dengan RTRW Kabupaten.
89
89
Tabel 20. Keterkaitan Program TATRALOK dan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Alur Pelayaran Regional, 2013
No Arahan Program dalam RTRW
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
19. Perencanaan alur pelayaran regional yaitu:
Perencanaan alur pelayaran regional meliputi :
1. Pelabuhan Mandiodo Molawe - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah
1. Pelabuhan Mandiodo - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah
1
2. Pelabuhan Lameruru (Langgikima) - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Pelabuhan Lameruru - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah.
1
Total
2 kegiatan terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 20, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan alur pelayaran
regional memiliki 100 % derajat keterkaitan dengan RTRW Kabupaten
Konawe Utara.
b. Sistem Transportasi Perairan Laut
Kabupaten Konawe Utara sebagai jalur pelayaran nasional sangat
berpotensi dalam pengembangan transportasi laut yang direncanakan
dalam TATRALOK namun perlu dikaji keterkaitannya dengan sistem
penataan ruang dalam RTRW kabupaten pada Tabel 21.
90
90
Tabel 21. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Pelabuhan Pengumpan, 2013
No
Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program dalam
TATRALOK
Analisis
Keterkaitan
20. Perencanaan sistem
perairan laut dengan
pembangunan pelabuhan
pengumpan yaitu
Perencanaan sistem
perairan laut dengan
tatanan kepelabuhanan
yang terdiri atas :
1. Pelabuhan Lameruru di
Kecamatan Langgikima,
1. Pelabuhan Molawe di
Kecamatan Molawe;
1
2. Pelabuhan Molawe di
Kecamatan Molawe
2. Pelabuhan Lameruru di
Kecamatan Langgikima
1
3. Pelabuhan di Teluk
Matarape
3. Pelabuhan di Teluk
Matarape
1
4. Pelabuhan Matandahi
Motui
4. Pelabuhan Matandahi di
Motui
1
5. Pelabuhan Tinobu di
Lasolo,
5. Pelabuhan Tinobu di
Lasolo;
1
6. Pelabuhan Mandiodo di
Molawe
6. Pelabuhan Mandiodo di
Molawe
1
Total
6 kegiatan
terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 21, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan sistem perairan
laut memiliki 100 % keterkaitan dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara
91
91
Tabel 22. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara dalam Perencanaan Transportasi Udara, 2013
No Arahan Program dalam
RTRW
Arahan Program
dalam TATRALOK
Analisis
Keterkaitan
21 Perencanaan transportasi
udara, ruang udara untuk
penerbangan sesuai
peraturan perundangan
yang berlaku. Kawasan
Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP)
meliputi
Perencanaan transportasi
udara, ruang udara untuk
penerbangan sesuai
peraturan perundangan
yang berlaku. Kawasan
Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP)
meliputi
1. kawasan ancangan
pendaratan dan lepas
landas;
1. Kawasan ancangan
pendaratan dan lepas
landas;
1
2. kawasan kemungkinan
bahaya kecelakaan;
2. Kawasan kemungkinan
bahaya kecelakaan;
1
3. kawasan di bawah
permukaan transisi;
3. Kawasan di bawah
permukaan transisi;
1
4. kawasan di bawah
permukaan horizontal
dalam;
4. Kawasan di bawah
permukaan horizontal
dalam
1
5. kawasan di bawah
permukaan kerucut; dan
5. kawasan di bawah
permukaan kerucut; dan
1
6. kawasan di bawah
permukaan horizontal luar
6. kawasan di bawah
permukaan horizontal
luar
1
Total
6 kegiatan
terkait
Dengan metode analisis isi ( content analisis) dari Tabel 22,
diketahui program TATRALOK dalam Perencanaan transportasi udara
memiliki 100 % keterkaitan dengan RTRW Kabupaten Konawe Utara.
92
92
Tabel 23. Keterkaitan Rata-Rata Program Perencanaan Transportasi yang
Termuat dalam Dokumen RTRW dan TATRALOK Kabupaten
Konawe Utara , 2013
No
Tabel Program/Kegiatan
Derajat Keterkaitan
Program ( % )
7 Penetapan fungsi jaringan jalan 78
8 Pengembangan fungsi jaringan jalan 100
9 Pemeliharaan jaringan jalan 100
10 Peningkatan kualitas jalan 100
11 Sistem perencanaan pengangkutan 100
12 Pengembangan terminal 100
13 Perencanaan trayek 100
14 Pengujian kendaraan dan
pengadaan jembatan timbang 0
15 Perencanaan alur pelayaran 100
16 Perencanaan lintas penyeberangan 100
17 Perencanaan pelabuhan khusus. 100
18 Perencanaan pelabuhan sungai dan
danau
100
19 Perencanaan lintas pelayaran local 100
20 Perencanaan alur pelayaran regional 100
21 Perencanaan pelabuhan pengumpan 100
22 Perencanaan transportasi udara 100
Keterkaitan Rata-Rata Program
TATRALOK dan RTRW 92
93
93
Derajat keterkaitan program/kegiatan perencanaan transportasi
dalam dokumen RTRW dan TATRALOK pada Tabel 23 sebesar 92 %.
Program dengan indikator 0% yaitu pengadaan alat pengujian kendaraan
dan jembatan timbang dijelaskan informan dari Dinas Perhubungan pada
penjelasan Tabel 14 halaman 84, menunjukkan tidak adanya konflik
spasial dalam perencanaan transportasi di Kabupaten Konawe Utara.
94
94
b. Keterkaitan Dokumen Tatanan Transportasi Lokal dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Konawe Utara
Sebagai dokumen perencanaan pembangunan, seharusnya antara
RPJMD dan TATRALOK memiliki keterkaitan sebagaimana dinyatakan
dalam UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional bab II Pasal 2 angka 4 huruf c yang menyatakan bahwa sistem
perencanaan pembangunan nasional bertujuan menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan. Dimana pada Pasal 3 disebutkan bahwa ruang lingkup
sistem perencanaan pembangunan nasional meliputi perencanaan yang
disusun secara terpadu oleh Kementerian / Lembaga dan perencanaan
pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
Olehnya selayaknya arahan program/kebijakan dalam TATRALOK
berkaitan dengan program/kegiatan penataan transportasi yang termuat
dalam RPJMD sebagai wujud konsistensi dalam perencanaan terpadu
suatu daerah atau wilayah, dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan nasional sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah. Keterkaitan kedua program tersebut secara
detail akan disajikan dalam Tabel 24-39.
95
95
Tabel 24. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Penetapan Fungsi Jaringan Jalan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaita
n
1. Penetapan fungsi jaringan jalan nasional sepanjang 196,162 yang merupakan jalan kolektor primer K1 pada ruas jalan :
Penetapan jaringan jalan yang mempunyai fungsi primer sepanjang 196,162 adalah poros trans Sulawesi yaitu :
1
2. Ruas jalan batas Prov Sulteng (Buleleng) – Lamonae – Landawe sepanjang 55,769 Km
4. Ruas simpang Pohara –Taipa dengan panjang 47,51 Km
1
5. Ruas jalan Landawe – Kota Maju – Asera sepanjang 31,033 Km
3 Ruas Taipa – Belalo dengan panjang 22,12 Km
1
6. Ruas jalan Asera (Jembatan Lasolo) – Andowia sepanjang 12,210 Km
7. Ruas Belalo – Andowia dengan panjang 25,48 Km
1
8 Ruas jalan Andowia – Belalo/Lasolo sepanjang 23,484 Km;
8. Ruas Andowia – Asera dengan panjang 11,80 Km
1
9 Ruas jalan Belalo/Lasolo – Taipa sepanjang 25,704 Km,
9. Ruas Asera –Kota Maju – Landawe dengan panjang 48 Km
1
10 Ruas jalan Taipa – Batas Kab.Konawe Utara/Kab. Konawe sepanjang 26,334 Km; dan
10. Ruas Landawe –Lamonae dengan panjang 38,15 Km
1
11 Ruas jalan Batas Kab. Konawe Utara/ Kab. Konawe – Pohara sepanjang 21,628 Km
0
2. Penetapan Jaringan jalan provinsi yang terdapat di Kabupaten Konawe Utara sepanjang 74,43 Km
-
0
3. Penetapan fungsi jaringan jalan kabupaten sepanjang 131,99 Km
- 0
Total
6 kegiatan terkait
96
96
Klasifikasi dan penetapan fungsi jalan di Kabupaten Konawe Utara
dalam RPJMD pada Tabel 24, dilakukan berdasarkan ketentuan yang
tertuang dalam Undang-undang 38 tahun 2004 dan Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 375/KPTS/M/2004 tentang
“Penetapan Ruas-Ruas Jalan di Propinsi Sulawesi Tenggara” sedangkan
TATRALOK mengklasifikasikan ruas jalan berdasarkan jaringan jalan
menuju kawasan - kawasan strategis serta hubungan antar pusat–pusat
pelayanan. Dengan menggunakan analisis isi ( content analisis) dapat
diketahui derajat keterkaitannya sebesar 78%.
Tabel 25. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Pengembangan Fungsi Jaringan Jalan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
4.
Perencanaan pengembangan fungsi jalan kolektor primer pada :
1. Ruas Belalo - Tinobu
0
2. Ruas Asera – jalan lingkar Wanggudu
0
3. Ruas Andowia – Tapunggaya
0
4. Ruas Asera-Langgikima 0
5. Ruas Langgikima-Morombo
0
5. Pengembangan jaringan jalan kabupaten pada ruas jalan Belalo – batas Kabupaten Konawe sepanjang 12,3 km untuk kelancaran akses dengan Kabupaten induk Konawe.
Perencanaan jaringan jalan Belalo – dengan batas Kabupaten Konawe (kabupaten induk) sepanjang 12,3 Km.
1
Total
1 program terkait
97
97
Dengan analisis isi ( content analisis) pada Tabel 25, diketahui
keterkaitan program/kegiatan TATRALOK dengan RPJMD untuk
pengembangan fungsi jaringan jalan, 1 program terkait dengan derajat
keterkaitan sebesar 17 %. Menurut Informan dari Dinas Perhubungan
(Wawancara tanggal 15 April 2013, pukul 08.30 WIB) mengatakan bahwa:
“Program/kegiatan pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Konawe Utara yang yang termuat dalam TATRALOK direncanakan searah dengan rencana pemanfaatan ruang dalam menghubungkan semua simpul atau pusat-pusat pelayanan serta kawasan strategis dalam pengembangan wilayah Kabupaten Konawe Utara.” Menurut informan dari BAPPEDA Kabupaten Konawe Utara bahwa: “ Perencanaan sistem jaringan transportasi di Kabupaten Konawe Utara yang termuat dalam RPJMD bab II merupakan hasil koordinasi dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika. Adanya program/kegiatan yang tidak terkait dengan program RPJMD merupakan kebijakan yang dianggap perlu untuk ditambahkan dalam perencanaan sektoral Dinas yang bertujuan dalam percepatan pencapaian tujuan pembangunan.”
Tabel 26. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Pemeliharaan Ruas -Ruas Jalan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
6. Pemeliharaan ruas jalan dengan membatasi akses jalan (jenis perkerasan dan lebar dimensi) yang akan melintasi kawasan lindung.
Pemeliharaan ruas jalan dengan membatasi akses jalan dan pelebaran jalan yang akan melintasi kawasan lindung.
1
Total
Kegiatan terkait
98
98
Dengan analisis isi ( content analisis) pada Tabel 26, diketahui
keterkaitan program/kegiatan TATRALOK menyangkut pemeliharaan ruas
jalan memiliki 100% derajat keterkaitan dengan RPJMD
Tabel 27. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Peningkatan Kualitas Jalan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
7. -
Peningkatan kualitas sistem perkerasan jalan dari tanah menjadi aspal pada poros :
- 1. Jalan lingkar Wanggudu (pusat pemerintahan)
0
- 2. Jalan akses menuju Tinobu
0
- 3. Jalan akses menuju Molawe
0
- 4. Jalan akses Lasolo-Unaha
0
- 5. Jalan akses menuju kawasan wisata
0
Total
Program tidak
terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) pada Tabel 27 menunjukkan
adanya ketidak-terkaitan makna/program perencanaan transportasi
dengan perencanaan pembangunan daerah di Konawe Utara yang
mengindikasikan ketidakterpaduan perencanaan sektoral dan regional
(wilayah), dijelaskan oleh informan dari Dinas Perhubungan :
99
99
“Sesuai fungsinya dalam pengembangan jaringan transportasi khususnya pengembangan jarigan menuju kawasan –kawasan strategis, TATRALOK merencanakan peningkatan kualitas sistem perkerasan dari tanah menjadi aspal yang merupakan jalan menuju kawasan – kawasan strategis. Sehingga dalam penyusunannya berkembang usulan – usulan yang tidak diprogramkan dalam RPJMD Kabupaten. Tabel 28. Keterkaitan Program dalam TATRALOK dengan Rencana
Pembangunan dalam RPJMD untuk Pengembangan Sistem Pengangkutan di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam
TATRALOK
Analisis Keterkaitan
8. Perencanaan pengembangan sistem pengangkutan di Kabupaten Konawe Utara :
Perencanaan sistem Pengangkutan di Kabupaten Konawe Utara :
5. Sistem pengangkutan dirangkai sedemikian rupa untuk mendukung perkembangan struktur wilayah dan tidak lepas dari skenario pegembangan pulau sulawesi dan propinsi.
5. Sistem pengangkutan dirangkai suntuk mendukung perkembangan struktur wilayah dan tidak lepas dari skenario pengembangan pulau sulawesi dan propinsi.
1
6. Pengembangan sistem pengangkutan untuk mengakomodasi kegiatan produksi, dan distribusi barang dan jasa serta pergerakan orang menuju pusat pelayanan wilayah.
6. Pengembangan sistem pengangkutan dilakukan untuk mengakomodasi kegiatan produksi, koleksi dan distribusi barang dan jasa serta pergerakan orang menuju pusat-pusat pelayanan wilayah.
1
7. Pengembangan trayek (rute
pelayanan), untuk meningkatkan keterkaitan antar pusat pelayanan
7. Pengembangan trayek, jumlah dan jenis kendaraan angkutan untuk meningkatkan keterkaitan antar pusat pelayanan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah.
1
8. Menghidupkan kembali sistem pengangkutan tradisional seperti delman (kereta kuda) dan ojek (alat transportasi roda dua ) sebagai moda transit menuju wilayah/daerah terpencil
8. Menghidupkan kembali sistem pengangkutan tradisional seperti delman dan ojek sebagai moda transit menuju wilayah terpencil yang belum dapat dilayani angkutan umum.
1
Total
4 kegiatan terkait
100
100
Dengan aalisis isi ( content analisis) dari Tabel 28, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan sistem
pengangkut memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan rencana
pembangunan daerah di Kabupaten Konawe Utara.
Tabel 29. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Pengembangan Terminal di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
9. Perencanaa sistem terminal di Kabupaten Konawe Utara adalah :
Perencanaa sistem terminal di Kabupaten Konawe Utara adalah :
4. Pembangunan terminal Tipe A di Lasolo (Kecamatan Lasolo) yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan tingkat pelayanan meliputi provinsi dan regional
4. Pembangunan terminal Tipe A di Lasolo (Kecamatan Lasolo) yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan tingkat pelayanan meliputi provinsi dan regional
1
5. Optimalisasi dan pengembangan terminal regional (Tipe B) di Andowia dengan mempertimbangkan skenario pengembangan sistem pengangkutan antar wilayah kabupaten dalam propinsi (skenario pengembangan sistem transportasi terpadu Pulau Sulawesi).
5. Optimalisasi dan pengembangan terminal regional (Tipe B) di Andowia dengan mempertimbangkan skenario pengembangan sistem pengangkutan antar wilayah kabupaten dalam propinsi (skenario pengembangan sistem transportasi terpadu Pulau Sulawesi)
1
6. Pengembangan terminal tipe C diarahkan berada pada pusat kegiatan lokal seperti Kecamatan Sawa/Lembo dan Kecamatan Wiwirano
6. Pengembangan terminal tipe C diarahkan berada pada pusat kegiatan lokal seperti Kecamatan Sawa/Lembo dan Kecamatan Wiwirano
1
Total
3 kegiatan terkait
Dengan analisis isi pada Tabel 29, menunjukkan derajat keterkaitan
program perencanaan dalam pengembangan terminal sebesar 100%
dengan program perencanaan pada RPJMD.
101
101
Tabel 30. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan Trayek Angkutan di Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
10. Perencanaan pelayanan trayek angkutan penumpang, terdiri atas:
Perencanaan pelayanan trayek angkutan penumpang, terdiri atas:
2. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan asal-tujuan pelayanan Kendari – Konawe Utara meliputi trayek terminal Puwatu (Kendari) – Asera, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lamonae, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Taipa, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lemobajo, dan trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Tinobu
1. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan asal-tujuan pelayanan Kendari – Konawe Utara meliputi trayek terminal Puwatu (Kendari) – Asera, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lamonae, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Taipa, trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Lemobajo, dan trayek Terminal Puwatu (Kendari) – Tinobu
1
2. Angkutan perkotaan meliputi trayek Lahimbua – Andowia Wanggudu, dan
3. Angkutan perkotaan meliputi trayek Lahimbua – Andowia Wanggudu.
1
3. Angkutan perintis dengan asal-tujuan pelayanan Kendari-Lamonae (240 Km).
3. Angkutan perintis dengan asal-tujuan pelayanan Kendari-Lamonae (240 Km).
1
4. Rencana angkutan barang dengan asal–tujuan pelayanan meliputi : 3. Kendari - Konawe
Utara 4. Konawe - Konawe
Utara - Bungku (Sulawesi Tengah) - Konawe Utara.
4. Rencana angkutan barang dengan asal–tujuan pelayanan meliputi : 1. Kendari - Konawe
Utara 2. Konawe - Konawe
Utara - Bungku (Sulawesi Tengah) - Konawe Utara.
1
Total
4 kegiatan terkait
102
102
Dengan menggunakan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 30,
diketahui keterkaitan dari program/kegiatan TATRALOK menyangkut
perencanaan trayek angkutan penumpang memiliki derajat keterkaitan
sebesar 100% dengan RPJMD Kabupaten Konawe Utara.
Tabel.31 Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Pengujian Kendaraan Bermotor dan Pengadaan Jembatan Timbang di Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
10.
-
Pengujian kendaraan bermotor, perencanaan unit pengujian kendaraan bermotor akan dilakukan di Kecamatan Molawe.
0
11. Pengadaaan jembatan timbang sebagai salah satu solusi pemecahan masalah kerusakan jalan karena muatan moda transportasi dengan tonase melebihi kapasitas jalan yang seharusnya
0
Total
Tidak terkait
Dengan menggunakan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 31,
diketahui program/kegiatan TATRALOK menyangkut pengujian
kendaraan bermotor dan pengadaan jembatan timbang tidak memiliki
keterkaitan dengan RPJMD Kabupaten Konawe Utara.
103
103
Menurut Informan bidang perencanaan dan evaluasi Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika pada tanggal 15 April 2013
jam 09.23 WIB :
“Program perencanaan pengadaan jembatan timbang sebagai solusi dalam pemeliharaan jalan di Kabupaten Konawe Utara dan pengadaan unit pengujian kendaraan bermotor merupakan program/kegiatan yang terdapat dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Konawe Utara, dan tidak terdapat pada arahan program/kegiatan di Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) karena program/kegiatan yang dijabarkan dalam Tatanan Transportasi Lokal (TATRALOK) merupakan perencanaan jaringan prasarana transportasi yang terdiri dari simpul yaitu terminal dan jaringan pelayanannya yaitu pelayanan angkutan orang, barang dan jasa yang dikelompokkan dalam wilayah pelayanannya dan dilaksanakan dengan trayek, serta perencanaan transportasi penyeberangan yang meliputi transportasi penyeberangan yang terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan penyeberangan dan ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangannya. Sedangkan pengadaan jembatan timbang dan unit pengujian kendaraan bermotor merupakan infrastruktur pendukung yang dimasukkan dalam program RENSTRA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika”.
Transportasi Perairan
a. Transportasi Sungai dan Danau
Transportasi sungai dan danau adalah merupakan transportasi
altenatif untuk daerah pesisir yang tidak dapat ditempuh dengan
perjalanan darat, sehingga transportasi ini sangat membantu untuk
membuka aksen dalam mengurangi kesenjangan wilayah antar daerah di
Kabupaten Konawe Utara.
104
104
Tabel 32. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Alur Pelayaran Sungai dan Danau di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
12. Perencanaan alur pelayaran sungai dan danau:
Perencanaan alur pelayaran sungai dan danau:
1. Andowia–Walalindu- Langgikima;
1. Andowia–Walalindu- Langgikima
1
2. Motui – Muara Sampara; 2. Motui – Muara Sampara;
1
3. Asera – Tambua; 3. Asera – Tambua;
1
4. Sambandete– Tenggera; 4. Sambandete– Tenggera;
1
5. Landawe– Laronanga-Lamonae-Lamparinga-Padalere-Padalere Utama
5. Landawe– Laronanga-Lamonae-Lamparinga-Padalere-Padalere Utama
1
Total
5 kegiatan
terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 32, diketahui
program/kegiatan TATRALOK dalam perencanaan alur pelayaran sungai
dan danau memiliki 100% keterkaitan dengan RPJMD Kabupaten Konawe
Utara. Kedua dokumen mempunyai program yang sama dalam mengatasi
keterbatasan akses jalan darat karena kondisi fisik (bergelombang, rawan
longsor dan erosi) sehingga pengembangan akses menjadi sangat mahal
seperti halnya yang terjadi di Lawali. Keberadaan sungai lasolo yang
membelah wilayah kabupaten Konawe Utara dari arah barat (tenggara)
menjadi urat nadi perekonomian daerah pedalaman Lawali-Asera.
105
105
Tabel 33. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Lintas Penyeberangan Sungai di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
13.
Lintas penyeberangan sungai terdiri atas:
Lintas Penyeberangan terdiri atas :
1. Rencana lintas penyeberangan antar provinsi pada perairan Selat Salabangka (Provinsi Sulawesi Tenggara – Provinsi Sulawesi Tengah) antara pelabuhan penyeberangan di Kabupaten Konawe Utara dan di Sulawesi Tengah
Rencana lintas penyeberangan antar provinsi pada perairan Selat Salabangka (Provinsi Sulawesi Tenggara – Provinsi Sulawesi Tengah) antara pelabuhan penyeberangan di Kabupaten Konawe Utara dan di Sulawesi Tengah
1
2. Lintas penyeberangan dalam propinsi pada perairan Selat Wawonii antara rencana pelabuhan penyeberangan Konawe Utara dengan Pelabuhan Penyeberangan Langara di Kabupaten Konawe;
Lintas penyeberangan dalam propinsi pada perairan Selat Wawonii antara rencana pelabuhan penyeberangan di Konawe Utara dengan Pelabuhan Penyeberangan Langara di Kabupaten Konawe
1
Total
2 kegiatan terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 33, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut perencanaan transportasi
perairan dalam lintas penyeberangan sungai yaitu perencanaan alur –alur
penyeberangan memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan
RPJMD di Kabupaten Konawe Utara.
106
106
Tabel 34. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan Pelabuhan Sungai dan Danau di Kabupaten Konawe Utara , 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
14. Perencanaan Pelabuhan sungai dan danau, terdiri atas:
Perencanaan pelabuhan sungai dan danau, terdiri atas
10. Pelabuhan Laronanga di Kecamatan Andowia;
10. Pelabuhan Laronanga di Kecamatan Andowia;
1
11. Pelabuhan Tapuwatu di Kec. Asera
11. Pelabuhan Tapuwatu di Kec. Asera;
1
12. Pelabuhan Tambua di Kecamatan Asera;
12. Pelabuhan Tambua di Kecamatan Asera;
1
13. Pelabuhan Linomoiyo di Kecamatan Oheo;
13. Pelabuhan Linomoiyo di Kecamatan Oheo;
1
14. Pelabuhan Kuratao di Kecamatan Wiwirano;
14. Pelabuhan Kuratao di Kecamatan Wiwirano;
1
15. Pelabuhan Lamonae di Kecamatan Wiwirano
15. Pelabuhan Lamonae di Kecamatan Wiwirano
1
16. Pelabuhan Padalere di Kecamatan Wiwirano
16. Pelabuhan Padalere di Kecamatan Wiwirano
1
17. Pelabuhan Lamparinga di Wiwirano
17. Pelabuhan Lamparinga di Wiwirano;
1
Total
8 kegiatan
terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 34, diketahui
program/kegiatan pengembangan dan penataan jaringan transportasi
dalam TATRALOK menyangkut perencanaan pelabuhan sungai dan
danau memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan RPJMD
Kabupaten Konawe Utara.
107
107
Tabel 35. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan Pelabuhan di Kabupaten Konawe Utara , 2013
No
Arahan program dalam
RPJMD
Arahan program
dalam TATRALOK Analisis
Keterkaitan
15. Perencanaan pelabuhan penyeberangan di Tinobu.
Perencanaan pembangunan pelabuhan rakyat untuk perikanan di Tinobu dan pariwisata di Kecamatan Molawe.
1
16. Pembangunan Pelabuhan khusus terdiri atas : 1. Terminal khusus
pertambangan eksisting di Kecamatan Langgikima, Motui dan Molawe; dan
2. Rencana terminal BBM di Kecamatan Molawe
Pembangunan Pelabuhan khusus terdiri atas : 1. Terminal khusus
pertambangan eksisting di Kecamatan Langgikima, Motui dan Molawe; dan
2. Rencana terminal BBM di Kecamatan Molawe
1
Total
2 kegiatan terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 35, dapat diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut Perencanaan pelabuhan
rakyat dan pelabuhan khusus memiliki 100% keterkaitan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Konawe Utara. Hal
ini menunjukkan tidak adanya konflik perencanaan pelabuhan khusus
dikawasan – kawasan pertambangan yang merupakan kawasan strategis
dengan rencana pembangunan daerah.
108
108
Tabel 36. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Program Perencanaan Lintas Pelayaran Lokal di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
17
Pengembangan perairan Laut dalam Lintas pelayaranLokal:
Alur pelayaran lokal meliputi :
11. Sawa – Labengki; 11. Sawa – Labengki; 1
12. Lemobajo– Morombo; 12. Lemobajo– Morombo;
1
13. Lemobajo – Labengki 13. Lemobajo – Labengki
1
14. Lemobajo – Waturambaha 14. Lemobajo – Waturambaha;
1
15. Tinobu – Boenaga; 15. Tinobu – Boenaga; 1
16. Tinobu – Labengki 16. Tinobu – Labengki; 1
17. Tinobu – Waturambaha 17. Tinobu – Waturambaha;
1
18. Tinobu – Morombo; 18. Tinobu – Morombo; 1
19. Tinobu – Molawe 19. Tinobu – Molawe; 1
20. Tinobu – Tapunggaya. 20. Tinobu – Tapunggaya;
1
Total
10 kegiatan terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 36, diketahui
program/kegiatan TATRALOK menyangkut pengembangan dan penataan
jaringan transportasi laut dalam perencanaan lintas pelayaran lokal
memiliki 100% derajat keterkaitan dengan program pembangunan daerah
dalam RPJMD Kabupaten Konawe Utara.
109
109
Tabel 37. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Program Perencanaan Alur Pelayaran Regional di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No Arahan Program dalam
RPJMD Arahan Program
dalam TATRALOK Analisis
Keterkaitan
18. Perencanaan alur pelayaran regional yaitu:
Perencanaan alur pelayaran regional meliputi :
1
2. Pelabuhan Mandiodo Molawe - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah
3. Pelabuhan Mandiodo - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah
1
2. Pelabuhan Lameruru (Langgikima) - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Pelabuhan Lameruru - Pelabuhan di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah.
Total
2 kegiatan terkait
Dengan menggunakan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 37,
diketahui program/kegiatan TATRALOK menyangkut alur pelayaran
regional memiliki 100 % derajat keterkaitannya dengan RPJMD
Kabupaten Konawe Utara
c. Sistem Transportasi Perairan Laut
Pengembangan transportasi perairan (laut) sangat memungkinkan
karena sisi timur wilayah kabupaten berbatasan langsung dengan laut
banda. Kondisi perairan yang relatif tenang dengan kedalaman relatif
menjadikan manuver angkutan kapal (ukuran sedang) dapat dilakukan.
Pengembangan transportasi perairan (laut) telah dikembangkan meskipun
masih terbatas pada kebutuhan sektor pertambangan seperti halnya yang
terdapat di Kecamatan Molawe sehingga perlu dikembangkan di
kecamatan lain.
110
110
Tabel 38. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan Sistem Perairan Laut di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No
Arahan Program dalam
RPJMD
Arahan Program dalam TATRALOK
Analisis Keterkaitan
19. Perencanaan sistem perairan laut dengan pembangunan pelabuhan pengumpan yaitu
Perencanaan sistem perairan laut dengan tatanan kepelabuhanan yang terdiri atas :
7. Pelabuhan Lameruru di Kecamatan Langgikima,
5. Pelabuhan Molawe di Kecamatan Molawe;
1
6. Pelabuhan Molawe di Kecamatan Molawe
8. Pelabuhan Lameruru di Kecamatan Langgikima
1
7. Pelabuhan di Teluk Matarape
9. Pelabuhan Teluk Maratepe
8. Pelabuhan Matandahi Motui
10. Pelabuhan Matandahi di Motui
1
7. Pelabuhan Tinobu di Lasolo,
11. Pelabuhan Tinobu di Lasolo;
1
12. Pelabuhan Mandiodo di Molawe
8. Pelabuhan Mandiodo di Molawe
1
Total
6 kegiatan terkait
Dengan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 38, dapat
diketahui program/kegiatan TATRALOK menyangkut Perencanaan
peningkatan transportasi laut dengan pembangunan pelabuhan
pengumpan dalam pengembangan dan penataan jaringan transportasi
laut, yang memungkinkan jarak tempuh suatu wilayah lebih mudah dal
lebih cepat memiliki derajat keterkaitan sebesar 100% dengan RPJMD
Kabupaten Konawe Utara.
111
111
Tabel 39. Keterkaitan Program TATRALOK dengan RPJMD dalam Perencanaan Transportasi Udara di Kabupaten Konawe Utara, 2013
No Arahan Program dalam
RPJMD Arahan Program
dalam TATRALOK Analisis
Keterkaitan
20 Perencanaan transportasi udara, ruang udara untuk penerbangan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) meliputi
Perencanaan transportasi udara, ruang udara untuk penerbangan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) :
7. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
7. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
1
8. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
8. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
1
9. kawasan di bawah permukaan transisi;
9. Kawasan di bawah permukaan transisi;
1
10. kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
10. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam
1
11. kawasan di bawah permukaan kerucut; dan
11. kawasan di bawah permukaan kerucut; dan
1
12. kawasan di bawah permukaan horizontal luar
12. kawasan di bawah permukaan horizontal luar
1
Total
6 kegiatan terkait
Dengan menggunakan analisis isi ( content analisis) dari Tabel 39
dapat diketahui program/kegiatan TATRALOK menyangkut
Perencanaan transportasi udara memiliki derajat keterkaitan sebesar
100% dengan RPJMD Kabupaten Konawe Utara.
112
112
Tabel 40. Keterkaitan Rata-Rata Program Perencanaan Transportasi yang Termuat dalam Dokumen RPJMD dan TATRALOK, 2013
No
Tabel Program/Kegiatan
Derajat Keterkaitan Program (%)
24 Penetapan fungsi jaringan jalan 78
25 Pengembangan fungsi jaringan jalan 17
26 Pemeliharaan jaringan jalan 100
27 Peningkatan kualitas jalan 0
28 Sistem perencanaan pengangkutan 100
29 Pengembangan terminal 100
30 Perencanaan trayek 100
31 Pengujian kendaraan dan pengadaan jembatan timbang
0
32 Perencanaan alur pelayaran 100
33 Perencanaan lintas penyeberangan sungai
100
34 Perencanaan pelabuhan perikanan 100
35 Perencanaan pelabuhan sungai dan danau
100
36 Perencanaan lintas pelayaran local 100
37 Perencanaan alur pelayaran regional 100
38 Perencanaan pelabuhan pengumpan 100
39 Perencanaan transportasi udara 100
Keterkaitan Rata-Rata Program TATRALOK dan RPJMD
82
Derajat keterkaitan rata-rata program/kegiatan perencanaan
transportasi yang termuat dalam RPJMD dan TATRALOK, diketahui dari
Tabel 40 sebesar 82 %. Program peningkatan fungsi jalan, kualitas jalan
serta pengadaan alat pengujian kendaraan dan jembatan timbang dengan
indikator 0% merupakan program yang tidak memiliki keterkaitan yang
dijelaskan informan pada penjelasan Tabel 27 dan Tabel 31. Hal ini belum
menunjukkan keterpaduan program yang menyebabkan belum teratasinya
permasalahan transportasi di Kabupaten Konawe Utara.
113
113
E. Konsistensi Perencanaan
a. Perencanaan Strategis
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah yang ditindak lanjuti dengan ditetapkannya
Peraturan Daerah No. 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Konawe Utara. Sebagai
pelaksanaannya ditetapkan Peraturan Bupati Nomor 9 tahun 2009
Lampiran VII tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Konawe Utara.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika memiliki tugas
pokok membantu Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dibidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika.
Olehnya dalam perencanaan dan penataan jaringan transportasi di
Kabupaten Konawe Utara, TATRALOK harus mengakomodir
program/kegiatan RENSTRA sesuai UU no 25 tahun 2004 pasal 15
disebutkan bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
menyiapkan rancangan RENSTRA-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Program dan kegiatan RENSTRA Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika periode 2012-2016 dapat dilihat pada
lampiran 2, Tabel 49 halaman 128.
Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) berfungsi sebagai
pedoman untuk pengembangan jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan, yang memfasilitasi perpindahan orang dan atau barang antar
114
114
simpul atau kota dalam suatu wilayah Kabupaten dan dari simpul atau
kota suatu wilayah ke simpul atau kota wilayah lain (SISTRANAS, 2005).
Maksud penyusunan Rencana Strategi (RENSTRA) Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012 - 2016
adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan yang memberikan
arah kebijakan alokasi anggaran dinas, strategi, dan program serta
kegiatan yang harus dilaksanakan Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika selama kurun waktu 5 tahun ke depan (Tahun 2012 - 2016).
Dalam kaitannya dengan sistem perencanaan pembangunan
daerah, sebagaimana yang diamanatkan dalam Visi dan Misi Kepala
Daerah, RENSTRA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Konawe Utara tahun 2012 - 2016 merupakan satu bagian yang
utuh dari manajemen kerja di lingkungan Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika Kabupaten Konawe Utara, dalam menjalankan agenda
pembangunan yang telah diamanatkan dalam dokumen Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Konawe Utara.
b. Konsistensi Perencanaan Strategis dalam Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional bab II pasal 2 point 4 huruf c yang menyatakan
bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan. UU No. 32 tahun 2004 tentang
115
115
Pemerintahan Daerah bab VII pasal 153 menyatakan bahwa perencanaan
pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan. Sementara pada pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa
RENJA-SKPD disusun dengan berpedoman kepada RENSTRA-SKPD
dan mengacu kepada Rencana Kerja Pembangunan (RKP).
RENSTRA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah
pedoman dalam penyusunan RENJA dan merupakan acuan perencanaan
internal Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dimana
dijelaskan lebih lanjut bahwa penyusunan RENJA Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika harus konsisten terhadap RENSTRA-SKPD.
Olehnya program dan kegiatan yang ada dalam RENSTRA-SKPD secara
konsisten dijabarkan setiap tahunnya dalam Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
Pada penelitian ini, tidak semua program dan kegiatan yang ada
pada RENSTRA dianalisis konsistensinya terhadap RENJA, fokus
perhatian hanya pada program perencanaan transportasi. Untuk
memudahkan analisis, maka Tabel uraian RENSTRA dan RENJA dibuat
setiap tahun analisis yaitu tahun 2012 dan tahun 2013 pada setiap
program/kegiatan yang dijelaskan seperti pada Tabel 41-45.
116
116
Tabel 41. Konsistensi Penjabaran Program/Kegiatan RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 untuk Peningkatan Sumber Daya Aparatur di Kabupaten Konawe Utara
N0 Program/Kegiatan
RENSTRA 2012
Program/Kegiatan RENJA 2012
Analisis Kekonsistenan
1 Peningkatan sumber daya aparatur Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
Peningkatan sumber daya aparatur Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Pendidikan dan Pelatihan Formal:
Pendidikan dan pelatihan formal
1. Diklat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Dasar
1. Diklat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Dasar
1
2. Diklat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) lanjutan
2. Diklat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) lanjutan
1
3. Diklat orientasi lalu lintas
3. Diklat orientasi lalu lintas
1
4. Diklat transportasi dasar
4. Diklat transportasi dasar
1
5. Diklat tatanan kepelabuhanan
5. Diklat tatanan kepelabuhanan
1
Total
5 kegiatan konsisten
Dengan content analisis, pada Tabel 41 diketahui konsistensi
penjabaran program RENSTRA periode 2012 secara konsisten dijabarkan
dalam program/kegiatan di RENJA 2012 dengan derajat kekonsistenan
100%, menunjukkan tingkat konsistensi perencanaan peningkatan sumber
daya aparatur merupakan program yang penting untuk dilaksanakan
karena sangat penunjang pelaksanaan tugas dalam kaitannya dengan
peningkatan pelayanan jasa transportasi kepada masyarakat.
117
117
Tabel 42. Konsistensi Penjabaran Program/Kegiatan RENSTRA 2012 di RENJA 2012 dalam Pengelolaan Terminal di Kabupaten Konawe Utara
N0
Program/Kegiatan RENSTRA 2012
Program/Kegiatan RENJA 2012
Analisis Kekonsistenan
2.
Peningkatan pengelolaan terminal angkutan darat di Lahimbua:
Peningkatan infrastruktur penunjang terminal
1
1. Peningkatan jalan terminal
0
2. Pembangunan deucker terminal
0
3. Pembangunan pos PAD terminal
0
Keterengan
Program konsisten
Dengan content analisis diketahui konsistensi penjabaran program
RENSTRA pada Tabel 42, konsisten terhadap penjabaran program pada
RENJA 2012 tetapi tidak menjelaskan kegiatan peningkatan infrastruktur
terminal yang dimaksud namun tetap dikategorikan memiliki
kekonsistenan program
Tabel 43. Konsistensi Penjabaran Program RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 untuk Pengadaan Rambu di Konawe Utara
N0 Program/Kegiatan RENSTRA 2012
Program/Kegiatan RENJA 2012
Analisis Kekonsistenan
1. Pengadaan Warning Light - 0
2. Pengadaan kaca pembesar pada tikungan tajam
- 0
3. Pengadaan pengaman jalan (delinator)
- 0
4. -
Pemeliharaan fasilitas lalu lintas angkutan jalan.
0
Keterangan Tidak konsisten
118
118
Dengan menggunakan analisis isi (content analisis) dari Tabel 43,
diketahui program/kegiatan yang ditermuat dalam RENSTRA Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika periode 2012 tidak konsisten
terhadap RENJA periode tersebut, menurut informan dari Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika :
“Program/kegiatan RENSTRA-SKPD Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika tidak konsisten dijabarkan dalam RENJA periode tersebut karena anggaran yang diberikan ke Dinas Perhubungan tidak dapat mengkover program/kegiatan tersebut, hal demikian terjadi karena berkembangnya usulan-usulan atau kebijakan-kebijakan lain pada saat penyusunan Rencana Kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keadaan/kondisi daerah pada saat itu yang belum defenitif sangat berpengaruh pada perencanaan dalam segala aspek, tak terkecuali perencanaan transportasi.
Tabel 44. Konsistensi Penjabaran Program/Kegiatan Peningkatan Kelaikan
RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 di Konawe Utara
No Program/Kegiatan RENSTRA 2012
Program/Kegiatan RENJA 2012
Analisis Kekonsistenan
1. Peningkatan Kelaikan Kendaraan Bermotor :
Peningkatan Kelaikan Kendaraan Bermotor
1
Pelaksanaan uji petik kendaraan bermotor
a. Pengadaan alat pengujian kendaraan bermotor.
b. Pelaksanaan uji petik kendaraan bermotor
Keterangan
Program konsisten
Dengan teknik analisis isi dari penjabaran kegiatan RENJA 2012
pada Tabel 44, menunjukkan tingkat konsistensi program yang dimaksud
pada RENSTRA 2012 yaitu peningkatan kelaikan kendaraan bermotor,
lebih jelas dijabarkan pada RENJA 2012 dengan 2 ( dua ) kegiatan yang
mendukung program tersebut.
119
119
Tabel 45. Konsistensi Penjabaran Program/Kegiatan RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 Untuk Peningkatan Pelayanan Angkutan di Kabupaten Konawe Utara
No
Program/Kegiatan RENSTRA 2012
Program/Kegiatan RENJA 2012
Analisis Kekonsistena
n
1. Kegiatan penyuluhan bagi sopir/juru mudi untuk peningkatan keselamatan penumpang
Kegiatan penyuluhan bagi sopir/juru mudi untuk peningkatan keselamatan penumpang
1
2. Kegiatan operasi gabungan, penertiban hari besar/keagamaan, dan patroli keliling pengawasan angkutan.
Kegiatan operasi gabungan, penertiban hari besar/keagamaan, dan patroli keliling.
1
3. Kegiatan uji coba trayek angkutan umum
Kegiatan uji coba trayek angkutan umum
1
Total
3 kegiatan konsisten
Dengan teknik analisis isi dari penjabaran program dan kegiatan
RENSTRA 2012 dalam RENJA 2012 pada Tabel 45, menunjukkan tingkat
konsistensi sebesar 100%. Program peningkatan pelayanan angkutan
yang dimaksud pada RENSTRA 2012 dijabarkan secara konsisten pada
RENJA 2012.
120
120
c. Konsitensi Penjabaran Rencana Strategi periode 2013 dalam
Rencana Kerja Periode 2013
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
dikemukakan bahwa RENJA-SKPD sebagai penjabaran RENSTRA-SKPD
merupakan dokumen perencanaan yang akan dilaksanakan pada tahun
yang akan datang dan merupakan penjabaran rincian mengenai program,
sasaran dan capaian sesuai prioritas yang disusun berdasarkan evaluasi
pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun sebelumnya, yaitu
berdasarkan pertanggung-jawaban atas tingkat kinerja yang dilaksanakan
dalam tahun anggaran 2012 yang berjalan merupakan dasar dalam
penyampaian usulan program tahun anggaran 2013 yang dijelaskan
dalam Tabel 46-48.
Tabel 46. Program Pengadaan Sarana dan Prasarana Transportasi RENSTRA 2013 dalam RENJA 2013
No
PROGRAM/KEGIATAN
RENSTRA 2013
PROGRAM/KEGIATAN
RENJA 2013
Analisis
Kekonsitenan
1. Pengadaaan/pembangunan sarana dan prasarana :
Pengadaaan sarana dan prasarana transportasi :
1. Pengadaan Speed Boat Pengawasan
1. Pengadaan Speed Boat Pengawasan
1
2. Pengadaan Bus Sekolah
2. Pengadaan Bus Sekolah 1
3. Pembangunan pintu gerbang terminal
3. Pembangunan pintu gerbang terminal
1
4. Pengadaan fasilitas ruang tunggu
4. Pengadaan fasilitas ruang tunggu
1
5. Pengadaan dan penataan fasilitas kantor terminal
5. Pembangunan mushollah
0
Total 4 kegiatan konsisten
121
121
Dari analisis isi (content analisis) pada Tabel 46, menunjukkan
tingkat konsistensi program/kegiatan RENSTRA 2013 sebesar 80 % pada
penjabaran program di RENJA-SKPD 2013 dalam pengadaan /
pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut dan darat.
Tabel 47. Penjabaran Program/Kegiatan RENSTRA Tahun 2013 dalam
RENJA 2013 untuk Pemeliharaan Prasarana
No
PROGRAM/KEGIATAN
RENSTRA 2013
PROGRAM/KEGIATAN
RENJA 2013
Analisis
Kekonsistenan
2. Rehabilitaspemeliharaan prasarana pelabuhan
Rehabilitasi / pemeliharaan prasarana pelabuhan
1. Rehabilitasi/pemeliharaan pelabuhan Tinobu – kecamatan Lasolo
1. Rehabilitasi/pemeliharaan pelabuhan Tinobu – kecamatan Lasolo
1
2. Rehabilitasi talud/jalan masuk pelabuhan Tinobu - kecamatan Lasolo
2. Rehabilitasi talud/jalan masuk pelabuhan Tinobu – kecamatan Lasolo
1
3. Rehabilitasi talud sandaran labuh kapal /dermaga kapal Ikan di Tinobu
3. Rehabilitasi talud sandaran labuh kapal Ikan di beberapa kecamatan ( sesuai hasil MUSRENBANG)
1
Total
3 kegiatan konsisten
Berdasarkan analisis isi (content analisis) pada Tabel 47,
menunjukkan penjabaran secara konsisten program/kegiatan RENSTRA
2013 dalam RENJA-SKPD 2013 walaupun rehabilitasi dermaga pada
RENSTRA hanya di kecamatan Tinobu sedangkan pada RENJA
direncanakan pada beberapa kecamatan berdasarkan usulan dari
masyarakat akan kebutuhan prasarana.
122
122
Tabel 48. Penjabaran Program/Kegiatan RENSTRA Tahun 2013 dalam RENJA 2013 untuk Peningkatan Disiplin Berlalu Lintas
No
PROGRAM/KEGIATAN
RENSTRA 2013
PROGRAM/KEGIATAN
RENJA 2013
Analisis Kekonsistenan
3. 1. Penyuluhan juru mudi angkutan umum/barang/khusus
1. Penyuluhan juru mudi angkutan umum/barang/khusus
1
2. Operasi patuh angkutan lalu lintas
2. Operasi patuh angkutan lalu lintas
1
3. Operasi disiplin pengguna kendaraan bermotor
3. Operasi disiplin pengguna kendaraan bermotor
1
Total
3 kegiatan konsisten
Dengan analisis isi (Content Analisis) Tabel 48, diketahui derajat
konsitensi penjabaran program RENSTRA 2013 dalam RENJA 2013 untuk
peningkatan disiplin berlalu lintas sebesar 100%.
Berdasarkan hasil analisis penjabaran program dan kegiatan
RENSTRA periode 2012 dan 2013 dalam RENJA periode 2012 dan 2013,
menunjukkan:
Ketidak-konsistenan penjabaran program yang terjadi di Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika tahun 2012 pada Tabel 42
yang tidak konsisten dalam penjabaran kegiatan pengelolaan
terminal dan Tabel 43 yaitu program pengadaan rambu – rambu lalu
lintas , mendapat tanggapan dari Kasubag Program perencanaan
dan evaluasi yang menyatakan bahwa:
123
123
“Ketidak-konsistenan penjabaran program/kegiatan RENSTRA 2012 dalam RENJA tahun 2012 karena anggaran yang diberikan ke Dinas Perhubungan tidak dapat mengkover program/kegiatan tersebut, hal demikian terjadi karena berkembangnya usulan-usulan atau kebijakan-kebijakan lain pada saat penyususnan RENJA yang merupakan kebijakan pimpinan, yang sifatnya mendesak (urgent) untuk dilaksanakan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keadaan/kondisi daerah pada saat itu yang belum defenitif sehingga sering terjadi pergantian kepemimpinan menyebabkan perubahan kebijakan juga sangat berpengaruh pada perencanaan dalam segala aspek, tak terkecuali perencanaan transportasi. Faktor lain adalah bahwa penyusunan perencanaan untuk tahun 2012 dilakukan tahun sebelumnya yaitu 2011, berdasarkan kebutuhan tahun berjalan artinya kebutuhan tahun 2011 untuk dilaksanakan tahun 2012 dianggap sangat dibutuhkan masyarakat untuk dilaksanakan berdasarkan MUSREMBANG karena pedoman perencanaan yaitu RTRW dan RPJMD baru diperdakan tahun 2012.
Menurut Nawawi (2005) bahwa konsistensi merupakan tolok ukur
yang menekankan pada kegiatan mengungkapkan kemampuan
manajemen puncak dan jajarannya di lingkungan sebuah organisasi
non profit, dalam merencanakan program berkelanjutan dan
beberapa proyek tahunan yang berkesinambungan atau konsisten
dalam arti saling menunjang, baik dalam satu tahun anggaran yang
sama, maupun selama dua tahun anggaran atau lebih secara
berkelanjutan.
Peningkatan sistem perencanaan periode 2013 menunjukkan sistem
perencanaan kearah yang lebih baik yang merupakan indikasi
adanya peningkatan efektifitas organisasi. Dengan keefektifan
program maka tujuan perencanaan penataan transportasi akan
dapat dicapai dengan harapan masalah – masalah transportasi yang
ada di Kabupaten Konawe Utara dapat diatasi dengan baik sehingga
tujuan dari peningkatan pelayanan dalam bidang penataan
transportasi dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
124
124
Lebih lanjut Denison, 1990 dalam Hartijasti (2001) menjelaskan
bahwa organisasi yang efektif adalah organisasi yang memiliki budaya
yang konsisten. Dengan kata lain, organisasi yang tidak memiliki budaya
konsistensi bukan organisasi yang efektif sehingga akan sangat sulit bagi
organisasi seperti itu untuk mencapai tujuannya. Olehnya peran para
pengambil kebijakan sangat besar dalam menjamin konsistensi pada
suatu organisasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Analisis keterkaitan program perencanaan transportasi dalam
dokumen TATRALOK dengan RTRW menunjukkan derajat keterkaitan
sebesar 92 % yang mengindikasikan tidak adanya konflik spasial
dalam perencanaan transportasi di Kabupaten Konawe Utara,
sedangkan keterkaitan TATRALOK dengan RPJMD sebesar 82 %
yang menunjukkan belum adanya keterpaduan program perencanaan
transportasi dengan perencanaan pembangunan daerah dalam
penataan transportasi di Kabupaten Konawe Utara, sehingga
permasalahan transportasi belum dapat teratasi dengan baik. Tingkat
konsistensi yang rendah pada tahun 2012, sedangkan pada tahun
2013 menunjukkan tingkat konsistensi yang lebih baik
mengindikasikan bahwa kekonsistenan sistem perencanaan menuju
ketingkat yang lebih baik di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika.
2. Untuk menghindari adanya ketidak-terkaitan dan ketidak-konsistenan
program perencanaan transportasi di Kabupaten Konawe Utara,
diharapkan kedepannya sebagai suatu kabupaten baru perlu adanya
sistem informasi perencanaan yang memuat seluruh dokumen
126
126
perencanaan tersebut. Dengan adanya sistem informasi ini maka
setiap program/kegiatan yang akan dianggarkan setiap tahunnya akan
terjamin keterkaitan dan konsistensinya. Program/kegiatan yang tidak
sesuai dengan perencanaan yang ada akan tertolak secara otomatis
oleh sistem. Dalam kondisi apabila ada program/kegiatan yang
mendesak harus dilaksanakan, maka harus ada persetujuan terlebih
dahulu dari Kepala Daerah baru kemudian diadakan perubahan
terhadap perencanaan yang ada dalam data base. Perubahan data
base tersebut perlu ditetapkan lagi dengan surat keputusan kepala
daerah. Dengan sistem informasi ini dapat pula diketahui mengenai
posisi pencapaian visi dan tujuan perencanaan secara cepat dan
akurat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan evaluasi secara berkesinambungan terhadap dokumen
perencanaan baik tingkat keterkaitan maupun konsistensi
penerapannya menuju keterpaduan program untuk mencapai
efektifitas suatu perencanaan. Karena ketidakterpaduan program
dalam suatu perencanaan tidak akan menghasilkan pencapaian tujuan
pembangunan yang diharapakan. Kekonsistenan suatu program
perencanaan merupakan indikator keefektifan proses perencanaan
karena itu kekonsistenan dalam proses perencanaan merupakan hal
127
127
yang penting untuk diperhatikan oleh pihak – pihak perencana yang
tidak lepas dari peningkatan dan sosialisasi penyusunan dokumen
perencanaan yang tepat ditingkat para perencana.
2. Sebagai salah satu kabupaten baru di Propinsi Sulawesi Tenggara
perlu dilakukan pendidikan/pelatihan khususnya masalah sistem
perencanaan untuk mencapai tujuan – tujuan pembangunan.
Sebagaimana Kabupaten Konawe Utara adalah salah satu kabupaten
yang direncanakan dalam percepatan ekonomi nasional, maka di
Kabupaten Konawe Utara sangat penting untuk dilakukan sosialisasi
sistem informasi perencanaan.
3. Diharapkan untuk dikaji kembali keefektifan perencanaan
pembangunan prasarana transportasi udara karena membutuhkan
biaya yang besar baik pembangunan maupun pengoperasiannya,
sementara Kabupaten Konawe Utara adalah kabupaten baru yang
membangun di segala bidang. Sebaiknya untuk perencanaan jangka
panjang lebih mengoptimalkan perencanaan transportasi darat dan
laut, membuka akses daerah terpencil untuk mengurangi kesenjangan
antar daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S dan Cepi Safrudin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, Jakarta: Bumi Aksara
Adisasmita, R. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu,Yogyakarta
Bryson, J.M. 2008. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan, Cetakan 1. Jakarta : PT Pranadya Paramita.
Creswell, John W.. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarya: Pustaka Pelajar.
Drs.H.Dadang Solihin. 2008. Bimbingan Teknis Perencanaan Tata Ruang
(online), (http://www.slideshare.net/DadangSolihin/perencanaan-tata-
ruang, diakses 30 april 2013)
Hartijasti, Y. 2011. Meningkatkan Kinerja Perusahaan Melalui Pengembangan Budaya Organisasi (Online),(http://apioindonesia.files.wordpress.com/2010/06/makalah-24 225 230 -yanki.doc, diakses 20 Januari 2013)
Iryanto. 2008. Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota Melalui Pendekatan Wilayah dan Kerjasama Antar Daerah (Online), (http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/perc_pemb_iriyanto.pdf, diakses 20 Januari 2013)
Kamaluddin, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi Karakteristik, Teori dan Kebijakan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
Katayane, D. S. 2007, Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2006 berdasarkan Rencana Stratejik (Renstra) 2002-2006 Kabupaten Maluku Tenggara Barat,Tesis Magister Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
129
129
Kbarek, S. 2007. Konsistensi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Dengan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kota Jayapura,Tesis Magister Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kementerian Dalam Negeri R.I. 2010. Permendagri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Jakarta.
Kadir, Abdul. 2010. Transportasi: Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional. (Online)(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15980/1/wah-apr2006-%20(6).pdf, diakses pada tanggal 26 Januari 2013 pukul 14.30)
Kementerian Dalam Negeri R.I. 2010. Permendagri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Jakarta.
Martono,Nanang.2011. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis isi dan Analisis Data sekunder. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Mastuti. 2010. Konsistensi Rencana Kerja (Renja) UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara dengan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Perhubungan 2005-2009(Studi Kasus UPT Bandar Udara di Pulau Sulawesi),Tesis Magister Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Nawawi, H. 2005. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2005 Sistranas, Jakarta.
Prof. Dr. Ing.IR.Ahmad Munawar,M.Sc. 2007. Pengembangan Transportasi yang berkelanjutan (online), (http://www.USU.ac.id/Ahmad Munawar / perencanaan transportasi, diakses 23 April 2013)
Rahailjaan, M. 2011. Konsistensi Dokumen Perencanaan dalam Realisasi Program dan Kegiatan Dinas Peternakan Kabupaten Merauke, Magister Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
130
130
Rudiyanto, A. 2009. Urgensi Kerja Sama Pembangunan Sektoral dan Daerah dalam Mendukung Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas dalam Era Otonomi Daerah (Online), (http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8527/, diakses 24 September 2011)
Safrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan
Daerah. Bauose Media, Jakarta.
Salusu, J. 2008. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi
Publik dan Organisasi Nonprofit. Penerbit PT. Gramedia
Widiassarana Indonesia (Grasindo), Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Tayipnapis Farida. 2008. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta
Violeta inayah pama,2011. Metode campuran dalam Penelitian (Online)(http://violetainayahpama.blogspot.com/2011/11/penelitian-metode-campuran.html, diakses 12 Juli 2013)
131
Lampiran 1.
Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG
PERHUBUNGAN
DARAT
BIDANG
PERHUBUNGAN
LAUT
BIDANG KESELAMATAN
& TEKNIK
TRANSPORTASI
BIDANG
KOMUNIKASI &
INFORMATIKA
SEKSI
MANAJEMEN
SEKSI
ANGKUTAN DAN
PERIZINAN
SEKSI
SARANA & PRASARANA
TERMINAL
SEKSI
ANGKUTAN LAUT DAN
PERIZINAN
SEKSI
PELABUHAN DAN
TAMBAT
SEKSI
PERALATAN PERAIRAN
SEKSI
POS DAN
TELEKOMUNIKASI
SEKSI
SARANA KOMUNIKASI,
SESIMINASI, INFORMASI
SEKSI
PELAYANAN PERIZINAN
TELEKOMUNIKASI
SEKSI
PENGUJIAN KENDARAAN
BERMOTOR
SEKSI
KESELAMATAN DAN
PERLENGKAPAN JALAN
SEKSI
PENETAPAN BATAS
STANDAR MAKSIMUM
U P T D
SEKRETRIS
SUB. BAG.
UMUM &
PERLENGKAPAN
SUB. BAG.
KEUANGAN &
KEPEGAWAIAN
SUB. BAG.
PERENCANAAN &
EVALUASI
132
Lampiran 3.
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PERENCANAAN TRANSPORTASI DALAM PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN
KONAWE UTARA
Petunjuk wawancara
1. Ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya di
wawancarai
2. Perkenalkan diri dan jelaskan topik wawancara serta tujuan
wawancara dilakukan
3. Jelaskan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat ,
pengalaman , harapan atau saran yang berkaitan dengan topik
wawancara.
4. Catat seluruh pembicaraan
5. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang
terbatas saat itu.
DATA UMUM
Nama informan : ...................................
Jenis Kelamin : ...................................
Umur : ...................................
Pendidikan : ...................................
Jabatan/ Pekerjaan : ...................................
Tanggal wawancara : ...................................
133
DAFTAR PERTANYAAN
1. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan dokumen sektoral
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika?
2. Bagaimana koordinasi Dinas Perhubungan di tingkat SKPD dalam
penyusunan dokumen perencanaan transportasi yang terdiri dari
Perhubungan darat, laut, keselamatan dan transportasi udara yang
sekarang ini akan dirintis ?
3. Bagaimnana koordinasi dengan BAPPEDA dalam keterpaduan
perencanaan wilayah?
4. Faktor- faktor apa yang menyebabkan adanya ketidakterkaitan
dokumen perencanaan sektoral dengan wilayah, khususnya
ketidakterkaitan antara TATRALOK dengan RPJMD?
5. Berhubungan dengan konsistensi penjabaran program, bagaimana
pendapat bapak dengan adanya ketidakkonsistenan penjabaran
program RENSTRA dalam RENJA?
6. Faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya ketidakkonsistenan
penjabaran program RENSTRA 2012 di RENJA Tahun 2012?
134
Lampiran 4. Kondisi Ruas Jalan di Beberapa Kecamatan
Kondisi Ruas Jalan di Kec. Motui Kondisi Ruas Jalan di Kec.
Lasolo
Kondisi Ruas Jalan di Kec. Sawa Kondisi Ruas Jalan di Kec.
Wiwirano
135
Lampiran 5. Kondisi Rambu Lalu Lintas di Kabupaten Konawe Utara
Peringatan jalan tanjakan curam Peringatan jalan turun curam
Peringatan tikung kanan Peringatan
tikung kiri
Peringatan belokan jalan Peringatan hati-hati daerah
rawan
136
Lampiran 6. Penunjuk Jalan di Kabupaten Konawe Utara
137
Lampiran 7. Jaringan Jalan Primer di Kabupaten Konawe Utara
Lampiran 8. Pagar dan Patok Pengaman Jalan di Kabupaten
Konawe Utara
138