36
EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia, Widaryati STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta Email: [email protected] Abstract: The objective of this study is to investigate the effectiveness of moisture balance wound care method in healing diabetic ulcers at Wound Care Clinic, Faculty of Health Sciences, UMM. This study is a pre-experimental research with prospective approach. The instrument used in this research was observation sheet. The population in this study was 40 people. The sample was taken by using accidental sampling technique which obtained 12 respondents. The effectiveness of moisture balance wound care method obtained mean of 28.4 before wound care treatment and 19.3 after the treatment. Data analysis using paired sample t-test showed that there was significant differences between pre- and post-treatment with the moisture balance wound care method in patients with diabetic ulcers (t=16.722, > t critic=2.201). It is recommended to set the moisture balance wound care method as the standardized method in wound care of diabetic ulcers. UMM’s Faculty of Health Sciences can develop the related treatment toward other types of wound. Keywords: wound care, moisture balance, diabetic ulcers Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas perawatan luka moisture balance terhadap penyembuhan luka ulkus diabetikum di klinik spesialis perawatan luka FIKES UMM. Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan prospektif. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Populasi dalam penelitian ini 40 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling didapatkan sampel 12 orang. Penilaian efektivitas perawatan luka didapatkan kondisi luka sebelum dilakukan perawatan luka moisture balance jumlah rerata 28,4 dan setelah dilakukan perawatan luka moisture balance didapatkan jumlah rerata 19,3. Hasil analisis dengan Paired Sampel T-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan luka dengan metode moisture balance pada pasien ulkus diabetikumnilai (t= 16,722, > t kritik=2,201). Perawatan luka moisture balance dijadikan standar perawatan luka khususnya ulkus diabetikum, dan Klinik FIKES UMM dapat mengembangkan ilmu terkait perawatan luka pada penanganan luka lainnya. Kata kunci: moisture balance, perawatan luka, ulkus diabetikum JKK 9.1.2013 SAY

EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTUREBALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA

PASIEN ULKUS DIABETIKUM

Salia Marvinia, WidaryatiSTIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Email: [email protected]

Abstract: The objective of this study is to investigate the effectivenessof moisture balance wound care method in healing diabetic ulcers atWound Care Clinic, Faculty of Health Sciences, UMM. This study is apre-experimental research with prospective approach. The instrumentused in this research was observation sheet. The population in this studywas 40 people. The sample was taken by using accidental samplingtechnique which obtained 12 respondents. The effectiveness of moisturebalance wound care method obtained mean of 28.4 before wound caretreatment and 19.3 after the treatment. Data analysis using paired samplet-test showed that there was significant differences between pre- andpost-treatment with the moisture balance wound care method in patientswith diabetic ulcers (t=16.722, > t critic=2.201). It is recommended toset the moisture balance wound care method as the standardized methodin wound care of diabetic ulcers. UMM’s Faculty of Health Sciencescan develop the related treatment toward other types of wound.

Keywords: wound care, moisture balance, diabetic ulcers

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitasperawatan luka moisture balance terhadap penyembuhan luka ulkusdiabetikum di klinik spesialis perawatan luka FIKES UMM. Penelitianini adalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan prospektif.Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Populasi dalampenelitian ini 40 orang dengan menggunakan teknik accidental samplingdidapatkan sampel 12 orang. Penilaian efektivitas perawatan lukadidapatkan kondisi luka sebelum dilakukan perawatan luka moisturebalance jumlah rerata 28,4 dan setelah dilakukan perawatan luka moisturebalance didapatkan jumlah rerata 19,3. Hasil analisis dengan PairedSampel T-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antarasebelum dan sesudah perawatan luka dengan metode moisture balancepada pasien ulkus diabetikumnilai (t= 16,722, > t kritik=2,201). Perawatanluka moisture balance dijadikan standar perawatan luka khususnya ulkusdiabetikum, dan Klinik FIKES UMM dapat mengembangkan ilmu terkaitperawatan luka pada penanganan luka lainnya.

Kata kunci: moisture balance, perawatan luka, ulkus diabetikum

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 2: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

30 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

PENDAHULUANJumlah penderita diabetes mellitus di

Indonesia dari tahun ke tahun mengalamipeningkatan. Hal ini berkaitan dengan jumlahpopulasi yang meningkat dan sebagai dampakpembangunan, pola penyakit mengalamipergeseran yang cukup meyakinkan. Peru-bahan pola penyakit ini diduga ada hubung-annya dengan cara hidup yang berubah,contohnya adalah pola makan. Perubahantersebut terlihat banyaknya konsumsi kompo-sisi makanan yang terlalu banyak mengandungkarbohidrat, protein, lemak, gula, garam dansedikit serat. Hal inilah yang berisiko terjadinyabeberapa penyakit, diantaranya adalah diabe-tes mellitus (Suyono, 2006).

Diabetes mellitus adalah penyakit me-tabolik yang kebanyakan herediter, dengantanda-tanda hiperglikemia dan glukosuriadisertai dengan atau tidak adanya gejalaklinik akut maupun kronik, sebagai akibatdari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh,gangguan primer terletak pada metabolismekarbohidrat yang biasanya disertai jugagangguan metabolisme lemak dan protein(Tjokropawiro, 2007).

Organisasi kesehatan dunia (WHO)memperkirakan jumlah pasien diabetesmellitus akan meningkat hingga melebihi 300juta pada tahun 2025. Indonesia merupakannegara dengan penderita penyakit diabetesmellitus cukup tinggi. Saat ini menempatiurutan keempat dengan jumlah penderitaterbesar di dunia setelah India, Cina danAmerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6%dari total penduduk, pada tahun 1995terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitusdan pada tahun 2025 diperkirakan mening-kat menjadi 12,4 juta penderita.

Di wilayah Jawa Tengah penderita dia-betes mellitus mencapai 40% dari jumlahpenduduk 120 ribu jiwa. Komplikasi laindiabetes mellitus adalah kerentanan terhadapinfeksi, tuberculosis paru dan infeksi padakaki, yang kemudian dapat berkembang

menjadi ulkus diabetikum. Ulkus diabetikumadalah luka pada kaki yang merah kehi-taman yang berbau busuk akibat sumbatanyang terjadi di pembuluh darah sedang ataubesar di tungkai. Ulkus diabetikum merupa-kan salah satu komplikasi kronik diabetesmellitus yang paling ditakuti oleh setiappenderita diabetes mellitus (Tjokropawiro,2007).

Dibandingkan non diabetes, penderitadiabetes mellitus lebih sering mengalamiulkus diabetikum, diperkirakan 17 kali lebihsering. Dampak ulkus diabetikum yang lamapenyembuhannya terhadap kelangsungankualitas hidup individu selain membutuhkanbiaya yang cukup banyak dan waktu yangtidak sebentar, berdampak juga padapsikologis pasien. Semakin lama prosespenyembuhan pasien merasa semakin maludengan penyakit yang tidak kunjungsembuh.

Penanganan luka pada pasien ulkusdiabetikum tidak boleh dianggap remeh,namun hingga kini penanganan luka masihdilakukan dengan cara lama. Penangananluka dengan cara lama biasanya disebutsebagai manajemen luka metode konven-sional. Pada luka ringan perawatan dilaku-kan dengan cara membersihkan luka danmengoleskan obat luka yang dikenal denganobat merah atau betadhine. Sementarapada luka berat, langkah yang diambilhampir sama.

Banyak yang tidak memikirkan apakahluka tersebut perlu dibalut atau tidak. Ber-dasarkan data yang didapatkan di BalaiPengobatan dan Konsultasi Dinas Kese-hatan Kabupaten Magelang terdapat 45%warga dengan usia 45-70 tahun menderitadiabetes mellitus dan terdapat 20% dari totaljumlah penduduk 25 ribu warga yangmempunyai diabetes mellitus dan berisikomuncul ulkus diabetikum. Di dunia yangsudah berkembang saat ini, perawatan lukatelah mengalami perkembangan yang sangat

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 3: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

31Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

pesat terutama dalam dua dekade terakhir.Di samping itu, isu terkini yang berkait denganperawatan luka ini berkaitan dengan perubahanprofil pasien, dimana pasien dengan kondisipenyakit degeneratif dan kelainan metaboliksemakin banyak ditemukan. Kondisi tersebutbiasanya sering menyertai kekomplekan suatuluka dimana perawatan yang tepat diperlukanagar proses penyembuhan bisa tercapai denganoptimal.

Beberapa hal yang perlu diperhatikandalam perawatan ulkus diabetikum yaitupengaturan makan yang baik denganmengurangi makanan yang mengandung gula,mengkonsumsi makanan dengan kadarprotein tinggi misalnya daging tanpa lemak,telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhimakanan dengan kandungan tinggi karbo-hidrat serta melakukan latihan fisik secarateratur (Nurhasan, 2002).

Metode konvensional atau metodeyang sering diterapkan sejak dahulu telahdikembangkan untuk membantu penyem-buhan luka, seperti dengan menjahit luka,menggunakan antiseptik dosis tinggi, danpembalutan dengan menggunakan bahanyang menyerap. Namun ketika diteliti lebihlanjut, ternyata cara tersebut sama sekalitidak membantu penyembuhan luka bahkanberisiko memperburuk kondisi luka.

Antiseptik seperti hydrogen peroxide,povidone iodine dan acetic acid selaludigunakan untuk menangani luka padametode konvensional. Walaupun alasanpenggunaan antiseptik pada luka bertujuanuntuk menjaga luka tersebut agar menjadisteril, masalah utama yang justru timbuladalah antiseptik tersebut tidak hanyamembunuh kuman-kuman yang ada, namunjuga membunuh leukosit yaitu sel darah yangdapat membunuh bakteri pathogen danjaringan fibroblast yang membentuk jaringankulit baru. Hal ini dapat menyebabkangangguan pada proses penyembuhan luka.“Allah SWT telah menurunkan penyakit

dan penawarnya dan Dia telah menen-tukan setiap penawar untuk setiap pe-nyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri de-ngan menggunakan obat-obatan sekuat-mu, tetapi jangan menggunakan sesuatuyang jelas-jelas dilarang.” (HR. AbuDawud dari Abu Al Darda).

Perkembangan perawatan luka(wound care) berkembang dengan sangatpesat di dunia kesehatan. Metode pera-watan luka yang berkembang saat ini adalahperawatan luka dengan menggunakanprinsip moisture balance. Perawatan lukatersebut dikenal sebagai metode moisturebalance dan memakai alat ganti balut yanglebih modern. Turner dan Hartman (2002)menyatakan bahwa perawatan luka dengankonsep lembab yang dilakukan secarakontinyu akan mempercepat penguranganluka dan mempercepat proses pembentukanjaringan granulasi dan reepitelisasi.

Menurut Ovington (2002) bahwapenggunaan kasa baik dengan cara keringatau dilembabkan memiliki beberapakekurangan yaitu dapat menyebabkan rasatidak nyaman saat penggantian balutan,menunda proses penyembuhan terutamaepitelisasi, meningkatkan risiko infeksi dankurang efektif serta efisien dalam hal peng-gunaan waktu dan tenaga.

Hasil riset Winter (1962) menyatakankelembaban pada lingkungan luka akanmempercepat proses penyembuhan luka.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat efektivitas perawatan luka moisturebalance terhadap penyembuhan luka padapasien ulkus diabetikum di Klinik SpesialisPerawatan Luka FIKES UMM.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian pre-

experiment (pra-eksperimen) dengan onegroup pretest-postest design. Populasidalam penelitian ini berjumlah 40 orangdengan menggunakan teknik accidental

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 4: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

32 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

sampling didapatkan sampel 12 orang.Pengambilan data menggunakan lembarobservasi baku yang digunakan untuk meng-observasi kondisi luka di Klinik PerawatanLuka FIKES UMM berdasarkan pedomandari Certified Wound Care Clinician(CWCC) yang terdiri dari 10 item obser-vasi. Sepuluh item tersebut adalah luas luka,kedalaman, tepi luka, goa, tipe eksudat,jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka,jaringan yang edema, jaringan granulasi, danepitelisasi.

Penilaian dilakukan sebelum diberikanperawatan moisture balance dan setelahdilakukan perawatan moisture balanceselama tujuh hari. Setiap item mempunyaiskala penilaian 1–5 yang bersifat unfa-vorable (negatif) sehingga semakin tingginilai setiap item, maka semakin burukkondisi luka diabetikum. Data respondendisajikan berupa skor luka, sehingga skaladata berupa skala interval.

Perawatan luka yang diberikan berupaperawatan luka moisture balance. Caranyadengan membersihkan luka dengan airhangat kemudian dibersihkan dengan sabun,setelah dibersihkan menciptakan dasar lukadengan cara debridement atau pengambilanjaringan mati (nekrosis) dan slough kemu-dian dilakukan penilaian terhadap luka.Perawatan luka pada pasien ulkus dia-betikum dilakukan selama tujuh hari dansetiap pasien dengan ulkus diabetikummendapatkan perlakuan perawatan lukadengan moisture balance tiga kali pera-watan dalam tujuh hari.

Analisis data dilakukan denganmenggunakan statistic parametric karenadata berupa skala interval. Sebelum diana-lisis, dilakukan uji normalitas. Setelah datadinyatakan terdistribusi normal, datakemudian dianalisis menggunakan PairedSample t-Test.

HASIL DAN PEMBAHASANData yang diambil pada bulan Januari

2013, diperoleh 12 orang sebagai respon-den penelitian. Responden dalam penelitianini adalah pasien dengan ulkus diabetikumyang melakukan pemeriksaan di klinikperawatan luka FIKES UMM. Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 12 orangdengan karakteristik responden berda-sarkan umur, jenis kelamin, personalhygiene dan status nutrisi (tabel 1).

Tabel 1 menunjukkan bahwa respon-den dalam penelitian ini sebagian besarberusia 45-54 tahun sebanyak 5 orang(41,7%) dan hanya 1 responden yang ber-usia lebih dari 74 tahun (8,3%). Berdasarkanjenis kelamin, jumlah responden laki-lakisebanyak 8 orang (66,7%). Berdasarkanstatus nutrisi, responden dalam penelitian inimemiliki status nutrisi yang baik dan sedangmasing-masing sebanyak 6 orang (masing-masing 50%) dengan tingkat personalhygiene baik sebanyak 7 orang (58,3%).

Tabel 1. Karakteristik RespondenPenelitian

Karakteristik Frekuensi

(F) Persentase

(%) Umur

45 - 54 th 55 – 64 th 65 – 74 th > 74 th Jumlah

5 4 2 1

12

41,7 33,3 16,7 8,3

100,0 Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan Jumlah

8 4

12

66,7 33,3

100,0 Status Nutrisi

Baik Sedang Buruk Jumlah

6 6 0

12

50,0 50,0 00,0

100,0 Personal Hygiene Baik Sedang Buruk Jumlah

7 5 0

12

58,3 41,7 00,0

100,0

Sumber: Data Primer 2013

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 5: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

33Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

babkan penurunan sirkulasi migrasi sel darahputih pada luka dan fagositosis terlambatdapat menganggu proses penyembuhan.Faktor nutrisi misalnya menghambat responimun dan opsonisasi bakteri.

Defisiensi asam askorbat merupakanpenyebab gangguan penyembuhan luka yangpaling sering. Asam askorbat merupakansuatu kofaktor dalam hidroksilasi prolinmenjadi asam aminohidroksi prolin padasintesis kolagen dalam penambahan molekuloksigen. Jaringan parut lama, memilikiaktifitas kolagenase yang lebih tinggi daripada kulit normal. Zat besi merupakan unsuryang penting untuk penyembuhan luka. Zatbesi juga diperlukan untuk berlangsungnyahidroksilase residu prolin. Kalsium dan mag-nesium dibutuhkan untuk aktivasi kolage-nase dan sintesis protein secara umum.Faktor esensial lain untuk penyembuhan lukaadalah suplai oksigen yang adekuat. Keba-nyakan penyembuhan luka yang kronikdapat diatasi secara efektif dengan mening-katkan oksigenasi jaringan.

Berdasarkan data yang peneliti dapat-kan bahwa dari 10 item mengalami

Penilaian kondisi luka ulkus diabetikumsebelum dan setelah dilakukan perawatanmoisture balance yang didapatkan daripenjumlahan 10 item penilaian pada lembarobservasi dengan hasil ditampilkan padatabel 2. Hasil penelitian didapatkan kondisiluka ulkus diabetikum sebelum dilakukanperawatan luka dengan metode moisturebalance memiliki nilai rerata 28,4 (kriteriakondisi luka sedang) dan setelah dilakukanperawatan moisture balance nilai reratamenjadi 19,3 (kriteria kondisi luka ringan).

Gejala yang menyertai timbulnya ulkusdiabetikum adalah kemerahan yang makinmeluas, rasa nyeri makin meningkat, panasbadan dan adanya nanah yang makinbanyak serta adanya bau yang makin tajam(Gitarja, 2000).

Berdasarkan tabel 2 terdapat satupasien dengan kondisi luka sedang. Faktoryang menghambat penyembuhan luka padapasien ulkus diabetikum yaitu status nutrisiyang tidak adekuat dan pasien berumur >65 atau tua juga mengalami penurunanrespon inflamatari yang memperlambatproses penyembuhan. Usia tua menye-

Responden Pre test Kategori Post test Kategori 1 32 Sedang 22 Baik 2 29 Sedang 19 Baik 3 36 Sedang 25 Sedang 4 5 6 7 8 9

10 11 12

19 28 27 31 30 32 30 22 25

Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Baik Sedang

14 17 18 22 20 22 19 15 18

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Rerata 28,4 Rerata 19,3 Baik

Tabel 2. Data Kondisi Luka Sebelum dan Setelah Dilakukan Perawatan MoistureBalance

Sumber: Data Primer 2013

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 6: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

34 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

keterlambatan dalam item pertama yaitu luasluka, karena untuk menciptakan luas lukadapat berkurang secara signifikan penelitimembutuhkan waktu yang cukup lama. Epi-telisasi dan granulasi dapat berkembangdengan sempurna apabila didukung denganjumlah eksudat dan goa pada luka berku-rang. Mayoritas responden memiliki ke-mampuan respon tubuh yang sama, didu-kung juga dengan kadar gula yang terkontrolmaka kecepatan kesembuhan cepat.

Luka dikatakan mengalami prosespenyembuhan jika mengalami fase responinflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif,fase proliferatif dan fase maturasi (Morison,2004). Kemudian disertai dengan berkurangnyaluasnya luka, jumlah eksudate berkurang,jaringan luka semakin membaik, sedangkan lukasedang bisa dikategorikan dalam kondisi lukayang tidak mengalami infeksi.

Sebelum analisis data dilakukan, sudahdilakukan uji normalitas data dan hasilpretest-posttest berdistribusi normal sehing-ga analisis data selanjutnya uji statistikparametrik. Berikut akan disajikan deskripsidata penelitian yang akan memberikaninformasi tentang nilai maksimum, nilaiminimum, mean dan standar deviasiberdasar subyek penelitian (Tabel 3.)

Tabel 3. Deskripsi Data Kondisi LukaSebelum dan Setelah Dilaku-kan Perawatan Luka MoistureBalance

Deskripsi Data Pretest Posttest

Nilai minimum Nilai maksimum Rerata Standar Deviasi Mean

19 36

28,4 4,7 28,4

14 25

19,3 3,2

19,3

Sumber: Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 3 untuk menga-nalisis efektivitas metode perawatan

moisture balance pada luka ulkusdiabetikum dilakukan uji statistik denganmenguji perbedaan kondisi luka ulkusdiabetikum sebelum dan setelah dilakukanperawatan moisture balance.

Tabel 4. Data Uji Statistik PairedSampel T-test

Nilai t Nilai P

Pretest dan posttest 16,722 0,000

Sumber: Data Primer 2013

Uji statistik menggunakan Paired Sam-pel T-test dan didapatkan nilai p sebesar0,000 (p<0,05), maka hipotesis nol ditolakdan hipotesis alternatif diterima, dengan katalain ada perbedaan yang signifikan secarastatistik kondisi luka antara sebelum dansesudah perawatan luka ulkus diabetikum.

Gambaran secara umum didapatkandata bahwa mayoritas pasien dengan ulkusdiabetikum mempunyai luas luka < 36 cm,dalam stage tiga, produksi pus atau nanahmasih banyak dan purulent, belum ada per-tumbuhan granulasi dan epitelisasi, warnasekitar kulit putih, pucat atau hipopigmentasi.

Beberapa faktor yang dapat meng-hambat proses penyembuhan diantaranyakurang maksimalnya pengendalian variabelpengganggu seperti status nutrisi, yaitu polamakan yang tidak teratur serta personalhygiene pasien yang kurang memperhatikankebersihan diri, terutama menjaga kondisiluka. Berdasarkan data yang peneliti dapat-kan, penilaian terhadap kondisi luka ber-dasarkan dari 10 item mengalami keterlam-batan dalam item kesepuluh yaitu epitelisasi.

Epitelisasi pada tepi luka memerlukanperhatian khusus terhadap adanya pertum-buhan kuman dan hipergranulasi yang dapatmenghambat epitelisasi dan penutupan lukakarena untuk menciptakan epitelisasi dapattumbuh secara signifikan peneliti membutuh-

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 7: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

35Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

kan waktu yang cukup lama. Epitelisasidapat berkembang dengan sempurna apa-bila didukung dengan jumlah eksudat dangoa pada luka berkurang. Mayoritas respon-den memiliki kemampuan respon tubuh yangsama, didukung juga dengan kadar gulayang terkontrol maka kesembuhan dapatdicapai.

Luka dikatakan mengalami prosespenyembuhan jika mengalami proses faserespon inflamasi akut terhadap cedera, fasedestruktif, fase proliferatif dan fase maturasi(Morison, 2004). Kemudian disertai denganberkurangnya luasnya luka, jumlah eksudatberkurang, jaringan luka semakin membaik,sedangkan luka sedang bisa dikategorikandalam kondisi luka yang tidak mengalamiinfeksi. Penyembuhan luka merupakan sua-tu proses yang kompleks karena proses pe-nyembuhan luka adalah kegiatan bio-seluler,bio-kimia yang terjadi berkesinambungan.

Penanggungan respon vaskuler,aktifitas seluler dan terbentuknya bahankimia sebagai substansi mediator di daerahluka merupakan komponen yang salingterkait pada proses penyembuhan luka.Besarnya perbedaan mengenai penyem-buhan luka dan aplikasi klinis saat ini telahdapat diperkecil dengan pemahaman danpenelitian yang berhubungan dengan prosespenyembuhan luka dan pemakaian bahanpengobatan yang berhasil memberikankesembuhan (Gitarja, 2000).

Kondisi fisiologis jaringan adalahdengan kondisi hidrasi yang seimbang untukmempertahankan kelembaban. Kondisiyang lembab memfasilitasi pertumbuhanjaringan yang baru (granulasi). Keadaan inibiasanya dapat terjaga dengan baik bilakondisi kulit utuh. Namun inilah masalahnyadimana kulit sudah mengalami kerusakan dangagal melakukan fungsinya. Untuk itubagaimana mempertahankan kondisi hidrasiluka yang sudah kehilangan perlindunganyaitu kulit.

Penelitian eksperimen menggunakanluka superfisial pada babi (Rainey, 2002)pernah dilakukan dengan setengah dari lukaini dilakukan teknik perawatan luka keringdan sebagian ditutupi polythene sehinggalingkungan luka lembab. Hasil menunjukkanbahwa perawatan luka dengan polytheneterjadi epitelisasi dua kali lebih cepat daripada perawatan luka kering. Hal tersebutmenunjukkan bahwa lingkungan luka yangkering menghalangi sel epitel yang migrasidi permukaan luka, sedangkan denganlingkungan lembab sel-sel epitel lebih cepatmigrasinya untuk membentuk prosesepitelisasi (Carville, 2007).

Lingkungan luka yang lembab dapatdiciptakan dengan occlusive dressing/semi-occlusive dressing. Menurut Carville(2007) manajemen luka yang dilakukan ti-dak hanya melakukan aplikasi sebuah ba-lutan atau dressing tetapi bagaimanamelakukan perawatan total pada kliendengan luka.

Manajemen luka ditentukan dari peng-kajian klien, luka klien dan lingkungannya.Tujuan dari manajemen luka yaitu men-dukung pengendalian infeksi, membersihkan(debridement), membuang benda asing,mempersiapkan dasar luka, mempertahan-kan sinus terbuka untuk memfasilitasi draina-se, mempertahankan keseimbangan kelem-baban, melindungi kulit sekitar luka, mendo-rong kesembuhan luka dengan penyem-buhan primer dan penyembuhan sekunder.

Menjaga kelembaban atau metodemoisture akan melindungi permukaan lukadengan mencegah kekeringan (desiccation)dan cedera tambahan. Selain itu, balutantertutup juga dapat mengurangi risiko infeksi.Alasan perawatan luka dengan lingkunganluka yang lembab dapat membentuk fibri-nolisis yaitu fibrin yang terbentuk pada lukakronis dapat dengan cepat dihilangkan (fi-brinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalamsuasana lembab, kemudian juga terjadi

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 8: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

36 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

angiogenesis yaitu keadaan hipoksi padaperawatan tertutup akan lebih merangsanglebih cepat angiogenesis dan mutu pembuluhkapiler.

Angiogenesis akan bertambah denganterbentuknya heparin dan tumor nekrosisfaktor-alpha (TNF-alpha), kejadian infeksilebih rendah dibandingkan dengan pe-rawatan kering (2,6% vs 7,1%), pem-bentukan growth factors yang berperanpada proses penyembuhan dipercepat padasuasana lembab dan percepatan pemben-tukan sel aktif; invasi netrofil yang diikuti olehmakrofag, monosit, dan limfosit ke daerahluka berfungsi lebih dini. Berdasarkan pene-litian Winter tahun 1962, kelembaban padalingkungan luka akan mempercepat prosespenyembuhan luka. Dengan perawatan lukatertutup (occlusive dressing) maka keadaanyang lembab dapat tercapai. Dengandemikian, untuk menciptakan lingkunganyang lembab maka diperlukan pemilihanbalutan yang tepat.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanKondisi luka ulkus diabetikum

sebelum dilakukan perawatan moisturebalance dalam kategori sedang sebanyak(83,3%) dengan rerata 28,4 sedangkansetelah dilakukan perawatan moisturebalance dalam kategori baik (91,7%)dengan rerata 19,3, sehingga perawatan lukadengan metode moisture balance efektifterhadap penyembuhan luka ulkusdiabetikum (t hitung = 16,722 (> 2,201); pvalue 0,000 (< 0,005).

SaranPerawatan luka moisture balance

dijadikan standar perawatan lukakhususnya ulkus diabetikum, dan Klinik

FIKES UMM dapat mengembangkan ilmuterkait perawatan luka pada penangananluka lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Carville, K. 2007. Wound Care Manual(Terjemahan). Edisi 3. Silver:Australia.

Depkes, RI. 2000. Profil KesehatanIndonesia. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.

Gitarja. 2000. Perawatan Luka Diabeti-kum. Edisi 2. Wocare Publising:Bogor.

Hadits Rasulullah SAW. Hadits riwayat AbuDawud dari Abu al Darda.

Morison, Moya, J. 2004. ManajemanLuka. (Alih Bahasa Tyasmono).EGC: Jakarta.

Nurhasan. 2002. Prosedur Penelitian. PTRineka Cipta: Jakarta.

Ovington LG. 2002. Evolusi ManajemenLuka: Asal-Usul Kuno dan Kema-juan dalam 20 Tahun Terakhir.Healthc Perawat Rumah, 20 (10).

Rainey, Joy. 2002. Wound Care: A Hand-book for Community Nurses.Whurr Publisher: Piladelphia.

Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Jilid III. Edisi 4.Ilmu Penyakit Dalam FK-UI:Jakarta.

Tjokropawiro, A. 2007. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. AirlanggaUniversity Press: Surabaya.

Winter, GD. 1962. Formation of the scaband the rate of epithelializationsuperficial wounds in the skin of theyoun domestic pig. Nature, 193:293-294.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 9: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Risa DevitaAkademi Kebidanan ’Aisyiyah Palembang

Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to explore some factors affectingthe exclusive breastfeeding and the most dominant factor affecting theexclusive breastfeeding. This study is an analytical survey study withcross sectional approach. The samples which were taken by purposivesampling resulted in a number of 93 mothers who had children at age of7-12 months. The data were collected in June 2012. The data wasanalyzed by using chi-square test showed that mother’s maternal parity(p=0.041), maternal employment (p=0.043), knowledge (p=0.029),maternal attitude (p=0.043) and maternal measures (p=0.005) hadsignificant relationship with exclusive breastfeeding. Meanwhile, family/husband support (p=0,646) had no meaningful relationship with exclusivebreastfeeding. Multiple logistic regression test results showed that themost decisive factors that significantly affected the exclusive breastfeedingwas the mothers’ act (OR=4,438).

Keywords: exclusive breastfeeding, maternal parity, maternalemployment, mother’s knowledge, mother‘s attitude, mother’s act,familly/husband support

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dan faktor yang paling menjadi penentu yang berhubungandengan pemberian ASI eksklusif. Jenis penelitian adalah survei analitikdengan pendekatan cross sectional, sampel yang diambil secarapurposive sampling berjumlah 93 ibu yang mempunyai anak berusia7-12 bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012. Analisis datamenggunakan uji chi-square menunjukkan variabel paritas ibu(p=0,041), pekerjaan ibu (p=0,043), pengetahuan ibu (p=0,029), sikapibu (p=0,043), tindakan ibu (p=0,005) ada hubungan bermakna denganpemberian ASI eksklusif, sedangkan dukungan keluarga/suami (p=0,646)tidak ada hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Hasiluji regresi logistik ganda di dapatkan faktor paling penentu berhubunganbermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah tindakan ibu(OR=4,438).

Kata kunci: pemberian ASI eksklusif, paritas ibu, pekerjaan ibu,pengetahuan ibu, sikap ibu, tindakan ibu, dukungan keluarga/suami.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 10: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

38 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

PENDAHULUANASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seim-bang dan disesuaikan dengan kebutuhanpertumbuhan bayi. ASI adalah makananyang sempurna, baik kualitas maupunkuantitasnya dengan tatalaksana menyusuiyang benar. ASI sebagai bahan makanantunggal akan cukup memenuhi kebutuhantumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan danketika mulai diberikan makanan padat dapatditeruskan sampai usia 2 tahun atau lebih(Soetjiningsih, 1997).

Pemberian ASI eksklusif kepada bayimerupakan hal yang penting dalam pemba-ngunan sumberdaya manusia sejak dini,karena sejak dini bayi mendapatkan ma-kanan yang paling sehat dan tepat yang akanmemberi pengaruh positif terhadap tumbuhkembang selanjutnya. Untuk mencapaitumbuh kembang optimal, di dalam GlobalStrategy for Infant and Young ChildFeeding, World Health Organization(WHO)/United Nations EmergencyChildren’s Fund (UNICEF) merekomen-dasikan empat hal penting yang harusdilakukan yaitu, memberikan ASI kepadabayi segera dalam waktu 30 menit setelahbayi lahir, memberikan hanya air susu ibu(ASI) saja atau pemberian ASI secaraeksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6bulan, memberikan Makanan PendampingAir Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia6 bulan sampai 24 bulan dan meneruskanpemberian ASI sampai anak berusia 24bulan atau lebih (Kemenkes RI, 2010).

Secara nasional berdasarkan dataSurvei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayisampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 danmeningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas, 2010) menyatakan persentasebayi yang diberikan ASI eksklusif yaitu bayi

antara umur 0-1 bulan sebesar 38,8%, bayiantara umur 1-2 bulan sebesar 32,5%, bayiantara umur 2-3 bulan sebesar 30,7%, bayiantara umur 3-4 bulan sebesar 25,2%, bayiantara umur 4-5 bulan sebesar 26,3% danbayi antara umur 5-6 bulan sebesar 15,3%.

Masalah utama masih rendahnyapemberian ASI di Indonesia adalah karenafaktor sosial budaya, kurangnya penge-tahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakatakan pentingnya ASI, serta jajaran kese-hatan yang belum sepenuhnya mendukungPeningkatan Pemberian ASI (PP-ASI).Masalah ini diperparah dengan gencarnyapromosi susu formula dan kurangnya du-kungan dari masyarakat, termasuk institusiyang memperkerjakan perempuan yangbelum memberikan tempat dan kesempatanbagi ibu menyusui di tempat kerja (sepertiruang ASI). Keberhasilan ibu menyusuiuntuk terus menyusui bayinya sangat diten-tukan oleh dukungan dari suami, keluarga,petugas kesehatan, masyarakat serta ling-kungan kerja (Kemenkes RI, 2010).

Beberapa kendala dalam hal pembe-rian ASI eksklusif antara lain disebabkankarena kurangnya pengetahuan ibu, kurang-nya dukungan keluarga serta rendahnyakesadaran masyarakat tentang manfaat pem-berian ASI eksklusif. Selain itu kurangnyadukungan tenaga kesehatan, fasilitas pela-yanan kesehatan, dan produsen makananbayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusuibayinya (PP No. 33 Tahun 2012).

Faktor-faktor lainnya yang berpe-ngaruh terhadap pemberian ASI eksklusifadalah umur ibu, jumlah anak, pekerjaan ibu,pendidikan ibu, dukungan suami/orang tua,pengetahuan, sikap dan perilaku ibu(Gustina, 2008).

Berbagai upaya dilakukan untuk mem-promosikan pemberian ASI. UNICEFmencanangkan ASI eksklusif sebagai langkahuntuk menurunkan angka kematian bayi.Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 11: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

39Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

minat dan kesadaran masyarakat tentangpentingnya pemberian ASI melalui berbagaikegiatan seperti lomba bayi sehat, lomba klinikdan rumah sakit sayang bayi.

Data dari Dinas Kesehatan KotaPalembang untuk cakupan pemberian ASIeksklusif di Puskesmas Makrayu tahun2009 yaitu dari 795 bayi yang mendapatkanASI eksklusif hanya 158 bayi (19,87%),tahun 2010 dari 1.701 bayi yang menda-patkan ASI eksklusif hanya 573 bayi(33,69%) dan tahun 2011 dari 805 bayiyang mendapatkan ASI eksklusif hanya 337bayi (41,86%) (Profil Dinkes KotaPalembang, 2009-2011).

Zat kekebalan yang terdapat pada ASIdapat mengurangi resiko infeksi lambung danusus, sembelit serta alergi. Pemberian ASI lebihmendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.ASI juga dapat menurunkan kemungkinan bayiterkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek.Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadappenyakit dari pada bayi yang tidakmendapatkan ASI (Depkes, 1997).

Berdasarkan uraian data tersebutmaka peneliti ingin mengetahui faktor-faktoryang berhubungan dengan pemberian ASIeksklusif di wilayah kerja PuskesmasMakrayu Palembang Tahun 2012.

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah survei analitik

dengan pendekatan cross sectional. Populasidan sampel penelitian ini adalah seluruh ibuyang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan yangberada di wilayah kerja Puskesmas MakrayuPalembang sebanyak 93 orang. Carapengambilan sampel dengan metode NonRandom/Non Probability Sampling denganteknik porposive sampling. Variabel yangakan diteliti pada penelitian ini adalah pemberianASI eksklusif sebagai variabel terikat danparitas, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikapibu, tindakan ibu serta dukungan keluarga/suami sebagai variabel bebas.

Alat ukur yang digunakan adalahkuesioner dengan beberapa pertanyaankepada responden yang mengacu parameteryang sudah dibuat oleh peneliti terhadappenelitian yang akan dilakukan. Metodepengolahan data yaitu editing, koding,skoring, tabulating dan entry data dananalisa dengan menggunakan software.

Analisis dibagi dalam tiga bentuk yaituanalisis univariat untuk melihat gambaranmasing-masing variabel, analisis bivariatuntuk melihat hubungan variabel bebas danterikat menggunakan Chi-Square denganderajat kepercayaan 95% (á=0,05). Bila p< 0,05 menunjukan bahwa ada hubunganyang bermakna antara variabel bebasdengan variabel terikat. Pada analisismultivariat, uji statistik yang digunakanadalah regresi logistik ganda, untukmenganalisis hubungan beberapa variabelbebas dengan satu variabel terikat. Hasilanalisis multivariat dapat dilihat dari nilaiexpose atau yang disebut odd ratio. Sema-kin besar nilai odd ratio berarti semakinbesar pengaruhnya terhadap variabel terikatyang dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis UnivariatDari Tabel 1 diketahui bahwa ibu yang

memberikan ASI eksklusif masih sedikityaitu sebesar 34,4%. Sebagian besar ibumempunyai paritas dengan kategori rendahsebesar 62,4 %. Sebagian besar ibu tidakbekerja yaitu 55,9%. Sebagian besar ibumempunyai pengetahuan dengan kategoritinggi yaitu 51,6 %. Ibu yang mempunyaisikap dengan kategori setuju sebesar52,7%. Ibu yang mendapatkan dukungandari keluarga/suami hanya 54,8%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaresponden yang memberikan ASI eksklusifhanya 34,4% lebih sedikit dibandingkandengan yang tidak memberikan ASI eksklusif.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 12: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

40 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

Hal ini berarti terdapat 56,6% bayi yang telahmendapatkan makanan atau minuman lainselain ASI sebelum usia 6 bulan.

Tabel 1. Distribusi Responden MenurutPemberian ASI Eksklusif, Paritas,Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap,Tindakan Ibu dan DukunganKeluarga/Suami di Wilayah KerjaPuskesmas Makrayu PalembangTahun 2012

Pemberian ASI Eksklusif

Jumlah Persentase

Eksklusif 32 34,4

Tidak Eksklusif 61 65,6

Total 93 100

Paritas

Rendah 58 62,4

Tinggi 35 73,6

Total 93 100

Pekerjaan Ibu

Tidak Bekerja 52 55,9

Bekerja 41 44,1

Total 93 100

Pengetahuan Ibu

Tinggi 48 51,6

Rendah 45 48,4

Total 93 100

Sikap Ibu

Setuju 49 52,7

Tidak Setuju 44 47,3

Total 93 100

Tindakan Ibu

Baik 44 47,3

Tidak Baik 49 52,7

Total 93 100

Dukungan Keluarga/Suami

Mendukung 51 54,8

Tidak Mendukung 42 45,2

Total 93 100

Sejalan dengan penelitian Misbah(2005) di Kelurahan Bukit Lama Palem-bang, dari 87 responden hanya 26,4% ibuyang memberikan ASI secara eksklusif dan

73,6% ibu sudah memberikan makanan/minuman tambahan sebelum bayi berusia 6bulan. Demikian juga dengan data Riskesdas(2010) yang menyatakan bahwa hanya15,3% bayi diberikan ASI eksklusif dancakupan ASI eksklusif di Kota Palembangtahun 2011 yaitu sebesar 36,94%.

Analisis Bivariat

Hubungan antara Paritas dan PekerjaanIbu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis untuk paritas ibu (lihatTabel 2) diperoleh p value 0,041, karena pvalue (0,041) lebih kecil dari α (0,05) makasecara statistik dapat dinyatakan ada hu-bungan yang bermakna antara paritas ibudengan pemberian ASI eksklusif.

Penelitian Setioningrum (2004) mem-perlihatkan tidak ada hubungan yang ber-makna antara paritas dengan pemberianASI eksklusif, hal ini disebabkan ibu inginmenjalin rasa keintiman dan kasih sayangkepada anaknya walaupun paritas tinggi te-tap ingin memberikan ASI secara eksklusif.

Menurut peneliti, paritas berhubungandengan pemberian ASI eksklusif karenapada ibu dengan jumlah anak yang rendah(kurang dari atau sama dengan tiga orang),ibu akan mempunyai waktu yang lebihbanyak untuk merawat anaknya dalam halini mempunyai waktu yang lebih untukmemberikan ASI kepada bayinya setiapwaktu dibanding dengan ibu yang mempu-nyai paritas tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa ibu yangmempunyai paritas rendah cenderung akanmemberikan ASI secara eksklusif kepadabayinya dikarenakan dengan jumlah anakyang lebih sedikit ibu memiliki waktu ataukesempatan lebih besar untuk memberikanASI. Sedangkan ibu yang mempunyai jumlahanak yang banyak telah mempunyaipengalaman dalam memberikan makananpendamping ASI (PASI) kepada anaknya.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 13: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

41Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

Hasil analisis untuk pekerjaan ibudiperoleh p value 0,043, karena p value(0,043) lebih kecil dari α (0,05) makasecara statistik dapat dinyatakan adahubungan yang bermakna antara pekerjaanibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Nuryanto (2000) kelompokibu yang bekerja mempunyai risiko 1,16 kalilebih cepat untuk berhenti memberikan ASIsaja daripada kelompok ibu yang tidakbekerja setelah dikontrol variabel keterpa-paran oleh media elektronik dan penolongpersalinan. Pekerjaan ibu juga diperkirakandapat mempengaruhi pengetahuan dankesempatan ibu dalam memberikan ASIeksklusif. Pengetahuan responden yangbekerja lebih baik bila dibandingkan denganpengetahuan responden yang tidak bekerja.Semua ini disebabkan karena ibu yangbekerja di luar rumah (sektor formal)memiliki akses yang lebih baik terhadapberbagai informasi, termasuk mendapatkaninformasi tentang pemberian ASI eksklusif(Depkes RI 1999).

Menurut peneliti, ibu rumah tangga danibu yang bekerja di rumah sendiri untukmenyusui tidak terjadwal bukan merupakanbeban atau masalah, akan tetapi bagi ibu

yang bekerja di luar rumah dan harusmeninggalkan anaknya lebih dari 7 jammenyusui bukanlah hal yang mudah, karenaterhalang dengan jadwal mereka bekerja.

Hubungan Antara Pengetahuan danSikap Ibu dengan Pemberian ASIEksklusif

Hasil analisis untuk pengetahuan Ibu(lihat Tabel 3) diperoleh p value 0,029karena p value (0,029) lebih kecil dari á(0,05) maka secara statistik dapat dinyata-kan ada hubungan yang bermakna antarapengetahuan ibu dengan pemberian ASIeksklusif.

Adanya perbedaan pengetahuan ibutentang ASI akan memberikan perbedaanlamanya memberikan ASI Eksklusif. Ibuyang memiliki pengetahuan yang tinggitentang ASI akan menyusui anaknya secaraeksklusif karena umumnya mereka menge-tahui berbagai manfaat dari ASI dibandingdengan ibu yang memiliki pengetahuan yangrendah (Zeitlyn & Rowshan, 1997).

Menurut peneliti, kecenderungan ibu-ibu tidak memberikan ASI secara eksklusifdisebabkan kurangnya pengetahuan ibutentang manfaat ASI Eksklusif baik bagi ibu

Tabel 2. Hubungan Paritas Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASIEksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2012

Paritas Ibu

Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah p value n % n % n

Rendah 25 43,1 33 56,9 58 0,041

Tinggi 7 20,0 28 80,0 35

Jumlah 32 34,4 63 65,6 93

Pekerjaan Ibu

Tidak Bekerja 23 44,2 29 55,8 52 0,043

Bekerja 9 22,0 32 78,0 41

Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 14: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

42 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

dan utamanya bagi bayi bahkan bagi seluruhanggota keluarga dimana ketika bayi berusia0-6 bulan ASI bertindak sebagai makananutama bayi karena mengandung lebih dari60 % kebutuhan bayi.

Hasil analisis untuk sikap ibu diperolehp value 0,043 karena p value (0,043) lebihkecil dari α (0,05) maka secara statistik da-pat dinyatakan ada hubungan yang bermak-na antara sikap ibu dengan pemberian ASIeksklusif.

Nurwulandari (2008) yang melakukanpenelitian di Puskesmas Grogol Depok de-ngan metode penelitian cross sectional, adahubungan yang signifikan antara sikap denganpemberian ASI eksklusif, dimana sekitar 53,3% responden yang memiliki sikap positifmemberikan ASI secara eksklusif.

Menurut peneliti, kecenderungan ibu-ibu yang memiliki sikap yang setuju/positifdalam pemberian ASI eksklusif tetapi tidakmemberikan ASI secara eksklusif dikare-nakan sikap merupakan kesiapan seseoranguntuk bereaksi terhadap suatu objek danmerupakan kecenderungan potensial untukbereaksi dengan cara tertentu. Sikap masihberupa pandangan atau perasaan yangdisertai kecenderungan untuk bertindakterhadap obyek tertentu belum terbukti

dalam tindakan nyata, sehingga belum tentuibu yang memiliki sikap setuju/positif dalampemberian ASI eksklusif akan langsungdapat memberikan ASI secara eksklusif.

Hubungan Antara Tindakan Ibu danDukungan Keluarga/Suami denganPemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis untuk tindakan ibu (lihatTabel 4) diperoleh p value 0,005 karena pvalue (0,005) lebih kecil dari α (0,05) makasecara statistik dapat dinyatakan ada hu-bungan yang bermakna antara sikap ibudengan pemberian ASI eksklusif.

Budiarso (2004) yang menyatakanbahwa diantara ibu-ibu yang mempunyaitindakan baik cenderung lebih tinggi persen-tasenya dalam memberikan ASI eksklusifterhadap bayi dibandingkan ibu yangmempunyai tindakan tidak baik.

Menurut peneliti, ibu-ibu yang mem-punyai tindakan setuju/positif akan tetapitidak memberikan ASI secara eksklusifdapat dipengaruhi juga oleh faktor-faktoryang lain, misalnya karena kondisi yang tidakmemungkinkan seperti ASI tidak keluar, ibuyang bekerja atau bayi yang tidak maumenyusu sehingga ibu tidak dapat mem-berikan ASI secara eksklusif.

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusifdi Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2012

Pengetahuan Ibu

Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah p value n % n % n

Tinggi 22 45,8 26 54,2 48 0,029

Rendah 10 22,2 35 77,8 45

Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Sikap Ibu

Setuju 22 44,9 27 55,1 49 0,043

Tidak Setuju 10 22.7 34 77,3 44

Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 15: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

43Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

Hasil analisis untuk dukungan keluarga/suami diperoleh p value 0,646 karena pvalue (0,646) lebih besar dari α (0,05) ma-ka secara statistik dapat dinyatakan tidakada hubungan yang bermakna antaradukungan keluarga/suami dengan pemberianASI eksklusif.

Ibu yang suaminya mendukungpemberian ASI eksklusif berpeluangmemberikan ASI eksklusif 2 kali daripadaibu yang suaminya kurang mendukungpemberian ASI eksklusif setelah dikontrololeh pekerjaan suami, dukungan petugaskesehatan, dan pekerjaan ibu. Oleh karenaperan suami penting dalam pemberian ASIeksklusif, maka suami harus dijadikansasaran penyuluhan ASI dan didorong untuklebih aktif mencari informasi serta aktifbelajar mengenai ASI, sehingga lebih paham

dalam memberikan dukungan kepada ibuuntuk menyusui secara eksklusif (Yulian-darin, 2009).

Adanya perbedaan hasil penelitian inikemungkinan disebabkan oleh adanyaperbedaan karakteristik demografi pene-litian, desain penelitian ataupun populasi dansampel penelitian sehingga pada penelitianini didapatkan tidak adanya hubungan antaradukungan keluarga/suami dengan pemberianASI eksklusif.

Analisis Multivariat

Faktor yang Paling Berhubungan(Dominan)

Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa selu-ruh variabel berhubungan dengan pemberianASI eksklusif yaitu paritas, pekerjaan, pe-

Tabel 4. Hubungan Tindakan Ibu dan Dukungan Keluarga/Suami dengan PemberianASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2012

Tindakan Ibu

Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah p value n % n % n

Baik 22 50 22 50 44 0,005

Tidak baik 10 20,4 39 79,6 49

Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Dukungan Keluarga/Suami

Mendukung 16 31,4 35 68,6 51 0,646

Tidak Mendukung 16 38,1 26 61,9 42

Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Variabel Independen B P value Exp (B) 95% CI

Paritas 0,887 0,109 2,427 0,820 – 7,185

Pekerjaan 0,269 0,733 1,309 0,278 - 6,155

Pengetahuan 0,782 0,310 2,185 0,483 – 9,878

Sikap - 0,361 0,659 0,697 0,140 – 3,470

Tindakan 1,490 0,060 4,438 0,942 -20,915

Constant - 3,175

Tabel 5. Hasil Analisis Akhir Model Prediksi Tanpa Interaksi

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 16: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

44 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

ngetahuan, sikap dan tindakan. Variabelpenentu atau yang paling besar hubungan-nya dengan pemberian ASI eksklusif adalahtindakan dengan OR=4,438 (dilihat dari nilaiExp (B)) berarti responden dengan tindakanyang baik berpeluang 4 kali mempunyaihubungan dengan pemberian ASI eksklusifdibandingkan dengan responden dengan tin-dakan yang tidak baik setelah dikontroldengan variabel paritas, pekerjaan, penge-tahuan dan sikap. Berdasarkan hasil analisisakhir model prediksi tanpa interaksi makafaktor dominan yang berhubungan denganpemberian ASI eksklusif, dari yang terbesarsampai yang terkecil adalah tindakan (4,438),paritas (2,427), pengetahuan (2,185),pekerjaan (1,309) dan sikap (0,697).

Tindakan adalah respon nyata yangdilakukan seseorang setelah seseorang men-dapatkan pengetahuan tentang suatu infor-masi. Dalam kaitannya dengan pemberianASI eksklusif, ibu yang mempunyai tindakanyang baik dalam hal ini melakukan hal-halyang mendukung pelaksanaan pemberianASI secara eksklusif, seharusnya akanmemberikan ASI kepada anaknya secaraeksklusif dibandingkan dengan ibu yangmempunyai tindakan yang tidak baik. Tetapitidak selalu demikian halnya, karena banyakfaktor lain yang mempengaruhi tindakanseseorang.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanDari hasil penelitian, dapat disimpulkan

bahwa proporsi responden yang memberi-kan ASI eksklusif masih tergolong rendahhanya sebesar 34,4%, proporsi respondenyang mempunyai paritas rendah sebesar62,4%, sebanyak 55,9% responden yangtidak bekerja, 51,6% responden denganketegori pengetahuan tinggi, 52,7% res-ponden dengan sikap setuju, 47,3% respon-den dengan tindakan baik dan 54,8%

responden dengan dukungan keluarga/suamiyang mendukung.

Ada hubungan yang bermakna antaraparitas ibu dengan pemberian ASI eksklusif,karena p value (0,041) lebih kecil dari á(0,05), ada hubungan yang bermakna antarapekerjaan ibu dengan pemberian ASIeksklusif, karena p value (0,043) lebih kecildari α (0,05), ada hubungan yang bermaknaantara pengetahuan ibu dengan pemberianASI eksklusif, karena p value (0,029) lebihkecil dari α (0,05), ada hubungan yang ber-makna antara sikap ibu dengan pemberianASI eksklusif karena p value (0,043) lebihkecil dari α (0,05), ada hubungan yang ber-makna antara tindakan ibu dengan pembe-rian ASI eksklusif karena p value (0,005)lebih kecil dari α (0,05).

Tidak ada hubungan yang bermaknaantara dukungan keluarga/suami denganpemberian ASI eksklusif karena p value(0,646) lebih besar dari α (0,05), faktor yangpaling berhubungan (dominan) denganpemberian ASI eksklusif adalah tindakan,jadi semakin baik tindakan ibu maka sema-kin tinggi keinginan ibu untuk melaksanakanpemberian ASI secara eksklusif.

SaranBagi Puskesmas, target pemerintah

dalam pemberian ASI eksklusif adalah 80%,sedangkan hasil penelitian ini ibu-ibu diwilayah kerja Puskesmas Makrayu Palem-bang hanya sebesar 34,4% oleh karena itupada Puskesmas Makrayu disarankan untukmelibatkan keluarga/suami mulai dari masaawal kehamilan sampai dengan menyusuimelalui kegiatan pendampingan ibu baikpada saat ibu melakukan pemeriksaan diposyandu atau di puskesmas.

Petugas puskesmas dalam hal ini bidandengan melibatkan kader-kader posyandumelakukan kunjungan rumah dalam rangkapemetaan ibu hamil dan nifas dengan tujuanmemberikan penyuluhan/pengarahan tentang

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 17: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

45Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

ASI eksklusif, meningkatkan pengetahuanibu-ibu tentang ASI eksklusif dengan jalanmemberikan penyuluhan tentang ASI eksklusifsehingga di harapkan dapat mempengaruhitindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif,meningkatkan peran petugas puskesmasterutama bidan dan kader-kader posyandudalam memberikan pengetahuan tentangmanajemen laktasi kepada ibu-ibu di wilayahkerja puskesmas.

Bagi peneliti lain diharapkan untuk me-nyempurnakan penelitian ini dengan mela-kukan penelitian secara kualitatif sehinggadapat lebih mengkaji faktor-faktor secaralebih mendalam tentang pemberian ASIeksklusif di masyarakat ataupun faktor-faktor pendukung lainnya dalam pemberianASI eksklusif misalnya faktor motivasi ibu.

DAFTAR RUJUKAN

Budiarso. 2004. Faktor-faktor yangBerhubungan dengan PemberianASI Eksklusif di Wilayah BinaanPuskesmas Padangsari Keca-matan Banyumanik. Skripsi.Semarang: Universitas Diponogoro.

Departemen Kesehatan RI. 1997. Petun-juk Pelaksanaan PeningkatanASI Eksklusif. Dirjen PembinaanKesehatan Masyarakat: Jakarta.

_ . 1999. Petunjuk PelaksanaanPeningkatan ASI Eksklusif BagiPetugas Puskesmas. Depkes RI:Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2011.Profil Dinas Kesehatan KotaPalembang Tahun 2009-2011.

. 2011. Profil Puskesmas MakrayuPalembang Tahun 2011.

Gustina, Nila. 2008. Faktor-Faktor yangBerhubungan dengan Pola Pem-berian ASI di Puskesmas Pekan-baru Kota Pekanbaru. Tesis.Yogyakarta: UGM.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. RisetKesehatan Dasar 2010. BadanPengembangan dan Penelitian Ke-sehatan: Jakarta.

Misbah. 2005. Hubungan Antara Penge-tahuan dan Sikap dengan Peri-laku Ibu dalam Pemberian ASIEksklusif di Kelurahan BukitLama Palembang. Skripsi. Palem-bang: Universitas Sriwijaya.

Nurwulandari, Aprilia. 2008. Hubunganantara Pengetahuan, Sikap danPerilaku Ibu Dengan PemberianASI Eksklusif di Wilayah KerjaPuskesmas Grogol Depok.Skripsi. Jakarta: UniversitasPembangunan Nasional Veteran.

Nuryanto. 2001. Hubungan Antara Pe-kerjaan Ibu dengan Kelang-sungan Pemberian ASI pada anakusia 0-11 bulan di Indonesia. Tesis.Jakarta: Universitas Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. 2012.Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 33 Tahun 2012Tentang Pemberian Air Susu IbuEksklusif. Jakarta: KementrianKesehatan RI.

Setioningrum, Yeni Makdalena. 2004.Faktor-Faktor Yang Berhu-bungan Pemberian ASI Eksklusifdi Desa Jeruklegi Wetan Keca-matan Jeruklegi Kabupaten Cila-cap. Skripsi. Yogyakarta: UGM

Soetjiningsih. 1997. Persepsi dan PerilakuIbu Menyusui. Majalah Kedok-teran Indonesia, (4).

UNICEF WHO IDAI. 2005. Rekomen-dasi tentang Pemberian Ma-kanan Bayi pada Situasi Darurat.Jakarta: Pernyataan bersamaUNICEF WHO IDAI.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 18: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

46 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

Yuliandarin, Eka Mutia. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhipemberian ASI Eksklusif Di KotaBekasi. Tesis. Jakarta: UniversitasIndonesia.

Zeitlyn, Sushila & Rowshan, Rabeya. 1997.Privileged Knowledge and Mo-thers’ “Perceptions”: The Case ofBreast-Feeding and InsufficientMilk in Bangladesh. MedicalAnthropology Quarterly, 11 (1) :56–68.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 19: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

PEMANFAATAN METADON PADA INJECTING DRUGUSERS DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN

YOGYAKARTA

Herlin Fitriana Kurniawati, Antono SuryoputroSTIKES ‘Aisyiyah YogyakartaEmail: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to examine the use of methadoneservices by Injecting Drug Users (IDUs) in Puskesmas Gedong Tengen,Yogyakarta. This research is a qualitative research design. The sampleswere taken by using purposive sampling, as the result, there were fourpeople taken as the informants. The data were collected by using in-depth interviews, the data analysis was done by using thematic contentanalysis. The result showed that all of the informants continuously cameto the health center and took the methadone, had insufficient knowledgeabout methadone, positive attitude toward the methadone service in healthcenter, the easy access to the methadone and the existence of specialelbow room for methadone clients in health center. The informants statedthat they needed the methadone because they wanted to quit using drugs.

Keywords: methadone service, injecting drug users.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan layananmetadon oleh penasun di Puskesmas Gedong Tengen, Yogyakarta. Desainpenelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pengambilansampel dengan purposive sampling. Informan penelitian terdiri dari empatorang. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, analisis datadengan metode thematic content analysis. Hasil penelitian menunjukkansemua informan rutin memanfaatkan layanan metadon dengan datanglangsung ke puskesmas, memiliki pengetahuan yang kurang tentang layananmetadon, bersikap positif terhadap layanan metadon di puskesmas, aksesterhadap layanan metadon mudah dan tersedia ruangan yang khusus bagiklien metadon. Semua informan menyatakan membutuhkan layananmetadon didasarkan karena ingin berhenti dari penggunaan napza.

Kata kunci: layanan metadon, pengguna napza suntik.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 20: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

48 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

PENDAHULUANBerdasarkan data Direktorat Jendral

Penanggulangan Penyakit dan PenyehatanLingkungan Kemenkes RI (Dirjen PP& PLKemenkes RI) tahun 2011 (periode 1 Janu-ari-31 Desember) mencatat sebanyak 21.031kasus baru HIV dan 4.162 kasus AIDS.Secara kumulatif kasus HIV dan AIDS dari 1April 1987 sampai dengan 31 Desember 2011terdapat 77.879 kasus HIV dan 29.879 kasusAIDS dengan kasus kematian sebanyak5.430. Jumlah kumulatif kasus AIDSberdasarkan faktor risiko yaitu tertinggi padaheteroseksual sebanyak 14.775 kasus,pengguna napza suntik sebanyak 9.392 kasus,tidak diketahui sebanyak 940 kasus,homoseksual 807 kasus, transmisi perinatal730 kasus dan transfusi darah 51 kasus (DitjenPP&PL Kemenkes RI, 2012).

Penggunaan napza suntik menghadapidua risiko untuk mendapatkan HIV danAIDS. Pertama, melalui jarum suntik danalat suntik yang tidak steril yang digunakansecara bersama-sama. Kedua, melalui hu-bungan seksual terutama bagi mereka yangmelakukannya dengan lebih dari satu pa-sangan, atau melakukan hubungan seks tan-pa menggunakan kondom (Sucahyo, 2001).

Penyalahgunaan napza menjadi masa-lah serius yang harus dihadapi Indonesia,khususnya penyalahgunaan napza suntik. Halini dikarenakan jarum suntik serta peralatanuntuk menyuntik yang digunakan secara ber-gantian pada kelompok pengguna napzasuntik telah menjadi sarana yang menye-babkan meningkatnya penyebaran HIV danAIDS. Salah satu strategi yang dilaksanakanuntuk mengurangi peningkatan penyebaraninfeksi HIV dan AIDS tersebut denganharm reduction (pengurangan dampakburuk penggunaan narkoba suntik).

Berdasarkan hasil penelitian di bebe-rapa negara, seperti Australia dan AmerikaSerikat, didapatkan bahwa harm reductiondapat menekan laju penularan HIV dan

AIDS dan tidak mengakibatkan munculnyapengguna napza suntik baru. Masih besarnyakasus di kalangan pengguna napza suntikmembuat pemerintah, masyarakat, danlembaga swadaya masyarakat (LSM) harusterus menjalin kerjasa sama (Mansrianto,2006).

Harm reduction merupakan penang-gulangan dan pencegahan yang menekankanpada tujuan jangka pendek dan dilakukansecara cepat dan tepat untuk mengurangisegala dampak buruk akibat penggunaannapza suntik tidak steril serta hubungan sekstanpa kondom yang dapat membuka pelu-ang tertular HIV, hepatitis maupun penyakitlainnya. Penerapan harm reduction meru-pakan upaya memotong mata rantai daripenularan HIV dan AIDS di kalangan peng-guna napza suntik (Mansrianto, 2006).

Semua aktivitas harm reductionbertujuan agar HIV dan AIDS dapat dita-ngani dan tidak menular pada banyak orang.Harm reduction tidak menganjurkan peng-guna napza suntik untuk terus menggunakannapza karena adanya jarum, namun secaratidak langsung berperan menurunkan jumlahpengguna napza, sebab program harmreduction juga sebagai pintu masuk bagipengguna napza suntik untuk ikut terapimetadon yang pada akhirnya dapat mem-buatnya sampai pada abstinence (Man-srianto, 2006). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pemanfaatan layanan metadonoleh penasun di Puskesmas Gedong Te-ngen, Yogyakarta.

METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam pene-

litian ini adalah deskriptif dengan pendekatankualitatif. Informan utama adalah penggunanapza suntik yang memanfaatkan layananmetadon di Puskesmas Gedong Tengen Ko-ta Yogyakarta sebanyak empat orang. Pe-nentuan informan utama ditentukan denganbantuan dari petugas kesehatan (dokter dan

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 21: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

49Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

perawat) dan petugas outreach. Informansekunder adalah sebagai triangulasi sumberyang terlibat dalam pemanfaatan layananmetadon di Puskemas Gedong Tengen KotaYogyakarta oleh pengguna napza suntik,yaitu petugas kesehatan di Puskesmas Ge-dong Tengan yang terdiri dari dokter pe-nanggung jawab dan perawat serta petugasoutreach.

Kriteria informan utama adalah sudahmenggunakan layanan metadon secara rutinselama minimal enam bulan, pada waktupenelitian berada di Kota Yogyakarta danbersedia menjadi informan penelitian. Teknikpengambilan sampel menggunakan tekniknon probability sampling yaitu teknikpengambilan sampel yang tidak memberipeluang atau kesempatan yang sama bagisetiap unsur atau anggota populasi untukdipilih menjadi sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan layanan metadonSemua informan menyatakan meman-

faatkan layanan metadon secara rutin, de-ngan datang ke puskesmas setiap hari, atauapabila ada halangan atau tidak dapat hadirke puskesmas dapat meminta metadonuntuk dibawa pulang, dengan memenuhisyarat yang telah ditentukan oleh PuskesmasGedong Tengen. Menurut perawat di pus-kesmas, bahwa semua klien yang meman-faatkan layanan metadon harus datang lang-sung ke puskesmas setiap hari, kecuali adaalasan yang dapat dipertanggungjawabkan,dapat meminta metadon untuk dibawapulang, dengan syarat klien rutin meman-faatkan metadon atau ada bukti memangbenar yang bersangkutan ada acara.

Sesuai dengan Kemenkes RI No.350/Menkes/SK/IV/ 2008, klien metadon harushadir setiap hari di klinik. Metadon diberikanoleh asisten apoteker atau perawat yang

diberi wewenang oleh dokter. Klien harusmenelan metadon tersebut di hadapan petu-gas program terapi rumatan metadon, harusdiminum setiap hari karena metadon dapatbekerja pada tubuh selama rata-rata 24 jam.

Syarat menjadi klien metadon, menurutperawat Puskesmas Gedong Tengen, ada-lah harus pengguna opioid suntik pada satutahun terakhir (pemakaian 6 bulan dipertim-bangkan), dibuktikan dengan tes urin, usia18 tahun, tidak menderita gangguan jiwaberat atau retardasi mental, didampingi orangtua pada saat pertama kali datang, kemudianbersedia mentaati peraturan PTRM, menye-rahkan KTP dan kartu keluarga sebagaiidentitas serta foto 3x4.

Proses seleksi klien metadon dilakukanoleh dokter. Sesuai syarat yang tercantumdalam Kemenkes RI No. 350/Menkes/SK/IV/2008, terapi metadon diindikasikan bagimereka yang mengalami ketergantunganopioida dan telah menggunakan opioidasecara teratur untuk periode yang lama, yaituterdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteriainklusi meliputi memenuhi kriteria ICD-Xuntuk ketergantungan opioida, usia yangdirekomendasikan 18 tahun atau lebih na-mun klien yang berusia kurang dari 18 tahunharus mendapat second opinion dari profe-sional medis, ketergantungan opioida (dalamjangka 12 bulan terakhir), sudah pernahmencoba berhenti menggunakan opioidaminimal satu kali. Kriteria eksklusi sepertiklien dengan penyakit berat, psikosis yangjelas, retardasi mental yang jelas. Programterapi rumatan metadon tidak diberikan padaklien dalam keadaan overdosis.

Layanan harm reduction sudah dilak-sanakan di puskesmas. Sebagian besarinforman menyatakan bahwa layanan meta-don bersifat fleksibel dari segi waktu danhari, dilayani setiap hari walaupun hari besar.Ada sebagian kecil informan yang menya-takan bahwa waktu layanan metadon terba-

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 22: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

50 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

tas. Berdasarkan peraturan waktu layananmetadon adalah jam 08.00-12.00 WIB,namun pada pelaksanaannya jam 09.00-11.00 WIB. Dokter penanggung jawablayanan metadon di Puskesmas GedongTengen menyampaikan bahwa waktu untuklayanan metadon bersifat fleksibel.

Layanan diberikan sesuai waktu la-yanan di Puskesmas Gedong Tengen. Pem-berian metadon pada hari Minggu dan harilibur diberikan khusus untuk klien yang telahlama menggunakan metadon di puskesmastersebut, bukan untuk klien yang baru. Bagiklien metadon yang baru, menyesuaikan de-ngan jadwal layanan di Puskesmas GedongTengen Kota Yogyakarta.

Di Puskesmas Gedong Tengen jugasudah ada pembagian jadwal piket petugaskesehatan yang memberikan layanan meta-don. Sesuai Kemenkes RI No. 350/Men-kes/SK/IV/2008, layanan program terapirumatan metadon buka setiap hari, tujuh haridalam seminggu dengan jam kerja sepanjangmungkin, bergantung pada kemampuanmasing-masing program terapi rumatanmetadon. Jam kerja pada bulan puasa harusdisesuaikan, meski demikian penerimaanklien baru hanya pada hari kerja dan jamkerja resmi. Seperti yang terlihat dalampernyataan informan berikut ini:

“...Rutin... datang ke puskesmas...prosedurnya biaya gratis untuk me-tadon untuk yang ber-ktp Jogja…nunggu ketemu dokter terus dikasihdosis, minum metadon…buka setiaphari walaupun hari besar tetap buka... waktu terbatas...”

D, Perempuan, 34 tahun.

”...Syaratnya hanya membawaKTP, tes urin, biaya gratis tapihanya untuk yang KTP-nya Kota,fleksibel... prosedurnya, yang pastidatang ke Puskesmas GedongTengen, minum metadon, minumnya

di depan petugasnya, dikasih minumair putih, ya gitu ajah…”

Y, Laki-laki, 32 tahun.

Layanan harm reduction diberikanseperti halnya layanan umum lainnya yangada di puskesmas. Prinsip layanan HIV danAIDS bagi pengguna napza suntik jugamemiliki kesamaan baik dalam keterbukaanlayanan dan komunikasi, keramahan, kenya-manan dan mengutamakan kualitas. Prinsipbekerja dalam melayani pengguna napzasuntik yaitu bersikap tulus dan terbuka. Si-kap yang tulus dibutuhkan karena penggunanapza suntik adalah individu yang seringkalimengalami perlakuan diskriminatif. Olehkarena itu tidak jarang pengguna napza sun-tik menjadi individu yang sensitif, tidakmudah begitu saja percaya pada keinginanorang lain untuk menolong.

Keterbukaan akan mempermudahterbentuknya rasa percaya pengguna napzasuntik kepada petugas layanan kesehatanmaupun petugas outreach. Rasa percayaakan memudahkan proses layanan yangdiberikan, termasuk kemungkinan terjadinyaperubahan perilaku kearah positif (KPA,2008). Berdasarkan teori Anderson (1995)bahwa pemanfaatan layanan kesehatan akandipengaruhi oleh faktor predisposing,enabling dan needs.

Pengetahuan tentang Layanan MetadonSebagian besar informan menyatakan

bahwa tujuan dari layanan harm reductionadalah untuk mengurangi penularan virusHIV. Layanan harm reduction dapat me-ngurangi jumlah penularan virus HIV sehing-ga secara otomatis jumlah orang terinfeksiHIV akan menurun. Semua informan yangmemanfaatkan layanan metadon menya-takan bahwa metadon merupakan obat legalyang diberikan dengan cara diminum setiaphari, mempunyai rasa yang hampir samaseperti heroin.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 23: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

51Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

Dosis pemberian metadon sesuaidengan aturan dari dokter pemberi layananharm reduction. Efek samping yang biasadialami yaitu mual, muntah dan gangguantidur. Sebagian kecil informan menyatakanbahwa layanan metadon membutuhkankepatuhan dari kliennya karena harus datangke layanan atau ke puskesmas setiap hari.Hal ini sesuai bahwa Program Terapi Ru-matan Metadon (PTRM) merupakan pro-gram layanan yang memberikan zat bernamametadon sebagai pengganti (substitusi) darizat heroin ilegal yang dikonsumsi klien,bersifat jangka panjang. Metadon adalah zatsintetik golongan opioid yang bersifat agonis.

Dasar rasional PTRM adalah faktatingginya angka kekambuhan pada pecanduheroin yang mengindikasikan kebutuhantubuh atas zat jenis opioida untuk membuatkeseimbangan tubuh agar dapat beraktivitassecara normal. Metadon bekerja pada tu-buh selama rata-rata 24 jam, sehingga hanyaminum satu kali sehari. Program rumatan inidiberikan minimal 6 bulan dan dapat dite-ruskan sampai 2 tahun sesuai dengan kriteriayang telah ditentukan (Kurniawan, 2009).

Peserta program rumatan metadon inisebelumnya harus dilakukan skrining danjuga konseling untuk meyakinkan bahwapengguna napza suntik memahami benarkonsekuensi dari program yang diikutinya.Tidak semua pengguna napza suntik dapatmengikuti program rumatan metadon,beberapa kriteria harus dipenuhi. Pemberianzat yang bersifat substitusi ini bersifat jangkapanjang, maka dibutuhkan kepatuhan bagiyang memanfaatkannya. Seperti yang terlihatdalam pernyataan informan berikut ini:

“...Layanan apa ya untuk mencegahpenularan virus HIV... jenisnyaVCT, IMS, Metadon, LASS, Kon-dom... sasaran temen-temen pema-kai narkoba suntik...tujuannyamengurangi jumlah penularan virusHIV... metadon gantinya obat/

heroin yang ilegal, dengan caradiminum, minum setiap hari, punyarasa kurang lebih sama sepertiputau…efek sampingnya, mual maumuntah gitu…”

D, Perempuan, 34 tahun

“...Untuk mengurangi dampakburuk dari penggunaan narkobasuntik ... Metadon, LASS, VCT,Kondom... Pengguna narkoba sun-tik yang masih aktif... Mengurangipenularan HIV di kalangan peng-guna...caranya dengan diminum,dosisnya sesuai aturan dari dokter,minumnya setiap hari, makanyasetiap hari datang ke puskesmas, yaini butuh patuh…”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Sikap terhadap Layanan MetadonSemua informan menyatakan mempu-

nyai sikap yang positif terhadap layananmetadon di puskesmas. Jawaban dari infor-man bervariasi. Informan ada yang menyam-paikan mendukung layanan tersebut karenawaktu layanan sesuai dengan aturan tertulisdi Puskesmas Gedong Tengen. Informan lainmenyampaikan bahwa mendukung layanantersebut dengan alasan petugas outreachakan menghubungi melalui telepon apabiladirinya terlambat datang ke puskesmas, adayang mendukung dikarenakan dapat mence-gah penularan HIV.

Namun demikian, ada juga penggunanapza suntik juga yang belum memanfaatkanlayanan harm reduction, kemungkinankarena ketidaktahuan akan layanan tersebutdan rasa takut akan adanya mata-mata daripihak kepolisian. Dalam bidang kesehatan,penguna napza suntik harus mendapatkanperlindungan dan pelayanan kesehatanuntuk mencegah penyebaran penyakit yangmenular melalui darah (blood bornediseases) seperti HIV dan AIDS.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 24: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

52 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

Harm reduction lebih menekankantujuan jangka pendek dari pada tujuanjangka panjang.

Upaya pencegahan laju penyebaranHIV harus dilaksanakan sesegera mungkin,jika tidak dilakukan maka semua tujuanjangka panjang seperti penghentian peng-gunaan napza akan sia-sia. Menurut Noto-atmodjo (2003), pengetahuan merupakankomponen pendukung sikap yang utama.Menurut Anderson (1995), sikap merupa-kan salah satu faktor predisposing sehinggaseseorang mau menggunakan pelayanankesehatan. Komponen ini menggambarkankarakteristik perorangan yang sudah adasebelum seseorang memanfaatkan pela-yanan kesehatan. Komponen ini menjadidasar atau motivasi seseorang untuk berpe-rilaku dalam memanfaatkan pelayanan kese-hatan. Seperti yang terlihat dalam pernyataaninforman berikut ini:

“...Mendukung...yang mau datangberarti mereka merasa butuh la-yanan itu... yang belum datang kelayanan ini untuk temen-temanyang masih aktif merasa ketakutanyang besar kalau berhubungan de-ngan puskesmas itu kan dianggapaparat orang-orang pemerintahantakutnya malah ditangkap polisi…”

D, Perempuan, 34 tahun

”...Mendukung...ada kesadaran un-tuk datang itu... ya mungkin karenatakut dicap terus didata di kepo-lisian...”

I, Laki-laki, 33 tahun

Akses Layanan MetadonSemua informan menyatakan bahwa

akses terhadap layanan metadon adalahmudah. Seperti yang disampaikan informanbahwa lokasi puskesmas dekat dari rumah,dapat ditempuh dengan waktu 20 menitdengan mengendarai sepeda motor dan ti-

dak ada hambatan. Informan lain juga me-nyatakan jaraknya tidak terlalu jauh, tidak adakesulitan, bahkan karena dekat denganrumah maka datang ke puskesmas denganberjalan kaki. Hal ini senada dengan yangdisampaikan oleh informan lain bahwa jarakpuskesmas dekat, kurang lebih 500 meter darirumah, akses mudah dikarenakan PuskesmasGedong Tengen termasuk dekat dengan pusatkota dan tempatnya sangat strategis.

Semua informan menyatakan tidaktakut memanfaatkan layanan metadon dipuskesmas karena dianggap obat yang legaldari pemerintah sehingga merasa aman untukmemanfaatkannya. Ada sebagian informanyang menyatakan bahwa merasa kesulitanketika harus datang setiap hari untuk minummetadon pada jam yang sama, tetapiinforman tetap memanfaatkannya karenasudah mengetahui prosedurnya memangseperti itu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitianKurniawan (2009) bahwa jarak pelayanankesehatan mempengaruhi pemanfaatannya.Menurut Anderson (1995) jarak pelayanankesehatan dengan rumah akan berpengaruhterhadap pemanfaatan layanan kesehatan.Hasil penelitian di RSKO Jakarta dan RSSanglah Bali, menyatakan bahwa klien terapirumatan metadon yang droup out sekitar40-50%, dengan alasan utama karenasulitnya akses menuju tempat layanan.

Salah satu faktor yang mempengaruhipemanfaatan pelayanan kesehatan yangmenjadikan pertimbangan untuk menentukansikap individu memilih sumber perawatanadalah jarak yang ditempuh dan tempattinggal mereka sampai ke tempat sumberperawatan. Seperti yang terlihat dalampernyataan informan berikut ini:

“...Dekat dari rumah...Akses mu-dah, jarak 20 menit dari rumah...tidak ada hambatan cuma diwa-jibkan setiap hari ya itu, yang radamenganggu, kalau buat saya itu sih

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 25: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

53Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

harus datang setiap hari...”D, Perempuan, 34 tahun

”...Tidak ada kesulitan dan jugamudah tidak sulit, bukan berartisemaunya klien tetap sesuai prose-dur... Kadang jalan kaki, pake mo-tor ... deket...”

I, Laki-laki, 33 tahun

”...Akses mudah, apalagi puskes-mas ini termasuk deket dengankota…dan menurut ku tempat sa-ngat strategis...”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Ketersediaan Layanan MetadonPuskesmas menyediakan ruang khusus

untuk layanan metadon yaitu untuk bertemudengan dokter. Minum obat dilakukan diruangan obat umum. Hal ini sesuai denganyang disampaikan oleh dokter penanggungjawab layanan harm reduction di Pus-kesmas Gedong Tengen bahwa terdapatruangan khusus untuk memberikan layananmetadon yang terpisah dengan poli umum.Ketika minum metadon tidak di ruangantersebut melainkan di ruangan obat umumpuskesmas atas dasar pertimbangan kea-manan penyimpanan obat karena klinikmetadon terpisah dari gedung utama Pus-kesmas Gedong Tengen dan belum meme-nuhi keamanan dalam penyimpanan obat.

Berdasar Kemenkes RI No. 350/Menkes/SK/IV/2008 lokasi PTRM beradadi sekitar poli rawat jalan dan sebaiknyaditempatkan di area yang tidak terlalu ramai.Sarana layanan terapi rumatan metadonharus memiliki beberapa ruangan yang terdiridari ruangan untuk ruang tunggu, peme-riksaan kesehatan, konseling individu, kon-seling kelompok, tempat memberikan obatmetadon, penyimpanan sementara danpenyimpanan metadon.

Ruang tempat penyimpanan metadonharus aman dan terjaga, dekat dengan pospetugas keamanan. Ruang atau loket untuk

pemberian dosis hanya memungkinkan satuorang dilayani pada satu saat. Loket tersebutharus ada pengamanan khusus, yaitu adanyapemisah antara pemberi obat dengan pene-rima metadon. Puskesmas Gedong Tengensudah menyediakan ruangan yang khususuntuk layanan metadon namun belum meme-nuhi standar sesuai dengan Kemenkes RINo. 350/Menkes/SK/IV/2008 yaitu belumtersedianya ruang atau loket untuk pembe-rian dosis yang hanya memungkinkan satuorang dilayani pada satu saat, loket tersebutbelum memiliki pengamanan khusus, belumada pemisah antara pemberi obat denganpenerima metadon.

Sebagian besar informan utama me-nyatakan bahwa di Puskesmas GedongTengen tersedia dokter, perawat dan petugasoutreach. Hal ini sesuai dengan yang disam-paikan oleh dokter bahwa di PuskesmasGedong Tengen terdapat satu orang dokteryang merupakan dokter poli umum sekaligusmerangkap sebagai penanggung jawabdalam layanan harm reduction, dua orangperawat dan petugas outreach. Petugasoutreach menyampaikan bahwa penggunanapza suntik lebih diutamakan dalam men-dapatkan layanan harm reduction di pus-kesmas. Pengguna layanan metadon akanlangsung mendapatkan pelayanan tanpaharus mengantri.

Semua informan utama menyatakanbahwa prosedur layanan metadon mudah,tidak dipungut biaya untuk yang mempunyaiKartu Tanda Penduduk Kota Yogyakartasedangkan untuk yang tidak mempunyaiKTP Kota Yogyakarta dipungut biayasebesar Rp 5.000,00. Hal ini menunjukkankeseriusan dari pemerintah Kota Yogyakartauntuk menjalankan layanan harm reductiondi puskesmas kepada pengguna napzasuntik dengan tidak membebankan biayalayanan bagi yang mempunyai KTP KotaYogyakarta, dengan harapan dapatmenekan dan mengurangi kejadian HIV.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 26: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

54 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

Seperti yang terlihat dalam pernyataaninforman berikut ini:

“...Di sini ada, ketemu dokter di ru-ang, khusus untuk minum obat ma-sih di dalam tempat umum di tempatobat umum...informasi dari temen-temen, temen-temen penjangkau...buka setiap hari walaupun hari be-sar tetap buka ... waktu ter-batas...””

D, Perempuan, 34 tahun

”...Ada ruangan khusus untuk me-tadon, di sana itu deket labo-ratorium... Informasi dari tementemen-penjangkau, leflet...”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Hasil penelitian ini berbeda denganpenelitian Kurniawan (2009) yang menya-takan bahwa ketersediaan fasilitas dan biayalayanan tidak berpengaruh terhadap peman-faatan layanan kesehatan. Menurut Ander-son (1995) ketersediaan layanan termasukdalam faktor pemungkin (enabling) kondisiyang membuat seseorang mampu mela-kukan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Informasi tentang layanan harmreduction diperoleh dari petugas outreachmaupun leafleat yang diberikan. Informasijuga diberikan melalui media lain sepertisiaran di radio, website Puskesmas GedongTengen, stasiun televisi (TVRI) serta melaluipenyuluhan kepada komunitas penggunanapza suntik masyarakat umum.

Kebutuhan Atas Layanan MetadonSemua informan menyatakan membu-

tuhkan layanan metadon, karena ingin ber-henti dari penggunaan napza atau lepas dariketergantungan terhadap napza, sudah jenuhdan berharap dengan terapi metadon dapatberhenti menggunakan napza. Sebagian ke-cil informan menyatakan bahwa membutuh-kan layanan metadon ini dikarenakan ingin

berhenti menggunakan heroin tanpa harusmerasakan sakit karena gejala putus obat,dan tidak harus khawatir dengan polisikarena metadon merupakan obat yangbersifat legal.

Sebagian kecil informan menyatakanbahwa memanfaatkan layanan metadonmerupakan inisiatif sendiri yang pada awal-nya hanya karena tidak ada heroin atausekalipun ada namun heroin dengan kualitasyang kurang bagus tetapi harganya mahal.Hal ini senada dengan penelitian Kumalasari(2010), bahwa faktor yang mempengaruhiterapi metadon pada umumnya informanmengatakan ingin lepas dari menyuntik dansudah lelah dengan cara hidup merekaselama ini.

Menurut petugas outreach, penggunanapza suntik datang ke layanan karena sa-ngat membutuhkan harm reduction. Peng-guna napza tersebut menyatakan bahwadirinya terinfeksi HIV AIDS karena tidakpaham tentang penyakit tersebut dan untukmengakses jarum suntik steril mengalamikesulitan sehingga saling tukar menukarjarum suntik dengan sesama pengguna. Me-nurut Anderson (1995), faktor kebutuhan(needs) terhadap layanan kesehatan dida-sarkan adanya ketidaknyamanan yangdirasakan sehingga individu tersebut akanmelakukan atau mencari upaya pelayanankesehatan tersebut. Seperti yang terlihatdalam pernyataan informan berikut ini:

“...Inisiatif ... emang udah gimanaya nyari duit susah, ada barang lagikosong, ada barang jelek terus duitkeluar gede, mau gak mau putarbalik juga...ini liat brosurnya hari keempat saya coba...Ada keinginanuntuk berhenti...”

I, Laki-laki, 33 tahun”...Ya aku dah jenuh aja, pengenberhenti...”

Y, Laki-laki, 32 tahun

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 27: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

55Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanSemua informan yang memanfaatkan

layanan metadon menyatakan membutuhkanlayanan metadon didasarkan oleh keinginanuntuk berhenti dari penggunaan napza suntik,padahal dalam konteks pengurangan dam-pak buruk penggunaan napza suntik tidaksampai berhenti pada ketergantungan napzanamun tujuan harm reduction adalah jangansampai mereka kembali pada perilaku yangberisiko seperti menggunakan napza suntiktidak steril ataupun hubungan seksual yangberganti-ganti pasangan tanpa menggunakankondom.

SaranSaran kepada Puskesmas, agar berko-

ordinasi dengan Komisi PenanggulanganAIDS DIY maupun kota/kabupaten untuklebih giat melakukan sosialisasi kepada ke-lompok pengguna napza suntik yang belummemanfaatkan layanan harm reductionagar mau untuk memanfaatkannya denganmenggiatkan petugas outreach. Memberi-kan penguatan tentang maksud dan tujuandari layanan harm reduction kepada peng-guna napza suntik yang sudah memanfa-atkan layanan di puskesmas agar tidak kem-bali kepada perilaku yang berisiko. Sertadiharapkan untuk melakukan penataan ulangruangan di gedung Puskesmas Gedong-tengen terutama untuk layanan metadon danVCT agar memenuhi standar keamanan.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, R.M. 1995. Revisiting The Be-havior Model and Acces to MedicalCare: Does It Matter, (Online),(Journal of Health and Social Be-havior, 36 (3): 1-10), diakses 6Agustus 2012.

Ditjen PP&PL Kemenkes RI. 2012. Sta-tistik Kasus HIV/AIDS di Indo-nesia dilaporkan s.d. Desember2011. Jakarta: Kemenkes RI.

Komisi Penanggulangan AIDS. 2008. Pe-doman Prosedur PelaksanaanProgram Pengurangan DampakBuruk bagi Pengguna NAPZASuntik di Puskesmas. Jakarta:KPA.

Kumalasari, T.N. 2010. Perilaku Peng-guna Napza Suntik (Penasun)terhadap Program Terapi Ru-matan Metadon di Rumah SakitErnaldi Bahar 2010. Dalam BukuAbstrak Pertemuan Nasional AIDSIV (hlm. 105). Yogyakarta.

Kurniawan, A., Intiasari, A.D. 2009. Ana-lisis faktor-faktor yang Mempe-ngaruhi Pemanfaatan Sarana Pe-layanan Kesehatan PoliklinikKesehatan Desa di KabupatenPurbalingga. Prosiding SeminarNasional, JKM FKIK UniversitasJendral Soedirman.

Mansrianto, A. 2006. Mengenal LebihDalam tentang Harm Reduction,(Online), (http://kabarpositif.blogspot.com/2006/12/mengenal-lebih-dalam-tentangharm.html),diakses 12 Desember 2011.

Menteri Kesehatan RI. 2008. KeputusanMenteri Kesehtan No.350/Men-kes/SK/IV/ 2008 Tentang Pene-tapan Rumah Sakit Pengampudan Satelit Program Terapi Ru-matan Metadon. Jakarta: Kemen-kes RI.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 28: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

56 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

Sucahyo P.K., Siagian F. & Sari K. 2001.Memahami Kebutuhan Aktor danPenggunaan Narkotika Suntik.PSKK UGM: Yogyakarta.

Sutriswanto. 2003. Perilaku IDU(Intravenous Drug Users) dalamMenghadapi Bahaya HIV/AIDSdi Kota Semarang Propinsi JawaTengah (Studi Kualitiatif). Tesis.Diterbitkan. Semarang: FKMUniversitas Diponegoro.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 29: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR KEPATUHAN DIETLANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI

Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian AsnindariRSU PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Email: [email protected]

Abstract: This research aims at identifying the visible image of elderlyobedient to the dietary factors in hypertension patients in Margosari,Pengasih, Kulon Progo in 2010. This study used the observational anddescriptive method with cross sectional time approach. using a singlevariable which is elderly diet obedient in hypertension patients. Purposivesampling was used to take the sample. The obedient factors of dietaryon hypertension patients based on sex were dominated by 28 femalepatients (57.1%), 27 patients with under IDR 745.000 monthly income(55.1%), 20 patients graduated from elementary school only (40.8%),and 49 patients suffered complication disease (100%). A number of 46patients (93.9%) had lost their disease symptoms while 47 patients(95.9%) showed positive attitude toward the health agents. Based onthe research, there were many factors that affect hypertension.

Keywords: dietary adherence factors, advanced age, hypertension.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran faktordiet kepatuhan lansia penderita hipertensi pada pasien MargosariPengasih Kulon Progo 2010. Penelitian ini menggunakan metodeobservasional dan deskriptif, dengan mengambil satu faktor yaitu variabelkepatuhan diet lansia pasien hipertensi. Pendekatan waktumenggunakan cross sectional. Teknik pengambilan sampelmenggunakan purposive sampling. Faktor kepatuhan diet penderitahipertensi berdasarkan jenis kelamin adalah mayoritas perempuan 28orang (57,1% ), status sosial ekonomi sebagian besar pendapatankurang dari Rp745.000 sebanyak 27 orang (55,1% ), 20 orang memilikitingkat pendidikan dasar (40,8%), keparahan penyakit komplikasisebanyak 49 orang (100%), hilangnya gejala karena terapi 46 orang(93,9%), penerimaan dan penolakan penyakit 44 orang (89,8%), sikappasien terhadap petugas kesehatan menunjukkan sikap yang baik 47orang (95,9 %). Berdasarkan penelitian yang dilakukan banyak faktoryang mempengaruhi hipertensi.

Kata Kunci: faktor kepatuhan diet, usia lanjut, hipertensi.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 30: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

58 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

PENDAHULUANPembangunan nasional Indonesia telah

berdampak banyak dalam semua bidangilmu pengetahuan, baik dalam bidang ilmukomunikasi, ekonomi, kemajuan ilmu tek-nologi dan pengetah uan, terutama dalambidang kesehatan, sehingga diharapkandapat meningkatkan kesejahteraan dankesehatan masyarakat Indonesia baik yangberumur balita, anak, dewasa, maupun lan-sia, meningkatkan kualitas kesehatan pen-duduk serta meningkatkan umur harapanhidup manusia. Akibatnya jumlah pedudukyang berusia lanjut meningkat dan pertam-bahannya cenderung lebih cepat (Nugroho,2000).

Hipertensi mempunyai kecenderunganmenjadi salah satu masalah kesehatan ma-syarakat. Hipertensi penting untuk diketahuikarena penyakit hipertensi dikenal sebagaisilent killer atau pembunuh berselimutkarena tidak menunjukkan gejala-gejalaseperti penyakit lain dimana penderitamerasa sakit sehingga perlu memeriksakandiri ke dokter (Budiyanto, 2001).

Hipertensi juga merupakan penyakityang banyak diderita penduduk di Indo-nesia. Menurut WHO, sebanyak 10% pen-duduk dewasa Indonesia menderita hiper-tensi. Dari data survei kesehatan rumahtangga 1992, penyebab kematian terbanyak(16,4%) disebabkan oleh penyakit jantungdan pembuluh darah diantaranya adalahhipertensi (Wirakusumah, 1999).

Survei faktor risiko penyakit kardio-vaskuler oleh WHO di Jakarta, menunjuk-kan angka pravelensi hipertensi pada priaadalah 13,6% (1988), 16,5% (1933), dan12,1% (2000). Pada wanita, angka preva-lensi mencapai 16% (1988), 17% (1993),dan 12,2% (2000). Secara umum pravelensihipertensi pada usia lebih dari 50 tahunberkisar antara 15%-20%.

Beberapa variabel yang mempenga-ruhi tingkat kepatuhan menurut Smeltzer dan

Bare (2002) adalah variabel demografi (se-perti usia, jenis kelamin, suku bangsa, statussosial ekonomi dan pendidikan), variabelpenyakit (seperti keparahan penyakit, hi-langnya gejala akibat terapi), variabel pro-gram terapeutik (seperti kompleksitas pro-gram dan efek samping yang tidak menye-nangkan), variabel psikososial (seperti in-telegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,penerimaan atau penyangkalan terhadappenyakit, keyakinan agama atau budaya,financial dan lainnya).

Hipertensi merupakan penyakit yangbanyak diderita oleh kaum lanjut usia, baiklaki-laki ataupun perempuan. Adapun dam-pak apabila penyakit hipertensi tidak dike-lola dengan baik dapat menyebabkan pe-nyakit yang lebih parah. Tekanan darah ting-gi yang terus menerus menyebabkan jantungseseorang bekerja ekstra keras, akhirnyakondisi ini berakibat terjadinya kerusakanpada pembuluh darah jantung, ginjal, otakdan mata. Penyakit hipertensi ini merupakanpenyebab umum terjadinya stroke dan se-rangan jantung.

Pada lanjut usia, penyakit-penyakittersebut sangat rentan, sehingga untuk paralanjut usia dianjurkan untuk dapat mengon-trol hipertensi dengan baik, untuk mencegahpenyakit menjadi lebih parah. Sementaraprevalensi hipertensi di Indonesia mencapai31,7% dari populasi pada usia 18 tahun keatas. Dari jumlah itu, 60% penderita hiper-tensi berakhir pada stroke. Data Riskesdasmenyebutkan hipertensi sebagai penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuber-kulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari pro-porsi penyebab kematian pada semua umurdi Indonesia (Departemen Kesehatan RI).

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

observasional dengan metode deskriptif,yaitu suatu metode penelitian yang dilakukandengan tujuan utama untuk membuat

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 31: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

59Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari, Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan...

gambaran atau deskripsi tentang suatukeadaan secara obyektif (Notoatmodjo,2002).

Pendekatan waktu yang digunakanadalah cross sectional yaitu denganpengumpulan data yang dilakukan sekaliguspada suatu saat (point time approach), tiapsubyek penelitian hanya diobservasi sekalisaja dan pengukuran dilakukan terhadapstatus karakter atau variabel subyek padasaat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2002).

Populasi adalah keseluruhan respon-den yang diteliti (Notoatmodjo, 2002).Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas obyek atau subyek yang mempu-nyai kuantitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Suyono,2006). Populasi dalam penelitian ini adalahpenderita hipertensi lansia yang berada diwilayah Desa Margosari, Pengasih, KulonProgo, Yogyakarta tahun 2010. Data diper-oleh dari Puskesmas Pengasih II, KulonProgo. Dengan jumlah populasi 54 respon-den, dan yang patuh terhadap diet hipertensisebanyak 49 orang.

Pada penelitian ini jumlah respondensebanyak 49 orang, didapat dari skrining res-ponden yang jumlah awalnya sebanyak 54orang, dan yang patuh terhadap diet hiper-tensi didapatkan sebanyak 49 orang. Peng-ambilan sampel dengan menggunakan pur-posive sampling, karena penentuan sampeldengan pertimbangan tertentu. Kriteriasampel dalam penelitian ini adalah penderitahipertensi lanjut usia yang patuh terhadapdietnya dan bersedia menjadi responden.

Alat pengumpulan data yang diguna-kan adalah kuesioner yang diberikan padaresponden, jawaban ditulis pada kolom yangtersedia. Jenis kuesioner adalah pertanyaantertutup (closed ended) yaitu pada setiappertanyaan sudah disediakan jawabansehingga responden tinggal memilih satujawaban yang sesuai (Notoatmodjo, 2002).

Kuesioner dalam penelitian ini digunakanuntuk mengukur kepatuhan dietnya sertafaktor-faktor kepatuhan diet lanjut usiapenderita hipertensi di Desa Margosari,Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta.

Kuesioner kepatuhan diet berisi 20pertanyaan yang terdiri dari dua macam,yaitu 10 pertanyaan unfavorable dan 10pertanyaan favorable. Nilai untuk perta-nyaan unfavorable adalah 4 untuk tidakpernah (TP), 3 untuk jarang (JR), 2 untukkadang-kadang (KD), 1 untuk sering (SR)dan 0 untuk selalu (SL). Nilai untuk per-tanyaan favorable adalah 0 untuk tidakpernah (TP), 1 untuk jarang (JR), 2 untukkadang-kadang (KD), 3 untuk sering (SR),dan 4 untuk selalu (SL). Sedangkan untukkuesioner faktor-faktor kepatuhan diet,masing-masing terdiri dari 1 pertanyaandengan jawaban yang sudah tersedia,responden tinggal memilih jawaban yangdianggap sesuai.

Kriteria dari selalu (SL) adalah setiaphari menkonsumsi lebih dari atau samadengan 3 kali, sering (SR) adalah mengkon-sumsi sehari kurang dari 3 kali, kadang-kadang (KD) adalah mengkonsumsi 2 harisekali, jarang (JR) adalah mengkonsumsilebih dari 3 hari sampai 1 minggu sekali, dantidak pernah (TP) adalah tidak pernahmengkonsumsinya.

HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian ini membahas gambaran

faktor-faktor kepatuhan diet penderita hiper-tensi lanjut usia di Desa Margosari, Penga-sih, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010.Data penelitian diperoleh dengan cara me-ngisi angket/kuesioner yang terkait dengankepatuhan diet yang terdiri dari 20 butirpertanyaan dan 11 butir pertanyaan tentangfaktor-faktor kepatuhan diet responden.

Berdasarkan hasil angket/kuesionerdapat dideskripsikan distribusi frekuensifaktor-faktor kepatuhan diet penderita

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 32: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

60 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

hipertensi lanjut usia di Desa Margosari,Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta tahun2010 yang disajikan pada masing-masingtabel berikut ini.

Faktor UsiaKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor usia dijelaskanpada tabel berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi FaktorUsia

Kategori Frekuensi Persentase 60-65 th 66-70 th 71-75 th 76-80 th >80 th

19 11 8 7 4

38,8 22,4 16,3 14,3 8,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet yaitu berusia 60-65 tahun seba-nyak 19 orang (38,8%), sedangkan palingsedikit responden yang patuh diet yaituberusia lebih dari 80 tahun sebanyak 4 orang(8,2%). Hal ini menunjukkan mayoritasresponden patuh diet berada pada usia 60-65 tahun.

Faktor Jenis KelaminKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor jenis kelamindijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi FaktorJenis Kelamin

Kategori Frekuensi Persentase Laki-laki Perempuan

21 28

42,9 57,1

Total 49 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang

patuh diet berjenis kelamin perempuan yaitusebanyak 28 orang (57,1%). Hal ini menun-jukkan mayoritas responden perempuanpatuh diet penderita hipertensi lanjut usia.

Faktor PendapatanKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor pendapatandijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi FaktorPendapatan

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Rp. 745.000 Lebih Rp. 745.000

27 22

55,1 44,9

Total 49 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang pa-tuh diet memiliki pendapatan kurang dariRp745.000 yaitu sebanyak 27 orang(55,1%). Hal ini menunjukkan mayoritasresponden yang memiliki pendapatan rendahpatuh diet penderita hipertensi lanjut usia.

Faktor PendidikanKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor pendidikandijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi FaktorPendidikan

Kategori Frekuensi Persentase SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi

20 16 9 4

40,8 32,7 18,4 8,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet memiliki tingkat pendidikan SD

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 33: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

61Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari, Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan...

yaitu sebanyak 20 orang (40,8%). Hal inimenunjukkan mayoritas responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamemiliki tingkat pendidikan SD.

Faktor Penyakit KomplikasiKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor penyakit kom-plikasi dijelaskan pada tabel 5 sebagaiberikut ini.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi FaktorPenyakit Komplikasi

Kategori Frekuensi Persentase Tidak Ada Ada

49 0

100 0

Total 49 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang pa-tuh diet penderita hipertensi lanjut usia adalahyang tidak memiliki komplikasi dari penyakithipertensi yang diderita sekarang sebanyak49 orang (100%).

Faktor Gejala Sakit BerkurangKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor gejala sakitberkurang dijelaskan pada tabel 6 sebagaiberikut ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi FaktorGejala Sakit Berkurang

Kategori Frekuensi Persentase Berkurang Tidak Berkurang

46 3

93,9 6,1

Total 49 100

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh dalam menjalankan diet penderitahipertensi lanjut usia adalah yang memilikigejala sakit berkurang yaitu sebanyak 46orang (93,9%).

Faktor Program DietKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor program dietdijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi FaktorProgram Diet

Kategori Frekuensi Persentase Tidak Komplek Komplek

43 6

87,7 12,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenganggap bahwa diet merupakan pro-gram yang tidak rumit atau tidak kompleksyaitu sebanyak 43 orang (87,8%).

Faktor Efek SampingKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor efek sampingdijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi FaktorEfek Samping

Kategori Frekuensi Persentase Tidak Ada Ada

37 12

75,5 24,5

Total 49 100

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang pa-tuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenganggap diet tidak memiliki efeksamping yang kurang menyenangkan yaitusebanyak 37 orang (75,5%).

Faktor Diet Tergolong Mahal/MurahKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor diet tergolongmahal/murah dijelaskan pada tabel berikutini.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 34: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

62 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

Tabel 11. Distribusi Frekuensi FaktorSikap kepada Tenaga Medis

Kategori Frekuensi Persentase Baik Kurang Baik

47 2

95,9 4,1

Total 49 100

Berdasarkan tabel 11 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenunjukkan sikap baik kepada tenagamedis yaitu sebanyak 47 orang (95,9%).

Faktor Usia Penderita Hipertensi padaLansia

Penyakit hipertensi maupun diabetesmerupakan penyakit yang tidak dapat di-sembuhkan. Diet atau terapi yang diberikanhanya sebatas untuk mempertahankan kon-disi agar tidak terjadi komplikasi penyakitlainya sehingga butuh motivasi dan semangatagar mampu bertahan. Bagi responden yangmemiliki penyakit hipertensi diharapkanuntuk terus mengikuti program diet agar lebihsehat.

Pengaruh keparahan pada kepatuhanyaitu semakin banyak komplikasi yang ada,maka dapat disimpulkan juga bahwa orangyang menderita hipertensi itu tidak patuhterhadap dietnya. Pengelolaan kepatuhandiet pada lanjut usia sangat dibutuhkan,karena dengan pengelolaan kepatuhan itusendiri maka dapat meminimalisasi adanyakomplikasi yang lebih besar dan penyakityang diderita para lanjut usia tidak bertam-bah parah.

Usia merupakan lama waktu hidupatau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).Status kesehatan dapat ditentukan olehfaktor usia. Setiap rentang usia (bayi-lansia)memiliki pemahaman dan respon terhadapperubahan kesehatan yang berbeda-beda.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi FaktorDiet Mahal/Murah

Kategori Frekuensi Persentase Murah Mahal

45 4

91,8 8,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenganggap diet yeng dilakukan tergolongmurah yaitu sebanyak 45 orang (91,8%).Hal ini menunjukkan mayoritas respondenyang patuh diet penderita hipertensi lanjutusia menganggap diet yeng dilakukan tergo-long murah.

Faktor Menerima PenyakitKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor menerimapenyakit yang diderita dijelaskan pada tabelberikut ini.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi FaktorMenerima Penyakit

Kategori Frekuensi Persentase Menerima Tidak Menerima

44 5

89,8 10,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenerima penyakit yang sedang dideritayaitu sebanyak 44 orang (89,8%).

Faktor Sikap Kepada Tenaga MedisKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor sikap kepadatenaga medis dijelaskan pada tabel sebagaiberikut:

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 35: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

63Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari, Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan...

Usia berpengaruh terhadap cara pandangseseorang dalam kehidupan, masa depandan pengambilan keputusan. Penderita yangdalam usia produktif merasa terpacu untukpatuh terhadap terapi mengingat dia masihmuda, mempunyai harapan hidup yang tinggi,sementara yang tua merasa hanya menungguwaktu, akibatnya mereka kurang motivasidalam menjalani terapi.

Menurut penelitian ini, hipertensi meru-pakan penyakit yang banyak diderita olehkaum wanita. Adapun dampak penyakithipertensi apabila tidak dikelola dengan baikdapat menyebabkan penyakit yang lebihparah. Penyakit hipertensi merupakan pe-nyebab umum terjadinya stroke dan se-rangan jantung. Pada lanjut usia penyakit-penyakit tersebut sangat rentan dan seringsekali menyerang usia lanjut, sehingga untukpara lanjut usia dianjurkan untuk dapatmelaksanakan pengontrolan hipertensidengan baik, untuk mencegah penyakitmenjadi lebih parah.

Jenis kelamin berpengaruh terhadapkepatuhan dalam menerapkan terapi nonfarmakologi. Hasil ini didukung hasil pene-litian sebelumnya yang dilakukan olehRiastuti (2005) bahwa responden wanitalebih banyak daripada pria disebabkankarena usia wanita lebih panjang sehinggamengalami proses penuaan yang beresikopada penyakit kelainan metabolisme pen-cernaan, salah satunya adalah hipertensi.Tingkat kesadaran perempuan lebih tinggisehingga lebih banyak yang terdeteksi.

Tingkat ekonomi atau penghasilanyang rendah akan berhubungan denganpemanfaatan pelayanan kesehatan maupunpencegahan penyakit. Semakin tinggi biayayang dikeluarkan untuk melakukan dietsedangkan penghasilan yang didapat relatifrendah, maka akan semakin rendah pulakepatuhannya terhadap diet. Sedangkansemakin tinggi tingkat ekonomi seseorangbiasanya akan lebih cepat tanggap terhadap

gejala penyakit yang dirasakan, akan sece-pat mungkin untuk mencari pencegahan agarpenyakit dapat diatasi. Sehingga ia akansegera mencari pertolongan ketika merasaada gangguan pada kesehatannya tanpabingung memikirkan biaya.

Tingkat pendidikan berpengaruh padastatus pengetahuan seseorang tentang pe-nyakit hipertensi dapat mempengaruhikemampuannya dalam memilih dan memu-tuskan terapi maupun diet yang sesuai de-ngan kondisinya untuk mereda penyakityang dialaminya. Status pendidikan dapatmempengaruhi kesempatan dalam mempe-roleh informasi mengenai pengelolaan pe-nyakitnya. Seseorang yang memiliki pendi-dikan tinggi akan lebih mudah mendapatkaninformasi dan pengetahuan terkait kesehatan,cenderung lebih mudah mencari tahu terapiyang seharusnya dijalani, sedangkan yangberpendidikan rendah sedikit kesempatanmencari pengetahuan. Hal ini mempengaruhitingkat kepatuhan diet untuk mengurangipenyakit hipertensi.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanSimpulan dari penelitian ini adalah faktor

jenis kelamin penderita hipertensi pada lansiasebagian besar responden yang patuh dietberjenis kelamin perempuan sebanyak 28orang (57,1%), faktor status sosial ekonomipenderita hipertensi sebagian besarresponden yang patuh diet memiliki penda-patan kurang dari Rp745.000 sebanyak 27orang (55,1%), faktor pendidikan penderitahipertensi sebagian besar responden yangpatuh diet memiliki tingkat pendidikan SDsebanyak 20 orang (40,8%), faktorkeparahan penyakit penderita hipertensisebagian besar responden yang patuh dietpenderita hipertensi lanjut usia tidak memilikikomplikasi dari penyakit hipertensi yangdialami sekarang sebanyak 49 orang (100%).

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 36: EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE ...€¦ · EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia,

64 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

Faktor hilangnya gejala akibat terapiyang dilakukan sebagian responden yangpatut diet sebanyak 46 orang (93,9%), fak-tor penerimaan dan penyangkalan terhadappenyakit sebagian besar responden yang pa-tuh diet penderita hipertensi lanjut usia mene-rima penyakit yang sedang diderita sebanyak44 orang (89,8%), faktor sikap penderitaterhadap tenaga kesehatan sebagian besarresponden yang patuh diet penderita hiper-tensi lanjut usia menunjukkan sikap baikkepada tenaga medis sebanyak 47 orang(95,9%).

SaranSaran bagi masyarakat Desa Margo-

sari khususnya lansia penderita hipertensi lebihmemperhatikan faktor-faktor lain yang dapatmempengaruhi kepatuhan diet, dan dapatmenerapkan diet hipertensi dengan baik.

Bagi peneliti selanjutnya dapat menja-dikan hasil penelitan ini sebagai sumber pus-taka atau referensi dan meningkatkan penge-tahuan tentang faktor-faktor kepatuhan dietlansia penderita hipertensi. Peneliti selan-jutnya dapat meneliti beberapa faktor lainyang mempengaruhi kepatuhan diet lanjutusia penderita hipertensi, seperti faktorpekerjaan, aktivitas, tempat tinggal, faktorkonsumsi makanan, kurang olahraga, obe-sitas, kebiasaan merokok, riwayat keluargahipertensi, diabetes millitus, suku bangsa,intelegensi, budaya, dan agama.

Bagi Puskesmas Pengasih II agar da-pat memberikan konseling dan pemantauanbagi para penderita hipertensi lanjut usia diDesa Margosari, agar mereka dapat menge-lola dietnya dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, MAK. 2001. Dasar - DasarIlmu Gizi. UMM Press: Malang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Edisi 3. BalaiPustaka: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Pene-litian. Rineka Cipta: Jakarta.

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Ge-rontik. EGC: Jakarta.

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jen-deral Departemen Kesehatan. Hin-dari Hipertensi, Konsumsi Ga-ram 1 Sendok Teh per Hari. Disa-jikan dalam Seminar Hipertensi danDeteksi Dini Faktor Risikonya,(Online), (http://depkes.go.id/index.php?vw=2&id=263), diakses15 Juni 2010.

Pusat Komunikasi Publik, SekretariatJenderal Departemen Kesehatan.Hipertensi Kematian Nomor 3.Disampaikan dalam Kegiatan The4th Scientific Meeting, (Online),(ht t p: / /www.depkes.go . id/index.php?vw=2&id=810),diakses 15 Juni 2010.

Riastuti, M.N.D.P. 2005. Pengaruh Kun-jungan Rumah Terhadap Kepa-tuhan Diet dan Kadar Gula Da-rah Pada Pasien Diabetes Melli-tus Tidak Tergantung Insulin Ra-wat Jalan di RS dr Sardjito Yogya-karta, (Online), (http://linfolib.med.ugm.pdf ), diakses 15 Juni 2010.

Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Kepera-watan Medical Bedah Brunnerdan Suddart. EGC: Jakarta.

Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Jilid III. Edisi 4.Departemen Ilmu Penyakit DalamFK-UI: Jakarta.

Wirakusumah, ES. 1999. PerencanaanMenu Anemia Gizi Besi. TrubusAgriwirya: Jakarta.

JKK 9

.1.2

013

SAY