260
Pengantar K3 Zaenal Abidin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian dasar atau definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau Occupational Health and Safety dapat dipahami sebagai berikut : Definisi K3 oleh ILO/WHO Joint safety and Health Committee, yaitu : Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his physiological and psychological equipment and to summarize the adaptation of work to man and each man to his job. Menurut ILO/WHO 1950 sesi I dan 1995 sesi XII adalah : Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di tempat kerja; upaya pencegahan terhadap penyakit yang diakibatkan oleh kondisi kerja; Mencegah pekerja dari faktor-faktor risiko di tempat kerjanya yang berpengaruh bagi kesehatan; Penempatan kembali dan pemeriksaan kesehatan pekerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan 1

Buku K3 Siap Ceta

Embed Size (px)

Citation preview

Pengantar K3 Zaenal Abidin

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian dasar atau definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau Occupational Health and Safety dapat dipahami sebagai berikut :Definisi K3 oleh ILO/WHO Joint safety and Health Committee, yaitu :Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his physiological and psychological equipment and to summarize the adaptation of work to man and each man to his job.

Menurut ILO/WHO 1950 sesi I dan 1995 sesi XII adalah : Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di tempat kerja; upaya pencegahan terhadap penyakit yang diakibatkan oleh kondisi kerja; Mencegah pekerja dari faktor-faktor risiko di tempat kerjanya yang berpengaruh bagi kesehatan; Penempatan kembali dan pemeriksaan kesehatan pekerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan kemampuan psikologis, dan disimpulkan menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja maupun pekerja dengan pekerjaannya.

Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah-pilah dalam beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :

a. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.

b. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka.

1

Pengantar K3 Zaenal Abidin

c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan dari K3 adalah untuk menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Tujuan K3 juga diuraikan untuk melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja, menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien serta menjamin proses produksi berjalan lancar.

Definisi K3 yang dirumuskan oleh ILO dan WHO dapat ditelaah dengan menggunakan sistematika 4W (What, Who, When, Where) dan 1 H (How).

WhatKata “what” berarti apa atau apakah. Dalam konteks pembahasan ini sesuai dengan definisi di atas maka yang dimaksud dengan what adalah apa yang menjadi perhatian dalam keilmuan K3. Dari definisi di atas terlihat konsern K3 yang dirumuskan lebih memperhatikan aspek kesehatan dengan penekanan terhadap pengendalian terhadap potensi-potensi hazard yang ada di lingkungan kerja. Pada definisi di atas juga terlihat sedikit mengenai aspek keserasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja (aspek ergonomic).

WhoPada definisi di atas yang dimaksud dengan “who” adalah semua pekerja yang berada di tempat kerja mulai dari level tertingi dalam manajemen sampai level terendah. Aspek yang diperhatikan meliputi fisik, mental dan kesejahteraan sosial.

WhenBila merujuk pada definisi di atas yang mana terdapat kata promotion, prevention, protection, dan maintenance, menunjukkan bahwa K3 dalam penerapannya dilakukan di

2

Pengantar K3 Zaenal Abidin

semua tahapan proses. Tahapan yang dimaksud misalnya tahap disain (preventif dan promotif), tahap proses berjalan (protection dan maintenance) serta dapat dilakukan pada saat pasca operasi khusunya untuk penanganan masalah keselamatan dan kesehatan produk dan masalah limbah produksi.

WhereWhere yang berarti di mana pada definisi di atas berarti tempat di mana K3 harus di jalankan atau dilaksanakan. Bila merujuk pada definisi di atas, maka tempat penerapan K3 adalah pada setiap pekerjaan di lingkungan kerja.

HowHow yang berarti bagaimana maksudnya adalah bagaimana metode untuk melaksanakan K3 di lingkungan kerja pada semua jenis pekerjaan. Terlihat bahwa penerapan K3 menurut ILO/WHO adalah dengan melakukan promotive, preventive, protective, maintenance dan adaptative.

Definisi K3 yang dikeluarkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health administration), yaitu :

Occupational Health and Safety concerns the application of scientific principles in understanding the nature of risk to the safety of people and property in both industrial and non industrial environments. It is multi-disciplinary profession based upon physics, chemistry, biology, and the behavioral sciencies with applications in manufacturing, transport, storage, and handling of hazardous materials and domestic and recreational activities.

Pada definisi yang dikemukakan oleh OSHA, terlihat bahwa K3 merupakan multi disiplin yang dikembangkan dari keilmuan fisika, kimia, biologi dan ilmu-ilmu perilaku.

Bila dikaji lebih dalam tentang definisi K3 oleh ILO/WHO maka dapat dilihat beberapa hal :

1. Aspek K3 bukan hanya masalah yang berkaitan dengan kese-hatan pekerja di tempat kerja, tapi K3 juga mencakup aspek keselamatan yang berdampak terhadap timbulnya loss di tempat kerja baik orang, peralatan, lingkungan maupun fi-nansial.

3

Pengantar K3 Zaenal Abidin

2. Definisi di atas tidak menggambarkan basis keilmuan yang mendasari keilmuan K3, semestinya suatu defini harus mempunyai struktur keilmuan (body of knowledge) yang membangun keilmuan tersebut.

3. Definisi K3 menurut ILO/WHO penerapannya hanya terbatas pada pekerja, sedangkan K3 bukan hanya dilaksanakan di tempat kerja, tapi sudah mencakup aspek-aspek yang sifatnya berhubungan dengan masyarakat umum.

4. Definisi K3 dari ILO/WHO sudah mencakup dan memandang pentingnya keserasian antara pekerjaan dengan pekerja baik secara fisiologis maupun psikologis. (Penerapan konsep ergonomi)

5. Definisi di atas belum menyentuh aspek ilmu perilaku (behavioral sciences) yang mana pada kenyataannya aspek perilaku pekerja merupakan faktor terbesar yang mempunyai kontribusi terhadap timbulnya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

Bila digunakan pendekatan lain yang mendasari suatu definisi keilmuan, maka sebaiknya definisi K3 harus mencakup :a. Body of Knowledgeb. Methodologyc. Goal and Objective

Dengan menggunakan pendekatan ini maka definisi yang dikemukakan oleh ILO/WHO perlu disempurnakan dengan memasukkan aspek body of knowledge seperti yang tercantum dalam definisi K3 menurut OSHA. Unsur metodologi yang dimiliki oleh suatu keilmuan sebaiknya jelas secara ekplisit terlihat pada definisi. Untuk definisi K3 dari ILO/WHO kata-kata promotion, prevention, protection, and maintenanance dapat kita katakan sebagai metode yang dikembangkan dalam keilmuan tersebut.Sedangkan untuk aspek goal dan objective suatu keilmuan terlihat jelas pada definisi K3 yang dikeluarkan oleh ILO/WHO meskipun belum mencakup semua aspek K3 yaitu aspek keselamatan dan kesehatan. Khusus untuk definisi K3 menurut WHO hanya aspek kesehatan yang terlihat jelas sebagai goal dan objektif dari keilmuan K3.

1.2. Definis dan istilah dalam K3

Berdasar uraian K3 di atas maka K3 mempunyai tugas untuk : 1. Melindungi para pekerja dan orang lain ditempat kerja

4

Pengantar K3 Zaenal Abidin

2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien

3. Menjamin proses produksi berjalan lancar.

Istilah Keselamatan (Safety) biasanya menyangkut hal-hal untuk mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident loss), kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol) risiko yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate un acceptable risk). SafetySafety adalah ilmu dan seni yang terdiri dari serangkaian metoda-metoda dalam melakukan intervensi terhadap system kerja sehingga menjamin keamanan setiap system kerja yang dijalankan baik bagi pekerjaan, peralatan, maupun bagi lingkungan

AMAN (SELAMAT)Aman (safe) adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat dikendalikan ketingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari bahaya (danger).

Keselamatan Mengendalikan kerugian dari pada kecelakaan (control of

accident loss). Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan

(mengontrol) risiko yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate un acceptable risk).

Kesehatan (Health) dikaitkan dengan derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physichological well being of the individual).

Occupational Health is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of workers in all occupations by preventing departures from health, controlling risks and the adaptation of work to people, and people to their jobs. (ILO/WHO)

Sedangkan menurut Frank E. Bird Jr. dalam bukunya “Practical Loss Control Leadership” menyatakan bahwa ;

Occupational Health is devoted to the anticipation, recognition, evaluation and control of those factors or stresses, arising in

5

Pengantar K3 Zaenal Abidin

and from the workplace, which may cause sickness, impaired health and well-being or significant discomfort and inefficiency.

Menurut OHSAS Accident adalah kejadian yang tidak diinginkann terjadi, mengakibatkan cidera pada manusia dan kerusakan/ kerugian/ lost lainnya. Incident adalah kejadian yang bisa menimbulkan / berpotensi mengarah pada kecelakaan. Near miss adalah Incident yang tidak menimbulkan cidera manusia atau kerusakan/kerugian/lost lainnya.

Accident/ kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak

direncanakan, tidak diinginkan, gangguan terhadap

pekerjaan berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, dan pencemaran lingkungan.Definisi lain Incident dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan accident yaitu cedera, atau suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan. Aman/selamat (safe) adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari bahaya (danger).

“Hazard” adalah sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kerusakan (harm), hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja.

“Harm” adalah kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik, atau mental, kerugian properti, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi.

“Risk” adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber bahaya(hazard) tertentu yang terjadi.

The Chance of loss or gain

6

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Untuk menentukan risiko membutuhkan perhitungan antara konsekwensi /dampak yang mungkin timbul dan probabilitas, yang biasanya disebut sebagai tingkat risiko (level of risk).

“Danger” merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi dimana atau kapan muncul sumber bahaya. Danger lawan dari aman atau selamat.

“Kecelakaan kerja” adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

“Penyakit Akibat kerja” adalah penyakit yang diindap oleh tenaga kerja dan orang lain yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.Kejadian berbahaya lain “ Nearmist” yaitu suatu kejadian yang potensial yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau “PAK” kecuali kebakaran, peledakan danbahaya pembuangan limbah.“Analisis Kecelakaan” adalah serangkaian kegiatan untuk mengadakan penyelidikan terhadap kejadian kecelakaan yang merupakan bagian penting program pencegahan kecelakaan/ kilas balik langkah dari langkah setelah terjadi kecelakaan kerja.

Analisis Kecelakaan Kerja adalah hasil pengkajian terhadap suatu kecelakaan dan atau gabungan kecelakaan sehingga dapat diberikan syarat-syarat perbaikan agar kejadian kecelakaan yang sejenis tidak terulang kembali, sekaligus dapat ditetapkan subyek hukum yang bertanggung jawab terhadap kecelakaan tersebut.

Industrial HygieneIndustrial hygiene has been defined as that science and art devoted to the anticipation, recognition, evaluation and control of those environmental factors or stresses, arising in or from the workplace, which may cause sickness, impaired health and well-being or significant discomfort among workers or among the citizens of the community.

ErgonomicMenurut ILO Ergonomic is the science of fitting the job to the worker. (OSHA) Ergonomic is the application of the human biological sciences in conjunction with the engineering sciences

7

Pengantar K3 Zaenal Abidin

to the worker and his working environment, so as to obtain maximum satisfaction for the worker which at the same time enhances productivity.

BAB II SEJARAH K3

Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif.Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok maka usaha pencegahan tidaklah terlalu sulit, sifat demikian segera berubah, tatkala revolusi industri dimulai, yakni sewaktu umat manusia dapat memanfaatkan hukum alam dan dipelajari sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan secara praktis.Penerapan ilmu pengetahuan tersebut dimulai pada abad 18 dengan munculnya industri tenun, penemuan ketel uap untuk keperluakn industri. Tenaga uap sangat bermanfaat bagi dunia industri, namun pemanfaatannya juga mengandung risiko terhadap peledakan karena adanya tekanan.Selanjutnya menyusul revolusi listrik, revolusi tenaga atom dan penemuan-penemuan baru di bidang teknik dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia. Disamping manfaat tersebut, pemanfaatan teknik dan teknologi dapat merugikan dalam bentuk risiko terhadap kecelakaan apabila tidak diikuti dengan pemikiran tentang upaya K3.

Secara ringkas sejarah K3 diuraikan sebagai berikut :

2.1. Zaman Pra-Sejarah

Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebh besar proporsinya pada mata kapak atau ujung tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak

8

Pengantar K3 Zaenal Abidin

memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.

2.2. Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak

Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Dan semakin berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500 BC. Pada tahun 3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batubata yang dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangunan saluran air dari batu sebagai fasilitas sanitasi.

Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan “Hammurabi” yang menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekerja.

2.3. Zaman Mesir Kuno

Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada tahun 1500 BC khususnya pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke Laut Merah. Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun “temple” Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.

2.4. Zaman Yunani Kuno

Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.

2.5. Zaman Romawi

Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral

9

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Aleksander Yang Agung sudah dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.

2.6. Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.

2.7. Abad ke-16

Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang dialamai oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan menerapkan prinsip ventilasi.

2.8. Abad ke-18

Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 – 1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia mendiagnosa seseorang yaitu “ What is Your occupation ?”.ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).

2.9. Era Revolusi Industri

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :

10

Pengantar K3 Zaenal Abidin

1. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi.

2. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia

3. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya bidang industri kimia dan logam).

4. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.

5. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

2.10. Era Industrialisasi

Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan pertengahan abad 20 maka penggunaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat pelindung diri, safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga turut berkembang.

2.11. Era Manajemen dan Manjemen K3

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-penyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Pada era ini berkembang system automasi pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia. Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah manusiawi yang akhirnya berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya.

11

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu system manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.

2.12. Era Mendatang

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau untuk masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.Secara atik perkembangan K3 dapat dilihat padaTabel 2.1.

Tabel 2.1. Perkembangan K3

No Periode Latar Belakang Esensi Penalaran1 Zaman Pra-

Sejarah - Zaman Bangsa Babylonia (DinastiSummeria) di Irak

Pada masa ini manusia masih berorientasi bagaimana untuk bisa hidup dan survive terhadap kondisi lingkungan yang ada. Untuk membantu dalam kehidupan mereka maka dibuatlah alat-alat bantu terutama dalam berburu untuk mendapat-kan makanan. Atau peralatan yang memang digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih banyak berorientasikepada upaya untuk mempertahankan kehidupan. Peralatan yang dikembangkan hanya terbatas pada aktifitas yang mereka lakukan. Untuk memudahkan

Aspek yang berkembang pada era ini adalah mengenai peralatan untuk memudahkan pekerjaan serta aspek keamanan dari peralatan tersebut terhadap pekerja Juga mengenai bagaimana suatu benda atau peralatan mudah digunakan sesuai dengan fungsinya serta aman saat digunakan.

Secara keilmuan K3 konsep yang berkembang adalah aspek safety engineering dan

12

Pengantar K3 Zaenal Abidin

dalam penggunaan serta tidak membahayakan pada saat digunakan maka dibuatlah disain alat-alat yang memang enak dipakai dan tidak berbahaya bagi pemakai saat digunakan.

ergonomic.

2 Zaman Mesir Kuno – Abad ke 18

Dengan sudah berkembangnya peralatan yg membantu pekerjaan manusia, namun tenaga manusia masih merupakan yg paling dominan dalam setiap pekerjaan. Dengan kata lain manusia atau pekerja merupakan sumberdaya yang utama dalam melaksanak- an suatu pekerjaan. Namun kondisi lingkungan kerja yang banyak mengandung bahaya seperti subtansi yang toksik serta bahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan pekerja, maka upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja menjadi perhatian yang besar. Disamping itu dengan banyaknya ditemu kan barang tambang maka bahaya terhadap bahan- bahan toksik mulai dikenal serta mulai dilakukan upaya penanggulangan bahaya-bahaya toksik tsb.

Aspek yang berkembang pada era ini adalah mengenai dampak kesehatan yang kemungkinan akan dialami oleh pekerja pada saat bekerja maupun setelah bekerja sebagai dampak dari bahan-bahan berbahaya yang ada di lingkungan kerja serta upaya pengobatan atau terapi yang sesuai.Secara keilmuan K3 konsep yang berkembang adalahmengenai Occupational Health, Industrial Hygiene,Toksikologi, serta Ocupational Medicine.

3 Era Indus- trialisasi

Mulai ditemukannya mesin uap, maka dunia industry mulai beralih dari yang tadinya didomi- nasi oleh tenaga manusia yang dibantu tenaga hewan dengan cakupan aktifitas yang terbatas, kepada penggunaan mesin mesin di segala aktifitas kerja dengan cakupan

Pada era industrialisasi yang menjadi perkembangan utama adalah mulai digunakannya mesin-mesin dalam industri atau lingkungan kerja. Seiring dengan hal tersebut muncul

13

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pekerjaan yang besar. Dengan makin bekem- bangnya teknologi dalam menciptakan mesin-mesin produksi, manusia dihadapkan pada permasalahan baru yaitu dampak yang timbul akibat adanya mesin di suatu proses kerja. Masa-lah yang muncul sangat berhubungan dg system operasionalisasi kerja yg dibantu dengan mesin-mesin yang canggih.Seiring dengan kema-juan teknologi serta munculnya permasalahan-permasa- lahan baru di lingkungan kerja terutama aspek keselamatan dan kesehatan pekerja saat bekerja dengan mesin maka mulai dikembang- kan alat-alat pelindung diri, safety devices, dan alat-alat pengaman lainnya.

permasalahan baik aspek keselamatan maupun aspek kesehatan sebagai dampak interaksi antara manusia dengan mesin.Secara keilmuan K3 konsep yang berkembang adalah mengenai Metode-metode pengendalian bahaya kecelakaan dan potensi gangguan kesehatan denganpendekatan engineering, Administrative, dan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.

4 Era Manajemen danManajemen K3

Permasalahan K3 yang ada di lingkungan kerja ternyata bukan semata-mata akibat dari interaksi antara pekerja, pekerjaan dan peralatan yang digunakan. Mulai ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan atau munculnya pak di lingkungan kerja. Ditemukan bahwa sebenarnya faktor manusia atau pekerja terutama perilaku saat bekerja lebih dominan sebagai penyebab terjadinya keclk. maupun

Aspek yang berkembang pada era ini adalah mengenai upaya pengendalian kasus-kasus baik aspek keselamatan maupun kesehatan dengan cara efisiensi penggunaansumber daya yang ada di suatu perusahaan. Hal ini tentu saja harus dengan melakukan langkah-langkah manajemen yang baik. Atas dasar ini permaslahan K3

14

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pak. Namun muncul fenomena baru bhw dg melakukan analisa thp kasus-kasus yang ada ternyata aspek manajemen merupakan hulu dari segala permasalahan yang muncul di lingkungan kerja. Oleh sebab itu mulai dikembangkan bahwa aspek safety,health, dan environment di lingkungan kerja harus dimanage dalam suatu system yang terpadu sehingga dampak yang muncul baik aspek keselamatan maupun kesehatan dpt dimini- malisir yang pada akhirnya lebih bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan kerja baik aspek pekerjaan, pekerja, maupun lingkungan kerja yang dimulai dari input, proses dan output.

hanya dapat dipecahkandg baik jika menggunakan pendekatan manajemen. Serta untuk mencakup semua aspek di perusahaan maka manajemen yg dikembangkan adalah manajemen secara system.Secara keilmuan K3 aspek yg berkembang pada era ini adalah Manajemen di bidang K3 serta Integrative System Management K3.

5 Era Mendatang

Ternyata aspek K3 tidak hanya diperlukan di lingkungan industri atau tempat kerja saja. Prasarana dan sarana yang digunakan atau yang dimanfaat oleh masyarakat umumpun perlu mendapatkan perhatian K3.Permasalahan K3 tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab ahli-ahli K3, tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat baik yang berada di lingkungan kerja (formal) maupun masyarakat umum.Oleh sebab itu arah

Era mendatang K3 bukan hanya bagi industri atau tempat kerja saja tapi harus mencakup di setiap aktivitas kehidupan manusia.Hal ini akan dapat dicapai bila K3 sudah menjadi perilaku dan budaya bagi setiap orang di segala aktivitas.

Aspek keilmuan yang berkembang adalah mengenai penarapanPrinsip-Prinsip K3 bagi Masyarakat Umum di berbagai aktivitas

15

Pengantar K3 Zaenal Abidin

perkembangan K3 di masa yang akan datang lebih ditekankan kepada aspek perilaku dengan kata lain setiap orang di setiap aktivitas mereka sudah menerapkan prinsip-prinsip K3.

seperti (Home safety, transportation

safety etc.)Keilmuan lain yang juga akan berkembang adalahBehavioral Based on Safety

BAB III POSISI, PERAN, FUNGSI DAN TUJUAN K3

Pembahasan mengenai posisi, peran, fungsi, dan tujuan serta keterkaitan setiap sub disiplin ilmu K3 ditampilkan secara atik dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 . Posisi, Peran, Fungsi dan Tujuan Sub Disiplin Keilmuan dalam Kerangka K3

Occupational Health

Safety Industrial Hygiene

Ergonomic

POSISIPosisi keilmuan Occupationalhealth berada pada lingkup pekerja dan lebih menekankan aspek promosi terhadap kesehatan pekerja

Posisi keilmuan Safety di dlm keilmuan K3 lebihbanyak berada pada aspekinteraksi yang ada dalam system kerja atau suatuproses.

Posisi keilmuan Industrial Hygiene berada pada atau lebih konsern melihat potensi faktor lingkunagan kerja yang kemungkinan dapat mengganggukesehatan, menyebabkanpenyakit maupun menyebabkanketidaknyamanan bagi pekerja

Posisi keilmuan ergonomi dalamlingkup keilmuan K3 berada padasegala aspek baik pada keilmuanoccupational health, safety maupunpada keilmuan industrial hygiene

Berkontribusi Menciptakan Memberikan Peran

16

Pengantar K3 Zaenal Abidin

PERAN dlm upaya perlindungan kesehatan pekerja dengan upaya upaya promosi kesehatan, pemantauan dan surveilan kesehatan,serta upaya peningkatan daya tubuh dan kebugaranpekerja

system kerja atau proses kerja yang aman atau yang mempu

nyai potensi risiko yang rendah terhadap

terjadinya kecelakaan dan menjaga

asset perusahaan dari kemungk inanterjadinya loss.

pertimbangan dan rekomendasi untuk menentukan performa lingkungan kerjaterhadap potensi timbulnya penyakit, gangguan kesehatan dan ketidaknyamanan di tempat kerja yang diakibatkan adanyahealth hazards

keilmuan ergonomic adalahmemberikan masukan dan

pertimbangan terhadap keserasian hubungan atau interaksi antara pekerja dengan pekerjaan sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

TUJUAN

• Mencegah terjadinya pak• Meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan melakukan promosi kesehatan• Menjaga statuskesehatan dankebugaran pekerja pada kondisi yang optimal

• Mencipta-kan system kerja yang aman mulai dari input, proses sampai out put

• Mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupun materil akibat terjadinya accident/incident

• Melakukan pengenda-lian terha-dap risiko yang ada di tempat kerja

• Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat dari bahaya health hazard

• Menciptakan interaksi semua sub di perusahaan dalam interaksi yang sehat dan tdk berdampak thdp penurunan derajat kesehatan atau adanya ketidaknyamanan

• Mencegah timbulnya Cummulative Trauma Disorders yang diakibatkan oleh posisi kerja yang tidak baik • Mencegah kerugian akibat tim-bulnya cidera mau-pun kesala-han karena ketidaksera-sian antara pekerja dg pekerjaan-nya

• Secara tdk langsung me-ningkatkan produktivitas

17

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kerja FUNGSI

• Identifikasi dan assessment risiko- risiko dari health hazards di tmpt kerja

• Advising pada perencanaan dan pengorganisasian pekerjaan dan working practices, termasuk disain tmpt kerja. Pada evaluasi memilih dan memelihara peralatan dan material yg

digunakan. Juga melakukan promosi thdp adaptasi pekerjaan dengan pekerja

• Memberikan advise, informasi, training dan edukasi tentang occupational health, safety and hygiene, ergonomic and protective equipment

• Melaksanakan surveilan terha-dap kesehatan pekerja

• Berkontribusi dalam rehabilitasi

• Mengelola pertolongan pertama dan tindakan kedaruratan.

• Anticipate, identify and evaluate hazardous conditions and practices• Develop hazard control design, methods, procedures and program• Imple ment, administer and advise others on hazard controls and hazard control programs• Measure, audit and evaluate the effectiveness of hazard controls and hazard control programs

• Melakukan Antisipasi terhadap health hazards di lingkungan kerja• Melakukan Rekognisi terhadap health hazards di lingkungan kerja• Melakukan Evaluasi terhadap health hazards di lingkungan kerja• Melakukan Pengendalian terhadap health hazards di lingkungan kerja

• Mencipta kan disain lingkungan kerja yang sesuai dengan pekerja baik aspek fisiologis maupun aspek psikologis• Mencipta kan keserasian hubungan antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja

18

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Dalam penerapannya Hiperkes ( Higiene Perusahaan dan Kesehatan) dan Keselamatan kerja sering dituangkan dalam pengertian sebagai pelaksanaan program K3 atau digunakan istilah Occu- pational Health and safety (OHS); Occupational Safety and Health (OSH) atau digabung dengan aspek E (environmen) sehingga menjadi OHSE, OSHE.Hakekatnya Hiperkes dan Keselamatan Kerja merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap risiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugihan akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja seperti diterangkan di bawah ini.

3.1. Kesehatan KerjaPengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia

(organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,

pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

“pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi

19

Pengantar K3 Zaenal Abidin

produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.

Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).

3.2. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near-miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses

3.3. Faktor Risiko di Tempat Kerja

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, seperti disebutkan diatas, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta risiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor

20

Pengantar K3 Zaenal Abidin

manusianya.Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut risiko. Baik “hazard” maupun “risiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.

Di tempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh:

1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.

3.4. Pengendalian Risiko Pengendalian risiko adalah tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko, dan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Di sini, penilaian risiko mencakup penilaian terhadap tindakan pengendalian yang telah ada, sehingga dapat ditentukan apakah kendali tersebut memadai, perlu peningkatan, atau perlu tindakan pengendalian baru.Dalam pengendalian risiko dikenal hirarki pengendalian, yaitu mengeliminasi bahaya jika memungkinkan, diikuti dengan pengurangan risiko (baik dengan menurunkan kemungkinan terjadinya atau potensi keparahan luka), lalu menerapkan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai pilihan terakhir.Berikut adalah contoh penerapan hirarki pengendalian:

a. Eliminasi – memodifikasi desain untuk mengeliminasi ba-haya, misalnya menggunakan alat pengangkat mekanis un-tuk menghilangkan bahaya penanganan secara manual;

b. Subtitusi – mengganti dengan bahan yang lebih rendah bahayanya, atau menurunkan konsumsi energi sistem (mis-alnya mengurangi gaya, arus, tekanan, suhu, dll)

c. Rekayasa – memasang sistem ventilasi, penutup mesin, in-terlock, peredam suara,dll

21

Pengantar K3 Zaenal Abidin

d. Kendali administrtif atau pemasangan tanda dan peringatan – tanda keselamatan, tanda daerah bahaya, petunjuk berpendar, garis batas pejalan kaki, alarm / lampu peringatan, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kendali akses, pemberiaan tag, sistem ijin kerja, dll

e. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, pelindung telinga , topeng muka, jaring pengaman, alat pernapasab dan sarung tangan.

22

Pengantar K3 Zaenal Abidin

BAB IV SISTEM MANAJEMEN K3

Sistem Manajemen K3(SMK3) diuraikan berdasar definisi, sejarah dan beberapa standar mutu berikut ini.

4.1. Definisi Manajemen dan Sistem Manajemen

Manajemen Suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan denganmenggunakan manusia dan sumber daya yang ada.

Sistem Manajemenkegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sistem Manajemen K3(SMK3)SMK3 adalah bagian dari sistem manajamen secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi :1. Pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan K3.2. Dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja.3. Guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

4.2. Sejarah SMK3Indonesia telah mulai menerapkan peraturan tentang keselamatan kerja jauh sebelum SMK3 terkenal, yaitu pada tahun 1970 dengan Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja. Kendati demikian, implementasinya masih jauh dari memuaskan. Oleh karena itu, International Labour Organisation (ILO) mengusulkan revisi sesuai dengan konvensi ILO No. 155/1980. Selanjutnya, sesuai dengan laporan misi ILO di Indonesia pada tahun 1995, didapati bahwa Indonesia merupakan satu-satunya Negara di Asia yang secara hukum mewajibkan penerapan SMK3 di perusahaan-perusahaan besar. Kerangka peraturan perundangan tersebut masih dipakai sampai sekarang. Selain itu, sejak 1984, inspeksi atau pengawasan

23

Pengantar K3 Zaenal Abidin

bidang K3 telah didesentralisasikan ke pemerintah daerah secara otonom.Peraturan perundangan lain yang tidak kalah penting adalah Undang-undang no 23 tahu 1992 tentang Kesehatan, yang mengatur tentang Kesehatan kerja para pekerja dan perlindungan tenaga kerja.

Untuk lebih membudayakan implementasi K3 sesuai saran ILO, maka Menteri Tenaga Kerja menerbitkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. PER.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perlu diingat bahwa peraturan ini dibuat dengan mengacu pada UU no 1/1970, tetapi tidak mengacu UU no. 23/1992. Pedoman SMK3 di dalamnya dibuat dengan mempertimbangkan ILO-OSH Guidelines dan BS 8800:1995.Di satu sisi, menanggapi semakin pentingnya keselamatan kerja dalam industri, pada tahun 1999, British Standards Institution (BSI) mengajukan proposal untuk menyusun Standar Internasional mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Akhirnya pada tahun 1999 itu pula BSI dengan badan-badan sertifikasi dunia meluncurkan sebuah Standar Sistem Manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and Safety Management Systems (OHSAS), yang kemudian dikenal dengan OHSAS 18001:1999.Hal ini menimbulkan persaingan dengan ILO yang sedang mempopulerkan Sistem Manajemen K3. Hal tersebut dikarenakan sejak tahun 1998, The Occupational Safety and Health Branch (sekarang Safe-work) ILO bekerja sama dengan The International Occuptional Hygiene Association (IOHA) melakukan identifikasi elemen-elemen kunci dari sebuah Sistem Manajemen K3. Kegiatan ini pada tahun 2001 melahirkan The ILO Guidelines on OSH Management System (The ILO/OSH 2001). The ILO/OSH 2001 merupakn model yang unik, selain dapat disesuaikan dengan sistem manajemen lainnya ia tidak ditujukan untuk menggantikan undang-undang di Negara bersangkutan, tidak mengikat dan tidak mempersyaratkan sertifikasi. Struktur yang dimiliki The ILO/OSH 2001 memiliki kesamaan dengan OHSAS 18001:1999.Pada saat itu standar ISO 9001 dan ISO 14001 sedang menanjak popularitasnya. Untuk menanggapi kompatibilitas dengan kedua standar tersebut, maka BSI merevisi OHSAS 18001, sehingga memiliki struktur dan kemiripan dengan ISO 9001 dan ISO 14001. Maka lahirlah OHSAS 18001:2007, yang memudahkan

24

Pengantar K3 Zaenal Abidin

organisasi atau perusahaan untuk menerapkannya dan mengintegrasikannya dengan sistem yang sudah dimiliki, yaitu ISO 9001 atau ISO 14001. Kemudahan integrasi OHSAS 18001 dengan sistem yang sudah ada di perusahaan menjadi faktor kunci semakin meningkatnya minat organisasi pada sertifikasi OHSAS 18001.

4.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Alasan Penerapan SMK3

Karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain :

Manfaat Langsung :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.

2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.

3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.

Manfaat tidak langsung :

a. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

b. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

c. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.

4.4. Klausa dan elemen pada SMK3

Klausa dan elemen SMK3 sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/MEN/1996 berisi antara lain :

25

Pengantar K3 Zaenal Abidin

1. Komitmen dan Kebijakan

1.1. Kepemimpinan dan Komitmen

1.2. Tinjauan Awal K3

1.3. Kebijakan K3

2. Perencanaan

2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

2.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

2.3. Tujuan dan Sasaran

2.4. Indikator Kinerja

2.5. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

3. Penerapan

3.1 Jaminan Kemampuan

3.1.1. SDM, Sarana dan Dana

3.1.2. Integrasi

3.1.3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

3.1.4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran

3.1.5. Pelatihan dan Kompensasi

3.2. Kegiatan Pendukung

3.2.1. Komunikasi

3.2.2. Pelaporan

3.2.3. Pendokumentasian

3.2.4. Pengendalian Dokumen

3.2.5. Pencatatan dan Manajemen Informasi

3.3. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

3.3.1. Identifikasi Sumber Bahaya

3.3.2. Penilaian Resiko

3.3.3. Tindakan Pengendalian

26

Pengantar K3 Zaenal Abidin

3.3.4. Perancangan dan Rekayasa

3.3.5. Pengendalian Administratif

3.3.6. Tinjauan Ulang Kontrak

3.3.7. Pembelian

3.3.8. Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana

3.3.9. Prosedur Menghadapi Insiden

3.3.10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

4. Pengukuran dan Evaluasi

4.1. Inspeksi dan Pengujian

4.2. Audit SMK3

4.3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

4.5. Organisasi K3

Ketrampilan yang diperlukan untuk mengelola usaha keselamatan dan kesehatan dalam suatu organisasi tergantung pada banyak faktor. Bahaya dan risiko apa yang ada dalam organisasi? Jenis teknologi apa yang menjalankan organisasi? Apakah pekerjaan memerlukan profesional manajemen keselamatan dan kesehatan? Apakah memerlukan ketrampilan untuk mempengaruhi manajer operasi? Apakah memerlukan ketrampilan teknis untuk masukan pada rancangan peralatan dan fasilitas? Apakah masalah interpretasi legal diperlukan dalam pekerjaan ini?

Pada masa lalu, beberapa orang mempertimbangkan cara keselamatan secara sederhana sebagai mengikuti akal sehat. Pada saat ini, safety dapat dengan mudah diamati pada situasi dimana koreksi terlihat jelas. Usaha awal pada safety juga mencakup safety contest, safety slogans, dan safety poster. Ini memberikan usaha awal bahwa keselamatan dan kesehatan adalah suatu permainan dan bahwa setiap orang dapat melakukannya. Kemudian muncul tiga "E” dalam bidang safety: engineering, education, dan enforcement.Beberapa orang menambahkan E yang kelima:enthusiasm. Menerapkan elemen-elemen ini akan memecahkan banyak permasalahan safety. Kita sekarang tahu bahwa terdapat

27

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pendekatan sederhana untuk menetapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan yang kokoh.Para praktisi keselamatan dan kesehatan saat ini harus menghadapi dan memecahkan berbagai masalah rumit dengan peralatan yang baru dan lebih efektif. Ketrampilan yang diperlukan untuk menerapkan peralatan ini sekarang dikenal sebagai multifaceted. Beberapa sertifikasi profesional telah muncul. American Industrial Hygiene Association telah mengadopsi beberapa code yang mengatur para anggotanya. Mereka mempersyaratkan bahwa anggotanya “melakukan profesinya mengikuti prinsip-prinsip ilmiah yang dikenal dengan realisasinya bahwa kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan manusia tergantung pada ketetapan profesional mereka....”

Demikian juga, American Society of Safety Engineers mempunyai kode etik dan mengizinkan sertifikasi bahwa seseorang mempunyai bachelor degree dalam bidang safety dari institusi yang terakreditasi (atau pilihan lainnya), mempunyai empat tahun pekerjaan safety, memenuhi kriteria pemilihan dan lulus ujian Safety Fundamentals and Comprehensive Practice. Mereka menggambarkan profesional safety sebagai “seorang yang terlibat dalam pencegahan kecelakaan, insiden dan kejadian yang membahayakan manusia, property atau lingkungan. Mereka menggunakan analisa kuantitatif dan kualitatif terhadap produk yang sederhana dan kompleks, system, operasi dan kegiatan untuk mengidentifikasi bahaya.... Selain pengetahuan yang luas mengenai bahaya, pengendalian dan metode assessment, profesional safety harus mempunyai pengetahuan mengenai fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku, matematika, bisnis, pelatihan dan teknik pendidikan, konsep engineering, dan jenis-jenis operasi khusus...”

Derajat praktisi keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu untuk menyusun dan menerapkan semua ketrampilan ini tentunya tergantung pada sifat bahaya dan pekerjaan dalam organisasi. Corporate downsizing telah mendorong praktisi safety menjadi kurang sebagai pelaksana dan lebih menjadi pendorong. Ini memerlukan penerapan ketrampilan fasilitasi, advokasi dan menjadi tim atau group leader. Bahaya dengan kecenderungan ini adalah potensi dilusi dan/atau disolusi dari praktek profesional keselamatan dan kesehatan. Apakah ini tampaknya akan dipertimbangkan sebagai pendekatan

28

Pengantar K3 Zaenal Abidin

manajemen dengan cara profesional lain seperti biologi, akuntansi atau engineering?

Pada beberapa organisasi, Corporate CEO menempatkan diri sebagai pejabat kepala safety. Dalam kasus ini, gaya manajemen telah muncul pada titik dimana ini diketahui bahwa safety dimulai dari puncak. Organisasi besar mempunyai Senior Vice President Health Safety and Environment dengan staf profesional kesehatan dan keselamatan yang bekerja secara sentral atau secara tidak langsung melalui lini organisasi. Pada banyak perusahaan kecil atau menengah, personel yang menangani masalah keselamatan dan kesehatan memakai berbagai topi seperti sumber daya manusia atau manajemen fasilitas. Pemikiran organisasional yang muncul mempunyai keselamatan dan kesehatan yang terintegrasi dalam unit bisnis strategis dimana semua keperluan organisasi tersedia dalam kelompok. Beberapa orang menambahkan hal ini dengan meletakkan matriks kecil yang tersentralisasi dari ahli-ahli fungsional.

Sebagian besar ahli organisasional akan menyarankan bahwa keselamatan dan kesehatan perlu untuk sepenuhnya dihubungkan dengan aspek-aspek lain dari struktur organisasi. Menetapkan fungsi keselamatan dan kesehatan yang tersentralisasi secara kuat yang bekerja mengatur secara top-down jelas tidak masuk akal untuk suatu organisasi yang bekerja secara desentralisasi.

Dalam beberapa kasus, dimanapun kesehatan dan keselamatan ditempatkan dalam struktur, dengan maksud untuk keberhasilannya, kegiatan keselamatan dan kesehatan harus sepenuhnya dihubungkan dengan tujuan bisnis dari organisasi. Usaha kesehatan dan keselamatan harus memberikan nilai bisnis yang jelas dan dapat diukur. Diskusi dengan bagian-bagian kunci dari organisasi utnuk menentukan misi bersama dengan tujuan keselamatan dan kesehatan merupakan langkah pertama yang baik dalam penyelarasan ini. Menyediakan saran keselamatan dan kesehatan secara masuk akal dan profesional ke atas dan ke bawah dalam organisasi merupakan langkah selanjutnya untuk usaha yang berhasil serta bernilai.

OHSAS 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

29

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada keamanan produk.

OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas pekerja dan mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.

Standar tersebut dapat diterapkan pada setiap organisasi yang berkemauan untuk menghapuskan atau meminimalkan risiko bagi para karyawan dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan langsung dengan risiko K3 menyertai aktifitas-aktifitas yang ada.

Banyak organisasi memiliki elemen-elemen yang dipersyaratkan oleh OHSAS 18001 tersedia di tempat penggunaan yang dapat saling melengkapi untuk membuat lebih baik sistem manajemen terpadu sesuai dengan persyaratan standar ini.

Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung-jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian risiko. Demikian pula, pengawasan terhadap kegagalan manajemen, pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang kebijakan dan sasaran K3.Apa sajakah manfaat-manfaat yang diperoleh dari pendaftaran OHSAS 18001?Kepuasan pelanggan – melalui pengiriman produk yang secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan disertai perlindungan terhadap kesehatan dan properti para pelanggan. Mengurangi ongkos-ongkos operasional – dengan mengurangi kehilangan waktu kerja karena kecelakaan dan penurunan kesehatan dan pengurangan ongkos-ongkos berkenaan dengan biaya dan kompensasi hukum. Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan – dengan perlindungan pada kesehatan dan properti karyawan, para pelanggan dan rekanan Persyaratan kepatuhan hukum – dengan pemahaman bagaimana persyaratan suatu peraturan dan perundang-undangan tersebut mempunyai pengaruh tertentu pada suatu organisasi dan para pelanggan perusahaan. Peningkatan terhadap pengendalian manajemen risiko – melalui pengenalan secara jelas pada

30

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penerapan pada pengendalian dan pengukuran. Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan – dibuktikan dengan adanya verifikasi pihak ketiga yang independen pada standar yang diakui. Kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis – khususnya spesifikasi pengadaan yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu persyaratan sebagai rekanan Proses pendaftaran berikut dengan empat langkah sederhana :Aplikasi permohonan pendaftaran dilakukan dengan melengkapi kuestioner SMK3; Audit OHSAS 18001 dilaksanakan oleh perusahaan jasa – terdiri dari dua kunjungan audit pokok dengan menggunakan formulir Audit Sertifikasi Awal Permohonan pendaftaran disetujui oleh perusahaan jasa, berikut tahapan selanjutnya harus dilakukan oleh klien. Pemeliharaan sertifikasi dikonfirmasikan melalui program Audit pengawasan (surveilans) tahunan dan proses sertifikasi ulang setelah tiga tahun masa berlakunya sertifikasi tersebut.

31

Pengantar K3 Zaenal Abidin

BAB VPENGUKURAN HAZARD DI TEMPAT KERJA DAN LINGKUNGAN

Salah satu faktor penting dalam penerapan SMK3 adalah upaya identifikasi lingkungan tempat kerja, berikut diberikan beberapa contoh identifikasi faktor fisik, kimia di tempat kerja.

5.1. Getaran di tempat kerja & lingkungan

Menurut Kep.MenLH No: KEP-49/MENLH/II/1996, getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. Pemaparan getaran terhadap pekerja merupakan efek dari peralatan mekanik yang digunakan tersebut memberikan dampak yang beraneka ragam sesuai dengan jenis, posisi dan frekuensi dan lama paparan getaran pada tenaga kerja.

Pembagian jenis getaran mekanis terhadap pekerja terdapat pada pekerja industri, transportasi dan pertanian. Pembagian jenis getaran secara garis besar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Getaran vulkanis (geologis) getaran yang timbul akibat gejala alam berupa letusan gunung berapa dan pergerakan permukaan kulit bumi.

b. Getaran mekanis adalah getaran yang ditimbulkan karena pengoperasian peralatan mekanis.

c. Getaran kejut atau getaran yang terjadi seketika karena terhempas atau terjatuh dari ketinggian.

Tujuan pengukuran1. Untuk mengukur getaran mekanis di tempat kerja ada jenis,

yaitu:1. Segmental Vibration atau Hand and Arm Vibration

(HAV)2. Whole Body Vibration (WBV)3. Getaran mesin

2. Untuk mengukur getaran mekanis di lingkungan ada tiga jenis, yaitu:

32

Pengantar K3 Zaenal Abidin

a. Getaran untuk kenyamanan dan kesehatanb. Getaran berdasarkan dampak kerusakanc. Getaran berdasarkan jenis bangunan

3. Untuk membandingkan intensitas getaran dengan NAB atau standar.

4. Untuk pedoman dalam menentukan jenis pengendalian.5. Sebagai pedoman waktu paparan sehingga tidak

mengganggu kesehatan para tenaga kerja.

Peralatan: Vibration meter yang sudah dikalibrasi.

Prosedur PengukuranPengukuran getaran untuk kenyamanan dan kesehatan:

1. Alat penangkap getaran diletakkan pada lantai oleh permukaan yang bergetar dan disambungkan ke alat ukur getaran.

2. Pembacaan dan pencatatan hasil pengukuran dilakukan untuk setiap frekuensi 4-63 Hz.

Pengukuran getaran untuk keutuhan bangunan:Cara pengukurannya sama dengan pengukuran getaran untuk kenyamanan dan kesehatan manuisia, hanya besaran yang dipakai ialah kecepatan getaran puncak (peak velocity).

Pengukuran Getaran Mekanis di Tempat Kerja1. Segmentasi vibration atau biasa disebut hand arm

vibration (HAV) adalah pengukuran getaran yang berpengaruh pada bagian lengan dan telapak tangan.

Satuan: Acceleration (m/det2), yang diukur adalah handle mesin atau bagian yang sering bersentuhan dengan tenaga kerja dan berpengaruh pada bagian lengan dan telapak tangan. Standar berdasarkan Kepmenaker No: KEP-51/MEN/1999.

2. Whole Body Vibration (WBV) adalah getaran yang memberikan pengaruh pada seluruh tubuh tenaga kerja. Paparan getaran berada pada pusat titik berat.

Satuan: acceleration (m/det2), yang diukur adalah bagian yang menopang bagian tubuh seperti pada alas duduk bila tenaga kerja bekerja sambil dudukl dan tempat berdiri bila paparan getaran berasal dari lantai dan tenaga kerja bekerja dengan berdiri. Standar Menurur ISO 2631, gangguan yang dapat ditimbulkan getaran dibagi menjadi 3 bagian:

a. Mengganggu kenyamanan

33

Pengantar K3 Zaenal Abidin

b. Meningkatkan kelelahanc. Mengganggu kesehatan

3. Getaran mesin adalah getaran yang ada pada badan mesin.Satuan: Velocity (mm/det), yang diukur adalah dasar mesin. Mesin dikelompokan menjadi 4, yaitu:

a. Group K (Small machines)b. Group M (Medium machines)c. Group G (Large machines)d. Group T (Largest machines)

Standar berdasarkan standar ISO 2372, dibagi menjadi 4, yaitu:a. Baik (Good)b. Dapat diterapkan (Acceptable)c. Masih diijinkan (Still permishabel)d. Berbahaya (dangerous)

Pengukuran Getaran Mekanis Pada Lingkungan1. Getaran untuk kenyamanan dan

kesehatanSatuan: Simpangan mikron, dapat dirubah menjadi velocity atau accelerasi, yang diukur: lantai atau tanahBaku Mutu: berdasarkan Kepmenneg LH No 49 Tahun 1996

2. Getaran berdasarkan dampak kerusakanSatuan: velocity (mm/det), yang diukur: pondasi dan dindingBaku Mutu: Kepmenneg LH Nomor 49 Tahun 1996.

3. Getaran berdasarkan jenis bangunanSatuan: velocity (mm/det), yang diukur: lantai pada bagunan paling atas.Baku Mutu: Kepmenneg LH Nomor 49 Tahun 1996

Contoh Hasil Pengukuran Pengukuran Getaran Mekanis di Tempat KerjaTabel 5.1. berisi hasil pengukuran getaran mekanis dengan sumber getaran sepeda motor Honda Supra, tempat pengukuran jok dan handle, kecepatan medium, satuan m/det2.

Tabel 5.1 Hasil pengukuran getaran mekanis di tempat kerja

No Tempat Hasil pengukuran (m/det2)

34

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pengukuran Posisi stabil Posisi di gas1. Jok 0,187 0,2702. Handle 0,167 0,281

Keterangan: hasil tersebut diatas merupakan hasil rata-rata pengukuran dengan alat yang sudah dikalibrasi.

Posisi stabil untuk handle hasilnya 0,167 m/det2 sedangkan kendaraan dalam posisi di gas hasilnya 0,281 m/det2. Kedua hasil tersebut bila dibandingkan dengan NAB pada Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999, yaitu 4 m/det2, maka nilainya masih di bawah NAB.

Posisi stabil untuk jok hasilnya 0,187 m/det2, sedangkan kendaraan dalam posisi digas hasilnya 0,270 m/det2. Kedua hasil tersebut bila dibandingkan dengan NAB menurut Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999, yaitu 4 m/det2, maka nilainya masih di bawah NAB.

Pengukuran Getaran Mekanis Pada LingkunganHasil pengukuran getaran mekanis di lingkungan dengan sumber getaran mesin diesel, tempat pengukuran garasi, tipe mesin 2kW (kategori mesin kecil) ada pada Tabel 5.2. di bawah.

Tabel 5.2 Hasil pengukuran getaran mekanis pada lingkungan

NoTempat

pengukuran

Kecepatan getaran (m/det)KeteranganFrekuensi

10 HzFrekuensi

20 HzFrekuensi

50 Hz

1.Output mesin

7,48 - -Kategori

mesin baik

2. Lantai 0,00262 0,00018 0,0001Tidak

mengganggu

3. dinding 0,038 0,0212 0Tidak

menimbulkan kerusakan

4. Pondasi 0,0032 - -

Keterangan: alat yang digunakan sudah dikalibrasi dan nilai diatas merupakan rata-rata pengukuran untuk output mesin dan pondasi tidak mempertimbangkan frekuensi. Bila dibandingkan dengan NAB hasilnya masing dibawah NAB.

35

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Hasil Pengukuran Getaran MesinHasil pengukuran getaran mesin = 7,48 mm/det, menurut ISO 2372 dan VDI 2056 stadar kecepatan getaran berdasarkan klasifikasi mesin adalah: Jika mesin tersebut termasuk group K (Small Machines),

maka nilai tersebut masih diperkenankan (NAB = 1,81 – 4,5 mm/det).

Jika mesin tersebut termasuk group M (Medium Machines), maka nilai tersebut masih diperkenankan (NAB = 2,81 – 7,1 mm/det).

Jika mesin tersebut termasuk group G (Large Machines), maka nilai tersebut dapat diterapkan (NAB = 1,81 – 4,50 mm/det).

Jika mesin tersebut termasuk group T (Largest Machines), maka nilai tersebut dapat diterapkan (NAB = 1,81 – 7,10 mm/det).

NAB Untuk LantaiMenurut Kepmen L.H Nomor. Kep49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu tingkat getaran untuk kenyamanan dan kesehatan, maka hasil pengukuran tersebut:

a. Pada frekuensi 10 Hz = 0,00262 mikron, tidak mengganggu (< 37 mikron)

b. Pada frekuensi 20 Hz = 0,00018 mikron, tidak mengganggu (< 20 mikron)

c. Pada frekuensi 50 Hz = 0,0001 mikron, tidak mengganggu (< 8 mikron)

NAB Untuk dindingMenurut Kepmen L.H Nomor. Kep.49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu tingkat getaran berdasarkan dampak kerusakan, maka hasil pengukuran tersebut:a. Pada frekuensi 10 Hz = 0,038 mm/det dibawah baku mutu

sebesar 5,2 mm/det untuk kategori A (tidak menimbulkan kerusakan).

b. Pada frekuensi 20 Hz = 0,0212 mm/det dibawah baku mutu sebesar 3,8 mm/det untuk kategori A (tidak menimbulkan kerusakan.

c. Pada frekuensi 50 Hz = 0 mm/det dibawah baku mutu sebesar 1 mm/det untuk kategori A (tidak menimbulkan kerusakan).

36

Pengantar K3 Zaenal Abidin

NAB Untuk PondasiPengukuran velocity pada pondasi yaitu 0,0032 mm/det, pengukuran ini tanpa mempertimbangkan analisa frekuensi. Menurut Kepmen L.H No. Kep.49/MENLH/II/1996 tentang Baku Mutu tingkat getaran mekanis berdasarkan jenis bangunan, standar baku mutunya adalah 5-15 mm/det, jadi pengukuran tersebut masih dibawah baku mutu sehingga belum menimbulkan kerusakan.

5.2. Iklim Kerja

Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri telah menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang disebut Iklim Kerja. Iklim kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam suatu perusahaan/industri. Iklim kerja yang tidak tepat dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada karyawan yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas.

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu kelembaban, kecepatan, gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999).

Iklim kerja dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin. Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja, sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi.

Contoh tempat kerja dengan iklim kerja yang panas, seperti: peleburan, pengeringan, pekerja jalan raya, petani. Iklim kerja panas dapat menyebabkan heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke.

Pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang bersuhu dingin misalnya di pabrik es, ruang komputer, ruang kantor dan sebagainya. Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Penyakit yang ditimbulkan oleh suhu ruangan yang sangat rendah antara lain chilblains, trench foot dan frostbite.

Masih banyak orang yang tidak menyadari tentang kondisi suasana nyaman dalam ruangan atau tempat kerja. Hanya bila

37

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kondisi itu menyimpang dari batas kenyamanan, kita akan mengalami suasana kerja yang tidak nyaman. Oleh karena itu lingkungan yang nyaman sangat dibutuhkan untuk efisiensi kerja yang penuh. Untuk menjaga kenyamanan lingkungan kerja maka perlu di perhatikan iklim kerja di lingkungan kerja.

Untuk mengetahui pengaruh panas lingkungan kerja pada suhu tubuh maka para ahli telah melakukan metoda pengkuran sederhana yang mencakup pengaruh faktor lingkungan (suhu udara, kelembaban, gerakan aliran udara dan radiasi), yang dinyatakan dalam bentuk skala atau indeks.

Indeks Suhu Basah Bola (ISBB) adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu kering, suhu basah dan suhu bola. Suhu tubuh dipertahankan hampir menetap (homeothermis) oleh suatu sistem pengatur suhu (thermoregulator system).Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan di dalam tubuh dan benda-benda yang ada di sekitar.

Tujuan pengukuran1. Untuk mengetahui suhu lingkungan kerja, yang

dihadapi oleh pekerja apakah memenuhi syarat sesuai dengan beban kerja pekerja (legal surveilans).

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh panas lingkungan pada tubuh pekerja yang ada (penelitian).

3. Untuk menjaga kenyamanan lingkungan kerja, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan kesehatan pekerja .

Pengkuran tekanan panas dengan menggunakan index WBGT/ISBB dengan menggunakan rumus:

ISBB (Out door) = 0,7 tnwb + 0,3 tgISBB (in door) = 0,7 tnwb + 0,2 tg + 0,1 ta

PeralatanTermometer Suhu Basah (termometer farenheit dan labu erlemeyer), psychrometer type Arsman, termometer Globe (termometer farenheit dan bola hitam/globe)

38

Pengantar K3 Zaenal Abidin

ProsedurSuhu Basah Alami Reservoir termometer dibalut kain katun, ujung kain katun dicelupkan dalam air suling/aquades pada tabung elemyer dengan bagian yang tidak tercelup pada permukaan air 2,5 cm kemudian di eksposkan selama 10-15 menit.

Suhu Udara Kering, Suhu Basah dan Kelembabandiukur dengan psychrometer type Arsman. Untuk mengukur suhu basah maka salah satu ujung termometer dibalut kain kasa kemudian disemprot aquades, sedangkan termometer untuk mengukur suhu kering tidak dibasahi keduanya dieksposkan selama 15 menit. Untuk mengukur kelembaban dicari dalam tabel psykometer, dimana titik temu antara selisih suhu udara kering dan suhu basah alami menunjukkan prosentase kelembaban.

Suhu Radiasialat yang digunakan adalah Globe Thermometer yang terdiri dari termometer dan bola hitam yang menyerap panas 100%, permukaan licin dan berdiameter 15 cm. Penggunaannya pasang termometer ke dalam bola tembaga dan pastikan ujung termometer berada ditengah-tengah bola hitam dan pasang pada tripoid, lalu dieksposkan selama 15 menit.

Contoh hasil pengukuran iklim kerja ada pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Hasil Pengukuran iklim kerja

NoLo-Kas

i

ParamaterBeban kerja

NABISBB(0C)

KetTa (0C)

tb(0C)

tg(0C)

Tnwb(0C)

ISBB(0C)

RH%

1.

In doo

r28,5 27 29,5 25,5 26,7 89 Ringan 30

2.

Out doo

r 26 28,5 25 26 80 Ringan 30<

NAB

Pengukuran dilakukan di dalam ruangan, maka rumus perhitungan untuk ISBB, yakni: ISBB (in door) = 0,7 Tnwb + 0,2 tg + 0,1 ta

= 0,7 (25) + 0,2 (28,5) + 0,1 (28)= 17,5 + 5,7 + 2,8= 26

39

Pengantar K3 Zaenal Abidin

ISBB yang diperoleh tersebut jika dibandingkan dengan standar iklim kerja di Indonesia, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 seperti pada Tabel 5.4 di bawah.

Dari perhitungan diperoleh ISBB (in door) sebesar 26°C , maka pekerja yang di bagian laboratorium tersebut, dapat bekerja pada:

8 jam kerja terus menerus dengan beban kerja ringan 75% kerja dengan 25% istirahat untuk beban kerja

moderat 25% kerja dengan 75% istirahat untuk beban kerja

berat.

Tabel 5.4. Nilai Ambang Batas ISBB

Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam

Indeks suhu basah dan Bola (ISBB) °C

Beban Kerja

Waktu KerjaWaktu

IstirahatRingan Sedang

Berat

Beban kerja terus menerus (8 jam/hari)

75%50%25%

-25%

istirahat50%

istirahat75%

istrahat

30,028,029,432,2

26,728,029,431,1

25,025,927,930,0

5.3. PENGUKURAN KELELAHAN (REACTION TIME)

Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga akan terjadi pemulihan. Banyak ahli mengutarakan pengertian dan definisi kelelahan kerja namun dari pengertian yang diutarakan banyak yang kurang memberi kejelasan. Levy (1990) mengutarakan bahwa kelelahan kerja masih merupakan misteri dunia kedokteran modern, penuh kekaburan dalam sebab musababnya serta pencegahannyapun belum terungkap secara jelas. Kennedy (1987) mengutarakan bahwa kelelahan kerja merupakan suatu kelainan yang termasuk

40

Pengantar K3 Zaenal Abidin

sering dijumpai di USA, pada urutan ke-7. Rizeddin (2000): kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun.

Kelelahan mempunyai arti yang berbeda-beda, tetapi semuanya berkenaan dengan pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Terdapat 2 jenis kelelahan yaitu kelelahan otot (muscular fatique) dan kelelahan mental. Kelelahan otot dapat berupa tremor atau perasaaan nyeri pada otot. Kelelahan mental atau kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja atau bergerak adalah akibat gangguan secara psikis.

Jenis KelelahanKelelahan kerja berakibat pada pengurangan kecepatan kerja dan ketahanan tubuh. Beberapa tipe kelelahan antara lain:

a. Kelelahan Penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.

b. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh.

c. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekejaan yang bersifat mental dan intelektual.

d. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotorik

e. Terlalu monotonnya pekerjaan dan suasana sekitar.f. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi

efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang.g. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup

siang dan malam serta pertukaran periode tidur.

Rasa lelah biasanya terjadi sehabis kerja. Hal itu karena kondisi kerja telah mampu merongrong sistem penguat untuk beroperasi hingga tidak terjadi rasa lelah, sedangkan setelah bekerja sistem penghambat mulai bekerja hingga menghasilkan perasaan lelah.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Agar tenaga dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitas kepada tubuh.

41

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Gambar 5.1. Neraca keseimbangan aktivitas dan inhibisi kelelahan

Faktor Penyebab Kelelahan Kelelahan harus dibedakan dengan kejemuan, sekalipun keje-muan merupakan salah satu faktor penyebab kelelahan. Jemu adalah keadaan dimana lingkungan kurang memberikan rangsangan kepada tenaga kerja. Terdapat 5 (lima) faktor penyebab terjadinya kelelahan:

1. Keadaan monoton2. Beban kerja, lama pekerjaan baik fisik maupun mental.3. Keadaan lingkungan kerja seperti cuaca kerja,

penerangan dan bising.4. Keadaan kejiwaan seperi tanggung jawab, kekhawatiran

atau konflik.5. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Gambar 5.2. Faktor penyebab kelelahan

42

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Sebab-sebab tersebut harus dihilangkan dengan penyegaran sebagai berikut:

Kepemimpinan yang harus menimbulkan ,otivasi dan semangat kelompok serta efisiensi yang tinggi atas dasar kemampuan, keahlian dan ketrampilan.

Manajemen yang meningkatkan keserasaian individu dan masyarakat tenaga kerja.

Perhatian terhadap keluarga tenaga kerja yang mengurangi permasalahan yang mungkin timbul.

Pengorganisasian kerja yang menjamin istirahat dan reaksi, variasi kerja dan volume kerja yang serasi bagi tenaga kerja serta menciptakan keadaan lingkungan yang serasi dengan keperluan kerja.

Peningkatan kesejahteraan dan kesehatan tenaga kerja termasuk upah dan gizi kerja.

Tanda-Tanda KelelahanSedangkan tanda-tanda utama terjadinya kelelahan adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak diluar kesadaran serta proses pemulihan. Orang yang mengalami kelelahan menunjukan tanda-tanda:

Penurunan perhatian Perlambatan dan hambatan persepsi Lambat dan sukar berfikir Kurangnya kemauan dan dorongan untuk bekerja Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.

Kelelahan pada pekerja dapat mengakibatkan berkurangnya produktivitas kerja dan meningkatnya kasus kecelakaan kerja. Keadaan pada pekerja dapat dideteksi dengan beberapa cara antara lain: penilaian gejala-gejala atau perasaan lelah, pengukuran waktu reaksi, uji hilang kerlipan (flicker fusion test), pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi kerja fisik dan pendekatan kemampuan konsentrasi.

Untuk mengetahui tingkat kelelahan individu dapat dilakukan test kelelahan dengan ”Reaction Timer” yaitu alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi seseorang terhadap rangsang cahaya dan rangsang suara.

Pengukuran KelelahanPengukuran kelelahan selama ini hanya mampu mengukur beberapa manifestasi atau “indikator” kelelahan saja, karena

43

Pengantar K3 Zaenal Abidin

tidak adanya cara yang langsung dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu sendiri.

Namun demikian, diantara sejumlah metoda pengukurn terhadap kelelahan yang ada, umumnya terbagi dalam 6 (enam) kelompok yang berbeda, yaitu:

1. Kualitas dan kuantitas kinerja2. Perekaman terhadap kelelahan menurut impresi

subjektif3. Electroencephalography (EEG)4. Mengukur frekuensi subjektif kedipan mata (Flicker

Fusion Eyes)5. Pengukuran psikomotorik6. Pengujian mental

Bentuk pengukuran dengan metode diatas seringkali dilakukan sebelum, selama, dan sesudah melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini yaitu alat waktu reaksi (Reaction Timer).

Pengendalian Kelelahan Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami tenaga kerja dengan kinerja perusahaan. Lebih jelasnya, apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas perusahaan.

Dalam kondisi demikian, diharapkan tingkat kelelahan tenaga kerja dapat ditekan dan dikendalikan ke tingkat yang wajar agar produktivitas kerja tidak mengalami gangguan.

Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar:

Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja

yang memenuhi standar ergonomi Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang

tenaga kerja Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat,

aman, dan nyaman bagi tenaga kerja

44

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik

Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

Tujuan Pengukurana. Untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialamib. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kelelahan.

PeralatanReaction time, type L.77, lembar data reaction timer

Prosedur Pengukuran1. Hubungkan alat dengan suber tenaga (listrik/batery)2. Hidupkan mesin dengan menekan tombol on/off pada posisi

on (hidup)3. Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka

”0,000”.4. Pilih rangsang cahaya atau suara yang dikehendaki dengan

menekan tombol suara atau cahaya secara acak.5. Subyek yang akan diperiksa diminta menekan tombol

subyek dan diminta secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya arat mendengar suara dari sumber rangsang.

6. Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol pemeriksa.

7. Setelah diberi rangsang, subyek menekan tombol maka pada layar `kecil akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan millidetik.

8. Pemeriksaan diulangi sampai 20 kali baik rangsang suara maupun rangsang cahaya secara bergantian (random/acak).

9. Data yang dianalisa (diambil rata-rata) yaitu skor hasil 10 kali pengukuran ditengah (5 kali pengukuran awal dan 5 kali pengukuran akhir dibuang).

10. Catat keseluruhan hasil pada formulir 11. Setelah selesai pemeriksaan matikan alat dengan menekan

tombol on/off pada posisi of (mati) dan lepaskan alat dari sumber tenaga.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar hasil lebih akurat:a. Pemberian rangsang tidak kontinueb. Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang

diperiksa maksimum 0,5 meter.

45

Pengantar K3 Zaenal Abidin

c. Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat alat ataupun pemeriksa).

d. Waktu reaksi yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu (rangsang suara/cahaya).

5.4. Pencahayaan di Tempat Kerja

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang sensitif terhadap mata manusia (Gic,1999), sedangkan menurut Susanto, cahaya adalah energi yang merambat seperti gelombang elektromagnetik. Pada saat melihat atau mengamati suatu benda kita menggunakan mata, mata dapat melihat karena menerima rangsangan yang berasal dari cahaya atau sinar yang dating dari benda tersebut, baik yang di pancarkan langsung maupun yang dipantulkan dari sumber penerangan (cahaya) yang mengenai benda- benda tersebut.

Pencahayaan yang tidak baik pada suatu tempat kerja akan menimbulkan dampak berupa:

a. Kelelahan dan ketidak nyamanan matab. Kelelahan mental yang akan mempengaruhi kelelahan

fisikc. Keluhan pegal- pegal dan sakit kepala disekitar matad. Meningkatkan terjadinya kecelakaan.

Sumber pencahayaan secara umum di bagi menjadi dua, yaitu:1. Pencahayaan alami, yang berasal dari sinar mata hari (bulan

pada malam hari).2. Pencahayaan buatan yang berasal dari lampu pijar, lampu

minyak tanah, lampu lorescent dan lilin yang menyala.

Jenis pencahayaan ada dua, yaitu:1. Pencahayaan local (khusus) adalah cahaya yang

dipancarkan langsung dari sumber kepermukaan bidang tempat kerja dimana tenaga kerja melakukan aktivitasnya.

2. Pencahayaan general (umum) adalah rata-rata intensitas pencahayaan yang terdapat dalam lingkungan tempat kerja terutama tempat yang dilalui oleh tenaga kerja.

Kesilauan tidak langsung yaitu kesialauan yang terjadi akibat cahaya yang dipantulkan (reflektan) oleh benda seperti dinding, lantai atau alat yang mengkilap permukaannya. Untuk itu penerangan di tempat kerja berfungsi untuk memudahkan mata

46

Pengantar K3 Zaenal Abidin

membedakan benda- benda yang di gunakan di tempat kerja, sehingga penerangan atau pencahayaan yang baik nyaman dan menyenangkan dalam kegairahan bekerja.

Tujuan1. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan bersumber

dari pencahayaan alami.2. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan umum.3. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan lokal.4. Untuk mengetahui nilai pantulan (reflectan) dinding.5. Untuk mengetahui nilai pentulan (reflectan) lantai.

Persiapan PengukuranLux Meter digital adalah sebuah photo cell yang bila terkena cahaya menghasilkan arus listrik yang dapat dilihat pada level meter.

Memeriksa sumber energi yang digunakan apakah masih berfungsi secara maksimal. Sumber energi yang digunakan berupa baterai kering 9 volt. Setiap alat memiliki spesifikasi penggunaan baterai biasanya yang digunakan adalah baterai alkalin.Sebelum digunakan semua alat ukur di kalibrasi, cara mudah mengkalibrasi Lux Meter adalah dengan menutup photo cell dengan penutupnya kemudian menghidupkan Lux Meter dengan memijit tombol power. Bila Lux Meter menunjukkan angka 0 (nol) pada display maka akurasi Lux meter telah tepat. Bila belum, maka perlu di set sampai menunjukan angka 0 (nol).

Pada Lux Meter terdapat beberapa tombol yang memiliki fungsi berbeda, yaitu

Power berfungsi untuk mengaktifkan atau menghidupkan.

Range untuk menentukan intensitas pencahayaan maksimal yang masih dapat di tangkap oleh Lux Meter (2000 – 20.000 lux).

Hold untuk menghentikan pembacaan pada display agar di dapat angka pengukuran.

Maping

Agar pengukuran memberikan hasil yang baik dan dilakukan dengan efektif dan effisien maka sebelum dilakukan pengukuran perlu perlu dipersiapkan maping atau gambar denah lokasi

47

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pengukuran. Maping lebih baik disiapkan sebelum waktu pemeriksaan terutama untuk pemeriksaan yang pertama.

Pengukur

Petugas surveyor , atau pengukur hendaknya menggunakan pakaian berwarna gelap untuk mencegah terjadinya pantulan cahaya dari pakaian surveyor yang mengenai Lux Meter sehingan meneybabkan hasil pengukuran kurang akurat.

Gambar 5.3. Maping pengukuran pencahayaan

Keterangan: IG = Intensitas General IL = Intensitas Local RL = Reflectant Lantai RD = Reflectant dinding RK = Reflectant Kaca

Penghalang

Untuk pengukuran sumber pencahayaan alami, maka semua yang menghalangi masuknya sumber cahaya alami di singkirkan.

Pelaksanaan Pengukuran

Data Umum

Sebelum pengukuran di lakukan perlu dicatat informasi tentang:

48

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Waktu pengukuran, Kondisi cuaca, Letak gedung, Bahan dinding bangunan, Warna dinding, Bahan lantai, Warna lantai

Data Khusus Pengukuran Intensitas penerangan General (IG)

Bagi luas ruangan yang akan di ukur dibagi menjadi beberapa titik, dengan ukuran 90 x 90 cm (sesuai maping yang dibuat dan diberi nomor).

Pengukuran dilakukan pada tiap titik dengan cara petugas surveyor menghadapkan photo cell ke sumber cahaya, angkat photo cell secara pelan- pelan dengan ketinggian kurang lebih 85 cm dari lantai.

Tekan power untuk menghidupkn Lux Meter, biarkan beberapa saat sampai pada angka yang sering muncul, kemudian tekan Hold.

Baca dan catat hasilnya. Lanjutkan pada titik berikutnya sampai semua titik

terukur.

Pengukuran Intensiatas Penerangan Lokal (IL). Pengukuran dilakukan pada tempat dimana tenaga

kerja melakukan pekerjaannya. Letakkan photo cell di atas meja kerja, kemudian

lakukan seperti langkah di atas dan catat hasil pengukuran yang di peroleh.

Lanjutkan pada tempat kerja lain sampai semua terukur.

Pengukuran Reflectant dinding (RD). ukur intensitas penerangan yang jatuh pada dinding

dengan cara meletakan photo cell pada dinding, selanjutnya disebut pengukuran sudut datang.

photo cell dibalik, kemudian ditarik pelan-pelan sampai angka pada display konstan stabil, selanjutnya disebut pengukuran sudut pantul

Reflectant dihitung sebagai pembagian hasil pengukuran sudut pantul (B) dengan hasil pengukuran sudut datang (A) dikalikan 100%.

Pengukuran Reflectant Lantai (RL).

49

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Ukur intensitas penerangan yang jauh pada lantai dengan cara meletakan photo cell pada lantai, selanjutnya disebut pengukuran sudut datang.

Photo cell dibalik, kemudian ditarik pelan-pelan sampai angka padadisply konstan stabil, selanjutnya disebut pengukuran sudut pantul.

Reflectant dihitung sebagai pembagian hasil pengukuran sudut pantul (B) dengan hasil pengukuran sudut datang (A) di kalikan 100%.

Pengukuran Reflectant Kaca (RK). Ukur intensitas penerangan yang jauh pada kaca

dengan cara meletakan photo cell pada kaca, selanjutnya disebut pengukuran sudut datang.

Photo cell dibalik, kemudian ditarik pelan-pelan sampai angka padadisply konstan stabil, selanjutnya disebut pengukuran sudut pantul

Reflectant dihitung sebagai pembagian hasil pengukuran sudut pantul (B) dengan hasil pengukuran sudut datang (A) di kalikan 100%.

Data Umum

Lokasi pengukuran: Ruang Kantor Balai Hiperkes Yogyakarta.

Waktu pengukuran:17 Maret 2007 Jam pengukuran: Jam 10.30 Wib Kondisi cuaca: Cerah Bahan dinding: Konkret cement warna dinding: Putih Bahan lantai: kramik Warna lantai: Putih

Contoh data hasil pengukuran pada tabel di bawah

Tabel 5.5 Hasil pengukuran Intensitas Penerangan General

50

Pengantar K3 Zaenal Abidin

No Titik Pengukuran Hasil Keterangan

12345

IG 1IG 2IG 3IG 4IG 5

190 lux80 lux60 lux390 lux80 lux

Intensitas Penerangan General

Tabel 5.6. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan Lokal

NoTitik

PengukuranHasil Keterangan

12345678910

IL 1IL 2IL 3IL 4IL 5IL 6IL 7IL 8IL 9IL 10

210 lux570 lux50 lux80 lux490 lux220 lux80 lux70 lux50 lux100 lux

Intensitas Penerangan Local

Tabel 5.7. Hasil pengukuran Reflectant Lantai, dinding dan Kaca

No Titik Pengukuran Hasil Keterangan

1 LantaiB = 10 luxA = 30 lux

33,3 %

2 Dinding B = 60 luxA = 80 lux

75 %

3 Kaca 1B = 20 lux

A = 120 lux16,7 %

Evaluasi pengukuran berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja, sebagai berikut:

a. Penerangan darurat = 5 lux.

51

Pengantar K3 Zaenal Abidin

b. Halaman dan jalan perusahaan = 20 lux.c. Pekerjaan membedakan benda kasar = 50 luxd. Pekerjaan membedakan benda kecil sepintas lalu = 100

luxe. Pekerjaan membedakan barang kecil agak teliti = 200

luxf. Pekerjaan membedakan yang teliti dari barang kecil dan

halus = 300 luxg. Pekerjaan membedakan barang halus dengan konstras

sedang dan dalam waktu lama = 500 lux – 1.000 lux.h. Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan

kontras yang sangat kurang dan dalam waktu lama = 1.000 lux.

Nilai reflectant yang dianjurkan menurut Sumakmur PK adalah sebagai berikut:

Tabel 5.8. Nilai reflectant tiap jenis permukaanJenis Permukaan Reflectant (%)

Langit – langit 80 - 90Dinding 40 - 60Lantai 20 - 40Perkakas 25 - 45Mesin dan perlengkapan 30 - 50

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan standar yang diperbolehkan dengan mempertimbangkan fungsi dari tempat kerja yang di ukur. Ruangan kerja para karyawan Balai Hiperkes Yogyakarta merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan pekerjaan kantor secara rutin. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan termasuk dalam pekerjaan membedakan barang kecil sepintas lalu dengan standar intensitas penerangan lokal sebesar 100 lux dan intensitas penerangan general atau umum sebesar 20 lux.Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 dan Persyaratan yang dianjurkan menurut Sumakmur PK. Adalah: intensitas penerangan lokal di ruangan 192 lux, dan intensitas penerangan general (umum) 160 lux, reflectant dinding sebesar 40-60%, dan reflectan lantai 20-40%.

52

Pengantar K3 Zaenal Abidin

5.5. Kebisingan Di Tempat Kerja & Lingkungan

Salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai ditempat kerja adalah kebisingan. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul, baik pada industri besar seperti pabrik-pabrik maupun industri rumah tangga.

Meski demikian, kesadaran akan bahaya kebisingan masih kurang dipahami baik oleh kalangan masyarakat umum maupun para pekerja khususnya. Tidak jarang ditemukan bahwa keluhan akibat terjadinya gangguan pendengaran hanya dikaitkan dengan semakin bertambahnya usia atau karena sebab lain dan bukan karena pekerjaan di lingkungan bising.Hampir semua aspek kehidupan modern menimbulkan bising: proses industri, konstruksi, kerja kantor, aktivitas rumah, dan hobi. Produksi industri dan konstruksi di banyak negara meningkat secara cepat dan hal ini menyebabkan peningkatan bising industri. Paparan terhadap tingkat bising yang ekstrem menyebabkan kerusakan pendengaran. Akhirnya timbul tuli hebat serta eksklusi dan isolasi dari lingkungan sosial.

Definisi Bunyi

Bunyi merupakan rangsangan yang diterima telinga karena getaran media elastis. Bruel dan Kjaer mendefinisikan bunyi sebagai perubahan tekanan (dalam udara, air, atau media lain), yang bisa ditangkap oleh telinga manusia. Sesuatu dikatakan bunyi apabila terjadi perubahan dalam atmosfer dengan kecepatan minimal 20 kali per detik. Sedangkan Ganong mendefinisikan bunyi sebagai sensasi yang dihasilkan apabila getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan peregangan dari molekul yang silih berganti mengenai membran timpani. Pendapat lain mengatakan bahwa bunyi terjadi karena kompresi dan dekompresi secara bergantian dari partikel-partikel udara. Hal ini menyebabkan tekanan turun dan naik dalam bentuk gelombang. Dua karakteristik bunyi adalah frekuensi (pitch) dan intensitas (loudness).

Frekuensi Bunyi

Frekuensi adalah jumlah perubahan tekanan per detik, sedangkan frekuensi bunyi diartikan sebagai jumlah gelombang

53

Pengantar K3 Zaenal Abidin

bunyi lengkap yang diteima oleh telinga per detiknya. Bunyi diukur dalam cycle per second (cps atau c/c) atau dalam Hertz (Hz). Salah satu ukuran yang sangat erat hubungannya dengan frekuensi bunyi adalah panjang gelombang, yang dapat diartikan sebagai jarak antara dua gelombang yang dekat untuk perpindahan dan kecepatan partikel yang sama di satu medan bunyi datar. Dengan diketahui kecepatan dan frekuensi bunyinya, maka dapat dihitung panjang gelombangnya.

Frekuensi bunyi yang dapat diterima telinga manusia adalah antara 16 Hz hingga 20.000 Hz. Bruel dan Kjaer menamakan bunyi dengan frekuensi kurang dari 16 Hz sebagai bunyi infrasonik, sedangkan bunyi dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz disebut bunyi ultrasonik.

Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi merupakan jumlah energi bunyi yang mencapai gendang pendengar, diukur dalam decibel (dB). Nol decibel merupakan bunyi terlemah yang dapat didengar orang, sedangkan bunyi terkeras dapat mencapai jutaan kali besaran tersebut. Ini karena intensitas bunyi tidak meningkat secara bertahap.

Telinga dapat merespon intensitas 0-140 dB. Ketidaknyamanan akan terasa di 120 dB. Pada 140 dB telinga akan terasa nyeri, dengan kemungkinan robek dan kerusakan permanen gendang pendengaran. Beberapa pengukuran intensitas bising menggunakan ukuran dB(A) yang memasukkan sensitivitas frekuensi telinga. Ada 3 jenis alat pengukur tingkat intensitas suara, yaitu:

1. Sound Level Meter (pocket)2. Sound Level Meter + Oktave Band Analyser3. Noise Dose Meter

Definisi Kebisingan

Bunyi juga dapat diinterpretasi sebagai musik, ceritera, lelucon, peringatan atau sinyal-sinyal lain. Bunyi seringkali dapat memberi kenikmatan, tetapi dapat pula mengganggu. Toleransi orang terhadap tingkat bunyi bervariasi. Bunyi yang melampaui tingkat toleransi disebut bising (noise), tetapi hal ini tergantung pada karakteristik orang dan karakteristik suara. Maka bising

54

Pengantar K3 Zaenal Abidin

dapat diartikan sebagai setiap suara yang mengganggu atau yang tidak diinginkan.Pengertian lain mengenai kebisingan telah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:

1. Menurut Dennis, bising adalah suara yang timbul dari getaran-geteran yang tidak teratur.

2. Menurut Hirrs dan Ward, bising adalah suara yang kompleks yang hanya mempunyai sedikit ataupun tidak mempunyai periodik, bentuk gelombangnya tak dapat diikuti atau diproduksi lagi dalam waktu tertentu.

3. Menurut Spooner, bising adalah suara yang tidak mempunyai kualitas musik.

4. Menurut Burn, Little and Wall, bising adalah suara yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.

Taraf kebisingan juga telah diatur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No: KEP-51/MEN/1999. Dalam peraturan ini, kebisingan diartikan sebagai semua suara yang tidak dikehendaki, yang bersumber dari alat produksi atau alat kerja, yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jadi pada prinsipnya, bising atau kebisingan adalah suara yang mengganggu atau suara yang tidak dikehendaki oleh pendengarnya. Bising atau tidaknya suara tidak hanya ditentukan oleh keras-lemahnya suara itu, tetapi juga selera atau persepsi seseorang terhadap bunyi tersebut.

Penyebab BisingBerdasarkan sumbernya, kebisingan disebabkan dari beberapa faktor berikut:

a. Bising yang ditimbulkan oleh industrib. Bising dari hasil kemajuan transportasi: jalan lalu lintas,

lalu lintas udarac. Bising akibat elektrifikasi pada pemukimand. Mekanisme lain yang menimbulkan bising:

penambangan, penggalian, dan lain-laine. Sumber bising lainnya (miscellaneous source):

lapangan olah raga, konser musik, daerah wisata, mesin pemotong rumput, dan lain-lain

Berdasarkan jenis kebisingannya, keadaan bising dapat disebabkan beberapa faktor berikut:

55

Pengantar K3 Zaenal Abidin

a. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya kebisingan akibat proses mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.

b. Kebisingan kontinu dengan spektrum sempit (steady state, narrow band noise), misalnya kebisingan dari gergaji serkuler, katup gas.

c. Kebisingan terputus-putus (intermitent), misalnya kebisingan dari aktivitas lalu lintas, suara kapal terbang.

d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya kebisingan akibat adanya pukulan, tembakan/meriam, ledakan.

e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya kebisingan akibat proses menempa.

Karena kebisingan bersifat sangat subyektif, artinya suara yang dikehendaki seseorang mungkin tidak disenangi orang lain, maka keadaan merasa bisingnya seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

pengalaman masa lalu, termasuk juga kebiasaan-kebiasaannya

derajat kesehatan kesenangan pekerjaan aktivitas, tidur, rekreasi umur, dan sebagainya

Dampak Kebisingan Secara umum, berikut adalah beberapa akibat adanya kebisingan, yaitu:

orang merasa jengkel dapat mempengaruhi komunikasi verbal dapat mengurangi efisiensi kerja dapat mengganggu tidur dapat merusak pendengaran

Lebih spesifik, kebisingan memberikan dampak berikut:a. Gangguan karena bising (nuisance effect), yaitu seperti:

Gangguan konsentrasi Sifat lekas marah Tidak dapat tidur Timbul kelelahan Produktivitas yang menurun

56

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Job morale yang buruk Tingkat kesakitan dan ketidakhadiran yang tinggi

b. Gangguan dalam komunikasi (interference with communication), yaitu seperti: Timbul kesalahan dalam menginterpretasikan

instruksi (missinterpretation of insctruction) Timbul kecenderungan celaka (tends accidents)

c. Kurangnya kemampuan mendengar (impaired hearing)d. Dampak lain karena kbisingan (extrauditory effect),

yaitu seperti: nausea (mual) malaisea (rasa lemas atau rasa tidak enak pada

tubuh) headache (sakit kepala) hypertension (tekanan darah tinggi)

Nilai Ambang BatasMenurut Kepmennaker No: KEP-51/MEN/1999, Thereshold Limited Value (Nilai Ambang Batas, NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja, agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Jadi, fungsi NAB antara lain:1. Sebagai kadar untuk perbandingan2. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan

perencanaan teknologi pengendalian bahaya lingkungan kerja.

3. Untuk menentukan substitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih beracun dengan bahan yang kurang beracun.

4. Untuk membantu menentukan diagnose gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan hambatan efisiensi kerja akibat faktor fisik dan kimia dengan bantuan pemeriksaan biologis.

Baku Tingkat KebisinganSesuai dengan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No: KEP-48/MENLH/II/1996, Baku Tingkat Kebisingan adalah standar faktor yang dapat diterima di suatu lingkungan atau kawasan kegiatan manusia.

57

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Tabel 5.9. Nilai Ambang Batas Kebisingan Kepmennaker No: KEP-51/MEN/1999

NoWaktu

PemajananIntensitas Kebisingan

(dBA)1 8 jam 852 4 jam 883 2 jam 914 1 jam 945 30 menit 976 15 menit 1007 7,5 menit 1038 3,75 menit 1069 1,88 menit 10910 0,94 menit 11211 28,12 detik 11512 14,06 detik 11813 7,03detik 12114 3,52 detik 12415 1,76 detik 12716 0,88 detik 13017 0,44 detik 13318 0,22 detik 13619 0,11 detik 139

Tabel 5.10. Baku Tingkat Kebisingan KEP-48/MENLH/II/1996

Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan

Intensitas Kebisingan (dBA)

Peruntukan1. Perumahan dan

Pemukiman2. Perdagangan dan Jasa3. Perkantoran dan

Perdagangan4. Ruang Terbuka Hijau5. Industri6. Pemerintahan dan Fasilitas

Umum7. Rekreasi

557065

507060

70

58

Pengantar K3 Zaenal Abidin

8. Khusus:a. Bandar Udara*b. Stasiun Kereta Api*c. Palabuhan Lautd. Cagar Budaya

Lingkungan Hidup1. Rumah sakit atau

Sejenisnya2. Sekolah atau Sejenisnya3. Tempat Ibadah atau

sejenisnya.

* disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

70

60

555555

Pengendalian KebisinganPengendalian Secara Teknis

Mengubah cara kerja, dari yang awalnya menimbulkan bising menjadi berkurang lebih berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.

Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara.

Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. Mesin dirancang sedemikian rupa sehingga suara bising tidak seluruhnya mengenai pekerja. Salah satunya dengan cara memasang kaca, sehingga pekerja dapat tetap bekerja.

Mengganti (substitusi) mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising.

Menggunakan pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet.

Memodifikasi mesin atau proses kerja pada mesin tersebut.

Merawat mesin dan alat kerja secara teratur dan periodik, sehingga dapat mengurangi suara bising.

Pengendalian Secara Administratif Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu

(misalnya, bagian diesel). Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang yang tingkat kebisingannya tinggi, dalam waktu yang telah

59

Pengantar K3 Zaenal Abidin

ditentukan, serta dengan menggunakan earmuff sebagai alat pelindung diri.

Pengaturan jam kerja, dengan melakukan penyesuaian dengan NAB.

Pengendalian Secara Medisdilakukan pemeriksaan audiometri pada saat awal masuk kerja, secara periodik, secara khusus, dan juga pada akhir masa kerja.

Penggunaan Alat Pelindung diriMetode pengendalian ini merupakan alternatif terakhir bila pengendalian yang lain telah dilakukan, namun belum dapat memberikan pengurangan yang signifikan. Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telinga (ear plug) atau tutup telinga (ear muff) disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi, dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan.

Metode PengukuranPeralatandigunakan alat M-39 Logging Noise Analyzer. Alat ini dapat berfungsi sebagai Sound Level Meter dan Noise Dose Meter. Pada pengukuran kali ini, alat ini digunakan sebagai Noise Dose Meter. Sebelum digunakan, alat dikalibrasi dahulu pada intensitas 94 dan 114 dB.Cara mengoperasikan alat tersebut adalah sebagai berikut:1. Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan alat.2. Bersihkan memori dengan menekan kunci PAUSE/RESET

hingga pada layar terlihat tulisan 5-P ke 0-P dan ---.3. Cek baterai. Jika di layar terlihat tulisan LOWBAT, berarti

baterai harus diganti.4. Kalibrasi alat, yaitu dengan langkah berikut:

a. Hidupkan kalibrator dan cek indikator baterai. Ganti baterai jika diperlukan.

b. Bila kalibrator mempunyai banyak frekuensi, stel pada 1000 Hz dan 114 dB. Dengarkanlah apakah kalibrator mengeluarkan bunyi.

c. Lepas penghalang angin dari mikrofon. Sisipkanlah mikrofon ke dalam adaptor mikrofon dan letakkan adaptor pada kalibrator.

d. Yakinkan mikrofon telah disisipkan pada adaptor dan adaptor mengeluarkan sinar kemerahan pada lingkaran yang lebih dalam dari kalibrator.

60

Pengantar K3 Zaenal Abidin

e. Hidupkan kalibrator.f. Tekan CODE CLOCK sampai tulisan CAL terlihat di

layar. Tekan SOUND LEVEL. Apabila tingkat suara berada antara 94 dan 114 dB, tekan PAUSE/RESET sampai CAL terlihat pada layar.

g. Apabila terbaca angka diluar kisaran tersebut sedikit, masukkan obeng kecil pada lubang di atas CAL dan perlahan-lahan putar sekrup CAL sampai angka menjadi 114 dB. Tekan PAUSE/RESET sampai CAL terlihat di layar.

5. Hubungkan penopang mikrofon dengan bagian belakang alat dan mikrofon dijepitkan ke penopang tersebut. Jepitan mikrofon dapat dilepas dan mikrofon disekrupkan ke penopang sebelum penopang dipasang pada kotak alat.

6. Pasang alat pada tripod.7. Tekan RUN dan pasang penutup pelindung keamanan.8. Setelah data dikumpulkan, lepaskan penutup, tekan

PAUSE/RESET, kemudian catat data.

Kapan saja, bahkan saat mengumpulkan data, peristiwa yang sedang berlangsung atau peristiwa sebelumnya dapat diperlihatkan. Tekan kunci EVENT sampai tampak peristiwa yang diinginkan untuk diperagakan. Tekan sembarang kunci lainnya untuk peristiwa tersebut.

Bila CODE/CLOCK ditekan, akan diperlihatkan waktu yang sedang berlangsung untuk peristiwa yang sedang berlangsung dan waktu mulai dari peristiwa sebelumnya. Untuk menetapkan kapan sampel yang mewakili telah diambil, tekan Leq untuk peristiwa yang berlangsung. Apabila nilainya tidak berubah lebih dari beberapa persepuluhan decibel dalam beberapa menit, maka data dapat dianggap valid.

Prosedur PengukuranKebisingan di Tempat KerjaUntuk pengukuran kebisingan di tempat kerja, pengukuran dilakukan dengan memperkirakan posisi telinga pekerja. Noise Dose Meter diarahkan ke mesin yang menimbulkan kebisingan dan diletakkan pada posisi yang mewakili tempat para pekerja bekerja. Noise Dose Meter dioperasikan selama ± 10 menit, kemudian dicatat hasilnya.

61

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Kebisingan di Lingkungan PemukimanUntuk pengukuran kebisingan di lingkungan pemukiman penduduk, Noise Dose Meter diarahkan ke jalan dan pemukiman penduduk. Pengukuran sebaiknya dilakukan selama 24 jam, sehingga benar-benar mencerminkan keadaan lingkungan pemukiman yang sebenarnya. Kebisingan selama 24 jam (LSM) diperoleh dengan cara melakukan pengukuran di siang hari (LS) selama 16 jam pada pukul 06.00-22.00, dan di malam hari (LM) selama 8 jam pada pukul 22.00-06.00. Pada setiap interval waktu di siang dan malam hari, pengukuran dilakukan selama ± 10 menit. Interval waktu pengukuran tersebut terdiri atas:

L1 mewakili jam 06.00 – 09.00 L2 mewakili jam 09.00 – 14.00 L3 mewakili jam 14.00 – 17.00 L4 mewakili jam 17.00 – 22.00 L5 mewakili jam 22.00 – 24.00 L6 mewakili jam 24.00 – 03.00 L7 mewakili jam 03.00 – 06.00

Intensitas kebisingan selama 24 jam (LSM) diperoleh dari rumus-rumus berikut:

dengan:Tn = lamanya pengambilan data pada interval ke-n

[n = 1, 2, ..., 7] (jam)Ln = intensitas kebisingan pada interval waktu ke-n

[n = 1, 2, ..., 7] (db(A))Ls = intensitas kebisingan di siang hari (db(A))LM = intensitas kebisingan di malam hari (db(A))LSM = intensitas kebisingan selama 24 jam (db(A))

Kebisingan di Tempat KerjaDari pengukuran selama ± 10 menit di lokasi tempat kerja, diperoleh intensitas kebisingan sebesar 82,1 dB(A). Jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas pada

62

Pengantar K3 Zaenal Abidin

KEP-51/MEN/1999, maka intensitas kebisingan di lingkungan kerja ini masih lebih kecil dari NAB kebisingan untuk 8 jam pemajanan.

Kebisingan di Lingkungan PemukimanKarena keterbatasan waktu, maka pengukuran pada praktikum kali ini hanya dapat diperoleh nilai L3. Untuk dapat diketahui tingkat kebisingan di pemukiman tersebut dengan tepat, maka dilakukan asumsi nilai intensitas kebisingan untuk interval waktu lainnya. Berikut adalah rekap intensitas kebisingan dari setiap interval waktu:

L1 = 69,0 dB(A) L2 = 71,7 dB(A) L3 = 73,0 dB(A) L4 = 69,5 dB(A) L5 = 67,1 dB(A) L6 = 32,0 dB(A) L7 = 38,2 dB(A)

Dengan T1 = T2 = T3 = T4 = 10 menit, maka berikut adalah perhitungan untuk memperoleh intensitas kebisingan pada siang hari (LS):

Dengan T5 = T6 = T7 = 10 menit, maka berikut adalah perhitungan untuk memperoleh intensitas kebisingan pada malam hari (LM):

63

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Maka, berikut adalah perhitungan untuk memperoleh intensitas kebisingan di pemukiman tersebut selama 24 jam (LSM):

Bila akan digunakan untuk membandingkan Baku Tingkat Kebisingan maka hasil intensitas kebisingan selama 24 jam yang diperoleh ditambah dengan 3 dB(A). Kawasan yang diukur tingkat kebisingannya termasuk dalam kategori kawasan Pemukiman dan Perumahan pada KEP-48/MENLH/1996. Jika intensitas kebisingan yang terukur, yaitu sebesar 58,955 dB(A), dibandingkan dengan Baku Tingkat Kebisingan tersebut, yaitu sebesar 55 dB(A), maka tingkat kebisingan di kawasan sekitar Balai Hiperkes masih dalam batas aman, karena masih berada di bawah Baku Tingkat Kebisingan.

5.6. Pengukuran Penurunan Fungsi Pendengaran (Audiometri)

Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada teliga oleh getaran-getaran melalui media elastis. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau Herz (Hz), yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai di telinga setiap detiknya. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam decibel (dB), yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga normal.

Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut sebagai infrasonic, sedangkan diatas 20.000 Hz merupakan gelombang ultrasonic tidak dapat didengar oleh manusia. Frekuensi diantara 20-20.000

64

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Hz dapat didengar oleh telinga manusia. Untuk komunikasi (percakapan) secara normal diperlukan antara 250-3000 Hz (Budiono, 2003: 295).

Apabila telinga memperoleh rangsangan suara, maka menurut Ballantyne dan Groves (1972) sesuai dengan besarnya rangsangan akan terjadi proses:

1. Adaptasi yang berlangsung 0-3 menit yakni berupa kenaikan ambang dengar sesaat. Jika rangsangan berhenti, ambang dengar akan kembali seperti semula.

2. Pengeseran ambang dengar sementara (temporary threshold shiff) sebagai kelanjutan proses adaptasi akibat rangsangan suara yang lebih kuat dan dapat dibedakan dalam dua tahap yaitu kelelahan (fatigue) dan tuli sementara terhadap rangsangan (temporary stimulation deafness). Kelelahan tersebut akan pulih secar lambat dan akan semakin bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan semakin tinggi. Sedangkan tuli sementara akibat rangsangan suara terjadi akibat pengaru mekanisme vibrasi pada kokhlea yang mengalami rangsangan suara dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama.

3. Pergeseran ambang dengar dengan persisten (persistent threshold shiff) yang masih ada setelah 40 jam rangsangan suara berhenti.

4. Pergeseran ambang dengar yang menetap (permanent threhold shift) meskipun rangsangan suara sudah tidak ada. Pada keadaan ini sudah terjadi kelainan patologis yang permanent pada kokhlea, umumnya pada kasus trauma akustik dan akibat kebisingan di tempat kerja.

Rangsang suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki (bising) yang dijumpai di perusahaan akan mempengaruhi fungsi pendengaran. Berbagai factor seperti intensitas, frekuensi, jenis atau irama bising, lama pemajanan serta lama waktu istirahat antara dua pemajanan sangat menentukan dalam proses terjadinya ketulian atau kurang pendengaran akibat bising. Demikian juga factor kepekaan tiap pekerja, seperti umur, pemajanan bising sebelumnya, kondisi kesehatan, penyakit telinga yang pernah diderita perlu dipertimbangkan dalam menentukan gangguan pendengaran akibat bising.

Menurut Guignard (1973) yang dikutip oleh Budiono (2003) secara umum pengaruh kebisingan pada organ pendengaran

65

Pengantar K3 Zaenal Abidin

dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu:1) Trauma akustik 2) Temporar Threshold Shiff (TTS) 3) Permanent Threshold Shiff (PTS).

Gangguan akibat kebisingan dapat dikelompokkan secara bertingkat seperti penjelasan berikut ini:

1. Gangguan Fisiologis

Gangguan fisilogia adalah gangguan fungsi pendengaran secara fisiologis. Mengganggu percakapan sehingga didengar secara tidak jelas, memerlukan tenagaekstra sehingga menambah kebisingan. Kebisingan ini dapat mengganggu cardiac out-put dan tekanan darah.

2. Gangguan PsikologisGangguan fisikologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit berkonsentrasi, berpikir dan sebagainya.

3. Gangguan Patologis OrganGangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen.

Untuk menilai pengaruh kebisingan terhadap pendengaran dapat dilakukan pengukuran pendengaran dengan menggunakan audiometer. Alat elektrik ini dapat membangkitkan bunyi pada berbagai frekuensi dan dihubungkan dengan ear phone. Prinsipnya adalah pemberian rangsangan berupa bunyi kepada pasien melalui hantaran-hantaran tulang dan hantaran udara. Untuk setiap frekuensi ditentukan intensitas terendah yang dapat didengar, hasilnya dicatat dalam suatu grafik yang disebut audiogram. Menurut Harris (1979) yang dikutip Budiono (2003) terdapat beberapa jenis audiogram yang dibutuhkan dalam penerapan program pemeliharaan pendengaran yaitu:

1. Preplacement or preemployment audiogram, bagi calon pekerja sebagai bahan pertimbangan bagi mereka yang akan memperoleh penempatan baru

2. Baseline (reference) audiogram, yaitu audiogram yang pertama kali dibuat selama seseorang bekerja. Menurut

66

Pengantar K3 Zaenal Abidin

OSHA, pemeriksaan audimetrinya harus telah dikerjakan dalam waktu 90 hari setelah pekerja terpajan bising di tempat kerja.

3. Monitoring audiogram, untuk mengetahui pengaruh kebisingan pada pendengaran dan perlu diperbandingkan dengan hasil baseline audiogram sebelumnya.

4. Exit (termination) audiogram, dibuat menjelang pekerja berhenti bekerja.

Tujuan pemeriksaan audiometrik adalah:1. Pre employment, yaitu sebagai dasar tenaga kerja yang

diterima diketahui ambang pendengarannya sehingga dapat dipakai sebagai pembanding terhadap hasil pemeriksaan berkala, hal ini untuk menentukan penurunan daya dengar atau ketulian akibat kerja, pengukuran pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000, 3000, 4000 dan 6000 Hz.

2. Berkala, dilaksanakan setiap setahun atau 6 bulan tergantung pada intensitas kebisingan yang dihadapi dan bertujuan untuk mendeteksi secara dini apakah ada pengaruh pekerjaan terhadap fungsi pendengaran tenaga kerja

3. Khusus dilaksanakan karena adanya keluhan dari tenaga kerja sehingga dapat diketahui adanya kelainan pendengaran yang diderita oleh tenaga kerja

4. Akhir masa kerja, untuk menentukan tingkat kesehatan pendengaran tenaga kerja dalam rangka menentukan kompensasi.

Diagnosis dari audigram:1. Bila ambang dengar hantaran tulang dan ambang dengar hantaran udara keduanya tidak normal dan saling berhimpit membuat takik pada frekuensi 4000 Hz, maka gambaran khas ketulian akibat kebisingan.2. Bila ambang dengar hantaran tulang normal atau lebih baik dari hantaran udara dengan perbedaan (gab) sebesar 10 dB atau lebih, maka tuli bersifat konduktif.3. Bila ambang dengar hantaran tulang dan ambang dengar hantaran udara keduanya lebih besar dari ambang dengar normal dan saling berhimpitan, maka ini adalah gambaran khas ketulian sensorineural.4. Bila ambang dengar hantaran tulang dan ambang dengar hantaran udara keduanya lebih besar dari ambang dengar normal, hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan

67

Pengantar K3 Zaenal Abidin

membuat jarak (gab) 10 dB atau lebih maka ini adalah gambaran khas tuli campur.

Kriteria ketulian berdasarkan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Nasional Tahun 2003, kriteria ketulian sebagai berikut:

Tabel 5.11. Kriteria ketulianStatus pendengaran Nilai ambang batas (dB)

Normal < 25tuli ringan 26 - 40tuli sedang 40 - 55tuli berat 55 - 70

tuli sangat berat 70 - 90tuli total ≥ 90

Metode PengukuranPeralatan: Audiometer, Lembar data pemeriksaan (audio chart), Ruangan dengan background noise < 40 dB atau menggunakan booth khusus untuk pemeriksaan audiometri, Sound level meter untuk mengukur background noise, Pena merah dan hitam

Prosedur1. Sebelum diperiksa, probandus harus terbebas dari paparan

bising selama 16 jam untuk menghindari adanya Temporary Tthreshold Shiff (TTS).

2. Berikan instruksi jelas dan tepat pada probandus jika mendengar bunyi dari earphone agar segera memberi jawaban dengan menekan tombol atau angkat tangan.

3. Pasanglah earphone dengan posisi merah pada telinga kanan dan biru pada telinga kiri.

4. Mulailah dengan pemeriksaan telinga kanan pada frekuensi 1000 Hz dengan intensitas 50 dB dan selanjutnya telinga kiri. Frekuensi 1000 Hz didahulukan karena paling mudah untuk menentukan nilai ambangnya.

5. Perhatikan orang yang diperiksa (probandus), bila ia mendengar ia akan menekan tombol atau mengangkat tangannya.

6. Turunkan secara bertahap intensitas suara sebasar 10 dB sampai tidak mendengar lagi.

7. Naikkan intensitas suara dengan setiap kenaikan 5 dB sampai orang yang diperiksa mendengar lagi.

8. Catat dalam audio chart untuk telinga kanan dengan warna merah bentuk “¡” dan telinga kiri warna hitam dengan

68

Pengantar K3 Zaenal Abidin

bentuk “´” untuk nilai intensitas tertinggi yang dapat didengar oleh probandus, dimana nilai tersebut sudah muncul sebanyak dua kali.

9. Untuk berikutnya mulailah pada tingkat 35 dB dgn frekuensi 2000 Hz, dan 3000 Hz dan terakhir 500 Hz.

Contoh Hasil PengukuranData probandus:Nama : Umur : 25 tahun

Beberapa gambar di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran audiometri probandus tersebut.

Frekuensi 1000 Hz dengan tingkat intensitas 50 dB Telinga Kanan

69

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Frekuensi 1000 Hz dengan tingkat intensitas 50 dB Telinga Kiri

Frekuensi 2000 Hz dengan tingkat intensitas 35 dB Telinga Kanan

70

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Frekuensi 2000 Hz dengan tingkat intensitas 35 dB Telinga Kiri

Frekuensi 3000 Hz dengan tingkat intensitas 35 dB Telinga Kanan

Frekuensi 3000 Hz dengan tingkat intensitas 35 dB Telinga Kiri

71

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Frekuensi 500 Hz dengan tingkat intensitas 35 dB Telinga Kanan

Frekuensi 500 Hz dengan tingkat intensitas 35 dB Telinga Kiri

Rekapitulasi hasil pengukuran audiometri

Frekuensi Telinga Kanan (dB) Telinga Kiri (dB)

500 Hz 10 -5

1000 Hz 5 0

2000 Hz 5 5

3000 Hz 5 -5

72

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Perhitungana. Tingkat Pendengaran:

Kanan = =6,67 dB

Kiri = = 0 dB

b. Tingkat Penurunan Pendengaran:Kanan = 6,67 – 25 = 0 dBKiri = 0 – 25 = 0 dB

c. Prosentasi Ketulian:

Tingkat Ketulian ´ 1,5% à Monoural0 ´ 1,5% = 0%

KesimpulanBerdasarkan hasil pengukuran pendengaran yang dilakukan terhadap propendus ternyata: tingkat pendengaran telinga termasuk kategori normal dengan hasil rata-rata pengukuran < 25 dB.

5.7. Pemeriksaan Kadar Debu Pm 10

Udara adalah salah satunya penyumbang untuk terjadinya sebagai penyebaran penyakit apabila lingkungan tidak mampu menetralisir kandungan pencemar yang ada pada lingkungan tersebut, maka dengan demikian perlu dilaksakan suatu pengukuran agar diketahui bahwa pada lingkungan tersebut dapat dikendalikan atau bagaiman untuk mengurangi penyebarannya yang pada kahirnya mempunayi dampak terhadap masyarakat luas. Udara sebagai sumber daya alam yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. Untuk itu udara perlu dipelihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui pengendalian pencemaran udara. Namun dengan meningkatnya aktivitas manusia akan menimbulkan dampak terhadap komponen

73

Pengantar K3 Zaenal Abidin

lingkungan udara, khususnya kualitas udara. Pencemaran udara yang ditimbulkan dapat berupa gas nitrogen oksida (Nox), sulfur oksida (Sox), carbon monoksida (CO), debu dan lain-lainnya. Debu merupakan salah satu komponen pencemaran udara yang banyak dihasilkan dari aktivitas manusia yang berasal dari proses produksi maupun dari aktivitas lainnya. Keberadaan debu tersebut didalam lingkungan sangat berbahaya, dimana apabila kadar debu melebihi nilai baku mutu udara yang dipersyaratkan akan menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Debu adalah partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pengepakan, peledakan dan lain-lain dari bahan organik maupun anorganik. Debu merupakan partikel yang sangat kecil, sebagai benda yang terdispersi berbentuk padat yang berukuran dengan diameter antara 2.10–4 mikron sampai dengan sekitar 500 mikron, melayang diudara dan mudah terbawa oleh aliran udara. Dalam kisaran dimensi tersebut umur partikel berbentuk suspensi diudara antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur partikel tersebut dipengaruhi oleh velositas yang ditentukan oleh dimensi dan densitas partikel serta aliran (turbulensi) udara. Alat pernafasan merupakan tempat yang paling mudah terganggu fungsinya. Pada saat bernafas, bila ada debu yang masuk dengan:

ukuran > 10 mm akan tertahan pada saluran pernafasan atas (bulu hidung, extrathoracic)

ukuran 5 – 10 mm tertahan pada saluran pernafasan bagian tengah (trachea)

ukuran 3 – 5 mm tertahan pada saluran pernafasan bagian bawah dan dapat mengendap pada bronchiolus sampai ke duktus alveolaris

ukuran < 2,5 – 0,1 mm dapat sampai ke permukaan alveoli

ukuran < 0,1 mm tidak melekat di alveoli karena ada gerakan brown

Kelainan fungsi paru dapat disebabkan oleh pajanan debu yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama, golongan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh penimbunan debu dalam paru-paru. Gejala umum terjadi adalah batuk kering, sesak nafas, lelah, penurunan berat badan dan banyak dahak.

74

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Partikel debu akan berpengaruh pada manusia jika polutan partikel masuk kedalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah dimensi partikel yang akan menentukan seberapa jauh penetrasi partikel kedalam sistem pernafasan. Sistem pernafasan memiliki beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel tersebut kedalam paru-paru, baik polutan tersebut berbentuk padat maupun cair. Bulu hidung mencegah masuknya partikel berdimensi besar, sedangkan partikel dengan dimensi lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan dimana partikel akan melekat.

Dalam penanggulangan pencemaran debu, perlu diketahui pokok-pokok penanggulangan pencemaran udara secara fundamental. Keseluruhan permasalahan ini harus dikaitkan dalam suatu sistem pencemaran udara yang terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:1. Sumber-sumber emisi yang merupakan suatu sub sistem

tersendiri pada penanggulangan nantinya.2. Dunia udara kita (atmosfer), sebagai suatu sub system dari

sitem ekologi (ekosistem) keseluruhannya. 3. Reseptor, sebagai pihak yang nantinya akan menderita

akibat peristiwa pencemaran. Reseptor ini adalah unsure biotic maupun abiotik (lingkungan fisik) dalam system ekologi.

Pada prinsipnya penanggulangan pencemaran udara dapat ditempuh melalui 4 (empat) pokok penanggulangan yang masing-masing sebagai suatu pendekatan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, meliputi:

a. Pendekatan teknologis, yaitu suatu pendekatan yang secara teknologis ditujukan kepada factor sumber emisi beserta segala sesuatunya yang terjalin secara bersama-sama sebagai suatu sub sistem. Khususnsya terhadap permasalahan-permasalahan yang diakibatkan oleh industri maupun kegiatan lainnya.

b. Pendekatan planologis, yaitu suatu pendekatan yang ditujukan bagi penataan lingkungan fisik agar secara timbal balik dapat dihindarkan akibat-akibat merugikan yang diperkirakan akan menimpa reseptor. Jelasnya lingkungan hidup kita harus tertata sedemikian rupa

75

Pengantar K3 Zaenal Abidin

melalui perencanaan dan implementasi planologis untuk menciptakan suatu lingkungan hidup yang mampu menjamin rasa aman, keindahan, maupun persyaratan hidup higienis dan sosial yang lebih baik.

c. Pendekatan administratif, yaitu merupakan suatu pendekatan yang mengikat semua pihak agar mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku karena berlakunya suatu ketentuan hukum (law enforcement) terhadap masyarakat, serta dibinanya ketentuan administrative oleh aparat pemerintahan.

d. Pendekatan edukatif, yaitu merupakan suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara membina dan memberikan penerangan secara terus menerus kepada masyarakat baik dalam rangka motivasi maupun membangkitkan kesadaran ikut memelihara kelestarian lingkungan hidup.

Baku mutu udara untuk partikel debu (PM 10) ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient. Untuk partikel debu (PM 10) menurut peraturan tersebut ditetapkan sebesar 150 µg/m3 udara untuk pengukuran selama 24 jam.

Tujuan1. Untuk mengetahui langkah-langkah pengukuran dan

pemeriksaan kadar debu ambien (PM 10).2. Untuk mendapatkan data mengenai kadar debu ambien

(PM 10) di halaman belakang kantor Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui interpretasi data hasil pengukuran dan pemeriksaan kadar debu ambien (PM 10) dengan baku mutu yang dipersyaratkan.

4. Untuk pedoman dalam upaya pengendalian debu ambien (PM 10) agar tidak berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Peralatan dan bahanDalam pengukuran dan pemeriksaan kadar debu ambien (PM10) digunakan peralatan/instrumen yang terdiri dari: High Volume Air Sampler (HVAS) Model 2000 Ecotech, desikator, kertas

76

Pengantar K3 Zaenal Abidin

filter, barometer, alat hitung, hygrometer, timbangan analitik, thermometer, pinset, anemometer

Prosedur PengukuranCara kerja (prosedur) pengukuran dan pemeriksaan kadar debu ambien (PM 10) sebagai berikut:1. Menyiapkan peralatan High Volume Air Sampler

(HVAS).2. Timbang kertas filter uji dengan teliti sampai

menunjukkan nilai konstan untuk mengetahui berat awal (M initial dalam gram), dimana sebelumnya filter disimpan dalam desikator (conditioned room) selama 24 jam. Filter yang telah ditimbang dimasukkan kedalam amplop.

3. Masukkan filter uji (M initial) ke dalam filter holder dan kemudian ditutup.

4. Hidupkan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan menekan switch “Power ke on” dengan flowrate sesuai yang ditunjukkan pada alat, yaitu 70 m3/jam.

5. Lakukan pengukuran kadar debu di lingkungan selama dua puluh empat jam (Pada saat praktek waktu tercatat = 531,73 jam).

6. Lakukan pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan tekanan udara setiap jam, dan hasil pegukuran selama waktu pengukuran dilakukan kemudian di rata-ratakan.

7. Setelah waktu pengukuran selesai, tekan switch “power ke off” dan keluarkan filter uji dari holder secara hati-hati dan ambil dengan menggunakan pinset, kemudian masukkan ke dalam amplop untuk selanjutnya dimasukkan kembali kedalam desikator (conditioning room) selama 24 jam.

8. Kemudian timbang filter uji dan catat berat filter tersebut, hasilnya sebagai M finish.

9. Catat flowrate yang ditunjukkan didalam alat High Volume Air Sampler untuk mengetahui nilai flowrate akhir.

10. Hitung kadar debu yang dihasilkan di lingkungan (PM 10).

Contoh hasil pengukuranBerat Filter Berat filter awal (M initial) = 2,7823 gramBerat filter akhir (M finish) = 2,7849 gram

77

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Tekanan Udara Tekanan udara standar (Pstd) = 760 mm HgTekanan udara terukur (Pa) = 761 mm Hg

Suhu dan Kelembaban Udara Suhu standar (Tstd) = 25 0 C + 273 = 298 o KSuhu rata-rata terukur (Ta) = 28 0 C + 273 = 301 o KKelembaban udara rata-rata terukur = 60 %

Waktu Pengukuran (T)Waktu awal ditunjukkan pada alat terbaca (tawal) = 531,73 jamWaktu akhir ditunjukkan pada alat terbaca (takhir)= 532,96 jamWaktu pengukuran sebenarnya = takhir – tawal = 1,23 jam

Kecepatan Aliran Udara (Q) Kecepatan aliran udara (Qa) terukur = 70 meter

Kecepatan aliran udara standar (Qstd):

= 70´ 2,528 ´ 0,392 = 69,368

m/jam

Flowrate (FR)Flowrate awal = 70 M3/jamFlowrate akhir = 69,9 M3/jam

Flowrate rata-rata =69,95 M3/jam

Perhitungan Kadar Debu Ambien Kadar debu di lingkungan (PM 10) (f):

V std = Q std ´ t= 69,368 meter/jam ´ 1,23 jam= 85,323 meter

Jadi,

78

Pengantar K3 Zaenal Abidin

KeteranganHasil pengukuran kadar debu ambien sebesar 30,4 µg/m3 udara. Hasil pengkuran yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan baku mutu udara ambien nasional menurut Peraturan Pemerintah RI nomor: 41 Tahun 1999 untuk kadar partikel debu ambien masih di bawah baku mutu udara ambien nasional, dimana untuk partikel debu PM 10 yang dipersyaratkan, yaitu sebesar 150 µg/m3 udara untuk waktu pengukuran selama 24 jam.

5.8. Pemeriksaan Kadar Debu

PendahuluanDebu merupakan salah satu komponen pencemaran udara yang banyak dihasilkan dari aktivitas manusia yang berasal dari proses produksi maupun dari aktivitas lainnya. Debu adalah partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pengepakan, peledakan dan lain-lain dari bahan organik maupun anorganik. Debu merupakan partikel yang sangat kecil, sebagai benda yang terdispersi berbentuk padat dengan diameter antara 2.10–4

mikron sampai dengan sekitar 500 mikron, melayang di udara dan mudah terbawa oleh aliran udara. Dalam kisaran dimensi tersebut umur partikel berbentuk suspensi di udara antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur partikel tersebut dipengaruhi oleh velositas yang ditentukan oleh dimensi dan densitas partikel serta aliran (turbulensi) udara.

Keberadaan debu di lingkungan khususnya di tempat kerja sangat berbahaya sekali bagi tenaga kerja, dimana apabila kadar debu tersebut melebihi nilai ambang batas (NAB) dipersyaratkan akan menimbulkan gangguan kesehatan, yaitu pengaruh terhadap saluran pernafasan tenaga kerja.

Stocker dan Seager menyatakan partikel dengan diameter 0,1 mikron akan mengendap dengan velositas 8.10–5 cm/detik, sedangkan yang memiliki diameter 1000 mikron akan mengendap dengan velositas 390 cm/detik. ditinjau dari sudut ukurannya, memiliki ukuran mikroskopis, sekalipun mempunyai massa, tetapi karena ukurannya, hampir tidak memiliki kecepatan jatuh sehingga memungkinkan masa ini mempunyai stabilitas yang cukup sebagai suspensi di dalam media udara. Debu umumnya terjadi karena proses mekanis (pemecahan dan

79

Pengantar K3 Zaenal Abidin

reduksi) terhadap massa padat, dimana masih dipengaruhi oleh gravitasi.

Debu juga mempunyai sifat optis. Partikel yang memiliki diameter kurang dari 0,1 mikron sedemikian kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar sehingga partikel-partikel tersebut dapat mempengaruhi sinar dan mengakibatkan terjadinya refraksi (pembiasan) sinar. Partikel yang berukuran jauh lebih besar dari 1 mikron, jauh lebih besar dari panjang gelombang sinar tampak. Sifat optis ini penting dalam penentuan pengaruh partikel di atmosfer terhadap radiasi dan visibilitas energi matahari.

Berdasarkan sumber debu terbagi atas 2 (dua) macam, yaitu:1. Alamiah, yaitu debu yang dihasilkan akibat dari proses

alam, misalnya letusan vulkano, penyebaran debu serta tanah oleh angin mengakibatkan penyebaran partikel diatmosfer, badai angin, kebakaran hutan, dan lain-lain.

2. Mekanis, yaitu debu yang dihasilkan akibat dari aktifitas manusia, misalnya partikel-partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang (fly-ash) dari proses peleburan baja, dan asap dari proses pembakaran tak sempurna terutama batu arang. Sumber partikel yang utama adalah pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti proses-proses dalam industri, hasil penggergajian, pemecahan dan penghalusan batu, penyemprotan, pembakaran bahan bakar dan lain-lain.

Sedangkan berdasarkan sifat partikel debu secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Settling rate, sifat debu yang cenderung selalu mengendap akibat pengaruh gaya gravitasi.

b. Wetting, sifat debu yang mudah basah karena dilapisi oleh partikel cair yang sangat tipis.

c. Floculation, sifat debu yang permukaannya selalu basah sehingga mudah menempel dan menggumpal.

d. Electrical, sifat debu yang bermuatan listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang muatannya berlawanan.

e. Optical properties, sifat debu yang dapat memancarkan sinar jika dilihat pada tempat yang gelap.

Alat pernafasan merupakan tempat yang paling mudah terganggu fungsinya. Pada saat bernafas, bila ada debu yang

80

Pengantar K3 Zaenal Abidin

masuk dengan ukuran > 10 mm akan tertahan pada saluran pernafasan atas(bulu hidung, extrathoracic). Ukuran 5 – 10 mm tertahan pada saluran pernafasan bagian tengah (trachea), ukuran 3 – 5 mm tertahan pada saluran pernafasan bagian bawah dan dapat mengendap pada bronchiolus sampai ke duktus alveolaris. Ukuran < 2,5 – 0,1mm dapat sampai ke permukaan alveoli. Ukuran < 0,1 mm tidak melekat di alveoli karena ada gerakan brown.

Kelainan fungsi paru dapat disebabkan oleh pajanan debu yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama, Gejala umum terjadi adalah batuk kering, sesak nafas, lelah, penurunan berat badan dan banyak dahak.

Partikel debu akan berpengaruh pada manusia jika polutan partikel masuk kedalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah dimensi partikel yang akan menentukan seberapa jauh penetrasi partikel kedalam sistem pernafasan. Sistem pernafasan memiliki beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel tersebut kedalam paru-paru, baik polutan tersebut berbentuk padat maupun cair. Bulu hidung mencegah masuknya partikel berdimensi besar, sedangkan partikel dengan dimensi lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan dimana partikel akan melekat.

Dalam rangka pengendalian penyakit terhadap keberadaan debu di tempat kerja, usaha yang paling mendasar adalah mencegah terjadinya pencemaran dari sumbernya. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pengendalian sebagai berikut:

1. Pengendalian secara teknik Pengendalian secara teknik merupakan cara yang pertama

kali harus dilakukan sebelum dilakukan cara pengendalian lainnya. Pengendalian secara teknik dilakukan pada sumber, yaitu pada mesin atau alat yang menghasilkan debu. Upaya pengendalian dengan cara pemasangan ventilasi udara, dengan tujuan untuk mengalirkan udara segar dalam jumlah yang cukup ke dalam lingkungan kerja dan mengeluarkan udara kotor. Ventilasi yang umum digunakan adalah local exhaust ventilasi (LEV) dimana debu yang dihasilkan dari sumber langsung dihisap dan

81

Pengantar K3 Zaenal Abidin

dibuang keluar. Upaya pengendalian lainnya bisa dengan memasang penyekat (shielding) pada alat/mesin produksi, sehingga debu yang dihasilkan tidak menyebar ke tempat lain.

2. Pengendalian secara administratif Pengendalian secara administrative dapat dilakukan

dengan cara membuat/menetapkan peraturan-peraturan bagi tenaga kerja, misalnya pengaturan shift kerja, rotasi kerja, tenaga kerja boleh terpapar debu dilingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan rutin bagi tenaga kerja dan lain-lain. disamping itu adalah tata rumah tangga (house keeping) perusahaan yang baik ditujukan kepada pengaturan letak mesin-mesin dan perkakas kerja, penyimpanan dan peletakan bahan-bahan baku produk industri dan sebagainya.

3. Pengendalian dengan penggunaan alat pelindung diri Pengendalian dengan penggunaan alat pelindung diri

merupakan alternatif terakhir apabila cara pengendalian secara teknik dan secara administratif tidak bisa dilaksanakan oleh perusahaan. Dalam pemilihan alat pelindung diri untuk paparan debu, faktor-faktor yang penting diperhatikan adalah: harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja; tidak menimbulkan rasa ketidak nyamanan dan beratnya seringan mungkin; harus dapat digunakan secara fleksibel; tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakai; memenuhi ketentuan dan standar yang telah ada; tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya dan suku cadang harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakuakan dengan mudah.

Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Berdasarkan nilai ambang batas faktor kimia di udara lingkungan kerja menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No: SE-01/MEN/1997 untuk kadar debu dilingkungan kerja, adalah 10 mg/m3 udara

82

Pengantar K3 Zaenal Abidin

5.9. Phenol dalam Urine

Definisi Benzene

Di dalam tubuh, pelarut organik baik yang larut dalam lemak maupunyang larut dalam air akan mengalami biotransformasi atau bersirkulasi tanpa berubah bentuk. Kelarutannya menentukan distribusi di dalam tubuh. Benzene (C6H6) adalah suatu cairan yang tak berwarna, mudah menguap dengan bau yang khas. Cairan ini mendidih pada 80,1 oC dan sangat mudah terbakar. Uapnya sangat mudah terbakar.

Benzen dihasilkan dari distilasi batubara atau minyak mentah. Bahan ini digunakan sebagai salah satu bahan mentah dalamproduksi banyak senyawa aromatik seperti stiren, phenol, sikloheksana dan nitrobenzen, serta obat-obatan pestisida dan detergen. Benzene terdapat dalam petroleum (bensin), toluen dan xylene dalam bentuk tidak murni.

Benzene sering digunakan dalam industri sepatu, karet atau plastik, percetakan klise foto. Benzene diserap melalui paru-paru dan kulit dan mengalami transformasi menjadi Phenol atau terhidarasi menjadi cathecol atau terkondensasi bersama glutathione membentuk asam mercapturic.

Pekerjaan yang mempunyai risiko paparan benzene adalah pekerja petrokimia dalam benzene, pekerja di industri kimi dan laboratorium yang menggunakan benzene, pembuat lem sintetis, pemakai lem sintetis di perusahaan sepatu, kulit atau barang-barang dari karet dan furniture, pembuat zat warna, tukang cetak (khususnya cetak benam) dan penyemprot cat.

Patofisiologi Benzene

Absopsi

Benzene masuk ke dalam tubuh dalam bentuk uap melalui inhalasi, dan absorpsi terutama melalui paru-paru. Sekitar 40-60% jumlah yang diinhalasi. Absorpsi terbatas melalui kulit utuh dapat terjadi melalui kontak langsung.

83

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Biotransformasi

Metabolit akhir utama adalah phenol yang diekskresi lewat kemih dalam bentuk terkonjugasi dengan asam sulfat atau glukuronat. Sejumlah kecil dimetabolisme menjadi katekol, hidrokunon, karbondioksida dan asam mukonat. Langkah pertama oksidasi benzene adalah pembentukan epoksida benzene oleh oksidase fungsi-campuran dalam hati.

Eksresi

Bagian dari benzene yang diabsorsi dieksresi tanpa diubah 12-50% lewat udara ekspirasi dan kurang dari 1% lewat kemih. Jumlah rata-rata phenol yang dieliminasi adalah sekitar 30% dari dosis yang diabsorpsi.

Efek-Efek Klinis

Kadar uap benzene yang tinggi menyebabkan efek narkotik dan iritasi ringan pada mata dan membrana mukosa saluran pernafasan. Pparan jangka panjang terhadap kadar lebih rendah dapat berakibat supresi sumsum tulang dan dapat juga dihubungkan dengan peningkatan insidens leukimia. Benzene cair memiliki efek defatting (menghilangkan lapisan lemak) pada kulit, oleh karena itu kontak dengan benzene cair dapat menyebabkan dermatitis.

Keracunan Akut

Efek narkotik utama antara lain; rasa pusing, nyeri kepala, kekacauan, perasaan mabuk, mual, jalan sempoyongan, koma dan kematian akibat henti nafas.Efek Kronik

Efek toksik yang paling berarti pada paparan benzene adalah kerusakan sumsum tulang yang terjadi secara diam-diam dan sering irreversible yang disebabkan oleh metabolit benzene epoksida. Kerentanan individual dan temuan hematologis sangat bervariasi. Perubahan-perubahan klasik adalah trombositopenia, leukopenia atau anemia atau gabungan dari ketiganya (pansitopenia). Fase awal yang bersifat iritatif dengan peningkatab jumlah elem darah kadang kala dapat mendahului gejala-gejala lain. Pada paparan berkelanjutan, dapat timbul panmielopati atau anemia aplastik.

84

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Penilaian Paparan

Penilaian Lingkungan

Untuk mencegah paparan akut, tabung-tabung detektor dapat dimanfaatkan untuk mengukur kadar benzene sebelum memasuki ruang kerja yang mungkin mengandung kadar tinggi uap benzene dalam udara.

Penilaian Biolgis

Phenol adalah suatu komponen kemih normal, kadar rata-rata adalah 9,5±3,6 mg/liter distandarisasi dengan berat jenis kemih relatif 1,024. pada orang-orang yang terpapar kerja, kadar phenol dalam kemih terutama tergantung pada masukan lewat makanan dan dalam jumlah yang lebih kecil pada variasi metabolisme antar individu. Pada paparan benzene akibat kerja, nilai-nilai paparan berikut ini diusulkan untuk kadar phenol dalam kemih yang ditetapkan segera setelah jam kerja.

Sekitar 100 mg phenol/liter kemih menunjukkan paparan sekitar 80 mg benzene/m3 udara selama 8 jam (kadar × waktu (KW)=640);Sekitar 50 mg phenol/liter kemih menunjukkan paparan sekitar 32 mg benzene/m3 udara selama 8 jam (KW=256);diatas 25 mg phenol/liter kemih menunjukkan sedikit paparan terhadap benzenKurang dari 10 phenol/liter kemih menunjukkan tidak adanya paparan yang bermakna.

Benzene dalam udara ekspirasi. Ada hubungan langsung antara tingkat paparan (KW) dan kadar benzene dalam udara ekspirasi. Dengan metode ini dapat dideteksi kadar benzene dalam udara yang lebih rendah dari yang dapat dideteksi uji phenol.

Prinsip

Phenol di dalam urine direaksikan dengan 4-aminoantipyrin dan potasium cyanida, membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah. Selanjutnya intensitas warna yang terjadi diukur dengan kolorimeter atau spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.

85

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Peralatan

Botol sampel urine, alat-alat gelas laboratorium, spektro-fotometer atau kolorimeter model Genesys 10 VS, Cat 335900-02, Sn 2E4J206001, pH meter atau pH paper indikator

ReagenThymol kristal, sebagai pengawet sampel urine, larutan 4-aminoantypyrin 2 gram 4-aminoantypyrin dilarutkan dalam 100 mL dengan air suling. Siapkan larutan ini dalam keadaan segar setiap mau dipergunakan, larutan ammonium chlorida. Larutkan 2 gram ammonium chlorida dalam 100 mL dengan air suling, larutan standar phenolStock Solution1 gram phenol (C6H5OH) larutkan dalam air suling yang telah dididihkan dan didinginkan. Encerkan sampai menjadi 100 mL. Larutan ini mengandung 1 mg Phenol/mL. Larutan ini tahan sampai 30 hari.Medium Solution10 mL larutan standar stock solution, diencerkan menjadi 1 L dengan air suling yang telah dididihkan dan didinginkan. Larutan ini mengandung 0,01 mg phenol/mL atau 10 µg phenol/mL. Siapkan larutan ini dalam keadaaan segar pada hari akan digunakan.Standar solution 50 mL larutan medium solution, diencerkan menjadi 500 mL dengan air suling yang telah dididihkan dan didinginkan. Larutan ini mengandung 1 µg phenol/mL. Siapkan larutan ini paling lama 2 jam sebelum digunakan.Larutan Potasium Cyanida 8 gram K3[Fe(CN)6] (kalium ferisianida) larutkan dalam air suling menjadi 100 mL. Saring bila perlu.

Analisis

Sampel

Kumpulkan urine tenaga kerja yang telah terpajan minimal selama 4 jam dan dalam botol polietilen yang telah diberi pengawet tymol kristal. Sampel urine dibawa ke laboratorium dalam dry ice (es kering) pada wadah yang tertutup. di laboratorium, 50 – 100 mL sampel urine dalam labu ukur 100 mL dan volumenya dijadikan 100 mL dengan suling.

86

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Larutan Standar

Siapkan satu seri larutan standar yang mengandung 0; 10; 20; dan 40 mL standar solution dalam labu ukur 100 mL, tambahkan masing-masing dengan air suling hingga tanda.Siapkan pula blangko, yaitu 50 – 100 mL urine orang yang tidak terpajan benzen, tidak terpajan phenol, maupun tidak terpajan p-aerosol. Urine tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan air suling hingga tanda.Tambahkan 5 mL larutan ammonium chlorida pada setiap larutan standar, blangko dan standar.Cek pH agar 9,8 – 10,2 dengan penambahan ammonium hidroksidaTambahkan 2 mL larutan 4-aminoantipyrin, aduk seksama kemudian diamkan selama 15 menit.Tambahkan 2 ml larutan K3[Fe(CN)6] (kalium ferisianida), aduk seksama kemudian diamkan selama 15 menit.Setelah 15 menit tuangkan sebagian ke kuvet kolorimeter atau spektofotometer, dan baca absorbansinya atau persen transmisinya atau konsentrasinya pada kolorimeter atau spektofotometer pada panjang gelombang 510 nm.Buat kurva kalibrasi, kemudian tentukan konsentrasi phenol.Kadar Phenol mg/L urine

Analisis

a. Jumlah probandus yang diperiksa sebanyak 2 orang. Sampel urine yang diperoleh tersebut dibawa ke laboratorium.

b. Probandus 1 diperoleh urine sebanyak 35 cc kemudian ditambahkan aquades dan 5 ml ammonium chlorida hingga urine bertambah menjadi 100 ml.

c. Probandus 2 diperoleh urine sebanyak 25 cc kemudian ditambahkan aquades dan 5 ml ammonium chlorida hingga urine bertambah menjadi 100 ml.

d. Pada kedua probandus ini pHnya belum memenuhi syarat yaitu masih bersifat asam, maka dilakukan penambahan ammonium hidroksida (NH4OH) hingga pHnya menjadi 9,81.

87

Pengantar K3 Zaenal Abidin

e. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan 4-aminoantipyrin dan 2 ml lareutan K3[Fe(CN)6] pada kedua probandus aduk dengan seksama dan diamkan selama 15 menit.

f. Setelah 15 menit tuangkan sebagian larutan probandus satu persatu pada kuvet kolorimeter atau spektofotometer kemudian baca absorbansinya atau % transmisinya atau konsentrasinya pada alat dengan panjang gelombang 510 nm.

Kurva Standar pada layar spektofotometer

Kurva standar pengukuran phenol dalam urine

Contoh hasil pemeriksaan

Sampel Jumlah urine awal pH AbsorbenHasil (µg)

Probandus 1

35 cc 9,81 0.727 57,21

88

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Probandus 2

25 cc 9,81 0,429 33,59

Kuvet

Hasil Perhitungan

Kadar Phenol mg/L urine

Kadar Phenol mg/L urine Probandus 1

2,2884 mg/L

Kadar Phenol mg/L urine Probandus 2

0,959 mg/L

Jika dibandingkan dengan standar dari ACGIH (American Conference Government Industrial Higiene) dengan determinan Biological Exposure Index (BEI), maka kedua probandus tersebut masih belum melebihi batas standar yaitu 250 mg/L creatinin di dalam urine.

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa kadar phenol dalam urine pada probandus 1 adalah 2,2884 mg/L dan probandus 2 adalah 0,959 mg/L. Standar yang dipakai dari ACGIH yaitu sebesar 250 mg/L creatinin dalam urine. Dalam hal ini kadar phenol baik pada probandus 1 ataupun 2 tidak mengalami gangguan atau masih dalam batas normal.

5.10. Amonia ( NH3)

Dalam susunan udara bersih dan kering, kandungan gas amonia dapat mencapai 0,01 ppm. Kadar ini dapat bertambah akibat hasil aktivitas manusia yang mengeluarkan gas amonia. Begitu

89

Bagian ini diletakkan pada arah datangnya sinar, dan tidak boleh dipegang karena dapat menghalangi jalannya sinar

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pula halnya di suatu lingkungan tempat kerja, khususnya industri kimia, emisi gas beracun seperti sulfida (SOx), oksida karbon (COx), nitrogen oksida (NOx), serta amonia seringkali tidak dapat dihindarkan. di lingkungan industri, emisi gas beracun tersebut mungkin dihasilkan dari sisa proses pembakaran yang tidak sempurna, merupakan hasil sampingan suatu proses produksi, dari adanya kebocoran pipa, dan lain sebagainya.

Tentunya, paparan gas beracun di suatu tempat kerja yang melebihi batas aman yang masih diijinkan dapat menimbulkan dampak negatif langsung bagi pekerja dan mesin-mesin produksi. Gas beracun tesebut dapat menyebabkan keracunan, sehingga dapat mengganggu kesehatan pekerja dalam jangka pendek maupun panjang. Paparan dalam jangka waktu lama tentunya akan semakin membahayakan kesehatan pekerja. Selain itu, emisi gas beracun ini juga dapat membawa kerugian materiil bagi perusahaan serta memberikan efek negatif bagi kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar industri tempat kerja.

Untuk itu, pemantauan kualitas udara melalui pengukuran kadar gas-gas beracun di suatu lingkungan tempat kerja perlu dilakukan secara berkala. Maka, pada percobaan dalam praktikum Instrumentasi kali ini akan dilakukan pengukuran kadar gas beracun di lingkungan tempat kerja, dimana gas yang akan diukur dikhususkan pada gas amonia (NH3). Praktikum ini dilakukan agar karyasiswa mengetahui dengan pasti langkah serta hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kadar gas amonia di lingkungan tempat kerja. Pengujian kali ini dilakukan dengan metode indophenol.

TujuanPengujian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui kadar gas amonia (NH3) di udara lingkungan tempat kerja.

Prinsip Pengujian

Di udara, amonia berbentuk gas, yang tentu saja tidak berbentuk dan berwarna. Karenanya, untuk tujuan pengujian, amonia di udara diserap dengan menggunakan absorben berupa larutan asam sulfat (H2SO4). Reaksi antara amonia dengan asam sulfat ini kemudian akan membentuk amonia sulfat (NH3SO4). Larutan amonia sulfat inilah yang kemudian akan dianalisis secara

90

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kalorimetri. Untuk itu, larutan ini kemudian direaksikan kembali dengan larutan phenol dan natrium hipoklorit, seperti yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikutnya. Akhir dari reaksi ini akan menghasilkan sebuah larutan berwarna biru, yang menandakan adanya indophenol. Reaksi yang terjadi kemudian dipercepat dengan menambahkan natrium nitroprusid, yang memiliki peran sebagai katalisator. Setelah 30 menit didiamkan di ruang gelap, larutan ini kemudian diperiksa menggunakan metode spektrofotometri.

Rentang Ukur dan Kepekaan

Pengambilan sampel dilakukan dengan kecepatan 1-2 L/menit dan konsentrasi 20-700 mg/ml (0,025-1 ppm). Batas kadar amonia yang masih mampu dibaca oleh alat Spektrofotometer yang digunakan adalah sebesar 0,02 mg/ml. Mengikuti rentang tersebut, pengambilan sampel seharusnya dilakukan selama 1 jam. Namun karena keterbatasan waktu, pengambilan sampel pada praktikum tidak dilakukan selama 1 jam penuh.

Gangguan-Gangguan

Campuran amonia dalam partikel padat akan ikut dihitung atau ditentukan jika partikel tersebut tidak dihilangkan dengan penyaringan pendahuluan (dari awal) sewaktu pengambilan sampel. Penyaringan pendahuluan mungkin dapat sedikit menghilangkan gas amonia. Jika penyaringan pendahuluan tidak digunakan, maka metode ini akan menentukan kadar gas amonia dan amonium yang berada dalam bentuk pertikel. Karena tujuan pengujian dalam praktikum ini adalah untuk menentukan kadar gas amonia dalam udara, maka pada saat pengambilan sampel digunakan filter untuk menghindari gangguan partikel dalam udara.

Pada tekanan udara tinggi, gas asam akan meningkatkan reaksi pada penyaring, sehingga dapat menyebabkan gas amonia hilang pada sampel. Untuk itu, setiap 15 menit dari 1 jam pengambilan sampel, sebaiknya dilakukan pengujian temperatur dan tekanan udara udara tempat kerja, sehingga faktor tekanan udara tinggi yang dapat mengganggu jalannya pengujian dapat dihindari.

Ion besi, khrom, dan mangaan yang ada dalam jumlah miligram akan menyebabkan gangguan positif pada prosedur analisis, sebab dapat menimbulkan suatu endapan. Ion tembaga dapat

91

Pengantar K3 Zaenal Abidin

menghambat terbentuknya warna secara kuat. Karenanya, ion ini menyebabkan gangguan negatif. di lain sisi, penambahan EDTA dapat mencegah gangguan positif. Nitrit dan sulfit juga dapat mengganggu, jika ada lebih dari 100 kali. Berdasarkan tes larutan, formaldehid dapat menyebabkan gangguan negatif sebesar 10-15%.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian adalah :1. Pompa

digunakan pompa yang dilengkapi dengan pengujian kecepatan aliran udara, mampu bekerja hingga kecepatan 5 L/menit, serta dapat mengukur kecepatan 1-2 L/menit. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan sampel, pompa harus dikalibrasi untuk mengetahui kecepatan aliran udara sebenarnya dari pompa.

2. Penyerapdigunakan fritted bubler, midget impinger yang didesain khusus untuk kecepatan kecepatan aliran udara 1–2 L/menit, dengan 10 ml atau lebih larutan penyerap.

3. Tempat kertas saring (filter holder).digunakan tempat kertas saring yang dapat dihubungkan satu jalan sebelum penyerap.

4. Penyaring digunakan organic-free glass fiber pada saat pengambilan sampel udara, untuk menyaring partikel padat. Penyaring ini dicuci dengan aquades, kemudian dikeringkan sebelum digunakan.

5. SpektrofotometerSpektrofotometer yang digunakan mampu mengukur sinar yang diserap hingga panjang gelombang 630 nm. Pada pengujian kali ini digunakan double beam spektrofotometer.

6. Peralatan gelasSemua peralatan gelas yang digunakan dalam pengujian terlebih dahulu dicuci dengan 1,2 N HCl, kemudian dibilas sekurang-kurangnya 6 kali dengan aquades sebelum digunakan.

Bahan-Bahan

Berikut adalah bahan yang perlu disiapkan sebelum pengujian, beserta cara membuat masing-masing larutan tersebut:

1. Larutan Penyerap (Absorben)

92

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Larutan 3 ml H2SO4 pekat (18 M) hingga 1 liter dengan aquades untuk mendapatkan 0,1 N H2SO4.

2. Reagen AnalisaNatrium nitropusid [Sodium nitrosylpenta cyanoferrate (III)]Larutkan 2 gram natrium nitroprusid dalam 100 ml aquades. Larutan disimpan baik pada lemari es selama 2 bulan.a. 6,75 M NaOHLarutkan 270 gr NaOH dengan kira-kira 1 liter aquades. didihkan hingga 600 ml untuk menguapkan amonia yang berada dalam reagen. dinginkan dan isi kembali dengan aquades hingga 1 liter. Simpan dalam botol polyethylene. Larutan ini sangat basa, sehingga hindarkan kontak dengan kulit!b. Larutan Natrium HypochloritLarutkan 5-6% natrium hypochlorit dengan aquades hingga didapatkan larutan 0,1 N (3,7%). Larutan kemudian disimpan baik selama 2 bulan dalam lemari es.c. Larutan phenol 45% v/vLarutkan phenol dengan mencelupkan botol berisi phenol ke dalam water bath pada suhu 60 °C. Tuangkan 45 ml (50 gram) ke dalam 100 ml gelas ukur, dan tambahkan dengan methanol hingga batas tanda. Larutan ini kemudian disimpan baik dalam lemari es.d. BufferLarutkan 50 gram Na3PO4.12 H2S dan 74 ml NaOH 6,75 M dalam larutan 1 liter aquades.e. Larutan kerja hypochloritCampurkan 30 ml 0,1 N natrium hypochlorit dan 30 ml NaOH 6,75 M. Kemudian larutkan hingga 100 ml dengan aquades dalam labu takar. Siapkan bila hendak dipakai setiap harinya.f. Larutan kerja phenolCampurkan 20 ml phenol 45% dengan 1 ml natrium nitroprusid 2% dan larutkan dengan 100 ml aquades dalam labu takar. Larutan ini dapat disiapkan setiap 4 hari sekali.

3. Larutan Standar Amoniaa. Larutan stok amonia

Larutkan 3,18 gram NH4Cl (yang telah dikeringkan pada suhu 100°C selama 2 jam) dengan aquades hingga 1 liter dalam labu ukur. Tiap ml larutan ini setara dengan 1 mg NH3. Tambahkan setetes CHCl3 untuk

93

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pengamatan yang lebih baik. Larutan ini dapat stabil selama 2 bulan.

b. Larutan kerja amoniaLarutkan 10 ml larutan stok amonia dengan larutan penyerap hingga 1 liter dalam labu takar (1 ml setara dengan 10 mg NH3). Siapkan setiap hari bila hendak digunakan.

4. Larutan pencuci gelasLarutkan 10 ml larutan HCl pekat (12 M) dengan aquades hingga 100 ml (konsentrasi akhir kira-kira 1,2 M).

Prosedur Pengujiandi bawah ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian kadar gas amonia.

Kalibrasi PompaPasang semua alat pada pompa sesuai dengan keadaan pada pengujian. Siapkan pula buret volume 500 ml yang dihubungkan dengan pompa (kalibrasi eksternal buret yang digunakan adalah 501,41 ml). Gunakan larutan penyerap sebagai pengganti reagensia. Pada bagian inlet dari buret diberi cairan sabun, agar saat terdapat aliran udara terbentuk gelembung udara dari sabun. Alirkan udara melalui buret. Buat gelembung satu lapis, catat lamanya waktu pergerakan gelembung udara pada saat pompa dihidupkan dari garis batas bawah (0 ml) hingga garis batas atas (501,41 ml) dengan stopwatch (t detik). Lalu masukkan waktu yang diperoleh ke dalam rumus di bawah ini untuk mengetahui kecepatan aliran udara sebenarnya dari pompa. Ulangi hingga tiga kali, lalu ambil rata-ratanya.

Dengan:F = kecepatan aliran pompa [L/menit]501,41 = konstanta hasil kalibrasi eksternal burett = lamanya waktu pergerakan gelembung

sabun dari batas bawah hingga batas atas [detik]

Kecepatan aliran udara pompa yang digunakan dalam pengujian harus berkisar antara 1 hingga 2 L/menit. Sehingga jika hasil kalibrasi ternyata menunjukkan hasil yang tidak sesuai, dilakukan penyetelan ulang kran pada midget impinger. Jika kecepatan aliran udara hasil kalibrasi lebih besar dari 2 L/menit,

94

Pengantar K3 Zaenal Abidin

maka kran diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Sebaliknya, jika kecepatan aliran udara hasil kalibrasi lebih kecil dari 1 L/menit, maka kran diputar searah jarum jam.

Standarisasi BahanPipet 0,5; 1 dan 1,5 ml larutan kerja standar, kemudian masukkan masing-masing pada labu takar 25 ml (larutan ini setara dengan 5, 10 dan 15 mg amonia per 25 ml larutan). Lalu tambahkan masing-masing dengan larutan penyerap hingga 10 ml, tambahkan pula dengan 2 ml buffer, 5 ml larutan kerja phenol, 2 ml aquades, dan 2,5 ml larutan kerja hipoklorit. Pencampuran ini dilakukan secara cepat. Kemudian dengan aquades kembali hingga mencapi volume 25 ml. Lalu campur secara cepat. Larutan kemudian disimpan pada tempat gelap yang bersuhu 25 °C selama 30 menit, agar warna berkembang sempurna. Lalu masukkan ke dalam cuvet ukuran 1 cm dan baca absorbansi pada panjang gelombang 630 nm. Langkah kerja di atas juga diperlukan untuk 10 ml larutan blangko yang berisi larutan penyerap.

Kurva StandarBuat kurva standar dengan larutan blangko yang dinolkan.

Pengambilan SampelTempatkan 10 ml larutan penyerap ke dalam masing-masing botol penyerap untuk sampel dan blangko lapangan. Kemudian pasang filter dan holder untuk dihubungkan dengan flowmeter, botol penyerap dan pompa. Kecepatan alir sampel 1–2 L/menit selama 1 jam. Catat lama pengambilan sampel dan kecepatan aliran pompa. Catat pula suhu dan tekanan sewaktu pengambilan sampel. Setelah selesai pengambilan sampel buka tutup botol penyerap. Penyaring harus dijaga agar tidak terkena hujan.

AnalisisKeluarkan semua isi sampel dalam botol penyerap dan pindahkan ke dalam labu takar 25 ml, jaga sampel pada suhu 25°C. Kemudian tambahkan dengan 2 ml buffer, 5 ml larutan kerja phenol, 5 ml aquades, dan 2,5 ml larutan kerja hypochlorit. Semuanya dicampurkan secara cepat. Lalu larutkan dengan aquades hingga 25 ml, campur dan simpan dalam tempat gelap pada suhu 25°C selama 30 menit, agar warna berkembang sempurna. Kemudian masukkan ke dalam cuvet ukuran 1 cm

95

Pengantar K3 Zaenal Abidin

dan baca absobansi (penyerap) sampel pada panjang gelombang 630 nm.

Blangko LapanganGunakan satu botol penyerap untuk blangko lapangan. Botol penyerap tersebut diisi dengan 10 ml larutan penyerap dan dianalisa seperti sampel. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan blangko reagen untuk menentukan apakah peralatan gelas pengambilan sampel telah tercemar.

Rumus PerhitunganBerikut adalah dua rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kadar amonia yang dihasilkan dari pengambilan sampel.

Dalam Satuan µg/M3

Dengan:NH3 = kadar amonia [mg/m3]W = NH3 dari kurva standar [mg]Vo = volume udara pengambilan sampel pada

keadaan STP (25 °C; 101,3 Kpa atau 760 mm Hg) [m3]

Dengan:F = kecepatan aliran pompa [L/menit]t = lama pengambilan sampel [menit]Ps = tekanan udara di tempat pengambilan sampel

[mm Hg]Ts = suhu udara di tempat pengambilan sampel [°C]

Dalam Satuan Ppm

Dengan:NH3 = kadar amonia [ppm]W = NH3 dari kurva standar [mg]Vo = volume udara pengambilan sampel pada

keadaan STP [L]

96

Pengantar K3 Zaenal Abidin

1,438 = konstanta volume (mL) untuk 1 mg NH3 pada keadaan STP

Dengan:F = kecepatan aliran pompa [L/menit]t = lama pengambilan sampel [menit]Ps = tekanan udara di tempat pengambilan sampel

[mm Hg]Ts = suhu udara di tempat pengambilan sampel [°C]

Hasil dan PembahasanPelaksanaan dan Hasil PengujianPersiapan AlatAlat yang dipersiapkan antara lain:

Pompa untuk kalibrasi, Stopwatch Penyerap (absorben) Filter holder Penyaring Alat tulis Termometer dan barometer ruang Alat-alat gelas yang diperlukan Spektrofotometer

Kalibrasi Pompa

Data waktu hasil kalibrasi pompa:t1 = 15,11 detikt2 = 15,46 detikt3 = 15,31 detik

Dari rumus berikut:

Maka:

97

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Jadi, kecepatan aliran pompa yang digunakan adalah 1,967 L/menit

Pengambilan Sampel

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan pada saat pengambilan sampel di tempat kerja:

1. Meletakkan peralatan di titik pengukuran, yaitu tepat di depan pintu masuk kamar kecil pria.

2. Mencatat waktu mulai pengukuran tepat pada saat pompa dihidupkan.

3. Mencatat suhu dan tekanan udara di tempat pengukuran. (Idealnya, suhu dan tekanan udara diukur tiap 15 menit dalam 1 jam pengukuran. Namun, karena lamanya pengambilan sampel pada pelaksanaan praktikum ini hanya 15 menit, maka suhu dan tekanan udara yang dicatat adalah suhu dan tekanan udara di awal dan akhir pengukuran)

4. Mematikan pompa, serta kembali mencatat waktu, suhu, dan tekanan udara.

5. Membawa sampel ke dalam laboratorium untuk dilakukan kalorimetri.

6. Melakukan langkah-langkah kalorimetri seperti yang telah dijabarkan di atas.

7. Menempatkan sampel di tempat gelap (laci) selama 30 menit.

8. Meletakkan sampel ke dalam cuvet.9. Memasukkan blangko dan sampel ke dalam alat

Spektrofotometer secara bergantian.10. Menjalankan alat Spektrofotometer untuk mengetahui

kadar NH3 dalam blangko dan sampel.

98

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Hasil Pengukuran

Suhu saat pengambilan sampel adalah sebagai berikut:Ts1 = suhu awal = 25 °C

Ts2 = suhu akhir = 26 °C

Maka:

Sedangkan tekanan udara saat pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

Ps1 = tekanan udara awal = 758 mm Hg

Ps2 = tekanan udara akhir = 758,5 mm Hg

maka:

Dengan kecepatan aliran pompa sebesar 1,967 L/menit dan lama pengambilan sampel sebesar 15 menit, maka:

Atau,

Data hasil pengukuran dengan Spektrofotometer selengkapnya disertakan dalam bagian Lampiran II. Hasil pembacaan data pada print out hasil spektrofotometri tersebut adalah sebagai berikut:

Kadar NH3 blangko = 0,046 mg

Kadar NH3 sampel = 8,024 mg

Maka: W = Kadar NH3 sampel – Kadar NH3 blangkoW = 8,024 – 0,046 = 7,978 mg

99

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Maka, kadar NH3 pada tempat kerja tersebut adalah sebagai berikut;

Atau,

Jadi, kadar amonia di tempat kerja yang diukur pada percobaan ini adalah sebesar 275,103 mg/m3 atau 0,390 ppm.

Pembahasan

Hasil pengujian kadar gas amonia tersebut hanya dapat diartikan jika dibandingkan dengan keadaan standar yang masih diijinkan. Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang baku mutu udara emisi, nilai baku mutu amonia di udara adalah sebesar 1 ppm (untuk baku mutu ketat) dan 5 ppm (untuk baku mutu ringan). Sedangkan kadar gas amonia hasil pengujian pada praktikum ini adalah sebesar 0,390 ppm. Maka, dibandingkan dengan baku mutu, kadar amonia di tempat kerja yang diuji masih dalam batas aman.

Penutup

Pengujian kandungan emisi gas beracun di suatu tempat kerja dapat dilakukan dalam rangka memantau kualitas udara tempat kerja tersebut. Dengan mengikuti langkah-langkah pengujian gas amonia dengan metode indophenol di atas, maka dapat diketahui kandungan gas amonia di suatu tempat kerja dengan tepat. Hasil pengujian pada praktikum kali ini menghasilkan kandungan gas amonia sebesar 275,103 mg/m3 atau sebesar 0,390 ppm.

Untuk mengetahui apakah kandungan gas amonia tersebut dapat membahayakan kesehatan pekerja di sekitar tempat kerja, maka perlu dibandingkan dengan suatu nilai batas standar yang masih diijinkan. Dengan melakukan perbandingan dengan nilai baku mutu emisi amonia di udara pada Kepmen KLH No. KEP-03/MENKLH/II/1991, dapat disimpulkan bahwa

100

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kandungan gas di tempat kerja tersebut masih dalam batas aman. Artinya, paparan gas amonia dengan besaran sama yang konstan dalam jangka waktu lama tidak akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan pekerja di sekitar tempat kerja tersebut.

5.11 Klorin dalam Air

Pendahuluan

Dalam suatu industri, terutama industrui besar seperti Pabrik pengolahan kelapa sawit yang menggunakan alat pendingin mesin, maka air sangat untuk dibutuhkan untuk proses sirkulasi dalam proses pendidingan mesin (boiler).

Air yang yang digunakan untuk proses tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan, antara lain pH air 10,5-11,5, TDS maksimal 3000 ppm. Total Hardness maksimal 1 ppm CaCO3, Carbonat Alkalinity minimal 300 ppm CaCO3, Hydroxi Alkalinity minimal 200 ppm CaCO3, Courida maksimal 400 ppm Silica maksimal 200 ppm dan Phosphate 20-400 ppm.

Untuk klorida dalam air perlu mendapat perhatian yang khusus, karena Klorida yang tinggi di dalam air dapat menyebabkan terjadinya kerak pada alat Boiler. Bila tidak diatasi dengan segera akan mengakibatkan terjadinya ledakan pada Boiler. Hal ini akan membahayakan dan merugikan bagi Pabrik dan risiko kecelakan bagi tenaga kerja.

TujuanUntuk mengetahui kadar Klorida dalam air Boiler.

MetodePengukuran yang dilakukan untuk pemeriksaan air Boiler hanya dilakukan untuk pemeriksaan Klorida dalam air, karena Klorida dianggap cukup membayakan dalam proses pemeliharaan boiler.

Peralatan yang digunakan adalah buret lengkap dengan statif, labu ukur, erlenmeyer, sedangkan bahannya adalah : indikator MM (Methyl Merah) 1 %, Ag NO3 0,1 N, NaHCO3 kristal, K2CrO4 5 %, HNO3 p.a

101

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Langkah Kerjaa. Ukur secara kwantitatif sampel air dan blangko dengan

menggunakan labu ukur 100 ml, masing-masing masukkan kedalam erlenmeyer, tambahkan indikator MM (2-3 tts)

b. Tambahkan masing-masing dengan HNO3 p.a sebanyak 2-3 tetes hingga asam. Setelah itu dinetralkan dengan NaHCO3 powder hingga netral.

c. Tambahkan masing-masing dengan 5 ml K2CrO4 5 %d. Titrasi masing-masing dengan menggunakan AgNO3

0,1 N, hingga kelebihan 1 tetes dan menimbulkan endapan merah bata.

Hasil dan Pembahasan

Konsentrasi Cl- (mg/L) = ´ (A-B) ´ N AgNO3 ´ 35,5

Dengan:A = Volume Ag NO3 yang dibutuhkan untuk titrasi sampel (mL)B = Volume AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi blangko (mL)

Hasil pengukuran:Hasil tetrasi = 0,2 mLBlangko = 0,1 mLNormal (N) = 0,1

Penghitungan dengan Rumus:Konsentrasi Cl- = (0,2 – 0,1) ´ 0,1 ´ 35,5 = 3,55 mg/L = 3,55 ppm

Penutup

Air yang diperiksa adalah air yang bersumber dari air kran PDAM yang ada di Kantor Balai Hiperkes Yogyakarta, sehingga hasilnya relatif kecil, yaitu sebesar 3,55 ppm. Bila dibandingkan antara standar yang ada, maka kadar Courida dalam air untuk proses pendinginan di Boiler masih dibawah NAB / standart yang ada. (standard Klorida: maksimum 400 ppm). Berarti kondisi diatas tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya yang seharusnya yang diperiksa adalah air untuk proses pendinginan di Boiler di suatu pabrik/industri.

102

Pengantar K3 Zaenal Abidin

5.12 Sperometer

PendahuluanPada dunia industrialisasi, dalam mencapai tujuan diperlukan sumber daya terutama Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan sebagai pelaksana industri tersebut. Sumber daya manusia yang produktif dan sehat sangat diperlukan dalam dunia industri. Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja dari tenaga kerja sangat diperlukan dalam rangka pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Penyakit akibat kerja sering terjadi di perusahaan kerena adanya kontak langsung antara pekerjan bahan, alat kondisi lingkungan kerja seperti zat-zat kimia, debu, panas, logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tak sehat dan lain-lain. Salah satu jenis penyakit non-infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi adalah penyakit kelainan faal paru (pneukoniosis). Bahan-bahan kimia seperti timah hitam, Hg, dan debu merupakan beberapa zat yang dapat menyebabkan kelainan faal paru. Pemeriksaan secara berkala terhadap kesehatan para pekerja perlu dilakukan dalam upaya melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja. Dua pemeriksaan penting yang perlu dilakukan terhadap pekerja adalah penilaian faal paru dan rontgen foto toraks.

Pemeriksaan faal paru secara berkala akan amat membantu menemukan kelainan fungsi faal paru secara dini sehingga dapat ditangani segera, baik dengan medikametosa ataupun kemungkinan menjauhi pekerjaan dari bahan penyakit. Untuk itu diperlukan suatu data dasar, yakni kondisi faal paru ketika seorang baru masuk menjadi karyawan.

Pemeriksaan faal paru dengan spirometri adalah untuk mengetahui kapasitas paru. Kapasitas paru adalah jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh/paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigem yang masuk ke paru sangat ditentukan oleh kemampuan kembang sistem pernafasan. Semakin baik sistem pernafasan berarti volume oksigen yang diperoleh semakin banyak, pada akhirnya memberikan kesegaran jasmani akan terjamin.

103

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Pada pengukuran kapasitas paru seseorang, terdapat beberapa ukuran kekuatan tiupan angin sebagai gambaran volume paru-paru dan saluran-saluran pernafasan yaitu: (1). Vital Capacity (VC) dan (2). Forced Vital Capasity. Kapasitas paru seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada pada individu, yakni umur, tinggi badan, masa kerja, ras, jenis kelamin, kebiasaan merokok, latihan fisik (olah raga) dan riwayat penyakit paru.

TujuanPemeriksaan kelainan faal paru dengan menggunakan spirometri perlu di lakukan pada pekerja dalam suatu bidang pekerjaan. Adapun tujuan dari pemeriksaan adalah:

1. Untuk mengukur kapasitas paru pekerja, apakah masih dalam keadaan normal atau sudah ada kelainan

2. Untuk melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja selama bekerja.

3. Membantu menemukan kelainan paru secara dini sehingga dapat ditangani segera.

4. Penempatan tenaga kerja dapat dilakukan secara tepat dengan kondisi faal paru yang dimilikinya

MetodePeralatanPeralatan yang digunakan untuk pengukuran kapasitas udara di paru-paru adalah Spiro Analizer (spiro meter). Tipe St 250. Dalam mengukur kapasitas paru seseorang, terdapat beberapa ukuran kekuatan tiupan angin sebagai gambaran volume paru-paru dan saluran-saluran pernafasan yang diukur adalah:1. Vital Capacity (VC) merupakan voleme gas maksimum

yang dapat dihembuskan keluar setelah dihirup secara maksimum pada dua macam kapasitas vital berdasarkan cara penggukurannya.

2. Forced Vital Capacity (FVC) yaitu besarnya volume udara yang dikeluarkan selama satu menit pertama atau volume maksimal yang bisa dihirup dengan kekuatan maksimal dengan hentakan.

Prosedur PenggunaanSebelum melakukan pengukuran pada pekerja, maka langkah- langkah dalam pengoperasian alat ini adalah:

a. Hubungkan spiroanalizer dengan listrikb. Hidupkan spiroanalizer dengan menekan keypad onc. Tekan keypad angka 9

104

Pengantar K3 Zaenal Abidin

d. Tekan enter 2 kali

Kunci-kunci operasional dalam penggunaan spiroanalizer ini adalah:

[ ENTER ]: Menyetujui perintah yang dimasukkan [ CLR ]: jika ditekan saat memasukkan identitas pasien

dengan kunci inidapat dihapus dengan perintah yang terakhir, jika ditekan selama manuver berarti menunda test yang sedang berjalan.

[ ID ]: Untuk memasukkan data pasien [ VC ]: Pengukuran untuk VC [ FVC ]: Pengkuran untuk FVC [ MVV ] : Pengukuran untuk MVV [ POST MED ]: Pengukuran untuk post Medication [ DISP ] : Mendisplai data dan dan spirogram [ PRINT ]: Tekan 1x untuk mencetak data, tekan 2x

untuk menghentikan pencetakan data [ FEDD ]: Memutar kertas [ START ]: Memulai pengukuran [ STOP ]: Menghentikan/mengakhiri pengukuran [ UTILITY ]: Berisi validitas operasional

Pada pengukuran VC maupun pengukuran FVC maka tahap awal, sebelum dilakulan pengukuran pada pekerja adalah memasukkan identitas pasien pada spiroanalizer, data tersebut:

1. Data tanggal dan jam; data ini dibangun secara otomatis pada alat spiroanalizer.

2. Temperatur (suhu); data ini dapat dibangun secara otomatis oleh alat ini atau dapat juga dibangun dari keypad.

3. Tekanan udara; masukan harga tekanan udara untuk 1 atm = 76 mmHg.

4. Identitas; masukan identitas pasien (tenaga kerja) atau nama pekerja maksimal yang dimasukkan 10 digit.

5. Age (umur); masukkan data umur pasien atau pekerja.6. Height (tinggi badan); masukan data tinggi badan

pasien atau pekerja.7. Weight (berat badan); dimasukan data berat badan

pasien atau pekerja.8. Sex (jenis kelamin); dibangun secara otomatis dan

tinggal memilih jenis sex, dengan menekan keypad 1 untuk laki-laki dan tekan 2 untuk perempuan.

105

Pengantar K3 Zaenal Abidin

9. Race (warna kulit); dimasukan data warna kulit. Untuk orang timur yang kulitnya sawomatang atau hitam makan kita memilih oriental dengan tekan keypad angka 9.

10. Race 10%, presentase warna kulit. Interval adalah 50% sampai 100%.

Setelah identitas pasien sudah dimasukan pada spiroanalizer, maka langkah selanjutnya adalam melakukan kegiatan pengukuran kapasitas paru yang meliputi:

a. Pengukuran Vital Capacity (VC)Urutan untuk pengukuran VC adalah sebagai berikut: Tekan keypad VC Beri pengarahan kepada pasien mengenai teknik

pernafasan dalam pengukuran ini Tekan keypad start Pasien bernafas teratur kira-kira 3 kali Setelah terdengar bunyi ”Ting” tekan keypad enter Pasien menghirup udara secara maksimum Lepaskan udara secara maksimum Setelah selesai dimana grafik pada spiroanalizer

tidak menunjukkan penurunan lagi tekan keypad stop

b. Pengukuran FVCUrutan dalam pengukuran FVC adalah sebagai berikut: Tekan keypad FVC Beri pengarahan kepada pasien mengenai tehnik

pernafasan dalam pengukuran ini Tekan keypad start Pasien bernafas normal minimal kira-kira 2 kali Setelah terdengan bunyi ” Ting” tekan keypad enter Pasien menghirup udara secara maksimum, dengan

hentakan Lepaskan udara secara maksimum, dengan

hentakan Setelah selesai tekan keypad stop Tekan keypad print untuk mencetak data hasil

pengkuran

Apabila pada tiap pengukuran baik pada pengukuran VC maupun pada pengukuran FVC belum menunjukkan hasil yang maksimal, yang dikarenakan: kurang pahamnya pasien akan tehnik pernafasan, cara peletakan pipa penghirup udara yang

106

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kurang benar di mulut, atau karena pasien cemas maka dapat dilakukan pengukuran kurang lebih 3 kali pengukuran agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat. Dengan hasil yang akurat ini maka dapat ditindak lanjuti apakan kondisi paru si pasien normal atau mengalami kelainan obstruktif baik ringan maupun berat, dengan konsultasi lebih lanjut dengan dokter perusahaan yang ada.

Hasil dan PembahasanPengukuran VC maupun FVC pada 1 orang pasien diperoleh hasil:

Nama : Jenis Kelamin : Perempuan/laki-laki.Umur : TahunTinggi Badan : CmBerat Badan : Kg

Contoh hasil pengukuran

PasienNilai Pengukuran

Vital Capacity (VC) Forced Vital Capacity (FVC)MEAS PRED MEAS PRED

2, 65 2, 01 2, 27 2, 02

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pasien pertama memiliki kapasitas paru yang masih normal, hal ini dapat dilihat dari nilai VC Meas 2,65 > VC Prediksi 2,01 dan untuk nilai FVC Meas 2,27 >FVC Prediksi sebesar 2,02.

Dari uraian dan hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat disimpulkan antara lain:

1. Kapasitas paru dari pasien yang dilakukan pemeriksaan dengan spirometer diperoleh hasil masih dalam kategori normal.

2. Pengukuran kapasitas paru bermanfaat untuk melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja selama bekerja.

3. Pengukuran kapasitas paru membantu menemukan kelainan obstruktif paru pekerja secara dini sehingga dapat ditangani dengan segera.

4. Pengukuran kapasitas paru bermanfaat dalam penempatan tenaga kerja pada bagian pekerjaan yang tepat, sesuai dengan kondisi faal peru yang dimilikinya.

107

Pengantar K3 Zaenal Abidin

BAB VIERGONOMI

108

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Untuk dapat memahami ergonomi secara lebih mendalam dan mampu menerapkannya dengan baik, terlebih dahulu perlu dipahami mengenai arti penting ergonomi bagi kehidupan ini. Arti penting ergonomi dapat diketahui dengan memahami pengertian ergonomi, tujuan penerapan ergonomi, serta bidang-bidang kajian ergonomi.

6.1. Pengertian Ergonomi

Istilah ergonomi pertama kali dipakai oleh Profesor Murrel sebagai judul bukunya pada tahun 1949 di Inggris. Kata ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam/aturan). Di beberapa negara, ergonomi dikenal dengan beberapa nama seperti “Arbeitwissechaft” di Jerman, “Biotechnology” di negara-negara Skandinavia, dan “Human Engineering” atau “Human Factor Engineering” di negara Amerika Serikat. Perbedaan nama tersebut tidak menjadi masalah, karena secara praktis istilah-istilah tersebut mempunyai maksud yang sama (Sutalaksana et al., 1979).

Para ahli mendefinisikan ergonomi sesuai dengan interpretasi mereka terhadap ilmu tersebut. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem ini dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana et al., 1979). Pengertian ini kemudian diterjemahkan dalam slogan “Fitting the task to the man” atau “Fitting the job to the workers”.

Definisi lain yang diberikan oleh International Ergonomics Association yaitu bahwa ergonomi adalah disiplin ilmu berkenaan dengan pemahaman terhadap interaksi antara manusia dengan elemen-elemen lain dari suatu sistem. Ergonomi adalah juga profesi yang menerapkan teori, prinsip-prinsip, data, dan metode untuk merancang dalam rangka untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Bhattacharya Mc Glothlin juga turut menyumbangkan definisi, yaitu bahwa ergonomi merupakan penerapan informasi mengenai sifat-sifat, kapasitas dan keterbatasan manusia untuk merancang tugas manusia, mesin, sistem mesin, ruang tempat tinggal, dan lingkungan sehingga

109

Pengantar K3 Zaenal Abidin

orang dapat tinggal, bekerja dan bermain secara aman, nyaman dan efisien. Sedangkan definisi dari The National Research Council menyebutkan bahwa ergonomi adalah penerapan secara ilmiah prinsip-prinsip, metode, dan data yang ditarik dari berbagai disiplin untuk mengembangkan sistem engineering, dimana manusia memegang peran yang sangat bermakna.

Pada sisi lain, Sanders dan Mc.Cormick mendefinisikan ergonomi melalui pendekatan yang lebih komprehensif (Sanders dan Mc.Cormick, 1993), yaitu:a. Fokus utama

Fokus utama ergonomi adalah mempertimbangkan manusia dalam perancangan benda, prosedur kerja, dan lingkungan kerja.

b. TujuanTujuan ilmu ergonomi yaitu meningkatkan efektivitas hasil hubungan sistem manusia dan mesin dengan mempertahankan unsur kenyamanan dan kesehatan kerja sebaik mungkin.

c. Pendekatan utamaPendekatan utama yang digunakan keilmuan ergonomi adalah aplikasi sistematik dari data karakteristik manusia (kemampuan dan keterbatasan) terhadap desain dan prosedur.

Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip human center design, yang berarti pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Ini berarti dalam merancang suatu pekerjaan perlu diperhatikan faktor-faktor yang menjadi kelebihan dan keterbatasan manusia sebagai pelaku kerja. Maka, sebagai suatu prinsip human center design, ergonomi harus mampu menjembatani hubungan antara manusia (pekerja) dengan semua komponen yang berhubungan dengan pekerjaannya (peralatan kerja) di lingkungan kerjanya seperti Gambar 6.1.

110

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Gambar 6.1 Ergonomi menjembatani hubungan antara pekerja dan peralatan di lingkungan kerja.

Sedangkan dalam perancangan dan manajemen suatu sistem, ergonomi dapat memberikan kontribusi dalam (Bridger, 1995):

a. Format standar untuk menjelaskan sistem manusia-mesin.

b. Dasar pengidentifikasian, pengklasifikasian, dan perancangan resolusi segala permasalahan yang melibatkan komponen manusia.

c. Menganalisis tugas dan interaksi manusia-mesin.d. Spesifikasi dari perancangan sistem dan perilaku

manusia, serta penerapan kontrol-kontrol yang diperlukan.e. Identifikasi kecenderungan dari ilmu pengetahuan

manusia dan biologi, serta implikasinya dalam perancangan dan manajemen sistem.

f. Menciptakan konsep-konsep baru untuk perancangan dan analisis sistem manusia-mesin.

g. Evaluasi implikasi sosioteknis dari perancangan tersebut.

6.2. Tujuan Ergonomi

Secara garis besar, ergonomi ditujukan bagi perancangan suatu sistem kerja yang memenuhi krtiteria EASNE, yaitu:

a. Efektif, yang berarti bahwa tujuan kegiatan kerja dapat tercapai.

b. Aman, yang berarti bahwa keselamatan pekerja terjamin.

111

Pekerja Peralatan kerja

Ergonomi

Lingkungan kerja

Pengantar K3 Zaenal Abidin

c. Sehat, yang berarti bahwa kesehatan pekerja selama bekerja terjamin.

d. Nyaman, yang berarti bahwa kenyamanan pekerja dapat terjamin.

e. Efisien, yang berarti bahwa pekerjaan dapat dilakukan secara efisien (tujuan kerja tercapai dengan usaha kerja yang optimal atau tidak berlebihan).

Selain untuk memenuhi kriteria EASNE, dan juga tujuan yang sekilas sudah disebutkan pada definisi ergonomi oleh Sanders dan McCormick, tujuan ergonomi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:i. Bagi pengusaha pemberi kerja (perusahaan)

Bagi perusahaan, penerapan ergonomi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi para pekerjanya, sehingga dapat mengurangi pengeluaran perusahaan dalam biaya penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

ii. Bagi pekerjaBagi pekerja sendiri, penerapan ergonomi dapat menjamin keoptimalan kesehatan dan keselamatan kerjanya, memudahkan penggunaan peralatan kerja, meningkatkan kenyamanan dalam bekerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, para ergonomist menerapkan ergonomi dalam tiga langkah berikut, yaitu untuk menciptakan kondisi kerja yang (Kroemer et al., 1994):

a. Tolerable (dapat ditoleransi)Dalam tahap ini, pada kondisi kerja diketahui tidak ada efek yang dapat membahayakan hidup dan kesehatan manusia.

b. Acceptable (dapat diterima)Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dalam kondisi ini setuju secara sukarela untuk bekerja (berdasar pengetahuan ilmiah saat itu serta pada keadaan sosial, teknologi dan organisasi yang berlaku).

c. OptimalPada tahap ini, kondisi kerja sudah disesuaikan dengan ciri-ciri manusia, kemampuan, dan keinginan fisik, mental, dan sosial yang dapat tercapai bagi sebagian besar orang.

112

Pengantar K3 Zaenal Abidin

6.3. Pilar Ergonomi

Sesuai dengan definisi ergonomi, dapat dikatakan bahwa kajian utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai objek utama dengan prinsip human center design. Pada beberapa literatur terdapat perbedaan dalam menentukan bidang-bidang kajian ergonomi. Namun secara umum, bidang kajian ergonomi dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sutalaksana et al., 1979; Oborne, 1987; Galer, 1989; Sanders dan McCormick, 1993):

a. Antropometri, yaitu keilmuan ergonomi yang mempelajari ukuran dan bentuk tubuh manusia.

b. Fisiologi kerja, yaitu keilmuan ergonomi yang mempelajari reaksi tubuh selama bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkan.

c. Biomekanika kerja, yaitu keilmuan ergonomi yang mempelajari gaya, momen, kecepatan, kekuatan dan keterbatasan tubuh ketika bekerja.

d. Psikologi kerja, yaitu keilmuan ergonomi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yang menyangkut dengan faktor-faktor diri atau sifat-sifat manusia.

e. Penginderaan, yaitu keilmuan ergonomi yang mempelajari kelemahan dan kelebihan masing-masing indera dalam menghadapi sistem kerja yang akan dibuat.

f. Lingkungan fisik kerja, yaitu keilmuan ergonomi yang mempelajari hubungan manusia dengan faktor-faktor lingkungan fisik di tempat kerjanya, serta batasan masing-masing faktor tersebut agar menunjang proses kerjanya.

Dari beberapa bidang yang dikaji dalam ergonomi, terdapat empat pilar utama yang menyusun ergonomi, yaitu antropometri, fisiologi kerja, biomekanika kerja, serta psikologi kerja. Maka, penerapan ergonomi di berbagai sistem kerja selalu berpegangan pada empat pilar utama ini.

6.3.1. Antropometri

Antropometri adalah keilmuan yang berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia (Sutalaksana et al., 1979). Antropometri berhubungan dengan pengukuran terhadap dimensi dan karakteristik fisik tertentu dari tubuh manusia seperti volume, pusat gravitasi, dan segmen massa

113

Pengantar K3 Zaenal Abidin

tubuh. Data-data antropometri tersebut merupakan dasar untuk cakupan yang lebih luas dari masalah perancangan.

Data antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu (Salmiah, 2001):a. Antropometri statis, yaitu pengukuran dimensi

linier tubuh manusia dalam posisi statis (diam). Gambar 6.2. adalah contoh bagian-bagian untuk pengukuran tinggi badan tegak, tinggi duduk tegak, tinggi popliteal, dan lain-lain.

Gambar 6.2. Contoh dimensi-dimesi antropometri statis.

b. Antropometri dinamis, yaitu pengukuran posisi anggota badan sebagai hasil gerakan tubuh. Contohnya pengukuran sudut putaran tangan, sudut putaran lengan, dan lain-lain.Gambar 6. 3 adalah contoh pengukuran dimensi dinamis

114

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Gambar 6.3. Contoh dimensi-dimensi antropometri dinamis.

Selain kedua jenis dimensi antropometri tersebut, terdapat pula dimensi antropometri bagi para penyandang cacat (difabel), seperti yang terlihat pada Gambar 6.4. di bawah.

115

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Gambar 6.4. Contoh dimensi-dimensi bagi para difabel.

Masing-masing individu memiliki data antropometri yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh (Salmiah, 2001):

a. Usiab. Jenis kelaminc. Ras atau suku bangsad. Jenis pekerjaane. Keadaan sosio ekonomi

6.3.2. Fisiologi kerja

Kata fisiologi atau faal sebagai dasar dari fisiologi kerja berasal dari gabungan kata fisio dan logos, yang artinya adalah alam dan ilmu. Jadi, ilmu faal dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berdasar pada keadaan alam. Ilmu ini mulai diperkenalkan pada abad ke-16, oleh seorang ilmuwan Perancis bernama Jean

116

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Fernel. Sedangkan ilmu faal kerja diartikan sebagai kajian terhadap manusia yang sehat, serta perubahan-perubahan yang terjadi selama manusia tersebut beraktivitas, akibat faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi tubuh.

Komponen fisiologis manusia yang dikaji dalam fisiologi kerja yaitu menyangkut semua sistem tubuh yang bertugas mengendalikan fungsi-fungsi tubuh, sehingga manusia dapat bekerja dengan baik dan benar. Sebelas sistem utama tubuh tersebut adalah:

1. sistem rangka2. sistem saraf3. sistem otot4. sistem pernafasan5. sistem pencernaan6. sistem darah (sistem sirkulasi peredaran darah)7. sistem urine (sistem kemih)8. sistem reproduksi9. sistem hormon (sistem endokrin)

10. sistem integumen11. sistem imun

6.3.3. Biomekanika kerja

Dalam biomekanika kerja, dipelajari mengenai penerapan hukum-hukum fisika dan mekanika pada setiap komponen otot dan rangka manusia (sistem muskuloskeletal). Tujuannya adalah ingin mengetahui bagaimana reaksi yang diberikan sistem muskuloskeletal terhadap beban yang diberikan. Hukum-hukum fisika dan mekanika digunakan untuk menguraikan setiap gerak, gaya, momen, dan kecepatan tubuh manusia tersebut, sehingga dapat diketahui seberapa besar kekuatan sistem muskuloskeletalnya serta apa saja keterbatasan fisik yang dimilikinya. Kedua hal ini kemudian dapat digunakan untuk menciptakan rancangan sistem kerja yang optimal bagi manusia tersebut, sehingga ia dapat terhindar dari setiap risiko celaka yang mungkin dapat ditimbulkan oleh beban yang diterimanya.

6.3.4. Psikologi kerja

Dalam psikologi kerja, dipelajari masalah-masalah kejiwaan yang dijumpai para pekerja di lingkungan kerjanya, yang

117

Pengantar K3 Zaenal Abidin

menyangkut faktor-faktor diri sifat-sifat pekerja tersebut. Jadi, psikologi kerja mencakup banyak hal, yang antara lain adalah:a. Cara manusia berpikir dan bersikap.b. Pengaruh perasaan manusia terhadap pekerjaan.c. Pengaruh atensi dan motivasi dalam pekerjaan.d. Langkah-langkah emosional manusia dalam

menyelesaikan masalah.e. Pengaruh emosi secara keseluruhan terhadap

kinerja dan perilaku dalam bekerja.f. Pengaruh emosi dalam pengambilan keputusan

saat bekerja.

Hasil kajian psikologi kerja ini kemudian digunakan dalam perancangan sistem kerja, sehingga dapat dipastikan bahwa sistem kerja yang dirancang sesuai dengan keinginan dan keterbatasan pekerja secara emosional.

6.4 Ranah Spesialisasi Ergonomi

Dalam aplikasi ergonomi di suatu lingkungan kerja, terdapat tiga ranah spesialisasi. Penerapan setiap ranah spesialisasi ini disesuaikan dengan karakteristik lingkungan kerja yang diteliti serta tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah tiga spesialisasi ergonomi tersebut:

1. Ergonomi fisikErgonomi fisik berkaitan dengan ciri anatomi manusia, antropometri, fisiologi, dan biomekanika, saat ia melakukan aktivitas fisik. Contoh penerapannya adalah pada penelitian mengenai sikap kerja, penanganan material, gerak berulang, Work Muskuloskeletal Disorder (WMSD), perancangan tata letak tempat kerja, keselamatan, dan kesehatan pekerja.

2. Ergonomi kognitifRanah spesialisasi ini berkaitan dengan proses mental manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan, seperti persepsi, ingatan, alasan, dan respon motorik. Contoh penerapannya adalah pada penelitian mengenai beban mental, pengambilan keputusan, kinerja, interaksi manusia dengan komputer, reliabilitas manusia, stres kerja, dan pelatihan.

3. Ergonomi organisasionalRanah ergonomi ini berkaitan dengan optimalisasi sistem sosioteknik, termasuk struktur organisasi,

118

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kebijakan, dan manajemen. Contoh penerapannya adalah pada penelitian mengenai komunikasi, manajemen sumber daya manusia, rancangan waktu kerja, teamwork, rancangan partisipatori, ergonomi komunitas, paradigma kerja baru, organisasi virtual, telework, dan manajemen kualitas.

119

Pengantar K3 Zaenal Abidin

BAB VIIPERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan Pertama atau biasa disingkat PP, yang lebih dikenal sebagai Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah usaha-usaha untuk menangani korban sesegera mungkin di tempat kejadian sebelum tenaga medis mengambil alih penanganan.

7.1. Dasar-dasar Pertolongan Pertama

Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

7.1.1. Prinsip DasarAdapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya:

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.

2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.

3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila

120

Pengantar K3 Zaenal Abidin

penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

7.1.2. Sistematika Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :

1. Jangan PanikBerlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah

untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.

3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.1. Pendarahan.Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

5. Perhatikan tanda-tanda shock.Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih

rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami

121

Pengantar K3 Zaenal Abidin

cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.

6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah

evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

Gambar 7.1. Usaha memberi pernafasan dan menghentikan pendarahan

Penderita luka parah membutuhkan pertolongan segera oleh tenaga P3K yang terlatih, jika tenaga medis tidak cepat didapat. Paling baik, jika mempunyai tenaga medis yang profesional, atau tenaga P3K yang terlatih. Jika tidak mempunyai sedikitnya harus mengetahui tindakan yang harus dilakukan sampai pertolongan datang.

Mengetahui letak kotak P3K atau ruang tempat pertolongan pertama

122

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Aturan terpenting pada P3K adalah :

1. Pelajari apa yang tidak boleh dilakukanà tidak ditolong lebih baik daripada pertolongan yang salah2. Pelajari dengan benar apa yang harus dilakukanà lakukan dengan segera bila hidupnya terancam3. Kirimkan kepada ahli P3K dan kepada dokter dengan segera setiap terjadi kecelakaan gawat

7.2. Jenis Kecelakaan Pada Waktu Kerja

Suatu saat, ada kemungkinan kontraktor/manajemen/ pengelola/ pelatih harus melakukan pertolongan pertama, apabila terjadi peristiwa sebagai berikut :a. pendarahan,b. kejutan ( shock ),c. keracunan,d. luka bakar api atau luka bakar karena cairan kimia,e. luka pada mata,f. luka kecil karena benda – benda tajam, dang. sengatan listrik.

7.3. Pendarahan Dan Bagaimana Cara Menghentikannya

Penghentian pendarahan, pada umumnya dapat dilakukan dengan menekan luka berdarah tersebut. Jika pada kasus tertentu pendarahan tidak bisa dihentikan dengan cara ini, panggil segera tenaga medis, dokter.

Pendarahan hidung

a. Dudukan korban dengan tenaga dengan kepala menundukb. Cegahlah korban memaksa darah keluar dari hidungnyac. Pijit, atau mintalah korban untuk memijit cuping hidungnya keras – kerasd. Jika pendarahan tidak berhenti selama 5 – 10 menit usahakan agar mendapat perawatan medis

123

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Pendarahan karena luka

a. Mintalah pertolongan medis

b. Perlihatkan semua lukac. Tutup dan tekanlah luka dengan tangan atau pencet tepi luka

bersama–sama agar menutup, jika sempat tutuplah luka dengan sapu tangan, atau kain yang bersih sebelum ditekan

d. Penekanan dapat dilakukan dengan memberi bantalan tipis pada luka kemudian diikat erat – erat dengan perban. Bantalan harus cukup lebar menutupi seluruh luka dan seluruh bantalan harus trtutup perban.

e. Jika penderita merasakan kesakitan karena ikatan perban terlalu kencang,ikatan perban

f. Jika pendarahan masih berlangsung, beri bantalan dan perbanlah lagi,tanpa melepas ikatan bantalan yang pertama.

g. Bahan yang dipakai untuk menekan pendarahan terbuat dari bahan kayu, atau logam. Cara seperti ini dapat pula digunakan untuk menolong korban yang patah tulang.

Pendarahan : angkat lukanya dan Pendarahan : beri bantal tipis diatastekan sampai lukanya menutup luka dan perban erat-erat

7.4. Kejutan

Hampir setiap kecelakaan,cedera atau luka-luka,selalu diikuti oleh kejutan. Keadaan penderita pucat,dingin dan lunak kulitnya, lemas badan,dan denyut nadi makin cepat, mungkin juga tidak sadarkan diri.a. Pindahkan korban di tempat yang nyaman dan tenang.b. Jaga korban agar tenang dan tetap hangat badannya.c. Longgarkan baju.d. Usahakan agar korban merasa tenang dan yakinkan bahwa pertolongan segera datang

7.5. Keracunan

Untuk semua peristiwa keracunan, Kirimkan kepada tenaga medis secepat mungkin.a. Pindahkan ketempat yang segar.b. Lakukan seperti merawat shock.c. Buat pertolongan pernafasan,jika pernafasan berhenti.

124

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Jangan melakukan pertolongan pernafasan melalui kontak mulut ke mulut,bila terjadi racun terminum melalui mulut (asam, alkali, dan lain-lain)d. Amankan dan simpan cairan yang diduga racun untuk contohe. Ambil dan muntahkan korban untuk pemeriksaan

dokter/klinik7.6. Luka Bakar Api

Penanganan segera secara medis tergantung pada sejauh mana tingkat penderitanyaannya.a. Penanganan terbaik luka bakar adalah denggan mengucurkan air dingin dan bersih kebagian yang terbakar.b. Jangan menarik,atau menyobek baju dari luka bakarnya.c. Jangan mencoba memindah benda-benda yang menempel pada kulit yang terbakar.d. Lakukan perawatan seperti menangani kejutan(shock).e. Tutuplah luka bakar dengan bahan-bahan steeril seperti perban kering, handuk atau kertas,jika ada.f. Jangan sentuh bagian luka bakar yang menggelembung, atau bagian otot-otot yang terbakar.

7.7. Kecelakaan dan Luka Pada Mata

Janganlah menggosok-gosok mata jika ada benda-benda yang masuk didalamnya.a. Usahakan agar mata tetap dibukab. Jangan sentuh mata dengan apapun jugac. Usahakan mendapat perawatan medisd. Longgarkan perban pada matae. Bimbinglah korban ketempat perawatan medis

Luka mata:- Perbanlah matanya longgar-longgar- Bimbinglah korban untuk perawatan- Jangan menyentuh mata

125

Pengantar K3 Zaenal Abidin

7.8. Luka Goresan dan Memar

Setiap luka meskipun ringan harus diobati dan dicatat kejadiannya.Setiap luka akan berakibat infeksi dan membusuk jika tidak segera diobati.a. Pada luka goresan,biarkan darah mengalir beberapa menit,untuk membuang kemungkinan infeksi.b. Jangan membalut luka dengan baju-baju lusuh,atau sapu tangan yang kotor pada luka.c. Bersihkan luka dengan bahan-bahan yang lunak.d. Berilah obat anti septic,steril,atau bahan aid untuk luka-luka ringan.e. Panggilkan tenaga medis jika lukanya parah dan terlalu dalamLuka memar yang berat memerlukan perawatan medis segera jangan ditunda.

REPORT ALL INJURIES NO MATTER HOW MINOR NOTICE

PENGUMUMAN Laporkan semua luka,bagaimana kecil lukanya

7.9. Kecelakaan Sengatan Listrik

Kecelakaan karena sengatan listrik dapat mengakibatkan kebakaran,jatuh,dan kejutan listrik. Masing-masing menyebab- kan gejala yang berbeda pada korban. Penderita bias disebabkan oleh salah satu atau kombinasi membedakan ejala-gejala yang muncul.Meskipun keterlambatan pertolongan dan penyadaran

126

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kembali dapat berakibat fatal, namun kejutan listrik umumnya dapat tidak langsung mematikan,hanya mungkin menyebabkan kepekaannya menurun, pernafasan terganggu atau berhenti, dan kerja jantungnya terganggu.Karena itu,yang terpenting adalah memeriksa kondisi pernafasan dan jantung penderita,jika berhenti harus segera dibantu dan dinormalkan kembali.

Kecelakan listrik sering menimbulkan luka sampinganBila menghadapi kecelakaan karena listrik,kerjakanlah segera tindakan dengan urutan sebagai berikut:a. Matikan aliran listri,atau jika tidak mungkin,usahakan agar korban terbebas dari sengatan listrikb. Beri pertlongan pertama sesuai gejalanya.

7.10. Cara Membebaskan Korban Dari Aliran Listrik

Begitu melihat korban terkena aliran listrik,cepat perhatikan keadaan sekitar.Tentukan cara terbaik untuk melepaskannya tanpa korban menderita lebih lanjut,karena jatuh dan lain-lain.Jika mungkin matikan aliran listrik,dan jadikan ini sebagai tindakan utama.Jika tidak mungkin anggap korban masih tetap terkena aliran listrik.

Jangan sekali-sekali menganggap korban telah terbebas dari aliran listrik

Matikan aliran listrikDorong atau tarik korban dengan bahan-bahan yang tidak menghantar arus listrik(tidak konduktif)agar terbebas dari sengatan listrik. Hendaknya seseorang selalu mengetahui letak dan daerah pelayanan setiap tombol listrik didaerah kerja masing-masing.

Untuk tegangan rendah(240 v,atau kurang), bila aliran listrik tidak dapat segera dimatikan,gunakan benda yang tidak konduktif, dan kering untuk melepaskan korban (jangan gunakan logam atau benda-benda yang basah).

127

Pengantar K3 Zaenal Abidin

a. Tariklah dengan menggunakan tali kering,kain kering, karet, atau plastic.b. Tariklah baju korban,pada tempat yang longgar dan kering.c. Berdirilah diatas papan kering ketika mendorong atau menarik korband. Doronglah dengan kayu keringJika mendorong korban hendaknya dilakukan dalam sekali gerak,agar selekas mungkin terbebas dari aliran listrik. Siapkan tenaga yang cukup untuk melepaskan,Korban yang menggenggam konduktor berarus listrik. Dengan memakai sarung tangan anda dapat memeukul pergelangan tangan,atau punggung telapak tangan korban sampai ia terbebas.

Untuk tegangan tinggi(650V,atau lebih) dan aliran listrik tidak dapat segera dimatikan jangan mendekat dalam radius 1,5 m. Gunakan tongkat yang panjangnya lebih dari 1,5 m terbut dari material yang tidak konduktif dan kering, untuk melepas korban.

Catatan :

Ingat bahwa korban karena listrik, badannya juga berarus listrik, karena itu jangan sekali-sekali memegang tubuh korban, baju yang melekat atau sepatunya,tanpa sarung pelindung tangan.

7.11. Penyadaran

Luka bisa semakin parah karena memindahkan korban. Pemindahan hanya dilkukan jika :a. Korban dalam bahaya akan terkena api, kejatuhan benda,

karena aliran listrik atau penyebab yang lain.b. Letak korban menyulitkan pemberian pertolongan dasar,

misalnya untuk :1) Melancarkan saluran pernafasan2) Melakukan penyadaran korban

128

Pengantar K3 Zaenal Abidin

3) Penghentian pendarahanJika korban harus dipindah, lakukan bersama – sama oleh 3 – 4 orang,a. Mungkin perlu untuk tetap melakukan penyadaran, sementara

korban dipindah.b. Usahakan agar badan tetap lurus jangan sampai leher atau

punggung tertekuk.c. Buat agar korban tetap lurus, muka menghadap keatas, agar

terlihat wajahnya. Penyadaran tetap dapat dilakukan dan di usahakan saluran pernafasan tetap lancar.

d. Tolonglah kaki dan tangan bila terluka.Penyadaran kembali akan lebih besar hasilnya, jika dimulai dalam selang waktu satu menit setelah pernafasan terhenti.Jangan ditunda usaha penyadaran kembali tersebut.Kirimlah tenaga medis dan beri pertolongan secepat mungkin.

Jika korban bernafas normal, dan jantungnya berdenyut normal, ia tidak memerlukan usaha penyadaran. Berikan perawatan sebagai berikut :Jika korban tidak sadar, darah/muntahan di mulut, gigi yang lepas, pecahan gigi dapat masuk ke saluran pernafasan dan menyumbat. Jika korban terlentang lidah dapat turun dan menyumbat saluran pernafasan, demikian juga bila leher korban tertekuk. Penanganan yang benar pada korban yang tidak sadarkan diri, dapat mencegah tersumbatnya pernafasan yang bisa menyebabkan kematian.

Ingatlah urut –urutan dan cara menangani korban pada setiap terjadi kecelakaan.a. ” saluran pernafasan ” – Lancarkan !b. ” pernafasan ” – Periksa atau bantulah !c. ”Aliran darah” – Periksa atau bantulah !

129

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Hentikan bila kemudian terjadi pendarahan atau perhatikan luka-luka yang lain.a. Lancarkan dengan cepat saluran pernafasan dan usahakan

tetap lancar.b. Perhatikan apakah dia bernafas atau tidak.c. Perhatikan naik turunnya dada atau perut.d. Dengarkan pernafasannya jika ternyata tidak ada gerakan.e. Rasakan apakah pernafasannya lemah, dengan cara dengan

medekatkan punggung tangan anda ke mulut korban.Jika korban bernafas normal,a. Ubah posisi korban pelan-pelan dan hati-hati ke posisi coma

seperti berikutb. Ubah posisi korban dengan satu sisi badan sebagai tumpuan.c. Ubah posisi tangan dan paha pada sisi badan yang lain agar

tegak lurus terhadap badan.d. Gerakkan siku tangannya sehingga telapak tangan dekat pada

wajahe. Tariklah lengannya ke belakang pelan-pelan sehingga ia

dalam posisi tengkurap.f. Pastikan bahwa kepalanya sedikit miring.Pada posisi ini, lidah akan terdorong kemuka, dan membu ka saluran pernafasan. Darah dan muntahan akan keluar dari mulut, kemudian usaplah dengan tangan atau sapu tangan untuk membuang muntahan atau pecahan gigi yang keluar.

Catatan :Nafas yang berisik adalah tanda bahaya bahwa saluran pernafasan agak tersumbat, cepat lakukan pembersihan jangan sekali-kali memberi bantalan di bawah kepala pada korban yang tidak sadarkan diri.

Jika korban tidak bernafas, atau pernafasan sangat lambat :a. Lakukan pertolongan pernafasan ( Expired Air Resuciation –

EAR )1.metode ini dikenal juga sebagai pernafasan buatan,

pertolongan pernafasan paru-paru, pertolongan pernafasan dari mulut ke mulut, pengalian udara buatan.

130

Pengantar K3 Zaenal Abidin

2.ini harus dilakukan pert ama kali, untuk menjamin tersedianya cukup oksigen dalam darah.

b. Periksa sirkulasi darah, rasakanlah melalui denyut jantung pada leher sebelah atas disamping jakun.

c. Gunakanlah telapak telunjuk jari tengan, jangan gunakan ujung jari.

d. Luka pelupuk mata dan perhatikan pembesaran puil mata.e. Jika pupil tidak berkontraksi ketika diberi sinar, ini

menunjukkan bahwa otak sudak kekurangan oksigen.

Jika denyut nadi masih ada, lanjutkan EAR, jika denyut tidak ada, lakukan pertolongan darurat pemompaan ke rongga jantung. Ini disebut pertolongan gabungan EAR dengan pemompaan.

7.12. Pemompaan Rongga Jantung

Ada dua cara yang harus dilaksanakan bersama – sama. Jika pernafasan korban berhenti dan denyut jantung tidak ada. Metode tersebut adalah : a. EAR untuk memperbaiki pernafasan b. ECC ( External Cadiac Compression ) untuk memperbaiki

peredaran darah.

7.12.1. Pernafasan EAR

Lakukan pada korban yang tidak bisa bernafas tetapi denyut nadinya masih baik. Ada hal penting yang dilakukan untuk pertolongan ini, yaitu :a. Tindakan cepatb. Pembersihan saluran pernafasanc. Usahakan agar udara tidak bocor.

Prosedur :a. Bersihkan mulut dari muntahan atau darah b. Baringkan korban terlentangc. Angkat leher dan gerakkan kepala agar dagu mengarah ke

atasd. Tutup hidung dan memijitnya e. Ambillah nafas yang dalamf. Buka mulut lebar-lebar dan letakkan diatas mulut korban,

pastikan bahwa udara tidak bocor g. Tiup mulutnya keras – keras.

131

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Ingat :

Lihatlah, sementara anda meniup bahwa dadanya akan naik, ini menunjukkan bahwa udara masuk ke paru –paru. Jika dada tidak naik berarti saluran pernafasan masih tersumbat bila terjadi demikian miringkan kepalanya lebih kebelakang dan naikkan dagunya lebih atas, periksa kembali apakah mulut dan tenggorokannya bersih. Perhatikanlah bahwa tidak ada udara yang lolos pada pertolongan mulut ke mulut. Jika anda tidak bisa dengan cara initutuplsh mulutnya dan letakkan mulut anda pada hidungnya, dan tiup keras-keras.a. Lepaskan mulutnya dan biarkan udara keluar dari dada

korban. Untuk orang dewasa, lakukan 12 kali tiap menit yang berarti 2 kali tiupan tiap 15 detik.

b. Ulangi, tiuplah mulut/ hidungnya keras-keras dan lepaskan sampai korban bernafas sendiri, atau sampai dokter datang.

c. Putar posisi korban ke posisi koma, segera setelah ia bernafas, sebab muntahan sering terjadi pada saat ini. Mutlak mengusahakan bahwa tidak ada yang masuk ke saluran pernafasan. Jika orban berhenti bernafas lagi, ulani pertolongan pernafasannya.

Catatan :

132

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Setelah saluran pernafasan lancar, korban mungkin akan bernafas sendiri.

7.12.2. EAR dan ECC

Kedua cara ini harus dipakai apabila korban tidak bernafas dan nadinya tidak berdenyut :a. Lakukan segera EAR seperti yang sudah dijelaskanb. Pastikan bahwa korban terlentang pada permukaan yang kerasc. Tentukan tempat titik penekanan pada tulang dada

Cara :1. letakkan kedua ujung jari telunjuk di atas tulang dada

korban.2. bagi daerah tersebut menjadi dua bagian atas dan

bawah dengan menggunakan kedua ibu jari, sehingga kedua ibu jari bertemu tepat pada titik tengah tulang dada (lihat gambar).

3. tempat penekan adalah titik tengah antara ibu jari dan telunjuk bagian bawah.

4. lokasi penekan juga dapat diperkirakan pada pertemuan tulang dada dengan garis yang menghubungkan kedua puting susu.

d. Tempatkan salah satu telapak tangan pada titik tekan tersebut, dengan jari – jari sejajar tulang rusuk.e. Tindihkan telapak tangan yang lain di atas telapak tangan yang pertama (seperti terlihat pada gambar ). Ibu jari dan

133

Pengantar K3 Zaenal Abidin

telunjuk dapat berpegang pada pergelangan tangan yang pertama.f. Atur tangan tetap lurus, dan dengan gerakan yang kuat dan sepenuh tenaga tekan daerah tersebut sampai turun 40 – 50 mm.g. Lepaskan tekanan dan tekan lagi

1. sampai rata-rata 60-80 kali permenit.2. hati-hati, harap tidak menekan tulang rusuk paling bawah. Pastikan bahwa tekanan dilakukan pada arah tegak lurus ke bawah untuk mencapai efek maksimal.

Pertolongan ini bergantung pula pada jumlah orang yang menanganinya, satu atau dua orang pada uraian berikut:

Metode pertolongan satu orang :

Hal ini dikenal dengan metode 2 : 15, yang berarti penolongan secara bergantian melakukan tindakan sebagai berikut :

a. 2 kali tiupan pada paru-paru sebagai pernafasan buatan (EAR)b. 15 kali penekanan pada dada (ECC)

Rangkaian tersebut dilakukan penuh 4 kali permenit.

Metode pertolongan 2 orang

134

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Kadang-kadang ini disebut metode perbandingan 1 : 5a. Menekan dada 5 kali dalam satu detikb. Hentikan satu detik dan saat berhenti, penolong kedua memberikan satu kali tiupan udara yang ada dalam paru-paru.

Rata-rata rangkaian tersebut dilakukan 12 kali permenit. Jika pertolongan ini berlangsung lama, penolong dapat pindah posisi untuk menghindari kelelahan. Pertolongan harus tetap dilanjutkan sampai tenaga medis yang ahli datang dan mengganti menangani korban, atau sampai pernafasan spontan, dan denyut jantung pulih kembali.Untuk memastikan apakah denyut jantung telah pulih kembali :a. Hentikan tekanan pada jantungb. Periksa denyut nadi

Tanda awal pertolongan berhasil , jika mata mulai berkonstraksi ketika disinari, warna kulit bibir dan gusi kembali normal. Gejala tersebut adalah tanda positif ia akan kembali normal.

Jika denyut jantung belum kembali, lanjutkan pertolongan. Jika denyut mulai muncul, hentikan penekanan jantung, tetapi denyutnya diperiksa terus, jika perlu EAR harus dilanjutkan sampai korban bernafas kembali.

Catatan:Meskipun penanganan yang terlihat pada gambar hanya dari satu sisi, penolong dapat pula berhadapan pada sisi yang berlawanan, untuk memperoleh ruang gerak yang lebih luas.

7.13. Kecelakaan di lapangan/alam terbuka

Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:

a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.

Gejala Perasaan limbung Pandangan berkunang-kunang Telinga berdenging

135

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Nafas tidak teratur Muka pucat Biji mata melebar Lemas Keringat dingin Menguap berlebihan Tak respon (beberapa menit) Denyut nadi lambat

Penanganan1. Baringkan korban dalam posisi terlentang2. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung3. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan

barang yang menghambat pernafasan4. Beri udara segar5. Periksa kemungkinan cedera lain6. Selimuti korban7. Korban diistirahatkan beberapa saat8. Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >>

posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan

b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.

Gejala dan tanda dehidrasi Dehidrasi ringan

Defisit cairan 5% dari berat badan Penderita merasa haus Denyut nadi lebih dari 90x/menit

Dehidrasi sedang Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan Nadi lebih dari 90x/menit Nadi lemah Sangat haus

Dehidrasi berat Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan Hipotensi Mata cekung Nadi sangat lemah, sampai tak terasa Kejang-kejang

Penanganan

136

Pengantar K3 Zaenal Abidin

1. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock

2. mengganti elektrolit yang lemah3. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada4. Memberantas penyebabnya5. Rutinlah minum jangan tunggu haus

c. Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.Gejala

Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas Terdengar suara nafas tambahan Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher) Irama nafas tidak teratur Terjadinya perubahan warna kulit

(merah/pucat/kebiruan/sianosis) Kesadaran menurun (gelisah/meracau)

Penanganan1. Tenangkan korban2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk3. Posisikan ½ duduk4. Atur nafas5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan

d. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll.

Gejala Kepala terasa nyeri/berdenyut Kehilangan keseimbangan tubuh LemasPenanganan1. Istirahatkan korban2. Beri minuman hangat3. beri obat bila perlu4. Tangani sesuai penyebab

e. Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.Gejala

Perut terasa nyeri/mual Berkeringat dingin Lemas

Penanganan1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun

berbaring sesuai kondisi korban

137

Pengantar K3 Zaenal Abidin

2. Beri minuman hangat (teh/kopi)3. Jangan beri makan terlalu cepat

f. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.

Gejala Nyeri di dada Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan

sedikit membungkuk Kadang sampai tidak merespon terhadap suara Denyut nadi tak teraba/lemah Gangguan nafas Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung Kepala terasa ringan Lemas Kulit berubah pucat/kebiruan Keringat berlebihan

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.

Penanganan1. Tenangkan korban2. Istirahatkan3. Posisi ½ duduk4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat

pada badan6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain

didekatnya)

f. Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.

Gejala Seolah-olah hilang kesadaran Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling

di tanah) Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas

Penanganan1. Tenangkan korban2. Pisahkan dari keramaian3. Letakkan di tempat yang tenang4. Awasi

138

Pengantar K3 Zaenal Abidin

g. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.

Gejala Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang

hidung tersumbat oleh darah Kadang disertai pusing

Penanganan1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman2. Tenangkan korban3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping

hidung4. Diminta bernafas lewat mulut5. Bersihkan hidung luar dari darah6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi

tindakan Pertolongan Pertama

h. Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.Gejala

Nyeri pada otot Kadang disertai bengkak

Penanganan1. Istirahatkan2. Posisi nyaman3. Relaksasi4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

i. Memar yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.

Gejala Warna kebiruan/merah pada kulit Nyeri jika di tekan Kadang disertai bengkak

Penanganan1. Kompres dingin2. Balut tekan3. Tinggikan bagian luka

J. Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.

Gejala Bengkak

139

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Nyeri bila tekan Kebiruan/merah pada derah luka Sendi terkunci Ada perubahan bentuk pada sendi

Penanganan1. Korban diposisikan nyaman2. Kompres es/dingin3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi

pergerakan4. Tinggikan bagian tubuh yang luka

k. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan/injury.

Gejala Terbukanya kulit Pendarahan Rasa nyeri

Penanganan1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)2. Tutup luka dengan kasa steril/plester3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses

pengeringan lukaHal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:

1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:o Keluarkan tanpa menyinggung lukao Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau

kain berbulu)o Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

l. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja, dan waktu apa saja. Penghentian darah dengan cara

1.Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll 2.Fisika:

Bila dikompres dingin akan mengecil dan mengurangi pendarahan

Bila dengan panas akan terjadinya penjedalan dan mengurangi

3.Kimia: Obat-obatan

140

Pengantar K3 Zaenal Abidin

4.Biokimia: vitamin K 5.Elektrik: diahermik

m. Patah Tulang/fraktur yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan maupun sebagian

Gejala Perubahan bentuk Nyeri bila ditekan dan kaku Bengkak Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang

retak/patah Ada memar (jika tertutup) Terjadi pendarahan (jika terbuka)Jenisnya Terbuka (terlihat jaringan luka) Tertutup

Penanganan1. Tenangkan korban jika sadarUntuk patah tulang tertutup

1. Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bias digerakan/diangkat)Sensasi (respon nyeri)Sirkulasi (peredaran darah)

1. Ukur bidai disisi yang sehat2. Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela

tubuh bawah3. Pasang bantalan didaerah patah tulang4. Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka5. Ikat bidai6. Periksa GSS

Untuk patah tulang terbuka1.Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang mencuat2.Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin3.Ikat dengan ikatan V4.Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutupTujuan Pembidaian

1. Mencegah pergeseran tulang yang patah

2. memberikan istirahat pada anggota badan yang patah

3. mengurangi rasa sakit4. Mempercepat penyembuhan

141

Pengantar K3 Zaenal Abidin

n. Luka Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)

Penanganan1. Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen2. Perhatikan keadaan umum penderita3. Pendinginan Membuka pakaian penderita/korban Merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau

30 menit. Untuk daerah wajah, cukup dikompres air4. Mencegah infeksi

o Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka

o Penderita dikerudungi kain putiho Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air

seperti mentega, kecap dll5. Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam

24 jam sampai 48 jam pertama6. Bila luka bakar luas penderita diKuasakan7. Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya

dilakukan dalam satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24-48 jam pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan.

8. Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh.

o. Hipotermia yaitu suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin

Gejala Menggigil/gemetar Perasaan melayang Nafas cepat, nadi lambat Pandangan terganggu Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat

Penanganan1. Bawa korban ketempat hangat2. Jaga jalan nafas tetap lancar3. Beri minuman hangat dan selimut4. Jaga agar tetap sadar5. Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak

(jika masih kedinginan)

p. Keracunan makanan atau minuman

142

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Gejala Mual, muntah Keringat dingin Wajah pucat/kebiruan

Penanganan1. Bawa ke tempat teduh dan segar2. Korban diminta muntah3. Diberi norit4. Istirahatkan5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

q. Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah: Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan

sedikit antiseptik Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:

1. Gigitan UlarTidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Hematotoksin (keracunan dalam)2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem

saraf)3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada

korban)Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.Penanganan untuk Pertolongan Pertama:

1. Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.

2. Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat

3. Cegah penyebaran bisa penderita dari daerah gigitan

143

Pengantar K3 Zaenal Abidin

o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik

o Letakkan daerah gigitan dari tubuho Berikan kompres eso Usahakan penderita setenang mungkin bila

perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri

4. Perawatan lukao Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn

04, yodium atau benda panaso Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan

kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).

5. Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)

6. Perbaikan sirkulasi daraho Kopi pahit pekato Kafein nabenzoat 0,5 gr im/ivo Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor

7. Obat-obatan laino Atso Toksoid tetanus 1 mlo Antibiotic misalnya: PS 4:1

2. Gigitan LipanCiri-ciri

1. Ada sepasang luka bekas gigitan2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit

biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jamPenanganan

1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik

2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik

144

Pengantar K3 Zaenal Abidin

3. Gigitan Lintah dan PacetCiri-ciri

1. Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)Penanganan

1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam

2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal

4. Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnyaBiasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.Perhatian:

Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping

Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.

7.14. Evakuassi Korban

Tahapan lain dalam Pertolongan Pertama adalah evakuasi korban yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.Prinsip Evakuasi1. Dilakukan jika mutlak perlu2. Menggunakan teknik yang baik dan benar3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan

terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian

Alat Pengangutan Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:1. Manusia Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan

jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.

145

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Bila satu orang maka penderita dapat: Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat

serta tidak patah tulang Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas Dipanggul/digendong Merayap posisi miring

Bila dua orang maka penderita dapat: Diangkut atau tidak tergantung pada ciderayang dialami,

diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung. Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan Model membawa balok Model membawa kereta

2. Alat bantu Tandu permanen Tandu darurat Kain keras/ponco/jaket lengan panjang Tali/webbing

PersiapanYang perlu diperhatikan:1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan penilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan gangguan persendian2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut4. Memilih alat5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak daolam posisi benar

7.15. Petugas dan isi kotak P3K

Menurut beberapa stnadar, jumlah petugas P3K dan isi kotak P3K dapat dibedakan berdasar risiko yang mungkin terjadi seperti tabel di bawah ini

Tabel jumlah petugas P3K berdasarkan Jumlah Pekerja

KATEGORI RESIKO

JUMLAH NAKER

PETUGAS P3K

146

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Resiko Rendah

Toko, kantor/ office, perpustakaan

< 50 pekerja

diantara 50 dan 200 pekerja

> 200 pekerja

Orang yang ditunjuk paling sedikit 1 (satu) orang. Paling tidak 1

(satu) orang untuk 200 pekerja.

Resiko MenengahTeknik ringan, Gudang/warehouse,Proses Makanan

< 20 pekerja

diantara 20 dan 100 orang pekerja

> 100 pekerja

Orang yang ditunjuk paling sedikit 1 (satu) orang. Sedikitnya 1

(satu) orang untuk 100 pekerja.

Resiko Tinggi

Industri berat, industri kimia, slaughter houses

< 5 pekerja

diantara 5 dan 50 pekerja

> 50 pekerja

Orang yang ditunjuk paling sedikit 1 (satu) orang. Sedikitnya 1

(satu) orang untuk 50 pekerja.Sedikitnya 1 (satu) orang petugas

P3K telah dilatih untuk kondisi darurat.

Sumber: HSE (First Aid) ISBN 0-7176-0426-8

Jumlah Naker

Tempat Kerja Dg Sedikit

Kemungkinan Terjadi

Kecelakaan

Tempat Kerja Dg Ada Kemungkinan

Terjadi Kecelakaan

Tempat Kerja Dg Banyak

Kemungkinan Terjadi

Kecelakaan

0 s/d 25 Kotak P3K Bentuk I

Kotak P3K Bentuk I&II

Kotak P3K Bentuk II

25 s/d 100 I II III

100 s/d 500

II III III + Kotak Dokter

> 500 II III + Kotak Dokter III

147

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Setiap 500 naker Setiap 500 naker Kotak Dokter

Setiap 500 naker + Kotak dokter

 Daftar Isi Kotak P3K menurut bentuknya masing-masing:

 a. Kotak Bentuk I berisi:

10 gram kapas putih 1 rol pembalut gulung lebar

2.5 cm 1 rol pembalut gulung lebar 5

cm 1 pembalut segitiga (mitella) 1 pembalut cepat

steril/snelverband 10 buah kassa steril ukuran

5×5 cm

1 rol plester lebar 2.5 cm

10 buah plester cepat (mis. Tensoplast, dll.)

1 buah gunting 1 buku catatan 1 buku pedoman

P3K

1 daftar isi kotak P3K

 Obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk I

Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, Acetosai, dll)

Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll)

Norit Obat anti alergi

Obat merah Soda Kue Obat tetes mata

Obat gosok

 b. Kotak Bentuk II berisi:

50 gram kapas putih 100 gram kapas gemuk 3 rol pembalut gulung lebar 2.5

cm 2 rol pembalut gulung lebar 5

cm 2 rol pembalut gulung lebar 7.5

cm 2 pembalut segitiga (mitella) 2 pembalut cepat

steril/snelverband 10 buah kassa steril ukuran 5×5

cm 10 buah kassa steril ukuran

7.5×7.5 cm

1 bidal 1 gunting

pembalut 1 buah sabun 1 dos kertas

pembersih (cleansing tissue)

1 pinset 1 lampu senter 1 buku catatan 1 buku

pedoman P3K

1 daftar isi

148

Pengantar K3 Zaenal Abidin

1 rol plester lebar 1 cm 20 buah plester lebar 1 cm

20 buah plester cepat (mis. Tensoplast)

kotak P3K

 Obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk II

Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, Acetosai, dll)

Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll)

Norit Obat anti alergi Soda Kue, garam dapur Merculochrom

Obat tetes mata

Obat gosok Salep anti

histamimka Salep sulfa atau

S.A. powder Boor zalif Sofratulle Larutan rivanol

1/10 500 cc

Amoniak cair 25% 100 cc

 c. Kotak Bentuk III berisi:

300 gram kapas putih 300 gram kapas gemuk 6 rol pembalut gulung lebar

2.5 cm 8 rol pembalut gulung lebar 5

cm 2 rol pembalut gulung lebar

10 cm 4 pembalut segitiga (mitella) 2 pembalut cepat

steril/snelverband 20 buah kassa steril ukuran

5×5 cm 40 buah kassa steril ukuran

7.5×7.5 cm 1 rol plester lebar 1 cm

20 buah plester cepat (mis. Tensoplast)

1 rol plester lebar 2.5 cm

3 bidal 1 gunting

pembalut 1 buah sabun 2 dos kertas

pembersih (cleansing tissue)

1 pinset 1 lampu senter 1 buku catatan 1 buku pedoman

P3K

1 daftar isi kotak P3K

149

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk III sama dengan obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk II

 d. Kotak Khusus Dokter berisi:

1 set alat-alat minor surgery lengkap

1 botol Alcohol 70% isi 100 cc

1 botol Aquadest isi 100 cc

1 botol Betadine solution 60 cc

1 botol Lysol isi 100 cc 5 spnit injection

diskosable 2 ½ cc 5 spnit injection

diskosable 5 cc 20 lidi kapas 2 flakon ATS injection isi

100 cc (disimpan ditempat sejuk)

5 flakon P.S. 4:½ atau 4:1 atau PP injectie

Ampul morphine injectie 3 ampul pethridine

injectie

2 flakon antihistamine injectie

2 flakon anti panas injectie

5 ampul adrenaline injectie

1 flakon cartison injectie

2 ampul cardizol injectie

2 ampul aminophyline injectie

10 sulfas atropine injectie 0.25 g

10 sulfas atropine injectie 0.5 g

5 ampul anti spascodik injectie

2 handuk 1 tempat cuci

tangan 1 mangkok bengkok 1 buku catatan 1 buku pedoman

P3K

1 daftar isi

 Sumber: SNI-19-3994-1995 

Farmakologi adalah pengetahuan mengenai obat-obatan. Yang dibahas disini hanya sekedar obat-obatan standar yang sering dibutuhkan dalam kegiatan lapangan/ Alam Terbuka.

NO Nama Obat Kegunaan1 CTM Alergi, obat tidur2 Betadine Antiseptik3 Povidone Iodine Antiseptik4 Neo Napacyne Asma, sesak nafas5 Asma soho Asma,sesak nafas

150

Pengantar K3 Zaenal Abidin

6 Konidin Batuk7 Oralit Dehidrasi8 Entrostop Diare9 Demacolin Flu, batuk

10 Norit Keracunan11 Antasida doen Maag12 Gestamag Maag13 Kina Malaria14 Oxycan Memberi tambahan

oksigen murni15 Damaben Mual16 Feminax Nyeri haid17 Spasmal Nyeri haid18 Counterpain Pegal linu19 Alkohol 70% Pembersih luka/antiseptic20 Rivanol Pembersih luka/antiseptic21 Chloroetil (obat semprot

luar)Pengurang rasa sakit

22 Pendix Pengurang rasa sakit23 Antalgin Pengurang rasa sakit,

pusing24 Paracetamol Penurun panas25 Papaverin Sakit perut26 Vitamin C Sariawan27 Dexametason Sesak nafas

151

Pengantar K3 Zaenal Abidin

BAB VIII PENYAKIT AKIBAT KERJA

Menurut Suma’mur (1976) kesehatan kerja merupakan spesial-isasi ilmu kesehatan / kedokteran beserta prakteknya yang bertu-juan agar pekerja / masyarakat pekerja memperoleh derajat ke-sehatan setinggi – tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit / gang-guan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “ kesehatan pada sektor industri “ saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya ( total health of all at work).Untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi pekerja maka harus diusahakan menghindarkan atau mengurangi semaksimal mungkin penyakit- penyakit atau gangguan kesehatan yang mungkin timbul akibat kerja atau lingkungan tempat bekerja. Untuk itu selanjutnya kita akan membicarakan penyakit – penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja supaya para pekerja dan management ditempat kerja bisa mengetahui dan mengerti agar bisa melakukan usaha – usaha untuk menghin-darinya.

8.1. Penyakit Akibat Kerja yang berhubungan dengan pekerjaan

Penyakit akibat kerja yaitu : penyakit yang bisa diagnosa oleh dokter yang penyebabnya ada kaitannya dengan pekerjaan atau lingkungan kerja.Jika sebab akibat atau kaitan itu langsung atau 100% disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja penyakit itu disebut “ Penyakit Akibat Kerja” (PAK). Jika penyebab itu bukan satu –satunya pekerjaan atau lingkungan kerja maka penyakit itu dise-but : “ Penyakit Karena Hubungan Kerja “.Kedua istilah itu disebutkan dalam : Peraturan Menteri Tenaga ker ja dan Transmigrasi no Per01/1981 dan Keputusan Presiden No 22 / 1993.

Penyakit Akibat Kerja ( Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER – 01/ MEN/ 1981 Tanggal 4 April 1981:

152

Pengantar K3 Zaenal Abidin

1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut ( silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat paru atau kematian.

2. Penyakit – penyakit paru dan saluran pernafasan (bron-chopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru-paru daan saluran nafas (bronchopulmoner) yang disebabkan debu kapas, vlas, henep, dan sisal (bissi-nosis)

4. Asma akibat kerja yang disebabkan penyebab –penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis allergis yang disebabkan oleh faktor dari luar se-bagai akibat penghirupan debu organik.

6. Penyakit – penyakit yang disebabkan berilium atau persenyawaannya yang beracun.

7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

8. Penyakit – penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

9. Penyakit – penyakit yang disebabkan krom atau persenyawaannya yang beracun.

10. Penyakit – penyakit yang disebabkan mangan atau persenyawaannya yang beracun.

11. Penyakit – penyakit yang disebabkan arsen atau persenyawaannya yang beracun.

12. Penyakit – penyakit yang disebabkan air raksa atau persenyawaannya yang beracun.

13. Penyakit – penyakit yang disebabkan timah hitam atau persenyawaannya yang beracun.

14. Penyakit – penyakit yang disebabkan fluor atau persenyawaannya yang beracun.

15. Penyakit – penyakit yang disebabkan karbon disulfida16. Penyakit – penyakit yang disebabkan derivat halogen dari

persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang bera-cun.

17. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh benzene atau ho-molog – homolog yang beracun.

18. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh derivat Nitro dan amino dari benzene atau homolog – homolog yang beracun.

19. Penyakit – penyakit yang disebabkan nitrogliserin atau ester –ester lain dari asam nitrat.

153

Pengantar K3 Zaenal Abidin

20. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton

21. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia seperti : karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derifatnya yang beracun.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan kebisingan23. Penyakit yang disebabkan getaran mekanik ( kelainan – ke-

lainan otot, urat, tulang, persendian pembuluh drah tepi atau syaraf tepi).

24. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara bertekanan lebih.

25. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik atau radiasi pengion.

26. Penyakit – penyakit yang disebabkan penyebeb fisik, kimi-awi, atau biologis yang tidak termasuk golongan penyakit akibat kerja lainnya.

27. Kanker kulit epthelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antasen atau pensenyawaan, produk atau residu dari zat-zat ini.

28. Kanker paru-paru infeksi atau mesotelioma yang dise-babkan oleh asbes

29. Penyakit – penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus. Yang termasuk kontaminasi resiko kontaminasi khusus : pekerja kesehatan dan laoratorium, pekerja kesehatan hewan, pekerja yang berkaitan dengan hewan yang mati atau barang – barang yang mungkin telah mengalami kon-taminasi oleh hewan yang mati pekerja yang mengandung resiko khusus terjadinya kontaminasi.

30. Penyakit- penyakit yang disebabkan suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban tinggi.

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja ( keputusan Presiden no 22 Tahun 1993):

1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut ( silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat paru atau kematian.

2. Penyakit – penyakit paru dan saluran pernafasan (bron-chopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.

154

Pengantar K3 Zaenal Abidin

3. Penyakit paru-paru daan saluran nafas (bronchopulmoner) yang disebabkan debu kapas, vlas, henep, dan sisal ( bissi-nosis)

4. Asma akibat kerja yang disebabkan penyebab –penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis allergis yang disebabkan oleh faktor dari luar se-bagai akibat penghirupan debu organik.

6. Penyakit – penyakit yang disebabkan berilium atau persenyawaannya yang beracun.

7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

8. Penyakit – penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

9. Penyakit – penyakit yang disebabkan krom atau persenyawaannya yang beracun.

10. Penyakit – penyakit yang disebabkan mangan atau persenyawaannya yang beracun.

11. Penyakit – penyakit yang disebabkan arsen atau persenyawaannya yang beracun.

12. Penyakit – penyakit yang disebabkan air raksa atau persenyawaannya yang beracun.

13. Penyakit – penyakit yang disebabkan timah hitam atau persenyawaannya yang beracun.

14. Penyakit – penyakit yang disebabkan fluor atau persenyawaannya yang beracun.

15. Penyakit – penyakit yang disebabkan karbon disulfida16. Penyakit – penyakit yang disebabkan derivat halogen dari

persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang bera-cun.

17. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh benzene atau ho-molog – homolog yang beracun.

18. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh derivat Nitro dan amino dari benzene atau homolog – homolog yang beracun.

19. Penyakit – penyakit yang disebabkan nitrogliserin atau ester –ester lain dari asam nitrat.

20. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton

21. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia seperti : karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derifatnya yang beracun.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan kebisingan

155

Pengantar K3 Zaenal Abidin

23. Penyakit yang disebabkan getaran mekanik ( kelainan – ke-lainan otot, urat, tulang, persendian pembuluh drah tepi atau syaraf tepi).

24. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara bertekanan lebih.

25. Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik atau radiasi pengion.

26. Penyakit – penyakit yang disebabkan penyebeb fisik, kimi-awi, atau biologis yang tidak termasuk golongan penyakit akibat kerja lainnya.

27. Kanker kulit epthelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antasen atau pensenyawaan, produk atau residu dari zat-zat ini.

28. Kanker paru-paru infeksi atau mesotelioma yang dise-babkan oleh asbes

29. Penyakit – penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus. Yang termasuk kontaminasi resiko kontaminasi khusus : pekerja kesehatan dan laoratorium, pekerja kesehatan hewan, pekerja yang berkaitan dengan hewan yang mati atau barang – barang yang mungkin telah mengalami kon-taminasi oleh hewan yang mati pekerja yang mengandung resiko khusus terjadinya kontaminasi.

30. Penyakit- penyakit yang disebabkan suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk obat.

Penyakit Akibat KerjaPenyakit yang timbul/ terkait dengan kerja

1. Terjadi hanya diantara popu-lasi pekerja

2. Penyebabnya spesifik

3. Ekspose ditempat kerja sangat penting

4. Dapat kompensasi dan tercatat

Terjadi juga pada popu-lasi penduduk Multi faktorialEkspose ditempat kerja mungkin salah satu faktorMungkin dapat kompen-sasi dan tercatat

Logam – logam atau bahan – bahan atau zat kimia yang menjadi penyebab penyakit diatas adalah termasuk bahan beracun dan berbahaya ( B3).

156

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Untuk memudahkan, pada bab – bab selanjutnya penyakit akibat kerja akan dibagi menurut kelompok penyebabnya yaitu :1. Penyakit akibat Bahan Berbahaya dan Beracun (kimia atau

partikel).2. Penyakit Akibat Kerja karena Gangguan Fisika

a. Kelainan pendengaran karena kebisinganb. Penyakit yang disebabkan getaran mekanik ( kelainan

otot, urat, tulang, persendian, pembuluh darah tepi dan syaraf tepi

c. Penyakit yang disebabkan udara bertekanan lebihd. Penyakit yang disebabkan radiasi elektro magnetik dan

radiasi pengione. Penyakit- penyakit yang disebabkan suhu tinggi atau

rendah atau panas radiasi atau kelembaban tinggif. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya terma-

suk obat.

8.2. PAK karena B3 (Kimia dan partikel)

Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu : Bahan yang karena sifatnya dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik se-cara langsung maupun tidak langsung, yang kalau berkontak dengan manusia/ makhluk hidup lain bisa menimbulkan gang-guan kesehatan dan dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Penyakit yang timbulkan oleh B3 tergantung dari target organ masing – masing.

A. Saluran PernafasanYang utama memberikan efek buruk pada saluran per-nafasan adalah BBB yang berbentuk debu, gas, uap atau bau. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan gangguan fungsi atau penyakit pada sistem pernapasan, yang terdiri dari saluran hidup, faring, trakea, bronkus, dan paru – paru. Racun pernapasan dapat mencakup berbagai kondisi gang-guan paru kronis dan akut, kanker, iritasi, bronkitis, edema paru, emphysema, paparan lingkungan bahan kimia dan in-dustri dapat merusak fungsi pernafasan . komponen utama adalah asap yang mengandung berbagai unsur dan senyawa kimia yang berbahaya dan mungkin juga beracun. Masalah

157

Pengantar K3 Zaenal Abidin

pernapasan menyebabkan memperburuk asma, dan meningkatkan tingkat keparahan kejadian dan infeksi perna-pasan. Paparan pernafasan dapat memicu iritasi mulai ringan sampai kematian karena sesak napas. Lama pema-paran toxicant pernafasan dapat menyebabkan kerusakan paru – paru, yang mengakibatkan penyakit kronis seperti fi-brosis paru, emfisema, dan kanker. Fibrosis adalah penyakit yang paru – paru serius di mana saluran udara menjadi di-batasi atau meradang, menyebabkan kesulitan bernapas. Da-pat disebabkan debu, aluminium, berilium, asbes, silika, stannum, dan lain –lain.Emphysema, penyakit degenaratif dan berpotensi fatal, keti-dakmampuan paru –paru untuk berkembang kempis dengan sempurna. Penyebab pagar utama emfisema adalah asap rokok, paparan, aluminium, kadmium oksida, ozon, dan ni-trogen oksida. Selain itu, beberapa toxicants pernafasan diketahui menyebabkan kanker. Contoh karsinogen paru manusia adalah paru asap rokok, asbes, aesen, nikel dan lain – lain.

Asma Adalah suatu sindroma gangguan pernafasan berupa sesak biasanya dipicu oleh zat- zat tertentu. Walau sebagian besar asma adalah genetik tapi kondisi tertentu dapat memicu munculnya asma. Paparan BBB berupa debu, asap, dan bau sangat mudah memicu munculnya asma. Paparan BBB berupa debu, asap, dan bau sangat mudah memicu asma yang sebelumnya tidak pernah muncul.

Yang menyebabkan serangan asma :

Eksposur untuk memicu serangan serupa dalam banyak hal ke reaksi alergi. Reaksi elergi merupakan respon oleh tubuh pada sistem kekebalan terhadap alergen penyerang tersebut memicu serangkaian reaksi. Ini adalah serangkaian reaksi yang menyebabkan produksi lendir dan bronchospasms. Re-spon ini menyebabkan gejala serangan asma.

Pada asma kerja, yang memicu adalah zat atau kondisi ditempat kerja yang menyebabkan gejala asma. Sebagian besar zat dan kondisi yang sangat umum dan tidak biasanya dianggap berbahaya. Meskipun zat ini dan kondisi yang da-pat ditemui di hampir semua tempat kerja, asma akibat kerja

158

Pengantar K3 Zaenal Abidin

paling sering terjadi pada pekerja di industri berikut dan pekerjaan :• Industri plastik• Industri karet• Industri Kimia• Industri Tekstil• Industri Elektronik• Lukisan• Printing Pencetakan • Pencelupan • Metalworking• Pengelasan • Penyulingan Minyak• Pembersihan• Baking dan Pengolahan makanan•Pertanian •Berkebun, Lansekap, dan Hortikultura•Bekerja dengan hewan• Laboratorium kerja• pertambangan

Pemicu yang sering dikaitkan dengan keterlambatan dalam timbulnya gejala ( masa latency) datang dalam dua kelom-pok ( ditandai dengan ukuran molekul yang terlibat). Para agen berat molekul tinggi cenderung protein, dan polisakarida.

Contoh agen ini mencakup berbagai enzim ( digunakan dalam industri roti dan makanan), sereal ( juga terlihat di in-dustri baking), hewan limbah dan kerang ( ditemukan di teknisi laboritorium, petani, pengolah makanan ), dan lateks ( ditemukan di petugas kesehatan ).

Agen molekul rendah sering memiliki gejala awal lebih pendek dan biasanya tidak termasuk hidung dan iritasi mata. Beberapa contoh dari agen – agen termasuk anhidrida ( sering digunakan dalam plastik, pewarna, dan epoxy), logam ( digunakan di kilang, elektroplating, pengelasan ), diisocyanates ( ditemukan di plastik , cat semprot, pengeco-ran), debu kayu tertentu seperti kayu cedar merah ( dite-mukan di pemahat kayu, pembuat furnitur, pekerja sawmill), dan agen pembersih ( ditemukan di profesional pemeliharaan pekerja sektor kesehatan).

159

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Tidak semua orang terkena kondisi ini akan mengem-bangkan asma. Beberapa orang lebih rentan terhadap asma daripada yang lain. Selain itu, paparan beberapa zat dapat menghasilkan penyakit paru – paru kronis selain asma.

Faktor risiko untuk asma kerja meliputi :• Sering paparan untuk memicu• Alergi• Riwayat keluarga alergi atau asma

Jika asma tidak diobati, saluran nafas secara bertahap mengembangkan pola berlebihan, maka, istilah alternatif untuk asma, penyakit saluran pernafasan reaktif. Umum, kondisi sehari – hari, seperti asap rokok atau udara dingin, dapat menyebabkan gejala asma. Bahkan, itu adalah bagian dari kondisi manusia normal untuk tingkat kecil bronkospasme terjadi ketika saluran udara yang terkena udara dingin atau kering. Biasanya, menghangatkan saluran udara bagian atas tubuh dan membasahi udara untuk mence-gah hal ini terjadi.1. Pneumokoniosis

Yaitu reaksi imflamasi pada paru karena hal – hal ter-tentu biasanya berupa BBB yang masuk ke paru – paru dalam bentuk asap, debu atau bentuk partikel lain seperti serat. Partikel debu yang bisa mengendap di paru – paru adalah yang diameternya sekitar 10µ kalau ukurannya lebih kecil dia akan mengambang dan keluar lagi dari paru ketika menghembuskan nafas. Kalau ukurannya lebih besar, tidak akan bertahan lama diudara dan akan segera jatuh ketanah. Jadi kalau menggunakan masker pilihlah yang bisa menyaring partikel ukuran sekitar 10µ.

160

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Pneumokoniosis karena partikel silika

Silikosis

2. Penyakit bronchopulmoner karena logam kerasDisebabkan karena debu logam keras yang terhirup kedalam saluran nafas. Yang termasuk logam keras disini adalah : Barium ( baritosis), Timah (satnnosis), besi ( siderosis ). Gejala : sesak nafas, batuk – batuk. Pada pemeriksaan Rontgen akan keliatan paru – paru seperti berbintik – bintik.

3. Penyakit bronchopulmoner karena debu kapas, vlas, henep dan sisalGejala ; sesak nafas, batuk

4. AsmaAdalah suatu sindrom gangguan pernafasan berupa sesak yyang biasanya dipicu oleh zat – zat tertentu. Walau sebagian besar asma adalah genetik tapi kondisi – kondisi tertentu dapat memicu munculnya asma. Pa-

161

Pengantar K3 Zaenal Abidin

paran BBB berupa debu, asap, dan bau sangat mudah memicu asma yang sebelumnya tidak pernah muncul.

Yang menyebabkan serangan asma :

Eksposur untuk memicu serangan serupa dalam banyak hal ke reaksi alergi. Reaksi elergi merupakan respon oleh tubuh pada sistem kekebalan terhadap alergen penyerang tersebut memicu serangkaian reaksi. Ini adalah serangkaian reaksi yang menye-babkan produksi lendir dan bronchospasms. Respon ini menyebabkan gejala serangan asma.

Pada asma kerja, yang memicu adalah zat atau kondisi ditempat kerja yang menyebabkan gejala asma. Seba-gian besar zat dan kondisi yang sangat umum dan tidak biasanya dianggap berbahaya. Meskipun zat ini dan kondisi yang dapat ditemui di hampir semua tem-pat kerja, asma akibat kerja paling sering terjadi pada pekerja di industri berikut dan pekerjaan :• Industri plastik• Industri karet• Industri Kimia• Industri Tekstil• Industri Elektronik• Lukisan• Printing Pencetakan • Pencelupan • Metalworking• Pengelasan • Penyulingan Minyak• Pembersihan• Baking dan Pengolahan makanan•Pertanian •Berkebun, Lansekap, dan Hortikultura•Bekerja dengan hewan• Laboratorium kerja• pertambangan

Pemicu yang sering dikaitkan dengan keterlambatan dalam timbulnya gejala ( masa latency) datang dalam dua kelompok ( ditandai dengan ukuran molekul yang

162

Pengantar K3 Zaenal Abidin

terlibat). Para agen berat molekul tinggi cenderung protein, dan polisakarida.

Contoh agen ini mencakup berbagai enzim ( digu-nakan dalam industri roti dan makanan), sereal ( juga terlihat di industri baking), hewan limbah dan kerang ( ditemukan di teknisi laboritorium, petani, pengolah makanan ), dan lateks ( ditemukan di petugas kese-hatan ).

Agen molekul rendah sering memiliki gejala awal lebih pendek dan biasanya tidak termasuk hidung dan iritasi mata. Beberapa contoh dari agen – agen terma-suk anhidrida ( sering digunakan dalam plastik, pe-warna, dan epoxy), logam ( digunakan di kilang, elek-troplating, pengelasan ), diisocyanates ( ditemukan di plastik , cat semprot, pengecoran), debu kayu tertentu seperti kayu cedar merah ( ditemukan di pemahat kayu, pembuat furnitur, pekerja sawmill), dan agen pembersih ( ditemukan di profesional pemeliharaan pekerja sektor kesehatan).

Tidak semua orang terkena kondisi ini akan mengem-bangkan asma. Beberapa orang lebih rentan terhadap asma daripada yang lain. Selain itu, paparan beberapa zat dapat menghasilkan penyakit paru – paru kronis se-lain asma.

Faktor risiko untuk asma kerja meliputi :• Sering paparan untuk memicu• Alergi• Riwayat keluarga alergi atau asma

Jika asma tidak diobati, saluran nafas secara bertahap mengembangkan pola berlebihan, maka, istilah alter-natif untuk asma, penyakit saluran pernafasan reaktif. Umum, kondisi sehari – hari, seperti asap rokok atau udara dingin, dapat menyebabkan gejala asma. Bahkan, itu adalah bagian dari kondisi manusia nor-mal untuk tingkat kecil bronkospasme terjadi ketika saluran udara yang terkena udara dingin atau kering. Biasanya, menghangatkan saluran udara bagian atas

163

Pengantar K3 Zaenal Abidin

tubuh dan membasahi udara untuk mencegah hal ini terjadi.

B. Kulit Kontak BBB dengan kulit secara umum bisa menimbulkan reaksi yang biasa disebut dermatitis. Jenis dermatitis yang terjadi tergantung dari jenis BBB, juga tergantung dari indi-vidu yang dikenainya. Dermatitis yang terjadi bisa karena alergi (hipersensitif) terhadap bahan tersebut atau karena bahan tersebut bersifat iritatif.

Bisa juga terjadi kulit melepuh dan seperti terbakar karena BBB yang sangat keras.

1. Dermatitis kontak alergiDermatitis ini terjadi karena seseorang alergi atau hipersensitif terhadap suatu bahan. Hal ini bisa timbul karena faktor genetik atau faktor – faktor lain. Jadi tidak semua orang yang berkontak dengan bahan terse-but akan menderita dermatitis.

164

Pengantar K3 Zaenal Abidin

2. Dermatitis kontak iritatifTerjadi karena bahan kontaknya memang iritan atau bersifat iritatif. Semua orang yang kulitnya berkontak dengan bahan tersebut akan menderita dermatitis ditempat kulitnya berkontak.

C. Mata dan Sistem PenglihatanBBB yang bisa menimbulkan bahaya pada mata dan sistem penglihatan biasanya dalam bentuk asap , gas atau partikel debu atau bentuk cairan yang menciprati mata. Tapi ada juga bahan BBB yang masuk kedalam darah dan menim-bulkan gangguan saraf termasuk saraf mata. Asap dari logam seperti timah putih dalam jangka waktu tertentu bisa menyebabkan buta warna biru. Kontak langsung mata den-gan mata bisa menyebabkan kekeruhan cornea bahkan iri-tasi dan perlukaan atau terbakarnya kornea dan kekeruhan

165

Pengantar K3 Zaenal Abidin

lensa. Radiasi zat radio aktif juga bisa menyebabkan katarak lensa.

D. Telinga dan Sistem Pendengaran Banyak orang di industri, termasuk Hiegenis industri, dok-ter dan profesional keselamatan kerja, tidak menyadari bahwa eksposur bahan kimia mampu merusak pendengaran selain kebisingan. Kurangnya pengetahuan menempatkan banyak pekerja beresiko untuk kehilangan pendengaran ir-reversibel akibat kecelakaan kerja mereka tidak mendapat peringatan tentang hal itu. Evaluasi tempat kerja untuk agen ototoxic harus dianggap sebagai bagian penting dari bahaya ditempat kerja.pelarut tertentu dan logam, juga mampu me-nunjukkan efek merugikan pada pendengaran. Penelitian epidomiologi telah menunjukkan bahwa bisa terjadi gang-guan pendengaran akibat dari eksposur dari pelarut industri umum seperti xilena dan toluena telah meningkat dua sam-pai lima kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.Klasifikasi Bahan Kimia Ototoxic

Diperkirakan ada 5.200 untuk 56.000 diperkirakan agen yang berpotensi ototoxic. Meskipun jumlah perkiraan oto-toxic berada di ribuan, mereka tidak kompleks atau sulit un-tuk mengklasifikasikan. Ada empat kelas substansi utama industri di mana ototoxins berada. Sebagian besar zat ada pada industri khusus jadi tidak mungkin untuk semua indus-tri memiliki ototoxins didalam fasilitas mereka. Ini berarti kehadiran ototoxins dalam waktu fasilitas bisa seringkali di-antisipasi. Keempat kelas agen ototoxic termasuk pelarut, logam, pestisida, asphyxiants.

Pelarut

Berbagai pelarut industri yang ototoxic. Ini termasuk tolu-ena, xilena, stirena, trichloroethylene, Ethylbenzene, roh putih/ stoddard pelarut, karbon disulfida, perkloroetilena, dan n-heptena. Pelarut adalah substansi ototoxic paling ser-ing ditemukan. Toluena dan xilena adalah pelarut yang pal-ing populer dan telah dianggap risiko terbesar dalam hal jumlah pekerja yang terpapar. N- heksana terlah diperde-batkan mungkin non-ototo xic karena semua ototoxicity penelitian menunjukkan dari studi hewan dan tidak cukup data yang menyatakan ototoxicity manusia. Pada titik hek-

166

Pengantar K3 Zaenal Abidin

sana-n sedang diklasifikasikan sebagai ototoxins tersangka oleh banyak orang.

Logam

Beberapa logam dikaitkan dengan ototoxicity. Timbal, merkuri, arsenik, sebuah panduan timah dengan beberapa zat organik dan mangan semua dianggap ototoxic. Ototoxic logam yang tidak umum dalam pengaturan industri yang paling jumlah terbesar dari eksposur timah, logam ototoxic dalam fasilitas manufaktur baterai. Hal ini juga penting un-tuk dicatat timah yang merupakan racun bagi banyak sistem tubuh lainnya juga. Ini membuat mendesak untuk menghi-langkan paparan karyawan terhadap ototoxins secepat mungkin.

Pestisida

Beberapa pestisida dan herbisida seperti paraquat dan organofosfat juga berpotensi ototoxic. Eksposur pestisida kebanyakan lokal dalam perdagangan pertanian dan lansekap. Tidak banyak penelitian telah didedikasikan un-tuk memepelajari ototoxicity pestisida. Sebagian besar penelitian saat sedang diarahkan pada ototoxins kimia.

Asphyxiants

Karbon monoksida berlimpah ditemukan dibanyak industri dan juga dianggap ototoxic. Asphyxiants lain seperti hidro-gen sianida yang juga dikategorikan sebagai ototoxic. Kar-bon monoksida adalah produk sampingan pembakaran umum dan hadir disetiap tempat kerja di mana mesin pem-bakaran internal dioperasikan. Hal yang menarik tentang karbon monoksida adalah bahwa hal itu adalah ototoxins hanya mampu memberikan kedua pergeseran ambang batas sementara dan pergeseran ambang batas permanen dalam pendengaran. Dalam dosis rendah audigrams telah menun-jukkan pergeseran ambang batas sementara diseluruh frekuensi yang cepat akan berkurang dalam beberapa jam. Hal ini diyakini bahwa dosis tinggi dapat menyebabkan metabolisme oksidatif dari sel – sel rambut menyebabkan kahilangan pendengaran permanen.

167

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Pencarian MSDS untuk berbagai ototoxins juga dihasilkan tidak menyebutkan bahaya potensial untuk pendengaran. OHSA tidak secara khusus menangani gangguan penden-garan ototoxic, namun NIOSH dan ACGIH menyebutkan subjek dalam pedoman sukarela mereka. NIOSH sangat menganjurkan bahwa para majikan mengindentifikasi bahan kimia dan mengevaluasi mereka untuk ototoxicity kemu-ngkinan sebagai bagian dari pengakuan bahaya rutin dan proses identifikasi. Sebagai langkah keamanan menam-bahkan, ACGIH merekomendasikan bahwa majikan melakukan audiograms bagi pekerja yang terpapar toluena, timah, mangan, atau alkohol n-butil.

E. Saluran CernaKontak BBB ( yang biasanya dalam bentuk cairan) pasa saluran cerna terjadi kalau masuk melalui mulut atau terte-lan. Akibat yang terjadi tergantung dari sifat BBB yang tertelan. Kalau bersifat korosif misalnya asam keras makanya akan terjadi iritasi saluran cerna. Kalau tidak ter-lalu keras bisa menimbulkan diare atau muntah karena reaksi lambung terhadap BBB tersebut. Bahan kimia yang bersifat racun tidak hanya akan menimbulkan reaksi pada saluran cerna tapi bisa menimbulkan akibat keseluruh tubuh bahkan kematian karena BBB tersebut diserap oleh usus dan masuk aliran darah dan beredar keseluruh tubuh yang akan memberikan akibat buruk atau mungkin fatal pada or-gan – organ vital seperti jantung, paru otak, dan ginjal juga sistem immunitas tubuh.

F. Kardiovaskular

Terpapar zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada kardiovaskular ( jantung dan pembuluh darah ) atau hematopoietic sistem. Paparan toxicants kardiovaskular da-pat berkontribusi terhadap berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi ( hipertensi), pengerasan arteri ( arte-riosklerosis), detak jantung abnormal ( aritmia jantung) dan penurunan aliran darah kejantung ( iskemia koroner). Timah, karbon disufida, arsenik, kadmium, ozon, dan vinil klorida semuanya telah terlibat dalam etiologi penyakit jan-tung. Paparan toxicants hematopoietik dapat mengurangi daya dukung oksigen sel darah merah, mengganggu proses imunologi penting dilakukan ileh sel darah putih, dan

168

Pengantar K3 Zaenal Abidin

menyebabkan kanker. Paparan kronis ke benzena (kompo-nen bahan bakar bensin) mengarah ke penurunan produksi semua jenis sel darah yang akan menyebabkan kekurangan darah atau anemia. Bisa juga menyebabkan proliferasi sel yang abnormal dan akhirnya menyebabkan leukemia atau kanker darah.

G. Ginjal

Terpapar zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada ureter, ginjal, atau kandung kemih ( ginjal toxicity). Ginjal ini luar biasa rentan karena perannya dalam menyaring zat berbahaya dan beracun dari darah. Cedera ginjal diketahui terjadi sebagai akibat dari eksposur dari hidrokarbon ter-halogenasi, seperti karbon tetraklorida dan trichloroethy-lene, dan logam berat kadmium dan timah. Beberapa toxi-cants menyebabkan cedera akut pada ginjal, sementara yang lain menghasilkan perubahan kronis yang dapat menye-babkan stadium akhir gagal ginjal atau kanker.

H. Muskuloskeletal

Terpapar zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada otot, tulang, dan sendi ( otot Toxicity). Gangguan bisa berupa arthritis, fluorisis, dan osteomalacia adalah salah penyakit – penyakit muskuloskeletal yang bisa disebabkan oleh toxicants kerja atau lingkungan. Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun jaringan ikat yang ditandai den-gan peradangan sendi dan nyeri. Hal ini sering kronis dan progresif, menyebabkan cacat dan cacat. Lama pemaparan debu silika dan batubara meningkatkan insiden. Paparan pekerja dengan fluoride dapat menyebabkan gangguan fluo-risis kerangka, di mana fluoride daripada kalsium disimpan dalam tulang. Osteomalacia adalah penyakit, nyeri degener-atif yang melibatkan pelunakan bertahap dan bending tu-lang. Hal ini disebabkan oleh paparan racun kadmium pada muskuloskeletal.

I. Syaraf

Terpapar zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada sis-tem ( neurotoxicity). Bahan kimia beracun ke sistem saraf pusat dapat menimbulkan kebingungan, kelelahan, lekas

169

Pengantar K3 Zaenal Abidin

marah, dan perubahan perilaku lainnya. Paparan metil merkuri dan memimpin menyebabkan keracunan sistem saraf pusat, dan juga dapat menyebabkan panyakit dege-naratif dari otak ( ensefalopati). Bahan kimia beracun untuk sistem saraf perifer mempengaruhi bagaimana membawa informasi sensorik saraf dan impuls motorik dari otak ke-seluruh tubuh. Pelarut organik karbon disulfida, n – heksana dan trichloroethylene dapat membahayakan sistem saraf perifer, sehingga kelemahan pada tungkai bawah, kesemu-tan pada tungkai ( paresthesia), dan kehilangan koordinasi.

J. Endokrin

Terpapar zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada sistem endokrin, yang terdiri dari organ – organ dan kelen-jar yang mengeluarkan hormon ( endokrin Toxicity). Hor-mon mengontrol proses fisiologis normal, mempertahankan homeostasis tubuh. Senyawa yang beracun dengan sistem endokrin dapat menyebabkan penyakit seperti hipotiroidisme, diabetes mellitus, hipoglikemia, gangguan reproduksi, dan kenker.

Paparan bahan kimia yang mengganggu endokrin seperti polychlorinated biphenyls (PCB) dan DDT telah mengaki-batkan berbagai efek racun pada satwa liar, termasuk gang-guan reproduksi dan pertumbuhan. Toxicants endokrin lain-nya, seperti pestisida organoklorin persisten dan dioxin, sedang diteliti untuk kemungkinan perang mereka dalam meningkatkan hormon yang menginduksi kanker ( seperti kanker payudara) dan dalam menurunkan jumlah sperma dan gangguan gastrointestinal karena toxicants hati. Terpa-par zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada hati, saluran pencernaan, atau kantung empedu( toksisitas gas-trointestinal dan hati).saluran pencernaan adalah jalan ma-suk untuk bahan kimia yang tertelan. Paparan untuk turunan halogenasi hidrokarbon aromatik, termasuk klorobenzena dan hexachlorobenzene, dan logam seperti timah, merkuri, arsen dan kadmium dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, kram perut, dan diare. Hati sering mengalami gangguan yang disebabkan oleh bahan kimia karena peran-nya sebagai tempat utama metabolisme tubuh. Nekrosis atau kematian sel hati, adalah efek umum akut bahan kimia. Karbon tetraklorida dan bahan kimia terkait, seperti kloro-

170

Pengantar K3 Zaenal Abidin

form, terkait dengan sirosis hati. Kanker hati telah dikaitkan dengan eksposur pekerjaan untuk arsen, tembaga, dan vinil klorida.

K. Organ Reproduksi

Terpapar zat kimia dapat menyebabkan efek buruk pada sis-tem reproduksi laki – laki dan perempuan. Perkembangan racun dapat dinyatakan sebagai pemicu gangguan seksual, penurunan kesuburan, atau kehilangan janin selama ke-hamilan. Sebuah racun reproduksi dapat mengganggu fungsi seksual atau kemampuan reproduksi individu terutama bila terpapar dari pubertas dan sepanjang masa de-wasa. Toxicants yang target organnya adalah sistem repro-duksi wanita dapat menyebabkan berbagai akibat. Peruba-han perilaku seksual, pubertas, cyclicity, kesuburan, waktu kehamilan, hasil kehamilan, dan menyusui serta menopause dini adalah salah satu manifestasi potensi toksisitas repro-duksi wanita : semua bisa mengganggu kemampuan wanita untuk bereproduksi. Paparan dari timah, misalnya, dapat mengakibatkan gangguan menstruasi dan infertilitas. Kar-bon disulfida, merkuri, dan polychlorinated biphenyls ( PBCs) telah terbukti dapat menyebabkan penyimpangan dalam siklus menstruasi. Toxicants yang target organnya adalah sistem reproduksi laki – laki dapat mempengaruhi jumlah atau bentuk sperma, mengubah perilaku seksual, dan atau infertilitas meningkat. Karbon disulfida dan chlorde-cone pestisida ( kepone),Dibromida ethylene ( EDB), dan dibromochloropropane (DBCP) adalah contoh bahan kimia diketahui dapat meng-ganggu kesehatan reproduksi laki – laki.

L. Immunotoxicity

Immunotoxicity didefinisikan sebagai efek yang merugikan pada fungsi sistem kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh paparan zat kimia. Fungsi kekebalan yang berubah dapat menyebabkan peningkatkan insiden atau keparahan penyakit infeksi atau kanker, karena kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk menanggapi serbuan agen ditekan. Mengindentifikasi immunotoxicants sulit karena bahan kimia dapat menyebabkan berbagai efek yang rumit pada fungsi kekebalan tubuh. Paparan asbes, benzena, dan

171

Pengantar K3 Zaenal Abidin

hidrokarbon aromatik terhalogenasi seperti polibro ( PBB), polychlorinated biphenyls (PCB), dan dioksin (TCDD) da-pat mengakibatkan imunosupresi pada manusia. Senyawa beracun juga dapat menyebabkan penyakit autoimun, di-mana jaringan sehat diserang oleh sistem kekebalan tubuh yang gagal untuk membedakan diri antigen asing. Sebagai contoh, pestisida dieldrin menginduksi suatu respon au-toimun terhadap sel darah merah, sehingga menghancurkan sel darah sendiri yang mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Juga dianggap alergen immunotoxicants, adalah senyawa yang merangsang sistem kekebalan tubuh yang da-pat menyebabkan reaksi alergi pada manusia dan hewan percobaan yang menghasilkan berbagai manifestasi klinis, seperti asma, rinitis, dan anafilaksis. Toluena diisosianat kimia industri (TDI) dan logam seperti nikel dan berilium adalah contoh penting dari agen alergi.

M. Toxicant Perkembangan

Toxicant perkembangan adalah agen – agen yang menye-babkan efek buruk pada perkembangan anak. Efek dapat cacat lahir, berat lahir rendah, disfungsi biologis atau de-fisit psikologi atau gangguan perilaku yang nyata pada anak yang sedang tumbuh. Ibu yang mendapat paparan ba-han kimia beracun selama kehamilan dapat mengganggu perkembangan atau bahkan menyebabkan kerusakan otak yang parah pada anak- anak. Sementara perkembangan toksisitas biasanya hasil dari eksposur ayah. Sebagai con-toh, paparan kerja laki –laki untuk vinil klorida telah dikaitkan dengan tingkat peningkatan aborsi spontan dalam istri mereka. Awal postnatal yang berkontak dengan toxi-cants juga mempengaruhi perkembangan normal. Paparan asap rokok tembakau, misalnya meningkatkan risiko seo-rang bayi tertular infeksi pernapasan atau bisa terjadi sin-drom kematian bayi mendadak.

N. Karsinogen

Ratusan bahan kimia yang mampu merangsang kanker pada manusia atau hewan setelah kontak yang terlalu lama atau berlebihan. Ada banyak contoh bahan kimia yang da-pat menyebabkan kanker pada manusia. Asap dari logam kadmium, nikel, dan kromium diketahui menyebabkan

172

Pengantar K3 Zaenal Abidin

kanker paru–paru. Vinil klorida menyebabkan sarkoma hati. Paparan arsenik meningkatkan resiko kanker kulit dan peru-paru. Leukemia dapat merupakan hasil dari peruba-han kimiawi sumsum tulang dari paparan benzena dan siklofosfamid, antara toxicants lain. Bahan kimia lain, ter-masuk benzo [a] pyrene dan dibromida etilen, dianggap oleh organisasi ilmiah berwibawa akan kemungkinan karsinogenik pada manusia karena mereka karsinogen kuat pada hewan. Zat kimia yang menginduksi kanker umum-nya berkembang bertahun- tahun setelah terpapar agen be-racun. Masa laten sebanyak tiga puluh tahun telah diamati antara paparan asbes, misalnya, dan timbulnya kanker paru-paru.

173

Pengantar K3 Zaenal Abidin

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2007. Pengantar Ergonomi, STTN-Batan, Yogyakarta

Abidin dkk. 2007. Laporan Praktikum HIPERKES, Sekolah Pasca Sarjana Fak Kedokteran Program IKK UGM.

American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH),1995. Thresh Old Limit Values and Biological Exposure Indices. Cincinnati. USA.

Armstrong, R. 1992. Lighting at Work. Occupational Health & Safety Authority. Melbourne. Australia:4-1 1.

Bernard, T.E. 1996. Occupational Heat Stress. Dalam: Bhattacharya, A.& Mc.Glothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc USA: 195216.

Bunga Rampai Hiperkes & KK, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, Edisi Kedua(revisi)

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edit. Taylor & Francis Inc. London.

Grahtam, D. 1992. Occupational Health &Safety. Guidebook for the WHSO. Metino Lithographics Moorooka Queensland. Australia.

Hendra, 2000. Intro to OHS (K3), http://staff.ui.ac.id/internal/http://safety4abipraya.wordpress.com/2008Keputusan Menteri Tenaga Kerja, No.51: 1999. Nilai Ambang

Batas Faktor Fisika Tempat Kerja. Jakarta.Manuaba, A. 1992. Pengaruh Ergonomi Terhadap

Produktivitas. Dalam: Seminar Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta.

National Institute for Occupational Health and Safety (NIOSH),1986. Criteria for a Recommended Standard-Occupational Exposure to Hot Environments. Washington, DC.

Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7: 1964. Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Peraerangan Dalam Tempat Kerja. Jakarta.

Priatna, B.L. 1990. Pengaruh Cuaca Kerj a Terhadap Berat Badan. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Vol XXIII (3):39-49.

174

Pengantar K3 Zaenal Abidin

Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International. Englewood Cliffs. New Jersey. USA.

Sanders, M.S. & McCormick, E.J. 1987. Hu man Factors In Engineering and Design, 6thedt. McGraw-Hill Book Company. USA:331-454.

Suma'mur, P.K. 1984. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cet-4, Penerbit PT. Gunung Agung. Jakarta: 82-92.

VOHSC & VCAB,1991. Health and Safety at Work. A Resource Book for VCE. Physics. Victorian Occupational Health and Safety Commission and The Victorian Curriculum and Assessment Board. Melbourne Australia.

Workplace Health and Safety (WHS) 1992. IndoorAir Quality, A Guide for Healthy and Safe Workplaces. Queensland Government, Australia.

Workplace Health and Safety (WHS) 1993. Code of Practice for Noise Management at Work. Australia.

http://data.tp.ac.id/dokumen/sejarah

175