320

Akademi Para Pencerita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-6789 g, -678zx kugambar.com, suatu ketika di galaksi..,

Citation preview

Page 1: Akademi Para Pencerita
Page 2: Akademi Para Pencerita

Akademi para pencerita

Akusisi detik plotium moderator baraspektrum

Kugambar.com – portfolio & catalog

Barasepktrum,

Karadewa 15890,

Mahesa Bayu Suryosubroto,

Penulis,

Page 3: Akademi Para Pencerita

2

Arimbi, Where inside will be the masked of iron secret, who is arimbi are, they want to be, star dust to be, just joe, at brave and glorence and between the is at the.., star

Arimbi

Industry Suharto

The Plumer

Stigma purbakala, adalah kutukan, bagaimana menjadi departemen rahasia, apakah empasisasi alur dikrit diantara, subjek dari sebuah telegram, stigma adalah kutukan teologi, kisah sebuah perjuangan, detik plotium, dan plotium internasional, berempasiasi, kiranya ada sindrom sosiologi dibalik bentuk departemen, bahkan anggota-anggotanya banyak, dalam emphasis, di dalam denah apakah industry Suharto, ekspedisi sungai sindu, di era purbakala, Stigma, adalah kutukan dikrit president dalam reaksi,g30s/pki. Kiranya apakah sekutu lencana Vietnam bisa di salahkan. Akusisi Pancasila, sebelum atau sesudah dikirit presiden, semata reaksi emosi menduga, detik plotium, rangsangan eksklutium fasa, penyidikan, dalam exclude’dash-si reaksi

Page 4: Akademi Para Pencerita

3

plotium internasioal dalam simtom, efek yang saling berkaitan.

Detik plotium, rasis pesan geografis dari china ketika, kompleksity di era gelora sukarno menjadi presiden. Siapa sangka dari seberang lautan, China memberontak dan kita salah paham, g30s/pki semata di masa depan, melihat dugaan telegram, akusisi dari china dan bagaimana Suharto bertindak. Akusisi telegram empasisasi apakah, yang membuat pernyataan arsip-arsip dokumentasi objektif lokal, dalam ekonomi di kelompokkan dalam dua sosiologi kelompok luar yang sementara nilai objektifitasnya di pertanyakan semata bermasalah di pihak kelompok para antropologi lokal. Dalam akusisi departemen rahasia, memposisikan memonumentalkan nusantara dan demi pos modern, bagaimana bermasyarakat semata menimbang dikrit presiden sukarno, pos surat perintah sebelas maret

Palapa korp unit, follow up, sekutu lencana Vietnam sebagai penyakit fiktif, dari toni, diantara kompleksitas dan kompleksity, g30s/pki, disebuah cerita, berangkat dari telegram datang dari china, detik plotium masyarakat ketika itu bagaimana kecurigaan masa depan, melihat emphasis bayang-bayang sebuah, dasar fundamental, senergi memori cuaca ramalan, denah cerita dalam kamuflase politik berbingkai galaksi gangster. Terjebak dalam dunia baraspektrum, starwars.

Semata pandangan sukarno, mengantung cita-cita di langit ke tujuh, sosialogi langit atau pandangan empasisasi pancasila dibentuk senergi waktu detik plotium, kompleksitas apakah yang ada dalam tujuan kompleksity, denah waktu, siapa yang ada dalam majelis permusyawaratan anggota legislature, semata seolah empat penunggang kuda neraka liar, datang

Page 5: Akademi Para Pencerita

4

memberi reaksi sosiologi mekanisme kompleksitas dalam bahaya.

Filed of opium, where there of,

MPR Status praG30/s/pki, akusisi, Industri Suharto status Exclude data at what, arsip , pos adminstrasi eror & korpsi dana era suharto, sebelum pos, sekutu lencana Vietnam, bagaimana Arsip diantara bagaimana terjadi di denah cerita, di akusisikan blog, 1974, lalu lintas narkotika, pra akusisi pembangunan KBRI Vietnam, emphasis kamboja berstatus, indo-china sindrom pemberontakan rakyat china pada parlemen.pos telegram ke istana negara republik indoneisa. Status pasca mpr, mutium seketika waspada. Dalam wahana perdebatan, sesaat Suharto kesal berdialog, pada sukarno tapi, alasan apakah mutium sesaat, invasium.

Kekesalan Suharto sedang di mutium, oleh pihak yang berobjektif dari ruangan yang mekanismenya, sangat asing, monitor volume, suara pembicaraan di rekam dan mereka memiliki alasan apa?Invasium? kita mungkin berpikir kompleksitas, diantara apa Invasium?pada transiding, motion apakah status-status kompleksitas kita dalam bahaya? Lupakan kekesalan Suharto, di sisi, situasi kita membayangkan diri sebagai mantan koloni belanda atau jajahan jepang, Nusantara sedang dalam minat pihak lain untuk berinventasi, dari yang objective yang di iran jaya dalam setatus perekonomian, dimana sukarno di tuntut, karena dalam motion, akusisi yang abnormal, transiding rasa kesal suharto saat itu sedang semata, akan menjadi kekerdilannya.

Walaupun irian jaya bukan koloni, atau jajahan jepang, tapi, mutium minat pos telegeram yang di terima di china itu memiliki detik plotium yang luar biasa, siapa sangka pustaka

Page 6: Akademi Para Pencerita

5

kekayaan irian jaya menjadi invensium yang komplesitasnya bertransiding, dimana dalam ramalan dari pacific di pulau ester, menemui kutukan di denah invansium backyard, sampai masuk hutan, sementara dialog antara Suharto dan sukarno, menemui objektif agenda negara, maka di sekitar setelah pembebasan irian jaya objektif bebas maka subjek kompleksitas transiding luar angkasa sedang bernavigasi turun kedalam laut pasifik, siapa sangka monitor volume kompleksitas, dialog sedang menjadi fasa fusium, empasisasi dari invansium penakaran siapa kita sebagai manusia?

Sesaat fasa fusium diantara agenda kekerdilan diantara, minat agenda, yang terkadang surialis dianggap sebagai penyakit fiktif, yang menyakitkan rasanya. Pekarangan kita di asuh, sebagai bangsa sedang dalam kompleksitas, siapa sangka monitor kompleksitas itu milik pihak luar yang tidak kita bayangkan?

Navigasi apakah yang mendarat masuk ke permukaan air laut, seketika masuk radar mereka aktif, siapakah manusia?

“Siapakah yang menunggu kamu tuikara,” ucap sahut yang menavigasi, user intervase, untuk kendali unit arus kontrol volume, motionstrem yang mendorong hingga mereka datang dari tempat pergi, kembali ke tempat pendaratan purbakala dekat di mana ritual penduduk setempat, mensambut mereka sebagai, arwah dari luar jauh di sana. Humanoid,

“telekinitis, dia sedang dalam hutan,” perang stigma purbakala belum berakhir, tuikara menjawab. Kompleksitas apakah?

“Baraspektrum world” diantara world war war? Perang dunia, atau perang karadewa, “wahai karadewa, kau kutunggu,” sahut orang yang hanya memakai koteka, sebagai

Page 7: Akademi Para Pencerita

6

busana. “Status tetua, bagaimana?” ucap sahut tuikara, “antropologium, tuikara, dimana kamu” ucap tetua suku di dalam pedalaman, hutan, diantara gunung apakah itu?

“aku datang untuk, kami?apakah mereka, tetua menunggu..,” sahut tuikara,

“wahai karadewa, antropologium, indus adalah sisi yang berbeda maka kita tidak bisa memprediksikan kecuali telekinitis, sindrom perang stigma purbakala masih, menjadi turun-temurun, rahasia kami, untuk mendaulatkan anda karadewa.”

Malam yang tenang dengan penduduk suku sedang menikmati batu-batu panas yang di panggang, menjamu karadewa.

“tuikara, silakan” tetua menjamu, pipa favoritnya, alasan mereka ialah satu sindrom telekinetis “bara?” tuikara mengambilnya, sahut.

“indus?” tetua menjawab, “apakah kau melihat kelompok galaksi,” tuikara mempermasalahkan detik plotium, “galaksi gangster,” “indus, stigma perang purbakala. Akan segera dimulai..,”

“Kapan empasisasinya? Karena aku kerdil dengan urusan kalian?” sahut tetua yang kerdil tidak tahu pandangannya.

“hipotesis monopoli, baraspektrum?” tuikara-kara, mengucap “a le le atu oi,indus! Kalian masih ingat perang benggala, dan benarkah puisi itu ramalkan sesuatu.., ” ucap tuikara, dan tetua mensambut “asing, palapa..,bukanlah urusan kami, indus bukan daulat kami, mujamarang dengan singa sumatera, juga bukan” komentar tetua suku?

Radio frekuensi, panggilan..”,Radar, tuikara!”

Page 8: Akademi Para Pencerita

7

“pasifik, tuibowu, sedang melihat” dalam navigasi dari bawah laut di pasifik, sedang menuju arah sungai sindu, dalam berperjalanan, seperti kapal selam.

Sementara itu kapal selam dari amerika sedang menerima blink monitorisasi, dari radar kapal selamnya.

“a le le atu oi,indus! Tuikara, diantara gunung kami menemukan sesuatu kejanggalan, ia sekarang terbaring di tempat tidur, karena sebuah batu, yang di temukan?” Tanya tetua, “batu apa?”

“dugaan kami, apa yang menjadikan perang stigma purbakala, mungkinkah batu baraspektrum?”

“Tuikara,tolong, dia masih sepupu saya?” ucap tetua, bersimpatik mencari perhatian. Sementara itu ekspresi wajah tuikara yang humanoid asing sedang mengaruk, hidungnya dan memperhatikan rasa empati duka, keperhatinan tetua kepada keponakannya yang sedang terbaring sakit.

“batu baraspektrum sangat beracun untuk manusia, karena itu ia sakit alasan sebuah, saja, jadi tidak ad cara untuk kalian untuk bisa keluar dari kutukan itu, kecuali kami bisa? Bioplot!”

“bioplot?” tetua perihatin tidak berani bertanya kembali setelah ia komentar. Kecuali seseorang berteriak sahut “,tolonglah kami, berikan kami bioplot itu” komentar anak muda itu berakusisi, memaksa.

Seperti mengaruk hidungnya, ekspresi wajahnya menunggu waktu, untuk berkamufalse anatomi, karena untuk seperti unsur reaksi yang ditunggu untuk menjadi humanoid yang mampu menyamar, dengan kekuatan abnormalnya, yang ajaib, seperti manusia.

Page 9: Akademi Para Pencerita

8

“apakah kau berakusisi, menagih dan dengan minta tolong memaksa untuk mengacam kami, kau tidak patas mensela masuk, pembicaran saya diantara, tetua dan saya?”

“TAPI!!!” sahut balas pemuda itu,

“diam tibo, Jangan berakusisi, tuikara, anggap saja itu bukan ancaman.” Sahut komentar tetua.

“ancaman? Apakah jenderal, ”

“radar, blink, membaca ada navigasi muncul tiba-tiba, di permukaan kita? Di jalur Tahiti menjauhi arah ke jawa, dari titik perjalanan dekat irian jaya, objectif pergi.” Ucap seseorang sedang menavigasikan arahnya.

“kapten navigasikan, ikuti kearah itu, cek status?” penasaran rasa ingin tahu pemimpin yang sedang dalam operasi itu!?

operasi, status Akusisi Pancasila, MPR respon, selangkah semata sedang sibuk membentuk akusisi negara?

Emphasis, sukarno di akusisikan menerima tawaran kerja sama dari banyak pihak untuk authorisasi, di sela sisi operasi, unit amerika menghubungi keamanan status level Indonesia, di sekitar zona geografis. Dimana radar blink di baca.

“selamat pagi komandan, telegram masuk!” sahut seseorang? Komandan membaca sudut pesan geografis, untuk mengikuti navigasi mencurigakan itu?

“lapor status, kepada Majelis akusisi, indoneisa, follow up MPR Status,” komentar komandan.

Departemen menteri pertahanan,?, memanggil Suharto?!

“Suharto, bagaimana Mpr, akusisikan? Pancasila sesaat, kita sukarno berakusisi lain? apakah telah berubah preface, status

Page 10: Akademi Para Pencerita

9

gelobal, penerimaannya pada issue penawaran bisnis dari luar Indonesia.”

Suharto terdiam merasa terjebak, di bulan itu awal memasuki September, yang bercabang masalah akusisi, akusisi yang lain, alasan index.

“Suharto pandangan kamu bagaimana, sekarang?” ucap menteri pertahanan negara, apalagi dengan kasus status PKI?

“index, sementara bayangan transiding sedang coba saya pahami saja, kok?” komentar Suharto setelah kemarin bertemu sukarno, sambil merapihkan usap rambutnya, dengan menghela nafas,diantara soal tangannya.

Departemen menteri pertahanan, mengapa? memanggil Suharto?

“Ya sudalah Suharto, keputusan di tangan kamu? Yang jelas transiding untuk kebaikan yang tidak kamu bayangkan?”

Departemen menteri pertahanan menahan arsip, transiding, akusisi lain-lainnya, Palapa korp unit, yang tadinya akan di berikan, di tunda. Sementara Suharto pergi dari ruangan itu.

“Suharto jaga dirimu?” ucapnya, “oh iya jaga wibawa dikirt presiden iya, masa depan di tangan semata orang yang bisa memimpin?” Departemen menteri pertahanan berkomentar.

“masa depan?” ucap komentar Suharto menjawab sahut,

“Mpr status? Menerima telegram operasi, perl rock mission, sementara, telegram yang diterima, akan di kirim dari ruang reciver telegeram di gedung Mpr, dengan akan di follow up oleh, Palapa korp unit untuk dicuri, dalam emphasis apakah itu?”

Page 11: Akademi Para Pencerita

10

Ketika saat sementara emphasis, sosiologi china, sedang juga saat itu di ragukan oleh, arus politik dari bagaimana inggris, memperlakukan India dan china, juga singapura?

Sedangkan bagaimana perlakuan kerajaan tetangga, Malaysia sedang dalam setatus stigma sosiologi, dimana masuknya operasi hang tuah sedang di bidik! Masuk Indonesia.

Sementara itu jepang sedang recovery, setelah situasi geografisnya sedang dalam sindrom nuklir. Palapa korp unit, lokal berempasis kompleksity hanya sesaat mensahut reaksi langkah, pihak amerika, dalam berita, untuk mempertahankan kerahasiannya?

Kerahasiaan palapa korp unit,ada diantara, dalam gedung hotel Indonesia dan dpr ri, di ruang bawah tanah di gedung dpr ri, hingga tingkat, kerahasiaannya sangat dalam kebawah, otorisasi rahasia tingkat tinggi. Bahkan saat denah struktur bangunan, itu di buat terjadi emphasis, status yang sifatnya sementara, oleh palapa korps unit, sampai mereka merencanakan eksekusi rancangannya untuk memiliki gedung?

Telegeram dari amerika, dimasukan kedalam arsip, dan di dititipkan remark, sebagai bagian detik plotium, sebagai modul silabus. Detik plotium, ialah akusisi asing, yang berpihak pada manusia, lain lagi pada second plotium dan plotium internasional, kiranya apa pesan telegeram dari amerika? Sementara akusisi Amerika mengurus akusisi Asian plotium, di hongkong, dimana sedang berdebat dengan bruce lee, dengan telekenetis problem, tapi Asian plotium senerginya pindah ke orang lain yang bukan bruce lee, karena detik plotium, akusisinya melihat fluc, pada bagaimana bruce

Page 12: Akademi Para Pencerita

11

lee menjadi tempramen, hingga dianggap bermasalah dengan akusisi seraphim.

Sementara jepang, sedang di bawah akusisi, shinobi, yang malahan ingin mengincar palapa korp unit, untuk menguasai denah gugusan senergi, akusisi, sindu empasisasi metrix unix, yang terakusisikan dalam data alien, dalam frekuensi, level di ruang lepas angkasa, pada pekarangan yang luas.

“ben, apakah benar kau dari masa depan? Apakah omentrix, mensimpan arsip, tertentu yang infonya dapat menolong pemimpin kami sukarno.” Tanya seseorang dari wakil anggota majelis, namun pertanyaan di jawab kecewa, hingga orang asing itu pergi setelah menjelaskan mengapa akusisi itu bermaksud apa di gambarkan. MPR, satu diantara mereka ialah anggota dari plotium internasional, yang bertemu dengan ben, ten! Kompleksitas? Seketika Ben sebelumnya memeriksa, hanya di sapa oleh sukarno! “neat mustash, daily, save!”

“Sukarno anda adalah plumer, base empasisasi yang tidak kita ketahui, untuk sungai sindu, namun apakah kita bisa masuk?” Tanya ben hanya di jawab dengan reaksi ekspresi bagaimana ben memberi empati namun, ben the ten, itu merasa karismatik,

“kau memujiku terlalu berlebihan,” sukarno curiga, “yang terjadi adalah kau akan di akusisikan dan tidak berdaya” sukarno menghela nafas dan kesal seketika. Sukarno di lihat tidak berkutik semata dari dalam hatinya, selintas bertemu dengan ben the plumer, di hotel Indonesia, dengan men in black, yang menunggu untuk berakusisi, ketika diantara pesta dansa, bertemu dengan akusisi-akusisi lain. Seketika sukarno melihat ben pergi dengan kereta trem, di jalan itu.

Page 13: Akademi Para Pencerita

12

Sukarno hanya merasa terhibur pada keajaiban seketika tahu, bahwa cahaya itu setelah di balik trem ialah dia dari keajaiban langit, ia ingin menjadi sebagai apa? Keajaiban abadi? Atau daulat memang bukan hal yang mudah di dapat. Men in black, “mr.sukarno, good evening sir, pesta dansa, sangat bernuansa glamor malam ini, kami MIB, ini kartu nama kami”

Sementara itu di pesta dansa,Suharto di perhatikan oleh order of the patel, mereka orang asing yang ingin mencari akusisitor terbaik dan bertemu, Suharto, “ tuan Suharto, dengan asistensi kami, anggota dari parlemen, ingin beragenda dengan anda.”

“sebentar, saya ada urusan dengan, presiden, nama anda siapa?”

“Jason, dari oder of the patel”

Sementara sukarno, menyapa arimbi, “halo sexy,” sukarno memandang matanya yang ambience, seolah terhibur di pesta dansa?!

“adakah yang menarik?” sukarno menyapa “,Hanya Arsip empasiasi, status bagaimana keadaanmu?”

“bagaimana bisa menarik, kau selalu mengkawatirkan diriku?” sukarno melihat arimbi dengan menikmati, aroma parfum, yang menghibur hela nafasnya.

“waspada, pada Suharto, akusisinya akan jadi beban sampai akhir waktumu?” arimbi mengada-adakah terpikir di benak sukarno “, Akusisi? Mengapa harus waspada, malam ini, apakah, agendamu bertemu dengan akusisi lain, memberatkan stastusmu? ” sahut arimbi sambil dengan lembut, diantara jemari sukarno seolah pekarangan empatinya, diantara jemari. “tidak seperti itu, bila kau mau, menemaniku hingga pagi”berkomentar minta sukarno “ tidak

Page 14: Akademi Para Pencerita

13

bisa, melayanimu malam ini, kembali sampai jumpa,” terkarisma memuji sukarno mendengar “kembali lagi?!” ucap sahut sukarno sambil mencium tangannya “,permisi sukarno?” arimbi pergi, dari diantara keramaian, lalu ia pergi dari pesta dansa, dengan terlihat gelamor mengapa memikat sukarno?

Gelap ruangan, terang dan lampu menyala? Di ruang bawah tanah hotel Indonesia, di nyalakan anggota, dalam ruangan ialah palapa korp unit, bunyi bel lift, turun ke ruang bawah tanah. Sukarno keluar pintu lift itu.

“merapihkan arsip apa?” sahut sukarno mensahut”, Palapa korp unit” Lee kuan yuu, menjawab “saya cuma mampir sebentar, karena akusisi kita berbeda?”

“arimbi, tampak cantik” sukarno berkomentar dan lee kuan yee mensahut“,sudahlah sukarno, dia memang seorang dewi, yang akan abdi, kita tahu, empasi pustaka pikirannya berbeda,” didengar sukarno menjawab “,seandainya aku pantas untuk dia?” “,aku ragu, walaupun kau santun ketika, beromantika!” sahut lee kuan yee, “oh iya sukarno, ini harapan masa depan, dalam arsip ini?”

Wonder alert

“oh gambar ini, tapi, akusisi apa?” didengar lee kuan yee, yang hanya menoleh menjawab tidak tahu. “coffee,” lee kuan yee menjawab lain, sambil brew the coffee grind, dengan mesin expresso. “biar, aku yang bayar snack bar, kau ingin apa?” sukarno menawarkan uangnya untuk bersama menikmati, snack bar “diantara dua coklat dalam mesin itu dari tadi ingin kunikmati,” sukarno mensahut “,silver queen

Page 15: Akademi Para Pencerita

14

dan m&m, hm.., berbeda dari sekapur sirih maleysia.., berunai darusalam.., juga!” lee kuan yee dan sukarno dalam kompleksitas “,dari mana kau tahu, bisa nge’brew coffee yang enak ini?” sukarno berkomentar didengar lee kuan yee “,dari katalog majalah, kopi tiam,”

“hey you guys! Do you know out side are rain?” peter parker anggota detik plotium dari new York, untuk daily bugle, datang tiba-tiba, tapi mereka terkejut, seperti ada gempa karena lampu juga mengayun, diantara ruangan?

“peter, coffee” lee kuan yee menjawab ”,yes, thank you.., sebentar, my spidey, are wonder alret” tiba-tiba asap keluar dari exsoust, udara ac, sebentar peter keluar masuk lift, pergi menjadi orang dengan baju yang menyamarkan dirinya, dia beraksi di depan luasnya gedung, hotel Indonesia,empasisasi masalah kompleksitas.

“siapa dia sukarno?” lee kuan yee, menjawab ditanya sukarno “,wartawan dari brokelyn, amerika”

“hari sudah malam setelah pesta dansa, mengapa arimbi hanya menyapa sesaat? Bagaimana rasa kopinya? Sahabat lama..,”

mereka kaget tiba-tiba, “hey, bukankah itu princess diana, dari amazon?”

“selamat malam presiden sukarno, mengenai empasisasi, telegram apa yang harus kuberikan, ke clark kent”

“lee kuan yee, mana arsip, issue sungai sindu, dalam arsip gambar yang tadi kau lihat,” Tanya sukarno menjawab “ detik plotium,ini?” arsip di berikan, menghela nafas sambil mendengar akusisi “bolehkah kulihat” jawab diana dari amazon, Sukarno menghela nafasnya, seolah berdaulat sambil melayani, membantu lee kuan yee, yang nge’brew

Page 16: Akademi Para Pencerita

15

“,silakan, ngo’opi?” didengar diana, “ada prihal, apa diana?” lee kuan yee, menjawab.

Tapi kemudian, dari atas lift terbuka, seorang wanita dan orang yang sudah tua, di antar menemui agenda mereka,

“tuan sukarno dan tuan lee kuan yee, saya perkenalkan jon kairo.., dan temannya hero, dari jepang dengan samuarinya, kalian tahu hari yang di tunggu-tunggu telah datang” ucap sahut antar asistensi resmi denada sebagai, palapa korp unit, yang mendapat akusisi dari masa depan. Sementara denada bukan. Tapi siapa?

”tuan jon kairo, tuan hiro bukti kalian dari masa depan, bila ingin berakusisi, mengatur menggiringi, visi dari gugusan reaksi galaksi dari sekedar ramalan kami, dari bagaimana akusisi palapa korp unit? Pedangmu sangat bagus, pasti pedang keberuntunganmu!?” lee kuan yee memuji dan bertanya.

“, tolong buktinya tuan jon kairo? Bila anda dari masa depan!?” Tanya sukarno melihat jon kairo membuka mantel dan baju jasnya sekaligus mengambil bioplot yang di sembunyikan itu, membuat sukarno dan teman-teman yang lainnya terekspose melihat wajah. Tataan gedung-gedung di masa depan, bahkan siapa sosok yang terbang dengan memakai topeng, di belakang pigura detik plotium menjadi pertanyaan turun dari plaza, yang mengapung “, apa akusisi kalian, karena bioplot dengan proyeksinya ialah sesungguhnya masa depan.”

“aku tahu kamu sukarno, mempunyai kemampuan itu tapi, menahan diri untuk bertelekinetis? Yang sudah terjadi tidak bisa di rubah karena kalian melihat karena masa depan, telah terjadi dalam urutan yang di akusisikan, jadi bila beruntung?” sukarno menghela nafas seolah kesal, dan “, maaf sukarno,

Page 17: Akademi Para Pencerita

16

motion telah terjadi, yang terjadi harus di laksanakan, aku tahu kelak semata kedaulatanmu, abadi didepan merah putihmu.”

Ucap sukarno mensebut kata yang ia sendiri tidak bisa melihat ramalan cuaca seluruhnya di masa depan menghela sambil berkata bisik pada hatinya, hingga diantara itu tidak ada yang tahu apa yang ia ucapkan “,Industry suharto” mengucap sambil berbisik. Seolah sayap lebah hijau yang jarang di lihat “the green hornet”

Sukarno pergi ke rak buku, dan lee kuan yee, mempermisikan mereka untuk pergi, setelah melihat megah , apa detik plotium, diantara planet bumi dan kemudian mengusap pundak temannya, yang ikut prihatin

The Future, how return

Arimbi di tempat lain, hongkong, datang ke sebuah ruko-ruko dan menemui seorang guru yang sedang mengajar silat, bela diri. “,shifu,” mereka bertemu saling menghormati “sihfu, you are.., the bitter of me” mereka seperti saling menghormati “ I wish you, happy, saya dari Indonesia, ingin melihat murid yang glora hidupnya, ialah pejuang yang pantang mundur, ” “that him, lagi sedang berlatih, ” sahut tunjuk shifu mr.ip “,I see” arimbi memperhatikan menjawab arimbi menghela tapi berkarisma layaknya wanita yang tidak kurang pesonanya, karena ia melihat masa depan dengan benar “, Arimbi, is the boy going to be great, as glamor to be something because of this, ” ip asked, “you have choosen the path” arimbi answer”,that, is great cloude, beyond, every youth, transiding, in a drop of water,” arimbi said are listen view to be “essence within life” both said similar word, “where there of you are the great master, to meet” arimbi

Page 18: Akademi Para Pencerita

17

please to be “there for you is the youth of my memory.” Arimbi want to be bless, terbenam sore, Sahut ucap kata arimbi, yang misterius bisa hadir di hongkong, hingga mereka saling menjamu rasa hormat ketika minum soda berdua.

Bonzai, sekerdil apa hidupku.. “,miss. Arimbi greetings, ” “thankyou” she said “why you want to know mythical knowledge bind with in the scroll of the river mist,” tuan kenji son berkata “, I want to lecture my dream,if I looked the eye of my children are brave” she said, “,worior I see, hope to be within far to be brave, but within four worior only one to be the splinter, I sense you are between the time.., if you flick the time, may be the future, not biter” renungan berkarisma diantara sayap lebah hijau.

“Memory of the empire of the sun, .. I am, glamor and what is the, knowledge of pain within the crown, view what,” morgan freeman, “these shoe, is new” I at bejing “at ease of shadow, what are the massage in life, after I free from shank shunk rediamption of that prision, “criket, over due who, the empire to china, Britain,” entering the crown alter, “,what else, I looked my eye, he looked I envy to be, that facial of yours.” “,life is hyperscene, it is so just if we guess at 1st to make a move, you guess destiny, I think you having time of your life, guess we are all gofy of that life.., stretch were life go but will not wonder at a flick, to between happy filling that we have between the edges, if even if there is a gap in between within what, every star anatomy you watch to wonder.., andy, who the hell miserable is, felt static if, dyanamic motion being into that acutition right… ”

Wisdom.., daulat, pitet to be beutiy, at the edge of my eye, almost inbetween touch my favorite nose of yours, a lover forever.

Page 19: Akademi Para Pencerita

18

Said if there is my pride, to be friend of you, reaction to be anger, chin of this brave motion, to be want to your future, if rocky to return, to may not be much at, where of the shadow are, love there of, pitet to get wisdom clash of everybody titian, as gaint dream to be point, I am not ready fo acusastion reason, that edge jurney to be forever are, infinity beyond reason five sen if, I argue emphises, I know you are glamor, and you other are glorence, of my love women, indecent exposure cloting that drop with in floor, naked gain to have your soul.

Ease Plot Inseption, Detik Plotium, Emphasis Equalibrium, Where of Us ,There of Are Equalibrium Sindu River Our At Ease Baraspektrum Koloni Thus This Empire Hipotesis Wonder Ocean To God Hand The Mighty Earth When Pesaidon Rule Son Of Human

“Dikutuk, garuda Pancasila, dan mengapa rasa takut, palapa korp unit, detik penyakit fiksi, ialah skizofrenia, dan aku ajaib trisakti,”

Akusisi Sejarah, G30/s/pki, detik plotium Daulat Negeriku, setelah Kesultan Mataram, sebelum akusisi ide, akusisi pesta dansa, lantai basement ruangan palapa korp unit, objective apakah industry Suharto, Warisan detik plotium, Arsip denah profit surialis, emphasis equalibrium ruangan palapa korp unit diantara suharto dan sukarno, detik plotium lee kuan yee saat itu dalam ruang palapa korp unit, ruang akusisi, detik plotium sukarno dalam sindrom stigma, ketika simtomi industry Suharto dalam ucapannya sukarno, tapi apakah itu saja dan bagaimana ia merasakan seperti akan harus meniggalkan keluarganya. sindrom jon kairo dan hiro dari

Page 20: Akademi Para Pencerita

19

jepang dengan samurai detik plotium, berkata waktu pagi siang malam tahun 15890 kutujukan padamu sukarno proyeksi bioplot tata gedung di tahun dimana masa depan proyeksi bioplot, waktu identitas Jakarta di lihat sukarno, detik plotium Daulat Negeriku, Akusisi Sejarah G30/s/pki, reaksi telegram respon china, sebelum detik plotium lubang buaya, empasisai sukarno detik plotium surat perintah sebelas maret, Emphasis Equalibrium objective Amsterdam Hipotesis Era Rule Son Of Human,

Detik Plotium, Emphasis Equalibrium, Where of Us , There of

Are Equalibrium Sindu River Our At Ease Baraspektrum

Koloni Thus This Empire Hipotesis Wonder Ocean To God

Hand The Mighty Earth When Pesaidon Rule Son Of Human

Dikutuk Krakatau hepotesis & lubang buaya hepotesis, mekanisme eternal sindrom denah stigma personal trauma, pos admin.

Tusnami Retun Akusision Time

Wisdom.., daulat, pitet to be beutiy, at the edge of my eye, almost inbetween touch my favorite nose of yours, a lover forever.

Said if there is my pride, to be friend of you, reaction to be anger, chin of this brave motion, to be want to your future, if rocky to return, to may not be much at, where of the shadow are, love there of, pitet to get wisdom clash of everybody titian, as gaint dream to be point, I am not ready fo acusastion

Page 21: Akademi Para Pencerita

20

reason, that edge jurney to be forever are, infinity beyond reason five sen if, I argue emphises, I know you are glamor, and you other are glorence, of my love women, indecent exposure cloting that drop with in floor, naked gain to have your soul.

Soul are kill to be.., nova..,

Megah Kota Bab,

“Arogansi bagaimana kau melihat keabadian terbatas teman.”

Di dalam kegelapan yang diluarnya ialah bingkai pandangan, planet bumi “, aku terbangun.”

“mengapa, kau kembali lagi, membangunkan diriku, ketika yang saat bila terbangun hanya bingkai pandangan jendela itu yang aku lihat...,”

“Planet bumi bukan?” sahut Tusubrata, “mahesa, sudah berapa lama kau dalam Satelit terminal ini”

Mahesa yang melamun depan jendela bingkai satelit terminal dari kamarnya, sendiri, namun sedang berkomunikasi.

Mahesa berkomunikasi dengan dunia lain namun tidakkah kerdil situasi, ia bahkan tahu Tusubrata mengapa rutin datang berkomunikasi, kuduga Tusubrata atau yang biasa rutin di panggil tahu rasa kawatirnya itu ialah Brata “,aku tahu kau penyihir, dan aku tahu kau kaget pada reaksiku mengetahui dirimu terkejut.”

“aku sudah duapuluh tahun dalam satelit Terminal ini, ” sahut mahesa terjebak bercerita suka duka rasa kesepiannya menjadi operator pesawat terminal.

Page 22: Akademi Para Pencerita

21

“bagaimana perasaanmu melihat planet itu, dari dalam belakang jendela, aku ingin tahu menariknya cerita dirimu sekali kau akan bercerita ketika berlibur,” Mahesa telepati berkomunikasi dengan Tusubrata, Mendengar.

“bumi, planet itu adalah industry baraspektrum sekarang!” sahut, mahesa menatap mengapa ia terjebak, dalam kesunyian menduga mengapa ia menikmati jendela kaca pesawat itu, melihat bumi.

“Tusubrata kau masih akan mendengarku dan tidak pergi?!” mahesa ragu kemampuan telepatinya, bisa menemukan penyihir itu kapanpun untuk berkomunikasi.

“tentu, ayo ceritalah, aku akan pergi setelah kau puas bercerita?” sahut tusubrata sebagai penyihir.

Planet bumi, ratusan pesawat, sebut saja ada banyak unit armada. Armada itu berkelompok-kelompok dengan hyperhidigraphfi telah loncat pesawat mereka dalam perjalanan untuk menyerang bumi untuk berperang. Ratusan pesawat bagaikan aku sebagai manusia melihat tahun diantara setelah 15890, ialah rutinnya formasi ketat penyerangan dari planet anuie. Manusia sedang di sudutkan untuk mengaku salah karena, Industri baraspektrum di galaksi.

Satelit terminal ,20 tahun yang lalu, sebelum perang masih di bumi masih dalam konstruksi rancangan, diatas selembar file, data. Komputer kumatikan setelah file arsip data, kuamankan di dalam master drive, jendela kantor di gedung ini tadinya di hias lampu, namun perlahan-lahan terang cuaca pagi yang fajar tiba dan tubuhku pegal, setelah lembur, capek banget. Segelas kopi yang membuatku berpikir untuk menselesaikan diantara unit, unit mekanisme stasiun ruang angkasa ini

Page 23: Akademi Para Pencerita

22

dalam arsitektur enginer. Lembur berjam-jam, menghabiskan waktu beruntungku apa?

Beruntung minggu ini ialah agenda kurikulum baru, unit mekanisme arsip status enginer di rancang di tingkatan evalusi terbaru, ini beruntungku pagi ini setelah kopiku habis. Ingin minum kopi yang baru, sementara melihat jendela trasnportasi dari lantai duaratus ini sudah mulai mengisi ruang lalu lintas perlahan-lahan diantara waktu aku pergi meninggakan ruangan kantor. Hari sabtu.

“Mahesa, apa yang kau suka masih kau ingat hingga lembur?” Sahut Tusubrata, “apakah kau bisa merasakan hari ini sebagai hari sabtu.” Tusubrata tahu mahesa telah menjadi gila, karena sulit membedakan waktu bahkan hari apa pada saat sekarang ia sedang tidak sadar.

“aku ingat hari sabtu terakhir dalam lift saat itu.” Sahut cerita mahesa melihat jendela bingkai kamarnya itu, ialah pemandangan planet bumi, dan sensasi apa membuat ia terjebak.

Arsip data, dalam master drive itu, yang akan selesaikan bilangan binary, untuk isang induk oprasional program. Asrip data selesai, maka dalam agenda minggu depan satelit terminal bisa di paksa untuk keluar atmosfir planet bumi, dan sesaat aku keluar kantor tombol memanggil lift untuk turun kutekan sambil membayangkan itu.

“aku baru sadar aku terjebak, dalam kamar ini hanya melihat planet bumi, tapi dalam lift” ucap mahesa sambil mendesah hingga gelombang rasa galau frekuensi mahesa di rasa tusubrata.

“terjebak mendesah mengapa mahesa?” Tusubrata jadi bertanya peduli pada “apa yang kau rasa,” Tusubrata dari

Page 24: Akademi Para Pencerita

23

planet bumi pergi datang seolah teleportasi padahal itu ialah sihir ruang dimensi “, mahesa, cerita kembali.” Mahesa mendengar dan apakah kedatangan tusubrata dengan sihir, itu tidak di ketahuinya?

Dari kegelapan ruang kamar hanya cahaya membias sedikit dari biru indahnya planet bumi, Tusubrata merasa adakah yang salah di dalam kamar dimana mahesa terjebak selama dua puluh tahun di dalam satelit terminal. Sementara

Kedatangan Tusubrata di kamar itu diantara kegelapan berbayang di duga ilusi, yang menjadi reaksi emosi menduga mengapa mahesa dirinya menjadi terjebak rasa gila.

“dalam lift , rasa sempitnya ruang gerak dalam terminal satelit ini sama. Rasanya membosankan, dalam lift.” Tusubrata mendengar ia mendatangi mahesa yang sedang berdiri di depan kaca jendela dalam ruang satelit terminal itu, mereka kini bila di lihat dari luar angkasa sedng bersampingan menatap kehadapan planet bumi, sementara memori oh planet bumi dalam semata-mata, mahesa melihat refelksi reaksi emosinya dalam matanya, semata rindu pada bagaimana, menjadi hidup sebagai bukan korban dari cara hidup yang abnormal.

Dalam lift turun ke lantai dasar di pagi hari mahesa, ingin segelas kopi, namun karena kesalahan waktunya mahesa tidak beruntung. Sempat terjebak dalam siklus orpasional program manegemen gedung itu. Dari dalam lift untuk keamanan yang ia tidak tahu mengapa ia sempat terjebak di lift selama tiga puluh menit, terpaksa di temani siapa.

“Dalam disaktifnya lift berhenti,ialah program otomatis” ucap satpam sekuriti. Menjawab setelah setiap tombol di tekan dalam kegelapan yang selntas. Lampu menyala beberapa saat tapi setelah panik mahesa terjebak dalam lift.

Page 25: Akademi Para Pencerita

24

Lampu yang minimal itu lumayan untuk membuat nyaman dan proyektor layar komunikasi yang diantara ruang itu menyala menjadi sumber cahaya yang berbentuk.

Bentuk satpam sebagai sumber cahaya seolah lampu, itu sedang berkomunikasi dengan mahesa. Hingga beberapa lama, mahesa yang marah-marah bertanya mengapa mati, hanya berakhir menasehati satpam sekuriti untuk lebih waspada pada pekerjaannya.

Rasa terjebak dan bila ada seseorang yang di tegor dalam kesunyian rasanya membantu reaksi emosi bertingkah laku, namun..”,Mengapa mahesa” terjebak rasa takut mahesa mendengar dan Tsubrata di sampingnya di lihat wajah mereka satu sama lain.

Mahesa masih merasa Tusubrata ialah ilusi selama dua puluh tahun lamanya? Tidak jadi apa perkaranya setelah sekian lama Tusubrata beralasan tiba di dekatnya?

“Mahesa pernahkah aku bercerita tentang jon kairo, “ tanya Tusubrata.

“aku ingat, tapi tidakkah kau ingin tahu siapa aku lagi Tusubrata?” mahesa teringat siapa namun berkompromi untuk dirinya di dengar menarik dari pada jon kairo. Di bandingkan di depan Tusubrata mendengar.

“ceritakan lagi apa yang kaurasakan dalam lift?” Tusubrata memberikan kesempatan kompromi pada mahesa, duga? Maka kembali bercerita.

Ruang lobi, dan perasaanku lega tidak lagi terjebak, aku keluar lift.yang tidak umum perasaan terjebak, dan perasaan melihat ruang lobi membayangkan di luar gedung ini ialah hutan arsitktur tata kota gedung-gedung, kota Jakarta di

Page 26: Akademi Para Pencerita

25

tahun 15890. Sungguh bahagia diriku kembali masuk rutin pada keinginanku akan membeli kopi di lobi ini.

Rutin ramai kembali, seolah luas ruang lobi, itu ialah perayaan ruang volume yang yang bisa menampung festifal ruang aktifitas olimpiade, namun masih belum terlalu ramai hingga terasa lapang, sungguh bagai pasar bila sudah padat ruang lobby itu. Hidup diantara eksentrik reaksi berpopulasi diantara mata angin galaksi dan planet bumi menjadi pusat perhatian rasanya eksentrik seolah merayakan sesuatu.

“Berburu baraspektrum di galaksi ini, dengan apa kode etik baraspektrum? Seperti seolah gagal, benar mahesa? Bagaimana kau berpendapat?” Tusubasa bertanya, “Tidak benar kau bertanya itu, padaku”

“mengapa salah semata? Aku tidak bertanya mitologi superman yang mendetail?” tanya Tusubrata kembali.

“Tusubrata sihirmu, pasti sangat hebat bisa sampai kau ada di sampingku, dan bila kubayangkan malapetaka perang ini, berarti hanya bisa di ceritakan indah dengan adanya mitologi supermen, bila keturunannya ada, tapi mustahil, bukan, ada yang menolongku.” Mahesa sedang terjebak “,aku bingung mengapa rasa lapang tidak ada, apakah kau bodohi aku lagi tusubrata?” mahesa menambah ekspresi berkesannya melihat tusubrata, hingga sulit membedakan mana yang ilusi telepati dan mana yang nyata, padahal tusubrata ada di sampingnya.

“Di balik jendela,melayaniku pada kesaksikanku mahesa?! Aku masih bertanya mengapa kau satu-satunya manusia yang belum terbukti abadi, seperti diriku” ucap Tusubrata menarik alur perhatian kompromi mahesa untuk selesaikan cerita ketika membeli kopinya di balas “,aku ingat siapa kau Tusubrata, sebelum asia tenggara timur menjadi nusantara

Page 27: Akademi Para Pencerita

26

bahkan benar, kau menjadi dongeng dalam setiap telepati ini bukan!!! ”

Hutan arsitektur kota Jakarta, megah!! Aku ingat hampir tiga puluh menit menunggu menanti buka kedai kopi itu, namun mereka belum bisa melayani perutku yang ingin nasi gorong terasi, daging kambing. Akhirnya mahesa saat setelah membeli kopi ia keluar, ke megahnya di luar gedung itu, megah lalu lintas trasnportasi berlalu lintas terbang kesana-kemari, dan di pinggir trotoar yang indah hanya terkenang, nikmatnya berjalan menjadi pejalan kaki, yang ingin membeli nasi goring trasi dan daging kambingnya itu.

“Mahesa mengapa sudah sampai sepagi ini” tuan rudi sebagai penjual nasi goreng trasi trotoar, di tepi diantara persiapannya akan berdagang di pagi hari dalam mobil yang telah berparkit mendarat di tempat yang telah di sediakan. Telah terkunci mekanismenya pada tepi lobi lantai dua puluh. Keramaian lobi lantai belum padat namun trotoar telah hampir ramai dengan seluruh mahluk galaksi yang datang ke Jakarta.

“mahesa kenalkan asisten koki baruku, ia mahluk humanoid dari planet takuta, ia lain dari pada yang lain tingkah lakunya sebagai pendatang.” Mahesa mendengar dan melihat menarik sepesies humanoid yang bekerja di kedai itu.

Mendarat datang pesawat mobil, disamping kedai itu akan parkir dan mekanisme linkar jeruji di kunci setelah bidik navigasinya tepat, aktifnya kunci di tempat parkir. Meragam banyak pilihan jajanan pinggir trotoar itu. Tapi kebetulan satu navigasi parkir yang mendarat saat itu masih satu unit menu kedai hidangannya dengan nasi goring trasi milik rudi.

Mobil itu mendarat dan mekanisme dari dua mobil berkembang menjadi bukan sepasang, melainkan hanya satu

Page 28: Akademi Para Pencerita

27

unit kedai yang membawa ruang kulkas untuk restoran dipinggir trotoar itu masih di atur ketentuannya oleh pemerintah sebagai basis industri yang dalam departemen pariwisata planet bumi harus ikuti prosudur, pelayanan standar untuk menjaga tata kota yang ramah.

Megah tata kota di lantai dua puluh trotoar yang siapa saja bisa berjalan diantara untuk pergi dari diantara gedung gedung megah tinggi dimana langit selalu seksi. Mobil unit-unit datang dari langit, masuk terbang datang ke lalu lintas, dimana di atas trotoar lantai 20 di gedung mahesa berada, ada plot dermaga, untuk masuk parkir bagi para karyawan. Di gedung itu.

“hey mahesa nasi apa dengan daging apa yang kau pesan tadi, tanya humonid asisten koki rudi yang akan melayani ” mensahut, mahesa. “berkenalanlah kalian?” sahut rudi koki dalam kitchen set dalam kedai trasnportasi itu.

Alien itu humanoid yang sedang berasap sementara, “hey apa yang keluar dari mulutmu itu asap?” mahesa bertanya kepada koki asisten itu, “siapa namamu?”

“kutak, namaku, asap ini ialah essesi rasa yang di simpan puluhan ribu tahun dari planet ini, aku suka vaping. Dan menikmati asap rasa caramel ini yang manis karena sensasional untuk sambil menemani pekerjaanku di sela akan menikmati kopi ini.

“bolehkah aku melihat botol cairan essensi itu?” tanya mahesa.

“tentu ini five pawn, dari kota amerika.” Kutak berseru, sambil akan membuat nasi goreng, bertanya kembali, “nasi apa mahesa?”

Page 29: Akademi Para Pencerita

28

“Nasi five pawn saja” ucap mahesa, “mengapa tidak kau campur nasi goreng, dalam nota pesan ini telah ku tulis bukan tapi campur saja sedikit dengan essensi rasa yang menjadi asap itu? ”

“ha ha ha humormu, tidak boleh dong.” Ucap kutak menolak pemintaan essensi untuk menjadi bumbu, sebagai pelayan menu hidangan mahesa yang di order itu.

“Ramah tamah dalam memorimu kau ingat?” ucap tanya tusubrata di mensela cerita mahesa.

“aku ingat rasanya menahan diri setelah dua puluh tahun selalu makan dari apa yang bisa tersedia dalam ruang satelit terminal ini.”

Berdua mahesa dalam kamar itu dengan hiasan jendela planet bumi, dengan sihir jadi hidangan yang baru saja di ceritakan mahesa. Diatas meja, nasi gorong dengan aroma daya tarik kambing terasi yang sedap dan sebuah kejutan dua minuman yang berlebihan akan menghibur. “ayo kita makan berdua malam ini mahesa” ucap tusubrata melayani.

Ragu sekedar insepsi frekuensi telepati, mahesa melihat tsubrata dan melihat meja itu “ini hidangan bukan menipu aromanya, tapi dalam dua gelas itu apa? Apakah kau tidak menemaniku makan malam?”

“Kutak, mengapa kambingnya sedikit” ucap mahesa terima order yang telah ada di tanganya di bawa ke meja di mana di taman trotoar itu ia duduk di bangku yang telah di sediakan dinas kota, untuk sepanjang kedai itu ada.

“Kutak tolong sendok, aku tidak bisa garpu saja” kutak dari dalam ruang kitchen set keluar dan ketaman di depan mobil kedai itu taman di mana trotoar yang megah di sediakan meja. Menjadi ritual makan paginya mahesa.

Page 30: Akademi Para Pencerita

29

“Ajaib sekali melihat sendok, sepertinya kau mengerti aku tusubrata, setelah cerita yang itu.” Ucap mahesa dalam kamarnya.

“Air soda manis dan kopi, ini sangat nikmat” ucap mahesa menseruput meminum itu.” Mereka dalam tataan ramah tamah, saling berdialog antara, sambil menikmati sihir yang menjadi kenyataan. Favoritku rasa manis diantara gelas yang menjadi kejutan setelah di ruang satelit terminal ini tiada gula pemanis rasa.

“Mati rasakah selama dua puluh tahun, di dalam satelit terminal ini? Tanpa pemanis” ucap tusubrata.

Apa yang seperti itu bagimu tusubrata hingga dunia semata serupa hambar bagimu.

“Ayo makan! Akan kuceritakan apa umur yang hambar selama keabadian.” Mahesa telah menikmati gurihnya nasi goreng yang gurih itu, ia melihat mahesa menikmati sambil mendengarnya. Tusubrata ramah berkata.

“Aku lahir sebelum megah bagian Jakarta menjadi kota indoneisa, bahkan di planet ini, tidak ada sebutan asia tenggara timur, dan aku lahir. Maka yang tidak mampu kubayangkan ialah ketika zaman es, membentuk air lautnya menjadi asia tenggara timur maka aku lahir.” Tusubrata bercerita waktu kelahirannya.

Mahesa tiba-tiba, berhenti menguyah dan melihat tusubrata itu tidak kuingat ceritanya selama kau menemai insepsi bertelepati, mengapa ceritamu lebih menarik dari daya tarik aroma hidangan sihir ini.

“itu nasi goreng bukan,” ucap tanya tusubrata sambil mencoleh memastikan sihirnya nyatanya sesuai formula rasa yang di bayangkan mahesa. “hm rasa kambing goreng”

Page 31: Akademi Para Pencerita

30

memakan tusubrata mensela ambil suapan dari mahesa yang sedang kaget mendengar, cerita kapankah dia lahir, Tusubrata menduga tahu mengapa mahesa, membayangkan siapa dirinya?

“kau ingin tahu siapa aku mahesa?” ucap Tusubrata

“apa yang akan kukatakan pada rekanku di dalam pesawat!” ucap mahesa.

“baiklah kau pikirkan perkataanku mahesa aku akan datang setelah kalian, tahu mengapa aku dan dirimu ada urusan, untuk menyelamatkan dunia!” ucap Tusubrata tiba-tiba lenyap menghilang dan hanya meninggalkan nasi goreng itu.

“astaga aku harus menghubungi rekanku dalam pesawat ini tapi tidak mudah karena nasi goreng ini nyata.” Ucap mahesa menduga bertanya bagaimana menghidupkan oprasional satelit terminal kembali.

“Tusubrata dengar, bagaimana aku menghidupkan terminal ini, karena bila sistem menyala maka aku bisa menemukan rekan-rekanku yang tersesat lainnya di kapal raksasa ini.”

“Astaga master drive dalam arsip itu back up sistem yang aku ingat, tapi dimana?”

Figure Bentuk Sistem dan Bioplot

Nasi goreng habis, aku di apartemen, aku sedang akan kembali tidur namun membuka arsip file data rekonstruksi unit terakhir untuk induk oprasional sistem. Setelit Terminal, yang masih di instalasi kerangka, inteligensi reaksi emosi programnya untuk melayani populasi koloni di pesawat, satelit terminal. Inteligesi induk, sistem pesawat sedang akan

Page 32: Akademi Para Pencerita

31

di bentuk tapi aku harus tidur sebelum memulai menformulakan sturuktur bahasa dalam reaksi respon bahasa komputer.

Rasa nyaman tempat tinggal dimana dalam apartemen. Saat waktu pagi akan menjelang siang dan komputer, kubiarkan beristirahat untuk tidur monitornya, sementara itu apakah favoritku, sesaat mengapa melihat bingkai diantara kaca itu. Aku ingat bentuk indah program intelengensi induk, yang mati dalam satelit terminal.

Musibah pesawat satelit terminal yang bertolak datang ke orbit meninggalkan planet, terbang dengan navigasinya, di serang oleh armada tempur yang tiba singkat, memberi serangan hingga walaupun pesawat terlindungi oleh perisai yang anatomi badan pesawatnya hancur hanya sebagaian dan beruntung tameng, perisai satelit terminal, membuat mahesa terjebak bernafas di pesawat itu.

“Tusubrata sekali lagi dengar tidak bisakah sihirmu, upload arsip yang di butuhkan, untuk membuat intelegensi induk beranatomi bisa berfungsi?” tanya bertelepati mahesa menunggu jawaban terjebak dalam kamar.

“hey Tusubrata jawablah aku?” ucap ingin mendengar sahutnya mahesa menunggu sambil melihat nasi goreng dan dua gelas minuman itu.

“Aku tahu objektifitas dirimu mahesa, kau yang membuat Intelegensi induk bersama rekanmu, mimpi apa kau bayangkan diriku mampu mengerti kelebihan dari bagaimana engkau bisa memahami figure binary menjadi oprasional sistem dalam satelit terminal” ucap sahut tusubrata tusubrata.

Page 33: Akademi Para Pencerita

32

“Bisakah sihirmu membuat intelengensi sistem berfungsi dalam desain anatomi badan satelit terminal ini.” Tanya mahesa kepada tusubrata bertelepati.

“Aku tidak pernah tahu, tapi bagaimana kau yakin dengan diriku, apa alasannya” ucap Tusubrata

“sihirmu, ialah alasan pertanyaan bagi diriku, dan hidangan ini adalah buktinya!” ucap telepati mahesa sambil melihat situasi, seolah akan mendapat kesempatan bila berargumen kembali.

“Mahesa kau akan berarguemen kembali apa padaku” reaksi sahut telepati Tusubrata.

“Mengapa aku harus berinsepsi lebih pintar darimu kembali tusubrata” sahut tanya arguemen bertelepati “,mengapa tidak mahesa, apakah kau ragu setelah apakah yang jadi kujelaskan bisa memberi pengertian. Ketahuilah aku terlahir dengan sihir menanti menjadi bakatku, tapi kau berbeda jadi, Aku melihat kau lahir dengan kecerdasan dirimu akan memintamu cerdik setatus menjadi manusia! Aku tahu reaksi emosi yang kau miliki manusia ketahuilah dirimu wahai superior, kita tahu sebentar lagi kau bisa menjadi yang kubayangkan dalam dugaan?” telepati Tusubrata kembali meyakinkan mahesa. “cobalah ingat mengapa dalam master drive, yang kau ingat itu, mahesa.”

Hutan arsitektur bagian Jakarta, daerah itu, tempat kota Indonesia aku tinggal. Apakah intelegensi sistem, dalam master drive itu sesaat? Aku baru saja menghabiskan waktu, melihat jendela kota Indoensia, tinggal di dalam terdalam bagian kota yaitu Jakarta yang telah menjadi hutan arsitektur, bahkan bisa kubayangkan populasi planet ini di setiap kota dengan bentuk unit intelengsi sistem, membantu melayani populasi yang banyak itu. Populasi manusia yang akan

Page 34: Akademi Para Pencerita

33

bertambah di tahun 15890, mencoba rancangan untuk tinggal di antara ruang angkasa dalam satelit terminal, yang megah dan raksasa itu. Dan instalasi terakhir yang di tunggu selesai di pasang, akan di persembahkan dari master drive dari bentuk arsip sebagai sistem. Dalam volume awak jalur arus tataan hardwere sistem yang akan memahami gaya hidup manusia dan humanoid di satelit terminal.

Dari balik jendela, apartemen di kota Indonesia, rancangan satelit terminal, akan menanti instalasi. Dari kantor atau tempat tinggalku, operasi sistem arsip di simpan online siap di up load.

Di laut pasifik, setatus menunggu sistem hari ini untuk di instal. Dan akses lepas untuk mensetujui instalasi hari ini akan di eksekusi ada diantara aku , dan rekan-rekanku. Beberapa dari kami, yang mensusun intelegensi sistem.

Hari itu password kumasukan aksesnya untul akses lepas di up load, ke dalam satelit terminal. Megah kota new Zealand, yang pulau itu hampir kalah megahnya.

Di pasik yang mensiapkan essensi populasi manusia tetap bertahan hidup untuk beradaptasi hingga ruang angkasa.

Setelah instalasi baraspektrum di aktifkan dalam mekanisme untuk energi maka instalasi reaksi intelegensi sistem daya pikir respon untuk melayani mahluk hidup itu ada di pasifik.

Renungan diantara, sebelum akses lepas, autorisasi dariku telah aku aktifkan dan mereka yang memegang unit asset itu seperti diriku telah setujui untuk instalasi.

Badanku lelah, aku ingat diantara renungan, aku tidur setelah kerja lembur, dari apartemen akses lepas aku setujui untuk di instalasi. Dan aku beristirahat dalam kamar di pada kamar apartemen. Aku ingat masih tata gedung, dalam apartemen.

Page 35: Akademi Para Pencerita

34

Lalu lintas, Di samping bingkai jendela dengan diantara di hias rutin lalu lalang mobil trasportasi, di lantai delapan puluh kamarku dan jendela diantara kota Indonesia di bagaian Jakarta dan lalu lintas rutin menjadi alur dinamika diantara gedung dengan pemandangan kota Indonesia, aku ingat memori menikmati lalu lintas kota Indonesia, sebelum tidur. Aku tidur dengan lalu lintas siang hari menjadi semata pemandangan, dan ketika malam tiba lalu lintas yang saat kutunggu menjadi hiburan bagi semata rasa senangku. Tadinya badanku lelah dan terbangun di malam hari atau akan menjelang pagi tapi itulah seingat diriku rasa reaksi eksentrik pernah tinggal di apartemen itu.

Bentuk binary mengapa indah, sepanjang sejarah planet bumi, siapakah manusia?

Memandang dalam reaksi dramatis terjebak dalam kamar di satelit terminal dengan jendela beruntung sedang berorbit melihat planet itu, bumi.

Seingatku apakah manusia, di kutuk mata angin galaksi. Sepanjang sejarah planet bumi dan masa depan manusia apa? Perang karena baraspektrum menjadi apakah kami. Seingatku hanya terbatas bentuk kagumku pada literature pemahaman sejarah binary itu apa?

File data decoding, sama seperti sandi morse, kiranya itu sebuah perumpamaan tapi mengapa Tusubrata mensebut aku superior aku belum paham?

Terjebak sosiologi populasi pertama generasi satelit terminal , aku sedang bertanya-tanya diantara masa waktu perang di bumi mengapa? Ketika satelit ini mengaktifkan arus daya dorongnya untuk terbang ke ruang angkasa jadi, di luar perhitungan dalam parlemen pemerintahan planet diantara Kabinet manusia, apa yang sedang di debatkan oleh armada

Page 36: Akademi Para Pencerita

35

pesawat yang menserang. Aku ingat semata dalam ruang panel navigasi hari itu. Semata ingat, langkah keputusan terbang satelit terminal untuk di luncurkan, setelah diantara bingkai tombol aktif arus jet mendorong untuk pergi. Tapi tidak beruntung. Yang menselamatkan utuh atau tidaknya pesawat kuduga bentuknya seperti apa setelah dua puluh tahun mengapung dalam jalur portal orbit planet itu. Bila satelit terminal masih utuh setelah di serang datang ke portal orbit, berarti kagumku pada kerangka dan lapisan satelit terminal ini dari pertambangan di planet mars.

Seingat serangan apa dari senjata panas, atau kubayangkan setiap bara api, yang ingin menyerang apapun itu dari planet anuie telah benar berekspedisi, untuk berperang.

Sisa ingatanku kawatir dengan rasa takut dalam ruang navigasi, pesawat satelit terminal untungnya masih hanya astronot yang mencoba menginstalasi pesawat megah ini di dalam portal orbit. Terbang kami masuk dalam portal orbit sebagai pertahanan walaupun di serang armada pesawat yang mengeluarkan jumlah peluru panas bara api itu. Bara api yang kuduga ada ratusan unit pesawat dari satu armada, itu sedang menghantam perisai, pesawat yang kini tidak tahu seperti apa sisanya tidak bisa terbayang kubayangkan, di dalam portal orbit ini. Apa sisanya satelit terminal kami.

Navigasi manual sistem memang merepotkan, apalagi raksasa yang seperti satelit terminal ini.

Terjebak dalam kamar, aku di telan memori, ingat apa akses lepas diantara kami bertiga, untuk bisa menghidupkan figure yang siap melayani satelit terminal ini.

Dua puluh tahun sebelum melandas terbang pesawat satelit terminal itu ada di pasifik, setelah akses lepas, aku pergi dari

Page 37: Akademi Para Pencerita

36

kota Indonesia ke kota pulau ester, dimana konstruksi terminal pesawat itu dekat akademi militer planet bumi.

Tas Koper yang melayang statis itu diantara kamarku, diam telah menunggu untuk melayani aku malam itu. Dari kamar apartemen tas koper itu mengikuti aku pergi ke tempat parkir mobil di dalam basement, “selamat malam nona!” aku mensapa wanita yang masih belum tidur di dalam lift ia nampaknya akan pergi, kuduga kemana, dia akan pergi malam ini?

Sementara aku melihat dia pergi ketempat tingkat lantai basement yang lain di dalam gedung, keluar dari lift. Ingin bercakap kata untuk beramah-tamah namun, sebaiknya aku diam karena tas koperku sudah membuatku di tanya olehnya, bukannya aku namun dia nona muda yang lebih ramah, beruntungku malam itu, masih teringat.

Lantai dua tingkat dibawah level, setelah nona itu keluar, aku ikut keluar di lantai tujuanb pergiku datang ke mobil di tempat parkir dengan tas koper ikut melayang datangi mobil di tempat parkir. Mobilku aktif, ketika aku dekat karena robot bioplotku juga menjadi id, untuk membantu identias rutin keseharian kami sebagai populasi planet ini.

Tas koper masuk dalam bagasi melayang terbang sesuai volume perintah, dari komunikasiku dengan intelegensi sistem yang ada di master drive tata kota kami.

Sistem pembaruan intelengensi di pesawat satelit terminal ialah instelasi, sistem terbaru yang up date dan di uji untuk gaya hidup para relawan industri baraspektrum, dari akademi.

Gaya hidup mahluk galaksi dari kode etik hipotik ialah reaksi baraspektrum berbanding , diantara issue, bagaimana

Page 38: Akademi Para Pencerita

37

kebjiaksananan akan menjadi kesejahteraan. Tapi gaya hidup issue apa yang akan membuat manusia atau mahluk galaksi lainnnya lebih baik di planet bumi.

Bagasi tas koper yang telah di kunci masuk, dalam mobil siap untuk menjadi busana atau kebutuhanku untuk hidup, hingga buku yang antik, kusimpan dalam tas koper.

Pintu mobil yang terbuka, melayani manusia ramahnya oprasional program intelegensi itu. Sedangkan robot bioplot yang melayang otomatis itu masuk melayang landas tiba pada navigasi untuk datangi input aktifnya, permukaan dashboard mobil. Untuk bisa di kemudikan. Dari perintah neuron semata perintah navigasi.

“Robot bioplot, perintahkan scenario untuk ikuti peta alur membidik tujuan, sampai pasifik, tolong input scenario pasifik.” Ucap mahesa , memerintah skema perjalanan untuk mobil trasportasi, terbang di navigasikan bioplot agar sampai humornya di pasifik.

Gedung apartemen, dan mobilku di dalam mulai akan keluar masuk kepada lalu lintas teransmisi navigasi. Mobil yang masuk barusan keluar dari gedung itu dalam otonavigasi, berhubungan dengan satelit dan master drive intelengensi tata kota mengatur lalu lintas, padat malam itu agar tidak terjadi musibah. Kiranya aku melanjutkan tidurku hingga mobil sampai dalam waktu dua jam perjalanan dari bagian Jakarta ke kota ester di pasifik.

Di atas langit yang seksi, di pasifik mobilku di sambut arjuna toru, seorang mayor dari administrasi misi.

Di balik kaca mobil milik mahesa arjuna toru melihat busana tingkatan siapa?

Page 39: Akademi Para Pencerita

38

Arjuna toru ialah pelayan tingkatan mayor yang harus melayani kedatanganku, walaupun seingat aku saat itu aku sedang tertidur, ia yang membangunkan diriku. Semata mataku terbangun dari tidur aku terkejut “astaga, itu seragam busana, admisnistrasi misi, siapakah penasehat misi rehabilitualisasi sosiologi hidup di satelit terminal.” Terkejut diriku.

“Lapor melayani mahesa, nama saya arjuna utorua, anda sebagai akses lepas utama, dan aku second komando setelah anda.” Mahesa di sahut Arjuna utorua, yang melayani bertugas di lapangan bandara akademi militer baraspektrum di bumi.

“daulat hipotik baraspektrum” ucap arjuna utorua atau “panggil saja dalam pelayananku toru.” Sahut toru memberi hormat kepadaku sebagai atasan dari misi rehabilitualisasi sosiologi.

Kagumku melihat pemandangan, dari langit seksi itu, pesawat-pesawat tempur masuk ke dalam megah satelit terminal. Jumlah armada dari scenario yang harus dan ingin kuketahui berapa banyaknya. Mereka dalam basis formasi latihan untuk melakukan maneuver, dan itu berbeda dengan mobil trasportasi milikku.

Mobilku mendarat di atas permukaan satelit terminal dan mobilku dengan otonavigasi, berhasil diatur gps navigator untuk bisa menikmati tidurku, hingga pelayanan memparkirkan mobil itu masuk kedalam ruang cabin trasportasi, di tingkat dalam volume satelit terminal itu.

“Ini I pad resmi untuk menota indeks arsip data pesawat, semua unit kurikulum tentang misi bagi anda semua diantara semua departemen, siap untuk menobservasi semata, peluncuran satelit terminal hari lusa, waktu kodinat malam

Page 40: Akademi Para Pencerita

39

hari, besok.” Ucap toru sambil mensambut tamu yang menjadi pengawas oprasional misi.

“Nota indeks, data arsip, dan file dalam volume arsitektur kemudi penyimanan sebelah mana? Bisa kau pandu aku datangi unitnya.” Ucap tanyaku.

“Ada di zona area f, lantai dua puluh” ucap toru menjawab pertanyaanku dengar. “Dimana?”

“di tenggara, ” toru menjawab.

Komunikasi, pulau besi di portal orbit

Di meja itu ada hidangan ,dan tempat aku terperangkap dalam kamar karena seingatku, dalam waktu semata mengingat aku berlayar dalam memori yang bisa kuingat sensasinya. Adakah kelahiran untuk di rayakan tiba, di hari itu ketika lusa tanggal, meluncur pesawat aku sedang dalam ruang navigasi sedangkan intensif care unit kebidanan sedang sibuk melayani kelahiran berberapa dari mereka, aku memastikan terbang tanpa sedikit ada rasa, gempa dari effek reaksi permukaan lantai, bergetar pesawat ketika lepas landas.

Robot asisten para bidan dan dokter sedang membantu bersalin mereka para wanita yang telah Sembilan bulan sesuai siklus tepat melahirkan. Tanggal melahirkan siklus, menjadi perayaan, lepas landasnya terminal satelit.

Sementara unit medis bekerja, tanggal siklus dari jaminan mereka yang relawan di layani anggota bagian,masyarakat, planet ini untuk memastikan mereka makmur sebagai bayaran unit untuk hidup mereka terjamin nyaman namun ,

Page 41: Akademi Para Pencerita

40

siapa sangka! Aku kaget dan rasanya sakit hatiku, selama bertahun-tahun diantara serangan dari planet anuie. Membuat terjebak rasa sakit hati itu mengingat. Lepas landas pesawat, satelit terminal di serang. Sebuah perjuangan pilihanku untuk mendarat kembali di permukaan bumi atau sampai aman di ruang portal. Tapi apakah operasi bersalin, gagal?

“Apakah mereka gugur untuk bersalin?”

aku ingat tanggung jawab membawa, penumpang, populasi satelit terminal ialah empat juta manusia, yang akan tinggal di dalam awak kapal raksasa itu. Tapi karena sebagaian besar menanti tidak ada kesalahan teknis lepas landas, jadi, yang berangkat hanya seratus orang sisanya mensusul. Seratus orang rekan oprasional navigasi lepas landas, termasuk yang bersalin sebagai, krew.

Unit anggota oprasional terpenting,misi, objektif berkuasa untuk di ikuti komandonya ialah diantara seratus orang itu semuanya ialah masih dalam unit departemen, diantara unit, keluar perintah, dari siapa ada bagian menerima respon perintah, ialah dari mayor arjuna utorua.

Meja dengan hidangan nasi goreng kambing, dari sihir itu ada di atas meja. Dan akhirnya aku ingin tergerak, seingat bertindakku, mengupayakan konstruksi ulang intelengensi sistem, untuk satelit terminal. Sementara bertahap bila di permukaan perang planet bumi? Bisa!! kembali normal. Planet bumi, dengan sistem yang di serang itu tidak membuat mereka merasa primitive dengan benda bantu untuk rutinitas hidup berpopulasi kembali aktif intelegensi sistemnya. Issue bermasalah, seperti seolah tas koper disaktif melayani yang akhirnya pasif tidak melayani untuk mereka pergi, membuat ada sebagian mereka mengalami gejala stress. Mereka pasti

Page 42: Akademi Para Pencerita

41

merasa primitive setelah planet anuie sebagai mentor menyerang kami manusia dengan alasan yang belum jelas bagiku. Armada spesies humanoid, mahluk planet anuie itu dalam issue apa dan siapa ketika aku menavigasikan pesawat ialah beralasan karena dari industri baraspektrum di planet mars mencoba menekan harga unit untuk di kurangi hipotiknya dalam waktu yang lebih cepat. Kuduga.

Kode etik baraspektrum bukan akedemi dimana diriku, berada, aku hanya pawang dari enginer oprasional program yang tidak berdaya karena, intelengsi sistem sedang dalam ketiadaan.

Sementara lepas landas saat aku ingat, kapan radio dari menara di pasifik, aku diantara kordinat terbang navigasi, di udara. Berita kuterima di ruang navigasi. Emosiku panik.

Lepas landas, Pasal terlahirnya kode etik cara kami hidup karena objektif issue. Objektif issue menjadi semata aturan yang di teliti untuk di tepati oleh manusia agar, dapat hidup dengan humanoid lain.sebuah kondisi.

Keyakinanku apa? Pustaka dan memori pikiran, seingat lepas landas dan hidangan menu sihir, di atas meja dan unit komputer, di kamar aku terjebak.

Yakin? Tusubrata melihat mahesa dalam kamar, ia kembali ke planet, yakinkah tusubarata? Sementara mahesa sedang berpikir dalam pustaka memorinya. Untuk memastikan Tusubrata, berpetualang melintas waktu. Perjalanan antara dimensi waktu, Tusubrata terjebak juga dalam rasa penasarannya?

Terjebak pustaka memori Mahesa, Tusubrata atau brata, semata melihat isi pikiran orang gila, yang telah terjebak

Page 43: Akademi Para Pencerita

42

dalam kamar di satelit terminal itu. Ia melihat pikirannya yang mengingat-ingat untuk apa?

Tusubrata pergi ke masa lalu dengan sihirnya dalam ruang navigasi hanya memastikan apakah cerita dari apa yang di ingat Mahesa itu benar?

Bagaimana menghidupkan intelegensi sistem? Agar terminal memiliki kapasitas rancangannya?!

Tusubrata mencoba membantu mahesa, tapi dengan ingin melihat mahesa masih berusaha! Unit Komputer, bagaimana pulau besi, atau satelit terminal yang megah dapat kembali memiliki intelengensi sistem?

Ingin apa mahesa, meja dengan makanan dan minuman, yang di layani sihir tusubrata sebagai terapi, kerinduan.

Kerinduan hidup normal tidak terjebak! Karena itu unit komputer sedang di pikirkan untuk di aktifkan kembali. Kiranya terjebak di kamar.

Tapi semata melihat situasi!? Mahesa mengaktifkan unit komputer sebagai matanya melihat, kesempatan untuk bebas dari kamar itu.

Booting sistem Komputer unit dari kamar mahesa! User interfase intelengensi sistem unit Komputer itu terlalu kerdil untuk mengoprasikan satelit terminal.

Selesai start up booting sistem, “selamat pagi” ucap sahut intelensi sistem bernama Luna. Menambah “apa yang bisa saya bantu Tuan Mahesa?”

“luna saya ingin kau coba masuk ke server, dalam master drive untuk akses garuda” ucap sahut mahesa meminta.

“di tolak” sahut luna, setelah luna pergi dalam arus server dan pulang, walaupun menemui master drive, ke unit

Page 44: Akademi Para Pencerita

43

komputer milik mahesa. Mahesa berpikir akses garuda harus bisa di aktifkan untuk ikuti keinginannya, bisa keluar dari kamar. Mahesa terjebak.

Terjebak situasi selintas, ingat ipad resmi data yang menjadi akses resmi satelit Terminal sebagai kunci di miliki arjuna juga maka kesimpulan akses di tolak karena mahesa bukan satu-satunya kunci bisa mengaktifkan satelit terminal itu…

Kunci kombinasi, “cepat hitungan mundur” sahut toru, ia berkata pada mahesa yang sedang di kamarnya, sementara dalam ruang navigasi toru akan telah menunggu aba-aba untuk kunci kombinasi aktif mematikan satelit terminal tidak memiliki intelengensi sistem agar aman.Mengapa?

“brengsek!” sahut mahesa. Yang ipad resminya ketinggalan di kamar, terpaksa ia lari ke kamarnya meninggalkan ruang navigasi. “bagaimana?” toru meninggalkan ruang navigasi dan masuk kapul asuhan untuk hibernasi, untuk tidur pulas, tapi ledakan dekat kamar mahesa akhirnya menjebak ia tidak bisa kemana-mana!

“luna tolong, lihat denah satelit terminal?” mengapa aku tidak bisa membuka pintu ada apa di luar kamar ini.

“pintu sangat tebal, dan sistem sliding di luar kabelnya ikut hancur dari ledakan di sebelah!”

Barasepktrum,

Karadewa 15890,

Mahesa Bayu Suryosubroto,

Penulis,

Page 45: Akademi Para Pencerita

44

Una Lisa,

Petualangan Dengan Raksasa Ester,

Mati Listrik Di Tahun 1985

Sebuah botol alkohol, sedang diambil, kemudian isi botol itu di semprot, ke lengan tangan pasen tato, setelah tombol dari sebuah contentner ditekan. “Waduh dingin” jawab Lisa anak berumur 21 tahun yang sedang menikmati waktunya akan ditato. “Namamu Lisa bukan?”

“Benar, itu namaku.”

“Boleh tanya tidak, alasan kamu di tato, apa?”tanya

lidya sang tato artis.

“Sebentar, lagi aku dapet pekerjaan, mba!” jawab

Lisa.

“Kalo, dapet pekerjaan kenapa di tato?” Ucap Lidya.

“Saya ingin menghibur diri saya dengan merayakan, uang yang tadinya di tabung untuk sedikit, obsesi.” Jawab

lisa.

Page 46: Akademi Para Pencerita

45

“Masa sih ini obsesi kamu, kamukan belum pernah di tatokan?!” tanya Lidya penasaran di balik jawaban yang di rasa tidak cukup.

“Belum, memangnya kenapa, mba?” jawab Lisa sambil, bertanya mengapa?

“Engga! Biasanya Pasen Tato merasakan adiksi, ingin di tato lagi karena merasa lebih puas bila yang dianggap penting dalam hidupnya bisa terlihat di tubuhnya, bisa di lihat semua, tapi kamu belum pernahkan? Ibaratnya Masih Polos!” Lidya tersenyum sambil mengusap-­-usap lengan tangan kiri Lisa.

“oke Lisa, siap di tato?”Lidya mengusap tangan lenganya sekali, lagi dan di pastikan sekali lagi mengulang memastikan lengannya, telah menjadi media yang baik untuk tinta bisa melekat karena alkohol yang membuat releks, tangan Lisa itu tidak boleh tegang kulitnya.

“alkohol buat apa?” Lisa Bertanya.

“untuk terapi, supaya kulit kamu releks dan setidaknya nilai plus di semprot lengan kamu seteril dari bakteri.” Ucap Lidya.

“Lisa, saya tanya lagi, sebelum saya tato, Lisa yakin mau di tato, sebelum jarum pertama jarumnya masukloh ini?

Page 47: Akademi Para Pencerita

46

Soalnya kulit kamu bagus, yakinkan enggak sayang sama kulit?” Ucap Lidya.

Lisa memegang Kalung yang ia pakai, sambil menarik nafas. “tunggu mba!”

Lidya mungkinkah mensesali perkataannya Sebelum mentato Lisa“Kenapa?”

“aku takut di kutuk sama orang tua.” Ucap Lisa didengar Lidya yang tersenyum.

“Kira-­-kira Reaksi mereka seperti apa sih kalau aku di tato” Lisa menambah.

“Mba Lidya kenapa di tato?” Lisa mencari-­-cari alasan.

Lidya tersenyum “oke, mau diceritakan?” lisa mendengar alasan jawabnya.

“Ceritanya menarik ga?” Tanya Lisa sebelum memulai.

Lidya mendesah“ kamu beruntung Lisa, bisa bangga, sama tato kamu mungkin bila ini jadi saya tidak memaksa?!” ucap Lidya di dengar.

Page 48: Akademi Para Pencerita

47

“kenapa” Lisa mengkerutkan alis mencari perhatian.

“Tato pertama kamu tidak memalukan kok, apalagi pilihan gambar kamu bagus!” humor membuat lidya tertawa mulai bercerita setelah alasan.

“Lidya melihatkan lengan pundak kirinya, lihat di balik tato naga ini, di tepi kepala ada yang tidak wajar ga!” Lisa memperhatikan.

“memangnya kenapa” samar-­-samar Lisa masih tidak yakin melihat apa?

“Di balik tato naga ini, dulu awalnya itu tato pertama mba lidya, ada cerita humor lucunya dan sedihnya, itu dulu ada tato tulisan.” Ucap Lidya

“Cerita Lucunya apa” tanya Lisa penasaran.

“Yang menjadi Tato tulisan nama, mba Lidya dulu itu Nama first lovenya, mba Lidya! Lucukan, Tapi ...” Lidya diam setelah menjelaskan selintas sambil mendesah kesal karena

ingat.

“Tapi apa?” Tanya jawab Lisa.

Page 49: Akademi Para Pencerita

48

“Yang di sebut first love itu jadi nightmare, mba Lidya, karena itu lebih baik jadi naga deh.” Ucap cerita singkat yang menarik perhatian Lisa sebagai pasen tato. Hingga mereka ketawa”biasa laki-­-laki bikin susah dunia wanita.” Lisa tersenyum.

“Nah kalo itukan, tulisan nama mantan pacar.” Lidya maksud di balik tato naga. “Kalo, Lisa bagaimana, Masih merasa akan menjadi tato yang akan menjadi penyesalan apa engga?” Ucap Lidya tersenyum. Melihat senang Lisa sempat merasa simpatik dengan tertawa, bersama.

“Baik, Aku siap mba!” Lidya mendengar senang karena pasen tatonya akhirnya menjadi yakin. Padahal Lidya, sempat berpikir kawatir takut, Lisa pergi dan membuat ia tidak menerima honor, hari ini.

“Baiklah dengan semangat Mba Lidya senang nih!” ucap Lidya. Sebelum tato dimulai, setelah gambar bantuan di tempel, di lengan, untuk proses tato. Listik mati. Padahal

Jalanan studio Kemang lampu menyala, ketika lidya akan mentato Lisa tiba-­-tiba mengapa?

“Yeah Mati!” Ucap Lisa yang hampir merasakan tinta pertama yang masuk dari jarumnya itu.

Page 50: Akademi Para Pencerita

49

“maaf, mba Listrik jempret, kayanya ada yang memakai beban berlebihan.” Orang dari balik pintu diluar studio tiba-­-tiba mensela masuk. “Tolong mba!” ucap orang

itu.

Lydia bergegas, berpesan “ Tedy, tolong kasih tahu sama yang kontrak, untuk jangan pasang kulkasnya dulu, nanti berlebihan beban, mungkin besok baru bisa dinyalakan kulkas barunya itu.” Minta Lydia pada Tedy

“Baik, saya kasih tahu yang kontrak di sebelah.” Tedy pergi. Setelah datang mensela.

“Oke! Siap Lisa” Setelah Lydia menyalakan beban

Listrik yang jepret itu. “Siap”

Tapi ketika Lydia, akan mentato Listrik sekali lagi mati padam, hingga membuat Lydia berteriak “Tedy kasih tahu Parto di sebelah!”

Tedy, datang terburu-­-buru, kaget “Kenapa mba,” “, benar kenapa mba” tambah Parto tetangga yang mengkontrak mensewa dengan bingung mendengar Lidya.

“Kenapa sih!” jawab Lisa. “Mati Lampu nih!”

Page 51: Akademi Para Pencerita

50

“Gedung depan kita juga mati lampu, sepertinya bukan kelebihan beban kok mba!?” Lidya mendengar “ya sudah!” minta Lydia sambil mengerutu kesal “nasib sial.”

Kemudian beberapa saat Listrik Kota juga studio

Nyala, lagi. “hore!”

“aduh, aneh banget sih, hari ini” ucap Lidya “oke, buruan, Lisa Siap Tidak?” Lidya memastikan.

“Lisa siap”

Jarum pertama terlanjur kena permukaan kulit Lisa Tapi listik jepert dan alat untuk mentatonya itu keluar asap karena mungkin konslet akibat listrik naik turun.

“Waduh, maaf Lisa” Lydia.

“Nah Mba ini baru mati karena alat itu” ucap Parto melihat kejadian.

“Berisik, diam kamu, cepat bantu pasang generator listrik pendukung aja, biar aku tenang, Tedy!” Minta Lidya pada Tedy.

Page 52: Akademi Para Pencerita

51

Percakapan dalam Mobil Dino

Jam Lima pagi, Semalam Lisa pulang setelah jadwal tatonya yang telah selesai. Tapi di kamarnya ada kupu-­-kupu, berterbangan, hingga hinggap di dekat wajahnya, yang terbangun.

“Pagi Kupu-­-kupu, kamu kok mirip Tato yang ada di lenganku.” Lisa yang tersenyum terbangun wajahnya berubah menjadi penasaran seakan-­-akan mimpi, penasaran. Lisa melihat tatonya sendiri telah hilang dan merasa ia terbagun dengan mimpi buruk. Karena tatonya yang ia kagumi hilang. Kemudian sementara waktu kupu-­-kupu tadi terbang, keluar kamar.

Di tempat kemarin di mentato kembali. Bertanya heran bertanya, “mba kemarin saya kesinikan?!” ucap Lisa.

“Kamu Kenapa, baru kemarin Selesai.” Ucap Lidya tersenyum mengira menduga.

“Kok senyum sih mba!” Ucap Lisa. “,Tapi benarkan saya kemarin kesini!”

Lidya sedikit kagum merasa Humor“Bercanda ya!? Mau Pamer Tato!” Lidya Tertawa.

Page 53: Akademi Para Pencerita

52

“Bener Mba, ini aneh Loh!”

“apanya yang aneh?” Lidya heran merasa bagaimana

Lisa kawatir.

“Kemarin Aku, kesinikan mba! Terus minta tato!” Lidya ketawa.

“Iya, Lihat aja foto, kamu di dinding itu” ucap Lidya di perhatikan sambil melihat fotonya yang di pamerkan di dinding sambil bingung hingga ia pingsan. Lisa heran dan kaget pingsan.

“Lisa…Lisa…!Ayo Sadar! Kamu Pingsan Loh!”

“Mba Lidya’kan Namanya? ” Tanya Lisa yang bingung. “Kenapa aku pingsan, iya?”

Lisa sedang sadar diri terbaring telah di tempat duduk. Terdiam kaget mengapa tatonya yang ingin di tunjukan itu hilang pagi ini. Lisa menunjukkan Lengannya. Lidya heran dan merasa tidak mungkin karyanya hilang.

“Kok, BIsa?”

Page 54: Akademi Para Pencerita

53

“Karena itu aku pingsan karena heran, dan bingung, soalnya sakit di lenganku terasa, banget”

“Tunggu!” Lidya kaget.

“Kamu kembar atau bukan?” Tanya Lydia Penasaran. “Kamu engga minta tato gratis buat yang kemarin

sudah aku buat, Soalnya ini aneh banget!, kamu pergi deh sebelum aku lapor polisi.” Ucap Lydia yang mulai tidak peduli karena takut di tipu. Pada kasus anak kembar ingin di

tato.

Kupu-­-kupu, yang tadinya gambar tato itu menjadi benda nyata yang sedang terbang, Melewati sebuah danau dan tiba-­-tiba dari dasar sebuah danau. Batu bercahaya hidup, merasa kupu-­-kupu dari tubuh lengan Lisa memiliki daya tarik tersendiri.

Batu itu retak, dan keluar asap hitam, dan mereka yang di danau sedang akan ketakutan, bahkan apa yang sedang menjadi daya tarik, hingga asap hitam mendekati orang dekat danau?

Di tempat lain kawanan kelompok orang-­-orang sedang, melihat peta kota Jakarta, dan batu keristal sedang di ayun-­-ayun, hingga berhenti menunjuk suatu tempat pada

peta.

Page 55: Akademi Para Pencerita

54

“Kita dapat tempatnya, orang itu disana” ucap satu diantara mereka.

Mereka bergegas masuk mobil dan pergi sampai ketempat, Lisa berada yang baru saja di usir, dari studio tato Lidya. Sesampainya mereka?!

“Yang mana orangnya?” Tanya Dino keluar dari mobil “Aku tidak yakin,” sementara mereka yang mencari Lisa, ia telah pergi. Mengapa Lisa pergi karena di usir Lidya. Sementara Keluar dari mobil orang bersama Dino itu. Telah kehilang kesempatan, Lisa pun telah pergi.

Lisa Pulang, dan merasa sedih dengan di kira akan menipu padahal ia yang merasa musibah, yang menimpanya tidak umum.

Sementara itu kupu-­-kupu tadi, pergi ke tempat yang akan di duga orang yang telah di dekati asap tadi.

Tapi di tempat Lidya, Mereka datang dengan aneh duduk, kawanan kelompok teman-­-teman dino. Sedang memperhatikan, Lidya seorang di studionya yang akan ramah mensambut tamu-­-tamu calon tato mungkin.

“Ibu, saya mau tanya, ini tempat apa iya?” Tanya

Page 56: Akademi Para Pencerita

55

Dino.

“Ini tempat tato mas.” Ucap Lidya.

“Jadi ini bukan tempat yang di luar dugaan orang pada umumnya.” Tanya Dino.

“Maksudnya apa” tanya Lidya semakin heran.

“Mba ini siapa iya disini!?” ucap Dino merasa membuat tersinggung Lidya.

“Humor, apa lagi hari ini, setelah Lisa, saya yang punya studio ini?”

“Mba!? Jadi ini Studio milik Anda, kalo Lisa Siapa?” Tanya Dino

“Lah! kalian siapa sih ” Lydia mengangkat lengan bajunya dan tatonya mulai terlihat. Sepontan Lidya mengambil segelas air dan mensiram air putih karena kesal.

Spontan Dino Bertanya setelah basah kuyub “Mba itu air apa?”

Page 57: Akademi Para Pencerita

56

“itu tadi air putih,” “Nah ini” karena kesal Lidya ke meja membuka termos air dan berkata “kalau ini beda, karena panas” didengar keduanya namun lari keluar studio menduga pada tindakan Lidya berikutnya.

Diantara mereka berdua, keluar dari mobil sambil membawa peta, “kata kalung Kristal dia sudah pergi dari sini kita terlambat.” Di dengar dino, diantara mereka berempat.

“Ayo Kita kesana.” Ucapnya.

Di belakang kemudi dino Berkata “ saatnya sebelum akhir bulan.”

“Jam dua belas malamkan.” Ddengar dino.

“benar hendri.”

Mereka empat orang berkelompok yang mencari Lisa.

Bab3. Mimpi Seperti Surga

Lisa mencoba-­-mencoba membeli tato yang hanya di tempel karena kecewa. Malamnya ia tidur, dengan tato yang di tempelnya dan tato tempelan itu di pagi hari diduga menjadi bunga mawar yang harum tapi pagi harinya ia

Page 58: Akademi Para Pencerita

57

kecewa. Bahkan Lisa bingung. Adapun penantian Lisa kali ini bukan sekedar tato, tapi nalurinya bertanya adakah ia menduga sesuatu yang ajaib pun salah Lisa pahami !?

Tiba-­-tiba di pagi hari bel Rumah berbunyi, dan rumah sudah terlanjur kosong, kecuali Lisa, dengan kekecewaan pada Tato.

Siapakah Lisa, dirinya sedang bertanya, adakah dia merasa mimpi walaupun tetapi di pagi hari itu, ada Dino tiba-­-tiba, sudah di depan pintu, dengan sebuah kebetulan.

“Siapa iya”

“Nama Saya Dino,” Dino memperkenalkan dirinya dengan bersalaman, kemudian, dino pergi karena beralasan kurang tepat bertanya pura-­-pura.

“disini atau disitu iya kost-­-kostan?!” ucap dino tidak berapa lama kemudian pergi.

Dalam mobil, mereka diantara dino memberi kabar, setelah melihat ajaib Dino mencari alasan.

Dino dengan kekuatan supernaturalnya, hanya dengan mensentuh Lisa dapat mengetahui siapakah karakter Lisa.

Page 59: Akademi Para Pencerita

58

“Demi Malaikat, Cepat ceritakan”

“Sabar Badu, aku sedang tidak yakin siapa dia?” ucap

Dino.

“Mengapa?” Badu heran menduga tidak paham.

“Tapi Sementara tunjuk batu Kristal, itu dia, Lisa!”

ucap Dino Menjelaskan pada Badu. “Batu, kristal tidak mungkin salah, dan aku pakarnya mencari, gelombang aura, yang terbidik untuk tujuannya, sedangkan kau Dino, yang meyakinkan benar apakah dia yang kita cari?”

“Benar Siapakah yang sebenarnya kita cari?” ucap Dita perempuan diantara tiga orang laki-­-laki seorang lagi mensahut “Demi Sihir, mengapa Lisa bukan orangnya?!” ucap Diko.

Lisa melihat di jendela sejak Dino keluar dan pergi, dan bertanya mengapa, mereka masih ada di seberang rumah Lisa.

Page 60: Akademi Para Pencerita

59

“Penasarannya kita, di lihat Lisa juga” ucap diko di balik stir mobil, melihat Lisa melihat mobil mereka.

“Sudah pergi dari sini saja, kita cari makan untuk sesaat akan makan siang nanti” ucap dino mengalihkan pembicaraan demi makan siang.

“Serius kita pergi saja, aku setuju!” Diko merasa tidak nyaman, namun ia melihat, Lisa melihat di balik mobilnya, mereka.

Akhirnya mobil itu pergi dari situ, mereka pergi ke suatu tempat, meninggalkan rumah Lisa, dengan tergantung menjadi penasaran. Mengapa batu Kristal, biasa tidak sekata pada kepastian, kekuatan supernatural Dino itu.

“Badu, kau membuat kita berempat seperti penyihir amatir di akhir waktu bulan, yang sedang tergantung?” Ucap Dino. “kejadian kemarin di tempat tato dan hari ini di rumah

itu.”

Dita.

“Demi Kesalahan yang berulang, kita tersesat” ucap

Page 61: Akademi Para Pencerita

60

“Huh, hidup kekal, selamanya menjadi penyihir

dengan kewajiban menanti ingkarnasi rekan kita, yang ternyata kuduga adalah Lisa.” Ucap Diko.

“hey, bila aku mati, apakah kalian akan menanti pertanda kapan aku lahir setelah siklus ingkarnasi.” Ucap

Badu.

Suasana tiba-­-tiba hening. “Apakah, kalian mengingat ketika laut yang terkutuk itu, dulu merengut kawanan kelompok kita.”

“Aku tidak ingat!”

“Benar, Kecuali Badu, Tapi mengapa setelah Ratusan tahun engkau dengan sihirmu, tidak seperti yang kami bayangkan menjadi seorang penyihir dengan berbagai kepandaian.”

“Itu, tidak benar.” Kalian tidak tahu kutukan, apa yang ada pada diriku, setelah alasan, kalian biasa mengingat cukup.

“Badu, Mengapa, engkau, merendah dengan kepandaianmu, dan sungguh berapa orangkah kelompok kita dulu berjumlah?”

Page 62: Akademi Para Pencerita

61

“kalian, berharap dengan imajinasi keyakinan kalian, yakin dengan umur semakin banyak waktu yang di lalui, diantara kita akan semakin pandai, tapi tidak lebih sungguh aku hanya seorang penyihir yang hanya dengan batu Kristal yang mencari gelombang aura saja tidak lebih.” Ucap Badu

“Aku tidak, percaya?” ucap Diko. “Perjalanan hidupmu lebih banyak mensaksikan, dan melawati perubahan zaman, kau lahir di masa waktu ketika sungai sindu di seberang sedang megah,dan menjadi pribumi tempat ini, tapi mengapa, kau merahasiakan semua pengalaman yang menjadi fenomena, bagi para penyihir bertambah kemampuan. ”

“Benar aku hanya ingat itu seperti mimpi di surga” ucap badu menambah “Aku, memang beruntung menjadi yang tersisa hidup tapi, objektifku bukan untuk, kalian untuk terkejut, agar siap dan tepat, pada semua perjalanan waktu yang telah kulewati, akan menjadi rahasia yang misterius

saja.”

“Benar, kau yang paling misterus diantara kita semua.”Dino berkata. “Bagaimana, aku biasa mengandalkanmu, Badu!?, aku tidak biasa mencari

gelombang aura, kami tergantung padamu itu sudah situasi terdesak.”

Page 63: Akademi Para Pencerita

62

“Bukankah aku sudah mengajarkan pada kalian, bagaimana?” ucap Badu.

“sini Kemarikan batu kristalmu,” badu memberikan batu keristal itu pada Dita. “Maaf mungkin aku lelah biasa menjadi tidak akurat berulang kali.”

Dita, membuka peta kota Jakarta, dan ia bermantra lirik mencari ingkarnasi aura, akan mengasuh. Gelombang aura Sementara biarpun Dita yang mencoba mantra yang serupa juga mengarah ke rumah lisa kembali?!

“Aku tidak salah bukan” ucap Badu tersenyum.

“Kau benar, Badu, batu Kristal ini memang gelombangnya serupa dengan daya tariknya mentunjuk tempat yang sama, di rumah Lisa.” Ucap Dita terkejut. Hingga mereka kembali ke Rumah itu. Dan mengawasi Lisa.

Kiranya apa yang di tunggu empat penyihir itu, bila bukan Dino yang telah sedang, mengkamuflasekan dirinya untuk beradaptasi, berharap Lisa sebagai penyihir berikutnya yang di temui.

Dino di belakang rumah Lisa memancing dengan limu sihirnya, Dino memanggil kunang-­-kunang. Kebetulan Lisa

Page 64: Akademi Para Pencerita

63

sedang berada di tempat itu. Lisa tersenyum, terhibur, memperhatikan. Tidak tahu sedang di perhatikan di pancing Dino, Lisa terkejut, melihat kumpulan kunang-­-kunang bertambah banyak, Lisa yang terkejut keluar dari kolam berenang dan dengan tanpa rasa kawatir. Melihat Dino.

“Mengapa Kau disini, kau yang tadi siang bukan?”

“Benar, aku sedang di sebelah dan sedang terkejut serupa memperhatikan kunang-­-kunang.” Ucap dino menambah “sungguh aneh, bukankah ini bukan ekosistem mereka.” Ucap Lisa Bertanya pada Dino yang masih asing itu yang juga terkejut.“kamu, bagaimana biasa masuk tempat

ini?”

“Aku seorang pesulap yang biasa membuka pintu rumahmu!” ucap kata dino di dengar Lisa sedang berpikir menduga membayangkan Dino masuk loncat lewat pager belakang.

“Serius! Kamu!” “Baiklah!”

Dino memberinya pertunjukan yang sederhana dengan tanganya dengan koin. Bagaimana dino bisa memindahkan koin di tangannya dari kiri kekanan, terus bias mengkejutkan Lisa dengan menghilangkan koin tersebut dengan tiba-­-tiba. Lisa dengan sedikit humor penasaran, bertanya “kemana koin itu sekarang hilang?”

Page 65: Akademi Para Pencerita

64

“Koin, uang itu ada di bawah fas bunga itu.” Di dengar lisa dengan tersenyum, sambil mengambil koin uang yang di temukan “Tidak umum untuk tempat menaruh uang, atau hanya sebuah kebetulan ada di situ?” ucap Dino meyakinkan.

Dino meregang dan merepal tangannya kearah dimana kunang-­-kunang. Dino membayangkan bisa berharap kunang-­-kunang bisa membantunya.

“Kamu Kenapa?” ucap tanya Lisa.

“Lihat saja!” Kunang-­-kunang itu berkumpul dengan mengkejutkan Lisa mengapa?

Diantara kunang-­-kunang sedang seperti di perintah, Dino, menjelaskan bagaimana kunang kunang ,itu, berbaris”, maukah kau menjadi pesulap Lisa”

“Ha ha, humormu menghiburku!” ucap Lisa, terhibur menduga Dino sebagai pesulap datang untuk apa, di rumahnya?

“Aku mungkin menghiburmu, tapi sungguh aku sedang berharap padamu Lisa untuk menjadi kelompok kami.” Lisa mendengar minta Dino yang masih menjadi pawang kunang-­-kunang itu.

Page 66: Akademi Para Pencerita

65

“Aku punya pertanyaan?” ucap Lisa menambah“Apa

Lagi yang bisa kau lakukan?”

“memberi perintah berikutnya seperti untuk mereka, para kunang-­-kunang membuat formasi lingkaran!” ucap Dino.

Lisa tidak ingin terkejut kedua kalinya, namun ia sedang menanti apakah Dino seorang yang sedang ia, bayangkan Istimewa.“Astaga”Lisa terkejut. Melihat Kunang-­- kunang itu berformasi lingkaran.

“Apalagi yang bisa kau lakukan selain memerintah formasi lingkaran!” ucap minta tanya Lisa.

“bentuk-­-bentuk geometris, tapi !”

“Apa” Lisa tidak sabar ingin di hibur oleh Dino.

“kau lihat saja” ucap Dino membentuk bentuk – bentuk, yang terformasikan, unik. Hingga ia, membuat tidak sadar Lisa sedang di jebak untuk melawati perjalanan.

Lisa dengan terhibur, tidak menanti diantara formasi, itu, menjadi pintu portal ke dimensi singkat.

Page 67: Akademi Para Pencerita

66

Dimensi singkat adalah, portal, pintu penghubung diantara bagaimana kunang-­-kunang bila di ketahui rahasianya, di balik kelap-­-kelipnya itu, ialah kekuatan supernatural dimana tiap-­-tiap cahaya yang terbentuk ketika berkedip-­-kedip, selaras gelombang cahaya spektrumnya dapat membuat lubang di antara ruang udara, dan siapa yang menduga itu seperti pintu untuk menghubungkan kita kedunia yang lain atau tempat yang lain, telah membawa Dino, untuk mengiring alur perjalanan Lisa. Untuk memiliki banyak pertanyaan pada apa yang sebenarnya terjadi.

“Ayo masuk, Pintu layar itu” ucap Dino

“Pintu layar!?” ucap Lisa melihat didalam formasi, yaitu pintu Layar yang melihatkan ruangan kamar Lisa, padahal itu kolam berenang yang sedang di ajaibkan berseberangan dengan kamarnya.

Di balik pintu layar, kamar lisa, mereka teman-­-teman

Dino telah menanti.

“kalian, siapa?” ucap Lisa.

“Mereka,seperti dirimu Lisa, Kau penyihir.” Ucap Dino. Sambil merubah Pintu Layar untuk mentunjukan dimensi yang berbeda-­-beda dilihat Lisa.

Page 68: Akademi Para Pencerita

67

“aku penyihir” Lisa jatuh pingsan.

“mbak! Bangun mbak, sudah malam, Borobudur sebentar lagi Borobudur tutup!” Lisa berada di keramaian sedang terkejut melihat dirinya di sore hari, seperti waktu yang berbeda telah membawanya kedalam perjalanan yang di duga bermimpi.

Diantara keramainan umum, Lisa merasa bahwa dirinya di situ, berada di Borobudur bukan mimpi, tapi aneh. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi.

“Jangan Kawatir” sahut Badu, wajah yang di kenal setelah bertemu di kamar lisa tadi malam. “Kau, jatuh pingsan semalam karena kaget. Sementara keramaian diantara sore hari menjelang malam itu, membuat Lisa marah karena melewatkan waktu sebab mengapa ia pingsan. Membuatnya Bertanya!

“Selamat datang Lisa di monomen Kehidupan!” ucap teriak Dino dari sekitar kawasan Borobudur. Di kenalinya namun tidak yakin benarkah itu Dino.

“Kau merasa dekat bukan dengan kami selain, Dino yang telah menghiburmu semalam dengan kunang-­-kunang.”

Page 69: Akademi Para Pencerita

68

“Apa, maksud semua ini?” ucap Lisa bertanya.

Dino,tersenyum mendekati berharap Lisa merasa nyaman, ketika Badu menjawab.

“Kau tahu adalah Borobudur, kau pernah kesini?”

tanya badu.

“Pernah!” jawab Lisa.

“Baiklah, Dino tugasmu dengan kunang-­-kunang mereka kembali.”

“Dita dan Diko, sudah ada di seberang telah membukakan pintu Layar untuk tujuan berikut, di sana” mereka pergi ke ujung sudut berikutnya dari tempat di Borobudur. Dan mereka menseberang dimensi geografis tempat.

Tapi kemana, dalam waktu, Lisa kali ini akan di bawa?

Lisa di bawa, ke tempat sebuah mata air, dari sebuah gunung. Tidak menyangka itu ialah tempat penting bagi badu, karena itu berada di dekat, india, Tempat sungai sindu berada di antara pangkal mata air tersebut.

Page 70: Akademi Para Pencerita

69

“tempat ini nostalgia, bagiku, karena kalian semua berasal dari dekat desa-­-desa yang terlewati sungai, termasuk kau Lisa.” Ucap Badu.

“Namaku Badu, dan umurku, 5000 tahun.” Lisa tidak menduga, umur, tersebut tidak seperti kedengarannya “kau terlihat seperti diriku, kukira kita serupa umurnya.”

“ha..ha.., jangan harap masing masing kita berbeda.”

“Dita yang tertua setelah, Badu, dan kau yang menurut ramalanku, kau yang akan menjadi terpintar setelah empat diantara kami.” Ucap Diko. “Tapi, entah mengapa, menurut Dino, bahwa dirinya masih paling yang terpintar kemampuannya.”

“Benar, karena itu kami berharap kau membantu kami, untuk melewati karma kutukan yang sedang berlangsung, karena semakin banyak diantara kita

terkumpul semakin kuat kita menjadi penyihir yang akan mengakhiri perjalanan penderitaan badu, menjadi penyihir yang berpengalaman untuk menumpas kejahatan diantara hampir punahnya kami kaum para penyihir.”

“punah dari apa!” ucap Lisa.

Page 71: Akademi Para Pencerita

70

“Asap hitam, yaitu parasit” ucap Dita.

“aku harap antara Borobudur dan sungai ini memberimu persembahan Lisa.” Ucap Badu.

“Persembahan?!” Lisa merasa prihatin karena dirinya tidak merasakan ada sedikitpun ada yang bisa di persembahkan.

“Asap hitam! Diantara Borobudur dan Sungai ini adakah yang harusku kawatirkan.” Ucap tanya Lisa. “Siapakah Asap Hitam,” tambah Lisa Bertanya.

Badu menjawab dengan kegalauannya “, Asap hitam lebih tua dari diriku, bahkan kuduga ia dulu penyihir, tapi itulah dugaanku.”

“dugaanmu!” Lisa bereaksi.

“Masih belum pasti diantara kita semua kecuali Badu, yang diam tidak mau bercerita pada seluruh, perjalan pengalaman hidupnya.” Ucap Dino menambah “, dulu waktu sebelum kami lahir kembali kedunia setelah ingkarnasi diantara kita untuk lahir kembali, Badu, ialah satu-­-satunya penyihir yang tersisa, dan apa adanya benar-­-benar kami menduga asap hitam di kutuk, masuk, kedalam batu oleh dirinya, tapi itupun dugaan karena ia tidak mau bercerita

Page 72: Akademi Para Pencerita

71

mendetail! Jadi bagaimana asap hitam di kutuk masuk kedalam sebuah batu kini masih menjadi pertanyaan.”

Badu sedih dan mereka memperhatikannya, sedangkan Lisa dengan sisa kekagumannya baru mendapat episode situasi senang menjadi semakin dalam berperasaan.

Kiranya apakah perasaan Lisa, karena ia juga sama terkejut ketika Badu yang galau, di sentuh dan simpatik.

“Kau Jangan Mengusap diriku Lisa,” Badu marah namun ia juga, ikut terkejut.

Tiba-­-tiba saja, Lisa kulitnya, bercahaya dengan terkejut, Lisa terjatuh dekat sungai dan ketika berdiri dekat sungai cahaya dari dirinya, menunjukan hal serupa sama seperti pintu layar kunang-­-kunang akan gambaran dunia lain, hanya saja, itu bukan dalam formasi namun dari permukaan air sungai yang membiaskan gambar, refeleksi, yang di pertanyakan diantara mereka berlima. Yang masih asing dengan badu tidak banyak bercerita mengapa, Melihat cahaya bias dari permukaan air dalam bentuk, alur cerita tentang sesuatu.

Lisa Terkejut, dan galau diantara melihat reaksi dirinya menjadi sumber bias gambaran alur cerita, di permukaan air sungai yang di perhatikan, selain mereka berlima ada kawanan pensihir lain sedang berkumpul di situ. Pada suatu tempat dan waktu kiranya.

Page 73: Akademi Para Pencerita

72

Seseorang berkuda, datang menghampiri penyihir, penyihir itu. Mereka rupanya menanti, orang tua yang datang berkuda.

“Akhirnya kau datang dari balik, jalur ruang gua, dalam batu gua itu.”

“Badu, Mana Badu!” ucap orang turun dari kudanya diantara 12 orang penyihir yang tua-­-tua itu. Itulah Badu sedang bertanya-­-tanya tidak menduga melihat dirinya sendiri akan berkompromi.

Badu mendengar panggilan, orang berkuda itu, bahkan badu membuka jubah lesuh, dan menghormati orang yang berkuda, itu. Badu di panggil dan jubah, hijab kepalanya dibuka, dari ketika, ia di panggil.

“aku, saya Krisna!” Ucap badu, sambil menunjukan hilangnya kegalauan menanti dia, yang datang berkuda, Badu seperti berharap pada sesuatu dan tiada kecuali mereka tidak serupa sedang berharap pada Krisna.

Badu, diantara mereka berlima dengan Badu yang ada dalam alur layar, pada sungai berbeda.

Page 74: Akademi Para Pencerita

73

Bab4. Hanya aku yang melihat Hantunya

“Mengapa kau memanggilku Krisna, apakah kau dapatkan yang di tunjuk, oleh serat Rasi Langit.” Ucap Badu.

“Badu kau sebagai penasehat, Saja” Ucap Krisna.

Diantara kita semua sebagai prajurit yang tersisa, hanyalah sebuah batu ini tunjuk minta serat, Rasi Langit.

“Kapan ia mentunjuk!” ucap tanya badu yang tua itu.

“Rasi Langit menjanjikan keyakinan yang meramalkan engkau dan diantara kita sebagai, pemenang melawan Asap Hitam.” Ucap Krisna berkata menambah “ayo cepat sebaiknya kau buka pintu layar.”

“kawan-­-kawan, wahai, teman setia” ucap Badu menunjukan kemampuannya. Diantara hutan, rumput-­- rumput dan kunang-­-kunang tiba satu persatu. Badu yang Tua, itu sedang memanggil kawanan kunang-­-kunang.

Di tempat lain, kunang-­-kunang terbang , pergi ke tempat lain diatas laut dengan kapal-­-kapal armada, sebuah kapal

Page 75: Akademi Para Pencerita

74

diantara armada kapal lainnya, sedang menjadi perhatian para kunang-­-kunang yang tiba.

“Tuan, Panglima, liat mereka para prajurit dengan lencana istimewa tiba, datang diantara kita yang akan waktu untuk berperang.”

Kunang-­-kunang datang tiba dengan acak dari semua arah penjuru mata angin, diatas lantai berkumpul seperti bola dan membentuk formasi lingkaran, dengan setelah itu membentuk formasi bentuk Pintu layar. Dari pintu layar ruangan udara seolah-­-olah ruangan dirobek kedip-­-kelip udaranya. Pintu layar, permukaannya bagaikan gelembung udara diantara air samar keruh, namun kemudian jernih, dengan di seberang itu, para teman-­-teman Krisna dan Badu datang, mendatangi. Tiba mensapa, Paglima armada kumpulan kapal-­-kapal yang membuat laut menjadi ramai.

“demi raja yang mensebut, tahta firaun, bagi dirinya, untuk di taklukkan. Dan dengan penyihir lawan kita, dan

kami para penyihir, akan membantumu panglima.” Ucap

Krisna sedang membuat galau, Badu!

“Lisa, hentikan proyeksi” ucap Badu yang galau memaksa Lisa menghentikan, gelombang cahaya dari dirinya. Sekejab dari bias gambar yang jernih, pudar menghilang karena di sela terkejut Badu.

Page 76: Akademi Para Pencerita

75

Diantara mereka berlima, hanya badu yang sedang di pertanyakan, dengan duga, pertanyaan ingin melihat.

Dino bertanya “siapakah Krisna, dan Adakah dari Alur cerita di permukaan sungai itu ada petunjuk bagi kita, tapi mengapa kau tidak mengijinkan kita melihat.”

“Benar, kau yang tersisa, kami penasaran pada bagaimana ceritanya.” Ucap Dita.

“Sumpah demi kutukan malam yang krisna duga sebagai kemenangan, itulah saat-­-saat yang membuatku galau, karena hanya aku yang tersisa.” Ucap Badu.

“Baiklah,” Karena kesal sebab penasaran, Dita menserang tanpa pilihan dengan sihir tiba-­-tiba tanpa di duga hingga badu pingsan tidak sadar diri.

Diko marah, “Dita berengsek kau!” didengar dita menjawab “Karena sebab penasaran, hanya itu teman, aku tidak punya pilihan untuk membuat Lisa dapat mengijinkan kita melihat alur cerita, dimasa lalu itu.”

Badu yang muda, telah pingsan, tidak berdaya dan tidak melawan, padahal, sungguh mereka akan terkejut pada kemampuan Badu.

Page 77: Akademi Para Pencerita

76

“Lisa, Tolong kami, membantu Takdir para penyihir dari nasib buruk. ” Lisa tidak bereaksi tapi juga takut karena ulah dita yang tiba-­-tiba.

“aku tidak mengerti, mengapa kau, membuat pingsan

Badu?” ucap Lisa.

“Aku penasaran, Lisa!” Ucap Dita sambil terlihat mensesalinya namun sekaligus juga mengoda Lisa untuk mengunakan bakat alaminya untuk menunjukan alur gambar di sungai. “Dino, aku ingin pergi dari sini!” Dino pun karena ingin ramah membantu Lisa untuk kembali ke rumahnya kiranya, namun berargumen.

“Lisa, Tolong!” minta Dita sambil mensesali keadaan terpaksa.

“aku tidak akan menolongmu, karena aku belum siap untuk semua yang sulit diduga, terlebih, tindakanmu Dita. Bagaimana bila Badu, mati?!” ucap Lisa yang ikut galau.

“Seranganku tidak keras, ayolah, Lisa! Aku mohon Diantara kami yang penasaran, dan ingin tahu mengapa Badu yang seharusnya paling bijaksana itu ialah penyihir dengan kekuatan paling istimewa diantara kita!” Ucap Dita menambah “aku ingin tahu apa yang membuat Badu lemah

Page 78: Akademi Para Pencerita

77

dan dalam perjalanan waktu, yang seharusnya mengapa pasti kenapa? Ia tidak, memiliki kekuatan yang seharusnya.”

Tanpa sela Dita meminta sekali lagi “Aku mohon Lisa!?” Lisa mendengar dan sedang mencari alasan mengapa!

Dengan bakat alamipun Lisa lebih terkejut sambil menangis mendahului mereka tahu pada akibat menserang Dita menserang Badu. “Badu, ayo bangun, jangan mati!” Dita terkejut mendengar Lisa menagis.

Mereka bertiga, sedang di kutuk apa kiranya, ingin tahu menduga? Sekaligus Lisa merasa yang merasa awalnya takjub, menjadi merasa ikut terkutuk musibah.

Kematian Badu membuat mereka berpencar kecuali Dino merasa bertanggung jawab, karena setelah merasa seperti seolah ada hubungan gelombang terikat daya tarik pada Lisa.

Kiranya apa jadinya, mereka sekarang? padahal asap hitam sedang berhasil lepas dari kutukan penjara batu yang pernah di bawa krisna, di suatu tempat di luar dugaan.

Setelah beberapa lama waktu kemudian, Lidya di studio kedatangan kembali, Lisa. “Aku ingin, bertato di tempat yang hilang” Tanpa sepengetahuan Dino, atau Dino mengetahui, Lisa telah mempelajari mantra terakhirnya

Page 79: Akademi Para Pencerita

78

dengan membuat ajaib terwujud. Dapat meminta untuk didampingi seseorang, yang tidak terlihat, oleh pandangan semua orang kecuali Lisa. Badu yang tidak terlihat sebagai kebijaksanaannya Lisa mendampingi, namun, dengan kutukan yang setimpal akan membuatnya hanya berkemampuan seperti Badu.

Lidya bertanya “ini siapa yang membuat gambar indah ini, heran apa sih ini? ” ucap Lidya bertanya pada Lisa yang akan di tato “, ini adalah tato yang akan mensegel selamanya agar aku beruntung.”

“oke baiklah” ucap Lidya, yang di lihat Lisa menduga mengapa ia tidak melihat Badu, yang ada di samping Lisa.

Beberapa jam berlalu, kemudian tato selesai. “sungguh tindakan konyol mensegel dengan gambar mantera” ucap badu yang telah menjadi hantu yang hanya bisa di lihat Lisa.

“aku serupa denganmu, tapi ini tidak konyol” dengar Lisa menjawab komentar Badu, di dengar Lidya. “apa maksudmu, serupa dan konyol” Lidya dengan pertanyaan, “Maksudku sekarang kita serupa bertato.” penasaran pada sebab apa tiba-­-tiba Lisa mensahut .

“Siapa yang konyol” ucap tanya Lidya, “aku, menghilangkan tato kupu-­-kupu” Lisa melihat situasi merasa Badu mengganggu.

Page 80: Akademi Para Pencerita

79

Keluar dari tempat studio tato, seorang diri Lisa pulang. Sementara itu walaupun Dino dekat, ia menjaga jarak.

Tanpa tahu Dino tidak melihat Lisa telah membuat Rasi Langit tunduk pada Lisa. Tapi Mengapa segel dengan tato yang membuatnya terbatas kemampuan, kiranya serupa badu.

“kau di berkati, dengan perjalanan ribuan tahun, Badu, aku bisa tahu semuanya, tapi apa yang membuatmu nekat serupa meminta sihir, ialah menemui alas an sebab yang berbeda.” Lisa bersimpatik pada Badu sang Hantu.

“Kau yang tahu setelah itu, aku mati karena memang tubuh ini lemah, dan Dita kumaafkan tidak menduga itu. Tapi kau sama berbakat seperti diriku.” Badu merasa diantara mengira pada ramalan krisna. Sulit menduga Badu merasa menjadi bagian Hidup Lisa. “Badu, coba ceritakanlah apa yang terjadi ketika saat kau dikutuk laut.” Lisa bertanya.

“Asap hitam” ucap Badu.

“apakah kau selalu dibimbing seperti, diriku di pandu nasehat untuk menerima waktu perjalanmu.” Lisa mencari sebab.

Page 81: Akademi Para Pencerita

80

“aku di damping oleh adiku yang bernama baros. Tapi ia tidak berbakat seperti diantara kita, setelah kau menjadi yang terpilih, untuk melihat semua ilmu serat rasi langit.”ucap Badu.

“Kusadari serat rasi langit seperti buku, dengan semua mantranya, dan semua kebutuhan untuk memilih pada kebaikan atau pada sesuatu yang kita tidak ingin membayangkannya.” Ucap Lisa di maklumi mengapa lisa merenung melihat jendela, sambil menanti, Dino tiba di duga, mensabut kunang-­-kunang yang akan menjadi bola kecil dan formasi lingkaran yang besar. Pintu layar terbuka, dengan Dino tiba.

“kau memanggilku Lisa.” Ucap tanya dino, yang berpura-­-pura datang dari tempat yang jauh.

“aku heran Lisa mengapa kau serupa seperti, Badu, padahal kemampuan sihirmu memproyeksikan alur cerita itu ialah bakat sihir yang luar biasa tapi mengapa, kau kini hanya berdaya dengan bertelepati dan beritual batu kristal.” Ucap Dino.

“Kenapa, Kau tidak suka dasar ilmuku!?” jawab lisa.

“adakah yang tidak kau ceritakan padaku” ucap tanya

Dino.

Page 82: Akademi Para Pencerita

81

“aku akan bercerita tapi, aku akan membuatmu

kagum padaku.” Ucap Lisa menambah. “ayo kita ke pulau

Ester di pasifik” minta Lisa, diantar dengan pintu layar oleh

Dino.

“Mengapa, kita kesini” ucap dino. Mereka datang kepulau yang misterius di pasifik. “ini adalah tempat peninggalan arkiologi penting yang ingin kulihat.” Ucap lisa diantara patung-­-patung itu, berdiri disamping satu patung raksasa.

Lisa melihat serat Rasi Langit, bahkan di lihat Dino berbicara pada dirinya tidak menduga di sampingnya ada Badu sedang membagi nasehatnya dengan berargumen.

“Dengan siapa kau berdebat lisa.” Ucap tanya Dino heran padanya. Di tambah membuatnya terkejut setelah meminta Dino membakar kayu yang di hanguskan menjadi arang untuk menulis bahasa yang bahkan Dinopun tidak memahaminya, lisa dengan melihat serat rasi langit sambil mengkutip bacaan, Akura-­-kura, utonga, atu araksa-­-sa, di tulis di satu permukaan batu raksasa berkarakter raksasa yang besar itu.

“baiklah, Dino kau biasa membaca bukan?!” apakah kau melihat langit karena rasi langit telah kau lihat. “iya benar, dan aku memilih mantra yang baik untuk permulaan kita melakukan perjalanan waktu sebagai penyihir.” Ucap Lisa.

Dino dan lisa Kaget tiba-tiba, Tapi Dino sebagai penyihir yang lebih berpengalaman bersiaga lebih sigap, Siapakah yang datang, ia dari dimensi abnormal, dari portal seberang waktu, berpetualang, datang.

Page 83: Akademi Para Pencerita

82

Tahun 15890, aku melihat mahesa, di dalam kamar Satelit Terminal, serat rasi langit di dimensi waktu yang berbeda di tahun 15910, ialah tiga diantara portal yang ada, untuk perjalanan waktu, yang tepat untuk menarik seseorang yang bisa membantuku.

“Namaku Dino Tusubrata” sahutnya memperkenalkan diri, seingatku apa?

Siaga sigapnya dino kaget melihat Tusubrata, mereka serupa atau hanya kebetulan orang yang sama? Namun Tusubrata dari masa depan.

…masa depan, I robot industry, Phatom…!!

“Remond,hey!” jangan kamu, “don’t to be like you yeah?”

Agreria Agreement base

Hipotesis waktu sukarno, dalam benak pustakanya bercuaca

mensikapi, kedatangan orang dari masa depan, mengucap

ramalan cuaca waktu agreria megah dalam keinginan

gloranya, “itu masa depan siapa?” Equalibrium, Industry

Suharto, kompleksity apa?

Page 84: Akademi Para Pencerita

83

Lee Kuan Yee, menikmati kunjungannya bertemu teman,

logat empati sukarno tidak terlalu jadi soal, tapi dia

memperhatikan? “Abnormal status waktu, Equalibrium,

agrerium, wahai sukarno, masa depan tidak bisa dirubah,

yang harus terjadi maka, masa depan itu agrerium siapa?

Dia?!”

“Agreria, hipotesis baraspektrum, bukan bagian kita”

sukarno mensahut!?

“Sukarno kita bukan mahluk yang abadi, detik plotium

juridikasium, siapa kita menjadi seorang juri melampaui

waktu di masa depan? Jangan membantah agrialilion

gugusan kalista takdir, para karadewa di langit” Lee Kuan

Yee,

“Lee Kuan Yee, Aku tidak membantah agrelilion Gugusan

Karadewa, tidak pernah membantah, lihat ruangan ini untuk

palapa korp unit semata!” sahut Suharto

“semata.., selangkah? kompleksitas apakah kau menduga

ketika, glamor panggung penari cantik menghibur mereka,

serupa Suharto berkompromi Dia berobjektif detik plotium

maka ragumu, tidak tertarik? Dengan.., diantara penari itu?

seperti aku ragu padamu, untuk hipotesis baraspektrum di

masa depan?” sahut lee kuan yee,

“Selangkah panggung mereka menari, agrelilion detik

plotium objektifmu kompromi minatku pada hipotik

baraspektrum!?” sahut sukarno

“apalagi sukarno? Kau mencoba mendefinisikan cuaca masa

depan waktu, agremen detik plotium agreria, hingga planet

Page 85: Akademi Para Pencerita

84

merah itu, setelah bayangan bulan itu, diantara langit, mars,

planet itu.., ” Lee Kuan yee, mensahut.

“lee kuan yee.., ” sahut sukarno..,

“kenapa .., Apa.., Bennika tunggal eka, agrelilion, rakyaktmu

akan mengerti..,agreria? aku ragu dalam waktu dekat..,”

sahut lee kuan yee..,

“lee Kuan Yee, mengapa kau kompromi pada status,

diantara bagian karakter itu, karena itu garuda Pancasila,

jangan kau hipotisis Republik kami, semata trity demokrasi

adalah gelora bangsaku, biarkan mereka salah untuk

seketika.”

“siapa yang akan memberi pustaka mereka, dari histori

diantara atap gugusan objektif liberal, daulat seperti dirimu

Semata kompromi raguku mengapa sukarno, ” lee kuan gee

mensahut menambah “ Selangkah pergi waktu? ingat histori

di semata palapa korps unit atau dalam garuda pancasila

dan setelah kau mati, hipotesis trity demokrasi? diantara

repal tangan glora kiri atau glamor kanan saja?”

“Empati demi simpatik demokrasimu sukarno, agrelilion

agreria mereka yang menilai reaksi eksprsi facialku bukan?”

“Kau sangat rupawan sukarno, bahkan beruntung beristri,

mereka sudi beragrerium demi semata menikmati ritual

romantisme anatomi tubuhmu yang glamor elegant,untuk

polygami, namun megah pustaka benak pustaka pikiranmu

demi hipotik barapsektrum kau telah kalah akusisi dari

ketika jon kairo tiba dengan bioplot dan proyeksi, rasa

penasaran kita, dari tujuan palapa korps unit.”

Page 86: Akademi Para Pencerita

85

“kopi!?”

“Mocchacito?”

“Cappuccino?”

Akademi Para Pencerita

Sindu studio cerita, The ghost writer,-

Penulis,

Grid -7qwad, -89uiyh

Denah waktu,

Dimensi abnormal, mata angin galaksi, palapa korp unit

sedang dalam akan melaksanakan objective pengeboran

membantu visi terlaksana , 19850 waktu 7430, sebelum

Page 87: Akademi Para Pencerita

86

agrerium, agreria planet mars di sebut taku oleh pihak,

akusisi humanoid, atau federasi mata angin galaksi di antara

ragam kelompok humanoid menanti menunggu manusia

melakukan motion dalam menambang baraspektrum.

Air kopi diantara gelas, di palapa korp unit, ruangan bawah

tanah, hotel Indonesia ketika pesta dansa, September kedua

belas, 1966, menghitung mundur g 30 s pki, “100 unit

departemen tasking data, arsip, pos wizard telegram, trash

issue..,equilibrium Henk Sneevliet” sahut tunku abdul

Rahman “,wahai sukarno, agrerium robot bioplot, ada di

tanganku, apa yang akan kau lakukan bila memiliki, ini di

tempat pengasinganmu..,” sukarno mendengar selangkah

apa ia akan bereaksi, semata menatap bioplot itu.

“tunku, mengapa bioplot ada pada dirimu? Kau bisa melihat

1 figure dari china yang terbentuk dari 100 orang anggota, 3

orang itu pribumi dan tiga kawanan mereka juga ada

sebagai pembentuk akusisi di china, satu dari pembentuk

akusisi di china ini membentuk kelompok radikal

demokarasi, namun sosialis mereka bisakah kau bayangkan

apa? Issue setelah sebelas maret. ”

“lee kuan yee, dan tunku abdul Rahman, kalian sebelum

mereka, salamku pada berunai darusalam, tsunami di

Krakatau seakan menjadi, kutukan yang masih berdilema,

sepanjang sejarah, berlayar belanda sampai asia tenggara

timur, 100 kabinet oprasional arsip satu adminstrasi dan itu

republik di bawah pimpinanku agar rakyat sesingkatnya

bergelora dalam gelamor, tapi bagaimana aku tidak bisa

membayangkan, admin seperti apa negara kita? Bisa satu?

Aku terbatas membantu sejak dari awal.., humorium

Page 88: Akademi Para Pencerita

87

equilibrium arsipium, kelas skizofrenian, unit, itu ada di

palapa korp, tapi karena, evaluasinya belum terilustrasikan

sulit untuk kujelaskan tanpa, lo response spectrum, yang

akan mudah secara umum di mengerti.”

Lee kuan yee “, aku sedikit paham maksudmu, apakah kau

paham wahai tunku abdul Rahman,”

“Ramalan kita dari membaca, sungai sindu, di india, hipotik

baraspektrum, bisa menjadi masalah, secara umum rakyat

diantara kita berbangsa tidak mengerti maksud tujuan

komunium gugusan bintang, dalam ajibnya, simtomi birama,

pola yang kita mengerti”

“tempo denah waktu, dari peramalan pendeta hindu di

sungai sindu, india, tagging, akusisi politik yunani dalam

ramalan cuaca waktu dalam pustaka palapa korps unit

lemah?” ucap tenku abdul Rahman, sukarno tiba-tiba

merasa kepalanya pusing dan pening membuatnya pingsan.”

Televisinutri recive, menerima response lohidographi, 20

unit kapsul asuhan, frekuensium lohidographi, are..,

amperium, nanohidigaphi, ulopium respon aktif, status bom

semata reaksi spectrum, are.., ketika at into televisinutrisi

recive detik plotium, karakter unit kapsul asuhan selama

masa hibernation, arsip nanohidographi, command.., status

check anatomi, and organ issue higine, spectrum scan, the

info reading bakteria air nutrisi. Cross check, nurf system,

saraf kapsul asuhan mendikteksi sleeper program.

Bunyi suara keras alarm “, krisna, bangunlah dari kapsul

asuhan” seseorang di belakang cahaya, diantara

bayangannya krisna masih merasa silau, dan muntah..,

Page 89: Akademi Para Pencerita

88

karena air nutrisia ada di status yang harus di kompromikan

mengapa?

Where of, kaba there of, monas Terdengar reaksi hela nafasnya “,sudah sampai mana,

planet mars?” tahun 12420, ucap krisna, “hela nafasnya,

terengah mencari kesempatan untuk lega, mereka di lihat

satu-satu seolah harus kesal pada seseorang tapi siapa

diantara dua puluh astronot itu.” Keluar kapsul asuhan

krisna tersedak terapi televisinutrisi, selama tidurnya”,aku

benci, equilibrium sukarno,”

“, seharusnya itu mimpiku,” ucap toni, ia tertawa humor

pada kirsna, “,kenapa kau muntah?”

“Semua medical cabin, check status ayo cepat” mayor billy

meminta, diruang medical “, kalian check status masing-

masing biar aku asistensi krisna,” diantara mereka wanita

cantik berbadan sexy menganti bajunya yang basah

bertelanjang badan begitu juga yang lainnya sebelum self

check status, tapi sambil memperhatikan, krisna. Ia

mengganti pakaiannya di medical cabin “,mayor suhu

temperature di normal atau aku harus kau check status juga.

Putingku sedikit gatal karena air nutria, yang sebelah kiri,”

ucap sahut Rhama, mayor mensahut “, mungkin kebiasaan

kamu ketika masa remaja, membayangkan laki-laki

membuatnya jadi sensitive, apakah sering kau pegang saat

itu.” Ucap sahut mayor, billy tersenyum melihat rhama.

Page 90: Akademi Para Pencerita

89

Dengan sudah berseragam dan selesai kapten dina di kabin

itu, meminta mereka sebagian, sepuluh menit lagi masuk

ruang navigasi “,tolong asistensi!”

“check navigasi autopilot, rina, tolong pastikan input reciver

status pada persentasenya, dari base di bumi.”

“auto pilot default, status, info tujuh puluh empat

persen...,”

“Rhama, panel jendela tolong buka, semuanya lihat” rhama

menekan arus balik, agar terbuka, untuk pertama kalinya

ketika pesawat di orbit pemandangan planet mars, mereka

menikmatinya.

Aula rekreasi dan waktu konsumsi nutrisi tubuh, untuk

makan “, tukar pasta rasa kapten dina!? Aku melihat lebih

selera dengan yang kau makan!”

“, kau terlalu berlebihan ketika berhumor, tidur saja

denganku waktu istirahat,”

“apakah kau berharap?”

“tentu tidak?” ucap krisna kawatir dengan pertanyaannya

sendiri.

Cheack unit status pada permukaan, apakah aktif, berapa

titik yang kita miliki yang kita miliki di planet ini? “check juga

ketiggian reciver, dari permuakaan planet mars.”

“Laporan terkirim pada ipad untuk ketinggian dan cuaca

histori, telah di user interface anda kapten,” “cari ketinggian

dari kelembaban status untuk misi. Tolong laporkan tiap

karakter kelembaban diantara agenda.”

Page 91: Akademi Para Pencerita

90

Tsubrata insepsion Diantara denah waktu, tata ruang portal dimensi sedang

abnormal dalam perjalananannya, hawa dalam portal ruang

waktu berbeda, suhu ruangan sangat dingin, mengapa

lembab dan dingin. Tsubrata meninggalkan mahesa pergi

menuju dimensi berbeda, penyerangan dimana Surabaya?

Indische Sociaal Democratische Vereeniging (isdv) ,

komunitas dimana di tahun itu dan Vereenigde Oostindische

Compagnie atau VOC, pada tahun 1914 populasi bentuk

belanda sedang ingin di pahami, oleh tsubrata, hingga ia

menyamarkan dirinya, sebagai orang belanda, mencari

anggota, yang satu sinergi dimana mereka? Tsubrata mengikuti

bentuk sinergi ajaib sihir, ia sampai di tahun 1914, di dermaga

pada kota Surabaya. Dermaga Surabaya dimana masih dalam

agreria, orang-orang belanda banyak berkultur, memulai

komplek unit tempat mereka tinggal disana, perumahan yang

mewah, di lihat oleh pribumi, tsubrata masuk ke Surabaya,

keluar dari portal denah waktu, ketika pagi kunang-kunang

terbang, mendatangi senergi dekat portal senergi itu, mereka

membentuk sinergi, terbang dalam formasi bentuk, hingga

membentuk lingkaran, dimana sinergi kekuatan cahaya kunang-

kunang yang misterius itu, karena jarak dan formasi,

membantu tsubrata berereaksi sepontan mensihir portal

denah waktu,untuki keluar, dermaga yang sedang sibuk, itu

keberuntungan tibanya dia.

Page 92: Akademi Para Pencerita

91

Gunung - gunung

Cahaya binar anatomi tubuh tuikara, tubuhnya morphing, tetua

melihat bentuk alien menjadi manusia, “tuirata info?”

“tuikara, navigasi sedang diantara mansarovar dan sungai

sindu, navigasi lambat di sungai diantara langit,” sahut Tuikara

“, saudara, tuirata ceritakan sudah bertemu dengan pendeta

Tibet?”

“objektif dengan pendeta Tibet,terlaksana! Bagaimana

denganmu?objektifku? objektif kita? Apolo’co-laps’to cai-ro,

mantra..,”sahut tuikara “ajaib sihir mantra, krisna..,”

“belum” sahut tuirata, “,saya belok navigasi kesana, sekarang”

sahut tui rata mensiapkan formula, navigasi untuk lepas landas,

“reciver akhir,” sahut tuikara membayangkan tuirata bereaksi

membalas “,lepas landas navigator masuk kelangit” sahut

tuirata kemudi pesawatnya untuk incline maneuver dive untuk

decline membidik sampai tujuan ke mesir, kairo terbang.

Setelah dive ke langit dengan kecepatan tinggi menyelam

diantara ruang langit di awan, sementara golagong, seorang

pewira, mengantar arsip yang di pegang di tangan kirinya,

kepada kepala majelis permusyawataan, di senayan, sementara

itu di irian jaya, diantara gunung-gunung tahun, 1914 dengan

sebuah pesawat luar angkasa namun metode mendarat

memasuki bumi mereka tidak berkamufalse, untuk sembunyi-

sembunyi di hutan, diantara gunung.

Page 93: Akademi Para Pencerita
Page 94: Akademi Para Pencerita
Page 95: Akademi Para Pencerita
Page 96: Akademi Para Pencerita
Page 97: Akademi Para Pencerita
Page 98: Akademi Para Pencerita
Page 99: Akademi Para Pencerita
Page 100: Akademi Para Pencerita
Page 101: Akademi Para Pencerita
Page 102: Akademi Para Pencerita
Page 103: Akademi Para Pencerita
Page 104: Akademi Para Pencerita
Page 105: Akademi Para Pencerita
Page 106: Akademi Para Pencerita
Page 107: Akademi Para Pencerita
Page 108: Akademi Para Pencerita
Page 109: Akademi Para Pencerita
Page 110: Akademi Para Pencerita
Page 111: Akademi Para Pencerita
Page 112: Akademi Para Pencerita
Page 113: Akademi Para Pencerita
Page 114: Akademi Para Pencerita
Page 115: Akademi Para Pencerita
Page 116: Akademi Para Pencerita
Page 117: Akademi Para Pencerita
Page 118: Akademi Para Pencerita
Page 119: Akademi Para Pencerita
Page 120: Akademi Para Pencerita
Page 121: Akademi Para Pencerita
Page 122: Akademi Para Pencerita
Page 123: Akademi Para Pencerita
Page 124: Akademi Para Pencerita
Page 125: Akademi Para Pencerita
Page 126: Akademi Para Pencerita
Page 127: Akademi Para Pencerita
Page 128: Akademi Para Pencerita
Page 129: Akademi Para Pencerita
Page 130: Akademi Para Pencerita
Page 131: Akademi Para Pencerita
Page 132: Akademi Para Pencerita
Page 133: Akademi Para Pencerita
Page 134: Akademi Para Pencerita
Page 135: Akademi Para Pencerita
Page 136: Akademi Para Pencerita
Page 137: Akademi Para Pencerita
Page 138: Akademi Para Pencerita
Page 139: Akademi Para Pencerita
Page 140: Akademi Para Pencerita
Page 141: Akademi Para Pencerita
Page 142: Akademi Para Pencerita
Page 143: Akademi Para Pencerita
Page 144: Akademi Para Pencerita
Page 145: Akademi Para Pencerita
Page 146: Akademi Para Pencerita
Page 147: Akademi Para Pencerita
Page 148: Akademi Para Pencerita
Page 149: Akademi Para Pencerita
Page 150: Akademi Para Pencerita
Page 151: Akademi Para Pencerita
Page 152: Akademi Para Pencerita
Page 153: Akademi Para Pencerita
Page 154: Akademi Para Pencerita
Page 155: Akademi Para Pencerita
Page 156: Akademi Para Pencerita
Page 157: Akademi Para Pencerita
Page 158: Akademi Para Pencerita
Page 159: Akademi Para Pencerita
Page 160: Akademi Para Pencerita
Page 161: Akademi Para Pencerita
Page 162: Akademi Para Pencerita
Page 163: Akademi Para Pencerita
Page 164: Akademi Para Pencerita
Page 165: Akademi Para Pencerita
Page 166: Akademi Para Pencerita
Page 167: Akademi Para Pencerita
Page 168: Akademi Para Pencerita
Page 169: Akademi Para Pencerita
Page 170: Akademi Para Pencerita
Page 171: Akademi Para Pencerita
Page 172: Akademi Para Pencerita
Page 173: Akademi Para Pencerita
Page 174: Akademi Para Pencerita
Page 175: Akademi Para Pencerita
Page 176: Akademi Para Pencerita
Page 177: Akademi Para Pencerita
Page 178: Akademi Para Pencerita
Page 179: Akademi Para Pencerita
Page 180: Akademi Para Pencerita
Page 181: Akademi Para Pencerita
Page 182: Akademi Para Pencerita
Page 183: Akademi Para Pencerita
Page 184: Akademi Para Pencerita
Page 185: Akademi Para Pencerita
Page 186: Akademi Para Pencerita
Page 187: Akademi Para Pencerita
Page 188: Akademi Para Pencerita
Page 189: Akademi Para Pencerita
Page 190: Akademi Para Pencerita
Page 191: Akademi Para Pencerita
Page 192: Akademi Para Pencerita
Page 193: Akademi Para Pencerita
Page 194: Akademi Para Pencerita
Page 195: Akademi Para Pencerita
Page 196: Akademi Para Pencerita
Page 197: Akademi Para Pencerita
Page 198: Akademi Para Pencerita
Page 199: Akademi Para Pencerita
Page 200: Akademi Para Pencerita
Page 201: Akademi Para Pencerita
Page 202: Akademi Para Pencerita
Page 203: Akademi Para Pencerita
Page 204: Akademi Para Pencerita
Page 205: Akademi Para Pencerita
Page 206: Akademi Para Pencerita
Page 207: Akademi Para Pencerita
Page 208: Akademi Para Pencerita
Page 209: Akademi Para Pencerita
Page 210: Akademi Para Pencerita
Page 211: Akademi Para Pencerita
Page 212: Akademi Para Pencerita
Page 213: Akademi Para Pencerita
Page 214: Akademi Para Pencerita
Page 215: Akademi Para Pencerita
Page 216: Akademi Para Pencerita
Page 217: Akademi Para Pencerita
Page 218: Akademi Para Pencerita
Page 219: Akademi Para Pencerita
Page 220: Akademi Para Pencerita
Page 221: Akademi Para Pencerita
Page 222: Akademi Para Pencerita
Page 223: Akademi Para Pencerita
Page 224: Akademi Para Pencerita
Page 225: Akademi Para Pencerita
Page 226: Akademi Para Pencerita
Page 227: Akademi Para Pencerita
Page 228: Akademi Para Pencerita
Page 229: Akademi Para Pencerita
Page 230: Akademi Para Pencerita
Page 231: Akademi Para Pencerita
Page 232: Akademi Para Pencerita
Page 233: Akademi Para Pencerita
Page 234: Akademi Para Pencerita
Page 235: Akademi Para Pencerita
Page 236: Akademi Para Pencerita
Page 237: Akademi Para Pencerita
Page 238: Akademi Para Pencerita
Page 239: Akademi Para Pencerita
Page 240: Akademi Para Pencerita
Page 241: Akademi Para Pencerita
Page 242: Akademi Para Pencerita
Page 243: Akademi Para Pencerita
Page 244: Akademi Para Pencerita
Page 245: Akademi Para Pencerita
Page 246: Akademi Para Pencerita
Page 247: Akademi Para Pencerita
Page 248: Akademi Para Pencerita
Page 249: Akademi Para Pencerita
Page 250: Akademi Para Pencerita
Page 251: Akademi Para Pencerita
Page 252: Akademi Para Pencerita
Page 253: Akademi Para Pencerita
Page 254: Akademi Para Pencerita
Page 255: Akademi Para Pencerita
Page 256: Akademi Para Pencerita
Page 257: Akademi Para Pencerita
Page 258: Akademi Para Pencerita
Page 259: Akademi Para Pencerita
Page 260: Akademi Para Pencerita
Page 261: Akademi Para Pencerita
Page 262: Akademi Para Pencerita
Page 263: Akademi Para Pencerita
Page 264: Akademi Para Pencerita
Page 265: Akademi Para Pencerita
Page 266: Akademi Para Pencerita
Page 267: Akademi Para Pencerita
Page 268: Akademi Para Pencerita
Page 269: Akademi Para Pencerita
Page 270: Akademi Para Pencerita
Page 271: Akademi Para Pencerita
Page 272: Akademi Para Pencerita
Page 273: Akademi Para Pencerita
Page 274: Akademi Para Pencerita
Page 275: Akademi Para Pencerita
Page 276: Akademi Para Pencerita
Page 277: Akademi Para Pencerita
Page 278: Akademi Para Pencerita
Page 279: Akademi Para Pencerita
Page 280: Akademi Para Pencerita
Page 281: Akademi Para Pencerita
Page 282: Akademi Para Pencerita
Page 283: Akademi Para Pencerita
Page 284: Akademi Para Pencerita
Page 285: Akademi Para Pencerita
Page 286: Akademi Para Pencerita
Page 287: Akademi Para Pencerita
Page 288: Akademi Para Pencerita
Page 289: Akademi Para Pencerita
Page 290: Akademi Para Pencerita
Page 291: Akademi Para Pencerita
Page 292: Akademi Para Pencerita
Page 293: Akademi Para Pencerita
Page 294: Akademi Para Pencerita
Page 295: Akademi Para Pencerita
Page 296: Akademi Para Pencerita
Page 297: Akademi Para Pencerita
Page 298: Akademi Para Pencerita
Page 299: Akademi Para Pencerita
Page 300: Akademi Para Pencerita
Page 301: Akademi Para Pencerita
Page 302: Akademi Para Pencerita
Page 303: Akademi Para Pencerita
Page 304: Akademi Para Pencerita
Page 305: Akademi Para Pencerita
Page 306: Akademi Para Pencerita
Page 307: Akademi Para Pencerita
Page 308: Akademi Para Pencerita
Page 309: Akademi Para Pencerita
Page 310: Akademi Para Pencerita
Page 311: Akademi Para Pencerita
Page 312: Akademi Para Pencerita
Page 313: Akademi Para Pencerita
Page 314: Akademi Para Pencerita
Page 315: Akademi Para Pencerita
Page 316: Akademi Para Pencerita
Page 317: Akademi Para Pencerita
Page 318: Akademi Para Pencerita
Page 319: Akademi Para Pencerita
Page 320: Akademi Para Pencerita