Upload
setsuna-f-seiei
View
63
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN
SOLUSIO PLASENTA
Oleh :
CHASANAH
NIM. 010810092
Program Studi Pendidikan Bidan Jalur A
Angkatan 2008
Fakultas Kedokteran
Universitas Kedokteran
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablatio plasentae, abruptio
plasentae, accidental haemorrhage dan premature separation of the normally
implanted placenta.
Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan pada kehamilan
lebih dari 28 minggu. Proses solusito plasenta dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.
Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga jika
amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri
(perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas maka
perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Manuaba, 1999)
Klasifikasi solusio plasenta :
Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi
1. Keadaan umum penderita relatif lebih baik
1. Keadaan penderita lebih jelek
2. Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit
2. Plasenta terlepas luas, uterus keras/kejang. Pelepasan biasanya komplit
3. Jarang berhubungan dengan hipertensi
3. Sering berkaitan dengan hipertensi
4. Merupakan 80% dari solusio placenta
4. Hanya merupakan 20% dari solusio plasenta
5. Jarang disertai Toxemia 5. Sering disertai toxemia
1.Solutio placenta ringan
a. Bila plasenta lepas kurang ¼ bagian luasnya
b. Ibu dan janin keadaan masih baik
c. Perdarahan pervaginam, warna kehitaman
d. Perut sakit dan agak tegang
2.Solutio placenta sedang
a. Plasenta terlepas lebih ½, belum mencapai 2/3 bagian
b. Perdarahan dengan rasa sakit
c. Perut terasa tegang
d. Gerak janin berkurang (gawat janin)
e. Palpasi janin sulit diraba
f. Auskultasi jantung janin (asfiksia ringan dan sedang)
g. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3. Solutio placenta berat
a. Plasenta lepas > 2/3 bagian
b. Terjadi sangat tiba-tiba
c. Ibu syock
d. Janin mati (uterus sangat tegang dan nyeri)
B. Etiologi
Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya
adalah :
1. Hipertensi essentialis atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak
(vasokonstriksi pembuluh darah)
2. Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus dan defisiensi gizi
(misal kalium dan asam folat)
3. Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain
4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena
kava inferior dan vena ovarika
Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :
1. Umur lanjut ( >35 tahun karena dengan meningkatnya usia akan terjadi
perubahan pada pembuluh darah dan menurunnya fungsi hormonal pengatur
siklus endometrium dan meningkat pula risiko penyakit kronis yang akan
menjadi faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta.)
2. Multiparitas (terutama anak yang lebih dari 7)
3. Defisiensi asam folat (Pada ibu yang mengalami kondisi defisiensi asam folat
disertai dengan defisiensi vitamin B6, B12, penyakit ginjal, hati, serta minum
obat-obatan akan terjadi hiperhomosisteinemia yaitu faktor resiko yang
menyebabkan stroke pada penyakit vaskuler)
C. Patofisiologi
Solusio plasenta diawali dengan turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh
spasme dari arteri yang menuju ruangan interviler, maka terjadilah iskemia dan
hipoksia jaringan setempat yang mengakibatkan kematian sejumlah sel, dan terjadi
perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan
tipis yang melekat pada myometrium sehingga terjadilah hematoma retroplasenta
(putusnya arteri spiralis desisua) yaitu perdarahan yg terletak dibelakang plasenta.
Perdarahan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang
oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan perdarahan.
Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput
ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara serabut-
serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu dan terasa sangat tegang serta nyeri. Hal ini
disebut uterus couvelaire. Darah yang keluar merembes antara cairan ketuban dan
miometrium lalu keluar melalui servix maka terjadilah perdarahan yang keluar
( revealed hemorrhage). (Mansjoer, 2001).
Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplas-
tin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-
mana, menyebabkan sebagian besar persediaan fibrinogen habis. Akibatnya, terjadi hipofibrino-
genemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah pada uterus maupun alat-alat tubuh
lainnya.
D. Diagnosis dan Gejala Klinis
Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis
yang jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita
tegakkan setelah anak lahir. Pada plasenta kita dapati koagulum-koagulum darah
dan krater (daerah cekungan yang dikelilingi oleh tepian yang meninggi). Pada
keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan :
1. Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa
melokalisir tempat mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.
Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat, yang terdiri dari darah
segar dan bekuan darah.
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
atau tidak bergerak lagi.
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-
kunang, ibu keliatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang
keluar.
2. Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
Pucat, sianosis, keringat dingin.
Kelihat darah keluar pervaginam.
3. Palpasi
Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenta,
uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
baik waktu his maupun diluar his.
Nyeri tekan terutama ditempat plasenta tadi terlepas.
Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya
diatas 140 dpm, kemudian turun dibawah 100 dpm dan akhirnya hilang
bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
5. Pemeriksaan Dalam
Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang,
baik sewaktu his maupun diluar his.
Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan Umum
Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
Nadi, cepat, kecil.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Urin: albumin (+) pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan
leukosit.
Darah: Hb menurun, periksa golongan darah kalau bisa cross match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
yaitu hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot
Observation Test) tiap 1jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes
kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150mg%).
8. Pemeriksaan Plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksakan plasentanya. Biasanya
tampak tipis dan cekung dibagian plasenta yang terlepas (krater) dan
terdapat koagulum atau darah beku dibelakang plasenta, yang disebut
hematoma retroplasenter.
E. Komplikasi
Awal : - Perdarahan, syok hipovolemik
- Anemia
Lanjut : - Kelainan pembekuan darah
- Keainan fungsi ginjal
- Perdarahan post partum
2. Terapi ( Kolaborasi dengan Dokter Obgyn )
- Terapi Konservatif (ekspektatif)
1. Resusitasi cairan memperbaiki hipovolemi atau mengatasi syok dan
anemia
a. Darah (harus diberikan darah secepatnya untuk menghindari syok dan
anemia, mencegah terjadinya nekrosis korteks renalis karena penyempitan
pembuluh darah ginjal akibat perdarahan atau tekanan intrauterin yang
tinggi sehingga berakibat anuria/oligouria dan uremia)
Mengganti darah yang hilang 1000-2000 ml (2-4 g fibrinogen)
Liat reaksi transfusi pada 50 ml pertama pada setiap kantong darah dan
beri Ca glukonas 10ml 10% IV setiap 3 kantong darah untuk
mencegah terjadinya efek anti koagulasi akibat pemberian transfusi.
b. Cairan
Beri NaCl, RL, Dekstrose, atau Aminofusin
Jangan beri plasma ekspander karena akan terjadi reaksi dengan
fibrinogen
c. Obat – obatan α blocker (obat antihipertensi yg membantu pembuluh
darah tetap terbuka)
DBP (dehydrobenzperidol) = Droperidol 2,5mg (1ml)/500ml cairan
infus
Hydergin: 0,3-0,6 mg/500ml cairan infus
d. Obat – obatan kortikosteroid (untuk antiinflamasi, mencegah retensi Na
dan mempertahankan ketahanan kapiler)
Dexamethasone : 20mg/ampul dengan dosis 3-5 mg/kgBB IV lambat
3-5 menit, ulangi tiap 2-6 jam
2. Mengatasi kelainan pembekuan darah
Periksa COT (Clot observation test) tiap 1 s/d 4 jam pasca persalinan
a. Darah segar
b. Fibrinogen 4g (6-10g) dilarutkan dalan
Dextrose 5%
c. Trasylol 500.000 U selanjutnya 200.000
untuk 4 jam
d. Transamin 10-15 ml IV/infus
3. Mengatasi kelainan ginjal
a. Darah segar/RL untuk mempertahankan Hct
>30% dan diuresis >1ml/menit
b. Manitol: dosis maksimal 200g/menit (1 botol=
500ml 20% = 100g)
12,5 g (57ml) infus 5 menit, jika diuresis >60ml/jam teruskan
sampai 100ml/jam
20g (100ml) infus 5-10 menit, sampai diuresis ≥100ml/jam
Diuresis dipertahankan dengan pemberian Lasix 80-120 mg IV
- Terapi Aktif
Prinsipnya melakukan tindakan agar anak segera dilahirkan dan perdarahan
berhenti, misalnya dengan operatif obstetrik. Langkah-langkahnya :
a) Amniotomi dan pemberian oksitosin kemudian diawasi serta pimpin
partus spontan.
b) Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah
turun sampai Hodge III – IV , maka bila janin hidup, lakukan ekstraksi
vakum atau forsep, tetapi bila janin meninggal, lakukanlah embriotomi.
c) Seksio sesarea biasanya dilakukan pada:
Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil
Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak,
tetapi pembukaan masih kecil
Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang
d) Histerektomi dapat dipertimbangkan bila terjadi afibrinogemia dan
kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
G. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA SOLUSIO PLASENTA
1. DATA SUBJECTIVE
Data subjective diperoleh dari anamnesa terhadap ibu sendiri atau dari
keluarganya
Anamnesa
Tanggal : untuk mengetahui kapan anamnesa dilakukan.
Pukul : untuk mengetahui waktu anamnesa dilakukan.
Oleh : untuk mengetahui siapa yang melakukan anmnesa.
1. Biodata / Identitas
Nama klien dan suami : untuk dapat mengenal atau memanggil ibu
sehingga terbina hubungan komunikasi yang baik serta mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama.
Umur klien dan suami : untuk mengetahui resiko tinggi atau
rendahnya kehamilan pada ibu. Menurut pendapat para ahli, kehamilan
pertama yang baik antara usia 19 sampai 35 tahun. Karena otot masih
berfungsi sangat elastic dan mudah renggang. Frekuensi solusio
plasenta tertinggi pada usia >35 th terutama 40th
Suku /bangsa : untuk mengetahui rhesus klien.
Agama : mengetahui keyakinan klien dan menghargai setiap aktivitas
klien yang menyangkut keyakinan agamanya.
Pendidikan : tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang dan sebagai dasar dalam memberikan KIE.
Pekerjaan : untuk mengetahui taraf ekonomi sosial klien dan untuk
mengetahui apakah pekerjaan klien mengganggu kehamilannya. Taraf
ekonomi rendah berdampak terjadi gizi buruk pada ibu. Kekurangan
gizi atau gizi buruk merupakan salah satu faktor predisposisi
solusio plasenta.
Alamat : mengetahui tempat tinggal, menjaga kemungkinan jika ada
nama Ibu yang sama, dan memudahkan untuk pemantauan dan
berkomunikasi.
No. Telp : memudahkan berkomunikasi.
2. Keluhan utama : untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu apakah ada
masalah pada kehamilan ini. Pada solusio plasenta ringan umumnya
ibu tidak merasakan gejala klinis yang jelas, hanya mengatakan
terdapat perdarahan sedikit, tetapi pada solusio plasenta sedang
sampai berat ibu sering mengatakan bahwa merasa sakit yang tiba-
tiba di perut, kadang-kadang bisa melokalisir tempat mana yang
paling sakit, dimana plasenta terlepas. Ibu juga mengatakan bahwa
terjadi perdarahan yaitu darah segar dan bekuan darah (jika
perdarahan keluar). Ibu mengatakan bahwa pergerakan anak mulai
hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti atau tidak
bergerak lagi dan kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat,
pandangan berkunang-kunang.
3. Alasan Kunjungan : untuk mengetahui alasan klien datang ke pelayanan
ANC dan mengetahui apakah ini kunjungan awal, ulang atau kunjungan
akhir. Pada solusio plasenta ibu mengatakan alasan kunjungan
karena ingin mendapat pelayanan kesehatan setelah terdapat gejala-
gejala yang membuat ibu takut atau khawatir akan keadaan
janinnya.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : normalnya 10-16 tahun (+ 12,5 thun)
Siklus : normalnya 25-32 hari (+ 28 hari )
Banyaknya : normalnya 2 – 3 pembalut/hari
Lamanya : normalnya 5 – 7 hari. (+ 7 hari )
Sifat Darah : normalnya bau anyir dan warna merah
Teratur/Tidak : normalnya teratur
Dismenorhea : normalnya sebelum/ saat/ setelah haid
Fluor albus : normalnya tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
gatal.
HPHT : menurut Sarwono, 2008, dapat dijabarkan untuk
memperhitungkan tanggal tafsiran persalinan bila
siklus haid + 28 hari, rumus yang dipakai adalah
rumus Neagle yaitu hari + 7, bulan – 3, dan tahun
+ 1.
5. Riwayat Obstetri Lalu
Menguraikan tentang
- Kehamilan yang lalu (dari suami ke berapa, anak ke berapa, umur
kehamilannya, adakah penyulit atau tidak). Pada multiparietas
dengan anak > 7 itu merupakan faktor predisposisi solusio
plasenta.
- Persalinan yang lalu (penolong, jenis persalinan, tempat, dan
penyulitnya). Pada solusio plasenta, trauma kelahiran juga
merupakan faktor predisposisi.
- Bayi/Anak (jenis kelamin, berat badan, panjang badan,
hidup/mati)
- Nifas yang lalu (apa penyulitnya dan berapa lama pemberian ASI)
- KB yang digunakan.
6. Riwayat Kehamilan ini
6.1 Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yang ke
….. dan UK ….. minggu.
Kehamilan dengan solusio plasenta terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 28 minggu
6.2 Keluhan pada trimester I :
Pada kehamilan normal terjadi chloasma gravidarum, mual,
muntah (hilang pada kehamilan 12-14 minggu), sering kencing,
pusing, ngidam, obstipasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi trimester ini adalah mual muntah
yang berlebihan (hiperemesis gravidarum), perdarahan (abortus/
molahidatidosa), nyeri perut yang berlebihan (KET), oedema pada
tungkai (penyakit jantung).
o Keluhan pada trimester II :
Komplikasi yang sering muncul pada kehamilan normal TM 2
adalah nyeri ulu hati, konstipasi, kejang kaki, nyeri pangkal paha,
ngidam, nafsu makan bertambah, oedem, perdarahan hidung dan
gusi dan kongesti hidung.
o Keluhan pada trimeseter III :
Pada kehamilan normal terjadi sakit punggung, konstipasi, kram
kaki, sering kencing, varises, sesak dada, nyeri ulu hati, keputihan,
dihantui kecemasan, oedem, gangguan psikis, anemia, dan sulit
tidur.
Pada solusio plasenta biasanya keluhannya perut tegang,
terdapat perdarahan, pusing, lemas, muntah, pandangan
berkunang-kunang. Tapi pada solusio plasenta ringan
biasanya ibu hanya mengeluh perut sakit dan ada perdarahan
sedikit.
6.3 Pergerakan anak pertama kali (Quickening) :
Jika sudah terasa, tanyakan kapan terakhir bergerak dan tanyakan
berapa kali bergerak dalam 24 jam terakhir. Pada Primigravida
pergerakan anak pertama kali pada minggu ke 18-20 sedangkan
pada multigravida pada minggu ke 16-18. Pada solusio plasenta
ibu akan mengatakan bahwa pergerakan anak mulai hebat
kemudian terasa pelan dan akhirnya tidak bergerak. Tapi
pada solusio plasenta ringan pergerakan anak masih bagus.
6.4 Imunisasi TT yang sudah pernah dilakukan
Imunisasi yang dianjurkan adalah imunisasi TT, imunisasi ini
diberikan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dan pada
ibu bersalin.
Antigen Interval Lama perlindungan % perlindungan
TT 1 Kunjungan ANC - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun * 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 3 25 tahun / seumur
hidup
99
*Apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka
bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus
Neonatorum)
6.5 Penyuluhan yang sudah (bila sudah dicek kembali) didapatkan:
1. Persiapan persalinan.
2. Enam Tanda bahaya / kegawatdaruratan obstetri dan cara
mengatasinya
3. Persiapan komplikasi.
4. Kebersihan.
5. Istirahat.
6. Aktivitas.
7. Gerakan Janin.
8. Obat dalam kehamilan.
9. Pentingnya Imunisasi TT
10. Pemenuhan kebutuhan cairan.
11. Nutrisi
12. Pemberian tablet Fe.
13. Jadwal kunjungan berikutnya
7 Riwayat Kesehatan Klien yang sedang diderita dan yang pernah diderita.
Menguraikan tentang penyakit sistemik yang sedang diderita ibu dan
yang pernah diderita ibu antara lain :
Jantung :
Bila ditandai dengan mudah lelah, Jantung berdebar, sesak napas,
angina pektoris, pembesaran vena jugularis, oedema, tangan
berkeringat, hepatomegali, takhikardi, kardiomegali waspada
penyakit jantung.
Pertambahan denyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan
jantung sehingga terjadi payah jantung. Jika sebelumnya ibu
telah mempunyai penyakit jantung, ini merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terjadinya solusio plasenta.
Hipertensi :
Hipertensi dapat dibagi dua yaitu hipertensi essential dan
hipertensi ganas, pada hipertensi essential ( sejak sebelum hamil)
tekanan darah mencapai lebih dari 140/90 sampai 160/100 mmHg,
sedangkan hipertensi ganas tekanan darah sistole dapat lebih dari
200 mmHg. Jika ibu mempunyai penyakit hipertensi, ini
merupakan faktor yang sangat berpengaruh sebagai
penyebab dalam kejadian solusio plasenta dan memperparah
kejadian ini.
Asma :
Bila ditandai dengan napas pendek, berbunyi (wheezing), batuk-
batuk (tersering pada malam hari), napas atau dada seperti
tertekan. Penyakit ini kadang-kadang bertambah berat atau malah
berkurang. Dalam batas wajar penyakit asma tidak banyak
berpengaruh terhadap kehamilan namun asma yang berat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena pada
rahim terdapat gangguan pertukaran O2 dan CO2.
Diabetes Melitus :
Bila ada tiga tanda utama yang biasanya terdapat pada penderita
diabetes melitus yaitu poliuri (sering kencing), polidipsi (sering
haus) dan poliphagi (sering lapar). Jika Ibu hamil menderita DM
maka dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim dan
menimbulkan preeclampsia. Sedangkan pada bayi dapat terjadi
dismaturitas, cacat bawaan, keguguran, dan IUFD. Diabetes
melitus juga merupakan faktor predisposisi solusio plasenta.
Ginjal :
Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh, pucat, lidah
kering, poliguria, hipertensi, proteinuria, nokturia. waspada
penyakit. Jika ibu mempunyai penyakit ginjal, hal ini akan
memperparah penyakit tersebut, mengingat efek solusio
plasenta pada ginjal.
Hepatitis :
Bila terdapat anoreksia, mual, muntah, febris, hepatomegali,
ikterus.
TBC :
Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda infiltrat
(redup, bronkial, ronki basah), tanda-tanda penarikan paru,
diafragma, dan mediastinum, batuk yang lama terutama pada
malam hari, pembesaran kelenjar limfe.
Thypoid :
Menyebabkan BBLR
8. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Mengkaji tentang riwayat kesehatan keluarga antara lain :
Jantung :
Bila ditandai dengan mudah lelah, Jantung berdebar, sesak napas,
angina pektoris, pembesaran vena jugularis, oedema, tangan
berkeringat, hepatomegali, takhikardi, kardiomegali waspada
penyakit jantung. Penyakit jantung merupakan penyakit yang
dapat menurun, jd kl ibu mempunyai riwayat penyakit ini
kemungkinan ibu juga menderita penyakit ini jadi perlu
diwaspadai karena penyakit jantung ini merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terjadinya solusio plasenta.
Hipertensi :
Hipertensi dapat dibagi dua yaitu hipertensi essential dan
hipertensi ganas, pada hipertensi essential ( sejak sebelum hamil)
tekanan darah mencapai lebih dari 140/90-160/100 mmHg,
sedangkan hipertensi ganas tekanan darah sistole dapat lebih dari
200 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat
menurun, jd kl ibu mempunyai riwayat penyakit ini
kemungkinan ibu juga menderita penyakit ini jadi perlu
diwaspadai karena hipertensi merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terjadinya solusio plasenta dan memperparah
terjadinya solusio plasenta.
Asma :
Bila ditandai dengan napas pendek, berbunyi (wheezing), batuk-
batuk (tersering pada malam hari), napas atau dada seperti
tertekan. Asma merupakan penyakit keturunan.
DM :
Bila ada tiga tanda utama yang biasanya terdapat pada penderita
diabetes mellitus yaitu poliuri(sering kencing), polidipsi (sering
haus) dan poli phagi (sering lapar). Penyakit DM merupakan
penyakit yang dapat menurun, jd kl ibu mempunyai riwayat
penyakit ini kemungkinan ibu juga menderita penyakit ini
jadi perlu diwaspadai karena penyakit DM ini merupakan
faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta.
Ginjal :
Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh, pucat, lidah
kering, poliguria, hipertensi, proteinuria, nokturia. waspada
penyakit.
Hepatitis :
Bila terdapat anoreksia, mual, muntah, febris, hepatomegali,
ikterus. Hepatitis merupakan penyakit yang dapat menular.
TBC :
Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda infiltrat
(redup, bronkial, ronki basah), tanda-tanda penarikan paru,
diafragma, dan mediastinum, batuk yang lama terutama pada
malam hari, pembesaran kelenjar limfe. Penderita TBC pada
keluarga penlu dihindari karena bisa menular pada ibu hamil.
Gemelli :
Bila anggota keluarga ada yg memiliki anak gemelli baik dari
pihak isteri dan atau suami. Gemeli bisa menurun pada saudara
lainnya.
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (Sebelum dan selama hamil)
1. Pola Nutrisi :
Normalnya makan 3x sehari dengan menú seimbang (nasi, lauk,
sayur, buah, dan susu). Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan
pada ibu hamil adalah 300 kalori per hari, dengan komposisi menu
seimbang (cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, air).
Minum : normalnya 8 gelas/hari ( susu/air/teh )
Faktor predisposisi solusio plasenta adalah gizi buruk atau
kekurangan gizi.
2. Pola Eliminasi :
Menguraikan miksi dan defekasi setiap hari dan keluhan serta
masalah yang terjadi. Normalnya BAK : 6-8 kali per hari, jernih dan
bau khas. Sedangkan BAB normalnya kurang lebih 1x hari dengan
konsistensi lembek dan warna kuning.
3. Pola Istirahat :
Menguraikan tentang berapa lama ibu beristirahat dalam sehari
dibagi menjadi istirahat siang dan istirahat malam. Normalnya,
istirahat siang 1-2 jam dan istirahat malam 6-8 jam.
4. Pola Aktivitas :
Menguraikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat ringannya
aktivitas) dan macam-macam aktivitas yang dilakukan.
5. Aktivitas Seksual :
Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu yang
pernah mengalami keguguran, namun beberapa wanita kehilangan
gairah seksualnya ketika hamil. (Wendy Rose-Neil, 1995:49).
Normalnya boleh dilakukan pada kehamilan trimester II dan awal
trimester III. Sebaiknya hubungan seksual diperbolehkan setelah
kehamilan 16 minggu, karena pada saat itu plasenta sudah terbentuk.
Pada akhir kehamilan hubungan seksual sebaiknya dihindarkan jika
ketuban pecah. Pada trimester 1 hasrat untuk melakukan hubungan
seksual berbeda-beda, pada trimester II terjadi peningkatan libido.
Pada pasien solusio plasenta apabila timbul perdarahan segera
bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
6. Pola Kebiasaan :
Menguraikan tentang kebiasaan – kebiasaan ibu selama dan sebelum
hamil antara lain : merokok, minum-minuman keras beralkohol, obat-
obatan dan sejenisnya, jamu-jamuan serta binatang peliharaannya
Merokok : tidak pernah
Alkohol : tidak pernah
Narkoba : tidak pernah
Obat-obatan : tidak pernah
Jamu-jamuan : tidak pernah
Binatang peliharaan : tidak ada
Kebiasaan merokok, alkohol dan penyalahgunaan obat
merupakan faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta.
10. Riwayat Sosial
Menguraikan tentang status perkawinan (usia Ibu saat menikah dan lama
menikah), reaksi keluarga dan orang tua terhadap kehamilannya (apakah
kehamilan ini direncanakan atau tidak), serta mengetahui tradisi yang
menguntungkan atau merugikan saat hamil.
11. Status Emosional
Pola status emosional ditanyakan perasaan ibu pada kehamilan ini.
2.DATA OBJECTIVE
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi, pemeriksaan darah dalam dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik, kurang, jelek. Pada solusio plasenta keadaan
umum kurang sampai jelek
Kesadaran : composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma.
TTV :
- TD : normalnya 110/70 – 120/80 mmHg. Pada solusio
plasenta tensi semula semakin tinggi tapi lambat laun turun
dan pasien syok.
- Suhu : normalnya 36,5 – 37,50C untuk mengetahui adanya
tanda -tanda infeksi. 380C dianggap tidak normal dan ada tanda
infeksi.
- Nadi : normalnya 60 – 100 kali/menit. (reguler/ ireguler)
Jika nadi Ibu > 100kali/menit mungkin ibu mengalami salah satu
atau lebih keluhan seperti tegang, takut, cemas, perdarahan,
gangguan Thyroid, anemia, demam, gangguan jantung.
Pada solusio plasenta banyak ditemukan nadi cepat, kecil atau
melemah, dan filiformis.
- Respiration Rate (pernafasan) : normalnya 16 – 24 kali/menit.
Pernafasan bisa terganggu bila hidung tersumbat dan adanya
gangguan pada mukosa hidung
- Berat Badan : Dilakukan setiap kali kunjungan untuk mengetahui
pertambahan berat badan ibu. Normalnya kenaikan BB pada TM 1
adalah 1-2 kg, pada TM II adalah 5 kg, sedangkan pada TM III
tidak boleh naik 0.5 kg tiap minggu. Normalnya BB selama
kehamilan meningkat 10-12 kg. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, insersia uteri.
Faktor predisposisi solusio plasenta adalah gizi buruk atau
kekurangan gizi.
- Tinggi Badan : dilakukan sekali pada kunjungan pertama.
Normalnya > 145 cm. Jika diketahui Bumil dengan TB < 145cm
kemungkinan punya panggul sempit.
- Lila : normalnya > 23,5 cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator
Ibu kurang gizi sehingga beresiko terjadinya plasenta previa.
Cara pengukuran LILA
Tentukan posisi pangkal bahu
Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan
telapak tangan ke arah perut.
Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan menggunakan pita LILA atau meteran. Beri tanda
dengan spidol.
Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan
Ibu sesuai tanda (pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA.
Tarik pita perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA.
(Depkes RI, 2007)
2. Pemeriksaan fisik
2.1. Inspeksi
Batasan inspeksi adalah memeriksa klien dengan melihat atau
memandang. Sedangkan tujuan umum adalah untuk melihat gejala-
gejala kehamilan dan untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada :
1. Kepala : rambut bersih / tidak, warna, ada ketombe dan benjolan,
jika ada rambut yang mudah dicabut maka pertanda kurang gizi.
Wajah : pucat/tidak, adakah cloasma gravidarum (merupakan
deposit pigmen yang berlebihan), oedem/ tidak. Pada solusio
plasenta wajah terlihat pucat.
Mata : bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,
bila pucat manandakn anemia. Sklera normal berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah
ada conjungtifitis, kelopak mata bengkak kemungkinan ada
preeklamsi.
2. Mulut : bibir pucat/tidak, lidah pucat/tidak
3. Leher : adakah bendungan vena jugularis, pembesaran
kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar thyroid.
4. Dada : -
5. Abdomen : pembesaran sesuai usia kehamilan, ibu hamil
pembesarannya membujur sebagai tanda letak bayi, adakah bekas
jahitan SC, striae alba sebagai tanda pernah hamil yang lalu, striae
lividae tanda primigravida, linea nigrae (garis antara sympisis-
pusat yang tampak biru atau lebih hitam) dan linea alba (garis
antara sympisis-pusat yang tampak putih), gerakan anak.
Hiperpigmentasi terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang Melanophore Stimulating Hormon
(MSH) untuk memproduksi pigmen. Pada solusio plasenta
sedang sampai berat, pembesaran uterus tidak sesuai umur
kehamilan karena fundus uteri tambah naik yang disebabkan
adanya hematoma retroplasenta.
6. Genetalia : vulva bersih atau adakah pengeluaran pervaginam
(lendir, darah), adakah varises, adakah benjolan abnormal yang
menentukan kelancaran jalan lahir, adakah kondiloma lata, adakah
kondiloma akuminata, kebersihan, adakah infeksi kelenjar
bartholini, adakah infeksi kelenjar skene, juga adanya luka
perineum menandakan sudah pernah melahirkan. Pada solusio
plasenta terlihat darah keluar pervaginam jika termasuk
perdarahan keluar.
7. Anus : adakah hemoroid/tidak.
8. Ekstrimitas: adakah oedema pada ekstrimitas atas dan bawah
(curiga preeklamsia), varises : ada atau tidak.
9. Punggung : mengetahui bentuk tulang belakang ibu saat hamil.
Skoliosis : tulang belakang berbentuk seperti huruf S, Lordosis :
tulang belakang bagian lumbal melengkung ke depan dan Kifosis :
tulang belakang bagian lumbal melengkung ke belakang. Namun
kebanyakan ibu hamil cenderung mempunyai tulang belakang
yang bersifat Lordosis karena mengimbangi perbesaran perut.
2.2. Palpasi
1. Leher : -
2. Dada : -
3. Abdomen
1. Leopold I : menetukan tinggi fundus uteri (TFU) dan
bagian yang terdapat di fundus
Normal : pada fundus teraba bokong, bagian yang tidak keras
dan tidak melenting.
Pada solusio plasenta fundus uteri tambah naik karena
terbentuknya hematoma retroplasenta sehingga uterus
tidak sesuai dengan umur kehamilan. Uterus teraba
tegang dan keras seperti papan baik waktu his maupun
diluar his. Bagian-bagian janin susah dikenali karena
perut tegang. Nyeri tekan terutama di tempat plasenta
lepas.
2. Leopold II : menentukan batas samping kanan/kiri perut
ibu, keras seperti papan dan teraba bagian-bagian kecil.
Normal : teraba punggung di sebelah kiri/kanan.
Budine : pada letak membujur untuk lebih menentukan
dimana punggung janin berada. Teknik : FU didorong ke
bawah, badan janin akan melengkung sehingga punggung
mudah ditetapkan. (Manuaba, 2008)
Ahfeld
Teknik : pinggir tangan kiri tegak di tengah perut, kira-kir di
daerah pusat menekan ke bawah (arah punggung ibu), anak
akan terdorong ke samping punggung hingga punggung lebih
jelas. Bedakan rasa tahanan bila keras dan memanjang itu
adalh punggung anak. (Christina S. 1993:134). Pada solusio
plasenta uterus teraba tegang dan keras seperti papan
baik waktu his maupun diluar his sehingga bagian-bagian
janin susah dikenali karena perut tegang.
3. Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah
sudah masuk PAP/ belum. Normalnya teraba keras, bundar
dan melenting.
Knebel : Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu
tangan di fundus dan tangan lain di atas simpisis. Pada
solusio plasenta uterus teraba tegang dan keras seperti
papan baik waktu his maupun diluar his sehingga bagian-
bagian janin susah dikenali karena perut tegang.
4. Leopold IV : menetukan seberapa jauh bagian terendah
janin belum masuk PAP (convergen), sejajar (separuh turun),
divergen (bagian besar janin turun). (Ida Bagus Manuaba,
2007)
Osborn : Menentukan adanya indikasi kesempitan panggul
TBJ :Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk
PAP maka TBJ = (TFU-11) x 155
Bila bagian terendah janin sebagian kecil masuk PAP maka
TBJ = (TFU-12) x 155
Bila bagian terendah janin belum masuk PAP maka TBJ =
(TFU-13) x 155
Pada solusio plasenta uterus teraba tegang dan keras seperti
papan baik waktu his maupun diluar his sehingga bagian-
bagian janin susah dikenali karena perut tegang.
2.3. Auskultasi
Abdomen : DJJ terdengar jelas dan teratur di punctum maximum
bagian kanan/kiri perut ibu bawah pusat. DJJ baru terdengar pada
primigravidarum umur kehamilan 18 – 20 minggu. Sedangkan pada
multi pada umur kehamilan 16 minggu. Normal DJJ 120 – 160x/
menit, jika 120 atau 160 merupakan tanda fetal distress.
Pada solusio plasenta auskultasi sulit karena uterus tegang. Bila
denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140 dpm,
kemudian turun dibawah 100 dpm dan akhirnya hilang bila
plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
2.4. Perkusi
Pemeriksaan refleks patella normalnya (+)/(+). Tangkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan
dan cepat maka hal ini mungkin pertanda adanya preeklampsia.
3. Pemeriksaan Penunjang
3.1. Pemeriksaan laboratorium :
Darah
1. Hb : batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan
adalah 10 gr/100 ml. Jika Hb < 10gr% maka Ibu disebut
anemia. Hb 10 – 12 gr/% pada Bumil bukan anemia
patologis tetapi masih fisiologis karena terjadi
hemodelusi (kadar hb tetap namun ada peningkatan
jumlah plasma pada darah). Pada solusio plasenta Hb
menurun, periksa golongan darah kalau bisa cross
match test. Karena pada solusio plasenta sering
terjadi kelainan pembekuan darah yaitu
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT
(Clot Observation Test) tiap 1jam, tes kualitatif
fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif
fibrinogen (kadar normalnya 150mg%).
2. Golongan darah : A / B / AB / O
Mengetahui lebih awal golongan darah pada ibu hamil
Urin
1. Reduksi urin : normalnya negatif
2. Albumin : normalnya negatif
3. Hbs Ag : normalnya negative
Pada solusio plasenta albumin positif dan pada pemeriksaan
sedimen terdapat silinder dan leukosit.
3.2 Pemeriksaan Lain (atas advise dokter ahli)
1. USG : oleh DSOG untuk mengetahui letak implantasi
plasenta.
2. Foto lain : oleh DSOG ( jika diperlukan )
3. NST : oleh DSOG ( jika diperlukan )
3.3 Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia Spinarum : Jarak antara spina iliaca superior kanan dan
kiri, normalnya 23-26 cm
Distansia Cristarum : Jarak yang terpanjang antara krista iliaca
kanan dan kiri, normalnya 26-29 cm. Jika < 2-3cm dari ukuran
normmal maka ada kemungkinan panggul pathologis
Conjugata Externa (Boudeloque) : Jarak antara bagian atas simpisis
dengan lumbal 5, normalnya 18-20 cm
Lingkar Panggul : Dari pinggir atas symphisis ke pertengahan antara
spina iliaca anterior superior dan trokantor mayor dan kembali
melalui tempat-tempat yang sama di bagian lain, normalnya 80-90
cm
3.ASSESMENT
1. Identifikasi Diagnosa dan Masalah (Interpretasi Data Dasar)
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
kepada pasien.
Diagnosa : G: ..... P: .... UK: ... minggu, tunggal/ ganda, hidup/
mati, intrauterin / ekstrauterin, letak kepala / bokong / kaki, kesan jalan
lahir normal / tidak, keadaan umum ibu baik / tidak, dengan solusio
plasenta......
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan
yang gawat. Pada solusio plasenta diagnosa potensial terjadi syok
hipovolemik (jika perdarahan), anemia (jika perdarahan), syok
neurogenik (jika nyeri) tergantung pengkajian data obyektif dan
subyektif).
3. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah
potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan. Pada
solusio plasenta harus dirujuk dengan BAKSOKU.
4. PLANNING
a. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
R/ Bila mengetahui hasil pemeriksaan selain ibu dapat mengetahui
perkembangan kehamilannya juga dapat melegakan perasaan ibu
c. Beri dukungan kepada ibu
R/ ibu menjadi lebih bersemangat lagi dalam menghadapi masalah yang
di derita sekarang
d. Informed concern
R/ Sebagai perlindungan hukum untuk memudahkan dalam setiap
tindakan yang akan dilakukan karena telah mendapat persetujuan dari ibu
atau pihak keluarga.
e. Menyiapkan rujukan dengan BAKSOKU
R/ sebagai prosedur tetap dalam merujuk