Upload
mitha
View
133
Download
12
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
1/25
P a g e | 1
(MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM
REPRODUKSI 1)
DISUSUN OLEH :
RIA PARAMITA JARWO (121141040)
DONY IRVANSYAH (121141042)
M. GHUFRON (121141017)
Program Studi S1-Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Surabaya
2014
KATA PENGANTAR
SUH N KEPER W T N P DSO LUSIO PL SEN T
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
2/25
P a g e | 2
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT Yang Maha Mendengar Lagi
Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan pada Solusio Plasenta dengan
waktu yang telah direncanakan.
Dalam proses menyelesaikan tugas makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positive
pada tugas penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis harapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan
selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswa/i ilmu
keperawatan.
Surabaya, 15 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
3/25
P a g e | 3
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................... 3
2.1 Definisi ...................................................................................... 3
2.2 Etiologi ..................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi ............................................................................... 4
2.4 WOC.......................................................................................... 6
2.5 Manifestasi klinis ....................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................ 8
2.7 Komplikasi................................................................................. 9
2.8 Prognosis ................................................................................... 10
BAB III KASUS ............................................................................ 11
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ......................................... 12
3.1 Pengkajian.................................................................................. 12
3.2 Riwayat kesehatan...................................................................... 12
3.3 Pemeriksaan TTV....................................................................... 12
3.4 Diagnosa keperawatan................................................................ 13
3.5 Rencana keperawatan ................................................................. 14
3.6 Evaluasi ..................................................................................... 18
BAB V PENUTUP.......................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 19
4.2 Saran.......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 21
BAB I
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
4/25
P a g e | 4
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta, ablasio plasenta, accidental haemorarrhge atau
premature separation of the normally implanted placenta adalah separasi premature plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20
minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari
implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan pendarahan yang
hebat.
Pendarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu pendarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada atau tidak sebanding dengan pendarahan yang berlangsung internal yang sangat
banyak.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre- eklampsia. Faktor lain diduga juga berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit untuk
mendiagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
premature idiopatik sampai kemudian terjadi gawat janin pendarahan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipeertomi uterus yang menetap. Gejala- gejala ini dapat ditemukan sebagai
gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta merupakan
penyakit kehamilan yang relative umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu.
Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi
mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung
menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.
2. Rumusan Masalah
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
5/25
P a g e | 5
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan solusio plasenta?
3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
3.1.1 Menjelaskan konsep tentang solusio plasenta.
3.1.2 Menjelaskan tentang asuhan keperawatan klien dengan solusio plasenta.
3.2 Tujuan khusus
3.2.1 Menjelaskan definisi solusio plasenta.
3.2.2 Menjelaskan etiologi dari solusio plasenta.
3.2.3 Menjelaskan patofisiologi dari solusio plasenta.
3.2.4 Menjelaskan manifestasi klinis solusio plasenta.3.2.5 Menjelaskan komplikasi pada solusio plasenta.
3.2.6 Menjelaskan WOC solusio plasenta.
3.2.7 Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada kasus solusio plasenta.
3.2.8 Menjelaskan penatalaksanaan pada solusio plasenta.
3.2.9 Menjelaskan diagnose keperawatan pada solusio plasenta.
3.2.10 Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan solusio plasenta dalam sebuah
kasus.
BAB II
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
6/25
P a g e | 6
KONSEP TEORI
2.1. Definisi
Solusio plasenta adalah keadaan plasenta terlepas dari perlekatannya yang normal
sebelum janin lahir. Biasanya pada kehamilan 28 minggu.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
2.2. Etiologi
Belum pasti, menurut teori akibat TD menurun secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri
yang menuju ke ruangan interviliar. Namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi,
yaitu :
2.2.1 Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2.2.2 Faktor trauma
2.2.2.1 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
2.2.2.2 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
2.2.2.3 Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
2.2.3 Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
2.2.4 Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu (>35 tahun), makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
2.2.5 Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
2.2.6 Faktor pengunaan kokain
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
7/25
P a g e | 7
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinyavasospasmepembuluh darah
uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitive.
2.2.7 Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai
dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.
2.2.8 Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta
adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
2.2.9 Pengaruh lain
Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
2.3. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma di desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahan
berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang dan tidak mampu
berkontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan
bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding
uterus.
Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban dan keluar melalui vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara
serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu. Menurut orang yang pertama kali menemukannya,uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire (perut
terasa sangat tegang dan nyeri).
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali,
atau mengakibatkan gawat janin.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
8/25
P a g e | 8
Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan
nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solutio plasenta sampai selesai, maka makin hebat
komplikasinya (Joseph, 2010).
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
9/25
P a g e | 9
2.4 WOC (Web Of Caution)
Dekompresi
uterus pada
hidroaminon
& gemeli
Pergerakan
janin yang
banyak/
bebas
Versi
luar
Tindakan
pertolongan
persalinan
Penggunaan
kokain
Pe pelepasan
katekolaminHipertensi
Usia ibu
>35 tahun
Merokok
Plasentamenjadi tipis
Abnormalitas
pada mikro
sirkulasinya
Riwayat
solusio
plasenta
sebelum
nya
Paritas
ibu
Leio
u
(u
leio
yan
Makin tinggi
paritas ibu,
makin kurang
baik keadaan
endometriumnya
Pl
berim
diata
y
menleio
Tarikan pada tali pusat yang pendek
Trauma
Perdarahan kedalam desidual basalis yang kemudian terbelah
Me lapisan tipis yang melekat pada miometrium
Terbentuknya hematoma desidual yangmenyebabkan pelepasan kompresif
Penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
10/25
P a g e | 10
Rupture pembuluh arteri spiralis desidua
Hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak
pembuluh darah
Pelepasan plasenta makin luas & mencapai tepi plasenta
Uterus tetap berdistensi
dengan adanya janin
Uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk
menekan pembuluh darah
SOLUSIO PLASENTA
Respon psikologi
Ancaman yang dirasakan klien
MK: Ansietas
Penatalaksanaan
Perdarahan pervaginam
me
MK: Deficit
volume cairan
Apabila ekstravasasi darah
diantara serabut-serabut ototuterus berlangsung hebat
Uterus convelarie
Menggangu
kontraktilitas uterus
Perdarahan yang
hebat
MK: Gangguan
perfusi jaringan
MK: Nyeri
PK:
Hipovolemik
Pe aliran dara
plasenta ke jan
Distress janin
MK: Resiko cid
janin
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
11/25
P a g e | 11
2.5 Manifestasi Klinis
2.4.1 Anamnesis
Biasanya tejadi perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali
dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan
pervaginam yang banyak, syok, dan kematian janin intrauterin.
2.4.2 Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
2.4.3 Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, Denyut jantung janin
sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
2.5 Penatalaksanaan
2.6.1 Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
2.6.2 Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya
batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
2.6.3 Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peroral.
2.6.4 Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula DJJ dan pergerakan janin.
2.6.5 Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila tidak
teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan keadaan janin.
2.6.6 Setelah renjatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau
persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila renjatan tak dapat
diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.
2.6.7 Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm, pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin. Bila kurang dari 6 cm, lakukan seksio sesarea.
2.6.8 Bila tak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran berat
janin kurang dari 2.500 gram, penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit,yaitu:
2.6.8.1 Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak
ada, janin hidup) dengan tirah baring, atasi anemia, USG, dan KTG serial, lalu
tunggu persalinan spontan.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
12/25
P a g e | 12
Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi,
dapat mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi
atau infus oksitosin bila memungkinkan. Jika terus perdarahan, skor pelvik
kurang dari 5 atau persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea.
2.5.8.2 Solusio plasenta sedang/berat
Resusitasi cairan.
Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah.
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam,
perabdominam bila tak dapat.
Bila tak terdapat renjatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih/taksiran berat janin 2.500 g
atau lebih, pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan
berlangsung lama.(wikimed.blogbeken.com)
2.7 Komplikasi
Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
2.7.1 Komplikasi pada ibu
2.7.1.1 Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta
berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
2.7.1.2 Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang
terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik.
2.7.1.3 Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
2.7.1.3 Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
13/25
P a g e | 13
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan
gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebututerus couvelaire.
2.7.2 Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
2.7.2.1.1 Fetal distress
2.7.2.1.2 Gangguan pertumbuhan atau perkembangan
2.7.2.1.3 Hipoksia
2.7.2.1.4 Anemia
2.7.2.1.5 Kematian
2.8 Pencegahan
Solusio plasenta dapat dicegah dengan cara, yaitu:
a. Membatasi asupan kafein.
b. Berhenti merokok.
c. Calon ibu harus mendapatkan perawatan kehamilan secara rutin.
d. Jauhkan diri dari alcohol.
e. Mengatur hipertensi.
f. Mengatur diabetes militus.
2.9 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya
perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan.
Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar
kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal (Rachimhadhi,
2002).
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada
literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada
kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta
yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan.
Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus
tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin (Rachimhadhi,
2002).
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
14/25
P a g e | 14
Apabila ibu hamil kembali biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan
solusio plasenta, maka pada kehamilan berikutnya sering terjadio solusio plasenta yang lebih
berat dengan partus prematurus atau immaturus.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
15/25
P a g e | 15
BAB III
KASUS SOLUSIO PLASENTA
Ny.M (45 tahun) dari jln. Ampera Raya no. 34, Jakarta Selatan datang ke RSIA
bersama suaminya Tn.O dengan membawa surat rujukan dari bidan. Tertulis disurat status
obstetri G6P4A1H37 mg dengan solusio plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh
mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri
dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif.
Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah keesokan
paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS.
Klien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali,
yaitu pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi
memeriksakan kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini,
klien mempunyai riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg.
Selama pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg,
N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36 , uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+),
TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi janin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak
kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna
kehitaman.
Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis
dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+).
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
16/25
P a g e | 16
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN SOLUSIO PLASENTA
3.1 Pengkajian
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SD (Sekolah Dasar)
Alamat : Jalan Ampera Raya no. 34, Jakarta Selatan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Nama suami : Tn. O
Pekerjaan : Buruh pabrik
3.2 Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Klien mengeluh mengalami perdarahan sejak
semalam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak
aktif.
Riwayat penyakit sekarang : Darah terlihat merah kehitaman karenamembentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat
dari perdarahan pasien lemas dan pucat.
Riwayat kesehatan dahulu : Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli. Perdarahan
dan keguguran (+) pada kehamilan sebelumnya.
Riwayat psikososial : Pasien cemas karena mengalami perdarahan
disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
Riwayat menikah : Pasien menikah 1x.
3.3 Pemeriksaan TTV
3.3.1 Tanda-tanda vital (TTV)
TD : 80/55 mmHg
Nadi : 110 x/menit
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
17/25
P a g e | 17
Suhu : 36C
RR : 28 x/menit
3.3.2 Pemeriksaan Obstertik (Head to toe)
Kepala : Normal
Muka : Pucat
Hidung : Pernafasan cuping hidung
Mata : Konjungtiva anemis
Dada : RR meningkat
Abdomen : Membesar, terlihat linea alba dan linea ligra, uterus keras,
tegang, seperti papan, nyeri tekan (+)
Genetalia : Hiperpigmentasi vagina dan keluar darah yang merah
kehitaman
Mammae : Hiperpigmentasi areola
3.3.3 Pemeriksaan Diagnostik
3.3.4.1 Pemeriksaan laboratorium
a) Urin: albumin (+); pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan leukosit.
b) Darah
- Hb menurun (anemi).
- Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap1 jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitatif fibrinogen (kadar
normalnya 150 mg%).
3.3.4.2 Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
3.3.4.3 Ultrasonography (USG)
- Terlihat solusio plasenta partialis dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin
lemah, perdarahan aktif (+).
3.4 Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan b.d perdarahan.
2) Gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan yang hebat.
3) Nyeri pada uterus b.d ketidakmampuan uterus berkontraksi optimal.
4) Ansietas b.d ancaman yang dirasakan.
5) Resiko cidera janin b.d distress janin.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
18/25
P a g e | 18
6) Potensial terjadinya hypovolemik syok b.d perdarahan pervaginam meningkat.
3.5 Rencana Keperawatan
Diagnose
Keperawatan
Tujuan/ Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Defisit
volume cairan
berhubungan
dengan perdarahan.
Tidak terjadi devisit
volume cairan,
seimbang antara
intake dan output
baik jumlah
maupun kualitas.
TTV dalam keadaan
normal, perdarahan
berkurang sampai
dengan berhenti,
kulit tidak pucat.
-Kaji kondisi status
hemodinamika.
-Ukur pengeluaran
harian.
- Catat
pengeluaran dan
pemasukan.
-Observasi TD dan
nadi.
-Beikan sejumlah
cairan IV sesuai
indikasi.
- Evaluasi status
hemodinamika.
- Pengeluaran
cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi.
- Jumlah cairan
ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal.
- Mengetahuai
penurunanan sirkulasi
terhadap destruksi sel
darah merah.
Mengetahui tanda
ipovolume (perdarahan).
- Mempertahanka
n keseimbangan cairan
dan elektrolit dan
tranfusi mungkin
diperlukan pada kondisi
perdarahan masif.
- Penilaian dapat
dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan
fisik.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
19/25
P a g e | 19
2. Gangguan perfusi
aringan b.d
erdarahan yang
ebat.
Suplai/ kebutuhan
darah kejaringan
terpenuhi.
Konjungtiva tidak
anemis, Hb normal,
muka tidak pucat
dan lemas.
-Bina hubungan saling
percaya dengan
pasien.
-Jelaskan penyebab
terjadinya perdarahan.
-Monitor TTV
-Kaji tingkat
perdarahan setiap 15-
30 menit.
-Catat intake dan
output.
-Kolaborasi pemberian
cairan infuse isotonic.
-Kolaborasi pemberian
transfuse darah bila
Hb rendah.
-Pasien percaya tindakan
yang dilakukan.
-Pasien paham tentan
kondisi yang sedang
dialami.
-Tensi, nadi yang rendah,
RR dan suhu tubuh yang
tinggi menunjukkan
gangguan sirkulasi
darah.
-Mengantisipasi
terjadinya syok.
-Produksi urin yang
kurang dari 30ml/jam
menunjukkan penurunan
fungsi ginjal.
-Cairan infuse isotonic
dapat mengganti volume
darah yang hilang akibat
perdarahan.
-Transfuse darah
mengganti komponen
darah yang hilang akibat
perdarahan.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
20/25
P a g e | 20
3. Nyeri pada uterus
b.d
ketidakmampuan
uterus berkontraksi
optimal.
Mengidentifikasi
sumber nyeri.
Mengungkapkan
hilangnya nyeri.
-Tentukan dimana
lokasi nyeri.
-Evaluasi TD dan nadi.
-Ubah posisi klien.
-Lakukan nafas dalam.
-Klien mungkin tidak
secara verbal melaporkan
nyeri dan
ketidaknyamanan secara
langsung.
-Pada banyak klien nyeri
dapat menyebabkan
gelisah serta peningkatan
TD dan nadi.
-Merileksasikan otot dan
mengalihkan perhatian
dari sensasi nyeri.
-Menurunkan regangan
dan mengurangi nyeri.
. Ansietas b.d
ancaman yang
dirasakan.
Klien tidak lemas
dan dapat mengerti
tentang keadaannya.
Klien tenang dan
tidak gelisah.
-Anjurkan klien untuk
mengemukakan hal-
hal yang dicemaskan.
-Ajak klien
mendengarkan DJJ.
-Beri penjelasan
tentang kondisi janin.
-Beri informasi
tentang kondisi klien.
-Anjurkan untuk
berdoa kepada Tuhan.
-Dengan
mengungkapkan
perasaannya akan
mengurangi beban
pikiran.
-Mengurangi kecemasan
klien tentang kondisi
anin.
-Mengurangi kecemasan
tentang kondisi/keadaan
anin.
-Mengembalikan
kepercayaan dan klien.
- Dapat meningkatkan
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
21/25
P a g e | 21
-Menjelaskan tujuan
dan tindakan yang
akan yang diberikan.
keyakinan kepada Tuhan
tentang kondisi yang
dialami.
- Penderita kooperatif.
5. Resiko cidera
janin b.d distress
janin.
Diharapkan setelah
dilakukan asuhan
keperawatan klien
mampu
mempertahankan
kehamilan
sampai janin benar-
benar bertahan
untuk hidup.
Kriteria hasil:
Tidak ada cedera
yang terjadi pada
pasien.
- Kaji tanda-tanda
vital.
- Auskultasi dan
laporkan irama
jantung janin,
perhatikan
kekuatan ,
regularitas, dan
frekuensi.
- Kaji kondisi ibu
dan adanya
kontraksi uterus
atau tanda-tanda
lain dari ancaman
kelahiran.
- Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
yang tepat.
- Tanda vital
merupakan salah
satu indicator
keadaan umum dan
sirkulasi pasien.
-
3.6 Evaluasi
1. Perfusi jaringan pasien adekuat.
2. Klien dapat mengontrol nyeri yang dideritanya.
3. Resiko tinggi deficit cairan berkurang.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
22/25
P a g e | 22
4. Cemas klien berkurang atau hilang.
5. Syok hipovelemik tidak terjadi.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
23/25
P a g e | 23
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien
dengan solusion plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya,
tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solusio ringan
hingga berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan
tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena cafa inferior,
dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solusion plasenta.
Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan
diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-
kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta.
Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan
lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). berlangsung. Komplikasi
terparah dari solusio plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan
seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari
solusio plasenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari
penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupun
keduanya.
4.2 Saran
Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami
dari solusio plasenta.
Perawat serta tenaga kesehatan l;ainnya mampu meminimalkan factor risiko dari
solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan
anak.
Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasaranayang dibutuhkan dalm kejadian-kejadian abnormalitas ibu terkait dengan kehamilan dan
persalinan.
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
24/25
P a g e | 24
Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka
sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu
mengurangi jumlah mortalitas padaibu dan janin.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu
menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara
menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
5/23/2018 SOLUSIO PLASENTA
25/25
P a g e | 25
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusioplasenta-di-bagian-
obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaruperiode-1-januari-2002-31-desember-
2006/.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC.
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Annimous. (2009). Askep Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 mei 2014). http://materi kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:
EGC.
Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima Medika : Jakarta.