Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    1/56

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis

    dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 7 sebagai tugas kompetensi

    kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar

    Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

    Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

    penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di

    masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat

    bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

    hormat dan terima kasih kepada :

    Allah SWT.

    Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual.

    dr. Sulaiman Waiman, MSc.Sp.ParK selaku tutor.

    Teman-teman sejawat dan seperjuangan.

    Semua pihak yang membantu penulis.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan

    kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini

    bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan

    ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

    Palembang, Mei 2011

    Penulis

    Page | 1

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    2/56

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar............................................................................................ 1

    Daftar Isi..................................................................................................... 2

    BAB I Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang..........................................................................

    1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................

    3

    3

    BAB II Pembahasan

    2.1 Data Praktikum........................................................................

    2.2 Skenario...................................................................................

    2.3 Paparan

    I. Klarifikasi Istilah................................................................

    II. Identifikasi Masalah...........................................................

    IV. Analisis Masalah................................................................

    V. Hipotesis.............................................................................

    VI. Kerangka Konsep..............................................................

    VII. Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues...............

    4

    5

    5

    6

    6

    11

    12

    8

    BAB III Sintesis

    Daftar

    Pustaka................................................................................................... 54

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Page | 2

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    3/56

    1. 1 Latar Belakang

    Blok imunologi dan infeksi adalah blok 7 pada semester 2 dari Kurikulum Berbasis

    Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

    Palembang.

    Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran

    untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis

    memaparkan kasus yang diberikan mengenai seorang anak laki-laki bernama Boy, berusia 7

    tahun, yang menderita pneumonia dan antibiotik golongan -lactam tidak dapat digunakan

    karena bakteri dalam tubuhnya telah memiliki resistensi.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud dan tujuan dari tutorial ini, yaitu :

    1 Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

    pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

    2 Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

    pembelajaran diskusi kelompok.

    3 Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

    skenario ini.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Data Praktikum

    Page | 3

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    4/56

    Tutorial 2

    Tutor : dr. Sulaiman Waiman, MSc.Sp.ParK

    Moderator : Fulvian Budi Azhar

    Notulis : Andre Hidayat

    Sekretaris : Novrilia Kumala Sari

    Waktu : Senin, 23 Mei 2011

    Rabu, 25 Mei 2011

    Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.

    2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan

    cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan apabila telah

    dipersilahkan oleh moderator.

    3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses

    tutorial berlangsung.

    4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.

    2.2 Skenario

    Boy, 7 tahun dibawa ke Emergensi RS Pendidikan UNSRI karena menderita demam

    selama 3 hari,batuk dan sesak nafas. Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang menunjukkan bahwa Boy menderita pneumonia. Selama perawatan, Boy diberi

    obat antipiretik dan antibiotik amoksisilin. Ternyata keadaan Boy masih tetap buruk

    meskipun perawatan sudah memasuki hari ke-5. Hasil pemeriksaan mikrobiologi

    Page | 4

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    5/56

    menunjukkan adanya bakteri gram positif, coccus, uji koagulase (+). Bakteri ini resisten

    terhadap semua antibiotik golongan betalaktam tetapi peka terhadap golongan lainnya.

    Pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui aspek genetika bakteri tersebut ditemukan gen mecA

    dan SCCmec tipe IV.

    2.3 Paparan

    I. Klarifikasi Istilah

    1) Demam : Peningkatan temperatur tubuh diatas normal

    2) Batuk : Pengeluaran udara secara tiba-tiba dari paru-paru yang biasanya bertujuan

    untuk menjaga saluran pernafasan tetap bersih

    3) Sesak nafas: Kesulitan bernafas yaang seringkali berkaitan dengan penyakit jantung

    dan paru-paru.

    4) Pneumonia : radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi

    5) Obat antipiretik : obat yang bekerja menurunkan demam

    6) Antibiotik : substansi kimiawi yang dihasilkan oleh organisme yang mempunyai

    kemampuan untuk menghambat pertumbuhan/membunuh mikroorganisme

    7) Mikrobiologi : ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme

    8) Resisten : kemampuan alami organisme untuk tetap tidak terpengaruh oleh agen

    berbahaya

    9) Amoksisilin : turunan semisintetis dari amphisilin , efektif terhadap spektrum luas

    bakteri gram (+) dan gram (-)

    10) Coccus : bakteri sferis , diamternya < 1mm

    11) Uji koagulase : uji substansi antigenik yang berasal dari bakteri yang menjadi

    penyebab pembentukan trombus

    12) Betalaktam : struktur antibiotik yang terdiri atas 3 atom C dan 1 atom N

    13) Gen mecA : gen yang ditemukan pada sel bakteri MRSA

    14) Gen SCCmec tipe IV : kombinasi antara gen ccrA2 dan mec2B

    II. Identifikasi Masalah

    Page | 5

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    6/56

    1. Boy, 7 tahun menderita demam, batuk,sesak nafas selama 3 hari, hasil pemeriksaan

    menunjukkan bahwa Boy menderita pneumonia

    2. Selama perawatan, Boy diberi obat antipiretik dan antibiotik amoksisilin tetapi hingga

    hari ke-5, keadaaan Boy masih tetap buruk

    3. Hasil pemeriksaan mikrobiologi menunjukkan adanya bakteri gram(+) coccus, uji

    koagulase (+) dan bakter iini resisten terhadap semua antibiotik golongan beta-laktam

    tapi peka terhadap golongan lainnya. Pemeriksaan lanjutan ditemukan gen mecA dan

    SCC mec tipe IV

    III. Analisis Masalah

    Boy, 7 tahun menderita demam, batuk,sesak nafas selama 3 hari, hasil

    pemeriksaan menunjukkan bahwa Boy menderita pneumonia

    a. Bagaimana patofisiologi demam,batuk,dan sesak nafas?

    Ada di sintesis

    b. Bagaimana hubungan antara gejala dan penyakit yang diderita Boy?

    batuk dan sesak nafas adalah simpton dari pneumonia, sedangkan demam dalam

    kasus ini adalah bentuk reaksi tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh

    bakteri, dalam kasus ini oleh Staphylococcus aureus

    c. Apa etiologi pneumonia yang dialami boy?

    pada kasus ini, Boy terinfeksi Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri

    coccus gram-positif yang menyebabkan timbulnya pneumonia community

    associated/acquired

    d. Bagaimana gambaran umum ( cara pemeriksaan ) pneumonia ?

    Ada di sintesis

    e. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?

    Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :

    Penatalaksanaan Umum

    Page | 6

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    7/56

    Oksigen 1-2L/menit

    IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% =3:1, KCl 10 mEq/500 mL cairan. Jumlah

    cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

    Jika sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melaluiselang nasogastrik dengan feeding drip.

    Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

    dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

    Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

    Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat antinyeri

    Pengobatan Kausal

    Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan

    mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi ada beberapa hal yang

    dapat diperhatikan :

    Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa

    dipertimbangkan pemberian antibiotika walaupun kuman belum dapat

    diisolasi.

    Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit,

    oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric. Pewarnaan

    gram sebaiknya dilakukan. Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita.

    Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi

    pneumonia oleh bakteri, mikroplasma, dan beberapa kasus ricketsia. Kebanyakan

    pasien juga bisa diobati di rumah. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat

    pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk

    meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.

    Pada pasien yang usia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk

    mengembalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari pneumonia

    mikroplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang.

    Selama perawatan, Boy diberi obat antipiretik dan antibiotik amoksisilin tetapi

    hingga hari ke-5, keadaaan Boy masih tetap buruk

    a. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik amoksisilin?

    Page | 7

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    8/56

    Farmakokinetik:

    absorpsi obat per oral bergantung pada kestabilan terhadap asam dan ikatan

    proteinnya. Amoksisilin relative stabil terhadap asam dan diabsorpsi dengan baik,

    menghasilkan konsentrasinya dalam serum sekitar 4-8 mcg/mL pada dosis oral

    500 mg. Absorpsi sebagian besar penisilin oral (kecuali amoksisilin) tergangguoleh makanan sehingga obat tersebut harus diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum

    atau sesudah makan. Setelah pemberian parenteral, absorpsi kebanyakan penisilin

    terjadi secara utuh dan cepat.

    Farmakodinamik:

    Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada

    ikatan penicilin binding protein (PBP) sehingga menyebabkan penghambatan pada

    tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri,akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).

    b. Mengapa sampai hari ke-5 keadaan boy tetap buruk?

    Kondisi Boy tetap memburuk sampai pada hari ke-5 karena timbulnya resistensi

    pada bakteri pathogen penyebab pneumonia pada diri Boy. Bakteri pathogen

    tersebut, Staphylococcus aureus, mempunyai bentuk perlindungan diri terhadap

    kerja antibiotic golongan -laktam berupa sintesis -laktamase yang menghambat

    kerja antibiotic -laktam dan mempunyai gen mecA yang mengkode sintesis

    PBP2A yang mempunyai afinitas rendah terhadap antibiotic -laktam. Pemberian

    amoksisilin kepada Boy sebagai penatalaksanaan terapi tersebut tidak memberikan

    fungsi yang nyata karena amoksisilin merupakan antibiotic golongan -laktam.

    Oleh karena itu, kondisi Boy masih memburuk sampai pada hari ke-5.

    c. Bagaimana peranan sistem imun saat terinfeksi ?

    Ada di sintesis

    Hasil pemeriksaan mikrobiologi menunjukkan adanya bakteri gram(+) coccus,

    uji koagulase (+) dan bakter iini resisten terhadap semua antibiotik golongan

    beta-laktam tapi peka terhadap golongan lainnya. Pemeriksaan lanjutan

    ditemukan gen mecA dan SCC mec tipe IV

    a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi ?

    Page | 8

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    9/56

    hasil pemeriksaan mikrobiologi menunjukkan bahwa bakteri berbentuk coccus

    dan gram positif sehingga didapat bakteri yang masuk dalam kriteria yaitu

    Staphylococcus, Streptococcus, danPneumococcus. Kemudian melalui uji

    koagulase didapat hasil yang positif mengindikasikan hanya Staphylococcus

    aureus yang menunjukkan hasil uji koagulase positif. Hal ini diperkuat dengan

    pemeriksaan bahwa bakteri ini resisten terhadap antibiotic golongan -laktam

    dengan ditemukannya gen mecA dan SCC mec tipe IV. Jadi, bakteri yang

    menginfeksi Boy adalah Staphylococcus aureus.

    b. Bagaimana mekanisme resistensi obat pada kasus ini ?

    Ada di sintesis

    c. Mengapa bakteri gram (+), coccus hanya resisten terhadap golongan betalactam

    saja?

    Bakteri coccus gram positif tidak hanya resisten terhadap antibiotic golongan -

    laktam saja namun pada kasus Boy, bakteri coccus gram positif (Staphylococcus

    aureus) yang telah diperiksa melalui pengkulturan dan uji sensitivitas terhadap

    antibiotic menunjukkan bahwa bakteri tersebut resisten terhadap antibiotic

    golongan -laktam yang ditunjukkan dengan adanya gen mecA.

    d. Apa antibiotik yang sesuai untuk Boy ?

    Ada di sintesis

    e. Bagaimana gambaran umum gen mecA dan SCCmec tipe IV ?

    gen mecA adalah gen yang berperan dalam resistensi bakteri Staphylococcus

    aureus terhadap antibiotik golongan beta-laktam , sedangkan SCCmec tipe IV

    adalah suatu penunjuk akan strain bakteri Staphylococcus aureus yang

    menginfeksi Boy. Strain SCCmec IV umum terdapat pada CA-MRSA dan sangat

    rentan terhadapat antibiotik golongan non-laktam

    f. Bagaimana prosedur pengambilan specimen pada penyakit infeksi?

    1. Pada penderita pneumonia dapat dilakukan dengan menyuruh pasien

    melakukan batuk yang dalam untuk mengeluarkan sputum yang purulen dari

    trakea.Page | 9

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    10/56

    2. Segera masukkan sputum ke dalam media thioglikolat dan dikirim ke

    laboratorium.

    3. Jika ditunda > 2 jam, masukkan media thioglicolate yang telah diberi bahan ke

    dalam lemari es (2-8C) untuk mencegah kemungkinan kontaminasi.

    4. Media thioglikolat yang telah berisi spesimen dapat disimpan di lemari es

    maksimal 2x 24 jam.

    g. Bagaimana patogenesis infeksi pada pneumonia?

    Bakteri dapat sampai ke alveoli melalui kontak langsung ( inhalasi ) atau melalui

    pus yang masuk ke dalam darah

    Bakteri penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan

    reaksi jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran

    kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya

    sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di

    alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium

    hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke

    permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses

    fagositosis yang cepat.

    Bakteri dapat juga berasal dari abscess yang pecah ( baik abses luar maupun

    jaringan) dan pus didalamnya masuk ke aliran darah. Pus ini seringkali masih

    berisikan bakteri yang hidup. Sesampainya di paru-paru bakteri dapat tinggal dan

    memicu reaksi tubuh yang dapat mengakibatkan pneumonia.

    h. Bagaimana ciri-ciri koloni bakteri coccus pada media kultur ?

    Ada di sintesis

    IV. Hipotesis

    Page | 10

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    11/56

    Boy, 7th, menderita pneumonia karena infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang

    resisten terhadap antibiotik golongan beta laktam

    Page | 11

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    12/56

    V. Kerangka Konsep

    Page | 12

    Boy, 7

    tahun

    Inhalasibakteri

    Pus masuk kedarah

    CommunityAssociatedPneumonia

    Sesaknafas

    Infeksi S.aureus

    Inflamasi Alveoli

    Bakteri di lowerrespiratory tract

    mendorong sekresimukus

    mukus

    merangsang saraf eferenuntuk mengeluarkanmukus

    Batuk

    Demam

    Exotoxinbersifatantigen

    Merangsang sistem imun

    makrofag Cytotoxic Tcell

    sitokin

    Membentuk PGH2 dari asamarakidonat

    Membentuk PGE2

    Memberi sinyal kethermostathipotalamus

    Peningkatan suhutubuh

    Inhalasi bakteridalam alveolus

    WBC dikirim ketempat infeksi

    Neutofilmemfagosit

    bakteri

    Neutofilmelepassitokin

    SinyalKomponen lain

    sistem imun

    WBC dan bakteri

    mengganggu transporoksigen

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    13/56

    Page | 13

    S. aureus

    Gen mecA dan SCCmec

    coccus

    Gram +

    UjiKoagulase

    EncodePBP2a

    mecR1

    mecI

    Obat tidak mengikatPBP

    Sintesis dinding sel tetapnormal

    Antibioticbeta laktam

    Alternatif Antibiotic non - betalaktam

    Vankomisin

    Amoxiclav GolonganMakrolida

    Azitromisin

    Klaritromisin

    Eritromisin

    PBP2a

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    14/56

    Page | 14

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    15/56

    Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issue

    1) Patofisiologi demam,batuk, sesak nafas

    2) Pneumonia

    3) Antibiotik

    4) Sistem Imun

    5) Bakteri gram (+), coccus yang resisten

    6) Pemeriksaan mikrobiologi

    7) Resistensi

    8) Gen mecA dan SCCmec tipe IV

    Page | 15

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    16/56

    VIII.Sintesis

    Page | 16

    Pokok Bahasan What I Know What I dont

    Know

    What I

    have to

    Prove

    How

    I Will

    Learn

    Patofisiologi

    demam,batuk, sesak

    nafas

    Definisi Batuk

    demam dan sesak

    nafas

    Patofisologi Journal

    Textbook

    Experts

    InternetPneumonia Definisi Patogenesis

    Antibiotik Definisi Golongan dan

    Fungsi

    Sistem Imun Definisi Cara Kerja

    Bakteri gram (+),

    coccus yang resisten

    Definisi Jenis yang resisten

    Pemeriksaan

    Mikrobiologi

    Definisi Cara melakukan

    pemeriksaan

    Resistensi Definisi Penyebab

    Resistensi

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    17/56

    Patofisiologi batuk

    Batuk merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan partikel asing yang ada di saluran napas.

    Pada kasus ini, bakteri yang seharusnya tidak ada di lower respiratory tract mendorong

    sekresi mukus, pada saat jumlah mukus yang diproduksi terlalu banyak maka akan

    merangsang reseptor batuk yang berupa saraf aferen untuk mengeluarkan mukus yang

    berlebih tersebut. Batuk yang terjadi adalah batuk produktif

    Mekanisme Terjadinya Batuk Secara umum

    Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf

    non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak didalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah

    reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah

    besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor

    bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan

    diafragma.

    Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari

    laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang

    Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis,nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan

    rangsang dari perikardium dan diafragma.

    Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat

    pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus

    vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis,

    nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring,

    trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini

    mekanisme batuk kemudian terjadi.

    Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :

    Fase iritasi

    Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat

    afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga

    timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga

    luar dirangsang.

    Fase inspirasi

    Page | 17

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    18/56

    Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago

    aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam

    jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi

    otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan

    peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyakmemberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat

    serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme

    pembersihan yang potensial.

    Fase kompresi

    Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago

    aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi

    sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama

    0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot

    ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.

    Fase ekspirasi/ ekspulsi

    Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga

    terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai

    dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot

    pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme

    batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat

    getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

    Patofisiologi sesak nafas

    Inhalasi atau masuknya bakteri ke alveolus akan menyebabkan reaksi sistem imun berupa

    dikirimkannya sel darah putih ke tempat infeksi. Neutrofil akan memfagosit bakteri dan

    melepaskan sitokin yang akan memberi sinyal bagi komponen lain sistem imun untuk

    bekerja. Banyaknya jumlah bakteri dan wbc yang ada dapat bocor keluar dari pembuluh

    darah kapiler di alveoli akan mengakibatkan gangguan transportasi oksigen. Akibatnya

    terjadi gangguan ventilasi dan tubuh berkompensasi dengan meningkatkan kecepatan

    bernafas.

    Patofisiologi demam

    Staphylococcus aureus menghasilkan exotoxin yang bersifat antigen, antigen ini akan

    merangsang respon imun tubuh. Makrofag akan melepaskan sitokin, MHC 1 yang berikatan

    Page | 18

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    19/56

    dengan antigen akan menginduksi aktivasi cytotoxic t-cell, yang juga melepaskan sitokin.

    Semakin banyak sel imun yang terbentuk maka akan semakin banyak juga sitokin yang

    terbentuk. Sitokin ini pada akhirnya akan mengaktivasi jalur asam arakidonat yang

    mensintesis PGH2 dengan bantuan enzim phospolipaseA2 dan cyclooxygenase-2. Selanjutnya

    PGH2 dengan bantuan PGE2 synthase akan diubah menjadi PGE2 yang memberi sinyal

    kepada termostat hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Panas tubuh yang meningkat

    tidak akan hilang sebelum PGE2 tidak terdapat lagi dalam tubuh.

    PNEUMONIA

    Definisi

    Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong udara

    dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap

    oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja.

    Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya

    pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa

    disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karenaparu meradang secara mendadak.

    Pneumonia Anak

    Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris dan

    bronkopneumonia.

    Etiologi

    Umumnya adalah bakteri, yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophillus influenzae. Pada

    bayi anak kecil ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat,

    serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.

    Patogenesis

    Bakteri penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan

    berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang

    terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin,

    eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasimerah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa

    Page | 19

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    20/56

    deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan

    proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel

    makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin serta menghilangnya kuman dan

    debris. Proses keusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan pemberian antibiotic sedini

    mungkin agar system bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.

    Faktor Resiko

    faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia

    lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-

    laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara,

    Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, defisiensi vitamin A dan penyakit

    kronik menahun.

    Selain faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga mempengaruhi resiko dari

    pneumonia :

    1. Individu yang mengidap HIV

    2. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang

    3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung

    4. Karena muntah air akibat tenggelam

    5. Bahan yang teraspirasi

    Manifestasi Klinis

    Secara umum dibagi menjadi :

    Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,

    gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan GI.

    Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk,takipneu, ekspektorasi sputum,napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih

    besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut

    tertekuk karena nyeri dada.

    Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

    saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus

    melemah, suara napas melemah, dan ronki,

    Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah

    efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepatdi atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila

    Page | 20

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    21/56

    efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi

    meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang

    terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada

    neonates dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan

    menimbulkan pekak perkusi.

    Tanda infeksi ekstrapulmonal.

    Komplikasi

    Abses kulit, anses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis,

    dan epiglottis kadang ditemukan pada infeksi H. influenza tipe B.

    Jenis dan etiologi pneumonia

    No. Jenis Pneumonia Etiologi

    1. Penumonia akut didapat di

    masyarakat

    Streptococcus pneumonia

    Haemophilus influenza

    Moraxella catarrhalis

    Staphylococcus aureus

    Legionela penumophila

    Enterobacteraceae (Klebsiella pneumonia)

    danPseudomonas sp.

    2. Pneumonia atipikal didapat

    di masyarakat

    Mycoplasma pneumonia

    Chlamydia sp. (C. pneumonia, C. psittaci, C.

    trachomatis)

    Coxiella burnetti (Q fever)

    Virus : respiratory syncytial virus, virus

    parainfluenza (anak), influenza A dan B

    (dewasa), adenovirus (rekrutmen militer)

    3. Pneumonia nosokomial Bakteri batang gram negative yang termasuk

    dalamEnterobacteriaceae (Klebsiella sp.,

    Serratia marcescens, Escherichia coli), dan

    Pseudomonas sp.

    Staphylococcus aureus (biasanya resisten

    penisilin)

    Page | 21

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    22/56

    4. Pneumonia aspirasi Flora oral anaerobic (Bacteroides, Prevotella,

    Fusobacterium, Peptostreptococcus),

    bercampur dengan bakteri aerobic

    (Streptococcus pneumonia, Staphylococcus

    aureus, Haemophilus influenza, dan

    Pseudomonas aeruginosa)

    5. Pneumonia kronis Nocardia

    Actinomyces

    Granulomatosa : Mycobacterium tuberculosis

    dan mikobakteri atipikal,Histoplasma

    capsulatum, Coccidioides immitis,

    Blastomyces dermatitidis.6. Pneumonia nekrotikans dan

    abses paru

    Bakteri anaerobk (sangat sering), dengan atau

    tanpa bercampur dengan infeksi aerobik

    Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia,

    Streptococcus pyogenes, dan pneumokokus

    tipe 3 (jarang)

    7. Pneumonia pada pejamu

    dengan gangguan kekebalan

    Sitomegalovirus

    Pneumocystis carinii

    Mycobacterium avium-intracellulare

    Aspergilosis invasif

    Kandidiasis invasif

    PEMERIKSAAN PNEUMONIA

    Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swabbing, atau langsung dari darah,

    pus, sputum, atau liquor serebrospinalis (Arif et al, 2000).

    Biasanya kuman dapat terlihat jelas, terutama jika bahan pemeriksaan berasal dari pus

    sputum. Dari sediaan langsung kita tidak dapat membedakan apakah yang kita lihat

    tersebut Staphylococcus aureus atau Staphylococcus epidermidis. Pada sediaan langsung dari

    nanah, kuman terlihat tersusun tersendiri, berpasangan, bergerombol dan bahkan dapat

    tersusun seperti rantai pendek (Arif et al, 2000).

    Page | 22

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    23/56

    Bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan menghasilkan koloni yang khas setelah

    pengeraman selama 18 jam pada suhu 37C, tetapi hemolisis dan pembentukan pigmen baru

    terlihat setelah beberapa hari dibiarkan pada suhu kamar. Jika bahan pemeriksaan

    mengandung bermacam macam kuman, dapat dipakai suatu perbernihan yang mengandung

    NaCl 10%. Pada umumnya Stafilokokus yang berasal dari manusia tidak patogen terhadap

    hewan. Pada suatu perbenihan yang mengandung telurit, Stafilokokus koagulasi positif

    membentuk koloni yang berwarna hitam karena dapat mereduksi telurit (Arif et al, 2000).

    Diagnosis

    Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit atau pemeriksaan fisis yang sesuai dengan gejaladan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Diagnosis etiologi

    dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi dan/atau serologi.

    Karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan pun

    kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan, WHO mengajukan pedoman diagnosis dan

    tatalaksana yang lebih sederhana.

    Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan atas :

    Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum,harus dirawat di RS

    dan diberi antibiotic.

    Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup

    minum, harus

    dirawat di RS dan diberi antibiotic.

    Pneumonia : bila tidak ada retraksi, tidak perlu dirawat, cukup diberi

    antibiotic oral.

    tetapi napas cepat

    >60x/menit pada bayi 50x/menit pada anak 2 bulan-1 tahun

    >40x/menit pada anak 1-5 tahun

    Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas,

    tidak perlu dirawat,

    Page | 23

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    24/56

    tidak perlu antibiotic.

    Bayi dibawah 2 bulan harus dirawat karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi

    dan kematian sering terjadi.

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN atau dapat

    ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia

    ringan atau sedang.

    Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :

    o Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia

    o Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris

    o Gambaran bronkopneumoia difus atau infiltrate interstisial pada pneumonia

    stafilokok

    Pemeriksaan cairan pleura

    Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan

    bronkus atau sputum, darah, aspirasi trake, pungsi pleura atau aspirasi paru.

    Auskultasi

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat auskultasi untuk pneumonia:

    Bunyi rhonchi ( berderik ) , umumnya tidak pada anak, bila ada biasanya diakibatkan

    oleh hal lain

    Perbedaan bunyi antar paru-paru kanan dan kiri

    Perkusi

    Berfungsi untuk menemukan area pemadatan di paru-paru

    Page | 24

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    25/56

    IMUNOLOGI INFEKSI BAKTERI

    Penyakit infeksi merupakan salah satu sebab kematian utama di seluruh dunia. Hampir

    semua pathogen mempunyai fase ekstraseluler yang dapat diserang oleh antibody. Mikroba

    ekstraseluler dapat ditemukan di permukaan sel epitel yang dapat diserang oleh IgA dan sel

    inflamasi nospesifik. Bila pathogen ada dalam rongga intrastisial, darah atau limfe maka

    upaya proteksi tubuh melibatkan makrofag dan antibody.

    IMUNOLOGI BAKTERI

    Bakteri dari luar yang masuk tubuh akan segera diserang system imun nonspesifik berupa

    fagosit, komplemen, APP atau dinetralkan antibody spesifik yang sudah ada dalam darah.

    Antibodi dan komplemen dapat juga berperan sebagai opsonin oleh karena fagosit memiliki

    Fc-R dan C-R. Baik sel polimorfonuklear maupun makrofag memiliki Fc-R untuk IgA.

    Sitokin inflamasi seperti IFN- dapat meningkatkan ekspresi reseptor tersebut dengan cepat.

    Pertahanan pejamu terdiri atas sarana-sarana untuk memerangi pathogen local. Beberapa

    bakteri intraseluler seperti mikobakteri,L. monositogenes, S. tifi dan spesies brusela dapat

    menghindari pengawasan system imun seperti antibody. Dalam hal ini tubuh akanmengaktifkan system imun seluler seperti respons CMI. Bakteri yang dapat menembus

    pertahanan tubuh akan dihadapkan dengan berbagai komponen system imun.

    A. Struktur bakteri

    Menurut sifat patologik dinding sel, mikroorganisme dapat dibagi menjadi negative-

    gram, positif-gram, mikobakterium dan spirochaet. Permukaan bakteri dapat pula

    dilapisi kapsul yang protektif. Protein dan polisakarida yang ada dalam struktur tersebut

    dapat merangsang system imun humoral tubuh untuk membentuk antibody. Di luar

    membrane plasma, bakteri memiliki dinding sel yang terdiri atas mukopeptide yang

    disebut peptidoglikan. Bagian ini biasanya merupakan sasaran lisozim. Bakteri

    negative-gram masih memiliki membrane kedua yang mengandung protein dan

    lipopolisakarida/LPS atau endotoksin.

    Struktur prominen sering terlibat dalam respon imun. Semua bakteri memiliki

    membrane sitoplasma dalam dan dinding sel yang terdiri atas peptidoglikan sekitar

    membrane sitoplasma. Antigen yang tersering digunakan untuk diagnosis imunologik

    dan antibody protektif ditemukan di permukaan luar yang dapat segera berinteraksi

    dengan efektor system imun seperti antibody.

    Page | 25

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    26/56

    Streptokok dibagi menurut sifat hemolisis eksotoksin (,,) dan menurut antigen

    dinding sel. Golongan A hemolitik beta yang paling pathogen, memiliki kapsul yang

    terdiri atas protein M dan menempel pada membrane mukosa yang tahan terhadap

    fagositosis. Protein tersebut dapat menimbulkan reaksi selular berat. Antigennya

    bereaksi silang dengan otot jantung dan membentuk kompleks imun yang merusakginjal. Streptokok A pathogen untuk saluran cerna, mempunyai reseptor untuk sel epitel

    mukosa. Ikatan antara mikroorganisme dengan sel epitel tersebut dapat dicegah oleh

    immunoglobulin. Protein M streptokok dapat dinetralkan oleh antibody. Banyak bakteri

    yang menimbulkan berbagai efek patologik melalui LPS yang merupakan komponen

    dinding sel bakteri negative-gram dan merupakan activator poten makrofag.

    Streptokok A merupakan pathogen terpenting dalam klinik yang menyebabkan infeksi

    farings, demam reuma akut, penyakit jantung dan sendi, glomerulonefritis dan

    menimbulkan scarlet feverdengan toksin pirogenik yang menimbulkan ruam khas.

    Salah satu toksin pirogenik merupakan supraantigen. Toksin lainnya bila dilepasmenimbulkan edema dan miositis dengan nekrosis dan fasiitis.

    Eksotoksin secara aktif disekresi bakteri positif-gram. Eksotoksin bersifat sitotoksik dan

    membunuh sel dengan berbagai mekanisme biokimiawi. Eksotoksin dapat mengganggu

    fungsi normal sel tanpa membunuhnya dan merangsang produksi sitokin yang

    menimbulkan penyakit, merusak fagosit, jaringan setempat, SSP dan sebagainya yang

    dapat merupakan sebab kematian. Protein-protein tersebut sering disebut agresin yang

    membantu penyebaran bakteri dan menghancurkan jaringan.

    Patogenisitas beberapa infeksi bakteri noninvasive yang hidup di dalam sel permukaanseperti difteri dan V. kolera yang memproduksi eksotoksin bergantung pada kemampuan

    pejamu untuk dapat menetralkannya. Tetapi patogenisitas kebanyakan bakteri tidak

    hanya bergantung pada toksinnya saja, sehingga bakteri sendiri harus dimusnahkan.

    Antibody yang dibentuk terhadap toksin dapat menetralkan efek toksin tetanus, difteri,

    sehingga dapat mencegah keusakan jaringan yang ditimbulkannya. Mikroorganisme

    yang mengandung lipid pada membrane permukaan seperti N. meningitides negative-

    gram, dapat dihancurkan oleh immunoglobulin dengan bantuan aktivasi komplemen.

    Pada akhir respons imun, semua bakteri dihancurkan fagosit.

    Stafilokok merupakan penyebab penyakit oportunistik tersering di rumah sakitmasyarakat yang menimbulkan pneumonia, osteomielitis, arthritis septic, bakteremia,

    endokarditis, dan infeksi kulit. Makanan yang mengandung enterotoksin S. aureus dapat

    dengan cepat menimbulkan gangguan GI.

    B. Imunologi bakteri ekstraselular

    Bakteri ekstraseluler dapat hidup dan berkembang biak di luar sel pejamu misalnya

    dalam sirkulasi, jaringan ikat dan rongga-rongga jaringan seperti lumen saluran napas

    dan saluran cerna. Banyak di antaranya merupakan bakteri patogenik. Penyakit yang

    ditimbulkan bakteri ekstraselular dapat berupa inflamasi yang menimbulkan destruksijaringan di tempat supuratif seperti yang terjadi pada infeksi streptokok.

    Page | 26

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    27/56

    1. Imunitas nonspesifik

    Komponen imunitas nonspesifik utama terhadap bakteri ekstraselular adalah

    komplemen, fagositosis dan respons inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan

    manosa pada permukaannya dapat diikat lektin yang homolog dengan C1q sehingga

    akan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin meningkatkan opsonisasi dan

    fagositosis. Di samping itu MAC dapat menghancurkan membrane bakteri. Produk

    sampingan aktivasi komplemen berperan dalam mengerahkan dan mengaktifkan

    leukosit. Fagosit juga mengikat bakteri melalui berbagai reseptor permukaan lain

    seperti Toll-like receptor yang semuanya meningkatkan aktivasi leukosit dan

    fagositosis. Fagosit yang diaktifkan juga melepas sitokin yang menginduksi infiltrasi

    leukosit ke tempat infeksi. Sitokin juga menginduksi panas dan sintesis APP.

    2. Imunitas spesifik

    a. Humoral

    Antibody merupakan komponen imun protektif utama terhadap bakteri

    ekstraselular yang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba dan menetralkan

    toksinnya melalui berbagai mekanisme. Th2 memproduksi sitokin yang

    merangsang respons sel B, aktivasi makrofag dan inflamasi.

    Komplikasi lambat respons imun humoral dapat berupa penyakit yang ditimbulkan

    antibody. Contohnya infeksi streptokok di tenggorok atau kulit yang menimbulkanmanifestasi penyakit beberapa minggu-bulan setelah infeksi terkontrol. Demam

    reuma merupakan sekuela infeksi faring oleh beberapa streptokok hemolitik-.

    Antibody yang diproduksi terhadap protein dinding bakteri dapat bereaksi silang

    dengan protein sarkolema dan myosin miokard yang dapat diendapkan di jantung

    dan akhirnya menimbulkan inflamasi.

    Glomerulonefritis pasca infeksi streptokok merupakan sekuela infeksi streptokok

    di kulit atau tenggorok oleh serotype streptokok- yang lain. Antibody terhadap

    bakteri tersebut membentuk kompleks dengan antigen bakteri dan diendapkan di

    glomerulus ginjal yang menimbulkan nefritis.

    b. Sitokin

    Respons utama pejamu terhadap bakteri ekstraselular adalah produksi sitokin oleh

    makrofag yang diaktifkan yang menimbulkan inflamasi dan syok septic. Toksin

    seperti superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T sehingga menimbulkan

    produksi sitokin dalam jumlah besar dan kelainan klinikopatologi seperti yang

    terjadi pada syok septic.

    C. Imunologi bakteri intraselular

    Page | 27

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    28/56

    Ciri utama bakteri intraselular adalah kemampuannya untuk hidup bahkan berkembang

    biak dalam fagosit. Mikroba tersebut mendapat tempat tersembunyi yang tidak dapat

    ditemukan oleh antibody dalam sirkulasi sehingga untuk eliminasinya memerlukan

    mekanisme imun selular.

    1. Imunitas nonspesifik

    Efektor imunitas nonspesifik utama terhadap bakteri intraselular adalah fagosit dan sel

    NK. Fagosit menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun

    mikroba dapat resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraselular dapat

    mengaktifkan sel Nk secara direk atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi

    IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi IFN- yang

    kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri dan

    memakan bakteri. Jadi sel NK memberikan respons dini, dan terjadi interaksi antara

    sel NK dan makrofag.

    2. Imunitas spesifik

    Proteksi utama respons imun spesifik terhadap bakteri intraselular berupa imunitas

    selular. Imunitas selular terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu sel CD4+ Th1 yang

    mengaktifkan makrofag (DTH) yang memproduksi IFN- dan sel CD8+ / CTL yang

    memacu pembunuhan mikroba serta lisis sel terinfeksi.

    Makrofag yang diaktifkan sebagai respons terhadap mikroba intraselular dapat pula

    membentuk granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan seperti yang terjadi pada

    DTH terhadap protein PPD M. tuberculosis. Sel CD4+ dan CD8+ bekerja samadalam pertahanan terhadap mikroba.

    Bakteri intraselular sepertiListeria monositogenes dimakan makrofag dan dapat hidup

    dalam fagosom dan masuk dalam sitoplasma. CD4+ memberikan respons terhadap

    peptide antigen MHC-II asal bakteri intravesikuler, memproduksi IFN- yang

    mengaktifkan makrofag untuk menhancurkan mikroba dalam fagosom. Sel CD4+

    naif dapat berdiferensiasi menjadi sel Th1 dapat mengaktifkan fagosit untuk

    membunuh mikroba yang dimakan dan sel Th2 yang mencegah aktivasi makrofag.

    CD8+ memberikan respons terhadap molekul MHC-I yang mengikat antigen sitosoldan membunuh sel terinfeksi. Perbedaan dalam respons sel T terhadap mikroba

    intraselular pada berbagai individu merupakan determinan dalam perkembangan

    penyakit dan gambaran klinis. Keseimbangan antara subset tersebut dapat

    mempengaruhi hasil infeksi, seperti ditemukan pada infeksi lepra. Berbagai

    pathogen dapat menghindari efek system imun.

    3. Strategi bakteri intraselular

    Berbagai mikroba intraselular seperti M. tuberculosis dapat mengembangkan berbagai

    strategi untuk menghindari eliminasi oleh fagosit. Pathogen menghindari responsimun dengan berbagai mekanisme seperti lokasi dalam celah yang protektif,

    Page | 28

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    29/56

    memperoleh molekul pejamu, mengubah permukaan antigen dan memproduksi faktor

    yang mencegah atau mengarahkan respons imun yang efektif.

    Streptococcus aureus memiliki protein permukaan yaitu protein-A dan protein-D yangpenting dalam nourishment bakteri tersebut. Protein A secara spesifik dapat mengakibatkan

    gangguan imun, karena sifatnya yang memiliki afinitas tinggi terhadap IgG yang penting

    dalam opsonisasi oleh neutrofil dan makrofag. Tanpa opsonisasi maka fagositosis tidak

    terjadi dan Streptococcus aureus tidak dapat disingkirkan.

    ANTIBIOTIK GOLONGAN BETALAKTAM

    Struktur cincin beta-laktam.

    Antibiotik beta-laktam adalah golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen

    struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi

    bakteri. Terdapat sekitar 56 macam antibotik beta-laktam yang memiliki antivitas

    antimikrobial pada bagian cincing beta-laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong oleh

    mikroorganisme maka akan terjadi resistensi terhadap antibiotik tersebut

    Jenis-jenis

    Antibiotik beta-laktam terbagi menjadi 4 golongan utama, yaitu penisilin, sefalosporin,

    carbapenem, dan monobactam.

    Penisilin

    Amoksisilin, salah satu contoh penisilin.

    Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi menjadi 4 kelompok,

    yaitu penisilin dini (terdahulu), penisilin spektruk luas, penisilin anti-stafilokokal, dan

    penisilin anti-pseudomonal (spektrum diperluas). Penisilin dini secara aktif mampu melawan

    bakteri yang sensitif, seperti golongan Streptococcus beta-hemolitik, Streptococcus alfa-

    hemolitik dikombinasikan dengan aminoglikosida), pneumococcus, meningococcus, dan

    kelompok Clostridium selain C. difficile. Contoh dari penisilin terdahulu adalah penisilin G

    dan penisilin V[1]. Penisilin spektrum luas memiliki kemampuan untuk melawan bakteri

    Page | 29

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    30/56

    enterik dan lebih mudah diabsorpsi oleh bakteri gram negatif namun masih rentan terhadap

    degradasi beta-laktamase, contohnya ampisilin, amoksisilin, mesilinam, bacampicillin, dll.

    Penisilin anti-stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an untuk mengatasi S. aureus yang

    memproduksi beta-laktamase dan memiliki keunggulan tahan terhadap aktivitas beta-

    laktamase. Contoh dari golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin. Penisilin anti-

    pseudomonal dibuat untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil, termasuk

    Pseudomonas aeruginosa, contoh dari penisilin golongan ini adalah carbenicillin, ticarcillin,

    Azlocillin, dan piperacillin.

    Sefalosporin

    Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi, yang pertama adalah cephalothin dan

    cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan. Generasi kedua (antara lain: cefuroxime,

    cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan

    beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri anaerob. Generasi ketiga dari

    sefalosporin (di antaranya: ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.) dibuat pada

    tahun 1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil.

    Carbapenem

    Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan untuk

    perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat baik

    untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan

    bacteroides). Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim tertentu

    untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh.

    Monobactam

    Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak terikat ke cincin kedua dalam

    molekulnya. Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang

    aktif melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. aeruginosa.

    Page | 30

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    31/56

    Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif

    meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

    1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem,

    vankomisin, basitrasin.

    2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol,

    makrolida, tetrasiklin, gentamisin.

    3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.

    4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.

    5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

    6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.

    Jenis Antibiotik

    Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari

    beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk

    menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan

    struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

    a. Golongan Aminoglikosida

    Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin,

    sisomisin, streptomisin, tobramisin.

    b. Golongan Beta-Laktam

    Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan

    sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam

    monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

    c. Golongan Glikopeptida

    Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

    d. Golongan Poliketida

    Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),

    golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

    klortetrasiklin).

    e. Golongan Polimiksin

    Diantaranya polimiksin dan kolistin.

    f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)

    Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan

    Page | 31

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    32/56

    trovafloksasin.

    g. Golongan Streptogramin

    Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

    h. Golongan Oksazolidinon

    Diantaranya linezolid dan AZD2563.

    i. Golongan Sulfonamida

    Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

    j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

    Mekanisme kerja

    Penisilin, seperti semua antibiotic -laktam, menghambat pertumbuhan bakteri dengan

    menganggu reaksi transpeptidasi dalam sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel adalah suatu

    lapisan luar yang kaku dan khas untuk spesies bakteri dan sepenuhnya membungkus

    membran sitoplasma, mempertahankan bentuk dan integritas sel dan mencegah lisis sel akibat

    tekanan osmotic tinggi. Dinding sel tersusun dari suatu polimer polisakarida dan polipeptida

    berikatan silang yang kompleks, yakni peptidoglikan (murein, mukopeptida). Polisakarida

    ini mengandung gula amino yang berselang-selang yakni N-asetilglukosamin dan asam N-

    asetilmuramat. Suatu peptide yang mengandung lima asam amino dikaitkan dengan gula

    asam N-asetilmuramat. Peptida ini berakhir di D-alanil-D-alanin. Penicillin-binding-protein

    (PBP, suatu enzim) memotong alanin terminal tersebut pada proses pembentukan suatu ikatansilang dengan peptida di dekatnya. Ikatan-silang tersebut membuat struktur dinding sel

    menjadi kaku. Antibiotic -laktam, yang secara structural merupakan analog substrat PBP

    yaitu, D-Ala-D-alamiah, berikatan secara kovalen dengan tempat aktif di PBP. Ikatan ini

    menghambat reaksi tranpeptidase, menghentikan sintesis peptidoglikan sehingga sel akan

    mati. Mekanisme pasti kematian sel tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi autolysin dan

    gangguan morfogenesis dinding sel tampaknya ikut terlibat. Penisilin dan sefalosporin

    membunuh sel bakteri hanya jika sel bakteri tersebut aktif bertumbuh dan menyintesis

    dinding sel.

    Farmakokinetik

    Absorpsi obat per oral dapat sangat berbeda untuk tiap penisilin dan sebagian bergantung

    pada kestabilan terhadap asam dan ikatan proteinnya. Absorpsi nafsilin di saluran cerna

    bersifat erotik sehingga tidak cocok diberikan per oral. Diklosasilin, ampisilin, dan

    amoksisilin relative stabil terhadap asam dan diabsorpsi dengan baik, menghasilkan

    konsentrasinya dalam serum sekitar 4-8 mcg/mL pada dosis oral 500 mg. Absorpsi sebagian

    besar penisilin oral (kecuali amoksisilin) terganggu oleh makanan sehingga obat tersebut

    harus diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan.

    Setelah pemberian parenteral, absorpsi kebanyakan penisilin terjadi secara utuh dan cepat.

    Pemberian melalui jalur intravena lebih disukai daripada jalur intramuscular karena injeksi

    Page | 32

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    33/56

    dosis besar intramuscular menimbulkan iritasi dan nyeri setempat. Konsentrasi dalam serum

    30 menit pascainjeksi intravena 1 g penisilin (setara dengan sekitar 1,6 juta unit penisilin G)

    adalah 20-50 mcg/mL. Hanya sedikit dari total obat dalam serum dijumpai dalam bentuk

    obat bebas; konsentrasi obat ditentukan oleh ikatan obat dengan protein. Penisilin yang

    sangat terikat pada protein (misalnya, nafsilin) umumnya mencapai konsentrasi obat bebasyang telah rendah dalam serum ketimbang penisilin yang kurang terikat pada protein menjadi

    relevan secara klinis jika persentase obat yang terikat pada protein mencapai sekitar 95% atau

    lebih. Penisilin terdistribusi secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan dengan beberapa

    pengecualian. Penisilin merupakan molekul yang polar sehingga konsentrasi penisilin

    intrasel jauh lebih sedikit daripada konsentrasi penisilin dalam cairan ekstrasel.

    Penisilin benzatin dan protein dibuat untuk menunda absorpsi sehingga konsentrasi penisilin

    lebih lama berada dalam darah dan jaringan. Injeksi intramuscular tunggal 1,2 juta unit

    penisilin benzatin mempertahankan kadar serum di atas 0,02 mcg/mL selama 10 hari, yang

    cukup untuk menangani infeksi Streptokokus -hemolitikus. Setelah 3 minggu, kadarnyamasih melebihi 0,003 mcg/mL yang cukup untuk mencegah infeksi Streptokokus -

    hemolitikus. Dosis penisilin prokasin sebesar 600.000 unit menghasilkan konsentrasi puncak

    sebesar 1-2 mcg/mL dan secara klinis bermanfaat selama 12-24 jam pascainjeksi

    intramuscular tunggal.

    Konsentrasi penisilin dalam sebagian besar jaringan serupa dengan konsentrasinya dalam

    serum. Penisilin juga diekskresikan dalam sputum dan susu dengan kadar sebesar 3-15%

    kadarnya dalam serum. Penetrasinya ke jaringan mata, prostat, dan susunan saraf pusat

    buruk. Akan tetapi pada radang meningen yang aktif seperti pada meningitis bakterialis,

    konsentrasi penisilin sebesar 1-5 mcg/mL dapat dicapai dengan dosis parenteral harian

    sebesar 18-24 juta unit. Konsentrasi ini cukup untuk membunuh galur pneumokokus dan

    meningokokus yang rentan.

    Penisilin cepat diekskresi oleh ginjal, sejumlah kecil diekskresi melalui jalur lain. Sekitar

    10% ekskresi ginjal terjadi melalui filtrasi glomerulus dan 90% oleh sekresi di tubulus ginjal.

    Waktu paruh normal penisilin G adalah sekitar 30 menit; pada gagal ginjal dapat mencapai 10

    jam. Ampisilin dan penisilin berspektrum luas disekresi lebih lambat ketimbang penisilin G

    dan mempunyai waktu paruh selama 1 jam. Untuk penisilin yang dibersihkan oleh ginjal,

    dosisnya harus disesuaikan menurut fungsi ginjal, pemberian sekitar seperempat hingga

    sepertiga dosis normal dilakukan jika bersihan kreatinin ginjal sebesar 10 mL/menit atau

    kurang.

    Nafsilin terutama dibersihkan melalui ekskresi empedu. Oksasilin, dikloksasilin, dan

    kloksasilin dieliminasi oleh ekskresi ginjal dan empedu; penyesuaian dosis obat-obat ini tidak

    diperlukan pada gagal ginjal. Karena bersihan penisilin kurang efisien pada neonatus, dosis

    yang hanya disesuaikan menurut berat badan menghasilkan konsentrasi sistemik yang lebih

    tinggi untuk waktu yang lebih lama ketimbang pada orang dewasa.

    Kegunaan Klinis

    Page | 33

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    34/56

    Kecuali amoksisilin oral, semua penisilin harus diberikan 1-2 jam sebelum atau setelah

    makan; penisilin sebaiknya tidak ditelan bersama makanan untuk meminimalkan ikatan

    dengan protein makanan dan inaktivasi oleh asam. Kadar semua penisilin dalam darah dapat

    ditingkatkan dengan pemberian probenesid secara simultan, 0,5 g (10 mg/kg pada anak)

    setiap 6 jam per oral, yang menghambat sekresi asam lemah, sepertinya senyawa -laktam,oleh tubulus ginjal.

    RESISTENSI ANTIBIOTIK GOLONGAN -lactam

    Resistensi terhadap antibiotic golongan -laktam dapat disebabkan oleh empat hal :

    inaktivasi antibiotic oleh -laktamase

    modifikasi PBP target

    gangguan penetrasi obat untuk mencapai PBP target

    pompa efluks.

    Pada kasus ini, Staphylococcus aureus mensintesis -laktamase yang memecah cincin -

    laktam sehingga sifat antibiotik dari obat menjadi hilang.

    Aspek genetik dalam kasus ini berkaitan dengan kemampuan bakteri untuk bertukar gen

    resisten antar bakteri melalui mekanisme HGT ( Horizontal Gene Transfer ).

    Bakteri resisten pertamakali dikarenakan gen blaZ yang mengkode -lactamase yang

    berfungsi untuk merusak cincin -lactam sehingga obat kehilangan kemampuan

    antibiotiknya.

    Bakteri ini memiliki mobile genetic element berupa SCCmec yang berisikan gen mec dan ccr.

    Gen mecA ini terdapat dalam semua strain staphylococcus yang resisten terhadap antibiotik

    golongan beta laktam, termasuk strain SCCmec IV dalam kasus ini. Gen mecA berfungsi

    mengkode PBP2a. Gen mecA terdiri dari 2 komponen yaitu mecR1 dan mecl. Saat adaantibiotik golongan -lactam yang muncul, makana MecR1 akan memotong mecl yang

    Page | 34

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    35/56

    terikat di operator region mecA sehingga meningkatkan produksi PBP2a. Akibatnya

    antibiotik tidak dapat mengikat ke PBP, karena PBP2a memiliki afinitas yang rendah

    terhadapt antibiotik golongan -lactam. Enzim-enzim yang penting dalam sintesis dinding sel

    tidak dapat diikat oleh antibiotik sehingga sintesis dinding sel tetap berjalan normal dan

    bakteri tetap hidup.

    Antibiotik yang Dapat Diberikan

    Co-Amoxiclav

    Co-amoxiclav adalah British Approved Name untuk kombinasi antibiotik amoxicilin

    trihidrat, suatu -lactam antibiotic, denganpotassium clavulanate, sebuah -lactamase

    inhibitor. Kombinasi ini membentuk antibiotik dengan spektrum aksi yang lebih tinggi dan

    efektif untuk bakteri yang resisten dengan amoxicilin

    Dosis

    Proporsi dari kedua zat diekspresikan sebagai x/y dimana x dan y adalah kekuatannya dalam

    miligram amoxicillin dan clavulanic acid . Tetapi pada produk dengan nama dagang,

    mengindikasikan kekuatan dalam jumlah amoxicilinnya, sehingga co-amoxiclav 250/125

    Augmentin 250 dan berisi 250 mg amoxicillin dengan 125 mg clavulanic acid.[1][2]

    Dosis dewasa standar untuk infeksi saluran nafas,urinary,abdominal, dental, dan akibat

    gigitan hewan adalah co-amoxiclav 250/125 (one tablet Augmentin 250) setiap 8 jam yang

    dapat ditingkatkan pada infeksi berat (single tablet co-amoxiclav 500/125 Augmentin 500,

    tetapi tidak boleh dua tablet co-amoxiclav 250/125 karena akan menggandakan dosis

    maksimum yang disarankan untuk clavulanic acid). Di USA, Augmentin XR (co-amoxiclav

    1000/62.5) dijual untuk dimanfaatkan sebagai community acquired pneumonia dengan

    penggunaan dua tablet 2x sehari (memberikan total dosis harian 4000 mg amoxicillin).

    Untuk augmentin,dosis untuk dewasa biasany satu 500-mg tablet Augmentin setiap 12 jam

    atau satu tablet Augmentin 250-mg setiap 8 jam. Untuk infeksi yang lebih berat dan infeksi

    saluran pernapasan, dosisnya sebaiknya 875-mg tablet Augmentin setiap 12 jam atau satu

    500-mg tablet Augmentin setiap 8 hours.

    Dosis untuk anak juga diberikan 3x sehari demgam suspensi co-amoxiclav 250/62 per 5 mL

    (Augmentin '250/62 SF') untuk usia 612 tahun dan co-amoxiclav 125/31 (Augmentin

    '125/31 SF') untuk usia 16 years. Larutan yang lebih terkonsentrasi,co-amoxiclav 400/57

    (Augmentin '400/57 SF'), dapat diadminister hanya 2x sehari untuk anak-anak usia 2 bulan.

    Kuantitas didasarkan pada BB dengan 2.5mL untuk usia 2 tahun dan 5mL untuk usia diatas 6

    Obat yang paling mendekati untuk penggunaan intravena adalah ampicillin-sulbactam.

    Page | 35

    http://en.wikipedia.org/wiki/British_Approved_Namehttp://en.wikipedia.org/wiki/Beta-lactam_antibiotichttp://en.wikipedia.org/wiki/Clavulanic_acidhttp://en.wikipedia.org/wiki/Beta-lactamasehttp://en.wikipedia.org/wiki/Co-amoxiclav#cite_note-BNF-0http://en.wikipedia.org/wiki/Co-amoxiclav#cite_note-GSK-1http://en.wikipedia.org/wiki/Ampicillin-sulbactamhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ampicillin-sulbactamhttp://en.wikipedia.org/wiki/British_Approved_Namehttp://en.wikipedia.org/wiki/Beta-lactam_antibiotichttp://en.wikipedia.org/wiki/Clavulanic_acidhttp://en.wikipedia.org/wiki/Beta-lactamasehttp://en.wikipedia.org/wiki/Co-amoxiclav#cite_note-BNF-0http://en.wikipedia.org/wiki/Co-amoxiclav#cite_note-GSK-1http://en.wikipedia.org/wiki/Ampicillin-sulbactam
  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    36/56

    Efek Samping

    Efek samping yang dapat terjadi adalah diare, muntah, candidasis dll. Biasanya efek samping

    ini tidak membutuhkan perawatan.Tetapi jika pasien mengalami reaksi alergi,ikterus, demam

    atau diare berat maka perawatan perlu dilakukan. Sama seperti antibiotik lain,

    pseudomembranous colitisberkaitan dengan penggunaan amoxicillin-clavulanate.Amoxicillin diketahui dapat menyebabkan gagal hati di beberap pasien.Amoxicillin

    merupakan antibiotik golongan penicilin, karena itu tidak boleh digunakan pada pasien yang

    alergi dengan penisilin

    Vankomisin

    Nama dagang

    Lyphocin, Vancocin, Vancoled

    Dosis

    DEWASA: PO 500 mg sampai 2 g / hari dalam 3 atau 4 dosis terbagi selama 7 sampai 10

    hari.

    ANAK-ANAK: PO 40 mg / kg / hari (sampai 2 gm / hari) dalam 3 atau 4 dosis terbagi

    selama 7 sampai 10 hari. Neonatus: PO 10 mg / kg / hari dalam dosis terbagi. Dewasa: IV500 mg dengan infus IV tiap 6 jam atau 12 jam.

    ANAK-ANAK: IV 10 mg / kg / dosis tiap 6 jam.

    Bayi & neonatus: IV 15 mg / kg awalnya, diikuti oleh 10 mg / kg tiap 12 jam untuk neonatus

    pada minggu pertama kehidupan, dan tiap 8 jam untuk usia sampai dengan 1 bulan.

    Indikasi

    Parenteral: Pengobatan infeksi serius atau parah karena rentan bakteri tidak dapat diobatidengan antimikroba lain (misalnya, staphylococcus).

    Oral: Pengobatan pseudomembranosa kolitis yang disebabkan oleh Clostridium difficile;

    pengobatan stafilokokal enterokolitis.

    Off label: IV profilaksis terhadap endokarditis bakteri pada pasien alergi penisilin.

    Kontraindikasi

    Hipersensitifitas terhadap vancomisin

    Page | 36

    http://en.wikipedia.org/wiki/Pseudomembranous_colitishttp://en.wikipedia.org/wiki/Pseudomembranous_colitis
  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    37/56

    efek samping

    CV: Hipotensi. Derm: Rash, urticaria; pruritus; inflamasi pada tempat injeksi.

    THT: Gangguan pendengaran.

    SAL CERNA: Mual. Peningkatan serum kreatinin dan BUN; gagal ginjal.

    HEMA: Neutropenia; eosinophilia.

    RESP: desahan; dyspnea.

    LAINNYA: Anafilaksis; obat demam, menggigil; Red Man Syndrome (hipotensi dengan atau

    tanpa ruam di wajah, leher, dada bagian atas, dan kaki).

    Interaksi

    Aminoglikosida: kemungkinan meningkatkan risiko nephrotoksisitas. Neurotoskik dan agen

    nefrotoksik: Mungkin memberikan racun aditif. Relaksan otot Nondepolarizing: blokade

    neuromuskular dapat ditingkatkan. IV larutan alkali tidak sesuai dengan suntikan.

    Mekanisme kerja

    Menghambat sintesis dinding sel bakteri dan mengubah permeabilitas membran sel dan RNA

    sintesis

    bentuk sediaan

    Kapsul; Serbuk

    parameter monitoring

    Serum kreatinin, BUN, status pendengaran, vertigo

    stabilitas penyimpanan

    Larutan sediaan stabil pada suhu kamar selama 2 minggu.

    Encerkan solusi (natrium klorida atau D5W) yang stabil pada suhu kamar selama 24

    jam

    Vankomisin tidak menjadi first-line treatment untukStaphylococcus aureus dikarenakan:

    1. Tidak bisa diberikan sercara oral, harus diberikan lewat intravena

    Page | 37

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    38/56

    2. -lactamase-resistant semi-synthetic penicillins seperti methicilin dan derivatnya(misalnya nafcilin dan cloxacilin) lebih efektif dalam melawan non-MRSA

    staphylococci.

    3. Tes menggunakan vankomisin mendapatkan hasil bahwa vankomisin bersifat toksikterhadap telinga dan ginjal. Karena itulah vankomisin digunakan sebagai drug of the

    last resort

    Golongan Makrolida

    Makrolida adalah sekelompok senyawa yang saling terkait erat dan memiliki ciri khas adanya

    cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya gula

    deoksi. Obat prototipe golongan ini, eritromisin yang tersusun dari 2 gugus gula yang

    melekat pada cincin lakton 14-ataom ditemukan pada tahun 1952 dari Streptomyces

    erythreus

    Eritromicin

    Nama dagang

    - Arsitrocin - Banntrocin - Corsatrocin - Decatrocin

    - Erira - Eritromec - Erphatrocin - Erycoat Forte

    - Eryderm - Erymed - Erymed Plus - Eryprima

    - Erysanbe - Erythrin - Erytrocin - Erytrocin EES

    - Jeracin - Kemotrocin - Konitrocin - Konitrocinx

    - Medoxin - Opithrocin - Pharothrocin - Rythron

    - Sapphire - Tamaret - Throcidan - Tromilin

    - Aknemicin

    Dosis

    Bayi dan anak anak:

    Kisaran Dosis lazim :

    Page | 38

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    39/56

    Oral: (catatan: terdapat perbedaan absobsi antara 400 mg eritromisin etilsuksinat pada kadar

    serum dengan 250 mg eritromisin murni (basa), stearat atau estolat);

    Murni (basa): 30-50 mg/kg/hari dalam 2-4 dosis terbagi; tidak lebih dari 2 g/hari.

    Estolat: 30-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2-4 dosis.

    Etilsuksinat: 30-50 mg/kg/hari dalam 2-4 dosis terbagi; tidak lebih dari 3.2 g/hari. Stearat: 30-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2-4 dosis.

    Injeksi:

    Laktobionat: 15-50 mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam; tidak lebih dari 4 g/hari.

    Dosis dewasa

    Oral;

    Murni (basa): 250 500 mg setiap 6-12 jam. Etilsuksinat: 400-800 mg setiap 6-12 jam.

    Injeksi:

    Laktobionat: 15-20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam atau 500 mg sampai 1

    g setiap 6 jam, atau dapat diberikan dalam infus terus-menerus selama 24 jam. (maksimal 4

    g/24 jam).

    Dosis untuk indikasi khusus:

    CAP (community acquired pneumoniae) : oral, IV; 500-1000 mg 4 kali sehari untuk 10-14

    hari. Jika infeksi disebabkan karena legionella maka 750-1000 mg 4 kali sehari untuk 21 hari

    atau lebih lama lagi dapat direkomendasikan.

    Indikasi

    Sistemik: Digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri yang sensitif terhadap eritromisin

    seperti, S.pyogenes, termasuk S.pneumoniae, S.aereus, M.pneumoniae, Legionella

    pneumophilia, diphtheria pertusis, choncroid, Chlamydia, erytrasma, N.gonorrhoeae,

    E.histolitica, siphilis dan nongonococcal urethritis, dan campylobacter gastroenteritis;digunakan untuk terapi konjungtifitis dengan neomosin.

    Pada mata: Untuk mengatasi infeksi konjungtivistis atau gangguan kornea pada bayi baru

    lahir. Topical: untuk pengobatan acne vulgaris.

    Kontraindikasi

    efek samping

    Page | 39

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    40/56

    Sistemik :

    Cardiovascular : ventricular arritmia, perpanjangan QTc ventricular takikardia

    (jarang).

    CNS : headache (8%), pain(2%), kejang, demam. Dermatitis : ruam (3%), pruritus (1%).

    Gastrointestinal: nyeri lambung (8%), kram, mual (8%), kandidiasis mulut, muntah

    (3%), diare (7%), dispepsia (2%), flatulence(2%), anoreksi,

    pseudomembranouscollitis, hipertropic pyloric stenosis, pancreatitis

    Hematologi : Eosinophilia (1%).

    Hepatic : Cholestatic joundice (kebanyakan jika bersamaan dengan estolate),

    meningkatkan parameter pemeriksaan hepar (2%).

    Local : Plebitis pada tempat injeksi, tromboflebitis.

    Neuromuscular dan skeletal : Malas (2%).

    Respirasi : Dyspnea (1%), batuk (3%).

    Lain-ain : Reaksi hipersensitifitas, reaksi alergi.

    Topikal:

    1-10% : dermatologi: erythema, desquamation, kulit kering, pruritos.

    Interaksi

    Dengan Obat Lain :

    Meningkatkan efek toksik:

    Meningkatkan efek aritmia jika digunakan bersamaan dengan: cisapride, gatifloxacin,

    moxifloxacin, pimozide, sparfloxacin, thioridazine. Penggunaan dengan obatobat yang

    memperpanjang interval QTc meliputi tipe 1a (quinidine) dan tipe III obat antiarritmia, serta

    antipsikosis selektif (mesoridazin, thioridazin) harus dengan perhatian ekstra. Golongan ergot

    juga dikontraindikasikan penggunaannya bersamaan dengan eritromisin. Eritromisin adalah

    inhibitor moderat CYP3A4, sehingga kemungkinan akan meningkatkan efek obat:

    benzodiazepin, Ca chanel blocker, cyclosporin, mirtazapine, netaglinide, nefazodone,

    quinidine, sildenafil, tacrolimus, fenlafaksine, cisapride, ergot alcaloide, HMG-CoA

    reductase inhibitor (lovastatin dan simvastatin), pimozide. Efek obat yang memblokadeneuromuskular dan warfarin akan ditingkatkan oleh eritromisin. Efek eritromisin akan

    ditingkatkan oleh: antifungi, claritromisin, diklofenak, doxyciclin, imatinib, isoniazid,

    nefazodone, nicardipine, propofol, protease inhibitor, quinidine, verapamil, telithromicin dan

    penghambat CYP3A4 lainya.

    Menurunkan efek:

    Eritromisin kemungkinan menurunkan kadar obat zafirlukas.

    Eritromisin kemungkinan mempunya efek antagonis dengan obat clindamisin dan

    lincomisin.

    Page | 40

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    41/56

    Kadar eritromisin kemungkinan akan diturunkan oleh: aminoglutethimide,

    karbamazepin, nafcilin, nevirapine, phenobarbital, phenithoin, rifampicin, dan induksi

    CYP3A4 lainnya.

    Dengan Makanan :

    Etanol: hindarkan penggunaan dengan etanol karena akan menurunkan absorbsi eritromisin

    juga akan meningkatkan efek etanol. Makanan: obat akan meningkat absorbsinya jika

    digunakan bersamaan dengan makanan; serum level eritromisin kemungkinan akan berubah

    jika diberikan dengan makanan.

    Mekanisme kerja

    Menghambat sintesis DNA-dependent protein bakteri sehingga akan mengubah perpanjangan

    tahapan sintesis; berikatan dengan 50S subunit ribosom yang akan menyebabkanpenghambatan pada transpeptidase sel bakteri.

    Bentuk sediaan

    Kapsul, Gel, Topikal ; Granul, Untuk Suspensi Oral ; Serbuk Untuk Oral Suspensi ; Suspensi

    Oral; Tablet/Tablet Salud; Tablet Chewable; Injeksi; Ointment, opthalmic

    Parameter monitoring

    CBC (cell blood count), Renal (BUN, ClCr), Fungsi hepar (SGOT,SGPT).

    Stabilitas penyimpanan

    Injeksi: Eritromisin laktobionat setelah mengalami pengenceran dapat bertahan selama 2

    minggu dalam lemari pendingin dan bertahan selama 24 jam pada suhu ruangan. Oral: Granul

    suspensi setelah di larutkan dapat bertahan jika disimpan dalam almari pendingin selama 10

    hari. Serbuk suspensi oral; ertromicin etilsuksinat, setelah dilarutkan dapat bertahan selama

    14 hari dalam suhu ruangan, sedangkan dalam bentuk drop, dapat bertahan selama 25 hari.

    Tablet, topikal dan tetes mata disimpan dalam suhu ruangan.

    Klaritromicin

    Klaritromicin diturunkan dari eritromisin melalui penambahan satu gugus metil dan memiliki

    stabilitas asam serta absorpsi oral yang lebih baik daripada eritromisin. Mekanisme kerjanya

    sama dengan eritromisin. Klaritromisin dan eritromisin hampir identik dalam hal aktivitas

    antibakteri kecuali bahwa klaritromisin lebih aktif terhadap Mycobacterium avium kompleks.

    Klaritromisin juga memiliki aktivitas terhadap Mycobacterium leprae dan Toxoplasma

    gondii. Streptokokus dan stafilokokus yang resisten terhadap erotromisin juga resisten

    terhadap klaritromisin

    Page | 41

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    42/56

    Klaritromisin dosis 500mg menghasilkan kadar dalam serum sebesar 2-3 mcg/mL. Waktu

    paruh klaritromisin yang lebih panjang (6jam) daripada eritromisin memungkinkan

    pemberian dosis sebanyak 2x sehari. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg dua kali

    sehari atau 1000 mg untuk sediaan lepas-lambat sebanyak sekali sehari. Penetrasi

    klaritromisin pada kebanyakan jaringan cukup baik, dengan kadar jaringan yang serupa atau

    melebihi kadar dalam serum.

    Klaritromisin dimetabolisme dalam hati. Metabolit utamanya adalah 14-

    hidroksiklaritromisin, yang juga mempunyai aktivitas antibakteri. Sejumlah obat aktif dan

    metabolit utama ini dielimonasi dalam urine, dan penurunan dosis dianjurkan pada pasien

    dengan bersihan kreatinin yang kurang dari 30mL/menit. Klaritromisin memiliki interaksi

    obat yang serupa dengan interaksi obat yang dijelaskan untuk eritromisin.

    Keuntungan klaritromisin jika dibandingkan dengan eritromisin adalah insidens intoleransi

    saluran cernanya lebih sedikit dan frekuensi pemberiannya lebih sedikit. Kecuali untuk

    organisme spesifik yang dijelaskan di atas, kedua obat tersebut secara terapeutik sangat mirip

    sehingga pilihan antara keduanya lebih didasrkan pada biaya dan tolerabilitasnya.

    Azitromisin

    Azitromisin, suatu senyawa cincin makrolida lakton 15-atom, diturunkan dari eritromisin

    melalui penambahan nitrogen termetilasi ke dalam cincin lakton. Spektrum aktivitas dan

    penggunaan klinisnya hampir identik dengan klaritromisin. Azitromisin efektif terhadap

    M.avium dan T.gondii. Azitromisin sedikit kurang aktif daripada eritromisin dan klaritromisin

    terhadapt stafilokokus dan streptokokus serta sedikit lebih aktif terhadap H.influenzae.Azitromisin sangat aktif terhadap klamidia.

    Azitromisin berbeda dari eritromisin dan klaritromisin terutama dalam hal sifat

    farmakokinetiknya. Dosis azitromisi nsebesar 500mg menghasilkan kadar dalam serum yang

    relatif rendah sekitar 0.4mcg/mL. Akan tetapi, azitromisin berpenetrasi dengan sangat baik ke

    dalam sebagian besar jaringan ( kecuali cairan serebrospinal ). dan sel fagositik, dengan kadar

    dalam jaringan melebihi kadar serum sebesar hingga 100 kali lipat. Obat iini dilepaskan

    secara lambat dari jaringan ( waktu paruh dalam jaringan adalah sebesar 2-4 hari ), dan

    menghasilkan waktu-paruh eliminasi yang mendekati 3 hari. Sifatnya yang unik ini

    memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan lama terapi pada banyak

    kasus. Contohnya, dosis tunggal azitromisin sebesar 1g sama efektifnya dengan terapidoksisilin selama 7 hari untuk servisitis dan uretritis akibat klamidia. Community acquired

    pneumonia dapat diobati dengan azitromisin yang diberikan dalam dosis awal sebesar 500mg,

    yang diikuti dengan dosis tinggal sebesar 250 mg per hari selama 4 hari ke depan.

    Azitromisin cepat diserap dan ditoleransi dengan baik per oral. Obat ini sebaiknya diberikan

    1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Antasid aluminium dan magnesium tidak mengubah

    bioavailabilitasnya tetapi menunda absorpsi dan menurunkan kadar puncaknya dalam serum.

    Karena memiliki cincin lakton beranggotakan 15 ( bukan 14 ), azitromisin tidak

    menonaktifkan enzim sitokrom P450 sehingga tidak terdapat interaksi obat yang terjadi pada

    eritromisin dan klaritromisin

    Page | 42

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    43/56

    STAPHYLOCOCCUS AUREUS

    Stafilokokus adalah parasit manusia yang terdapat dimana-mana. Sumber utama

    infeksi adalah lesi manusia, benda yang terkontaminasi bakteri dari lesi itu, dan saluran

    pernafasan serta kulit manusia. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung bertambah

    penting di rumah sakit, karena sebagian besar karyawan dan penderita mengandung

    stafilokokus yang resisten terhadap antibiotika pada hidung atau kulit mereka. Kebersihan,

    higiene, dan penanganan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran bakteri dari

    lesi, tetapi hanya ada sedikit cara untuk mencegah penyebaran stafilokokus dari para

    pembawa bakteri. Aerosol (misalnya glikol) dan penyinaran ultra ungu terhadap udara tidak

    banyak berguna (Jawetz et al,1996).

    Di rumah sakit, daerah yang paling tinggi risikonya terhadap infeksi stafilokokus

    adalah kamar perawatan bayi baru lahir, unit perawatan intensif (ICU), kamar bedah, dan

    bagian kemoterapi kanker. S. aureus patogen epidemic masuk secara besar-besaran ke

    daerah-daerah ini dan dapat mengakibatkan penyakit klinis yang berbahaya. Karyawan

    dengan lesi stafilokokus aktif dan pembawa bakteri mungkin harus dilarang memasuki daerah

    ini. Pada orang-orang ini, pemakaian antiseptik topikal (misalnya krim klorheksidin atau

    basitrasin) di hidung atau daerah perineal dapat mengurangi penyebaran organisme yang

    berbahaya ini. Rifampin yang diberikan bersama obat antistafilokokus oral lain kadang-

    kadang dapat menekan keadaan pembawa dalam jangka panjang dan mungkin dapat

    menyembuhkan pembawa bakteri di hidung; bentuk terapi ini biasanya dicadangkan untuk

    pembawa stafilokokus yang sulit diatasi dengan cara lain, karena stafilokokus cepat menjadi

    resisten terhadap rifampin. Antiseptik, seperti heksaklorofen, dapat dipergunakan pada kulit

    bayi baru lahir untuk menghilangkan pembentukan koloni stafilokokus, tetapi sifat

    toksisitasnya membuat antiseptik ini tidak digunakan secara luas (Jawetz et al,1996).

    MORFOLOGI dan STRUKTUR

    Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada manusia.

    Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya

    penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses.

    Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia yang

    fatal. Kecuali impetigo, umumnya kuman ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik

    bukan epidemic (Arif et al, 2000).

    Page | 43

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    44/56

    MORFOLOGI dan IDENTIFIKASI

    Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak teratur mungkin

    sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman anatara 0,8-1,0 mikron. Pada sediaan

    langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan, menggerombol, dan

    bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya

    ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat, sedangkan dari pembenihan

    kalbu biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek (Arif et al, 2000).

    Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan positif Gram. Hanya kadang- kadang

    yang negatif Gram dapat ditemukan pada bagian tengah gerombolan kuman, pada kuman

    yang telah difagositosis dan pada biakan tua yang hampir mati (Arif et al, 2000).

    PERTUMBUHAN dan PEMBENIHAN

    Jenis-jenis Staphylococcus di laboratorium tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa

    pada suhu 37oC. Batas-batas suhu untuk pertumbuhannya ialah 15oC dan 40oC, sedangkan

    suhu pertumbuhan optimum ialah 35oC. Pertumbuhan terbaik dan khas ialah pada suasana

    aerob; kuman ini pun bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya

    mengandung hidrogen dan pH optimum untuk pertumbuhannya ialah 7,4. Pada lempeng agar,

    koloninya berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat, dan

    konsistensinya lunak. Warna khas ialah kuning keemasan, hanya intensitas warnanya dapat

    bervariasi. Pada lempeng agar darah umumnya koloni lebih besar dan pada varietas tertentu

    koloninya dikelilingi oleh zona hemolisis. Untuk mengasingkan kuman dari tinja,

    dipergunakan lempeng agar yang mengandung NaCl sampai 10% sebagai penghambat

    terhadap kuman jenis lain dan manitol untuk dapat mengetahui patogenitasnya (Arif et al,

    2000).

    Koloni yang masih sangat muda tidak berwarna, tetapi dalam pertumbuhannya

    berbentuk pigmen yang larut dalam alkohol, eter, khloroform, dan benzol. Pigmen ini

    termasuk dalam golongan lipokhrom dan akan tetap dalam koloni, tidak meresap ke dalam

    pembenihan, tetapi larut dalam eksudat jaringan sehingga nanah berwarna sedikit kuning

    keemasan yang dapat merupakan petunjuk tentang adanya infeksi oleh kuman ini. Atas dasar

    pigmen yang dibuatnya, Stafilokokus dibagi dalam beberapa spesies. Yang berwarna kuning

    keemasan dinamakan Staphylococcus aureus, yang putih Staphylococcus albus dan yang

    kuning dinamakan Staphylococcus citreus. Dalam suasana anaerob pada lempeng agar biasa

    Page | 44

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    45/56

    pada suhu 37oC tidak dibentuk pigmen, pada lempeng agar darah pada suhu 37oC

    pembentukan pigmennya kurang subur. Tetapi bila koloni tersebut dipindahkan pada agar

    biasa atau pembenihan Loeffler, dieram pada suhu kamar, maka pembentukan pigmennya

    sangat baik. Virulensi ada hubungannnya dengan kemampuannya membentuk koagulosa

    tetapi tidak bertalian dengan warna koloni (Arif et al, 2000).

    DAYA TAHAN KUMAN

    Di antara semua kuman yang tidak membentuk spora, makaStaphylococcus aureus termasuk

    jenis kuman yang paling kuat daya tahannya. Pada agar miring dapat tetap hidup sampai

    berbulan-bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam keadaan kering pada

    benang, kertas, kain, dan dalam nanah dapat tetap hidup selama 6-14 minggu (Arif et al,

    2000).

    Dalam berbagai zat kimia daya tahannya adalah sebagai berikut :

    Tinc. jodii 2%................................ ............... 1 menit

    H2O2 3% 3 menit

    HgCl2 1%................................ ...................... 10 menit

    Fenol 2%................................ ...................... 15 menit

    Alkohol 50-70%................................ ........... 1 jam

    Suatu jenis Staphylococcus aureus yang tahan selama 5 menit tetapi mati dalam

    waktu 10 menit dalam fenol 1/90, oleh Food and Drug Administration (FDA) USA, dipakai

    sebagai kuman tes standar untuk menilai antiseptikum lainnya, di dalam tes Fenol Koefisien

    (Arif et al, 2000).

    STRUKTUR ANTIGEN

    Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik.

    Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan juga bersifat antigenik

    (Arif et al, 2000).

    Page | 45

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    46/56

    Polisakarida yang ditemukan pada jenis virulen disebut polisakarida A, dan yang

    ditemukan pada jenis yang tidak patogen disebut polisakarida B. Polisakarida A merupakan

    komponen dinding sel yang dapat dipindahkan dengan memakai asam kompleks

    peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat fagositose. Bakteriofage terutama

    menyerang bagian ini (Arif et al, 2000).

    Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, kedua-duanya bersama-

    sama membentuk dinding sel kuman (Arif et al, 2000).

    METABOLIT KUMAN

    Staphylococcus aureus membuat 3 macam metabolisme, yaitu metabolit yang bersifat :

    1. Nontoksin

    2. Eksotoksin

    3. Enterotoksin

    METABOLIT NON TOKSIN

    Yang termasuk metabolit nontoksin ialah antigen permukaan, koagulasa,

    hialuronidasa, fibrinolisin, gelatinasa, proteasa, lipasa, tributirinasa, fosfatasa dan katalasa.

    a. Antigen permukaan

    Antigen ini berfungsi antara lain mencegah serangan oleh faga, mencegah reaksi koagulosa

    dan mencegah fagositosis.

    b. Koagulasa (Stafilokoagulosa)

    Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat karena faktor koagulasa-

    reaktif di dalam serum. Faktor ini bereaksi dengan koagulasa dan menghasilkan suatu

    esterase yang dapat membangkitkan penggumpalan, sehingga terjadi deposit fibrin pada

    permukaan sel kuman yang dapat menghambat fagositosis.

    c. Hialuronidasa

    Enzim ini tertuma dihasilkan oleh jenis koagulasa positif. Penyebaran kuman dipermudah

    dengan adanya enzim ini, oleh karena itu enzim ini juga disebut sebagai spreading factor.

    Page | 46

  • 8/6/2019 Tutorial a Blok 7 2011 Kelompok 5

    47/56

    d.Stafilokokus atau fibrinolisin

    Enzim ini dapat melisiskan bekuan darah dalam pembuluh darah yang sedang meradang,

    sehingga bagian-bagian dari bekuan yang penuh kuman terlepas dan menyebabkan terjadinya

    lesi metastatik di lain tempat.

    e.Gelatinasa dan proteasa

    Gelatinasa adalah suatu enzim yang dapat mencairkan gelatin. Protease dapat melunakkan

    serum yang telah diinspirasikan (diuapkan airnya) dan menyebabkan nekrosis jaringan

    termasuk jaringan tulang.

    f.Lipasa dan tributirinasa

    Lipasa terutama dihasilkan oleh jenis koagulasa positif, tetapi tidak mempunyai peranan yang

    khas. Tributirinasa atau egg-yolk factor merupakan suatu lipase like enzyme yang

    menyebabkan terbentuknya fatty droplets dalam suatu pembenihan kaldu yang mengandung