14
Batuk Berdahak pada Anak Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor  batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik. Bila rangsangan  pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan timb ul batuk  berulang, sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan meny ebabkan  batuk kronik. Anatomi refleks batuk telah diketahui secara rinci. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lok asi reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang tel inga tengah,  pleura, dan gaster. Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak mempunyai resptor  batuk.  Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan, kimia!i (gas yang merangsang, atau secara termal (udara dingin. "ereka  juga bisa terangsang oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan lain#lain, juga oleh bronkokonstriksi. Batuk terjadi akibat adanya rangsangan pada reseptor batuk, reseptor tersebut berada di dalam dan di luar rongga thora$, dimana merupakan serabut syaraf tak bermielin, terdapat antara lain pada, bronkus, karina, trakea, laring, juga ada pada telinga, snus paranasalis, pericardial, dan diagfragma. Reflek batuk yang ada tersebut kemudian disalurkan ke medulla oblongata oleh beberapa ner%us, yaitu ner%us %agus yang melanjutkan rangsang dari bronkus, trakea dan telinga. &er%us glossofaringeus melanjutkan rangsang dari faring, ner%us trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, ner%us phrenikus meyalurkan dari perikardium dan diagframa. 'emua rangsang tersebut kemudian menuju pusat pernapasan

Sken 2 Pediatri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 1/14

Batuk Berdahak pada Anak 

Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak

sistem organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor

 batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk

tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls

diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik. Bila rangsangan

 pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk

 berulang, sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan menyebabkan

 batuk kronik.

Anatomi refleks batuk telah diketahui secara rinci. Reseptor batuk

terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan

sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di gaster. Lokasi

utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina, dan bronkus

mayor. Lokasi reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang telinga tengah,

 pleura, dan gaster. Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus

respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak mempunyai resptor

 batuk. Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan,

kimia!i (gas yang merangsang, atau secara termal (udara dingin. "ereka

 juga bisa terangsang oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin,

leukotrien dan lain#lain, juga oleh bronkokonstriksi.

Batuk terjadi akibat adanya rangsangan pada reseptor batuk, reseptor

tersebut berada di dalam dan di luar rongga thora$, dimana merupakan

serabut syaraf tak bermielin, terdapat antara lain pada, bronkus, karina,

trakea, laring, juga ada pada telinga, snus paranasalis, pericardial, dan

diagfragma. Reflek batuk yang ada tersebut kemudian disalurkan ke medulla

oblongata oleh beberapa ner%us, yaitu ner%us %agus yang melanjutkan

rangsang dari bronkus, trakea dan telinga. &er%us glossofaringeus

melanjutkan rangsang dari faring, ner%us trigeminus menyalurkan rangsang

dari sinus paranasalis, ner%us phrenikus meyalurkan dari perikardium dan

diagframa. 'emua rangsang tersebut kemudian menuju pusat pernapasan

Page 2: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 2/14

 berupa nukleus retroambigualis, dan pusat motorik laring dan faring di

nukleus ambigualis.

Page 3: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 3/14

Demam Naik Turun

Demam merupakan peningkatan suhu tubuh akibat adanya peningkatan

set point di hipotalamus. Adanya at asing seperti infeksi bakteri atau %irus

 bisa menyebabkan demam karena adanya endotoksin dari at asing tersebut

merangsang sel )"& untuk menghasilkan pirogen endogen yaitu *L#+, *L#,

atau -&. Demam juga dapat diakibatkan oleh berbagai jenis penyakit

inflamasi, trauma, atau kompleks antigen antibody yang dapat menginduksi

*L/+, *L#, -& yang merangsang hipotalamus untuk meningkatkan set point

ke le%el demam.

)irogen endogen bekerja di hipotalamus dengan bantuan

siklooksigenase 0 (123#0 membentuk prostaglandin 40. 5al ini

menyebabkan peningkatan le%el prostaglandin 40 dari jaringan hipotalamus

anterior dan %entrikel 6 dimana konsentrasi tertinggi berada di sekitar organ

%asculosum lamina terminalis yang jaringan kapilernya meluas ke sekeliling

 pusat termoregulasi hipotalamus. *nteraksi pirogen dengan endhotelium

 pembuluh darah circum%entricular hipotalamus adalah langkah a!al

meningkatkan set point ke le%el demam. 'itokin pirogenik seperti *L#+, *L#,

dan -& dilepaskan dari sel dan memasuki sirkulasi sistemik menginduksi

sintesis )74 0 untuk mencetuskan demam, sitokin pirogenik juga

menginduksi pembentukan )740 di jaringan perifer. )740 di perifer dapat

 berkomunikasi dengan otak secara tidak langsung untuk meningktakan set

 point hipotalamus melalui beberapa cara, diantaranya dengan menstimulasi

serabut saraf otonom dan melalui rute %agal yang merupakan cara terbaik.

)eningkatan )74 0 di perifer juga menyebakan myalgia non spesifik danartralgia yang sering menyebkan demam.

Demam memiliki tiga fase klinis yaitu menggigil, febris, dan

kemerahan. )ada fase menggigil, temperature inti tubuh naik menjangkau set

 point suhu baru dengan %asokontriksi perifer melalui mengurangi

 pengeluaran panas dan peningkatan akti%itas otot untuk meningkatkan

 produksi panas. )ada fase febris terjadi keseimbanagn antara produksi dan

kehilangan panas pada set point yang meningkat. 8ulit teraba hangat,

kemerahan, dan kering. 8etika set point kembali normal, tubuh

Page 4: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 4/14

mempersipkan dirinya menjadi terlalu panas, sehingga mekanisme

mengurangi panas dimulai melalui %asodilatasi perifer dan berkeringat.

Page 5: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 5/14

Retraksi Dinding Dada

Retraksi merupakan penarikan dinding dada kearah dalam saat bernafas

disertai dengan peningkatan frekuensi nafas. )ada anak# anak lokasi

terjadinya retraksi menentukan lokasi terjadinya serta beratnya kelainan.

Retraksi subcostal dan substernal biasanya terkait dengan kelainan saluran

nafas ba!ah. Retraksi suprasternal menunjukkan kelainan saluran nafas atas.

Retraksi intercostals ssendiri menunjukkan keadaan yang fisiologis. Retraksi

intercostral ditambah dengan retraksi pada subcostal serta substernal

mengindikasikan kelainan respirasi yang sedang. 'edangkan jika keemmpat

 bagian yaitu substernal, suprasternal, subcostal, serta intercostals mengalami

retraksi menunjukkan kelainan respirasi sangat berat.

)ada pemeriksaan inspeksi sering dilihat adanya tanda retraksi pada

dinding dada,retraksi ini timbul karena tekanan intrapleura yang semakin

negatif selama inspirasi tubuh berupaya mela!an resistensi paru yang

tinggi pada jalan nafas usaha ini akan menyebabkan tertariknya jaringan

ikat subkostal dan interkostal ,fossa subcla%ia dan suprasternal.

Page 6: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 6/14

CROUP (Laringotrakeobronkitis Akut)

A. Definisi

'indrom croup, adalah sindrom klinis yang ditandai dengan suara serak,

 batuk menggonggong, stridor inspirasi, dengan atau tanpa adanya stres

 pernapasan. )enyakit ini sering terjadi pada anak. 'ifat penyakit ini adalah

self#limited, tetapi kadang#kadang cenderung menjadi berat bahkan fatal.

B. 4tiologi

'indrom croup atau laringotrakeobronkitis akut disebabkan oleh %irus

yang menyerang saluran respiratori atas. )enyakit ini menimbulkan obstruksi

saluran respiratori, mulai dari obstruksi ringan hingga berat. 9irus penyebab

tersering sindrom croup (sekitar :; kasus adalah Human Parainfluenza

Virus type I  (5)*9#+, 5)*9#0,6, dan <, Virus Influenza A dan B, Adenovirus, 

 Respiratory Syncytial Virus (R'9, dan %irus campak. "eskipun jarang,

 pernah juga ditemukan Mycoplasma penumonia.

1. )atogenesis

*nfeksi dimulai dari nasofaring dan menyebar ke epitel trakea dan

laring. )eradangan difus, eritema, dan edema yang terjadi pada dinding trakea

menyebabkan terganggunya mobilitas pita suara serta area subglotis

mengalami iritasi. 5al ini menyebabkan suara pasien menjadi serak (parau.

Aliran udara yang mele!ati saluran respiratori#atas mengalami turbulensi

sehingga menimbulkan stridor, diikuti dengan retraksi dinding dada (selama

inspirasi. )ergerakan dinding dada dan abdomen yang tidak teratur

menyebabkan pasien kelelahan serta mengalami hipoksia dan hiperkapnea.

)ada keadaan ini dapat terjadi gagal napas atau bahkan henti napas.

D. "anifestasi klinis

"anifestasi klinis biasanya didahului dengan demam yang tidak begitutinggi selam +0#=0 jam, hidung berair, nyeri menelan, dan batuk ringan.

8ondisi ini akan berkembang menjadi batuk nyaring, suara menjadi parau dan

kasar. 7ejala sistemik yang menyertai seperti demam dan malaise. Bila

keadaan berat dapat terjadi sesak napas, stridor inspiratorik yang berat,

retraksi, dan anak tampak gelisah, serta akan bertambah berat pada malam

hari. 7ejala puncak terjadi pada 0< jam pertama hingga <> jam. Biasanya

 perbaikan akan tampak dalam !aktu satu minggu. Anak akan sering

Page 7: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 7/14

menangis, re!el, dan akan merasa nyaman jika duduk di tempat tidur atau

digendong.

4. Diagnosis

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. )ada

 pemeriksaan fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan faring,

dan frekuensi napas yang sedikit meningkat. 8ondisi pasien ber%ariasi sesuai

dengan derajat stres pernapasan yang diderita.

)emeriksaan langsung area laring pada pasien croup tidak terlalu

diperlukan. Akan tetapi, bila diduga terdapat epiglotitis (serangan akut, ga!at

napas?respiratory distress, disfagia, drooling , maka pemeriksaan tersebut

sangat diperlukan.

. -ata Laksana

Page 8: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 8/14

Membaik

Dipulangkan bila tidak ada stridor saat istirahat

Edukasi orang tua pasien

 Tidak membaik

Evaluasiulang

Rawat

Hubungikonsulen

Evaluasi diagnosis

wat/observasi di IGD

angi pemberian kortikosteroid oral/1 !amukasi ortu pasien

diakan pen!elasan tertulis untuk dokter umum #ang akan $ollow up

%ebulisasi adrenalin &dosis sama' dan kortikosteroid sistemik &

(ersiapkan pela#anan untuk tindakan darurat

(ertimbangkan intubasi

Evaluasi diagnosis

"ebagian

)roup dera!at ringan

*atuk menggonggong

 Tanpa retraksi dada

 Tanpa sianosis

)roup dera!at sedang

"tridor saat istirahat

 Terdapat retraksi dinding dada minimal

Mampu berinteraksi

)roup dera!at berat

"tridor menetap saat istirahat

 Trakeal tug dan retraksi dinding dada terlihat !e

+patis dan gelisah

(ulsus paradoksus

ang tua

gkan kortikosteroid dosis tunggal &oral'

mampuan orang tua dan kemampuan dalam men#ediakan transport

DI(U,+%G-+%

metason .10.2. mg/kg atau (rednison 1 mg/kg &oral' atau nebulisasi *udesonide mg !ika kortikoste

3*"ER4+"I 5 6 7+M

Minimal handling

3 6 lpm dan nebulisasi adrenalin dan kortikosteroid sistemik &dosis sama

Intubasi

R+9+T R"

(erbaikan

CROUP

Diagnosis banding

+spirasi benda asing

+bnormalitas kongenital

Epiglotitis

3bstruksi !alan napas #ang mengan8am !iwa"ianosis

(enurunan kesadaran

 TID+- :+

3 1..; dengan sungkup muka dan nebulisasi adrenalin &0ml' 1<1...

Intubasi anak sesegera mungkin oleh seorang #ang berpengalaman

Hubungi pusat ru!ukan pela#anan kesehatan anak

Page 9: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 9/14

Bronkitis

A. )atofisiologi

 Mucosiliar clearance merupakan mekanisme pertahanan yang penting

yang melindungi paru#paru dari efek berbahaya dari polutan yang dihirup,

alergen, dan patogen. Disfungsi mukosiliar adalah fitur umum dari penyakit

saluran napas kronis.

Aparatus mukosiliar terdiri dari 6 kompartemen fungsional@ silia,

lapisan lendir pelindung, dan airway surface liquid  (A'L lapisan saluran

napas, yang bekerja sama untuk menghilangkan partikel inhalasi dari paru#

 paru. Data studi telah mengidentifikasi peran penting untuk A'L dehidrasidalam patogenesis disfungsi mukosiliar dan penyakit saluran napas kronis.

Deplesi A'L mengakibatkan berkurangnya clearance mukus dan histologis

tanda#tanda penyakit saluran napas kronis, termasuk obstruksi mukosa,

hiperplasia sel goblet, dan kronis infiltrasi sel inflamasi. 5e!an studi

mengalami penurunan iin bakteri dan kematian paru tinggi sebagai hasilnya.

)eran paparan iritan, terutama asap rokok dan udara partikulat, dalam

 berulang (serak bronkitis dan asma menjadi lebih jelas. 8reindler et al

menunjukkan bah!a fenotipe transportasi ion sel epitel manusia normal

 bronkus terkena ekstrak asap rokok adalah mirip dengan cystic fibrosis epitel,

dimana sodium diserap dari proporsi klorida sekresi dalam pengaturan

 peningkatan produksi lendir. -emuan ini menunjukkan bah!a efek negatif

dari asap rokok pada clearance mukosiliar dapat dimediasi melalui perubahan

dalam transportasi ion.

B. 4tiologi

9irus merupakan penyebab tersering. 'ebagai contoh Rinovirus,

 Respiratory sintyval virus (R'9, virus influensa, para influensa, Adenovirus,

dan !o"sac#ie virus. Bronkitis akut selalu terdapat pada anak yang menderita

morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumonea. Belum ada bukti yang

menunjukkan baha!a penyakit ini disebabkan bakteri. Di lingkungan sosio

ekonimi buruk biasanya terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.

1. 7ejala 8linis

Biasanya dimulai ole tanda tanda infeksi saluran napas atas oleh %irus.

Batuk mula mula kering, setelah dua tiga hari menjadi berdahak dan

Page 10: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 10/14

terdengar suara lendir. Dahak mukoid kental sering tidak keliatan karena

tertelan. Dahak mungkin kental dan kuning, tetapi tidak berarti adanya infeksi

 bakteri sekunder. Anak mula mula tidak napas dan pada anak besar mengeluh

rasa sakit retrosternal. Beberapa hari pertama tidak timbul kelainan pada

 pemeriksaaan dada, tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara

napas kasar.

Batuk kemudian hilang selama satu dua minggu. Bila dalam dua

minggu selanjutnya masih tetap batuk, mungkin ada kolaps paru segmental

atau infeksi bakteri sekunder.

"engi (weezing  dapat terjadi pada penderita bronkitis, akibat bronkitis atau terdapat kemungkinan terjadinya asma.

D. )enatalaksanaan

Berhubungan penyebab adalah %irus, maka pengobatan kausal belum

ada yang perlu diberikan. Antibiotik tidak ada gunanya. -api bila batuk terjadi

selama 0 minggu atau lebih maka bisa diberikan antibiotik untuk membunuh

 bakteri sekunder itu misalnya amoksisilin, kotrimoksasol, dan golongan

makrolid.

Page 11: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 11/14

Bronkiolitis

A. Definisi

Bronkiolitis adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut#ba!ah

yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi

tersebut disebabkan oleh %irus. 'ecara klinis ditandai dengan episode pertama

weezing pada bayi yang didahului dengan gejala infeksi saluran pernafasan

akut.

B. 4tiologi

'ekitar ; dari kasus#kasus tersebut secara serologis terbukti

disebabkan oleh in%asi Respiratory sintyval virus (R'9. 2renstein

menyebutkan pula beberapa penyebab lain seperti Adenovirus, %irus

influena, %irus parainfluena, Rinovirus, dan mikoplasma, tetapi belum ada

 bukti kuat bah!a bronkiolitis disebabkan oleh bakteri.

1. )atofisiologi

*nfeksi %irus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respon

inflamasi akut, ditandai dengan onstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi

mukus, timbunan debris seluler?sel#sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti

dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa. 8arena tahanan

aliran udara berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran

respiratori, maka sedikit saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan

aliran udara yang besar, terutama pada bayi yang memiliki penampang

saluran respiratori kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama fase

inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil

selama ekspirasi, maka akan terjadi air trapping dan hiperinflasi. Atelektasis

dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi total dan udara yang terjebak

diabsorbsi.

)roses patologis ini akan mengganggu pertukaran gas normal di paru.

)enurunan kerja %entilasi paru akan menyebabkan ketidakseimbangan

%entilasi#perfusi (ventilation$perfusion mismatcing , yang berikutnya akan

menyebabkan terjadinya hipoksemia dan kemudian terjadi hipoksia jaringan.

Retensi karbondioksida (hiperkapnea tidak selalu terjadi, kecuali pada

 beberapa pasien. 'emakin tinggi laju respiratori, maka semakin rendah

tekanan oksigen arteri. 8erja pernapasan akan meningkat selama end$

Page 12: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 12/14

e"piratory lung volume meningkat dan compliance paru menurun.

5iperkapnea biasanya baru terjadi bisa respirasi mencapai :$?menit.

)emulihan sel epitel paru tampak setelah 6#< hari, tetapi silia akan

diganti setelah dua minggu. Caringan mati (debris akan dibersihkan oleh

makrofag.

Page 13: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 13/14

Datar Pustaka

Bronkiolitis, Buku Ajar Respirologi Anak. 4disi )ertama. Badan )enerbit *DA*@

0::>. p 666#6<

!roup (Laringotrakeobronkitis akut, Buku Ajar Respirologi Anak. 4disi )ertama.

Badan )enerbit *DA*@ 0::>. p 60:#60>

Dapus sisan!a" aku ba#a dari laporan kakak tingkat hehe$ %ilahkan mau

dimasukkan atau engga$

+kib += Asma pada Anak. "ari (ediatri ..> 6> ?@@=

+non#mous= D#spnea< How to +ssess and (alliate D#spnea &+ir

Hunger'= ..A= Diunduh dari<

http<//summit=stan$ord=edu/p8n/M.?BD#spnea/pathoph#s=html=

akses pada tanggal 1 Maret .10=

*ehrman= 1CCC= NELSON: IlmuKesehatan Anak = 7akarta< EG)=

Edd# 9idodo= ..2= Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosis dan Tata

Laksana Pendidikan Kedokteran erkelan!utan. 7akarta< ID+I 7a#a.

Hassan R= Husein += 1CC@= uku A!ar Ilmu Kesehatan Anak. 7akarta<

(enerbit - UI=

Malmstrom - "orva R "ilvasti M= Appli"ation and e#"a"$ o% the

multidose po&der inhaler' eas$haler' in "hildren&ith asthma. 

(ediatr +llerg# Immunol 1CCC> 1.<AA?.=

Manning H, "8hwartstein RM Epstein H Feditor= (athoph#siolog# o$

D#spnea= % Engl 7 Med 1CC0> 222<106?1002=

Mark (= *owes (h=D and $riends= ..= Appropriate (se o% )ommon

OT) Analgesi"s and )ough and )old *edi"ations' *onographNo.+= +meri8an +8adem# o$ amil# (h#si8ian=

Matondang )= 9ahdi#at I= "astroasmoro "= ..2= Diagnosis ,isik

 pada Anak. 7akarta< "agung "eto=

"ari (ediatri 4ol= A %o= "eptember ..6< A6?.= *atuk -ronik pada

+nak < masalah dan tatalaksana

"herwood, &..@'= Human ph#siolog# < rom 8ells to s#stems ?th

edition= (hiladelphia < ,ippin8ott 9illiams and 9ilkins=

Page 14: Sken 2 Pediatri

8/19/2019 Sken 2 Pediatri

http://slidepdf.com/reader/full/sken-2-pediatri 14/14

"upri#atno *= %ataprawira H= Terapi Inhalasi pada +sma +nak= "ari

(ediatri ..> 6<A??2=

 T %ishino= D#spnoea< Underl#ing Me8hanisms and Treatment<

Me8hanisms o$ D#spnoea= *r 7 +naesth= .11>1.A&6'<6A26?6=