Responsi Sirosis Hepatis

  • Upload
    vimal

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    1/31

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit hati masih cukup tinggi ditemukan di Indonesia. Salah satu pola penyakit

    hati yang sering ditemukan di rumah sakit adalah sirosis hati. Sirosis adalah suatu

    keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang

     berlangsung secara progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar 

    dan pembentukan nodul regeneratif, memicu terjadinya perubahan fungsi hepar 

    dan aliran darah. Perkembangan penyakit hati menjadi sirosis dapat terjadi dalam

    hitungan minggu bahkan tahun.1,2,3

    Berdasarkan hepatis mencapai data !" tahun 2##$, pre%alensi sirosis

    hepatis di dunia menduduki peringkat ke&1' penyebab kematian dengan estimasi

     jumlah kematian sebesar '##.### kasus.$,(  )i *merika Serikat, sirosis hepatis

    menduduki peringkat ke&+ penyebab kematian terbanyak dan bertanggung jaab

    terhadap 1,2- kasus kematian di *merika Serikat dengan jumlah kematian tiap

    tahunnya sekitar 3(.### kasus. )i Indonesia, pre%alensi sirosis 13,+ per 1##.###

     penduduk. )iperkirakan $#&(#- kasus sirosis hepatis di Indonesia disebabkan

    oleh %irus !epatitis B, 3#&$#- disebabkan oleh %irus !epatitis /, dan sisanya

    tidak diketahui. 0rekuensi alkohol sebagai penyebab sirosis hepatis di Indonesia

    sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan frekuensi di negara barat.$,(

    ebih dari $#- penderita sirosis hepatis sering tidak bergejala atau

    asimptomatis dan baru diketahui tanpa sengaja melalui pemeriksaan rutin atau

    akibat keluhan penyakit lain. mumnya orang dengan sirosis hepatis akan

    menunjukkan gejala terkait penurunan fungsi sintetik hepar, penurunan

    kemampuan detoksifikasi hepar, dan adanya gejala hipertensi portal. ejala

    subjektif lain yang juga sering dikeluhkan antara lain4 lelah, penurunan nafsu

    makan, penurunan berat badan, kaki bengkak, dan kuning.2,  Penatalaksanaan

    sirosis hepatis cenderung bersifat suportif. 5erapi ditujukan untuk mengurangi

     progresi penyakit, meminimalkan gejala, serta pencegahan dan penanganan

    komplikasi akut dan kronik.$,( 5ransplantasi hati dipertimbangkan sebagai terapi

    definitif pada penyakit li%er terdekompensasi seperti enchepalopati, koagulopati,

    dan hipoalbuminemia, serta pada kasus sirosis hati dengan komplikasi.2

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    2/31

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Hepa

    2.1.1 Anatomi !epa

    !epar 6hati7 merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. !epar pada

    manusia terletak pada bagian atas ca%um abdominis, di baah diafragma, di

    kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan.

    Beratnya 12## 8 1## gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di baah

    diafragma, permukaan baah terletak bersentuhan di atas organ&organ abdomen.9 

    !epar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh

     peritoneum kecuali di daerah posterior&superior yang berdekatan dengan %ena

    ca%a inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang

    tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area. 5erdapat refleksi peritoneum dari

    dinding abdomen anterior, diafragma dan organ&organ abdomen ke hepar berupa

    ligamen. :acam&macam ligamen49

    1. igamentum falciformis, menghubungkan hepar ke dinding anterior 

    abdomen dan terletak di antara umbilicus dan diafragma.

    2. igamentum teres hepatis;round ligament merupakan bagian baah

    ligamentum falciformis dan sisa&sisa peninggalan %ena umbilicalis yang

    telah menetap.

    3. igamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis merupakan

     bagian dari omentum minus yang terbentang dari cur%atura minor 

    lambung dan duodenum sebelah proksimal ke hepar. )i dalam ligamentum

    ini terdapat *a.hepatica, %.porta dan ductus choledocus communis.igamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari 0oramen

    islo.

    $. igamentum /oronaria *nterior kiri kanan dan igamentum coronaria

     posterior kiri kanan merupakan refleksi peritoneum terbentang dari

    diafragma ke hepar.

    (. igamentum triangularis kiri kanan merupakan fusi dari ligamentum

    coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    3/31

    3

    Secara anatomis, organ hepar terletak di hipokondrium kanan dan

    epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. !epar dikelilingi oleh ca%um

    toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi 6bila teraba berarti ada

     pembesaran hepar7. Permukaan lobus kanan dapat mencapai sela iga $; ( tepat di

     baah aerola mammae. igamentum falciformis membagi hepar secara

    topografis  bukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.9

    Se"aa #i$os$opis

    !epar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan

    elastis yg disebut

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    4/31

    4

    2.1.2 Fisiologi !epa

    !ati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi

    tubuh sebanyak 2#- serta menggunakan 2# 8 2(- oksigen darah. *da beberapa

    fungsi hati yaitu 49,'

    1.   0ungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat

    Pembentukan, perubahan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein

    saling berkaitan satu sama lain. !ati mengubah pentosa dan heksosa yang

    diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut

    glikogenesis. likogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan

    memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi

    glukosa disebut glikogenolisis.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    5/31

    5

    d. Interkon%ersi beragam asam amino dan sintesis senyaa lain dari asam

    amino.

    (. 0ungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah

    !ati merupakan organ penting bagi sintesis protein&protein yang berkaitan

    dengan koagulasi darah, misalnya4 membentuk fibrinogen, protrombin,

    globulin akselelator, faktor >II, dan beberapa faktor koagulasi penting

    lainnya. >itamin < dibutuhkan oleh proses metabolism hati, untuk 

    membentuk protrombin dan faktor >II, I?, dan ?.

    . 0ungsi hati sebagai metabolisme %itamin

    Semua %itamin disimpan di dalam hati khususnya %itamin *, ), @, dan

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    6/31

    6

    Sirosis hepatis pada akhirnya akan menganggu sirkulasi darah intrahepatik,

    anatomi pembuluh darah besar, dan seluruh sistem arsitektur hati, serta pada fase

    lanjut dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap.2,+,1#

    Sirosis hepatis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. Berdasarkan

    etiologi, sirosis dapat dibedakan menjadi sirosis karena hepatitis kronis, sirosis

    alkoholik, sirosis karena penyakit metabolik, dan lainnya. Berdasarkn morfologi,

    sirosis dapat dibedakan menjadi sirosis mikronoduler dengan penampakan septal

    tebal, seragam dengan nodul kecil C 3 mm dan sirosis makronoduler dengan

     penampakan septal yang ber%ariasi, lebih lebar, dan ukuran nodul yang ber%ariasi

    3&( mm.+,1#  Secara klinis, sirosis hepatis dibedakan menjadi sirosis hepatis

    kompensata, dimana penderita belum menunjukkan gejala dan tanda sirosis yangnyata serta sirosis dekompensata, dimana penderita menunjukkan gejala dan tanda

    klinis yang jelas.+

    2.% Epidemiologi

    )ata !" tahun 2##$ menunjukkan pre%alensi sirosis hepatis di dunia

    menduduki peringkat ke&1' penyebab kematian dengan estimasi jumlah kematian

    sebesar '##.### kasus.$,( )i *merika Serikat, sirosis hepatis menduduki peringkat

    ke&+ penyebab kematian terbanyak dan bertanggung jaab terhadap 1,2- kasus

    kematian di *merika Serikat dengan jumlah kematian tiap tahunnya sekitar 

    3(.### kasus.  )i Indonesia dikatakan pre%alensi sirosis 13,+ per 1##.###

     penduduk.$,( Sirosis hepatis lebih banyak dijumpai pada kelompok laki&laki

    dibandingkan kelompok perempuan dengan rasio berkisar 1.41. Bila dilihat dari

    keoompok umur, rerata sirosis hepatis ditemukan pada kelompok usia 3#&# tahun

    dengan puncaknya pada umur $#&$+ tahun.+

    2.& Etiologi

    )i negara barat, seperti *merika Serikat, penyebab sirosis hepatis tersering akibat

    alkoholik.  Sementara di Indonesia, frekuensi alkoholik jauh lebih kecil.

    )iperkirakan $#&(#- kasus sirosis hepatis di Indonesia disebabkan oleh %irus

    !epatitis B, 3#&$#- disebabkan oleh %irus !epatitis /, dan 1#&2#- tidak 

    diketahui.$,( Beberapa penyebab sirosis hepatis, antara lain4

    1. >irus !epatitis 6B, /, dan )7

    2. *lkoholik 6alcoholic liver disease7

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    7/31

    7

    3. :etabolik, misalnya hemokromatosis, penyakit ilson, non-alcoholic

     steatohepatitis 6D*S!7, dan lainnya

    $.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    8/31

    8

    menghasilkan lipid peroksidase selama terjadinya injury yang memicu sel&sel

    stellata terakti%asi.2

    *kti%asi sel&sel stellata secara konseptual dapat dilihat dalam dua proses,

    yaitu fase inisiasi dan fase perpetuasi. Pada fase inisiasi terjadi perubahan ekspresi

    gen dan fenotip yang mengubah respon sel terhadap sitokin lain dan stimulus.

    Stress oksidan mungkin meruoakan determinan aal terjadinya akti%asi sel&sel

    stellata. Setelah fase inisiasi, sel&sel stellata terakti%asi akan mengalami

    serangkaian perubahan fenotif yang memicu terjadinya akumulasi matriks

    ekstraseluler. Perpetuasi ini meliputi adanya proliferasi lokal pada sel&sel stellata

    yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel&sel stellata pada hepar.

    Proliferasi ini kemudian diikuti oleh kontraksi oleh sel&sel stellata yang memicu

    terjadinya resistensi portal yang memicu adanya hipertensi portal. Selain itu,

     proses ini juga diikuti oleh adanya fibrogenesis dan bila hal ini terjadi terus&

    menerus, maka seluruh jaringan hepar normal akan digantikan oleh jaringan ikat.2

    2.) Diagnosis

    Pada stadium aal atau pada sirosis kompensata, seringkali penderita sirosis

    hepatis tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis yang jelas, sehingga kadang

    sirosis hepatis tidak sengaja ditemukan melalui pemeriksaan kesehatan rutin atau

    karena penyakit lain yang kebetulan juga dilakukan pemeriksaan faal hepar.

    )iagnosis sirosis hepatis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan

    klinis yang cermat dan dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

    laboratorium, pencitraan, serologi, dan pemeriksaan lainnya. )iagnosis pasti

    sirosis hepatis dapat ditegakkan dengan dilakukannya biopsi hati. *kan tetapi,

     pada kasus sirosis hepatis dekompensata biopsi hati tidak mutlak perlu dilakukan.

    +

    2.).1 Anamnesis dan pemei$saan (isi$ 

    Pada anamnesis penderita sirosis hepatis, biasanya akan didapatkan keluhan&

    keluhan yang muncul akibat adanya kerusakan pada sel&sel hepar.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    9/31

    9

    rasa tidak enak pada bagian epigastrium, kembung, mual, kelemahan otot

    akibat kekurangan protein, sakit perut kanan bagian atas, berak hitam,

    kencing berarna seperti teh, ataupun muntah darah.+,1#

    2.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    10/31

    10

    mengalami peningkatan, dan ekskresi natrium menurun C 3 m@F;.

    Sedangkan pada feses dilakukan pemeriksaan benAidine.+,1#

    2. Pemeriksaan kimia darah

    Pada pemeriksaan kimia darah, biasanya didapatkan S"5 dan SP5

    meningkat tetapi peningkatan S"5 lebih tinggi dibandingkan SP5. Selain

    itu, terjadi pula peningkatan pada kadar bilirubin total, bilirubin indirek, dan

     bilirubin direkG peningkatan alkali phosphatase kurang lebih 2&3 kali dari

    normalG dan peningkatan globulin. Sebaliknya terjadi pula penurunan pada

    kadar albumin darah dan kadar elektrolit seperti natrium dan kalium.+,1#

    3. Pemeriksaan serologi

    Pemeriksaan serologi dilakukan khusus di Indonesia berupa pemeriksaan

    !Bs*g dan anti&!/> untuk menentukan kemungkinan etiologi sirosishepatis karena %irus.+,1#

    $. Pemeriksaan penunjang lain

    a. Pemeriksaan endoskopi atau barium meal dilakukan untuk mengetahui

    adanya kemungkinan %arises esofagus atau gastropati

     b. S;/5&scan abdomen untuk mengetahui ukuran, sudut, dan permukaan

    hepar, kondisi %ena portae, adanya splenomegali, ascites, serta skrining

    untuk adanya karsinoma hati pada penderita sirosis hepatis

    c. aparoskopi untuk melihat adanya gambaran makroskopi %isualisasi

    langsung hepar 

    d. Biopsi hati sebagai diagnosis pasti bila koagulasi memungkinkan.+,1#

    Ta*el 2. Penentuan )iagnosis Sirosis !epatis+

    Pemei$saan Hasil -ang #+ng$in Didapat

    =iayat penyakit;

    anamnesis

    & esu dan berat badan menurun

    & *noreksia & dispepsia

    & Dyeri perut

    & Bengkak  & Ikterus 6B*< coklat, mata kekuningan7

    & Perdarahan gusi

    & Perut membesar 

    & ibido menurun

    & Payudara membesar 6ginekomastia7

    & =ambut atau bulu ketiak;dada;pubis rontok 

    & *danya riayat mengonsumsi alkohol

    & =iayat kesehatan yang lalu, seperti pernah

    sakit kuning dan lainnya

    & =iayat muntah darah atau berak  

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    11/31

    11

    kehitaman seperti aspal

    Pemeriksaan fisik &

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    12/31

    12

    Peritonitis bakterial spontan merupakan komplikasi yang sering dijumpai

    yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa adanya bukti infeksi

    sekunder intraabdominal. Biasanya pasien tanpa gejala, namun dapat timbul

    demam dan nyeri abdomen.  PBS sering timbul pada pasien dengan cairan

    asites yang kandungan proteinnya rendah 6C 1 g;d7 yang juga memiliki

    kandungan komplemen yang rendah, yang pada akhirnya menyebabkan

    rendahnya akti%itas opsonisasi. PBS disebabkan oleh karena adanya

    translokasi bakteri menembus dinding usus dan juga oleh karena penyebaran

     bakteri secara hematogen. Bakteri penyebabnya antara lain  E. coli, S.

     pneumoniae, arises @sofagus

    Pada sirosis hepatis, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke

     jantung dari usus&usus dan meningkatkan tekanan %ena portal 6hipertensi

     portal7. ena&%ena yang paling

    umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah %ena&%ena yang

    melapisi bagian baah dari kerongkongan 6esophagus7 dan bagian atas dari

    lambung. Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan

     peningkatan tekanan yang diakibatkannya, %ena&%ena pada kerongkongan

    yang lebih baah dan lambung bagian atas mengembang dan mengalami

    %arises. ebih tinggi tekanan portal, lebih besar %arices dan lebih mungkin

    terjadi perdarahan dari %arises tersebut.,+ $. @nsepalopati !epatikum

    Beberapa protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan dan

     penyerapan digunakan oleh bakteri&bakteri yang secara normal hadir dalam

    usus.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    13/31

    13

    hati dimana mereka dikeluarkan dari darah dan didetoksifikasi.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    14/31

    14

     platelet&platelet 6partikel&partikel kecil yang penting uktuk pembekuan darah7

    yang lebih tua. )arah yang mengalir dari spleen bergabung dengan darah

    dalam %ena portal dari usus&usus.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    15/31

    15

    Pemberian antibiotik pada penderita sirosis hepatis mulai dilakukan bila

    kadan P:D cairan ascites H 2(# sel;mm3. Pilihan pertama yang diberikan

    adalah antibiotik golongan /ephalosporin generasi III seperti cefotaEime

    secara parenteral dengan dosis 2 E 2gram;hari selama minimal ( hari atau

    e%aluasi cairan ascites ulang. Pengobatan selanjutnya disesuaikan den%an

    hasil kultur dan tes sensiti%itas antibiotik cairan ascites. "bat pilihan lain

    yang dapat digunakan, antara lain4 ceftriaEone, kombinasi amoksisilin&asam

    kla%ulamat, dan cifrofloEacine. Sedangkan untuk profilaksis dapat diberikan

    norfloksasin $## mg;hari dalam jangka panjangG cifrofloEacine 9(#

    mg;1E;mingguG ataupun cotrimoksaAole 2E 2gram;(hari;minggu.,+

    3. >arises @sofagusPenderita sirosis hepatis dapat diberikan propanolol dengan tujuan

    menurunkan tekanan %ena portal melalui mekanisme %asokonstriksi. Sebagai

    usaha penghentian perdarahan %arises, dapat diberikan obat&obatan %asoaktif,

    seperti %asopressin atau somatostatin dan diterukan dengan tindakan ligas

    endoskopi. ntuk menstabilkan hemodinamis, pilihan cairan resusitasi berupa

    cairan kristaloid.+

    $. @nsefalopati !epatikum

    & Identifikasi faktor presipitasi

    & Pertahankan keseimbangan kalori, cairan, dan elektrolit

    & !indari obat&obatan yang mengandung nitrogen

    & )iet rendah protein 6$#&(# gram;hari7

    & Sterilisasi usus dengan kanamicin;neomycin;paramomycin oral selama 1

    minggu

    & Stop pemberian diuretic dan e%aluasi kadar elektrolit serum

    & Pemberian laktulosa 3 E 1#&3# ml;hari dan usahakan B*B 2E sehari.

    & Pemberian &ornithine &aspartate +

    2. Pognosis

    Prognosis sirosis hepatis dapat menjadi buruk apabila411

    1. Ikterus yang menetap atau bilirubin darah H 1,( mg-

    2. *sites refrakter atau memerlukan diuretik dosis besar 

    3.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    16/31

    16

    (. !ati mengecil

    . Perdarahan akibat %arises esofagus

    9.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    17/31

    17

    BAB III

    LAP3AN KASUS

    %.1 Identitas Pasien

     Dama 4 I

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    18/31

    18

    Pasien juga mengeluhkan seluruh tubuh terasa lemas, sehingga pasien lebih

    sering untuk menyempatkan diri untuk duduk di sela&sela akti%itasnya.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    19/31

    19

    dirasakan. Bengkak pada kaki menghilang. Perasaan bingung dan perubahan

    mood yang tidak menentu sudah tidak dirasakan lagi oleh pasien.

    %.2.% 3i4a-at pen-a$it teda!+l+

    Pasien diketahui telah menderita penyakit hati sejak 3 tahun yang lalu, ketika

    mengalami keluhan yang sama seperti yang dialami saat ini. )ikatakan oleh

     pasien sempat berobat namun tidak diraat inap. "bat yang diingat pasien adalah

    spironolaktan dan furosemide. *kan tetapi pasien mengatakan pengobatan yang

    dilakukan tidak teratur karena kendala biaya. Pasien juga sempat berobat kembali

    ke dokter ketika sudah memiliki biaya. )ikatakan di sana, pasien diberikan sejenis

    obat yang terbuat dari bahan herbal, tetapi pasien tidak ingat apa nama obatnya

    dan kembali berhenti saat uangnya habis. =iayat penyakit lain, seperti

    hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.

    %.2.& 3i4a-at $el+aga

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    20/31

    20

    g. Suhu aksila 4 3,9#/

    Status eneralis

    a. :ata 4 anemis 6&;&7, ikterus 6J;J7, refleks pupil 6J;J7 isokor,

    edema palpebra 6&;&7

     b. 5!5

    & 5elinga 4 bentuk normal, tanda radang 6&;&7, bekas luka 6&7

    & !idung 4 bentuk normal, tanda radang 6&7, ekskoriasi 6&7,

    kongesti 6&7

    & 5enggorok4 tonsil 651;517, faring hiperemis 6&7,

    c. :ulut4 sianosis 6&7, atrofi lidah 6&7

    d. eher 4 >P J# cm!2", pembesaran kelenjar 6&7

    e. 5horaks 4 simetris 6J7, spider ne%i 6&7, ginekomastia6J7

    /or 

    & Inspeksi 4 tidak tampak pulsasi iktus kordis

    & Palpasi 4 iktus kordis teraba pada :/ S I/S >, kuat

    angkat 6&7

    & Perkusi 4 batas atas jantung pada I/S II

     batas baah jantung pada :/ sinistra I/S >

     batas kanan jantung pada PS dekstra

    & *uskultasi4 S1S2 tunggal, regular, murmur 6&7

    Pulmo

    & Inspeksi 4 simetris pada saat statis dan dinamik  

    & Palpasi 4 %ocal fremitus D;D

    & Perkusi 4 sonor;sonor  

    & *uskultasi4 %esicular 6J;J7, rhonki 6&;&7, heeAing 6&;&7

    f. *bdomen

    & Inspeksi 4 distensi 6J7, meteorismus 6&7

    & *uskultasi4 bising usus 6J7 normal& Perkusi 4 ascites 6J7 dengan undulation a%e 6J7

    & Palpasi 4 nyeri tekan 6&7, ballotment 6&7, nyeri ketok  

    />* 6&;&7

    hepar dan lien sulit die%aluasi

    g. @kstremitas 4 hangat J J edema & &

    eritema palmaris 6&;&7

      J J & &

    %.& Pemei$saan Pen+n,ang

    %.&.1 Pemei$saan La*oatoi+m

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    21/31

    21

    1. Pemeriksaan )arah engkap 6' *gustus 2#1$7

    Paamete Hasil Sat+an 3e(eensi Ket.

    B/ (.#2 1#3;K $.1#&11.#

    -Deutrofil 3.( - $9.##&'#.##-imfosit 23.$ - 13.##&$#.##

    -:onosit 1#. - 2.##&11.##

    -@osinofil 1.3 - #.##&(.##

    -Basofil #.+3( - #.##&2.##

    LDeutrofil 3.1+ 1#3;K 2.(#&9.(#

    Limfosit 1.1' 1#3;K 1.##&$.##

    L:onosit #.($2 1#3;K #.1#&1.2#

    L@osinofil #.#' 1#3;K #.##.(#

    LBasofil #.#$9 1#3;K #.##.1#

    =B/ 2.$$ 1#3;K $.(#&(.+# =endah

    !B '.22 g;d 13.(#&19.(# =endah!/5 2(.+ - $1.##&(3.## =endah

    :/> 1#2 f '#.##&1##.## 5inggi

    :/! 3$.# pg 2.##&3$.##

    :/!/ 33.3 g;d 31.##&3.##

    =) 1.1 - 11.&1$.' 5inggi

    P5 (#.1 1#3;K 1(#.##&$$#.## =endah

    :P> '.$' f .'#&1#.#

    2. Pemeriksaan Biokimia

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    22/31

    22

    !/"3& 23. mmol; 22.##&2.##

    S"2c ++ - +(-&1##-

    5/"2 2$. mmol; 2$.##&3#.##

     Datrium 6Da7 13$ mmol; 13&1$( =endah

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    23/31

    23

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    24/31

    24

    & !epar4 ukuran mengecil, echoparenkim meningkat, sudut tumpul tepi

    tidak rata, ukuran %ena hepatica dan %ena porta normal. Sistem bilier 

    tampak normal, tak tampak abses;nodul;kista. Pada /)S spectral %ena

    hepatica abnormal. >elocity portae 1$,+# cm;dtk, tampak arna cerah

     pada /0).

    & B4 ukuran normal, dinding menebal, tak tampak batu;sludge.

    & ien4 ukuran membesar, echoparenkim normal, tak tampak S".

    & Pankreas4 ukuran normal, echoparenkim normal, tak tampak S".

    & Paraorta4 tidak tampak nodul.& injal kanan4 ukuran normal, echocorteE normal, batas sinus corteE jelas,

     pel%iocalyceal sistem tidak melebar, tidak tampak gambaran batu, massa,

    ataupun kista.

    & injal kiri4 ukuran normal, echocorteE normal, batas sinus corteE jelas,

     pel%iocalyceal sistem tidak melebar, tidak tampak gambaran batu, massa,

    ataupun kista.

    & Buli4 terisi urine, tidak tampak adanya gambaran batu ataupun massa.

    & Prostat4 ukuran normal, echoparenkim normal, tak tampak S".

    & 5ampak echo cairan bebas pada ca%um abdomen dan ca%um pel%is kanan

    kiri.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    25/31

    25

    %.' Diagnosis Ke,a 5 Assessment 6

    Sirosis !epatis /5P /

    & @! grade I&II

    & !epatitis B& !ipoalbuminemia ec Inflamasi 0) Da/l #.+- 2# tpm& )iet lunak 1'## kkal dengan ekstra buah dan rendah garam

    & )rip "* 6&"rnithine&&*spartate7 2 ampul dalam 2(# cc )ekstrosa (-

    6habis dalam $ jam7 per ' jam

    & Paramomycin $ E (## mg 6P"7

    & actulosa 3 E /I 6P"7

    & a%ement setiap 2$ jam

    & 5ransfusi albumin sampai kadar *lbumin N 2,( mg;d

    %.).2 Planning diagnosis

    - Pemeriksaan

    - @sofagogastroduodenoskopi

    %.).% #onitoing

    & 5anda&tanda %ital dan keluhan pasien

    & /airan masuk dan cairan keluar 

    & /ek kadar albumin post transfusi

    &  iver function test 6057 setiap hari

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    26/31

    26

    BAB I7

    PE#BAHASAN

    )ari hasil anamnesis yang dilakukan pada tanggal 11 *gustus 2#1$, didapatkan

     pasien laki&laki berinisial I

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    27/31

    27

     pemeriksaan cor dan pulmo dalam batas normal. Selanjutnya pada pemeriksaan

    abdomen, didapatkan perut pasien tampak distensi dan terdapat tanda ascites

     positif berupa undulasi a%e. Selanjutnya pada pemeriksaan ektremitas, bengkak 

     pada kaki tidak ditemukan.

    Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap, didapatkan

     pasien mengalami penurunan pada kadar eritrosit termasuk kadar hemoglobin dan

    hematokritnya, serta terjadi penurunan jumlah platelet. !al ini sejalan dengan

    teori sirosis hepatis, dimana pada umumnya dari pemeriksaan darah lengkap akan

    diperoleh gambaran anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Selanjutnya pada

     pemeriksaan biokimia darah didapatkan adanya peningkatan alkali phosphatase,

     bilirubin, S"5, dan kadar globulin serta penurunan kadar albumin darah. !al ini

    sejalan dengan teori sirosis hepatis, dimana S"5 dan SP5 akan mengalami

     peningkatan tetapi peningkatan S"5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan

    SP5. Selain itu juga terjadi peningkatan bilirubin yang menandakan sirosis

    hepatis dekompensata. Peningkatan globulin terjadi akibat sekunder dari pintasan

    antigen bakteri dari sistem porta yang masuk ke jaringan limfoid yang selanjutnya

    menginduksi immunoglobulin. *danya peningkatan parameter ini

    mengindikasikan adanya gangguan faal pada hepar.

    Selain itu pada pemeriksaan elektrolit serum didapatkan penurunan kadar 

    natrium dan kalium. !al ini sesuai pada teori, dimana penderita sirosis hepatis

     biasanya kana mengalami gangguan elektrolit. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan

    sero&imunologi didapatkan hasil reaktif pada !Bs*g dan non&reaktif pada anti&

    !/>. !al ini mengindikasikan baha pasien mengalami infeksi %irus hepatitis B.

    Sesuai teori, kasus sirosis hepatis di Indonesia paling banyak disebabkan oleh

    infeksi %irus !epatitis B.Pada pemeriksaan S abdomen didapatkan gambaran hepar mengecil

    dengan echoparenkim meningkat, sudut tumpul dengan tepi tidak rata dan dengan

    ukuran %ena hepatica dan %ena portal masih dalam batas normal. )ari hasil S

    abdomen didapatkan kesan sangat mungkin suatu gambaran sirosis hepatis. Selain

    itu dari S abdomen yang dilakukan juga didapatkan gambaran echo cairan

     bebas pada ca%um abdomen dan pembesaran lien dengan echoparenkim normal

    yang mengarahkan pada adanya ascites dan splenomegali. Pada penderita sirosis

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    28/31

    28

    hepatis, S abdomen merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat

    dilakukan untuk menegakkan diagnosis sirosis hepatis. )ari S abdomen

    diharapkan dapat dilihat gambaran hepar, kondisi %ena porta, ada tidaknya

    splenomegali, ascites, dan kemungkinan adanya karsinoma hati sebagai

    komplikasi dari sirosis hepatis.

    Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan sirosis hepatis /5P / dengan

    @nsefalopati !epatikum grade I&II, !epatitis B, !ipoalbuminemia, !ipokalemia,

    *nemia =ingan Dormokromik Dormositer, 5rombositopenia, dan *scites grade II.

    Pasien didiagnosis dengan ensefalopati hepatikum grade I&II karena pasien

    mengeluhkan mengalami gangguan tidur, gangguan mood dan gangguan

    konsentrasi dan perhatian. !al ini sesuai dengan stadium ensefalopatif hepatikum

    grade I&II. Selanjutnya pasien juga didiagnosis dengan hepatitis B. !al ini

    disesuaikan dengan hasil sero&imunologi yang menunjukkan !Bs*g reaktif. )ari

    hasil pemeriksaan kimia darah dan elektrolit didapatkan kadar albumin pasien

    turun menjadi 1.9 g;d dari rentang normal 3.$&$.' g;dG kadar kalium serum

    menurun menjadi 3.2 mmol; dari rentang normal 3.(&(.1 mmol;. dari hasil

     pemeriksaan darah lengkap didapatkan nilai !b turun menjadi '.22 g;d dengan

    :/> dan :/! dalam batas normal yang menandakan adanya anemia ringan

    normokromik normositer serta adanya trombositopenia dengan kadar platelet (#.1

    E 1#3;K.

    Pasien didiagnosis dengan sirosis hepatis /5P / sesuai dengan klasifikasi

    Child Pugh   Modification, dimana sesuai dengan parameter yang digunakan

    didapatkan baha nilai bilirubin pasien 3.99 mg;d sehingga bernilai skor 3G

    kadar albumin pasien 1.9 g;d sehingga bernilai 3G ascites pasien sulit terkontrol

    dan sudah cukup massif sehingga bernilai skor 3G ensefalopati hepatikum grade I&II sehingga bernilai skor 2G dan ID= pasien 2.($ sehingga bernilai skor 3 dan total

    skor parameter adalah 1$ yang mengindikasikan /5P / yakni sirosis hepatis

     berat.

    Pada pasien ini diberikan I>0) Da/l #.+- 2# tpm, diet lunak 1'## kkal

    dengan ekstra buah dan hepatoselulosa dan rendah garam, drip "* 6&

    "rnithine&&*spartate7 2 ampul dalam 2(# cc )ekstrosa (-, paramomycin $ E

    (## mg per oral, lactulosa 3 E /I per oral, la%ement setiap 2$ jam, dan transfusi

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    29/31

    29

    albumin hingga kadar albumin mencapai N 2,( mg;d. Pemberian cairan intra%ena

     jenis normal saline sebanyak 2# tpm diindikasikan untuk menjaga asupan cairan

     pada pasien sirosis hepatis. Pemberian diet dengan rendah garam sesuai dengan

     penatalaksnaaan pasien sirosis hepatis dengan komplikasi ascites. )iet rendah

    garam dimaksudkan untuk mencegah terjadinya retensi garam berlebihan pada

    tubuh yang berakibat terjadinya retensi air yang dapat menyebabkan o%erflo

    cairan ke ca%um peritoneum. Pemberian drip "* 6&"rnithine&&*spartate7,

     paramomycin, dan lactulosa dilakukan sejalan dengan teori penatalaksanaan

    komplikasi ensefalopati hepatikum. "* merupakan substrat untuk glutamate

    transaminase. Pemberian "* diharapkan mampu meningkatkan le%el

    glutamate dan menstimulasi siklus urea sehingga terjadi pelepasan ammonia.

    actulosa dapat diberikan 3 E 1#&3# m;hari dengan tujuan menghambat produksi

    amomonia intestinal dan bekerja sebagai cathartic untuk menurunkan jumlah

     bakteri kolon. Pemberian antibiotik jenis paramomycin juga sesuai dengan teori

     penatalaksanaan ensefalopati hepatikum, di mana pemberian antibiotik selama 1

    minggu dilakukan sebagai upaya sterilisasi usus dengan menurunkan konsentrasi

     bakteri ammoniagenik dalam kolon. Pada pasien ini tidak diberikan diuretika

    karena pada pasien telah terjadi hipokalemia sehingga penggunaan diuretika

    distop untuk sementara aktu.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    30/31

    30

    BAB 7

    PENUTUP

    '.1 Simp+lan

    Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir 

    fibrosis hepatik yang berlangsung secara progresif yang ditandai dengan distorsi

    dari arsitektur hepar dan pembentukan nodul regeneratif.  )iagnosis sirosis hepatis

    ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta beberapa

     pemeriksaan penunjang terkait. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dicari

    gejala dan tanda yang mengarah pada kegagalan fungsi hati dan hipertensi portal.

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah

    lengkap dan urin, kimia darah, faal koagulasi, dan serologi. Selain itu juga dapat

    dilakukan S;/5&scan abdomen dan endoskopi. Penatalaksanaan sirosis hepatis

    tidak spesifik dan lebih bersifat suportif. 5erapi diberikan sesuai dengan gejala

    dan tanda klinis yang menonjol dan komplikasi yang terjadi pada penderita sirosis

    hepatis.

    Pada kasus ini, pasien didiagnosis sirosis hepatis didasarkan atas temuan

    klinis pada anamnesis dan pemeriksaan fisik serta ditunjang oleh pemeriksaan

    laboratorium dan radiologi yang telah dilakukan. Pada anamnesis didapatkan

    keluhan subjektif berupa perut membesar disertai rasa tidak nyaman di perut, rasa

    lemas, mual muntah yang hilang timbul, mata kuning, penglihatan kabur, kedua

     payudara membesar, kedua kaki bengkak, dan gangguan tidur.

  • 8/18/2019 Responsi Sirosis Hepatis

    31/31

    31

    gangguan faal hepar pada pasien. Pada pemeriksaan S didapatkan gambaran

    hepar mengecil dengan kesan sirosis hepatis dan ascites.

    )ari segi terapi, pasien ini diterapi sesuai gejala klinis dan komplikasi yang

    terjadi. Pada pasien ini diberikan infus Da/l #.+-, diet lunak dengan ekstra buah

    dan rendah garam, l&ornithine&l&aspartate, lactulosa, la%ement, paramomycin, dan

    transfusi albumin. Pemberian cairan infus dan diet diindikasikan untuk memenuhi

    asupan cairan dan nutrisi pasien dengan rendah garam yang dimaksukan untuk 

    mencegah terjadinya retensi garam berlebih. &ornithine&l&aspartate diberikan

    terkait komplikasi ensefalopati hepatikum yang terjadi pada pasien ini. Pemberian

    lactulosa dilakukan untuk menghambat produksi ammonia intestinal pada pasien

    serta paramomycin sebagai upaya sterilisasi usus untuk mencegah komplikasi

    ensefalopati hepatikum yang lebih berat.