28
Translated by: Wishnu Basuki [email protected] PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, REGULATION OF BANK INDONESIA NUMBER 17/3/PBI/2015 CONCERNING MANDATORY USE OF RUPIAH IN THE TERRITORY OF THE UNITARY STATE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA WITH THE BLESSING OF GOD ALMIGHTY THE GOVERNOR OF BANK INDONESIA, Menimbang: Considering: a. bahwa Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia; a. that the Rupiah is legal tender in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and the symbol of the sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia; b. bahwa penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia juga diperlukan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah; b. that the use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is also required to support the achievement of the stable Rupiah exchange value; c. bahwa untuk mewujudkan kedaulatan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah, perlu diterapkan kebijakan kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. that to realize the sovereignty of the Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and to support the achievement of the stable Rupiah exchange value, it is necessary to adopt the policy on the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia; d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. that under Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia, as several times amended, most recently amended by Law Number 6 of 2009, Bank Indonesia is, as the monetary and payment system authority, competent to regulate the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. that in consideration of point (a), point (b), point (c), and point (d), it is necessary to issue Regulation of Bank Indonesia concerning Mandatory Use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia; Mengingat: Bearing in Mind: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik 1. Law Number 7 of 1992 concerning Banking (State Gazette of the Republic of Indonesia See also Circular No. 17/11/DKSP, June 1, 2015

Regulation No. 17/3/PBI/2015 Indonesia Mandatory Use of Rupiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

A regulation that governs the mandatory use of Rupiah in Indonesia (Translated by Wishnu Basuki)

Citation preview

  • Translated by: Wishnu Basuki [email protected]

    PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015

    TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI

    WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

    ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

    REGULATION OF BANK INDONESIA NUMBER 17/3/PBI/2015

    CONCERNING MANDATORY USE OF RUPIAH IN THE

    TERRITORY OF THE UNITARY STATE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

    WITH THE BLESSING OF GOD ALMIGHTY

    THE GOVERNOR OF BANK INDONESIA,

    Menimbang: Considering: a. bahwa Rupiah merupakan alat pembayaran

    yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

    a. that the Rupiah is legal tender in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and the symbol of the sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia;

    b. bahwa penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia juga diperlukan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah;

    b. that the use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is also required to support the achievement of the stable Rupiah exchange value;

    c. bahwa untuk mewujudkan kedaulatan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah, perlu diterapkan kebijakan kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

    c. that to realize the sovereignty of the Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and to support the achievement of the stable Rupiah exchange value, it is necessary to adopt the policy on the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia;

    d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

    d. that under Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia, as several times amended, most recently amended by Law Number 6 of 2009, Bank Indonesia is, as the monetary and payment system authority, competent to regulate the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia;

    e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

    e. that in consideration of point (a), point (b), point (c), and point (d), it is necessary to issue Regulation of Bank Indonesia concerning Mandatory Use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia;

    Mengingat: Bearing in Mind: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

    Perbankan (Lembaran Negara Republik 1. Law Number 7 of 1992 concerning Banking

    (State Gazette of the Republic of Indonesia

    See also Circular No. 17/11/DKSP, June 1, 2015

  • 2

    Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

    Number 31 of 1992, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3472), as amended by Law Number 10 of 1998 concerning Amendment of Law Number 7 of 1992 concerning Banking (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 182 of 1998, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3790);

    2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

    2. Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 66 of 1999, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3844), as several times amended, and most recently amended by Law Number 6 of 2009 concerning Enactment of Government Regulation in Lieu of Law Number 2 of 2008 concerning The Second Amendment of Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia into Law (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 7 of 2009, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4962);

    3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867);

    3. Law Number 21 of 2008 concerning Shariah Banking (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 94 of 2008, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4867);

    4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5223);

    4. Law Number 7 of 2011 concerning Currency (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 64 of 2011, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5223);

    MEMUTUSKAN: HAS DECIDED: Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA

    TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

    To Issue: REGULATION OF BANK INDONESIA CONCERNING MANDATORY USE OF RUPIAH IN THE TERRITORY OF THE UNITARY STATE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA.

    BAB I KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 CHAPTER I

    GENERAL PROVISIONS Article 1

    Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

    In this Regulation of Bank Indonesia:

    1. Rupiah adalah mata uang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara

    1. Rupiah means the currency of the Unitary State of the Republic of Indonesia, which is legal tender in the territory of the Unitary State of the

  • 3

    Kesatuan Republik Indonesia. Republic of Indonesia. 2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

    adalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai mata uang.

    2. Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia means the Unitary State of the Republic of Indonesia as referred to in Law governing currency.

    3. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah.

    3. Bank means a Commercial Bank as referred to in Law governing banking and Shariah Commercial Banks as referred to in Law governing shariah banking.

    BAB II KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH

    Pasal 2 CHAPTER II

    MANDATORY USE OF RUPIAH Article 2

    (1) Setiap pihak wajib menggunakan Rupiah dalam transaksi yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    (1) Any party must use Rupiah in any transaction made in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    (2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    (2) A transaction as referred to in section (1) shall include:

    a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;

    a. payment transactions;

    b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau

    b. other money-based settlement of obligations; and/or

    c. transaksi keuangan lainnya. c. other financial transactions. Pasal 3 Article 3

    (1) Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku untuk:

    (1) Mandatory use of Rupiah in any transaction as referred to in Article 2 section (1) shall apply to:

    a. transaksi tunai; dan a. cash transactions; and b. transaksi nontunai. b. non-cash transactions.

    (2) Transaksi tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup transaksi yang menggunakan uang kertas dan/atau uang logam sebagai alat pembayaran.

    (2) Cash transactions as referred to in section (1) point (a) shall include transactions that use banknotes and/or coins as legal tender.

    (3) Transaksi nontunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup transaksi yang menggunakan alat dan mekanisme pembayaran secara nontunai.

    (3) Non-cash transactions as referred to in section (1) point (b) shall include transactions that use means and mechanism of non-cash payment.

    BAB III PENGECUALIAN KEWAJIBAN PENGGUNAAN

    RUPIAH Pasal 4

    CHAPTER III EXEMPTED MANDATORY USE OF RUPIAH

    Article 4

    Kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak berlaku bagi transaksi sebagai berikut:

    Mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1) shall not apply to the following transactions:

  • 4

    a. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;

    a. certain transactions with respect to the state budget;

    b. penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;

    b. receipt or provision of gifts from or to abroad;

    c. transaksi perdagangan internasional; c. international trade transactions; d. simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing;

    atau d. bank deposits in foreign currencies;

    e. transaksi pembiayaan internasional. e. international financing transactions. Pasal 5 Article 5

    Kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) juga tidak berlaku untuk transaksi dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang meliputi:

    Mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1) shall also not apply to any foreign currency transaction made under the Laws that govern:

    a. kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah;

    a. foreign currency business conducted by a Bank under the Law concerning banking and shariah banking;

    b. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara; dan

    b. primary market and secondary market transactions of negotiable instruments in foreign currencies issued by the Government under Laws concerning sovereign bonds and Islamic bonds; and

    c. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang.

    c. other foreign currency transactions made under the Laws.

    Pasal 6 Article 6 Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:

    Certain transactions with respect to the state budget as referred to in Article 4 point (a) shall include:

    a. pembayaran utang luar negeri; a. repayment of foreign debts; b. pembayaran utang dalam negeri dalam valuta

    asing; b. repayment of domestic debts in foreign

    currencies; c. belanja barang dari luar negeri; c. foreign expenditure; d. belanja modal dari luar negeri; d. foreign capital expenditure; e. penerimaan negara yang berasal dari penjualan

    surat utang negara dalam valuta asing; dan e. state revenues from sovereign bond sale in

    foreign currencies; and f. transaksi lainnya dalam rangka pelaksanaan

    anggaran pendapatan dan belanja negara. f. other transactions with respect to the state

    budget. Pasal 7 Article 7

    Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b hanya dapat dilakukan oleh penerima atau pemberi hibah yang salah satunya berkedudukan di luar

    Receipt or provision of gifts from or to abroad as referred to in Article 4 point (b) may be conducted only by the beneficiaries or the providers of the gifts, any of whom shall be domiciled abroad.

  • 5

    negeri. Pasal 8 Article 8

    (1) Transaksi perdagangan internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c meliputi:

    (1) International trade transactions as referred to in Article 4 point (c) shall include:

    a. kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia; dan/atau

    a. export and import of goods to or from outside the customs zones of the Republic of Indonesia; and/or

    b. kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara yang dilakukan dengan cara:

    b. cross border trade in services in the form of:

    1. pasokan lintas batas (cross border supply); dan

    1. cross border supply; and

    2. konsumsi di luar negeri (consumption abroad).

    2. consumption abroad.

    (2) Transaksi untuk kegiatan tambahan dalam kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak dikategorikan sebagai transaksi perdagangan internasional sehingga wajib menggunakan Rupiah.

    (2) Ancillary activities in export and/or import of goods to or from outside the customs zones of the Republic of Indonesia as referred to in section (1) point (a) shall not be categorized as international trade, so that the use of Rupiah is mandatory.

    Pasal 9 Article 9 (1) Transaksi pembiayaan internasional

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e hanya dapat dilakukan oleh pemberi atau penerima pembiayaan yang salah satunya berkedudukan di luar negeri.

    (1) International financing transactions as referred to in Article 4 point (e) may be made only by the financiers or the beneficiaries, any of whom shall be domiciled abroad.

    (2) Dalam hal pemberi pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Bank maka wajib memenuhi ketentuan yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak asing.

    (2) Where the financiers as referred to in section (1) are Banks, the Banks must comply with the provisions on transactions of foreign exchange against Rupiah between Banks and foreign parties.

    BAB IV LARANGAN MENOLAK RUPIAH

    Pasal 10 CHAPTER IV

    PROHIBITION FROM REJECTING RUPIAH Article 10

    (1) Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    (1) Any party is prohibited from rejecting to receive Rupiah that is delivered for payment or settlement of obligations payable in Rupiah and/or for any other financial transactions in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam hal:

    (2) The provision of section (1) shall not be exempted where:

    a. terdapat keraguan atas keaslian Rupiah yang diterima untuk transaksi tunai; atau

    a. the party is a doubtful about the genuineness of Rupiah received in a cash

  • 6

    transaction; b. pembayaran atau penyelesaian kewajiban

    dalam valuta asing telah diperjanjikan secara tertulis.

    b. the payment or settlement of obligations in foreign currencies is stated in the written agreement.

    (3) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b hanya dapat dilakukan untuk:

    (3) A written agreement as referred to in section (2) point (b) may be entered into only for:

    a. transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5; atau

    a. transactions exempted from the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 4 and Article 5; or

    b. proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan Bank Indonesia.

    b. strategic infrastructure projects upon approval of Bank Indonesia.

    BAB V PENCANTUMAN HARGA BARANG

    DAN/ATAU JASA Pasal 11

    CHAPTER V PRICE-TAGGING/LABELLING OF GOODS

    AND/OR SERVICES Article 11

    Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah.

    In furtherance of the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1), any business operators must price-tag/label goods and/or services in Rupiah only.

    BAB VI LAPORAN DAN PENGAWASAN KEPATUHAN

    Pasal 12

    CHAPTER VI REPORTING AND SUPERVISION OF

    COMPLIANCE Article 12

    (1) Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

    (1) Bank Indonesia shall be authorized to request reports, descriptions, and/or data from any party affected by the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1) and the mandatory price-tagging/labelling of goods and/or services in Rupiah as referred to in Article 11.

    (2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan, keterangan, dan/atau data yang diminta oleh Bank Indonesia.

    (2) Any party as referred to in section (1) must submit reports, descriptions, and/or data as Bank Indonesia may request.

    Pasal 13 Article 13 (1) Bank Indonesia melakukan pengawasan

    terhadap kepatuhan setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

    (1) Bank Indonesia shall supervise the compliance of any party with the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1) and mandatory price-tagging/labelling of goods and/or services as referred to in Article 11.

    (2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia menempuh berbagai cara antara lain sebagai berikut:

    (2) To supervise under section (1), Bank Indonesia shall adopt the following methods, inter alia:

    a. meminta laporan, keterangan, data, a. to request reports, descriptions, data,

  • 7

    dan/atau dokumen pendukung, dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait;

    and/or ancillary documents with or without involving the competent agency;

    b. melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak; dan/atau

    b. to make onsite supervision of any party; and/or

    c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak.

    c. to appoint any other party to make inquiries with respect to its supervision of the compliance of any party.

    BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN

    Pasal 14 CHAPTER VII

    MISCELLANEOUS PROVISIONS Article 14

    Kegiatan yang berupa: Activities such as: a. penukaran valuta asing yang dilakukan oleh

    penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

    a. currency exchange that is made by currency exchange providers under the laws and regulations; and

    b. pembawaan uang kertas asing ke dalam atau ke luar wilayah pabean Republik Indonesia yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

    b. carrying foreign banknotes into or out of the customs zones of the Republic of Indonesia under the laws and regulations,

    tidak dikategorikan sebagai transaksi yang wajib menggunakan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

    shall not be categorized as transactions subject to the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1).

    Pasal 15 Article 15 Dalam melaksanakan Peraturan Bank Indonesia ini Bank Indonesia dapat melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pihak lain.

    In the enforcement of this Regulation of Bank Indonesia, Bank Indonesia may coordinate and cooperate with other parties.

    Pasal 16 Article 16 Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, Bank Indonesia dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

    In case of issues affecting business operators with certain characteristics in connection with the mandatory use of Rupiah in non-cash transactions as referred to in Article 3 section (1) point (b), Bank Indonesia may adopt a policy with due regard to the mandatory use of Rupiah as governed by this Regulation of Bank Indonesia.

    BAB VIII SANKSI Pasal 17

    CHAPTER VIII SANCTIONS

    Article 17 Terhadap pelanggaran atas: Any violation against: a. kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi

    tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a; dan/atau

    a. the mandatory use of Rupiah in cash transactions as referred to in Article 3 section (1) point (a); and/or

    b. larangan menolak Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,

    b. the prohibition from rejecting Rupiah as referred to in Article 10,

    berlaku ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

    shall be imposed criminal sanctions as referred to in Article 33 of Law Number 7 of 2011 concerning

  • 8

    2011 tentang Mata Uang. Currency. Pasal 18 Article 18

    (1) Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa:

    (1) Any violation against the mandatory use of Rupiah in non-cash transactions as referred to in Article 3 section (1) point (b) shall be imposed administrative sanctions of:

    a. teguran tertulis; a. written warnings; b. kewajiban membayar; dan/atau b. obligatory payment; and/or c. larangan untuk ikut dalam lalu lintas

    pembayaran. c. prohibition from engagement in any

    transaction of payment. (2) Sanksi kewajiban membayar sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

    (2) The sanction of obligatory payment as referred to in section (1) point (b) shall be 1% (one percent) of the transaction value, in the aggregate, not exceeding Rp1,000,000,000 (one billion rupiah).

    Pasal 19 Article 19 Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

    Any violation against the mandatory price-tagging/labelling of goods and/or services in Rupiah as referred to in Article 11 and the obligations to submit reports, descriptions, and/or data as referred to in Article 12 section (2) shall be imposed administrative sanctions of written warnings.

    Pasal 20 Article 20 Selain mengenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya.

    In addition to the administrative sanctions as referred to in Article 18 section (1) and Article 19, Bank Indonesia may recommend the competent authorities to take measures within their area of competence.

    BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 21 CHAPTER IX

    TRANSITIONAL PROVISIONS Article 21

    (1) Perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing selain perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian tertulis tersebut.

    (1) Any written agreement on payment or settlement of obligations in foreign currencies other than written agreements as referred to in Article 10 section (3) entered into before July 1, 2015 shall remain in effect until the expiration of the written agreement.

    (2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b.

    (2) Written agreements as referred to in section (1) shall apply to only written agreements on payment or settlement of obligations in foreign currencies for non-cash transactions as referred to in Article 3 section (1) point (b).

    (3) Perpanjangan dan/atau perubahan atas (3) Any renewal and/or amendment of written

  • 9

    perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini.

    agreements as referred to in section (1) must comply with this Regulation of Bank Indonesia.

    BAB X KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 22 CHAPTER X

    CONCLUDING PROVISIONS Article 22

    Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

    Ancillary provisions to this Regulation of Bank Indonesia shall be governed by Circular of Bank Indonesia.

    Pasal 23 Article 23 Ketentuan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2015.

    Provisions for mandatory use of Rupiah in non-cash transactions as referred to in Article 3 section (1) point (b) shall come into effect on July 1, 2015.

    Pasal 24 Article 24 Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    This Regulation of Bank Indonesia shall come into effect on the date it is promulgated.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    In order that every person may know of it, the promulgation of this Regulation of Bank Indonesia is ordered by placement in the State Gazette of the Republic of Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2015 GUBERNUR BANK INDONESIA,

    [ttd] AGUS D.W. MARTOWARDOJO

    Issued in Jakarta on March 31, 2015 GOVERNOR OF BANK INDONESIA,

    [sgd] AGUS D.W. MARTOWARDOJO

    Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

    [ttd] YASONNA H. LAOLY

    Promulgated in Jakarta on 31 March 31, 2015 MINISTER OF LAW AND HUMAN RIGHTS

    OF THE REPUBLIC OF INDONESIA [sgd]

    YASONNA H. LAOLY

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 70

    STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 70 OF 2015

  • 10

    PENJELASAN ATAS

    PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015

    TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI

    WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

    ELUCIDATION OF REGULATION OF BANK INDONESIA

    NUMBER 17/3/PBI/2015 CONCERNING

    MANDATORY USE OF RUPIAH IN THE TERRITORY OF THE UNITARY STATE OF

    THE REPUBLIC OF INDONESIA

    I. UMUM I. GENERAL Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memiliki simbol kedaulatan negara yang harus dihormati oleh seluruh warga negara Indonesia. Salah satu simbol kedaulatan negara tersebut adalah Rupiah sebagai mata uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    The Unitary State of the Republic of Indonesia as an independent and sovereign state has symbols of the state sovereignty worthy of the honor of all of the Indonesian citizens. One of the symbols of the state sovereignty is Rupiah as the currency issued by the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    Rupiah dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kegiatan perekonomian nasional dan internasional guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Rupiah is used as legal tender in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia in the national and international economic activities in order to realize the social welfare for all of the people of Indonesia.

    Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan untuk mendukung kestabilan nilai tukar Rupiah yang merupakan bagian dari tujuan yang diamanatkan kepada Bank Indonesia dalam Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam kondisi pasar valuta asing di dalam negeri mengalami kelebihan permintaan valuta asing, penggunaan valuta asing untuk transaksi di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akan memberikan tambahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dimana hal ini berpotensi mengganggu stabilitas nilai Rupiah.

    Regulation of the mandatory use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is necessary to support the achievement of the stable Rupiah exchange value as part of the objectives mandated to Bank Indonesia in the Law concerning Bank Indonesia, that is, to achieve and maintain the stable Rupiah value. Where the domestic foreign exchange markets create overdemands for foreign currencies, the use of foreign currencies in transactions in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia will put additional pressure on the Rupiah exchange value to potentially undermine the stable Rupiah value.

    Sejalan dengan kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan terhadap Rupiah maka diperlukan pengaturan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik untuk transaksi tunai maupun transaksi nontunai.

    With Bank Indonesia being competent to regulate Rupiah, it is necessary to regulate mandatory use of Rupiah both in cash transactions and non-cash transactions in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia juga dimaksudkan untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan ketentuan dalam Undang-Undang mengenai mata uang yang mewajibkan penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran,

    Regulation of the mandatory use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia also aims to further make effective the enforcement of the provisions of Law concerning currency that requires mandatory use of Rupiah in any transaction intended for payment, other money-

  • 11

    penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang, dan/atau transaksi keuangan lainnya, yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    based settlement of obligations, and/or other financial transactions made in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    Dalam rangka mendukung perekonomian Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu tetap memperhatikan adanya kebutuhan penggunaan valuta asing dalam masyarakat yang diperkenankan berdasarkan Undang-Undang.

    To support the economics of the Unitary State of the Republic of Indonesia, regulation of the mandatory use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia should consider the public needs of the use of foreign currencies that are permitted by Law.

    Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini telah disusun dengan memperhatikan Undang-Undang, seperti Undang-Undang mengenai perbankan, Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, Undang-Undang mengenai lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar, Undang-Undang mengenai surat utang negara, Undang-Undang mengenai perbankan syariah, Undang-Undang mengenai surat berharga syariah negara, Undang-Undang mengenai transfer dana, dan Undang-Undang mengenai mata uang.

    Regulation of the mandatory use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia as governed by this Regulation of Bank Indonesia has been prepared with due regard to Laws such as Law concerning banking, Law concerning Bank Indonesia, Law concerning foreign exchange flow and exchange rate system, Law concerning sovereign bonds, Law concerning shariah banking, Law concerning Islamic bonds, Law concerning fund transfer, and Law concerning currency.

    Penerapan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dilakukan dengan memperhatikan kesiapan pelaku usaha, kontinuitas kegiatan usaha, kegiatan investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Mandatory use of Rupiah in the Territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is implemented with due regard to the readiness of business operators, continuity of business, investment, and growth of the national economy.

    II. PASAL DEMI PASAL II. ARTICLE BY ARTICLE Pasal 1 Article 1

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Pasal 2 Article 2

    Ayat (1) Section (1) Yang dimaksud dengan pihak adalah orang perseorangan atau korporasi. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

    Party means an individual or a corporation. Corporation means a group of persons and/or assets that are organized into an incorporated entity or non-incorporated entity.

    Ayat (2) Section (2) Huruf a Point a

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Huruf b Point b

  • 12

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Huruf c Point c

    Yang dimaksud dengan transaksi keuangan lainnya antara lain meliputi kegiatan penyetoran Rupiah dalam berbagai jumlah dan jenis pecahan dari nasabah kepada Bank.

    Other financial transactions means, inter alia, deposits in Rupiah in various amounts and types of denomination from a customer to a Bank.

    Pasal 3 Article 3 Ayat (1) Section (1)

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Ayat (2) Section (2)

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Ayat (3) Section (3)

    Contoh alat pembayaran secara nontunai antara lain cek, bilyet giro, kartu kredit, kartu debit, kartu Automated Teller Machine (ATM), dan uang elektronik.

    The examples of means of non-cash payment are, inter alia, checks, giro slips, credit cards, debit cards, Automated Teller Machine (ATM) cards, and electronic money.

    Contoh mekanisme pembayaran secara nontunai antara lain melalui transfer dana.

    The example of mechanism of non-cash payment is, inter alia, fund transfer.

    Pasal 4 Article 4 Huruf a Point a

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Huruf b Point b

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Huruf c Point c

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Huruf d Point d

    Simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing hanya dapat diselenggarakan oleh Bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

    Bank deposits in foreign currencies may be provided by a Bank that is engaged in foreign currencies.

    Transaksi terkait simpanan di Bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dapat berupa penyetoran dan/atau penarikan valuta asing.

    Transactions in connection with deposits in a Bank that is engaged in foreign currencies may be in the form of deposit and/or withdrawal of foreign currencies.

    Huruf e Point e Cukup jelas Sufficiently clear.

    Pasal 5 Article 5 Huruf a Point a

    Kegiatan usaha dalam valuta asing yang Foreign currency business activities that

  • 13

    dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah meliputi antara lain:

    are conducted by a Bank under the Law concerning banking and shariah banking include, inter alia:

    1. kredit dalam valuta asing untuk kegiatan ekspor dan kegiatan lainnya;

    1. credits for export and other activities in foreign currencies;

    2. pasar uang antar Bank dalam valuta asing;

    2. interbank call money in foreign currencies;

    3. obligasi dalam valuta asing; 3. bonds in foreign currencies; 4. sub debt dalam valuta asing; 4. sub-debt in foreign currencies; 5. jual beli surat berharga dalam valuta

    asing; dan 5. sale and purchase of negotiable

    instruments in foreign currencies; and 6. transaksi perbankan lainnya dalam

    valuta asing yang diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah beserta peraturan pelaksanaannya.

    6. other banking transactions in foreign currencies as governed by Laws concerning banking and shariah banking along with their ancillary regulations.

    Huruf b Point b Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Huruf c Point c Undang-Undang yang mengatur mengenai transaksi lainnya dalam valuta asing antara lain Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, Undang-Undang mengenai penanaman modal, dan Undang-Undang mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

    Laws that govern other transactions in foreign currencies are, inter alia, Law concerning Bank Indonesia, Law concerning investment, and Law concerning Indonesia export financing institutions.

    Pasal 6 Article 6 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 7 Article 7 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 8 Article 8 Ayat (1) Section (1)

    Huruf a Point a Yang dimaksud dengan kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia adalah perdagangan barang antarnegara atau lintas negara.

    Export and import to or from outside the customs zone of the Republic of Indonesia means interstate or cross-border trade in goods.

    Huruf b Point b Yang dimaksud dengan kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara dalam bentuk

    Cross-border trade in services in the form of cross border supply means provision of service from one territory

  • 14

    pasokan lintas batas (cross border supply) adalah kegiatan penyediaan jasa dari wilayah suatu negara ke wilayah negara lain seperti pembelian secara online (dalam jaringan) atau call center.

    of a state to another territory of a state, such as online purchase (network) or call center.

    Yang dimaksud dengan kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara dalam bentuk konsumsi di luar negeri (consumption abroad) adalah kegiatan penyediaan jasa di luar negeri untuk melayani konsumen dari Indonesia seperti warga negara Indonesia yang kuliah di luar negeri atau rawat di rumah sakit luar negeri.

    Cross-border trade in services in the form of consumption abroad means provision of services abroad to serve consumers from Indonesia, such as Indonesian citizens who go to college/ university abroad or are hospitalized abroad.

    Ayat (2) Section (2) Kegiatan tambahan berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor barang yang dilakukan di wilayah pabean Republik Indonesia melalui sarana pengangkutan kapal, pesawat, atau sarana angkut lainnya tidak dikategorikan sebagai kegiatan ekspor dan/atau impor barang.

    Ancillary activities in export and/or import of goods conducted within the customs zones of the Republic of Indonesia by means of transportation such as ships, airplanes, or other means of transportation are not categorized as export and/or import activities.

    Kegiatan tambahan berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor barang antara lain meliputi: sandar kapal di pelabuhan, bongkar muat kontainer, penyimpanan sementara kontainer di pelabuhan, dan parkir pesawat di bandara.

    Ancillary activities in export and/or import of goods include, inter alia, berthing, container loading/unloading, temporary container storage, and aircraft parking at the airport.

    Pasal 9 Article 9 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 10 Article 10 Ayat (1) Section (1)

    Yang dimaksud dengan pihak adalah orang perseorangan atau korporasi. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

    Party means an individual or a corporation. Corporation means a group of persons and/or assets that are organized into an incorporated entity or non-incorporated entity.

    Ayat (2) Section (2) Huruf a Point a

    Setiap pihak yang memiliki Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia.

    Any party with Rupiah of doubtful genuineness may seek clarification from Bank Indonesia.

    Huruf b Point b

  • 15

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Ayat (3) Section (3)

    Huruf a Point a Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Huruf b Point b Yang dimaksud dengan proyek infrastruktur strategis adalah:

    Strategic infrastructure projects means:

    1. proyek infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi nonbank; dan

    1. infrastructure projects as referred to in the provisions of Bank Indonesia that govern application of the principle of prudence in the management of foreign debts of non-bank corporations; and

    2. dibuktikan dengan surat keterangan dari kementerian atau lembaga yang berwenang.

    2. as documented in the certificate from the competent ministry or institution.

    Pasal 11 Article 11 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 12 Article 12 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 13 Article 13 Ayat (1) Section (1)

    Pengawasan oleh Bank Indonesia terutama dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai. Sedangkan pengawasan dan/atau penegakan hukum terhadap pemenuhan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai dilakukan bekerja sama dengan aparat penegak hukum.

    Supervision by Bank Indonesia focuses on the compliance with the mandatory use of Rupiah in non-cash transactions. Meanwhile, supervision and/or law enforcement of the compliance with the mandatory use of Rupiah in cash transactions are made in cooperation with law enforcement officers.

    Ayat (2) Section (2) Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 14 Article 14 Huruf a Point a

    Yang dimaksud kegiatan usaha penukaran valuta asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan antara lain kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan Bank yang memiliki izin dari Bank Indonesia.

    Currency exchange under the laws and regulations means, inter alia, non-Bank currency exchange activities with a license from Bank Indonesia.

    Huruf b Point b Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 15 Article 15

  • 16

    Koordinasi dan kerja sama dengan pihak lain dapat dilakukan antara lain dengan aparat penegak hukum, dan otoritas yang berwenang.

    Coordination and cooperation with other parties may be made with, inter alia, law enforcement officers and competent authorities.

    Pasal 16 Article 16 Penetapan kebijakan oleh Bank Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain kesiapan pelaku usaha, kontinuitas kegiatan usaha, kegiatan investasi, dan/atau pertumbuhan ekonomi nasional.

    The policy adopted by Bank Indonesia considers, inter alia, the readiness of business operators, continuity of business, investment, and/or growth of the national economy.

    Pasal 17 Article 17 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 18 Article 18 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 19 Article 19 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 20 Article 20 Rekomendasi yang disampaikan oleh Bank Indonesia antara lain berupa rekomendasi untuk mencabut izin usaha atau menghentikan kegiatan usaha.

    Recommendations by Bank Indonesia are, inter alia, revocation of licenses or cessation of business activities.

    Pasal 21 Article 21 Ayat (1) Section (1)

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Ayat (2) Section (2)

    Cukup jelas. Sufficiently clear. Ayat (3) Section (3)

    Yang dimaksud dengan perubahan atas perjanjian tertulis adalah perubahan yang terutama terkait dengan perubahan subjek dan/atau objek pada perjanjian tertulis.

    Amendment of written agreements means amendment especially in connection with changes of the subjects and/or objects of the written agreements.

    Pasal 22 Article 22 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 23 Article 23 Cukup jelas. Sufficiently clear.

    Pasal 24 Article 24 Cukup jelas.

    Sufficiently clear.

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5683

    SUPPLEMENT TO THE STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 5683

  • 17

    FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

    PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015

    TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN

    REPUBLIK INDONESIA

    REGULATION OF BANK INDONESIA NUMBER 17/3/PBI/2015

    CONCERNING MANDATORY USE OF RUPIAH IN THE TERRITORY OF THE UNITARY STATE

    OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

    1. Apa saja pertimbangan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia ini?

    1. What does Bank Indonesia take into consideration when issuing this Regulation of Bank Indonesia?

    PBI ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa:

    This Regulation of Bank Indonesia is issued in consideration that:

    a. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    a. the Rupiah is legal tender in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and the symbol of the sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    b. Penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia juga diperlukan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah.

    b. the use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is also required to support the achievement of the stable Rupiah exchange value.

    c. Untuk mewujudkan kedaulatan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah, perlu diterapkan kebijakan kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    c. to realize the sovereignty of the Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and to support the achievement of the stable Rupiah exchange value, it is necessary to adopt the policy on the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    d. berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    d. under Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia, as several times amended, most recently amended by Law Number 6 of 2009, Bank Indonesia is, as the monetary and payment system authority, competent to regulate the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    2. Apa dasar hukum Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia ini?

    2. What is the legal basis under which Bank Indonesia issues this Regulation of Bank Indonesia?

    Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia didasari kewenangan Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang moneter dan sistem pembayaran sebagaimana diatur dalam Pasal 8

    Bank Indonesia issues this Regulation of Bank Indonesia under the competency of Bank Indonesia with the monetary and payment system authority as provided for in Article 8, in

  • 18

    Jo. Pasal 10 ayat (1) huruf b jo. Pasal 15 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (UU BI).

    conjunction with Article 10 section (1) point (b), in conjunction with Article 15 section (1) point (c) of Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia, as several times amended, most recently amended by Law Number 6 of 2009 (BI Law).

    Dalam rangka mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia dapat menetapkan kebijakan moneter dan menetapkan penggunaan alat pembayaran dengan mewajibkan penggunaan Rupiah dalam seluruh transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    To support the achievement of the stable Rupiah exchange value, Bank Indonesia may adopt the monetary policy and legal tender by requiring the mandatory use of Rupiah in any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

    3. Apa saja ketentuan perundang undangan yang menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan Bank Indonesia ini?

    3. To what laws and regulations does the making of this Regulation of Bank Indonesia refer?

    Dalam menyusun Peraturan Bank Indonesia ini, undang-undang yang menjadi dasar dan rujukan sebagai berikut:

    The making of this Regulation of Bank Indonesia refers to the following laws:

    a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

    a. Law Number 7 of 1992 concerning Banking (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 31 of 1992, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3472), as amended by Law Number 10 of 1998 concerning Amendment of Law Number 7 of 1992 concerning Banking (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 182 of 1998, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3790);

    b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

    b. Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 66 of 1999, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3844), as several times amended, and most recently amended by Law Number 6 of 2009 concerning Enactment of Government Regulation in Lieu of Law Number 2 of 2008 concerning The Second Amendment of Law Number 23 of 1999 concerning Bank Indonesia into Law (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 7 of 2009, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4962);

    c. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

    c. Law Number 21 of 2008 concerning Shariah Banking (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 94 of 2008,

  • 19

    Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867)

    Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4867);

    d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5223);

    d. Law Number 7 of 2011 concerning Currency (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 64 of 2011, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5223);

    4. Hal apa saja yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini?

    4. What does this Regulation of Bank Indonesia govern?

    Peraturan Bank Indonesia ini mengatur hal sebagai berikut:

    This Regulation of Bank Indonesia governs the following:

    a. Ketentuan umum; a. General provisions; b. Kewajiban penggunaan Rupiah; b. Mandatory use of Rupiah; c. Pengecualian kewajiban penggunaan

    Rupiah; c. Exempted mandatory use of Rupiah;

    d. Larangan menolak Rupiah; d. Prohibition from rejecting Rupiah; e. Pencantuman harga barang dan jasa; e. Price-tagging/labelling of goods and/or

    services; f. Laporan dan pengawasan kepatuhan; f. Reports and supervision of compliance; g. Ketentuan lain-lain; g. Miscellaneous provisions; h. Sanksi; h. Sanctions; i. Ketentuan peralihan; dan i. Transitional provisions; and j. Ketentuan penutup. j. Concluding provisions.

    5. Apakah setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menggunakan Rupiah?

    5. Is any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia subject to the mandatory use of Rupiah?

    Ya, setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menggunakan Rupiah.

    Yes, any transaction in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is subject to the mandatory use of Rupiah.

    6. Siapa yang wajib melakukan transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia?

    6. Who is subject to the mandatory use of Rupiah in transactions in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia?

    Setiap pihak yang melakukan transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik orang perorangan maupun korporasi.

    Any party, whether individuals or corporations, making transactions in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia is subject to the mandatory use of Rupiah.

    7. Apakah kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berlaku untuk tunai dan nontunai?

    7. Does the mandatory use of Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia apply to cash and non-cash transactions?

    Ya, kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berlaku untuk transaksi tunai dan nontunai.

    Yes, the mandatory use of Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia applies to cash and non-cash transactions.

  • 20

    Transaksi tunai mencakup transaksi yang menggunakan uang kertas dan/atau uang logam sebagai alat pembayaran.

    Cash transactions include banknote-based transactions and/or coin-based transactions as legal tender.

    Transaksi nontunai mencakup transaksi yang menggunakan alat dan mekanisme pembayaran secara nontunai.

    Non-cash transactions include transactions that use means and mechanism of non-cash payment.

    8. Transaksi apa saja yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    8. What transactions are permitted to use foreign currencies?

    Dalam Peraturan Bank Indonesia ini transaksi yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah sebagai berikut:

    In this Regulation of Bank Indonesia, the following are transactions permitted to use foreign currencies:

    a. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;

    a. certain transactions with respect to the state budget;

    b. penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;

    b. receipt or provision of gifts from or to abroad;

    c. transaksi perdagangan internasional; c. international trade transactions; d. simpanan di Bank dalam bentuk valuta

    asing; atau d. Bank savings in foreign currencies; or

    e. transaksi pembiayaan internasional, e. international financing transactions, sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (2) UU Mata Uang dan transaksi dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang meliputi:

    as governed by Article 21 section (2) of Law concerning Currency and foreign currency-based transactions made under the Laws that include:

    a. Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah;

    a. foreign currency business conducted by a Bank under the Law concerning banking and shariah banking;

    b. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara; dan

    b. primary market and secondary market transactions of negotiable instruments in foreign currencies issued by the Government under Laws concerning sovereign bonds and Islamic bonds; and

    c. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang.

    c. other foreign currency-based transactions made under the Laws.

    9. Transaksi tertentu dalam rangka

    pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    9. What certain transactions with respect to the state budget are permitted to use foreign currencies?

    Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara meliputi:

    Certain transactions with respect to the state budget include:

    a. pembayaran utang luar negeri; a. repayment of foreign debts; b. pembayaran utang dalam negeri dalam b. repayment of domestic debts in foreign

  • 21

    valuta asing; currencies; c. belanja barang dari luar negeri; c. foreign expenditure; d. belanja modal dari luar negeri; d. foreign capital expenditure; e. penerimaan negara yang berasal dari

    penjualan surat utang negara dalam valuta asing; dan

    e. state revenues from sovereign bond sale in foreign currencies; and

    f. transaksi lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

    f. other transactions as governed by the laws and regulations.

    10. Transaksi penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    10. What transactions of receipt or provision of gifts from or to abroad are permitted to use foreign currencies?

    Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah hibah yang dilakukan oleh penerima atau pemberi hibah yang salah satunya berkedudukan di luar negeri. Apabila penerima dan pemberi hibah berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maka hibah harus dilakukan dengan menggunakan Rupiah.

    Transactions of receipt or provision of gifts from or to abroad that are permitted to use foreign currencies are such transactions where either the recipient or the provider of gifts is domiciled abroad. If the recipient and the provider of gifts are domiciled in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia, the transactions of receipt or provision of gifts must be made in Rupiah.

    11. Transaksi perdagangan internasional seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    11. What international trade transactions are permitted to use foreign currencies?

    Transaksi perdagangan internasional yang diperbolehkan menggunakan valuta asing meliputi:

    International trade transactions that are permitted to use foreign currencies include:

    a. kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia; dan/atau

    a. export and/or import of goods to or from outside the customs zones of the Republic of Indonesia; and/or

    b. kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara yang dilakukan dengan cara:

    b. cross border trade in services in the form of:

    1. pasokan lintas batas (cross border supply), yaitu penyediaan jasa dari wilayah suatu negara ke wilayah negara lain seperti pembelian secara online (dalam jaringan) atau call center; dan

    1. cross border supply, that is, the provision of service from one territory of a state to another territory of a state, such as online purchase (network) or call center; and

    2. konsumsi di luar negeri (consumption abroad), yaitu kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara dalam bentuk konsumsi di luar negeri (consumption abroad) adalah kegiatan penyediaan jasa di luar negeri untuk melayani konsumen dari Indonesia seperti warga negara

    2. consumption abroad, that is, cross border trade in services in the form of consumption abroad, which is the provision of services abroad to serve consumers from Indonesia, such as an Indonesian citizen who studies at the college abroad or receives medical treatment at the hospital abroad.

  • 22

    Indonesia yang kuliah di luar negeri atau rawat di rumah sakit luar negeri.

    Adapun transaksi untuk kegiatan tambahan dalam kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia tidak dikategorikan sebagai transaksi perdagangan internasional sehingga wajib menggunakan Rupiah, antara lain meliputi: sandar kapal di pelabuhan, bongkar muat kontainer, penyimpanan sementara kontainer di pelabuhan, dan parkir pesawat di bandara.

    Ancillary activities in export and/or import of goods to or from outside the customs zones of the Republic of Indonesia are not categorized as international trade, so that the use of Rupiah is mandatory, such as, among others, berthing, container loading/unloading, temporary container storage, and aircraft parking at the airport.

    12. Transaksi simpanan di Bank dalam valuta asing seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    12. What kinds of foreign currency-based Bank savings are permitted to use foreign currencies?

    Simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing hanya dapat diselenggarakan oleh Bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. Transaksi terkait simpanan di Bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dapat berupa penyetoran dan/atau penarikan valuta asing.

    Bank deposits in foreign currencies may be provided by a Bank that is engaged in foreign currencies. Transactions in connection with deposits with a Bank that is engaged in foreign currencies may be in the form of deposit and/or withdrawal of foreign currencies.

    13. Transaksi pembiayaan internasional seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    13. What international financing transactions are permitted to use foreign currencies?

    Transaksi pembiayaan internasional yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh penerima dan pemberi pembiayaan yang salah satunya berkedudukan di luar negeri.

    International financing transactions that are permitted to use foreign currencies are financing transactions made by the beneficiaries and the financiers, any of whom is domiciled abroad.

    Dalam hal pemberi pembiayaan internasional berupa Bank maka wajib memenuhi ketentuan yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak asing.

    Where the international financing provider is a Bank, the Bank must comply with the regulation that governs foreign currencies against Rupiah transactions between Banks and foreign parties.

    14. Kegiatan usaha Bank dalam valuta asing seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    14. What foreign currency-based business activities conducted by a Bank are permitted to use foreign currencies?

    Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah meliputi antara lain:

    Those permitted to use foreign currencies are foreign currency-based business activities conducted by a Bank under the Laws concerning banking and shariah banking, including, among others:

    a. kredit dalam valuta asing untuk kegiatan ekspor dan kegiatan lainnya;

    a. credits for export and other activities in foreign currencies;

    b. pasar uang antar Bank dalam valuta asing; b interbank call money in foreign currencies; c. obligasi dalam valuta asing; c. bonds in foreign currencies;

  • 23

    d. sub debt dalam valuta asing; d. sub-debt in foreign currencies; e. jual beli surat berharga dalam valuta asing;

    dan e. sale and purchase of negotiable

    instruments in foreign currencies; and f. transaksi perbankan lainnya dalam valuta

    asing yang diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah beserta peraturan pelaksanaannya.

    f. other banking transactions in foreign currencies as governed by Laws concerning banking and shariah banking along with their ancillary regulations.

    15. Apa saja lingkup kegiatan usaha Bank yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    15. Within what scope are the business activities of a Bank permitted to use foreign currencies?

    Kegiatan usaha Bank yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah meliputi antara lain:

    Those permitted to use foreign currencies are foreign currency-based business activities conducted by a Bank under the Laws concerning banking and shariah banking, including, among others:

    a. kredit dalam valuta asing untuk kegiatan ekspor dan kegiatan lainnya;

    a. credits for export and other activities in foreign currencies;

    b. pasar uang antar Bank dalam valuta asing; b interbank call money in foreign currencies; c. obligasi dalam valuta asing; c. bonds in foreign currencies; d. sub debt dalam valuta asing; d. sub-debt in foreign currencies; e. jual beli surat berharga dalam valuta asing;

    dan e. sale and purchase of negotiable

    instruments in foreign currencies; and f. transaksi perbankan lainnya dalam valuta

    asing yang diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah beserta peraturan pelaksanaannya.

    f. other banking transactions in foreign currencies as governed by Laws concerning banking and shariah banking along with their ancillary regulations.

    16. Transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah seperti apa yang diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    16. What transactions of negotiable instruments issued by the Government are permitted to use foreign currencies?

    Tansaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara diperbolehkan menggunakan valuta asing.

    Primary market and secondary market transactions of negotiable instruments in foreign currencies issued by the Government under the Laws concerning sovereign bonds and Islamic bonds are permitted to use foreign currencies.

    17. Undang Undang apa saja yang mengatur transaksi lainnya dalam valuta asing?

    17. What Laws do govern other transactions in foreign currencies?

    Undang-Undang yang mengatur mengenai transaksi lainnya dalam valuta asing antara lain Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, Undang-Undang mengenai penanaman modal, dan Undang-Undang mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

    Laws that govern other transactions in foreign currencies are, among others, Law concerning Bank Indonesia, Law concerning investment and Law concerning Indonesia export financing institutions.

  • 24

    18. Apakah kegiatan usaha penukaran valuta asing (KUPVA) dan kegiatan pembawaan uang kertas asing ke dalam atau ke luar wilayah pabean Republik Indonesia merupakan transaksi yang wajib dilakukan dengan menggunakan Rupiah?

    18. Are currency exchange business activities and carrying foreign banknotes into or out of the customs zones of the Republic of Indonesia transactions subject to the mandatory use of Rupiah?

    Kegiatan yang berupa: Activities such as: a. penukaran valuta asing yang dilakukan

    oleh penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

    a. currency exchange that is made by currency exchange providers under the laws and regulations; and

    b. pembawaan uang kertas asing ke dalam atau ke luar wilayah pabean Republik Indonesia,

    b. carrying foreign banknotes into or out of the customs zones of the Republic of Indonesia under the laws and regulations,

    yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, tidak dikategorikan sebagai transaksi yang wajib menggunakan Rupiah.

    made under the laws and regulations are not categorized as transactions subject to the mandatory use of Rupiah.

    19. Apakah suatu transaksi diperbolehkan menggunakan valuta asing apabila telah diperjanjikan secara tertulis?

    19. Is a transaction permitted to use foreign currencies if made under the written agreement?

    Pada prinsipnya setiap pihak wajib menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI dan dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah.

    Any party must, in principle, use Rupiah in any transaction made in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and is prohibited from rejecting to receive Rupiah which is delivered to pay or settle the obligations payable in Rupiah.

    Namun demikian, suatu pihak dapat menolak untuk menerima Rupiah dengan salah satu pertimbangan bahwa pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing telah diperjanjikan secara tertulis. Perjanjian tertulis dimaksud hanya dapat dilakukan untuk:

    Any party may, however, reject to receive Rupiah on the grounds that the payment or settlement of the obligations in foreign currencies is made under the written agreement. Such a written agreement may be entered into only for:

    a. transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Bank Indonesia ini; atau

    a. transactions that are exempted from the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 4 and Article 5 of this Regulation of Bank Indonesia; or

    b. proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan Bank Indonesia. Yang dimaksud proyek infrastruktur strategis yaitu proyek infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi nonbank dan dibuktikan dengan surat keterangan dari kementerian atau lembaga

    b. transactions in connection with strategic infrastructure projects upon approval of Bank Indonesia. Strategic infrastructure projects are infrastructure projects as referred to in the provisions of Bank Indonesia that govern application of the principle of prudence in the management of foreign debts of non-bank corporations, and as documented by the certificate from the competent ministry or agency.

  • 25

    yang berwenang. Adapun perjanjian tertulis yang disusun untuk transaksi di luar transaksi yang terdapat pada huruf a dan b di atas yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015, maka perjanjian tertulis tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian tertulis tersebut.

    Any written agreement made for transactions other than those in point (a) and point (b) above entered into before July 1, 2015 remains in effect until the expiration of the written agreement.

    Perjanjian tertulis ini hanya berlaku untuk perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing untuk transaksi nontunai.

    These written agreements apply to only written agreements on payment or settlement of obligations in foreign currencies in non-cash transactions.

    Adapun perpanjangan dan/atau perubahan atas perjanjian tertulis yang disusun untuk transaksi di luar transaksi yang terdapat pada huruf a dan b di atas harus tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini.

    Any renewal and/or amendment of written agreements made for transactions other than those in point (a) and point (b) above must comply with this Regulation of Bank Indonesia.

    Yang dimaksud dengan perubahan atas perjanjian tertulis adalah perubahan yang terutama terkait dengan perubahan subjek dan/atau objek pada perjanjian tertulis.

    Amendment of written agreements means amendment especially in connection with changes of the subjects and/or objects of the written agreements.

    20. Apakah pencantuman harga barang dan/atau jasa diperbolehkan menggunakan valuta asing?

    20. Are goods and/or services permitted to be price-tagged/labelled in foreign currencies?

    Dalam rangka mendukung efektifitas implementasi kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah, seluruh pencantuman harga barang dan/atau jasa hanya dapat menggunakan Rupiah. Pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam valuta asing tidak diperbolehkan. Namun demikian pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam perjanjian suatu tertulis untuk transaksi:

    In support of the effective implementation of mandatory use of Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia, all goods and/or services must be price-tagged/labelled in Rupiah only. Goods and/or services are not permitted to be price-tagged/labelled in foreign currencies. However, price-tagging/labelling of goods and/or services under a written agreement is permitted for:

    a. transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Bank Indonesia; atau

    a. transactions that are exempted from the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 4 and Article 5 of this Regulation of Bank Indonesia; or

    b. transaksi yang berkaitan dengan proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Penentuan proyek infrastruktur strategis dibuktikan dengan surat keterangan dari kementerian atau lembaga yang berwenang,

    b. transactions in connection with strategic infrastructure projects upon approval of Bank Indonesia under the provisions of Bank Indonesia. Strategic infrastructure projects must be documented by the certificate from the competent ministry or agency.

    diperbolehkan menggunakan valas. Adapun untuk pencantuman harga di dalam perjanjian tertulis yang disusun dalam rangka transaksi di luar transaksi pada huruf a dan b yang dibuat

    Any price quotation in foreign currencies in the written agreement made for transactions other than those in point (a) and point (b) entered into before July 1, 2015 remains in effect until the

  • 26

    sebelum tanggal 1 Juli 2015, maka pencantuman harga dalam valas tersebut tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian tertulis tersebut. Untuk perpanjangan dan/atau perubahan atas perjanjian tertulis dimaksud maka harus tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini.

    expiration of the written agreement. Any renewal and/or amendment of written agreements must comply with this Regulation of Bank Indonesia.

    Yang dimaksud dengan perubahan atas perjanjian tertulis adalah perubahan yang terutama terkait dengan perubahan subjek dan/atau objek pada perjanjian tertulis.

    Amendment of written agreements means amendment especially in connection with changes of the subjects and/or objects of the written agreements.

    21. Apakah Bank Indonesia dapat menetapkan kebijakan tertentu terkait dengan penerapan Peraturan Bank Indonesia ini?

    21. May Bank Indonesia adopt a certain policy with respect to the implementation of this Regulation of Bank Indonesia?

    Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai, Bank Indonesia dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

    In case of issues affecting business operators with certain characteristics in connection with the mandatory use of Rupiah in non-cash transactions, Bank Indonesia may adopt a certain policy with due regard to the mandatory use of Rupiah as governed by this Regulation of Bank Indonesia.

    22. Apa saja sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Bank Indonesia ini?

    22. What sanctions to be imposed against any violation of this Regulation of Bank Indonesia?

    a. Terhadap pelanggaran atas: a. Any violation against: - kewajiban penggunaan Rupiah

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia ini untuk transaksi tunai; dan/atau

    - the mandatory use of Rupiah as referred to in Article 2 section (1) of this Regulation of Bank Indonesia in cash transactions; and/or

    - larangan menolak Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia ini,

    - the prohibition from rejecting Rupiah as referred to in Article 10 of this Regulation of Bank Indonesia,

    berlaku ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

    will be imposed criminal sanctions as referred to in Article 33 of Law Number 7 of 2011 concerning Currency.

    b. Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia ini untuk transaksi nontunai dikenakan sanksi administratif berupa:

    b. Any violation against the mandatory use of Rupiah in non-cash transactions as referred to in Article 2 section (1) of this Regulation of Bank Indonesia will be imposed administrative sanctions of:

    - teguran tertulis; - written warnings; - kewajiban membayar; dan/atau - obligatory payment; and/or - larangan untuk ikut dalam lalu lintas

    pembayaran. - prohibition from engagement in any

    transaction of payment. - Sanksi kewajiban membayar

    ditetapkan sebesar 1% (satu persen) - the sanction of obligatory payment is

    set 1% (one percent) of the transaction

  • 27

    dari nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

    value, in the aggregate, not exceeding Rp1,000,000,000 (one billion rupiah).

    c. Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

    c. Any violation against the mandatory price-tagging/labelling of goods and/or services in Rupiah as referred to in Article 11 and the obligations to submit reports, descriptions, and/or data as referred to in Article 13 section (2) will be imposed administrative sanctions of written warnings.

    d. Selain mengenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 17, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya.

    d. In addition to the administrative sanctions as referred to in Article 16 section (1) and Article 17, Bank Indonesia may recommend the competent authorities to take measures within their area of competence.

    23. Bagaimana Bank Indonesia melakukan pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah NKRI?

    23. How does Bank Indonesia supervise the compliance with mandatory use of Rupiah in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia?

    a. Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.

    a. Bank Indonesia may request reports, descriptions, and/or data from the relevant parties affected by the mandatory use of Rupiah.

    b. Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait.

    b. Such a request may be made with or without involving the competent agency.

    c. Bilamana terdapat pihak yang diminta oleh Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan, keterangan dan data tertentu maka pihak tersebut wajib memenuhi permintaan Bank Indonesia.

    c. Any party must, where requested by Bank Indonesia to submit certain reports, descriptions, and data, fulfill such a request of Bank Indonesia.

    d. Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak.

    d. Bank Indonesia makes onsite supervision of any party.

    e. Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak.

    e. Bank Indonesia appoints any other party to make inquiries with respect to its supervision of the compliance of any party.

    24. Apakah objek pengawasan Bank Indonesia terhadap kewajiban penggunaan Rupiah?

    24. What are Bank Indonesias objects of supervision of the mandatory use of Rupiah?

    Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah dan pencantuman harga barang dan/atau jasa.

    Bank Indonesia make supervision of the compliance of any party with the mandatory use of Rupiah and the mandatory price-tagging/labelling of goods and/or services in Rupiah.

  • 28

    Translated by: Wishnu Basuki [email protected]

    25. Kapan Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku?

    25. When does this Regulation of Bank Indonesia come into effect?

    Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu tanggal 31 Maret 2015.

    This Regulation of Bank Indonesia comes into effect on March 31, 2015.

    ---oOo---