Referat Pocd Final

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    1/18

    REFERAT

    POST OPERATION COGNITIF DISFUNCTION PADA PASIEN ANESTESI

    GERIATRI

    DISUSUN OLEH :

    1. Agustina Anggraeni Purnomo 1!"1!#!!$$%

    &. 'osua Hisar Siman(unta) 11"1!#!1*&%

    PE+,I+,ING

    -r. Ratna E. Hutaea S.An

    /EPANITERAAN /LINI/ IL+U ANESTESI

    PERIODE 11+EI 0 1# 'UNI &!1#

     FA/ULTAS /EDO/TERAN

    UNIERSITAS /RISTEN INDONESIA

    'A/ARTA

    &!1#

    1

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    2/18

    ,A, I

    PENDAHULUAN

    Usia Harapan hidup penduduk merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa.

    Indonesia sebagai suatu negara berkembang dengan perkembangan yang cukup baik, memiliki

    harapan hidup yang diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun. Menurut Depkes I

    !"011#, diperkirakan mulai tahun "010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk usia lanjut dari

    $,77% menjadi 11,&'% pada tahun "0"0. (eningkatan usia harapan hidup akan berpengaruh

    terhadap banyaknya jumlah usia lanjut yang menjalani pembedahan atau operasi karena berbagai

    kasus bedah yang dialami. (asien usia lanjut yang akan menjalani operasi mungkin berisiko

    mengalami hasil akhir yang kurang atau bahkan tidak baik sama sekali karena berkurangnya

    kemampuan untuk memelihara atau mengembalikan homeostasis )isiologik saat menjalani

    operasi. *ondisi tersebut akan diperberat oleh adanya berbagai kormobiditas seperti penyakit

     jantung, paru+paru, diabetes mellitus dan sebagainya !Mansjoer, "007#. etiap operasi agar 

     berjalan optimal perlu dilakukan persiapan yang cermat dan matang.

    *emajuan dalam teknik bedah dan pera-atan anestesi dapat menurunkan angka kematian

     perioperati) dan morbiditas pada pasien orang tua. (asien dengan beberapa masalah medis saat

    ini dapat menjalani prosedur pembedahan yang relati) kompleks. alaupun demikian, masih

    terdapat persentase yang signi)ikan dari pasien usia lanjut yang mengalami /(ost peratie

    2ognitie Dys)unction3 !(2D#. (2D adalah kondisi yang ditandai oleh gangguan memori,

    konsentrasi, bahasa, pemahaman dan sosial integrasi !4ekker, "00. tudi International (2D

    !I(2D # menunjukkan kejadian (2D sekitar "5% pada pasien yang diambil satu minggu

    setelah operasi. Mengingat insiden yang relati) lebih tinggi dari (2D pada pasien usia lanjut

    dalam satu sampai tiga hari paska operasi, maka diperkirakan bah-a kejadian (2D terdeteksi

    '6% pasien pada "' jam pertama !Denise ohan, et al "00'#.

    Dis)ungsi kogniti) pasca operasi merupakan masalah pera-atan yang sulit, dan sering

    kali bermani)estasi sebagai disorientasi, kelemahan, cemas, paranoia, perilaku agresi) dan

    halusinasi isual !Martono, "00$#. ingginya kejadian (2D pada lansia dapat berpengaruh

    terhadap lamanya penyembuhan, peningkatan 8ength o) tay !8#, dan akhirnya menyebabkan

    "

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    3/18

    tingginya biaya pera-atan. (erkembangan (2D dapat menyebabkan terjadinya neuropsikiatri

    yang mengacu pada gangguan ji-a.

    4erbagai )aktor diduga dapat menyebabkan terjadinya (2D pada lansia yang

    mengalami pembedahan. (enelitian oleh 2anet, dkk, !"00, menemukan bah-a usia, jenis

    kelamin dan penggunaan alkohol merupakan )aktor+)aktor yang berpengaruh terhadap kejadian

    (2D pada pasien lansia yang mengalami operasi bedah minor. edangkan durasi anastesi,

     penggunaan olatil dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap kejadian (2D. 4erbeda dengan

     penelitian yang dilakukan oleh ijoto dan 9ndriyanto !"00$#, yang menunjukkan bah-a

    ariabel usia, tingkat pendidikan dan durasi operasi tidak berpengaruh terhadap dis)ungsi

    kogniti).

    &

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    4/18

    ,A, II

    TIN'AUAN PUSTA/A

    Dis)ungsi kogniti) pasca operasi dide)inisikan sebagai sebuah hendaya )ungsi kogniti) 

    yang muncul setelah prosedur operasi. Masalah yang umum terlihat adalah hendaya memori,

    konsentrasi dan hendaya proses intelektual. Menurut Monk dan (rice, (2D !post operatie

    cognitie dis)unction# adalah sebuah hendaya memori, konsentrasi dan pengelolaan in)ormasi

    yang berbeda dengan delirium dan demensia. alaupun keadaan ini tidak termasuk diagnosis

     psikiatri yang )ormal, dis)ungsi kogniti) pasca operasi dianggap sebagai suatu penyakit

    neurokogniti) yang ringan. !erri :, "011#.

    :angguan kogniti) merupakan gangguan kemampuan berpikir dan memberi rasional,

    termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan !tuart dan undeen,

    "00"#. :angguan kogniti) meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang menggambarkan

     perubahan nyata dari tingkat )ungsi indiidu yang sebelumnya !9(9, "000#. :angguan kogniti) 

    !2ognitie Disorder# disebabkan oleh kondisi )isik atau medis !misalnya, otak mengalami

    kerusakan, mengalami gangguan karena penyakit, luka+luka, atau stroke#, dan penggunaan obat

    atau pemberhentian penggunaan obat+obatan secara tiba+tiba yang mempengaruhi )ungsi dari

    otak.

    ;aktor psikologis disini berperan sebagai penentu dampak dari simtom+simtom yang

    melumpuhkan. Misalnya, bagaimana cara indiidu akan mengatasi penurunan kemampuan

    kogniti) dan )isiknya.

    :angguan kogniti) terjadi apabila otak mengalami kerusakan atau mengalami hendaya

    dalam kemampuannya untuk ber)ungsi akibat luka+luka, penyakit, keterpaparan terhadap racun+

    racun, atau penggunaan atau penyalahgunaan obat+obatan psikoakti). Derajat dan lokasi

    kerusakan otak banyak menentukan tingkat dan keparahan hendaya. 4iasanya, semakinmenyebar kerusakannya, semakin besar dan semakin parah hendaya dalam )ungsi. 8okasi

    kerusakan juga sangat penting karena banyak struktur atau daerah otak yang menampilkan

    )ungsi+)ungsi khusus. Misalnya, kerusakan pada lobus temporal dihubungkan dengan kerusakan

    dalam ingatan dan perhatian, sedangkan kerusakan pada lobus oksipital mungkin menghasilkan

    de)isit isual+spasial, seperti hilangnya kemampuan untuk mengenali -ajah !9(9, "000#.

    '

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    5/18

    (erubahan jangka pendek dalam kinerja tes kogniti) selama hari pertama sampai

     beberapa minggu setelah operasi telah dicatat dengan baik dan biasanya mencakup beberapa

    kogniti) seperti, perhatian, memori, dan kecepatan psikomotorik. (enurunan kogniti) a-al

    setelah pembedahan sebagian besar akan membaik dalam -aktu & bulan. (embedahan jantung

     berhubungan dengan &5% insidens terjadinya penurunan kogniti) dalam -aktu 5 minggu setelah

    operasi.

    Insidens dis)ungsi kogniti) setelah pembedahan non+jantung pada pasien dengan usia

    lebih dari 56 tahun adalah "5% pada minggu pertama dan 10% pada bulan ketiga. Dis)ungsi

    kogniti) jangka pendek setelah pembedahan dapat disebabkan karena berbagai etiologi, termasuk 

    mikroemboli !terutama pada pembedahan jantung#, hipoper)usi, respons in)lamasi sistemik 

    !bypass kardiopulmoner#, anestesia, depresi, dan )aktor+)aktor genetik !alel

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    6/18

    (erubahan sensitiitas otak terhadap tiopental yang berhubungan dengan usia dinyatakan

    tidak ada, namun, dosis tiopental yang diperlukan untuk mencapai anestesia menurun sejalan

    dengan pertambahan usia. (enurunan dosis tiopental sehubungan dengan usia disebabkan karena

     penurunan olume distribusi inisial obat tersebut. (enurunan olume distribusi inisial terjadi

     pada kadar obat dalam serum yang lebih tinggi setelah pemberian tiopental dalam dosis tertentu

     pada pasien berusia lanjut. ama seperti pada kasus etomidate, perubahan )armakokinetik sesuai

    usia !disebabkan karena penurunan klirens dan olume distribusi inisial#, bukan gangguan

    responsi) otak yang terganggu, bertanggung ja-ab terhadap penurunan dosis etomidate yang

    diperlukan pada pasien berusia lanjut. tak menjadi lebih sensiti) terhadap e)ek propo)ol, pada

    usia lanjut. elain itu, klirens propo)ol juga mengalami penurunan. olam untuk menghasilkan e)ek sedasi selama

    endoskopi gastrointestinal atas mengalami penurunan sebesar 76% pada pasien berusia lanjut.

    (erubahan ini berhubungan dengan peningkatan sensitiitas otak dan penurunan klirens obat

    !Miller, "010#.

    c# piat

    Usia merupakan prediktor penting perlu tidaknya penggunaan mor)in post operati),

     pasien berusia lanjut hanya memerlukan sedikit obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Mor)in

    dan metabolitnya morphine+5+elucuronide mempunyai si)at analgetik. *lirens mor)in akan

    menurun pada pasien berusia lanjut. Morphine+5+glueuronide tergantung pada eksresi renal.

    (asien dengan insu)isiensi ginjal mungkin menderita gangguan eliminasi mor)in glucuronides,

    dan hal ini bertanggung ja-ab terhadap peningkatan analgesia dari dosis mor)in yang diberikan

     pada pasien berusia lanjut. ha)er !"00$# melakukan tinjauan komperehensi) terhadap

    )armakologi su)entanil, al)entanil, dan )entanil pada pasien berusia lanjut. u)entanil, al)entanil,

    dan )entanil kurang lebih dua kali lebih poten pada pasien berusia lanjut. (enemuan ini

     berhubungan dengan peningkatan sensitiitas otak terhadap opioid sejalan dengan usia, bukan

    karena gangguan )armakokinetik. (enambahan usia berhubungan dengan perubahan

    )armakokinetik dan )armakodinamik dari remi)entanil. (ada usia lanjut terjadi peningkatan

    sensitiitas otak terhadap remi)entanil. emi)entanil kurang lebih dua kali lebih poten pada

     pasien usia lanjut, dan dosis yang diperlukan adalah satu setengah kali bolus. 9kibat olume

    5

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    7/18

    kompartemen pusat, dan penurunan klirens pada usia lanjut, maka diperlukan kurang lebih

    sepertiga jumlah in)us !Miller, "010#

    d# (elumpuh tot

    Usia tidak mempengaruhi )armakodinamik pelumpuh otot dan durasi kerja obat mungkin

    akan memanjang jika diberikan pada lansia. Diperkirakan terjadi penurunan pancuronium pada

     pasien berusia lanjut, karena ketergantungan pancuronium terhadap eksresi ginjal. (erubahan

    klirens pancuronium pada usia lanjut masih kontroersial. 9tracurium bergantung pada sebagian

    kecil metabolisme hati dan ekskresi, dan -aktu paruh eliminasinya akan memanjang pada pasien

    usia lanjut. idak terjadi perubahan klirens dengan bertambahnya usia, yang menunjukkan

    adanya jalur eliminasi alternati) !hidrolisis eter dan eliminasi Ho))mann# penting pada pasien

     berusia lanjut. *lirens ecuronium plasma lebih rendah pada pasien berusia lanjut. Durasi

    memanjang yang berhubungan dengan usia terhadap kerja ecuronium menggambarkan

     penurunan reersi ginjal atau hepar !Miller, "010#.

    e# 9nestesia neuraksial dan blok sara) peri)er

    (ersentase obat anestesia tidak berdampak terhadap durasi blokade motorik dengan

     pemberian anestesi bupiacaine akhir. aktu onset akan menurun, bagaimanapun juga

     penyebaran anestesi akan lebih baik dengan pemberian cairan bupiacaine hiperbarik. Dampak 

    usia terhadap durasi anestesia epidural tidak terlihat pada pemberian bupiacaine 6%. aktu

    onset akan memendek, dan kedalaman blok anestesia akan bertambah besar. erlihat klirens

     plasma lokal anestesi yang menurun pada pasien berusia lanjut. Hal ini dapat menjadi )aktor 

    yang mengurangi penambahan dosis dan jumlah in)us selama pemberian dosis berulang dan

    teknik in)us berkesinambungan !4ekker, "00.

    Te)ni) Anestesi

    a# *euntungan bat+bat pesi)ik pada pasien lanjut usia

    Data menunjukkan bah-a penyakit penyerta preoperati) merupakan determinan yang

    lebih besar terhadap komplikasi post operati) dibandingkan dengan penatalaksanaan anestesi.

    4eberapa pendapat menitikberatkan pada penatalaksanaan )armakologi dan )isiologi terhadap

    usia lanjut. Mungkin terdapat peranan anestesi yang bekerja singkat untuk pasien berusia lanjut.

    7

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    8/18

    Metode titrasi opioid mungkin lebih baik menggunakan opioid dngan kerja singkat seperti

    remi)entanil. Dengan menambahkan dosis bolus dan in)us ariabilitas )armakokinetik 

    remi)entanil akan lebih rendah bila dibandingkan dengan opioid intraena lainnya. ama halnya

    dengan pilihan menggunakan pelumpuh otot dengan kerja yang lebih singkat. 4eberapa

     penelitian menunjukkan adanya peningkatan insidens komplikasi pulmoner dan blokresidual

     postoperati) pada pasien yang diberikan pancuronium bila dibandingkan dengan atracurium atau

    ecuronium. (enggunaan sugammade? sebagai obat reersal untuk rocuronium akan

    meningkatkan penggunaan pelumpuh ototpada pasien berusia lanjut. 4ila dibandingkan dengan

    anestesi inhalasi, tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada pemulihan pro)il )ungsi

    kogniti). Des)lurane berhubungan dengan emergensi paling cepat !4ekker, "00.

    ekanan darah optimal selama pembedahan akan mendukungkah penanganan )isiologis

    optimal sehinggga memberikan hasil pembedahan terbaik. Dipertanyakan selama tindakan

     bypass cardiopulmoner, pada tekanan berapakah tekanan per)usi yang paling baik. Menurut

     penelitian, pasien dengan usia lanjut dapat menerima anestesia hipotensi) dengan aman !tekanan

    darah arteri rata+rata adalah '6+66 mmHg# selama pembedahan ortopedik tanpa terjadi

     peningkatan risiko. (enggunaan kateter arteri pulmonal pada pasien berisiko tinggi juga

    dipertanyakan karena banyak penelitian randomissasi prospekti) yang menganalisis mortalitas

    selama pera-atan dan tidak didapatkannya keuntungan dari terapi dengan memasukkan kateter 

    arteri pada pasien usia lanjut berisiko tinggi yang memerlukan pera-atan I2U !Miller, "010#.

     b# 9nestesi regional berbanding anestesi umum

    Mayoritas bukti menunjukkan sedikit perbedaan hasil antara anestesi regional dan

    anestesi umum pada pasien berusia lanjut. Hasil ini telah dilaporkan pada berbagai jenis

     pembedahan, termasuk prosedur pembedahan askuler mayor dan ortopedik. (enggunaan

    anestesi regional tampaknya tidak menurunkan insidens dis)ungsi kogniti) postopertai) bila

    dibandingkan dengan anestesi umum !4ekker, "00.

    Menurut Daniel ( ;ines, anestesi regional menurunkan resiko hendaya kogniti) pada

     periode post operati), namun tidak ada e)ek terhadap insidensi (2D jangka panjang. atu

    minggu setelah operasi, insidensi hendaya kogniti) secara jelas berkurang saat teknik aestesi

    regional digunakan !1",7% s "1,"%# dibandingkan dengan general anestesi. @amun, perbedaan

    A

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    9/18

    ini semakin menipis pada & bulan post operasi. 9nestesi regional tidak muncul sebagai superior 

    dibandingkan general anestesi dalam mencegah (2D jangka panjang.

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    10/18

    anestesi dengan massa molekul yang tinggi seperti hiopental dan dai>epam tidak dilaporkan

    terlihat oligomerasi 9myloid C peptide.

    Tata2a)sana POCD

    4eberapa langkah penting dalam manajemen dis)ungsi kogniti) adalah sebagai berikut

    !4radley, "00'#.

    a. Mencari penyebab dan mengobati kausa tersebut

     b. (erbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit, status nutrisi dan penanganan a-al

    in)eksi.

    c. Interensi melalui pendekatan lingkungan. (asien perlu penentraman hati, dan

    reorientasi untuk mengurangi ansietas. (ada pera-atan di rumah sakit pasien

    sebaiknya dira-at di ruangan yang tenang juga cukup cahaya agar pasien dapat tahu

    dimana dia berada, tetapi dengan penerangan yang tidak mengganggu tidur pasien. Hal

    lain yang perlu dilakukan dalam upaya memberi ketenangan pada pasien yakni

    minimalisasi pergantian sta) medis yang mera-at pasien, minimalisasi stimulasi

    sensoris yang mengganggu !contohnya suara yang bising#, pemasangan musik yang

    lembut, serta pembatasan kedatangan dari orang asing yang belum dikenal pasien.

    *eluarga pasien perlu diberitahukan dan diterangkan secara jelas mengenai penyakit

     pasien agar mengurangi kecemasannya sehingga keluarga pasien dapat menolong

     pasien dalam pera-atan sehingga pasien merasa lebih tentram. *eluarga maupun

    teman perlu menemani dan menjenguk pasien.

    d. (endekatan komunikasi dan dukungan yang tepat terhadap pasien merupakan hal yang

    sangat penting dilakukan. 4ila memungkinkan, semua hal harus dijelaskan kepada

     pasien dengan baik dan lengkap. :angguan persepsi seperti halusinasi yang dialami

     pasien tidak seharusnya ditentang atau justru didukung. (asien harus sesering mungkin

    diberikan dukungan emosional.

    e. *e-aspadaan terhadap )aktor risiko juga penting dilakukan pada pasien. trategi

    interensi )aktor risiko delirium mencakup manajemen enam )aktor risiko kunci pada

    delirium !gangguan kogniti), gangguan tidur, imobilitas, gangguan isual, gangguan

    10

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    11/18

     pendengaran dan dehidrasi# dapat mengurangi episode dan lama durasi M pada

     pasien tua yang mengalami delirium.

    Cara +engu)ur POCD

    (enyebab+penyebab )isiologis, psikologis, dan multiple dari kerusakan kogniti) pada

    lansia, disertai dengan pandangan bah-a kerusakan mental adalah normal, proses berhubungan

    dengan usia, sering menimbulkan pengkajian tak lengkap terhadap masalah ini. tandarisasi tes

     pemeriksaan suatu ariasi tentang )ungsi kogniti), membantu mengidenti)ikasi de)icit+de)isit

    yang berdampak pada seluruh kemampuan )ungsi. es )ormal dan sistemik dari status mental

    dapat membantu pera-at menentukan prilaku mana terganggu dan memerlukan interensi.

    4eberapa alat ukur untuk mengetahui adanya gangguan kogniti) diantaranya adalah (M dan

    MM

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    12/18

    (emeriksaan mini mental mengukur beratnya kerusakan kogniti) dan mendemonstrasikan

     perubahan kogniti) pada -aktu dan dengan tindakan. Ini adalah suatu alat yang berguna untuk 

    mengkaji kemajuan klien yang berhubungan dengan interensi. 9lat pengukur status a)ekti) 

    digunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi )ungsi+)ungsi dari

    suasana hati rendah, umumnya pada banyak orang !*usumoputro dan idiarto, "010#.

    1"

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    13/18

    ,A, III

    PE+,AHASAN

    (ada pasien lanjut usia yang dilakukan pembedahan ditemukan kejadian gangguan

    kogniti) sebanyak "$ orang !'1,'%#. *ejadian (2D pada pasien lanjut usia seperti

    dikemukakan oleh ijoto dan 9ndriyanto !"00$#, menunjukkan bah-a setelah tujuh hari pasca

    operasi &0% lansia mengalami gangguan atensi, &5% mengalami gangguan memori dan 6"%

    sampel mengalami dis)ungsi kogniti) pasca operasi. Menurut etiati, Harimurti dan oosheroe

    !"005# menyebutkan adanya perubahan kogniti) yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya

    kemampuan meningkatkan )ungsi intelektual, berkurangnya e)isiensi transmisi sara) di otak 

    !menyebabkan proses in)ormasi melambat dan banyak in)ormasi hilang selama transmisi#,

     berkurangnya kemampuan mengakumulasi in)ormasi baru dan mengambil in)ormasi dari

    memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan

    mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

    :angguan kogniti) merupakan gangguan kemampuan berpikir dan memberikan

    rasionalisasi, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan !tuart

    dan undeen, "00"#. :angguan kogniti) meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang

    menggambarkan perubahan nyata dari tingkat )ungsi indiidu yang sebelumnya !9(9, "000#.

    :angguan kogniti) !2ognitie Disorder# disebabkan oleh kondisi )isik atau medis !misalnya,

    otak lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan )ungsi intelektual, berkurangnya

    e)isiensi transmisi sara) di otak !menyebabkan proses in)ormasi melambat dan banyak in)ormasi

    hilang selama transmisi#, berkurangnya kemampuan mengakumulasi in)ormasi baru dan

    mengambil in)ormasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik 

    dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

    1&

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    14/18

    Hubungan ;aktor isiko dengan *ejadian (2D

    !(utu I :usti, "01

    Dilihat dari tabel di atas yang menunjukkan hubungan dari )aktor risiko (2D dengan

    uji biariat, diperoleh bah-a dari beberapa )aktor secara biariat terlihat bah-a )aktor+)aktor 

    yang berhubungan dengan kejadian (2D adalah )aktor lama anestesi !p=0,000, pF0,06# dengan

    sebesar 7,17$, )aktor tingkat pendidikan !p=0,000, pF0,06# dengan sebesar 11,07' dan

    )aktor usia !p=0,001, pF0,06# dengan sebesar 5,"6. edangkan )aktor lainnya seperti jenis

    kelamin, jenis anastesi, prosedur pembedahan dan status )isik 99 tidak berpengaruh terhadap

    kejadian (2D pada pasien lanjut usia post operasi. !(utu I :usti, "01

    Dilihat dari lama anastesi menunjukkan bah-a lama anastesi G " jam berisiko untuk 

    mengalami (2D. Hal ini didukung oleh pendapat Mansjoer !"007#, yang mengemukakan

     bah-a pasien yang dilakukan operasi dengan -aktu &+' jam mempunyai risiko komplikasi pasca

    operasi lebih tinggi dibandingkan dengan -aktu operasi kurang dari " jam dengan perbandingan

    '0% dan A%.

    Dilihat dari pendidikan, terlihat bah-a pendidikan lebih rendah memiliki kecenderungan

    untuk mengalami (2D dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Menurut canlan, et

    al !"007# )ungsi kogniti) kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik 

    dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi !canlan, "007#. 4anyak studi

    1'

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    15/18

    menunjukkan bah-a pendidikan yang lebih tinggi, berisiko rendah menderita penyakit

    9l>heimer !canlan, "007#. ingkat )ungsi intelektual premorbid mempengaruhi kemungkinan

     penyembuhan )ungsi kogniti) dan respons terhadap rehabilitasi. Hasil ini berbeda dengan

     penelitian yang dilakukan oleh ijoto dan 9ndriyanto !"00$# yang mengemukakan bah-a

    (2D tidak dipengaruhi oleh pendidikan !p=0,$"1#.

    Dilihat dari usia, hasil penelitian ini didukung oleh canlan, et al !"007#, yang

    menyebutkan adanya hubungan positi) antara usia dan penurunan )ungsi kogniti) dimana terjadi

    15% pada kelompok usia 56+5$, "1% pada 70+7', &0% pada 76+7$, dan ''% pada GA0 tahun.

    Dengan meningkatnya usia dapat terjadi perubahan )ungsi kogniti) yang sesuai dengan

     perubahan neurokimia-i dan mor)ologi !proses degeneratie#. Usia lanjut juga menyebabkan

    otak lebih rentan terhadap e)ek primer atau sekunder anastesi sehingga e)ek terjadinya gangguan

    kogniti) lebih besar !canlan, et al, "007#. *orelasi yang tinggi antara kognisi dan pasca+operasi

     premorbid kebingungan, disorientasi, penurunan kesadaran, dan bahkan kematian !hite, "00"#.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh 2anet et al !"00, yang

    mengemukakan bah-a usia lanjut usia G70 tahun memiliki risiko lebih tinggi daripada usia

    diba-ah 70 tahun untuk mengalami dis)ungsi kogniti). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang

    dilakukan oleh ijoto dan 9ndriyanto !"00$#, yang mengemukakan bah-a (2D tidak 

    dipengaruhi oleh usia !p=0,7$A#. ;aktor )aktor yang tidak berhubungan dengan kejadian (2D

    dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, jenis anastesi, prosedur pembedahan dan status )isik 

    99 tidak berpengaruh terhadap kejadian (2D pada pasien lanjut usia post operasi. Dilihat

    dari jenis kelamin, hal ini berbeda dengan Myers !"00A# yang mengungkapkan bah-a -anita

    lebih beresiko mengalami penurunan kogniti). Hal ini disebabkan adanya peranan leel hormon

    seks endogen dalam perubahan )ungsi kogniti). Menurut 2anet et al !"00, -anita pada usia

    lanjut memiliki kecenderungan mengalami dis)ungsi kogniti) lebih tinggi dibandingkan laki+laki.

    idak adanya perbedaan antara jenis kelamin -anita dan pria dalam penelitian ini kemungkinan

    disebabkan karena pengaruh )actor lain yang lebih dominan seperti lama anastesi, usia dan pendidikan responden.

    Dilihat dari jenis anastesi, menunjukkan bah-a jenis anastesi tidak berpengaruh terhadap

    kejadian (2D. Menurut Mansjoer !"007#, data tidak menunjukkan apakah rata+rata komplikasi

    anastesi spinal atau epidural lebih rendah dibandingkan dengan anastesi umum. Menurut eager 

    16

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    16/18

    !dalam Mansjoer, "007# menunjukkan bah-a tidak ada perbedaan bermakna antara anestesi

    spinal atau anestesi umum pada operasi abdomen.

    Dilihat dari prosedur pembedahan, terlihat bah-a dalam penelitian ini tidak berpengaruh.

    Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mansjoer !"007# yang menyatakan

     bah-a "6+&0% dari semua kematian perioperati) karena penyebab kardiak, sehingga operasi

     pada pasien lanjut usia dengan prosedur kardiak akan sangat berpengaruh terhadap kejadian

    (2D. Dalam penelitian ini, operasi kardiak hanya dilakukan pada 1 responden saja sehingga

    tidak me-akili ariabel dalam penelitian ini.

    alah satu )aktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan kogniti) lansia adalah

    hipertensi. (eningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan e)ek penuaan pada struktur 

    otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu+abu di lobus pre)rontal, penurunan hipokampus,

    meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus )rontalis. 9ngina pektoris, in)ark 

    miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit askular lainnya juga dikaitkan dengan

    memburuknya )ungsi kogniti) !4riton JMarmot, "00& dalam Myers, "00A#.

    15

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    17/18

    ,A, I

    /ESI+PULAN

    Dis)ungsi kogniti) pasca operasi dide)inisikan sebagai sebuah hendaya )ungsi kogniti) 

    yang muncul setelah prosedur operasi. Masalah yang umum terlihat adalah hendaya memori,

    konsentrasi dan hendaya proses intelektual.

    *ejadian (2D pada pasien lanjut usia setelah tujuh hari pasca operasi &0% lansia

    mengalami gangguan atensi, &5% mengalami gangguan memori dan 6"% sampel mengalami

    dis)ungsi kogniti) pasca operasi. (erubahan kogniti) yang terjadi pada lansia, meliputi

     berkurangnya kemampuan meningkatkan )ungsi intelektual, berkurangnya e)isiensi transmisi

    sara) di otak !menyebabkan proses in)ormasi melambat dan banyak in)ormasi hilang selama

    transmisi#, berkurangnya kemampuan mengakumulasi in)ormasi baru dan mengambil in)ormasi

    dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan

    kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

    ;aktor risiko (2D adalah )aktor lama anestesi, )aktor tingkat pendidikan dan )aktor 

    usia. edangkan )aktor lainnya seperti jenis kelamin, jenis anastesi, prosedur pembedahan dan

    status )isik 99 tidak berpengaruh terhadap kejadian (2D pada pasien lanjut usia post operasi.

    4eberapa langkah penting dalam manajemen dis)ungsi kogniti) adalah mencari penyebab

    dan mengobati kausa tersebut, perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit, status nutrisi dan

     penanganan a-al in)eksi, interensi melalui pendekatan lingkungan, pendekatan komunikasi dan

    dukungan yang tepat terhadap pasien serta ke-aspadaan terhadap )aktor risiko.

    17

  • 8/18/2019 Referat Pocd Final

    18/18

    DAFTAR PUSTA/A

    1. 9llison, dkk., "00$, :eriatric 9nesthesia. In E orld Kournal o) 9nesthesiology, U9E

    Departemen o) 9nesthesiology @ational @aal Medical 2entre.

    ". 4ekker, "00&, 2ognitie )unction a)ter anaesthesia in the elderly, 4est (ractice J

    esearch 2linical 9naesthesiologyLol. 17, @o. ", pp. "6$"7", "00& doiE

    10.106&Bybean."00&."A', 9ailable at !nline# E

    ---.elseier.comBlocateBjnlabrBybean

    &. 4eck, 2.M., a-lins, .(., dan illiam, ..,"005, Mental Health (sychiatric

     @ursingE 9 Holisticli)e+2ycleapproach. t.8ouisE he 2L. Mosby 2ompany.'. 4radley, "00', @eurology in clinical practice (rinciples o) Diagnosis and

    Management. (rinciples o) Diagnosisand Management. (hiladelphia E 2urchil

    8iingstone