Referat Multipel Myeloma.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    1/26

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    2/26

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Multipel myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma

    imatur dan matur yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum

    tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul

    di dalam darah atau air kemih. 2

    2.2. Epidemiologi

    Di Amerika Serikat, insiden Myeloma multipel sekitar 4 kasus dari

    100.000 populasi. Pada tahun 2004, diperkirakan ada 15.000 kasus baru multiple

    myelosis di Amerika Serikat. Insidennya ditemukan dua kali lipat pada orang Afro

    Amerika dan pada pria. Meskipun penyakit ini biasanya ditemukan pada lanjut

    usia, usia rata-rata orang yang didiagnosis adalah 62 tahun, dengan 35% kasus

    terjadi di bawah usia 60 tahun. Secara global, diperkirakan setidaknya ada 32.000

    kasus baru yang dilaporkan dan 20.000 kematian setiap tahunnya. 5,6

    Lebih dari enam puluh persen pasien mieloma multipel di Indonesia

    berusia lebih dari 50 tahun (65,71%) dengan perbadingan jenis kelamin yang

    kurang lebih sama antara pria dan wanita. Kurang lebih lima puluh persen pasien

    bersuku Jawa, dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

    tidak bekerja. Lima puluh tiga persen pasien memiliki kurang dari 30% sel plasma

    di sumsum tulangnya dengan 70% pasien tidak memiliki proteinuria Bence Jones

    dan 80% pasien memiliki serum monoclonal gammopathy yang positif. Persentase

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    3/26

    3

    sel plasma di sumsum tulang lebih banyak ditemukan pada pasien yang berusia

    lebih muda (34,05% vs. 24,24% vs. 7,5%).7

    2.3. Etiologi

    Penyebab Myeloma multipel belum jelas. Paparan radiasi, benzena, dan

    pelarut organik lainnya, herbisida, dan insektisida mungkin memiliki peran.

    Myeloma multipel telah dilaporkan pada anggota keluarga dari dua atau lebih

    keluarga inti dan pada kembar identik. Beragam perubahan kromosom telah

    ditemukan pada pasien myeloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan

    predominan kelainan pada 11q. 8

    2.4. Lokasi

    Lokasi predominan Myeloma multipel mencakup tulang-tulang seperti

    vertebra, tulang iga, tengkorak, pelvis, dan femur. 9

    Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu tulang.

    Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu

    atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder. 10

    Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut:

    1. Diafisis

    Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat

    penulangan primer, dan merupakan korpus dari tulang.

    2. Metafisis

    Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir

    batang (diafisis).

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    4/26

    4

    3. Lempeng epifisis

    Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-

    anak, yang akan menghilang pada tulang dewasa.

    4. Epifisis

    Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder.

    Gambar 1. Bagian dari tulang panjang matur 10

    Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa

    (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).

    Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    5/26

    5

    ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang

    kompak.

    Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tesebut dikelompokkan menjadi :

    1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar,

    contohnya os humerus dan os femur.

    2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa

    carpi.

    3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os

    scapula.

    4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.

    5. Ossa sesamoid, contoh: os patella.

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    6/26

    6

    Gambar 2. Sistem rangka pada manusia (A) tampak anterior dan (B)tampak lateral 10

    2.5. Patofisiologi

    Tahap patogenesis pertama pada perkembangan myeloma adalah

    munculnya sejumlah sel plasma clonal yang secara klinis dikenal MGUS

    (monoclonal gammanopathy of undetermined significance). Pasien dengan

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    7/26

    7

    MGUS tidak memiliki gejala atau bukti dari kerusakan organ, tetapi memiliki 1%

    resiko progresi menjadi myeloma atau penyakit keganasan yang berkaitan.6

    Perkembangan sel plasma maligna merupakan suatu proses multi langkah ,

    diawali dengan adanya serial perubahan gen yang mengakibatkan perubahan sel

    plasma maligna, adanya perkembangan perubahan di lingkungan mikro sumsum

    tulang, dan adanya kegagalan sistem imun untuk mengontrol penyakit. Dalam

    proses multi langkah ini melibatkan di dalamnya aktivasi gen supresor tumor dan

    gangguan regulasi gen sitokin. Keluhan dan gejala pasien myeloma mutipel

    berhubungan dengan ukuran massa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan

    efek fisikokimia, imunologik dan humoral produk yang dibuat dan disekresi oleh

    sel plasma, seperti para protein dan faktor pengaktivasi osteoklastik (OAF).

    Paraprotein dalam sirkulasi dapat memberi berbagai komplikasi seperti

    hipervolemia, hiperviskositas, diatesis hemoragik, dan krioglobulinemia. Karena

    pengendapan rantai ringan, dalam bentuk amiloid atau sejenis, dapat terjadi

    terutama gangguan fungsi ginjal dan jantung. 6

    Patogenesis dan gambaran klinis pada Myeloma multipel 8

    Temuan Penyebab yang mendasari Patomekanisme

    Hipercalsemia, fraktur

    patologi, kompresisaraf, lesi litik tulang,osteoporosis, nyeritulang

    Destruksi tulang Ekspansi tumor; produksi

    osteoclast activatingfactors OAF) oleh sel-seltumor

    Nefropati Light chain proteinuria,hiperkalsemia, uratenephropathy,glomerulopati amiolodi(jarang)Pielonefritis

    Efek toksik produk tumor,light chain , OAF, akibatkerusakan DNA

    Hipogammaglobulinemia

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    8/26

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    9/26

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    10/26

    10

    pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang

    didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan

    proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan

    imunoelektroforesis atau imunofiksasi. 6,8

    Gambar 3. Elektroforesis protein serum menunjukkan paraprotein (memuncak pada zona gamma) pada pasien dengan myeloma multipel 8

    Gambaran radiologi

    1) Foto polos x-ray

    Gambaran foto x-ray dari Myeloma multipel berupa lesi multiple, berbatas

    tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi

    terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di

    rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan secara progresif menghancurkan

    tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien myeloma, dengan sedikit

    pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa pasien, ditemukan

    gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. 6,8,11,15,16

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    11/26

    11

    Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang.

    Film polos memperlihatkan :

    Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama

    tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan

    myeloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda

    radiologis satu-satunya pada myeloma multiple. Fraktur patologis sering

    dijumpai. 11

    Fraktur kompresi pada badan vertebra , tidak dapat dibedakan dengan

    osteoprosis senilis.

    Lesi- lesi litik punch ou: yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi

    yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.

    Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa

    jaringan lunak.

    Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada suatu

    penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga 44%,

    tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula 10%. 15

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    12/26

    12

    Gambar 3. Foto skull lateral yang menggambarkan sejumlah lesi litik yang khas pada myeloma 9

    Gambar 4. Foto lumbal lateral menggambarkan deformitas pada CV lumbal 4akibat plasmacytoma 9

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    13/26

    13

    Gambar 5. Gambaran radiologi pada os femur dekstra. Tampak gambaran khassuatu lesi myeloma tunggal berupa gambaran lusen berbatas tegas pada regiointerocanter. Lesi-lesi lebih kecil tampak pada trocanter mayor 9

    2) CT-Scan

    Umumnya CT Scan tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto

    tulang konvensional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat

    deteksi. 9

    Gambar 6. CT Scan axial pada plenoid yang menggambarkan lesi berbatas tegas ,gambaran khas myeloma pada CT scan. Korteks tampak intak 9

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    14/26

    14

    3) MRI

    MRI potensial digunakan pada Myeloma multipel karena modalitas ini

    baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit

    myeloma berupa suatu intensitas bulat , sinyal rendah yang fokus di gambaran T1,

    yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2. 8,9,15

    Sayangnya, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan

    pola menyerupai myeloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit

    namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis Myeloma multipel

    seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang

    untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat

    berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi

    tulang.9

    Gambar 7. Foto potongan koronal T1 weighted- MRI pada suatu lesi myeloma dihumerus. Gambaran ini menunjukkan lesi dengan intensitas rendah. Batas korteksluar terkikis tetapi intak ; namun, lesi telah melewati korteks bagian dalam 9

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    15/26

    15

    Gambar 8. T1 weighted- MRI dari humerus. Gambaran ini memperlihatkan lesimyelomatosa yang predominan hipointens hingga isointens pada medulla daridiafisis. Lesi tampak pada aspek anterior korteks 9

    4) Radiologi Nuklir 9

    Myeloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada

    osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik

    (formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negatif

    skintigrafi tulang untuk mendiagnosis Myeloma multipel tinggi. Scan dapat positif

    pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi.

    5) Angiografi 9

    Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer

    dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk

    mendiagnosis Myeloma multipel.

    c. Patologi Anatomi 14,15

    Pada pasien Myeloma multipel, sel plasma berproliferasi di dalam

    sumsum tulang. Sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih besar 2 3 kali dari

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    16/26

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    17/26

    17

    Kriteria diagnosis myeloma multipel:

    Kriteria Mayor:

    1. Plasmasitoma pada biopsi jaringan

    2. Sel plasma sumsum tulang >30%

    3. M protein : IgG >35 g/dl, IgA >20 g/dl, kappa atau lambda rantai

    ringan pada elektroforesis urin

    Kriteria Minor

    A. Sel plasma sumsum tulang 10-30%

    B. M protein pada serum dan urin (kadar lebih kecil dari poin nomor 3)

    C. Lesi litik pada tulang

    D. Normal residual IgG

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    18/26

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    19/26

    19

    Tidak ditemukan delesi kromosom 13

    Serum Il-6 reseptor rendah

    durasi yang panjang dari awal fase plateau

    b) Stadium II

    Beta-2 microglobulin level >3.5 hingga

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    20/26

    20

    Pada pasien asimptomatik dengan nilai protein M lebih dari 3 g/dL dan sel

    plasma sumsum tulang lebih dari 10% sesuai untuk diagnosis smoldering

    myeloma. Pada pasien asimptomatik dengan protein M lebih dari 3g/dL dan

    monoclonal light chain pada urine, MM lebih dipertimbangkan. 6

    Perbedaan antara amiloidosis dan MM sulit karena keduanya merupakan

    gangguan proliferative sel plasma dengan gejala-gejala berbeda tetapi gambaran

    yang tumpang tindih. Pada amiloidosis , proporsi sel plasma sumsum tulang

    biasanya kurang dari 20%, tidak ditemukan lesi osteolitik, dan jumlah protein

    bence Johnson sedang. 6

    Pada pasien tanpa komponen protein M dalam serum maupun urine, tetapi

    ditemukan lesi osteolitik, suatu metastase kanker seperti hipernefroma, sebaiknya

    diekslusi sebelum diagnosis nonsecretory myeloma dipertimbangkan. Pada pasien

    dengan gejala konstitusional , lesi osteolitik yang tersebar, komponen protein M

    sedang, dan kurang dari 10% sel plasma sumsum tulang, metastase kanker dengan

    MGUS harus diekslusi. 6

    2.8. Penatalaksanaan

    Pada umumnya, pasien membutuhkan penatalaksanaan karena nyeri pada

    tulang atau gejala lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Regimen awal

    yang paling sering digunakan adalah kombinasi antara thalidomide dan

    dexamethasone. Kombinasi lain berupa agen nonkemoterapeutik bartezomib dan

    lenalidomide sedang diteliti. Bartezomib yang tersedia hanya dalam bentuk

    intravena merupakan inhibitor proteosom dan memiliki aktivitas yang bermakna

    pada myeloma. Lenalidomide , dengan pemberian oral merupakan turunan dari

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    21/26

    21

    thalidomide.Obat pengalkil seperti melphalan dan siklofosfamid paling efektif.

    Kombinasi melphalan dan prednison menunjukkan angka respon 50-60%.4,6,8

    Setelah pemberian terapi awal (terapi induksi) terapi konsolidasi yang

    optimal untuk pasien berusia kurang dari 70 tahun adalah transplantasi stem sel

    autolog. Transplantasi ini secara potensial menyembuhkan myeloma, namun

    peranannya terbatas karena tingkat mortalitas yang tinggi sekitar 30 50%. 6,9

    Radioterapi terlokalisasi dapat berguna sebagai terapi paliatif nyeri pada

    tulang atau untuk mengeradikasi tumor pada fraktur patologis. Hiperkalsemia

    dapat diterapi secara agresif, imobilisasi dan pencegahan dehidrasi. bifosfonat

    mengurangi fraktur patologis pada pasien dengan penyakit pada tulang. 6

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    22/26

    22

    Gambar 11. Pendekatan penatalaksanaan pada pasien baru terdiagnosis

    Myeloma multipel(MM). ASCT = autologous stem cell transplantation; CR =complete response; Dex = dexamethasone; MP = melphalan plus prednisone;MPT = MP plus thalidomide; Rev/Dex = lenalidomide (Revlimid) plus Dex;Thal/Dex = thalidomide plus Dex; VGPR = very good partial response 8

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    23/26

    23

    2.9. Prognosis

    Meskipun rerata pasien Myeloma multipel bertahan kira-kira 3 tahun,

    beberapa pasien yang mengidap Myeloma multipel dapat bertahan hingga 10

    tahun tergantung pada tingkatan penyakit. 13 Berdasarkan derajat stadium menurut

    Salmon Durie System , angka rerata pasien bertahan hidup sebagai berikut : 6

    Stadium I > 60 bulan

    Stadium II , 41 bulan

    Stadium III , 23 bulan

    Stadium B memiliki dampak yang lebih buruk.

    Berdasarkan klasifikasi derajat penyakit menurut the International staging

    system maka rerata angka bertahan hidup pasien dengan Myeloma multipel

    sebagai berikut : 6

    stadium I , 62 bulan

    stadium II, 44 bulan

    Stadium III, 29 bulan.

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    24/26

    24

    BAB III

    PENUTUP

    Myeloma multipel merupakan suatu keganasan hematologik yang masih

    belum dapat diobati dan memiliki prognosis yang buruk, namun dengan

    penanganan yang tepat dan sedini mungkin, penyakit ini dapat dikelola dengan

    baik.

  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    25/26

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. _________. Mieloma Multipel (Myeloma multipel)[online]. Availablefrom http://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.html.

    2. McPhee ,Stephen J., Maxine A. Papadakis, Lawrence M. Tierney,Jr. 2008.Multiple Myeloma in 2008 Current Medical and Treatment. San Fransisco: Mc Graw Hill-Lange

    3. Dugdale ,David C. Yi-Bin Chen, David Zieve. 2009. MultipleMyeloma[online]. available fromhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htm.

    4.

    Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2004. Drug Therapy : MultipleMyeloma [online]. Available from http://www.nejm.com.

    5. Glass,Jonathan, Reinhold Munker. Multiple Myeloma and OtherParaproteinemias in : Modern Hematology Biology and ClinicalManagement 2 nd ed. New Jersey : Humana Press. Hlm 271-294

    6. Richardson,Paul, Teru Hideshima, Kenneth C. Anderson. MultipleMyeloma and Related Disorders in : Clinical Oncology 3 rd ed. Philadelpia: Elsevier Churcill Livingstone. Hlm. 2955-2970

    7. Tadjoedin et al. Multiple Myeloma in Indonesia. Indonesian Journal ofCancer. 2011. 5(2): 76-81.

    8. Kyle, Robert K. 2000. Plasma Cell Disorders in Cecil Textbook ofMedicine 21 th ed. New York : Elsevier Churcill Livingstone. Hlm 977-982.

    9. Longo, Dan L., Kenneth C. Anderson,Dennis L. Kasper, et al. 2005.Plasma Cell Discrasia in Harrisons Principles of Internal Medicine 16 th

    ed. New York : McGraw Hill Medical Publishing Division

    10. Sorenson, Steven M., Amilcare Gentili, Sulabha Masih. Multiple Myeloma[online]. available from http://emedicine.medscape.com/article/391742-overview.

    11. Waugh,Anne, Allison Grant. 2001. Anatomi and Physiology in Health andIllness. New York : Churcill Livingstone. p. 388-392

    12. Patel, Pradip R. 2005. Lecture Notes Radiologi. Jakarta : PenerbitErlangga. p. 205-206

    13. Herring, William. 2007. Learning Radiology : recognizing the basic /William Harring 1 th ed [online]. Available fromhttp://www.learningradiology.com. Diakses tanggal 4 November 2009

    http://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htmhttp://www.nejm.com/http://emedicine.medscape.com/article/391742-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/391742-overviewhttp://www.learningradiology.com/http://www.learningradiology.com/http://emedicine.medscape.com/article/391742-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/391742-overviewhttp://www.nejm.com/http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htmhttp://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.html
  • 8/10/2019 Referat Multipel Myeloma.docx

    26/26