LAPORAN KASUS SEORANG LAKI-LAKI 18 TAHUN DENGAN KAD,
DMT1 NON OBESE,Ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan
Sindroma klinik yang terdiri dari sesak napas dan rasa cepat lelah
yang disebabkan oleh kelainan jantung
Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh, walawpun darah balik masih normal.
FAKTOR RESIKO
Kebiasaan merokok
Etiologi
Peningkatan kebutuhan metabolik
Hipertensi pulmonal
Berdebar, keringat dingin
LVH : ictus bergeser ke cauda lateral, ictus lebar, kuat
angkat
Takikardia, gallop
*
*
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungional
dalam 4 kelas :
KLASIFIKASI FUNGSIONAL GAGAL JANTUNG (NYHA)
*
Terjadi aliran balik darah (back flow) kedalam sirkulasi
pulmonal
pulmonary edema
Peningkatan tekanan atrium kiri peningkatan tekanan dalam vena
pulmonal
Dimana terjadi hipertensi pulmonal darah akan dipaksa masuk ke
dalam alveolus
Penurunan kapasitas 02 di paru
Acut miocard infark
Dyspnoe Nokturnal Paroksimalis
Sebab yang pasti dyspnoe noturnal paroksimalis belum jelas, tetapi
mungkin sebab kombinasi dari faktor – faktor :
Menurunnya tonus simpatis
Edema paru
Selain gejala – gejala diatas, dapat pula penderita merasa sangat
sesak, takikardia, tekanan darah menurun, hemoptoe, berkeringat
dingin, pucat dan lain – lain
Gejala Klinik :
Peningkatan tekanan di atrium kanan dan sistem vena
JVP meningkat
JVP meningkat
*
Gejala gagal jantung kanan :
Keluhan sesak nafas tidak begitu nyata, karena gagal jantung kanan
dasarnya adalah low out put failure. Keluhan yang menonjol adalah
kelelahan, rasa mual, nafsu makan berkurang, rasa penuh dan
mendesak daerah perut atas
Tanda Tanda gagal jantung kanan :
Tekanan vena jugularis eksterna meningkat
Pembesaran hepar yang nyeri tekan. Kadang – kadng ditemukan
ikterus.
Splenomegali terjadi karena bendungan
Asites yang disebabkan bendungan pada vena porta sehingga terjadi
akumulasi cairan serosa dalam rongga perut.
Edema subkutan terutama pad bagian tubuh yang di bawah.
Hidrotoraks
Gejala – gejala renal. Nokturia sering ditemukan, oliguria,
albuminuria dan dapat berlanjut azotemia.
Diagnosis gagal jantung
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Ronkhi basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
7. Peningkatan tekanan vena >16 cm H2O
8. Refluks hepatojugular
7. Takikardi (>120x menit)
Criteria mayor atau minor :
Penurunan berat badan >4.5 kg dalam 5 hari setelah terapi
Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor ; atau 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor harus ada saat bersamaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thoraks (melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran
jantung)
Ekokardiografi doppler
Tidak ada suatu pemeriksaan yang khusus untuk menegakkan diognosis
gagal jantung. Mungkin dapat dijumpai leukositosis ringan, adanya
sel – sel muda di daerah perifer dan kenaikan laju endap darah.
Pemeriksaan laboratriumnya diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
gagal jantung telah mengganggu fungsi – funsi organ misalnya hati
dan ginjal.
Elektrokardiografi
Pada EKG dapat ditemukan kelainan primer jantung (ischemia,
hipertrofi ventrikel kiri atau kanan, gangguan irama dan tanda –
tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru)
PENATALAKSANAAN
Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretic dan
vasodilator
MEDIKAMENTOSA
Diuretik oral atau parenteral bila terdapat edema, diberikan sampai
edema atau ascites menghilang (tercapai euvolemik).
ACE-inhibitor (lini pertama) atau Angiotensin Receptor Blocker
(ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis
optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah
diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi
atrium atau SVT lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama
dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot.
Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang memuaskan
Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau
pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang
menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat
ini.
Preparat vasodilator yang digunakan:
Captopril, sebagai penghambat ACE akan menurunkan angiotensin II
sehingga fasokonstriksi dan retensi air berkurang, afterload dan
preload menurun dan curah jantung akan meningkat. Dosis captopril
6,25 – 12,5 mg 2 – 3 kali sehari.
Prazosin per oral, menyebabkan penurunan preload dan afterload
dalam 2 – 5 mg, dosis yang dianjurkan 0,5 – 5mg tiap 8 jam.
Hidralazin oral 75 – 400 mg/hari, obat ini tergolong arteriodilator
sehingga penggunaan jangka panjang pada gagal jantung kongestif
akan memperbaiki hemodinamik dan meningkatkan aliran darah ke
ginjal dan tungkai, tetapi tidak memperbaiki kemampuan kerja.
Isosorbit dinitrat. Dosis 5 – 10 mg tiap 2 jam (sub lingual) atau
20 – 60 mg tiap 4 jam (oral)
Pengendalian kelebihan cairan dan garam, dapat dilakukan dengan
cara :
Diet rendah garam
Pemberian diuretika :
Furosemid, merupakan loop diuretic poten yang bekerja cepat dan
aman. Dosis 40 – 80 mg, pemberian dapat diulang bila perlu dengan
dosis lebih tinggi.
Thiazid dan diuretika mirip thiazid, diserap dengan baik di saluran
cerna. Pada pemberian oral obat ini muli bekerja setelah 1– 2
jam.
Diuretika hemat kalium (triamteren, spironolakton dan amilorid)
menghambat pertukara ion – ion Na, K pada nefron distal, karenanya
dapat menahan kalium disamping mendorong pengeluaran natrium. Dosis
25 – 200 mg, tetapi dosis efektif sehari rata – rata 100 mg dalam
dosis tunggal atau terbagi
NON MEDIKAMENTOSA
Menjaga tekanan darah, gula darah, dan kolesterol dalam batas
normal
Management stress
Berhenti merokok dan jangan mengkonsumsi alkohol
Syarat Diet
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB.
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10%
berasal dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan
dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium,
kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau
edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9. Cairan cukup, ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
dalam porsi kecil.
11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat
diberikan tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau
suplement gizi
Jenis Diet
Diet Jantung I
Diet Jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut
seperti Myocard Infarct (MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet
diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama
bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan
semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3
hari.
Diet Jantung II
Diet Jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak.
Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung I, atau
setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau
edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam Rendah. Diet ini
rendah energi, protein, kalsium dan thiamin.
Diet Jantung III
Diet Jantung III diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa.
Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada
pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika
disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung
III Garam Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup
zat gizi lain.
Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada
pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi
dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV Garam Rendah.
Diet ini cukup energi dan gizi lain, kecuali kalsium.
Gagal Jantung Kongestif
CHF
Diagnosis 2 major criteria or 1 major criteria + 2 minor
criteria
Diagnosis
CHF
(Framingham)
Memperkuat kontraktilitas miokard,
Melakukan pengobatan terhadap penyebab, faktor pencetus dan
penyakit yang mendasari
*
1.psd
Referensi
•
•
*