23
Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas Sustainability Report (Studi Empiris Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di BEI) Abstract : This study aims to examine and analyze the effect of industrial sensitivity and the proportion of independent commissioners on the quality of the sustainability report. This study used a purposive sampling technique, totaling 51 samples of the non-financial sectors listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). The data analysis method uses multiple linear regression analysis with the help of the IBM SPSS Version 26 software application. The results of this study indicate that partially (1) industrial sensitivity has a significant positive effect on the quality of the sustainability report, this means that industry sensitivity is able to affect the quality of the sustainability report. (2) the proportion of independent commissioners does not have a significant effect on the quality of the sustainability report, this means that the proportion of independent commissioners is not able to affect the quality of the sustainability report. Simultaneously (3) industry sensitivity and the proportion of independent commissioners simultaneously have a significant effect on the quality of the sustainability report, this shows that the higher the level of industry sensitivity and the increasing proportion of independent board of commissioners, it can improve the quality of the sustainability report in the company. Keywords: industry Sensitivity, Proportion of Independent Commissioners, Sustainability Report. Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen terhadap kualitas sustainability report. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling yang berjumlah 51 sampel sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi software IBM SPSS Versi 26. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial (1) sensitivitas industri berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas sustainability report, hal ini berarti bahwa sensitivitas industri mampu mempengaruhi kualitas sustainability report. (2) proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas sustainability report, hal ini berarti proporsi dewan komisaris independen tidak mampu mempengaruhi kualitas sustainability report. Secara simultan (3) sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen secara simultan berpengaruh

Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan Komisaris Independen

terhadap Kualitas Sustainability Report

(Studi Empiris Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di BEI)

Abstract : This study aims to examine and analyze the effect of industrial sensitivity and the

proportion of independent commissioners on the quality of the sustainability report. This study

used a purposive sampling technique, totaling 51 samples of the non-financial sectors listed on

the Indonesia Stock Exchange (BEI). The data analysis method uses multiple linear regression

analysis with the help of the IBM SPSS Version 26 software application. The results of this study

indicate that partially (1) industrial sensitivity has a significant positive effect on the quality of the

sustainability report, this means that industry sensitivity is able to affect the quality of the

sustainability report. (2) the proportion of independent commissioners does not have a significant

effect on the quality of the sustainability report, this means that the proportion of independent

commissioners is not able to affect the quality of the sustainability report. Simultaneously (3)

industry sensitivity and the proportion of independent commissioners simultaneously have a

significant effect on the quality of the sustainability report, this shows that the higher the level of

industry sensitivity and the increasing proportion of independent board of commissioners, it can

improve the quality of the sustainability report in the company.

Keywords: industry Sensitivity, Proportion of Independent Commissioners, Sustainability Report.

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh sensitivitas industri

dan proporsi dewan komisaris independen terhadap kualitas sustainability report. Penelitian ini

menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling yang berjumlah 51 sampel sektor

non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis data menggunakan

analisis regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi software IBM SPSS Versi 26. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial (1) sensitivitas industri berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas sustainability report, hal ini berarti bahwa sensitivitas industri mampu

mempengaruhi kualitas sustainability report. (2) proporsi dewan komisaris independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap kualitas sustainability report, hal ini berarti proporsi dewan

komisaris independen tidak mampu mempengaruhi kualitas sustainability report. Secara simultan

(3) sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen secara simultan berpengaruh

Page 2: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

signifikan terhadap kualitas sustainability report, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat sensitivitas industri dan semakin meningkatnya proporsi dewan komisaris independent

maka mampu meningkatkan kualitas sustainability report pada perusahaan.

Kata Kunci : Sensitivitas Industri, Proporsi Dewan Komisaris Independent, Laporan

Keberlanjutan.

Page 3: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

1. Pendahuluan

Perkembangan dunia usaha pada dekade terakhir ini banyak dipengaruhi oleh adanya perubahan pada

keadaan lingkungan ekonomi. Perubahan tersebut memunculkan suatu persepsi baru di dunia usaha yang

awalnya profit oriented only menjadi berorientasi pada tiga hal yang sering disebut dengan Triple-P Bottom

Line, yaitu profit, planet, dan people. Artinya, dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya perusahaan saat ini

harus memiliki tanggung jawab ekonomi, sosial dan lingkungan tidak hanya mencari laba. (Nur dan

Priantinah, 2012) mengungkapkan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi

transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin baik (good corporate

governance) memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas lingkungan,

perkembangan ekonomi, dan sosial saat ini.

Perusahaan yang sudah melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial dan

lingkungan, biasanya akan mengungkapkan keberlanjutan dalam bentuk sustainability report ataupun

laporan kegiatan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility). Informasi keberlanjutan tersebut

dianggap sebagai wujud pertanggung jawaban perusahaan terhadap stakeholder dan pihak lainnya (Manisa,

dkk 2017). Hal tersebut dapat meningkatkan kesadaran dimana kinerja perusahaan tidak hanya diukur dari

sisi keuangan saja, melainkan perusahaan harus tumbuh secara berkelanjutan (Sergius dan Nasser, 2016).

Sustainability report hadir sebagai tuntutan kebutuhan untuk saat ini. Melalui sustainability report

perusahaan menunjukkan akuntabilitas dan transparansi nya dalam melaksanakan tanggung jawab sosial

serta lingkungan berdasarkan kerangka pelaporan yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI).

Tuntutan terhadap penerapan sustainability report tersebut muncul karena adanya isu utama yang selalu

diperdebatkan di berbagai kalangan masyarakat yaitu isu mengenai “Green Concern” dan “Social

Concern” (Dewi dkk, 2011). Isu “Green Concern” dan “Social Concern” ini terkait dengan berbagai

macam kasus pencemaran lingkungan bagi kehidupan sosial manusia.

Contoh kasus pencemaran lingkungan yang pernah terjadi di Indonesia antara lain PT Timah Tbk. di

Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung terkait dengan penambangan timah inkonvensional tak berizin

oleh rakyat karena mengejar target setoran, PT Freeport di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua terkait

dengan pembuangan limbah yang besar kapasitasnya sehingga Danau Wanagon jebol sampai tiga kali, PT

Lapindo Brantas Inc. di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur terkait dengan kecerobohan perusahaan yang

mengakibatkan terjadinya lumpur panas di Porong (Anatan, 2010)

Pada tahun 2019 kasus yang sama juga dialami oleh PT Pindo Deli di Kabupaten Karawang, Jawa

Barat yang dipicu oleh melubernya limbah cair dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kasus-

kasus seperti inilah yang menjadi pusat perhatian perusahaan untuk mengevaluasi lebih saksama terhadap

semua aktivitas dan kegiatan yang dijalankan di lingkungannya dan cara pengelolaan sumber daya yang

benar dan tepat. Selain itu, perusahaan dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada

Page 4: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

pemangku kepentingan (stakeholders).

Saat ini, mekanisme sustainability report mempunyai beragam fungsi. Bagi perusahaan, sustainability

report dapat berfungsi sebagai alat ukur pencapaian target kerja dalam isu triple bottom line (TBL). Bagi

investor, sustainability report berfungsi sebagai alat kontrol atas capaian kinerja perusahaan sekaligus

sebagai media pertimbangan investor dalam mengalokasikan sumber daya finansialnya. Sementara bagi

stakeholders lainnya (masyarakat, media, pemerintah, konsumen, akademis, dan lain-lain) sustainability

report menjadi tolak ukur komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan (Adhima, 2012).

Dalam proses pelaporan terdapat faktor yang mempengaruhi kualitas sustainability report, yaitu faktor

internal dan eksternal. Penelitian ini bermaksud menguji faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi

kualitas pengungkapan sustainability report, yaitu sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris

independen. Rudayanto dan Siregar (2016) mengatakan bahwa permintaan atas kualitas sustainability

report bukan hanya dari luar perusahaan (stakeholder), melainkan dari dalam perusahaan juga (corporate

governance).

Menurut Prasethiyo (2017), secara umum perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas industri

yang tinggi merupakan perusahaan yang bersinggungan langsung dengan konsumen dan kepentingan luas

lainnya. Perusahaan yang berada pada industri yang mempunyai tingkat sensitivitas industri tinggi akan

memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi untuk

bersinggungan dengan kepentingan luas. Perusahaan yang termasuk kategori sensitivitas industri

merupakan perusahaan tipe high profile.

Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang bukan merupakan anggota

manajemen atau memiliki keterkaitan erat dengan perusahaan yang diharapkan dapat menciptakan

keseimbangan kepentingan perusahaan dan stakeholders yang terlibat. Komisaris independen diharapkan

tidak terpengaruh oleh manajemen sehingga dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi

yang lebih luas. Keberadaan dewan komisaris independen sebagai bagian dari penerapan good corporate

governance akan mendorong kemungkinan perusahaan melakukan pengungkapan lebih untuk para

stakeholder, salah satunya pengungkapan sustainability report (Tobing dkk, 2019).

2. Landasan Teori

Pemahaman konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan dasar perspektif

hubungan keagenan. Hubungan keagenan merupakan hubungan antara dua pihak dimana salah

satu pihak menjadi agent dan pihak yang lain bertindak sebagai principal (Hendriksen dan Van

Breda, 2000). Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan

orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang

pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Waryanto, 2010) Jensen dan Meckling (1976)

Page 5: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam hubungan keagenan. Terjadinya konflik

kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan

kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agencycost).

Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat (Fatoni

dkk, 2016). Dalam teori legitimasi tersebut perusahaan berusaha untuk menyesuaikan keadaan

dengan peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat sehingga dapat diterima di lingkungan

eksternal karena dalam teori legitimasi menyatakan bahwa suatu organisasi hanya bisa bertahan

jika masyarakat sekitar merasa bahwa organisasi beroperasi berdasarkan sistem nilai yang sepadan

dengan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat (Sari, 2013).

Dalam keanggotaan dewan komisaris terdapat komisaris independen. Keberadaan komisaris

independen akan membantu dalam memberikan pengawasan dan pengendalian terhadap jalannya

perusahaan dalam penerapan corporate governance apakah telah berjalan sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Komisaris independen adalah dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan

manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali serta bebas dari

hubungan bisnis atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen atau semata-mata untuk kepentingan masyarakat (KNKG, 2006).

Sensitivitas industri dapat diartikan sebagai seberapa besar pengaruh aktivitas industri yang

bersinggungan langsung dengan lingkungan. Pada umumnya perusahaan dengan tingkat

sensitivitas industri yang tinggi terhadap lingkungan akan memperoleh perhatian yang tinggi pula

dari masyarakat karena aktivitas operasinya yang memiliki potensi mempengaruhi alam.

Menurut Pohan (2008) dalam Annisa dan Kurniasih (2012) komisaris independen

didefinisikan sebagai: “Seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham

pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak

menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut

peraturan yang dikeluarkan oleh BEI, jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan

ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya tiga puluh persen (30%) dari seluruh

anggota komisaris, disamping hal itu komisaris independen memahami undang-undang dan

peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan merupakan

pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham.”

Page 6: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

3. Pengembangan Hipotesis

3.1 Pengaruh Sensitivitas Industri terhadap Kualitas Sustainability Report

Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan yang memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan

dan para stakeholder akan lebih banyak mengungkapkan informasi lingkungan. Hal ini dilakukan

perusahaan agar mendapatkan legitimasi dari para stakeholder demi keberlangsungan usahanya. Pada

umumnya, perusahaan dengan tingkat kepekaan industri yang tinggi terhadap lingkungan akan memperoleh

perhatian yang tinggi pula dari masyarakat karena aktivitas operasinya yang memiliki potensi memengaruhi

alam. Penelitian yang dilakukan Anggraini (2006) menggambarkan perusahaan yang memiliki tingkat

sensitivitas industri tinggi akan memperoleh perhatian yang lebih dari masyarakat dan kepentingan lain

karena aktivitas industri yang berpotensi memengaruhi kepentingan luas, baik dari - penelitian Zulaikha

dan Setyawan (2012) menyatakan bahwa sensitivitas industri berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang memiliki kepekaan tinggi

(contoh perusahaan tambang) mempunyai dampak potensi yang lebih tinggi dalam memengaruhi kondisi

serta keberadaan lingkungan. Perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan

masyarakat dimungkinkan akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial. Berdasarkan uraian di atas,

hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1. Sensitivitas industri berpengaruh signifikan terhadap kualitas sustainability report.

3.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas Sustainability Report

Menurut Mulyadi (2002) dalam Hapsari (2013), dewan komisaris independen bertanggung jawab

untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan

menyelenggarakan pengendalian intern. Pengendalian intern yang baik dapat meningkatkan kualitas

laporan, maka dari itu perusahaan akan mengungkapkan informasi seluas-luasnya termasuk informasi

tambahan seperti sustainability report. Semakin besar komposisi independensi dewan komisaris, maka

kemampuan dewan komisaris untuk mengambil keputusan dalam rangka melindungi seluruh stakeholder

dan mengutamakan perusahaan semakin objektif. Dengan kata lain, semakin besar komposisi komisaris

independen, maka dewan komisaris dapat bertindak semakin objektif dan mampu melindungi seluruh

stakeholder. Dengan demikian hal ini mendorong kualitas pengungkapan sustainability report secara lebih

luas. Dengan demikian, maka dapat dinyatakan hipotesa sebagai berikut:

H2. Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kualitas sustainability report

3.3 Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas

Sustainability Report

Gamerschlag, et al (2011) berpendapat bahwa perusahaan yang berada di bawah tekanan kelompok

lingkungan mengungkapkan semua isu tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) secara lebih.

Page 7: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Kenaikan tingkat transparansi sustainability report mungkin merupakan hasil dari keinginan perusahaan

untuk mengurangi persepsi masyarakat akan dampak lingkungan yang lebih besar yang dimiliki industri

(Fernandez- Feijoo et al., 2012). Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan memiliki

pengaruh terhadap integritas pelaporan yang dihasilkan oleh manajemen. Dengan adanya dewan komisaris

independen, pengelolaan perusahaan lebih efektif dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila

jumlah komisaris independen semakin besar atau dominan, hal ini dapat memberikan power kepada dewan

komisaris untuk menekan manajemen untuk meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan. Olehnya itu

maka perlu diteliti juga pengaruh variabel-variabel tersebut secara bersamaan terhadap kualitas

sustainability report, sehingga dari uraian tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H3. Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap

kualitas sustainability report

4. Metode Penelitian

4.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

website www.idx.co.id dan melalui website masing-masing perusahaan. Sumber data penelitian

ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) dan laporan

keberlanjutan (sustainability report). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-

keuangan (pertanian, pertambangan dan manufaktur) yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

(BEI) dengan periode evaluasi tiga tahun, dari tahun 2017 hingga tahun 2019.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa

Efek Indonesia (BEI) dengan periode evaluasi tiga tahun, dari tahun 2017 hingga tahun 2019. ). Jenis

sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah salah

satu teknik sampling non-random, sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian. Beberapa kriteria yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya : (1)

Perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2019. (2)

Perusahaan non-keuangan yang mengikuti ASRR. (3) Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan

(annual report) secara berturut-turut pada periode 2017 s.d. 2019 dan semua variabel yang dibutuhkan

dalam penelitian ini ada. (4) Perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan (sustainability report)

secara berturut-turut pada periode 2017 s.d. 2019, dan dibuat terpisah dari laporan keuangan perusahaan.

(5) Perusahaan yang mempublikasikan annual report dan sustainability report yang dapat diakses, baik

Page 8: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

melalui IDX maupun website resmi perusahaan.

Tabel 1

Prosedur Pemilihan Sampel

No. Kriteria Jumlah

Perusahaan

1 Perusahaan non-keuangan (pertanian, pertambangan dan

manufaktur) yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

sampai dengan tahun 2019

261

2 Perusahaan yang tidak menerbitkan annual report secara

berturut-turut pada periode 2017 s.d. 2019

(84)

3 Perusahaan yang tidak menerbitkan sustainability report

secara berturut-turut pada periode 2017 s.d. 2019, dan dibuat

secara terpisah dari laporan keuangan

(164)

Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 17

Tahun pengamatan (2017 – 2019) 3

Jumlah total pengamatan 51

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan adalah sustainability report dan laporan

tahunan yang didapat dari website BEI (http://www.idx.co.id). Data untuk variabel kualitas sustainability

report diperoleh dari sustainability report perusahaan yang diakses melalui website masing-masing

perusahaan, data untuk variabel proporsi dewan komisaris independen diperoleh dari laporan tahunan

perusahaan dan website BEI (http://www.idx.co.id).

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Menurut Sugiyono

(2017:240), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data laporan keberlanjutan (sustainability report) dan laporan tahunan (annual report)

tahun 2017 s.d. 2019, studi pustaka atau literatur berupa buku, artikel, situs internet, jurnal serta data-data

lainnya diperlukan sebagai penunjang penelitian ini.

4.5 Deskripsi Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017: 39). Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi variabel, yaitu sebagai berikut:

4.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas sustainability report, pengukuran kualitas

Page 9: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

sustainability report yang digunakan adalah content analysis berdasarkan GRI-standards. Pemberian bobot

pada content analysis berdasarkan pada kelengkapan laporan yang diungkapkan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2

Penilaian Kualitas Sustainability Report

Bobot Keterangan

0 Kompenen yang tidak diungkapkan

1 Kompenen yang diungkapkan

Variabel ini diukur sesuai standar GRI-G4 yang berjumlah 91 item pengungkapan, dengan

menggunakan rumus SRDI (Sustainability Report Disclosure Index). SRDI memberikan 1 jika item

tersebut diungkapkan dan sebaliknya memberikan skor 0 bilamana tidak dan kemudian dijumlahkan secara

keseluruhan. Setelah pemberian skor pada masing-masing indeks, skor tersebut kemudian dimasukkan

kedalam rumus SRDI yaitu:

𝑆𝑅𝐷𝐼 = 𝑛

𝑘

Keterangan:

SRDI : Sustainability Report Disclosure Index Perusahaan

n : Jumlah item pengungkapan yang dilakukan perusahaan

k : Jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan

4.5.2 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Menurut Sugiyono (2017: 39) variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai

variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat).

4.5.2.1 Sensitivitas Industri

Dalam penelitian ini variabel sensitivitas industri diukur dengan menggunakan dummy. Variabel

dummy adalah variabel yang menggunakan prediktor atau variabel bebas non-metrik dengan skala

kategorikal dalam hal ini nominal dengan variabel kriteria atau variabel tergantung metrik dengan skala

interval (Sarwono, 2014). Variabel dummy dalam regresi sedikit berbeda dengan variabel lainnya baik

dalam pengolahan data ataupun saat membaca hasil regresi. Regresi memiliki beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi. Karena regresi masuk dalam statistik parametrik, tentunya variabel-variabel di dalamnya

memiliki skala interval atau rasio. Selain itu data-data yang digunakan juga harus memenuhi kaidah asumsi

klasik.

Tetapi, dari beberapa variabel yang kita gunakan, bisa saja satu atau dua variabel tersebut berupa

variabel dalam skala nominal atau ordinal di dalam regresi tersebut biasa dikenal sebagai variabel dummy.

Page 10: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Variabel dummy dalam penelitian ini terletak pada variabel independen (X), sehingga dapat diuji

menggunakan regresi linear. Jika variabel dummy terletak pada variabel dependen (Y) maka harus diuji

menggunakan regresi logistik (Santoso, 2018).

Sektor yang diidentifikasikan lebih sensitif adalah pertambangan, minyak dan gas, bahan kimia,

perhutanan, baja dan logam lainnya, distribusi gas, dan air. Sektor lainnya dianggap kurang sensitif.

Variabel 1 atau 0 digunakan untuk menunjukkan perusahaan berada di sektor yang ditetapkan. Satu jika

perusahaan dari sektor industri yang lebih sensitif, nol jika perusahaan dari sektor industri yang kurang

sensitif (Reverte, 2009).

4.5.2.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris independent diukur menggunakan pengukuran Sun (2015) yaitu dengan

membagi jumlah dewan komisaris independen terhadap total dewan komisaris yang ada. Pengukuran ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎

4.6 Metode Analisis Data

4.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017: 147), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Uji statistik deskriptif dijalankan untuk mencari tahu deskripsi/gambaran dari data berdasarkan

jumlah sampel, rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan

skewness (Ghozali, 2016). Metode ini digunakan sebagai gambaran mengenai variabel penelitian yaitu

sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen sehingga dapat menjadi patokan analisis

lebih lanjut mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean, varians, dan standar deviasi.

4.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang

digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

4.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data menjadi salah satu prasyarat pokok dalam analisis parametrik karena data-data

yang akan dianalisis parametrik harus terdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau

tidak (Ghozali, 2016). Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis grafik

dan uji statistik. Analisis grafik yang digunakan yaitu grafik histogram dan normal probabilty plot.

Page 11: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Sedangkan uji statistik yang digunakan yaitu uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S).Dasar

pengambilan keputusan pada analisis Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2016) :

a. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka data residual terdistribusi tidak normal.

b. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka data residual terdistribusi normal

4.6.2.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah dengan

melakukan tes korelasi antar variabel independen, apabila nilai koefisien > 0,90 maka terdapat masalah

multikolonieritas. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan menguji nilai Tolerance dan VIF. Nilai yang

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan VIF ≥10

(Ghozali, 2016).

4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedatisitas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskedatisitas atau tidak terjadi Heteroskedatisitas. Terdapat

beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan Uji Park, Uji Glejser,

dan Grafik Plot (Ghozali, 2016).

4.6.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi

antara penyimpangan pada periode t dengan penyimpangan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi maka dinamakan terdapat masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas

autokorelasi (Ghozali, 2016:107)).

Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan UjiRun Test. Run Test sebagai bagian dari

statistik non-parametrik dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.

Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau

random. Run test digunakan untuk menguji apakah data residual terjadi secara random atau tidak (Ghozali,

2016:116). Jika hasilnya menunjukan secara statistik tingkat signifikansinya > 0,05 berarti tidak terdapat

autokorelasi dalam model penelitian tersebut dan sebaliknya.

4.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2017: 275) tujuan dari analisis regresi linear berganda adalah untuk

memprediksi fluktuasi variabel dependen dengan kondisi dua atau lebih variabel. Penelitian ini

menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh tekanan industri sensitif

Page 12: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

lingkungan, industri berorientasi investor, dan dewan komisaris independent terhadap kualitas

sustainability report. Model persamaan garis regresi 3 variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝞮

Keterangan :

Y : Kualitas Sustainabality Report

𝛼 : Konstanta

𝛽 : Koefisien Regresi

X1 : Sensitivitas Industri

X2 : Proporsi Dewan Komisaris Independen

𝞮 : Error of Estimation

4.6.4 Pengujian Hipotesis

4.6.4.1 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2016)

4.6.4.2 Uji t-Statistik

Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t-statistik disebut

juga uji secara parsial, yaitu menguji variabel independen satu per satu. Untuk melihat apakah koefisien

variabel independen memiliki hubungan yang signifikan yaitu jika Prob (t-statistic) > 0,05 maka H0

diterima yang berarti tidak terdapat signifikansi. Sedangkan jika Prob (statistic) < 0,05 maka H0 ditolak

yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan (Ghozali, 2016)

4.6.4.3 Uji F-Statistik

Uji F-Statistik digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersamaan

akan memiliki pengaruh yang signifikan kepada variabel dependen (Ghozali, 2016)

Menentukan kriteria uji hipotesis dapat diukur dengan syarat:

1. Membandingkan t hitung dengan t tabel

a. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis diterima. Artinya variabel independen secara bersama-

sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

b. Jika t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak. Artinya variabel independen secara bersama-sama

tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

Page 13: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

2. Melihat Probabilities Values

Berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05:

a Jika probabilitas > 0,05, maka hipotesis ditolak

b Jika probabilitas < 0,05, maka hipotesis diterima.

Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji statistik F, uji statistik t dan uji koefisien determinasi. Pengujian

dapat dilakukan setelah model regresi bebas dari gejala-gejala asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji

autokorelasi.

5. Hasil dan Diskusi

5.1 Analisis Statistik Descriptive

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat

dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari variabel yang diteliti.

Berdasarkan data yang diolah menggunakan program pengolah data (IBM SPSS 26) diperoleh hasil statistik

deskriptif sebagai berikut.

Tabel 3

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 51 .00 1.00 .5294 .50410

X2 51 .29 .50 .3782 .06342

Y 51 .03 .67 .2902 .12870

Valid N (listwise) 51

5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan data sebelum pengujian hipotesis yang terdiri

dari uji normalitas, uji multikolonieritas,uji heteroskedatisitas dan uji autokorelasi.

Tabel 4

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .11026254

Most Extreme Differences Absolute .070

Positive .070

Page 14: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Negative -.067

Test Statistic .070

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,083 dengan tingkat

signifikansi 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa data terdistribusi normal dan sesuai dengan hasil analisis grafik.

Tabel 5

Uji Multikolonieritas

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .182 .139 1.305 .198

X1 .002 .023 .017 .103 .918 .768 1.302

X2 -.163 .235 -.113 -.691 .493 .768 1.302

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil perhitungan nilai VIF dan Tolerance. Nilai VIF untuk

kedua variabel memenuhi syarat signifikansi dimana nilainya < 10. Sedangkan nilai Tolerance juga

memenuhi syarat signifikansi dimana nilainya > 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

gejala multikolinearitas antar variabel independen untuk persamaan regresi.

Tabel 6

Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .182 .139 1.305 .198

X1 .002 .023 .017 .103 .918

X2 -.163 .235 -.113 -.691 .493

Berdasarkan output uji heteroskedatisitas menggunakan metode uji Glejser dapat dilihat bahwa

semua variabel memiliki signifikansi > 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung

adanya heteroskedatisitas.

Page 15: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Tabel 7

Uji Autokorelasi

Unstandardized

Residual

Test Valuea .00414

Cases < Test Value 25

Cases >= Test Value 26

Total Cases 51

Number of Runs 21

Z -1.554

Asymp. Sig. (2-tailed) .120

a. Median

Berdasarkan hasil uji Autokorelasi menggunakan metode uji Run Test dapat dilihat bahwa nilai

Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya autokorelasi.

5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini

terdistribusi normal dan tidak terdapat heteroskedatisitas, multkolonieritas, serta autokorelasi. Oleh karena

itu data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi berganda. Analisis regresi

linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel sensitivitas industri dan proporsi dewan

komisaris independen terhadap kualitas sustainability report. Hasil persamaan regresi yang diolah dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8

Uji Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .653 .214 3.049 .004

X1 .125 .036 .509 3.483 .001

X2 -.319 .363 -.128 -.879 .384

Dari hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 8, maka model persamaan regresi yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = 0,653 + 0,125X1 + -319X2 + 𝞮

Dimana:

Page 16: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Y = Kualitas Sustainability Report

X1 = Sensitivitas Industri

X2 = Proporsi Dewan Komisaris Independen

5.4 Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji regresi linier berganda, selanjutnya dilakukan Uji hipotesis yaitu dengan

melakukan uji koefisien determinasi, uji t-statistik (uji parsial), dan uji F-statistik (uji simultan).

Tabel 9

Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .461a .213 .180 .11254

Berdasarkan tabel di atas diketahui besarnya R-Square (𝑅2) = 0,213. Hal ini menunjukkan bahwa

besarnya pengaruh variabel sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen terhadap kualitas

sustainability report adalah sebesar 21,3%. Hal ini berarti ada variabel lain atau variabel epselon sebesar

78,7% yang mempengaruhi variabel bebas kualitas sustainability report.

Tabel 10

Uji t-statistik (Uji Parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .653 .214 3.049 .004

X1 .125 .036 .509 3.483 .001

X2 -.319 .363 -.128 -.879 .384

Dari tabel 10diatas, maka kesimpulan dari uji-t sebagai berikut:

a. Hubungan Sensitivitas industri terhadap kualitas sustainability report.

Berdasarkan tabel 4.12, diperoleh nilai t-hitung untuk sensitivitas industri yaitu sebesar 3,483 > t-tabel

(2,01063), dan tingkat signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini menggambarkan bahwa variabel

sensitivitas industri secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas sustainability report atau H1

diterima dan H0 ditolak.

b. Proporsi dewan komisaris independen terhadap kualitas sustainability report.

Berdasarkan tabel 4.12, diperoleh nilai t-hitung untuk proporsi dewan komisaris independen yaitu

Page 17: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

sebesar -0,879 < t-tabel (2,01063), dan tingkat signifikansi sebesar 0.384 > 0,05. Hal ini

menggambarkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas sustainability report atau H0 diterima dan H1 ditolak.

Tabel 11

Uji F-statistik (Uji Simultan)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .164 2 .082 6.482 .003b

Residual .608 48 .013

Total .772 50

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil dari analysis of variance persamaan regresi pada

penelitian ini. Dari perhitungan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai F-hitung sebesar 6,482 > nilai F-tabel

sebesar 3,18 dengan tingkat signifikansi α = 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sensitivitas

industri dan proporsi dewan komisaris independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan

dengan kualitas sustainability report atau 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima.

5.5 Diskusi

5.5.1 Pengaruh Sensitivitas Industri terhadap Kualitas Sustainability Report

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan secara parsial pada tabel 4.12, dapat diketahui bahwa variabel

independen sensitivitas industri memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, yang artinya sensitivitas

industri berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas sustainability report. Hasil penelitian diketahui

bahwa sensitivitas industri berpengaruh terhadap laporan keberlanjutan. Hasil penelitian ini mendukung

teori legitimasi yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat sensitivitas industri maka semakin tinggi

legitimasi yang diberikan masyarakat terhadap perusahaan karena perusahaan melakukan pengungkapan

tanggung jawab sosial yang luas.

Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri yang sensitif akan lebih banyak melakukan

kegiatan-kegiatan pengungkapan tanggung jawab sosial dibandingkan dengan tipe industri yang kurang

sensitif. Hasil ini diduga karena perusahaan yang beroperasi di industri yang sensitif lingkungan dan

berpotensi membahayakan lingkungan harus mematuhi peraturan lingkungan karena polusi yang

ditimbulkan dari hasil kegiatan perusahaan dapat membahayakan lingkungan. Selain itu perusahaan juga

akan menghadapi tekanan sosial yang lebih besar karena industri dengan sensitif lingkungan yang lebih

tinggi terkait dengan masalah lingkungan. Jika perusahaan tidak melaporkan tanggug jawab sosial dan

lingkungan maka perusahaan akan mendapat ancaman dari masyarakat dan pemerintah karena

menimbulkan dampak negatif pada lingkungan sekitar.

Page 18: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Solikhah dan Winarsih (2016) yang membuktikan bahwa

kepekaan industri berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan lingkungan. Namun tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prasethiyo (2017) bahwa sensitivitas industri tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

5.5.2 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas Sustainability Report

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan secara parsial pada tabel 4.12, dapat diketahui bahwa variabel

independen proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,384 > 0,05. Hasil

pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hipotesis ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa proporsi

komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.

Hasil penelitian ini tidak mendukung teori agensi, dimana semakin banyak jumlah komisaris

independen maka pengawasan yang dilakukan kepada manajemen akan semakin aktif, sehingga manajemen

akan melakukan pengungkapan secara luas dalam pengungkapan sustainability report. Hal ini diduga

karena mayoritas perusahaan yang menjadi sampel penelitian memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi.

Struktur kepemilikan terkonsentrasi dalam penelitian ini diartikan dengan kondisi dimana sebagian

besar saham perusahaan yang dijadikan sampel dikendalikan oleh suatu kelompok atau individu yang

memiliki saham relatif dominan dari yang lainnya. Prado-Lorenzo et al. (2009) menjelaskan bahwa struktur

kepemilikan terkonsentrasi menyangkut dua hal yang berkaitan dengan praktik pengungkapan (disclosure)

secara umum. Pertama, pertahanan (entranchment), artinya bahwa informasi yang diungkapkan perusahaan

sebagian besar akan menggambarkan kepentingan dari pemegang saham yang dominan serta berlawanan

dengan gambaran keadaan ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Kedua, pengaruh informasi (information

effect), yakni kecenderungan perusahaan untuk membatasi transfer informasi spesifiknya kepada

kompetitor. Secara tersirat dapat diketahui bahwa meskipun perusahaan termasuk dalam kategori

sensitivitas industri yang tinggi, perusahaan belum tentu akan menerbitkan laporan keberlanjutan yang lebih

transparan atau berkualitas yang menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya karena adanya

kepentingan dari pemegang saham dominan. Jadi, semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan,

semakin kecil kemungkinan proporsi dewan komisaris independen untuk memengaruhi kualitas laporan

keberlanjutan.

Selain itu tidak berpengaruhnya dewan komisaris independen terhadap pengungkapan sustainability

report dimungkinkan karena beberapa alasan. Alasan pertama yaitu dewan komisaris independen belum

melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. Menurut Restuningdiah (2010) meskipun terdapat

dewan komisaris independen, namun apabila dewan komisaris independen tidak memiliki waktu untuk

perusahaan karena kesibukannya yang lain, maka keberadaan dewan komisaris independen tidak akan

efektif. Alasan kedua adalah faktor dari dalam individu anggota komisaris independen. Menurut Stranberg

dalam Restuningdiah (2010) kompetensi dewan komisaris memegang peranan penting dalam pengambilan

Page 19: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

keputusan, sehingga bukan hanya komposisi dewan komisaris independen yang dipertimbangkan, namun

juga kemampuan (skill), pengetahuan, latar belakang dan kompetensi sehingga dapat meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan pada tingkat dewan komisaris. Alasan ketiga adalah karena independensi

komisaris independen. Menurut Putri (2013), tidak semua anggota dewan komisaris independen dapat

menunjukkan independensinya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik dan berdampak

pada kurangnya dorongan terhadap manajemen untuk melakukan pengungkapan sosial. Alasan keempat

dimungkinkan dari segi pandangan anggota dewan komisaris independen. Menurut Putri (2013) dewan

komisaris independen belum menganggap perlu mengenai ada atau tidaknya pengungkapan CSR dalam

sustainability report.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi dan Pitriasari (2019) yang

membuktikan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan

sustainability report. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aliniar dan Wahyuni

(2017) yang menemukan adanya pengaruh antara proporsi komisaris independen terhadap pengungkapan

sustainability report.

5.5.3 Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas

Sustainability Report

Berdasarkan hasil uji simultan pada tabel 4.12, dapat diketahui bahwa sensitivitas industri dan

proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003 < 0,05, yang artinya

sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap kualitas sustainability report. Pengaruh simultan yang terjadi dapat dilihat pada tingkat sensitivitas

industry, apabila perusahaan sensitif terhadap lingkungan dapat mendorong dewan komisaris independent

menekan manajemen dalam hal pengungkapan tanggung jawab sosial.

Perusahaan dengan tingkat kepekaan tinggi akan mengungkapkan kinerja lingkungannya lebih baik

dan lebih luas untuk melegitimasi kegiatan operasionalnya. Sedangkan perusahaan dengan proporsi dewan

komisaris independen yang tinggi akan mendorong atau menekan manajemen dalam meningkatkan kualitas

pengungkapan laporan. Peningkatan kualitas pengungkapan dilakukan oleh pihak manajemen dengan cara

mengungkapkan laporan tambahan seperti sustainability report. Jika citra perusahaan meningkat, maka hal

tersebut menandakan pengawasan yang baik dari dewan komisaris independen dan kerja manajemen yang

efektif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanda dan Junaidi (2016) yang

menemukan bahwa dewan komisaris independen dan tipe industri (sensitivitas industri) berpengaruh secara

simultan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI

pada tahun 2014.

Page 20: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

6. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, landasan teori, analisis data dan hasil uji yang dilakukan terhadap hipotesis

yang bertujuan untuk menguji pengaruh sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen

terhadap kualitas sustainability report membuktikan bahwa.

1. Berdasarkan hasil uji hipotesis (𝐻1), diketahui bahwa secara parsial variabel sensitivitas industri

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas sustainability report. Hasil ini menunjukkan bahwa

sensitivitas industri mampu meningkatkan kualitas sustainability report.

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis (𝐻2), diketahui bahwa secara parsial variabel proporsi dewan komisaris

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas sustainability report. Hal ini menunjukkan

bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak mampu meningkatkan kualitas sustainability

report.

3. Berdasarkan hasil uji hipotesis (𝐻3), diketahui bahwa secara simultan variabel sensitivitas industri dan

proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kualitas sustainability report.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sensitivitas industri dan proporsi dewan komisaris independen

secara bersama-sama mampu meningkatkan kualitas sustainability report.

6.2 Implikasi

Peneliti memberikan saran agar para investor hendaknya bisa lebih memperhatikan pengungkapan

sustainability report sebagai bentuk apresiasi atas tanggung jawab sosial yang telah dilakukan perusahaan.

Selain itu, bagi perusahaan agar tetap melakukan pengungkapan sustainability report atas dasar teori

stakeholder, yaitu karena adanya rasa tanggung jawab perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan, dan sosial

masyarakat. Penelitian ini mungkin dapat juga dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah, Otoritas

Jasa Keungan (OJK) atau pihak berwenang merancang aturan yang tepat terkait dengan keberlanjutan

dalam masalah sosial, ekonomi dan lingkungan, dan agar sustainability report bersifat mandatory (wajib)

bagi semua perusahaan di Indonesia, melihat pengungkapan sustainability report di Indonesia masih

kurang.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel yang sangat terbatas, yaitu hanya 17 perusahaan non-keuangan

yang terdaftar di BEI periode 2017-2019. , Peneliti selanjutnya hendaknya meneliti perusahaan secara

keseluruhan atau sektor keuangan, karena disektor tersebut sudah banyak perusahaan yang membuat

sustainability report apalagi dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang penerapan keuangan

berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik yang mulai diberlakukan tahun

2020.

Page 21: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Reference

Adhima, M.F. 2012. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Reporty Terhadap Profitabilitas Perusahaan Studi Kasus

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi Dipublikasikan. Universitas Brawijaya

Agus Purwanto. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitaabilitas, Terhadap Corporate Social

Responsibility. Vol. 8 No. 1, November 2011: 1-94.

Aliniar, Dwita dan Wahyuni, Sri. 2017. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) dan Ukuran

Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Sustainability Report pada Perusahaan terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. KOMPARTEMEN, Vol. XV No.1.

Anatan. 2010. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)) : Tinjauan

Teoritis dsn Praktik Di Indonesia. Jurnal Manajemen Universitas Kristen Maranatha.

Anggraini, F. R. R. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan

Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (The Disclosure of Social Information and Factors

Affecting the Disclosure of Social Information in Annual Report). Simposium Nasional Akuntansi IX

Padang, 21, 23–26. https://doi.org/10.1177/0007650314564783

Annisa, Nuralifmida Ayu dan Kurniasih, Lulus. 2012. Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance.

Jurnal Akuntansi & Auditing Vol. 8 No. 2

Aswani, K., and Swami, S. 2017. Analysisis of Sustainability Reporting of Indian Companies. Proceedings of

Internasional Conference on Strategies in Volatie and Uncertain Environment for Emerging Markets, 537-

549

Azis, Abdul. 2014. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance (Gcg) Terhadap KualitasPengungkapan

Sustainability Report (Studi Empiris Pada Perusahaan Di Indonesia Periode Tahun 2011-2012.Fakultas

Ekonomi Universitas Tanjungpura

Bursa Efek Indonesia. Daftar Perusahaan Manufaktur (Basic Industry and Chemicals, Consumer Goods Industry, and

Miscellaneous Industry). www.idx.co.id. [diakses pada 20 Juli 2020]

Chintia, putri, dwi. 2013. Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Dalam Sustainability Report. Universitas Negeri Padang.

Dewi, dkk. 2011. Financial Acoounting Teory. Dialegtika

Dewi, Intan Pramesti dan Pitriasari, Pipit. 2019. Pengarug Good Corporate Governance (GCG) dan Ukuran

Perusahaan terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi. Vol. XI

No. 01

Elkington, John. 1998. Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, Gabriola Island, BC:

New Society Publishers

Fatoni dkk. 2016. Pengaruh Kepemilikan Publik, Return On Equity, Current Ratio, Umur Perusahaan, dan Company

Size Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Journal of Accounting. Vol. 2 No. 2

Fernandez-Feijoo, B., Romero, S., dan Ruiz, S. (2014). Effect of Stakeholders’ Pressure on Transparency of

Sustainability Reports within the GRI Framework. Journal of Business Ethics 122, 53–63.

Gamerschlag, Ramin., et al. 2011. Determinants of Voluntary Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social

Responsibility) Disclosure : Empirical Evidence From Germany. Review of Managerial Science 5 (2-3), 233-

262.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS23.Edisi Delapan. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Global Reporting Initiative (GRI). 2013. Pedoman Pesustainability report G4. www.globalreporting.org. [diakses

pada 23 Juni 2020]

Gunawan, Juniati. 2010. Perception Of Important Information In Corporate Social Disclosure : Evidence From

Indonesia. Social Responsibility Journal.

Hamudiana, Arum, and Tarmizi Achmad. 2017 "Pengaruh Tekanan Stakeholder Terhadap Transparansi Sustainability

report Perusahaan-Perusahaan di Indonesia." Diponegoro Journal of Accounting 6.4 : 226-236.

Hapsari, E. I. 2013. Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan

Manufaktur Di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 4 No. 2. Halaman 184-191

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Press.

Hasanah, Hari Yanto dan Handayani. 2014. Model Pengembangan Good Corporate Governance dan Sustainability

Report pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hendriksen dan Van Breda. 2000. Accounting Theory. Mc Graw Hill: International Edition

Jensen, M., C., dan W. Meckling, 1976. “Theory of the firm: Managerial behavior, agency cost and ownership

structure”, Journal of Finance Economic 3:305- 360.

Page 22: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Khomsiyah. 2009. High Quality Corporate Reporting. Jakarta: Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia

KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). 2006

Kustina, Ketut Tanti Dan Hasanah, Tzania Ayu. 2020. Pengaruh Kinerja Lingkungan, Sensitivitas Industri, Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal KRISNA Vol. 12, No.1

Manisa, Dea Eka., F., dkk. 2018. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan Infrastruktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Forum Ekonomi. Vol. 19 (174-187)

Mariani, 2020. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi tidak diterbitkan.

Universitas Halu Oleo

Messwati, Elok. 2012. 70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi Tambang. Dalam Situs resmi KOMPAS.com

(www.kompas.com)

Nanda, U. L., Junaidi, H., & Afrizal, H. (2016). PENGARUH Corporate Governance Dan Karakteristik

Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan

Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

Magister Ilmu Akuntansi Pascasarjana Universitas Jambi.

Nandar, Gusti. 2017. Tri Bottom Line (Online), http://nandar-gusti.blogspot.com/2017/06/32-tri-bottom-line-tiga-

dasar-pokok.html, [diakses 17 juni 2020]

Nur, Marzully., dan Priantinah. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Social

Responsibility Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di Bursa

Efek Indonesia. Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1.

Nurdin, Emillia. Et al. (2018). Can Independence of The Board of Commissioners Improve The Earnings Quality?

Evidence From Indonesia. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM). Vol. 20.

www.iosrjournal.org diakses tanggal 01 September 2020.

Nurjamilah, dkk. 2018. Studi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Melalui Kinerja Perusahaan : Studi Pemetaan

Sistematik. Organum Jurnal Saintifik Manajemen dan Akuntansi. Vol. 12.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga

Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik

Prasethiyo, Dimas. 2017. “ Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Sensitivitas Industri, dan Media Exposure

terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Jurnal. Padang.

Rahardjo, Fauzi Dwi. 2016. Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan

Sustainability Report. repository.uinjkt.ac.id diakses 28 juli 2020

Ratnasari, Yunita. (2011). “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan di dalam Sustainability Report”. Universitas Diponegoro. enprints.undip.ac.id/28629/ diakses 27

juli 2020.

Reverte, C. (2009). Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms

Carmelo Reverte. Journal of Business Ethics. 351-366. https://doi.org/10.007/s10551-008-9968-9.

Rudyanto, Astrid, and S. V. N. P. Siregar. 2016. Pengaruh tekanan stakeholder dan tata kelola perusahaan terhadap

kualitas sustainability report. Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.

Santoso, Agung Budi. 2018. Tutorial & Solusi Pengolahan Data Regresi. Jakarta : Agung Budi Susanto.

Sari M.P.Y. Marsono, 2013. “Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap

Pengungkapan Sustainability Report”. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 2, Nomor 3, Halaman 1-

10. ISSN (Online): 2337-3806

Sari, Maria, M.R., 2013. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) terhadap

Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 5.3

Sari, Mega Putri Yustia dan Marsono. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Corporate

Governance terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2 No.3.

Sawono, Jonathan. 2014. Model-Model LINIER dan NON-LINIER dalam IBM SPSS 21. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Sergius, Rafaela Pertiwi dan Etty M. Nasser. 2016. Analisis Corporate Financial Performance, Corporate Governance

, dan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Performance di Sketor Pariwisata dan

Multimedia. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti. Vol. 3 No. 1, Hal. 1-20.

Solikhah, Badingatus dan Winarsih, Arga Mustika. 2016. Pengaruh Liputan Media, Kepekaan Industri, dan Struktur

Tata Kelola Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Lingkungan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Indonesia Vol. 13. No. 1

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.

Page 23: Pengaruh Sensitivitas Industri dan Proporsi Dewan

Sun, L., dan Yu, T. (2015). The Impact Of Corporate Social Responsibility on Employee Performance and Cost.

Review of Accounting and Finance, 14 (3), 262 - 284.

Tobing, Rotua Aprilya. dkk. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Good Corporate

Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia. Reviu Akuntansi dan Bisnis Indonesia, Vol. 3 No. 1, Hlm: 102-123.

Waryanto. (2010). Pengaruh Karakteristik Good Corpoate Governance (GCG) Terhadap Luar Pengungkapan

Corporate Social Responsibility di Indonesia. Universitas Diponegoro.

Yoehanna, Margaretta. 2016. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Dengan Insentif

Pajak Sebagai Moderasi (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI). Jurnal Ilmiah

Akuntansi Fakultas Ekonomi. Vo. 2, No 2.

Zuhroh, D. dan I. Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan

Perusahaan terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus pada Perusahaan-Perusahaan High Profile di BEJ). Paper

dipresentasikan pada acara Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Zulaikha dan B. Setyawan. 2012. Analisis Pengaruh Praktik Good Corporate Governance dan Manajemen Laba

terhadap Corporate Environmental Disclosure. Jurnal Akuntansi, 1 (1), 1- 13.

Appendix

Perusahaan Non-Keuangan Yang Dijadikan Sampel

No. Kode Nama Perusahaan

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.

2 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk.

3 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk.

4 BUMI Bumi Resources Tbk.

5 PTBA Bukit Asam Tbk.

6 PTRO Petrosea Tbk.

7 TINS Timah Tbk.

8 SMCB Solusi Bangun Indonesia Tbk.

9 ASII Astra International Tbk.

10 AKRA PT. AKR Corprindo Tbk.

11 ADHII PT. Adhi Karya Tbk.

12 JSMR PT. Jasa Marga Tbk.

13 UNTR PT. United Tractors Tbk.

14 WIKA PT. Wijaya Karya Beton Tbk.

15 TOTL PT. Total Bangun Persada Tbk.

16 ABM PT. ABM Investma Tbk.

17 GARUDA PT. Garuda Indonesia Tbk.