Penurunan sensitivitas rasa manis akibatpemakaian pasta gigi yang mengandung

Sodium Lauryl Sulphate 5%(Decreasing of sweet taste sensitivity caused by the usages of

Sodium Lauryl Sulphate 5% in toothpaste)

Oleh : Anis Nadhia Bt Roslan, Jenny Sunariani , dan Anis Irmawati

Abstrak

Sodium Lauryl Sulphate merupakan surfaktan anionik yang ditambahkan ke dalam pasta gigi sehingga dapat terjadi buih dengan cara menurunkan tegangan permukaan air liur. Sodium lauryl sulphate mendenaturasi molekul protein polipeptida sehingga menyebabkan berbeda sensasi rasa. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk membuktikan hipotesa bahwa menggunakan Sodium lauryl sulphate mengurangi sensitivitas terhadap rasa manis sebanyak 5%.

Metode yang digunakan dengan cara melakukakn tes ambang uji rasa manis terhadap seseorang yang belum menggunakan pasta gigi, selanjutnya orang itu akan di ajak untuk melakukan gosok gigi dengan menggunakan sls dan tidak. Kemudian dilakukan tes Wilcoxon Signed Uji Peringkat . Kemudian akan diperoleh hasil seseorang yang mengunakan sls maka p= 0,011 (p < 0,05) dan seseorang yang tidak menggunakan sls maka p= 0,317 (p> 0,05). Kesimpulannya Sodium Lauryl Sulphate menurunan sensitivitas terhadap rasa manis.

Pendahuluan

Latar BelakangSodium Lauryl Sulphate (SLS) merupakan bahan kimia yang digunakan untuk sebagai deterjen pada sabun cuci mobil,pembersih lantai, shampoo, sabun mandi dan juga pasta gigi. Fungsi dari SLS untuk menurunkan tegangan permukaaan pada air liur namun jika terdapat kandungan SLS pada pasta gigi yang kita gunakan akan menyebabkan makanan akan terasa tidak enak dan kandungan SLS diamabang batas dapat menyebabkan iritasi epidermis, ulserasi yang parah dan juga penurunan kelarutan saliva.

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi dari Sodium Lauryl Sulphate.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Sodium Lauryl Sulphate terhadap

sensitivitas perasa manis.

Manfaat

1. Mengetahui pengertian dan fungsi dari Sodium Lauryl Sulphate.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan Sodium Lauryl Sulphate terhadap sensitivitas perasa manis.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan subyek mahasiswa laki-laki yang berusia antara 17-23 tahun dengan kondisi kesehatan yang baik, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik atau alergi dan keadaan rongga mulut subyek dalam keadaan sehat dengan indeks DMF-T sebesar 0-3. bahan yang dipakai dalam penelitian adalah pasta gigi yang mengandung pasta gigi yang mengandung SLS dan tidak menggunakan SLS serta larutan sukrosa dengan delapan konsentrasi berbeda yaitu 0,01 M ; 0.013 M ; 0.017 M ; 0.022 M ; 0.029 M ; 0.038 M ; 0.049 M ; 0.064 M dan aqua.

Pasta gigi yang akan digunakan sudah disiapkan oleh peneliti. Kandugannya terdiri dari kalsium karbonat, sodium lauryl sulphate, air, propelin glikol, nipagin, dan carboxymethycellulose sodium. Kadar sodium lauryl sulphate (SLS) yang digunakan ialah kadar tertinggi yaitu 5% seperti pada pasta gigi yang beredar dipasaran agar penurunan sensitivitasnya dapat dirasakan dengan jelas. Percobaan dilakukan dalam waktu satu jam dengan ketentuan subyek belum menyikat gigi dan memakan atau meminum sesuatu agar tidak menggangu hasil dari penelitian

Alat yang digunakan adalah gelas kumur, sikat gigi, pipet penetes, cotton roll dan tisu. Penelitian dimulai dengan meneteskan 0.01 M larutan sukrosa lalu subyek diajak untuk menyikat gigi dengan sikat gigi non SLS, pada kelompok yang lain menyikat gigi menggunakan SLS selama 2 menit, lalu dilakukan penetesan kembali dengan kemolaran glukosa yang berbeda dengan sesuai dengan tingkatannya. Kemudian data di tes menggunakan Mann-Whitney Test dan Kemudian data diolah dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test.

Hasil

Terdapat penurunan sensitivitas pada subyek yang menggunakan pasta gigi yang mengandung SLS.

Pada subyek yang menggunakan pasta gigi non SLS p= 0.317 dan pada subyek yang menggunakan pasta gigi yang menggunakan SLS p= 0.011

Pembahasan

Pada kelompok kontrol, hasil ananlisis data menunjukkan perubahan yang tidak terlalu signifikan, namun berdasarkan teori seharusnya tidak terjadi perubahan sama sekali. Sebanyak 12.5% subyek mengalami perubahan skor antara sebelum dan sesudah menggosok gigi, itu semua mungkin disebabkan oleh perbedaan ambang rasa yang berlainan pada setiap subyek dan juga mungkin disebabkan kurang akurat dalam pemberian sukrosa.

Pada kelompok perlakuan, hasil analisis data menunjukkan hasil yang sangat signifikan antara sebelum dan sesudah menggosok gigi dengan kandungan Sodium Lauryl Sulphate sebanyak 5%.

Penurunan sensitivitas terhadap rasa manis ini merupakan akibat dari denaturasi rantai polipeptida pada protein trans membran dan juga penurunan tegangan permukaan saliva yang disebabkan oleh SLS.

Denaturasi rantai polipeptida dapat disebabkan oleh pH, panas, bahan kimia, dan mekanik. Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh denaturasi protein ini ialah ikatan ionik, ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik juga ikatan antar molekuler.

Gangguan yang disebabkan oleh SLS ini hanya bersifat sementara tepatnya hanya setiap selesai menggosok gigi, karena protein yang telah mengalami denaturasi tersebbut kembalai mengalami renaturasi kembali. Namun penggunaan SLS dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan pengecapan permanen, iritasi epidermis pada rongga mulut, iritasi mata, kekringan dan pengelupasa kulit, serta ulserasi pada organ hati dan jantung.

Kesimpulan

SLS merupakan bahan kimia untuk campuran pembersih mobil dll. Fungsi sebenarnya dari SLS untuk menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak dan membentuk mikro emulsi yang menyebabkan busa terbentuk. Kadar campuran SLS untuk pasta gigi, idealnya hanya boleh 1-2 % namun yang terjadi di masyarakat kadar SLS mencapai 1.5-5%. Pengaruh penggunaan SLS yang melebihi batas ini menyebabkan iritasi epidermis dan denaturasi molekul polipeptida.

Daftar Pustaka1. Clark J. Why does orange juice taste bad after you brush your teeth? Available from:

http//www.howstuffworks.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2008.2. Petrusso A. Toothpaste. Available from: http//www.answers.com/toothpaste. Diakses pada tanggal6 Agustus

2008.3. Winarno FG. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama; 2002 h. 67-9.4. Scully C. Oral and maxillofacial medicine. UnitedKingdom: Elsevier Limited; 2004. p. 196.5. Raymond CR, Paul JS, Paul JW. Sodium lauryl sulfate.Handbook of pharmaceutical excipients. 4th ed.London:

CRC Press; 2003. p. 56870.6. Dowdey S. How your tongue work? Available from:h t t p / / w w w . h o w s t u f f w o r k s . c o m

/howyourtonguework. Diakses pada tanggal11 Juni2008.7. Ganong W. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC PenerbitBuku

Kedokteran; 2005. h. 1825.8. Ramos E, Johanningsmeier SD, McFeeters RF. Thechemistry and physiology of taste. JFS Concise andHypothesis

in Food Science2007; 36-8.9. Upayakti Ifarum. Perbandingan sensitivitas rasa asamakibat pemakaian pasta gigi berdeterjen (SodiumLauryl

Sulphate) dan pasta gigi nondeterjen. Skripsi.Fakultas Kedokteran Gigi Unair; 2008. h. 39.10. Norman S. Orange juice and toothpaste. Got Taste?. 1997.Available from:

http://www.thehealthculture.com.Diakses pada tanggal 19 Juni 2009.11. Soniak M. Why toothpaste makes food taste bad. NewYork: Mental-Floss Magazine; 2008. p. 12.12. Anonymous. EHU (Environmental Health Unit). 2002.Public Health fact Sheets: Sodium Lauryl

Sulphate.Environmental Health Unit, Queensland, Australia.Available from: http://www.health.qld.gov.au/phs/Documents/ehu/3368.pdf.