10

Click here to load reader

pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

  • Upload
    lamhanh

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

1

THE EFFECT OF DIFFERENT CRUDE FIBER ON FEED INTAKE,DIGESTIBILITY AND VFA CHARACTERISTIC IN

THE ONGOLE CROSSBRED CATTLE

Hendra Permana1, S. Chuzaemi2, Marjuki2 and Mariyono3

1Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University2Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University

3Beef Cattle Reaserch Institute, Grati, PasuruanEmail: [email protected] ; [email protected]; [email protected] 2,

[email protected]

Faculty Of Animal Husbandry, Brawijaya University Veteran Street Malang 65145 Indonesia

ABSTRACT

This study aimed to evaluate the effect of feeding with different crude fiber onfeed intake, digestibility and VFA characteristic in Ongole Crossbred cattle. Thematerial used in the study were 15 Ongole Crossbred young bulls aged 20-26 months,body weight 250-332 kg with an average of 287.33 ± 21.96 kg. Given feed consisting ofelephant grass (Pennisetum purpureum) and concentrate with a DM ratio of about15:85. The method used a Randomized Block Design (RBD) with 3 treatments and 5groups as replication. Feed treatment can be divided into three kinds with differentcrude fiber content of 12%, 17% and 22% by DM. The results showed that the treatmenteffect was highly significant (P <0.01) on feed intake and digestibility DM, OM, CP andCF. While the average VFA production and the C2/C3 ratio in rumen fluid, didn’tsignificantly effect (P>0.05) to the treatment given. The feeding with 17% crude fiberlevel on Ongole Crossbred cattle can give the best effect. It can be known in goodconsumption and digestibility as well as VFA production and C2/C3 ratio.

Key words : crude fiber, digestibility, VFA and Ongole Crossbred cattle.

PENGARUH PAKAN DENGAN LEVEL SERAT KASAR BERBEDATERHADAP KONSUMSI, KECERNAAN DAN KARAKTERISTIK VFA PADA

SAPI PERANAKAN ONGOLE

Hendra Permana1, S. Chuzaemi2, Marjuki2 dan Mariyono3

1Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya2Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Email: [email protected] ; [email protected]; [email protected] 2,[email protected]

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan denganlevel serat kasar yang berbeda terhadap konsumsi, kecernaan dan karakteristik VFApada sapi Peranakan Ongole (PO). Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 15

Page 2: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

2

ekor sapi jantan bangsa Peranakan Ongole (PO) umur 20-26 bulan, bobot badan 250-332 kg dengan rata-rata 287,33±21,96 kg. Pakan yang diberikan terdiri dari rumputgajah (Pennisetum purpureum) 15% dan konsentrat 85%. Metode penelitian yangdigunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 5 kelompoksebagai ulangan. Pakan perlakuan yang diberikan dibedakan menjadi 3 macam dengankandungan serat kasar yang berbeda yaitu 12%, 17% dan 22% berdasarkan BK. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata(P<0,01) terhadap konsumsi dan kecernaan BK, BO, PK dan SK. Sedangkan rataanproduksi VFA dan rasio C2/C3 cairan rumen, tidak menunjukkan adanya perbedaanyang nyata (P>0,05). Pemberian pakan dengan level serat kasar 17% pada sapiPeranakan Ongole memberikan pengaruh terbaik pada konsumsi dan kecernaan danrasio C2/C3 yang sama dengan perlakuan lain.

Kata Kunci : serat kasar, kecernaan, VFA dan sapi Peranakan Ongole

PENDAHULUAN

Ternak ruminansia memilikikeistimewaan pada alat pencernaanya,yaitu memiliki rumen yang digunakansebagai tempat fermentasi danmembantu pemecahan pakan berseratkasar tinggi dan berkualitas rendah(Usman, 2013). Ternak ruminansiadapat memanfaatkan sumberkarbohidrat berasal dari hijauan yangtidak dapat dimanfaatkan ternak non-ruminansia. Sumber karbohidrattersebut, menurut Preston and Leng(1987), berupa selulosa, hemiselulosadan pektin yang berikatan dengan ligninyang ada pada dinding sel tanamanpakan dan berfungsi memperkuatstruktur sel tanaman. Adanya strukturtersebut dalam tanaman menjadikannyasebagai sumber utama serat kasar yangjuga dibutuhkan bagi ternak ruminansia,yang mana dapat merangsangperkembangan organ rumen ternakdalam mencerna pakan agar lebihoptimal.

Sapi Peranakan Ongole (PO)merupakan sapi lokal Indonesia yangmemiliki ketahanan adaptasi untukiklim tropis. Sapi PO mampuberadaptasi dengan pakan yangberkualitas rendah dengan kandunganserat kasar pakan yang tinggi yangberasal dari hasil samping pertanianatau perkebunan. Belum banyakdiketahui mengenai karakteristik dariproduk metabolisme seperti VFA(Volatile Fatty Acids) pada sapi POsehingga dapat beradaptasi denganpakan yang tinggi akan serat kasar.Sementara itu, kandungan VFA rumendapat berpengaruh pada konsumsi dankecernaan pakan.

Produksi VFA banyakdipengaruhi oleh kualitas pakan yangdikonsumsi ternak, khususnya dalamhal kandungan serat kasar pakan. Asamasetat dan propionat merupakankomponen utama VFA hasil fermentasidalam rumen. Secara umum jumlahproduksi VFA yang utama adalahC2=65%, C3=21% dan C4=14%

Page 3: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

3

(McDonald, Edward, Greenhalgh andMorgan, 2002).

Serat kasar yang merupakansumber karbohidrat bagi ternakruminansia. Belum banyak diketahuijumlah imbangan serat kasar yang tepatdalam pakan agar dapat dicerna secaraoptimal untuk memenuhi kebutuhansapi PO. Berdasarkan hal tersebut,untuk mengetahui imbangan serat kasaryang tepat guna menghasilkan produksiVFA cairan rumen yang optimalkhususnya rasio C2/C3 pada sapi PO,dilakukan penelitian mengenaipengaruh pemberian pakan dengankandungan serat kasar yang berbedapada sapi PO terhadap konsumsi,kecernaan dan rasio C2/C3.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakansecara in vivo di kandang percobaanLoka Penelitian Sapi Potong selama 4bulan untuk mengetahui pengaruhpakan terhadap konsumsi, kecernaan

dan rasio asam asetat/propionat cairanrumen. Rancangan penelitian yangdigunakan adalah Rancangan AcakKelompok (RAK) denganmenggunakan 3 perlakuan dan 5kelompok ulangan berdasarkan bobotbadan (BB). Pakan perlakuan yangdiberikan dibedakan menjadi 3 macamdengan kandungan serat yang berbedayaitu 12%, 17% dan 22% berdasarkanBK. Pakan hijauan dan konsentratdiberikan ad libitum dengan pemberiandibagi 2 kali dalam sehari pada pukul09.00 dan 14.00 WIB dan pemberian airminum ad libitum. Pakan yangdiberikan (BK) adalah 3% dari bobotbadan ternak. Perbandingan BKpemberian pakan hijauan 15% dankonsentrat 85%. Komposisi pakandiberikan pembatas untuk beberapakandungan nutrien, diantarnya protein8-10% dan BO 88-92%.

ANALISIS DATA

Data hasil penelitian dicatat dan

Bahan PakanPerlakuan

P1 P2 P3Bahan Penyusun (%)

Konsentrat A B C-Dedak padi 4,3 22,9 32,6-Wheat pollard 26,7 23,8 18,9-Gaplek 38,1 20,8 6,7-Bungkil kopra 6,9 5,1 5,1-Kulit biji kopi 5,2 7,7 18,0-Molases 2,2 2,2 2,2-Kapur 0,9 0,9 0,9-Garam 0,9 0,9 0,9

Rumput Gajah 14,7 15,8 14,6Total Pakan 100,0 100,0 100,0

Tabel 1. Komposisi pakan penelitian

Page 4: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

4

ditabulasi menggunakan programMicrosoft Excel. Selanjutnya, dilakukananalisis ragam (ANOVA) untukRancangan Acak Kelompok (RAK).Jika terdapat perbedaan pengaruhdiantara perlakuan atau kelompok makaakan dilanjutkan dengan Uji JarakBerganda Duncan. MenurutYitnosumarto (1993) model matematisRAK adalah sebagai berikut:

Yij = μ + αi + ßj + Ʃij

Yij : Hasil pengamatan padaperlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ : Nilai rata-rata (mean) harapanαi : Pengaruh perlakuan ke-ißj : Pengaruh kelompok ke-jƩij : Pengaruh galat perlakuan ke-i

dan kelompok ke-ji : Banyaknya perlakuan (1,2,3)j : Banyaknya kelompok (1,2,3,4,5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi PakanHasil konsumsi BK, BO, PK dan

SK pakan menunjukkan adanyaperbedaan yang sangat nyata antarperlakuan (P<0,01). Konsumsi BK, BOdan PK meskipun secara statistik padaperlakuan P2 dan P3 tidak menunjukkanperbedaan yang sangat nyata, jumlahkonsumsi P2 relatif lebih tinggi. Hal inijuga dapat dilihat pada konsumsi SKperlakuan P1, P2 dan P3 yangmeningkat seiring penambahankandungan serat kasar dalam pakan.Jika ditinjau berdasarkan aspek fisikpakan, dibutuhkan waktu yang lebihlama untuk mencerna serat kasar yangtinggi, sehingga menyebabkan lamawaktu tinggal pakan lebih lama dalamsaluran pencernaan dan memperlambat

laju aliran digesta. Seperti yangdijelaskan oleh Chuzaemi (2012), pakandengan serat kasar tinggi menyebabkanternak lebih lama untuk memakan danruminansi dan laju degradasi dalamretikulo-rumen melambat. Namun,pengaruh yang berbeda ditunjukkanpada perlakuan P1 dengan kandunganSK pakan 12% yang ternyata dihasilkannilai konsumsi terendah.

Hasil penelitian pada perlakuanP1 menunjukkan nilai konsumsi yangpaling rendah. Selain perbedaan seratkasar pakan, kandungan protein kasarpakan dapat menjadi penyebabperbedaan konsumsi. Seperti yangdijelaskan oleh De Carvalho, Soeparnodan Ngadiyono (2010) menyatakankandungan protein dan serat kasardalam pakan yang digunakan sangatberpengaruh terhadap konsumsi pakan.

Konsumsi PK ransum dalamperlakuan P1 sebesar 0,46 kg/ekor/hariatau 6,6%BK dapat menjadi penyebabmenurunnya tingkat konsumsi BK danBO pakan. Hal ini dijelaskan oleh VanSoest (1994), menurunnya tingkatkonsumsi dapat disebabkan olehrendahnya kualitas pakan yaiturendahnya kandungan protein. Selainitu, konsumsi protein kasar dibawah 7%dapat berakibat pada melambatnyapencernaan dalam rumen karenakurangnya pasokan nitrogen bagibakteri sehingga terhambatnyapertumbuhan bakteri. Hasil penelitianlain yang berbeda tentang perbedaankandungan protein kasar pakandilaporkan Adiwinarti dkk (2011),bahwa peningkatan level protein kasar8-11% dalam pakan tidak memberikanpengaruh yang nyata terhadap PBBH

Page 5: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

5

Tabel 2. Konsumsi Pakan Perlakuan

dan konsumsi BK pakan untuk sapiJawa karena konsumsi protein kasarmenunjukkan tidak kurang dari 7% dariBK. Konsumsi protein perlakuan P1juga masih rendah jika dibandingakandengan yang dilaporkan Rianto dkk(2007), pada sapi PO memiliki rataankonsumsi protein sebesar 0,6 kg/hari.

Konsumsi pakan ternakruminansia juga dapat dibatasi olehjumlah nutrisi yang tersedia untukmetabolisme ternak. Dijelaskan olehChuzaemi (2012), pada tingkatmetabolik, konsumsi pakan merupakanrespon kurangnya energi dalam tubuhternak, untuk memenuhi kebutuhanenerginya ternak akan mulai makan danberhenti bila kebutuhan energinyatercapai. Rendahnya kandungan SKakan memudahkan penetrasi mikrobarumen (bakteri, protozoa dan jamur)untuk mencerna nutrien pakan(Pamungkas dkk., 2013). Tingkatkonsumsi juga dapat dibatasi olehkebutuhan energi dari hewan, sehinggahal ini menyebabkan serat mempunyaihubungan yang positif terhadap tingkatkonsumsi, dimana kenaikan tingkatserat akan menurunkan tingkatkecernaan dan hewan akanmengkonsumsi lebih banyak agar dapatmemenuhi kebutuhan energi (Parakkasi,

1999). Konsumsi pakan sapi PO dalampenelitian ini sudah memenuhikebutuhan ternak menurut Kearl (1982),sapi dengan bobot badan 350 kgmemiliki kebutuhan BK pakan sebesar8,30 kg/ekor/hari (2,4%). Soebarinotodkk (1991) menambahkan bahwakonsumsi bahan kering ternak sapiberkisar antara 2-4% dari bobot badan.Sedangkan dalam penelitian ini ternakmampu mengkonsumsi pakan 2,0-2,7%dari bobot badan.

Hasil penelitian lain denganjumlah yang hampir sama dilaporkanoleh Susanto, Rianto dan Prawoto(2004) pada sapi PO jantan denganbobot badan 200,80 kg yang diberipakan rumput Raja dan konsentratmengkonsumsi BK pakan sebesar 5,84kg/hari (2,9% BB), Sedangkan laporandari Purnomoadi, Edy, Adiwinarti danRianto (2007), sapi PO jantan denganbobot badan 227,25 kg yang diberipakan 30% jerami padi dan 70%konsentrat mampu mengkonsumsi BKsebesar 5,91 kg/hari (2,6% BB).

Kecernaan PakanPakan perlakuan P1 menunjukaan

persentase kecernaan BK dan BOtertinggi. Rataan kecernaan BK dan BOpada perlakuan P1= 67,41% dan

PerlakuanKonsumsi (g/kg BB0,75/hari)

BK BO PK SK

P1 89,33±5,89b 79,80±4,48b 5,92±0,52b 14,42±0,41c

P2 113,55±13,53a 95,80±9,96a 9,70±1,22a 20,76±2,27b

P3 109,07±6,37a 90,01±5,25ab 8,88±0,51a 27,60±1,72a

Keterangan : a-b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkanperbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Page 6: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

6

68,60% tidak berbeda nyata denganperlakuan P2= 61,92% dan 64,69%,

namun keduanya berbeda nyatadengan perlakuan P3= 56,59% dan59,40%. Kecernaan BK dan BOtertinggi diperoleh pada perlakuan P1.Perlakuan P1 yang memiliki kandunganserat kasar pakan 12% menjadikannyalebih mudah dicerna dalam saluranpencernaan karena rendahnyakandungan serat kasar, sehinggamemudahkan bakteri untuk melakukanpenetrasi ke dalam material pakan untukproses pencernaan (Pamungkasdkk.,2013). Tillman dkk (1998)menjelaskan, tingkat kecernaanmemiliki kaitan erat dengan kandungannutrien pakan dan pengaruh yang palingbesar adalah kandungan serat kasardalam pakan, disamping itu, kecernaanBK juga relatif memiliki kesamaandengan kecernaan BO.

Keceranaan BK dan BO yangtinggi pada perlakuan P1 ternyata tidakdiikuti dengan meningkatnya kecernaanPK pakan. Konsumsi PK yang rendahpada perlakuan P1 (0,46 kg/ekor/h atau6,56%BK) dapat menjadi penyebabkecernaan PK yang rendah pula.

Kecernaan SK menunjukkanperbedaan yang tidak nyata padamasing-masing perlakuan (P>0,05).

Namun, jika dilihat dari rataanpersentase kecernaan, terdapatpeningkatan jumlah persentase dariperlakuan P1, P2 dan P3 (29,21; 30,25;dan 31,34%). Perbedaan kandunganserat kasar dalam pakan tidakmenunjukkan perbedaan yang nyatapada kecernaan serat kasar.

Hasil penelitian oleh De Carvalhodkk (2010) melaporkan pada sapi POyang dipelihara secara feedlot denganpemberian imbangan pakan konsentratdan hijauan 85:15, kandungan PK 7,8%dan SK 27,6%, diperoleh persentasekecernaan BK 67,4%; BO 75,27%; PK51,74%; SK 58,82%. Selain itu, laporanlain dari Suharti dkk., (2009) pada sapiPO yang diberikan pakan denganimbangan konsentrat dan jerami padi65:35, kandungan PK 16,7% dan SK24,52, menunjukkan persentasekecernaan BK 67,8; PK 84,3; SK36,4%.

Produksi Volatile Fatty Acids (VFA)dan Rasio C2/C3 Cairan Rumen

Berdasarkan hasil analisis ragamdiperoleh perbedaan yang tidak nyataantara perlakuan yang diberikanterhadap produksi VFA cairan rumen(P>0,05). Namun, terdapat perbedaanyang nyata untuk jam pengambilan

PerlakuanKecernaan (%)

BK BO PK SK

P1 67,41±2,26a 68,60±2,35a 45,47±6,18b 29,21±9,70a

P2 61,92±3,00a 64,69±3,00a 66,64±4,07a 30,25±8,18a

P3 56,59±2,48b 59,40±2,38b 60,53±3,17a 31,34±8,19a

Keterangan : a-b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkanperbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Tabel 3. Kecernaan pakan

Page 7: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

7

Tabel 4. Produksi VFA cairan rumen

cairan rumen pada produksi asampropionat (P<0,05). Konsentrasi totalVFA pada tiap jam pengambilan cairanrumen disajikan pada Tabel 4. Hasilproduksi C3 pada perlakuan P2 dan P3menunjukkan perbedaan yang nyataterhadap jam pengambilan cairan rumen(P<0,05). Sejalan dengan yangdijelaskan Van Soest (1994), pakankonsentrat menunjukkan puncakfermentasinya pada 2-3 jam pemberianpakan sedangkan pakan hijauan pada 4-5 jam setelah pemberian. Secara umumkandungan C2 terlihat lebih tinggi, halini dapat disebabkan karena pengubahandari asam piruvat menjadi C2 memilikijalur yang lebih pendek, selain itu lebihmudahnya retikulo-rumen dalammenyerap asam lemak berantai karbonpanjang seperti C4. Sesuai dengan yangdijelaskan oleh McDonald et al (2002)bahwa stokiometri hasil fermentasi dari

114 piruvat yang merupakan hasil akhirdari oksidasi glukosa secara anaerobikmelalui jalur glikolisis menghasilkan 65asetat, 21 propionat, 14 butirat, 20 CO2

dan 73 CH4. Ditambahkan pula olehChuzaemi (2012), penyerapan VFAyang sebagian besar terjadi dalamretikulo-rumen dipengaruhikecepatannya oleh pH dan panjangrantai karbon (C) dari VFA, rantai Cyang semakin panjang dan pH retikulo-rumen yang rendah dapat mempercepatpenyerapan dan untuk nilai pH berkisar6-7 penyerapan hasil dari fermentasidalam rumen terjadi secara efisienkarena konsentrasi VFA yang relatifrendah. Rataan pH pada jam ke-3pengambilan cairan rumen dalampenelitian ini menunjukkan nilai yanghampir sama dan masih normal.Berturut-turut dari perlakuan P1, P2 danP3 adalah 7,2, 7,0 dan 7,1. Perbedaanjumlah produksi VFA juga dapat

Variabel JamPerlakuan

P1 P2 P3

Total VFA0 jam 41,29±10,84 30,05±9,30 32,90±8,00

3 jam 43,63±15,83 44,51±16,81 45,47±12,86

As. Asetat(C2)

0 jam 29,92±7,80(72%) 22,14±6,89(74%) 24,01±5,89(73%)

3 jam 30,32±11,46(69%) 31,46±11,21(71%) 31,45±9,20(69%)

As. Propionat(C3)

0 jam 5,30±1,30(13%) 3,73±1,25a(12%) 4,51±1,07a(14%)

3 jam 6,96±2,31(16%) 6,88±3,13b(15%) 7,45±2,30b(16%)

As. Butirat(C4)

0 jam 6,08±1,93(15%) 4,18±1,23(9%) 4,38±1,06(13%)

3 jam 6,35±2,41(15%) 6,17±2,77(14%) 6,57±2,20(14%)

C2/C30 jam 5,65±0,37b 5,97±0,42 5,32±0,20

3 jam 4,35±0,92a 4,92±1,02 4,40±1,10Keterangan : a-b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan respon

perbedaan yang nyata (P<0,05) untuk waktu pengambilan cairan rumen (0jam dan 3 jam).

Page 8: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

8

disebabkan oleh rasio hijauan dankonsentrat. Pemberian konsentratdengan proporsi yang tinggi danmengandung karbohidrat yang mudahdidegradasi dapat meningkatkanproduksi C3, sehingga menyebabkanperbandingan C2/C3 menurun(McDonald et al., 2002, Chuzaemi,2012).

Jumlah proporsi C2, C3 dan C4

dalam penelitian ini berbeda daripendapat Arora (1996), dimana C2 yangdihasilkan di dalam rumen sekitar 50-60% dan C3 sekitar 18-24%. Selain itu,McDonald et al (2002) manambahkan,sapi yang diberi pakan hay pelet (0,4) :konsentrat (0,6) menghasilkan C2=50,C3=30 dan C4=11 mmol/L. Hasil lainyang hampir sama dilaporkan olehPamungkas dkk (2013), sapi PO jantanyang diberi pakan dengan imbanganpakan serat dan penguat (30:70) dengankandungan PK dan SK pakan 10,4%dan 26,3% diperoleh produksiC2=28,85, C3=8,35 dan C4=3,95mmol/L. Penelitian lain yang dilakukanSwandyastuti (2013) pada sapi POjantan umur satu tahun diberikan pakandengan kandungan PK dan SK pakan8,5% dan 27,7% diketahui produksiC2=30,44, C3=26,50 dan C4=23,28mmol/L.

Perbandingan rasio C2/C3

menunjukkan hasil pengaruh yang tidakberbeda nyata untuk masing-masingperlakuan (P>0,05). Hasil rataan rasioC2/C3 dari yang terendah dihasilkanpada perlakuan P1 kemudian diikutiperlakuan P3 dan P2. Imbangan C2 danC3 dapat dijadikan sebagai indikatorPBBH yang dihasilkan, semakin tinggiimbangan asetat dan propionat maka

pertambahan bobot hidup sapi akansemakin rendah (Saqifah, Purbowatidan Rianto, 2010). Namun jika semakinrendah imbangan asam asetat danpropionat akan semakin tinggi tingkatsintesis glukosa sehingga merangsangpenggemukan (Soeparno, 1994).McDonald et al (2002) menambahkan,tingginya rasio C2/C3 akan memberikanpengaruh dengan meningkatnya kadarlemak dan sebalikknya rendahnya rasioC2/C3 akan meningkatkan efisiensideposisi protein. Hasil rataan rasioC2/C3 pada masing perlakuan tidakterdapat perberdaan nyata.

KESIMPULAN

Peningkatan level serat kasartertinggi dari 17% hingga 22% padaimbangan pakan hijauan dan konsentrat15% : 85% memiliki tingkat konsumsipakan yang relatif sama. Sedangkanlevel serat kasar terendah hingga 12%meskipun memiliki tingkat kecernaanpakan yang tinggi, namun dapatmenurunkan konsumsi ternak. Levelserat kasar 17% menunjukkan tingkatkonsumsi dan kecernaan yang terbaik,menghasilkan produksi VFA dan rasioC2/C3 yang relatif sama.

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya,disarankan menggunakan pakan dengankandungan protein kasar yang samauntuk memperkecil perbedaan yangdisebabkan oleh kurangnya salah satunutrien yang dibutuhkan ternak. Selainitu, disarankan menggunakan perlakuanserat kasar pakan yang lebih spesifikseperti NDF (Neutral Detergent Fiber).

Page 9: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulismengucapkan terima kasih kepadaKepala Loka Penelitian Sapi Potong danBapak Mariyono yang telah mendukungdan memfasilitasi pelaksanaanpenelitian serta semua pihak yang telahmembantu hingga dapat terlaksanadengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwinarti, R., U.R. Fariha dan C.M.S.Lestari. 2011. Pertumbuhan sapijawa yang diberi pakan jeramipadi dengan level protein berbeda.JITV 6(4): 260-265.

Anggorodi, 1994. Ilmu MakananTernak Umum. Cetakan ke-3. PTGramedia. Jakarta.

Arora, S. P. 1996. Pencernaan Mikrobapada Ruminansia. PenerjemahRetno Muwarni. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

Chuzaemi, S. 2012. Fisiologi NutrisiRuminansia. UniversitasBrawijaya Press. Malang.

De Carvalho, M.C., Soeparno dan N.Ngadiyono. 2010. Pertumbuhandan produksi karkas sapiPeranakan Ongole dan SimentalPeranakan Ongole jantan yangdipelihara secara feedlot. BuletinPeternakan 34(1): 38-46.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirmentsof Ruminants in DevelopingContries. The InternationalFeedstuffs Institute. Utah StateUniversity. Logan.

McDonald, P., R.A. Edward, J.F.D.Greenhalgh and C.A. Morgan.2002. Animal Nutrition,6thEdition. Longman, Londonand New York.

Ngadiyono, N., G. Murdjito, A. Agusdan U. Supriyana. 2008. Kinerjaproduksi sapi Peranakan Ongolejantan dengan pemberian duajenis konsentrat yang berbeda. J.Indon. Trop. Anim. Agric. 33(4):282-289.

Preston, T.R. and R.A. Leng. 1987.Matching Ruminant ProductionSystem with Available Resourcesin Tropics and Sub-Tropics.Panambul Book, Armidale.Australia.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi danMakanan Ternak Ruminan.Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Pamungkas, D., Mariyono, Antari R.dan Sulistya T.A. 2013. Imbanganpakan serat dengan penguat yangberbeda dalam ransum terhadaptampilan sapi Peranakan Ongolejantan. Seminar NasionalTeknologi Peternakan danVeteriner: 107-115.

Purnomoadi, A., B.C. Edy, R.Adiwinarti and E. Rianto. 2007.The performance and energyutilization of ongole crossbredcattle raised under two levelsupplementation of concentrationto the rice straw. J. Indones. Trop.Anim. Agric. 32: 1-5

Rianto, D., M. Wulandari dan R.Adiwinarti. 2007. Pemanfaatan

Page 10: pengaruh pakan dengan level serat kasar berbeda terhadap

10

protein pada sapi jantanPeranakan Ongole dan PeranakanFriesian Holstein yang mendapatpakan rumput gajah, ampas tahudan singkong. Seminar NasionalTeknologi Peternakan danVeteriner: 64-70.

Saqifah, N., E. Purbowati dan E. Rianto.2010. Pengaruh ampas teh dalampakan konsentrat terhadapkonsentrasi VFA dan NH3 cairanrumen untuk mendukungpertumbuhan sapi PeranakanOngole. Seminar NasionalTeknologi Peternakan danVeteriner: 205-210.

Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi.1991. Ilmu Gizi Ruminansia.LUW. Animal Husbandry Project.Universitas Brawijaya.

Soeparno. 1994. Ilmu dan TeknologiDaging. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta

Suharti, S., D.A. Astuti dan E. Wina.2009. Kecernaan nutrien danperforma produksi sapi potongPeranakan Ongole (PO) yangdiberi tepung lerak (Sapidusrarak) dalam ransum. JITV14(03): 200-207.

Susanto, S.A., E. Rianto dan J.A.Prawoto. 2004. Pengaruh

penggantian konsentrat denganampas bir terhadap penampilanproduksi sapi peranakan ongoleyang mendapat pakan basalrumput raja. J. Pengemb. Petern.Tropis. Special Edition: 35-39.

Suwandyastuti, S.N.O. 2013. Produkmetabolisme rumen pada sapiperanakan ongole fase tumbuh.Jurnal Agripet. Vol 13(1): 31-35.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S.Reksohadiprodjo, S.Prawirokusumo dan S.Lebdosoukojo. 1998. IlmuMakanan Ternak Dasar. GadjahMada University Press.Yogyakarta.

Usman, Y. 2013. Pemberian pakan seratsisa tanaman pertanian (jeramikacang tanah, jerami jagung,pucuk tebu) terhadap evolusi pH,N-NH3 dan VFA di dalam rumensapi. Jurnal Agripet vol 13(2): 53-58.

Van Soest, P.J. 1994. Nutrition Ecologyof The Ruminant. 2nd edition.Cornell University Press. NewYork.

Yitnosumarto, S. 1993. PercobaanRancangan Analisa danInterprestasinya. PT. Gramedia.Jakarta.