88
Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban 1. ASAL MULA NAMA BOLAANG MONGONDOW Bolang Mongondow terdiri dari kata "bolaang" dan "mongondow". Bolaang atau golaang berarti : menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap karena terlindung oleh pepohonan yang rimbun. Dalam hutan rimba, daun pohon rimbun, sehingga agak gelap. Bila ada bagian yang pohonnya agak renggang, sehingga seberkas sinar matahari dapat menembus kegelapan hutan, itulah yang dimaksud dengan no bolaang atau no golaang. Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara Bolaang Mongondow yang pada abad 17 sampa akhir abad 19 menjadi tempat kedudukan istana raja. Bolaang dapat pula berasal dari kata "bolango" atau "balangon" yang berarti laut (ingat : Bolaang Uki dan Bolaang Itang yang juga terletak di tepi laut). Mongondow dari kata "momondow" yang berarti : berseru tanda kemenangan. Desa mongondow terletak sekitar 2 km selatan Kotamobagu. Daerah pedalaman biasa juga disebut : rata Mongondow. Dengan bersatunya seluruh kelompok masyarakat yang tersebar, baik yang yang berdiam di pesisir pantai, maupun yang berada di pedalaman Mongondow di bawah pemerintahan raja tadohe (Sadohe), maka daerah ini menjadi daerah Bolaang Mongondow. 2. LETAK GEOGRAFIS Daerah Bolaang Mongondow terletak di jazirah utara pulau Sulawesi memanjang dari barat ke timur dan diapit 17Desember 2005 1

Mengenal Bolaang Mongondow

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

1. ASAL MULA NAMA BOLAANG MONGONDOW

Bolang Mongondow terdiri dari kata "bolaang" dan "mongondow". Bolaang

atau golaang berarti : menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap karena terlindung

oleh pepohonan yang rimbun. Dalam hutan rimba, daun pohon rimbun, sehingga

agak gelap. Bila ada bagian yang pohonnya agak renggang, sehingga seberkas sinar

matahari dapat menembus kegelapan hutan, itulah yang dimaksud dengan no bolaang

atau no golaang. Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara Bolaang Mongondow

yang pada abad 17 sampa akhir abad 19 menjadi tempat kedudukan istana raja.

Bolaang dapat pula berasal dari kata "bolango" atau "balangon" yang berarti laut

(ingat : Bolaang Uki dan Bolaang Itang yang juga terletak di tepi laut). Mongondow

dari kata "momondow" yang berarti : berseru tanda kemenangan. Desa mongondow

terletak sekitar 2 km selatan Kotamobagu. Daerah pedalaman biasa juga disebut : rata

Mongondow. Dengan bersatunya seluruh kelompok masyarakat yang tersebar, baik

yang yang berdiam di pesisir pantai, maupun yang berada di pedalaman Mongondow

di bawah pemerintahan raja tadohe (Sadohe), maka daerah ini menjadi daerah

Bolaang Mongondow.

2. LETAK GEOGRAFIS

Daerah Bolaang Mongondow terletak di jazirah utara pulau Sulawesi

memanjang dari barat ke timur dan diapit oleh dua kabupaten lainnya, yaitu

Gorontalo (sekarang sudah menjadi propinsi) dan Minahasa. Secara geografis daerah

ini terletak antara 100,30" LU dan 0020" serta antara 16024'0" BT dan 17054'0" BT.

Sebelah utara dibatasi laut sulawesi dan selatan dengan laut Maluku. Bolaang

Mongondow adalah sebuah daerah (landschap) yang berdiri sendiri dan memerintah

sendiri dan masih merupakan daerah tertutup sapai dengan akhir abad 19. Hubungan

dengan luar (asing) hanyalah hubungan dagang yang diadakan melalui kontrak

dengan raja-raja yang memerintah pada saat itu. Dengan masuknya pengaruh

pemerintahan bangsa asing (Belanda) pada sekitar tahun 1901, maka secara

administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling Bolaang Mongondow yang

didalamnya termasuk landschap Binatuna, Bolaang Uki, Kaidipang besar dari

Afdeling Manado. Batas pesisir dengan daerah Gorontalo oleh dua buah sungai, yaitu

17Desember 20051

Page 2: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

di utara sungai Andagile dan di selatan oleh sungai Taludaa. Dengan daerah

Minahasa juga dua sungai yaitu di utara sungai Poigar dan di selatan oleh sungai

Buyat. Medan yang terlebar jaraknya sekitar 66 km yaitu antara sungai Poigar dan

tanjung Flesko. Yang tersempit yaitu antara desa Sauk di utara dan desa Popodu di

selatan.

3. TINJAUAN BUDAYA DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN

MASYARAKAT

1. Asal Mula penduduk

Penduduk Bolaang Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata

serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat. Tempat tinggal mereka di gunung Komasaan

(wilayah Bintauna). Makin lama turunan kedua keluarga itu semakin banyak,

sehingga mereka mulai menyebar ke timur di tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli',

Ginolantungan. Ke pedalaman di tempat bernama tudu im Passi, tudu in Lolayan,

tudu in Sia', tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Peristiwa perpindahan

ini terjadi sekitar abad 8 dan 9. Pokok pencaharian adalah berburu, mengolah sagu

hutan, atau mencari sejenis umbi hutan, menangkap ikan. Pada umumnya mereka

belum mengenal cara bercocok tanam.

2. Pimpinan kelompok Masyarakat

Setiap kelompok keluarga dari satu keturunan dipimpin oleh seorang Bogani, pria

atau wanita, yang dipilih dari anggota kelompok dengan persyaratan tertentu, antara

lain : memiliki kemampuan fisik, (kuat), berani, bijaksana, cerdas, serta mempunyai

tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan

musuh. Berlaku sistem demokrasi. Bogani-bogani itu didampingi oleh para tonawat,

yaitu orang-orang yang mengetahui perbintangan, ahli penyakit dan pengobatannya,

disamping bertugas sebagai penasehat pimpinan. Setiap pekerjaan diselesaikan

bersama untuk kesejahteraan seluruh anggota kelompok (gotong royong). Sebelum

memulaikan sesuatu pekerjaan besar, dimusyawarahkan untuk mencapai kesepakatan.

Pada saat-saat tertentu seluruh pimpinan kelompok para bogani) berkumpul untuk

musyawarah. Merka sudah mengenal Ompu Duata (Yang Maha Kuasa ), yang

17Desember 20052

Page 3: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

berkuasa atas segala sesuatu dan mengadakan upacara ritual sebelum mengerjakan

pekerjaan besar. Pada setiap permulaan suatu usaha, kegiatan atau pada saat upacara

pengobatan, selalu Mongompu', menyebut nama Ompu Duata agar usaha mereka

berkenan dan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Berdasarkan kepercayaan mereka

itu, maka pantang bagi setiap anggota masyarakat untuk melakukan hal-hal yang

jahat, yang tidak berkenan kepada Ompu Duata. Juga mereka sudah memiliki

semacam peraturan yang harus dipatuhi. Setiap pelanggar dikenakan sanksi antara

lain dikucilkan atau disisihkan dari masyarakat.

3. Adat Perkawinan

Setiap rencana perkawinan diatur oleh orang tua. Anak masih patuh pada keinginan

orang tua. Seorang pemuda yang sudah dewasa diberi bekal ketrampilan oleh orang

tuanya, sebagai persiapan memasuki jenjang perkawinan, berupa ketrampilan

mengolah sagu hutan, berburu, memasak garam (modapug), dan lain-lain. Bila sudah

cukup persiapan, orang tua akan memberi tahu calon isteri dari keluarga tertentu.

Diadakanlah musyawarah antara keluarga kedua belah pihak. Dan pada saat yang

baik, calon suami disertai kaum keluarga membawa hasil-hasil olahan calon suami

menuju ke rumah calon isteri. Perkawinan diresmikan dan direstui orang tua kedua

belah pihak bersama sanak saudara, maka resmilah perkawinan itu.

4. Cara perkawinan sebelum Mokodoludut

Menurut Penuturan Bapak B. Gilalom dari desa Poyowa Besar, yang pada saat itu

wawancara tgl 5 Pebruari 1977 telah berusia 75 tahun, bahwa sebelum Mokodoludut

sebagai Tompunu'on pertama, maka kehidupan masyarakat masih sangat sederhana.

Belum ada perbedaan tingkatan (kasten) atau golongan antara raja, keturunan raja

(kohongian), simpal, nonow, tahig, yobuat, seperti yang diadakan pada masa raja

Tadohe. Sistem perkawinan masih sangat sederhana, belum ada pembayaran

maskawin (yoko' atau tali') oleh orang tua pihak lelaki kepada orang tua pihak

wanita. Aabila seseorang pemuda yang sudah dewasa, dalam arti sudah cukup umur

untuk memasuki jenjang perkawinan, maka orang tua, dalam hal ini ayah, ibu atau

paman memberi petunjuk tentang apa yang akan dilakukan sebagai persiapan

17Desember 20053

Page 4: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

membentuk rumah tangga baru. Pada waktu itu belum dikenal istilah guman

(meminang). Seorang pemuda yang hendak menikah, menyampaikan niatnya kepada

orang tua, sekaligus memberi tahu gadis yang hendak di nikahinya. Maka orang tua

memberi petunjuk dengan contoh sebagai berikut : " Ikolom I iko maya' monginkayu,

yo kayu tatua in dikabi' dia'anmu kom baloi na'a, pobaya' bi' im baloi tatuata kong

ginamu mako pobuloion (= besok kamu pergi meramu kayu api, kayu itu jangan

kamu bawa ke rumah ini, bawa ke rumah dimana tujuan hatimu hendak

menikahinya). Mo I baya' mangoy ki intatuata, ukatonmu monag ing kayu. Kayu ki

inta tuata ing kinota'auanmudon kon tuata ing ko gadi' kom bobai, o aidanea I

modungu' (= tiba disana kau letakkan kayu itu. Kayu itu seperti yang kamu ketahui,

disana ada anak gadis, kerjaanya adalah memasak). Noponik monik ta tuata, iko in

nodia kong kayu, imbalu'ondon ing guranga, I lolaki andeka bobai, yo baya'don ukat

kon abu. Yo aka inabatan mangoi im bobai tatua niatonmu pobuloion, bo no ibog in

sia no podungu', mangalenya no ibog in sia ko inimu. Tonga' bi' tua." (= setelah naik

engkau membawa kayu api, disapa oleh orang tua laki-laki atau perempuan,

letakkanlah didapur. Apabila disambut oleh gadis yang hendak kau nikahi, lalu ia

suka menggunakan memasak, berarti ia telah menerima engkau. Hanya itu.

Na'a in no ibog in sia bo sinarimadon I ina'nya bo I ama'nya. Dapotea kai monia :

polat bidon mogutun kita tou motolu adi' (= sekarang ia suka dan telah diterima oleh

ibunya dan ayahnya, selanjutnya mereka mengatakan : kita langsung tinggal bersama

anak beranak). Setelah kedua anak muda itu tinggal bersama dan disahkan sebagai

suami isteri baru, selanjutnya mereka akan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan

bagi kehidupan rumah tangga (mopoto olut). Kedua suami isteri yang baru itu pergi

menyiapkan antara lain : monontandai (membuat buluh air), moponik ko mama'an

(memanjat pinang), moponik kon obuyu' (memanjat sirih). Waktu petang mereka

pulang, isteri berjalan di depan menyandang buluh air, suami berjalan di belakang

memikul tandan pinang dan bungkusan sirih, karena sirih dan pinang itu akan di

mamah oleh ayah dan ibu mertua. Pada hari-hari berikutnya, kedua suami isteri itu

pergi momolit (menangkap ikan disungai dengan alat bobolit, yaitu anyaman bilah-

bilah bambu), atau monikop (menangkap ikan di sungai). Bila ada hasilnya, dibawa

ke rumah diletakkan didepan ayah dan ibu mertua. Beberapa hari kemudian mereka

17Desember 20054

Page 5: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

pergi mogibol (mengolah sagu hutan). Walaupun hasilnya hanya sedikit, tetapi harus

dibawa pulang sebelum matahari terbenam. Karena bila dibawa pulang sesudah

matahari terbenam, maka menurut kepercayaan, sejak saat itu dan seterusnya, hasil

olahan sagu akan tetap tidak mencukupi. Juga menjadi kewajiban suami baru untuk

pergi modapug, yaitu memasak garam di pantai. Mereka yang tinggal di pedalaman,

tentu saja akan meninggalkan isteri dan orang tua. Walaupaun persediaan garam di

rumah masih cukup. Tetapi si menantu mohon restu kedua orang tua (mertuanya)

untuk pergi modapug. Maka yang harus dibawa pulang adalah : garam, ikan masak

yang dimasukkan dalam kayad, yaitu ruas bambu yang ditutup dengan daun enau,

serta kapur sirih. Disamping itu, juga membawa lokan laut yang kelak akan dibakar,

bila persediaan kapur sirih sudah habis. Semuanya ini merupakan kesepakatan yang

sudah ditetapkan bersama. Karena hasil-hasil olahan yang dibawa pulang itulah yang

merupakan yoko' atau tali', semacam maskawin pada zaman lampau. Cara

pembayaran maskawin dengan piring antik, kain antik (sikayu), dan sebagainya

adalah pengaruh spanyol. Pendatang bangsa Spanyol waktu itu pernah membawa

seorang pemuda penduduk asli yang kuat fisik, gagah berani dan perkasa bernama

Antong, dikawinkan di Spanyol. Setelah ia kembali ke sini, mereka membayar Yoko',

semacam pemberian berupa piring antik, sikayu dan lain-lain kepadanya.

5. Perkawinan sejak masa Tadohe

Setelah adanya pembagian tingkatan (kasten) oleh Tadohe (Sadohe), mulai ada

pembayaran maskawin dengan nilai yang berbeda-beda menurut tingkatan golongan,

yaitu : mododatu, kohongian, simpal, nonow, tahig, yobuat. Mula-mula masih ada

persamaan bagi desa-desa, namun lama kelamaan terjadi perbedaan disesuaikan

dengan kondisi dan situasi setempat melalui kesepakatan antara keluarga yang berniat

mengawinkan anak. Tentang tinggi rendah atau besar kecilnya nilai yoko' ditetapkan

menurut kesepakatan antara keluarga kedua belah pihak. Walaupun sudah ditetapkan

dalam adat, tapi masih dapat dirubah menurut musyawarah dan mufakat, karena

ketentuan dalam adatpun adalah hasil kesepakatan bersama antara pemerintah

(kinalang) dan rakyat (paloko). Bila kesepakatan adat itu tidak dilaksanakan dengan

sewajarnya, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sesuai odi-odi, yaitu

17Desember 20055

Page 6: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

semacam sumpah untuk mengkokohkan hasil kesepakatan bersama. Mereka yang

tidak mematuhi ketentuan adat, akan mengalami hal-hal seperti antara lain : modara-

darag na' kolawag (menjadi kuning seperti kunyit), tumonop na' lanag (meresap

seperti air cucuran atap), rumondi' na'buing (menjadi hitam seperti arang), dan lain-

lain.

6. Cara peminangan

Apabila misalnya pemuda dari golongan simpal hendak meminang gadis kohongian

(yang lebih tinggi tingkatannya), maka taba' yaitu telangkai, seorang yang mewakili

keluarga pihak keluarga pihak pemuda untuk meminang, biasanya menggunakan

bahasa kiasan, umpamanya : "Aka kuma bo ayu'on in indoi iput I mata kon

tosingogon inta kodia-dia mangoi na'a yo tonga' mokisukur kon dega' oyu'on bi' in

yindoi iput I mata" (= jika sekiranya ada pandangan penerimaan dengan ekor mata

tentang ucapan yang hendak kami sampaikan ini, maka kami brsyukur atas

penerimaan walaupun hanya dengan ekor mata). Peminangan biasanya disampaikan

oleh seorang taba’ yaitu seorang yang diutus oleh keluarga pihak laki-laki. Setelah

ada penerimaan oleh pihak keluarga wanita, maka keluarga pihak laki-laki

bermusyawarah untuk lebih menguatkan kesungguhan peminangan, bahwa

peminangan telah disampaikan dengan sungguh, bukan hanya dengan setengah hati.

Maka keluarga pihak laki-laki bersama ayah dan ibu calon pengantin pria, menuju ke

rumah pihak wanita, untuk memperjelas (mogintarang) dan membenarkan

(mogintotu'u) tentang peminangan, bahwa peminangan sudah disampaikan

berdasarkan kesepakatan seluruh anggota keluarga dari pihak laki-laki. Setelah

mereka pulang karena sudah ada persetujuan dari keluarga pihak wanita,

disampaikanlah rencana tersebut kepada guhanga in lipu' (orang tua kampung selaku

pemangku adat). Ditetapkanlah waktu, kapan akan mengunjungi lagi keluarga pihak

wanita bersama-sama dengan para guhanga. Cara menyamapaikan kepada guhanga in

lipu' misalnya seperti berikut : "Barang nogama' don kon tala' na'anya, yo baeka bo

de'emanbi' momali' kom bayag in singog, tonga' mobui pa bo maya' mongimbaloian

kodia-dia don ing guhanga, simba niat ki inta na'a ing kombonu don in tota'au ing

guhanga ." (= karena sudah menentukan suatu beban, maka walaupun belum

17Desember 20056

Page 7: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

menetapkan kesepakatan pembicaraan, namun alangkah baiknya bila kita bertandang

lagi ke rumah pihak wanita bersma dengan orang-orang tua kampung, agar hal ini

sudah sepengetahuan tua-tua kampung). Dari pihak wanita pun menyampaikan hal itu

kepada guhanga tentang peminangan terhadap anak gadis mereka, bahwa pihak

keluarga laki-laki sudah tiga kali berkunjung berkaitan dengan peminangan, yaitu :

1. Guman (meminang yang disampaikan oleh taba' dari pihak laki-laki)

2. Kunjungan orang tua pihak laki-laki untuk membenarkan (mogintotu'u) dan

memperjelas (mogintarang) tentang peminangan itu.

3. Kunjungan pihak laki-laki dengan membawa serta para guhanga agar rencana

pernikahan sudah diketahui oleh orang tua kampung.

Ketiga fase ini sudah harus diketahui oleh para guhanga, walaupun belum

disampaikan kepada pemerintah (sangadi atau bobato dengan perangkatnya), supaya

bila guhanga melihat ada pemuda yang sering berkunjung ke rumah gadis yang bukan

tunangannya, maka para guhanga berhak menegur dia dengan mengatakan : "Iko nion

dongka langow mako im baloi monia tuata, sedang kinotota'auanmu kon ayu'on im

paloma in tua kom baloi tatua" (= engkau ini seperti lalat yang selalu berkunjung ke

rumah itu pada hal engkau tahu bahwa di rumah itu ada seekor merpati). Juga ada

teguran oleh guhanga kepada oarang tua si pemuda, misalnya dengan mengatakan :

"Bo moiko nion ing kogadi' lolaki yo dia' don ambe mopota'au mai kong guhanga

lipu'." (= kamu ini mempunyai anak laki-laki tapi tidak memberi tahu kepada tua-tua

kampung).

Setelah pertunangan antara pemuda dan gadis telah diketahui oleh para guhanga,

maka dibicarakanlah waktu untuk menetapkan kepastian pembicaraan (mopokobayag

kon singog). Dalam hal ini para guhanga hanya menjadi saksi. Bila sudah ada

kesepakatan tentang waktu pelaksanaan pernikahan antara kedua pihak, disaksikan

oleh guhanga dan disampaikan kepada pemerintah, maka diumumkanlah kepada

masyarakat bahwa : lelaki bernama … anak dari si … telah menyampaikan rencana

menikah dengan gadis bernama si … anak dari si … dan sudah ada persetujuan dari

kedua belah pihak.

Kemudian masih diadakan pertemuan untuk menetapkan besar kecil atau tinggi

rendahnya yoko' secara keseluruhan dengan perincian besarnya yoko' tiap fase. Bila

17Desember 20057

Page 8: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

si gadis pernah inimontoi kon takit, dalam arti pernah mengalami upacara inisiasi

(ponondeaga'an), nokiaimbu, yaitu upacara adat bagi gadis yang dipingit karena

inisiasi, ile'adan (perataan gigi) dan ilamba'an (dihiasi) saat aimbu, maka dalam

yoko' tadi, ada perincian fase-fase pelaksanaan imontoi (perawatan) dan sebagainya.

Beberapa fase yang dilalui antara lain :

Guman , yaitu peminangan yang dilakukan oleh taba'. Pu'at in lamba', yaitu

mengeluarkan hiasan waktu aimbu. Gu'at, yaitu pemisahan anak dari orang tua.

Le'ad, yaitu acara perataan gigi. Gama', yaitu penjemputan pengantin wanita oleh

keluarga pihak pengantin pria, sehari sesudah pesta pernikahan. Untuk setiap fase

yang dilalui ini, ditetapkan yoko' sendiri-sendiri, kemudian ditambah dengan yoko'

moloben (maskawin).

Dalam era pembangunan dan pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi

ini, perincian –perincian seperti di atas ini mulai dihilangkan dan disepakati untuk

menetapkan besarnya yoko' sesuai kemampuan pihak keluarga laki-laki yang

disetujui pihak wanita, disaksikan oleh guhanga dan direstui oleh pemerintah.

Untuk setiap tingkatan golongan, besarnya yoko' moloben telah ditetapkan, misalnya

untuk kohongian sebesar 200 real. Dalam nilai 200 real itu, tidak hanya didasarkan

pada satu jenis bahan, tetapi ditetapkan 50 real uang tunai, sedangkan 150 real adalah

yoko' dalam bentuk barang (natura). Hal inipun ditetapkan sesuai persetujuan kedua

belah pihak, misalnya : pindan in talong, pindan mo alus, (dua jenis piring antik),

sikayu (kain antik). Harga sikayu waktu itu berbeda-beda, ada yang 30 real, 20 real,

10 real, 5 real sampai 3 real. Dari setiap jenis diambil, hingga genap bernilai 150 real.

Dimulai dengan yoko' untuk guman (peminangan) sebesar 10 real yang dibayar

dengan benda. Dari pihak wanita, ada yang disebut : abat ing guman (jawaban atas

peminangan). Abat ing guman ini diberikan kepada seorang gadis yang duduk di

kursi, memakai selubung lalu menerima abat ing guman sebesar 16 real. Bila si gadis

noki imontoi sebelum atau sesudah peminangan, maka seluruh biaya imontoi

ditanggung oleh pihak laki-laki. Inipun atas kesepakatan kedua pihak sesuai

keikhlasan. Karena dalam imontoi ini ada : le'ad, posiugan le'adan (tidur saat

perataan gigi), pobangonan (bangun sesudah perataan gigi), poponungkulan im batu

pole'adan (pemasangan batu perataan gigi), maka semua biaya disesuaikan dengan

17Desember 20058

Page 9: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

kesepakatan bersama.

Tadi dikatakan ada : pu'at in lamba' (mengeluarkan hiasan). Pu'at in lamba' ini

diadakan bila si gadis dihiasi selama pelaksanaan aimbu. Aimbu adalah suatu acara

yang diadakan beberapa malam berturut, diisi dengan kesenian berupa lagu-lagu

semalam suntuk. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan oleh orang-orang tua pria,

sambil berjalan berduyun dalam suatu formasi tertentu. Lagu-lagu yang dinyanyikan

antara lain : totampit, odenon, tangkil, buyak, dan lain-lain. Sastra lagu biasanya

mengandung humor, sehingga orang yang turut menyaksikan tidak mengantuk.

Aimbu itu diadakan dalam kaitannya dengan upacara inisiasi, yaitu ponondeaga'an,

peralihan status gadis dari remaja ke gadis dewasa sebagai persiapan memasuki

jenjang perkawinan. Si gadis biasanya dipingit, ditempatkan di anjungan (popintuan).

Bila hendak ke dahajat, si gadis tidak boleh berjalan kaki, harus digendong oleh

pemuda-pemuda yang telah ditetapkan. Biaya pu'at in lamba' dibayar sekaligus

dengan yoko' moloben (maskawin). Pada saat dipingit, si gadis memakai siripu, yaitu

alas kaki dari kayu yang berbunyi pada waktu berjalan. Biaya pu'at in siripu

(membuka alas kaki) juga menjadi beban pihak lelaki. Sesudah menikah, maka masih

ada lagi syarat yang disebut : longkut in sole (membuka kutang). Semua itu

merupakan tambahan biaya. Namun semuanya tergantung pada kesepakatan kedua

pihak.

Sehari sesudah pernikahan, diadakanlah acara gama'. Pengantin wanita dijemput oleh

keluarga pihak laki-laki, dibawa ke rumah pengantin laki-laki. Biasanya sebelum

pengantin wanita turun dari rumahnya, ia diberi petunjuk oleh beberapa orang tua

dengan mengatakan, bahwa selama dalam perjalanan menuju ke rumah keluarga laki-

laki, ia harus mongula. Mongula adalah berhenti pada tempat-tempat tertentu. Pada

waktu ia berhenti, maka keluarga pihak laki-laki akan mengatakan sesuatu pemberian

kepada pengantin itu agar ia mau melanjutkan perjalanan. Pemberian itu berupa :

pohon kelapa, rumpun bambu, rumpun rumbia, pohon sagu dan sebagainya.

Pemberian itu menjadi milik suami isteri yang baru. Tiba di rumah keluarga laki-laki,

pengantin dijemput oleh keluarga. Disuguhi sirih pinang, diberi makan pisang bakar

atau lain-lain makanan, seanggota keluarga pihak laki-laki dan bahwa pernikahan itu

telah direstui oleh seluruh anggota keluarga. Pada petang hari, pengantin wanita

17Desember 20059

Page 10: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

dibawa lagi ke rumahnya. Kaum keluarga pihak laki-laki akan menghantarnya. Pada

saat itu, semua kebutuhan rumah tangga baru dibawa serta, seperti : kasur, bantal,

tikar, tempat pakaian, alat-alat masak, alat-alat makan, perabot rumah tangga, bahan

makanan (beras, sagu, jagung), dan sebagainya.

Dalam acara pernikahan ini sudah ada unsur keagamaan. Pada saat pengantin pria

dituntun oleh pimpinan agama untuk menjemput pengantin wanita yang ada di kamar

tidur, maka pintu masuk kamar di halangi oleh beberapa gadis remaja. Keluarga

pihak laki-laki biasanya menghamburkan uang logam di depan pintu masuk. Pada

saat gadis-gadis remaja penjaga pintu memungut uang, kesempatan bagi pengantin

pria masuk menjemput pengantin wanita.

7. Perkawinan Anggota Masyarakat Biasa

Kalau yang menikah itu seorang pemuda petani, maka sesudah bebrapa hari selesai

pesta nikah, ia dibawa oleh mertua laki-laki atau oleh ipar laki-laki yang lebih tua ke

tempat pengolahan sagu sebagai ukud (syarat) mencari nafkah. Hal ini hanya

merupakan syarat, karena sagu memang sudah disediakan. Di tempat pengolahan

sagu, mereka hanya minum sebelum pulang. Pada saat itu ada semacam nasehat yang

disampaikan oleh orang-orang tua : "Aka ko ukur kon adi', yo na'ai tonga' baya'an

poiguman, koito' yo koito' don im batangan, tagin yo tagindon im batangan, simba

dia' mo I biasa tonga' baya'an poiguman sin moko oya'." (= bila ada rezeki mendapat

anak, jangan hanya pergi minta-minta, sagu sebaiknya sagu sendiri, pisang sebaiknya

pisang sendiri, agar tidak terbiasa hanya pergi minta-minta karena memalukan).

Pernikahan antara pemuda dan gadis dari masyarakat biasa, biasanya diadakan tali'

yang berlaku pada masa dahulu kala. Pengantin tidak duduk di pelaminan (puadai),

tempat tidur hanya kolosong, yaitu kasur yang dijahit biasa, tidak bersusun, jadi

bukan bolosak (kasur bersusun). Sanggul pengantin wanita tidak dihiasi sunting,

hanya sanggul biasa. Pengantin pria tidak memakai baju pasere (celana dan baju sama

warna). Dalam hal ini, acara gama' tetap dilaksanakan. Kedua pengantin diberi

nasehat oleh orang-orang tua, para guhanga dan bobato. Apabila perkawinan terjadi

karena si gadis dibawa lari oleh pemuda, maka ini merupakan perbuatan yang tidak

dikehendaki oleh masyarakat, guhanga dan pemerintah. Perkawinan seperti ini

17Desember 200510

Page 11: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

disebut : buloi tangag (kawin lari). Sebab itu yang bersalah harus dihukum dengan

denda mogompat kon lipu', yaitu membayar denda kepada kampung yang diterima

oleh guhanga, sebagai penghapus aib.

8. Perkawinan Antar Golongan Simpal

Bila yang menikah pemuda dan gadis dari golongan Simpal, maka sesuai adat, yoko'

yang dibayar sebesar 150 real, dngan ketentuan 50 real uang tunai, 100 real nilai

benda seperti : sikayu, pindan, loyang, tampelan. Ini tidak mutlak, karena ada juga

yang mengganti dengan tanah, entah tanah itu datar atau tanah pegunungan. Nilai

tanah datar dan pegunungan juga ada perbedaan. Ada juga yang menggantinya

dengan tanaman tahunan, seperti : pohon kelapa, rumpun bambu, rumpun rumbia

atau pohon sagu.

9. Beberapa ketentuan dalam perkawinan

Pemutusan hubungan kekeluargaan : (momontow kom bui'an).

Perkawinan antara pria dan wanita yang masih terikat hubungan

darah,dilarang,misalnya antara : kakak laki-laki dan adik perempuan, antara saudara

satu susu (tongotete'an), antara ipar laki-laki dan perempuan, antara paman dan

kemanakan, antara saudara sepupu atau yang cucu bersaudara. Bila terjadi sesuatu

sebab antara mereka yang termasuk larangan kawin, misalnya si wanita telah

terlanjur hamil, sedangkan mereka berasal dari satu darah, maka dapatlah diadakan

peminangan, sesudah diadakan suatu upacara adat, yaitu : pemutusan hubungan

kekeluargaan (momontow kom bui'an). Caranya adalah : menyembelih beberapa ekor

hewan, ayam putih, kambing, untuk persembahan, yang darahnya digosokkan pada

tangga sigi (podugu') dan pada kaki calon suami isteri. Dagingnya dimasak untuk

diberikan kepada kepala desa dan guhanga, terutama kepada orang tua yang akan

menerima maskawin. Upacara adat berakhir pada saat pemecahan sebuah piring yang

dipegang oleh calon suami isteri, yang dilakukan oleh guhanga. Upacara memutuskan

hubungan kekeluargaan ini diadaakan agar tidak terjadi tomba' (bencana alam) atau

malapetaka lainnya.

Perkawinan juga dilarang antara mereka yang berbeda agama. Dalam buku undang-

17Desember 200511

Page 12: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

undang Bolaang Mongondow artikel 35, dilarang perkawinan antara wanita Bolaang

Mongondow dengan pemuda asing. Bila terjadi pelanggaran, maka orang tua pihak

wanita dikenakan denda. Juga kepala desa sebagai "pengawas" desa dikenakan denda.

Perlu juga diinformasikan, bahwa sesuai penuturan pernah berlaku suatu kebiasaan di

desa Motoboi Besar, tentang suami isteri baru. Konon, pada malam pertama,

pengantin wanita tidak tidur di dalam kamar pengantin, tetapi ia tidur ditengah ayah

dan ibunya atau bersama saudara perempuannya yang lain. Menjadilah kewajiban si

suami untuk pada tengah malam mengangkat isterinya untuk dibawa ke kamar

pengantin. Pernah terjadi, pengantin wanita mengikat rambutnya dengan rambut

ibunya. Ketika suaminya mengangkat dia, ibu yang sedang nyenyak terkejut bangun

karena rambutnya tertarik oleh rambut anaknya yang pengantin itu.

Tagu'

Bila seorang pemuda telah resmi bertunangan dengan seorang gadis, maka untuk

lebih menguatkan janji itu, keluarga pihak laki-laki menyampaikan suatu tanda

baerupa benda yangd isebut : tagu', sebagai tanda pertunangan (kokantangan) yang

telah dikuatkan oleh hukum.

Dahulu tagu' merupakan alat pengikat menurut kepercayaan lama (magis), sehingga

pemutusan hubungan oleh satu pihak, akan menimbulkan bahaya besar. Kemudian

tagu' itu berarti : tanda bahwa pertunangan telah diresmikan. Tagu' ini boleh terdiri

dari : sising (cincin), bolusu (gelang lokan), bobol (manik-manik), karabu (subang);

bagi rakyat biasa, tagu' boleh terdiri dari pakaian (kain, celana,baju) dan lain-lain.

Sesudah diadakan tagu' maka apabila tanpa sesuatu sebab pihak wnaita memutuskan

hubungan, keluarganya harus mengembalikan tagu' dan semua biaya yang sudah

diberikan oleh pihak laki-laki, serta membayar denda yang dipertanggung-jawabkan

melalui nilai tagu'. Bila pihak laki-laki yang memutuskan hubungan maka disamping

ia akan kehilangan tagu' dan biaya-biaya yang sudah diberikan, ditambah lagi dengan

denda yang besarnya telah ditetapkan. Nilai denda akan lebih tinggi, bila pihak

wanita berasal dari golongan yang lebih tinggi.

Pertunangan anak-anak (poyokantangan)

Dahulu biasanya ada orang tua yang bersepakat untuk mempertunangkan anak-anak

mereka, walaupun anak-anak itu belum remaja. Mempertunagkan anak-anak seperti

17Desember 200512

Page 13: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

ini, disebut : mopoyokantang atau poyokantangan. Bila cara seperti ini terjadi, amak

orang tua pihak laki-laki harus turut memikul biaya-biaya pemeliharaan, terutama

biaya untuk pakaian bagi wanita. Kedua belah pihak menyepakati untuk kelak

mengikat kedua anak mereka dalam hubungan pertunangan (kokantangan) secara

resmi. Bila kemudian hubungan ini tidak menjadi kenyataan, maka atas kesepakatan

bersama pula, agar hal ini tidak menimbulkan beban dari salahsatu pihak. Namun

sering pula terjadi, bahwa pihak yang dikecewakan akan mendapat pemberian sedikit

sebagai tanda pengobat hati yang luka.

Iba

Dalam kokantangan yang telah direstui oleh orang tua kedua belah pihak, maka pihak

laki-laki juga sering memberikan iba kepada pihak wanita, berupa : bahan makanan,

uang tunai, pakaian dan sebagainya. Bila kemudian perkawinan terjadi, maka nilai

iba tidak diperhitungkan dengan maskawin.

Tali'

Pembayaran maskawin dilaksanakan pada saat pernikahan. Adapula kesepakatan

bahwa pembayaran maskawin dapat ditangguhkan. Pembayarannya diadakan nanti

sesudah terjadi pemutusan ikatan perkawinan, baik dalam keadaaan hidup atau

meninggal. Bila pada saat meninggalnya si isteri, pihak laki-laki belum sempat

membayar maskawin, si suami dapat dibebaskan dari pembayaran maskawin, namun

ia harus menanggung biaya pemakaman dan biaya kenduri (monusa).

Adapun maskawin itu tidak dibayar, apabila :

1. Si isteri kawin tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan orang tua kedua pihak.

2. Si isteri sudah mengandung sebelum nikah.

3. Si pria orang miskin, sedangkan mertuanya menghendakinya.

4. Pria dari kaum bangsawan kawin dengan wanita dari tingkatan yang lebih rendah

(momahag = selir)

Dalam perkawinan pria dan wanita beragama Islam, disamping maskawin, juga ada

dati atau mahar yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pengantin wanita.

Tentang besarnya dati, biasanya dibicarakan bersamaan dengan penetapan besar

kecilnya maskwin.

17Desember 200513

Page 14: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Menurut suatu peraturan (putusan dan perbuatan dari pemerintah Kerajaan Bolaang

Mongondow, Bintauna, kaidipang besar dan Bolaang Uki tgl. Kotamobagu 19

Agustus 1924 No.43), calon-calon suami isteri beragama Kristen yang menghendaki

perkawinan secara gereja terlebih dahulu menyampaikan keinginan mereka kepada

raja. Bila tempat kedudukan raja jauh, boleh pergi kepada kepala distrik. Apabila

rumah tangga yang baru belum memiliki rumah sendiri, sednagkan maskawin sudah

dibayar, mereka boleh tinggal di rumah orang tua laki-laki. Pada suatu hari yang

sudah ditentukan sesudah perkawinan, si isteri di jemput oleh keluarga pihak laki-laki

yang disebut gama'.

Harta milik bersama

Harta benda milik suami atau isteri yang dibawa masing-masing pada saat menikah,

atau harta benda salah seorang yang diperoleh dari warisan atau pemberian, akan

tetap menjadi milik sendiri-sendiri, bila terjadi perceraian antara keduanya. Harta

benda yang rusak atau hilang selama perkawinan menjadi tanggungan bersama

(poyogaluman).

Perceraian

1. perceraian atau pemutusan ikatan perkawinan disesuaikan dengan kesepakatan

kedua pihak.

2. Sesuai dengan kehendak suami, bila si suami meninggalkan isterinya dan menolak

tikar atau bantal yang dikirim oleh isteri kepadanya sesudah beberapa waktu.

3. Menurut kehendak isteri, bila si isteri pergi kepada keluarganya dan tidak mau

menerima kain yang dikirim oleh suami kepadanya.

Pada pemutusan ikatan perkawinan dengan persetujuan kedua pihak, maka harta

benda yang diperoleh bersama oleh suami isteri, sering dibagi sama. Namun bila

pemutusan ikatan perkawinan itu disebabkan oleh salah satu dari keduanya, amak si

yang bersalah akan kehilangan hak bagiannya. Apabila si isteri yang bersalah, maka

ia harus mengembalikan maskawin bila sudah dibayarkan saat pernikahan. Bila

maskawin belum dibayarkan, maka keluarganya akan membayar denda.

Si isteri dinyatakan bersalah :

1. Apabila ia berzinah (nokitualing).

2. Apabila ia mencaci mertuanya, nunuton (mertua laki) atau guya' (mertua

17Desember 200514

Page 15: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

perempuan).

3. Apabila ia meninggalkan tempat kediamannya.

Anak-anak

Sesudah perceraian, anak-anak biasanya tinggal bersma ibunya. Tapi bila mereka

mengetahui sebab-sebab perceraian, amak mereka dapat memilih kepada siapa

mereka ingin tinggal.

Perceraian antara suami isteri yang beragama Kristen, harus diputuskan melalui

pengadilan.

Dalam hal perpisahan karena suami meninggal, maka isteri yang ditinggalkan belum

boleh menikah lagi, sebelum diadakan kendurian (monusa). Selama masa kematian,

si isteri mendapat dari keluarga suami apa yang disebut : pinobaluan (tanda berduka

cita). Dalam agama Islam masa penantian itu disebut : idah.

Hak warisan

Bila seseorang meninggal, meninggalkan anak atau anak-anak, maka harta milik

orang yang meninggal dan bagian dari perolehan bersama, diwariskan kepada anak

atau anak-anak. Bila anak belum dewasa, maka warisan itu masih tetap dipegang oleh

suami atau isteri yang masih hidup.

Dalam hal suami isteri tidak mempunyai anak, bila suami yang meninggal sedangkan

maskawin sudah dibayar, maka harta milik bersama separuh untuk si isteri dan

separuh untuk keluarga pihak suami. Bila belum dibayarkan maskawin karena pihak

laki-laki tidak menghendaki perkawinan ini, maka seluruh harta peninggalan menjadi

milik si isteri. Menurut "peraturan pemerintah Bersama tgl. 19 Agustus 1924 No.43,

bahwa bila nilai harta milik yang diwariskan lebih besar dari 100 gulden (rupiah

Belanda), maka pembagian warisan harus diputuskan melalui "Majelis Kecil" yang

ditunjuk oleh pemerintah

4. KEADAAN SAMPAI DENGAN ZAMAN PENJAJAHAN

1. Pengaruh luar

Pengaruh luar mulai terasa dengan kedatangan bangsa asing seperti Spanyol,

Portugis, Tiongkok, Inggeris, Belanda dan lain-lain dengan maksud untuk berdagang.

Anggota masyarakat terutama yang bertempat tinggal di pesisir pantai mulai

17Desember 200515

Page 16: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

mengenal dagang dalam arti tukar menukar benda dengan benda, seperti : tembikar,

kain laka, sikayu, benda logam tembaga, topi besi, mata tombak dan lain-lainditukar

dengan hasil hutan dan hasil tambang seperti : damar, rotan, emas dan sebagainya.

Suatu dongeng yang dikenal oleh masyarakat sampai kepada anak-anak tentang

pendatang bermata sipit bernama Pak Hong yang tinggal dalam sebuah lubang di

pesisir selatan. Pak Hong-lah yang membawa piring tembikar dan alat-alat lain yang

ditukar dengan emas oleh anggota masyarakat. Anggapan ornag bahwa Pak Hong

datang dari dunia di bawah bumi melalui sebuah lubang, sebenarnya adalah gua

tempat Pak Hong menyimpan barang tembikar.

2. Lahirnya Punu’ Molantud

Bogani suami isteri Kueno dan Obayow dalam usaha mereka pergi menangkap ikan

di sungai, tidak berhasil. Namun mereka senag juga, setelah mereka memungut

sebutir telur di atas kapar (timbunan ranting-ranting kayu) yang sedang hanyut di

sungai. Secara kebetulan mereka melihat seekor burung duduk yang baru saja terbang

dari kapar itu, sehingga mereka menganggap bahwa telur itu adalah telur burung

yang baru saja terbang. Benda yang dianggap telur itu, ternyata adalah kantung bayi

yang lahir masih terbungkus dari rahim ibunya. Karena kelahiran itu dianggap aneh,

maka kantung itu diletakkan oleh orang tuanya di atas kapar yang sedang hanyut di

sungai. Yang kemudian dipungut oleh Kueno dan Obayow. Oleh karena anak yang

lahir itu dianggap menetas dari telur burung, maka para bogani, pimpinan seluruh

kelompok masyarakat bersepakat untuk mengangkat anak itu menjadi Punu’

Molantud, yaitu pimpinan tertinggi atas seluruh kelompok masyarakat yang tersebar

di daerah Bolaang Mongondow. Anak itu diberi nama Mokodoludut, yang berarti

menyebabkan bunyi banyak kaki yang berjalan (nodoludut = bunyi gaduh kaki

banyak yang berjalan). Banyak orang yang datang melihat bayi yang lahir luar biasa

itu, telah turun hujan lebat disertai bunyi guntur sambung menyambung dan halilintar

sambar menyambar.

Sebagai catatan perlu diinformasikan bahwa pemberian nama kepada bayi pada masa

dahulu, disesuaikan dengan situasi atau peristiwa terjadi bertepatan dengan kelahiran

bayi itu, karena penduduk belum mengenal huruf, sehigga belum ada pencatatan

17Desember 200516

Page 17: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

tanggal kelahiran. Anak yang lahir bertepatan dengan suatu peristiwa besar diberi

nama Ododai = bersamaan. Anak yang sakit-sakitan sejak lahir diberi nama : Ki

Napi’I = sakit-sakitan. Yang bertubuh kecil diberi nama : Kandeleng = si kecil; yang

lahir ketika salah seorang dari orang tuanya meninggal, diberi nama : sinala’an =

ditinggalkan. Nama benda, tumbuhan, hari, hewan dan sebagainya juga dipakai untuk

memberi nama bayi, misalnya : Kompe’ = bakul; Kobisi’ = bakul besar; Apat =

bengkalai; Longgai = kapar; Uoi = rotan; Boyod = tikus; Bonok = rumput.

Mokodoludut adalah punu’ Molantud yang diangkat berdasar kesepakatan seluruh

bogani. Dalam sejarah pemerintahan di Bolaang Mongondow, Mokodoludut tercatat

sebagai raja (datu yang pertama di Bolaang Mongondow, walaupun penggunaan

istilah datu atau raja mulai dikenal sejak raja Tadohe (Sadohe) yang memerintah pada

tahun 1602 karena pengaruh istilah luar, ratu, datu atau latu, yang berarti raja.

Sebelum Tadohe, setiap pimpinan tertinggi pemerintahan yang diangkat dari

keturunan Mokodoludut selalu digelar Punu’ Molantud atau Tule Molantud atau

Tomunu’on. Sejak Mokodoludut memerintah, masyarakat mulai mengenal kesenian

antara lain seni sastra, yaitu itu-itum, semacam do’a yang diucapkan misalnya pada

pelantikan Punu’ Molantud atau pejabat tinggi lainnya. Juga Odi-odi, semacam

sumpah, serta jenis vokal antara lain totampit, yaitu sastra bermelodi yang dilagukan

oleh para bogani atau oleh penduduk yang pergi ke rantau memasak garam, ke hutan

mencari damar dan lain-lain, karena mereka harus menempuh karak jauh dengan

berjalan kaki.

Salahsatu sastra lagu aimbu yang dinyanyikan oleh orang tua angkat Mokodoludut,

yaitu Kueno dan Obayow adalah :

Ki Inalie no puyut = Inalie yang memungut

Ki Amalie notompunuk = Amalie yang memangku

Notakoi kon loto lanut = dimasukkan dalam lanut

Pitu no singgai no uput = tujuh hari genap

Dinongog mai nogolotup = terdengar bunyi meletus

Sinarap bo sinondudut = dilihat dan diteliti

Na’anta umatbi’ alus = ternyata mahluk halus

Nobiag moyutu-yutuk = hidup tubuhnya kurus

17Desember 200517

Page 18: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

A mongula mokitayuk = ingin diobati (monayuk)

Moki aimbu no uput = dengan cara aimbu lengkap

Na’a bo inaidan no uput = kini selesai dikerjakan

Tangoimu ing ki Mokodoludut = namamu adalah Mokodoludut.

3. Tadohe menjadi Datu ke-8

Sejak Tompunu’on pertama sampai ke-7, yaitu Mokodoludut, Yayubangkai,

Damopolii (Kinalang), Busisi, Sugeha, Mokodompit, Mokoagow, keadaan

masyarakat Bolaang Mongondow semakin maju dengan adanya pengaruh luar,

walaupun hubungan dengan bangsa asing itu barulah hubungan perdagangan (tukar

menukar benda). Perubahan total mulai terlihat sejak Tadohe, putra Mokoagow mulai

menjadi Tompunu’on yang oleh pengaruh pedagang Belanda dirubah istilah

Tompunu’on menjadi Datu (Raja). Tadohe dikenal seorang Datu yang cakap,

sehingga pada saat pemerintahannya, terjadi perubahan dalam susunan pemerintahan

dan kemasyarakatan. Tadohe berhasil mempersatukan seluruh rakyat yang hidup

berkelompok dengan boganinya masing-masing, mengadakan musyawarah di tempat

kediamannya di tudu im bakid, sekitar dua kilo meter di utara Kotamobagu sekarang.

Dibentuk sistem pemerintahan baru. Hubungan antara kelompok masyarakat

diperbaiki dengan membuka jalan. Duku atau pedukuhan, desa muali diatur. Seluruh

kelompok keluarga dari Bolaang, Mongondow (Passi dan Lolayan), Kotabunan,

Dumoga, disatukan menjadi Bolaang Mongondow. Mereka mulai mengenai mata

uang real, doit, sebagai alat perdagangan. Pimpinan desa dipilih oleh rakyat. Mulailah

diatur sistem bercocok tanam dengan mulai dikenalnya padi, jagung dan kelapa yang

dibawa oleh bangsa Spanyol pada masa pemerintahan Mokoagow, ayah Tadohe.

Tadohe mengadakan penggolongan dalam masyarakat, yaitu pemerintahan

(Kinalang) dan rakyat (paloko’). Paloko’ harus patuh dan menunjang tugas Kinalang,

sedangkan Kinalang mengangkat tingkat penghidupan Paloko’ melalui pembangunan

disegala bidang.

Setiap desa ditandai dengan adanya sigi, yaitu semacam kuil tempat penyembahan

kepada Ompu Duata (Yang Maha Kuasa). Didalam sigi dapat disimpan piring tua

atau benda antik lainnya yang berasal dari para leluhur. Pada waktu monibi (upacara

pengobatan desa, penyembahan kepada roh leluhur atau pengorbanan), seluruh

17Desember 200518

Page 19: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

anggota masyarakat turut serta, dengan mengorbankan babi, kambing betina dan

ayam yang darahnya dipercikkan kepada tangga sigi. Sigi juga merupakan tempat

penghapusan dosa atau kesalahan bagi pesakitan, bagi pelanggar adat tertentu,

sebagai penghapus aib. Dapatlah dikatakan bahwa sigi merupakan suatu lukisan

kesatuan desa. Sebagai kesatuan masyarakat hukum, ada keluarga yang mengangkat

orang-orang tua yang bertugas menyelesaikan perkara-perkara dalam desa, mengatur

pemindahan hak, mengatur pertunangan, perkawinan dan juga sebagai penasehat

dalam tugas-tugas pemerintahan yang disebut : guhanga. Bahkan kepala desa

(sangadi, bobato, kimalaha) dalam memutuskan sesuatu terlebih dahulu minta

petunjuk dan pendapat dari para guhanga. Tadohe membagi tingkatan (kasten) dalam

masyarakat atas enam tingkat atau golongan, yaitu : mododatu (kaum ningrat),

kohongian, simpal, nonow, tahig, dan yobuat. Kaum simpal adalah pemegang

penjaga keamanan, tahig adalah golongan pekerja dan yobuat adalah golongan

bawah.

4. Campur tangan Belanda dalam pemerintahan

Pada tanggal 1 Januari 1901, Belanda secara paksa bahkan kekerasan masuk daerah

Bolaang Mongondow melalui Minahasa selatan, setelah usaha mereka memasuki

daerah Bolaang Mongondow melalui laut tidak berhasil. Di bawah pimpinan

Controleur Anton Cornelius Veenhuizen bersama sepasukan prajurit memasuki

Bolaang Mongondow, yaitu pada masa pemerintahan Raja Riedel Manuel Manoppo.

Namun rakyat memberontak melalui pimpinan seorang bernama Hatibi Dibo

Mokoagow yang memotong tiang bendera Belanda yang dipancang di halaman istana

raja di Bolaang. Juga tiang bendera Belanda yang didirikan di pelabuhan Lombagian

(Inobonto) dipotong oleh Hatibi Dibo dan kawan-kawannya. Rakyat tidak setuju

dengan campur tangan asing dalam pemerintahan. Mereka pada saat itu telah

memiliki jiwa patriotik. Tahun 1904 Hatibi Dibo berhasil ditangkap oleh Belanda

lalu ditembak. Sekitar tahun 1903-1904 perlawanan diadakan oleh sangadi Eman dari

Pontodon. Perlawanan dipatahkan oleh Belanda tapi rakyat masih tetap mengadakan

perlawanan (terkenal dengan perang Pontodon). Akhirnya karena tidak setuju dengan

tekanan-tekanan Belanda itu, penduduk Pontodon dan bilang banyak yang

meninggalkan kampung halamannya, menuju ke pantai utara (Desa Tanamon), ke

17Desember 200519

Page 20: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Minahasa selatan (Desa Toraut), ke pantai selatan (Desa Kayumoyondi’). Pada tahun

1904 diadakan perhitungan jiwa penduduk Bolaang Mongondow dengan 41.417 jiwa

dan pria pekerjanya 9.166 orang.

5. Masuknya Agama dan Pendidikan

Raja Jakobus Manoppo ialah raja Bolaang Mongondow yang pertama memerintah

setelah mengalami pendidikan di Hoofden School Ternate, karena ia telah dibawa

oleh pedagang V.O.C. sesudah melalui persetujuan ayahnya raja Loloda Mokoagow

(datu Binagkang). Jakobus Manoppo adalah raja ke-10 yang memerintah pada tahun

1691-1720, yang diangkat oleh V.O.C., walaupun pengangkatannya sebagai raja

tidak direstui oleh ayahnya. Jakobus Manoppo pada saat dilantik menjadi raja

beragama Roma Katolik.

Pada zaman pemerintahan raja Corenelius Manoppo, raja ke-16 (1832), agama Islam

masuk daerah Bolaang Mongondow melalui Gorontalo yang dibawa oleh Syarif

Aloewi, yang kawin dengan putri raja itu tahun 1866. Karena keluarga raja memeluk

agama Islam, maka agama itu dianggap sebagai agama raja, sehingga sebagian besar

penduduk Bolaang Mongondow memeluk agama Islam juga telah turut

mempengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan

masyarakat. Pada sekitar tahun 1867 seluruh penduduk dengan Bolaang Mongondow

sudah menjadi satu penduduk dengan bahasa, adat dan kebiasaan yang sama (menurut

N.P Wilken dan J.A.Schwarz).

1. Over de Vorsten van Bolaang Mongondow 1949

2. Een Mongondowsh verhaaal met vertaling en aanteekeningen 1911

3. De voornaamwoorden in het Bolaang Mongondows

4. Verhaal van een mensch en een slang 1919

5. Spraakkunst van het Bolaang Mongondow 1930

6. Verloven en trouwen in Bolaang Mongondow 1931

7. De plechtigheid "waterscheppen" in Bolaang mongondow 1938

8. Bolaang Mongondowsch Woordenboek 1951;dsb.

Pada tahun 1906 melalui kerja sama dan kesepakatan dengan raja Bolaang

Mongondow, W.Dunnebier telah mengusahakan pembukaan beberapa sekolah rakyat

yang dikelola oleh zending di beberapa desa di Bolaang Mongondow dengan tiga

17Desember 200520

Page 21: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

kelas. Guru-gurunya didatangkan dari Minahasa, antara lain :

Di Nanasi, guru jeseya rondonuwu dan S. Sondakh

Di Nonapan, guru H. Werung dan A. Rembet

Di mariri lama, guru P.Assa dan Mandagi

Di Kotobangon, guru J.Pandegirot dan tumbelaka

Di Moyag, guru F.Tampemawa dan K. Palapa

Di pontodon, guru J.Ngongoloi, M.Tombokan dan W.Tandayu

Di pasi, guru Th.Kawuwung dan W. Wuisan

Di Popo Mongondow, guru S. Saroinsong dan J. Mandagi

Di Otam, guru J. Kodong dan S. supit

Di Motoboi Besar, guru S. Mamesah, A. Kuhu dan K. Angkow

Di Kopandakan, guru H. Lumanaw dan P. Kamasi

Di Poyowa Kecil, guru D. Matindas dan Gumogar

Di Pobundayan, guru Th. Masinambouw dan A. Supit.

Jumlah murid yang tertampug di sekolah-sekolah tersebut adalah 1605 orang (Sejarah

Pendidikan daerah Sulawesi Utara oleh Drs.L.Th. Manus dkk).

Pada tahun 1912 di Dumoga juga dibuka sekolah zending dengan guru Jesaya

Tumurang. Pada tahun 1926 sekolah-sekolah seperti itu juga dibuka di Tabang,

Tungoi, Poigar, Matali dan Lolak.

Pada Tahun 1911 didirikan sebuah sekolah berbahasa Belanda di Kotamobagu, Yaitu

Holland Inlandshe School (H.I.S) dengan Kepala sekolah Adrian van der Endt.

Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending, maka pada sekitar tahun

1926 diusahakan pembukaan sekolah-sekolah rakyat yang dikelola oleh Balai

Pendidikan dan Pengajaran Islam (BPPI) yang berpusat di desa Moliow. Guru-

gurunya didatangkan dari Yogyakarta seperti antara lain : Mohammad Safii

Wirakusumah, Sarwoko, R. Ahmad Hardjodiwirdjo, Sukirman, Sumarjo,

Surjopranoto, Muhammad Djazuli Kartawinata dan alin-lain. Juga ditambah dengan

Ali Bakhmid dari Manado Usman Hadju dari Gorontalo dan Mohammad Tahir dari

Sangir Talaud (Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Utara oleh Drs.L.Th.Manus dkk.

1980).

Perkembangan pendidikan yang dikelola oleh BPPI demikian pesatnya sehingga pada

17Desember 200521

Page 22: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

tahun 1931 dibuka sebuah H.I.S berbahasa Belanda di Molinow. Untuk medidik

guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah yang dikelola oleh BPPI, maka

pada tahun 1937 dibuka lagi sebuah sekolah guru, yaitu Kweekschool di Molinow.

Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh zending dan BPPI, maka usaha pihak

swasta untuk membuka sekolah terlihat antara lain : Particuliere Schakel School yang

dibuka oleh A.C. Manoppo. Kemudian sekolah seperti itu dibuka oleh A.E. Lewu,

yaitu Neutrale Particuliere School yang berlangsung sampai tahun 1941 sebelum

bahas Jepang masuk Indonesia karena perang dunia ke-2. Sebuah sekolah swasta

seperti itu juga pernah dibuka oleh Sumual pada tahun 1925, namun tidak berlanjut.

Pada tahun 1937 dibuka di Kotamobagu sebuah sekolah Gubernemen, yaitu Vervolg

School (sekolah sambungan) kelas 4 dan 5 yang menampung lepasan sekolah rakyat

3 tahun, dengan kepala sekolahnya N. Ares.

Kotamobagu sebagai ibukota kabupaten Bolaang Mongondow, sebelumnya terletak

disalah satu tempat di kaki gunung Sia’ dekat Popo Mongondow dengan nama

Kotabaru. Karena tempat itu dianggap kurang strategis sebagai tempat kedudukan

controleur, maka diusahakan pemindahan ibukota ke tempat yang sekarang ini, yaitu

Kotamobagu, yang peresmiannya diadakan pada bulan April 1911 oleh Controleur F.

Junius yang bertugas di Bolaang Mongondow tahun 1910-1915.

Kedudukan istana raja di desa Kotobangon, yang sebelumnya pada masa

pemerintahan raja Riedel Manoppo berkedudukan di desa Bolaang. Karena raja

Riedel Manuel Manoppo tidak mau menerima campur tangan pemerintah oleh

Belanda, maka Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja, lalu bersama-

sama denga Controleur Anthon Cornelis Veenhuizen dikawal oleh sepasukan prajurit

melalui Minahasa selatan masuk Bolaang Mongondow dan mendirikan komalig

(isatana raja) di Kotobangon pada tahun 1901.

Pada tahun 1911 didirikan sebuah rumah sakit di ibukota yang baru Kotamobagu.

Rakyat mulai mengenal pengobatan modern, namun ada juga yang masih

mempertahankan dan melestarikan pengobatan tradisional melalui tumbuh-tumbuhan

yang berkhasiat obat.

Dengan masuknya agama dan pendidikan, maka sistem kehidupan sosial budaya

masyarakat turut mengalami perubahan, antara lain : tentang cara pengelolaan tanah

17Desember 200522

Page 23: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

pertanian (mulai mengenal penanaman padi di sawah), adat kebiasaan, pernikahan,

kematian, pembangunan rumah, pengaturan saran perhubungan, media komunikasi

dan lain-lain sebgainya.

Sebagai informasi perlu disampaikan bahwa : rumah adat Bolaang Mongondow yang

diwujudkan dalam bentuk pavilyun Bolaang Mongondow di Taman Mini Indonesia

Indah jakarta (samping bangunan rumah adat Sulawesi Utara), yang miniaturnya

diminta oleh almarhum Alex Wetik dan dibawa ke Manado tahun 1972 dan kemudian

menjadi contoh pembangunan rumah adat Bolaang Mongondow di TMII Jakarta.

Umumnya rumah tempat tinggal di Bolaang Mongondow berbentuk rumah panggung

dengan sebuah tangga di depan dan sebuah di belakang. Dengan adanya pengaruh

luar, maka bentuk rumahpun sudah berubah. Kehidupan sosial budaya masyarakat

yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan sekarang ini, banyak

yang telah berubah. Namun budaya daerah yang masih mengandung nilai-nilai luhur

yang dapat menunjang pembangunan fisik material dan mental spiritual, masih tetap

dipelihara dan dilestarikan.

Pada saat masyarakat mulai mengenal mengenal mata uang seperti real dan doit

sebagai alat penukar bahan keperluan hidup, maka penduduk mulai menjual hasil

pertanian tersebut seperti : sayur, buah-buahan dan lain-lain. Hasil pertanian tersebut

diletakkan di depan rumah dekat jalan raya dan diatur setumpuk-setumpuk dengan

harga satu doit per-tumpuk. Pemilik tidak perlu menjaga bahan dagangannya. Sore

hari, pemilik akan mengambil uang harga jualannya. Bila habis terjual, maka di

tempat penjualan itu terletak uang harag bahan yang dijual dalam keadaan utuh, tidak

berkurang. Contoh seperti ini menunjukkan keluhuran budi pekerti setiap anggota

masyarakat yang masih jujur, serta menyadari bahwa setiap perbuatan jahat itu tidak

dikehendaki oleh Ompu Duata (Yang Maha Kuasa). Pada saat itu mereka belum

mengenal dusta, tipu muslihat dan lain-lain sifat jahat yang dapat mengganggu

ketertiban masyarakat. Kerukunan hidup antar keluarga dan antar tetangga dimasa itu

belum tercemar oleh pengaruh luar.

6. Sistem Gotong Royong

Sejak semula, masyarakat Bolaang Mongondow mengenal tiga macam cara

kehidupan bergotong royong yang masih terpelihara dan dilestarikan terus sampai

17Desember 200523

Page 24: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

sekarang ini, yitu : 1. Pogogutat, potolu adi’ 2. Tonggolipu’ 3. Posad (mokidulu)

Tujuan kehidupan bergotong royong ini sama, namun cara pelaksanaaannya agak

berbeda. Pogogutat, potolu adi’ : lebih bersifat kekeluargaan. Pogogutat berasal dari

kata utat yang berarti : saudara (kandung,sepupu). Potolu adi’ asal kata : Tolu adi’

(motolu adi’) yang berarti : ayah, ibu dan anak-anak (anaka beranak atau tiga

beranak). Contoh pogogutat : bila ada keluarga yang hedak mengadakan pesta

pernikahan anak, maka sesudah didapatkan kesepakatan tentang waktu

pelaksanaanya, disampaikanlah hasrat tersebut kepada sanak keluarga, bahkan kepada

seluruh anggota masyarakat dalam satu desa. Dua atau tiga hari sebelum pelaksanaan

pernikahan, berdatanganlah kaum keluarga, tetangga, warga desa, dibawah

koordinasi pemerintah, guhanga atau tua-tua adat, ketua rukun dan lain-lain

membantu kelancaran pelaksanaan pesta. Kaum pria membawa bahan seperti : bambu

atap rumbia, tali rotan, tali ijuk, tiang pancang bercabang dan bahan-bahan lain untuk

mendirikan bangsal. Ada yang membawa gerobak berisi kayu api, tempurung, sabut

kelapa dan lain-lain untuk bahan pemasak. Pada saatnya mendekati hari pernikahan,

para pemuda remaja pria dan wanita datang membantu meminjam alat-alat masak,

alat makan, perlengkapan meja makan, menghias bangsal, puadai, dan lain-lain. Ada

yang membantu persiapan di dapur, mengolah rempah-rempah dan lain-lain. Suasana

diliputi kegembiraan, tawa dan gelak terdengar. Pada saat pelaksanaan pesta nikah,

para remaja dan pemuda itu membantu pelayanan kepada para tamu undangan. Kaum

wanita pada sore hari menjelang malam berdatangan membawa bahan : beras, ayam,

minyak kelapa, minyak tanah, rempah-rempah, gula putih, gula merah dan lain

sebagainya keperluan dapur. Semua bahan yang dibawa baik oleh kaum pria ataupun

oleh kaum wanita, adalah berupa sumbangan ikhlas, tanpa menuntut imbalan karena

rasa kekeluargaanyang besar dan toleransi yang tinggi 9 unsur persatuan dan kesatuan

demi kesjahteraan bersama). Tonggolipu’ : asal kata lipu’ yang berarti : desa,

kampung, tempat kediaman. Bila ada rencana pembangunan dalam desa (sekolah,

rumah ibadah, jalan, jembatan, rumah tempat tinggal dan lain-lain), maka seluruh

anggota masyarakat secara serentak mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan

dimaksud tanpa paksaan, tapi atas kesadaran sendiri. Kaum wanita datang membawa

makanan dan minuman. Dalam kegiatan seperti itu bahan dan ramuan sudah

17Desember 200524

Page 25: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

disediakan terlebih dahulu seperti bahan bangunan dan lain-lain. Bila ada anggota

masyarakat yang meninggal, maka para tetangga serentak berkumpul membuat

bangsal dan menyediakan tempat duduk dan membantu pekerjaan pemakaman

sampai selesai. Dahulu adalah merupakan kebiasaan, keluarga datang berkunjung ke

rumah duka untuk menghibur dengan mengadakan permainan tertentu seperti :

monondatu, mokaotan, mokensi, monangki’, dan lain-lain. Kegiatan seperti itu

diadakan mulai 7 sampai 14 malam, selama tongguluan (tempat tidur berhias) masih

belum dikeluarkan. Kini acara-acara seperti itu diisi dengan kegiatan-kegiatan agama.

Posad atau mokidulu : Posad berarti berarti saling membantu . Umumnya posad ini

sudah berbentuk organisasi. Koordinator membentuk organisasi dengan sejumlah

anggota sesuai keperluan. Anggota posad mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dalam arti saling berbalasan. Bkerja membersihkan kebun bersama-sama dengan

ketentuan, setiap anggota kelompok akan mendapat giliran kebunnya dibersihkan.

Dalam posad biasanya ada sanksi, yaitu anggota yang tidak aktif akan dikeluarkan

dari keanggotaan, beberapa ketentuan sesuai kesepakatan, misalnya : setiap anggota

posad dalam melaksanakan pekerjaan ada yang membawa bekal sendiri, tapi agak

berbeda dengan mokidulu (minta bantuan), seseorang minta bantuan tenaga dari

sejumlah teman untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan, ada yang bekerja secara

sukarela, ada pula yang mengharapkan untuk dibalas.

7. Pertanian

Sampai dengan tahun 40-an masih sangat terasa adanya kebersamaan dalam

pengolahan hasil pertanian. Bila seorang petani hasil tanamannya (padi) terutama

padi ladang sudah masak, diberitahukanlah kepada para tetanggga dan sanak saudara

tentang waktu pemetikan. Sebelum pemetikan dimulai, diadakanlah semacam

upacara ritual untuk memohon kepada Ompu Duata agar dalam pekerjaan selama

memetik padi, dijauhkan dari rintangan dan agar hasil pertanian melimpah. Memetik

padi harus dengan tertib, tidak boleh gaduh dan bermain-main (anak-anak dilarang

ikut), dipimpin oleh seorang tua, pria atau wanita yang memetik pada jajar paling

kanan (modia kon tosisi'). Tidak ada pemetik yang boleh melewati orang tua tersebut.

Bulir dan butir padi tidak boleh tercecer. Tempat menimbun padi yang dipetik

(ontag) harus dijaga agar tetap dalam keadaan tertib. Bila padi sudah selesai di lirik

17Desember 200525

Page 26: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

(lepas dari bulir), maka mengukurnya harus dengan tertib. Dan hasil panen akan

melimpah, sehingga walaupun setiap pemetik sudah membawa pulang bagiannya

masing-masing, tapi padi yang disimpan melimpah (musim tanam hanya sekali dalam

setahun). Pada musim pemetikan tahun berikutnya masih banyak persediaan padi

lama. Biasanya padi di simpan dalam sikaku atau luit yang dibuat dari kulit kayu.

Juga disimpan dalam sinombalongka', yaitu daun enau besar dibentuk seperti labu

lalu digantung. Ada juga yang menyimpannya dalam potolo' (ruas bambu), lalu

disimpan diatas salaian. Sementara memetik padi, kaum wanita biasanya

menyanyikan lagu odenon dengan tertib secara berbalas-balasan untuk

menghilangkan rasa penat selama bekerja. Pada penanaman padi ladang (monugal)

juga dikerjakan bersama-sama secara gotong royong. Bila kebun ladang sudah selesai

dibersihkan, disediakanlah alat-alat seperti : totugal (tugal), o'ibu (sapu besar),

kompe' (bakul), dan lain-lain. Tetangga atau keluarga diundang untuk bekerja. Pada

malam hari sebelum monugal, berkumpul para pemuda mengisi acara gembira

dengan berbagai permainan. Memetik gambus sambil berpantun dan tari dana-dana

disaksikan oleh gadis-gadis. Pagi-pagi benar pekerjaan dimulai. Laki-laki melubangi

tanah dengan tugal, wanita mengisi butir padi kedalam lubang, orang tua laki-laki

membawa sapu menutupi lubang dengan tanah. Selesai bekerja, semua pekerja

makan bersama, kemudian saling bersiraman air dengan harapan agar hasil tanaman

melimpah.

8. Pertanahan

Hak pemilikan tanah disuatu wilayah lingkungan desa, hanya bagi warga desa itu

sendiri. Bila ada penduduk dari desa lain yang ingin memiliki tanah di desa itu,

haruslah seizin pemerintah setempat. Tanah untuk diperkebuni dapat diperoleh

melalui perombakan hutan secara bersama (satu keluarga) atau perorangan. Tanah

hasil olahan bersama menjadi milik bersama (gogaluman), sedangkan yang diolah

sendiri menjadi milik perorangan (im batangan tontani'). Hak pemilikan tanah

biasanya tidak berlaku lagi, bila tanah kebun (dogami) sudah ditinggalkan selama 10

tahun dan diatas tanah itu tidak ditanami tanaman tahunan (kelapa, sagu dsb). Bila

diatas tanah itu ada tanaman tahunan, maka hak pemilikan masih tetap berlaku. Bila

tanah yang telah ditinggalkan (dogami) ditanami tanaman tahunan oleh seseorang,

17Desember 200526

Page 27: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

maka hasil tanaman itu dibagi antara pemilik tanah dengan menanam berdasar

kesepakatan bersama. Bila hendak merombak hutan, terdahulu diadakan bontang

(meretas keliling) pada area yang hendak diprkebuni. Hari untuk mulai merombak

hutan ditentukan oleh tonawat atau talenga yang mendengar bunyi burung untuk

menentukan hari yang baik, agar terhindar dari dari petaka dan usaha boleh berhasil.

Tanda-tanda lain yang diperhatikan juga seperti mimpi, kematian lampu (kopiongan

in toga'). Sebelum merombak hutan didahului upacara mopoka'an kon dimukud,

sebagai permohonan izin kepada pemilik atau pelindung hutan itu. Cara seperti

penyembahan pada sigi. Hasil tanaman dalam kebun dibagi sesuai kesepakatan. Cara

pembagian bergantung pada persetujuan pemilik kebun dan pengelolaannya. Bila di

atas sebidang tanah ada tanaman tahunan milik orang lain, maka pemilik tanah tidak

berhak atas tanaman itu. Pemindahan hak milik atas tanah harus sepengetahuan

pemerintah. Kini, pemindahan hak milik melalui surat jual beli yang turut disaksikan

oleh pemerintah.

9. Totabuan

Sekitar abad 20 Bolaang Mongondow terdiri dari beberapa distrik, yaitu :

Mongondow (Passi dan Lolayan), serta onder distrik Kotabunan, Bolaang dan

Dumoga. Penduduk pedalaman yang memerlukan garam atau hasil hutan, akan

meninggalkan desanya masuk hutan mencari damar atau menuju ke pesisir pantai

memasak garam (modapug) dan mencari ikan. Dalam mencari rezeki itu, sering

mereka tinggal agak lama di pesisir, maka disamping masak garam, juga mereka

membuka kebun. Tanah yang mereka tempati itulah yang disebut Totabuan, yang

dapat diartikan sebagai tempat mencari nafkah. Karena sejak pemerintahan raja

Tadohe penduduk sudah mengenal padi, jagung, kelapa, yang dibawa oleh bangsa

Spanyol, amak penduduk pedalaman yang berkebun di pesisir itu juga menanam

kelapa yang lebih banyak hasilnya dibandingkan dengan bila hanya ditanam di

dataran tinggi. Bila mereka telah betah tinggal di pesisir, maka keluarga dijemput lalu

menetap di Totabuan. Semakin lama semakin banyak kepala keluarga yang

membawa anggota keluarganya ke tempat baru di Totabuan, sehingga merekapun

mulai membentuk pedukuan. Sebab itu maka di tempat baru biasanya tidak terdapat

17Desember 200527

Page 28: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

sigi sebagai perlambang kesatuan desa seperti yang ada di desa-desa pedalaman.

Beberapa desa di dataran tinggi (pedalaman Mongondow) yang memiliki Totabuan di

pesisir (Bescchrij ving van het adatrecht in Bolaang Mongondow oleh R.P

Notosoesanto), adalah antara lain :

Poyowa besar mempunyai Totabuan di Nuangan Kobo kecil mempunyai Totabuan

di Nuangan Kobo besar mempunyai Totabuan di Molobog Kopandakan

mempunyai Totabuan di Buyat Otam mempunyai Totabuan di Nonapan Moyag

mempunyai Totabuan di Motongkad Pobundayan mempunyai Totabuan di

Motandoi Molinow mempunyai Totabuan di Tolog dan Kotabunan Passi

mempunyai Totabuan di Poigar Biga mempunyai Totabuan di Tombolikat Motoboi

Besar mempunyai Totabuan di Alot, Oyuod, Matabulu Tabang mempunyai

Totabuan di Tobayagan Poyowa Kecil mempunyai Totabuan di Pinolosian

Mongondow mempunyai Totabuan di Ayong, sampaka, Babo.

10. Menjemput Tamu

Bila ada tamu yang bertandang, biasanya disuguhi sirih pinang, tamu pria atau wanita

terutama orang tua. Sirih pinang diletakkan daam kabela' (dari kebiasaan ini

diciptakan tari kabela sebagai tari penjemput tamu). Laki-laki biasa juga dijemput

dengan menyuguhkan rokok dalam bako' atau kampi' (tempat temabakau dan daun

rokok dari daun enau) bersama tosisiran (pemantik api). Tamu terhormat terutama

pejabat di jemput dengan upacara adat. Barisan adat tuitan menjemput dengan tari

tuitan dan musik gulintang logam bersama perangkatnya gong dan gandang

(sementara gamelan di Jawa). Diucapkan itu-itum oleh tokoh adat, yaitu do'a untuk

keselamatan dan kesejahteraan pejabat yang dijemput.

Suatu adat kebiasaan dalam pergaulan umum, seeorang yang berpapasan dengan

orang lain di jalan, saling sapa menyapa (mogimbalu'). Imbalu' atau sapaan ini

menandakan bahwa seorang dengan yang lain saling menghormati, entah orang itu

sudah dikenal atau belum. Imbalu' ini juga merupakan tanda salam, yang sama

maknanya dengan "selamat pagi" dan lain-lain. Hampir di setiap desa, bila seseorang

berpapasan dengan orang lain dijalan, akan mengucapkan : mopo untag atau

mamuntag, bila yang disapa menuju barat, sedang penyapa menuju timur.

17Desember 200528

Page 29: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Mopo uik atau mauik, bila yang disapa menuju timur sedang penyapa menuju barat.

Mopo onik atau mamonik, bila yang disapa menuju utara sedangkan penyapa

menuju selatan. Mopo onag atau mamonag, bila yang disapa menuju selatan

sedangkan penyapa menuju utara. Adapula yang menyapa : maya'bi'i onda atau

mopobaya'i onda, yang berarti : hendak kemana. Yang akan di sapa akan menjawab :

a mopo untag atau mopo uik, yang berarti : hendak ke bawah atau ke atas.

Seseorang yang bertandang ke rumah orang lain, akan mengucapkan : oi, oi, bila tuan

rumah belum nampak. Sebelumnya ia mendehem atau batuk-batuk kecil, untuk

memberi isyarat bahwa ada seseorang yang hendak bertamu. Suara panggilan atau

deheman didengar oleh tuan rumah yang datang menjemput sambil mengatakan :

poponik, yang brarti : naiklah, bila rumah itu rumah panggung atau tu'ot pa yang

berarti : masuklah, bila tamu sudah berdiri di depan pintu. Tuan rumah

mempersilahkan tamunya duduk : litu'pa (silahkan duduk). Kemudian menyapa lagi :

nongkon omuik don atau nongkon omuntag don, yang berarti : dari atas atau dari

bawah (sapaan ini disesuaikan dengan arah datangnya tamu, entah dari timur, barat,

utara, atau selatan. Ingat sapaan saat jumpa di jalan). Tuan rumah akan bertanya :

dega' oyu'on bi' im paralu (mungkin ada perlu) dan seterusnya ; tamupun disuguhi

sirih pinang atau rokok. Bila tamu seseorang yang sudah tua tak bergigi lagi, disuguhi

dodokan, yaitu tempat sirih pinang yang sudah ditumbuk lumat.

Bila seseorang diundang menghadiri suatu acara maka penjemput tamu akan

menyapa : niondon yang berarti selamat datang. Seorang tamu yang hendak pamit

akan mengucapkan : mobuipa (mohon diri). Bila tuan rumah adalah keluarga

terhormat, tamu mengucapkan : dega' umundokpa (saya mohon diri). Tuan rumah

akan menjawab : o, o, mopia (ya, baiklah). Bila tamu yang datang melihat sudah ada

tamu yang baru datang itu menyapa sesama tamu : koinapa (sejak tadi). Tamu yang

datang terdahulu menjawab : o, o, iko doman (ya, engkau juga). Bila seorang tamu

hendak pamit sedangkan masih ada sesama tamu yang ditinggalkannya, maka tamu

yang hendak pergi itu menyapa tamu yang masih tinggal : tala unadon (saya hendak

duluan); atau bai mo I dudimai (nanti menyusul). Tamu yang masih duduk menjawab

: o, o, intadon (ya, silahkan). Sapaan-sapaan seperti itu biasanya ditambah dengan

kata : ule, bila yang sapa menyapa itu laki-laki, misalnya : koina pa ule =sejak tadi

17Desember 200529

Page 30: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

kawan. Kalau sesama wanita memakai isi', misalnya : iko doman isi' = engakau juga

kawan. Sapaan seperti :ule, isi', nanu', uyo', eteng, oge' nau' dan lain-lain adalah

sapaan tanda keakraban hubungan atau tanda kesayangan. Bagi wanita biasanya

dipakai : anu', nanu', nau', oge ; bagi anak laki-laki biasanya dipakai : uyo', ule' udul,

eteng, dll. Contoh : Indongogaipa udul = dengarkanlah sayang Tumompiabi eteng =

hati-hatilah sayang Dika mongombal anu = jangan menangis sayang.

5. MONOGRAFI SENI BUDAYA DI BOLAANG MONGONDOW

Sama seperti daerah lain di Indonesia, Bolaang Mongondow juga mengenal jenis-

jenis kesenian sejak dahulu kala. Beberapa diantaranya adalah :

1. Seni Musik vokal dan instrumental

2. Seni Tari

3. Seni sastra

4. Seni Rupa

1. Seni Musik Vokal

Odenon : dinyanyikan pada waktu sedang memetik padi (mokoyut), biasanya oleh

kaum wanita untuk menghilangkan rasa penat saat bekerja. Odenon juga biasa

dinyanyikan sebagai salah satu lagu pada acara aimbu atau pada acara-acara gembira

lainnya. Contoh odenon :

Layugdon iko tansibi', alai odenon = terbanglah hai burung pisok, alai odenon

Bo lumayug tumonsi-tonsi' = terbang mengedar-edar

Yo pantowai im baloi limagi' = tinjaulah rumah sebelah sini

Sing kon tua ing ki mamai adi' = karena disana si jantung hati

Isi sastranyanya bersajak dinyanyikan secara solo, lalu disambut oleh orang lain

bersama-sama yang merupakan refreinnya, yaitu : alai odenon, yang dapat berarti

ber-odenon-lah bersama-sama. Lagu odenon ini dinyanyikan secara sahut menyahut

berbalas-balasan.

Totampit : dinyanyikan oleh orang-orang tua masa lampau untuk mengisahkan

tentang perjalanan mereka pada saat pergi ke rantau memasak garam (modapug) atau

ketika mereka masuk hutan mencari damar (monalong) dan sebagainya. Contoh :

Kado-kadok I Nuangan = burung hutan dari Nuangan Motundu' dalan pongayow =

menuntun perjalanan panglima Kiditoin libuton laga' = menyusur pulau laga'

17Desember 200530

Page 31: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Bura' dongkain pobotoyan = buihlah tempat mendayung. Bondit : biasanya

dinyanyikan oleh seorang bolian, yaitu seseorang yang dalam keadaan intrans

(kesurupan) dalam acara pengobatan tradisional. Dapat juga dinyanyikan pada

acara mogaimbu misalnya dalam aimbu ponondeagaan (inisiasi). Contoh : Ki

landangon I molandang = teruna lincah yang perkasa Akuoi ing kon tudu ambang

= aku di puncak ambang Abitku ing kede' ing gayang = senjataku pedang kecil

Nokodongog noko ningal = mendengar dan dapat berita Kon oyu-oyut ing gimbal =

sayup bunyi gendang Inonag bo inontongan = kuturun lalu melihat Na'anta boki'

im bulan = ternyata putri bulan. Tolibag : lahu gembira, biasanya dinyanyikan dalam

acara suka cita antara muda mudi atau pada waktu seseorang sedang menari joke'

yang diselubungi selendang oleh para gadis. Dapat dinyatakan berbalasan. Dapat pula

berarti lagu pujian atau pujaan. Contoh : Koina dolo-dolomea = tadi ketika pagi

Limitu' mako ko na'a = sedang duduk ditempat ini Kinotaliban im paloma =

lewatlah seekor merpati Bai'ku maya'I onda = putriku kemana pergi Nogilambung

in sutara = memakai baju sutra Nogikokudu'in kaja = berselubung kain kasa

Simindog mako ko ngara = berdiri di depan pintu Nokogagar kong gina = hatiku

tergila-gila Dondong : lagu gembira antara muda mudi. Ada juga yang

menyanyikan waktu menidurkan anak. Contoh : Burowdon sindulak bangka' =

baliklah perahu tumpangan A baya'an kon Bintauna' = akan pergi ke Binatuna

Naanta kom bubu' im buta' = ternyata didalam tanah A burowon dia'bi' maya' =

diputar tidak berjalan Yungkagi : dinyanyikan dengan suara sayup karena sedih

mengenang seseorang yang dirindukan. Contoh : Akuoi ing koina subu = aku diwaktu

subuh Dinapatmai im pongoibu = hatiku sangat terharu Polat nolabu'I lua'ku =

berlinang air mataku Nokotanob ko inimu = merindukan kau seorang. Dete-dete :

lagu yang dinyanyikan pada kematian seorang raja. Contoh : Langit lumogod

lumentang = langit guruh gemuruh Sinumobang I utuan = turunlah dari kayangan

Takin ende-endeawan = disertai hujan panas Kinogapangan I mobangkang =

karena kematian yang dipertuan. Dende' : lagu yang menyenangkan hati raja yang

sedang bersantap. Contoh :

Dika basi'dolandangon = jangan hanya dianggap gampang Sin dau'tonga'ropakon =

karena kayu besar hanya dipatahkan Dika bsai'lolibogon = jangan hanya main-

17Desember 200531

Page 32: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

main Minangain tonga'lampangon = muara sungai hanya dilangkahi. Tantak :

dinyanyikan pada akhir pelaksanaan suatu acara do'a tertentu untuk menanyakan

kepada Ompu Duata apakah ada yang kurang tertib dalam pelaksanaan acara itu, agar

terhindar dari sesuatu petaka. Buyak ; dinyanyikan dalam acara aimbu pada

pengobatan tradisional monayuk. Biasanya dinyanyikan jauh malam menjelang pagi.

Lolibag : biasanya dinyanyikan sesudah totampit dalam acara aimbu oleh orang-

orang tua masa lampau.

Ondo-ondo : sama dengan dende' yang dinyanyikan pada saat raja sedang bersantap.

Juga dinyanyikan pada saat menjemput raja yang baru kembali dari perjalanan.

Tangkil : lagu dalam rangkaian lagu-lagu aimbu yang mengandung kiasan atau teka-

teki.

Pantung : dilagukan sambil memetik gambus. Pantung termasuk lagu yang berasal

dari daerah Melayu yang telah merakyat sehingga tidak terasa bahwa lagu tersebut

berasal dari luar daerah. Dilagukan pada acara-acara gembira, biasanya dihadiri

muda-mudi sampai semalam suntuk. Banyak mengandung kias bahkan yang lucu

sehingga sangat menarik. Bagian akhir pantun yang disebut hayun, misalnya :

Iaka ule im bolai = lihatlah sikera Moka'an kon toigu = sedang makan jagung Iaka

ule im bobai = lihatlah wanita Mo ibog ko inimu = suka kepadamu

2. Seni Musik Instrumental

Dari sekian banyak musik tradisional yang pernah dikenal di daerah ini, banyak yang

telah punah dan tidak pernah lagi dimainkan. Ada musik instrumental yang berasal

dari luar daerah yang juga telah merakyat seolah-olah musik asli daerah, misalnya :

gambus, rebana, kulintang dan lain-lain. Alat musik tradisional sebagai permainan

rakyat, antara lain :

Kantung : terbuat dari tempurung kelapa sebagai resonansi, diberi berdawai satu dan

dimainkan sebagai pelepas rindu. Termasuk alat petik. Pemetik biasanya membuka

baju, karena resonansi tempurung diletakkan dekat perut agar bunyi bergaung.

Rababo : dapat disamakan dengan rebab di daerah lain. Alat musik gesek, juga

resonansinya tempurung, berdawai satu, dimainkan dengan menggesek.

Tantabua' : dibuat dari seruas bambu, kulitnya dijadikan sebagai dawai yang lebarnya

17Desember 200532

Page 33: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

kira-kira 1 cm. Dekat dawainya dibuat lubang sebesar 3 x 3 cm, lalu dipukul dengan

sepotong kayu atau bambu.

Bansi' atau tualing : bambu berlubang satu dan empat. Ditiup pada ujungnya untuk

melagukan odenon, bondit, tolibag dan lain-lain sebagai pengisi waktu sengggang, di

dangau di tengah ladang padi yang sedang menguning atau di tempat-tempatlain

waktu istirahat.

Oli-oli' : dibuat dari kulit pelepah enau hutan, pakai lidah-lidah, pada ujung kiri

diikatkan tali penahan dan pada ujung kanan tali yang ditarik-tarik agar lidahnya

bergetar dan meninmbulkan bunyi. Dimainkan di depan mulut menganga sebagai

resonansinya.

Dadalo' : adalah dua kerat bambu kering ukuran 15 x 3 x 1/2 cm, dimainkan dengan

tangan kanan (diantara jari-jari) yang berfungsi sebagai alat perkusi (mengatur

irama).

Bonsing : dibuat dari bambu sedang atau besar, berbuku satu di ujung dan dibuat dua

pancungan (bonsing) pada ujung lain. Bonsing dipukul-pukulkan pada telapak tangan

atau di lutut, juga dimainkan sebagai pengiring perkusi.

Bolontung : dari bambu satu atau beberapa ruas, berbuku pada satu ujung dan terbuka

pada ujung lain. Nada-nada tinggi atau rendah terdengar bila pangkal bambu itu

dihentakkan pada tanah, menurut panjang pendeknya ruas dan menurut besar

kecilnya bambu.

Gimbal : dari kayu kolong, kedua ujungnya ditutup dengan kulit kambing atau sapi,

lalu dibunyikan dengan cara menabuh pada kulit. Gimbal biasanya bulat panjang

sampai satu meter. Ditabuh mengiringi tari tayok.

Gandang : juga dari kayu bolong, lebih pendek dari gimbal, dan hanya satu ujungnya

yang ditutup dengan kulit. Ditabuh untuk mengiringi tari mosau dan tari tuitan.

Gulintang : dari kayu bulat sebesar pergelangan tangan dibelah dua, lalu digantung

dan ditabuh dengan sepotong kayu. Setiap kerat kayu menimbulkan nada yang

berbeda-beda, sehingga dapat dimainkan sebagai alat musik melodi.

Kulintang : dari logam (bahan import), perangkatnya terdiri dar mungmung 5 sampai

7 buah berderet, gandang 1 atau 2 buah, golantung 1 buah. Dimainkan dengan

mengetuk, biasanya pada pesta nikah kaum ningrat atau pada penjemputan tamu

17Desember 200533

Page 34: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

terhormat. Semacam gamelan di Jawa.

Disamping alat-alat musik tradisional, juga terdapat alat musik transisi, yang berasal

dari luar daerah antara lain : Gambus : perangkatnya terdiri dari gambus, ruas 2 buah

atau lebih. Gambus dipetik sambil melagukan pantung mengiringi tari dana-dana.

Rebana : dimainkan untuk mengiringi tari hadrah atau zamrah, zikir, buruda, dan

lain-lain kesenian yang berhubungan dengan agama Islam. Juga terdapat alat musik

modern atau kreasi baru yang banyak digemari dan populer dalam kehidupan seni

masyarakat, antara lain :

1. Musik bambu : terdiri dari musik tiup bambu seng dan musik tiup bambu klarinet.

Perangkatnya terdiri dari : alat tiup melodi, yaitu suling kecil, sedang, klarinet,

saxofon. Alat pengiring harmonis seperti : korno c, e, g, piston, selo atau tuba,

contrabas. Alat bantu pengiring seperti : trombon, overton. Alat pengiring ritmis

seperti : trom sedang, trom besar, dilaengkapi cimbal.

2. Orkes biola : perangkatnya terdiri dari : fluit, biola, selo, yukelele, banyo,

contrabas atau stringbas, gitar. Biasanya dimainkan mengiringi lagu-lagu keroncong.

3. Kolintang kayu : dikreasikan dari musik tradisional. Perangkatnya terdiri dari :

melodi 1 buah, pengiring yukelele 2 buah, pengiring gitar 2 buah, pengiring banyo 1

buah, pengiring selo 1 buah dan bas 1 buah. Satu unit biasanya terdiri dari 7 kotak.

4. Band mutahir : perangkatnya terdiri dari : melodi gitar, bas gitar, gitar ritmis atau

harmonis, drum set, keyboard atau organ. Sering dilengkapi dengan trompet, saxafon,

trombon dan lain-lain.

6. Seni Tari

Seni tari dapat dibedakan atas tari tradisional dan tari kreasi baru.

1. Tari Tradisional

Tari Tayo : biasanya ditarikan oleh seorang bolian atau burangin, seorang wanita

dalam intrans (kesurupan), diiringi tabuhan gimbal dan golantung (kecil dan besar).

Sambil menari, menyanyikan lagu-lagu bondit diselang-selingi tenden yang

dinyanyikan oleh bebrapa orang wanita atau pria. Pada awalnya tari tayok dimainkan

pada upacara pengobatan tradisional atau upacara ritual lainnya. Tari Joke' :

biasanya ditarikan oleh pria satu orang atau bersama-sama pada gembira. Sambil

17Desember 200534

Page 35: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

menari diiringi lagu bondit, tolibag, odenon. Penari yang lincah dapat menimbulkan

tawa ria, apalagi karena saat menari diselubngi selendang atau sapu tangan warna

warni oleh gadis- gadis. Tari Mosau : biasanya ditarikan oleh pria saat mengawal

raja atau pengantin menuju ke rumah pengantin wanita. Penari memakai pedang kayu

dan perisai (kaleau) diiringi tabuhan gandang. Tari Rongko atau tari ragai : sejenis

tari silat untuk memperlihatkan keperkasaan atau kelincahan. Tari Tuitan : ditarikan

oleh barisan pengawal raja (kolano), diiringi tabuhan gandang. Penari berselempang

sikayu, ikat kepala dan membawa tungkudon (tombak berhias bulu) dan kaleaw

(perisai ). Tuitan dapat juga dimainkan pada saat penjemputan tamu agung, diiringi

tabuhan kulintang besi.

2. Tari Kreasi Baru

Tari Kabela : dikreasikan dari adat kebiasaan menjemput tamu dengan menyuguhkan

sirih pinang yang diletakkan dalam kabela. Ditarikan berkelompok oleh wanita.

Setiap penari masing-masing memegang sebuah kabela. Tari Kalibombang :

dikreasikan berdasarkan ceritra perjodohan antara pria Oyotan dari Bolaang dan

wanita Kalibombang dari Mongondow. Penarinya berkelompok pria dan wanita

berpasang-pasangan dengan memegang selendang. Tari Pomamaan : dikreasikan

dari adat kebiasaan menjemput tamu dengan menyuguhkan sirih pinang yang

diletakkan dalam pomamaan (sejenis bakul tempat sirih pinang). Ditarikan secara

berkelompok oleh wanita sambil menyandang bakul. Tari Monugal : dikreasikan

dari cara penanaman padi ladang dengan memakai totugal (alat pelubang tanah), pria

memegang totugal sedangkan wanita memegangi bakul tempat benih padi, dilengkapi

dengan penari yang menutupi lubang dengan sapu (mogibu). Tari Mokoyut :

dikreasikan dari cara memetik padi ladang dengan memakai langkapa (ani-ani) dan

kompe (bakul). Dalam tari mokoyut nampak gerakan memetik, melepaskan padi dari

bulirnya (molidok), menjemur, menumbuk, menampi hingga menjadi beras.

Ditarikan oleh wanita secara berkelompok. Tari Kikoyog : dikreasiakan dari cara

memetik padi dengan menuruti kepercayaan leluhur, bahwa padi memiliki dewi yang

harus dihormati agar dapat memberi hasil banyak. Juga ditarikan secara

berkelompok. Tari Mokosambe : sebuah sendra tari yang dikreasikan brdasar ceritera

tentang seorang pangeran bernama Mokosambe kawin dengan putri bungsu dari

17Desember 200535

Page 36: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

kayangan bernama Poyondi'. Konon seorang bernama Bangkele' memiliki tujuh buah

sumur dekat sebuah gua di tepi pantai. Satu saat seorang putra raja bernama

Mokosambe datang memancing di laut dekat gua dan sumur bangkele'. Pada waktu ia

menarik pancingnya, nampak sehelai rambut yang panjangnya tujuh depa berbau

harum. Diambilnya rambut itu, diperlihatkannya kepada Bangkele' pemilik sumur.

Bangkele' menceritakan bahwa sumurnya biasa didatangi oleh tujuh putri kayangan

kakak beradik untuk mandi. Mengertilah Mokosambe bahwa rambut panjang itu

milik salah seorang putri kayangan yang biasa datang mandi di sumur Bangkele'.

Pada malam Jumat, sementara Mokosambe menjaga sumur-sumur itu, tiba-tiba

nampak olehnya putri-putri kayangan sedang menuju ke bumi untuk mandi.

Dihitungnya, hanya enam orang. Mereka melepas sayap lalu mandi. Tak lama datang

menyusul putri ke tujuh, putri bungsu yang selalu terlambat tiba. Benar dugaan

Mokosambe, rupanya si bungsu inilah pemilik rambut panjang, karena rambut si

bungsu ini nampak panjang sekali. Selesai mandi keenam putri yang datang terdahulu

bersiap-siap untuk pulang ke kayangan, sedang si bungsu yang bernama Poyondi'

masih asyik mandi. Hati-hati Mokosambe mengambil sayap Poyondi lalu

disembunyikan. Selesai mandi Poyondi mencari sayapnya tapi tidak ada. Ia menangis

menyesali kelalaiannya. Perlahan Mokosambe mendekatinya, sambil

memperkenalkan diri dan berusaha membujuk Poyondi yang sedang menangis.

Namun Poyondi' tetap menangis dan ingin kembali ke kayangan, tapi tak dapat

karena sayapnya telah hilang. Akhirnya Poyondi' menyerah dan bersedia dinikahi

pangeran Mokosambe. Terjalin cinta kasih yang membuahkan seorang putra yang

montok. Lama kelamaan Mokosambe mulai melalaikan kewajibannya sebagai suami.

Ia sering meninggalkan Poyondi dan putranya sampai berbulan-bulan. Persediaan

padi mulai habis. Pada suatu hari ketika Mokosambe pergi meninggalkan isteri dan

putranya, Poyondi mengambil padi di lumbung. Karena padinya makin berkurang,

tiba-tiba nampak oleh Poyondi' ujung sayapnya ditengah timbunan padi. Diambilnya

sayap itu, dibersihkan, lalu terbang pulang ke kayangan meninggalkan putranya yang

sedang menangis. Di rantau teringatlah Mokosambe akan anak dan isterinya yang

telah ditinggalkannya selama ini. Ia pulang, didapatinya putranya sedang menangis

sedang isterinya Poyondi' tidak ada lagi. Sadarlah Mokosambe akan kelalaiannya

17Desember 200536

Page 37: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

selama ini. Sayap yang disimpannya telah ditemukan oleh pemiliknya. Dengan

perantara seekor burung raksasa, Mokosambe dan putranya terbang menuju

kayangan. Pintu kayangan kecil, tak dapat dimasuki oleh burung raksasa dengan

Mokosambe yang membawa putranya. Dilihatnya Poyondi sedang bermain-main

dengan kakak-kakaknya di kayangan. Karena kesalnya, Mokosambe bersama

putranya menjatuhkan diri ke bumi lalu pecah berkeping-keping. Pecahan daging-

dagingnya mulai bersayap dan terbang menjadi burung gagak. Itulah hukuman bagi

Mokosambe sebagai suami yang lupa akan kewajibannya terhadap isteri dan anaknya.

3. Seni Sastra

Dalam kehidupan bermasyarakat, para leluhur sejak zaman dahulu telah mengenal

jenis-jenis sastra yang diucapkan pada acara dan upacara tertentu. Sejak dikenalnya

guman (peminangan) dalam pernikahan maka para guhanga atau penguasa adat,

dalam acara peminangan, penetapan besarnya maskawin atau dalam pembicaraan-

pembicaraan adat lainnya, senantiasa menggunakan bahasa sastra yang halus,

bersajak yang berisi petua dan petunjuk dalam menjalankan kehidupan rumah tangga

yang baru. Beberapa jenis seni sastra yang dapat kami sampaikan antara lain :

Salamat : sejauh sanjak bersajak yang diucapkan pada upacara tertentu, misalnya

pada acara pesta pernikahan atau sesuatu pesta sukacita dan lain-lain. Salamat

biasanya berisi harapan, do'a, nasehat dan adapula yang bersifat humor. Contoh :

Salamat kon pinopo ande kom payo Bungainya nosimpu-simpungoi A dungu'on

undam ing gogoi Na'a kamunda aindon notuoi Nobali'don in tonibuloi Yo

poigumon doa mobiag mononoi Moyayu' I rogenggeng bo ropatoi Bo rijiki mo

anto I motampoi Tabe' takin salamat Artinya :

salam yang diandaikan pada padi buahnya berbulir-bulir ditanak pengobat lapar

kini kamu berdua telah jadi pernikahan telah terlaksana minta doa umur panjang

jauh dari silang sengketa rezeki banyak yang didapat tabik bersama salam Itu-itum

: sejenis sanjak yang berisi doa permohonan kepada Ompu Duata (Yang Maha

Kuasa) agar apa yang diharapkan dapat diperkenankan dan dikabulkan. Contoh :

Ompu', ompu', ompu' tumbolan taian Pokodongog iko buta' onom nogaip ko pitu

apad Pokodongog iko langit onom nogaip takin maruatoi Balangon takin

tombonunya Yo singgai na'a I ai I tobang Ki kolano in totabuan A modugu' kom

17Desember 200537

Page 38: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

popobaya'an Im bontat bobok in dalan, dst.- Artinya : Ompu' ompu' ompu',

berkenanlah kiranya Dengarkan wahai bumi enam lapis ketujuh dasarnya Dengarkan

wahai langit enam lapis dan bentengnya Lautan serta isinya Hari ini telah tiba

Pemerintah daerah kita Meresmikan rintisan Pembukaan jalur jalan, dst.- Odi-odi :

sejenis sumpah yang diucapkan pada upacara tertentu, misalnya pada penetapan dan

pengesahan suatu adat yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh pemerintah dan

seluruh rakyat. Juga diucapkan pada pelantikan seorang pejabat, agar dalam

menjalankan tugas, tetap betindak jujur dan setia agar tidak memakan sumpah. Odi-

odi dapat berfungsi sebagi do'a, tapi juga sebagai sumpah. Ada odi-odi in tayuk, yaitu

do'a untuk kesembuhan anak yang diobati melalui monayuk. Odi-odi in le'ad, do'a

bagi gadis yang diratakan giginya. Ada "bondit odi-odi", yaitu lagu do'a. Ada

"salamat odi-odi", yaitu do'a keselamatan. Mopongodi-ngodimai, berarti

menyumpahi ; awal dari odi-odi hampir sama dengan itu-itum, yaitu mengucapkan

ompu' tiga kali, kmudian dilanjutkan dengan sastra yang mengandung do'a

permohonan atau sumpah.

4. Seni Rupa

Daerah Bolaang Mongondow juga mengenal jenis-jenis seni rupa, seperti : seni

patung, seni pahat, seni ukir, seni lukis, seni kerajinan dan lain-lain.

Seni Patung : pada sekitar abad ke -17 pada masa pemerintahan raja Tadohe (raja

yang ke-8), didirikan tempat-tempat penyembahan kepada Ompu Duata di setiap desa

yang disebut : sigi. Pada sigi-sigi tersebut biasanya dibuatkan dua buah patung yang

melambangkan raja dan permaisuri. Dengan demikian penduduk pada masa lampau

sudah mengenal adanya seni patung.

Seni Pahat : rumah-rumah penduduk masa lampau adalah rumah panggung, yang

didirikan di atas tiang yang tinggi. Pada jendela dan pintu dibuatkan silibok

(ventilasi) yang dipahat dengan motif-motif tertentu khas daerah. Juga pilar-pilar

sepanjang galur pada tangga rumah dan hiasan dekat cucuran atap yang dibuat dari

kayu, dipahat dengan motif tertentu.

Seni Ukir : tangkai ungkudon (tombak pasukan pengawal raja) diukir dengan motif

kotak-kotak, lingkaran dan sebaginya. Demikian juga dengan kaleaw (perisai) diukir

dengan motif manusia, binatang atau daun tumbuh-tumbuhan. Bahkan tiang-tiang

17Desember 200538

Page 39: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

rumahpun sering diukir sehingga nampak lebih menarik. Tosisiran (pemantik api dari

bambu) juga diukir dengan memanaskan paku besi.

Seni Lukis ; untuk lebih menambah indahnya kaleaw (perisai) yang dipakai oleh

pasukan pengawal raja, maka dibuatlah lukisan-lukisan bermotif manusia, binatang

atau daun tumbuh-tumbuhan dengan warna-warni; warna yang dominan adalah :

merah, hitam, putih, kuning.

Seni Kerajinan : sejak masa boki' ki Salamatit, isteri Manggopa' kilat, maka telah

dikenal beberapa jenis ketrampilan khusus wanita yang diajarkan oleh Boki'

Salamatiti. Manggopa' kilat adalah salah seorang pimpinan pemerintahan sebelum

Mokodoludut. Ketrampilan yang diajarkan oleh Salamatiti antara lai : memintal

benang (moningkoi) dan menenun (mogabol). Sebelum ditenun, benang diberi warna,

sehingga kain hasil tenunan nampak indah dan menarik. Adanya ketrampilan

memintal benang dan menenun ini, tercantum dalam sastra sebuah lagu dalam aimbu

yang dinyanyikan untuk mengenang jasa Salamatiti sebagai seorang perintis

pendidikan bagi wanita di Bolaang Mongondow. Tempat mendidik kaum wanita di

istana kediaman Salamatiti disebut : sila'ad, yang pada masa kini dapat disamakan

dengan sekolah atau taman pendidikan.

Beberapa jenis seni kerajinan yang sudah ada sejak masa lampau, adalah antara lain :

Menganyam tikar rotan, yang dikerjakan biasanya oleh pria. (tikar rotan = patang)

Menganyam tikar pandan (bolad) oleh wanita. Tikar pandan diberi warna-warni

(merah, hijau, kuning, biru, ungu dll). Membuat tempat sirih pinang (kabela') dari

pada gabus pelepah rumbia (kumbai) yang dihiasi manik-manik halus berwarna-

warni, dengan motif manusia, binatang, atau daun tumbuhan. Bentuk kabela seperti

kotak berukuran panjang kira-kira 20 cm, lebar kira-kira 14 cm dan tinggi kira-kira

12 cm. Kerajinan membuat kabela biasanya oleh wanita sebagai industri rumah.

Membuat tudung saji (kokusadi) dari pada kumbai (gabus pelepah rumbia) berbentuk

kotak, silinder terpancung, piramida terpancung atau prisma. Dibungkus dengan daun

silar yang diberi warna-warni sama seperti warna pada kabela. Membuat alat-alat

pelengkap kebutuhan rumah tangga dan pribadi, seprti : digu = nyiru, karansi =

keranjang, kuyon buta' = belanga tanah, pingku' = piring dari pelepah rumbia, uka' =

mangkuk tempurng, dodangoian = alat masak sagu, dulang = loyang kayu, kalalusu

17Desember 200539

Page 40: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

= tapisan, abito = alat angkut yang didukung, kompe' = bakul, kobisi' = bakul besar

dari daun pandan, kampi' = tempat temabakau rokok, tosisiran = pemantik api,

bolusu = gelng lokan, simban = cincin lokan, pomamaan = bakul tempat sirih pinang,

lotung = lesung, kokikigan = parutan, loto = bakul besar, potolo' = bambu untuk

menyimpan tembakau, tolatak = tempat menjemur tembakau, kodapa = tempat

sampah dan lain-lain. Juga kerajinan membuat alat penagkap ikan : bubu, singkop =

belat, bobolit = anyaman bilah bambu ukuran sedang, pole' = belat besar, tomoing =

anyaman bilah bambu besar, kalenda' = jala, keambu = jala bersimpai, lala = jala

besar.

Juga kerajinan menempa besi membuat : pitow = parang, lolapa' =penggali, popaked

= parang kecil, tosilad = pisau, o i'i = pembersih rumput, dsb.

Masih banyak jenis kerajinan yang belum sempat tertulis seperti : membuat siripu

(alas kaki), menganggit atap rumbia (momaod) dan seterusnya.

5. Permainan Rakyat

Ada kaitan dengan seni kerajinan, beberapa alat permainan termasuk kerajinan

tangan, seperti membuat gasing, pinsikan, langkadan dan lain-lain. Sebab itu kami

merasa perlu menambahkan jenis-jenis permainan rakyat yang kini hampir tidak

pernah nampak dalam kehidupan masyarakat. Ada permainan yang memakai alat, ada

juga yang tidak. Permainan dengan alat :

Mominsikan : menggunakan tempurung bentuk segi tiga dengan sebilah bambu

ukuran sekitar 30 cm panjang, lebar 2,5 cm sampai 3 cm, dimainkan oleh 2 orang

atau lebih, untuk menguji ketepatan menembak pisikan lawan dengan pinsikan

sendiri dari jarak sekitar 50 m.

Momaki'an : main gasing, juga oleh 2 orang atau lebih untuk melihat gasing mana

yang lebih lama berputar. Untuk meguji ketrampilan menembak gasing lawan yang

sedang berputar.

Molangkadan : menggunakan dua bambu panjang sekitar 2 sampai 3 meter, memakai

pedal bambu tempat menginjakkan kaki. Tinggi pedal 30 cm sampai 1 sampai 2

meter. Langkadan dipakai untuk berpacu atau untuk berjalan biasa dengan langkah

panjang, bila pedalnya tinggi.

Mokumbengan : memainkan dua tongkat ukuran sekitar 30 cm panjang. Tongkat

17Desember 200540

Page 41: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

yang satu diletakkan di atas batu, tongkat dari tanah itu dipukul sampai beberapa kali,

untuk menguji berapa lama tongkat itu melayang dan berapa kali dipukul.

Jenis permainan yang tidak menggunakan alat, misalnya :

Mogogadopan : main sembunyi-sembunyian. Satu orang ditutup matanya, yang lain

bersembunyi untuk dicari.

Mosimba'ungan : mandi di sungai sambil bermain bersembur-semburan. Sambil

mandi di sungai, juga dapat bermain mosibunian, yaitu menyembunyikan batu di

dasar sungai untuk dicari oleh teman. Yang mula-mula menemukan batu yang

disembunyikan, dialah pemenangnya.

Mobinsi'an : umumnya dimainkan oleh pria, untuk menguji kekuatan menendang

betis lawan.

7. PAKAIAN ADAT BOLAANG MONGONDOW

Pada masa raja-raja (Kolano) sejak raja pertama hingga raja ke-6 yaitu Mokoagow,

biasanya disebut Datu Ireatan, karena pakaian raja ketika itu amat banyak

perhiasannya. Bahan pakaian dibuat dari kulit kayu (kayu lanut).

Pakaian Raja dalam perkembangan kemudian adalah :

Warna merah melambangkan kewibawaan dan keberanian raja sebagai pucuk

pimpinan pemerintahan dan sebagai sumber kekuasaan dan kekuatan yang diperoleh

dari rakyat secara bulat kharismatis di seluruh kerajaan. Pada bagian dada dihiasi 3

susun rantai emas dan kancing emas yang melukiskan keagungan raja. Pengikat

kepala bercabang dua menandakan kepemimpinan yang membedakannya dengan ikat

kepala bagi pejabat-pejabat pemerintah lainnya. Selempang kuning keemasan

sebagai tanda keagungan raja yang diselempangkan dari bahu kiri ke pinggang kanan.

Pada pinggang yang diikat dengan kain kuning keemasan, diselipkan keris dan tangan

kanan memegang tongkat kebesaran (Ki Sinungkudan). Bahan pakaian sesuai

aslinya adalah hasil tenun (inabol), namun alat tenun kini tidak ada lagi. Pakaian

raja ini digunakan sejak adanya hubungan persahabatan dengan pedagang dari luar,

sehingga bentuk pakaian sedah banyak persamaan dengan daerah lain.

1. Pakaian Permaisuri

17Desember 200541

Page 42: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Baju asli disebut salu' dari jenis kain berhias emas, pada ujung lengan baju kiri dan

kanan terdapat kancing emas masing-masing sebanyak 9 buah. Kain pelekat songket

yang ditenun sendiri bila menurut aslinya. Pada pergelangan kanan dan kiri masing-

masing dipakaikan gelang emas yang disebut pateda. Memakai selendang yang

disebut aluang. Payung kerajaan warna kuning berhias emas menyatakan keagungan

raja dan permaisuri (Datu' bo Boki'). Pemegang payung raja memakai baju adat

dengan ikat kepala biasa, pada pinggang diikatkan songket yang disebut pomerus

sebagai penghormatan kepada pejabat yang lebih tinggi.

2. Pakaian Gogugu atau Sadaha tompunuon

Gogugu adalah pelaksana utama pemerintahan mewakili raja, sebagai penghubung

raja dengan aparat pemerintahan lainnya sampai kepada rakyat, demikian juga

sebaliknya. Dalam kerajaan hanya terdapat seorang gogugu. Bentuk baju gogugu

sama dengan raja, berwarna kuning sebagai lambang kebesaran dan keagungan,

sesuai dengan tugasnya sebagai pelaksana utama pemerintahan membawa rakyat pada

kemakmuran an kesejahteraan yang di Bolaang Mongondow ditandai dngan padi dan

emas yang menguning. Selempang dan ikat pinggang sama, perbedaan pakaian raja

dan gogugu hanya pada ikat kepala. Ikat kepala raja berbentuk tanduk dua yang

condong kekanan, sedangkan ikat kepala gogugu hanya satu tanduk.

3. Pakaian Panggulu

Seorang panggulu mengepalai pemerintahan dalam satu distrik (setingkat

kecamatan). Pakaian panggulu berwarna jingga untuk membedakan dengan pakaian

raja dan gogugu, tapi bentuknya sama. Beberapa variasi seperti pici berhias perak

sudah merupakan pengaruh luar.

4. Pakaian kimalaha atau bobato (kepala desa)

Bentuk pakaian sama dengan raja. Warna polos menurut selera pemakainya. Ikat

kepala biasa. Pada pinggang diikatkan pomerus sebagai penghormatan kepada

pejabat yang lebih tinggi. Kepala desa dapat juga memakai tongkat, sehingga dalam

jabatannya biasa juga di gelar Ki Sungkudan asal kata tungkud = tongkat.

5. Pakaian guhanga (kepala adat)

Baju salu' pris berwarna polos bebas menurut selera pemakainya. Celana biasa sama

dengan warna baju. Memakai kain pomerus pada pinggang. Ikat kepala bercabang

17Desember 200542

Page 43: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

bila menhadiri upacara kebesaran, miaslnya menjemput tamu agung, atau pada

penobatan raja, sedang bentuk biasa bila menghadiri upacara di desa atau waktu

menyelesaikan maskawin.

6. Pakaian pesta untuk petani pria

Bentuk baju dan celana sama dengan pakaian guhanga. Ikat kepala biasa tidak

bercabang. Tidak memakai Pomerus.

7. Pakaian pesta untuk petani wanita

Warna baju bebas menurut selera. Baju salu' panjangnya sampai dibawah lutut.

Selendang biasa. Kain pelekat biasa. Pada pergelangan tangan searusnya ada

gelang dari tiram yang disebut bolusu.

8. Pakaian kerja petani pria

Baju tidak berlengan yang disebut paka' dari kain tenunan asli namun kini diganti

dengan kain strep yang sejenis dengan motif tenunan asli. Celana batik dasar hitam

yang banyak persamaan motifnya dengan motif tenunan asli. Ikat kepala bentuk

biasa tenunan asli tapi kini sudah diganti dengan batik.

9.Pakaian kerja petani wanita

Kebaya cit biasa, lengan baju disinsingkan. Memakai kudung (aluang) diatas kepala

sebagai peindung dari panas matahari. Kain pelekat biasanya agak tinggi hingga

betis. Biasanya ibu-ibu menyandang bakul (kompe') tempat mengisi sirih pinang.

10. Pakaian nelayan pria

Sama dengan pakaian petani pria, tetapi memakai toyung (tolu). Pendududk asli yang

tinggal di pedalaman, pokok pencaharian utama adalah bertani, berburu, sedangkan

yang tinggal di pesisisr pantai adalah nelayan.

11. Pakaian wanita bukan pengantin

Baju salu' warna polos bebas, pada lengan baju kiri dan kanan berkancing 5 sampai 7

buah. Kain pelekat biasa atau pelekat songket. Memakai selendang (aluang). Bagi

yang mampu dapat memakai gelang emas atau perak (pateda) atau gelang dari lokan

(bolusu).

12. Pakaian pengantin pria

17Desember 200543

Page 44: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Baju baniang warna menurut selera pemakai. Celana biasa sama warna dengan baju.

Ikat kepala pengantin dari golongan bangsawan atau putra seorang pejabat boleh

bercabang satu atau dua menurut tingkatannya. Bila rakyat biasa, ikat kepala biasa.

Memakai kain pelekat songket untuk pomerus. Memmakai keris pada pinggang kiri,

terutama putra pejabat atau golongan bangsawan.

13. Pakaian pengantin wanita

Baju salu' warna menurut selera pemakai. Memakai kain pelekat songket. Pada

dada terdapat hiasan dari kain beledu atatu jenis kain yang baik dengan hiasan emas

yang disebut hamunsei. Diatas hamunsei terdapat madapung, berbentuk seperti dasi

dengan hiasan-hiasan permata intan, berlian atau lain-lain yang bernilai. Pada dahi

dibuat hiasan yang disebuat lokis. Pada rambut dibubuh sejenis mahkta (hiasan

sisir). Pada sanggul terdapat sunting emas yang biasanya bermotif burung. Pada

lengan terdapat hiasan gelang emas atau perak yang disebut pateda.

14. Pakaian tuitan (barisan penghormatan atau barisan pengawal raja)

Baju warna putih. Celana bermotif Libod yang bunganya seolah-olah melingkari

kaki. Karena yang asli tidak ada lagi, maka diganti dengan motif yang hampir sejenis,

yaitu batik biasa. Ikat kepala biasa bermotif sama dengan celana. Tangan kanan

memegang tombak yang disebut tungkudon dan tangan kiri memegang prisai sebagai

alat penangkis yang disebut : Kaleaw.

15. Pakaian kabung

Pria : bentuk baju degan pakaian adat yang lain, warna hitam. Celana batik dasar

hitam yang banyak persamaan motifnya dengan motif tenunan asli. Ikat kepala

bentuk biasa tenunan asli, tetapi kini diganti dengan batik.

Wanita : kebaya warna hitam bentuk biasa. Kian batik dasar hitam, memakai

selendang putih.

Beberapa catatan tentang pakaian adat :

Ikat kepala raja ujungnya dibuat sepert bentuk tanduk sapi hutan (bantong). Ikat

kepala pimpinan adat atau pimpinan barisan, seperti bentuk tanduk kerbau. Ikat

kepala pembawa berita (taba) seperti biasa. Pimpinan barisan adat atau barisan

kehormatan memmakai kain sabe' (pomerus) pada pinggang tempat menyalipkan

keris (bengko'). Selempang (bandang) yang dipakai pria dari pundak kiri ke

17Desember 200544

Page 45: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

pingggang kanan menandakan bahwa ia adalah : Orang tua dalam barisan tuitan atau

Pengantin pria yang dibawa ke rumah pengantin wanita. Salempang dari pundak

kanan ke pinggang kiri dipakai oleh taba', yaitu seseorang yang ditugaskan

menyampaikan sesuatu dari pihak wanita ke pihak pria.

16. Pakaian daerah yang di modernisir

Perancang : Ibu L. Sutrisno-mokoginta dan Ibu Uk. Mokoginta-Mokodompit

a. Pakaian Kerja :

Pria : Bentuk baju blouse leher tinggi, lengan baju panjang dengan celana batik yang

dijahit sesuai mode sekarang (pantalon).

Wanita : bentuk kebaya kraag tinggi, lengan baju tiga perempat, memakai coupnaad

sesuai pola dasar dan tidak banyak meninggalkan bentuk aslinya. Kain batik dijahit

seperti rok untuk memudahkan pemakaiannya.

b. Pakaian pesta pasere untuk malam

Pria : bentuk seperti biasa, celana pantalon berwarna kuning dan memakai kain

sarung untuk pomerus.

Wanita : bentuk kebaya sesuai dengan bentuk tubuh untuk memberi bayangan tentang

bentuk tubuh pemakainya. Pakaian jahitan bahu dan coupnaad sesuai konstruksi pola

dasar yang lazim digunakan sekarang ini. Tidak pakai gelar dan bentuk kainnya agak

ketat. Untuk memudahkan pemakaiannya, maka kainnya dijahit seperti rok.

c. Pakaian pesta malam

Pria : warna baju dan celana sama. Bentuk model pantalon, memakai kain sarung

pelekat untuk pomerus dan memakai ikat kepala biasa.

Wanita : kebaya panjang hingga lutut, pakai jahitan bahu dan pakai coupnaad sesuai

pola dasar lengan baju panjang dengan kainnya agak ketat.

17. Baju salu' berkembang-kembang

Kalau baju salu' biasanya effen (polos), maka salu' modern menggunakan kain

berkembang-kembang. Bentuk sama dengan bentuk aslinya, perbedaan hanya pada

polos dan berkembang-kembang.

18. Pakaian remaja I

Pria : bentuk baju seperti biasa, celana disesuaikan dengan mode, lebar pada bagian

bawah dan memakai pomerus.

17Desember 200545

Page 46: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Wanita : baju salu' yang bentuknya sesuai dengan bentuk tubuh, panjangnya hingga

lutut dan memakai coupnaad. Kalau bentuk asli, belahan lehernya hanya 8 cm dari

kraag, maka yang modern belahan baju hingga 45 cm dari kraag untuk memudahkan

pemakaiannya, apalagi karena sanggul-sanggul modern sekarang ini cukup besar.

Salu'nya memakai kancing yang jumlahnya ganjil. Sedangkan kain tetap

menggunakan kain sarung pelekat.

19. Pakaian remaja II

Pria : baju dan celana berkembang-kembang. Bentuk baju seperti biasa, celana

potongannya menurut mode yaitu pantalon.

Wanita : bentuk pakainnya tidak banyak perbedaan dengan asli. Ukuran agak besar,

menggunakan kain yang tembus pandang, sehingga tubuh pemakainya samar-samar

nampak dari luar. Pada pinggir bawah dibuat hiasan, kainnya dijahit seperti rok dan

agak ketat.

20. Adat kebiasaan Leluhur dahulu kala

(menurut catatan bapak Amun M.Jambo, budayawan dari Desa Matali).

a. Perkenalan Muda-Mudi

Seorang pemuda yang telah berkenalan (menaruh cinta kepada seorang gadis), bila

kembali dari perantauan atau dari kunjungan ke suatu tempat lain, biasanya kembali

membawa sesuatu untuk kekasihnya seperti buah-buahan dan sebagainya. Gadis yang

mengetahui, bahwa pemuda pujaannya telah kembali, biasanya mengadakan suatu

jenis permainan yang lazim disebut : morudak. Gadis tersebut menyediakan serbuk

wangi (bubuk). Pada malam hari, bersama dengan bebrapa kawannya, gadis tersebut

membawa pedupaan (kokuitan) berisi bara api menuju rumah sang pemuda. Di sana

mereka masuk kolong rumah, memperhatikan tempat duduk orang tua pemuda

pujaannya, lalu membakar serbuk wangi-wangian. Bila baunya tercium oleh tuan

rumah, diketahuilah bahwa gadis pujaan pemuda di rumah itu sedang mengadakan

acara (permainan) morudak di kolong rumah. Pada saat itulah pemuda di rumah

itulah pemuda memainkan kantung atau rababo membawakan lagu untuk gadis

pujaannya yang sedang morudak. Orang tua menyambutnya dengan meminta agar

jari manis gadis itu dikeluarkan melalui lubang lantai yang sudah disediakan. Pada

jari manis itu biasanya dimasukkan cincin oleh orang tua. Dmeikian juga buah-

17Desember 200546

Page 47: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

buahan atau pemberian lain diberikan kepada sang gadis melalui lubang lantai itu.

Pada saat sedang diadakan morudak, tidak diperkenan siapapun mengintip tempat

gadis itu. Bila kedapatan, akan dipersalahkan oleh adat dan harus membayar denda

(momogoi) yang amat berat.

Keesokan harinya si gadis akan menyuguhkan air kopi kepada sang pemuda. Pada

saat itulah akan diketahui oleh orang tua, siapakah gadis yang menjadi kekasih anak

mereka. Bila gadis itu berkenan di hati orang tua dan bila disetujui oleh orang tua

pihak gadis, maka keduanya akan dipertunangkan untuk kemudian memasuki jenjang

perkawinan.

b. Peristiwa gunung babo’

Pada saat peristiwa antara Mokoapa dan Pinomuku putra dan putri raja ke-2

Yayubangkai dengan isterinya Silagondo yang berdiam di gunung Babo’ (dekat desa

Buntalo’ dan Maelang sekarang), terjadilah bencana alam. Sebenarnya perkawinan

kedua kakak beradik itu tidak disengaja, karena Pinomuku yang telah lama

meninggalkan kedua orang tuanya, bertemu dengan Mokoapa di tempat lain, ketika

Mokoapa pergi berburu. Pinomuku yang menyentuh tanpa sengaja alat tenun

(gogabolan) ibunya Silagondo, dipukul oleh ibunya di kepala hingga luka. Itulah

sebabnya Pinomuku lari. Kemudian, ketika ia telah menjadi gadis, bertemu dengan

Mokoapa yang jatuh hati kepadanya, sehingga keduanya menikah. Pada saat

Silagondo mencari kutu menantunya Pinomuku, dilihatnya bekas luka di kepala

Pinomuku. Ketika itu diketahuinyalah bahwa Pinomuku adlah anak kandungnya,

adiknya Mokoapa. Terjadilah bencana alam, hujan turun terus menerus selama 40

hari disertai kilat dan guntur serta badai yang dahsyat sehingga putuslah gunung

Babo’ dan terjadilah pulau Gogabola’ (gogabolan = tempat menenun). Kedua kakak

beradik yang menyebabkan bencana itu dimasukkan ke dalam lukah besar (bubu’

moloben) lalu dibuang ke laut, sampai bencana alam pun reda.

c. Pergaulan Muda mudi

Muda mudi yang berkenalan atau pacaran, walaupun sudah saling memberi kenangan

untuk disimpan bila tidak jadi menikah, belum dikenakan sanksi adat. Pertunangan

yang belum diketahui orang tua kepala adat dan kepala desa, bila tidak jadi menikah,

belum dikenakan sanksi adat. Pertunangan yang sudah disaksikan oleh kepala adat

17Desember 200547

Page 48: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

atau kepala desa, bila salahsatu pihak membatalkan pernikahan, pihak yang

membatalkan itu dikenakan sanksi, yaitu separuh tali’ (maskawin) yang sudah

ditetapkan, diserahkan kepada pihak yang dirugikan bersama kepala adat. Denda

seperti itu disebut : monuntun kon tobotak. Barang siapa yang membawa mulut dan

mefitnah tanpa bukti, ia harus membayar denda (momogoi) kepada pihak yang

dirugikan. Denda itu dibayarkan kepada yang berhak sambil memberikan seperlunya

kepada kepala adat yang menyidangkan. Jika seorang pria yang mencium wanita

tanpa izin, harus momogoi kepada pihak yang dicium bila ia keberatan, karena

melanggar adat. Denda itu diterima oleh orang tua si wanita dan kepala adat yang

menyidangkan. Jika seorang pria mengadakan kokap (raba) kepada wanita, bila

wanita keberatan, si pria harus momogoi kepada pihak wanita untuk memulihkan

perasaan pihak yang dirugikan. Seorang pria yang menghamili wanita yang bukan

isterinya, harus dikawinkan dengan wanita itu, bila si lelaki belum beristeri. Bila

sudah beristeri, ia harus membayar denda kepada keluarga pihak wanita. Pria yang

menghamilkan saudara kandungnya, diberi hukuman berat. Dahulu keduanya

dimasukkan ke dalam bubu besar, lalu dibuang ke laut agar tidak menimbulakn

bencana alam. Kini peristiwa seperti itu dihukum penjara.

d. Pergaulan Umum

Seorang ayah yang menghamili anak kandungnya ditanam dalam tanah setengah

badan bersama anak yang dihamilinya, lalu dilempari batu hingga mati. Peracun

(mongonggaing) yang terbukti perbuatannya, ditanam dalam tanah setengah badan

lalu dibakar hingga mati. Domok, yaitu mengkap seorang wanita dalam rumah

untuk menggagahinya, dikenakan denda bobogoi biasa. Domok yang dilakukan pada

saat wanita sedang mandi di sungai tempat umum, dihukum denda (bobogoi) atau

keduanya dikawinkan bila masing-masing masih jejaka. Seorang isteri yang

kedapatan tidur dengan pria lain yang bukan suaminya, dikenakan denda berat karena

berzinah (nokitualing). Dendanya berupa tali’ (maskawin) sesuai yang ditetapkan

oleh adat. Denda itu dibayarkan kepada suami atau keluarga pihak suami dan kepala

17Desember 200548

Page 49: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

adat. Seorang isteri yang dibawa lari oleh pria yang bukan suaminya, disebut :

tualing tangag (zinah lari). Pria yang melarikannya harus membayar denda

(bobogoi) : butung in ata siow kopulu’ im pangkoinya, yaitu : sebuah kaki tembaga

sebagai pohon (pangkoi), sehelai sikayu hijau sebagai dahan (tanga) dan sembilan

piring antik sebagai daun. Juga setiap sungai yang dilalui dihitung, dengan denda

sebuah piring antik bernilai satu ringgit untuk setiap sungai. Seseorang yang

membawa mulut atau menghina orang lain, bila yang dihina berkeberatan, si

pembawa mulut harus membayar denda (momogoi) kepada orang tua-tua desa atau

kepala adat yang menyidangkan hal itu. Seseorang yang mengadakan keributan

dalam desa harus "mogompat kon lipu’", yaitu membayar denda untuk desa yang

diterima oleh penguasa adat. Seseorang yang mencaci maki orang lain tanpa

diketahui kesalahannya, bila yang dicaci berkeberatan, maka si pencaci harus

membayar denda, karena indoi’on (tidak dibenarkan) oleh pihak yang dirugikan.

Denda itu sebagian untuk penguasa adat, sebagian untuk orang yang dicaci. Bila

seorang anak melukai anak orang lain, ia harus membayar jaminan kepada anak yang

dilukai, dengan istilah : bobodan (pengobat luka). Pantang bagi seseorang untuk

mengambil kembali sesuatu yang sudah diberikan kepada orang lain karena akan

mokobungkoit (menyebabkan bencana kecil).

e. Hubungan Kekeluargaan

Setiap orang tua tidak dibenarkan menyumpahi anak, karena akan medatangkan

bencana bagi anak (mokopoat) Seorang anak tidak boleh mengucapkan kata yang

dapat menyinggung perasaan orang tua, karena mokobutung (menyebabkan anak

tidak hidup bahagia di hari kemudian). Juga seorang adik tidak boleh menyinggung

perasaan kakaknya.

f. Pantangan

Pantang bagi seseorang untuk memastikan akan terjadinya sesuatu, walaupun

peristiwa itu belum terjadi (motakabur). Pantang bagi seorang anak memotong kuku

pada waktu matahari akan terbenam selama kedua orang tuanya masih hidup.

Pantang bagi seorang anak meletakkan kedua tangannya di atas kepala (mongokulu)

agar kedua orang tuanya tetap lanjut usia. Di rumah seorang ibu yang sedang

17Desember 200549

Page 50: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

mengandung tidak boleh orang duduk di tangga. Di hutan atau tempat-tempat

tertentu, tidak boleh mengucapkan walio (togoulit), karena akan menimbulkan

amarah roh leluhur, menyebabkan anak itu jatuh sakit atau mengalami musibah lain.

Suami yang isterinya baru melahirkan, belum boleh mengerjakan pekerjaan berat

karena akan berpengaruh bagi kesehatan bayi. Ibu yang baru melahirkan belum

boleh mengerjakan yang berat-berat sebelum genap 40 hari melahirkan. Suami yang

isterinya sedang mengandung, enggan menyembelih hewan.

g. Kepercayaan Lama

Beberapa kepercayaan lama yang tercatat disini adalah kepercayaan para leuhur masa

lampau, yang pada masa kini tidak lagi menjadi perhatian orang terutama bagi setiap

umat beragama, karena segala sesuatu hanya boleh terjadi karena kekuasaan Tuhan

Yang Maha Kuasa.

Rencana keberangkatan harus dibatalkan, bila tiba-tiba terdengar bunyi cecak

didepan, agar terhindar dari bahaya. Perjalanan ditangguhkan, bila tiba-tiba orang

bersin, agar terhindar dari halangan. Perjalanan dihentikan sejenak, bila ular hitam

atau biawak melintasi jalan. Turunnya hujan panas menandakan ada orang yang akan

menjanda atau menduda. Akan menerima uang bila telapak tangan kiri bergerak.

Akan mengeluarkan uang bila telapak tangan kanan bergerak. Akan kedatangan tamu

bila ada kupu-kupu masuk rumah. Akan turun hujan lebat bila memandikan kucing.

Akan melihat orang baru bila kelopak mata bergerak. Akan menerima berita buruk

bila kelopak mata kiri bergerak. Sedang disebut-sebut orang bila tergigit lidah waktu

makan.

h. Hubungan Suami Isteri

Seorang suami dapat menceraikan isterinya, bila : Si isteri berpenyakit menular Si

isteri kedapatan berzinah Si isteri ternyata masih bersuami

8. Kesimpulan

Pancasila bukanlah suatu yang baru bagi masyarakat Bolaang Mongondow. Sejak

zaman purba, nilai-nilai Pancasila sudah terkandung dalam kehidupan sosial budaya

masyarakat, yang meliputi berbagai aspek kehidupannya dan masih tetap terpelihara

sampai kini, dengan contoh antara alin :

17Desember 200550

Page 51: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Sila I : sejak zaman purba penduduk telah mengenal adanya suatu kuasa di atas

segala yang yang berkuasa. Mereka percaya bahwa segala sesuatu di bumi ini ada

pencipta dan pemiliknya. Bila masyarakat hendak merombak hutan untuk

diperkebuni, maka para tonawat mengadakan suatu upacara untuk memohon izin

Ompu Duata (Yang Maha Kuasa) agar mereka terhindar dari bencana dan berhasil

dalam usaha pertaniannya. Sila II : Keluhuran budi pekerti anggota masyarakat

dibuktikan dalam tutur kata, pembawaan, tingkah laku, tindak tanduk dalam

kehidupan sehari-hari. Mereka tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu

ketertiban pribadi seseorang, tidak menyakiti hati orang lain, tidak mengambil milik

orang lain secara semena-mena, tidak membunuh (kecuali dalam perang), suka

menolong orang yang berkekurangan atau yang hidup mederita, karena cinta sesama

manusia. Sila III : Walaupun kelompok masyarakat terpencar-pencar ke segala

penjuru tempat karena kepentingan mencari nafkah hidup, namun mereka tetap

merasa satu keluarga besar (dalam satu kekeluargaan) bahkan setiap gangguan dari

luar dihadapi bersama. Tiap kelompok masyarakat memilih pimpinan penjaga

keamanan (umpung pongayow = hulubalang) dan memiliki semacam pasukan

keamanan. Pada saat Belanda mencoba mencampuri urusan pemerintahan (awal abad

20), timbul pemberontakan terhadap Belanda dipimpin Hatibi Dibo Mokoagow dan

sangadi Eman, karena tidak ingin dijajah dan tetap mempertahankan kemerdekaan.

Sila IV : setiap rencana kegiatan besar atau kecil selalu diawali dengan musyawarah

oleh para pimpinan, tokoh adat, bogani, tonawat, guhanga, unsur pimpinan

masyarakat yang lain guna mendapatkan kesepakatan, karena apa yang hendak

mereka kerjakan adalah untuk kepentingan umum, kepentingan bersama demi

kesejahteraan seluruh anggota masyarakat. Bahkan dalam pemerintahan kerajaan

sebelum adanya pengaruh luar, raja tidak boleh berlaku sewenang-wenang tetapi

selalu memintakan pendapat para pembantunya dan unsur pimpinan masyarakat yang

lain (semacam dewan penasehat raja). Sila V : semua pekerjaan dikerjakan atau

diselesaikan dengan rasa tanggung jawab yang besar untuk kesejahteraan setiap

anggota masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik (meningkatkan taraf hidup

setiap anggota masyarakat) melalui pogogutat, tonggolipu’, dan posad atau mokidulu.

17Desember 200551

Page 52: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Setelah Indonesia merdeka dan pancasila sebagai hasil galian dari kebudayaan bangsa

yang luhur dijadikan sebagai satu-satunya dasar kehidupan seluruh rakyat Indonesia

tercinta ini, maka nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kehidupan sosial budaya

bangsa, telah lebih dimantapkan untuk dilestarikan dan diwariskan kepada generasi

penerus perjuangan dan pembangunan. Maka rakyat Bolaang Mongondow sebagai

bagian dari bangsa Indonesia yang bermukim di salahsatu wilayah Indonesia di

Sulawesi Utara turut menyumbangkan unsur-unsur kebudayaan yang bernilai luhur

sebagai warisan dari para leluhur.Perlu kiranya ditambahkan bahwa beberapa upacara

adat yang pernah dimiliki oleh masyarakat Bolaang Mongondow, kini tidak diadakan

lagi karena dianggap sudah bertentangan dengan norma-norma keagamaan. Namun

ada beberapa upacara adat yang kiranya dapat menarik wisatawan domestik dan

mancanegara untuk berkunjung ke daerah ini, antara lain :

Aimbu, yaitu sejenis upacara yang dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu

tradisional dengan gerakan tertentu pada pelaksanaan pesta keluarga seperti pada

pelaksanaan acara tobok (melubangi cuping telinga anak gadis), acara le’ad

(meratakan gigi gadis), acara ponondeaga’an (=inisiasi = pengalihan status remaja ke

status pemuda dalam memasuki jenjang perkawinan). Oleh sebab itu maka lirik lagu

aimbu disesuaikan dengan jenis upacara yang diadakan. Acara aimbu diadakan

semalam suntuk beberapa malam berturut-turut, mulai 3 malam sampai 40 malam,

berdasarkan kemampuan keluarga yang menyelenggarakannya. Morudak, sejenis

permainan rakyat terutama antara muda-mudi yang biasanya diadakan bila musim

buah-buahan melimpah (lihat perkenalan muda mudi). Beberapa upacara adat yang

dianggap tidak sesuai lagi dengan keadaan pada masa pembangunan sekarang ini,

karena telah bertentangan dengan norma-norma keagamaan, tidak dapat dilanjutkan

pelaksanaanya, misalnya :

Monibi, yaitu upacara pengobatan kampung yang diadakan sekali dalam setahun.

Seluruh anggota masyarakat turut terlibat dalamnya. Upacara monibi ini diadakan

untuk menolak berbagai macam penyakit mewabah, atau menghindarkan bencana

yang bakal menimpa penduduk. Upacara monibi terakhir diadakan pada tahun 1939

di desa Kotobangon (tempat kedudukan istana raja) dan di desa Matali (tempat

pemakaman raja dan keturunannya).

17Desember 200552

Page 53: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

Monayuk, yaitu upacara pengobatan yang mulai diadakan sejak kelahiran

Mokodoludut yang sakit-sakitan sejak kecil.

Mongalang, yaitu upacara pada saat kematian raja atau keluarganya. Pada saat seperti

itu dilagukan dete-dete, yaitu lagu duka.

Momolapag, yaitu upacara penyembahan kepada roh leluhur dengan menyediakan

sajian bagi yang disembah.

9. Sumberdata

Catatan sebagai hasil wawancara dengan beberapa tokoh budayawan Bolaang

Mongondow antara lain : Bapak J.W.Manoppo, mantan Wedana Mongondow, Bapak

S.A. Sugeha, mantan Ass. Wedana Kotabunan, Bapak K.C. Mokoginta, mantan Ass.

Wedana Passi. Beberapa catatan dari : Bapak M.A. Sugeha, mantan pengacara

hukum, Bapak Amun Jambo, budayawan dari desa Matali. Hasil percakapan dengan

bapak D. Lomban, guru, budayawan, sekaligus sebagai mantan pamong praja. Hasil

percakapan tanggal 15 Pebruari 1977 dengan bapak B. Gilalom, budayawan dari desa

Poyowa besar. Over de Vorsten van Bolaang Mongondow (W. Dunnebier).

Beschrijving van het adatrecht in Bolaang Mongondow (R.P.Notosoesanto). Sejarah

pendidikan daerah Sulawesi Utara (Drs. L. Th.Manus dan kawan-kawan 1980).

Sejarah perkembangan Kotamobagu sebagai Ibukota Kabupaten Bolaang

Mongondow (Drs. L.Th. Manus dan kawan-kawan 1978). Pengalaman selama

menjadi kepala kantor pembinaan kebudayaan Kabupaten Bolaang Mongondow

(1963-1975). Bernard Ginupit, Kebudayaan Daerah Bolaang Mongondow (1996).

Keseluruhan sumber data baik sumber data diatas diambil dari http//www.putra

totabuan on line.com.

17Desember 200553

Page 54: Mengenal Bolaang Mongondow

Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban

PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena dengan izin-Nyalah

artikel “MENGENAL BOLAANG MONGONDOW” ini bisa di susun sebagai rasa

terima kasih dan kecintaan terhadap daerah Totabuan Bolaang Mogondow yang kita

cintai.

Bolaang Mongondow merupakan salah satu kabupaten yang berada di

propinsi Sulawesi Utara diantara kabupaten-kabupaten dan kotamadya yang ada.

Sebagai putra daerah Bolaang Mongondow marilah kita sama-sama menjaga

warisan-warisan peninggalan dari pendahulu-pendahulu kita yang dengan susah

payah mempertahankannya. Dengan tujuan agar kita sebagai kaum penerus mampu

menjaga apa yang telah ditinggalkan sebagai wujud rasa terima kasih atas apa yang

telah mereka persembahkan untuk bumi “TOTABUAN” yang kita cintai ini.

17Desember 200554