Upload
kawal-borneo
View
228
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan ppam layout Kawal Borneo community foundation (kbcf)
Citation preview
LAPORAN PARTISIPATORY POVERTY ASSESMENT
AND MONITORING (PPAM)
Bontang Lestari Kalimantan Timur dan Tambak Bajai Kalimantan Tengah
2012
Kemitraan Kawal Borneo Community Foundation
LAPORAN
PARTISIPATORY POVERTY ASSESMENT AND
MONITORING (PPAM)
Bontang Lestari Kalimantan Timur dan Tambak Bajai, Kalimantan Tengah
Kemitraan & KBCF
© 2012
ii
Kata Pengantar
Pelaksanaan PPAM oleh KBCF di dua lokasi di Kalimantan menjadi pintu masuk
program pembangunan bagi para pihak. Keberadan PPAM di dua lokasi tersebut
juga berhasil mengkomunikasikan masalah pembangunan yang minim akses.
Bahkan, apabila pelaksaannya sebelum musyawarah rencana pembangunan
(Musrenbang) dan pendampingan yang memadai maka, proses dan hasil PPAM
dapat menjadi bahan evaluasi dan baseline data untuk penyusunan program
pembangunan oleh pemerintah dan perusahaan. Beberapa kalangan di
pemerintah berharap agar ada tindak lanjut dari proses pelaksanaan PPAM. Camat
Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalteng mengungkapkan bahwa tools ini menarik
untuk dikembangkan di daerah, terpencil seperti Desa Tambak Bajai. Sedangkan
Kepala Bappeda Bontang, Kaltim menilai tools ini dapat digunakan untuk
mengupdate data kemiskinan setiap tahun selain dari hasil pendataan BPS yang
dilakukan tiga tahun sekali.
Kendati demikian, pelaksanaan PPAM dengan seluruh proses yang ada masih
diperlukan penguatan dan peningkatan kapasitas pelaksana, baik pada
pemahaman konsep, penggunaan tool, analisis dan penyajian data. Demikian
halnya dukungan infrastruktur harus disiapkan terlebih dahulu.
Hasil PPAM yang memadai akan dapat digunakan oleh pemerintah daerah
sebagai data dan informasi tambahan untuk mendukung data dari Badan Pusat
Statistik (BPS), sehingga perlu dilakukan diskusi untuk menyusun langkah-langkah
implementasi agar pemerintah dapat menggunakan tools PPAM dalam
mengupdate data kemiskinan.
Disadari masih banyak kekurangan dalam penyajian laporan ini, sehingga saran
dan masukan secara substansi sangat diperlukan.
Samarinda, Maret 2012
KBCF
iii
Daftar Isi
Judul ............................................................................................................................ i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
Ringkasan Eksecutive ............................................................................................. iv
Bagian Satu ............................................................................................................... 1
Bagian Dua .............................................................................................................. 4
Bagian Tiga ............................................................................................................... 10
Bagian Empat ........................................................................................................... 13
iv
Ringkasan Eksekutif
KBCF melakukan PPAM (Partisipatory Poverty Asssesment and Monitoring) di dua
lokasi, yaitu tiga (3) kampung di Kelurahan Bontang Lestari, Kota Bontang
Kalimantan Timur dan Desa Tambak Bajai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Kedua lokasi ini memiliki persamaan penyebab kemiskinan, yaitu
ketidakberdayaan, keterisolasian dan kerentanan. Kendati demikian memiliki
peluang yang berbeda keluar dari kondisi kemiskinan.
Kegiatan PPAM dimulai di Kelurahan Bontang Lestari, tepatnya di Teluk Kadere,
Selantuko, Loktunggul (Tekasalo) dan Desa Tambak Bajai di Kapuas, Kalteng.
Kegiatan ini didahului dengan workshop persiapan untuk menggali indicator
kemiskinan local dan membentuk tim PPAM. Peserta workshop dari unsur
masyarakatberharap kegiatan ini bukan hannya sekedar ceremony, tapi betul-betul
bisa membantu masyarakat keluar dari kondisi kimiskinan. Sedangkan dari
kalangan pemerintah, berharap, hasil PPAM ini dapat dipaparkan di pengambil
keputusan dan menjadi masukan bagi pemerintah.
Tekasalo merupakan pemukiman yang saat ini ditinggalkan penduduknya. Dari
Data pengumpulan data tim PPAM jumlah KK di Tekasalo adalah 97 KK, namun
pada saat dilakukan survey PPAM hanya ditemui 70 KK (Teluk Kadere 19 KK,
Selantuko 20 KK, Loktunggul 20 KK). Banyak rumah tidak lagi berpenghuni, kebun
terlantar, kondisi masyarakat pasrah, seakan tidak perduli dengan geliat kehidupan
di seberang teluk, dimana mereka menyerahkan nasib pada waktu. Tidak ada
dinamika, bahkan dalam satu tahun terakhir tidak ada bantuan atau program dari
pemerintah. Hanya bingkisan lebaran dari perusahaan yang mereka terimah dan
terakhir kali mereka makan “daging qurban”, juga pembagian dari perusahaan.
Ironisnya, tak jauh dari kampong mereka yang tersembunyi dibalik rimbunnya
hutan bakau, terdapat perusahaan besar dan geliat pembangunan pusat kota.
Memang pemerirntah sudah mulai membangun badan jalan, tapi belum bisa
membuka akses ke kampong tersebut. Perusahaan juga membantu membangun
gedung sekolah dan sarana ibadah, namun masih ditemui anak sekolah setiap
pagi harus membuka baju merah putih mereka, berenang menyeberangi empang
untuk ke sekolah, masih banyak rumah yang tidak layak huni, tidak ada sumber air
bersih yang mudah diakses., jamban yang berseptik tank menjadi barang langkah,
sementara hasil laut sudah mulai menurun. Saat seperti inilah Erwin dan puluhan
kepala keluargalainya merasa miskin, ”Saya merasa miskin ketika melaut tidak
dapat hasil”.
v
Lain halnya potret kemiskinan di Desa Tambak Bajai, Kalimantan Tengah. Tambak
Bajai adalah sebuah pemukian tua di ujung kecamatan Dadahup, Kabupaten
Kapuas. Masyarakat di desaini jauh lebih miskin dibandingkan dengan Tekasalo.
Bila di Bontang Lestari masih memiliki sumberdaya alam dan kelembagaan yang
dapat membantu untuk keluar dari kondisi saat ini, tapi di Tambak Bajai kedua hal
tersebut sudah hilang, sehingga akan membutuhkan proses dan waktu yang
sangat panjang untuk keluar dari kondisi saat ini. Kondisi kemiskinan di Tambak
Bajai memang diakibatkan oleh satu system yang gagal (PLG), sementara di
Bontang lebih kepada belum terbukanya akses.
Dari data yang diperoleh dari salah satu staf desa, jumlah KK yang terdaftar
sebanyak 126. Faktanya ketika dilakukan pendataan untuk survey PPAM, hanya
ada 60 KK, sedangkan 20 KK diantaranya berada di luar desa untuk menjadi buruh
di perkebunan sawit, selebihnya tidak diketahui. Banjir yang yang awalnya datang
hanya tiga tahun sekali. Sejak adanya proyek lahan gambut, menjadi setahun
sekali, dan kampong akan terendam selama 3 bulan. Kondisi ini bukan hanya
merusak sumber-sumber penghidupan tapi juga sendi-sendiri perikehidupan
lannnya di masyarakat setempat.
Masyarakat mengakui bahwa sejak adanya PLG, hutan mereka banyak yang hilang.
Sedangkan hutan merupakan tempat untuk mencari kayu bakar, rotan, karet,
berburu, bahkan mengambi kayu untuk membangun dan memperbaiki rumah.
Rosdiana, salah satu peserta workshop PPAM yang mewakili kelompok perempuan
mengatakan sekarang hutan mereka banyak yang hilang dan sangat sedikit sekali
yang tersisia. “Sejak adanya PLG, kami suit memperbaiki rumah, tidak ada kayu,
tempat berburu juga semakin sedikit,” tambah ibu yang dipanggil Ros ini.Ia juga
menuturkan bahwa, kaum perempuan di Desa Tambak Bajai merasa miskin
ketikasulit dapat lauk, tidak ada kayu bakar, dan kayu untuk memperbaiki rumah.”.
Lain halnya dengan Saden, orang tua separuh baya ini sudah lama tidak bekerja, ia
sangat sulit mendapat pekerjaan, mau berkebun tidak ada lahan, mau berusaha
tidak ada modal.
Semua kondisi itu belum seberapa dibadning ketika banjir datang merendam
kampong mereka selama tiga bulan. Mereka tidak bisa memanen rotan, tidakpula
menorah karet, apalagi untuk kegiatan social lainnya. Bahkan, mereka harus
membuat tiang rumah dalam rumah mereka. Menurut warga, dulu banjir yang
datag sekali setahun, dinanti karena membawa berkah. Masyarakat setempat
menggali sumur-sumur perangkap ikan di kebun mereka, ketika banjir datang,
ikan akan terbawa masuk dan terperangkap di sumur tersebut. Sekarang, bila
banjir datang mereka kehilangan banyak waktu dan rupiah, karena tidak dapat
mengambil rotan dan karet di hutan.
vi
Lalu, apa yang telah mereka lakukan untuk keluar dari kondisi tersebut? Ternyata
tidak ada, mereka sudah pasrah. Usman, ketua RT 13 Teluk Kadere mengatakan
mereka sudah pasrah dengan kondisi ini, kami tidak tahu harus bagaiman
mengatasi hama di kebun kami. Sementara itu, Guset, Kepala Desa Tambak Bajai
mengaku bahwa masyarakat sudah “alergi’ melakukan pertemuan untuk
musrenbangdes, karena setiap tahun diusulkan program yang sama, tapi tidak
serupiah yang turun ke masyarakat.
Setelah adanya PPAM ini, masyarakat kepala desa dan camat di Tambak Bajai dan
Bontang Lestari mengetahui apa penyebab dan bagaimana keluar dari kondisi
kemiskinan tersebut. Saat ini, kedua daerah tersebut sudah memiliki rencana aksi
komunitas. Camat dan kepala Desa Tambak Bajai langsung menyatakan
komitmennya untuk menjadikan program percontohan pengentasan kemiskinan,
termasuk bagaimana mengukur keberhasilan program-program kemiskinan di
daerah. Sedangkan di Bontang, hamper 75% rencana aksi komunitas mendapat
dukungan pembiayaan dari APBD 2012, sedangkan selebihnya akan diusulkan di
APBD Perubahan dan usulan APBD 2013, serta CSR.
Sedangkan terkait tools PPAM sendiri, Zulkifli, kepala Bappeda Bontang, bahkan
menyatakan bahwa tools PPAM dapat dimanfaatkan untuk memperbaharui data
kemiskinan setiap tahun dari data BPS yang diperbaharui setiap tiga tahun sekali.
1 | l a p o r a n P P A M
Sekilas Partisipatory Poverty Assesment and Monitoring (PPAM)
Tools Participatory Poverty Assessment and Monitoring ini merupakan
modifikasi dari Nested Spheres of Poverty1 (NESP) dan Suara Si Miskin:
Panduan Pelaksanaan PPA (Kajian Kemiskinan Bersama Komunitas) Untuk
Formulasi Kebijakan Pembangunan2 yang merupakan pengalaman dalam
memformulasikan strategi penanggulangan kemiskinan daerah secara
partisipatif di Kabupaten Wonosobo dan Kutai Timur. Keduanya merupakan
pendekatan yang relatif sama dalam upaya memotret kemiskinan,
merumuskan program penanggulangan kemiskinan serta monitoringnya yaitu
pendekatan yang dilakukan secara partisipatif atau secara umum lebih dikenal
sebagai Partisipatory Poverty Assessment (PPA). Keduanya juga merupakan
tools yang melihat kemiskinan sebagai suatu yang multidimensi dan lebih dari
sekedar rendahnya pendapatan3.
Sebagai bentuk modifikasi dari NESP dan Suara si Miskin, tools ini juga
dilakukan secara partisipatif dengan memandang kemiskinan sebagai suatu
kondisi yang multidimensi dari sudut pandang komunitas miskin dalam konteks
assessment, monitoring dan perumusan program penanggulangan kemiskinan.
Pendekatan yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah kombinasi
antara model kuantitatif dan kualitatif.
Dalam NESP dikemukakan bahwa kemiskinan adalah suatu situasi dimana
seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan
peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau
untuk keluar dari kerentanan4. Tak jauh berbeda dengan hal tersebut proses
PPA yang dilakukan di Kabupaten Wonosobo menemukan bahwa dari sudut
pandang kelompok miskin, kemiskinan didefinisikan sebagai suatu kondisi
dimana individu atau keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi hak
hidupnya sebagai akibat kerentanan terhadap perubahan serta keterbatasan
1 Gönner, C. Et al. Capturing nested spheres of poverty: a model for multidimensional poverty
analysis and monitoring/by Christian Gönner, Michaela Haug, Ade Cahyat, Eva Wollenberg, Wil de Jong, Godwin Limberg, Peter Cronkleton, Moira Moeliono, Michel Becker. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).
2 Hardiyanto, Andik, Et.al.2007. Suara Si Miskin: Panduan Pelaksanaan PPA (Kajian Kemiskinan
Bersama Komunitas) Untuk Formulasi Kebijakan Pembangunan. Multistakeholder Forestry Programme. Jakarta. 3 Gönner, C. Op cit. p.1
4 Cahyat, A., Gönner, C. and Haug, M. 2007 Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah
Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat, Indonesia. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Bagian
Satu
2 | l a p o r a n P P A M
akses terhadap lingkungan pendukungnya akibat keterisolasian dan
ketidakberdayaan komunitas miskin tersebut sebagai dampak infrastruktur dan
pelayanan yang tidak perpihak pada komunitas miskin.
Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa dalam memandang kemiskinan
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipantau dalam
perumusan program penanggulangan kemiskinan yaitu: pemenuhan hak
hidup, lingkungan pendukung (konteks) serta kondisi aktual infrastruktur dan
pelayanan. Hubungan antara kemiskinan, lingkungan pendukung serta
infrastruktur dan pelayanan dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1. Konsep NESP
HAK HIDUP. Hak hidup merupakan hak dasar yang karena tidak terpenuhi
menyebabkan suatu komunitas berada dalam kemiskinan. Kemiskinan disini
dilihat dari sudut pandang komunitas itu sendiri.
Kemiskinan diukur melalui indikator tingkat kesejahteraan yang dirumuskan
dan disepakati oleh komunitas itu sendiri. Indikator inilah yang digunakan
untuk melakukan klasifikasi tingkat kesejahteraan komunitas tersebut menjadi 3
kelompok yaitu (miskin, menengah dan sejahtera) dalam rangka menemukan
kelompok miskin sekaligus sebagai basis data kemiskinan. Indikator ini juga
yang selanjutnya akan digunakan untuk mengukur tingkat kesejahtaraan pasca
intervensi program untuk melihat efektifitas program dalam penanggulangan
kemiskinan.
3 | l a p o r a n P P A M
LINGKUNGAN PENDUKUNG (KONTEKS). Adalah lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesejahteraaan/kemiskinan. Lingkungan pendukung dikelompokkan
menjadi Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Sumberdaya Alam yang
merupakan bentuk adopsi dari NESP5.
INFRASTUKTUR DAN PELAYANAN. Mencakup infrastruktur dan pelayanan fisik
maupun non fisik. Dua jenis analisis yang akan dilakukan untuk infrastruktur
dalam ini adalah (1) dianalisis untuk mengetahui apakah infrastruktur dan
pelayanan ini merupakan sumber kemiskinan serta (2) bentuk intervensi yang
dapat dilakukan melalui penyediaan infrastruktur dan pelayanan untuk
penanggulangan kemiskinan terkait dengan lingkungan pendukung.
Secara umum, inti proses dalam analisis kemiskinan secara partisipatif ini akan
mencakup 4 tahapan (Gambar 2), meskipun secara keseluruhan akan
mengikuti berbagai tahapan yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Pengambilan Keputusan
dan IntervensiPengukuran Indikator
Kemiskinan
· Pengolahan, Analisis dan
Penyajian Data
· Rekomendasi
Pemantauan Dampak Intervensi
Gambar 2. Gambaran Umum Tahapan Proses PPAM
Siklus proses dimaksud ditujukan untuk:
a. Memperoleh data sesuai dengan indikator klasifikasi kesejahteraan
(kemiskinan) yang disepakati dan data pendukung lainnya.
b. Memperoleh gambaran kemiskinan pada suatu wilayah tertentu baik
level desa, kecamatan, maupun kabupaten
c. Mengetahui penyebab kemiskinan, potensi yang dapat dimanfaatkan
serta alternatif solusi yang dibutuhkan oleh komunitas miskin untuk
keluar dari kemiskinannya.
d. Untuk pemantauan dampak program terhadap penanggulangan
kemiskinan.
5 Cahyat, A. Op cit. p1
4 | l a p o r a n P P A M
Lokasi Kegiatan PPAM
2.1. Kelurahan Bontang Lestari
Kegiatan PPAM di Kelurahan Bontang Lestari dilakukan di 3 kampung
yangberada di RT. 13, 14, dan 15. Bontang Lestari adalah satu kelurahan dari
15 kelurahan yang ada di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Kelurahan ini
berjarak 120 km dari ibukota propinsi, 2 km dari pusat pemerintahan kota
Bontang dan 23 km dari pemerintahan kecamatan Bontang Selatan.
Gambar 3. Peta Administrasi Kelurahan Bontang Lestari
2.1.1. Kependudukan
Kelurahan ini memiliki luas wilayah sekitar 8.192 hadengan jumlah penduduk
4.170 jiwa dan 1.153 KK yang tersebuar di 15 RT.Sedangkan kampong lokasi
PPAM yang tersebar di tiga (3) RT berjumlah 97KK. Mayoritas penduduk di tiga
kampong ini berasal dari Sulawesi Barat. Banyak penduduk yang harus
menginggalkan kampong dan bermukim di kota karena mencari pekerjaan.
Bagian
Dua
5 | l a p o r a n P P A M
Grafik 1. Jumlah Penduduk dalam Jiwa & KK di TEKASALO
2.1.2. Pendidikan
Ketersediaan sarana pendidikan di Tekasalo dapat dilihat pada table di bawah:
Tabel 1. Sarana Pendidikan di Tekasalo
No Jenis Pendidikan Negeri Swasta
Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid
1. Kel. Bermain 1
2. TK/TK. Alquran
3. Sekolah Dasar 1 1
4. SLTP - - -
JUMLAH 2 1 Data: PPAM BIKAL_KBCF, 2011
2.1.3. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Ketiga kampong ini terletak di kawasan pesisir Kota Bontang yang memiliki
hutanmangrove yang sudah mulai mengalami degradasi. Selain itu, mereka
masih memiliki lahan yang dapat ditumbuhi kelapa dan beberapa jenis
tanaman palawija lain, meskipun jumlahnya sangat terbatas.
2.1.4. Mata Pencaharian Penduduk
Kondisi lahan dan hama, meyebabkan penduduk setempat tidak dapat
menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian utama, sehingga sebagian
besar menggantungkan hidup mereka dari kegiatan di pesisir dan laut.
meskipun terdapat lahan yang cuku luas, namun dengan kondisi tanah
berpasir dan sering tergenag air, menyulitkan masyarakat untuk
memanfaatkannya.
Laki Perempuan Jumlah KK
Teluk Kadere 60 62 122 30
Salantuko 58 64 122 30
Loktunggul 82 71 153 37
0
50
100
150
200 Ju
mla
h P
en
du
du
k Jumlah Penduduk dalam Jiwa & KK di TEKASALO
6 | l a p o r a n P P A M
Grafik 2. Jumlah Penduduk di TEKASALO Menurut Pekerjaan Tahun 2011
2.1.5. Kelembagaan
Kelembagaan yang ada di Bontang Lestari cukup lengkap, demikian halnya di
lokasi PPAM. Kendati demikian, belum semuanya memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Tabel 2. Kelembagaan di Lokasi PPAM
No Orgainisasi Manfaar
1 RT dan Kelurahan Pembangunan
2 Kelompok tani dan nelayan Fasilitas bantuan pemerintah
3 PKK
4 Karang Taruna
5 BIKAL Pendampingan
2.2. Desa Tambak Bajai
Secara administrasi Desa Tambak Bajai masuk dalam wilayah Kecamatan
Dadahup hasil pemekaran Tahun 2010 (dahulu Kec. Kapuas Murung),
Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah dengan titik koordinat
kampung 50 M (X) 0248456 dan UTM (Y) 9725039 .
Desa Tambak Bajai adalah sebuah desa dipinggiran Sungai Mangkatip yang
secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Dadahup, Kabupaten
0
5
10
15
20
25
30
Budidaya
Rumput
Tude & Teripan
g
Keramba
Lombok Minyak Kelapa
Bibit Bakau
Guru Nelayan
Buruh Lepas
Teluk Kadere 1 6 0 10 0 16 6 10 15
Salantuko 15 9 0 0 20 20 2 30 0
Loktunggul 28 1 2 0 20 20 6 9 0
Jumlah Penduduk di TEKASALO Menurut Pekerjaan Tahun 2011
7 | l a p o r a n P P A M
Kapuas-Kalteng. Desa dengan perkiraan luas ± 24.000 km2, berbatasan
dengan Desa Dadahup sekarang ibukota Kecamatan Dadahup di sebelah
selatan (Ngawa), Desa Sei Jaya disebelah utara (Ngaju), Kecamatan Jenamas
sebelah timur (Gantau) dan Kecamatan Mantangai disebelah Barat (Sambil).
Jarak tempuh dari desa Tambak Bajai menuju ke ibukota kecamatan
(Dadahuph) adalah ± 1,5 Jam, dari desa ke ibukota kabupaten (Kuala Kapuas)
diperkirakan ± 3,5 Jam, dan dari desa ke ibukota provinsi (Palangka Raya) + 6,5
Jam.
2.2.1. Kependudukan
Berdasarkan informasi yang didapat Yayasan Tahanjungan Tarum (YTT)jumlah
penduduk Desa Tambak Bajai adalah + 126 Kepala Keluarga ( KK ) yang
mayoritas penduduk adalah suku Dayak Ngaju . Desa Tambak Bajai tepatnya
berada di sebelah kanan DAS Kali Mangkatip DAS Barito. Jarak tempuh yang
dilalui dari desa Tambak Bajai menuju Kecamatan Dadahup menggunakan
transportasi air + 2 jam seangkan ke Kabupaten 6 jam menggunakan
transportasi air (klotok bermesin mobil), Alternative lainnya menuju kabupaten
bvisa menggunakan transportasi darat seperti mobil dan sepeda motor namun
harus sampai ke kecamatan dadahup terdahulu.
Jumlah penduduk Desa Tambak Bajai adalah 462 jiwa. Terdiri atas 228
perempuan dan 234 laki-laki dengan total 126 Kepala Keluarga (KK) yang
tersebar di dua Rukun Tetangga (RT). 95 % masyarakat Tambak Bajai adalah
Suku Dayak, sisanya Suku Banjar dan Jawa.
2.2.2. Pendidikan
Pendidikan di Desa Tambak Bajai belum bekembang, setidaknya dari jumlah
gedung sekolah saja hanya terdapat satu buah, dengan kondisi yang
memprihatinkan. Tenaga pengajar ada enam orang, dimana 3 orang berstaus
PNS dan 3 orang lainnya guru swasta. Sedangkan tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut: Pra sekolah 32 orang, SD 178 orang, SMP 62 orang, SLPTA 26
orang dan sarjana 4 orang. Hanya ada SD di kampong tersebut, sehingga
anak-anak melanjutkan sekolah harus mondok di ibu kota kecamatan.
2.2.3. Sosial Budaya
Budaya yang berkembang di masyarakat desa Tambak Bajai yakni adat lokal
suku Dayak Ngaju. Hal ini dikarenakan mayoritas jumlah penduduk berasal dari
suku dayak Ngaju, sebagian kecil ada dari suku jawa dan banjar. Dalam
berkomunikasi biasanya masyarakat.
8 | l a p o r a n P P A M
2.2.4. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
a. Pohon/kayu : rangas (jingah), galam, parupuk, sumpong, gantalang,
mohor, kamasira, uar haduk, maharanda, jajangkit, bangaris, kalapapa,
tilap, gandis, mahang, kahui, kambalitan, jinjit, kajamihing, tumih,
b. Pakis/narai sayuran je bara hutan/sekitar desa : Kalakai, lampasau, singkah,
ujau (rebung).
c. Ramuan Tradisional : Obat-obatan : kalapapa, karamunting, tingen
d. Bahan membuat pupur/bedak : Pudak, kalanis.
e. Bakei (Monyet),bahuang (Beruang),bawui (babi hutan), baliang(enggang),
bakaka(kakatua),punei(punai),tupai (Tupai),bajai (buaya), bajawak (biawak),
sangahau (kadal), pusa kambe (kucing hutan).
2.2.5 Mata Pencaharian
Mata Pencaharian masyarakat desa Tambak Bajai adalah Menyadap Karet dan
mencari ikan. Menyadap Karet dilakukan oleh ± 25% masyarakat yang masih
memiliki sisa kebun karet setelah kebakaran hutan pasca proyek PPLG 1997,
dan sebagian lagi memotong rotan, cari ikan di beje (kolam ikan tradisional)
semuanya sisa eks PLG, harga penjualan karet perkilogram ± Rp. 6.000,- –
7.000,- yang dijual melalui tengkulak dari luar desa dan dibawa ke Banjarmasin,
saat sekarang masih belum kelihatan usaha yang signifikan dalam segi
kebutuhan pembangunan perumahan.
2.2.6. Sarana dan Prasaran Desa Tambak Bajai
Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tambak Bajai adalah :
Tabel 3. Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tambak Bajai
No Sarana Prasarana Jumlah
1 Kantor Desa 1 buah
2 Balai Desa 1 buah
3 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 buah
4 Pustu 1 buah
5 Los Pasar 1 buah
6 Dermaga 1 buah
7 Gereja 1 buah
8 Mesjid 1 buah
9 Pasturi 1 buah
10 Lokasi Kuburan 1 buah
11 Jalan Cor 1 Km
12 Rumah Penduduk 67 buah
9 | l a p o r a n P P A M
2.2.7. Kelembagaan Desa
Desa Tambak Bajai sudah melaksanakan pergantian kepala desa sebanyak
Sebelas kali yaitu :
Tabel 4 : Kelembagaan Desa Tambak Bajai
Sedangkan untuk kelembagaan-kelembagaan lain yang ada di Desa Tambak
Bajai adalah :
1. Pemerintahan Desa ( Pemerintah Desa dan BPD )
2. PKK
3. SPP/R ( Seksi Pelayanan Pemuda / Remaja )
4. SPB (Seksi Pelayanan Bapak) dan SPW (Seksi Pelayanan Wanita)
5. Rukun Tetangga ( RT )
6. Mantir Adat
1978 - 1998 : Es. M. Bangas : Kepala Kampung – Kepala
Desa
1998 – 2008 : Awung Es. M Bangas : Kepala Desa
2008 - Sekarang : Guset : Kepala Desa
10 | l a p o r a n P P A M
Proses Pelaksanaan PPAM
Tahapan pelaksanaan PPAM ini dapat dibedakan menjadi 2 tahapan
tergantung pada tujuan pelaksanaan PPAM. Kedua tahapan tersebut adalah:
PPAM yang ditujukan untuk menemukan kelompok miskin dan dimensi
(spheres) penyebab kemiskinan. PPAM dengan tujuan demikian, tahapan yang
dilalui adalah; persiapan, pelaksanaan asesmen, pengolahan data dan
informasi, serta penyajian dalam bentuk data base.
PPAM yang dilaksanakan oleh KBCF di tiga kampong Kelurahan Bontang
Lestari, Kalimantan Timur dan Desa Tambak Bajai, Kalimantan Tengah adalah
PPAM yang ditujuan untuk menemukan kelompok miskin, dimensi (spheres)
penyebab kemiskinan, akar masalah penyebab kemiskinan dan rencana aksi
penanggulangan kemiskinan. PPAM dengan tujuan demikian, tahapan yang
dilalui adalah:
(1) Persiapan
(2) Pelaksanaan Asesmen
(3) Pengolahan Data dan Informasi
(4) Analisis Kemiskinan
(5) Penyusunan Rencana Komunitas Penanggulangan Kemiskinan
3.1. Persiapan
Pada tahapan persiapan, dilakukan pembentukan tim yang akan melakukan
seluruh tahapan PPAM selanjutnya. Persiapan kegiatan ini dia wali dengan
workshop yang menghadirkan camat, lurah/ desa, serta masyarakat lokasi
PPAM. Workshop yang dilakukan selama dua hari ini menghasilkan dukungan
dari camat, lurah/ desa, dan kelompok masyarakat. Selain itu, workshop ini
juga menghasilkan tim yang akan melaksanakan PPAM.
Bentuk dukungan yang diperoleh adalah:
Tabel 5 : Tabel Bentuk dukungan di Desa Tambak Bajai
No Para Pihak Bentuk Dukungan
1 Camat Anggaran untuk Rencana Aksi Komunitas dari
Kabupaten/ Kota
2 Desa Anggaran ADD dan PNPM Mandiri untuk Rencana
Aksi Komunitas
Staf desa untuk melakukan PPAM
3 Masyarakat Pendamping dan waktu untuk wawancara
Bagian
Tiga
11 | l a p o r a n P P A M
Tim yang dibentuk berdasarkan lingkup kegiatan desa, sehingga jumlahnya
hanya berkisar 3-5 orang yang terdiri dari unsure perwakilan masyarakat,
unsure desa/ kelurahan dan lembaga pendamping. Selanjutnya, tim akan
menyusun rencana kerja sebagai panduan pelaksanaan tim dalam melakukan
PPAM sampai pada tahap akhir, yaitu penyusunan rencana aksi komunitas.
Tabel 6 : Tabel Rencana Aksi Komunitas di Desa Tambak Bajai
No Aktifitas Output Target Para Pihak
1 Workshop
Persiapan PPAM
Dukungan
camat, lurah/
desa, masyarakat
1 kali
pertemuan
Camat, Desa, RT,
masyarakat
2 Workshop Penyekapatan
indicator lokal
2 kali
pertemuan
Camat,Desa, RT,
masyarakat
3 Workshop
Pembentukan Tim
Tim PPA 1 kali
pertemuan
RT, masyarakat
4 Rapat Tim Jadual PPAM 1 kali
pertemuan
Tim PPAM
5 Rapat Tim Kuesioner 3 kali
pertemuan
Tim PPAM
6 Pembekalan tim:
Pemahaman
indicator dan
kuesioner
Tim mampu
menggali data
yg baik
2 kali
pertemuan
Tim PPAM,
surveyor
7 Survey dan analisis Data PPAM 30 hari Surveyor
8 Pertemuan draft-1 Verifikasi 1 kali
pertemuan
Tim PPAM,
masyarakat
9 Pertemuan draft-2 Penyusuna
Rencana Aksi
1 kali
pertemuan
Tim PPAM, camat,
desa, masyarakat
10 Penyajian data Dukungan
Rencana Aksi
1 kali
pertemuan
Bappeda, SKPD
terkait,
Perusahaan,
masyarakat
11 Penulisan laporan Dokumentasi
Kegiatan
10 hari Tim Fasilitator dan
KBCF
3.2. Pelaksanaan Field Work
Pelaksanaa field work didahului dengan pembekalan tim yang akan melakukan
sensus kepada semua KK yang ada di lokasi PPAM. Materi pembekalan
meliputi teknis dan non teknis pelaksanaan sensus. Selain melakukan
wawancara, tim juga melakan pengumpulan data dan informasi yang
12 | l a p o r a n P P A M
dibutuhkan dalam analisis, terutama data potensi SDA dan kelembagaan.
Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan field work ini sangat tergantung
oleh kondisi geografis dan social budaya masyarakat setempat.
3.3. Pengolahan Data dan Informasi
Data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner di entry kedalam software PPAM oleh anggota tim yang telah diberi
pembekalan teksni input data.
3.4. Analisis Kemiskinan
Data yang telah dientry, kemudian dianalisis berdasarkan tahapan berikut:
Gambar 4. Tahapan PPAM
3.5. Penyusunan Rencana Aksi Komunitas
Penyusunan Rencana aksi Komunitas disusun bersama tim PPAM, perwakilan
masyarakat dan perwakilan pemerintah desa/ kelurahan. Setelah itu, dilakukan
presentasi pada pada saat penyajian data dengan mengundang para pihak
yang terkait dengan rencana aksi komunitas tersebut. Selain masukan untuk
perbaikan, dukungan dari para pihak jugadiperoleh pada forum ini.
13 | l a p o r a n P P A M
Bagian
Empat
Hasil Analisis Kemiskinan
Poverty assessment (penilaian kemiskinan) di Bontang Lestari dan Tambak
Bajai telah menghasilkan data siapa si miskin (KK miskin) dan dimana
berada.Data dan informasi yang diperoleh pada tahap pertama menjadi dasar
dalam analisis kemiskinan sebagai tahap kedua PPAM. Analisis kemiskinan
bertujuan (1) mengetahui penyebab kemiskinan, (2) mengidentifikasi potensi
atau peluang yang mungkin dikembangkan untuk keluar dari kemiskinan, dan
(3) merumuskan rencana aksi atau tindakan yang akan diambil untuk meraih
kesejahteraan.
4.1. Penyebab Kemiskinan
Berdasarkan analisis penyebab kemiskinan
di dua lokasi PPAM, yaitu di Tekasalo
Bontang Lestari dan Tambak Bajai
diperoleh hasil penyebab kemiskinan yang
sama, yaitu: Ketidakberdayaan,
Keterisolasian dan Kerentanan. Meskipun
penyebabnya sama, namun kompleksitas
permasalahanya berbeda, sehingga
peluang untuk keluar dari kondisi
kemiskinan akan berbeda dalam hal
strategi, waktu dan sumberdaya yang
dibutuhkan. Kemiskinan di Bontang Lestari
akan lebih sederhana penangananya,
sedangkan di Tambak Bajai lebih rumit. Hal
ini karena akar masalah diantara keduanya
berbeda. Kemsikinan di Bontang Lestari
akarnya masalah terletak pada
keterisolasian,sedangkan di Tambak Bajai terletak pada semua dimensi,
sehingga penyebab masalahnya terletak pada keterisolasian, ketidakberdayaan
dan Kerentanan.
Box 4.1a
Ketidakberdayaan (powerlessness)
adalah ketidakmampuan
keluarga/masyarakat/kelompok
miskin untuk keluar dari garis
kemiskinan karena kepemilikan
materi, kesehatan dan
pengetahuan yang tidak memadai.
Keterisolasian (isolation) adalah
ketidakmampuan
keluarga/masyarakat/kelompok
miskin untuk keluar dari garis
kemiskinan karena kondisi yang
diciptakan oleh pihak lain di luar
dirinya.
14 | l a p o r a n P P A M
4.1.1. Penyebab Kemiskinan di Tekasalo Bontang Lestari
Di Kelurahan Bontang Lestari, PPAM
dilakukan di tiga kampung, yaitu (1)
Loktunggul (RT.15), Selantuko (RT.14),
dan (3) Teluk Kadere (RT.13). Ketiga
kampung ini disebut Tekasalok yang
merupakan singkatan dari Teluk Kadere,
Salantuko, dan Loktunggul.
Secara umum hasil PPAM di Tekasalo tersebut menunjukkan kondisi yang tidak
terlalu buruk, hanya terdapat beberapa dimensi yang bermasalah, yaitu
dimensi materi, ekonomi dan layanan. Setiap kampung juga memiliki masalah
yang hampir sama, kecuai Teluk Kadere. Dengan demikian, penyebab
kemiskinan di Tekasalo Bontang Lestari adalah ketidakberdayaan, keterisolasian
dan kerentanan. Meskipun dimensi core (materi, pengetahuan, kesehatan) dan
konteks (ekonomi, social, alam, politik, infrastruktur, dan pelayanan)
bermasalah namunperlu penanganan segera bertahap.
Box 4.1b
Kerentananan (vulnerability) adalah ketidakmampuan keluarga/masyarakat/kelompok
miskin menghadapi situasi darurat atau mendadak. Kerentanan ini menyebabkan
keluarga/masyarakat/kelompok yang berada di sekitar garis kemiskinan (poverty line)
berubah-ubah statusnya. Jenis kemiskinan bagi keluarga/masyarakat/kelompok yang
keluar masuk garis kemiskinan ini disebut kemiskinan sementara (transient poor).
Kemiskinan yang dialami keluarga/masyarakat/kelompok miskin yang lebih sering
miskin dalam waktu yang lama dan mempunyai kecenderungan untuk di bawah garis
tersebut disebut kemiskinan kronis. Adapun, kemiskinan
keluarga/masyarakat/kelompok miskin yang sama sekali tidak pernah keluar dari
kemiskinan dalam jangka waktu yang sangat lama disebut kemiskinan
berkepanjangan (persistently poor).
Box 4.1.1
Dimensi yang bermasalah di Tekasalo
ada tiga, yaitu Materi dan ekonomi
(Teluk Kadere), Materi (Salantuko), dan
Layanan (Lok Tunggul)
15 | l a p o r a n P P A M
Penyebab utama kemiskinan di
Tekasal adalah akses yang
belum terbuka. Untuk
membuka akses tersebut, tiga
tahun lalu telah dibangun
badan jalan, meskipun baru
satu kampung yang dipenuhi.
Namun pembagunan jalan
tersebut tidak berlanjut
mengingat keterbatasan
anggaran sehinga pemerintah
harus membuat prioritas.
Tahun 2011, ketika BIKAL
masuk bersama program
PNPM Peduli KBCF, informasi
masalah jalan ini kembali
diangkat dan direspon oleh
pemerintah. Diakui mereka
bahwa memang hal pertama
yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalah kemiskinan
adalah membangun jalan, yang akan diikuti oleh jaringan air PDAM, setelah itu
akan dikuatkan kegiatan ekonomi produktif seperti budidaya rumput laut dan
kegiatan lain yang berbasis SDA lokal.
Wakil Walikota Bontang, Isro Umargani sebagai Ketua TKPKD, menyakini
bahwa ketiak jalan sudah tembus, maka kesejahteraan masyarakat di Tekasalo
akan membaik. Dia juga yakin, bahwa ketika masalah keterisolasian ditangani
sebagai akar masalah, maka masalah ketidakberdayaan dan kerentanan akan
mudah diatasi, bahkan akan membaik dengan sendiri sebagai dampak ikutan
dari penyelesaian akar masalah. Terlepas dari hal diatas, ditemukan juga
penyebab kemiskinan yang berkaitan yaitu pendidikan dan pengetahuan yang
rendah, meskipun hasil PPAM tidak bermasalah. Namun, ketika pendidikan
dan keterapilan rendah, mereka tidak dapat memiliki pekerjaan yang tetap,
atau tidak bisa berusaha karena tidak ada keterampilan mengelolah usaha,
termasuk modal. Modal yang ada digunakan untuk keperluan konsumtif.
Caption
describing
picture or
graphic.
Caption
describing
picture or
graphic.
Jalan yang di buat Masyarakat
untuk membuka akses darat
16 | l a p o r a n P P A M
Tabel 7. Dimensi dan Indikator Kesejahteraan Tekasalo
Dimensi Indikator Hasil Survey
Materi Listrik Rumah tidak dialiri litrik 24 jam
Pakain Pakain khusus untuk kegiatan tertentu
Perumahan Kualitas tempat tinggal
Kepemilikan kendaraan Sepeda motor dan ketinting
Status lahan Status lahan untuk perumahan
Tabungan Tabungan di lembaga keuangan
Kesehatan Air bersih Air untuk dikonsumsi/ minum
Konsumsi beras Intensitas mengkomsumsi nasi setiap
hari
Protein hewani Intensitas mengkomsumsi daging
Buah-buahan Intensitas mengkomsumsi buah
Kematian anak Balita yg meninggal
Sakit parah Anggota keluarga yg pernah sakit
parah
Penyakit kronis Anggota keluarga yang sakit kronis
Kematian ibu hamil Anggota keluarga g hamil meninggal
saat melahirkan
Berat badan balita Balita dlm keluraga dg berat badan
dibawah garis merah
Pendidikan Pendidikan formal Pendidikan tertinggi anggota keluarga
Keterampilan Keterampilan anggota keluarga
Buta huruf Anggota keluarga yg bisa baca tulis
Pendidikan anak Anggota keluarga usia sekolah
Ekonomi Modal Informasi tentang modal
Sumber pendapatan Jumlah sumber pendapatan keluarga
Kepemilikan alat usaha Alat untuk bekerja
Lahan untuk usaha Lahan untuk bertani, berkebun
Pekerjaan Pekerjaan tetap anggota keluarga
Layanan Akses komunikasi Alat komunikasi
Akses ke kota Kesulitan mencapai pusat kota
Akses sekolah lanjutan Kesulitan mencapai SMP dengan
trasnportasi umum
Program bantuan
pemerintah
Program pemerintah yg
menguntungkan masyarakat
Komitmen pemerintah
kelurahan
Komitmen staf pemerintah kelurahan
thd masyarakat
Fasilitas pendidikan Ketersediaan fasilitas
17 | l a p o r a n P P A M
Dimensi Indikator Hasil Survey
dasar
Ektensi layanan Pelatihan dalam 12 bln terakhir
Layanan pemerintah Kualitas dan kuantitas layanan
pemerintah
Fasilitas kesehatan Fasilitas dan tenaga kesehtan terdekat
Akses layanan
kesehatan
Kesulitan mencapai fasilitas kesehatan
dan tenaga kesehatan terdekat
Kuaitas layanan
kesehatan
Buruknya layanan fasilitas yang sering
didatangi masyarakat
Informasi Infromasi yg ditermah masyarakat
LSM & Perusahaan Bantuan untuk masyarakat
Kondisi jalan Kualitas jalan menuju keluarahan
Pengajar Kualitas tenaga pengajar
Trasnportasi Ketersediaan transportasi umum
Loktunggul
Dari sensus / survey yang
dilakukan terhadap 37
kepala keluarga (KK) di
Loktunggul menunjukkan
core dan konteks warna
kuning, yang berarti
kondisi di kampong
tersebut sudah lebih baik.
Kondisi yang ada masalah
terdapat padadimensi
layanan (lihat gambar
profil kesejahteraan
Loktunggul). Sementara
pada dimensi lain sudah menunjukkan kondisi yang lebih baik. Apabila kondisi
layanan diperbaiki,maka dimensi lain akan berrubah dan menjadi lebih baik.
Loktunggul adalah perkampungan paling ujung dari Kelurahan Bontang
Lestari.Untuk mencapai kampong ini hanya melalui laut. Saat ini memang ada
jalan alternative yang digunakan masyarakat dengan jalan kaki, tapi bila air
pasang, jalan alternative ini tidak dapat dilalui. Masyarakat menggunakan
18 | l a p o r a n P P A M
saranatrasnportasi ketinting untuk menuju pusat kota, pasar, kantor kelurahan
dan sarana kesehatan dalam waktu 30-45 menit.
Kondisi kesejateraan di perkampungan ini cukup
baik, karena profesi masyarakatnya banyak yang
melakukan budidaya rumput laut yang
merupakan salah satu komoditi andalan nelayan
di Bontang (lihat gambar Jumlah Penduduk
Tekasalo Menurut Pekerjaan pada bagian 2,
halaman 8).
Demensi yang bermasalah di Lok Tunggul
adalah Layanan dengan indicator kualitas dan
kuantitas layanan pemerintah dan akses jalan.Mereka berpendapat aparat
kelurahan jarang masuk ke kampong mereka.Anas, salah seorang staf
kelurahan membantah hal tersebut. Namun dia mengakui ketika masuk
kampong dia tidak pernah menggunakan pakain seragam, sehingga
masyarakat tidak menganggap dia staf kelurahan, tapi tamu masyarakat
setempat. Sementara itu masalah akses jalan darat memang belum tembus,
hanya sampai kampong tentangga. Namun, pada APBD 2012 sudah masuk
dan dipertegas kembali pada musyawarah pembangunan daerah
(Musrenbangda) Kota Bontang tahun 2013.
Salantuko
Salantuko merupakan
perkampung yang
berbatasan dengan
Loktunggul, namun
memiliki perbedaan kondisi
kesejahteraaan.Bila
Loktunggul bermasalah
pada dimensi layanan
karena letaknya yang
terujung, maka Salantuko
bermasalah pada materi.
Bila dilihat dari struktur
pekerjaan masyarakat di
Salantuko, berbeda dengan Loktunggul yang kondisi materinya cukup baik
19 | l a p o r a n P P A M
(lihat gambar Jumlah Penduduk Tekasalo Menurut Pekerjaan pada bagian 2,
halaman 8).
Di Salantuko kebanyakan masyarakatnya
berprofesi sebagai nelayan tradisional yang
penghasilannya jauh lebih kecil dan tidak
menentu dibandiingkan budidaya rumput laut.
Anggeto, misalnya.Penghasilannya dari
memancing hanya berkisar tiga ratus ribu
rupiah perbulan. Tidak heran mereka sangat
tergantung dengan beras pembagian dari
pemerintah. Anggeto dan puluhan KK miskin di
kampong ini hampir tidak dapat memenuhi
keutuhan sehari-hari, apalagi untuk memikirkan modal untuk berusaha.
Kondisi rumah tanpa lantai dan
dinding terpal dan daun nipah
20 | l a p o r a n P P A M
c. Teluk Kadere
Meskipun daerah ini lebih
dekat dengan kawasan
kelurahan, namun justeru
kondisi kesejahteraanya
bermasalah pada dua
dimensi, yaitu materi dan
ekonomi.Kedua dimensi
ini memang berkaitan
dengan struktur pekerjaan
masyarakat setempat
yang kebanyakan
berprofesi sebagai buruh
lepas dan hanya satu
yang melakukan budidaya
rumput laut.Profesi buruh lepas, mempengaruhi dua dimensi yang bermasalah
karena upah rendah dan tidak tetap.
Teluk Kadere, banyak ditingalkan penduduknya
ke luar kampung untuk bekerja, tidak heran bila
ditemui banyak rumah-rumah kosong. Mereka
bekerja sebagian besar sebagai buruh lepas
dan pembantu rumah tangga.Sebagian
perempuan di kampong ini juga
melakukankegiatan mencari tude dan
teripang.Dalam satu bulan mereka melaut
sekitar sembilan kali, dengan pendapatan Rp.
150.000.Mereka mengakui tidak banyak, tapi
hanya itu yang mereka dapat lakukan saat ini. Mau bercocok tanam, hama
babi tidak dapat mereka atasi. Usman, ketua RT setempat mengakui, sudah
menyerah karena tidak tahu harus bagaimana menghadapi hama tersebut.
Untunglah, tahun lalu ada bantuan budidaya cabe dari kelurahan. Ternyata,
jenis ini tidak disukai hama ini. Belasan ibu-ibu akhirnya dapat penghasilan dari
memetik cabe.Pada saat tidak melaut, mereka memetik cabe, kendati demkian,
kebutuhan mereka juga belum dapat tercukupi, tapi tetap bersyukur masih bisa
makan.Di Kampung ini hanya ditemui beberapa buah perahu ketinting,
dinamika kehidupan masyarakatnya tidak banyak, kecuali kegiatan pengajan
dan social lainya di kelurahan.
21 | l a p o r a n P P A M
Dari segi akses ke kelurahan, mereka cukup beruntung dibanding dengan dua
kampong tetangga yang masih terisilir hutan bakau.Asal tidak hujan, mereka
masih dapat keluar dengan kendaraan roda dua, atau bahkan berjalan sejau 3
km bila terpaksa.
a. Ketidakberdayaan Masyarakat Tekasalo Bontang Lestari
Ketidakberdayaan masyarakat di Tekasalo terletak pada materi dengan
indikator kepemilikan ketinting (kapal kecil dengan mesin tempel). Ketinting
menjadi indikator karena selain sebagai alat trasnportasi yang sangat penting
juga digunakan untuk mencari nafkah, baik untuk mencari ikan, tude, teripang
untuk dijual dan dikonsumsi sendiri maupun untuk budiidaya rumput laut, serta
kegiatan sosial lainnya seperti mengikuti kegiatan di kota, menghadiri
undangan di luar kampungan, ke pasar dan menjual hasil laut.
Puluhan perempuan di Tekasalo saat ini tidak dapat memungut tude dan
teripang karena tidak memiliki perahu ketinting. Selama ini mereka hanya
“menumpang” atau ikut dengan orang yang memiliki kapal di kampung
mereka. Ketika pemilik kapal tidak melaut, puluhan perempuan tersebut juga
tidak akan mendapat penghasilan, walau hanya sepuluh ribu rupiah. Bahkan,
saat ini mereka berhenti karena pemilik kapal tidak mau melaut lagi.
Salah satu rumah
di Lok Tunggul
22 | l a p o r a n P P A M
Alasan kepemilikan ketinting juga menjadi faktor mengapa mereka tidak
melakukan budidaya rumput laut, selain faktor modal. Maklum, modal untuk
budidaya rumput laut cukup besar dengan resiko yang cukup tinggi, sangat
tergantung dengan kondisi alam.
Selain ketinting, masyarakat KK miskin di Tekasalo juga kebanyakan
menumpang pada lahan orang lain. Mereka hanya membangun rumah ala
adarnya yang dapat disebut pondok sebagai tempat tinggal. Mereka hanya
berharap bantuan aladin (atap, lantai dan dinding setiap tahun dari
pemerintah).
Pada asepk pendidikan dan kesehatan, mereka tidak melihat ada masalah yang
sangat serius dibanding dimensi materi. Meskipun secara kasat mata, terlihat
bahwa derajat pendidikan/keterampilan kesehatan mereka masih rendah.
Masih ada anak-anak yang tidak sekolah karena baru datang dari luar daerah,
masih ada anak-anak yang sakit tidak tertangani secara tuntas karena tidak ada
biaya. Namun mereka menganggap sudah ada program kesehatan dan
pendidikan dari pemerintah yang gratis, sehingga masalah tersebut hanya
berisfat sementara.
Ketinting memiliki
banyak fungsi dan manfaat
23 | l a p o r a n P P A M
b. Kerentanan Tekasalo Bontang Lestari
Kerentanan di Tekasalo terletak
pada dimensi ekonomi dan alam.
Ketersediaan modal, menye-
babkan mereka tidak bisa
menunjang usaha. Bahkan bila
dilihat struktur pekerjaan,
kebanyakan berprofesi sebagai
nelayan tradisional dan buruh
lepas.
Adapun budidaya rumput laut
yang cukup baik namun tergan-
tung dengan kondisi alam dan
harga pasar yang tidak pasti.
Karena masalah pekerjaan yang
mempengaruhi aspek ekonomi
tersebut juga berdampak pada
dimensi lain, yaitu dimensi materi,
terkait kepemilikan rumah.
Apabila pemilik tanah akan
menggunakan tanah yang
mereka gunakan, mereka harus pindah.
Namun dari hasil penelusuran sumber modal dengan pembudidaya rumput
laut dan pemerintah serta lembaga keunagn yang ada di kota Bontang,
sebenarnya masalahnya terletak pada manajemen penggunaan modal yang
tidak tepat serta persepsi masyarakat yang salah mengnai modal yang
dianggap hibah sehingga tidak perlu dikembalikan.
c. Keterisolasian Tekasalo Bontang Lestari
Meskipun tahun 2012 jalan akan dibangun, indicator ini yang menyebabkan
masyarakat di Tekasalo terisolir.Perkampungan mereka dikelilingi hutan bakau
yang merupakan habitat di pesisir laut Bontang.Mereka harus menggunakan
ketinting bila ke kota dan segala aktifitas social, ekonomi dan politik. Rencana
pemerintah, jalanakan dibangun sekitar 3 km. Hal ini kembali dipertegas Dinas
Pekerjaan Umum pada musrenbang pembangunan daerah. Dinyatakan bahwa
tahun 2012, jalan tersebut akan dibangun, sehingga masyarakat tidak perlu
khawatir lagi. Hal senada disampaikan oleh Adief Mulyadi, Direktur PDAM,
bahwa ketika jalan sudah selesai dibangun maka jaringan air PDAM akan
Budidaya Rumput laut sangat tergantung pada
kondisi alam termasuk kondisi mangrove
24 | l a p o r a n P P A M
segera dibangun untuk
memenuhi kebutuhan air
masyarakat di tiga kampong
tersebut.
Selama ini, untuk mencapai
daerah tersebut masyarakat
biasaynya menggunakan pe-
rahu ketiting dari pelabuhan
tanjung laut sekitar 45 menit.
Tapi, tidak semua masyarakat
memiliki alat ini, sehingga menjadi sulit bagi mereka ketika ada kebutuhan
mendesak tapi tidak ada kentinting. Kondisi ini berdampak pada dimensi lain,
terutama akses ke sarana umum, akses pasar dan kegiatan social politik lain.
4.1.2. Penyebab Kemiskinan di Desa Tambak Bajai
Berdasarkan hasil sen-
sus terhadap 64 KK di
Desa Tambak Bajai,
diperoleh dimensi core
dan konteks berwarnah
merah, yang berarti
masyarakat di desa ter-
sebut bermasalah da-
lam hal materi, kese-
hatan, pengetahuan,
ekonomi, politik dan
alam. Berdasarkan hal
tersebut, dapat disim-
pulkan bahwa penyebab kemiskinan di Desa Tambak Bajai ada 3, yaitu: (1)
Ketidakberdayaan, (2) Keterisolasian, (3) Kerentanan.
Lokasi jalan yang akan di
bangun pemerintah
tahun 2012 untuk
membuka keterisolasian
25 | l a p o r a n P P A M
a. Ketidakberdayaan Masyarakat Tambak Bajai
Terdapat lima (5) indikator yang digunakan masyarakat Tambak Bajai dalam
mengukur aspek materi mereka, yaitu; (1) Listrik, (2) Kualitas tempat tinggal, (3)
Kepemilikan ces/ klotok, (4) Kepemilikan Lahan, dan (5) Kepemilikan Kebon.
Hampir semua rumah tangga (65%)
di Tambak Bajai memiliki jenset
untuk penerangan di rumah,
walaupu harus mengurangi biaya
makan. Menurut pengakuan
Rosdiana, dia dan semua warga
yang menggunakan jenset harus
mengeluarkan biaya sebesar Rp.
250. 000 per bulan. Untuk
keperluan listrik, mereka rela
mengurangi biaya lain, walau hanya dioperasikan dari pkl. 17.30 -22.00 atau
hanya 4,5 jam/ hari. Mereka mengakui bahwa tahun 1999 pernah ada
sosialisasi listrik tenaga surya, namun tidak tahu kapan realisasinya.
Tidak berbeda jauh dengan kondisi tempat tinggal masyarakat setempat yang
sudah dimakan usia dan tidak bisa memperbaiki, apalagi membuat rumah
baru. Masyarakat kesultan memperoleh kayu untuk keperluan tersebut sejak
adanya proyek PLG.
Sebagai pemukiman yang terletak paling ujung dari kecamatan Dadahup, Desa
Tegakan pohon diganti dengan hamparan sawit, masyarakat beralih menjadi buruh di kebun
sawit, karena hutan tidak lagi tersedia mereka pun harus rela tinggal di gubuk “derita”
26 | l a p o r a n P P A M
Tambak Bajai sangat tergantung dengan sarana transportasi, baik untuk
kegiataan sosial, budaya dan ekonomi serta semua aspek kehidupan lainnya,
termasuk untuk mengakses sarana pendiidikan, kesehatan, dan pelayanan
publik lainnya. Desa Tambak Bajai terletak di pinggir sungai, sehingga saran
trasnportasi air yang disebut ces dan klotok sangat penting. Sementara itu,
karena kondisi ekonomi yang memburuk sejak proyek PLG, tidak banyak warga
yang memilikinya. Kepemilikan sarana ini hanya bagi warga yang memiliki
kebon atau sudah menjual dan mendapat pekerjaan di perusahaan sawit.
Kepemilikan kebon rotan
dan karet menjadi indikator
kesejahteraan masyarakat
setempat. Warga yang
memiliki kebon, cenderung
lebih sejahtera dibanding
masyarakat yang tidak
punya kebon. Di desa ini
hanya 25% yang memiliki
kebun, selebihnya tidak ada. Sementara itu, ingin berkebun, tapi 65% dari
mereka tidak memiliki lahan. Tahun 2002 pernah ada proyek karet untuk 25KK
seluas 12,5 ha namun kebakaran 2004 mengabiskan sumber penghidupan
mereka tersebut.
Sedangkan untuk aspek kesehatan, juga digunakan lima (5) indikator, yaitu; (1)
Air bersih, (2) Konsumsi protein hewani, (3) konsumsi buah-buahan, (4) Berat
badan bayi, (5) Kualitas layanan puskesmas.
Masyarakat memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air sehari-
hari, termasuk untuk minum. Namun, sejak proyek PLG dan sawit masuk ke
wilayah tersebut, mereka mengakui agak khwatir terjadi pencemaran. Dari segii
kondisi airnya saja sudah berbeda, dulu meskipun kelihatan mereka tapi tidak
ada butiran-butiran lumpur didalamnya. Paling tidak dari informasi kesehatan
yang mereka tahu, kegiatan perkebunan sawit yang bekembang mengancam
sumber air bersih mereka, karena kemungkinan ikutan zat kiia dari pestsisida
larut dalam air dan masuk ke sungai. Belum ada keluhan atau penyakit yang
kelurhkan masyarakat, tapi baru sampai pada kekhawatiran yang perlu
dibuktikan secara medis.
Mereka juga mengakui bahwa sejak proyek PLG, mereka kesulitan berburu
karena hutan sudah habis, sementara konsumsi buah-bahan sudah terbatas
Salah satu sarana diskusi di desa
Tambak Bajai
27 | l a p o r a n P P A M
ketika musim buah yag juga harus membeli di pasar. Dari segi pelayanan
kesehatan, mereka mengakui kurang dalam hal jumlah tenaga kesehatan, kalau
datang hanya sekali sebulan dan biaya yang tidak terjangkau pada saat bukan
jam pelayanan. Sebenarnya mereka tidak keberatan membayar pada saat
diluar jam kerja, tapi biaya pemeriksaaan yang masih relatif mahal bagi
masyarakat setempat.
Asepk pendidikan/ pengetahuan memiliki empat (4) indikator, yaitu; (1)
Pendidikan formal, (2) Pendidikan anak, (3) Keterampilan, (4) Informasi.
Bagi masyarakat, pendidikan sudah dianggap sebagai indikator kesejahteraan.
Untuk itu, pendidikan anak menjadi fokusmereka, terutama dalam hal jumlah
kelas, tenaga dan kualtas tenaga pengajar. Sedangkan dalam hal keterampilan,
mereka merasa sangat kurang. Tidak heran, ketika hutan mereka sudah hasbis,
mereka tidak dapat melakukan apa-apa, kecuali mengambil rotan dan karet.
Mereka juga tidak pernah diberi pelatihan atau pendidikan keterampilan untuk
mengelolah usaha. Meskipun informasi sudah dapat mereka peroleh, tapi juga
masih sangat terbatas. Informasi mereka peroleh dari TV dan informasi dari
staf desa atau masyarakat yang baru datang dari kota.
Tabel 8. Dimensi dan Indikator Kesejahteraan Desa Tambak Bajai
Dimensi Indikator Hasil Survey
Materi Listrik .Untuk memenuhi kebutuhan listrik,
warga terpaksa membeli jenset. Namun
biaya operasional jenset mencapai Rp.
250. 000/ bulan/ kk.
Kualitas Tempat
Tinggal
Sejak hutan habis karena PLG,
masyarkat tdk dapat memperoleh kayu
untuk memperbaiki rumah
Kepemilikan ces/
klotok
Klotok dan ces digunakan sbg sarana
angkutan dan kegiatan lainya, terutama
kegiatan ekonoi
Kepemilikan lahan Terdapat 65% penduduka yg tdk py
lahan, ingin berkebun tapi tidak ada
lahan yang dapat digarap.
Kepemilikan Kebon Kepemilikan kebun. Hanya 35%
masyarakat yang memiliki kebun
Kesehatan Air bersih Sumber air bersih. Meskipun belum ada
data yg menunjukkan tingkat kesakitan
karena air, tapi dari survey ini
28 | l a p o r a n P P A M
masyarakat mengaku bahwa sumber air
mereka sudah keruh dan mengandung
banyak lumpur.
Konsumsi protein
hewani
Sejak hutan habis, tidak ada tempat
berburu
Konsumsi buah-
buahan
Hanya setahun sekali
Berat badan balita Tidak banyak kasus yang terjadi,
meskipun hal ini mereka pernah alami
Kualitas pelayanan Kuntitas dan kualitas tenaga kesehatan
Pendidikan Pendidikan formal Pendidikan tertinggi anggota keluarga
Pendidikan anak Anak usia sekolah
Keterampilan Keterampilan anggota keluarga
Informasi Informasi dari kecamatan dan
kabupaten
b. Keterisiolasian Tambak Bajai
Terdapat 12 indikator yang digunakan masyarakat untuk mengukur
keterisolasian mereka berdasarkan dimensi pelayanan dan infrastruktur, yaitu;
(1) Akses terhadap komunikasi, (2) Akses ke kabupaten dan kecamatan, (3)
Akses terhadap sekolah lanjutan, (4) Program bantuan pemerintah, (5)
Dukungan pemerintah desa, (6) Fasilitas pendiidikan dasar, (7) Ekstensi layanan,
(8) Fasilitas kesehatan, (9) Akses terhadap layanan kesehatan, (10) Lembaga
non pemerintah, (11) Kondisi jalan, (12) Kualitas pengajar.
Keluarga yang memiliki HP (hand phone) dan akses ke kota digunakan sebagai
salah satu indikator kesejahteraan. Keluarga akan merasa miskin bila sulit
mendapatkan hp dan kesulitan mencapai kabupaten dan kecamatan. Hal
karena sarana dan prasarana yang tidak memadai dan terjangkau bagi 91%
keluarga miskin di Tambak Bajai. Di desa ini signal HP hanya ada pada titik
tertentu saja, sedangkan sarana trasnportasi yag ada tidak terjangkau oleh
masyarakat yang ditambah dengan buruknya kondisi jalan. Sementara
alternatif dengan jalur sungai harus ditempuh dengan waktu 2,5 jam ke ibu
kota kecamatan yang juga hanya ada pada waktu tetentu saja.
29 | l a p o r a n P P A M
Sementara itu, tidak ada sekolah lanjutan pertama di desa tersebut. Bila ada
anak yang akan melanjutkansekolah harus di titip di keluarga yang ada di ibu
kota kecamatan. Bagaimana bila tidak ada keluarga?
Dalam 12 bulan terkahir dan bahkan dalam 5 tahun terkahir tidak ada bantuan
dan dukungan dari pemerintah, termasuk dalam hal penyediaan fasilitas
kesehatan dan sarana pendidikan dasar yang memadai. Tenaga kesehatan
hanya berkunjung sebulan sekali, bila diluar jam kerja, harus membayar biaya
pengobatan.
Semetara itu anak yang sekolah di sekolah dasar tidak dapat belajar dengan
baik karena hanya ada 3 ruang kelas dengan 3 orang tenga pengajar,
termasuk kepala sekolah yang juga jarang masuk.
Kondisi desa ini cenderung tidak diperhatikan karena tidak adanya lembaga
swadaya masyarakat yang melakukan pendampingan, baik terhadap
masyarakat mapun pemerintah desa.
Meskipun saat ini sudah dapat dicapai dengan kendaraan darat bila cuaca
baik., tapi tidak semua masyarakat dapat mengaksesnya. Sejak gagalnya
proyek PLG, perusahaan sawit telah masuk sampai ke desa ini dan membuka
jalan darat selain jalur trasnportasi sungai yang dapat dijangkau melalui
kecamatan.
Kondisi perkampungan tua
di desa Tambak Bajai
30 | l a p o r a n P P A M
c. Kerentananan Masyarakat Tambak Bajai
Berdasarkan hasil PPAM ini menunjukkan masyarakat Desa Tambak Bajai
mengalami kerentanan dalam dimensi ekonomi, politik dan alam.
Pada dimensi ekonomi, masyarakat mengukur kesejahteraan mereka dengan
menggunkan empat (4) indicator, yaitu; (1) Modal, (2) Peluang Kerja, (3)
Sumber pendapatan, (4) Pekerjaan.Dimensi alam, masyarakat menggunakan
empat (4) indicator untuk mengukur kesejahteraan mereka, yaitu; (1) Kondisi
hutan, (2) Kualitas air, (3) Kualitas hutan, dan (4) Banjir.
Masyarakat miskin karena tidak memiliki peluang baik untuk bekerja maupun
untuk berusaha karena tidak memiliki modal.Sementara itu, mayoritas hanya
memiliki satu sumber penghasilan, yaitu dari kebun rotan dan karet.Sekitar
35% peduduk setempat yang memiliki kebun, sisanya hanya sebagai
buruh.Sumber pendapatan utama ini juga tidak dapat dilakukan sepanjang
tahun, karena pada musin hujan dan banjir semua katifitas tersebut terhenti.
Kebakaran hutan tahun 2004, tidak hanya menghanguskan sekitar 12,5 ha
kebun masyarakat, tapi juga sumber utama penghidupan masyarakat Tambak
Bajai. Kondisi ini menyebabkan masyarakat setempat terpuruk dan terpaksa
merelakan lahan mereka untuk sawit dan sebagian bekerja sebagai buruh sawit
sampai sekarang.
Sementara pada dimensi politik, terdapat dua (2) indicator, yaitu; (1) rapat RT
dan Desa, dan (2) Pelibatan anggota keluarga dalam proses pembangunan.
Dalam 12 bulan terkahir, tidak pernah dilakukan rapat RT dan desa untuk
membahas masalah pembagunan desa.Hal ini juga diakui oleh kepala desa,
disamping karena alasan teknis, juga karena masyarakat sudah alergi diajak
rapat dan mengusulkan program yang sama setiap tahun tapi tidak pernah
ada yang direalisasikan.
Ketika kayu sudah habis, ikan untuk menyambung
hidup, masih tersisa di sungai mereka
31 | l a p o r a n P P A M
4.2.Potensi Wilayah
Kedua lokasi PPAM memiliki penyebab masalah yang sama namun dengan
indicator yang tingkat kompleksitas masalah yang berbeda. Demikian halnya
dengan potensi wilayah, dimana Desa Tambak Bajai minim potensi, sedangkan
Bontang potensi kelembagaan yang memadai.
4.2.1. Tekasalo Bontang Lestari
Di Tekasalo Bontang Lestari Kalimantan Timur memiliki potensi wilayah yang
dapat digunakan untuk mengatasi dimensi yang bermasalah, baik potensi
kelembagaan maupun potensi SDA.
Tabel 9 : Tabel potensi kelembagaan dan potensi SDA
No Potensi Wilayah Peluang Para Pihak
1 Hutan Mangrove 150 juta Pembibitan bakau
(KBR),
BPDAS
- sirup dan tepung,
batik bakau
CSR perusahaan,
Disprindakop,
Disosnaker
2 APBD In kind Fisik Dinas PU, PDAM,
DInkes
3 Dana RT 50 Juta Fisik & Non fisik Masyarakat &
Ketua RT
4 PNPM Mandiri In kind Fisik & non fisik camat
5 CSR Perusahaan in kind Fisik dan non fisik
lain
PT Badak NGL
4.2.2. Desa Tambak Bajai, Kalteng
Desa Tambak Bajai merupakan perkampungan tua yang berada di aliran
sungai Magatib dan areal perkebunan sawit PT. GIL.
Berdasarkan hasil pertemuan analisis dengan kepala desa dan camat diperoleh
potensi kelembagaan agar masyarakat dapat keluar dari kondisi saat ini.
Setidaknya, dimensi yang menjadi taggungjawab pemerintah desa dan camat
akan dapat diperbaiki pada tahun 2012 dengan menggunakan melalui dana
ADD, PNPM Mandiri, dan bantuan pemerintah kabupaten.
32 | l a p o r a n P P A M
Tabel 8 : Tabel potensi kelembagaan dan potensi SDA
No Potensi Wilayah Peluang Para Pihak
1 Hutan Lindung 600 ha Hutan Desa dan
Kebun Bibit Rakyat
Desa, YTT, KBCF,
BPDAS
2 Bantuan Kabupaten 100 juta Fisik Masyarakat,
Desa, camat
3 ADD 30 Juta Fisik & Non fisik Masyarakat,
Desa, camat
4 PNPM Mandiri 500 juta Fisik & non fisik Masyarakat,
Desa, camat
4.3. Rencana Aksi
4.3.1. Rencana Aksi Bontang Lestari
Target: Meningkatnya persentase jumlah penduduk sejahtera pada tahun 2016
di Tekasalo
Indikator Loktunggul : Presentasi penduduk sejahtera meningkat dari 43
% di tahun 2011 menjadi 86 % di tahun 2016.(meningkat 100%)
Indikator Selangtuko : Presentasi penduduk sejahtera meningkat dari 15
% di tahun 2011 menjadi 40 % di tahun 2016.(meningkat 125%)
Indikator Teluk Kadere: Presentasi penduduk sejahtera meningkat dari
21 % di tahun 2011 menjadi 42 % di tahun 2016.(meningkat 100%)
Rencana Aksi
1. Percepatan pembangunan sarana jalan penghubung dari kelurahan ke
Tekasalo;
2. Pemenuhan hak dasar atas layanan pendidikan dan kesehatan
3. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha
4. Pemenuhan hak dasar atas air bersih, sanitasi dan permukiman yang
layak.
33 | l a p o r a n P P A M
1. Percepatan Pembangunan Sarana Jalan dari Kelurahan ke Tekaselo
Tujuan: Membuka Akses Ekonomi, Sosial dan Budaya Masyarakat
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningkatnya
kualitas jalan
penghubung
dari
kelurahan ke
Takaselo
Panjang jalan
yang diaspal,
panjang
jembatan
penghubung
dari Teluk
Kadere ke
Salantuko
Pengusulan
pembangunan
dan perbaikan
sarana
penghubung
berupa jalan
dan jembatan
Pengerasan
jalan Kelurahan-
Teluk Kadere;
Pembangunan
Jembatan Teluk
Kadere –
Salantuko;
Pembuatan dan
pengerasan
jalan dalam
kampung
Tekasalok
Dinas Pekerjaan
Umum 2012,
panjang 3 km
2. Pemenuhan hak dasar atas layanan pendidikan dan kesehatan
Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas layanan pendidikan dan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau serta tanpa diskriminasi.
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningkatnya
kualitas
plelayanan
pendidikan
dan
kesehatan
dasar.
Jumlah guru
yang mengikuti
pelatihan, Jml
kader pos
yandu terlatih,
pelayanan
amblan air, jml
jamban sehat
yg terbangun
Perbaikan
kualitas
pendidikan
dan
kesehatan
dasar.
Peningkatan kader
pos yandu,
Ambulan Air,
Jamban sehat
Dinkes 2012,
PT, IM
Meningkatnya
keterampilan
KK miskin
Jml kk miskin
yg telah dilatih,
jml jenis
pelatihan yg
telah diikuti
oleh KK miskin
Pemberian
pelatihan-
pelatihan
bagi
masyarakat
untuk
mengelolah
usaha
produktif
Pelatihan:
penetasan bibit
ikan kerapu,
Budidaya teripang,
diversifikasi buah
bakau, pengolahan
rumput laut,
pembibitan bakau,
budidaya dan
pemberantasan
hama palawija
PTB, IM,
Perikanan, KPM,
Disosnaker,
Disprindakop,
Dinas PK KBCF/
PNPM Peduli
2012, Badan
Pemberdayaan
Perempuan,
CSR PT Badak
NGL
34 | l a p o r a n P P A M
3. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha
Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan yang layak, dan
kesempatan berusaha, serta pengembangan usaha
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningkatny
a kesadaran
masyarakat
meningkat
dlm
mendukung
program,
termasuk
pemberian
dana
bergulir dan
dari lembaga
kuangan
lainnya
Usaha yang
dikelolah
masyarakat
Jumlah
penduduk
miskin yang
bekerja di
sektor
informal
Peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan
masyarakat
miskin dalam
menciptakan
dan
mengelolah
usaha
Pelatihan-pelatihan
penikatan
keterampilan;
Penyediaan skim
modal usaha;
Pendampingan;Mon
ev dan evaluasi
KUBE/ Disosnaker
2012-2013, PNPM,
Dana Bergulir
Disprindakop Juli
2012,
Jenis dan
jumlah Alat
berusaha
Dukungan
untuk
pengembang
an usaha
masyarakat
Penjemuran Rumput
Laut, Ketinting. Tali
Nilon, pabrik
pengolahan rumput
laut
Dinas Perikanan,
PNPM, PTB, IM
4. Pemenuhan Hak Dasar atas Air Bersih, Sanitasi dan Permukiman Sehat
Tujuan: Meningkatnya akses masyarakat miskin atas air bersih dan aman,
sanitasi dasar yang baik, serta permukiman yang layak huni
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningktanya
jumlah KK
miskin yang
memiliki
akses
terhadap air
bersih dan
aman
Jumlah
rumah
tangga yang
memiliki
akses air
bersih dan
aman
Pengadaan
sumber air
bersih
Pembanguna
sumur bor
dan
pembangunan
jaringan
PDAM
PDAM Titra Taman
2012-2013
Meningkatnya
jumlah
penduduk
yang memiliki
sanitasi dasar
Jumlah
rumah
tangga yang
memiliki
jamban sehat
Dukungan
pembangun
an jamban
Pembangunan
jamban sehat
(komunal dan
KK miskin)
Dinas Kesehatan 2012,
CSR PT Badak NGL
35 | l a p o r a n P P A M
Menurunnya
jumlah KK
miskin yang
menupang
pd lahan
orang lain
Jmlah KK
miskin yang
memiliki
lahan sendiri
utk
permukiman
yg layak
Usulan
program
bantuan utk
pengadaan
permukiman
sehat untk
KK miskin
Bedah
kampung, KPR
KK Miskin,
Kantor Pemberdayaan
Masyarakat, PTB, IM,
Bagian Pemerintahan,
Bappeda
4.3..2. Rencana Aksi Tambak Bajai
Berdasarkan hasil PPAM tersebut, pertemuan tim PPAM dengan Kepala Desa
Tambak Bajai dan Camat Dadahup disusun rencana aksi komunitas 2012-2016
dengan target menurunnya persentase penduduk dibawah garis kemiskinan
dari 91% menjadi 4% di tahun 2016.
Untuk mencapai target tersebut disusun tujuh (7) Rencana Aksi Komunitas
Desa Tambak Bajai, yaitu:
1. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha
2. Pemenuhan Hak Dasar atas layanan kesehatan
3. Pemenuhan Hak Dasar atas layanan pendidikan
4. Pemenuhan Hak Dasar atas air bersih dan sanitasi
5. Pemenuhan Hak Dasar atas SDA dan LH
6. Pemenuhan Hak untuk berpartisipasi
7. Percepatan pembangunan perdesaan
Ketujuh rencana aksi tersebut kemudian dikembangkan dalam Rencana Aksi
Prioritas 2012:
1) Air bersih
2) Tenaga kesehatan
3) Listrik
4) Hutan Desa dan Kebun Bibi Rakyat
5) Pendidikan Anak
6) Modal usaha
36 | l a p o r a n P P A M
1. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha
Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan yang layak, dan
kesempatan berusaha, serta pengembangan usaha
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Berkurangnya
angka
pengagguran
terbuka pada
tahun 2016
Jumlah usaha
yang dikelolah
masyarakat;
Jumlah
penduduk
miskin yang
bekerja di
sektor
informal
Peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan
masyarakat
miskin dalam
menciptakan
dan
mengelolah
usaha
1. Pelatihan-
pelatihan
peningkatan
keterampilan;
2. Penyediaan
skim modal
usaha;
3. Pendampingan;
4. Monev dan
evaluasi
Desa, YTT
Desa
YTT
Desa, Camat,
YTT
2. Pemenuhan Hak Dasar atas Layanan Kesehatan
Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas layanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningkatnya
pertolongan
persalinan oleh
tenaga
kesehatan
terampil
Jumlah
penanganan
persalinan
Menigkatkan
ketersediaan
dan kualitas
pelayanan
kesehatan yang
terjangkau bagi
masyarakat
miskin
Pengusulan
penempatan
dokter dan
bidan atau
tenaga
kesehatan
terampil
Dinkes, Desa
dan
masyarakat
Peningkatan
layanan
Masyarakat
miskin oleh
tenaga
kesehatan
terampil
Jumlah
masyarakat
miskin yang
ditangani oleh
tenaga
kesehatan
Pengusulan
Penambahan
jumlah hari
berada di
kampung dan
jumlah tenaga 2
org
Desa dan
Dinkes
37 | l a p o r a n P P A M
3. Pemenuhan Hak Dasar atas Layanan Pendidikan
Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas layanan pendidikan dasar
yang bermutu, terjangkau dan tanpa diskriminasi gender
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Pelaksana
Meningkatkan
pelayanan
pendidikan
dasar yang
bermutu
Jumlah ruang
kelas dan
tenaga
pengajar
Meningkatkan
mutu
pendidikan
dasar
Usulan
penambahan
ruang kelas
Penambahan
tenaga pengajar
(honor dan PNS)
Orangtua/
masyarakat,
Desa dan
Dinas PK
4. Pemenuhan Hak Dasar atas Air Bersih dan Sanitasi
Tujuan: Meningkatnya akses masyarakat miskin atas air bersih dan aman,
serta sanitasi dasar yang baik
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningktanya
jumlah KK miskin
yang memiliki
akses terhadap
air bersih dan
aman
Jumlah
rumah
tangga yang
memiliki
akses air
bersih dan
aman
Peningkatan
kemampuan
desa dalam
mengatur
pengelolaan
dan penyediaan
air bersih dan
aman
• Usulan pembuatan
sumur bor;
• Usulan program
Instalasi
pengelolaan air
bersih;
• Mengembangkan
pola kemitraan dg
perusahaan
PNPM
Mandiri
PT. GAL
dan ADD
Desa
Tambak
Bajai
PT. GAL
Menurunnya
persentase pddk
tanpa akses thd
sarana sanitasi
dasar
Jumlah
rumah
tangga yang
memiliki
sarana
sanitasi
dasar yang
aman
Meningkatkan
akses
masyarakat
miskin ke
sanitasi dasar
Pengembangan
sarana sanitasi
berbasis komunitas
38 | l a p o r a n P P A M
5. Pemenuhan Hak Dasar atas SDA dan LH
Tujuan:Meningkatnya akses masyarakat miskin dalam pengelolaan dan
pemanfaatan SDA dan LH yang berkelanjutan
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningkatnya
partisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan
dan
pemanfaatan
SDA dan LH
scr
berkelanjutan
Jumlah KK
miskin
yangmemiliki
ijin berkebun
di kawasan
HD
Mengembangkan
sistem pengelolaan
SDA dan LH
berbasis komunitas
Pengusulan hutan
lindung menjadi
hutan desa;
Pembentukan KBR
Pelatihan
pencegaha dan
penangan kebakarn
hutan kpd
masyarakat
Desa dan
masyarakat
Masyarakat,
BPDS, Dishut
Meningkatnya
kemampuan
masyarakat
miskin dalam
pengelolaan
SDA dan LH
scr lestari
Jumlah
kelompok yg
bergerak
bidang LH
Meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan
masyarakat miskin
dlm pengelolaan
SDA dan LH yg
ramah lingkungan
dan berkelanjutan
Kampanye gerakan
pelestarian SDA dan
LH bagi masyarakat
dlm pengelolaan
SDA dan LH
Meningkatnya
kemampuan
masyarakat
miskin dalam
pengelolaan
SDA dan LH
scr lestari
Jumlah
kelompok yg
bergerak
bidang LH
Pelatihan ttg
pengelolaan SDA yg
berkelanjutan
termasuk kearifan
lokal;
Pengembangan
insentif bagi
masyarakat miskin
yg menjaga
kelestarian SDA
Memberdayakan
organisasi dan
lembaga lokal
dalam SDA dan LH
Penguatan
organisasi dan
lembaga
masyarakat lokal
YTT, KBCF
39 | l a p o r a n P P A M
6. Pemenuhan Hak untuk Berpartisipasi
Tujuan: Memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam keselurahan
proses pembangunan
7. Percepatan Pembangunan Perdesaan
Tujuan: Memperluas kesempatan masyarakat miskin pedesaan
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Pelaksana
Meningkatnya
pendapatan
masyarakat
miskin
Jumlah
sumber
pendapatan
Peningkatan
keterampilan
dan
penggalian
jenis usaha
baru
Keramba ikan
Pelatihan,
pendampingan
dan Monev
KBCF, YTT, PNPM
Mandiri
Memperluas
kesempatan
kerja dan
berusaha di
luar pertanian
Pengembangan
kemitraan dalam
agroindustri
PNPM Mandiri
Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak
Meningkatnya
partisipasi
masyarakatmiskin
dalam proses
pembangunan
Jumlah
masyarakat
miskin dalam
proses
perencanaan
pembangun
tingkat desa
Meningkatnya
kesempatan
dan
kemampuan
masyarakat
miskin untuk
berpartisipasi
dalam proses
pembangunan
Penguatan
kapasitas
masyarakat
miskin untuk
berpartisipasi
dlm proses
pembangunan
YTT
Terbukanya
ruang partisipasi
masyarakat
miskin
Pelibatan
masyarakat
miskin dalam
proses
pembangunan
melalui rapat-
rapat desa dan
RT
Desa dan RT
40 | l a p o r a n P P A M
Meningkatnya
akses
masyarakat
terhadap
infrastruktur
pedesaan
Akses air
bersih, listrik,
jalan,
informasi,
dan pasar
Meningkatkan
prasarana dan
sarana
pedesaan
Kantor desa,
alternatif energi
untuk listrik,
fasilitasi pasar
ADD, PNPM Mandiri,
Bantuan kabupaten,