24
41 Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik Vol 16 No.1 Januari 2021 : 41 - 64 ISSN : 2685-6441 (Online) Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v16i1.6441 ISSN : 1907-7769 (Print) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS PENGGELAPAN PAJAK 1 Zainuddin 2 Suriana Ar Mahdi 3 Amelia Abriani Ismail 1,2,3 Universitas Khairun, Maluku Utara, Indonesia [email protected] Abstract This study aims to determine and analyze the influence of machiavellian, love of money, tax systems, tax rates, tax audits, tax discrimination, technology and tax information on ethical perceptions of tax evasion. The population in this study were all corporate taxpayers registered at KPP Pratama Ternate. The research sample was randomly selected using random sampling method. The number of samples is 347 corporate taxpayers who are registered at KPP Pratama Ternate. This survey research instrument using a questionnaire. Data were analyzed by Smart-PLS. The results of hypothesis testing concluded that: love of money and tax discrimination have a positive effect on tax evasion ethics, while machiavellian, tax systems, tax rates, tax audits, and taxation technology and information have no effect on tax evasion ethics. Keywords : Ethics on Tax Evasion; Machiavellian, Love Of Money; Taxation System; Tax Rates. JEL Classification : G41, H26 Submission date : Februray 14, 2020 Accepted date : January 15, 2021

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

41

Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik

Vol 16 No.1 Januari 2021 : 41 - 64 ISSN : 2685-6441 (Online)

Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v16i1.6441 ISSN : 1907-7769 (Print)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS

PENGGELAPAN PAJAK

1Zainuddin

2Suriana Ar Mahdi 3Amelia Abriani Ismail

1,2,3Universitas Khairun, Maluku Utara, Indonesia

[email protected]

Abstract

This study aims to determine and analyze the influence of machiavellian, love of

money, tax systems, tax rates, tax audits, tax discrimination, technology and tax

information on ethical perceptions of tax evasion. The population in this study were all

corporate taxpayers registered at KPP Pratama Ternate. The research sample was

randomly selected using random sampling method. The number of samples is 347

corporate taxpayers who are registered at KPP Pratama Ternate. This survey research

instrument using a questionnaire. Data were analyzed by Smart-PLS. The results of

hypothesis testing concluded that: love of money and tax discrimination have a positive

effect on tax evasion ethics, while machiavellian, tax systems, tax rates, tax audits, and

taxation technology and information have no effect on tax evasion ethics.

Keywords : Ethics on Tax Evasion; Machiavellian, Love Of Money; Taxation System;

Tax Rates.

JEL Classification : G41, H26

Submission date : Februray 14, 2020 Accepted date : January 15, 2021

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

42 | J I P A K 2 0 2 1

1. PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri, pemerintah memberikan pajak

terhadap para wajib pajak yang bertujuan untuk pembangunan nasional dan

menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara. Seluruh pengeluaran

yang bersifat umum, termasuk dalam mensejahterakan rakyat dalam penerapannya

Indonesia merupakan negara berkembang yang pemasukannya dalam membiayai

pembangunan negara dipungut dari pajak. Pajak merupakan kontribusi wajib baik dari

wajib pajak badan maupun dari wajib pajak orang pribadi yang diatur dalam undang-

undang, dapat dipaksakan serta tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang

dimaksudkan untuk dipergunakan sebesar-besarnya untuk keperluan negara demi

kemakmuran rakyat (Halim et al., 2020).

Tabel 1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2015-2018

Tahun Target Penerimaan Pajak

(Triliunan Rupiah)

Realisasi Penerimaan Pajak

(Triliunan Rupiah)

% Realisasi

Penerimaan Pajak

2015 1.489 1.240 83,3%

2016 1.539 1.284 83,4%

2017 1.498 1.343 89,6%

2018 1.424 1.315 92,4%

Sumber: www.kemenkeu.go.id

Tabel 1 menunjukkan bahwa target atas penerimaan pajak belum sepenuhnya

terealisasi. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya ketidakpatuhan dalam membayar

pajak. Ketidakpatuhan ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran dan kemauan

membayar pajak (Zainuddin, 2017). Menurut Chaironisyah (2018) perilaku yang

mengarah pada penggelapan pajak (tax evasion) tergolong perilaku yang melanggar

aturan dan undang-undang perpajakan. Dalam klasifikasinya terdapat beberapa bentuk

penggelapan pajak seperti wajib pajak yang tidak melaporkan pendapatannya (non-

Reproting of income) atau melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) lebih

rendah dibandingkan dengan pendapatan yang sebenarnya.

Moralitas dalam menghindari tindakan-tindakan yang menyimpang memiliki

kaitan yang erat dengan etika. Hal yang mempengaruhi tindakan etis dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi dan lingkungan. Salah satu faktor penyebab terjadinya Tax Evasion

yaitu bagaimana sikap seseorang dalam berperilaku terhadap uang. Faktor internal atau

karakteristik individual yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan

penggelapan pajak yaitu machiavellian yang diartikan sebagai rencana perilaku sosial

untuk memanipulasi orang demi keuntungan pribadi, serta bertolak belakang dengan

kepentingan yang lain (Budiarto et al., 2017).

Pada dasarnya sifat machiavellian merupakan sikap yang negatif yang ada pada

seseorang. Sikap negatif yang muncul pada seseorang dapat berupa keinginan

melakukan manipulasi, tipu daya, dengan mengabaikan rasa kepercayaan, kehormatan,

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 43

dan kesopanan. Individu yang mempunyai sifat machiavellian cenderung akan

mementingkan diri pribadi serta memilki sikap yang agresif demi melaksanakan

kepentingan pribadinya (Budiarto et al., 2017). Penelitian Shafer & Simmons (2008)

dan Supriyati (2017) menemukan menemukan adanya pengaruh positif machiavellian

terhadap persepsi etis wajib pajak atas penggelapan pajak. Hal ini berbanding terbalik

dengan penelitian Aziz & Taman (2015) dan Asih & Dwiyanti (2019) yang menyatakan

machiavellian berpengaruh negatif terhadap persepsi etis penggelapan pajak.

Selain machiavellian kecintaanya atas uang yang tinggi menjadi faktor lain yang

mempengaruhi persepsi etis penggelapan pajak. Keserakahan atau keinginan seseorang

kepada uang merupakan definisi dari kecintaan terhadap uang atau sering dikatakan

“the love of money”. Wajib pajak akan lebih sering melakukan penggelapan pajak

karena tingginya sifat dari love of money yang merupakan sifat dari wajib pajak, hal ini

dikarenakan wajib pajak mengganggap tindaknnya merupakan perilaku yang etis karena

uang tersebut merupakan miliknya (Asih & Dwiyanti, 2019). Penelitian serupa tentang

hubungan love of money dengan persepsi etis penggelapan pajak pernah diteliti oleh

Asih & Dwiyanti (2019) dan Aziz & Taman (2015) dimana dikemukakan bahwa love of

money memiliki pengaruh yang negatif terhadap penggelapan pajak.

Sistem perpajakan merupakan salah satu dari faktor penentu keberhasilan dalam

pemungutan pajak. Dalam pembuatan sistem perpajakan haruslah didasarkan kepada

keadilan dan transparansi. Jika sistem perpajakan yang tidak adil dan tidak adanya

transparansi akan mengakibatkan kecenderungan wajib pajak dalam melakukan

perilaku tidak etis yang tinggi (Prisantama & Muqodim, 2016). Penelitian serupa

tentang pengaruh sistem perpajakan atas persepsi etis penggelapan pajak telah

dilakukan oleh Suminarsasi & Supriyadi (2012), Ardian & Pratomo (2015), Prisantama

& Muqodim (2016) menunjukan adanya pengaruh negatif dari sistem perpajakan

terhadap persepsi etis penggelapan pajak. Namun pada penelitian Ismarita (2018)

menunjukan sistem perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap etika penggelapan

pajak.

Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang menjadi tanggungan oleh

wajib pajak. Untuk mengurangi dampak dari Tax Evasion maka pengurangan tarif pajak

yang tinggi diperlukan. Penelitian mengenai pengaruh tarif pajak dengan persepsi etis

Tax Evasion sebelumnya telah dilakukan oleh Pohan (2009), Modugu & Omoye (2014)

dan Prisantama & Muqodim (2016) menunjukan bahwa tarif pajak berpengaruh positif

terhadap persepsi etis penggelapan pajak, namun Ervana (2019) juga Ardyaksa &

Kiswanto (2014) mengungkapkan bahwa tarif pajak tidak berpengaruh terhadap

persepsi etis penggelapan pajak.

Pemeriksaan pajak (tax audit) merupakan salah satu cara dalam mencegah Tax

Evasion (penggelapan pajak). Tax audit sendiri merupakan langkah-langka dalam

pengumpulan informasi dan pengolahan data, mengenai bukti atau keterangan yang

dilakukan secara profesional dan objektif dengan standar dan aturan yang telah diatur

dalam perundang-undangan. Penelitian tentang hubungan Tax Audit terhadap

penggelapan pajak pernah diteliti oleh Gumus & Oz Yalama (2013), Ardian & Pratomo

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

44 | J I P A K 2 0 2 1

(2015) dan Prisantama & Muqodim (2016) mengungkapkan bahwa tax audit

berpengaruh negatif terhadap persepsi etis penggelapan pajak. Namun, Mira & Khalid

(2016) mengungkapkan bahwa pemeriksaan pajak tidak berpengaruh dengan persepsi

etis penggelapan pajak. Sedangkan Purwanto, Sulaeha, & Safira (2018) mengemukakan

adanya hubungan antara Tax Audit dengan persepsi etis penggelapan pajak.

Menurut Indriyani, Nurlaela, & Wahyuningsih (2016) diskriminasi dalam

perpajakan terjadi apabila kebijakan perpajakan hanya menguntungkan satu pihak

dengan merugikan pihak yang lain. Salah satu contoh adalah pemberian kebijakan tax

amnesty yang banyak mendapat penolakan dari masyarakat. Ayu & Sari (2017)

mengatakan tax amnesty berlawanan dengan UU 1945 pasal 27 ayat 1 karena ini

memberikan hak khusus kepada para pelaku pajak yang tidak taat dengan

membebasakan dari sanksi pidana dan administartif serta dari proses pemeriksaan

sehingga dinilai telah mendiskriminasi pelaku pajak yang lain. Suminarsasi & Supriyadi

(2012); Ekaningtyas, (2020), dan Prisantama & Muqodim (2016) mengemukakan

bahwa terdapat pengaruh positif antara diskriminasi dengan persepsi etis penggelapan

pajak, sedangkan Pratiwi & Prabowo (2019) mengungkapkan bahwa tidak ada

pengaruh antara dikriminasi dengan persepsi etis penggelapan pajak.

Dalam reformasi dan modernisasi perpajakan Ditjen Pajak telah menerapkan 4

aplikasi untuk pelayanan perpajakan antara lain, e-registration, s-SPT, e-billing, e-

Filling dan online payment. Dengan diluncurkannya aplikasi ini diharapkan

mempermudah wajib pajak dalam bidang pelayanan untuk melaksanakan kewajiban

perpajakannya, untuk kedepannya diaharapkan tingkat penggelapan pajak akan

menurun. Permatasari & Laksito (2013), Ardyaksa & Kiswanto (2014), Silaen, Basri, &

Azhari, (2015), Fitriyanti, Fauzi, & Armeliza (2017) dan Lenggono (2019) dalam

penelitiaanya menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara teknologi informasi dengan

tax evasion namun Ismarita (2018) menyatakan sebaliknya. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Machiavellian, love of money, sistem

perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, diskriminasi pajak, dan teknologi informasi

terhadap etika penggelapan pajak. Adapun kebaharuan penelitian ini adalah menguji

variabel Machiavellian dan Love of Money secara bersama terhadap etika penggelapan

pajak pada wajib pajak badan yang belum pernah dilakukan di Indonesia utamanya

pada wajib pajak badan di Indonesia Timur.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Terdapat konsep teori yang mendasar dalam penelitian ini sebagai pengembangan

hipotesis yaitu teori atribusi, theory of planned behavior, dan theory acceptance model.

Atribusi theory atau dikenal dengan Teori atribusi merupakan teori yang mejelaskan

pengaruh motivasi dan perilaku dari individu tersebut yang dikenalkan oleh Heider

(1958). Atribusi merupakan metode mengamati dan memprediksi maksud, motif, dan

perilaku individu yang terlihat pada dirinya. Robbins & Judge (2018: 97) mengatakan

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 45

pada dasarnya, teori atribusi menjelaskan apabila seseorang mengamati karakter

seseorang, mereka memprediksi apakah perilaku tersebut timbul atas pengaruh secara

eksternal atau internal. Theory of planned behavior (TPB) merupakan peningkatan dari

theory of reasoned action (TRA) yang terdiri atas variabel minat berperilaku, sikap, dan

norma subjektif. Teori ini dikembangkan oleh (Ajzen, 1991) dengan penambahan

pengukuran persepsi kontrol atas perilaku (perceived behavioral control) yang belum

ada di TRA. Penambahan pengukuran pada TPB bertujuan mengawasi perilaku

individu berdasarkan kekurangannya dan keterbatasan dalam penggunaan sumber daya

tersebut. Theory of Reasoned Action (TRA) adalah pengembangan dari Model TAM

dimana model TRA membuat satu kesimpulan bahwa persepsi dan reaksi individu

kepada suatu hal, akan menentukan perilaku serta sikap individu tersebut. TAM

menjelaskan karakter individu sebagai sarana dalam berperilaku (King & He, 2006)

Terjadinya Penggelapan pajak dikarenakan minimnya informasi yang diberikan

oleh pemerintah kepada masyarakat, tidak adanya transparansi serta pemahaman pajak

dan penerimaan pajak yang didapat setiap tahunnya sehingga timbulnya perbedaan

pandangan pemerintah terhadap pajak dengan masyarakat (Richardson, 2006). Halim et al., (2020) mengungkapkan bahwa Penggelapan Pajak merupakan

kecurangan ilegal terhadap peraturan perpajakan untuk menghindari pembayaran pajak.

Penghindaran pajak merupakan Penggelapan pajak dipisahkan menurut resiko dari

resiko secara non materil atau materil. Dari segi materil, apabila penggelapan pajak

terungkap maka wajib pajak akan mendapatkan denda dan kurungan ditambah apabila

wajib pajak tidak memiliki dana yang cukup maka harta benda akan disita oleh petugas

yang mengakibatkan kebangkrutan.

Perumusan Hipotesis

Pengaruh Machiavellian terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Machiavellianisme menurut Moss (2005) merupakan sebuah langkah dimana

orang yang memanipulasi memperoleh penghargaan lebih banyak dibanding ketika

tidak melakukan tindakan manipulatif. Dalam penelitian tersebut juga mendeskripsikan

kepribadian Machiavellian sebagai kecenderungan untuk memanipulasi individu lain

yang mempunyai kepribadian yang kurang baik seperti pengabaian moralitas serta

komitmen ideolgi yang rendah (Asih & Dwiyanti, 2019). Dalam Theory of planned

behavior, apabila individu menganggap objek itu bermanfaat terhadap dirinya, pastinya

akan ditanggapi dengan positif, begitu juga sebaliknya individu tersebut akan memberi

respon yang negatif apabila informasi tersebut tidak menguntungkannya. Selaras

dengan penjelasan tersebut seseorang yang memiliki sikap machiavellian akan lebih

mementingkan diri pribadi dan mempunyai sikap yang agresif untuk menjalankan

kepentingannya.

Menurut Farhan, Helmy, & Afriyenti (2019) seseorang yang menganggap

penggelapan pajak itu merupakan perbuatan yang etis menggambarkan orang tersebut

memiliki sifar machiavellian yang tinggi. Penelitian ini selaras dengan penelitian

Supriyati (2017) yang mengatakan adanya hubungan yang positif antara sifat

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

46 | J I P A K 2 0 2 1

Machiavellian dengan pengambilan keputusan etis terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh positif artinya tindakan penggelapan pajak yang dianggap etis dilakukan

menggambarkan tingginya sifat machiavellian yang dimiliki sehingga dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : Machiavellian Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Pengaruh Love of Money terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Love of money merupakan orang yang cenderung menganggap uang sebagai

prioritas dalam hidup, menurutnya dengan adanya uang maka kebahagiaan akan datang,

karena baginya itu akan menjadi motivasi dalam bekerja, menjadi sebuah ukuran

kesuksesan sera merasa dihormati dikalangan masyarakat. Setiap orang akan berbeda-

beda tentang perilaku love of money, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kecintaan terhadap uang, misalnya tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, faktor

demografi, latar belakang etnis dan status sosial (Asih & Dwiyanti, 2019). Penelitian ini

memiliki keterkaitan dengan Theory of planned behavior dimana seseorang akan

memberikan respon yang positif atau negatif tentang hal yang berkaitan dengan sesuatu

yang disukainya dalam hal ini adalah kecenderungan mencintai uang sehingga

seseorang akan merespon negatif tentang kewajiban perpajakannya, sehingga individu

tersebut akan melakukan penggelapan pajak.

Penelitian Yusra & Utami (2018) menguji hubungan sikap love of money yang

menunjukkan hubungan positif sikap love of money dengan etika seseorang. Hal ini

didukung oleh Lenggono (2019) yang berpendapat bahwa love of money seseorang

yang berperilaku tidak etis memiliki dampak yang signifikan. Ini terjadi karena semakin

tinggi kecintaan uang atau love of money yang dimiliki seseorang, maka tindakan

penggelapan pajak dianggap etis untuk dilakukan. Ini dikarenakan individu tersebut

berusaha agar memenuhi kebutuhan dirinya meskipun itu bertentangan dengan etika

perpajakan sehingga menggambarkan tingginya kecintaan uang pada dirinya. Individu

yang memiliki sifat love of money yang tinggi, pastinya menganggap wajar untuk

melakukan perbuatan yang tidak etis salah satunya tindakan penggelapan pajak. Dari

gambaran tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :

H2 : Love Of Money Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Etis Penggelapan

Pajak

Pengaruh Sistem Perpajakan terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Sistem perpajakan harus didasarkan pada keadilan. Wajib pajak membutuhkan

kepastian dari sistem perpajakan Ardian & Pratomo (2015). Theory of planned behavior

sejalan dengan variabel ini, dimana dijelaskan bahwa dimana seseorang akan

memberikan respon yang positif atau negatif tentang hal yang berkaitan dengan sesuatu

yang disukainya dalam hal ini adalah jika sistem dalam perpajakan itu baik maka

seseorang akan merespon dengan positif, kebalikannya buruknya sistem perpajakan

maka wajib pajak akan lebih sering memberikan respon negatif dengan begitu perilaku

penggelapan pajak dianggap etis. Dalam penelitian Permatasari & Laksito (2013)

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 47

menemukan adanya pertanda yang negatif terhadap sistim perpajakan. Sistem

perpajakan dapat memberikan informasi terkait manfaat pajak, transparansi, dasar

pengenaan pajakk, serta ketentuan perundang-undangan, sehingga dapat mengurangi

terjadinya penggelapan pajak. Hasil penelitian oleh Handyani & Cahyonowati (2014),

Ardian & Pratomo (2015); dan Suminarsasi & Supriyadi (2012) juga menyatakan

adanya hubungan yang negatif antara sistem pajak terhadap penggelapan pajak.

Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

H3 : Sistem Perpajakan Berpengaruh Negatif terhadap Persepsi Etis Penggelapan

Pajak

Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Jumlah pajak yang terutang seringkali dianggap sebagai dasar dalam perhitungan

Tarif pajak. Ada 4 macam perhitungan tarif pajak di Indonesia antara lain tarif degresif

(menurun) tarif tetap, tarif progresif, dan tarif sebanding (proposional). Theory Planned

Behavior menjelaskan mengenai Perceived Behavioral Control, dimana kepercayaan

atas hal yang menghambat atau mendukung perilaku serta seberapa kuat persepsi yang

menghambat atau mendukungnya. Hal ini berarti persepsi seseorang terkait

rendah/tingginya tarif pajak mempengaruhi perilaku wajib pajak tersebut untuk

melaksanakan kewajibannya. Dalam penelitian Permatasari & Laksito (2013)

menyatakan tinggi tarif pajak berbanding lurus dengan tingat penggelapan pajak. Hal

ini konsisten dengan penelitian Ardyaksa & Kiswanto (2014), Prisantama & Muqodim

(2016) dan Ayu & Sari (2017) yang menemukan tarif pajak positif berpengaruh

terhadap penggelapan pajak. Atas dasar argumentasi tersebut, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H4 : Tarif Pajak Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Untuk mengetahui ada atau tidaknya penggelapan pajak (tax evasion) maka

diperlukan audit pajak atas dugaan fraud oleh wajib pajak. Dalam atribusi theory

menjelaskan terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor

Internal dan Eksternal. Pada konteksnya, pemeriksaan pajak dikategorikan sebagai

perilaku yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dimana control atas kepatuhan dalam

memenuhi kewajiban perpajakan maka dibutuhkan yang namanya Tax Audit. Wajib

pajak biasanya cenderung untuk tidak melakukan pengelapan pajak apabila pada saat

pemeriksaan berlangsung, dia merasa kecurangan yang dilakukannya akan terdeteksi.

Hal ini menandakan apabila pemeriksaan pajak itu ketat maka wajib pajak akan berhati-

hati atau bahkan tidak melakukan penggelapan pajak, begitupun sebaliknya. Hal ini

didukung dengan hasil riset dari Ardian & Pratomo (2015), Prisantama & Muqodim

(2016) dan Gumus & Oz Yalama, (2013). Dari gambaran di atas maka dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

H5 : Pemeriksaan Pajak Berpengaruh Negatif terhadap Persepsi Etis Penggelapan

Pajak

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

48 | J I P A K 2 0 2 1

Pengaruh Diskriminasi Pajak terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Diskriminasi adalah setiap larangan, pelecehan yang didasarkan pada perbedaan

manusia atas dasar agama, kelompok, ras atau suku, kelas sosial atau sesuatu yang

bersifat berbeda. Pada saat wajib pajak merasa terdiskriminasi oleh aparatur pajak, hal

ini akan menimbulkan pikiran yang buruk tehadap aparatur pajak sehingga adanya rasa

diskriminatif oleh aparatur pajak yang membuat mereka merasa tindakan penggelapan

pajak merupakan hal wajar untuk dilakukan (Widjaja, Lambey, & Walandouw, 2017).

Terkait dengan Theory of Planned Behavior, menjelaskan bahwa, kontrol

perilaku merupakan faktor penting yang mendasari tindakan wajib pajak yang

didasarkan persepsi, dimana kepercayaan atas keberadaan hal-hal yang menghambat

atau mendukung kelakuan yang diperlihatkan serta seberapa kuat persepsi yang

menghambat atau mendukungnya. Sebagai contoh apabila otoritas pajak melakukan

diskriminasi pajak, maka hal tersebut akan membentuk presepsi buruk yang kemudian

mengakibatkan wajib pajak menganggap sehingga penggelapan pajak wajar untuk

dilakukan. Hasil penelitian dari Prisantama & Muqodim (2016) serta Suminarsasi &

Supriyadi (2012) menunjukan bahwa diskriminasi pajak berpengaruh positif terhadap

perilaku penggelapan pajak. Tingginya tingkat diskriminasi menandakan adanya

pandangan atas perilaku penggelapan pajak pantas untuk dilakukan, sebaliknya

rendahnya tingkat diskriminasi menggambarkan penggelapan pajak merupakan perilaku

yang tidak pantas, maka hipotesis dapat dirumuskan:

H6 : Diskriminasi Pajak Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Etis Penggelapan

Pajak

Pengaruh Teknologi dan Informasi Perpajakan terhadap Persepsi Etis

Penggelapan Pajak

Teknologi dan informasi perpajakan merupakan penggunaan fasilitas demi

peningkatan kualitas pelayanan pada bidang perpajakan dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan kepada wajib pajak untuk memenuhi

kewajiban dalam perpajakan. Dengan pesatnya perkembangan Teknologi dan infomasi

pada bidang perpajakan, penggunaan waktu yang untuk wajib pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan semakin efesien dan efektif. Selain itu media elektronik, media

internet dan media cetak menjadi sarana dalam pemenuhan Teknologi dan informasi

perpajakan (Silaen et al., 2015).

Theory Acceptance Model menjelaskan persepsi dan reaksi user teknologi

informasi dapat memengaruhi sikap dalam persepsi pengguna sebagai suatu tindakan

atas kegunaan dan kemudahan penggunaan teknologi informasi, sehingga dapat

menjadi alasan seseorang dalam melihat kemudahan serta manfaat penggunaan

teknologi informasi, sehingga tindakan dari wajib pajak tersebut dapat menerima

penggunaan teknologi informasi. Dengan diterimanya penggunaan teknologi informasi,

maka diharapkan dapat mempermudah penyelesaian kewajiban perpajakan serta

meminimalisasi penggelapan pajak. Penelitian Paramita & Budiasih (2016) menemukan

semakin tinggi tingkat teknologi dan informasi perpajakan akan berdampak kepada

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 49

perilaku tidak etis terhadap perilaku penggelapan pajak, sebaliknya apabila rendahnya

tingkat teknologi dan informasi perpajakan yang ada maka akan berdampak terhadap

perilaku penggelapan pajak yang dianggap baik atau etis. Pernyataan ini juga didukung

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari & Laksito (2013) serta

Ardyaksa & Kiswanto (2014). Berdasarkan uaraian dan penelitian terdahulu, maka

dapat dirumuskan:

H7 : Teknologi dan Informasi Perpajakan Berpengaruh Negatif terhadap Persepsi

Etis Penggelapan Pajak

3. METODOLOGI

Populasi dan Sampel

Penggunaan populasi dari penelitian ini merupakan Wajib Pajak badan yang telah

terdaftar di KPP Pratama Ternate. Dari data yang diambil pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Ternate, didapat jumlah 5.760 perusahaan yang memiliki NPWP Wajib

Pajak badan yang terdaftar pada KPP Pratama Kota Ternate. Penelitian ini memberikan

kontribusi yang pertama di Kota Ternate mengenai machiavellian, love of money,

sistem perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, discrimination tax, technology and

information tax terhadap persepsi etis penggelapan pajak yang terfokus pada wajib

pajak badan di kota ternate. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

proporsional random sampling, yakni pengambilan sampel jika populasi mempunyai

unsur atau anggota yang tidak homogeny serta berstrata secara proporsional (Sujarweni,

2015).

Penentuan sampel menggunakan rumus slovin. Berdasarkan data dari KPP

Pratama Ternate Wajib Pajak Badan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 5.760. Adapun

sebelum mengisi kuesioner, badan usaha tersebut harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Umur badan/usaha lebih dari 1 tahun

2. Pernah menunggak atau terlambat melaporkan pajak

3. Bersedia mengisi kuesioner

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data kuesioner,

dimana kuesioner yang diajukan akan secara langsung diberikan kepada masing-masing

Wajib Pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Ternate. Pengukuran dalam

kuesioner ini menggunakan pengukuran skala likert sebagai jawaban dan berisi daftar

pertanyaan.

Model Analisis

Pengolahan data akan diolah dengan menggunakan pendekatan Partial Least

Square (PLS) dengan menggunakan aplikasi Smart PLS Versi 3.0. pengujian Partial

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

50 | J I P A K 2 0 2 1

Least Square (PLS) merupakan analisis multivariat yang menangani banyak variabel

explanatori dan variabel respon. model struktural digunakan untuk uji kausalitas

(pengujian hipotesis dengan model prediksi) sedangkan model pengukuran digunakan

untuk uji validitas dan realibilitas.

Definisi Operasional Variabel

1. Etika Penggelapan Pajak (EP)

Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan tindakan dalam mengelak dari

kewajiban yang melanggar undang-undang perpajakan yang dilakukan oleh wajib

pajak (Ardian & Pratomo, 2015). Tax evasion adalah perilaku ilegal yang

melanggar perundang-undangan, namun pada pelaksanaannya Tax evasion akan

menjadi wajar jika mengingat terdapat tindakan yang dilakukan oleh pimpinan

untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok serta adanya peraturan perpajakan

yang pro kepada satu pihak. Instrumen penelitian menggunakan 5 item

pernyataan yang diadopsi dari Bahari (2016). Skala pengukuran yang digunakan

adalah skala likert 5 poin.

2. Machiavellian (MC)

Machiavellian sendiri dikenalkan oleh Niccolo Machiavelli yang

merupakan politikus dan diplomat serta seorang filsuf yang populer di Italia.

Machiavellian dalam konteks langsung dimana orang yang melakukan tindakan

manipulatif akan mendapatkan bayaran yang lebih tinggi ketika mereka

melakukan tindakan manipulasi, sebaliknya orang yang tidak melakukan tindakan

manipulatif akan mendapatkan imbalan yang lebih sedikit. Secara umum

Machiavellian diartikan sebagai individu yang melakukan tindakan manipulatif

untuk mencapai tujuannya yang biasanya akan bertindak agresif terkait

tindakannya (Shafer & Simmons, 2008). Instrumen penelitian menggunakan 8

pernyataan yang diadopsi dari Shafer & Simmons (2008). Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala likert 5 poin.

3. Love of Money (LM)

Love of Money merupakan orang yang cenderung menganggap uang sebagai

suatu hal yang sangat penting, menurutnya dengan adanya uang maka

kebahagiaan akan datang, karena baginya itu akan menjadi motivasi dalam

bekerja, menjadi sebuah ukuran kesuksesan serta merasa dihormati dikalangan

masyarakat. Sikap terhadap uang biasanya dipelihara dari kehidupan dewasa yang

berasal dari didikan pada masa kanak-kanak (Tang & Chen, 2008). Instrumen

penelitian menggunakan 8 pernyataan yang diadopsi dari Asih & Dwiyanti,

(2019). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 poin.

4. Sistem Perpajakan (SP)

Sistem perpajakan memiliki keterkaitan yang erat terhadap keadilan, artinya

penerapan sistem perpajakan harus didasarkan pada keadilan (Ardian & Pratomo,

2015). Pemberian kepastian dalam pajak yang harus dibayar merupakan

pemberlakuan atas sistem perpajakan, serta dibutuhkan transparansi untuk

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 51

menghindari kesewenangan dalam pengumpulan pajak. Instrumen penelitian

menggunakan 4 pernyataan yang diadopsi dari Prisantama & Muqodim (2016).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 poin.

5. Tarif Pajak (TP)

Tarif pajak merupakan pajak yang terutang yang diukur berdasarkan

persentase. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan undang-undang besaran

persentase harus berdasar pada pajak yang harus disetor, atau dibayar yang

dipungut oleh wajib pajak (Ardyaksa & Kiswanto, 2014). Instrumen penelitian

menggunakan 5 pernyataan yang diadopsi dari Prisantama & Muqodim (2016).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 poin.

6. Pemeriksaan Pajak (PP)

Pemeriksaan pajak dilaksanakan pada rangka melaksanakan peraturan

undang-undang perpajakan. Investigasi pajak dilakukan supaya bisa mendeteksi

dugaan kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak sebagai akibatnya

berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax evasion). Instrumen penelitian

menggunakan 4 pernyataan yang diadopsi dari Prisantama & Muqodim (2016).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 poin.

7. Diskriminasi Pajak (DP)

Discrimination adalah setiap larangan, pelecehan yang didasarkan pada

perbedaan manusia atas dasar agama, kelompok, ras atau suku, kelas sosial atau

sesuatu yang bersifat berbeda. Secara luas dapat terlihat adanya bentuk

diksriminasi baik secara tidak langsung maupun secara langsung dalam hal ini

termasuk bidang perpajakan di Indonesia. Instrumen penelitian menggunakan 4

pernyataan yang diadopsi dari Prisantama & Muqodim (2016). Skala pengukuran

yang digunakan adalah skala likert 5 poin.

8. Teknologi dan Informasi Perpajakan (TI)

Penggunaan fasilitas perpajakan dengan pemanfaatan teknologi informasi

dan ilmu pengethuan demi peningkatan kualitas dari pelayanan pajak merupakan

bentuk dari kemajuan Teknologi dan informasi pada bidang perpajakan, sehingga

membuat wajib pajak mau menyanggupi kewajibannya (Silaen et al., 2015).

Instrumen penelitian menggunakan 4 pernyataan yang diadopsi dari Ardyaksa &

Kiswanto (2014). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 poin.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Kuisioner disebar kepada 374 responden, dari jumlah penyebaran tersebut,

sebanyak 7% kuisinoner tidak dikembalikan, dan sebanyak 93% atau 347 kuisioner

yang dikembalikan yang selanjutnya digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Responden adalah wajib pajak yang terdaftar di KPP Kota Ternate dengan bentuk

badan usaha yaitu PT (Perseroan Terbatas) sebanyak 92 dan Perseroan sebanyak 255

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

52 | J I P A K 2 0 2 1

responden. Berikut penjabaran profil responden penelitian ini berdasarkan sektor usaha

dan usia kegiatan usaha.

Tabel 2

Profil Responden Berdasarkan Sektor Usaha dan Usia Kegiatan Usaha Berdasarkan Sektor Usaha Berdasarkan Usia Kegiatan Usaha

Sektor usaha Jumlah Persentase Usia usaha Jumlah Persentase

Industri 6 2% 1 – 5 Tahun 113 33%

Jasa 116 33% 5 – 10 Tahun 158 46%

Konstruksi 178 51% 10 – 20 Tahun 64 18%

Perdagangan 47 14% di atas 20 Tahun 12 3%

Total 347 100% Total 347 100%

Sumber: Data primer diolah PLS v3.0 (2020)

Berdasarkan informasi pada tabel 2 diatas terlihat bahwa profil responden

penelitian ini cukup bervariasi. Responden pada kelompok sektor usaha konstruksi

merupakan kelompok yang paling banyak, yaitu 51% atau sejumlah 178 responden,

sementara berdasarkan usia kegiatan usaha paling banyak merupakan kelompok dengan

usaha pertumbuhan dengan usia 5 – 10 tahun yaitu berjumlah 46% atau 158 responden.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digambarkan pada tabel 3 berikut:

Tabel 3

Statistik Deskriptif

Variabel Kisaran Teoritis Kisaran Aktual Standar

Deviasi Min Max Mean Min Max Mean

MC 8 40 24 23 40 32.88 3.17

LM 8 40 24 18 35 25.92 3.37

SP 4 20 12 6 20 13.08 3.08

TP 5 25 15 6 25 14.98 4.29

PP 4 20 12 4 17 12.25 3.26

DP 4 20 12 5 18 13.1 2.45

TI 4 20 12 5 20 14.48 2.39

EP 5 25 15 4 20 13.5 3.28

Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)

Data yang ditampilkan dalam tabel menunjukan bahwa dari delapan variabel

dalam penelitian ini, variabel tarif pajak (TP) adalah variabel dengan penyebaran data

yang paling besar. Hasil ini bisa dilihat dari nilai standar deviasi untuk variabel ini yang

merupakan nilai penyebaran data jika diukur dari nilai rata-ratanya. Hasil seperti ini

disebabkan oleh bervariasinya jawaban responden terhadap lima item pernyataan yang

mewakili variabel ini. Kisaran teoritis merupakan perkiraan nilai kisaran minimum dan

maksimum. Makna nilai dari kisaran minimum dan teoritis dalam penelitian ini adalah

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 53

nilai teroritis dimaksud dengan prediksi nilai tertinggi atau terendah yang dikalikan

dengan total pertanyaan. Sedangkan untuk nilai kisaran Aktual merupakan nilai

minimum atau maksimum yang diperoleh dari penjumlahan jawaban atas pertanyaan

dengan melakukan analisis statistik deskriptif.

Model Pengukuran (Outer Model)

Convergent Validity

Convergent validity dilihat dari besarnya loading factor untuk masing-masing

konstruk penelitian >0.70. Namun demikian pada riset tahap pengembangan skala,

loading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima. Setelah dilakukan eliminasi pada

indikator MC.1, MC.2, MC.4, MC.8, LM.1, LM.2, LM.5, LM.6, LM.7, SP.4, DP.1 dan

EP.5 hasil dari diagram menunjukkan bahwa semua indikator menunjukkan nilai >0.50.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semua konstruk mempunyai

convergent validity yang baik.

Gambar 2

Diagram Jalur Hubungan disertai Nilai Outher Loading Setelah Eliminasi

(Sumber : Data diolah PLS v3.0, 2020)

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

54 | J I P A K 2 0 2 1

Discriminant Validity

Tabel 4

Korelasi antar Konstruk dan Akar AVE

MC LM SP TP PP DP TI EP

MC 0.69

LM -0.072 0.78

SP -0.412 0.091 0.87

TP -0.296 0.077 0.676 0.808

PP -0.381 0.026 0.636 0.711 0.811

DP -0.213 0.137 0.605 0.597 0.544 0.734

TI -0.114 0.088 0.163 0.209 0.34 0.296 0.63

EP -0.273 0.291 0.549 0.543 0.519 0.545 0.197 0.797

Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai √AVE lebih tinggi daripada nilai

korelasi di antara variabel laten. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk memiliki

discriminant validity yang tinggi.

Composite Realiability

Tabel 5

Composite Reliabillity

Variabel Reliabilitas Komposit

MC 0.782

LM 0.747

SP 0.903

TP 0.903

PP 0.884

DP 0.775

TI 0.722

EP 0.870

Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)

Uji reliabilitas diapakai untuk menguji tingkat keakuratan dan ketepatan

responden dalam menjawab item pertanyaan pada kuesioner. Variabel yang laten atau

baik merupakan variabel yang mempunyai tingkat reliabilitas atau nilai dari composite

reliability ialah >0.70. Berdasarkan tabel 5 diatas memperlihatkan bahwa nilai

composite reliability dari keseluruhan variabel menujukkan nilai >0.70 sehingga

konstruk dikatakan reliabel.

Inner Model

Tabel 5 menyajikan hasil uji inner model yang terdiri dari Uji R-square, Estimasi

koefisien jalur dan hasil pengujian hipotesis

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 55

Tabel 6

Path Coefficient dan R-Square

Sampel

Asli

(O)

Rata-rata

Sampel

(M)

Standar

Deviasi

(STDEV)

T Statistik

(O/STDEV)

P

Values Keterangan

MC -> EP -0.03 -0.05 0.084 0.361 0.718 Ditolak

LM -> EP 0.227 0.231 0.087 2.607 0.009 Diterima

SP -> EP 0.176 0.152 0.133 1.326 0.185 Ditolak

TP -> EP 0.146 0.16 0.143 1.020 0.308 Ditolak

PP -> EP 0.166 0.181 0.125 1.327 0.185 Ditolak

DP -> EP 0.226 0.216 0.112 2.022 0.044 Diterima

TI -> EP -0.01 0.019 0.100 0.098 0.922 Ditolak

R Square 0.458

Adjusted R Square 0.422

Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)

Uji R Square

Dari hasil Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa nilai R Square Variabel Y (EP)

sebesar 0.458 atau 45.8% yang berarti kontribusi machiavellian, love of money, sistem

perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, diskriminasi pajak, serta teknologi dan

informasi perpajakan terhadap persepsi etis penggelapan pajaksebesar 45,8%.

Sedangkan sisanya 54,2% dijelaskan oleh variabel yang tidak dimasukkan pada

penelitian ini.

Estimasi Koefisien Jalur

Dari hasil tabel 6 diatas maka dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari

variabel love of money (LM) ditunjukkan oleh nilai t statistik sebesar 32.607 (> 1.98)

yang berarti bahwa love of money (LM) berpengaruh positif terhadap persepsi etis

penggelapan pajak (EP). Selain itu, variabel diskriminasi (DP) ditunjukan oleh nilai t

statistic sebesar 2.022 (>1.98) yang berarti bahwa diskriminasi (DP) berpengaruh

positif terhadap persepsi etis penggelapan pajak (EP).Sedangkan variabel machiavellian

(MC), sistem perpajakan (SP), tarif pajak (TP), pemeriksaan pajak (PP) serta teknologi

dan informasi perpajakan (TI) dengan nilai t statistik masing-masing sebesar 0.361,

1.326, 1.02, 1.327 dan 0.098 (< 1.98) berarti bahwa machiavellian (MC), sistem

perpajakan (SP), tarif pajak (TP), pemeriksaan pajak (PP) serta teknologi dan informasi

perpajakan (TI) tidak berpengaruh terhadap persepsi etis penggelapan pajak (EP).

Pembahasan Hasil Penelitian

Machiavellian terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) machiavellian terhadap persepsi etis

penggelapan pajak ditolak. Hal ini menunjukan bahwa sifat machiavellian ternyata

tidak mempengaruhi presepsi wajib pajak terhadap persepsi etis penggelapan pajak.

Tidak berpengaruhnya machiavellian terhadap persepsi etis penggelapan pajak karena

tindakan tidak etis yang dilakukan dapat didasari oleh faktor eksternal. Hal ini sejalan

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

56 | J I P A K 2 0 2 1

dengan teori atribusi yang menerangkan tindakan seseorang dipengaruhi dari dalam dan

dari luar, yang menandakan biasany orang akan berperilaku bukan karena keinginan

sendiri tapi adanya desakan yang tidak bisa dikontrol oleh seseorang. Tindakan

penggelapan pajak yang berasal dari luar biasanya terjadi karena adanya desakaan dan

tekanan yang menjadi dasar perilaku tidak etis, seperti halnya kenaikan tarif pajak yang

terlalu tinggi sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam pembayaran pajak,

pemeriksaan pajak dan lain sebagainya (McGee, 2006). Penelitian ini konsisten dengan

penelitian Farhan et al., (2019) yang menunjukan tidak adanya pengaruh yang

signifikan antara Machiavellian terhadap persepsi etis penggelapan pajak. Hasil ini

berbanding terbalik dengan yang ditemukan oleh Asih & Dwiyanti (2019) dan Shafer &

Simmons (2008), dan Shafer & Wang (2018) yang mengemukakan bahwa adanya

pengaruh negatif Machiavellian terhadap penggelapan pajak.

Love of Money terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) love of money terhadap persepsi etis

penggelapan pajak diterima namun pada arah Positif yang yang mengindikasikan

sejalan dengan hipotesis yang dirumuskan. Seseorang yang memiliki sifat love of

money maka tingkat kecenderung menganggap uang sebagai suatu hal yang sangat

penting, ini dikarenakan dengan adanya uang maka kebahagiaan akan datang, karena

baginya itu akan menjadi motivasi dalam bekerja, menjadi sebuah ukuran kesuksesan

sera merasa dihormati dikalangan masyarakat. Setiap orang akan berbeda-beda tentang

perilaku love of money, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecintaan

terhadap uang, misalnya tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, faktor demografi, latar

belakang etnis dan status sosial (Asih & Dwiyanti, 2019).

Penelitian ini mendukung theory of planned behavior yang mengatakan seseorang

akan memberikan respon yang positif atau negatif tentang hal yang berkaitan dengan

sesuatu yang disukainya dalam hal ini adalah kecenderungan mencintai uang sehingga

seseorang akan merespon negatif tentang kewajiban perpajakannya, sehingga individu

tersebut akan melakukan penggelapan pajak. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lenggono (2019), Ariyanto, Andayani, & Putri (2020), dan Lau, Choe,

& Tan (2013) yang menemukan adanya pengaruh yang positif dari love of money

terhadap upaya tax evasion. Semakin tinggi kecintaan seseorang terhadap uang, maka

orang itu akan semakin merasa tidak bersalah atas tindakan penggelapan pajak.

Sistem Perpajakan terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) sistem perpajakan terhadap persepsi etis

penggelapan pajak ditolak. Ini mengindikasikan tidak ada keterkaitan antara sistem

perpajakan persepsi wajib pajak terhadap persepsi etis penggelapan pajak yang berarti

pengetahuan terhadap sistem perpajakan yang baik akan membuat wajib pajak memiliki

kesadaran bahwa penghindaran pajak merupakan tindakan yang tidak etis, begitu juga

sebaliknya semakin rendah pemahaman wajib pajak atas sistem perpajakan maka

penggelapan pajak merupakan hal yang wajar untuk dilakukan.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 57

Hal ini dijelaskan dalam theory of planned behaviour sebagus apappun penerapan

dalam sistem perpajakan belum tentu dapat mempengaruhi wajib pajak untuk tidak

melakukan penggelapan pajak, karena biasanya individu tersebut lebih mengutamakan

kepentingan pribadinya. Hal ini juga dipengaruhi dengan adanya peran account

representative yang disediakan oleh Negara sebagai konsultan yang mendampingi

Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan dengan tujuan dapat

memperkecil kemungkinan terjadinya penggelapan pajak sehingga presepsi wajib pajak

mengenai sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap tindakan etika penggelapan

pajak. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Elmiza, dkk (2014) yang menunjukan

bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan antara sistem perpajakan terhadap

persepsi etis penggelapan pajak.

Tarif Pajak terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Hasil pengujian hipotesis keempat (H4) tarif pajak terhadap persepsi etis

penggelapan pajak ditolak. Hasil ini menunjukan kalau tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara tarif pajak tehadap presepsi wajib pajak dengan persepsi etis

penggelapan pajak. Ini mengindikasikan tinggi atau rendahnya tarif pajak yang diatur

oleh pemerintah tidak akan mempengaruhi seseorang untuk tidak melakukan

penggelapan pajak, berarti apabila wajib pajak ingin melakukan penggelapan pajak

tidak peduli apakah tarif pajak tersebut sudah sesuai atau tidak wajib pajak tersebut

tetap akan melakukan penggelapan pajak. Theory of planned behaviour menjelaskan tax

evasion terjadi karena orang akan cendreung melakukan penggelapan pajak karena

berdasar pada kepentingan pribadinya, meskipun tarif pajak yang ditetapkan sudah

sesuai belum bisa membuat wajib pajak tidak melakukan penggelapan pajak karena

terkadang dalam penerapanya sering terjadi human eror atau kesalahan dalam

perhitungan tarif pajak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Mira & Khalid (2016) dan

Górecki & Letki (2020) yang menunjukan tidak ada pengaruh yang signifikan antara

Tarif Pajak terhadap persepsi etis penggelapan pajak.

Pemeriksaan terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Hasil pengujian hipotesis kelima (H5) pemeriksaan pajak terhadap persepsi etis

penggelapan pajak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara pemeriksaan pajak terhadap presepsi wajib pajak dengan persepsi etis tax

evasion. Audit tax kegiatan mengumpulkan data serta informasi dan kemudian

mengolahnya, berdasarkan bukti atau keterangan yang dilakukan dengan profesional

dan objektif yang diatur dalam peraturan dan undang-undang perpajakan. Hal ini

berbeda dengan teori atribusi dimana audit tax dikategorikan sebagai perilaku yang

dipengaruhi oleh faktor eksternal dimana audit tax dilakukan sebagai bentuk kepatuhan

perpajakan dibuat dengan maksud pengawasan (control) kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan. Apabila terdapat celah dalam pengawasan pemeriksaaan

perpajakan maka orang akan cenderung melakukan penggelapan pajak. Namun pada

kenyataannya, pengawasan yang dilaksanakan pemerintah tidak dapat membuat Wajib

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

58 | J I P A K 2 0 2 1

Pajak untuk merasa takut atau jera terhadap tindakan penggelapan pajak. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa & Kiswanto

(2014) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

pemeriksaan pajak terhadap penggelapan pajak (tax evasion). Namun menolak

penelitian Alm & Malézieux (2020), Ardian & Pratomo (2015), Prisantama &

Muqodim (2016) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan anatara

pemeriksaan pajak terhadap penggelapan pajak (tax evasion).

Diskriminasi Pajak terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Hasil pengujian hipotesis keenam (H6) diskriminasi pajak terhadap persepsi etis

penggelapan pajak diterima. Hasil tersebut menunjukan hasil bahwa diskriminasi pajak

adanya pengaruh persepsi wajib pajak dengan persepsi etis tax evasion. Berdasarkan

hasil pengujian diskriminasi terhadap persepsi etis penggelapan pajak, memberikan

bukti Tingginya tingkat diskriminasi menandakan adanya pandangan atas perilaku

penggelapan pajak wajar untuk dilakukan, sebaliknya rendahnya tingkat diskriminasi

menggambarkan penggelapan pajak merupakan tindakan yang tidak wajar.

Theory of Planned Behavior telah menjelaskan bahwa faktor penting yang

mempengaruhi tindakan suatu wajib pajak yaitu kontrol perilaku yang didasarkan

persepsi, dimana kepercayaan atas keberadaan hal-hal yang menghambat atau

mendukung kelakuan yang diperlihatkan serta seberapa kuat persepsi yang menghambat

atau mendukungnya. Sebagai contoh apabila otoritas pajak melakukan diskriminasi

pajak, maka hal tersebut akan membentuk presepsi buruk yang kemudian

mengakibatkan Wajib Pajak menganggap sehingga penggelapan pajak wajar untuk

dilakukan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Silaen et al. (2015) dan

Suminarsasi & Supriyadi (2012) yang memberikan kontribusi adanya hubungan yang

positif antara persepsi wajib pajak dengan etika atas penggelapan pajak (tax evasion).

Teknologi dan Informasi Perpajakan terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak

Berdasarkan hasil pengujian ditemukan bahwa Teknologi & Informasi Perpajakan

ternyata tidak mempengaruhi presepsi wajib pajak terhadap persepsi etis tax evasion.

Ini memberikan bukti bahwa semakin mudah atau semakin modern teknologi informasi

perpajakan belum tentu dapat mengurangi wajib pajak dalam melakukan penggelapan

pajak, ini dikarenakan teknologi informasi perpajakan belum di manfaatkan secara baik

oleh wajib pajak sehingga memungkinkan adanya tindakan tax evasion.

Penelitian ini bertolak belakang dengan theory acceptance model yang

menjelaskan persepsi user dan reaksi user teknologi informasi akan mempengaruhi

perilaku individu dikarenakan kemudahan atas kegunaan teknologi informasi yang

merupakan tindakan yang beralasan sehingga tindakan tersebut diaanggap wajar dan

dapat menerima teknologi informasi. Salah satu alasan yang dapat mendukung hasil

penilitian ini yaitu adanya peran account representative yang disediakan oleh negara

sebagai konsultan yang mendampingi wajib pajak untuk memperkecil kemungkinan

tidak terlaksananya kewajiban dalam perpajakan wajib mengenai teknologi dan

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 59

Informasi perpajakan tidak mempengaruhi tindakan etika penggelapan pajak. Hasil ini

sejalan dengan penelitian (Friskianti & Handayani, 2014) yang menunjukkan bahwa

teknologi sistem perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap tax evasion. Hal ini tidak

sejalan dengan Ardyaksa & Kiswanto (2014) yang menunjukkan bahwa teknologi

sistem perpajakan memiliki pengaruh terhadap tax evasion.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh machiavellian, love of

money, sistem perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, diskriminasi pajak, serta

teknologi dan informasi perpajakan terhadap persepsi etis penggelapan pajak pada

wajib pajak badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ternate. Hasil

kesimpulan yang didapat adalah sifat Machiavellian tidak berpengaruh terhadap

persepsi etis penggelapan pajak, karena tindakan tidak etis yang dilakukan dapat

didasari oleh faktor eksternal. Hal ini sejalan dengan teori atribusi yang menjelaskan

bahwa perilaku seseorang bisa berasal dari internal dan eksternal, yang berarti

seseorang berperilaku bukan karena keinginan sendiri tapi adanya desakan yang tidak

bisa dikontrol oleh seseorang. Sifat love of money berpengaruh positif terhadap

persepsi etis penggelapan pajak. Bagi seseorang yang menganggap kewajiban pajaknya

sebagai sebuah tindakan yang tidak bermanfaat terhadap dirinya mengakibatkan

kerugian akibat dari pengenaan pembayaran pajak merupakan bentuk tingkat kecintaan

uang yang tinggi pada wajib pajak. Sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap

persepsi etis penggelapan pajak. Menurut theory of planned behaviour sebagus apapun

penerapan dalam sistem perpajakan belum tentu dapat mempengaruhi wajib pajak

untuk tidak melakukan penggelapan pajak, karena biasanya individu tersebut lebih

mengutamakan kepentingan pribadinya. Tarif pajak tidak berpengaruh terhadap

persepsi etis penggelapan pajak. Artinya tinggi atau rendahnya tarif pajak yang diatur

oleh pemerintah tidak akan mempengaruhi seseorang untuk tidak melakukan

penggelapan pajak. Pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi etis

penggelapan pajak. Hal ini dikarenakan pada kenyatannya, pengawasan yang dilakukan

pemerintah tidak dapat membuat wajib pajak untuk merasa takut atau jerah terhadap

tindakan penggelapan pajak. Diskriminasi pajak berpengaruh positif terhadap persepsi

etis penggelapan pajak. Artinya semakin individu merasa terdiskriminasi maka

inidividu tersebut akan cenderung melakukan tindakan penggelapan karena individu

tersebut memandang sebagai perilaku yang wajar, begitupun sebaliknya. Teknologi dan

informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap persepsi etis penggelapan pajak

dikarenakan pemanfaatan teknologi informasi belum dimanfaatkan dengan baik oleh

wajib pajak sehingga penggelapan pajak cenderung dilakukan.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

60 | J I P A K 2 0 2 1

Implikasi

Diharapkan dengan adanya penelitian ini penentu kebijakan, dalam hal ini adalah

pemerintah dapat bekerjasama dengan organisasi terkait mengadakan seminar atau

pelatihan terkait dengan pemahaman pajak. Sifat-sifat egoism individu yang lebih

mengutamakan kepentingan pribadi para wajib pajak dapat dikurangi melalui sosialisasi

pajak sehingga dapat mengurangi penggelapan pajak,

Saran

Penelitian ini mengalami kendala dalam penyebaran kuisioner, sehingga beberapa

saran dari peneliti sebagai pengembangan penelitian ke depan agar hasil penelitian

dapat lebih baik adalah peneliti berikutnya disarankan dapat memperluas jangka waktu

penelitian atau dapat menggantinya dengan wajib pajak orang pribadi serta menambah

populasi penelitian bukan hanya Wajib Pajak yang terdaftar di Kota Ternate. Di

samping itu untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat menambah variabel

independen lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi penggelapan pajak, misalkan

latar belakang keluarga dan pendidikan serta kompetensi dari para wajib pajak sebagai

responden.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and

Human Decision Processes, 50, 179–211.

https://doi.org/10.1080/10410236.2018.1493416

Alm, J., & Malézieux, A. (2020). 40 Years of Tax Evasion Games: a Meta-Analysis. In

Experimental Economics. https://doi.org/10.1007/s10683-020-09679-3

Ardian, R. D., & Pratomo, D. (2015). Pengaruh Sistem Perpajakan dan Pemeriksaan

Pajak Terhadap Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Oleh Wajib Pajak Badan (Studi

Pada KPP Pratama Wilayah Kota Bandung). E-Proceeding of Management, 2(3),

1–10. Retrieved from

https://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/v

iew/1903/1806

Ardyaksa, T. K., & Kiswanto. (2014). Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan

Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi Dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax

Evasion. Accounting Analysis Journal, 3(4), 475–484.

https://doi.org/10.15294/aaj.v3i4.4209

Ariyanto, D., Andayani, G. A. P. W., & Putri, I. G. A. M. A. D. (2020). Influence of

justice, culture and love of money towards ethical perception on tax evasion with

gender as moderating variable. Journal of Money Laundering Control, 23(1),

245–266. https://doi.org/10.1108/JMLC-06-2019-0047

Asih, N. P. S. M., & Dwiyanti, K. T. (2019). Pengaruh Love Of Money, Machiavellian,

dan Equity Sensitivity Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

E-Jurnal Akuntansi, 26, 1412. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i02.p21

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 61

Ayu, V., & Sari, P. (2017). Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, dan

Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. 6(2).

Aziz, T. I., & Taman, A. (2015). Pengaruh Love Of Money dan Machiavellian

Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Nominal, IV(2), 31–44.

Budiarto, D. S., Nurmalisa, F., & Yennisa. (2017). Hubungan Antara Religiusitas Dan

Machiavellian Dengan Tax Evasion: Riset Berdasarkan Perspektif Gender.

Telaah Bisnis, 17(2), 145–168. Retrieved from

http://journal.stimykpn.ac.id/index.php/tb/article/view/54/42

Chaironisyah, R. W. (2018). Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak

orang pribadi mengenai etika atas penggelapan pajak (tax evasion). Universitas

Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ekaningtyas, R. M. (2020). Persaingan Dan Diskriminasi Upah Gender Di Industri.

17(2), 168–175.

Ervana, O. N. (2019). Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Keadilan Pajak Dan Tarif Pajak

Terhadap Etika Penggelapan Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Klaten). Akuntansi Pajak, 1(1), 80–92.

https://doi.org/10.24964/japd.v1i1.802

Farhan, M., Helmy, H., & Afriyenti, M. (2019). Pengaruh Machiavellian Dan Love Of

Money Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak Dengan Religiusitas Sebagai

Variabel Moderasi. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(1), 470–486.

Fitriyanti, I., Fauzi, A., & Armeliza, D. (2017). Pengaruh Ketepatan Pengalokasian,

Teknologi dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi Terhadap Penggelapan

Pajak (Tax Evasion). Ilmiah Wahana Akutansi, 12(01), 84–104.

Friskianti, Y., & Handayani, B. D. (2014). Pengaruh Self Assessment System,

Keadilan, Teknologi Perpajakan, dan Ketidakpercayaan Kepada Pihak Fiskus

Terhadap Tindakan Tax Evasion. Accounting Analysis Journal, 3(4), 457–465.

Górecki, M. A., & Letki, N. (2020). Social Norms Moderate the Effect of Tax System

on Tax Evasion: Evidence from a Large-Scale Survey Experiment. Journal of

Business Ethics, (2003). https://doi.org/10.1007/s10551-020-04502-8

Gumus, E., & Oz Yalama, G. (2013). Determinants of Tax Evasion Behavior:

Empirical Evidence from Survey Data Open economy and fiscal policy View

project Determinants of Tax Evasion Behavior: Empirical Evidence from Survey

Data. International Business and Management.

Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2020). Perpajakan (Konsep, Aplikasi, Contoh,

dan Studi Kasus) (3rd ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Handyani, A., & Cahyonowati, N. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak. Diponegoro Journal Of

Accounting, 3(3), 1–7.

Heider, F. (1958). The Psychology of Interpersonal Relations. New York: Wiley.

Indriyani, M., Nurlaela, S., & Wahyuningsih, E. M. (2016). Pengaruh Keadilan, Sistem

Perpajakan, Diskriminasi dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap

Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Perilaku Tax Evasion. Prosiding

Seminar Nasional IENACO, 818–825.

Ismarita, G. (2018). Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi,

Diskriminasi dan Sistem Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak. Jurnal Online

Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 1(1), 1–15. Retrieved from

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/view/21090/20410

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

62 | J I P A K 2 0 2 1

King, W. R., & He, J. (2006). A meta-analysis of the technology acceptance model.

Information and Management, 43(6), 740–755.

https://doi.org/10.1016/j.im.2006.05.003

Lau, T. C., Choe, K. L., & Tan, L. P. (2013). The moderating effect of religiosity in the

relationship between money ethics and tax evasion. Asian Social Science, 9(11),

213–220. https://doi.org/10.5539/ass.v9n11p213

Lenggono, T. O. (2019). Pengaruh Tarif Pajak, Teknologi Dan Informasi Perpajakan,

Terdeteksi Kecurangan, Dan Ketepatan Pengalokasian Pajak Terhada Tax

Evasion. Jurnal Sosoq, 7(1), 43–50. Retrieved from

https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akuntansi/article/view/13915

McGee, R. W. (2006). Three views on the ethics of tax evasion. Journal of Business

Ethics, 67(1), 15–35. https://doi.org/10.1007/s10551-006-9002-z

Mira, & Khalid, A. (2016). Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan

Terhadap Tax Evasion dengan Moralitas Pajak sebagai Variabel Moderat pada

KPP Pratama Makassar Utara. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, II(1), 89–107.

Modugu, K. P., & Omoye, A. S. (2014). an Appraisal of Personal Income Tax Evasion

in Nigeria. Asian Economic and Financial Review, 4(1), 33–40.

Moss, J. (2005). Race Effects on the Employee Assessing Political Leadership: A

Review of Christie and Geis’ (1970) Mach IV Measure of Machiavellianism.

Journal of Leadership & Organizational Studies, 11(2), 26–33.

https://doi.org/10.1177/107179190501100204

Paramita, A. . M. P., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). Pengaruh Sistem Perpajakan,

Keadilan, Dan Teknologi Perpajakan Pada Persepsi Wajib Pajak Mengenai

Penggelapan Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udanaya, 17(2), 1030–1056.

Permatasari, I., & Laksito, H. (2013). Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak

(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama

Pekanbaru Senapelan). Diponegoro Journal of Accounting, 2(2), 1–10.

Pohan, H. T. (2009). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi, Rasio Tobin Q, Akrual

Pilihan, Tarif Efektif Pajak, dan Biaya Pajak Ditunda Terhadap Penghindaran

Pajak Pada Perusahaan Publik. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan

Keuangan Publik, 4(2), 113–135.

Pratiwi, E., & Prabowo, R. (2019). Keadilan dan Diskriminasi Pajak Terhadap

Penggelapan Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. AFRE (Accounting and

Financial Review), 2(1), 8–15. https://doi.org/10.26905/afr.v2i1.3008

Prisantama, A., & Muqodim. (2016). The Influences of the Tax System, Tax Rate, Tax

Audit and Tax Discrimination on Tax Evasion by Body Taxpayer. The Indonesian

Journal of Accounting Research, 19(2), 161–184. Retrieved from http://www.ijar-

iaikapd.or.id/index.php/ijar/article/view/408/76

Purwanto, Sulaeha, T., & Safira, H. (2018). Pengaruh Self Assessment System Dan

Pemeriksaan Pajak Terhadap Tax Evasion (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang). Ekspansi, 10(2), 139–146.

Richardson, G. (2006). Determinants of tax evasion: A cross-country investigation.

Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 15(2), 150–169.

https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.2006.08.005

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2018). Essentials of Organizational Behavior

(Fourteenth Edition). In Journal of Chemical Information and Modeling.

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

J I P A K 2 0 2 1 | 63

Shafer, W. E., & Simmons, R. S. (2008). Social responsibility, Machiavellianism and

tax avoidance: A study of Hong Kong tax professionals. Accounting, Auditing

and Accountability Journal, 21(5), 695–720.

https://doi.org/10.1108/09513570810872978

Shafer, W. E., & Wang, Z. (2018). Machiavellianism, social norms, and taxpayer

compliance. Business Ethics, 27(1), 42–55. https://doi.org/10.1111/beer.12166

Silaen, C., Basri, Y. M., & Azhari. (2015). Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi,

Teknologi Dan Informasi Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai

Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Jurnal Organisasi Dan Manajemen

(JOM) Fekon, 2(2).

Sujarweni, W. (2015). Metodologi Penelitian - Bisnis dan Ekonomi. In Metodologi

Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Suminarsasi, W., & Supriyadi. (2012). Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan

Diskriminasi terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak

(Tax Evasion). Multiparadigma Lecture2.

Supriyati. (2017). Perspektif Mahasiswa STIE Perbanas Surabaya atas Tax Evasion.

InFestasi, 13(2), 344–353. https://doi.org/10.21107/infestasi.v13i2.3513

Tang, T. L. P., & Chen, Y. J. (2008). Intelligence vs. wisdom: The love of money,

machiavellianism, and unethical behavior across college major and gender.

Journal of Business Ethics, 82(1), 1–26. https://doi.org/10.1007/s10551-007-

9559-1

Widjaja, P. N. K., Lambey, L., & Walandouw, S. K. (2017). Pengaruh Diskriminasi dan

Pemeriksaan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai

Penggelapan Pajak di Kota Bitung (Studi Kasus Pada WPOP yang ditemui di

KPP Pratama Bitung). Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, 12(2), 541–552.

https://doi.org/10.32400/gc.12.2.17961.2017

Yusra, M., & Utami, C. (2018). Pengaruh Love of Money dan machiavellian Terhadap

Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa Prodi

Akuntansi Universitas Malikussaleh). Akuntansi Dan Keuangan, 6(1), 11–24.

https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.7998

Zainuddin, Z. (2017). Pengetahuan Dan Pemahaman Aturan Perpajakan, Kualitas

Pelayanan Dan Persepsi Atas Efektifitas Sistem Perpajakan Terhadap Kemauan

Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel

Intervening. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu.

https://doi.org/10.35448/jrat.v10i2.4252

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ETIS …

64 | J I P A K 2 0 2 1