46
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya Industri pariwisata memiliki karakteristik saling tergantung satu sama lain (interdependence), yang terbagi dalam tiga jenis yaitu: (1) Hospitality Industry (Food and Beverage, and Accommodation); (2) Travel (Retail and Wholeseller; Operator); dan (3) Visitor Services (Attraction; Event; and Tourism Agencies) (Stokes 2003). Dalam kaitan ini, terdapat banyak laporan atau hasil kajian ilmiah berupa tesis dan disertasi yang menyangkut kepariwisataan Bali, baik kajian yang diorientasikan untuk pengembangan pariwisata Bali berkelanjutan, kajian tentang persepsi wisatawan terhadap objek atau atraksi wisata, maupun kajian tentang citra positif pariwisata Bali. Suradnya (2005) menulis karya ilmiah berjudul “Analisis Faktor-Faktor Daya Tarik Wisata Bali dan Implikasinya terhadap Perencanaan Pariwisata Daerah Bali”. Penelitiannya (survey) melibatkan 505 orang responden wisatawan dalam tahun kunjungan 2005. Dengan menggunakan teknik analisis faktor (factor analysis), berhasil diidentifikasikan 8 faktor daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Bali, yakni : (1) harga-harga produk wisata yang wajar, (2) budaya dalam berbagai bentuk manifestasinya, (3) pantai dengan segala daya tariknya, (4) kenyamanan berwisata, (5) kesempatan luas untuk relaksasi, (6) citra (image) atau nama besar Bali, (7) keindahan alam, dan (8) keramahan penduduk setempat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

  • Upload
    lyliem

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

Industri pariwisata memiliki karakteristik saling tergantung satu sama lain

(interdependence), yang terbagi dalam tiga jenis yaitu: (1) Hospitality Industry

(Food and Beverage, and Accommodation); (2) Travel (Retail and Wholeseller;

Operator); dan (3) Visitor Services (Attraction; Event; and Tourism Agencies)

(Stokes 2003). Dalam kaitan ini, terdapat banyak laporan atau hasil kajian ilmiah

berupa tesis dan disertasi yang menyangkut kepariwisataan Bali, baik kajian yang

diorientasikan untuk pengembangan pariwisata Bali berkelanjutan, kajian tentang

persepsi wisatawan terhadap objek atau atraksi wisata, maupun kajian tentang

citra positif pariwisata Bali.

Suradnya (2005) menulis karya ilmiah berjudul “Analisis Faktor-Faktor

Daya Tarik Wisata Bali dan Implikasinya terhadap Perencanaan Pariwisata

Daerah Bali”. Penelitiannya (survey) melibatkan 505 orang responden wisatawan

dalam tahun kunjungan 2005. Dengan menggunakan teknik analisis faktor (factor

analysis), berhasil diidentifikasikan 8 faktor daya tarik bagi wisatawan

mancanegara untuk berkunjung ke Bali, yakni : (1) harga-harga produk wisata

yang wajar, (2) budaya dalam berbagai bentuk manifestasinya, (3) pantai dengan

segala daya tariknya, (4) kenyamanan berwisata, (5) kesempatan luas untuk

relaksasi, (6) citra (image) atau nama besar Bali, (7) keindahan alam, dan (8)

keramahan penduduk setempat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

24

Aryaningsih (2009) menulis tesis berjudul “Strategi Komunikasi Public

Relation Dalam Mempertahankan Citra Pariwisata Bali Pada Hotel-Hotel di

Kawasan Pariwisata Nusa Dua”. Kajian tesis ini berhasil mengungkap bahwa citra

positif pariwisata Bali ditentukan oleh 19 faktor meliputi: keamanan, kebersihan,

kesenian, budaya, kebijakan pemerintah, sinergi, keramahtamahan (masyarakat

lokal), gaya hidup masyarakat lokal, pemandangan alam, infrastruktur, tata ruang,

transportasi, promosi, migas, sumber daya manusia, cuaca, sosial politik,

ekonomi, dan telekomunikasi.

Selanjutnya, Putra (2009) menulis tesis berjudul “Persepsi Wisatawan

Terhadap Pelayanan Hotel Melati di kawasan Ubud, kabupaten Gianyar”. Kajian

tersebut yang menerapkan analisis pelayanan (servqual), analisis kepentingan

kinerja (importance-performance analysis), dan pendekatan kemampuan

mendasar (competence-based) menemukan bahwa rata-rata wisatawan terpuaskan

atas pelayanan yang diberikan oleh hotel melati di kawasan Ubud.

Seluruh kajian ilmiah di atas secara umum telah berhasil mengungkapkan

kaitan antara wisatawan dan upaya menjaga citra positif dan keberlangsungan

pariwisata Bali. Selain itu, terdapat beberapa kajian tesis dan disertasi terbatas

yang menyangkut manajemen usaha jasa pariwisata dan sektor perhotelan di Bali

(lihat Tabel 2.1).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

25

Tabel 2.1

Judul Artikel dan Hasil Kajiannya

Judul Artikel Pengkaji

(tahun)

Hasil

Pengaruh Struktur Organisasi,

Budaya Organisasi,

Kepemimpinan, Aliansi

Strategis Terhadap Inovasi

Organisasi dan Kinerja

Organisasi Hotel Bintang Tiga

di Jawa Timur

Suaedi (2005) Struktur organisasi

berpengaruh langsung positif

signifikan terhadap inovasi

organisasi dan kinerja

organisasi.

Pengaruh Pelatihan Kerja Dan

Motivasi Terhadap Kinerja

Karyawan (Studi Kasus pada

Karyawan Hotel Grasia

Semarang)

Rispati et al.

(2013)

Pelatihan dengan kinerja

karyawan hotel di Semarang.

Penelitian yang dilaksanakan

di Hotel Grasia Semarang ini

menunjukkan bahwa pelatihan

kerja mempunyai pengaruh

paling besar terhadap kinerja

karyawan yaitu 10,1 persen

jika dibandingkan dengan

motivasi yang hanya sebesar 5

persen. Secara bersama-sama

pelatihan kerja dan motivasi

mempunyai pengaruh

terhadap kinerja karyawan

sebesar 13,3 persen.

Pengaruh Budaya Organisasi,

Gaya Kepemimpinan, dan

Motivasi Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan Pada Hotel

Jimbaran Puri Bali

Arimbawa

dan Dewi

(2013)

Sebagian besar (92,4%)

kinerja karyawan, dipengaruhi

oleh budaya organisasi, gaya

kepemimpinan, dan motivasi

kerja

Peran Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia dalam

Peningkatan kinerja organisasi

melalui Perubahan dan

Resiliensi Organisasi (Studi

Pada Industri Perhotelan di

Jawa Timur)

Triatmanto et

al. (2010)

Adanya hubungan yang

positif antara pemberdayaan

sumber daya manusia dan

kinerja organisasi. Kinerja

hotel dipengaruhi oleh

pemberdayaan sumber daya

manusia, yaitu adanya

pertisipasi dalam mencapai

tujuan, komitmen, otoritas

dan tanggung jawab dalam

pengambilan keputusan Sumber: Kajian Pustaka

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

26

Tabel 2.1 menunjukkan beberapa kajian ilmiah terkait manajemen usaha

perhotelan. Beberapa studi yang terkait dengan pengembangan manajemen usaha

perhotelan telah dilakukan, terutama yang menyangkut pemberdayaan SDM,

motivasi kerja, dan kinerja perusahaan.

Pertama, kajian Suaedi (2005) tentang struktur organisasi, inovasi dan

kinerja organisasi. Disimpulkan bahwa struktur organisasi berpengaruh langsung

positif signifikan terhadap inovasi organisasi dan kinerja organisasi. Struktur

organisasi pada hotel bintang tiga di Jawa Timur lebih menunjukkan struktur yang

organis, yaitu struktur yang rendah spesialisasi, rendah formalisasi, rentang

kendali yang longgar, desentralisasi, adanya tim silang fungsional, dan

distribusi informasi yang merata mampu mendorong berkembangnya dinamika

dalam lingkungan kerja, semangat kerja, dan produktivitas kerja. Salah satu yang

terdapat dalam struktur yang organisasi adalah adanya tim lintas fungsional. Tim

ini mampu membangun spirit dan membangun sinerji untuk menghasilkan karya

yang lebih baik, karena bisa mewujudkan interaksi untuk saling belajar dengan

bagian-bagian struktur yang lain dalam rangka memperkaya nilai-nilai baru yang

lebih holistik. Dengan demikian, semuanya itu mampu memberi kontribusi yang

besar pada kinerja organisasi.

Kedua, penelitian Rispati et al. (2013) mengkaji kaitan antara pelatihan

dan kinerja karyawan hotel di Semarang. Penelitian yang dilaksanakan di Hotel

Grasia Semarang ini menunjukkan bahwa pelatihan kerja mempunyai pengaruh

paling besar terhadap kinerja karyawan yaitu 10,1% dibandingkan dengan

motivasi yang hanya sebesar 5%. Secara bersama-sama, pelatihan kerja dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

27

motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan sebesar 13,3%. Saran

yang bisa diberikan adalah bahwa pihak manajemen HRD Hotel Grasia Semarang

perlu memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan pelatihan kerja, baik itu

instruktur, materi maupun jadwal, agar pelatihan yang diterapkan menjadi lebih

tepat sasaran dan menjadi lebih maksimal. Perusahaan perlu meningkatkan

motivasi kerja karyawan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian insentif

yang lebih besar dan peningkatan kenyamanan fasilitas seperti toilet dan kantin

yang diperuntukkan bagi karyawan.

Ketiga, penelitian Arimbawa dan Dewi (2013) yang melibatkan 64 sampel

di hotel Jimbaran Puri Bali. Kajian evaluatif tentang kinerja karyawan hotel ini

menunjukkan bahwa 92,4% kinerja karyawan hotel Jimbaran Puri Bali

dipengaruhi oleh budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan motivasi kerja.

Keempat, kajian Triatmanto et al. (2010) menggambarkan adanya

hubungan yang positif antara pemberdayaan sumber daya manusia dan kinerja

organisasi. Dari kajian yang dilakukan di 34 hotel berbintang di Jawa Timur ini,

disimpulkan bahwa kinerja hotel dipengaruhi oleh pemberdayaan sumber daya

manusia, yaitu adanya partisipasi dalam mencapai tujuan, komitmen, otoritas, dan

tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

Publikasi hasil penelitian pertama sampai keempat di atas (Tabel 2.1)

secara makro memiliki kesamaaan tema dengan kajian disertasi ini, yakni

mengkaji masalah manajemen sektor usaha perhotelan yang menyangkut

pemberdayaan SDM, motivasi kerja, dan kinerja organisasi. Akan tetapi, lokasi

penelitian, cakupan sampel penelitian, indikator variabel, hipotesis penelitian

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

28

pendekatan yang diterapkan, serta fokus masalah yang diangkat dalam beberapa

penelitian tersebut berbeda dengan kajian disertasi ini. Khusus untuk kajian

Triatmanto et al. (2010), terdapat kemiripan dengan penelitian disertasi ini,

khususnya yang menyangkut hubungan antara pemberdayaan sumber daya

manusia dengan kinerja organisasi. Apabila kajian Triatmanto et al. (2010)

dilakukan di Jawa Timur dengan sampel terbatas (34 hotel berbintang), maka

kajian disertasi ini dilaksanakan di Bali dengan sampel yang lebih luas, yakni 195

hotel berbintang serta fokus pada masalah penelitian yang lebih kompleks, yakni

hubungan antara pemberdayaan SDM, motivasi pekerja, dan perubahan organisasi

dengan kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali. Dengan demikian, penelitian

disertasi ini merupakan kajian komprehensif tentang manajemen usaha jasa

perhotelan di Bali, khususnya hubungan antara pemberdayaan SDM, motivasi

pekerja, perubahan organisasi dengan kinerja organisasi.

2.2 Landasan Teori

Secara umum, penelitian disertasi ini mengangkat topik manajemen usaha

jasa perhotelan di Bali. Sesuai dengan topik penelitian, maka beberapa landasan

teori yang digunakan adalah teori model pemberdayaan Khan (1997) dan Noe et

al. (2004), teori motivasi kerja “Three Needs Theory” dari David McClelland

(Gibson et al., 1996), teori perubahan organisasi (Kotter, 1997 dan Robbins,

2003) dan teori kinerja organisasi (Baron dan Greenberg, 1995).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

29

2.2.1 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia memiliki peran yang sangat sentral dalam sebuah

organisaisi. Tujuan perusahaan akan dapat tercapai apabila perusahaan memiliki

manajemen sumber daya manusia yang profesional. Sumber daya manusia harus

dikelola dengan baik dan merupakan bagian dari tugas para manajer untuk

menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan organisasi saat ini dan di masa

mendatang (Rachmawati, 2008; Nawawi, 2011; Rowley dan Jackson, 2012;

Kadarisman, 2012). Keyakinan akan pentingnya sumber daya manusia dalam

mencapai efektivitas dan efisiensi perusahaan sangat tergantung pada kemampuan

perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia yang ada dan harus ada.

Dimilikinya sumber daya manusia dapat menjadi salah satu cara untuk dapat

memenangi kompetisi. Inovasi perusahaan juga ditentukan oleh potensi sumber

daya manusia yang dimiliki; mereka dapat berinovasi bagi perusahaan yang juga

dipengaruhi oleh motivasi dan moral kerja sumber daya manusianya

(Rachmawati, 2008, Nawawi, 2011, Kadarisman, 2012).

Dalam pengembangan suatu organisasi, manajemen sumber daya

manusia menyangkut pemberdayaan sumber daya manusia. Pemberdayaan

sumber daya manusia didefinisikan sebagai suatu konsep yang mengacu pada

usaha menumbuhkan keinginan pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri,

meningkatkan karir serta secara kejiwaan (psikologis) mereka mempunyai

keyakinan yang kuat yang membuat yang bersangkutan lebih berdaya (Morgan

dan Bookman, 1988). Pemberdayaan memerlukan perluasan peran, wewenang,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

30

dan kekuasaan kewenangan pekerja dalam mengupayakan keberhasilan

perusahaannya (Stewart, 2007, Kadarisman, 2012).

Pemberdayaan adalah salah satu strategi untuk memperbaiki sumber

daya manusia dengan pemberian tanggung jawab dan kewenangan terhadap

mereka yang nantinya diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai prestasi

kerja yang lebih tinggi. Menurut Cook dan Steve (yang dialihbahasakan oleh

Sedarmayanti, 2001), “Empowerment (pelimpahan wewenang) akan memberikan

filosofi praktis serta sarana perubahan untuk membantu memperbaiki, baik

terhadap kepuasan pelanggan maupun karyawan, dan dengan demikian juga dapat

membantu memperbaiki keefektifan organisasi. Pemberdayaan merupakan

hubungan antarpersonal yang berkelanjutan untuk membangun kepercayaan

antara karyawan dan manajemen” (Suwatno dan Priansa, 2011).

Menurut Clutterbuck dan Kernaghan 2003 (dalam Makmur, 2008),

pemberdayaan sumber daya manusia telah menjadi hal yang penting dalam

memajukan organisasi akhir-akhir ini karena alasan berikut ini.

1) Kecepatan perubahan yang semakin tinggi, turbulensi lingkungan,

cepatnya respon persaingan, dan akselerasi permintaan-permintaan

pelanggan menuntut kecepatan dan fleksibilitas tanggapan yang sudah

tidak cocok lagi dengan cara kerja organisasi dengan modal kontrol dan

komando gaya lama.

2) Organisasi tinggi sedang berubah dengan cara perampingan, pemangkasan,

struktur dan desentralisasi .

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

31

3) Organisasi menuntut kerja yang lebih lintas-fungsi (cross-functional),

kerja sama lebih terpadu antara bidang, dan integrasi yang lebih baik

dalam proses. Kerja sama seperti itu bisa dicapai lewat pemberdayaan

sumber daya manusia.

4) Pemberdayaan memungkinkan bakat manajerial untuk lebih bisa

difokuskan pada tantangan-tantangan eksternal dan bukan pada problem

solving internal.

5) Pemberdayaan bisa mengungkapkan sumber-sumber bakat manajerial

yang dulunya tidak dikenali dengan menciptakan situasi dan kondisi di

mana bakat bisa tumbuh subur.

6) Staf tidak lagi disiapkan untuk menerima sistem kontrol dan komando

yang sudah usang.

Pemberdayaan membantu menghilangkan kondisi yang menyebabkan

ketidakberdayaan sambil meningkatkan self-efficacy, yaitu perasaan dalam diri

seseorang bahwa dia mampu menyelesaikan pekerjaan apa saja yang diberikan

kepadanya (Newstrom & Davis, 1997). Sebagai suatu proses, pemberdayaan

dilakukan agar orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk

menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara memberikan kepercayaan dan

kewenangan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab (Wibowo, 2006).

Dalam proses perubahan paradigma manajemen, di mana paradigma ini

menjadi dasar munculnya prinsip-prinsip bisnis fundamental yang dapat

membawa perusahaan menjadi pemenang dalam persaingan dan menjadi

perusahaan yang sehat (Alwi, 2001), maka pemberdayaan sumber daya manusia

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

32

merupakan faktor kunci dalam proses peningkatan kontribusi karyawan terhadap

organisasi.

Pemberdayaan SDM diperlukan agar organisasi mampu berkembang

sesuai dengan tuntutan kemajuan. Oleh karena itu, organisasi harus mempunyai

proses atau model yang jelas dalam memberdayakan karyawannya. Khan (1997)

menawarkan sebuah model pemberdayaan yang dapat dikembangkan dalam

sebuah organisasi untuk menjamin keberhasilan pemberdayaan dalam organisasi

(lihat Gambar 2.1).

Gambar 2.1: Model Pemberdayaan SDM

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1, proses pemberdayaan

sumber daya manusia dalam suatu organisasi dilakukan melalui beberapa tahap.

Pertama, adanya pendelegasian wewenang (desire) dan pekerjaan kepada

staf/karyawan dengan cara:

(a) pekerja diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan yang

sedang berkembang,

(b) memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan pekerja,

(c) mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan strategi kerja, dan

(d) menggambarkan keahlian tim dan melatih karyawan untuk mengawasi

pekerjaannya sendiri (self control).

Desire Trust Confident

Communication Accountability Credibility

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

33

Kedua, membangun kepercayaan (trust) antara manajemen dan

karyawan. Hal-hal yang termasuk dalam trust antara lain:

(a) memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam

pembuatan kebijakan,

(b) menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi bagi karyawan

dalam menyelesaikan pekerjaan,

(c) menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja, dan

(d) menghargai perbedaan pandangan dan menghargai kesuksesan yang diraih

karyawan, dan

(e) menyediakan akses informasi yang cukup.

Ketiga, membangun rasa percaya diri (confident) karyawan dengan

menghargai kemampuan yang dimiliki oleh karyawan. Hal yang termasuk

tindakan yang dapat menimbulkan confident antara lain:

(a) mendelegasikan tugas yang penting kepada karyawan,

(b) menggali ide dan saran dari karyawan,

(c) memperluas tugas dan membangun jaringan antardepartemen,

(d) menyediakan jadwal job instruction dan mendorong penyelesaian yang

baik.

Kempat, menjaga kredibilitas (credibility) dengan penghargaan dan

mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang sehat

sehingga tercipta organisasi yang memiliki performance yang tinggi. Hal yang

termasuk credibility antara lain:

(a) memandang karyawan sebagai partner strategis,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

34

(b) peningkatan target di semua bagian pekerjaan,

(c) memperkenalkan inisiatif individu untuk melakukan perubahan melalui

partisipasi, dan

(d) membantu menyelesaikan perbedaan-perbedaan dalam penentuan tujuan

dan prioritas.

Kelima, adanya pertanggung jawaban (accountability) karyawan atas

wewenang yang diberikan. Hal yang termasuk dalam accountability antara lain:

(a) menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja karyawan,

(b) memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas,

(c) melibatkan karyawan dalam penentuan standar dan ukuran,

(d) memberikan bantuan kepada karyawan dalam penyelesaian beban kerja,

dan

(e) memberikan kesempatan untuk menyampaikan saran dan umpan balik

kepada manajemen.

Keenam, adanya komunikasi (communication) yang terbuka untuk

menciptakan suasana saling memahami antara karyawan dan manajemen.

Keterbukaan ini dapat diwujudkan dengan adanya kritik dan saran terhadap hasil

dan prestasi yang dilakukan oleh karyawan. Hal yang termasuk dalam

communication antara lain:

(a) menetapkan kebijakan open communication,

(b) menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan mendiskusikan

permasalahan secara terbuka, dan

(c) menciptakan kesempatan untuk cross training.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

35

Menurut Cook dan Macaulay (dalam Suwatno dan Priansa, 2011),

strategi dalam pemberdayaan sumber daya manusia didasarkan atas delapan buah

langkah menuju keberhasilan sebagai berikut ini. Pertama, pemberdayaan

(empowerment) yang dilakukan dengan mengacu pada visi dan misi organisasi.

Kedua, upaya pemberdayaan sumber daya manusia perlu dilakukan

dengan strategi dan langkah-langkah yang dapat direalisasikan. Visi dan misi

organisasi yang telah ditetapkan perlu diterjemahkan ke dalam strategi dan

langkah yang riil sehingga setiap staf atau karyawan dapat menjalankannya sesuai

dengan peran dan tanggung jawab mereka di perusahaan.

Ketiga, proses pemberdayaan sumber daya manusia perlu dilakukan

dengan mengembangkan sistem komunikasi yang dialogis dan efektif. Segenap

unsur di dalam organisasi, termasuk pihak karyawan selalu dilibatkan secara aktif

untuk kemajuan perusahaan.

Keempat, upaya pemberdayaan yang berhasil memerlukan perubahan

struktur organisasi. Perubahan struktur organisasi ini dilakuan agar setiap individu

dalam organisasi dapat terlibat dalam pengambilan keputusan untuk kemajuan

perusahaan.

Kelima, pemberdayaan sumber daya manusia membutuhkan dukungan

kerja tim yang kompak. Dengan kerja tim yang kompak, maka pengembangan

organisasi bisa dilakukan secara lebih dinamis.

Keenam, pemberdayaan dilakukan dengan mendorong pengembangan

pribadi, yakni memberikan bantuan dan dorongan untuk membangun rasa percaya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

36

diri dari staf/karyawan. Dengan rasa percaya diri yang kuat, maka setiap karyawan

akan lebih mandiri dan memiliki keputusan sendiri demi kemajuan perusahaan.

Ketujuh, memberikan layanan yang terfokus kepada pelanggan. Hasil

akhir empowerment adalah berupa naiknya tingkat jasa layanan kepada pelanggan,

sehingga karyawan yang berada di garis depan dan karyawan yang berhubungan

dengan pelanggan internal harus didorong untuk bertanggung jawab untuk

memuaskan pelanggan mereka.

Kedelapan, mengukur tingkat perkembangan organisasi. Organisasi

perlu menentukan ukuran keberhasilan dan mengupayakan agar ukuran ini dapat

dipahami oleh setiap orang dengan membuat atau menentukan cara agar

keberhasilan individu dapat dikenali.

Beberapa teori dan konsep pemberdayaan di atas, dijadikan acuan dalam

perumusan indikator pemberdayaan sumber daya manusia. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Noe et al. (dalam Rokhman, 2002), pemberdayaan sumber daya

manusia yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi enam indikator sebagai

berikut.

1) Keterlibatan staf/karyawan, yakni memberi kesempatan kepada karyawan

untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan. Keterlibatan karyawan

adalah dalam ikut menentukan standar dan ukuran dalam perusahaan sehingga

diharapkan mereka ikut terlibat dalam menentukan keberhasilan perusahaan.

2) Pendelegasian tugas yang penting kepada bawahan. Staf/karyawan perlu

dilibatkan dan diberi kesempatan dalam pemecahan suatu permasalahan

perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas mereka

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

37

terhadap tanggung jawab dan wewenang yang dibebankan kepadanya. Selain

itu, pendelegasian dilakukan untuk memberi kesempatan kepada karyawan

dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi implementasi

rencana kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Memberikan penghargaan kepada staf/karyawan yang berprestasi. Perusahaan

perlu memberikan penghargaan atas kemampuan, keahlian, dan prestasi kerja

yang dicapai oleh karyawannya.

4) Memberikan pengakuan atas eksistensi staf/karyawannya. Perusahaan perlu

mengakui otoritas karyawannya, agar mereka dapat menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya.

5) Menciptakan sistem komunikasi yang terbuka sehingga tercipta rasa saling

memahami antara karyawan dan manajemen. Keterbukaan ini dapat

diwujudkan dengan adanya kritik dan saran terhadap hasil dan prestasi yang

dicapai oleh karyawan.

6) Menjaga kredibilitas organisasi dengan pemberian penghargaan dan

mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang sehat

sehingga tercipta organisasi yang memiliki performance yang tinggi. Dengan

mengakui bahwa staf/karyawan merupakan partner perusahaan yang strategis,

maka kredibilitas dan kinerja organisasi bisa ditingkatkan.

2.2.2 Motivasi Sumber Daya Manusia

Motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan batin yang mendorong

individu untuk mencapai tujuan pribadi dan organisasi (Lindner, 1998). Para

psikolog dan ekonom telah lama mempelajari perubahan apa yang bisa

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

38

mengakibatkan perbaikan abadi dalam kualitas kerja dan kepuasan karyawan.

Mereka mencoba untuk menjelaskan apa yang memotivasi orang untuk mencapai

keberhasilan tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk perusahaan

mereka juga (Sunil, 2007).

Sebagian orang melupakan keuntungan finansial dari pekerjaan yang

memberikan mereka kesenangan pribadi dan perasaan yang baik tentang apa yang

mereka lakukan. Kremer at al. (2003) mengidentifikasi motivasi kerja sebagai

membangun sesuatu dengan kondisi dan proses yang menyenangkan, besaran dan

upaya pemeliharaan dari pekerjaan seseorang. Definisi itu adalah karakteristik apa

yang akan dilakukan dari perspektif perilaku organisasi. Secara keseluruhan,

tampaknya jelas bagi peneliti bahwa motivasi lebih merupakan istilah relatif yang

dapat didefinisikan dalam banyak cara yang berbeda tergantung pada konteks

situasi (Sunil, 2007).

Karyawan yang termotivasi akan lebih produktif dan kreatif. Agar

efektif, manajer perlu memahami apa yang memotivasi karyawan dalam konteks

peran yang mereka lakukan. Dari sekian banyak fungsi yang dimiliki oleh

pimpinan perusahaan, motivasi dan komunikasi dengan karyawan adalah salah

satu yang penting dan kompleks. Bahkan, berbagai faktor yang memotivasi

karyawan berubah sepanjang waktu. Jadi, bagi manajer, membuat karyawan

mereka termotivasi adalah hal penting untuk mencapai tujuan bisnis (Sunil, 2007).

Dengan membiarkan karyawan untuk menunjukkan inisiatif, hal itu

sering menyebabkan mereka ke posisi kepemimpinan yang akan memungkinkan

mereka untuk tumbuh dan berkembang. Jika karyawan sangat termotivasi, hal itu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

39

dapat membawa mereka kepada kemampuan yang efektif yang akan memberikan

dampak besar pada suksesnya produktivitas kerja (Grant, 2010).

Selain unsur perubahan organisasi, faktor motivasi kerja juga perlu

dimasukkan dalam upaya mengoptimalkan peran pemberdayaan sumber daya

manusia terhadap peningkatan organisasi. Motivasi didefinisikan sebagai

kekuatan pendorong yang menyebabkan orang menjadi bergerak (Mescon, 1999).

Motivasi disebut sebagai usaha untuk mengatur individu ke dalam tindakan untuk

tujuan tertentu yang membuat seorang individu untuk mengambil tindakan yang

didasari oleh pikiran mereka, keyakinan, dan kebutuhannya (Mescon, 1999).

Pinder (1998) menjelaskan motivasi sebagai "seperangkat kekuatan enerjik yang

berasal baik di dalam maupun di luar makhluk individu, untuk memulai perilaku

yang berhubungan dengan pekerjaan, dan untuk menentukan bentuk, arah,

intensitas, dan durasi". Motivasi memiliki dua karakteristik penting sebagai

bentuk energi yang mengarahkan dan menentukan perilaku manusia. Pertama,

motivasi merupakan suatu bentuk energi yang mengarahkan orang untuk

berperilaku dengan cara tertentu. Kedua, motivasi yang efektif cenderung ke arah

tujuan. Titik umum dalam definisi ini adalah bahwa motivasi mempengaruhi

perilaku individu dan mendorong individu untuk mengambil tindakan untuk

tujuan akhir tertentu.

Hasil penelitian Simsek et al. (1994) berbeda dengan hasil penelitian

Brahmasari dan Suprayetno (2008) yang menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak

secara signifikan berhubungan dengan kinerja perusahaan. Dengan demikian,

beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hasil penelitian yang tidak

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

40

konsisten, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan sehingga akan diperoleh

hasil yang konsisten. Penelitian ini akan menggunakan dasar penelitian

sebelumnya untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja

organisasi.

Guralnik (1979) menyebutkan bahwa motif adalah suatu perangsang dari

dalam, suatu gerak hati dan sebagainya yang menyebabkan seseorang melakukan

sesuatu. Selanjutnya, Hasibuan (2003) mengemukakan ”Motif adalah suatu

perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang”.

Motif terkadang didefinisikan sebagai kebutuhan (needs), pengendali (driver)

dalam diri seseorang. Mangkunegara (2006) mendefinisikan ”Motif sebagai suatu

dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai

tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya”.

Terry & Rue (2008) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan

dalam diri seorang individu yang mendorong ia untuk bertindak. Selanjutnya,

Koontz (1997) mengemukakan bahwa motivasi menunjukkan dorongan dan usaha

untuk memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan.

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya

penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para

bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong

gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua

kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan

(Hasibuan, 2003).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

41

Greenberg dan Baron (1995) mendefinisikan motivasi kerja sebagai

suatu proses yang mendorong, mengarahkan, dan memelihara perilaku manusia ke

arah pencapaian suatu tujuan”. Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang

berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan kerja”.

Dari definisi yang disampaikan oleh beberapa ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motif adalah suatu perangsang atau

daya pendorong yang ada dalam diri seseorang yang perlu dipenuhi agar orang

tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di lain pihak, motivasi

adalah daya pendorong yang menimbulkan kemauan dan kerelaan dalam diri

individu yang dapat menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Lebih lanjut,

motivasi kerja adalah proses mendorong, mengarahkan perilaku manusia yang

berhubungan dengan lingkungan kerja untuk mencapai tujuan.

Menurut Hasibuan (2003), motivasi memiliki sebelas tujuan, yaitu:

(1) mendorong gairah dan semangat kerja karyawan;

(2) meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan;

(3) meningkatkan produktivitas kerja karyawan;

(4) mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan;

(5) meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan;

(6) mengefektifkan pengadaan karyawan;

(7) menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik;

(8) meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan;

(9) meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan;

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

42

(10) mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya; dan

(11) meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Pemberian motivasi sangat penting dilakukan, karena pemimpin atau

manajer memerlukan kerjasama yang baik dengan bawahannya untuk

melaksanakan tugas-tugas organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pentingnya pemberian motivasi kepada bawahan adalah agar mereka tetap mau

dan bersedia melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan keahlian atau

keterampilan yang mereka miliki.

Upaya peningkatan motivasi karyawan akan berhasil jika dilakukan

dengan teknik yang tepat. Dalam kaitan ini, Usman (2010) menyodorkan enam

teknik dalam memotivasi kinerja karyawan, yaitu dengan cara:

(1) berpikiran positif,

(2) menciptakan perubahan yang kuat,

(3) membangun harga diri,

(4) memantapkan pelaksanaan,

(5) membangkitkan orang lemah menjadi kuat, dan

(6) menghilangkan sikap suka menunda pekerjaan.

Enam teknik memotivasi karyawan di atas harus dikuasai oleh para

pemimpin organisasi. Setiap pemimpin dituntut untuk mampu memotivasi

bawahannya agar mau bekerjasama mencapai tujuan organisasi. Secara empiris,

perilaku setiap individu akan berbeda. Untuk itu, kebutuhan motivasi tergantung

pada kebutuhan dari masing-masing individu tersebut. Seperti yang disampaikan

oleh Gibson (1996) ”Kebutuhan adalah kekurangan yang dialami individu pada

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

43

suatu waktu tertentu. Kekurangan tersebut dapat bersifat fisik seperti kebutuhan

akan makanan, psikologis seperti kebutuhan untuk beraktualisasi diri, atau

sosiologis seperti kebutuhan untuk interaksi sosial”.

Selanjutnya, Mangkunegara (2006) menyampaikan bahwa terdapat dua

teknik dalam memotivasi kerja karyawan yaitu pemenuhan kebutuhan karyawan

dan komunikasi persuasif.

(1) Teknik pemenuhan kebutuhan karyawan berarti bahwa pemenuhan

kebutuhan karyawan merupakan fundamen yang mendasari perilaku kerja.

(2) Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja

karyawan yang dilakukan dengan cara mempengaruhi karyawan secara

ekstralogis. Teknik ini dirumuskan dengan istilah ”AIDDAS” yaitu Attention

(perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action

(aksi atau tindakan), dan Satisfaction (kepuasan). Dalam kaitan ini, para

pemimpin organisasi harus memperhatikan karyawannya terkait pentingnya

tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat pada diri karyawan yang

bersangkutan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Bilamana telah

timbul minat, maka hasrat karyawan akan menjadi kuat untuk mengambil

keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang

diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, karyawan akan bekerja

dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.

Menurut Winardi (2004), motivasi berkaitan dengan ”Bagaimana cara

merangsang sekelompok orang yang masing-masing memiliki kebutuhan yang

khas dan kepribadian unik untuk bekerjasama menuju pencapaian sasaran-sasaran

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

44

organisasi”. Model hierarki kebutuhan merupakan teori Maslow yang

menganggap bahwa kebutuhan orang bergantung kepada apa yang telah mereka

miliki. Dalam pengertian, suatu kebutuhan yang telah terpenuhi bukan faktor

motivator. Kebutuhan manusia, tersusun dalam suatu hierarki kepentingan, yaitu

fisiologis, keamanan, rasa memiliki, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Perilaku individu dalam proses pemenuhan kebutuhannya akan didominasi

dan ditentukan oleh jenis kebutuhan yang belum terpenuhi. Perilaku pada

dasarnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan yang

telah terpenuhi akan berkurang dalam kekuatannya dan biasanya tidak memotivasi

individu tersebut untuk mencari tujuan guna memenuhinya. Menurut Maslow,

kebutuhan manusia dalam organisasi terdiri dari lima macam kebutuhan sebagai

berikut.

(1) Kebutuhan fisik (physical needs). Kebutuhan ini berkaitan dengan

kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan diri sebagai

makhluk hidup, seperti kebutuhan untuk makanan, minuman, pakaian,

seks, dan lain-lain. Karena ini merupakan kebutuhan biologis, maka

kebutuhan ini akan didahulukan pemenuhannya oleh manusia, di mana

bila ini belum terpenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak akan

tergerak untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi.

(2) Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan ini berkaitan dengan

kebutuhan rasa aman dari ancaman-ancaman dari luar yang mungkin

terjadi seperti keamanan dari ancaman orang lain, ancaman alam, atau

ancaman bahwa suatu saat tidak dapat bekerja karena faktor usia atau

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

45

faktor lainnya. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan pertama

terpenuhi.

(3) Kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan ini berkaitan dengan

keinginan untuk menjadi bagian dari orang lain, dicintai orang lain, dan

mencintai orang lain. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan tingkat

pertama dan kedua terpenuhi.

(4) Kebutuhan pengakuan (esteem needs). Kebutuhan yang berkaitan tidak

hanya menjadi bagian dari orang lain (masyarakat), tetapi lebih jauh dari

itu, yaitu diakui/dihormati/dihargai oleh orang lain karena kemampuannya

atau kekuatannya. Kebutuhan ini ditandai dengan keinginan untuk

mengembangkan diri, meningkatkan kemandirian, dan kebebasan.

(5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan yang

berhubungan dengan aktualisasi/penyaluran diri dalam arti

kemampuan/minat/potensi diri dalam bentuk nyata dalam kehidupannya

merupakan kebutuhan tingkat tertinggi dari teori Maslow. Hal ini ditandai

oleh hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan

keinginannya.

Pada umumnya, perilaku individu pada waktu tertentu ditentukan oleh

kebutuhan mereka yang paling kuat. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi

perlu memiliki pengertian mengenai kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan

karyawannya. Dalam kaitan ini, Clayton Alderfer (1969) dengan teori ERG

(Existence, Relatedness and Growth) menyatakan terdapat tiga kelompok

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

46

kebutuhan manusia. Teori tiga kelompok kebutuhan manusia atau ERG dapat

didiskripsikan sebagai berikut.

(1) Existence, yakni kebutuhan untuk mempertahankan keberadaan seseorang

dalam hidupnya. Bila dikaitkan dengan penggolongan kebutuhan dari

Maslow, ini berkaitan dengan kebutuhan fisik dan keamanan.

(2) Relatedness, yakni kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila

dikaitkan dengan penggolongan kebutuhan dari Maslow, ini meliputi

kebutuhan sosial dan pengakuan.

(3) Growth, yakni kebutuhan pengembangan diri yang identik dengan

kebutuhan self-actualization yang dikemukakan oleh Maslow.

Teori ERG secara konseptual memiliki kesamaan dengan Teori Hierarki

Maslow, yaitu ”Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan

kedua dalam teori Maslow, ”Relatedness” senada dengan hierarki ketiga dan

keempat menurut konsep Maslow, dan ”Growth” mengandung makna yang sama

dengan self actualization menurut Maslow (Siagian, 2002).

Menurut Gibson et al. (1996), terdapat sejumlah perbedaan antara teori

ERG dan teori Maslow, yaitu pada bagaimana orang bergerak pada kelompok-

kelompok kebutuhan yang berbeda. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan yang

belum terpenuhi lebih banyak berperan dan bahwa tingkat kebutuhan selanjutnya

yang lebih tinggi tidak didorong hingga kebutuhan yang predominan tersebut

terpuaskan. Maka, seseorang akan meningkat pada hierarki kebutuhan yang lebih

tinggi hanya bila kebutuhan tingkat rendahnya terpuaskan. Sebagai kebalikannya,

teori ERG menyatakan bahwa sebagai tambahan kepada proses peningkatan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

47

kepuasan yang diajukan Maslow, proses penurunan frustasi juga terjadi. Jika

seseorang terus menerus frustasi dalam mencoba memuaskan kebutuhan

pertumbuhan, kebutuhan keterkaitan muncul kembali sebagai kekuatan motivasi

yang utama, yang mengakibatkan individu mengarahkan kembali upaya-upaya

untuk memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih rendah.

Serupa dengan teori ERG, terdapat Three Needs Theory dari David

McCelland (1973). Three Needs Theory merupakan teori yang menyatakan bahwa

individu akan terdorong atau termotivasi melakukan sesuatu untuk memuaskan

kebutuhannya. Menurut McCelland, ketika seseorang ingin memenuhi

kebutuhannya, maka motivasinya akan semakin kuat yang diwujudkan dalam

bentuk tingkah laku yang mengarah pada upaya pemuasan kebutuhan tersebut.

Three Needs Theory dari David McClelland (dalam Gibson et al., 1996) dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

(1) Kebutuhan berprestasi (need for achievement), yaitu keinginan untuk

melakukan sesuatu yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang

sebelumnya.

(2) Kebutuhan afiliasi (need for affiliation), yaitu kebutuhan untuk disukai,

mengembangkan atau memelihara persahabatan dengan orang lain.

(3) Kebutuhan untuk berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk lebih

kuat, lebih berpengaruh terhadap orang lain.

Saydam (2005) mengemukakan bahwa ”Kebutuhan berprestasi (need for

achievement) merupakan kebutuhan untuk berhasil dalam setiap kegiatan”.

Kebutuhan untuk berprestasi tersebut merupakan motivasi individu tersebut untuk

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

48

bersedia bekerja keras dan berkreativitas dalam pekerjaannya. Untuk memberi

motivasi kepada pegawai yang memiliki kebutuhan untuk berkuasa tinggi,

seorang pemimpin harus dapat menciptakan suasana dan berupaya sering memberi

tanggung jawab serta memberi kesempatan yang ada untuk maju dan berkembang.

Di lain pihak, kebutuhan afiliasi adalah suatu kebutuhan untuk menyenangkan dan

berusaha menghindari konflik dengan pihak lain.

Berdasarkan penjelasan konsep-konsep teori motivasi tersebut, maka

penelitian ini mengacu pada teori motivasi dari David McClelland yaitu Three

Needs Theory, yang terdiri atas kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi,

dan kebutuhan akan kekuasaan. Three Needs Theory akan diterapkan untuk

mengkaji masalah motivasi kerja karyawan hotel berbintang di Bali. Dalam

melaksanakan tugas, karyawan hotel dimotivasi oleh kebutuhan mereka untuk

berprestasi, berhubungan, dan bekerjasama dengan sesamanya secara harmonis

(afiliasi), serta motivasi mereka dalam memperoleh posisi jabatan tertentu

(kekuasaan) di perusahaannya.

2.2.3 Perubahan Organisasi

Sesuai dengan tantangan globalisasi, suatu organisasi/perusahaan dapat

bertahan bilamana mampu melakukan perubahan, termasuk perubahan organisasi

usaha perhotelan di Bali. Setiap perubahan lingkungan yang terjadi harus

dicermati karena keefektifan suatu organisasi bergantung pada sejauh mana

organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Pada dasarnya,

semua perubahan yang dilakukan mengarah pada peningkatan efektivitas

organisasi dengan tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi dalam

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

49

menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta perubahan perilaku

anggota organisasi (Kotter 1997; Anderson et al., 2001).

Perubahan organisasi pada dasarnya adalah pengembangan organisasi.

Menurut Tyagi (2000), pengembangan organisasi merupakan usaha yang

terencana, sistematis, terorganisasi dan kolaboratif di mana prinsip pengetahuan

tentang perilaku dan teori organisasi diaplikasikan dengan maksud meningkatkan

kualitas kehidupan yang tercermin dalam meningkatkanya kesehatan dan vitalitas

organisasi, meningkatkan individu dan anggota kelompok dalam kompetisi dan

harga diri, serta semakin baiknya masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini,

pengembangan organisasi merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan.

Perubahan organisasi dilakukan dengan cara menyesuaikan diri pada kecepatan

perubahan yang sedang terjadi di eksternal organisasi (Kotter, 2002).

Palmer dan Dunford (2008) mengidentifikasi empat pendekatan terhadap

karakteristik perubahan organisasi. Pertama, perubahan organisasi ditandai oleh

adanya mind-set dominan diganti dengan mind-set baru yang diusulkan. Misalnya,

pandangan yang semula terfokus pada teknologi digeser menjadi sistem perspektif

disain. Kedua, perubahan organisasi terjadi ketika ada penolakan untuk

melakukan perubahan yang mana hal tersebut bisa mendominasi resistensi untuk

berubah. Seharusnya perubahan organisasi dilakukan dengan mempertimbangkan

kondisi riil organisasi tanpa harus tergantung pada situasi di luar perusahaan.

Ketiga, perubahan organisasi seharusnya dikaitkan dengan konteks, waktu, proses,

serta hubungan antara perubahan dan kinerja. Keempat, perubahan organisasi

diidentifikasi berdasarkan asumsi epistemologi dan ontologinya. Dalam kaitan ini,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

50

organisasi dipandang sebagai suatu proses, terfokus pada struktural dari entitas,

atau proses mengorganisasi.

Perubahan organisasi dilakukan agar dapat keluar dari situasi krisis.

Menurut Kasali (2007), organisasi yang berupaya keluar dari situasi krisis

memerlukan energi yang besar, pemimpin tim yang kuat, serta cara berpikir yang

baru. Kesempatan terbaik dalam melakukan perubahan bukanlah pada saat

memasuki masa-masa sulit. Perubahan yang terbaik justru seharusnya dilakukan

pada saat perusahaan mengalami kejayaan. Karena pada masa itulah sebenarnya

perusahaan memiliki rasa percaya diri yang besar, memiliki uang yang cukup,

serta sumber daya manusia yang tangguh (Kasali, 2007).

Secara umum, terdapat tiga tipe perubahan organisasi, yaitu

developmental change, transitional change dan transformational change

(Anderson et al., 2001). Pertama, Developmental change mencerminkan

perubahan keterampilan, metode, standar kinerja, atau kondisi yang telah ada yang

tidak mampu mengukur kebutuhan organisasi pada saat ini dan mendatang.

Terdapat dua asumsi dalam developmental change, yaitu (1) sumber daya

manusia mampu memperbaiki kondisi organisasi, dan (2) sumber daya manusia

tersebut akan menjadi lebih baik bila diberi pengertian tentang perlunya

perubahan, sumber daya, motivasi, dan pelatihan yang tepat. Developmental

change dapat diterapkan untuk individu, kelompok, atau seluruh organisasi demi

proses perbaikan organisasi.

Kedua, transitional change, merupakan respon pada pergeseran yang

signifikan pada kekuatan lingkungan atau kebutuhan pasar agar bisa sukses.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

51

Transitional change dimulai ketika pemimpin mengetahui bahwa suatu masalah

telah terjadi dan diperlukan perubahan dalam operasi atau penciptaan layanan

yang lebih baik terhadap permintaan (konsumen) saat ini dan yang akan datang.

Strategi dalam pengelolaan transitional change antara lain dapat berupa

komunikasi dalam menjalankan perubahan, keterlibatan sumber daya manusia

dalam mendesain dan mengimplementasikan rencana perubahan, dan pengawasan

terhadap implementasi perubahan, serta kepastian bahwa karyawan bekerja pada

kondisi yang baru.

Strategi mengelola transitional change dapat berbentuk komunikasi

yang baik untuk menjalankan program perubahan, rencana perubahan yang jelas,

keterlibatan pekerja dalam merencanakan dan melaksanakan perubahan, dan

kontrol dalam pelaksanaan perubahan tersebut (Wibowo, 2006). Menurut

Anderson (2001), transitional change bisa dilakukan dalam bentuk: (1)

reorganisasi, (2) merjer atau konsolidasi sederhana, (3) membebaskan diri dari

kepentingan tertentu, (4) mengembangkan pemasaran dan penerapan teknologi

yang tidak memerlukan perubahan besar dalam pola pikir atau perilaku, dan (5)

menciptakan produk baru, jasa, sistem, proses, kebijakan, atau prosedur baru.

Ketiga, transformational change adalah pergeseran secara radikal dari

satu keadaan ke keadaan lainnya. Pergeseran tersebut antara lain pergeseran

budaya, perilaku, dan pola pikir agar bisa mencapai sukses dan berkelanjutan

sepanjang waktu. Transformasi memerlukan kepedulian sumber daya manusia

yang secara lengkap mengubah cara organisasi dan orangnya dalam melihat dunia,

pelanggaran, pekerjaan, dan dirinya (Wibowo, 2006).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

52

Menurut Stewart (2007), proses implementasi perubahan bisa dilakukan

dengan menggunakan pendekatan proses. Dalam proses perubahan itu, perlu

dipertimbangkan dampak perubahan terhadap organisasi dan sumber daya, sistem

dan pengendalian, serta perilaku orang akibat perubahan yang terjadi dalam

organisasi. Terdapat dua faktor yang mendorong terjadinya perubahan, yaitu

faktor eksternal seperti perubahan teknologi dan semakin terintegrasinya ekonomi

internasional serta faktor internal organisasi yang mencakup dua hal pokok.

(1) Perubahan perangkat keras organisasi (hard system tools) atau yang biasa

disebut dengan perubahan struktural, yang meliputi perubahan strategi, stuktur

organisasi, dan sistem. (2) Perubahan perangkat lunak organisasi (soft system

tools) atau perubahan kultural, yang meliputi perubahan perilaku manusia dalam

organisasi, kebijakan sumber daya manusia, dan budaya organisasi. Setiap

perubahan tidak bisa hanya memilih salah satu aspek struktural atau kultural saja

sebagai variabel yang harus diubah, tetapi kedua aspek tersebut harus dikelola

secara bersama-sama agar hasilnya optimal (Sobirin, 2005).

Menurut Kotter (1997), terdapat beberapa jenis perubahan organisasi,

yaitu: (a) restrukturisasi (restructuration), (b) rekayasa ulang (reengineering), (c)

penyusunan strategi kembali (turn around), (d) akuisisi (acquisition), (e)

perampingan (downsizing), (f) program-program berkualitas (quality programs),

dan (g) pembaharuan kultur organisasi (organizational culture’s renewal).

Pertama, restrukturisasi organisasi biasanya dilakukan ketika struktur

organisasi yang ada dianggap tidak memadai lagi (dalam arti, tidak efektif dan

efisien) untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan organisasi. Hal ini

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

53

dilakukan dengan cara: (a) unifikasi atau penggabungan beberapa unit kerja atau

deorganisasi, dan (b) penghapusan satuan organisasi, revitalisasi, yakni

memberdayakan organisasi atau rekayasa ulang perubahan pada sistem-sistem

kerja organisasi, misalnya sistem produksi, sistem pasokan input, sistem

pemasaran, sistem komunikasi, dan lain-lain dengan tujuan untuk membangun

keterkaitan yang lebih efektif dan efisien di antara sistem- sistem tersebut (Kotter,

1997).

Restrukturisasi organisasi dilakukan agar masing-masing bagian dari

struktur organisasi tersebut dapat berfungsi secara optimal. Dalam kaitan ini,

Robbins (2003) membagi enam unsur dalam pembentukan suatu struktur

organisasi, yaitu: (1) spesialisasi atau pembagian tenaga kerja, yakni suatu alur

penyelesaian pekerjaan menjadi sejumlah langkah penyelesaian yang diselesaikan

dengan kualifikasi tertentu; (2) departementalisasi, yakni bagian-bagian dari

struktur organisasi yang didasarkan pada kesamaan kelompok pekerjaan maupun

berdasarkan teritori agar tugas dapat dikoordinasikan; (3) rantai komando, yakni

alur perintah dan kewenangan berkaitan dengan tanggung jawab dari tingkatan-

tingkatan dalam suatu organisasi; (4) rentang kendali, menentukan banyaknya

tingkatan dan manajer yang harus dimiliki oleh suatu organisasi; (5) sentralisasi

dan desentralisasi, yakni suatu cara pengambilan keputusan berdasarkan

kewenangan manajerial, dan (6) formalisasi, yakni suatu tingkatan pekerjaan

dalam suatu organisasi yang dibakukan berdasarkan aturan.

Perubahan organisasi juga bisa dilakukan dalam bentuk akuisisi atau

merjer, yakni pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Pada

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

54

umumnya, bisnis yang dikelola oleh perusahaan yang diakuisisi itu diintegrasikan

kepada perusahaan yang mengakuisisi. Hal ini memerlukan perubahan organisasi,

baik pada sisi perusahaan yang diakuisisi maupun perusahaan yang mengakuisisi.

Bentuk lain akuisisi adalah merjer, yakni penggabungan dua perusahaan (biasanya

bergerak pada bisnis yang sama) untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan

tertentu. Perampingan organisasi adalah upaya-upaya mengurangi ukuran

organisasi sedemikian rupa sehingga dapat lebih efisien. Ini bisa dilakukan dengan

menutup unit-unit yang dianggap tidak esensial atau tidak menguntungkan

(Kotter, 1997).

Perubahan organisasi dengan mengembangkan program-program kualitas

biasanya dilakukan untuk memperbaiki mutu produk atau jasa yang dihasilkan

oleh suatu organisasi. Selanjutnya, perubahan/pembaharuan kultur organisasi

merupakan upaya-upaya untuk mengubah nilai-nilai dan norma-norma di dalam

organisasi. Ini dilakukan ketika budaya organisasi dipandang sudah tidak cocok

lagi dengan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi sehingga perlu

dikembangkan suatu budaya baru (Kotter, 1997).

Dalam proses perubahan organisasi, energi yang keluar dari proses

ketidakpuasan harus disalurkan melalui tujuan yang jelas. Dalam kaitan ini,

manajer puncak bertugas menciptakan filosofi, mendefinisikan strategi, dan

mendefinisikan proses manajemen untuk menjadi kompetitif. Seorang top

manager harus mampu menjalankan model manajemen organisasi baru yang

meliputi hal berikut ini. (1) Organisasi berdasarkan komitmen (“commitment

based”organization); organisasi komitmen mendorong individu untuk mengambil

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

55

risiko dan inisiatif dan menjadi pemimpin. Ini dikarakteristikkan dengan tingkatan

tinggi dari kreativitas dan energi pengusaha difokuskan pada pemberian produk

terbaik kepada pelanggan dengan biaya termurah. (2) Struktur organisasi adalah

desentralisasi atau menciptakan otonomi, serta melakukan penyusutan grup-grup

staf organisasi melalui eliminasi atau reorganisasi menjadi unit-unit bisnis. (3)

Integrasi lintas fungsi dalam melayani pelanggan dan alokasi pertanggungjawaban

yang lebih jelas. (4) Manajemen partisipatif, bawahan mengharapkan seorang

pemimpin yang melibatkan mereka dan pihak-pihak lain yang relevan dalam

pembuatan keputusan. (5) Team work, yang terdiri atas beberapa orang dengan

keahlian dan ketrampilan yang saling melengkapi untuk secara bersama-sama

mencapai visi organisasi (Ambarwati, 2003).

Perubahan organisasi diperlukan agar bagian-bagian dalam struktur

organisasi dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan

organisasi. Secara jelas, cara pekerjaan dalam organisasi untuk mencapai

pengendalian dan koordinasi memberikan pengaruh penting dalam mencapai

efektifitas organisasi (Mintzberg, 1991).

Sebagian dari jenis perubahan organisasi menurut beberapa ahli di atas,

terjadi dalam organisasi usaha perhotelan di Bali. Secara umum, perubahan

organisasi perhotelan di Bali sesuai dengan Robbins (2003) yang menyatakan

bahwa perubahan organisasi meliputi empat indikator yaitu: (1) perubahan

struktur organisasi, (2) perubahan strategi organisasi, (3) perubahan manajemen

sumber daya manusia, dan (4) penerapan teknologi pendukung perubahan

organisasi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

56

Agar bisnis sektor jasa akomodasi perhotelan di Bali tetap eksis dan dapat

mengikuti perkembangan pasar, maka sesuai dengan kebutuhan masing-masing

hotel, struktur organisasinya mengalami penyesuaian, termasuk strategi

pemasarannya. Selain itu, manajemen sumber daya manusia usaha perhotelan di

Bali juga terus dikembangkan, serta dilakukan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi terkini, termasuk layanan pemasaran melalui e-commerce.

2.2.4 Kinerja Organisasi

Pada hakikatnya, kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan, serta waktu (Hasibuan, 2003:6).

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Setidaknya, terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh pada kinerja,

yaitu individu (kemampuan bekerja), usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan

dukungan kerjanya (kesempatan untuk bekerja). Cash dan Fischer (1987)

mengemukakan bahwa kinerja sering disebut dengan performance atau result

yang diartikan dengan apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan. Kinerja

karyawan dipengaruhi oleh kinerja organisasi (organizational performance) itu

sendiri yang meliputi pengembangan kerja (organizational development), rencana

kompensasi (compensation plan), sistem komunikasi (communication system),

gaya manajerial (managerial style), struktur kerja (organization structure), dan

kebijakan dan prosedur (policies and procedures).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

57

Rendahnya kinerja organisasi berkaitan dengan perubahan organisasi. Hal

ini berarti bahwa upaya peningkatan kinerja organisasi belum bisa dicapai

walaupun telah dilakukan pemberdayaan karyawan. Peningkatan kinerja

organisasi bisa dilakukan bilamana diikuti oleh kultur pemberdayaan sumber daya

manusia. Pemberdayaan sumber daya manusia itu menyangkut pelibatan mereka

dalam pengembangan organisasi, baik ketika dalam proses perencanaan,

pelaksanaan sampai kepada proses evaluasinya. Selain itu, pemberdayaan sumber

daya manusia juga harus bisa membangkitkan komitmen dan tanggung jawab

mereka sesuai dengan tujuan organisasi (Clarke, 1994; Kasali, 2007; Rispati et al.,

2013).

Handoko (2003) mendefinisikan kinerja sebagai proses di mana organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya. Mangkunegara (2006)

mengemukakan kinerja perusahaan sebagai hasil kerja yang secara kualitas dan

kuantitas dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tika (2006) mendefinisikan

bahwa kinerja perusahaan adalah fungsi dari hasil-hasil pekerjaan atau kegiatan

yang ada dalam perusahaan, yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu.

Robbins (2003) mengemukakan bahwa istilah lain dari kinerja adalah

human output yang dapat diukur dari produktivitas, absensi, turnover, citizenship,

dan satisfaction.Baron dan Greenberg (1995) mengemukakan bahwa kinerja pada

individu juga disebut dengan job performance, work outcomes, task performance.

Brahmasari (2004) menyatakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

58

organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun kualitatif, kreativitas,

fleksibilitas dapat diandalkan atau hal-hal lain yang diinginkan organisasi.

Penekanan kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, juga

dapat pada tingkatan individu, kelompok, ataupun organisasi.

Tika (2006) menyampaikan bahwa ada 2 (dua) cara untuk mengukur

kinerja perusahaan, yaitu dengan Metode UCLA (University of California Los

Angeles) yang ditemukan oleh Alkin (1969) dan Metode Balanced Scorecard

yang ditemukan oleh Kaplan dan Norton (1996). Metode UCLA membagi

evaluasi kinerja perusahaan ke dalam 5 (lima) cara sebagai berikut ini.

(1) System assessment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang

keadaan atau posisi suatu sistem. Evaluasi dengan menggunakan model ini

dapat menghasilkan antara lain informasi mengenai posisi terakhir dari seluruh

elemen program penilaian kinerja yang tengah diselesaikan.

(2) Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitas-aktivitas

dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

(3) Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah

program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti

yang direncanakan.

(4) Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang

bagaimana program berfungsi, bekerja, serta mengantisipasi masalah-masalah

yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.

(5) Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai

nilai-nilai atau manfaat program.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

59

Selanjutnya, metode Balanced Scorecard dipergunakan untuk mengukur

kinerja seseorang atau kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk

mencatat skor hasil-hasil kinerja. Balanced Scorecard merupakan ide untuk

menyeimbangkan aspek keuangan dan non-keuangan serta aspek internal dan

eksternal perusahaan. Melalui metode ini, lalu dilakukan pendekatan untuk

mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif, yaitu

perspektif pelanggan, proses bisnis internal, proses belajar dan berkembang, serta

keuangan (Kaplan, 1996; Luis, 2008).

Perspektif pelanggan menggunakan ukuran berapa ”nilai” yang diberikan

kepada pelanggan dilihat dari segi waktu, kualitas, performansi, dan layanan dan

biaya pada perspektif bisnis internal dapat mengevaluasi ekspektasi yang

diharapkan pelanggan dapat terpenuhi melalui perbaikan proses di internal

organisasi tersebut. Di sini juga perusahaan dapat mengukur tingkat keahlian dan

produktivitas karyawan, kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, dan

atau sistem informasi yang baik yang berjalan dalam organisasi (Kaplan, 1996).

Menurut Mahsun (2006), sisi perspektif inovasi dan pembelajaran dari

suatu organisasi dapat diukur melalui peningkatan dan inovasi yang berkelanjutan

terhadap produk-produk yang dimiliki. Produk di sini tidak selamanya berupa

barang, pelayanan dan hal-hal lain yang bersifat jasa pun adalah produk. Ukuran

yang diberikan antara lain banyaknya produk-produk baru yang dihasilkan dan

presentase keberhasilan penjualannya, tingkat penetrasi terhadap pasar baru, atau

implementasi SCM (supply chain management), dan lainnya. Apabila target-target

terpenuhi, maka efeknya akan mengimbas pada perspektif finansial juga. Finansial

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

60

ini termasuk mengukur pendapatan dan pengeluaran, lebih dalamnya lagi ROI

(return of investment), tingkat penjualan, pertumbuhan market share, dan lainnya.

Kinerja individu akan mempengaruhi kinerja organisasi/perusahaan.

Kinerja perusahaan merupakan hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas

dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung

jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2006). Variabel kinerja

perusahaan ini secara operasional diukur dengan menggunakan empat (4)

indikator yang diadopsi dari Brahmasari (2004), yaitu:

1) kemampuan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan

sumber daya manusia yang dimiliki,

2) kemampuan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan

seluruh waktu yang dimiliki,

3) kemampuan perusahaan dalam beradaptasi terhadap perubahan, dan

4) kemampuan perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Tabel 2.2 menunjukkan beberapa hasil kajian pustaka yang menyangkut

pemberdayaan SDM, motivasi kerja, perubahan organisasi, dan kinerja organisasi.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

61

Tabel 2.2

Beberapa Teori/Konsep Hasil Kajian Pustaka

Penemu Teori/konsep Indikator

Noe et al. (dalam

Rokhman, 2002); Khan

(1997); Suwatno dan

Priansa (2011)

Pemberdayaan

sumberdaya

manusia

(1) Keterlibatan tenaga kerja

(2) Pendelegasian tugas kepada tenaga kerja

(3) Penghargaan organisasi bagi pekerja

berprestasi

(4) Pengakuan atas eksistensi tenaga kerja

(5) Komunikasi yang terbuka

(6) Kredibilitas organisasi

David McClelland

(1973); Gibson et al.

(1996); Saydam (2005),

Zahera 2000 (dalam

Usman, 2010)

Motivasi kerja (1) Kebutuhan akan prestasi

(2) Kebutuhan akan afiliasi

(3) Kebutuhan akan kekuasaaan

Kotter ( 1997); Robbins

(2003)

Perubahan

organisasi

(1) Perubahan struktur organisasi

(2) Perubahan strategi organisasi

(3) Perubahan manajemen sumber daya

manusia

(4) Penerapan teknologi pendukung

perubahan organisasi

Baron dan Greenberg

(1995); Brahmasari

(2004)

Kinerja

organisasi

(5) Efisiensi penggunaan sumber daya

manusia.

(6) Efisiensi penggunaan waktu

(7) Kemampuan beradaptasi terhadap

perubahan

(8) Kemampuan mencapai target

perusahaan

Sumber: Hasil Kajian Pustaka

Dengan mempertimbangkan kondisi empiris pada industri perhotelan di

Bali, maka setidaknya terdapat enam indikator pemberdayaan sumber daya

manusia (Noe et al., dalam Rokhman, 2002). Keenam indikator pemberdayaan

sumber daya manusia tersebut meliputi: keterlibatan tenaga kerja, pendelegasian

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

62

tugas kepada tenaga kerja, penghargaan organisasi bagi pekerja berprestasi,

pengakuan atas eksistensi tenaga kerja, komunikasi yang terbuka, serta

kredibilitas organisasi.

Selanjutnya, untuk pengukuran motivasi kerja pekerja industri perhotelan

di Bali, digunakan tiga indikator sesuai dengan teori motivasi David McClelland

yaitu three needs theory, yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan affiliasi,

dan kebutuhan akan kekuasaaan. Teori ini menyatakan bahwa individu dengan

suatu kebutuhan yang kuat akan terdorong atau termotivasi untuk menggunakan

tingkah laku yang sesuai guna memuaskan kebutuhan. Hasil penelitian Zahera

2000 (dalam Usman, (2010) menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang

dilakukan, motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kinerja Organisasi dipengaruhi oleh perubahan organisasi. Menurut

Robbins (2003), perubahan organisasi meliputi empat indikator, yaitu: perubahan

struktur organisasi, perubahan strategi organisasi, perubahan manajemen sumber

daya manusia, dan penerapan teknologi pendukung perubahan organisasi.

Selanjutnya, variabel kinerja organisasi/perusahaan secara operasional

diukur dengan menggunakan empat indikator yang diadopsi dari Brahmasari

(2004), yaitu: efisiensi penggunaan sumber daya manusia, efisiensi penggunaan

waktu, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, dan kemampuan perusahaan

dalam mencapai target perusahaan yang telah ditetapkan, yakni tingkat penjualan

kamar hotel (Lihat Tabel 2.2).

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

63

BAB III

KERANGKA BERPIKIR,

KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Dinamika manajemen organisasi / sektor pariwisata di Bali secara umum

terkait dengan era globalisasi dewasa ini. Globalisasi adalah era persaingan bebas

yang menuntut organisasi bertindak serba cepat dan rasional dan memerlukan

peran berbagai komponen seperti sumber daya manusia, teknologi, dan perangkat

hukum sehinggu tujuan organisasi dapat dicapai. Dalam mengantisipasi tantangan

globalisasi, organisasi manajemen sektor usaha jasa pariwisata juga terus

berkembang dinamis. Manajemen perusahaan, khususnya usaha perhotelan perlu

mengambil langkah antisipatif agar tetap eksis dan mampu mengembangkan

kinerjanya.

Penelitian desertasi ini terfokus kepada upaya mengkaji kinerja organisasi

usaha perhotelan di Bali (lihat Gambar 3.1). Penelitian ini mencakup empat

variabel, yaitu variabel pemberdayaan SDM, motivasi kerja, perubahan

organisasi, dan kinerja organisasi. Ke-empat variabel penelitian ini selanjutnya

dirumuskan menjadi tiga permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengaruh pemberdayaan sumber daya manusia terhadap

motivasi kerja pekerja, perubahan organisasi, dan kinerja organisasi usaha

perhotelan di Bali?

2. Bagaimanakah pengaruh motivasi kerja terhadap perubahan organisasi dan

kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali?

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

64

3. Bagaimanakah pengaruh perubahan organisasi terhadap kinerja organisasi

usaha perhotelan di Bali?

Gambar 3.2: Kerangka Konseptual

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Peningkatan Kinerja Organisasi

Usaha Jasa Perhotelan di Bali

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh pemberdayaan sumber daya

manusia terhadap motivasi kerja pekerja, perubahan

organisasi, dan kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali?

2. Bagaimanakah pengaruh motivasi kerja terhadap perubahan

organisasi, dan kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali?

3. Bagaimanakah pengaruh perubahan organisasi terhadap

kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali?

Konsep/Teori

Pemberdayaan SDM

Motivasi Kerja

Perubahan Organisasi

Kinerja Organisasi

Analisis Data

Structural Equation

Modeling (SEM)

Triangulasi (Wawancara

mendalam, FGD)

Hasil Penelitian

H1: Pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh positif dan

signifikan terhadap motivasi kerja pekerja usaha perhotelan di

Bali.

H2: Pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perubahan organisasi usaha perhotelan di Bali.

H3: Pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali.

H4: Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perubahan organisasi usaha perhotelan di Bali.

H5: Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

organisasi usaha perhotelan di Bali.

H6: Perubahan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali.

Rekomendasi Kebijakan

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

65

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1, permasalahan penelitian

dikaji dengan menerapkan empat teori, yaitu teori pemberdayaan SDM, teori

motivasi kerja, teori perubahan organisasi, dan teori kinerja organisasi. Dilakukan

teknik analisis multivariate dengan model persamaan struktur atau Structural

Equation Modeling (SEM) dan teknik triangulasi. Hasil analisis data kemudian

diinterpretasikan dan disimpulkan serta diberikan saran (rekomendasi) untuk

peningkatan kinerja organisasi sektor usaha jasa pariwisata di Bali.

3.2 Kerangka Konseptual

Globalisasi telah menimbulkan persaingan yang semakin ketat termasuk

dalam bidang pariwisata. Dengan demikian, hotel sebagai salah satu komponen

pariwisata dituntut untuk dapat memenangi persaingan ini. Persaingan dalam

dunia perhotelan menuntut setiap manajer hotel untuk melakukan inovasi untuk

memenangi persaingan. Berbagai strategi dilakukan; salah satunya adalah

mengintegrasikan berbagai elemen yang terkait dengan usaha bisnis pariwisata

khususnya dunia perhotelan.

Beberapa peneliti menggambarkan persaingan dalam dunia perhotelan

antara lain Barros (2005) yang menyatakan bahwa daya saing suatu negara berasal

dari kinerja perusahaan, yang tentunya termasuk industri hotel. Pertumbuhan

ekonomi masyarakat menstimulasi kinerja hotel, yang pada gilirannya hotel dapat

memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya

masyarakat. Industri perhotelan mendapat manfaat dari pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas sebuah destinasi serta kemajuan masyarakatnya, seperti adanya gedung

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

66

perkantoran, swalayan dan fasilitas hiburan yang menarik bagi wisatawan dan

pebisnis dan membantu meningkatkan hunian hotel.

Berbagai riset yang dilakukan menggambarkan pentingnya riset dalam

dunia perhotelan antara lain Philips (1999) menyatakan bahwa sebuah kerangka

kerja dianggap yang paling komprehensif, yang menghubungkan tiga wilayah

penting dari perencanaan strategis: formulasi, implementasi, dan evaluasi. Cara

tradisional untuk mengukur kinerja hotel yang hanya dari perspektif keuangan

saja tidak mampu menyuguhkan kinerja sebenarnya dari industri hotel. Kerangka

kerja ini dirancang untuk menggabungkan kedua faktor ekonomi dan faktor

organisasi yang spesifik dan perubahan dalam lingkungan eksternal. Menurut

Fitzgerald et al. (1991); Neely et al. (1995); Brignall & Ballantine (1996); Philips

(1999); Brown & Dev (2000); tema sentral dari kerangka kerja ini adalah:

masukan, keluaran, proses, pasar, orientasi strategis, dan karakteristik lingkungan

yang terkait dengan hasil. Selain itu, evaluasi kinerja sebuah hotel melibatkan

analisis dari ketiga kategori faktor, yang meliputi karakteristik fisik, pasar, dan

faktor-faktor yang dapat dikontrol (misalnya, gaji) oleh general manager hotel

(Philips, 1999; Baros, 2005).

Penelitian ini menggambarkan pentingnya elemen sumber daya manusia

yang harus diberdayakan untuk dapat memenangi persaingan. Di pihak lain,

motivasi merupakan elemen penting yang harus dipahami untuk mencapai kinerja

hotel. Elemen lain yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi adalah adanya

perubahan pada struktur organisasi yang mendukung inovasi organisasi (Robbins,

2003; Suaedi, 2005). Dengan demikian, penelitian ini mencoba untuk

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

67

mengintegrasikan berbagai elemen yang berpengaruh terhadap kinerja industri

perhotelan di Bali sehingga industri perhotelan tidak hanya memenangi

persaingan di tingkat nasional, tetapi juga dalam dunia internasional.

Penelitian yang terkait dengan pengelolaan sektor jasa perhotelan di Bali

ini meliputi empat variabel penelitian, yaitu: pemberdayaan SDM, motivasi kerja,

dan perubahan organisasi sebagai variabel pengaruh, serta kinerja organisasi

sebagai variabel terpengaruh. Hubungan antarvariabel dapat dilihat pada kerangka

konseptual pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Kerangka Konseptual

3.3 Hipotesis

Kinerja organisasi usaha jasa sektor perhotelan terkait dengan berbagai

variabel, yaitu variabel pemberdayaan sumber daya manusia (SDM), variabel

motivasi kerja, dan variabel perubahan organisasi. Berdasarkan persepsi

H5

H6

Pemberdayaan SDM (X1)

Perubahan Organisasi

(X3)

Motivasi Kerja (X2)

Kinerja Organisasi (Y1)

H3

H4

H2

H1

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2 gab.pdf · Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi O rganisasi dan Kinerja Organisasi

68

responden terhadap variabel penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat enam

hipotesis yang diajukan.

H1: Pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi kerja pekerja usaha perhotelan di Bali.

H2: Pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perubahan organisasi usaha perhotelan di Bali.

H3: Pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali.

H4: Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan

organisasi usaha perhotelan di Bali.

H5: Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi

usaha perhotelan di Bali.

H6: Perubahan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

kinerja organisasi usaha perhotelan di Bali.