38
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem informasi Akuntansi Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting information system (AIS) is a system that collects, records, stores and processes data to produce information for decision makers”. Dapat diartikan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem, yang mengumpulkan data, mencatat, menyimpan dan memprosesnya menjadi sebuah informasi, yang berguna bagi para pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi terdiri dari enam komponen, antara lain: 1. Sumber daya manusia yang mengoperasikan sistem dan menggunakan berbagai fungsi yang terdapat didalam sistem. 2. Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis yang digunakan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan seluruh aktivitas perusahaan. 3. Data tentang perusahaan dan bisnis prosesnya. 4. Software yang digunakan untuk memproses data. 5. Infrastruktur teknologi informasi termasuk didalamnya komputer dan alat pendukung lainnya termasuk didalamnya jaringan komunikasi. 6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan (security measures) yang menjaga data dalam sistem informasi akuntansi.

BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem informasi Akuntansi

Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006,

p6), “An Accounting information system (AIS) is a system that collects, records,

stores and processes data to produce information for decision makers”. Dapat

diartikan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem, yang

mengumpulkan data, mencatat, menyimpan dan memprosesnya menjadi sebuah

informasi, yang berguna bagi para pengambil keputusan. Sistem informasi

akuntansi terdiri dari enam komponen, antara lain:

1. Sumber daya manusia yang mengoperasikan sistem dan menggunakan

berbagai fungsi yang terdapat didalam sistem.

2. Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis yang digunakan dalam

mengumpulkan, memproses, dan menyimpan seluruh aktivitas perusahaan.

3. Data tentang perusahaan dan bisnis prosesnya.

4. Software yang digunakan untuk memproses data.

5. Infrastruktur teknologi informasi termasuk didalamnya komputer dan alat

pendukung lainnya termasuk didalamnya jaringan komunikasi.

6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan (security measures) yang

menjaga data dalam sistem informasi akuntansi.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

11

Efektifitas dari sebuah Sistem Informasi Akuntansi ditentukan oleh

kemampuannya dalam menyediakan data yang penting bagi perusahaan, dan

memenuhi kebutuhan akan informasi dari para penggunanya.

Hall (2001, p11-12), mengemukakan bahwa, “Sistem Informasi

Akuntansi terdiri dari tiga subsistem utama”, yang meliputi :

1. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing System)

Sistem ini berguna untuk mendukung kegiatan operasional bisnis setiap hari

dengan sejumlah dokumen dan pesan–pesan untuk para pengguna dari

seluruh organisasi.

2. Sistem Pelaporan Buku Besar / Keuangan (General Ledger / Finacial

reporting system).

Sistem ini menghasilkan laporan keuangan yang tradisional seperti laporan

Rugi Laba, Laporan Arus kas, Pengembalian pajak, dan laporan–laporan

lainnya yang ditetapkan oleh hukum.

3. Sistem Pelaporan Manajemen (Management Reporting System)

Sistem yang menyediakan manajemen internal dengan laporan keuangan

dengan tujuan khusus dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan

keputusan seperti anggaran, laporan harian, dan laporan

pertanggungjawaban.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan dari berbagai sumber daya yang

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

12

ada didalam sebuah organisasi meliputi sumber daya manusia, sumber daya

modal, ataupun sumber daya lainnya yang berfungsi untuk mengubah data

menjadi informasi keuangan ataupun informasi lainnya yang berguna bagi

pihak–pihak yang berkepentingan baik dari dalam maupun dari luar organisasi.

2.1.1 Tujuan / Kegunaan Sistem informasi Akuntansi

Romney dan Steinbart (2006, p6), mengemukakan bahwa: Sistem

Informasi Akuntansi digunakan untuk memenuhi tiga fungsi bisnis perusahaan,

antara lain:

1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas organisasi, sumber

daya dan individu.

2. Perubahan data menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan, sehingga pihak manajemen dapat merencanakan, melaksanakan,

mengontrol, dan mengevaluasi aktivitas sumber daya perusahaan.

3. Menyediakan pengendalian yang tepat, untuk menjaga keamanan aset

perusahaan termasuk data dan meyakinkan agar aset dan data tersebut

tersedia ketika dibutuhkan, serta memastikan bahwa data akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Wilkinson, Cerullo, Raval, dan Wong-On Win ( 2000, p8), menyatakan

bahwa “The primary aim of any AIS is to provide accounting information to a

wide variety of users”. Dapat diterjemahkan bahwa tujuan utama dari AIS

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

13

adalah menyediakan informasi tentang laporan keuangan untuk berbagai pihak

yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.

Tiga tujuan utama dari Sistem Informasi Akuntansi adalah :

1. Mendukung kegiatan operasional sehari – hari.

2. Mendukung pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.

3. Memenuhi kewajiban untuk memberikan informasi kepada publik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan / kegunaan sistem informasi

yang paling utama adalah untuk menjaga seluruh aset perusahaan, termasuk

didalamnya data, yang harus selalu dapat digunakan setiap saat (Available),

akurat, terintegritas, sehingga dapat membantu jajaran direksi, dalam mengambil

keputusan.

2.1.2 Siklus Proses Transaksi Sistem Informasi Akuntansi

Nash dan Robert dalam bukunya Accounting Information Systems

(1984, p26). mengemukakan bahwa aktivitas dari Sistem Informasi Akuntansi

adalah :

1. Input

Inputan data dimulai dari pemindahan / pemasukan data transaksi ke dalam

sistem. Setelah itu data diperiksa kembali keakuratan-nya, agar tidak terjadi

kesalahan dalam pengolahannya.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

14

2. Storage

Setelah data diperiksa, dan diyakini kebenarannya, data disimpan kedalam

media penyimpanan.

3. Proses

• Klasifikasi data, membagi data berdasarkan kategori yang telah

ditentukan oleh perusahaan.

• Membandingkan data.

• Mengurutkan data.

• Menggabungkan data.

• Menyimpulkan.

• Posting.

• Melakukan pengkalkulasian.

• Menganalisa.

4. Output

5. Control

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

15

Gambar 2.1 Model Umum Sistem Informasi Akuntansi

Sumber: Sistem Informasi Akuntansi (Hall, 2001)

Berdasarkan pendapat Hall (2001, p13) siklus umum dari sistem informasi

akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data.

Pengumpulan data merupakan tahap operasional pertama dalam system

informasi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa data peristiwa yang

memasuki sistem itu sah (valid), lengkap, dan bebas dari kesalahan material.

Dalam banyak hal, tahap ini merupakan tahap penting dalam sistem. Jika

Sumber DataInternal

Pemakai AkhirInformasi

Sumber DataEksternal

Pemakai AkhirEksternal

Umpan Balik

Organisasi Bisnis

Sistem Informasi

ManajemenDatabase

PenghasilInformasiPemrosesan DataPengumpulan

Data

Umpan Balik

Lingkungan Eksternal

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

16

transaksi yang salah memasuki pengumpulan data tanpa terdeteksi, sistem

mungkin akan memproses kesalahan dan menghasilkan output yang keliru

dan tidak dapat diandalkan. Hal ini, akhirnya dapat menghasilkan tindakan

yang salah dan keputusan yang buruk dari pihak pemakai.

2. Pemprosesan Data.

Sekali dikumpulkan, data biasanya perlu diproses untuk menghasilkan

informasi. Tugas dalam tahap pemrosesan data bervariasi dari yang

sederhana sampai kompleks. Misalnya algoritma matematika (seperti model

program linear) digunakan untuk aplikasi penjadwalan produksi, teknik-

teknik statistik untuk peramalan penjualan, dan prosedur-prosedur untuk

memposkan dan merangkumkan yang digunakan dalam aplikasi akuntansi.

3. Manajemen Database.

Database organisasi merupakan tempat penyimpanan fisik data keuangan

dan non-keuangan. Ia dapat berupa filing cabinet atau sebuah disket

komputer tanpa memperhatikan bentuk fisik database, kita dapat

menampilkannya isinya dalam hierarki yang logis.

4. Penghasil Informasi.

Merupakan proses mengumpulkan, mengatur, memformat, dan menyajikan

informasi untuk para pemakai. Informasi dapat berupa dokumen operasional

seperti pesanan penjualan, suatu laporan yang terstruktur, atau pesan di layar

komputer. Tanpa memperhatikan bentuk fisiknya, informasi yang berguna

mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

17

a. Relevan.

Isi sebuah atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian

laporan itu dapat mendukung keputusan manajer atau tugas petugas

administrasi. Sistem informasi yang meyajikan data yang relevan dalam

laporannya. Laporan yang berisi data tidak relevan hanya memboroskan

sumber daya dan tidak produktif bagi pemakai. Data yang tidak relevan

mengurangi perhatian dari pesan laporan yang sebenarnya dan dapat

menghasilkan keputusan atau tindakan yang tidak benar.

b. Tepat waktu.

Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan

kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu

tindakan yang didukungnya.

c. Akurat.

Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Kesalahan-

kesalahan material ada ketika jumlah informasi tidak akurat,

menyebabkan pemakai melakukan keputusan yang buruk atau gagal

melakukan keputusan yang dilakukan. Dalam menyiapkan informasi,

para desainer sistem mencari keseimbangan antara informasi seakurat

mungkin, tetapi tetap cukup tepat waktu, agar berguna.

d. Lengkap.

Tidak ada bagian informasi yang esensial bagi pengambilan keputusan

atau pelaksanaan tugas yang hilang. Misalnya, sebuah laporan harus

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

18

menyajikan semua perhitungan yang diperlukan dan menyajikan

pesannya dengan jelas dan tidak ambigu.

e. Rangkuman.

Informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai.

Manajer tingkat lebih rendah cenderung membutuhkan informasi yang

sangat rinci. Semakin arus informasi mengalir ke atas melalui organisasi

ke manajemen atas, semakin ia dirangkumkan.

5. Pemakai Akhir (end user).

Pemakai akhir dibagi menjadi dua kelompok umum:

a. Eksternal.

Pemakai eksternal meliputi para kreditur, para pemegang saham, para

investor potensial, agen-agen pembuat peraturan, otoritas pajak, para

pemasok, dan pelanggan.

b. Internal.

Pemakai internal adalah pihak manajemen disetiap tingkat organisasi,

juga personel operasi.

6. Sumber data.

Transaksi keuangan yang memasuki sistem informasi dari sumber internal

dan eksternal.

a. Transaksi keuangan eksternal.

Merupakan sumber data yang umum bagi kebanyakan organisasi.

Termasuk dalam transaksi ini adalah pertukaran ekonomis dengan entitas

bisnis lainnya dan individu dari luar perusahaan. Misalnya penjualan

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

19

barang-barang dan jasa, pembelian persediaan, penerimaan kas, dan

pengeluaran kas.

b. Transaksi keuangan internal.

Melibatkan pertukaran dan pergerakan sumber daya dalam organisasi.

Termasuk dalam transaksi ini adalah pergerakan bahan mentah ke

persediaan dalam proses (WIP), aplikasi tenaga kerja dan overhead ke

WIP, transfer WIP ke persediaan barang jadi, serta penyusutan pabrik

dan peralatan.

Berdasarkan pendapat Hall diatas, maka dapat disimpulkan bahwa siklus

umum sistem informasi akuntansi terdiri dari sumber dokumen eksternal

dikumpulkan dari aktivitas-aktivitas organisasi dengan pihak luar, yang

kemudian diproses oleh sistem sehingga menghasilkan informasi yang kemudian

digunakan oleh pihak manajemen untuk mengambilan keputusan,

merencanakan, menjalankan, dan mengontrol aktivitas organisasi sehingga

tercapai tujuan organisasi, yang kemudian pemakai informasi internal

memberikan umpan balik atas informasi untuk diolah kembali menjadi

informasi. Selain informasi digunakan oleh pihak internal organisasi, informasi

tersebut juga digunakan oleh pihak-pihak luar yang berkepentingan.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

20

2.1.3 Siklus Proses Transaksi Sistem Informasi Persediaan

Hall (2001, pp264-265) Siklus Proses Transaksi yang berhubungan atau

berkaitan dengan Siklus Proses Transaksi Sistem Informasi Persediaan:

Gambar 2.2 Siklus Proses Transaksi yang berhubungan dengan Sistem Informasi

Persediaan

Sumber: Sistem Informasi Akuntansi (Hall, 2001)

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

21

Proses-proses tersebut dijelaskan dalam langkah-langkah berikut:

1. Fungsi Pembelian dimulai dengan mengetahui kebutuhan untuk mengisi kembali

stok Persediaan melalui pengamatan terhadap Catatan Persediaan. Tingkat

Persediaan menurun melalui Penjualan langsung kepelanggan (kegiatan Siklus

pendapatan) atau melalui transfer ke proses manufaktur (kegiatan siklus

konversi). Informasi kebutuhan persediaan dikirim ke pemrosesan pembelian

dan utang dagang (UD).

2. Proses Pembelian menentukan kualitas pesanan, memilih pemasok, dan

menyiapkan pesanan pembelian. Informasi ini dikirim baik ke pemasok maupun

ke tempat pemrosesan UD.

3. Setelah satu periode waktu, perusahaan menerima item-item persediaan dari

pemasok. Barang yang diterima diperiksa untuk kualitas dan kuantitasnya dan

pengiriman ke toko-toko atau gudang.

4. Informasi tentang bukti penerimaan persediaan digunakan untuk meng-update

catatan persediaan.

5. Proses UD menerima faktur dari pemasok. UD merekonsiliasi ini dengan

informasi lainya yang telah dikompilasi untuk transaksi dan catatan kewajiban

tertentu untuk membayar di waktu tertentu di masa yang akan datang,

bergantung pada syarat perdagangan dengan pemasoknya. Biasanya pembayaran

akan muncul pada hari terakhir yang mungkin untuk mengambil manfaat dari

bunga dan diskon yang ditawarkan.

6. Buku besar menerima rangkuman informasi dari hutang dagang (kenaikan total

dalam kewajiban) dan kontrol persediaan (kenaikan total dalam persediaan).

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

22

Informasi ini direkonsiliasi untuk keakuratnya dan diposkan keakun kontrol

utang dagang dan persediaan.

2.2 Sistem Pengendalian Intern

2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern

Menurut Weber (1999, p35), “A control is a system that prevents,

detects, or correct unlawful events”. Intinya menurut Weber, “Pengendalian

adalah suatu sistem untuk mencegah, mendeteksi, dan mengkoreksi kejadian

yang tidak sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku di organisasi”.

Berdasarkan definisi di atas, maka pengendalian dikelompokkan menjadi tiga

bagian, yaitu :

a. Preventive Controls

Instruksi (perintah) yang ditempatkan pada dokumen sumber untuk

mencegah/menjaga terjadinya kesalahan dalam pengisiannya.

b. Detective Controls

Pengendalian ini digunakan untuk menemukan/mengetahui bila terjadi

kesalahan data yang diinput di dalam sistem.

c. Corrective Controls

Pengendalian ini digunakan untuk memperbaiki masalah yang ditemukan

pada detective control. Pengendalian ini terdiri dari program yang

menggunakan kode khusus yang dapat memperbaiki data yang

rusak/error karena kesalahan pada komunikasi on line.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

23

Menurut The Information System Control and Audit Association

(ISACA), sistem pengendalian internal adalah “Internal control system is

the policies, procedures, practices, and organizational structures,

designed to provide reasonable assurance that business objectives will

be achieved and that undesired events will be prevented, or detected and

corrected.” Yang dapat diterjemahkan bahwa “Sistem pengendalian

internal merupakan kebijakan, prosedur, praktek-praktek, dan struktur

organisasi yang didesain untuk memberikan jaminan yang layak pada

upaya pencapaian tujuan bisnis yang akan dicapai dan memastikan

kejadian-kejadian yang tidak diinginkan akan dicegah, atau dideteksi dan

dikoreksi.”

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal adalah suatu sistem

yang dipengaruhi entitas organisasi yang dirancang untuk mencegah,

mengendalikan dan melindungi seluruh aktivitas organisasi dari

penyimpangan-penyimpangan atau undesirable event lainnya yang dapat

merugikan perusahaan sekaligus bertujuan untuk memastikan kepatuhan

entitas terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan, menciptakan

keandalan laporan keuangan, meningkatkan efektifitas dan efisiensi

operasi perusahaan, dan menjaga aset/kekayaan organisasi.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

24

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Sistem Pengendalian Internal

Gondodiyoto (2003, p75) berpendapat bahwa tujuan utama dari sistem

pengendalian internal adalah :

1) Mengamankan aset organisasi.

2) Memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

3) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan.

4) Mendorong kepatuhan pelaksanaan terhadap kebijaksanaan

organisasi/pimpinan.

Berdasarkan pendapat Hall (2001, p150) menyatakan bahwa sistem

pengendalian internal digunakan oleh organisasi untuk mencapai empat tujuan

utama, yaitu:

1. Untuk menjaga aktiva perusahaan.

2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi

akuntansi.

3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.

4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah

ditetapkan oleh manajemen.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

utama dari sistem pengendalian intern adalah untuk menjaga kekayaan

perusahaan, meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasi perusahaan,

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

25

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen, mencegah tindakan

penyimpangan, dan memperkecil kesalahan.

2.2.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut Weber (1999, p49) pengendalian internal yang didefinisikan

oleh The Information System Control and Audit Associat (ISACA), terdiri

atas lima komponen, yaitu:

1) Control Environment (Lingkungan Pengendalian)

Elemen ini memperlihatkan bahwa hal yang terkandung pada

kontrol terutama pada sistem akutansi dan prosedur yang harus

dijalankan. Elemen ini menekankan bahwa perlu adanya

pengendalian internal pada aspek-aspek nilai etika dan integritas

perusahaan, komitmen terhadap kompetensi, filosofi manajemen dan

gaya operasi, struktur organisasi, otoritas dan tanggung jawab,

kebijaksanaan sumber daya manusia.

2) Risk Assessment (Penaksiran Resiko)

Elemen ini melakukan identifikasi dan analisa terhadap resiko-

resiko yang dihadapi oleh organisasi dan bagaimana mengelola

resiko tersebut.

3) Control Activities (Aktivitas Pengendalian)

Elemen ini memastikan bahwa setiap transakasi telah disetujui

oleh yang berwenang, telah diadakan pemisahan fungsi serta

dokumen dan catatan-catatan yang memadai. Bukti dan catatan telah

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

26

disimpan dengan baik dan dicek oleh pihak independen, serta

penilaian terhadap catatan telah dilakukan

4) Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)

Pada elemen ini pengendalian internal dilakukan untuk

memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah tepat waktu,

sesuai, up to date, tersedia apabila dibutuhkan, serta informasi

diakses, dirubah dan dihapus oleh pihak yang berwenang. Dan pada

komunikasi telah berjalan dengan secara efektif dan tepat waktu baik

secara tugas, antar karyawan, antar fungsi/departemen, supplier,

customer dan pihak ketiga lainnya.

5) Monitoring (Pengawasan)

Adalah komponen yang memastikan keandalan sistem pengendalian

internal beroperasi secara dinamis sepanjang waktu yang dilakukan

dengan cara melakukan aktivitas monitoring dan evaluasi secara

terpisah.

2.2.4 Sistem Pengendalian Intern pada Sistem Berbasiskan Komputer

Menurut Weber (1999, p39) ada dua pengendalian intern dalam sistem

informasi akuntansi yaitu:

Pengendalian Manajemen (Management Control) terdiri dari :

a. Pengendalian Top Manajemen (Top Management Control): Manajemen

tingkat atas merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan

mengawasi fungsi sistem informasi.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

27

b. Pengendalian Manajemen Pengembangan Sistem (System Development

Management Controls): Membuat rencana dari proses pengembangan

sistem informasi dimana auditor dapat menggunakannya sebagai dasar

untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti.

c. Pengendalian Manajemen Sumber Data (Data Resources Management

Controls): Aturan-aturan dari data administrasi dan database administrasi

dan kontrol harus diterapkan dalam fungsi sistem yang ada.

d. Pengendalian Manajemen Keamanan (Security Management Controls):

Tujuan utama ditampilkan oleh administrasi keamanan untuk

mengidentifikasi ancaman utama terhadap fungsi sistem informasi dan

untuk membuat, menerapkan, mengoperasikan dan memelihara

pengendalian agar dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari

berbagai ancaman.

e. Pengendalian Manajemen Operasi (Operations Management Controls):

Fungsi utamanya adalah untuk memastikan bahwa sudah adanya

pengendalian dalam penerapan fungsi sistem informasi terhadap kegiatan

operasional sehari-hari.

f. Pengendalian Manajemen Jaminan Kualitas (Quality Assurance

Management Controls): fungsi utamanya adalah untuk memastikan

bahwa pengembangan, penerapan, pengoperasian dan pemeliharaan dari

sistem informasi sudah sesuai dengan standar kualitas.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

28

Pengendalian Aplikasi (Application Control) terdiri dari :

a. Pengendalian Batasan (Boundary Controls): Dibangun sebagai suatu

tampilan antara pengguna sistem komputer dengan sistem komputer itu

sendiri. Adapun 3 (tiga) tujuan pengendalian subsistem boundary adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menetapkan identitas dan kewenangan pengguna dari sistem

komputer (sistem harus memastikan orang tersebut adalah orang

yang berhak).

2. Untuk menetapkan identitas dan kewenangan dari sumber daya yang

digunakan (pengguna harus memastikan bahwa mereka memberikan

kewenangan dari sumber daya).

3. Membatasi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pengguna yang

menggunakan sumber daya komputer terhadap tindakan-tindakan

yang terotorisasi (pengguna diperbolehkan menggunakan sumber

daya pada batasan-batasan tertentu).

b. Pengendalian Masukan (Input Controls): “Components in the input

subsystem are responsible for bringing both data and instructions into

an application control”. Definisi secara umum adalah pengendalian

yang dilakukan ketika memasukkan data ke dalam sistem. Dokumen

sumber digunakan sebagai dasar untuk menginput data. Dokumen

sumber yang didesain dengan baik penting untuk mencapai tujuan audit.

Komponen pada subsistem input bertanggung jawab untuk memasukan

data dan instruksi kedalam sistem aplikasi, kedua jenis input tersebut

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

29

harus divalidasi, setiap kesalahan data harus dapat diketahui dan

dikontrol, sehingga input yang akurat, lengkap, unik dan tepat waktu.

Kontrol terhadap input merupakan suatu hal yang penting karena:

1. Pada sistem informasi kontrol yang besar jumlahnya adalah pada

subsistem input, sehingga auditor harus memberikan perhatian yang

lebih kepada kehandalan input kontrol yang ada.

2. Kegiatan subsistem input melibatkan jumlah kegiatan yang besar dan

rutin dan merupakan kegiatan yang monoton sehingga dapat

menyebabkan terjadinya kesalahan.

3. Subsistem input seringkali merupakan target dari fraud, banyak

kegiatan yang seharusnya dilakukan seperti penambahan dan

penghapusan.

Dengan cara memahami metode input data yang digunakan pada aplikasi

maka auditor dapat mengembangkan cara kontrol terhadap kekuatan

State / Event

Recording medium

KeyBoarding

Direct Entry

Direct Reading

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

30

ataupun kelemahan dari input subsistem tersebut. Sebagai contoh tiga

aspek yang mempengaruhi metode input dan bagaimana pengaruhnya

terhadap penilaian auditor terhadap kontrol yang ada, yaitu:

1. Jika keterlibatan manusia pada metode input meningkat maka

kemungkinan terjadinya kesalahan atau pemakaian yang tidak

semestinya juga meningkat.

2. Jika interval waktu yang diperlukan untuk mencatat transaksi dengan

kejadian semakin lama maka kemungkinan terjadinya kesalahan juga

meningkat, karena data tersebut dapat saja terlupakan atau orang

yang menginput data bukanlah orang yang terlibat pada transaksi

tersebut.

3. Digunakan berbagai jenis kontrol terhadap fasilitas input pada

subsistem input untuk mengurangi terjadinya kesalahan.

Komponen dari subsistem input bertanggungjawab atas kehandalan data

dan semua instruksi yang terdapat dalam aplikasi. Keduanya harus selalu

divalidasi, dan ketika kesalahan ditemukan maka harus segera dilakukan

perbaikan agar input tersebut akurat, lengkap, unik, dan tepat waktu.

Sumber data yang baik dan tampilan inputan data yang baik akan

mengurangi kesalahan dalam penginputan sehingga inputan akan

semakin efektif dan efesien.

c. Pengendalian Aplikasi Komunikasi (Application Communication

Controls) : “The communication subsystem is responsible for

transporting data among all the other subsystems within a system and

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

31

for transporting data to or receiving data from another system“.

Definisinya secara umum adalah subsistem komunikasi bertanggung

jawab untuk melakukan pengiriman data ke subsistem yang lain dalam

suatu sistem dan untuk pengiriman data ke penerima data dari sistem

yang lain.

d. Pengendalian Proses (Process Controls) : “The processing subsystem is

responsible for computing, sorting, classifying, and summarizing data“.

Maksudnya pengendalian proses adalah bertanggung jawab untuk

menghitung, mengurutkan, mengklasifikasi, dan meringkas data.

Pengendalian proses terdiri dari :

a) CPU (Central Processing Unit): CPU adalah sumber daya yang

paling penting dalam perangkat keras, yang memiliki tiga

komponen, yaitu:

Alat Pemasukan (Input Device)

Alat Pemrosesan (Processing Device)

Alat Pengeluaran (Output Device)

b) Control unit, yang mengambil program dari memori dan

menentukan jenisnya.

c) Aritmatik dan unit logika, yang menampilkan operasi.

d) Register, memori kecil yang berkecepatan tinggi untuk menyimpan

hasil sementara.

e. Pengendalian Basis Data (Database Controls): “The database subsystem

provides functions to define, create, modify, delete, and read data in an

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

32

information system”. Definisinya secara umum adalah subsistem

database menyediakan suatu fungsi untuk mendefinisikan, menciptakan,

memodifikasi, menghapus dan membaca data di dalam suatu sistem

informasi.

f. Pengendalian Keluaran (Output Controls).

Pengendalian keluaran adalah pengendalian intern untuk mendeteksi

jangan sampai informasi yang disajikan tidak akurat, tidak lengkap, tidak

up-to-date datanya, atau didistribusikan kepada orang-orang yang tidak

berwenang.

2.3 Audit Sistem Informasi

2.3.1 Definisi Audit Sistem Informasi

Menurut Weber (1999, p10), “Information systems auditing is the

process of collecting and evaluating evidence to determine whether a computer

system safeguards assets, maintains data integrity, allows organizational goals

to be achieved effectively, and uses resources efficiently”. Intinya audit sistem

informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti untuk

menentukan apakah sistem komputer dapat melindungi aset, memelihara

integritas data, memungkinkan pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan

penggunaan sumber daya secara efisien.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

33

2.3.2 Prosedur Audit Sistem Informasi

Berdasarkan pendapat Weber (1999, pp47-55) tahapan audit sistem

informasi terbagi menjadi lima tahapan antara lain sebagai berikut:

1. Planning the Audit (Perencanaan Audit).

Perencanaan merupakan fase pertama dari kegiatan audit, bagi auditor

eksternal hal ini berarti melakukan investigasi terhadap klien untuk

mengetahui apakah penugasan audit (audit engagement) dapat diterima,

menempatkan staff audit, mendapatkan surat penugasan, mendapatkan

informasi mengenai latar belakang klien, memahami informasi mengenai

kewajiban hukum klien dan melakukan analisa terhadap prosedur yang ada

untuk memahami bisnis klien dan mengidentifikasi area-area yang berisiko.

Pada tahap ini auditor juga harus memahami pengendalian intern organisasi

lalu menentukan tingkat resiko pengendalian yang berhubungan dengan

setiap segmen audit.

2. Tests of Controls (Pengujian Pengendalian).

Auditor melakukan test of controls ketika mereka menilai bahwa tingkat

resiko pengendalian berada pada level kurang dari maksimum (pengendalian

masih dapat dipercaya). Test of controls diarahkan kepada efektivitas

pengendalian intern perusahaan, baik dalam rancangan maupun operasinya

(pelaksanaannya).

Tahap ini diawali dengan fokus pada pengendalian manajemen (management

controls), jika pengendalian manajemen dinilai beroperasi secara tidak

andal, maka auditor hanya akan melakukan sedikit pengujian pada

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

34

pengendalian aplikasi (application controls). Namun jika auditor

menemukan kelemahan yang serius pada pengendalian manajemen maka

auditor akan memberikan opini tidak wajar (adverse opinion) terhadap

pengendalian yang ada di dalam perusahaan atau melakukan pengujian

substantif (substantive test) atas transaksi dan pengujian keseimbangan dan

hasil keseluruhan (balances or overall result).

Jika auditor menyatakan pengendalian manajemen beroperasi secara

memadai, maka auditor akan melakukan evaluasi terhadap kehandalan

pengendalian aplikasi dengan menelusuri jenis-jenis materialitas dari

transaksi melalui masing-masing pengendalian yang dijalankan pada

subsistem pengendalian aplikasi.

3. Tests of Transaction (Pengujian Transaksi).

Auditor menggunakan test ini untuk mengevaluasi apakah kesalahan-

kesalahan atau pemrosesan yang keliru terhadap transaksi telah mengarah

pada kesalahan yang material pada pernyataan laporan keuangan. Tes

pembuktian ini mencakup penelusuran terhadap jurnal hingga ke dokumen

sumbernya, menguji kebenaran file, menguji akurasi perhitungan. Jika hasil

tes transaksi mengindikasikan terjadi kehilangan atau kesalahan pencatatan

yang material, maka auditor dapat mengembangkan tingkat pengujiannya

dengan melakukan test of balances or overall result untuk mendapatkan

estimasi yang lebih baik terhadap kehilangan atau kesalahan pencatatan.

4. Tests of Balances or Overall Results.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

35

Auditor melakukan tes ini untuk memperoleh bukti yang cukup dalam

membuat penilaian akhir (final judgment) mengenai tingkat kehilangan atau

kesalahan pencatatan yang terjadi ketika fungsi sistem informasi gagal

melindungi aset, memelihara integritas data, mencapai efektivitas dan

efisiensi sistem informasi.

5. Completion of the Audit.

Tahap ini merupakan tahap akhir dari tahapan audit sistem informasi. Pada

tahap ini auditor merumuskan opininya terhadap kehilangan material dan

kesalahan pencatatan yang terjadi sekaligus membuat rekomendasi untuk

manajemen yang nantinya disajikan pada laporan audit.

Adapun jenis-jenis opini yang berlaku umum adalah:

a. Unqualified Opinion (Wajar Tanpa Pengecualian).

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.

b. Qualified Opinion (Wajar Dengan Pengecualian).

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar,

kecuali pada pos tertentu.

c. Adverse Opinion (Pendapat Tidak Wajar).

Auditor merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang

disajikan memuat salah saji yang material atau menyesatkan sehingga

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan sesuai dengan

prinsip akuntansi berlaku umum.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

36

d. Disclaimer of Opinion (Tidak Memberikan Pendapat).

Auditor menolak memberikan pendapat dikarenakan beberapa kondisi

antara lain: pembatasan lingkup audit, hubungan yang tidak independen

antara auditor dan klien, dan sebagainya.

Gambar 2.3 Prosedur Audit Sistem Informasi

Sumber: Weber (1999, p48)

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

37

2.3.3 Standar Audit

Standar audit menurut Ikatan Auditor Sistem Informasi Indonesia (IASII)

adalah:

S-1 Penugasan Audit.

S-1.1 Tanggung Jawab, Wewenang dan Akuntabilitas.

Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas dari auditor sistem

informasi harus dinyatakan dengan jelas secara formal dan tertulis

dalam piagam atau surat tugas audit sistem informasi serta disetujui

secara bersama oleh auditor sistem informasi dan pemberi tugas.

S-2 Independensi & Obyektifitas.

S-2.1 Independensi.

Dalam berbagai hal yang berkaitan dengan audit sistem informasi,

auditor sistem informasi harus menjaga independensinya, baik

secara faktual maupun penampilan, dari organisasi atau hal yang

diaudit.

S-2.2 Obyektifitas.

Auditor sistem informasi harus menjaga obyektifitasnya dalam

merencanakan, melaksanakan dan melaporkan audit sistem

informasi.

S-3 Profesionalisme & Kompetensi.

S-3.1 Profesionalisme.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

38

Auditor sistem informasi harus memenuhi berbagai standar audit

yang berlaku serta menerapkan kecermatan dan ketrampilan

profesionalnya dalam merencanakan, melaksanakan, dan

melaporkan audit sistem informasi.

S-3.2 Kompetensi.

Auditor sistem informasi, secara kolektif, harus memiliki atau

memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan audit sistem informasi.

S-3.3 Pendidikan Profesi Berkelanjutan.

Auditor sistem informasi harus meningkatkan pengetahuan dan

keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan audit sistem

informasi melalui pendidikan profesi berkelanjutan.

S-4 Perencanaan.

S-4.1 Perencanaan Audit.

Auditor sistem informasi harus merencanakan audit sistem

informasi dengan baik agar dapat mencapai tujuan audit serta

memenuhi standar audit yang berlaku.

S-5 Pelaksanaan.

S-5.1 Pengawasan.

Staf audit sistem informasi harus disupervisi dengan baik untuk

memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan audit sistem

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

39

informasi dapat tercapai dan standar audit yang berlaku dapat

dipenuhi.

S-5.2 Bukti-bukti Audit.

Dalam melaksanakan audit sistem informasi, auditor sistem

informasi harus memperoleh bukti-bukti audit yang cukup, dapat

diandalkan dan bermanfaat untuk mencapai tujuan audit sistem

informasi secara efektif. Temuan dan kesimpulan audit sistem

informasi harus didukung oleh analisis dan interpretasi yang

memadai atas bukti-bukti audit tersebut.

S-5.3 Kertas Kerja Audit.

Dalam melaksanakan audit sistem informasi, auditor sistem

informasi harus mendokumentasikan secara sistematis seluruh

bukti-bukti audit yang diperoleh serta analisis yang dilakukannya.

S-6 Pelaporan.

S-6.1 Laporan Audit.

Setelah menyelesaikan pelaksanaan audit sistem informasi, auditor

sistem informasi harus memberikan suatu laporan audit sistem

informasi dalam bentuk yang memadai kepada pihak-pihak yang

berhak menerima. Laporan audit sistem informasi harus

menyatakan lingkup, tujuan, sifat penugasan, temuan, kesimpulan,

rekomendasi, indentitas organisasi, penerima dan batasan distribusi

laporan, serta batasan atau pengecualian yang berkaitan dengan

pelaksanaan audit sistem informasi.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

40

S-7 Tindak Lanjut

S-7.1 Pemantauan Tindak Lanjut

Auditor sistem informasi harus meminta dan mengevaluasi informasi

yang dipandang perlu sehubungan dengan temuan, kesimpulan dan

rekomendasi audit yang terkait dari audit sebelumnya untuk menentukan

apakah tindak lanjut yang layak telah dilaksanakan dengan tepat waktu

2.3.4 Instrumen Audit

Berdasarkan pendapat Indriantoro dan Supomo (1999, pp152-157) teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.

2. Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek

(benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau

komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.

2.4 Sistem Informasi Persediaan

Rangkuti (1996, p1) mengemukakan Sistem Informasi Persediaan adalah

suatu sistem informasi yang melibatkan orang-orang dalam organisasi, data,

prosedur dan sarana pendukung untuk mengoperasikan sistem persediaan

seingga dapat menghasilkan informasi yang mendukung kepentingan bagian

persediaan dalam menganalisis dan mengendalikan keadaan persediaan

bahan baku.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

41

2.5 Matriks Penetapan Penilaian Resiko dan Pengendalian pada Sistem

Informasi Persediaan

Setelah memperoleh bukti audit yang berkualitas dan cukup beserta

temuannya dengan menggunakan instrumen pengumpulan bukti, auditor

menggunakan metode Matriks Penetapan Penilaian Resiko dan Pengendalian

guna merumuskan dan mempertajam analisa terhadap bukti audit dan temuan

agar dapat merumuskan dan menyimpulkan opini yang andal dengan melakukan

perbandingan dan penilaian terhadap tingkat resiko dan control yang ada.

Metode Penetapan Penilaian Resiko dan Pengendalian ini didasari oleh teori

Pickett yang dinyatakan dalam bukunya yang berjudul The Essential Handbook

of Internal Auditing (2005, p76) yang sebagian dari esensi buku ini juga

didukung oleh Peltier dalam bukunya yang berjudul Information Security Risk

Analysis (2001, pp60-63).

1. Matriks Penilaian Resiko

Matriks penilaian resiko adalah suatu cara untuk menganalisa seberapa

besar resiko yang ada dari suatu temuan audit. Hal ini dilakukan dengan

cara menganalisa pengaruh dan korelasi antara tingkat impact (dampak)

yang ditimbulkan dari suatu resiko dengan tingkat likelihood

(keterjadian) dari resiko tersebut. Besarnya tingkatan dampak dan

keterjadian suatu resiko dinyatakan sebagai berikut:

− L atau Low diberi nilai -1

− M atau Medium diberi nilai -2

− H atau High diberi nilai -3

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

42

Nilai negatif (-) hanya menyimbolkan bahwa nilai tersebut merupakan

nilai dari resiko (bukan bilangan aritmatika).

Teknik perhitungan dalam matriks penilaian resiko menggunakan fungsi

perkalian antara dampak (impact) dengan keterjadian (likelihood).

Adapun kriteria dari hasil penilaian dari matriks resiko terdiri dari :

a. Resiko kecil (Low) nilainya berkisar antara -1 dan -2, hal ini

dihasilkan dari beberapa kondisi seperti dibawah ini :

− Jika dampak Low (-1) dan keterjadian Low (-1), maka nilai resiko

adalah -1.

− Jika dampak Low (-1) dan keterjadian Medium (-2), maka nilai

resiko adalah -2.

− Jika dampak Medium (-2) dan keterjadian Low (-1), maka nilai

resiko adalah -2. Artinya nilai resiko dari dampak dan keterjadian

adalah kecil.

b. Resiko sedang (Medium) nilainya berkisar antara -3 dan -4, hal ini

dihasilkan dari beberapa kondisi seperti dibawah ini :

− Jika dampak Low (-1) dan keterjadian High (-3), maka nilai

resiko adalah -3.

− Jika dampak Medium (-2) dan keterjadian Medium (-2), maka

nilai resiko adalah -4.

− Jika dampak High (-3) dan keterjadian Low (-1), maka nilai

resiko adalah -3. Artinya nilai resiko dari dampak dan keterjadian

adalah sedang.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

43

c. Resiko tinggi (High) nilainya berkisar antara -6 dan -9, hal ini

dihasilkan dari beberapa kondisi seperti dibawah ini :

− Jika dampak Medium (-2) dan keterjadian High (-3), maka nilai

resiko adalah -6.

− Jika dampak High (-3) dan keterjadian Medium (-2), maka nilai

resiko adalah -6.

− Jika dampak High (-3) dan keterjadian High (-3), maka nilai

resiko adalah -9. Artinya nilai resiko dari dampak dan keterjadian

adalah tinggi.

Gambar 4.1 Matriks Penilaian Resiko

Sumber : The Essential Handbook of Internal Auditing (2005)

-3 H

-2 M

-1 L

H

-1 -2 -3

-2 -4 -6

-3 -6 -9

L M-1 -2 -3

0

L I K E L I H O O D

IMPACT

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

44

2. Matriks Penilaian Pengendalian

Matriks penilaian pengendalian adalah suatu cara untuk

menganalisa seberapa efektif dan efisiennya suatu pengendalian yang

ada dalam mengcover suatu resiko atau ancaman. Hal ini dilakukan

dengan cara menganalisa pengaruh dan korelasi antara tingkat efektifitas

pengendalian dengan desain dari pengendalian tersebut. Desain

pengendalian mencerminkan seberapa baikkah control yang ada atau

yang dimiliki perusahaan dalam mengcover resiko sedangkan untuk

efektifitas mencerminkan seberapa besar tingkat ketaatan/komitmen

karyawan dalam menjalankan control yang ada.

Besarnya tingkatan efektifitas dan desain suatu pengendalian yang

dimiliki perusahaan dinyatakan sebagai berikut :

− L atau Low diberi nilai 1

− M atau Medium diberi nilai 2

− H atau High diberi nilai 3

Teknik perhitungan dalam matriks penilaian pengendalian

menggunakan fungsi perkalian antara efektifitas (ketaatan penerapan

control) dengan desain (keandalan konsep control). Adapun kriteria dari

hasil penilaian dalam matriks pengendalian terdiri dari :

a. Pengendalian kecil (Low) nilainya berkisar antara 1 dan 2, hal ini

dihasilkan dari beberapa kondisi seperti dibawah ini :

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

45

− Jika efektifitas Low (1) dan desain Low (1), maka nilai

pengendalian adalah 1.

− Jika efektifitas Low (1) dan desain Medium (2), maka nilai

pengendalian adalah 2.

− Jika efektifitas Medium (2) dan desain Low (1), maka nilai

pengendalian adalah 2. Artinya nilai pengendalian dari efektifitas

dan desain adalah kecil.

b. Pengendalian sedang (Medium) nilainya berkisar antara 3 dan 4,

seperti:

− Jika efektifitas Low (1) dan desain High (3), maka nilai

pengendalian adalah 3.

− Jika efektifitas Medium (2) dan desain Medium (2), maka nilai

pengendalian adalah 4.

− Jika efektifitas High (3) dan desain Low (1), maka nilai

pengendalian adalah 3. Artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah sedang.

c. Pengendalian tinggi (High) nilainya berkisar antara 6 dan 9, seperti:

− Jika efektifitas Medium (2) dan desain High (3), maka nilai

pengendalian adalah 6.

− Jika efektifitas High (3) dan desain Medium (2), maka nilai

pengendalian adalah 6.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

46

− Jika efektifitas High (3) dan desain High (3), maka nilai

pengendalian adalah 9. Artinya nilai pengendalian dari efektifitas

dan desain adalah tinggi.

Penetapan tingkat efektifitas pengendalian terhadap resiko adalah sebagai

berikut:

− Jika hasil akumulasi antara resiko dan pengendalian adalah 0, maka tingkat

pengendalian dan resiko adalah standard, artinya pengendalian yang ada

masih dapat diandalkan untuk mengcover resiko, namun perlu dilakukan

pengawasan secara berkelanjutan agar resiko tidak dapat melampaui

pengendalian di kemudian hari.

3 H

2 M

1 L

H

E F E T I F I T A S

1 2 3

2 4 6

3 6 9

L M1 2 3

DESAIN

Gambar 4.1 Matriks Penilaian Pengendalian

Sumber : The Essential Handbook of Internal Auditing (2005)

0

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-2-00311-KA BAB 2.pdf · Romney dan Steinbart, dalam Accounting Information Systems (2006, p6), “An Accounting

47

− Jika hasil akumulasi antara resiko dan pengendalian adalah positif, maka

pengendalian adalah baik. Artinya pengendalian yang ada dapat sepenuhnya

diandalkan untuk mengcover resiko yang ada.

Namun perlu diperhatikan bahwa jika hasil akumulasi antara resiko dan

pengendalian terlalu tinggi (bernilai positif) maka ada kemungkinan telah

terjadi over control yang dapat menyebabkan terjadinya inefisiensi.

− Jika hasil akumulasi antara resiko dan pengendalian adalah negatif, maka

pengendalian adalah buruk. Artinya pengendalian yang ada tidak dapat

mengcover resiko sepenuhnya (tidak dapat diandalkan) sehingga perlu

dilakukan perubahan/peningkatan pengendalian guna mengendalikan dan

menghindari resiko yang lebih besar.

Namun perlu diperhatikan bahwa semakin tinggi hasil akumulasi antara

resiko dan pengendalian (bernilai negatif) maka semakin tinggi tingkat

resiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga memerlukan

peningkatan/pengembangan pengendalian untuk

mengendalikan/menghindari resiko yang lebih besar.