34
9 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham Kieso, Weygandt, dan Warfield (2005) mendefinisikan saham sebagai berikut: “Common stock is the residual corporate interest that bears the ultimate risk of loss and receives the benefit of succes. It is guaranteed neither dividends nor assets upon dissolution” (p. 726). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham adalah: “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut” (h.5). Sementara itu, Nasarudin dan Surya (2007) memberi definisi sebagai berikut: “Saham merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan. Saham ini dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan modal dasar, atau peningkatan modal dasar” (h.188). Jadi, yang dimaksud dengan saham dalam penelitian ini adalah tanda bukti yang mencerminkan kepemilikan individu atau badan atas sebagian ekuitas yang dimiliki suatu perusahaan. II.1.1 Klasifikasi Saham Mengacu pada pendapat Kieso et al. (2005), klasifikasi saham secara umum dapat dibedakan menjadi dua, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Common stock atau saham biasa, yang didefinisikan sebagai berikut: Common stock is the residual corporate interest that bears the ultimate risk of loss and receives the benefit of succes. It is guaranteed neither dividends nor assets upon dissolution. But common stockholders generally

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

9

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Saham

Kieso, Weygandt, dan Warfield (2005) mendefinisikan saham sebagai berikut:

“Common stock is the residual corporate interest that bears the ultimate risk of loss and

receives the benefit of succes. It is guaranteed neither dividends nor assets upon

dissolution” (p. 726).

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham adalah: “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang

atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut” (h.5).

Sementara itu, Nasarudin dan Surya (2007) memberi definisi sebagai berikut: “Saham

merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan.

Saham ini dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan modal dasar,

atau peningkatan modal dasar” (h.188). Jadi, yang dimaksud dengan saham dalam

penelitian ini adalah tanda bukti yang mencerminkan kepemilikan individu atau badan

atas sebagian ekuitas yang dimiliki suatu perusahaan.

II.1.1 Klasifikasi Saham

Mengacu pada pendapat Kieso et al. (2005), klasifikasi saham secara umum

dapat dibedakan menjadi dua, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Common stock atau saham biasa, yang didefinisikan sebagai berikut:

“Common stock is the residual corporate interest that bears the ultimate risk of loss and receives the benefit of succes. It is guaranteed neither dividends nor assets upon dissolution. But common stockholders generally

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  10

control the management of the corporation and tend to profit most if the company is successful. In the event that a corporation has only one authorized issues of capital stock” (p.726).

2. Preferred stock atau saham istimewa, yang didefinisikan sebagai berikut,

“Preferred stock is a special class of shares that is designated preferred

because it possesses certain preferences or features not possessed by the

common stock” (p.736).

Menurut Fakhruddin (2008), klasifikasi saham dapat dibedakan atas beberapa hal,

seperti yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Berdasarkan cara peralihan hak, saham dapat dibedakan atas:

a. saham atas unjuk atau bearer stocks, artinya pada saham tersebut tidak

tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor

ke investor lainnya. Secara hukum, orang yang memegang saham tersebut

diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk hadir dalam RUPS (Rapat

Umum Pemegang Saham),

b. saham atas nama atau registered stocks, merupakan saham yang ditulis

dengan jelas siapa pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui

prosedur tertentu.

2. Berdasarkan hak tagihan atau klaim, maka saham terbagi atas:

a. saham biasa atau common stocks, yaitu merupakan saham yang

menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan

hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

Saham biasa merupakan saham yang paling banyak dikenal dan

diperdagangkan di pasar,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  11

b. saham preferen atau preferred stocks, merupakan saham yang memiliki

karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa

menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa

tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

3. Berdasarkan kinerja saham, maka saham dapat dikategorikan atas :

a. blue chip stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki

reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan

yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen,

b. income stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan

membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada

tahun sebelumnya,

c. growth stocks (well known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki

pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis

yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks (lesser

known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri

namun memiliki ciri seperti growth stocks (lesser known),

d. speculative stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara

konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi

mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,

meskipun belum pasti,

e. counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi

ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  12

memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten

dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.(h.132)

Nasarudin dan Surya (2007) menambahkan klasifikasi saham berdasarkan

kinerja saham menjadi satu kategori yaitu emerging growth stocks. “Emerging growth

stocks merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif lebih kecil dan

memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang dan

mendukung. Harga saham jenis ini biasanya sangat spekulatif ”(h.192).

II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham

Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan dengan return adalah sebagai berikut:

“The total gain or loss experienced on an investment over a given period of time. It is

commonly measured as cash distribution during the period plus the change in value,

expressed as a percentage of the begining of period investment value” ( p.226).

Mengacu pada pendapat Gitman (2006), return yang dimaksudkan dapat berupa capital

gain dalam investasi saham. Di mana definisi capital gain menurut Gitman (2006)

adalah jumlah yang diperoleh dari selisih antara harga jual (aktual) dengan harga historis

yang terjadi pada saat kita membeli.

Berkaitan dengan risiko (risk) pada investasi saham, maka menurut pendapat

Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005), risiko dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Unsystematic risk (εo) : the risk related to an investment return that can be

eliminated through diversification. Unsystematic risk is the result of factors

that are unique to the particular firm. Also called company-unique risk or

diversiable risk.

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa unsystematic risk

merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  13

karena risiko ini hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu.

Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham

yang lain. Oleh karena perbedaan itulah, maka masing-masing saham

memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahaan pasar,

misalnya faktor struktur modal, tingkat likuditas , tingkat keuntungan, dan

hal-hal lain yang berkaitan. Risiko ini disebut juga diversiable risk.

2. Systematic risk (β) : the risk related to an investment return that cannot be

eliminated through diversification. Systematic risk result from factor that

affect all stock. Also called market risk or non diversiable risk. The risk of a

project form the view point of a well-diversiable shareholders. This measure

takes into account that some of project risk will be diversified away as the

project is combined with the firm’s other project, and, in addition, some of

the remaining risk will be diversified away by shareholders as they combine

this stock with other stock in their portofolio.

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa risiko sistematik

merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan

diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro

yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya ada perubahan

tingkat bunga, kurs, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Risiko ini disebut

juga undiversiable risk.

Koefisien beta (β) adalah ukuran sensitifitas saham terhadap pergerakan

pasar. Beta digunakan sebagai ukuran risiko pasar yang relevan untuk

menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan. Beta merupakan elemen

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  14

kunci dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM). Beta (β) juga bisa

diartikan sebagai alat ukur volatilitas antara imbal hasil saham dan pasar

secara keseluruhan. Nilai beta dianggap dapat mengukur risiko atas

saham tersebut khususnya risiko sistematis dimana semakin tinggi

fluktuasi antar imbal hasil saham dan pasar maka semakin tinggi pula

risikonya. Beta (β) dapat mengukur kontribusi sebuah saham kepada tingkat

risiko sebuah portofolio, beta (β) secara teoritis adalah ukuran yang tepat dari

tingkat risiko saham. Oleh karena itu, risiko saham dapat dilihat dengan

koefisien beta.  

Risiko pasar suatu saham diukur dengan koefisien beta (β). Berikut adalah

rumus untuk menghitung beta (β). 

Rumus 2.1 Koefisien Beta

 

Di mana :

X = Variabel yang tidak terikat

Y = Variabel yang terikat

II.1.2.1 Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Menurut Keown et al. (2005), definisi dari capital asset pricing model (CAPM)

adalah sebagai berikut.

Beta (β) = ∑

∑−

−−

)())((

XXYYXX

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  15

“An equation stating that the expected rate of return on an investment is a function of

the risk free rate, the investment’s systematic risk, and the expected risk premium for the

market portofolio of all risky securities“(p.205).

Konsep CAPM pada umumnya berguna untuk mengkuantifikasikan

hubungan antara risiko dan return. Capital asset pricing model berfungsi

menjelaskan tingkah laku dari harga – harga sekuritas dan memberikan mekanisme

bagi investor untuk memiliki pengaruh suatu sekuritas terhadap risiko dan return.

CAPM dapat dinyatakan dalam Sekurities Market Line (SML) sebagai berikut :

Rumus 2.2 The Required Rate of Return

Di mana :

Ks = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu saham

RF = Tingkat pengembalian bebas risiko

β = Suatu systematic risk yang menjadi tolak ukur sensitivitas return saham

RM = Tingkat risiko pasar yang diestimasikan / premi risiko pasar

II.1.3 Analisis Penilaian Saham

Mengacu pada pendapat Achelis (2000), analisis penilaian saham dapat

dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu technical analysis dan fundamental

analysis. Definsi technical analysis menurut Achelis (2000) adalah:

       ks = Rf + β (Rm - Rf)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  16

"Technical analysis is a complicated sounding name for a very basic approach to

investing. Simply put, technical analysis is the study of prices, with charts being the

primary tool “ (p.7).

Sementara itu menurut Block dan Hirt (1999), definisi technical analysis dapat

dijelaskan sebagai berikut:

“The use of charting and the key indicator series to project future market movement”

(p.250).

Berkaitan dengan technical analysis, Block dan Hirt (1999) menjelaskannya sebagai

berikut:

“Technical analysis is based on a number of basic assumption: market value is

determined solely by the interaction of demand and supply. It is assumed that through

there are minor fluctuations in the market, stock price tend to move in trends that persist

for by period. Reveals of trends are caused by shift in demand and supply. Shift in

demand and supply can be detected sooner or later in charts ” (p.250).

Sedangkan menurut Fakhruddin (2008), analisis teknikal adalah:

“Metode analisis saham dengan basis pergerakan harga di masa lalu dengan grafik ”(h.7).

Berkaitan dengan fundamental analysis, Achelis (2000) memberikan pengertian sebagai

berikut:

“Fundamental analysis is the study of economic, industry, and company conditions in an

effort to determine the value of a company's stock. Fundamental analysis typically

focuses on key statistics in a company's financial statements to determine if the stock

price is correctly valued “ (p.52).

Sementara itu, analisis fundamental menurut Syamsir (2004) pada dasarnya

dapat dikatakan sebuah analisis yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  17

saham dengan menggunakan analisis yang meliputi: analisis perekonomian internasional,

analisis perekonomian nasional, analisis industri, analisis perusahaan. Analisis

fundamental sebagai penilaian suatu efek sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari

kondisi kinerja perusahaan penerbitnya (emiten). Menurut para penganut analisis

fundamental, harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan.

Oleh karena itu dalam melakukan penilaian suatu saham menurut pendekatan

fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio.

Berdasarkan pembahasan teori di atas, maka penulis melanjutkan penjabaran

mengenai analisis fundamental. Mengacu pada pendapat Block dan Hirt (1999) analisis

fundamental sering disebut juga share price forecasting model dan sering dipergunakan

dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Dalam membuat model peramalan harga

saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor

fundamental (seperti kebijakan dividen, pemerintah, bursa, dan sebagainya) yang

diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Secara garis besar, analisis fundamental

sebuah perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut :

Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menaksir nilai intrinsik

(intrinsic value) suatu saham dengan pendekatan fundamental:

1. Pendekatan melalui rasio-rasio keuangan yang biasa dipakai untuk

memproyeksikan harga saham di masa mendatang. Mengacu pada pendapat

Munawir (2004) rasio keuangan adalah ratio menggambarkan suatu

hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara jumlah

tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis

berupa ratio ini dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada

penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  18

perusahaan terutama apabila angka ratio tersebut dibandingkan dengan angka

ratio pembanding yang digunakan sebagai standard.

Munawir (2004) mengklasifikasikan rasio keuangan dalam empat bagian,

yaitu:

a. rasio likuiditas, terdiri dari current ratio, cash ratio, acid test ratio, dan

working capital to total assets ratio,

b. rasio leverage, terdiri dari total debt to equity ratio, total debt to total

capital assets, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage,

dan time interest earned ratio,

c. rasio aktivitas, yaitu total assets turnover, receiveable turnover, average

collection period, inventory turnover, average day’s inventory, dan

working capital turnover,

d. rasio keuntungan, yaitu gross profit margin, operating income ratio,

operating ratio, net profit margin, earning power of total investment, net

earning power ratio dan rate of return for the owners .Lebih lanjut, Weston

dan Brigham (dikutip dalam Sirait, 2005) menambahkan satu rasio lagi

yaitu rasio nilai pasar yang terdiri dari price / earning ratio dan market/

book ratio.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis ratio total debt to

equity, total asset turnover, price earnings ratio dan return on assets.

Berikut adalah pembahasan dari masing-masing ratio yang digunakan

penulis dalam melakukan penelitian.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  19

Mengacu pada pendapat Munawir (2004), total debt to equity ratio

mencerminkan perbandingan antara tingkat utang yang dimiliki perusahaan

terhadap modal yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut adalah rumus

perhitungan total debt to equity ratio.

Rumus 2.3 Total Debt to Equity Ratio

Menurut Helfert (2003) rasio yang paling sering digunakan

menghubungkan penjualan dengan aktiva kotor atau penjualan terhadap

aktiva bersih, yaitu asset turnover. Menurut Helfert (2003), “The measure

indicates the size of recorded asset commitment required to support a

particular level of sales or, conversely, the sales dollars generated by each

dollar of assets” (p. 121), sehingga bisa dilihat seberapa besar aktiva secara

keseluruhan mendukung aktivitas perusahaan. Makin tinggi rasio ini maka

makin produktif aktiva perusahaan secara keseluruhan, sehingga penjualan

dan laba perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini akan menarik minat

pemegang saham untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Berikut adalah

rumus menghitung total assets turnover.

Rumus 2.4 Total Assets Turnover

Total debt to equity ratio = total current liabilities + total long term liabilities

total equity

Total assets turnover = net sales

average total assets

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  20

Return on Assets (ROA), rasio ini menurut Weygandt et al. adalah “An

overall measure of profitability” (p.780). Selain itu, rasio ini juga

mengukur produktivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan laba,

sehingga perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi. Hal ini

dikarenakan rasio tersebut menggambar tingkat efektivitas dan efisiensi

pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan laba, sehingga makin tinggi

rasio ini profitabilitas secara keseluruhan semakin tinggi. Hal ini tentu

akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut,

sehingga harga saham akan naik. Berikut adalah rumus perhitungan retun

on assets (ROA).

Rumus 2.5 Return on Assets

Menurut Weston dan Brigham (dikutip dalam Sirait, 2005), Price

earning ratio (PER) dapat “Memperlihatkan berapa dolar (rupiah) yang

akan dibayar investor untuk setiap laba periode berjalan” (h. 305). Berarti

makin tinggi rasio ini, maka harga saham semakin tinggi. Persamaannya

adalah

Rumus 2.6 Price Earnings Ratio

Return on assets = net income

total assets

PER = harga per saham Laba per saham 

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  21

2. Pendekatan dividen, merupakan faktor fundamental yang ikut mempengaruhi

nilai saham di masa yang akan datang.

II.2 Siklus Bisnis (Business Cycle)

II.2.1 Pengertian Siklus Bisnis (Business Cycle)

Business cycle juga didefinisikan sebagai up market dan down market yang

menunjukkan pada suatu kegiatan berulang. Perubahan business cycle antara ekspansi

(up market) dan resesi (down stream) cukup lambat dan secara umum bersifat jangka

panjang selama perekonomian masih ada (Diebold & Rudebusch, 2001, 1).

II.2.2 Tahapan Siklus Bisnis (Business Cycle)

Gambar 2.1 Business Cycle Stage

Mengacu pada pendapat Block & Hirt (2005), tahapan business cycle dapat

digolongkan menjadi empat bagian penting, di mana masing-masing bagian

mencerminkan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan. Satu dari pengaruh utama

pada dividen adalah tingkat pertumbuhan penjualan (sales) dari perusahaan dan

perkembangan dari return on assets. Empat tahap dari business cycle yang dimaksud

adalah sebagai berikut.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  22

1. Tahap pertama (Development). Pada perusahaan kecil dalam tahap awal dari

pengembangan, perusahaan tidak memberikan dividen. Hal ini dikarenakan

jika perusahaan mengalami keuntungan (jika ada) perusahaan akan

melakukan investasi kembali (reinvestment) terhadap assets baru yang

produktif. Jika perusahaan memperoleh kesuksesan dalam pasar, maka

permintaan akan produk perusahaan akan menciptakan pertumbuhan dalam

penjualan (sales), earnings, dan assets,

2. Tahap kedua (Growth). Pada tahap ini penjualan (sales) dan return on

assets akan bertumbuh dan menghasilkan tingkat persentase yang lebih

tinggi dan earnings akan tetap diinvestasikan. Pada bagian awal dalam

tahap ini, perusahaan boleh memberikan stock dividends (distribusi dari

saham tambahan) dan pada bagian akhir perusahaan dapat memberikan

cash dividends kepada para pemegang saham atau investor, pemberian cash

dividends ini menandakan perusahaan yang sudah memperoleh keuntungan

namun masih memerlukan cash untuk investasi internal,

3. Tahap ketiga (Expansion). Setelah memasuki tahap ketiga, perluasan dari

penjualan (sales) mulai menunjukkan perkembangan, namun

perkembangan ini tidak sama besarnya dengan perkembangan penjualan

(sales) pada tahap sebelumnya dan return on investment mungkin turun

sebagai hasil dari persaingan yang timbul dalam pasar (market) dan

perusahaan mencoba untuk mendapatkan market share. Selama periode ini

perusahaan memiliki kemampuan untuk membayarkan cash dividends

secara berlebih. Stock dividends dan stock split dilakukan oleh perusahaan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  23

dalam tahap ini, hal ini dikarenakan perluasan assets yang melambat dan

perusahaan memiliki dana yang diperoleh dari pihak luar, dividend payout

ratio juga naik pada umumnnya dari level rendah yaitu 5 sampai 15 persen

dari earnings sampai pada level moderate yaitu 20 sampai 30 persen dari

earnings,

4. Tahap keempat (Maturity). Pada tahap ini perusahaan menunjukkan tingkat

persentase penjualan (sales) dan ekonomi secara keseluruhan yang stabil,

perusahaan juga memiliki risk premium. Pada perusahaan yang kurang

beruntung, perusahaan akan mengalami kerugian (decline). Hal ini

dikarenakan dalam penjualan perusahaan tidak melakukan inovasi dan

diversifikasi produk yang akan dilakukan pada tahun tersebut. Dalam tahap

ini perusahaan memberikan cash dividends yang tinggi. Hal ini dikarenakan

investasi perusahaan cenderung turun dibandingkan dengan tahap-tahap

sebelumnya, perusahaan sudah mengalami kestabilan.

Berdasarkan uraian business cycle stage yang dijabarkan menurut Block & Hirt

(2005), dapat disimpulkan bahwa business cycle dapat diukur dengan melihat tingkat

penjualan (sales) yang terjadi pada setiap tahunnya. Akan tetapi, dalam penelitian ini

peneliti mengukur business cycle yang dialami dengan cara membandingkan net cash

flow yang ada pada masing-masing tahun, earnings per share (EPS) dan dividend per

share.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  24

Sedangkan mengacu pada pendapat Kotler (2003) tahapan siklus bisnis dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Introduction

A period of slow sales growth as the product is introduced in the market.

Profit are nonexistent because of the haevy expense incurred with product

introduction.

2. Growth

A periodof rapid market acceptance and substantial profit improvement.

3. Maturity

A period a slowdown in sales because the product has achieved acceptance

by most potential buyers. Profit stabiliize or decline because of increase

competition.

4. Decline

The period when sales show a downward and profit erode.

Gambar di bawah ini adalah tahapan siklus bisnis menurut Kotler (2003):

Gambar 2.2 Business Cycle Stage (Kotler)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  25

II.3 Penjualan Bersih (Net Sales)

Mengacu pada pendapat Kieso et al. (2005), penjualan bersih merupakan

pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan berdasarkan jumlah unit yang terjual

dikalikan dengan harga per unit lalu dikurangi dengan diskon penjualan dan retur

penjualan. Berikut adalah rumus menghitung penjualan bersih (net sales) menurut Kieso

et al. (2005).

Rumus 2.7 Net Sales

II.4 Net Cash Flow

Mengacu pada pendapat Kieso et al (2005), net cash flow merupakan arus kas

penerimaan dan arus kas pengeluaran yang terjadi pada setiap aktivitas selama periode

berjalan. Arus kas penerimaan dan pengeluaran terjadi pada aktivitas operasi (operating),

investasi (investing), dan pendanaan (financing).

Kieso et al. (2005), mengklasifikasikan arus kas sebagai berikut:

1. Operating activities involve the cash effect of transaction that enter into the

determination of net income, such as cash receipt from sales of goods and

services and cash payments to suppliers and employment for acquisitions of

inventory and expense.

Penjualan Kotor : xxx

-/- Diskon Penjualan : (xxx)

-/- Retur Penjualan : (xxx)

Penjualan Bersih : xxx

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  26

2. Investing activities generally involve long term assets and include (a)

making and collection loans and (b) acquiring and disposingof investment

and productive long-lived assets.

3. Financing activities involve liability and stockholders equity items and

include (a) obtaining cash from creditors and repaying the amounts

borrowed and (b) obtaining capital froms owners and providing them with a

return on, and a return of: their investment.

Secara keseluruhan arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash

outflow) dapat digambarkan seperti tampilan di bawah ini.

Gambar 2.3 Cash Inflow dan Cash Outflow

Mengacu pada pendapat Stowe, Robinson, Pinto, dan Mcleavey (2007) nilai net

cash flow yang didiskontokan dapat berguna dalam menilai intrinsik saham. (h.108)

II.4.1 Kegunaan Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)

Mengacu pada pendapat Kieso et al (2005), kegunaan dari laporan arus kas

(statement of cash flow) adalah sebagai berikut.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  27

1. The entitiy’s ability to generate future cash flow

2. The entity’s ability to pay dividends and meet obligations.

3. The reasons for the difference between net income and ne cash flow from

operating activities.

4. The cash and noncash investing and financing transactions during the period.

II.5 Earnings Per Share

Menurut Kieso et al. (2005) earnings per share dapat didefinisikan sebagai

berikut:

“Earnings per share is a ratio commonly used in prospectus, proxy material, and annual

reports stockholders“ (p.42).

Perhitungan earnings per share dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Rumus 2.8 Earnings per Share

II.6 Dividend

Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2003) pengertian dividen adalah:

“Payment by a corporation to shareholders, made in either cash or stock. Dividends

paid to shareholders represent a return on the capital directly or indirectly contributed

to the corporation by the shareholders“ (p.255).

Sementara itu, menurut Fakhruddin (2008), dividen dapat didefinisikan sebagai

berikut:

Earnings per share = Net income – Preferred dividends (EPS) Weighted average of common shares outstanding

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  28

“Pembagian sebagian laba perusahaan kepada para pemegang saham. Penentuan

pembagian dividen ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS )” (h.53).

II.6.1 Jenis-jenis Dividend

Menurut Kieso et al. (2005), jenis dividend dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Cash dividend, merupakan pembayaran dividen secara tunai kepada para

pemegang saham yang berasal dari laba bersih perusahaan sebelumnya,

2. Property dividend, merupakan pembayaran dividen dalam bentuk sebuah

assets di sebuah perusahaan selain kas,

3. Liquidating dividend, merupakan dividen yang didasarkan bukan dari

retained earnings,

4. Stock dividend, merupakan dividen yang diberikan kepada pemegang saham

dalam bentuk saham.(h.739)

Sementara itu mengacu pada pendapat Fakhruddin (2008), jenis dividen secara

umum dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Dividen tunai (cash dividend), merupakan pembayaran dividen secara tunai

(cash) kepada para pemegang saham yang berasal dari keuntungan tahun

tersebut atau akumulasi dari keuntungan pada tahun sebelumnya,

2. Dividen non kas (stock dividend), yaitu dividen yang diberikan emiten

kepada para pemegang saham dalam bentuk saham, sehingga jumlah saham

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  29

yang dimiliki pemegang saham akan bertambah. Umumnya dividen jenis ini

diberikan emiten karena emiten tidak memiliki cash yang cukup.(h.141)

II.6.2 Pengertian Kebiijakan Dividend

Gitman (2006) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai berikut:

“The firm’s plan of action to be followed whenever a dividend decision is made“(p.597).

Mengacu pada pendapat Gitman (2006), perusahaan harus mengembangkan

kebijakan dividen yang sesuai dengan tujuannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen terdiri dari legal constraints, contractual constraints, internal

constraints, the firm’s growth prospects, owner consideration, market consideration.

Sedangkan menurut Fakhruddin (2008), kebijakan dividen dapat didefinisikan

sebagai berikut:

“Kebijakan manajemen perusahaan yang berhubungan dengan hal pembagian dividen

kepada para pemegang saham“(h.55).

II.6.3 Jenis-jenis Kebijakan Dividend

Mengacu pada pendapat Gitman (2006), jenis-jenis kebijakan dividen dapat

digolongkan menjadi tiga bagian, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Constant-payout-ratio dividend policy adalah kebijakan dividen yang

didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan.

2. Regular dividend policy adalah kebijakan dividen yang didasarkan atas

pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode.

Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio

pembayaran dividen.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  30

3. Low-regular-an-extra dividend policy adalah kebijakan dividen yang

didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan

dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Pengambilan keputusan finansial

oleh manajemen dapat menyebabkan perubahan nilai saham perusahaan.

II.6.4 Strategi Pembagian Dividend

Mengacu pada pendapat Bodie, Kane, dan Marcus (2002), ada dua asumsi yang

mendasari kebijakan dividen, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kebiijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a low

investment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk kategori

ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal periode tetapi

pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya menjadi lebih rendah.

2. Kebijakan dividen dalam perusahaan yang sedang tumbuh (a high

reinvestment rate plan). Perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan

dividen relatif lebih rendah pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan adanya

rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperolehnya. Karena sebagian

perolehan laba tersebut akan digunakan sebagai laba ditahan untuk

membiayai aktivitas ekspansinya (reinvestment). Tetapi perusahaan-

perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan yang sedang tumbuh akan

mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan dividen yang lebih tinggi pada

tahun-tahun berikutnya. Walaupun sebagian besar perusahaan kelompok ini

mempertahankan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang

tetap. Namun pertumbuhan laba yang lebih besar akhirnya memberikan

dividen yang lebih besar.(h.538)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  31

Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan waktu pembagian dividen yaitu :

1. Tanggal pengumuman (declaration date), yaitu tanggal pengumuman bentuk

dan besarnya dividen.

2. Tanggal cum dividen (cum dividend date), yaitu tanggal terakhir

perdagangan saham yang masih melekat hak dividen.

3. Tanggal ex-dividen (ex-dividend date), yaitu tanggal di mana perdagangan

saham sudah tidak melekat hak dividen.

4. Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (date of record), yaitu

tanggal yang menyebutkan bahwa seorang investor tercatat sebagai

pemegang saham suatu perusahaan maka memiliki hak yang diperuntukkan

bagi pemegan saham, (e) tanggal pembayaran (date of payment).

II.6.5 Alternatif Pembagian Dividend

Menurut Sulistyastuti (2002), strategi perusahaan membagikan dividen tidak

hanya melalui pemberian dividen baik tunai maupun saham. Strategi pemberian dividen

seringkali dilakukan juga melalui pembelian kembali sebagian saham (stock repurchase

/ buy back). Salah satu tujuan pembelian kembali saham yang telah beredar (stock

repurchase / buy back) adalah untuk menghindari kemungkinan pengambilalihan

perusahaan oleh pihak lain (takeover). Selain mengantisipasi kemungkinan takeover,

stock repurchase juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham. Ketika saham

yang beredar di masyarakat sudah terlalu banyak, seringkali saham tersebut tidak likuid

kecuali likuiditas yang rendah. Jumlah saham yang terlampau besar menyebabkan harga

saham tersebut terlalu murah (undervalued), Secara teoritis, stock repurchase dapat

meningkatkan harga saham, dengan tindakan perusahaan tersebut jumlah saham yang

beredar akan turun. Jika pertumbuhan laba dan rasio pembayaran dividen konstan, maka

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  32

penurunan jumlah saham yang beredar akan meningkatkan earnings per share (EPS).

Diketahui bahwa harga saham merupakan hasil perkalian antara price earnings ratio

(PER) dengan earnings per share (EPS) sehingga hal tersebut akan memberikan dampak

pada kenaikkan harga saham. Hal ini memberikan kesempatan kepada para pemegang

saham untuk mendapatkan capital gain dari kenaikkan harga saham. Perolehan capital

gain inilah yang dianggap sebagai pengganti saham.

Alternatif pembagian saham yang lainnya bisa melalui pemecahan nilai nominal

saham atau stock split. Walaupun pemecahan nilai nominal saham tidak menambah

kekayaan pemegang saham, akan tetapi pemecahan nilai nominal diharapkan dapat

meningkatkan likuiditas saham sehingga perdagangan saham menjadi semakin aktif.

Peningkatan likuiditas transaksi saham pada gilirannya dapat memacu kenaikan harga

saham (apresiasi). Dengan adanya apresiasi harga saham berarti memungkinkan investor

memperoleh capital gain secara lebih tinggi dibandingkan sebelum stock split.

Sebagaimana asumsi pada stock repurchase bahwa adanya peningkatan capital gain

dapat dianggap pengganti dividen, yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan

pendapatan investor sehingga secara teoritis stock split dapat dijadikan alternatif

dividen.(h.22)

II.7 Dividend Discounted Model

Menurut pendapat Sulistyastuti (2002) dividend discounted model (DDM) adalah

“model untuk menghitung nilai instrinsik saham berdasarkan pertumbuhan

dividen“ (h.41).

Dividend discounted model (DDM) mengasumsikan bahwa nilai saham

merupakan present value semua aliran dividen di masa yang akan datang. Model ini

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  33

mendasarkan pada dividen sebagai sumber pendapatan. Penentuan nilai instrinsik saham

dengan dividend discounted model (DDM) berarti memprediksi saham agar investor

terhindar dari harga saham yang mahal (overpriced). Ada tiga asumsi yang menjadi

dasar dalam menghitung dividend discounted model (DDM), yaitu dividen tidak tumbuh

(zero growth model), dividen yang tumbuh konstan (constant growth model), dan

dividen yang tumbuh melebihi tingkat pengembalian pada saat perusahaan sedang

tumbuh (supernormal growth model).

II.7.1 Dividend Discounted Model with Zero Growth Model

Dividend discounted model (DDM) yang paling sederhana adalah model tanpa

pertumbuhan (zero growth model). Model ini sesuai untuk menentukan nilai

fundamental saham preferen. Penentuan nilai fundamental saham biasa akan tepat

menggunakan metode ini bila periode investasi maksimal satu tahun.

Rumus 2.9 Dividend Discounted Model with Zero Growth Model

Di mana :

Vo = Nilai Instrinsik Saham

D = dividen yang tidak tumbuh (zero growth)

k = tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate of return on stock)

II.7.2 Dividend Discounted Model with Constant Growth Model

Suatu saham dengan dividen yang tumbuh konstan maka nilai instrinsiknya dapat

dihitung dengan constant growth model. Constant growth model paling sesuai untuk

        Vo = kD

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  34

menilai saham perusahaan yang telah mencapai tahap matang (mature company).

Perusahaan yang telah mencapai pendewasaan biasanya mempunyai retention ratio yang

konstan. Demikian juga return on equity yang cenderung stabil, maka pertumbuhan

dividennya menjadi konstan. constant growth model didasarkan atas tiga asumsi yaitu :

1. Perusahaan mempertahankan rasio pembayaran dividen (dividend payout

ratio) secara tetap dari tahun ke tahun.

2. Setiap laba yang diinvestasikan kembali memperoleh tingkat keuntungan

yang sama tiap tahunnya.

3. Implikasinya EPS maupun DPS akan meningkat dengan prosentase secara

konstan tiap tahunnya.

Rumus 2.10 Dividend Discounted Model with Constant Growth Model

Di mana :

Vo = Nilai Instrinsik Saham

D = Dividen yang diberikan pada periode tersebut (dividen payment in the

related period)

g = pertumbuhan dividen secara konstan

k = tingkat pengembalian yang diharapkan

Vo = gkgD

−+ )1(

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  35

II.7.3 Dividend Discounted Model with Supernormal Growth Model

Pertumbuhan dividen supernormal mengasumsikan bahwa pertumbuhan

dividen tidak sama sepanjang masa. Dividend discounted model (DDM) dengan

pertumbuhan dividen supernormal merupakan DDM dengan pertumbuhan dua tahap.

Model ini labih realistis karena pertumbuhan dividen pasti tidak akan sama sepanjang

masa. Pada periode pertumbuhan perusahaan, pertumbuhan dividen juga menunjukkan

tingkat pertumbuhan yang tinggi yaitu growth rate (g) melebihi required rate of return

(k), kemudian pertumbuhan dividen akan menurun setelah periode tertentu. Selanjutnya

perusahaan yang sudah mencapai tahap pendewasaan (mature) memiliki tingkat

pertumbuhan dividen yang konstan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perusahaan-perusahaan tidak memiliki pertumbuhan dividen yang konstan sepanjang

masa. DDM dengan pertumbuhan dividen supernormal memiliki dua tingkat

pertumbuhan (growth rate, g). Pada periode awal growth rate (g) melebihi required rate

of return (k). Kemudian pertumbuhan dividen akan menurun setelah periode tertentu

sehingga required rate of return (k) melebihi growth rate (g). Model pertumbuhan

dividen supernormal sesuai untuk menentukan nilai intrinsik saham perusahaan yang

sedang tumbuh (growth company). Perusahaan yang sedang tumbuh (growth company)

memberikan ROE yang besar.

Nilai Intrinsik dengan pertumbuhan dividen supernormal :

Rumus 2.11 Dividend Discounted Model with Supernormal Growth Model

Vo =

nkgkggDo

kD

kD

kD

)1)(()1()1(

)1(3

)1(2

)1(1 2

41

32 +−++

++

++

++

 

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  36

Di mana :

Vo = Nilai Wajar Saham (value of stock)

Do = Dividen yang dibagikan pada tahun perhitungan

D1 = Dividen yang dibagikan pada tahun 1

D2 = Dividen yang dibagikan pada tahun 2

D3 = Dividen yang dibagikan pada tahun 3

k = tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate of return on stock)

g1 = Growth tahun pertama

g2 = Growth tahun kedua  

II.8 Program Linier

Definisi linier programming menurut Taylor (2002) adalah

“Linier programming is a model cosisting of linier relationships representing a firm’s

decision(s) given an objective and resource constraints”(p.27)

Ada tiga langkah dalam mengaplikasikan program linier

1. Identifikasi bahwa masalah dapat dipecahkan menggunakan program linier

2. Masalah yang tidak terstruktur dapat diformulasikan sebagai model

matematika

3. Model harus di pecahkan menggunakan tehnik matematik yang dibuat.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  37

Model program linier terdiri dari komponen-komponen umum dan karakteristik.

Komponen model terdiri dari variabel keputusan, fungsi tujuan dan model constraints

atau batasan.Variabel keputusan adalah simbol matematik yang mewakili tingkat

kegiatan. Fungsi tujuan (objective function) adalah hubungan linier yang

menggambarkan tujuan dari operasi kegiatan.sedangkan model batasan (constraints

model) merefleksikan batasan dalam pembuatan keputusan.

II.8.1 Solver Method for Regression

Mengacu pada pendapat Aczel dan Sounderpandian (2002), tools solver-add ins

pada Microsft Excel dapat digunakan untuk membuat sebuah model prediksi dengan

bentuk persamaan seperti model regresi. Dalam tools solver-add ins, terdapat changing

cell yang dapat diisi dengan nilai intercept atau slope dari model prediksi yang akan

dibuat. Selain itu, dalam solver add-ins terdapat contraint yang berfungsi sebagai

pembatas untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Menurut pendapat Chandan Sengupta (2004), solver dapat dijelaskan sebagai

berikut.

“Excel provides a special tool called Solver that you can use to answer this type of

question independently or, more powerfully, as part of a model“ (p.69).

II.9 Control Charts

Menurut Aczel dan Sounderpandian (2002), definisi control charts adalah:

“A control chart is a time plot of a statistic, such as a sample mean, range, standar deviation, or proportion, with a centerline and upper and lower control limits. The limits give the desired range of values for the statistic. When the statistic is outside the bounds, or when its time plot reveals certain patterns, the process may be out of contro “ (p.641).

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  38

Mengacu pada pendapat Aczel dan Sounderpandian (2002), upper and lower

control adalah nilai batasan toleransi dari nilai tengah (centerline). Jika terdapat nilai

yang berada diluar batasan upper and lower limits, maka nilai itu merupakan nilai yang

tidak bisa dikendalikan dan harus dikoreksi. Standar deviasi yang dipakai dalam

membuat lower dan upper limits control dapat berupa dua atau tiga kali standar deviasi.

Aczel dan Sounderpandian (2002) memberikan gambaran mengenai control charts

sebagai berikut.

Gambar 2.4 Control Charts

II. 9.1 Standar Deviasi

Menurut Supranto (2000), definisi dari standar deviasi (simpangan baku) adalah

sebagai berikut.

“Simpangan baku merupakan salah satu ukuran dispersi yang diperoleh dari akar kuadrat

positif varians. Varians merupakan rata-rata hitung dan kuadrat simpangan setiap

pengamatan terhadap rata-rata hitungnya” (h.129).

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  39

Rumus standar deviasi (simpangan baku) menurut Supranto (2000) adalah sebagai

berikut.

Rumus 2.12 Standar Deviasi

Di mana :

X = data atau nilai sampel

X = rata-rata sampel

n = banyaknya sampel

II.9.2 Mean of Square Error (MSE)

Definisi mean of square error (MSE) menurut Aczel dan Sounderpandian

(2002) adalah

“The mean of square error is an unbiased estimator of the variance of the population

error ” (p.510)

Berikut adalah rumus untuk menghitung mean of square error (MSE).

Rumus 2.13 Mean of Square Error

Di mana:

SSE = Sum of Square Error

( )( )1

2

Χ−Χ= ∑

MSE = )1(

)1(

)1(

2

+−=

=+−

∑ −

kn

n

jYY

knSSE

jj

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  40

Yj = Harga Aktual

Yj = Harga Prediksi

n = Jumlah Sampel

k = variabel bebas

II.10 Interval Kelas

Mengacu pada pendapat Supranto (2000), pembagian interval kelas dapat

menggunakan rumus sebagai berikut.

Rumus 2.14 Interval Kelas

Di mana :

c = perkiraan besarnya (class width, class size, class length)

k = banyaknya interval kelas

Xn = nilai observasi terbesar

X1 = nilai observasi terkecil

II.11 Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average)

Mengacu pada pendapat Supranto (2000), jika dalam penelitian terdapat data

berkala, maka untuk menghitung rata-rata bergerak selama beberapa waktu dapat

menggunakan rumus sebagai berikut.

c = Xn – X1 k

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  41

Rumus 2.15 Moving Average

Di mana:

Y = Nilai data pada periode tertentu

n = Jumlah periode

Di dalam data berkala, rata-rata bergerak (moving average) sering dipergunakan

untuk memuluskan fluktuasi yang terjadi dalam data tersebut. Proses pemulusan ini

disebut dengan pemulusan data berkala.

II.12 Metode Relatif Bersambung

Mengacu pada pendapat Supranto (2000), metode relatif bersambung dapat

digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan yang terjadi selama beberapa periode.

Berikut adalah rumus dalam metode relatif bersambung.

Rumus 2.16 Relatif Bersambung

Di mana:

Yt = Nilai pada periode berjalan

Yt-1 = Nilai pada periode sebelumnya

II.13 Present Value

Menurut Kieso et al.(2005), definisi dari present value adalah sebagai berikut.

Moving Average = n

YnYYY ++++ ......321

Relatif Bersambung = t

tt

YYY 1−−

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Saham - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00068-AK Bab 2.pdf · II.1.2 Return dan Risk Investasi Saham Menurut Gitman (2006) yang dimaksudkan

  42

“The value now (present value) of a future sum or sums discounted asssuming compound

interest“(p.258)

Dalam menghitung dividend per share yang terjadi pada setiap kuartal penulis

menggunakan konsep time value of money. Nilai dividen per share yang diperoleh pada

akhir tahun digunakan sebagai nilai future value. Berikut rumus perhitungan present

value.

Rumus 2.17 Present Value

Di mana :

PV = present value

FV = future value

k = suku bunga Bank Indonesia

t = time

Tabel 2.1 Present Value Quarterly

Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV

PV = FV/( 1 + n )3 PV = FV/( 1 + n )2 PV = FV/( 1 + n )1 Future Value

FV PV = -----------

( 1 + k )t