Upload
andriancatur
View
64
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TELAAH LITERATUR CLINIS PADA PENGGUNAAN MADU
SEBAGAI PERAWATAN LUKA
P.C. MOLAN B.Sc. Ph.D
Honey Researt Unit, Departement of Biological Sciences, University of Waikato, Hamilton, New Zealand.
Corresponding author: Associate Professor P.C. MolanDepartment of Biological Sciences
University of WaikatoPrivate Bag 3105
Hamilton New Zealand
Telephone:+64 7 838 4325Fax: +64 7 838 4325
OLEHKelompok I
1. Ari Budiati NIM: 03/172573/EIK/003532. Sri sugesti W. NIM:3. Rondhianto NIM:4. Suryani NIM:5. Antok Nurwidi NIM:
KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA 2005
RINGKASAN
Penggunaan madu sebagai bahan perawatan luka, sebagai suatu pengobatan kuno
yang ditemukan kembali dan hal itu meningkatkan ketertarikan terhadap madu, dan banyak
laporan tentang keefektifannya yang sudah dipubikasikan. Hasil temuan klinis didapatkan
bahwa infeksi dapat sembuh lebih cepat, inflamasi “swelhing” dan nyeri dapat segera
dikurangi odouer terkurang, slousghing, jaringan nekrotik dapat induced, granulasi dan
epitelisasi di hastened dan proses menyembuhkan luka dapat dipercepat dengan pembentukan
jaringan scar yang minimal.
Asam anti microbial dalam madu mencegah pertumbuhan mikroba pada luka yang
lembab (basah). Tidak seperti antiseptic tropical lainnya, madu tidak menyebabkan
kerusakan jaringan. Studi yang dilakukan terhadap binatang percobaan didapatkan hasil
bahwa secara histology madu dapat meningkatkan proses penyembuhan luka. Hal itu adalah
efek langsung nutrient yang “drowing limple out” dari sel dengan mekanisme osmosis.
Stimulasi proses penyembuhan juga disebabkan oleh asiditas/keasaman dari nadi itu sendiri.
Osmosis menyebabkan cairan madu yang kontak denganpermukaan luka dapt mencegah
“dressing sticking” sehingga tidak terasa nyeri atau terjadi kerusakan jaringan ketika dressing
diganti. Begitu banyak bukti-bukti yang mnedukung penggunaan madu, dan dari hasil
penelitian dengan teknik randomized controlled clinical trialmenunjukkan bahwa ternyata
madu lebih efektif dari pada silver sulva diazine dan poly urethane film (opsiteR) untuk
menyembuhkan lika bakar.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1985 editorial di Jurnal of Royal Society of Medicine mengemukakan
sebuah opini “Pengobatan terapeutik mungkin bisa tidak terkontaminasi. Madu murni dapat
digunakan untuk hal tersebut”. Madu tersedia di berbagai komunitas walaupun mekanisme
dari beberapa bahan dapat bermanfaat dan membutuhkan investigasi lebih lanjut, dan
sekarang sudah waktunya membuka wacana bagi pengobatan tradisional.
Kebanyakan referensi melaporkan madu sebagai dressing luka. Masyarakat kuno
menggunakan madu untuk pengobatan luka tetapi hanya sedikir gambaran yang didapat,
begitu pula dengan bukti klinisnya. Dari beberapa literature melaporkanbahwa dewasa ini
telah ditemukan kembali pengobatan dengan madu. Sejalan dengan ketertarikan pengobatan
alternative terutama sekali terhadap perkembangan dari resistensi bakteri terhadap antibiotik
dan juga karena adanya peningkatan madu untuk dressing luka saat ini. Hal itu menjadi
kesadaran bagi para klinisi dan peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan mempublikasikan
madu sebagai dressing luka.
PERTINENT:
Akhir-akhir ini bahwa madu efektif untuk dressing luka yang mana luka tersebut tidak
berespon terhadap terapi konvensional. Banyak laporan yang menyatakan tentang
keefektifan madu sebagai dressing luka yang terinfeksi ditambahkan sebagai bagian dari obat
anti bacterial. Tetapi dalam literature yang dipublikasikan lebih luas, dari studi infitro
didapatkan madu mempunyai aktifitas sebagai anti bakterial yang signifikan tetapi tidak
dijelaskan dalam artikel ini secara komprehensif. Akan tetapi sebagai catatan dijelaskan
kepada pembaca mengenai median level dari aktivitas antibacterial madu yang dapat
menghambat secara kompleks species bacteri penyebab umum infeksi luka dengan
konsentrasi 1,8% - 11% (v/v) dan mengelompokkan (collection) strain MRSA pada
konsentrasi 1% - 4% (v/v).
APLIKASI PENGGUNAAN MADU
Salah satu prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Luka dibersihkan jika terdapat abses luka dan drainage pus dan nekrotomi jaringan
nekrotik sebelum dilakukan dressing luka dengan madu.
2. Selain itu dapat digunakan prosedur rigorous cleancing: bersihkan luka dengan sikat
gigi dan lanjutkan dengan pemberian hydrogen peroksida saline rinse, betadin dan saline
rinse lainnya; dicairkan hidrogen perokside pada luka dan alkohol disekitar kulit, atau
juga luka dapat dibersihkan dengan eusol atau akueus 1% chlorhexidine. Kebanyakan
sebelum luka dibersihkan, luka dicuci dengan saline sebelum diobati dengan madu, dan
ketika dressing diganti.
Banyak juga laporan yang menyatakan madu dioleskan menyeluruh menutupi luka
dengan dressing kering, moustly gauze. Jumlah madu yang digunakan bervariasi;
1. Lapisan tipis madu (hasil relatif jelas):
2. lapisan tipis madu dengan pemberian 2-3 kali/hari
3. Memberikan madu diseluruh permukaan luka sampai diluar luka.
4. Thick layer honey.
5. soaking the wound generously honey
6. Mengoleskan madu pada luka sampai ¾ isi luka.
7. Memberikan 15-30 ml madu pada luka ulcer.
Selain itu pemberian madu diberikan untuk dressing kemudian ditempatkan pada luka.
Madu akan menyebar dipermukaan luka (gauze) atau soaked madu. Madu impregnated
gause dapat digunakan untuk pack cavities of wounds. Setelah luka terbungkus maka luka
akan terbungkus. Pada ulcerasi servik proses penyembuhan luka dapat dilakukan dengan
memasukkan 85 ml madu ke dalam vagina dan tahan ditempat tersenut dengan tampon
selama 3 hari.
Kebanyakan dressing luka dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali atau 2-3 hari sekali.
Hasil penelitian menyatakan bahwa dressing dilakukan 1 hari atau lebih tergantung dari
kebutuhan agar luka tampat bersih dan kering. Laporan lain menyebutkan bahwa dressing
diganti 1 atau 2 kali sehari sampai luka bersih dan terjadi granulasi, kemudian dressing sehari
sekali dapar dibanti. Laooran lain menyatakan penggantian dressing madi dilakukan sehari
dua kali dan dilakukuan 3 kali sehari jika luka terkontaminasi dengan urine atau feses.
Beberapa laporan menyatakan bahwa campuran antara lipid dan madu ternyata lebih
mudah menyebar di permukaan luka, selain lipid dengan menggunakan castor oil atau 20%
vaselin. Pemanasan yang berlebihan terhadap madu mendukung dihindari karena glukosa
oxidase ensyme pada madu akan memproduksi hidrogen peroxidase, komponen utama dari
antibacterial sangat rentan terhadap panas dan menjadi tidak aktif.
KOMENTATOR
Tidak ada indikasi dari beberapa laporan tentang metode aplikasi dari pemberian
madu pada luka yang digunakan sebagai dasar mengambil keputusan baik secara empiris
maupun teoritis. Perbedaan metode menunjukan perbedaan pendekatan. Penyebaran madu
pada “dressing pad” lebih baik daripada luka dan lebih mudah dilakukan dan mengurangi
kejadian traumatik bagi pasien. Hal ini juga dapat lebih menutup permukaan luka. Jika luka
dalam atau terdapat abes pada luka, dan membutuhkan madu untuk pengobatannya, maka
cara yangpraktis dengan menggunakan honey packed di squeeze out toobes.
RASIONALNYA:
Kebanyakan madu dibutuhkan perunit area pada luka tergantung luasnya atau
banyaknya eksudat. Manfaat madu pada jaringan luka dilaporkan kemungkinan menurun
atau hilang jika sedikit madu yang berada eksudat yang banyak (kasiat madu hilang) sebagai
mana frekwensi dressing yang akan berubah menyesuaikan seberapa cepat madu tersebut
dicairkan oleh eksudat. Keefektifan madu dalam menurunkan inflamsi dan eksudasi dapat
digunakan sebagai patokan tingkat frekwensi penggantian dressing. Pergantian dressing yang
sering mungkin tidak diperlukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri, karena aktifitas anti
bakterial pada madu akan mencegah pertumbuhan bakteri. Jika madu tidak terdeteksi oleh
eksudat, terutama jika madu dengan level aktifitas tinggi yang dipilih.
OBSERVASI KLINIK
Telah dilaporakan dari studi klinik yang bervariasi pada penggunaan madu sebagai
dressing sebagai luka infeksi yang luka itu menjadi steril dalam 3-6 hari, 7 hari, atau 7-10
hari. Hal lain telah dilaporkan bahwa madu efektif untuk membersihkan luka infeksi. Juga
telah dilaporkan bahwa madu mencegah timbulnya nekrosis. Madu juga telah ditemukan
untuk melakukan pencegahan barier luka dan menjadi infeksi, mencegah infeksi silang dan
menjadikan jaringan luka bakar agar sembuh dengan cepat tidak terbatas sebagai infeksi
sekunder. Hal lain telah dilaporkan bahwa mengelupasnya jaringan gangrene dan jaringan
nekrotik dengan cepat diperbaiki dengan jaringan granulasi dan menjadikan epitensasi lebih
ketika madu digunakan sebagai dressing melalui debridement bedah minimun yang diminta.
Hal lain juga telah diobservasi bahwa dibawah slough dressing madu, nekrotik dan jaringan
gangrene tersebar sehingga hal itu dapat dilaihkan pengurangan nyeri dan hal lain telah
dicatat dengan cepat dan penyebaran mudah dari slough dan perpindahan cruct dari luka.
Rapid cleancing kimia atau debridement enzim menghailkan dari penerapan madu untuk luka
telah dilaporkan dengan tanpa bentuk erchar dalam pembakar. Penulis lain mengatakan efek
clencing dari madu pada luka. Hal lain juga dilaporkan bahwa kotoran berpindah dengan
balutan ketika madu digunakan untuk dressing untuk memudahkan luka bersih. Madu juga
dilaporkan memberikan deodorisasi dari bau luka. Madu digunakan sebagai dressing telah
dilaporkan mempromosikan bentuk dari jaringan granulasi yang bersih dan sehat. Hal lain
juga telah dilaporkan untuk mempromosikan atau membangun epitelisasi dari luka.
Dumromlert berkomentar pertumbuhan yang cepat dari jaringan yang baru dapat dibentuk
kembali. Memperbaiki nutrisi dari luka yang telah diobservasi juga meningkatkan aliran
darah dari luka telah ditemukan dalam luka dan aliran darah yang bebas dari limfe.
Penulis lain mengomentari pada penyembuhan luka secara cepat terlihat dengan
dressing madu. Desottes berarti pada luka menjadi tertutup. Dalam fashion spektakuler
dalam 90% kasus kadang-kadang dalam beberapa hari. Borlando berarti untuk penyembuhan
menjadi supresin dengan cepat secara khusus untuk derajad I dan II pada luka bakar.
Blomfield mengopini jika madu mendukung proses penyembuhan ulser bisul/borok dan luka
bakar. Lebih baik dari pada lokal apliction yang telah digunakan sebelumnya. Bergman
telah mengobservasi secara klinis bahwa penyembuhanpada luka terbuka lebih cepat dengan
madu seperti yang telah ditemukan oleh Hamdi jika itu dipercepat making wound suitable for
suture.
Telah dicatat bahwa dressing luka dengan madu mengikuti grafting lebih cepat,
dilaporkan juga madu menurunkan insiden bekas skingraft dan membantu regenerasi kulit,
membuat rekonstruksi plastik yang tidak diperlukan. Juga dicatat bahwa penyembuhan luka
dengan madu memberi sedikit atau tidak ada jaringan parut.
Manfaat lain dari madu antara lain menurunkan inflamasi udema dan eksudat,
mengabsorbsi cairan dari luka. Dibeberapa kasus memberikan effek penurunan nyeri lokal
secara lebih cepat, menghilangkan reaksi alergi dan efek berbahaya pada jaringan. Selama itu
dressing dengan madu mudah diaplikasikan. Kurang lebih ada adesi yang menyebabkan
kerusakan jaringan granulasi lokal. Menghindari perdarahan ketika removing dressing.
Beberapa madu yang tersisa mudah dibersihkan dengan mandi.
Comentar: observasi klinik ini menyediakan in isolation, level terendah evidence
upon which, sebagai dasar keputusan klinik untuk menggunakan madu sebagai alat dressing
luka. Tetapi ketika dibandingkan dengan percobaan yang secara umum digunakan untuk
dressing menunjuukan bahwa madu memiliki beberapa kasiat yang berpotensial membuatnya
sebagai bahan dressing luka yang sangat bermanfaat. Aspek fisik menyediakan barier
protective dan secara osmosis, menciptakan lingkungan penyembuhan yang lambat. In the
form of solution of honey that doesnot stick to the under lying wound tissues. Unsure anti
bacterial madu mencegah kolonisasi bacteri darilingkungan lembab ini. Anti bacterial
menunjukkan tidak ada kerusakan pada proses penyembuhan melalui efek adverse pada
jaringan luka. To the contrary terlihat memiliki efek stimulasi pada regenerasi jaringan. In
edition terdapat indikasi yang jelas dari anti inflamasi.
EVIDENTCE OF EFEKTIVE NURSE: ANIMAL STUDIES
Pada sebuah studi percobaan membandingkan antara madu dan silver sulva diazine,
dan madu+gula. Pada luka bakar kulit standar 7x7 cm pertumbuhan epitel dalam waktu 21
hari dengan madu dan gula. Kemudian 28-35 hari pada silver sulva diazine granulasi terlihat
lebih jelas pada perawatan dengan silver sulva diazine. Penampakan histologi luka pada
seluruh luka yang dirawat dengan madu menunjukkan inflamasi yang lebih sedikit dari pada
yang dirawat dengan gula dan silver sulva diazine. Pada percobaan yang lain luka bakar
diciptakan dengan red hot pin (15 mm2) yang diletakkan di kulit tikus, kemudian dirawat
dengan madu atau dengan gula yang memiliki komposisi dengan madu. Penyembuhan telah
terlihat secara histologi menjadi lebih aktif dan lebih dengan madu lalu dengan tanpa
pengobatan atau solusi gula waktu diambil untuk perbaikan komplek dari lukatelah berkurang
secara signifikan dengan madu lalu dengan tanpa pengobatan atau dengan solusi gula dan
nekrotik tidak pernah begiru serius. Pengobatan dengan madu memberikan kejernihan
attenation dari inflamasi dan eksudasi dan regenerasi cepat dari jaringan epiferial dari luar
dan pembentukan sikatrik dengan cepat.
Pada studi eksperimen pada binatang luka yang lebih penuh telah dirawat dengan
memotong sampai 2x4 cm lapisan dari kulit pada bagian belakang calves berbeu. Luka
dibersihkan dengan madu atau mitrovurazone atau dengan petrolatum sterilisasi sebagai
kontrol. Granulasi, bentuk scar dan penyembuhan menyeluruh terjadi lebih cepat dengan
madu dari pada dengan nitrovurazone dan dalam kontrol latihan histo morfological dari
contoh biopsi. Memberi arti lebih dalam kontrol dengan mitrosulvazone lalu denganm madu
kurang proliferasi dari fibroblast dan argioblast.
Dilain studi penelitian pada calves berbeu beda atau lebih tebal pada kulit luka, 2x4
cm, dibuat setelah menginfekting area luka dengan infeksi subkutaneus dan stapilococus
areus atau prioritas untuk luka. Aplikasi topikal dari madu, ampicillin ointment, dan salin
sebagai kontrol dibandingkan sebagai pengobatan untuk luka. Latihan klinik dari luka dan
histomorfologikal examinition dari contoh biopsi menunjukkan bahwa madu memberikan
tingkat yang lebih cepat dari penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan yang lain.
Reaksi inflamasi terakhir paling besar fibroelastis dan argioblastik dalam luka. Paling cepat
terbawa dari jaringan konektif fibrose dan epitelisasi tercepat.
Studi eksperimental membawa .................juga juga membandingkan madu
dengan ........saline, pada luka dibuat dengan ebersing kulit (10x10 mm), dibawah otot.
Latihan histologikalmenunjukkan bahwa thecknes dari granulasi danjarak dari epitelisasi dari
ujung jaringan luka adalah signifikan ................area dari luka lebih kecil secara signifikan,
dalam hal itu diobat dengan madu (P<0,001) tidak ada yang menunjukkan kumpulan, infeksi
klinik.
Didalam studi lain pada tikus panjang 10mm telah dibuat dalam kulit dari sepasang
tikus dan luka diobati secara topikal dengan madu floral, madu dari tawon pemakan gula atau
salin. Secara statistik meningkat significan dalam tingkat penyembuhan telah dilihat dengan
pengobatanmadu floral dibandingkan dengan control salin, hal ini menjadi lebih besar dengan
obat oral dari pada dengan cara topical. Pengobatan dengan madu dari tawon pemakan gula
memberikan tingkat lebih tinggi dari penyembuhan. Setelah 4 hari memberikan hasil tidak
lebih baik dari pemakaian dengan salin normal, granulasi, epitelisasi dan jaringan fibrous
terlihat histologikal mencerminkan peningkatakan penyembuhan berarti sebagai penurun
dalam luka. Dari jaringan granulasi dengan sel inflamasi klinik terbesar tawon pemakan
gula, sedikit dalam pengobatan topikal dengan madu, floral, dan paling sedikit
pengobatannya dengan madu floral.
Penerapan oral atau topikal dari madu dibandingkan dalam studi lain pada tikus,
didalam irisan dalam 2x2 cm kulit luka, dibuat pada belakang dari tikus dengan memotong
kulit. Tikus diobati dengan penerapan topikal dari madu pada luka. Administrasi oral dari
madu, atau intraperitoneal administrai dari madu atau pengobatan sebagai kontrol. Setelah 7
hari pengobatan tritiated praline diinjeksikan untuk melayani sebagai indicator dari sitesis
kolagen dalam subsequent 24 jan perperiode kwantitas keduanya. Dari sintesis dan deraja
dari cross linking kolagen. Pada jaringan granulasi ditemukan untuk meningkatkan
perbandingan signifikanm dengan pengonatan yang tidak terkontrol sebagai hasil dari
pengobatan dengan madu. Pengobatan sintetik telah memberikan peningkatan yang besar
dari pada pengobatan topikal, memberikan hasil yang lebih baik dari pada rute oral. Dalam
hubungan yang mirip studi mengikuti hal ini, tikus diobati dengan hal yang sama tetapi dalam
parameter yang berbeda dipelajari untuk mengkaji luka. Jaringan granulasi yang telah
dibentuk telah excised dari luka untuk biochemical dan biofisikal dari perawatan luka. Isi
dari DNA, protein, kolagen, heksosamin dan asam uronik dan tensil strength. Tingkah laku,
tingkat kontraksi, dan tingkat epitelisasi, ditemukan untuk meningkatkan secara signifikan
senbagai hasil dari pengobatan dengan madu. Pengobatan sisfemile memberikan peningkatan
daripada penmgobatan topikal, rute intraperitoneal memberikan hasil yang terbaik.
KOMENTAR:
Studi hewan ini tetap didemontrasikan semuanya bahwa madu mempunyai efek
keuntungan pada penyembuhan luka didamping dari berbagai hasil dari perlengkapan
antibacterial, meskipun satu dari studi intervensi luka infeksi, hasil pengamatan dalam hal ini
didalam garis denganpengamatannya didalam studi yang lain ia menghasilkan keuntungan
dari penerapan madu tak dapat secara sekunder untuk pembersihan infeksi. Ada yang jelas
dari aksi stimulasi ada perbandingan jaringan dan pada aksi inflamatori menunjukkan bahwa
efek ini tidak mempengarui demonstrasi yang didalamnya konstitusi lebih dari perlengkapan
fisik madu. Bahwa efek stimulasi ditunjukkan ketika madu diadnibistrasukan secara
oral/parenteral. Memberi saran bahwa mungkin faktor pertumbuhan jaringan dipengaruhi
lebih dari stimulasi pertumbuhan menjadi konsekuen dari keasaman atau perbaikan gizi
jaringan. Tidak ada infestigasi dilaporkan dari komponen responsible media untuk
pertumbuhan meningkat tetapi satu kemungkinan bahwa hidrogen peroksida diproduksi oleh
madu. Perbandingan dari fibroblasf satu dalam kultural telah ditemukan untuk menstimuli
untuk hidrogen peroksida pada mikrokonsentrasi nano molar. Penggunaan responsibel
mungkin pitosemikal dari sumber yang akan dihitung untuk keluaran yang lebih baik.
Terlihat dengan madu floral dari pada madu dari tawon yang makan gula, meskipun
penyembuhan diperbaiki dari hal ini bisa secara sekunder pada edukatif inframatomi. Yang
memberi efek madu floral
BUKTI EFEKTIFITAS: STUDI KLINIK
Studi telah dilakukan pada pengobatan dengan dressing madu pada seorang pasien
dengan luka recal citrant dan ulser, 47 dari hal ini telah dilaporkan untuk cklinical deemed
a”sufficienly long time (1 bulan ke 2 tahun) dengan pengobatan konvensional seperti eusol
toiled dan dressing, dan akriflafine, sufratule, cicatrik, atau sistemik dan antibiotic tropical.
Dengan tanpa tanda luka atau luka meningkat dalam ukuran luka seperti forniers gangrene
burns cancrum oris dan ulches diabetik, sikles sell ulches dan tropikal ulches. Latihan
mikrobiologikal dari suatu luka menunjukkan bahwa pembersihan luka dengan bacteri
dipersembahkan menjadi steril dengan satu minggu dan hal lain berarti steril. Dalam satu
kasus a buruli ulser, pengobatan dengan madu tidak dilanjutkan setelah 2 minggu karena
ulser meningkat cepat dalam ukuran. Dalam out came dari 58 kasus lain dilaporkan sebagai
remarkable yang mengikuti penerapan topical dari madu. Beberapa observasi umum
dilaporkan untuk hasil dari pengobatan madu dari recal citran ini luka bisa sloughs, nekrotik
dan jaringan gangren tersebar sehingga hal tersebut dapat didaftar pengurangan nyeri, dengan
2-4 hari dalam gangrene formiers, cantrum oris dan dekubitus ulser (tetapi hal ini diambil
lebih panjang dalam tipe lain). sloughs dan jaringan nekrotik berpindah secara cepat dengan
jaringan granulasi dan melebihkan epitelisasi meliputi oedema subside weeping ulser
dehidrasi dan luka berbau .................rendered oderless sampai 1 minggu. Luka burn diobati
secara cepat tidak menjadikan koloni bakteri.
Sebuah studi yang sama pada 40 pasien separuhnya telah dirawat dengan sebuah
bahan topical yang biasanya dan telah gagal. Luka disebabkan oleh penyebab yang
bermacam-macam: pembedahan, kecelakaan, infeksi, tropil dan luka bakar. Rata-rata ukuran
luka 57 cm2. sepertiga luka terdapat purulent, jumlah mikroorganisme yang diisolasi dari
sekret luka didapatkan 14-48 setelah 2 minggu perawatan. 7 dari pasien terdapat jaringan
nekrotik exised, sesudah perawatan dengan madu dan 3 diantaranya memiliki skingraf.
Dalam catatan madu mempersempit batas luka dan luka lebih cepat dibersihkan. Dari 33
pasien dirawat hanya dengan dressing madu 29 sembuh secara sempurna dengan kwalitas
penyembuhan yang bagus, rata-rata dalam waktu penyembuhan 5-6 minggu. Dalam 4 kasus
yang gagal 2 disebabkan oleh kondisi umum pasien yang buruk karena imunodepresi. 1 yang
keluar dari perawatan dengan madu karena reaksi alergi terhadap madu, dan 1 pasien karena
and one burn rimained stasionary after a good initial respon. Studi yang lain madu digunakan
pada 9 anak dengan luka pembedahan yang terbuka, terinfeksi yang gagal dengan perawatan
konfensional, sedikitnya dalam 14 hari dengan antibiotic intravena dan pembersihan luka
menggunakan akueus kloreksidin solution 0,5% W/v dan salep asam fusidik. Dan luka-luka
tersebut masih terbuka dan kultur swab positif. Perkembangan secara klinis tampka pada
seluruh anak setelah 5 hari perawatan dengan aplikasi topical 5-10 ml madu 2 kali setiap
hari. Hasilnya luka tertutup bersih dan steril dalam waktu 21 perawatan.
Komentar: 3 studi diatas merupakan percobaan cross over yang efektif, hal itu
terutama non responsi fenus yang ditegagkan dengan bentuk treatmen lain sebelum madu
digunakan. Walaupun bentuk dari bukti isless konfincing dari pada stimulasi pengobatan
pada kontrol grup pasien, konsistensi dari hasil dan jumlah pasien meliputi kemungkinan
yang tinggi yang mengubah dari non healin menjadi healin yang sudah sesua unuk
kesempatan lebih untuk mendapat aspek terapeutik dari madu. Efektif dalam peningkatan
penyembuhan luka yang sudah berespon terhadap pengobatan konvensional. Mereka juga
menyediakan bukti-bukti yang bagus dari keefektifan anti bakterial pada madu pada luka
yang terinfeksi.
20 kasus formier gangren di manca negara secara konservatif dengan antibiotik
sistemik 9amoksilin oral/asam klafulanic dan metronidazol. Tambahan harian madu secara
topikal telah dibandingkan secara restrospektif dengan 21 kasus yang sama. Yang
menggunakan metode ortodok (wound debredemen, wound excicion sekundery suhuring dan
pada beberapa kasus dengan skropal plastik rekonstruksi (mikrooranisme yang dikultur pada
kedua grup adalah sama). Namun demikian rata-rata durasi hospitalisasi was slighty langer,
aplikasi obat tpical madu menunjukkan distinct keuntungan yang lebih dibandingkan metode
ortodok. 3 orang meninggal pada grup metode ortodok, dan tidak ada yang meninggal pada
grup yang diterapi dengan madu. Kebutuhan akan anestesi dan operasi bedah yang mahal
was oviated dengan menggunakan madu. Respon terhadap pengobatan dan aliviation dari
angka kesakitan lebih cepat pada kelompok yang diobati dengan madu. Walaupun beberapa
bakteri terisolasi dari madu, pasien yang mendapat pengobatan madu tidak menunjukkan
ketidaksensitifan terhadap antibiotika, luka akan steril adalam waktu 1 minggu. Manfaat dari
dressing madu sebagai metode alternatif dalam memanagemen luka, pembedahan perut telah
dikaji dengan percobaan prospektif selama lebih dari 2 tahun dan dibandingkan dengan
retrospektif pada pasien dengan usia yang sama selama lebih dari preseding 2 tahun. 15
orang pasien yang mengalami luka bedah stelah operasi SC (seksiosaeria). Yang diterapi
dengan madu dan luka diperkirakan dengan microported berdasarkan pada metode
kinvesnsional dari dressing luka dengan susekuen resofuring (grup komparasi 19 pasien
dengan luka dehisensi yang dibersihkan dengan H2O2 dan dabin solution dibungkus dengan
salin saket gauze terutama untuk resuturin dibawah pengaruh anestesi general. Sebagai
catatan bahwa dengan dressing madu sloup dan jaringan mati akan digantikan oleh jaringan
granulasi dan peningkatan epitelisasi dalam waktu 2 hari, dan luka yang baru akan oderless
dalam waktu 1 minggu. Hasil yang bagus akan didapat jika semua kasus diterapi dengan
madu, selanjutnya penghindaran kebutuhan untuk restruktur yang dibutuhkan untuk general
anestesi. 11 kasus dapat sembuh secara komplit selama 7 hari, semua kasus dapat sembuh
dalam waktu 2 minggu. Periode yang dibutuhkan untuk hospitalisasi kurang lebih 2-7 hari
(rata-rata 4 ½ hari, dibandingkan dengan 9-18 hari (rata-rata 11 ½ hari), sebagai grup
pembanding. 2 pasien dari grup pembanding ternyata mengalami infeksi ulangan.
Studi restrospektif terhadap 156 pasien luka bakar yang dirawat di RS dalam waktu 5
tahun, 1988-1992 didapatkan 13 kasus diobati dengan madu dan didapatkan hasil yang sama
dengan jika diobati dengan silver sulva diazine. Percobaan persepktif randomized control
membandingkan antara madu imreg nared gouze dengan obsite terhadap 46 pasien pada 2
grup luka yang didresing dengan madu impreknared gouze menunjukkan penyembuhan yang
lebih cepat secara signifakan dibandingkan jika hanya dengan didressing obsite (rata-rata
10,8 versus 15,3 hari; p<0,001 dan kurang dari separo kasus yang menjadi terinfeksi pada
luka yang dibersihkan dengan madu dbandingkan jika didressing dengan opsite (p<0,001).
Dibandingkan dengan amneotik membrane luka bakar yang diobati dengan madu mengalami
penyembuhan yang lebih cepat (rata-rata 9,4 vs 17,5 hari; p<0,001). Jaringan scar yang
terbentuk 8% pada pasien dengan terapi madu dan 16,6% jika diobati dengan aniotik
membran (p,0,0001). Dibandingkan dengan slver sulfa diazin pada luka bakan dengan
prorpek ramdom control terhadap 104 pasien didapatkan pada 33 pasien yang diterapi dengan
madu, 91 pasien luka rebdered steril selama 7 hari pada 52 pasien yang ditepi dengan silver
sulva diazin, 7% menunjukkan kontro terhadap infeksi selama 7 hari. Jaringan granulasi
terlihat lebih awal pada pasien yang diterapi dengan madu ( rata-rata 74 vs 13,4 hari, waktu
yang dibuukan untuk penyemhuna luka ternyata lebih pendek jika diterapi dengan madu.
Luka yang diobati dengan madu 87% sembuh dalam waktu 15 hari dibandingkan 10% yang
diobati dengansilver sulfadiazine. Madu juga membuat pasien tidak terlalu nyeri, mengurangi
ebsudate, mengurangi iritasi luia dan ml insidense daya scar dan kolmatur positif luka bakar.
Madu juga akan mempercepat epitelisasi pada 6-9 hari, efek debridmen kimia dan
perpindahan dari bau yang ofensisif di dalam perspektif randomised controled trial
membandingkan madu dengan siver sulva diazine inpregnated gouze pada comparteble fresh
potongan sebagian luka bakar. Latihan histologi contoh biopsi batas luka sebagaimana
observasi klinik dari perawatan penyembuhan luka dibuat untuk mengkaji efek relatif pada
perawatan luka dalam 2 grup dari 25 pasien. Waktu diambil untuk penyembuhan adalah
signifikan lebih pendek dengan grupo pengobatan madi (p<0,001). Dari pengobatan luka
dengan madu 84% menunjukkan keparahan epitelisasi dengan hari ke 7, 100% dengan 21
hari di dalamperawatan luka dengan siver sulva diazine epitelisasi terjadi pada hari ke 7 dari
72% dan 84% dalam 21 hari. Bakteri histology dari aktif reperatif meninjukkan dalam 80%
dari penyembuhan luka dengan dressing madu sampai hari ke 7 dengan inflasi minimal pada
pengobatan luka dengan silver sulvadiazin 52% menunjukkan reparative activity dengan
perubahan inflasipada hari ke 7. reparative activity mencapat 1005 dengan 21hari melalui
dressing madu dan 24% dengan saliva suvadiazin dalam dressing madu luka lebih susiden
dariperubahan inflamatori akut, control lebih baik dari inferksi dan perawatan lebih cepat
diobservasi. Di dalampenyembuhan luka dengan silver sulva diazine meninjukkan reaksi
inflamatori, dicatar terdapat epitelisasi tidak ada skingraf disediakan untk perawatan luka
dengan madu tetapi tempat dari perawatan luka dengan silver SD converted ke dalam dan
menyediakan skingraf.
Madu juga dibandingkan dengan boiled potato peel sebagai penutup luka bakar oaru
dalam persepektif ramdomizet controlled trial lain pada 40 pasien yang diobati dengan madu
yang menunjukan kultur swab positif pada waktu admisen punya persisten infeksi setelah 7
hari. Pada pengobatan luka dengan madu 100% penyembuhan 15 hari membandingkan
dengan 50% daripengobatan luka dengan Boiled potato feel draiting. Waktu utama untuk
penyembuhan 10,4 hari dengan boiled fell adalahb erbeda secara signifikan (p<0,001).
KOMENTAR:
Laporan daripercobaan pasien dengan tousnears gangrene telah dikritisi untuk
kegagalan kecukupan 2 grup pasien sehingga hal ini dapat diketahui untuk hal tertentu bahwa
hal itu bisa dibandingkan. Hal ini juga ditunjukkan bahwa secara statistic akan telah tidak
ada perbedaan secara reliable didalam mortalitas antara 2 group, meskipun demikian
percoban menunjukkan bahwa dressing sederhana dengan madu adalah pengobatan yang
sangat efisien untuk fulminant. Penyebaran infeksi secara cepat ang biasanya diobati secara
agreif meskipun opini kuno bahwa jaringan nekrosis dipindah karena hal ini sebagai sumber
substandi noknis dengan difuse ke dalam luka, percobaan ini dan percobaan lain pada
infected destruction pada perut telah ditunjukkan bahwa hal ini penting ketika madu
diterapkan pada luka, theslough dan jaringan tissue menjadi cepat berpindah dengan kimia
atau aksi debreding enzin dari madi.
Percobaan menghubungkan infected destruktif abdominal wounds dengan pasangan
tertutup grop control menunjukkan dengan jelas bahwa dressing dengan madu lebih efektif
dari pada pengobatan konvensional dari control group di dalam dapat penyembuhan luka
sebagaimana ofiating kebebasan sufurin meskipun demikian pengobatan konvenional dengan
antiseptic yang dapat merusak jaringan dan dapat merusak jaringan dan menghambat
penyembuhan luka. Meskipun secara umum digunakan adalah mungkin tidak sebagai
benchmark terlihat relefan dengan prosedur efektif dari madu. Studi dari pengobatan pasien
luka bakar dengan madu membandingkan hal-hal pengobatan dengan silver sulva diazine,
meskipun demikian menunjukkan bahwa model efektif atau lebih efektif dengan perawatan
luka bakar topical yang digunakan secara luas di waktu modern. Meskipun studi restrospektif
tidak memberikan detail pada kasus untuk diijinkan hal ini ditepiskan jika pengobatan kasus
dengan silver sulfadialin, the prospective randomized controlled trails adalah suatu desain
yang dapat menjelaskan secara adekuatif dan menunjukan hasil statistis yang signifikan dari
subjek yang luas dan menyediakaqn bakteri yang terpercaya dressing dengan madu adalah
pengobatan yang terbaik untuk luka bakar supervisual.
RESIKO DAN ADVERSE EFEK
Tidak ad adverse efek yang ditemukan pada beberapa study penerapan madu sebagai
obat topical pada experiment pada hewan. Penelitian ini meliputi histological examination
pada jaringan yang diobati. Madu telah digunakan secara topical pada luka lebih dari 1000
tahun yang lalu tanpa menenjukan adanya efek negative. Berbagai laporan yang
dipublikasikan pada klinikal pada luka terbuka menyebabkan tidak lebih dari stransrent
stighging sensasi pada beberapa pasien. Selain pada 2 kasus diman nyeri akibat aplikasi
madu tidak dapat di toleransi.
Telah dilaporkan sesuai transent stinging dan kemerahan pada mata segera setelah di
beri madu dalam mata setelah segera diberi madu, tetapi hal ini tidak dapat digunakan
sebagai alasan untuk menghentikan pengobatan pada 102 kasus pada percobaan pada
pengambilan untuk penggunaan optal logical. Secara umum penerapan madu secara optikal
pada luka terbuka dilaporkan to be soothing untukmenghilangkan nyeri tidak teiritasi, tidak
menyebabkan nyeri saat di dressing tidak terdapat reaksi sekunder.
Alergi terhadap madu jarang terjadi, mungkin terdapat reaksi alergi pada pollen asam
protein dari lebah yang lain.dilaporkan dari hasil studi klinis dimana madu digunakan pada
luka terbaru padfa 1 pasien, menunjukan tidak alergi ats reaksi yang merugikan.
Bagaimanapun kejadian perdarahan minor segera setelah pemberian madu telah disebutkan
dalam referensi pada kasus yang tidak tercatat. Referensi telah menunjukkan bahwa terjadi
dehidrasi pada jaringan jika madu tersebut diberikan pada luka tetapi hal itu dapat diperbaiki
dengan penggunaan saline. Karena madu mengandung > dari 40% glucose yang secara
teoritis beresiko terjadinya kadar glukosedarah terhadap diabetes ketika diberikan secara
topical pada luka terbuka yang luas.
Madu kadang-kadang berisi spora dari clostridia yang beresko kecil terhadap luka
botulism, meskipun demikian tidak ada dari beberapa laporan yang dipublikasikan pada
penerapan klinik dari madu pada luka terbuka yang telah madu tersebut digunakan secara
steril. Tidak ada laporan dari beberapa tipe infeksi yang dihasilkan dari penerapan madu
sebagai pengobat luka. Jika spora germinated, berbagai sel vegetatif seperti clostridia akan
obligade yang tidak akan bisa hidup bila diberikan hidrogen peroksida secara umum pada
madu, tetapi penggunaan madu sebagai dressing luka. Itu ada pendapat yang berlawanan,
namun demikian alas an menggunakan dasar resiko kemungkinan menyebabkan luka
botulism dapat diterima secara obyektif, efek negative penggunaan madu diatasi dengan
radiasi sinar gammayangdapat membunuh spora clostridium B. oleh madu tampa mengurangi
efek bacterial. Masalah dari atraktion dari serangga dan semut untuk dressing menggunakan
madu dapat diatasi denganpenggunaan dressing sekunder yang efektif sehingga madu
terlindungi dari serangga.
Keuntungan madu untuk digunakan dressing luka, madu menjaga kelembaban untuk
lingkungan, penyembuhan luka sehingga mencegah bakteri tumbuh walaupun ketika luka
sudah terinfeksi. Hal ini sangat efektif dari arti rendering pada steril yang terinfeksi secara
serius tanpa efek samping dari antibiotic dan sangat efektif melawan bakteri yang resistensi
terhadap antibiotika straines.komponen anti bakterialdan ulskorbsi juga menyediakan barier
terhadap infeksi silang luka. Hal ini juga menyediakan suplai glukosa untuk leukosi. Untuk
respiratory burst yang memproduksi hydrogen peroksida, komponen yang dominan dari
aktifitas anti bacterial dari makrofag. Selebihnya menyebabkan substrat yaitu glikosis yang
mana mekanisme utamanya adalah memproduksi energi bagi makrofag sehingga hal tersebut
dari makrofag dapat berfungsi di jaringan yang rusak dan eksudat dimana suplai O2 sedikit.
Keasaman dari madu(< PH 4) juga dapat meningkatkan aktifasi mikrobakterial yang dimiliki
o2 makrofasi sebagaimana PH asam di dalam vakuola yang digunakan untuk membunuh
bakteri. Glukosa dalam tingkat tinggi dalam madu dapat digunakan, bakteri yang
memgnginfeksi untuk mendapatkan asam amino dari serum dan sel mati. Hal itu dapat
membentuk asam laktat yang berasal dari ammonia, amin, serta komponen sulfur yang
menyebabkan malabsorbsi pada luka.
Madu memberikanjangka waktu yang cepat untuk regenerasi jaringan dan penurunan
proses inflamasi, edema, eksudat dan mallodone pada luka didasarkan pada observasi klinis
dan hasil dari studi hewan dan percobaan klinis. Bahan antibacterial membersihkan infeksi
dengan mencegah produksi metabolisme bakteri yang responsible untuk kondisi kontrari.
Tetapi madu memiliki efek anti inflamatori dantropik secara langsung pada jaringan luka
sebagaimana di dasarkan pada hasil percobaan hewan dimana tidak didapatkan infeksi
bacteri, madu dapat diharapkan memiliki efek nutrisi secara langsung pada regenerasi
jaringan karena mengandung asam amino, vitamin dan trace elemen. Osmolaliti yang tinggi
di madu menyebabkan produksi limposit yang menyediakan nutrisi untuk regenerasi jaringan
yang mana hanya dapat tumbuh sepanjang titik granulasi. Penyembuhan terhambat jika
sirkulasi buruk atau jika pasien poorlynourished juga telah dianjurkan pada kondisi
penurunan turgor dengan pemberian madu dapat meningkatkan oksigenasi jaringan terdapat
keuntungan secara ekonomis dengan menggunakan madu sebagai dressing luka jika
dibandingkan biaya pengobatan secara konvensional dan pembiayaan akhir selama menjalani
pengobatan sampai penyembuhan perbandingan biaya yang dikeluarkan 480 F. untuk
perawatan dengan debrisand dibandingkan 7,5 F dengan perawatan madu 70$ untuk
perawatan dengan antibiotic disbanding 2$ pengobatan dengan madu, 40$ perawatan dengan
duoderum dibandingkan 8$ perawatan dengan madu. Observasi yang lain pada penurunan
pengeluaran biaya antibiotic, lama rawat menurun sedikitnya ½ dari perawatan biasa.
Disamping itu pembiayaan untuk debridement dan skingraf menjadi tidak perlu ketika madu
digunakan. Madu juga merupakan bahan pertolongan pertama yang bagus terutama untuk
luka pasien yang dapat terinfeksi sebelum dirawat secara medis. Madu itu mudah didapat
dan digunakan. Sebagian penyediaan antiinflamasi secara segera. Pengobatan dengan madu
juga akan menyediakan anti bakteri yang akan mempunyai aksi dan membuat barier terhadap
infeksi lanjut.