27
TELAAH LITERATUR CLINIS PADA PENGGUNAAN MADU SEBAGAI PERAWATAN LUKA P.C. MOLAN B.Sc. Ph.D Honey Researt Unit, Departement of Biological Sciences, University of Waikato, Hamilton, New Zealand. Corresponding author: Associate Professor P.C. Molan Department of Biological Sciences University of Waikato Private Bag 3105 Hamilton New Zealand Telephone:+64 7 838 4325 Fax: +64 7 838 4325 OLEH Kelompok I 1. Ari Budiati NIM: 03/172573/EIK/00353 2. Sri sugesti W. NIM: 3. Rondhianto NIM: 4. Suryani NIM: 5. Antok Nurwidi NIM:

ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

TELAAH LITERATUR CLINIS PADA PENGGUNAAN MADU

SEBAGAI PERAWATAN LUKA

P.C. MOLAN B.Sc. Ph.D

Honey Researt Unit, Departement of Biological Sciences, University of Waikato, Hamilton, New Zealand.

Corresponding author: Associate Professor P.C. MolanDepartment of Biological Sciences

University of WaikatoPrivate Bag 3105

Hamilton New Zealand

Telephone:+64 7 838 4325Fax: +64 7 838 4325

OLEHKelompok I

1. Ari Budiati NIM: 03/172573/EIK/003532. Sri sugesti W. NIM:3. Rondhianto NIM:4. Suryani NIM:5. Antok Nurwidi NIM:

KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA 2005

RINGKASAN

Page 2: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

Penggunaan madu sebagai bahan perawatan luka, sebagai suatu pengobatan kuno

yang ditemukan kembali dan hal itu meningkatkan ketertarikan terhadap madu, dan banyak

laporan tentang keefektifannya yang sudah dipubikasikan. Hasil temuan klinis didapatkan

bahwa infeksi dapat sembuh lebih cepat, inflamasi “swelhing” dan nyeri dapat segera

dikurangi odouer terkurang, slousghing, jaringan nekrotik dapat induced, granulasi dan

epitelisasi di hastened dan proses menyembuhkan luka dapat dipercepat dengan pembentukan

jaringan scar yang minimal.

Asam anti microbial dalam madu mencegah pertumbuhan mikroba pada luka yang

lembab (basah). Tidak seperti antiseptic tropical lainnya, madu tidak menyebabkan

kerusakan jaringan. Studi yang dilakukan terhadap binatang percobaan didapatkan hasil

bahwa secara histology madu dapat meningkatkan proses penyembuhan luka. Hal itu adalah

efek langsung nutrient yang “drowing limple out” dari sel dengan mekanisme osmosis.

Stimulasi proses penyembuhan juga disebabkan oleh asiditas/keasaman dari nadi itu sendiri.

Osmosis menyebabkan cairan madu yang kontak denganpermukaan luka dapt mencegah

“dressing sticking” sehingga tidak terasa nyeri atau terjadi kerusakan jaringan ketika dressing

diganti. Begitu banyak bukti-bukti yang mnedukung penggunaan madu, dan dari hasil

penelitian dengan teknik randomized controlled clinical trialmenunjukkan bahwa ternyata

madu lebih efektif dari pada silver sulva diazine dan poly urethane film (opsiteR) untuk

menyembuhkan lika bakar.

PENDAHULUAN

Pada tahun 1985 editorial di Jurnal of Royal Society of Medicine mengemukakan

sebuah opini “Pengobatan terapeutik mungkin bisa tidak terkontaminasi. Madu murni dapat

digunakan untuk hal tersebut”. Madu tersedia di berbagai komunitas walaupun mekanisme

dari beberapa bahan dapat bermanfaat dan membutuhkan investigasi lebih lanjut, dan

sekarang sudah waktunya membuka wacana bagi pengobatan tradisional.

Kebanyakan referensi melaporkan madu sebagai dressing luka. Masyarakat kuno

menggunakan madu untuk pengobatan luka tetapi hanya sedikir gambaran yang didapat,

begitu pula dengan bukti klinisnya. Dari beberapa literature melaporkanbahwa dewasa ini

telah ditemukan kembali pengobatan dengan madu. Sejalan dengan ketertarikan pengobatan

alternative terutama sekali terhadap perkembangan dari resistensi bakteri terhadap antibiotik

Page 3: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

dan juga karena adanya peningkatan madu untuk dressing luka saat ini. Hal itu menjadi

kesadaran bagi para klinisi dan peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan mempublikasikan

madu sebagai dressing luka.

PERTINENT:

Akhir-akhir ini bahwa madu efektif untuk dressing luka yang mana luka tersebut tidak

berespon terhadap terapi konvensional. Banyak laporan yang menyatakan tentang

keefektifan madu sebagai dressing luka yang terinfeksi ditambahkan sebagai bagian dari obat

anti bacterial. Tetapi dalam literature yang dipublikasikan lebih luas, dari studi infitro

didapatkan madu mempunyai aktifitas sebagai anti bakterial yang signifikan tetapi tidak

dijelaskan dalam artikel ini secara komprehensif. Akan tetapi sebagai catatan dijelaskan

kepada pembaca mengenai median level dari aktivitas antibacterial madu yang dapat

menghambat secara kompleks species bacteri penyebab umum infeksi luka dengan

konsentrasi 1,8% - 11% (v/v) dan mengelompokkan (collection) strain MRSA pada

konsentrasi 1% - 4% (v/v).

APLIKASI PENGGUNAAN MADU

Salah satu prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Luka dibersihkan jika terdapat abses luka dan drainage pus dan nekrotomi jaringan

nekrotik sebelum dilakukan dressing luka dengan madu.

2. Selain itu dapat digunakan prosedur rigorous cleancing: bersihkan luka dengan sikat

gigi dan lanjutkan dengan pemberian hydrogen peroksida saline rinse, betadin dan saline

rinse lainnya; dicairkan hidrogen perokside pada luka dan alkohol disekitar kulit, atau

juga luka dapat dibersihkan dengan eusol atau akueus 1% chlorhexidine. Kebanyakan

sebelum luka dibersihkan, luka dicuci dengan saline sebelum diobati dengan madu, dan

ketika dressing diganti.

Banyak juga laporan yang menyatakan madu dioleskan menyeluruh menutupi luka

dengan dressing kering, moustly gauze. Jumlah madu yang digunakan bervariasi;

1. Lapisan tipis madu (hasil relatif jelas):

2. lapisan tipis madu dengan pemberian 2-3 kali/hari

3. Memberikan madu diseluruh permukaan luka sampai diluar luka.

4. Thick layer honey.

Page 4: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

5. soaking the wound generously honey

6. Mengoleskan madu pada luka sampai ¾ isi luka.

7. Memberikan 15-30 ml madu pada luka ulcer.

Selain itu pemberian madu diberikan untuk dressing kemudian ditempatkan pada luka.

Madu akan menyebar dipermukaan luka (gauze) atau soaked madu. Madu impregnated

gause dapat digunakan untuk pack cavities of wounds. Setelah luka terbungkus maka luka

akan terbungkus. Pada ulcerasi servik proses penyembuhan luka dapat dilakukan dengan

memasukkan 85 ml madu ke dalam vagina dan tahan ditempat tersenut dengan tampon

selama 3 hari.

Kebanyakan dressing luka dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali atau 2-3 hari sekali.

Hasil penelitian menyatakan bahwa dressing dilakukan 1 hari atau lebih tergantung dari

kebutuhan agar luka tampat bersih dan kering. Laporan lain menyebutkan bahwa dressing

diganti 1 atau 2 kali sehari sampai luka bersih dan terjadi granulasi, kemudian dressing sehari

sekali dapar dibanti. Laooran lain menyatakan penggantian dressing madi dilakukan sehari

dua kali dan dilakukuan 3 kali sehari jika luka terkontaminasi dengan urine atau feses.

Beberapa laporan menyatakan bahwa campuran antara lipid dan madu ternyata lebih

mudah menyebar di permukaan luka, selain lipid dengan menggunakan castor oil atau 20%

vaselin. Pemanasan yang berlebihan terhadap madu mendukung dihindari karena glukosa

oxidase ensyme pada madu akan memproduksi hidrogen peroxidase, komponen utama dari

antibacterial sangat rentan terhadap panas dan menjadi tidak aktif.

KOMENTATOR

Tidak ada indikasi dari beberapa laporan tentang metode aplikasi dari pemberian

madu pada luka yang digunakan sebagai dasar mengambil keputusan baik secara empiris

maupun teoritis. Perbedaan metode menunjukan perbedaan pendekatan. Penyebaran madu

pada “dressing pad” lebih baik daripada luka dan lebih mudah dilakukan dan mengurangi

kejadian traumatik bagi pasien. Hal ini juga dapat lebih menutup permukaan luka. Jika luka

dalam atau terdapat abes pada luka, dan membutuhkan madu untuk pengobatannya, maka

cara yangpraktis dengan menggunakan honey packed di squeeze out toobes.

RASIONALNYA:

Page 5: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

Kebanyakan madu dibutuhkan perunit area pada luka tergantung luasnya atau

banyaknya eksudat. Manfaat madu pada jaringan luka dilaporkan kemungkinan menurun

atau hilang jika sedikit madu yang berada eksudat yang banyak (kasiat madu hilang) sebagai

mana frekwensi dressing yang akan berubah menyesuaikan seberapa cepat madu tersebut

dicairkan oleh eksudat. Keefektifan madu dalam menurunkan inflamsi dan eksudasi dapat

digunakan sebagai patokan tingkat frekwensi penggantian dressing. Pergantian dressing yang

sering mungkin tidak diperlukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri, karena aktifitas anti

bakterial pada madu akan mencegah pertumbuhan bakteri. Jika madu tidak terdeteksi oleh

eksudat, terutama jika madu dengan level aktifitas tinggi yang dipilih.

OBSERVASI KLINIK

Telah dilaporakan dari studi klinik yang bervariasi pada penggunaan madu sebagai

dressing sebagai luka infeksi yang luka itu menjadi steril dalam 3-6 hari, 7 hari, atau 7-10

hari. Hal lain telah dilaporkan bahwa madu efektif untuk membersihkan luka infeksi. Juga

telah dilaporkan bahwa madu mencegah timbulnya nekrosis. Madu juga telah ditemukan

untuk melakukan pencegahan barier luka dan menjadi infeksi, mencegah infeksi silang dan

menjadikan jaringan luka bakar agar sembuh dengan cepat tidak terbatas sebagai infeksi

sekunder. Hal lain telah dilaporkan bahwa mengelupasnya jaringan gangrene dan jaringan

nekrotik dengan cepat diperbaiki dengan jaringan granulasi dan menjadikan epitensasi lebih

ketika madu digunakan sebagai dressing melalui debridement bedah minimun yang diminta.

Hal lain juga telah diobservasi bahwa dibawah slough dressing madu, nekrotik dan jaringan

gangrene tersebar sehingga hal itu dapat dilaihkan pengurangan nyeri dan hal lain telah

dicatat dengan cepat dan penyebaran mudah dari slough dan perpindahan cruct dari luka.

Rapid cleancing kimia atau debridement enzim menghailkan dari penerapan madu untuk luka

telah dilaporkan dengan tanpa bentuk erchar dalam pembakar. Penulis lain mengatakan efek

clencing dari madu pada luka. Hal lain juga dilaporkan bahwa kotoran berpindah dengan

balutan ketika madu digunakan untuk dressing untuk memudahkan luka bersih. Madu juga

dilaporkan memberikan deodorisasi dari bau luka. Madu digunakan sebagai dressing telah

dilaporkan mempromosikan bentuk dari jaringan granulasi yang bersih dan sehat. Hal lain

juga telah dilaporkan untuk mempromosikan atau membangun epitelisasi dari luka.

Dumromlert berkomentar pertumbuhan yang cepat dari jaringan yang baru dapat dibentuk

Page 6: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

kembali. Memperbaiki nutrisi dari luka yang telah diobservasi juga meningkatkan aliran

darah dari luka telah ditemukan dalam luka dan aliran darah yang bebas dari limfe.

Penulis lain mengomentari pada penyembuhan luka secara cepat terlihat dengan

dressing madu. Desottes berarti pada luka menjadi tertutup. Dalam fashion spektakuler

dalam 90% kasus kadang-kadang dalam beberapa hari. Borlando berarti untuk penyembuhan

menjadi supresin dengan cepat secara khusus untuk derajad I dan II pada luka bakar.

Blomfield mengopini jika madu mendukung proses penyembuhan ulser bisul/borok dan luka

bakar. Lebih baik dari pada lokal apliction yang telah digunakan sebelumnya. Bergman

telah mengobservasi secara klinis bahwa penyembuhanpada luka terbuka lebih cepat dengan

madu seperti yang telah ditemukan oleh Hamdi jika itu dipercepat making wound suitable for

suture.

Telah dicatat bahwa dressing luka dengan madu mengikuti grafting lebih cepat,

dilaporkan juga madu menurunkan insiden bekas skingraft dan membantu regenerasi kulit,

membuat rekonstruksi plastik yang tidak diperlukan. Juga dicatat bahwa penyembuhan luka

dengan madu memberi sedikit atau tidak ada jaringan parut.

Manfaat lain dari madu antara lain menurunkan inflamasi udema dan eksudat,

mengabsorbsi cairan dari luka. Dibeberapa kasus memberikan effek penurunan nyeri lokal

secara lebih cepat, menghilangkan reaksi alergi dan efek berbahaya pada jaringan. Selama itu

dressing dengan madu mudah diaplikasikan. Kurang lebih ada adesi yang menyebabkan

kerusakan jaringan granulasi lokal. Menghindari perdarahan ketika removing dressing.

Beberapa madu yang tersisa mudah dibersihkan dengan mandi.

Comentar: observasi klinik ini menyediakan in isolation, level terendah evidence

upon which, sebagai dasar keputusan klinik untuk menggunakan madu sebagai alat dressing

luka. Tetapi ketika dibandingkan dengan percobaan yang secara umum digunakan untuk

dressing menunjuukan bahwa madu memiliki beberapa kasiat yang berpotensial membuatnya

sebagai bahan dressing luka yang sangat bermanfaat. Aspek fisik menyediakan barier

protective dan secara osmosis, menciptakan lingkungan penyembuhan yang lambat. In the

form of solution of honey that doesnot stick to the under lying wound tissues. Unsure anti

bacterial madu mencegah kolonisasi bacteri darilingkungan lembab ini. Anti bacterial

menunjukkan tidak ada kerusakan pada proses penyembuhan melalui efek adverse pada

jaringan luka. To the contrary terlihat memiliki efek stimulasi pada regenerasi jaringan. In

edition terdapat indikasi yang jelas dari anti inflamasi.

Page 7: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

EVIDENTCE OF EFEKTIVE NURSE: ANIMAL STUDIES

Pada sebuah studi percobaan membandingkan antara madu dan silver sulva diazine,

dan madu+gula. Pada luka bakar kulit standar 7x7 cm pertumbuhan epitel dalam waktu 21

hari dengan madu dan gula. Kemudian 28-35 hari pada silver sulva diazine granulasi terlihat

lebih jelas pada perawatan dengan silver sulva diazine. Penampakan histologi luka pada

seluruh luka yang dirawat dengan madu menunjukkan inflamasi yang lebih sedikit dari pada

yang dirawat dengan gula dan silver sulva diazine. Pada percobaan yang lain luka bakar

diciptakan dengan red hot pin (15 mm2) yang diletakkan di kulit tikus, kemudian dirawat

dengan madu atau dengan gula yang memiliki komposisi dengan madu. Penyembuhan telah

terlihat secara histologi menjadi lebih aktif dan lebih dengan madu lalu dengan tanpa

pengobatan atau solusi gula waktu diambil untuk perbaikan komplek dari lukatelah berkurang

secara signifikan dengan madu lalu dengan tanpa pengobatan atau dengan solusi gula dan

nekrotik tidak pernah begiru serius. Pengobatan dengan madu memberikan kejernihan

attenation dari inflamasi dan eksudasi dan regenerasi cepat dari jaringan epiferial dari luar

dan pembentukan sikatrik dengan cepat.

Pada studi eksperimen pada binatang luka yang lebih penuh telah dirawat dengan

memotong sampai 2x4 cm lapisan dari kulit pada bagian belakang calves berbeu. Luka

dibersihkan dengan madu atau mitrovurazone atau dengan petrolatum sterilisasi sebagai

kontrol. Granulasi, bentuk scar dan penyembuhan menyeluruh terjadi lebih cepat dengan

madu dari pada dengan nitrovurazone dan dalam kontrol latihan histo morfological dari

contoh biopsi. Memberi arti lebih dalam kontrol dengan mitrosulvazone lalu denganm madu

kurang proliferasi dari fibroblast dan argioblast.

Dilain studi penelitian pada calves berbeu beda atau lebih tebal pada kulit luka, 2x4

cm, dibuat setelah menginfekting area luka dengan infeksi subkutaneus dan stapilococus

areus atau prioritas untuk luka. Aplikasi topikal dari madu, ampicillin ointment, dan salin

sebagai kontrol dibandingkan sebagai pengobatan untuk luka. Latihan klinik dari luka dan

histomorfologikal examinition dari contoh biopsi menunjukkan bahwa madu memberikan

tingkat yang lebih cepat dari penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan yang lain.

Reaksi inflamasi terakhir paling besar fibroelastis dan argioblastik dalam luka. Paling cepat

terbawa dari jaringan konektif fibrose dan epitelisasi tercepat.

Studi eksperimental membawa .................juga juga membandingkan madu

dengan ........saline, pada luka dibuat dengan ebersing kulit (10x10 mm), dibawah otot.

Page 8: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

Latihan histologikalmenunjukkan bahwa thecknes dari granulasi danjarak dari epitelisasi dari

ujung jaringan luka adalah signifikan ................area dari luka lebih kecil secara signifikan,

dalam hal itu diobat dengan madu (P<0,001) tidak ada yang menunjukkan kumpulan, infeksi

klinik.

Didalam studi lain pada tikus panjang 10mm telah dibuat dalam kulit dari sepasang

tikus dan luka diobati secara topikal dengan madu floral, madu dari tawon pemakan gula atau

salin. Secara statistik meningkat significan dalam tingkat penyembuhan telah dilihat dengan

pengobatanmadu floral dibandingkan dengan control salin, hal ini menjadi lebih besar dengan

obat oral dari pada dengan cara topical. Pengobatan dengan madu dari tawon pemakan gula

memberikan tingkat lebih tinggi dari penyembuhan. Setelah 4 hari memberikan hasil tidak

lebih baik dari pemakaian dengan salin normal, granulasi, epitelisasi dan jaringan fibrous

terlihat histologikal mencerminkan peningkatakan penyembuhan berarti sebagai penurun

dalam luka. Dari jaringan granulasi dengan sel inflamasi klinik terbesar tawon pemakan

gula, sedikit dalam pengobatan topikal dengan madu, floral, dan paling sedikit

pengobatannya dengan madu floral.

Penerapan oral atau topikal dari madu dibandingkan dalam studi lain pada tikus,

didalam irisan dalam 2x2 cm kulit luka, dibuat pada belakang dari tikus dengan memotong

kulit. Tikus diobati dengan penerapan topikal dari madu pada luka. Administrasi oral dari

madu, atau intraperitoneal administrai dari madu atau pengobatan sebagai kontrol. Setelah 7

hari pengobatan tritiated praline diinjeksikan untuk melayani sebagai indicator dari sitesis

kolagen dalam subsequent 24 jan perperiode kwantitas keduanya. Dari sintesis dan deraja

dari cross linking kolagen. Pada jaringan granulasi ditemukan untuk meningkatkan

perbandingan signifikanm dengan pengonatan yang tidak terkontrol sebagai hasil dari

pengobatan dengan madu. Pengobatan sintetik telah memberikan peningkatan yang besar

dari pada pengobatan topikal, memberikan hasil yang lebih baik dari pada rute oral. Dalam

hubungan yang mirip studi mengikuti hal ini, tikus diobati dengan hal yang sama tetapi dalam

parameter yang berbeda dipelajari untuk mengkaji luka. Jaringan granulasi yang telah

dibentuk telah excised dari luka untuk biochemical dan biofisikal dari perawatan luka. Isi

dari DNA, protein, kolagen, heksosamin dan asam uronik dan tensil strength. Tingkah laku,

tingkat kontraksi, dan tingkat epitelisasi, ditemukan untuk meningkatkan secara signifikan

senbagai hasil dari pengobatan dengan madu. Pengobatan sisfemile memberikan peningkatan

daripada penmgobatan topikal, rute intraperitoneal memberikan hasil yang terbaik.

Page 9: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

KOMENTAR:

Studi hewan ini tetap didemontrasikan semuanya bahwa madu mempunyai efek

keuntungan pada penyembuhan luka didamping dari berbagai hasil dari perlengkapan

antibacterial, meskipun satu dari studi intervensi luka infeksi, hasil pengamatan dalam hal ini

didalam garis denganpengamatannya didalam studi yang lain ia menghasilkan keuntungan

dari penerapan madu tak dapat secara sekunder untuk pembersihan infeksi. Ada yang jelas

dari aksi stimulasi ada perbandingan jaringan dan pada aksi inflamatori menunjukkan bahwa

efek ini tidak mempengarui demonstrasi yang didalamnya konstitusi lebih dari perlengkapan

fisik madu. Bahwa efek stimulasi ditunjukkan ketika madu diadnibistrasukan secara

oral/parenteral. Memberi saran bahwa mungkin faktor pertumbuhan jaringan dipengaruhi

lebih dari stimulasi pertumbuhan menjadi konsekuen dari keasaman atau perbaikan gizi

jaringan. Tidak ada infestigasi dilaporkan dari komponen responsible media untuk

pertumbuhan meningkat tetapi satu kemungkinan bahwa hidrogen peroksida diproduksi oleh

madu. Perbandingan dari fibroblasf satu dalam kultural telah ditemukan untuk menstimuli

untuk hidrogen peroksida pada mikrokonsentrasi nano molar. Penggunaan responsibel

mungkin pitosemikal dari sumber yang akan dihitung untuk keluaran yang lebih baik.

Terlihat dengan madu floral dari pada madu dari tawon yang makan gula, meskipun

penyembuhan diperbaiki dari hal ini bisa secara sekunder pada edukatif inframatomi. Yang

memberi efek madu floral

BUKTI EFEKTIFITAS: STUDI KLINIK

Studi telah dilakukan pada pengobatan dengan dressing madu pada seorang pasien

dengan luka recal citrant dan ulser, 47 dari hal ini telah dilaporkan untuk cklinical deemed

a”sufficienly long time (1 bulan ke 2 tahun) dengan pengobatan konvensional seperti eusol

toiled dan dressing, dan akriflafine, sufratule, cicatrik, atau sistemik dan antibiotic tropical.

Dengan tanpa tanda luka atau luka meningkat dalam ukuran luka seperti forniers gangrene

burns cancrum oris dan ulches diabetik, sikles sell ulches dan tropikal ulches. Latihan

mikrobiologikal dari suatu luka menunjukkan bahwa pembersihan luka dengan bacteri

dipersembahkan menjadi steril dengan satu minggu dan hal lain berarti steril. Dalam satu

kasus a buruli ulser, pengobatan dengan madu tidak dilanjutkan setelah 2 minggu karena

ulser meningkat cepat dalam ukuran. Dalam out came dari 58 kasus lain dilaporkan sebagai

Page 10: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

remarkable yang mengikuti penerapan topical dari madu. Beberapa observasi umum

dilaporkan untuk hasil dari pengobatan madu dari recal citran ini luka bisa sloughs, nekrotik

dan jaringan gangren tersebar sehingga hal tersebut dapat didaftar pengurangan nyeri, dengan

2-4 hari dalam gangrene formiers, cantrum oris dan dekubitus ulser (tetapi hal ini diambil

lebih panjang dalam tipe lain). sloughs dan jaringan nekrotik berpindah secara cepat dengan

jaringan granulasi dan melebihkan epitelisasi meliputi oedema subside weeping ulser

dehidrasi dan luka berbau .................rendered oderless sampai 1 minggu. Luka burn diobati

secara cepat tidak menjadikan koloni bakteri.

Sebuah studi yang sama pada 40 pasien separuhnya telah dirawat dengan sebuah

bahan topical yang biasanya dan telah gagal. Luka disebabkan oleh penyebab yang

bermacam-macam: pembedahan, kecelakaan, infeksi, tropil dan luka bakar. Rata-rata ukuran

luka 57 cm2. sepertiga luka terdapat purulent, jumlah mikroorganisme yang diisolasi dari

sekret luka didapatkan 14-48 setelah 2 minggu perawatan. 7 dari pasien terdapat jaringan

nekrotik exised, sesudah perawatan dengan madu dan 3 diantaranya memiliki skingraf.

Dalam catatan madu mempersempit batas luka dan luka lebih cepat dibersihkan. Dari 33

pasien dirawat hanya dengan dressing madu 29 sembuh secara sempurna dengan kwalitas

penyembuhan yang bagus, rata-rata dalam waktu penyembuhan 5-6 minggu. Dalam 4 kasus

yang gagal 2 disebabkan oleh kondisi umum pasien yang buruk karena imunodepresi. 1 yang

keluar dari perawatan dengan madu karena reaksi alergi terhadap madu, dan 1 pasien karena

and one burn rimained stasionary after a good initial respon. Studi yang lain madu digunakan

pada 9 anak dengan luka pembedahan yang terbuka, terinfeksi yang gagal dengan perawatan

konfensional, sedikitnya dalam 14 hari dengan antibiotic intravena dan pembersihan luka

menggunakan akueus kloreksidin solution 0,5% W/v dan salep asam fusidik. Dan luka-luka

tersebut masih terbuka dan kultur swab positif. Perkembangan secara klinis tampka pada

seluruh anak setelah 5 hari perawatan dengan aplikasi topical 5-10 ml madu 2 kali setiap

hari. Hasilnya luka tertutup bersih dan steril dalam waktu 21 perawatan.

Komentar: 3 studi diatas merupakan percobaan cross over yang efektif, hal itu

terutama non responsi fenus yang ditegagkan dengan bentuk treatmen lain sebelum madu

digunakan. Walaupun bentuk dari bukti isless konfincing dari pada stimulasi pengobatan

pada kontrol grup pasien, konsistensi dari hasil dan jumlah pasien meliputi kemungkinan

yang tinggi yang mengubah dari non healin menjadi healin yang sudah sesua unuk

kesempatan lebih untuk mendapat aspek terapeutik dari madu. Efektif dalam peningkatan

Page 11: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

penyembuhan luka yang sudah berespon terhadap pengobatan konvensional. Mereka juga

menyediakan bukti-bukti yang bagus dari keefektifan anti bakterial pada madu pada luka

yang terinfeksi.

20 kasus formier gangren di manca negara secara konservatif dengan antibiotik

sistemik 9amoksilin oral/asam klafulanic dan metronidazol. Tambahan harian madu secara

topikal telah dibandingkan secara restrospektif dengan 21 kasus yang sama. Yang

menggunakan metode ortodok (wound debredemen, wound excicion sekundery suhuring dan

pada beberapa kasus dengan skropal plastik rekonstruksi (mikrooranisme yang dikultur pada

kedua grup adalah sama). Namun demikian rata-rata durasi hospitalisasi was slighty langer,

aplikasi obat tpical madu menunjukkan distinct keuntungan yang lebih dibandingkan metode

ortodok. 3 orang meninggal pada grup metode ortodok, dan tidak ada yang meninggal pada

grup yang diterapi dengan madu. Kebutuhan akan anestesi dan operasi bedah yang mahal

was oviated dengan menggunakan madu. Respon terhadap pengobatan dan aliviation dari

angka kesakitan lebih cepat pada kelompok yang diobati dengan madu. Walaupun beberapa

bakteri terisolasi dari madu, pasien yang mendapat pengobatan madu tidak menunjukkan

ketidaksensitifan terhadap antibiotika, luka akan steril adalam waktu 1 minggu. Manfaat dari

dressing madu sebagai metode alternatif dalam memanagemen luka, pembedahan perut telah

dikaji dengan percobaan prospektif selama lebih dari 2 tahun dan dibandingkan dengan

retrospektif pada pasien dengan usia yang sama selama lebih dari preseding 2 tahun. 15

orang pasien yang mengalami luka bedah stelah operasi SC (seksiosaeria). Yang diterapi

dengan madu dan luka diperkirakan dengan microported berdasarkan pada metode

kinvesnsional dari dressing luka dengan susekuen resofuring (grup komparasi 19 pasien

dengan luka dehisensi yang dibersihkan dengan H2O2 dan dabin solution dibungkus dengan

salin saket gauze terutama untuk resuturin dibawah pengaruh anestesi general. Sebagai

catatan bahwa dengan dressing madu sloup dan jaringan mati akan digantikan oleh jaringan

granulasi dan peningkatan epitelisasi dalam waktu 2 hari, dan luka yang baru akan oderless

dalam waktu 1 minggu. Hasil yang bagus akan didapat jika semua kasus diterapi dengan

madu, selanjutnya penghindaran kebutuhan untuk restruktur yang dibutuhkan untuk general

anestesi. 11 kasus dapat sembuh secara komplit selama 7 hari, semua kasus dapat sembuh

dalam waktu 2 minggu. Periode yang dibutuhkan untuk hospitalisasi kurang lebih 2-7 hari

(rata-rata 4 ½ hari, dibandingkan dengan 9-18 hari (rata-rata 11 ½ hari), sebagai grup

pembanding. 2 pasien dari grup pembanding ternyata mengalami infeksi ulangan.

Page 12: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

Studi restrospektif terhadap 156 pasien luka bakar yang dirawat di RS dalam waktu 5

tahun, 1988-1992 didapatkan 13 kasus diobati dengan madu dan didapatkan hasil yang sama

dengan jika diobati dengan silver sulva diazine. Percobaan persepktif randomized control

membandingkan antara madu imreg nared gouze dengan obsite terhadap 46 pasien pada 2

grup luka yang didresing dengan madu impreknared gouze menunjukkan penyembuhan yang

lebih cepat secara signifakan dibandingkan jika hanya dengan didressing obsite (rata-rata

10,8 versus 15,3 hari; p<0,001 dan kurang dari separo kasus yang menjadi terinfeksi pada

luka yang dibersihkan dengan madu dbandingkan jika didressing dengan opsite (p<0,001).

Dibandingkan dengan amneotik membrane luka bakar yang diobati dengan madu mengalami

penyembuhan yang lebih cepat (rata-rata 9,4 vs 17,5 hari; p<0,001). Jaringan scar yang

terbentuk 8% pada pasien dengan terapi madu dan 16,6% jika diobati dengan aniotik

membran (p,0,0001). Dibandingkan dengan slver sulfa diazin pada luka bakan dengan

prorpek ramdom control terhadap 104 pasien didapatkan pada 33 pasien yang diterapi dengan

madu, 91 pasien luka rebdered steril selama 7 hari pada 52 pasien yang ditepi dengan silver

sulva diazin, 7% menunjukkan kontro terhadap infeksi selama 7 hari. Jaringan granulasi

terlihat lebih awal pada pasien yang diterapi dengan madu ( rata-rata 74 vs 13,4 hari, waktu

yang dibuukan untuk penyemhuna luka ternyata lebih pendek jika diterapi dengan madu.

Luka yang diobati dengan madu 87% sembuh dalam waktu 15 hari dibandingkan 10% yang

diobati dengansilver sulfadiazine. Madu juga membuat pasien tidak terlalu nyeri, mengurangi

ebsudate, mengurangi iritasi luia dan ml insidense daya scar dan kolmatur positif luka bakar.

Madu juga akan mempercepat epitelisasi pada 6-9 hari, efek debridmen kimia dan

perpindahan dari bau yang ofensisif di dalam perspektif randomised controled trial

membandingkan madu dengan siver sulva diazine inpregnated gouze pada comparteble fresh

potongan sebagian luka bakar. Latihan histologi contoh biopsi batas luka sebagaimana

observasi klinik dari perawatan penyembuhan luka dibuat untuk mengkaji efek relatif pada

perawatan luka dalam 2 grup dari 25 pasien. Waktu diambil untuk penyembuhan adalah

signifikan lebih pendek dengan grupo pengobatan madi (p<0,001). Dari pengobatan luka

dengan madu 84% menunjukkan keparahan epitelisasi dengan hari ke 7, 100% dengan 21

hari di dalamperawatan luka dengan siver sulva diazine epitelisasi terjadi pada hari ke 7 dari

72% dan 84% dalam 21 hari. Bakteri histology dari aktif reperatif meninjukkan dalam 80%

dari penyembuhan luka dengan dressing madu sampai hari ke 7 dengan inflasi minimal pada

pengobatan luka dengan silver sulvadiazin 52% menunjukkan reparative activity dengan

Page 13: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

perubahan inflasipada hari ke 7. reparative activity mencapat 1005 dengan 21hari melalui

dressing madu dan 24% dengan saliva suvadiazin dalam dressing madu luka lebih susiden

dariperubahan inflamatori akut, control lebih baik dari inferksi dan perawatan lebih cepat

diobservasi. Di dalampenyembuhan luka dengan silver sulva diazine meninjukkan reaksi

inflamatori, dicatar terdapat epitelisasi tidak ada skingraf disediakan untk perawatan luka

dengan madu tetapi tempat dari perawatan luka dengan silver SD converted ke dalam dan

menyediakan skingraf.

Madu juga dibandingkan dengan boiled potato peel sebagai penutup luka bakar oaru

dalam persepektif ramdomizet controlled trial lain pada 40 pasien yang diobati dengan madu

yang menunjukan kultur swab positif pada waktu admisen punya persisten infeksi setelah 7

hari. Pada pengobatan luka dengan madu 100% penyembuhan 15 hari membandingkan

dengan 50% daripengobatan luka dengan Boiled potato feel draiting. Waktu utama untuk

penyembuhan 10,4 hari dengan boiled fell adalahb erbeda secara signifikan (p<0,001).

KOMENTAR:

Laporan daripercobaan pasien dengan tousnears gangrene telah dikritisi untuk

kegagalan kecukupan 2 grup pasien sehingga hal ini dapat diketahui untuk hal tertentu bahwa

hal itu bisa dibandingkan. Hal ini juga ditunjukkan bahwa secara statistic akan telah tidak

ada perbedaan secara reliable didalam mortalitas antara 2 group, meskipun demikian

percoban menunjukkan bahwa dressing sederhana dengan madu adalah pengobatan yang

sangat efisien untuk fulminant. Penyebaran infeksi secara cepat ang biasanya diobati secara

agreif meskipun opini kuno bahwa jaringan nekrosis dipindah karena hal ini sebagai sumber

substandi noknis dengan difuse ke dalam luka, percobaan ini dan percobaan lain pada

infected destruction pada perut telah ditunjukkan bahwa hal ini penting ketika madu

diterapkan pada luka, theslough dan jaringan tissue menjadi cepat berpindah dengan kimia

atau aksi debreding enzin dari madi.

Percobaan menghubungkan infected destruktif abdominal wounds dengan pasangan

tertutup grop control menunjukkan dengan jelas bahwa dressing dengan madu lebih efektif

dari pada pengobatan konvensional dari control group di dalam dapat penyembuhan luka

sebagaimana ofiating kebebasan sufurin meskipun demikian pengobatan konvenional dengan

antiseptic yang dapat merusak jaringan dan dapat merusak jaringan dan menghambat

penyembuhan luka. Meskipun secara umum digunakan adalah mungkin tidak sebagai

Page 14: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

benchmark terlihat relefan dengan prosedur efektif dari madu. Studi dari pengobatan pasien

luka bakar dengan madu membandingkan hal-hal pengobatan dengan silver sulva diazine,

meskipun demikian menunjukkan bahwa model efektif atau lebih efektif dengan perawatan

luka bakar topical yang digunakan secara luas di waktu modern. Meskipun studi restrospektif

tidak memberikan detail pada kasus untuk diijinkan hal ini ditepiskan jika pengobatan kasus

dengan silver sulfadialin, the prospective randomized controlled trails adalah suatu desain

yang dapat menjelaskan secara adekuatif dan menunjukan hasil statistis yang signifikan dari

subjek yang luas dan menyediakaqn bakteri yang terpercaya dressing dengan madu adalah

pengobatan yang terbaik untuk luka bakar supervisual.

RESIKO DAN ADVERSE EFEK

Tidak ad adverse efek yang ditemukan pada beberapa study penerapan madu sebagai

obat topical pada experiment pada hewan. Penelitian ini meliputi histological examination

pada jaringan yang diobati. Madu telah digunakan secara topical pada luka lebih dari 1000

tahun yang lalu tanpa menenjukan adanya efek negative. Berbagai laporan yang

dipublikasikan pada klinikal pada luka terbuka menyebabkan tidak lebih dari stransrent

stighging sensasi pada beberapa pasien. Selain pada 2 kasus diman nyeri akibat aplikasi

madu tidak dapat di toleransi.

Telah dilaporkan sesuai transent stinging dan kemerahan pada mata segera setelah di

beri madu dalam mata setelah segera diberi madu, tetapi hal ini tidak dapat digunakan

sebagai alasan untuk menghentikan pengobatan pada 102 kasus pada percobaan pada

pengambilan untuk penggunaan optal logical. Secara umum penerapan madu secara optikal

pada luka terbuka dilaporkan to be soothing untukmenghilangkan nyeri tidak teiritasi, tidak

menyebabkan nyeri saat di dressing tidak terdapat reaksi sekunder.

Alergi terhadap madu jarang terjadi, mungkin terdapat reaksi alergi pada pollen asam

protein dari lebah yang lain.dilaporkan dari hasil studi klinis dimana madu digunakan pada

luka terbaru padfa 1 pasien, menunjukan tidak alergi ats reaksi yang merugikan.

Bagaimanapun kejadian perdarahan minor segera setelah pemberian madu telah disebutkan

dalam referensi pada kasus yang tidak tercatat. Referensi telah menunjukkan bahwa terjadi

dehidrasi pada jaringan jika madu tersebut diberikan pada luka tetapi hal itu dapat diperbaiki

dengan penggunaan saline. Karena madu mengandung > dari 40% glucose yang secara

Page 15: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

teoritis beresiko terjadinya kadar glukosedarah terhadap diabetes ketika diberikan secara

topical pada luka terbuka yang luas.

Madu kadang-kadang berisi spora dari clostridia yang beresko kecil terhadap luka

botulism, meskipun demikian tidak ada dari beberapa laporan yang dipublikasikan pada

penerapan klinik dari madu pada luka terbuka yang telah madu tersebut digunakan secara

steril. Tidak ada laporan dari beberapa tipe infeksi yang dihasilkan dari penerapan madu

sebagai pengobat luka. Jika spora germinated, berbagai sel vegetatif seperti clostridia akan

obligade yang tidak akan bisa hidup bila diberikan hidrogen peroksida secara umum pada

madu, tetapi penggunaan madu sebagai dressing luka. Itu ada pendapat yang berlawanan,

namun demikian alas an menggunakan dasar resiko kemungkinan menyebabkan luka

botulism dapat diterima secara obyektif, efek negative penggunaan madu diatasi dengan

radiasi sinar gammayangdapat membunuh spora clostridium B. oleh madu tampa mengurangi

efek bacterial. Masalah dari atraktion dari serangga dan semut untuk dressing menggunakan

madu dapat diatasi denganpenggunaan dressing sekunder yang efektif sehingga madu

terlindungi dari serangga.

Keuntungan madu untuk digunakan dressing luka, madu menjaga kelembaban untuk

lingkungan, penyembuhan luka sehingga mencegah bakteri tumbuh walaupun ketika luka

sudah terinfeksi. Hal ini sangat efektif dari arti rendering pada steril yang terinfeksi secara

serius tanpa efek samping dari antibiotic dan sangat efektif melawan bakteri yang resistensi

terhadap antibiotika straines.komponen anti bakterialdan ulskorbsi juga menyediakan barier

terhadap infeksi silang luka. Hal ini juga menyediakan suplai glukosa untuk leukosi. Untuk

respiratory burst yang memproduksi hydrogen peroksida, komponen yang dominan dari

aktifitas anti bacterial dari makrofag. Selebihnya menyebabkan substrat yaitu glikosis yang

mana mekanisme utamanya adalah memproduksi energi bagi makrofag sehingga hal tersebut

dari makrofag dapat berfungsi di jaringan yang rusak dan eksudat dimana suplai O2 sedikit.

Keasaman dari madu(< PH 4) juga dapat meningkatkan aktifasi mikrobakterial yang dimiliki

o2 makrofasi sebagaimana PH asam di dalam vakuola yang digunakan untuk membunuh

bakteri. Glukosa dalam tingkat tinggi dalam madu dapat digunakan, bakteri yang

memgnginfeksi untuk mendapatkan asam amino dari serum dan sel mati. Hal itu dapat

membentuk asam laktat yang berasal dari ammonia, amin, serta komponen sulfur yang

menyebabkan malabsorbsi pada luka.

Page 16: ANALISIS JURNAL Prwtn luka dg madu.doc

Madu memberikanjangka waktu yang cepat untuk regenerasi jaringan dan penurunan

proses inflamasi, edema, eksudat dan mallodone pada luka didasarkan pada observasi klinis

dan hasil dari studi hewan dan percobaan klinis. Bahan antibacterial membersihkan infeksi

dengan mencegah produksi metabolisme bakteri yang responsible untuk kondisi kontrari.

Tetapi madu memiliki efek anti inflamatori dantropik secara langsung pada jaringan luka

sebagaimana di dasarkan pada hasil percobaan hewan dimana tidak didapatkan infeksi

bacteri, madu dapat diharapkan memiliki efek nutrisi secara langsung pada regenerasi

jaringan karena mengandung asam amino, vitamin dan trace elemen. Osmolaliti yang tinggi

di madu menyebabkan produksi limposit yang menyediakan nutrisi untuk regenerasi jaringan

yang mana hanya dapat tumbuh sepanjang titik granulasi. Penyembuhan terhambat jika

sirkulasi buruk atau jika pasien poorlynourished juga telah dianjurkan pada kondisi

penurunan turgor dengan pemberian madu dapat meningkatkan oksigenasi jaringan terdapat

keuntungan secara ekonomis dengan menggunakan madu sebagai dressing luka jika

dibandingkan biaya pengobatan secara konvensional dan pembiayaan akhir selama menjalani

pengobatan sampai penyembuhan perbandingan biaya yang dikeluarkan 480 F. untuk

perawatan dengan debrisand dibandingkan 7,5 F dengan perawatan madu 70$ untuk

perawatan dengan antibiotic disbanding 2$ pengobatan dengan madu, 40$ perawatan dengan

duoderum dibandingkan 8$ perawatan dengan madu. Observasi yang lain pada penurunan

pengeluaran biaya antibiotic, lama rawat menurun sedikitnya ½ dari perawatan biasa.

Disamping itu pembiayaan untuk debridement dan skingraf menjadi tidak perlu ketika madu

digunakan. Madu juga merupakan bahan pertolongan pertama yang bagus terutama untuk

luka pasien yang dapat terinfeksi sebelum dirawat secara medis. Madu itu mudah didapat

dan digunakan. Sebagian penyediaan antiinflamasi secara segera. Pengobatan dengan madu

juga akan menyediakan anti bakteri yang akan mempunyai aksi dan membuat barier terhadap

infeksi lanjut.