69
Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar belakang Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang–orang usia lanjut maupun setengah baya. Osteoartritis dapat terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis adalah penyakit nomor dua setelah penyakit jantung yang mengganggu aktivitas penderitanya. 1, 2 Pada survey radiografis, didapatkan angka kejadian osteoartritis 30% pada wanita usia 45–60 tahun, dan lebih dari 65% pada orang–orang usia di atas 61 tahun. 2 Pada laki–laki nilai ini sedikit lebih rendah, dan jarang sekali dijumpai pada anak- Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 – 9 Juli 2010 1

42626751 Pene El Finale Revisi 3 Edit Mei 03

Embed Size (px)

DESCRIPTION

finale

Citation preview

Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 2 Juli 2010

Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 2 Juli 2010

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar belakang

Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orangorang usia lanjut maupun setengah baya. Osteoartritis dapat terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis adalah penyakit nomor dua setelah penyakit jantung yang mengganggu aktivitas penderitanya.1, 2

Pada survey radiografis, didapatkan angka kejadian osteoartritis 30% pada wanita usia 4560 tahun, dan lebih dari 65% pada orangorang usia di atas 61 tahun.2 Pada lakilaki nilai ini sedikit lebih rendah, dan jarang sekali dijumpai pada anak-anak. Di dunia prevalensi osteoartritis mencapai 9,6% pada pria dan 18% pada wanita berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun.2

Di dalam masyarakat, angka kejadian osteoartritis bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya, demikian juga antara daerah di dalam satu negara. Literatur menunjukkan 1 dari 6 populasi menderita penyakit osteoartritis ini.3 Data yang dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan 40% penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoartritis lutut. Dari jumlah tersebut, 80% diantaranya berdampak pada keterbatasan gerak.3

Osteoartritis menyerang sekitar 27 juta orang di Amerika Serikat. Diperkirakan 80% dari populasi tersebut yang berumur lebih dari 65 tahun mempunyai bukti radiografik sebagai osteoartritis, meskipun hanya 60% yang menimbulkan gejala.4

Masalah osteoartritis di Indonesia tampak lebih besar dibandingkan negara barat kalau melihat tingginya prevalensi penyakit osteoartritis di Malang. Angka kejadian osteoartritis mencapai 360380 dari 100.000 penduduk, dan diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia menderita cacat karena osteoartritis. Di Indonesia terdapat dua penelitian berbasis masyarakat yang dilakukan tahun 1992 di Bandungan (Darmawan J) dan 1994 di Malang (Kalim H). Osteoartritis di Malang dijumpai sekitar 10% (daerah perkotaan), dan 13,5% di pedesaan. Namun survey masyarakat di Bandungan untuk daerah pedesaan ternyata jauh lebih rendah yaitu sekitar 5,4%.5,6

Dari data Departemen Kesehatan, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah pasien rawat jalan untuk penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat dari tahun 2007 ke tahun 2008. Pada tahun 2007, penderita berjumlah 500.640 orang atau 1,79% dari keseluruhan jumlah pasien rawat jalan, sedangkan di tahun 2008 berjumlah 175.132 orang atau 2,98%.7

Data dari Puskesmas Joglo I, Kecamatan Kembangan dari bulan Februari 2009 sampai Februari 2010 tercatat sebanyak 1500 penderita rawat jalan penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat (peringkat 3 dari sepuluh penyakit terbanyak), dan sekitar 30% dari jumlah tersebut menderita osteoartritis.

Karena masih tingginya angka kejadian osteoartritis di wilayah Puskesmas Joglo I, dan sebagian besar dari mereka mempunyai berat badan berlebih, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara berat badan berlebih dengan berat badan normal dan osteoartritis.

I. 2. Perumusan masalah

I.2.1. Pernyataan masalah

Tingginya angka kejadian osteoartritis pada pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

I.2.2. Pertanyaan masalah

1. Berapa banyak pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki berat badan berlebih (overweight)?

2. Berapa banyak pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki berat badan berlebih (overweight) dan menderita osteoartritis ?

3. Adakah hubungan antara berat badan berlebih (overweight) dengan osteoartritis di Puskesmas Kelurahan Joglo I?

I.3. Tujuan

I.3.1.Tujuan umum

Diturunkannya angka kejadian osteoartritis pada pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Joglo I.

I.3.2.Tujuan khusus

1. Diketahui jumlah pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai pengobatan di Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki berat badan berlebih (overweight).

2. Diketahui jumlah pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki berat badan berlebih (overweight) dan menderita osteoartritis.

3. Diketahui hubungan antara berat badan berlebih (overweight) dengan osteoartritis di Puskesmas Kelurahan Joglo I.

1.4.Manfaat penelitian

Manfaat penelitian bagi responden :

Responden dapat mengetahui pengaruh berat badan berlebih terhadap osteoartritis.

Manfaat bagi puskesmas :

Sebagai kumpulan data dan bahan bagi Puskesmas untuk program pembinaan atau penyuluhan tentang osteoartritis bagi para penderita di wilayah kerjanya.

Manfaat penelitian bagi peneliti :

Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian kesehatan masyarakat.

Memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya terutama yang berkaitan dengan osteoartritis.

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.

Dapat lebih mengerti dan menguasai tentang masalah osteoartritis dengan faktor resiko pada penderita overweight dan berguna untuk mengaplikasikannya untuk diri sendiri dan masyarakat luas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Osteoartritis

II. 1. 1. Definisi

Osteoartritis atau penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan kerusakan yang tidak hanya mengenai tulang rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular, yang berkembangnya secara lambat, menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi yang dapat menyebabkan nyeri sendi.7,8

II. 1. 2. Patogenesis

Berdasarkan patogenesisnya osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut juga osteoartritis idiopatik yaitu osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh adanya penyakit endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoartritis primer lebih sering ditemukan dibanding osteoartritis sekunder.8

Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Osteoartritis merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. Kondrosit gagal untuk mempertahankan keseimbangan normal antara sintesis dan degradasi matriks sehingga terjadi edema di subkondral dan timbul hipertrofi tulang rawan atau osteofit dan akhirnya reaksi radang sinovial. Telah diketahui bahwa kondrosit artikular yang avaskular merupakan satu-satunya sel yang ada di sendi dan mempunyai kapasitas untuk mensintesis, mengorganisasi dan mengatur komposisi matrik sekitarnya secara baik dan efisien.7,8

Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Rata-rata perbandingan antara sintesis dan pemecahan matriks rawan sendi pada pasien osteoartritis kenyataannya lebih rendah dibanding normal yaitu 0,29 dibanding 1.8

Pada rawan sendi juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.7,8

Penyebab rasa sakit dapat juga akibat dari dilepaskannya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler serta akibat kerja yang berlebihan.8

Perubahan-perubahan yang terjadi :7,8

a. Kerusakan tulang rawan sendi

Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih kurang 80% air, 3,6% proteoglikan, 15% kolagen dan sisanya mineral dan zat-zat organik lain serta kondrosit yang berfungsi membentuk kolagen dan proteoglikan. Kadar kolagen dan proteoglikan ini yang menentukan agar matrix tulang rawan berfungsi baik yaitu sebagai penahan beban dan peredam kejut.

Berikut ini adalah tahap-tahap terjadinya kerusakan pada tulang rawan :

Pada tahap awal kerusakan tulang rawan, terjadi penurunan kadar proteoglikan sedangkan kadar kolagen masih normal. Hal ini terjadi karena proses destruksi melebihi proses produksinya sehingga permukaan tulang rawan menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air menurun sehingga warna matrix menjadi kekuningan dan timbul retakan dan mulai terbentuk celah.

Tahap kedua, celah semakin dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah subkondral. Jumlah sel rawan mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.

Tahap ketiga, celah semakin dalam sampai ke daerah subkondral. Kista dapat menjadi sangat besar dan pecah sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.

Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi akan difagosit oleh sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu kondrosit mati, proteoglikan dan kolagen tidak diproduksi lagi.

b. Pembentukan osteofit

Ada beberapa hipotesis mengenai pembentukan osteofit :

1) Akibat proliferasi pembuluh darah di tempat rawan sendi berdegenerasi.

2) Akibat kongesti vena yang disebabkan perubahan sinusoid sumsum yang tertekan oleh kista subkondral.

3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan timbul sinovitis sehingga tumbuh osteofit pada tepi sendi, pada perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang. Tulang rawan tumbuh terlalu banyak, tapi pada akhirnya akan menipis dan membentuk retakan-retakan di permukaan. Tulang juga mengalami pertumbuhan berlebihan di pinggiran sendi dan menyebabkan benjolan (osteofit) yang bisa dilihat dan dirasakan. Benjolan itu akan mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan akhirnya menyebabkan nyeri.

II. 1. 3. Gejala klinis

II. 1. 3. 1. Manifestasi klinis 7,8

Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain. Nyeri pada osteoartritis juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya pada osteoartritis servikal dan lumbal. Osteoartritis yang menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio intermitten.

Hambatan gerak sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

Kaku pagi

Pada beberapa pasien nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur pagi hari ( tidak terpapar (asosiasi positif/ kemungkinan penyebab)

BAB V

HASIL

Dari analisis yang dilakukan berdasarkan hasil pengumpulan data yang didapat dari pasien yang berobat ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kelurahan Joglo 1 periode 17 Juni 2010 sampai dengan 5 Juli 2010 diperoleh:

V.1. Univariat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 292 responden didapatkan 120 responden (41,1%) tidak menderita osteoartritis dan 172 orang (58,9%) menderita osteoartritis. Nilai rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan sebesar 24,07 kg/m2, sedangkan rata-rata umur pasien dengan osteoartritis adalah 56,63 tahun. 35 responden (12%) pernah mengalami cedera lutut, 27 responden (9,2%) berolahraga berat, dan 49 responden (16,8%) menjalani pekerjaan berat.

Dari 292 responden didapatkan 95 responden (32,5%) laki-laki dan 197 responden (67,5%) perempuan, diantara responden perempuan, terdapat 107 responden (54,3%) yang sudah menopause.

Tabel V.1. Distribusi karakteristik 292 pasien berusia minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 pada tanggal 17 Juni sampai dengan 5 Juli 2010.

Karakteristik

Jumlah (%)

Mean SD

Median (min,max)

Osteoartritis

Ya

Tidak

IMT (kg/m2)

120 (41,1%)

172 (58,9%)

24,07 2,47

24,03 (19,3)

Umur

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Menopause (pada perempuan)

Ya

Tidak

Cedera

Ya

Tidak

Olahraga

Ringan

Berat

Pekerjaan

Ringan

Berat

95 (32,5%)

197 (67,5%)

107 (54,3%)

90 (45,7%)

35 (12,0%)

257 (88,0%)

265 (90,8%)

27 (9,2%)

243 (83,2%)

49 (16,8%)

56,63 9,63

54,5 (45,9)

V.2. Bivariat

Jumlah responden yang tidak menderita osteoartritis dan memiliki berat badan normal sebanyak 81 orang (27,7%). Jumlah responden yang menderita osteoartritis dan memiliki berat badan berlebih sebanyak 104 orang (35,6%). Dari analisis yang dilakukan didapatkan nilai OR sebesar 5,8, dimana risiko menderita osteoartritis pada mereka dengan berat badan berlebih sebesar 5,8 kali lebih besar daripada mereka dengan berat badan normal (p value < 0,05).

V.3. Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah logistic regression. Didapatkan hubungan antara berat badan berlebih dengan osteoartritis tetap bermakna setelah faktor perancu potensial, yaitu umur, jenis kelamin dan menopause dikendalikan. (OR = 5,9, p value < 0.05).

Pada responden perempuan, dengan mengendalikan variabel umur dan menopause sebagai faktor confounding, tetap didapatkan hubungan yang bermakna antara berat badan berlebih dan osteoatritis (OR = 5,02, p value < 0,05).

Tabel V.2.Hubungan antara osteoartritis dengan faktor resiko atau confounding pada pasien berusia minimal 45 tahun yang berobat di balai pengobatan umum Puskesmas Kelurahan Joglo 1 pada tanggal 17 Juni 2010 sampai dengan 2 Juli 2010.

Faktor resiko

Odds Ratio (OR)

p - value

Bivariate

( status IMT dengan osteoartritis)

5.8

0.000

Multivariate

Model I

IMT

Potential confounding factor :

Umur

Jenis Kelamin

Model II (hanya pada perempuan)

IMT

Potential confounding factor :

Umur

Menopause

5.9

5.02

0.000

0.002

BAB VI

PEMBAHASAN

VI.1.Temuan penelitian

Dari hasil analisis multivariate, dengan mengendalikan faktor usia dan jenis kelamin ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara berat badan berlebih dengan terjadinya osteoartritis. (OR = 5,9, p-value < 0,05)

Hal ini sesuai dengan teori dimana pada orang denganberat badanberlebih terjadi peningkatan tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh. Resultan gaya berat badan yang seharusnya jatuh pada bagian sentral sendi sendi ini bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut tidak seimbang dan menimbulkan perubahan bentuk sendi sehingga lebih sering menyebabkan osteoartritis.9,11

VI.2. Keterbatasan penelitian

VI.2.1.Bias seleksi

Bias seleksi tidak bisa disingkirkan karena pengambilan sampel dengan cara consecutive non random sampling, dimana tiap subyek dalam populasi terjangkau tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian.

VI.3.2.Bias observasi

Tidak ada bias observasi karena semua responden mendapat perlakuan yang sama dan tidak didiagnosa dengan pemeriksaan rontgen.

VI.3.3. Bias confounding

Terdapat bias confounding dari faktor genetik yang tidak diteliti pada penelitian ini.

VI.3.4.Chance

Kemungkinan ditemukan hasil penelitian secara kebetulan dapat disingkirkan karena berdasarkan perhitungan didapatkan = 2% dan = 1%.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 Juni sampai dengan 2 Juli 2010, dapat disimpulkan :

1. Penelitian dilakukan pada 292 responden, yang mempunyai berat badan berlebih sebanyak 195 responden (66,8%) dan yang tidak mempunyai berat badan berlebih sebanyak 97 responden (33,2%).

2. Jumlah pasien yang mempunyai berat badan berlebih yang menderita osteoartritis di Puskesmas Kelurahan Joglo I sebanyak 104 responden (35,6%).

3. Terbukti bahwa ada perbedaan yang bermakna antara berat badan berlebih dengan berat badan normal terhadap osteoartritis di Puskesmas Kelurahan Joglo I dimana responden yang mempunyai berat badan berlebih memiliki resiko 5.8 kali lebih besar mengalami osteoartritis dibandingkan yang berat badannya tidak berlebih (OR = 5,8 dan p- value < 0,05).

VII.2.Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan, yaitu :

a. Kepada responden :

Agar mengurangi berat badan untuk mencegah timbulnya osteoartritis.

b. Kepada puskesmas :

Mengadakan penyuluhan mengenai efek berat badan berlebih terhadap osteoartritis.

c. Kepada peneliti berikutnya :

Dalam melakukan penelitian sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Melakukan penelitian yang dapat membuktikan adanya hubungan sebab akibat (misalnya penelitian case-control atau kohort) antara berat badan berlebih dengan osteoartritis.

Sampel yang diambil dapat mewakili populasi.

Kuesioner yang dipakai hendaknya divalidasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. NN. Osteoartritis. (Last update : 2010; accesed : 20 June 2010). Available from :

http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/osteoartritis/

2. Croft P. The epidemiology of osteoarthritis. (Last update : 2005; accesed : 20 June 2010). Available from : http://rheumatology.oxfordjournals.org/cgi/reprint/44/suppl_4/iv27

3. Irwanashari. Osteoartritis. (Last update : 2009; accesed : 20 June 2010). Available from :

http://www.irwanashari.com/2009/03/penatalaksanaan-osteoartritis.html

4. NN. Osteoarthritis. (Last update : 2010; accesed : 22 June 2010). Available from :

http://en.wikipedia.org/wiki/Osteoarthritis

5. NN. Sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia. (Last update : 2007; accesed : 23 June 2010). Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kab%20sikka%202007.pdf

6. Nasution R, Sumariyono. Introduksi reumatologi. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 : 1073.

7. Brandt K. D. Osteoarthritis. In : Kasper L. D, Braunwald E, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson J. L. Harrisons principles of internal medicine, edisi 16. New York : McGraw-Hill, 2005 : 2036.

8. Soeroso J, Broto R, Dramudiyo, Isbagio H, Kalim H. Osteoartritis. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 : 1195-1202.

9. Setiyohadi B, Isbagio H. Masalah dan penanganan osteoartritis sendi lutut. Dalam : Cermin dunia kedokteran. (Last update : 2006; accesed : 20 June 2010). Available from : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06MasalahdanPenganan104.pdf/

10. Dinnos, Matthew. Korelasi antara obesitas dan osteoartritis. (Last update : 2010; accesed : 20 June 2010). Available from : http:/osteoartritispaintreatment.com/

11. Rubbin B. Osteoarthritis. (Last update : 2001; accesed : 23 June 2010). Available from :

http://www.jaoa.org/cgi/reprint/101/4_suppl_2/25

12. NN. Body mass index. (Last update : 2010; accesed : 20 June 2010). Available from :

http://en.wikipedia.org/wiki/Body_mass_index

13. NN. Susu kedelai dengan osteoartritis. (Last update : 2009; accesed : 20 June 2010). Available from : http:/keluargasehat.worldpress.com/2000/10/06/

14. Mahajan A, Sharma S, Tandon V, Verma S. Osteoarthritis and menopause. (Last update : 2005; accesed : 20 June 2010). Available from : http://medind.nic.in/jaa/t05/i1/jaat05i1p19.pdf

15. Sastroasmoro S, Ismael S. Perkiraan besar sampel. In : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi III. Jakarta: Sagung Seto, 2008: 314.

Lampiran 1 : Kuesioner penelitian

NAMA : LAKILAKI / PEREMPUAN

UMUR :

TINGGI BADAN :

BERAT BADAN :

1. Apakah ada keluhan nyeri atau kaku-kaku pada sendi?

a. Ya

b. Tidak

Kalau ya,

2. Apakah kaku-kaku yang anda rasakan (termasuk nyeri dan ngilu) pada

a. Pagi hari

b. Setelah bangkit dari berbaring

c. Selama berjalan

3. Jika terdapat kaku-kaku di sendi pada pagi hari, apakah berlangsung selama

a. < 1 jam

b. > 1 jam

4. Apakah anda pernah merasakan sendi anda yang sakit seperti berbunyi gemeretak saat berjalan/bergerak?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah sendi anda yang sakit pernah terlihat bengkak?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda mengalami kesulitan saat berjalan?

a. Ya

b. Tidak

7. Sewaktu berjalan, apakah sendi ada terasa lebih sakit?

a. Ya

b. Tidak

c. Setelah berjalan beberapa langkah

d. Segera setelah berjalan dan makin sakit

8. Saat anda dari posisi duduk ke berdiri tanpa bantuan, apakah sendi terasa sakit?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah anda merasa sakit atau kaku saat menaiki atau menuruni tangga?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah anda bisa jongkok?

a. Jika ya, apakah terasa sakit? ya/tidak

b. Tidak

11. Apakah gaya jalan anda menjadi berubah?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah sebelum menderita nyeri sendi anda pernah jatuh?

a. Ya

b. Tidak

13. Apakah di keluarga anda ada yang sakit seperti ini?

a. Ya

b. Tidak

14. Apakah anda pernah jatuh sebelum sendi anda terasa kaku-kaku atau nyeri?

a. Ya

b. Tidak

15. Apakah anda berolahraga sebelum sakit?

a. Ya, olahraga apa?

Berat : tenis, badminton, atletik, angkat berat, atau seorang atlit.

Ringan : berenang, jogging

b. Tidak

16. Apakah anda bekerja?

a. Ya

Pekerjaan berat : tukang bangunan, tukang cuci.

Pekerjaan ringan : ibu rumah tangga, guru, supir.

b. Tidak

*Pertanyaan di bawah ini khusus untuk pasien wanita:

17. Apakah anda sudah menopause?

a. Sudah

b. Belum

Lampiran 2 : Tabel perhitungan SPSS

Tabel Chi-Square

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square

36.315a

1

.000

Continuity Correctionb

34.809

1

.000

Likelihood Ratio

39.158

1

.000

Fisher's Exact Test

.000

.000

Linear-by-Linear Association

36.190

1

.000

N of Valid Cases

292

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.86.

b. Computed only for a 2x2 table

Tabel persentase status IMT terhadap OA

imt_status1 * OA/TIDAK Crosstabulation

OA/TIDAK

Total

OA

Tidak OA

imt_status1

Lebih

Count

104

91

195

% of Total

35.6%

31.2%

66.8%

Normal

Count

16

81

97

% of Total

5.5%

27.7%

33.2%

Total

Count

120

172

292

% of Total

41.1%

58.9%

100.0%

Tabel nilai rata-rata dan nilai tengah untuk IMT dan umur

Descriptives

Statistic

Std. Error

IMT (kg/m2)

Mean

24.0716

.14485

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

23.7865

Upper Bound

24.3567

5% Trimmed Mean

23.9828

Median

24.0346

Variance

6.126

Std. Deviation

2.47511

Minimum

19.05

Maximum

34.22

Range

15.17

Interquartile Range

3.25

Skewness

.493

.143

Kurtosis

.664

.284

UMUR PASIEN (tahun)

Mean

56.63

.563

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

55.52

Upper Bound

57.74

5% Trimmed Mean

55.94

Median

54.50

Variance

92.681

Std. Deviation

9.627

Minimum

45

Maximum

88

Range

43

Interquartile Range

13

Skewness

.922

.143

Kurtosis

.197

.284

Tabel persentase jenis kelamin terhadap OA

JENIS KELAMIN * OA/TIDAK Crosstabulation

OA/TIDAK

Total

OA

Tidak OA

JENIS KELAMIN

Perempuan

Count

74

123

197

% of Total

25.3%

42.1%

67.5%

Laki-laki

Count

46

49

95

% of Total

15.8%

16.8%

32.5%

Total

Count

120

172

292

% of Total

41.1%

58.9%

100.0%

Tabel persentase menopause terhadap OA (khusus pasien perempuan)

MENOPAUSE * OA/TIDAK Crosstabulation

OA/TIDAK

Total

OA

Tidak OA

MENOPAUSE

Tidak

Count

11

79

90

% of Total

5.6%

40.1%

45.7%

Ya

Count

63

44

107

% of Total

32.0%

22.3%

54.3%

Total

Count

74

123

197

% of Total

37.6%

62.4%

100.0%

Tabel persentase riwayat cedera terhadap OA

Crosstab

OA/TIDAK

Total

OA

Tidak OA

RIWAYAT CEDERA

Ya

Count

21

14

35

% of Total

7.2%

4.8%

12.0%

Tidak

Count

99

158

257

% of Total

33.9%

54.1%

88.0%

Total

Count

120

172

292

% of Total

41.1%

58.9%

100.0%

Tabel persentase riwayat olahraga terhadap OA

Crosstab

OA/TIDAK

Total

OA

Tidak OA

RIWAYAT OLAHRAGA

Ringan

Count

109

156

265

% of Total

37.3%

53.4%

90.8%

Berat

Count

11

16

27

% of Total

3.8%

5.5%

9.2%

Total

Count

120

172

292

% of Total

41.1%

58.9%

100.0%

Tabel persentase pekerjaan terhadap OA

Crosstab

OA/TIDAK

Total

OA

Tidak OA

PEKERJAAN

Ringan

Count

96

147

243

% of Total

32.9%

50.3%

83.2%

Berat

Count

24

25

49

% of Total

8.2%

8.6%

16.8%

Total

Count

120

172

292

% of Total

41.1%

58.9%

100.0%

Tabel Odds Ratio dan p-value : status IMT terhadap osteoartritis

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Step 1a

imt_status1

1.755

.309

32.283

1

.000

5.786

Constant

-1.889

.397

22.688

1

.000

.151

a. Variable(s) entered on step 1: imt_status1.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

39.158

1

.000

Block

39.158

1

.000

Model

39.158

1

.000

Tabel Odds Ratio dan p-value : status IMT terhadap osteoartritis dengan faktor confounding umur dan jenis kelamin

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Step 1a

imt_status1

1.774

.498

12.673

1

.000

5.894

umur_ps

-.282

.035

66.190

1

.000

.754

jenis_kel

.250

.408

.376

1

.539

1.284

Constant

13.826

1.977

48.918

1

.000

1010121.159

a. Variable(s) entered on step 1: imt_status1, umur_ps, jenis_kel.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

204.820

3

.000

Block

204.820

3

.000

Model

204.820

3

.000

Tabel Odds Ratio dan p-value : status IMT terhadap osteoartritis dengan faktor confounding umur dan menopause (khusus pasien perempuan)

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Step 1a

imt_status1

1.613

.520

9.622

1

.002

5.016

umur_ps

-.229

.045

25.277

1

.000

.796

menopause

-.126

.544

.054

1

.817

.882

Constant

11.354

2.378

22.789

1

.000

85335.028

a. Variable(s) entered on step 1: imt_status1, umur_ps, menopause.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

112.385

3

.000

Block

112.385

3

.000

Model

112.385

3

.000

Lampiran 3: Perhitungan dan

P1 = 0,356P2 = 0,054P = (0,356+0,054) : 2 = 0,205

Q1 = (1-0,356) = 0,644Q2 = (1-0,054) = 0,946Q = (1-0,205) = 0,795

Z = 1,96Z = 0,842n = (292:2) = 146

Perhitungan Z dan

( z 2PQ + z P1Q1 + P2Q2)2

n1 = n2 = ----------------------------------------------

(P1 P2 )2

( z 2(0,205)(0,795) + 0,842 (0,356)(0,644) + (0,054)(0,946))2

146 = -------------------------------------------------------------------------------

(0,356 0,054)2

(z (0,569) + 0,438)2

146 = --------------------------

0,091

13,286 = z (0,569) + 0,438

3,644 = z (0,569) + 0,438

3,206 = z (0,569)

Z = 5,63

= 2 %

Perhitungan Z dan

( z 2PQ + z P1Q1 + P2Q2)2

n1 = n2 = ----------------------------------------------

(P1 P2 )2

( 1,96 2(0,205)(0,795) + z (0,356)(0,644) + (0,054)(0,946))2

146 = -------------------------------------------------------------------------------

(0,356 0,054)2

(1,117 + z (0,520))2

146 = --------------------------

0,091

13,286 = (1,117 + z (0,520))2

13,286 = 1,117 + z (0,520)

3,644 = 1,117 + z (0,520)

2.527 = z (0,520)

Z = 4,859

= 1%

Riwayat osteoartritis dalam keluarga

Jenis kelamin perempuan

Usia tua

Cedera sendi

Osteoartritis

Berat badan berlebih

Pekerjaan berat

Menopause

Olahraga berat

Faktor Dependen

Faktor Independen

Osteoartritis

Berat badan berlebih

Usia minimal 45 tahun

Ditanyakan kesediaannya mengikuti penelitian oleh peneliti A

Bersedia

Tidak bersedia

Tidak Diikut-sertakan sebagai sampel

Pasien datang ke balai pengobatan umum.

Usia < 45 tahun

Osteoartritis

Pengukuran tinggi dan berat badan

Ya

IMT Normal

Tidak

IMT Berlebih

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 9 Juli 201020