8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
1/36
1
KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN
PESTISIDA
Disusun Oleh :
Lisa Dini A. L. 11030234006 KA2011
Ika Kurniyanti 11030234201 KB2011
Amrul Wahyu H. 11030234205 KB2011
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
2/36
2
KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN
Nama Kontaminan/Polutan : Pestisida
1. Karakter (sifat-sifat Fisik)
Penggolongan pestisida menurut asal dan sifat kimia menurut Butarbutar
(2009) adalah:
a. Hasil alam: Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
b. Sintetik
1) Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat
dan garam merkuri.
2) Organik:
a) Organo khlorin: DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
b) Heterosiklik: Kepone, mirex dll.
c) Organofosfat: malathion, biothion dll.
d) Karbamat: Furadan, Sevin dll.
e) Dinitrofenol: Dinex dll.
f) Thiosianat: lethane dll.
g) Sulfonat, sulfida, sulfon.
h) Lain-lain: methylbromida dll.
Sedangkan menurut Soemirat (2005) Klasifikasi pestisida menurut asal dan
struktur atau golongan zat kimianya antara lain:
a. Pestisida alamiah:
1) Pyrethum: Pyrethrin, Cinerin
2) Derris: Rotenon
b. Pestisida sintetik:
1) Senyawa halogen organik: DDT, Lindan
2) Senyawa fosfatester organik: Dichlorvos, Malathion
3) Senyawa karbamat : Prpoxur, Dimetilan
4) Derivat kumarin : Cumachlor
5) Senyawa Dinitrofenol : Dinobuton
Berdasarkan asal bahan yang digunakan untuk membuat pestisida, maka
pestisida dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu:
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
3/36
3
a. Pestisida Sintetik, yaitu pestisida yang diperoleh dari hasil sintesa kimia,
contoh: organoklorin, organofospat, dan karbamat.
b. Pestisida Nabati, yaitu pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
contoh: neem oil yang berasal dari pohon mimba.
c. Pestisida Biologi, yaitu pestisida yang berasal dari jasad renik atau
mikrobia,contoh: jamur, bakteri atau virus.
d. Pestisida Alami, yaitu pestisida yang berasal dari bahan alami, contoh:
bubur bordeaux.
Dengan melihat bentuk fisiknya, pestisida digolongkan kedalam beberapa
bentuk :
a. Tepung hembus
b. Tepung semprot ( Wetable Powder)
c. Minyak
d. Aerosol
e. Rook patroner
Sedangakan menurut Yuantari (2009) berdasarkan bentuk formulasi,
pestisida dapat digolongkan dalam bentuk:
a. Butiran (Granule=G)
Berbentuk butiran yang cara penggunaanya dapat langsung disebarkan
dengan tangan tanpa dilarutkan terlebih dahulu.
b. Tepung (Dust=D)
Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktif 1-2% yang
penggunaanya dengan alat penghembus (duster).
c. Bubuk yang dapat dilarutkan (wettable powder=WP)
Berbentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air yang penggunaanya
disemprotkan dengan alat penyemprot atau untuk merendam benih.
Contoh: Mipcin 50 WP.
d. Cairan yang dapat dilarutkan
Berbentuk cairan yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang
dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Larutannya berwarna putih
susu tapi berwarna coklat jernih yang cara penggunaanya disemprotkan
dengan alat penyemprot.
e. Cairan yang dapat diemulsikan
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
4/36
4
Berbentuk cairan pekat yang bahan aktifnya mengandung bahan
pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Cara
penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau di injeksikan
pada bagian tanaman atau tanah. Contoh: Sherpa 5 EC.
f. Volume Ultra Rendah
Berbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan
lagi. Biasanya disemprotkan dengan pesawat terbang dengan penyemprot
khusus yang disebut Micron Ultra Sprayer. Contoh: Diazinon 90 ULV.
g. Aerosol (A)
Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif
berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak)
kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan.
Formulasi jenis ini banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau
perkarangan.
h. Umpan beracun (Poisonous Bait = B)
Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif pestisida
digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad pengganggu.
Daftar Pustaka Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya.
Koperasi Serba Usaha SUBUR Provinsi SumateraUtara. Medan. www.koperasisubur.com. Diakses 20
Pebruari 2014.
Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Yuantari, Maria. 2009. Tesis: Studi Ekonomi
Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya
pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura
Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang Jawa Tengah. Universitas Diponegoro.
Semarang. Diakses 21 Pebruari 2014.
2. Sumber (Asal kontaminan/polutan)
Residu dari pangan peternakan
Limbah kaleng pestisida pada pertanian yang tercemar pada air
Buah-buahan dan sayur-sayuran hasil pertanian
Daftar Pustaka http://lintasgayo.co/2013/12/17/sumber-air-dipermatamulai-tercemar-pestisida-warga-3-kecamatan-resah. Diakses
http://lintasgayo.co/2013/12/17/sumber-air-dipermatamulai-tercemar-pestisida-warga-3-kecamatan-resahhttp://lintasgayo.co/2013/12/17/sumber-air-dipermatamulai-tercemar-pestisida-warga-3-kecamatan-resahhttp://lintasgayo.co/2013/12/17/sumber-air-dipermatamulai-tercemar-pestisida-warga-3-kecamatan-resahhttp://lintasgayo.co/2013/12/17/sumber-air-dipermatamulai-tercemar-pestisida-warga-3-kecamatan-resah8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
5/36
5
22 Pebruari 2014
http://www.slideshare.net/yenniauliawati/kontaminasitanah-
air-dan-udara-oleh-limbah. Diakses 22 Pebruari 2014
3. Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)
Pestisida adalah suatu senyawa kimia atau campuran beberapa senyawa kimia yang
dipergunakan untuk memberantas atau mematikan hama tanaman. Misalnya :
insektisida (untuk mematikan hama yang disebabkan oleh serangga), rodentisida
(disebabkan oleh binatang pengerat), akarisida (disebabkan oleh acarina).
Pestisida adalah obat-obatan atau senyawa kimia yang umumnya bersifat
racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman, baik hama,
penyakit, maupun gulma (Kusnadi dan Santoso, 1996). Winarno (1993)
menambahkan pestisida merupakan bahan yang beracun dan berbahaya yang
bila tidak digunakan dan dikelola dengan bijaksana akan mempunyai dampak
negatif, misalnya residu pada bahan pangan yang tinggi, polusi di udara , di air,
dan di lahan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Pestisida digolongkan beberapa kelompok berdasarkan jenis zat kimianya
yaitu pestisida organik dan anorganik; berdasarkan tujuan dan sasarannya
pestisida dapat dibedakan menjadi golongan insektisida, herbisida, fungisida,
nematosida, rodentisida dan bakterisida.
1. INSEKTISIDA
Insektisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga. Insektisida dapat dibedakan menjadi :
A. Insektisida Anorganik
Bahan penyusun insektisida ini terdiri dari bahan-bahan anorganik,
yaitu : Lead arsenate, calcium arsenat, Paris green, sodium fluo-
silicate, komponen merkuri, sulphur dan komponen penyusunnya,
komponen tembaga, komponen halogen, komponen phospor. Ketiga
yang disebut pertama adalah komponen utama yang digunakan untuk
mengontrol serangga.
a. Kalsium Arsenat
Kalsium Arsenat digunakan karena tingkat keamanannya yang cukup baikdan kemampuannya dalam memberantas serangga, dan secara total
http://www.slideshare.net/yenniauliawati/kontaminasitanah-air-dan-udara-oleh-limbahhttp://www.slideshare.net/yenniauliawati/kontaminasitanah-air-dan-udara-oleh-limbahhttp://www.slideshare.net/yenniauliawati/kontaminasitanah-air-dan-udara-oleh-limbahhttp://www.slideshare.net/yenniauliawati/kontaminasitanah-air-dan-udara-oleh-limbah8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
6/36
6
residu racun dapat hilang. Cu(C2H3O2)2.3Cu(AsO2)2merupakan preparat
arsenat komersial yang pertama. Terbuat dari campuran copper arsenite
dan asam asetat cair.
b. Lead Arsenate
Komponen penyusun lead arsenate yaitu PbHASO4dan jenis arsenat yang
lain, yaitu Pb2As2O7, PbH2As2O7. Lead arsenate biasanya berupa racun
perut yang digunakan dalam bentuk serbuk atau disemprotkan untuk
mengontrol serangga pemakan daun. Salah satu keuntungan penggunaan
lead arsenate adalah hanya membasmi serangga pemakan daun yang
disemprot, sedangkan serangga lain tidak ikut terbasmi.
c. Komponen Merkuri
Mercurous dan mercuric chloride efektif sebagai fungisida
d. Paris Green
Terdiri atas serbuk kuarsa berwarna hijau, terdiri dari arsenic yang
merupakan salah satu bahan aktif penyusunnya. Biasanya digunakan dalam
bentuk serbuk dan disemprotkan.
e. Sulfur dan Komponen penyusunnya.
Sulfur merupakan partikel yang tidak beracun lebih sering digunakan untuk
kontrol tumbuhan yang dimakan tungau dan ditumbuhi spora jamur.
f. Komponen Tembaga
Cuprisulfat digunakan sebagai salah satu golongan fungisida yang biasa
digunakan secara langsung atau dicampur dengan komponen organik untuk
mengontrol penyakit tanaman.
g. Komponen Halogen
Garam yang tersusun atas asam hidrohalogen seperti sodium chloride
mempunyai efek membasmi tetapi dalam konsentrasi tinggi. Chriolid
sebagai insektisida perut untuk mengontrol serangga dengan
menyemprotkan pada tanaman dengan kadar 0,2 % suspensi cair. Chriolid
tersusun atas barium luosilikat dan sodium fluoaluminat.
h. Komponen fosfor
Dua komponen pospor yang umum digunakan sebagai insektisida Zinc
Phosphide dan Aluminium Phospide. Zinc Phosphide digunakan
sebagai pengontrol larva spesies murine dan Aluminium Phospide
untuk mengontrol serangga.
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
7/36
7
B. Insektisida Organik
Insektisida organik terdiri Chlorinated Hidrocarbon dan komponen
organik phospor.
a. Chlorinated Hidrocarbon
Hidrokarbon terklorinasi berfungsi menyerang sistem saraf dan jaringan
otot dari insekta. Salah satu contoh hidrokarbon terklorinasi yaitu DDT
(
(dichlorodiphenyltrichloroethane).
DDT ini merupakan bahan kimia pertama yang cukup baik dalam
membunuh serangga dengan menyemprotkan pada permukaan.
DDT dihasilkan oleh reaksi khloral (CCl3CHO) dengan khlorobenzene
(C6H5Cl) dihadapan asam sulfat, yang bertindak sebagai katalis
+ 2 + H2O
b. BHC (benzene hexaclorida)
Komponen ini terdiri dari beberapa stereo isomer yang dalam jangka
waktu panjang menyebabkan racun. Reaksi kimia pembentukan BHC
sebagai berikut : C6H6 + 3Cl2C6H6Cl6
(BHC)
c. Lindane
Insektisida ini 99 % merupakan preparat gama murni dari BHC. Lindane
menyerang sebagai insektisida perut pemberian insektisida ini dilakukan
dengan penyemprotan. Insektisida ini memiliki reaksi racun seperti BHC.
d. Chlordane
Chlordane terdiri dari clorinated terpene dengan kandungan 64-70%. Ini
bertahan lama di tanah daripada BHC tetapi tidak selama DDT . Chlordane
ini berfungsi sebagai racun perut dan racun kontak.
e. Heptachlor
Heptachlor hampir sama dengan BHC dalam cara kerjanya kecuali pada
tingkat toksinnya. Dalam aksinya heptachlor sebagai racun kontak dan
racun perut.
O
H
C Cl
Cl
Cl
H
Cl C
C
ClCl
Cl
Cl
Cl
H
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
8/36
8
f. Toxaphene
Toxaphene merupakan chlorinated camphene yang mengandung 67%
chlorine. Biasanya digunakan untuk membunuh seranga pada tanaman
kapas. Toxaphene utamanya berperan sebagai racun perut tapi kadang-
kadang digunakan sebagai racun kontak. Toxaphene memiliki kemampuan
racun 4 kali dari DDT.
g. Aldrine
Aldrin adalah insektisida yang kerjanya lebih efektif dari pada insektisida
chlorine lain. Aldrine utamanya berperan sebagai racun kontak dan racun
perut. Digunakan dalam bentuk serbuk atau disemprotkan. Aldrine
mempunyai sebaran yang luas.
Pengologan Insektisida Berdasarkan Formulasi Bahan Aktifnya
1. Organoklorin
Organoklorin adalah suatu senyawa insektisida yang mengandung atom
karbon hidrogen dan klorine (Ekha, 1998). Golongan organoklrin dibagi
menjadi 3 sub golongan utama yaitu dikloro difenil trikloro (DDT),
benzene hexacloride (BHC) dan siklodiena. Dijelaskan lebih lanjut
oleh Oka (1995) bahwa insektisida hidrokarbon berklor merupakan
kelomok pestisida yang paling persisten.
2. Organofosfat
3. Insektisida golongan organofosfat adalah racun syaraf yang bekerja efektif
pada vertebrata dibandingkan insektisida golonganhidrokarbon berklor.
Insektisida ini scara kimia bersifat tidak stabil dan tidak persisten.
(Ware, 1983). Matsumura (1983) menambahkan contoh-contoh isektisida
ini adalah diazinon, metidation, curacron (profenofos), malathion dan
parathion.
2. RODENTISIDA
Bahan kimia yang bersifat racun yang berfungsi dalam mengontrol
binatang pengganggu seperti tikus, tupai, tikus tanah dan binatang pengerat
lainnya. Berfungsi dalam membunuh tikus dengan frekuensi tinggi dan
memusnahkan tikus. Terdiri dari :
1. Zinc Phospide
Racun pembunuh tikus dengan dosis tinggi. Penggunaannya yaitu dengan
mencampur zinc phospide dengan tepung, gandum atau gram flour atau
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
9/36
9
milot, sejumlah kecil mustard atau minyak kacang tanah juga ditambahkan.
Minyak membantu untuk meningkatkan absorbsi phosporus dalam tubuh,
disamping membuat lebih mudah.
2. Warfarin
Racun tikus dengan reaksi lambat, anti koagulan darah dan ketika termakan
menghasilkan haemuragi yang berakibat fatal. Warfarin mempunyai nama
kimia 3-(alfa-Asetonil-bensil)-4-Hidroxykoumarin.
Tidak seperti kebanyakan racun warfarin berbau dan berasa.
3. Strychine Hydrochloride
Prinsip penggunaan racun ini yaitu dengan dicampurkan ke daging sebagai
umpan. Racun ini merupakan ekstrak alkaloit dari tanaman. Racun ini
biasanya digunakan
4. Barium Carbonate
Memiliki sifat racun yang rendah terhadap tikus kecepatan konsentrasi
tinggi, barium carbonat bersifat memiliki rasa dan bau, berbentuk garam
berwarna putih dan memiliki tingkat racun yang rendah untuk tikus.
Barium carbonat harus dicampur dengan umpan yang harus lembab,dengan
menggunakan molases dan air.
5. Calcium Cyanide
Ini digunakan dalam bentuk sebuk sebagai pemberantas tikus got dengan
gas asam hidrosianic. Tikus yang terkena racun ini akan segera mati.
3. FUNGISIDA
Fungisida adalah suatu senyawa kimia atau campuran beberapa senyawa
kimia yang dipergunakan untuk memberantas/mematikan cendawan
yang menyebabkan penyakit. Pestisida untuk mengendalikan cendawan
(fungi) menurut efeknya terhadap cendawan sasaran terdiri atas dua
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
10/36
10
macam. Pertama, senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungistatik,
yakni senyawa yang hanya mampu menghentikan perkembangan
cendawan. Cendawan akan berkembang lagi bila senyawa fungistik
tersebut hilang. Kedua, senyawa-senyawa yang mempunyai efek
fungitoksik atau efek fungisida (fungicidal effect), yakni senyawa
yang mampu membunuh cendawan.
Penggolongan Fungisida Berdasarkan Susunan Inti Racunnya
Dapat digolongkan menjadi golongan tembaga anorganik, golongan belerang
anorganik dan golongan organik.
1. Golongan Tembaga Anorganik
a. Bubur Bordeaux (Bordeaux Mixture)
Bubur Bordeaux (BB) dapat kita buat dari terusi, kapur dan air. Terusi
ditumbuk sampai halus, supaya mudah larut di dalam air yang dingin.
b. Bubur Burgundy (Burgundi Mixture)
c. Bubur Cheshunt (Cheshunt Mixture)
d. Eau Celeste (Sky Blue Water)
Apabila kapur di dalam BB digantikan dengan Ammonia liquider maka
akan diperoleh eau celeste. Eau celeste biasanya dicampur dengan sabun
dan disemprotkan ke atas permukaan bagian tanaman. Misalnya untuk
memberantas Phoma sabdariffae.
e. Senyawa-senyawa Insoluble Coppers (Fixed Coppers)
Senyawa ini berupa tepung yang sangat halus, sukar melarut di dalam air,
tetapi memiliki daya laying yang tinggi. Sifat-sifat lainya yaitu mudah
dibuat,reaksinya netral, dapat disimpan sampai sehari semalam,
kemungkinan kerusakan pada tanaman kecil, tidak meninggalkan endapan,
untuk menggunakan hanya memerlukan air yang sedikit saja, tidak merusak
alat penyemprot dan dapat dipakai sabagai obat penyemprot, obat serbuk
dan emulsi.dengan sifat-sifat tersebut maka penggunaan senyawa insoluble
coppers dapat mendesak penggunaan BB.
2. Golongan Belerang Anorganik
a. Tepung belerang
Tepung belerang ini dapat dibuat dari belerang Lumpur dan belerang cirrus.
Karena kandungan S nya 65% berbanding 90% maka harga harga belerang
Lumpur lebih murah daripada belerang cirrus. Di samping itu belerang
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
11/36
11
cirrus tidak bersifat higroskopis jadi akan segera dapat dipergunakan.
b. Bubur California (Lime sulfur)
Bubur California kita peroleh dengan jalan merebus belerang dan kapur
hingga terbentuk cairan berwarna coklat karat. Bubur California ini
disamping memiliki efek fungisida juga memiliki efek insektisida, hanya
bubur ini merupakan obat keras yang dapat merusakkan alat serta
berbahaya bagi manusai; di samping itu penggunaan bubur California
jangan di waktu cuaca panas karena akan dapat membakar bagian tanaman
yang disemprot. Bubur kalifornia ini akan dapat kita simpan asal di tempat
yang rapat misalnya di dalam botol lalu di atasnya dituangkan minyak
tanah untuk melapisi permukaaannya. Karena kalau terjadi reaksi dengan
udara bubur ini akan menjadi rusak.beberapa jenis bubur calofornia yaitu
bubur California homeboiled, bubur California yang masak sendiri (self
boiled lime sulfure) dan bubur California yang kering (dry lime sulfure).
c. Belerang Basah (wettable sulfure)
Fungisida ini berbentuk pasta belerang atau tepung belerang yang terdiri
dari unsur belerang murni, sehingga pengaruh kerusakan terhadap tanaman
dapat lebih dikurangi lagi.
4.
HERBISIDA
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma
atau tumbuhan penganggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida
aktif terhadap tumbuhan maka herbisida bersifat fitotoksik. Herbisida
dibagi menjadi dua : selektive herbisida dan non selektive herbisida.
Formulasi herbisida terdiri dari :
Larutan air atau minyak
Emulsi
Serbuk basah.Tipe formulasi agar herbisida dapat terserap ke dalam
tanaman bersama dengan penambahan bahan yang bekerja di permukaan
dan di dalam tanah sehingga membentuk suspensi apabila dicampur dalam
air.
Herbisida granular. Material granular dapat disebar dengan tangan atau
dengan penyebar mekanik. Hal ini punya keuntungan, penyemprotan dalam
air tidak digunakan dalam penggunannya.
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
12/36
12
Debu. Insektisida dan fungisida dangat sering menyusun debu. Walaupun
demikian beberapa herbisida diaplikasikan sebagai debu karena racunnya.
Daftar Pustaka Dhingra, K.C. 1981.Handbook Of Pesticides. Small Industry
Research Institute, Roop Nagar, Delhi.Ekha, I. 1998. Dilema Pestisida : Tragedi Revolusi
Hijau. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Matsumura, F. 1998. Toksilogy Of Insectisides. Plenum
Press, New York.
Ware, G. W. 1983. Pestisides : Theory and Application.
W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
4. Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)
Air menjadi pahit
Air sungai busuk
Pengendapan lumpur di air laut
Perubahan pH air
Air menjadi keruh
Kelarutan oksigen dalam air menurun Pengikatan nitrogen pada tumbuhan terganggu
Terhambatnya pertumbuhan tumbuhan
Daftar Pustaka Anonim.Pencemaran Air. www.repostory.binus.ac.id.
Diakses 26 Februari pukul 04.00 WIB
Jurnal Pencemaran Lingkungan Volume 2
Pohan, Nurhasmawaty.2004.Pestisida dan Pencemarannya.
Universitas Sumatera Utara (1-11)
5. Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air,udara, atau tanah)
http://www.repostory.binus.ac.id/http://www.repostory.binus.ac.id/8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
13/36
13
Persebaran di udara
Pestisida dapat tersuspensi di udara sebagai partikulat yang terbawa oleh angin ke
area selain target dan mengkontaminasinya. Pestisida yang diaplikasikan ke
tanaman dapat menguapdan ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem
di luar kawasan pertanian. Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga
menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya fluida
yang mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh kondisi cuaca.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penguapanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_usaha_tanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_usaha_tanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Penguapan8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
14/36
14
Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi mempermudah penguapan.
Pestisida yang menguap ini dapat terhirup oleh manusia dan hewan di sekitar.
Selain itu, tetesan pestisida yang tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat
bergerak sebagai debu sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitas
presipitasi.
Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah memiliki resiko persebaran lebih
rendah dibandingkan penyemprotan dari udara. Petani dapat menggunakan zona
penyangga di sekitar tanaman pertanian yang terdiri dari lahan yang kosong atau
ditumbuhi tanaman non-pertanian seprti pohon yang berfungsi sebagai pemecah
anginyang menyerap pestisida dan mencegah persebaran ke area lain.
Persebaran di air
Residu pestisidajuga telah ditemukan di air hujan dan air tanah. Dampak pestisida
pada sistem perairan seringkali dipelajari menggunakan model transportasi
hidrologi untuk mempelajari pergerakan dan akhir dari pergerakan zat kimia di
aliran sungai. Pada awal tahun 1970an, analisis kuantitatif aliran pestisida
dilakukan dengan tujuan untuk memprediksi jumlah pestisida yang akan mencapai
permukaan air.
Terdapat empat jalur utama bagi pestisida untuk mencapai perairan: terbang ke
area di luar yang disemprotkan, melalui perkolasi menuju ke dalam tanah, dibawa
oleh aliran air permukaan, atau ditumpahkan secara sengaja maupun tidak.
Pestisida juga bergerak di perairan bersama dengan erosi tanah. Faktor yang
mempengaruhi kemampuan pestisida dalam mengkontaminasi perairan mencakup
tingkat kelarutan, jarak pengaplikasian pestisida dari badan air, cuaca, jenis tanah,keberadaan tanaman di sekitar, dan metode yang digunakan dalam
mengaplikasikannya. Fraksi halus sedimenpenyusun dasar perairan juga berperan
dalam persebaran pestisidaDDTdan turunannya.
Persebaran di tanah
Berbagai senyawa kimia yang digunakan sebagai pestisida merupakan bahan
pencemar tanah yang persisten, yang dapat bertahan selama beberapa dekade.
http://id.wikipedia.org/wiki/Debuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cuacahttp://id.wikipedia.org/wiki/Presipitasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemecah_angin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemecah_angin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Residu_pestisidahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_transportasi_hidrologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_transportasi_hidrologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Erosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sedimenhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=DDT&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kontaminasi_tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kontaminasi_tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kontaminasi_tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kontaminasi_tanahhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=DDT&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sedimenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Erosihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_transportasi_hidrologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_transportasi_hidrologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Residu_pestisidahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemecah_angin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemecah_angin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Presipitasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cuacahttp://id.wikipedia.org/wiki/Debu8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
15/36
15
Penggunaan pestisida mengurangi keragaman hayatisecara umum di tanah. Tanah
yang tidak disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas yang lebih baik, dan
mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemampuan
tanah dalam menahan air. Hal ini diketahui memiliki dampak positif terhadap hasil
pertanian di musim kering. Telah diketahui bahwapertanian organikmenghasilkan
20-40% lebih banyak dibandingkan pertanian konvensional ketika musim kering
berlangsung. Kadar organik yang rendah juga meningkatkan kemungkinan
pestisida meninggalkan lahan dan menuju perairan, karena bahan organik tanah
mampu mengikat pestisida. Bahan organik tanah juga bisa mempercepat proses
pelapukan bahan kimia pestisida.
Tingkat degradasi dan pengikatan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
persistensi pestisida di tanah. Tergantung pada sifat kimiawi pestisida, proses
tersebut mengendalikan perpindahan pestisida dari tanah ke air secara langsung,
yang lalu berpindah ke tempat lainnya termasuk udara dan bahan pangan.
Pengikatan mempengaruhi bioakumulasi pestisida yang tingkat aktivitasnya
bergantung pada kadar organik tanah. Asam organik yang lemah diketahui
memiliki kemampuan pengikatan oleh tanah yang rendah karena tingkat keasaman
dan strukturnya. Bahan kimia yang telah terikat oleh partikel tanah juga telah
diketahui memiliki dampak yang rendah bagi mikrorganisme, dan bahan organik
tanah mempercepat pengikatan tersebut. Mekanisme penyimpanan dan pelapukan
pestisida di tanah masih belum diketahui banyak, namun lamanya waktu singgah
(residence time) di tanah sebanding dengan peningkatan resistensi degradasi
pestisida.
Daftar Pustaka Anonim. Pencemaran Air. www.repostory.binus.ac.id.
Diakses 26 Februari 2013 pukul 04.00 WIB
Pohan, Nurhasmawaty.2004.Pestisida dan Pencemarannya.Universitas Sumatera Utara (1-11)
http://www.thinglink.com/
www.ecifm.rdg.ac.uk
6. Efek Toksikologi
No. Jenis Pestisida Gejala & Tanda Keterangan
1 Insektisida
http://id.wikipedia.org/wiki/Keragaman_hayatihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_organikhttp://www.repostory.binus.ac.id/http://www.thinglink.com/http://www.ecifm.rdg.ac.uk/http://www.ecifm.rdg.ac.uk/http://www.thinglink.com/http://www.repostory.binus.ac.id/http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_organikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keragaman_hayati8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
16/36
16
Organoklorin Mual, muntah,
gelisah, lemah,
kejang otot, tidak
sadar
Tidak ada antidote
untuk langsung
mengatasi
keracunan. Obat
yang diberikan
hanya mengurangi
gejala.
Organofosfat dan karbamat Lelah, sakit kepala,
pusing, mual,
kejang perut, diare,
penglihatan kabur,
air liur berlebih,
denyut jantung
lambat, buang air
besar dan kecil
tidak terkontrol
Gejala keracunan
karbamat cepat
muncul namun
cepat hilang jika
dibandingkan
dengan
organofosfat.
Piretroid Alergi, iritasi kulit
dan asma
Pada umumnya
efek muncul 1-2
jam setelah
paparan dan hilang
dalam 24 jam
2 Herbisida
Herbisida bipendil parakuat Pertumbuhan
abnormal pada:
paru, lensa dan
kornea mata,
mukosa hidung,
kerusakan paru-
paru, ginjal, hati
dan otak
Akumulasi selama
24-27 jam
menimbulkan
kematian
Dikuat Gangguan lensa
mata, finding
saluran usus,
Lebih ringan dari
parakuat
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
17/36
17
gelisah,
mengurangi
sensitivitas pada
ransangan
3 Fungisida
Kreosot Iritasi kulit hingga
dermatitis, iritas
mata dan saluran
pernafasan,
kerusakan hati
Oral
Arsenik Mual, sakit kepala,
diare, nyeri perut,
pusing, kejang
otot, mengigau,
kejang-kejang
Berdampak pada
system saraf pusat,
paru-paru, jantung
dan hati.
4 Rodentisida
Kumarin Sakit kepala, sakit
perut, demam,
pendarahan pada
hidung, kencing
berdarah
Indadion Kerusakan saraf,
jantung dan sistem
sirkulasi
5. Fumigan
Sulphur florida Depresi,
sempoyongan,
gagap, mual,
muntah, nyeri
lambung, gelisah,
mati rasa,
kelumpuhan
pernafasan
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
18/36
18
Fosfin Rasa dingin, nyeri
dada, diare,
muntah, batuk,
dada sesak, sukar
bernafas, lemas,
nyeri lambung,
hilangnya
koordinasi, kulit
kebiruan, nyeri
tungkai, perbesaran
pupil, koma dan
kematian
Daftar Pustaka Anonim.Pencemaran Air. www.repostory.binus.ac.id.
Diakses 26 Februari pukul 04.00 WIB
Jurnal Pencemaran Lingkungan
Manuaba, I.B. Putra. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat-
Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal
Kimia Universitas Udayana(7-14)
7. Identifikasi (Kualitatif)Uji warna terhadap asam nitrat-belerang
Reagen : campuran 1 ml asam nitrat dengan 30 ml hidrogen sulfida
Metode : Menambahkan 1 ml etanol dan sedikit NaOH pada sampel. Menguapkan
pada suhu 100C dalam wadah. Menambahkan 0,5 ml air dan 1 ml karbon
tetraklorida pada residu. Mengocok, memisahkan endapan karbon tetraklorida dan
kocok dengan 1 ml reagen.
Indikasi : Warna merah pada larutan asam menunjukkan adanya DDT atau DDE.
Warna merah berubah menjadi orange, kemudian hijau. Warna merah juga dapat
disebabkan adanya DDD, tetapi warna ini tidak berubah.
Daftar
Pustaka
Besbelli, Nida. 1999.DDT.
http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/pims127.
htm. Diakses 22 Februari 2014
http://www.repostory.binus.ac.id/http://www.repostory.binus.ac.id/8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
19/36
19
8. Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasarreaksi dan kerja instrumen/alat)
Uji kuantitatif terhadap kadar residu pestisida pada buah tomat
Prinsip kerja:Eksperimen dilakukan dengan berbagai cara seperti perebusan, pencucian
menggunakan air suling dan detergen. Penentuan residu dilakukan dengan cara
kromatografi gas dilengkapi detektor fotometri nyala, kolom OV-17 pada suhu
220oC, laju alir gas pembawa nitrogen 35 mL/menit, suhu injektor dan detektor
230oC. Pada kondisi tersebut akan diperoleh waktu retensi metidation rata-rata.
Buah tomat yang telah diperlakukan tersebut, diekstraksi dengan etilasetat.
Prosedur:
1.Perlakuan tomat praekstraksi
Sampel yang digunakan adalah tomat yang tidak disemprot pestisida, disemprot
pestisida pada 2 hari seblumnya dan 6 hari sebelumnya. Tomat yang disemprot
dicuci dengan air suling kemudian direbus selama 30 menit.
2.Ekstraksi
300 g tomat dari hasil perlakuan pra ekstraksi dicincang lalu ditimbang sebanyak
25 g, ditambah 25 g natrium sulfat anhidrat dan 50 ml etilasetat, kemudian
diekstraksi selama 10 menit dengan alat ekstraksi khusus. Ekstrak disaring dengan
penyaring vakum, ampas diekstraksi kembali dengan 25 ml etilasetat selama 10
menit, kemudian disaring kembali dengan penyaring vakum, filtrat kedua dicampur
dengan filtrat pertama. Hasil kedua campuran kemudian dipekatkan pada suhu
35oC hingga menghasilkan ekstrak pekat sebanyak 1-3 ml.
3. Penentuan kondisi optimum sistem kromatografi gas
Sistem KG dengan detektor fotometri nyala menggunakan filter fosfor kolom OV-
17 suhu 220oC, fase gerak gas nitrogen dengan kecepa-tan aliran 35 mL/ menit,
suhu detektor dan injektor 230oC, tekanan nitrogen, oksigen, hidrogen berturut-
turut 20, 250, 75 kPa dan FPD amplifier1000.
4.Penentuan kecermatan
Kecermatan diukur dengan cara spike recovery sampel. Untuk penentuan
kecermatan dibuat larutan baku metidation dengan konsentrasi 1 ; 2,5; 5 bpj dalam
etilasetat. Kemudian 25 g sampel tomat yang telah dicincang halus di spike dengan
larutan baku metidation tersebut, lalu diekstraksi sesuai dengan prosedur ekstraksi,
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
20/36
20
lalu disuntikkan pada kromatografi gas dan perolehan kembali dari sampel
terhadap kadar larutan baku yang ditambahkan dapat dihitung menurut persamaan
berikut ini :
% PK = (Xr/Xa) 100 %
dengan Xr adalah kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran ekstrak sampel dan
Xa adalah kadar sebenarnya larutan baku yang ditambahkan. Prasyarat metode ini
me-miliki kecermatan yang baik apabila persen perolehan kembali berada pada
rentang 80%-110%.
5.Pembuatan kurva kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi dari larutan baku pembanding metidation dengan kadar
0,1 ; 0,5 ; 1 ; 5 ; 10 bpj di dalam pelarut etilasetat, jumlah penyuntikan adalah 2 L
kemudian dibuat kurva kalibrasi (persamaan garis antara area kromatogram
terhadap kadar)
6.Penentuan linearitas, batas deteksi, kuantisasi dan determinasi
Linearitas dari metode diperoleh dengan menghitung koefisien korelasi (r) dari
persamaan garis yang diperoleh dari pembuatan kurva kalibrasi dan harga r yang
menunjukan linearitas metode yang masih dapat digunakan adalah r > 0,99.
7.Penetapan kadar residu pestisida metidation
1-2 L ekstrak disuntikkan pada KG, yang sebelumnya telah diatur pada kondisi
optimum pengukuran kadar residu pestisida. Detektor yang digunakan fotometri
nyala dengan filter fosfor, diatur pada penguatan 1000 x. Sebelum ekstrak sampel
disuntikkan pada injektor KG, tekanan gas hidrogen pada generator harus stabil
pada 1,5 bar, kolom harus dipanaskan pada suhu 220oC. Selanjutnya penentuan
kuantitatif dilakukan dengan membandingkan area kromatogram antara larutan
baku dan sampel dengan persamaan :
R = (Au/Ab) [(Cb Vb)Vu] (Ve/Wu)
Dengan R kadar residu pastisida (mg/kg), Au area kromatogram sampel, Ab area
kromatogram standar/baku, Cb konsentrasi standar (bpj),Vb volume larutan
standar yang disuntikan (L), Vu volume larutan sampel yang disuntikkan (L),
Ve volume ekstrak sampel (mL) dan Wu berat sampel (g).
8.Hasil penetapan kadar residu pestisida metidation dalam tomat
Hasil pengujian dari ekstrak sampel tomat tersebut menunjukkan adanya
pengurangan residu pestisida. Pengurangan atau degradasi residu pestisida dapat
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
21/36
21
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penguapan, perlakuan mekanis dan
fisis, dan disebabkan oleh peristiwa kimia. Kandungan residu pestisida awal (tomat
2 hari setelah penyemprotan) 0,86 mg/kg setelah dicuci dengan detergen pencuci
sayuran menjadi 0,07 mg/kg (penurunan 92 %), dengan air suling menjadi 0,08
mg/kg (penurunan 91 %), sedang dengan direbus menjadi 0,15 mg/kg (penurunan
83 %).
Daftar Pustaka Atmawidjaja, Sudana, dkk. 2004. Acta Pharmaceutica
Indonesia, Vol. XXIX, No. 2:Pengaruh Perlakuan
terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation pada
Tomat. http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_29_2_2.pdf.
Diakses 22 Februari 2014.
9. Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan yangdiberlakukan
UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa Pencemaran adalah masuknya
atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam
lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud dengan Pestisida
ialah Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta jasad-jasad renik dan virus
yang digunakan untuk:
- Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian.
- Memberantas rerumputan
- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan.
- Mencegah hama-hama air.
- Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia
Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang
dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan Pedoman Pembinaan
Penggunaan Pestisida TA.2011 perangsang tumbuh, bahan lain, serta
organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan
tanaman
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
22/36
22
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman,
diamanatkan bahwa penggunaan Pestisida dalam rangka pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah merupakan alternatif
terakhir, dan dampak negatif yang timbul harus ditekan seminimal mungkin
serta dilakukan secara tepat guna.
Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 ditegaskan bahwa : Pestisida yang akan
diedarkan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib terdaftar,
memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan
lingkungan hidup serta diberi label.
Permentan No. 45/Permentan/SR.140/10/2009 diamanatkan bahwa: Pestisida
yang terdaftar/diijinkan adalah Pestisida yang telah memenuhi persyaratan
administrasi dan kriteria teknis yang ditetapkan Menteri Pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian pasal 7 No. 45/Permentan/SR.140/10/2009 tentang
Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, diatur bahwa :
- Setiap orang yang menggunakan Pestisida terbatas wajib memiliki
Sertifikasi Penggunaan Pestisida Terbatas.
- Sertifikat Penggunaan Pestisida Terbatasdiberikan kepada orang yang telah
Lulus Pelatihan yang diselenggarakan oleh Ketua Komisi Pengawasan
Pestisida Provinsi/ Kabupaten/ Kota atau Pejabat yang ditunjuk.
- Sertifikat berlaku selama 5 (lima) tahundan dapat diperpanjang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 tentang pengesahan
Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (Konvensi Stockholm
Tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten) menjelaskan:
a. bahwa pada tanggal 23 Mei 2001 Pemerintah Indonesia ikut serta
menandatangani Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants
(Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten),
yang bertujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari
bahan pencemar organik yang persisten;
b. bahwa berdasarkan Konvensi Stockholm, telah teridentifikasi 12 bahan yang
dikategorikan sebagai bahan pencemar organik yang persisten yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, salah satunya
adalah DDT.
Peraturan produksi dan penggunaan DDT secara garis besar adalah sebagai
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
23/36
23
berikut:
- Produksi dan penggunaan DDT wajib dihentikan kecuali bagi Para Pihak
yang telah memberitahu Sekretariat maksudnya memproduksi dan/atau
menggunakan bahan tersebut. Suatu Daftar DDT dengan ini ditetapkan dan
wajib tersedia bagi publik. Sekretariat wajib memelihara Daftar DDT
tersebut.
- Setiap Pihak yang memproduksi dan/atau menggunakan DDT wajib
membatasi produksi dan/atau penggunaannya untuk pengendalian terhadap
vektor pembawa penyakit sesuai rekomendasi dan pedoman dari Organisasi
Kesehatan Dunia mengenai penggunaan DDT dan dalam hal alternatif yang
aman, efektif dan terjangkau di daerah setempat tidak tersedia bagi Pihak
bersangkutan.
- Dalam hal bahwa suatu Pihak yang tidak tercantum dalam Daftar DDT
menentukan bahwa Pihak tersebut memerlukan DDT untuk mengendalikan
vektor pembawa penyakit, Pihak tersebut wajib memberitahukan kepada
Sekretariat sesegera mungkin agar namanya ditambahkan segera ke dalam
daftar DDT. Pihak tersebut wajib pada saat yang bersamaan
memberitahukan Organisasi Kesehatan Dunia.
Daftar
Pustaka
Anonim. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2009.
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2009/19-09.pdf. Diakses
21 Februari 2014
Kementrian Pertanian. 2011.Pedoman Pembinaan Penggunaan
Pestisida.http://ppvt.setjen.pertanian.go.id/ppvtpp/downlot.php?fil
e=Pembinaan_Penggunaan_Pestisida.pdf. Diakses 22 Februari
2014
Pohan, Nurhasmawaty. 2004.Pestisida Dan Pencemarannya.
http://journal-id.org/index.php/agrotropika/article/viewFile/1/1.
Diakses 21 Februari 2014
10. Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)Preventif:
Mencegah atau mengurangi serangga hama dengan cara:
- pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,
- memilih varietas yang tahan lama,
- memanfaatkan musuh-musuh alami serangga,
- penggunaan hormon serangga,
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
24/36
24
- pemanfaatan daya tarik seks pada serangga
- sterilisasi
- jangan terjadi salah berantas. Misalnya herbisida jangan digunakan untuk
membasmi serangga.- ikuti aturan pakai dan dosis yang dianjurkan
- jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida,
- Jangan telat memberantas hama. Dengan semakin meluasnya hama akan
membutuhkan penggunaan pestisida dalam jumlah besar
- jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida biasanya hanya
digunakan untuk suatu jenis hama tertentu
- pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan sampai tercecer di
sekitar tanaman,
- jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan terlebih dahulu,
jangan sampai tercecer ke tempat lain.
Pelatihan petani
- Upaya pencegahan dengan kajian
- Penggunaan pestisida harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang
diberkalukan oleh pemerintah.
- Pelaksanaan peraturan harus diawasi dan diatur oleh otoritas pestisida
nasional
- Semua tingkatan penggunaan pestisida, mulai dari pembelian, aplikasi di
lapangan, penyimpanan dan penjualan, harus di dokumentasikan
- Petani sebagai operator harus mempunyai pengetahuan praktis dan keahlian
tentang penggunaan pestisida secara benar
- Petani harus mengikuti instruksi dan rekomendasi dari label yang tertera
- Pestisida harus di gunakan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengendalian
hama terpadu (PHT), mempertimbangkan dampak pada lingkungan dan
organisme yang menguntungkan lainya.
- Tidak boleh menjalani pemaparan lebih dari 5 jam sehari dan 30 jam dalam
seminggu.
- Memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang berupa pakaian kerja, sepatu
laras tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernapasan.
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
25/36
25
- Menjaga kebersihan badan, pakaian kerja, APD, alat perlengkapan kerja,
tempat kerja serta menghindari tumpahan dan percikan pestisida.
- Dalam penyemprotan tidak boleh menggunakan pestisida dalam bentuk
debu.
- Pekerja tidak boleh dalam keadaan mabuk pada saat bekerja atau yang
mempunyai kekurangan-kekurangan lain, baik fisik maupun mental yang
mungkin dapat membahayakan.
- Pekerja yang luka atau mempunyai penyakit kulit pada anggota badan yang
kemungkinan dapat terkena oleh pestisida, kecuali bila dapat dilakukan
tindakan perlindungan.
- Pekerja bukan wanita hamil atau sedang menyusui.
Penyimpanan racun-racun hama:
- Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi tanda,
sebaiknya tertutup dan dalam lemari tersendiri yang terkunci.
- Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat
makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya.
Tanda-tanda harus jelas biar untuk mereka yang buta huruf sekalipun tabu.
- Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus
dibakar, agar racun-racun sisa musnah sama sekali.
- Pestisida disimpan dalam kemasan aslinya, jangan dipindahkan ke wadah
lain terutama wadah yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan atau
minuman.
- Dalam jumlah besar, pestisida dapat disimpan dalam gudang dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Lokasi gudang harus terpisah dari aktivitas umum dan tidak terkena
banjir dan lantai gedung harus miring.
b. Dinding dan lantai gudang kuat dan mudah dibersihkan.
c. Pintu dapat ditutup rapat dan diberi peringatan atau dengan tulisan atau
gambar.
d. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup, dan suhu memenuhi
ketentuan yang berlaku.
e. Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan.
f. Tidak boleh disimpan bersama-sama bahan lain.
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
26/36
26
g. Pemasangan instalasi listrik dan penggunaan peralatan listrik harus
memenuhi persyaratan yang berlaku.
h. Di luar ruangan penyimpanan ditulis papan peringatan.
Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi syarat yang berlaku terhadap
kemungkinan bahaya peledakan.
Pembuangan limbah pestisida
- Sampah pestisida sebelum dibuang harus dirusak terlebih dahulu sehingga
tidak dapat digunakan lagi.
- Drum dan kaleng yang terbuat dari logam setelah dirusak (dilubangi dengan
cara menusuk) dihancurkan serta selanjutnya di kubur. Jangan melakukan
pemusnahan pada kaleng-kaleng bekas aerosol.
- Wadah yang terbuat dari plastik dirusak ( punctured) dan selanjutnya di
kubur di tempat yang aman.
- Wadah berupa gelas dipecah dan dikubur di tempat yang aman
- Wadah berupa kertas atau karton dibakar
- Pembakaran wadah pestisida harus dilakukan di suatu tempat yang letaknya
jauh rumah untuk mencegah terhirupnya asap yang ditimbulkan panas
pembakaran tersebut
- Pembuangan sampah atau limbah pestisida sebaiknya harus ditempat
khusus, bukan di tempat pembuangan sampah atau limbah umum.
- Lokasi tempat pembuangan dan pemusnahan sampah atau limbah pestisida
harus terletak pada jarak yang aman dari daerah pemukiman dan badan air.
- Untuk melakukan pemusnahan pestisida, pilihlah tempat yang permukaan
air tanah pada musim hujan tidak lebih tinggi dari 3,25 meter di bawah
permukaan tanah.
- Tempat penguburan pestisida letaknya harus jauh dari sumber air, sumur,
kolam ikan dan saluran air minum (100 meter atau lebih).
- Jarak antara 2 (dua) lubang tidak boleh kurang dari 10 (sepuluh) meter.
Pemakaian alat-alat pelindung
- Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan
pencampuran kering bahan-bahan.
- Pakailah pakaian pelindung, kaca mata dan sarung tangan terbuat dari
neopren, jika kerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
27/36
27
dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.Pakaian pelindung harus dibuka
dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.
- Pakailah pelindung pernafasan, kaca mata, baju pelindung, dan sarung
tangan selama menyiapkan dan enggunakan semprotan, kabut atau aerasol,
jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut. Alat-alat
pelindung harus terbuat dari karet atau bahan tahan minyak.
Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan,
sehingga terhirup atau mengenai kulit dari tenaga kerja yang bersangkutan.
Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan
memakai penguap termisi jauhkan alat tersebut dari rumah penduduk dan
tempat pengolahan bahan makanan.
Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan
bersentuhan dengannya pestisida, manusia dihadapkan pada suatu dilema.
Membuat kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang
mengarah pada pemasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu
pembatasan penggunaan pestisida sintetik untuk penanganan produk-produk
pertanian terutama komoditi andalan untuk eksport
Kuratif:
Peneliti mengatakan bahwa keberadaan DDT cukup stabil dan tidak sepenuhnya
dapat dihilangkan dari lingkungan. Metode menghilangkan DDT dilakukan
dengan menggunakan CO2. Pada suhu dan tekanan yang sangat rendah, CO2
bekerja sangat baik sebagai pelarut DDT, dan dapat digunakan untuk
membersihkan DDT dari bahan-bahan yang tercemar.
Panduan pertolongan pertama pada kasus keracunan pestisida:
- Apabila gejala keracunan mulai timbul betapapun ringannya gejala tersebut,
segeralah berhenti dan bekerja dan pergilah ke dokter atau klinik terdekat
untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Hal tersebut harus segera
dilakukan karena sewaktu-waktu keadaan dapat berkembang menjadi gawat.
Supaya tindakan pertolongan selanjutnya dapat dilakukan dengan cepat dean
tepat, dokter harus diberitahu nama pestisida yang menyebabkan keracunan.
Untuk ini sebaiknya bawalah label pestisida tersebut untuk ditunjukkan
kepada dokter.
- Dalam hal kulit ataau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
28/36
28
kulit dan rambut yang terkena dengan sabun dan air yang banyak lepaskan
pakian untuk diganti dengan yang bersih.
- Apabila pestisida mengenai mata, cucilah mata segera dengan air bersih yang
banyak selama 15 menit atau lebih terus-menerus. Kemudian ditutup dengan
kapas steril yang dilengketkan dengan kain pembalut.
- Apabila debu, uap, das atau butir-butir semprotan terhisap melalui
pernafasan, bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar,
longgarkan pakaiannya yang ketat dan baringkan dengan dagunya agak
terangkat ke atas supaaya dapat bernafas dengan bebas. Jaga supaya
penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan (apabila perlu
selimutilah penderita tetapi jangan sampai terlalu kepanasan). Sementara
menunggu pertolongan dokter, awasilah terus keadaan penderita.
- Apabila pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, usahakan
supaya penderita muntah dengan cara mencongkel bagian belakang
tenggorokan dengan jari tangan atau alat lain yang bersih dan memberi
minuman larutan garam sebanyak satu sendok makan dalam segelas air
hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan berupa cairan
yang jernih. Pada waktu penderita mulai muntah, usahakan mukanya
menghadap kebawah dan kepalanya agak direndahkan supaya muntahan
tidak masuk dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan sampai
muntahan menghalangi pernafasan. Usaha permuntahan tidak dapat
dilakukan apabila penderita dalam keadaan kejang atau tidak sadar, penderita
telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi dan penderita telah
menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif (secara kimiawi merusak
jaringan hidup) dengan gejala rasa terbqakar atau nyeri sekali pada mulut dan
kerongkongan.
- Apabila bahan korosif tertelan pada penderita dalam keadaan sadar, beerilah
penderita minum susu atau putih telur dalam air, atau air saja dimana kondisi
susu dan putih telur tidak tersedia. Susu dan minyak tidak boleh diberikan
kepada penderita keracunan pestisida hirokarbon berklor.
- Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak
tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya mulut
dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya. Jangan memberikan
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
29/36
29
sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar.
- Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakaanlah pernafasan buatan.
Bersihkan lebih dahulu mulut dari aair liur, lendir, sisa makanan dan
sebagainya.
- Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak
menyebabkan cidera. Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal di
bawah kepala dan berilah ganjal antara gigi untuk mencegah supaya bibir
atau lidah tidak tergigit.
- Penanggulangan keracunan setelah dilakukan pertolonagn pertama
selanjutnya diambil tindakan sebagai berikut a)untuk golongan pestisida
klor organik, dilakukan tindakan mencuci lambung dengan memberikan
garam isotoris larutan natrium bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorsi
dapat diberikan 30 gram norit yang disuspensikan dalm air, b) untuk
golongan fosfat organik, diberikan antidote atropin sulfat intravena atau
intra muskuler, bila mungkin dilakukan penyuntikan intra vena. Dosis
dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 0,4 2,0 mg dan untuk anak-
anak 0,05 mg/kg berat badan. Dosis diulangi tiap 15 30 menit sampi
kelihata gejala atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka
merah, frekuensi detak jantung meningkat (140/menit) dan pupil melebar.
Pralidoxim diberikan setelah atropin, bila diberikan sebelum 36 jam setelah
keracunan akan dapt menanggulangi efek dari pestisida fosfat organik ini.
Dosis dewasa I gr/kg berat badan dan anaak-anak 20 50 gr/kg berat badan
dengan kecepatan tidak lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi
setelah sau jam bila kelemahan/ kelumpuhan oto belum tertanggulangi, c)
untuk golongan karmabat, penanggulangannya sama dengan golonagn
senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk mengurangi absorsi dari
saluran pencernaan, diberikan absorben Fuller`s Earth 30% suspensi dalam
air, e) untuk golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote
fitonadion, yakni dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 25 mg
intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6 mg/kg berat badan, f)
untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol (B.A.L),
Dimerkaptopropanol.
- Untuk penanggulangan selanjutnya, dilakukan pendataan mencakup tempat
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
30/36
30
kejadian, tanggal, nama korban, umur, jenis kelamin, keracunan melalui
apa (mulut, pernafasan, kulit), sampel pestisida, muntahan atau sisa
makanan (dalam penderita tidak diketahui), dapat disebutkan pestisida-
pestisida apa yang biasa digunakan di tempat tersebut, dan jenis-jenis
pertolongan yang telah diberikan kepada penderita.
Daftar
Pustak
a
Adriyani, Retno. 2006. Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian.
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JKL/article/download/739/7
39. Diakses 21 Februari 2014
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 1984.Pestisida Untuk
Pertanian dan Kehutanan. Jakarta: Direktoret Jenderal Pertanian
Tanaman Pangan
Lestari, Yuniar. 2011.Pencemaran Lingkungan Oleh Pestisida.
http://repository.unand.ac.id/18455/1/Pencemaran%20Pestisida%20ok.pptx. Diakses 21 Februari 2014
Pohan, Nurhasmawaty. 2004.Pestisida Dan Pencemarannya.
http://journal-id.org/index.php/agrotropika/article/viewFile/1/1.
Diakses 21 Februari 2014
Sofia, Diana. 2001.Pengaruh Pestisida Dalam Lingkungan Pertanian.
http://library.usu.ac.id/download/fp/fp-diana.pdf. Diakses 21
Februari 2014
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
31/36
31
JAWABAN PERTANYAAN
KA Ririn Setyani : Bagaimana cara penanganan untuk petani yang tidak tahu
mengenai bahaya pestisida? Lalu bagaimana cara mengatasi
jika polutan pestisida sudah mencemari perairan?
Jawaban : Diadakan penyuluhan tentang bahaya pestisida ke tempat-
tempat yang mayoritas penduduknya di wilayah pertanian dan pelatihan petani
tentang peraturan penggunaan pestisida yang diberkalukan oleh pemerintah. Cara
untuk mengatasi pencemaran pestisida di perairan yaitu dengan memanfaatkan
tanaman yang mampu mengadsorpsi polutan yang ada di air, contohnya enceng
gondok. Peneliti mengatakan bahwa keberadaan DDT cukup stabil dan tidak
sepenuhnya dapat dihilangkan dari lingkungan. Sehingga cara mengatasi polutan
pestisida yang sudah mencemari perairan lebih cenderung pada penanganan preventif.
Suatu bahan yang tercemar pestisida diatasi dengan cara menghilangkan DDT
menggunakan CO2. Pada suhu dan tekanan yang sangat rendah, CO2bekerja sangat
baik sebagai pelarut DDT, dan dapat digunakan untuk membersihkan DDT dari
bahan-bahan yang tercemar.
KA Fitri Wulan Sari : Apa yang dimaksud dengan Volume Ultra Rendah?
Jawaban :
Volume ultra rendah (Ultra low volume, ULV) merupakan formulasi khusus untuk
penyemprotan dengan volume sangat rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 l/ha.
ULV merupakan formulasi siap guna yang tidak harus dicampur lagi. Formulasi ULV
umumnya berbasis minyak karena dengan volume ultra rendah butiran semprot harus
sangat halus sebab butiran berbasis air yang sangat halus akan mudah menguap
(kering).
Berbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan lagi.
Biasanya disemprotkan dengan pesawat terbang dengan penyemprot khusus yang
disebut Micron Ultra Sprayer. Contoh: Diazinon 90 ULV.
KA Keshinanta : Bagaimana efek dan penanganan dengan pestisida untuk
memberantas nyamuk jika terhirup oleh manusia?
Jawaban : Efeknya yaitu dapat mengganggu pernapasan. Oleh karena
itu dalam penggunaan pembasmi nyamuk harus melihat jika telah menggunakan,
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
32/36
32
segera menghindar dari tempat yang telah disemprotkan pembasmi nyamuk tadi. Agar
pestisida pada pembasmi nyamuk tidak terhirup. Efek yang bisa dirasakan langsung
akibat obat antinyamuk akan berbeda-beda. Tetapi umumnya, akan merasa sesak
napas, alergi dalam bentuk gangguan di kulit, kulit teriritasi, batuk-batuk, pusing,
mual, muntah, bahkan pingsan. Lebih jauh, mungkin saja perkembangan otak anak
akan terhambat. Untuk jangka panjang, kontak dengan obat antinyamuk setiap hari
dan kontinyu dapat menyebabkan kanker paru-paru dan kanker kulit (dari jenis
losion) pada 5-10 tahun ke depan. Jangka pendeknya bisa mengiritasi kulit, kulit
terasa panas dan perih.
Cara menghindari efek buruk obat antinyamuk:
- Penggunaan obat nyamuk bakar sebaiknya dihindari. Jikapun terpaksa, gunakan di
tempat yang berventilasi lebar atau ruang terbuka.
- Untuk obat antinyamuk semprot, penggunaannya minimal 2 jam sebelum seseorang
masuk ke ruangan. Ruangan ini pun harus berventilasi yang baik. Selain itu, si
penyemprot harus menggunakan masker antipolusi. Idealnya, semua barang di
ruangan yang disemprot setelahnya dilap dengan kain basah. Sedangkan bahan yang
terbuat dari kain atau sejenisnya yang menyerap zat kimia agar diganti. Bisa juga
dengan menutup semua benda yang ada di ruangan tersebut sebelum disemprot.
- Untuk obat antinyamuk listrik, 2 jam sebelum penghuni ruangan masuk harus sudah
dinonaktifkan.
- Obat antinyamuk OLES yang menggunakan bahan kimia sintetik dan bahan aktif
DEET sebaiknya tidak digunakan oleh anak, ibu hamil, dan ibu menyusui karena
kandungannya yang bersifat korosif dapat diserap kulit. Anak balita yang berkulit
sensitif dapat mengalami alergi. Atau anak mungkin keracunan karena ia
memasukkan jari yang diolesi losion antinyamuk itu ke mulutnya.
- Bagi orang dewasa, jika ingin menggunakan losion pengusir nyamuk, maka
gunakanlah sesedikit mungkin. Jika kulit terasa panas, perih, merah, gatal, atau tidak
nyaman segera hentikan, basuh dengan air bersih, dan jangan gunakan lagi.
- Jangan menggunakan obat antinyamuk setiap hari karena peluangnya makin besar
bagi bahan insektisida untuk masuk ke dalam tubuh. Kalau sudah masuk, sulit sekali
dikeluarkan, dan tentunya akan menjadi racun bagi tubuh.
- Menggunakan tanaman antinyamuk alternatif yang yaitu kemangi, serai, kayu
putih dan lavender.
Penanganan pertama jika obat antinyamuk terhirup oleh manusia:
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
33/36
33
-Uap, gas atau butir-butir semprotan terhisap melalui pernafasan, bawalah penderita
ke tempat terbuka yang berudara segar, longgarkan pakaiannya yang ketat dan
baringkan dengan dagunya agak terangkat ke atas supaya dapat bernafas dengan
bebas
-Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak tersumbat.
Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya mulut dari air liur, lendir,
sisa makanan dan sebagainya. Jangan memberikan sesuatu melalui mulut kepada
penderita yang tidak sadar.
-Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakaanlah pernafasan buatan. Bersihkan
lebih dahulu mulut dari aair liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya.
-Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak menyebabkan
cidera. Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal di bawah kepala dan berilah
ganjal antara gigi untuk mencegah supaya bibir atau lidah tidak tergigit.
Penanggulangan keracunan setelah dilakukan pertolonagn pertama selanjutnya
diambil tindakan sebagai berikut: a)untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan
tindakan mencuci lambung dengan memberikan garam isotoris larutan natrium
bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorsi dapat diberikan 30 gram norit yang
disuspensikan dalm air, b) untuk golongan fosfat organik, diberikan antidote atropin
sulfat intravena atau intra muskuler, bila mungkin dilakukan penyuntikan intra vena.
Dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 0,4 2,0 mg dan untuk anak-anak
0,05 mg/kg berat badan. Dosis diulangi tiap 15 30 menit sampi kelihata gejala
atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka merah, frekuensi detak
jantung meningkat (140/menit) dan pupil melebar. Pralidoxim diberikan setelah
atropin, bila diberikan sebelum 36 jam setelah keracunan akan dapt menanggulangi
efek dari pestisida fosfat organik ini. Dosis dewasa I gr/kg berat badan dan anaak-
anak 20 50 gr/kg berat badan dengan kecepatan tidak lebih dari setengah dosis total
tiap menit. Ulangi setelah sau jam bila kelemahan/ kelumpuhan oto belum
tertanggulangi, c) untuk golongan karmabat, penanggulangannya sama dengan
golonagn senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk mengurangi absorsi dari saluran
pencernaan, diberikan absorben Fuller`s Earth 30% suspensi dalam air, e) untuk
golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote fitonadion, yakni dosis dewasa
dan anak-anak lebih dari 12 tahun 25 mg intra muskuler dan anak-anak di bawah 12
tahun 0,6 mg/kg berat badan, f) untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote
Dimerkaprol (B.A.L), Dimerkaptopropanol.
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
34/36
34
KB Luy : Apa yang dimaksud dari DDT, DDE, dan DDD? Diantara
DDT, DDE, dan DDD mana pestisida yang paling
berbahaya?
Jawaban :
DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) adalah pestisida yang banyak digunakan
untuk mengendalikan serangga pertanian dan serangga yang membawa penyakit
seperti malaria. DDT berwarna putih, kristal padat tanpa bau atau rasa.
Penggunaannya di Amerika Serikat dilarang pada tahun 1972 karena berdampak
buruk pada satwa liar, tetapi masih digunakan di beberapa negara.
DDE (dichlorodiphenyldichloroethylene) dan DDD (dichlorodiphenyldichloroethane)
adalah bahan kimia yang mirip dengan DDT yang umumnya mencemari sediaan
DDT. DDE tidak memiliki kegunaan komersial. DDD juga digunakan untuk
membunuh hama, namun penggunaannya juga telah dilarang. Salah satu bentuk DDD
telah digunakan secara medis untuk mengobati kanker kelenjar adrenal.
Diantara DDT, DDE, dan DDD pestisida yang paling berbahaya adalah DDT karena
dalam DDT itu sendiri juga terkandung DDE dan DDD. Selain itu DDT juga paling
berbahaya karena mengadung lebih banyak Cl dibanding DDE dan DDD.
Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT sangat berbahaya terhadap lingkungan
hidup adalah:
1. Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air tapi sangat larut dalam lemak.
Makin larut suatu insektisida dalam lemak (semakin lipofilik) semakin tinggi
sifat apolarnya. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab DDT sangat
mudah menembus kulit
2. Sifat DDT yang sangat stabil dan persisten. Ia sukar terurai sehingga
cenderung bertahan dalam lingkungan hidup, masuk rantai makanan
(foodchain)melalui bahan lemak jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya DDT
bersifat bioakumulatif dan biomagnifikatif.
KA Lailatul : Apa jenis pestisida yang paling berbahaya dan paling aman?
Jelaskan!
Jawaban : Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip
dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini
sangat berbahaya karena mereka menyerang acetilcholinesterase, suatu bahan yang
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
35/36
35
diperlukan oleh system syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis
ini menurunkan kadar acetilcholinesterasedan hal inilah yang memunculkan gejala-
gejala keracunan. Pestisida gas syaraf menyebabkan kematian yang paling banyak di
seluruh dunia dibanding pestisida jenis lain
Pestisida yang paling aman adalah pestisida yang ramah lingkungan. Studi terbaru
yang dimuat di American Societys 28th
National Meeting, para peneliti dari Kanada
melaporkan suatu subyek penelitian baru yang sangat menarik dibidang essential oil
pestisida atau yang disebut sebagai aroma pembunuh. Zat ini mewakili kelas baru
dalam insektisida alami yang memperlihatkan sifat ramah lingkungan dan dapat
dipergunakan sebagai pengganti insektisida konvensional dimana dapat mengurangi
resiko keracunan terhadap manusia dan hewan, kata para peneliti. Antinyamuk
alternatif yang yaitu kemangi, serai, kayu putih dan lavender. Insektisida alami
lainnya adalah rosemary, thyme, bawang putih, dan mint Diantara manfaat tersebut,
terdapat kekurangan dari pestisida ini yaitu essential oil cenderung lebih cepat
menguap dan terdegradasi secara cepat dengan adanya sinar matahari, sehingga para
petani cenderung untuk mengaplikasikan pestisida ini beberapa kali dibandingkan
dengan pestisida konvensional. Beberapa pestisida alami ini bertahan beberapa jam,
dibandingkan pestisida konvensional yang bisa bertahan beberapa hari sampai satu
bulan, kerugian yang lain diperlukan konsentrasi yang jauh lebih tinggi untuk dapat
berfungsi secara efektif. Para peneliti sekarang bekerja untuk meneliti agar pestisida
alami ini dapat bertahan lebih lama dan lebih bersifat potensial.
8/10/2019 Kartu Identitas Kontaminan Pestisida
36/36
36
KA Minhatun Nafisah : Pada uji kualitatif, bagaimana rekasi yang terjadi?
Jawaban : Tidak ditemukan reaksi yang berlangsung pada uji kualitatif
mengingat struktur dari pestisida itu sangat kompleks.