6
Hapti, Juni 1996, hlm. 01 46 ISSN 08.54-8587 ULAS BALIK Vol. 3, No. I Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi (Osmotic Adjustment in Higher Planfs) B. PAUL NAIOLA Plcslitbang Biologi LZPI, Jalan Ir. H. Juandrr 18, Bogor 16002 Diterima 29 April 1996/Disetujui 21 Juni 1996 Lack of oae of the common resources such as water or excessive concentration of a specific ion such as sodium will cause plants suffer from drought and salinity stresses. Those plants usually develop such a mechanism to servive under those stresses. Osmotic adjustment (which is genetically controlled), is considered as an effort of some particular plants to adapt to those physiotogicallenvironmental conditions. Eventhough numbers of international references providing abundant informations, however, so far no records in this topic are available in Indonesian, shows how important such a review for this country which possess high biodiversity of plant. Hence, this paper concerns with theoretical concepts and the mechanism of osmotic adjustment in higher plants, are discussed under the light of the richness of plant genetic diversity (both cultivated and wild species) in Indonesia. PENDAHULUAN Pada dasamya peralibsa habitat tumbuhan dari llnghrogan akuatikke~~~terbsdapkomposisi berkas~Iaite&&tidmik#jaringsn ~yaogbapenrnQlam~~(bMIApada hunbuhau akuatik mash basifUt sedabenr (Sutcliffe, 1979) lcMenessranatersebathampirtidakdiperlnkan. Sesmg@mya jmses~dalamtnrnsporairkedalamtubuhtumbuh- an ialah tedmwmya sejumlab haa d a l begi kebutuh hrmbahaa Adanya gradien potarsi air pad8 berbegai sistem dalam tubuh hanb9han, menyebabkan terjdbp aliran cairan (SOP flon) yang mem- berlfwPwya transpor ke delam dan selmuh iarbz~n tumbuhan. Sebaliknya, be&& p&an@hm psda tumbuhan darat sepeiti kelompok mesofit telah berkembang lebih kompleks sebagai hasii antisipasi temadap prases transpor air dan hara yang Iebih kompleks pula. Sebagar kon- dari pergeseran habitat ini, tumbuhan harw baajar bedaptasi terhadap lingkungannya yang "baru" yaitu darat, dengan air sebagai faktor limit. Di pihak fain, air berperan dalam proses - proses kunci pada tumbuhan. Proses metabolisme sel dan semua reaksi biokimia dalam tumbuhan berlangsung dalam media air. Sebagai pe- larut, air berperan dalam abswbsi dan traraJpor solut baik ba- han dasar maupun produk lanjut dan akhir dalam meta- bolisme el. Namun, peran air yang paling penting ialah da- lam fotosintesis, suatu proses yang men+mri semua kehi- dupen di bumi ini. Dalam proses ini sir gebagai senbal, yaitu berlartgsungnya evolusi oksigen dari air. Berlangsungnya transpor elektron dimuiai dari air mengalami oksidasi &lam fotosistem II. Sebagai hssilnya ialah oksigen dan proton. Pada saat proton yang beresal dari air d i m melewati dinding-dalam membnm tilakoid, akan dhilkan potensi elektrokimia yang akan dipakai dalam sintesis ATP, daa selanjutnya dig& dalam proses konvemi CO, wadi W a l sel (Golbeck et al.. 19n, Junge, 19q Cox dan Olsen, 1982). Kekeringan beqmpd dalam semua fase pertumbnhan tumbuhan- Patumbnhan sd maopekan proses yaQg paliog sensitif terhadap odranmn air yang ringan seLali pun. Bila ~anairterusbalr~,elrrnbapengaruhlanjutta- hatlap sintesis Umg sd, pembenLan pdein, pd* klorofil, membukalmenutuprya stomata, asimilasi CO, (Hsiao et al., 1976). Tulisan ini membahas secara smgkat tentang regulasi os - mosis dan keterkaitannya dengan cekasnan (terutama ke- keringan dan dinitas) pada tumbuhan. Bahasan dibatasi pada tumbuhan tinggi yang meliputi pengertian dasar, mekanisme interaksi antara komponen potensi air, peranan faktor lain seperti sintesis atau retranspor komponen-komponen kimia organik maupun anorganik sebagai daya penggerak (driving force) berlangsungnya fenomena alam, dan signifhsi fisio- ekologinya. Pada konteks Indonesia, pembahasan dikonsen- trasikan pada kekayaan biodiversitas lmii tumbuhan liar mau- pun tumbuhan budi daya yang mampu melakukan regulasi os- mosis. Materi biodiversitas ini merupakan paket genetika yang sangat pen- bagi perakitan tunman-turunan yang tahan cekaman melalui kemampuan mengembangkan proses regulrrsi osmosis. Sejumlah hasil simposium dan seminar tentang topik ini telah didokumentavikan dengan baik, seperti dalam Turner dan Kramer, 1980; Faleg dan Aspinal, 1981; Lange et al., 1983, dan beberapa nomor Annual Review of Plant Physiology and Molecular Biology. Namun, kepustakaan ini pada umumnya masih relatif sulit diperoleh di Indonesia. Bahkan (sepanjang pengetahuan penulis) belum ada satupun tulisan yang membahas khusus tentang konsep regulasi osmosis pada 1

Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi

H a p t i , Juni 1996, hlm. 01 4 6 ISSN 08.54-8587

ULAS BALIK

Vol. 3, No. I

Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi

(Osmotic Adjustment in Higher Planfs)

B. PAUL NAIOLA

Plcslitbang Biologi LZPI, Jalan Ir. H. Juandrr 18, Bogor 16002

Diterima 29 April 1996/Disetujui 21 Juni 1996

Lack of oae of the common resources such as water or excessive concentration of a specific ion such as sodium will cause plants suffer from drought and salinity stresses. Those plants usually develop such a mechanism to servive under those stresses. Osmotic adjustment (which is genetically controlled), is considered as an effort of some particular plants to adapt to those physiotogicallenvironmental conditions. Eventhough numbers of international references providing abundant informations, however, so far no records in this topic are available in Indonesian, shows how important such a review for this country which possess high biodiversity of plant. Hence, this paper concerns with theoretical concepts and the mechanism of osmotic adjustment in higher plants, are discussed under the light of the richness of plant genetic diversity (both cultivated and wild species) in Indonesia.

PENDAHULUAN

Pada dasamya peralibsa habitat tumbuhan dari llnghrogan a k u a t i k k e ~ ~ ~ t e r b s d a p k o m p o s i s i b e r k a s ~ I a i t e & & t i d m i k # j a r i n g s n ~ y a o g b a p e n r n Q l a m ~ ~ ( b M I A p a d a hunbuhau akuatik mash basifUt sedabenr (Sutcliffe, 1979) lcMenessranatersebathampirtidakdiperlnkan. Sesmg@mya jmses~dalamtnrnsporairkedalamtubuhtumbuh- an ialah tedmwmya sejumlab haa d a l begi kebutuh hrmbahaa Adanya gradien potarsi air pad8 berbegai sistem dalam tubuh hanb9han, menyebabkan t e r j d b p aliran cairan (SOP flon) yang mem- berlfwPwya transpor ke delam dan selmuh i a rbz~n tumbuhan.

Sebaliknya, be&& p&an@hm psda tumbuhan darat sepeiti kelompok mesofit telah berkembang lebih kompleks sebagai hasii antisipasi temadap prases transpor air dan hara yang Iebih kompleks pula.

Sebagar kon- dari pergeseran habitat ini, tumbuhan harw baajar bedaptasi terhadap lingkungannya yang "baru" yaitu darat, dengan air sebagai faktor limit.

Di pihak fain, air berperan dalam proses-proses kunci pada tumbuhan. Proses metabolisme sel dan semua reaksi biokimia dalam tumbuhan berlangsung dalam media air. Sebagai pe- larut, air berperan dalam abswbsi dan traraJpor solut baik ba- han dasar maupun produk lanjut dan akhir dalam meta- bolisme e l . Namun, peran air yang paling penting ialah da- lam fotosintesis, suatu proses yang men+mri semua kehi- dupen di bumi ini. Dalam proses ini sir gebagai senbal, yaitu berlartgsungnya evolusi oksigen dari air. Berlangsungnya transpor elektron dimuiai dari air mengalami oksidasi &lam fotosistem II. Sebagai hssilnya ialah oksigen dan proton. Pada saat proton yang beresal dari air d i m melewati dinding-dalam membnm tilakoid, akan dh i lkan potensi

elektrokimia yang akan dipakai dalam sintesis ATP, daa selanjutnya dig& dalam proses konvemi CO, w a d i W a l sel (Golbeck et al.. 19n, Junge, 1 9 q Cox dan Olsen, 1982).

Kekeringan b e q m p d dalam semua fase pertumbnhan tumbuhan- Patumbnhan sd maopekan proses yaQg paliog sensitif terhadap odranmn air yang ringan seLali pun. Bila ~anai r terusba l r~ ,e l r rnbapengaruhlan jut ta - hatlap sintesis U m g sd, pembenLan pdein, pd* klorofil, membukalmenutuprya stomata, asimilasi CO, (Hsiao et al., 1976).

Tulisan ini membahas secara smgkat tentang regulasi os- mosis dan keterkaitannya dengan cekasnan (terutama ke- keringan dan dinitas) pada tumbuhan. Bahasan dibatasi pada tumbuhan tinggi yang meliputi pengertian dasar, mekanisme interaksi antara komponen potensi air, peranan faktor lain seperti sintesis atau retranspor komponen-komponen kimia organik maupun anorganik sebagai daya penggerak (driving force) berlangsungnya fenomena alam, dan s ignifhsi fisio- ekologinya. Pada konteks Indonesia, pembahasan dikonsen- trasikan pada kekayaan biodiversitas lmii tumbuhan liar mau- pun tumbuhan budi daya yang mampu melakukan regulasi os- mosis. Materi biodiversitas ini merupakan paket genetika yang sangat pen- bagi perakitan tunman-turunan yang tahan cekaman melalui kemampuan mengembangkan proses regulrrsi osmosis.

Sejumlah hasil simposium dan seminar tentang topik ini telah didokumentavikan dengan baik, seperti dalam Turner dan Kramer, 1980; Faleg dan Aspinal, 1981; Lange et al., 1983, dan beberapa nomor Annual Review of Plant Physiology and Molecular Biology. Namun, kepustakaan ini pada umumnya masih relatif sulit diperoleh di Indonesia. Bahkan (sepanjang pengetahuan penulis) belum ada satupun tulisan yang membahas khusus tentang konsep regulasi osmosis pada

1

Page 2: Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi
Page 3: Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi
Page 4: Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi
Page 5: Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi
Page 6: Regulasi Osmosis pada Tumbuhan Tinggi