Referat Informed Consent Bayu

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    1/22

    1

    REFERAT September, 2014

    INFORMED CONSENT

    OLEH :

    NAMA : Bacharuddin Jusuf A.

    STAMBUK : N 111 12 005

    PEMBIMBING : dr. Annisa A. Muthaher, SH, M.Kes, Sp.F

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2014

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    2/22

    2

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    3/22

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kedokteran

    yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kedokteran yang dahulu dianggap profesi

    mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur

    hukum. Gejala ini tampak menjalar ke mana-mana, baik di dunia Barat yang

    memeloporinya maupun Indonesia. Hal ini terjadi karena kebutuhan yang mendesak

    akan adanya perlindungan untuk pasien maupun dokternya. Salah satu tujuan dari

    hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik kesehatan atau apapun namanya,adalah untuk melindungi kepentingan pasien di samping mengembangkan kualitas

    profesi dokter atau tenaga kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan

    kepentingan tenaga kesehatan, merupakan salah satu penunjang keberhasilan

    pembangunan sistem kesehatan. Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap

    kepentingan-kepentingan itu harus diutamakan.

    Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus ( lex

    spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak asasi

    manusia memperoleh kesehatan ( the Right to health care) . Masing-masing pihak,

    yaitu yang memberi pelayanan ( medical providers ) dan yang menerima pelayanan

    (medical receivers ) mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati.

    Seiring dengan pergeseran pola hubungan hukum antara dokter dan pasien

    dari hubungan paternalistik menjadi hubungan horizontal kontraktual, maka

    kedudukan pasien menjadi sederajat dengan dokter, bukan hanya sebagai obyek

    penyembuhan tetapi berperan sebagai subyek. Perubahan hubungan inilah yang

    menjadikan setiap upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter terhadap

    pasiennya memerlukan persetujuan dari si pasien itu sendiri. Persetujuan ini

    didasarkan mengenai informasi tentang penyakit, alternatif serta upaya penyembuhan

    dan akibat yang mungkin terjadi dari upaya penyembuhan tersebut.

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    4/22

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian I nf ormed Consent

    Secara harfiah Informed Consent merupakan padanan kata dari : Informed

    artinya telah diberikan penjelasan atau informasi, dan Consent artinya

    persetetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu. Informed

    Consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent yang berarti persetujuan

    atau memberi izin. Jadi informed consent mengandung pengertian suatu

    persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian

    informed consent dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh

    pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang

    akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

    Menurut D. Veronika Komalawati, SH , informed consent dirumuskan

    sebagai suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis yang akan

    dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter

    mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai

    informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

    Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang

    berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau

    persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang yang

    berhak tersebut diberi informasi secukupnya.

    Persetujuan tindakan adalah kesepakatan yang dibuat seorang klien untuk

    menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi yang lengkap,

    termasuk risiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi tersebut, telah

    diberikan oleh dokter. Oleh karena itu, persetujuan tindakan adalah pertukaran

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    5/22

    5

    antara klien dan dokter. Biasanya, klien menandatangani formulir yang

    disediakan oleh institusi. Formulir itu adalah suatu catatan mengenai persetujuan

    tindakan, bukan persetujuan tindakan itu sendiri.

    Mendapatkan persetujuan tindakan untuk terapi medis dan bedah spesifik

    adalah tanggung jawab dokter. Meskipun tanggung jawab ini didelegasikan

    kepada perawat di beberapa institusi dn tidak terdapat hukum yang melarang

    perawat untuk menjadi bagian dalam proses pemberian informasi tersebut,

    praktik tersebut sangat tidak dianjurkan.

    2.2 Tujuan I nf ormed Consent

    Di Indonesia informed Consent tentu memiliki maksud tujuan diatur

    terlihat dari arti pentinganya perlindungan terhadap hak-hak azasi pasien untuk

    menentukan nasib sendiri (hak informasi tentang penyakitnya, hak untuk

    menerima/menolak rencana perawatan). Juga merupakan suatu tindakan konkrit

    atas penghormatan kalangan kesehatan terhadap hak perorangan. mengingat

    perlu dan pentinya pembatasan Otorisasi Tenaga kesehatan terhadap pasien juga

    merupakan hal yang bisa dilepaskan.Dalam hubungan antara pelaksana (dokter) dengan pengguna jasa tindakan

    medis (pasien), maka pelaksanaan informed consent, bertujuan : Melindungi

    pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala tindakan medis

    yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, maupun tindakan pelaksana jasa

    tindakan medis yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang bertentangan

    dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, serta penyalahgunaan alat

    canggih yang memerlukan biaya tinggi atau over utilization yang sebenarnya

    tidak perlu dan tidak ada alasan medisnya.

    Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari

    tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang

    tak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    6/22

    6

    mungkin dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti serta

    sesuai dengan standar profesi medik. Sepanjang hal itu terjadi dalam batas-batas

    tertentu, maka tidak dapat dipersalahkan, kecuali jika melakukan kesalahan besar

    karena kelalaian (negligence) atau karena ketidaktahuan (ignorancy) yang

    sebenarnya tidak akan dilakukan demikian oleh teman sejawat lainnya.

    Perlunya dimintakan informed consent dari pasien karena informed consent

    mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

    1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia

    2. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri

    3. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien4. Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter

    5. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional

    6. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan

    7. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan

    kesehatan.

    Pada prinsipnya informed consent diberikan di setiap pengobatan oleh dokter.

    Akan tetapi, urgensi dari penerapan prinsip informed consent sangat terasa dalam

    kasus-kasus sebagai berikut :

    1. Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan pembedahan/operasi

    2. Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan pengobatan yang memakai

    teknologi baru yang sepenuhnya belum dpahami efek sampingnya.

    3. Dalam kasus-kasus yang memakai terapi atau obat yang kemungkinan

    banyak efek samping, seperti terapi dengan sinar laser, dll.

    4. Dalam kasus-kasus penolakan pengobatan oleh klien.

    5. Dalam kasus-kasus di mana di samping mengobati, dokter juga melakukan

    riset dan eksperimen dengan berobjekan pasien.

    Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup

    untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed

    consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    7/22

    7

    menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah

    menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil

    keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan

    dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

    Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan

    etik yang kuat. Menurut American College of Physicians Ethics Manual, pasien

    harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil

    keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya

    informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai

    kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawabanatas pertanyaan pasien.

    2.3 Pedoman Internasional Penyusunan Informed Consent

    Kalangan profesional medis selama berabad - abad telah membahas keprihatinan

    tentang masalah perlakuan terhadap subyek manusia. Hanya saja belakangan ini,

    konsep-konsep etika telah diperdebatkan dengan ketat dan perlindungan hukum

    bagi subyek manusia telah dibuat. Beberapa pedoman saat ini dianggap sebagai

    yang paling berpengaruh, secara internasional. Pedoman informed consent

    tersebut memiliki komponen yang konstan dalam setiap skema. Selain itu,

    pedoman tersebut mengungkapkan beberapa komponen yang diterima secara

    universal. Beberapa pedoman atau Guidelines mengenai penyusunan informed

    consent yang digunakan secara internasional, yaitu :

    a) World Medical Association, Helsinki Guidelines, 2003

    b)

    National Bioethics Advisory Committee, 2000 c) Nuffield Council on Bioethics, 2002

    d) Council for International Organizations of Medical Sciences, 2003, dan

    e) European Union Guidelines, 2003

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    8/22

    8

    Gambar 1. Tabel perbandingan dari beberapa pedoman internasional terhadapInformed consent. (Zulfiqar A.B. Beyond Informed Consent. Bulletin OfThe World Health Organization. 2004; 82 : 771-777)

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    9/22

    9

    2.4 Unsur Informed Consent

    Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3

    (tiga) unsur sebagai berikut :

    1. Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter.

    2. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan.

    3. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.

    2.5 Komponen-komponen I nf ormed Consent

    1) Threshold elements

    Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena

    sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang

    kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk

    membuat keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan

    sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki

    kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh diantaranya terdapat

    berbagai tingkat kompetensi membuat keputusan tertentu.Secara hukum

    seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa

    diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah.

    Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila

    mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan

    membuat keputusan menjadi terganggu.

    2) Information elements

    Terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan understanding

    (pemahaman). Elemen ini berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa

    konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi ( disclosure )

    sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    10/22

    10

    Dalam hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien,

    dapat dilihat dari 3 standar, yaitu :

    Standar Praktik Profesi

    Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria keadekuatan

    informasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas

    tenga medis. Dalam standar ini ada kemungkinan bakebiasaan tersebut di

    atas tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang

    tidak bermakna (menurut medis) tidak diinformasikan, padahal

    mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.

    Standar SubjektifBahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh

    pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai

    untuk pasien tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah

    mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi profesional medis

    memahami nilai-nilai yang secara individual dianut oleh pasien.

    Standar pada reasonable person

    Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya,

    yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi

    kebutuhan umumnya orang awam.

    3) Consent elements

    Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,

    kebebasan) dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan

    tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas

    dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah -olah akan

    dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya .

    2.6 Bentuk-Bentuk Informed Consent

    Ada dua bentuk persetujuan tindak medik yang sesuai dengan peraturan berlaku

    antara lain:

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    11/22

    11

    1. Tersirat (Implied Consent) dimana persetujuan tindakan medik dianggap telah

    diberikan kepada pihak pasien Persetujuan Tersirat ( Implied Consent ) Tanpa

    pernyataan yang tegas, hanya dengan isyarat yang diterima tenaga kesehatan

    berdasarkan sikap dan tindakan pasien. Dalam kondisi normal : umumnya

    merupakan tindakan yang sudah diketahui umum/biasa. Dalam kondisi darurat

    : pasien tak mungkin diajak komunikasi, keluarga tak ditempat ( Permenkes

    585/1989, Pasal 11) merupakan Presumed consent.

    2. Dinyatakan (Expressed Consent) merupakan persetujuan dinyatakan dengan

    lisan atau tulisan. Pada tindakan yang melebihi prosedur yang umum /biasa

    dilakukan ; pemeriksaan genital / rectal atau lisan. Tindakan invasif/ berisiko; pembedahan untuk terapi/diagnosis dengan tertulis.

    Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis

    (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan

    tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

    1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang

    mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88

    butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup

    besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak

    pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis

    serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent);

    2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat

    non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak

    pasien;

    3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien

    yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    12/22

    12

    lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap

    dirinya.

    2.7 Ruang Lingkup I nf ormed Consent

    A. Hak Pasien

    Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan tergantung pada

    pengetahuan medis pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga

    diberitahu mengenai tanggung jawab orang lain yang berperan serta dalam

    pengobatan pasien.

    Di Florida dinyatakan bahwa setiap orang dewasa yang kompeten

    memiliki hak dasar menentukan tindakan medis atas dirinya termasuk

    pelaksanaan dan penghentian pengobatan yang bersifat memperpanjang

    nyawa. Beberapa pengadilan membolehkan dokter untuk tidak

    memberitahukan diagnosis pada beberapa keadaan. Dalam

    mempertimbangkan perlu tidaknya mengungkapkan diagnosis penyakit yang

    berat, faktor emosional pasien harus dipertimbangkan terutama

    kemungkinan bahwa pengungkapan tersebut dapat mengancamkemungkinan pulihnya pasien.

    Pasien memiliki hak atas informasi tentang kecurigaan dokter akan

    adanya penyakit tertentu walaupun hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

    inkonklusif. Hak-hak pasien dalam pemberian inform consent adalah:

    1. Hak atas informasi

    Informasi yang diberikan meliputi diagnosis penyakit yang diderita,

    tindakan medik apa yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit

    sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya,

    alternatif terapi lainnya, prognosanya, perkiraan biaya pengobatan.

    2. Hak atas persetujuan ( Consent )

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    13/22

    13

    Consent merupakan suatu tindakan atau aksi beralasan yg diberikan tanpa

    paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang

    keputusan yang ia berikan ,dimana orang tersebut secara hukum mampu

    memberikan consent . Kriteria consent yang syah yaitu tertulis,

    ditandatangani oleh klien atau orang yang betanggung jawab, hanya ada

    salah satu prosedur yang tepat dilakukan, memenuhi beberapa elemen

    penting, penjelasan tentang kondisi, prosedur dan konsekuensinya. Hak

    persetujuan atas dasar informasi ( Informed Consent ).

    B. Hal

    hal yang dapat di informasikan

    1. Hasil Pemeriksaan

    Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah

    dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila

    infomasi sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan

    pasien.

    2. Risiko

    Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertaiupaya antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut.

    Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat

    pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan

    berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada

    pasien. Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan pengobatannya

    berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia harus

    memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada

    kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat

    dokter lain yang dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada

    pasien.

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    14/22

    14

    3. Alternatif

    Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis

    dan terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan

    bahaya yang ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh

    adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat,

    iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan

    prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin

    timbul.

    4. Rujukan atau konsultasi

    Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwakemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan

    terapi pada pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter

    harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena

    keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang

    dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

    5. Prognosis

    Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele,

    ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk

    tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien

    juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi

    dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan

    yang dapat diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa

    bukan merupakan bagian dari informed consent .

    2.8 Aspek Hukum Informed Consent

    Dalam hubungan hukum, pelaksana dan pengguna jasa tindakan medis

    (dokter, dan pasien) bertindak sebagai subyek hukum yakni orang yang

    mempunyai hak dan kewajiban, sedangkan jasa tindakan medis sebagai obyek

    hukum yakni sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang sebagai subyek

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    15/22

    15

    hukum, dan akan terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan yang akibatnya diatur

    oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja maupun oleh dua pihak.

    Dalam masalah informed consent dokter sebagai pelaksana jasa tindakan

    medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) bagi

    dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan hukun

    perdata, hukum pidana maupun hukum administrasi, sepanjang hal itu dapat

    diterapkan. Selain itu diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004,

    tentang praktik kedokteran, yaitu dalam bab VII mengenai penyelenggaraan

    praktik kedokteran, pasal 45.

    Pada pelaksanaan tindakan medis, masalah etik dan hukum perdata, tolakukur yang digunakan adalah kesalahan kecil (culpa levis), sehingga jika terjadi

    kesalahan kecil dalam tindakan medis yang merugikan pasien, maka sudah dapat

    dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum. Hal ini disebabkan pada

    hukum perdata secara umum berlaku pada barang siapa merugikan orang lain

    harus memberikan ganti rug i. Sedangkan pada masalah hukum pidana, tolak

    ukur yang dipergunakan adalah kesalahan berat (culpa lata). Oleh karena itu,

    adanya kesalahan kecil (ringan) pada pelaksanaan tindakan medis belum dapat

    dipakai sebagai tolak ukur untuk menjatuhkan sanksi pidana.

    Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh

    pelaksana jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan dari pihak

    pengguna jasa tindakan medis (pasien), sedangkan pasien dalam keadaan sadar

    penuh dan mampu memberikan persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana

    tindakan medis dapat dipersalahkan dan digugat telah melakukan suatu perbuatan

    melawan hukum (onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-

    undang Hukum Perdata (KUHPer). Hal ini karena pasien mempunyai hak atas

    tubuhnya, sehingga dokter dan harus menghormatinya.

    Aspek Hukum Pidana, informed consent mutlak harus dipenuhi dengan

    adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang

    penganiayaan. Suatu tindakan invasif (misalnya pembedahan, tindakan radiologi

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    16/22

    16

    invasif) yang dilakukan pelaksana jasa tindakan medis tanpa adanya izin dari

    pihak pasien, maka pelaksana jasa tindakan medis dapat dituntut telah melakukan

    tindak pidana penganiayaan yaitu telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal

    351 KUHP.

    Sebagai salah satu pelaksana jasa tindakan medis dokter harus menyadari

    bahwa informed consent benar -benar dapat menjamin terlaksananya hubungan

    hukum antara pihak pasien dengan dokter, atas dasar saling memenuhi hak dan

    kewajiban masing-masing pihak yang seimbang dan dapat

    dipertanggungjawabkan. Masih banyak seluk beluk dari informed consent ini

    sifatnya relatif, misalnya tidak mudah untuk menentukan apakah suatu inforamsisudah atau belum cukup diberikan oleh dokter. Hal tersebut sulit untuk

    ditetapkan secara pasti dan dasar teoritis-yuridisnya juga belum mantap, sehingga

    diperlukan pengkajian yang lebih mendalam lagi terhadap masalah hukum yang

    berkenaan dengan informed consent ini.

    Adanya kewajiban dari pihak pemberi informasi dalam menyampaikan

    sebuah persetujuan tindak medik yang akan dilakukan atau setelah dilakukan.

    Tentunya tenaga kesehatan harus menyampaikan informasi atau penjelasan

    kepada pasien/ keluarga diminta atau tidak diminta. Informasi tersebut: harus

    dengan jelas yang berkaitan dengan penyakit pasien ; prosedur diagnostik,

    tindakan / terapi, alternatif terapi dan pembiayaan serta resiko yang mungkin

    timbul dari proses tersebut dan harus dijelaskan selengkap-lengkapnya, kecuali

    dipandang merugikan pasien atau pasien menolak untuk diberikan informasi.

    Informasi itu juga sewajarnya diberikan oleh tenaga kesehatan yang melakukan

    tindakan atau tenaga kesehatan lain yang diberi wewenang, dan bila dipandang

    perlu informasi bisa diberikan pada pihak keluarga pasien

    Persetujuan dari pasien dari merupakan hal yang harus sangat diperhatikan,

    pasien tepat tidak dibawah tekanan hubungan tenaga pasien. Sebelum dan

    sesudahnya telah mendapatkan informasi lengkap, dan pihak yang membuat

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    17/22

    17

    persetujuan adalah mereka pasien dewasa (lebih dari 21 tahun atau sudah

    menikah) atau dapat diwakilkan pihak Keluarga / Wali / induk semang.

    Syarat sahnya persetujuan tindakan medik yang dilakukan oleh tenaga

    medis terhadap pasien, sejatinya pasien diberikan secara bebas, diberikan oleh

    orang yang sanggup membuat perjanjian.Telah mendapatkan penjelasan dan

    memahaminya, Mengenai susuatu hal yang khas dari persetujuan ini, tindakan

    dilakukan pada situasi yang sama.

    Tetapi penolakan (informed refusal) bisa juga dilakukan oleh pasien,

    karena merupakan hak pasien/ keluarga pasien dan tiada satupun tenaga

    kesehatan yang bisa memaksa sekalipun berbahaya bagi pasien maka sebaiknya pihak rumah sakit/ dokter meminta pasien/ kel menandatangani surat penolakan

    terhadap anjuran tindakan medik tersebut di lembaran khusus.

    2.9 Sanksi Hukum terhadap Informed Consent

    1. Sanksi pidana

    Apabila seorang tenaga kesehatan menorehkan benda tajam tanpa persetujuan

    pasien dipersamakan dengan adanya penganiayaan yang dapat dijerat Pasal

    351 KUHP.

    2. Sanksi perdata

    Tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang mengakibatkan kerugian dapat

    digugat dengan 1365, 1367, 1370, 1371 KUHPer.

    3. Sanksi administratif

    Pasal 13 Pertindik mengatur bahwa :

    Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien

    atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin

    praktik.

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    18/22

    18

    2.10 Contoh Informed Consent Pada Beberapa Rumah Sakit di Kota Palu

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    19/22

    19

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    20/22

    20

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    21/22

    21

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Di Indonesia perkembangan informed consent secara yuridis formal, ditandai

    dengan munculnya pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang informed

    consent melalui SK PB -IDI No. 319/PB/A.4/88 pada tahun 1988. Kemudian

    dipertegas lagi dengan PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan

    Tindakan Medik atau Informed Consent. Serta dipertegas oleh Undang -Undang

    Nomor 29 Tahun 2004.

    2. Informed Consent yang diperoleh dengan tata cara yang tidak benar tidak dapat

    di anggap sebagai penemu hak otonomi pasien, sehingga tindakan tersebut

    merupakan tindakan melanggar hukum namun demikian pelaksanaan informed

    Consennt di indonesia hanya dilakukan dengan mengindahkan nilai-nilai dalam

    budaya setempat yang sangat bervariasi.

  • 8/10/2019 Referat Informed Consent Bayu

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Idries A.B. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara.

    Jakarta. 1997

    2. Wardhani R. K. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed

    Consent ) di RSUP dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang.

    2009

    3. Budiayanto Arif.,Widiatama W., Sudiono S.,dkk. Ilmu kedokteran Forensik.

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 19974. Anonim. Persetujuan dan Penolakan terhadap Tindakan Medis. 2012

    http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htm . Diakses pada

    tanggal 03 September 2014, pukul 17.35 Wita.

    5. Health and Human Rights Journals. Informed Consent : Enforcing

    Pharmaceutical Companies Obligations Abroad. Di unduh dari

    http://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-

    pharmaceutical-companies-obligations-abroad/ . Pada tanggal 09 September2014. Pukul 14.30 Wita.

    6. Anonim. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 : Tentang Kesehatan &

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 : Tentang Praktik Kedokteran. Visi

    Media. Jakarta. 2007.

    7. Flight M. Law, Liability, and Ethics : For Medical Office Professional. 5th

    Edition. Nelson Education. Canada. 2010.

    8.

    World Health Organization. Informed Consent Form Templates. Di unduhdari : http://www.who.int/rpc/research_ethics/informed_consent/en/ . Pada

    tanggal 09 September 2014. Pukul 14.30 Wita.

    9. Zulfiqar A.B. Beyond Informed Consent. Bulletin Of The World Health

    Organization. 2004; 82 : 771-777

    http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htmhttp://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htmhttp://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-pharmaceutical-companies-obligations-abroad/http://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-pharmaceutical-companies-obligations-abroad/http://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-pharmaceutical-companies-obligations-abroad/http://www.who.int/rpc/research_ethics/informed_consent/en/http://www.who.int/rpc/research_ethics/informed_consent/en/http://www.who.int/rpc/research_ethics/informed_consent/en/http://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-pharmaceutical-companies-obligations-abroad/http://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-pharmaceutical-companies-obligations-abroad/http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htm