Upload
tikecikis
View
112
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
PRE EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN
A. Pengertian
1. Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan
Menurut Report on The National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (2000), hipertensi dalam
kehamilan diklasifikasi sebagai berikut:(2)
a. Hipertensi Gestasional
Pada kehamilan dijumpai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tanpa disertai
proteinuria dan biasanya tekanan darah akan kembali normal sebelum 12
minggu pasca-persalinan.
b. Preeklampsia
Apabila dijumpai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick
≥ 1 +.
c. Eklampsia
Ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, dapat disertai koma.
d. Hipertensi Kronik
Dari sebelum hamil, atau sebelum kehamilan 20 minggu, ditemukan tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg dan tidak menghilang setelah 12 minggu
pascapersalinan.
e. Hipertensi Kronis dengan Super Imposed Preeklampsia
Pada wanita hamil dengan hipertensi kronis, muncul proteinuria ≥ 300 mg/24
jam setelah kehamilan 20 minggu, dapat disertai gejala dan tanda
preeklampsia lainnya.
2. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki
tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasopatik, yang
1
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
melibatkan banyak system dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi, dan
proteinuria. Diagnosis preeklampsia secara tradisional didasarkan adanya
hipertensi disertai proteinuria dan/ atau edema. Akan tetapi, temuan yang paling
penting ialah hipertensi, dimana 20% pasien eklamsia tidak mengalami
proteinuria yang berarti sebelum seranagn kejang pertama (Wilis, Blanco, 1990).
Preeklampsia merupakan suatu kelainan implantasi plasenta dan hal ini
tidak sepenuhnya dapat diterima. Suatu kondisi kesehatan yang dipertahankan
kemudian ditambah dengan memberatnya komplikasi preeklampsia, mungkin
dengan dilahirkannya janin dan plasenta menjadi satu-satunya terapi kuratif.
Yakni dapat mengurangi kerugian pada janin dari ibu yang mengalami
preeklampsia berat (Pangemanan, 2002).
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil yang
sebelumnya tidak mengalami hipertensi. Biasanya sindroma ini muncul pada
akhir trimester kedua sampai ketiga kehamilan.
Preeklampsia adalah suatu kondisi hipertensi pada kehamilan yang dapat
dideskripsikan sebagai trias gejala, yakni hipertensi (>140/90 mmHg), proteinuria
(>100 mg/dl dengan analisa urin atau >300 mg dalam urin per 24 jam) dan edema
yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu (Rizal,2008).
3. Eklampsia
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien desertai tanda
dan gejala preeklampsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului
gangguan neurologis. (1)
4. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan histolik dan diastolik
sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Jika tekanan darah ibu pada
trismester pertama diketahui, maka angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar
tekanan darah ibu. Dengan menggunakan informasi ini, definisi alternatif
2
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih
atau kenaikan tekanan diastolik sebesar 15 mmHg di atas nilai tekanan darah
dasar ibu. Definisi terakhir ini bermanfaat karena terdapat variasi tekanan darah
sesuai usia, suku bangsa, keaadan fisiologis, kebiasaan makan dan hereditas. The
Committee on Terminology of the American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) mendefenisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan
MAP sebesar 20 mmHg atau jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui,
MAP sebesar 105 mmHg merupakan data pasti diagnosis hipertensi. (1)
Peningkatan tekanan darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam dua
kali pemeriksaan dengan jarak empat sampai enam jam (Fairlie, Sibai, 1993).
Teknik pengukuran harus distandarkan. (1)
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang
menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai
hipertensi kronis. (2
Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa mengalami preeklampsia atau
eklampsia. Terjadinya preeklampsia atau eklampsia pada ibu hipertensi kronis
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. ACOG
merekomendasikan supaya diagnosis berdasarkan peningkatan tekanan darah
yang disertai proteinuria atau edema umum (Consensus Report, 1990). (2)
Hipertensi sementara ialah perkembanagn hipertensi selama masa hamil
atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia atau hipertensi kronis lain.
Kehadiran hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial di
kemudian hari. (2)
B. Etiologi
Sampai sekarang penyebab preeklampsia dan eklampsia masih tanda tanya, penyakit
ini masih disebut disease of theory (Chesley, 1978), beberapa faktor risiko pada
penyakit ini antara lain adalah:
3
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
a. Nullipara, terutama usia ≤ 20 tahun, dan kehamilan yang langsung terjadi
setelah perkawinan (Robillard P. Y., 1994).
b. Sejarah pernah menderita preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan
terdahulu.
c. Sejarah penderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.
d. Kehamilan ganda, diabetes mellitus, hydrops foetalis, mola hidatidosa, dan anti
phospolipid antibodies, infeksi saluran kemih.
e. Riwayat penderita hipertensi dan penyakit ginjal.
f. Multipara dengan umur lebih dari 35 tahun.
C. Patofisiologi
4
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik, peningkatan
curah jantung dan penurunan tekanan osmotic koloid. (1)
Pada preeklampsia, volume darah yang beredar menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi
organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme
siklik lebuh lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah
merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. (1)
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang
menyertai preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas
terhadap peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbangan antara protasiklin prostaglandin dan tromboksan A2 (Consensus
Report, 1990). (1)
Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostaglandin) untuk
mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan
(Schiff, dkk., 1989, Walsh, 1990). Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu
pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu
dan janin/neonatus masih terus berlangsung. Peneliti lain sedang mempelajari
pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan. (1)
Selain kerusakan endothelial (Gbr. 21-1), vasospasme arterial turut
menyebabkan peningkatan pearmebilitas kapiler. Keadaan ini menyebabkan
meningkatnya edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravascular,
mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru
(Dildy, dkk.,1991). (1)
Easterling dan Benedetti (1989) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu
keadaan hiperdinamik di mana temuan khas hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan
sejumlah besar darah yang berperfusi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai
suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan
hipertensi yang khas untuk preeklampsia. (1)
5
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Hubungan system imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa factor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia (Sibai,
1991a). keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respoms
imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan inseden preeklampsia-
eklampsia pada ibu baru (pertama kali terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari
pasangan yang baru (materi genetic yang berbeda) (1)
Predisposisi genetic dapat merupakan factor imunologi lain (Chesley, 1984).
Sibai (1991a) menemukan adanya frekuensi preeklampsia dan eklampsia pada anak
cucu wanita memiliki riwayateklampsia, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom
yang mengatur respons imun maternal. Factor paternal juga sedang diteliti (Klonoff-
Cohen, dkk., 1989). (1)
D. Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria
yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Gejala-gejala subjektif yang dirasakan
pada preeklampsia adalah sbagai berikut: (1)
1. Nyeri kepala: jarang ditemukan pada kasus ringan tetapi akan sering terjadi pada
kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan
oksipital serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri Epigastrium: merupakan keluhan yang sering ditemukan pada
preeklampsia berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar
akibat edema atau perdarahan.
3. Gangguan penglihatan: Keluhan penglihatan tertentu dapat disebabkan oleh
spasme arterial,iskemia, dan edema pada retina dan pada kasus-kasus yang langka
disebabkan oleh ablasio retina. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan tanda-
tanda subjektif(Cunningham,1995:767)
4. Sakit kepala yang berat.
5. Perubahan pada refleks.
6. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
7. Ada darah pada air kencing.
8. Pusing.
6
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
9. Mual dan muntah yang berlebihan.
E. Klasifikasi
Berdasarkan beratnya gejala yang timbul, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia
ringan dan preeklampsia ringan. Perbedaan manifestasi klinis yang ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat
Preeklampsia Ringan Preeklampsia Ringan
Efek Pada Ibu
Tekanan darah Peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 30mmHg
atau lebih, peningkatan
tekanan darah sistolik sebesar
≥ 15mmHg atau
hasil pemeriksaan sebesar
140/90mmHg dua kali
dengan jarak 6 jam.
Peningkatan menjadi
≥160/110 mmHg dua kali
pemeriksaan dengan jarak
6 jam pada ibu hamil
yang beristirahat di
tempat tidur.
MAP 140/90= 107 160/110=127
Peningkatan
berat
badan
Peningkatan berat badan
lebih dari 0,5 kg/minggu
selama trimester kedua dan
ketiga atau peningkatan
berat badan
yang tiba-tiba sebesar 2kg
setiap kali
Sama seperti
preeclampsia ringan.
Proteinuria
Dipstik Kualitatif
Analisi kuantitatif
24 jam
Proteinuria sebesar 300mg/L
dalam 24 jam
atau >1g/dL secara random
dengan memakai
contoh urine siang hari yang
Proteinuria 5 sampai
10g/dL dalam 24 jam atau
≥+ 2 protein dengan
dipstick
7
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
dikumpulkan pada dua
waktu dengan jarak 6 jam
karena kehilangan protein
bervariasi: dengan dipstick,
nilai bervariasi
dari sedikit sampai +1
Edema Edema dependen, bengkak
di mata,wajah,jari,bunyi
pulmoner tidak terdengar.
Edema umum, bengkak
semakin jelas di
mata,wajah,jari,bunyi
paru (rales) bisa
terdengar.
Refleks Hiperefleksi +3; tidak ada
klonus
di pergelangan kaki
Hiperefleksi +3 atau
lebih; klonus di
pergelangan kaki
Haluaran urine Keluaran sama dengan
masukan ≥30ml/jam
Oliguria: <30ml/jam atau
120ml/4jam
Nyeri kepala Sementara Berat
Gangguan
penglihatan
Tidak ada Kabur, fotofobia,bintik
buta pada funduskopi
Iritabilitas/afek Sementara Berat
Nyeri ulu hati Sementara Berat
Kreatinin serum Normal Meningkat
Trombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan AST Minimal Jelas
Hematokrit Meningkat Menigkat
Efek pada Janin
Perfusi plasenta Menurun Perfusi menurun
dinyatakan sebagai IUGR
pada ferus, DJ:deselerasi
lambat
8
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Prematur plasenta Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta
terlihat lebih kecil
daripada plasenta yang
normal untuk usia
kehamila, premature
aging terlihat jelas dengan
berbagai daerah yang
sinsitianya pecah, banyak
terdapat nekrosis
iskemik(infark putih), dan
deposisi fibrin intervilosa
(infark merah) bisa
terlihat.
Sumber: Bobak, Irene M, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC, 638
F. Komplikasi
Menurut Jaffe, dkk. (1995) pada preeklampsia ada dua tahap perubahan yang mendasari
patogenesanya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel tropoblast pada
dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga arteri
spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran darah dalam
ruangan intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia plasenta. (2)
Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis seperti
sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan akan
menyebabkan terjadinya oxidatif stress yaitu suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya
lebih dominan dibandingkan antioksidan (Robert J. M., 2004). (2)
Oxidatif stress pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar dapat
merangsang terjadinya kerusakan pada sel endothel pembuluh darah yang disebut disfungsi
endothel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh darah pada organ-
organ penderita preeklampsia. (2)
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak
sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan vasokonstriktor
9
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
seperti endothelium I, tromboxan, dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang
luas dan terjadilah hipertensi. (2)
Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga
terjadi agregasi trombosit dan pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi
disfungsi endothel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi
disfungsi dan kegagalan organ seperti: (2)
a. Pada ginjal: hiperuricemia, proteinuria, dan gagal ginjal.
b. Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi.
c. Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema paru dan oedema
menyeluruh.
d. Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan coagulopathi.
e. Pada hepar dapat terjadi pendarahan dan gangguan fungsi hati.
f. Pada susunan syaraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan, pelepasan
retina, dan pendarahan.
g. Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia janin, dan
solusio plasenta.
G. Penatalaksanaan
a. Deteksi dini :
1. Menyaring semua kehamilan primigravida (kehamilan pertama), ibu
menikah dan langsung hamil, dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi
terhadap pre-eklampsia dan eklampsia. (3)
2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak awal triwulan satu
kehamilan.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui terdapatnya protein dalam air seni,
fungsi organ hati, ginjal, dan jantung, fungsi hematologi / pembekuan darah.(3)
c. Penatalaksanaan pada Preeklampsia
c.1 Preeklampsia ringan
Tatalaksana pre eklampsia ringan dapat secara: (3)
1. Rawat jalan (ambulatoir)
Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir): (3)
10
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
1) Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya
2) Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus
3) Vitamin
4) Tidak perlu pengurangan konsumsi garam
5) Tidak perlu pemberian antihipertensi
6) Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu
2. Rawat inap (hospitalisasi)
Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi): (3)
1) Pre eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang
menetap selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih
dari 2 minggu, hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda
1 atau lebih pre eklampsia berat
2) Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan
berat badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia
seperti nyeri kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan
penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati
3) Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan
perkembangan janin di dalam rahim
4) Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur
kehamilan 37 minggu atau kurang, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3
hari lalu boleh dipulangkan.
c. 2 Preeklampsia berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia
berat selama perawatan, maka perawatan preeclampsia berat dibagi menjadi: (3)
1. Perawatan aktif
Dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya ancaman
terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-obatan, adanya
tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya "HELLP syndrome"
(Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet).
Segera akhiri kehamilan dan ditambah pemberian obat-obatan
2. Perawatan konservatif
11
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia serta keadaan janin baik. Kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pemberian obat-obatan.
Perawatan konservatif dilakukan Perawatan konservatif pada pasien pre
eklampsia berat yaitu :
a. Segera masuk rumah sakit
b. Tirah baring
c. Infus
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
e. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
f. Anti hipertensi, diuretikum diberikan sesuai dengan gejala yang dialami
g. Penderita dipulangkan apabila penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-
tanda preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Dasar
12
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau> 35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibus ebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
6) Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah
2) Kepala : sakit kepala, wajah edema
3) Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema padaretina
4) Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia,mual, dan muntah
5) Ekstermitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari kaki
6) Sistempersarafan : hiper refleksia, klonus pada kaki
7) Genitourinaria : oliguria, proteinuria
8) Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.
3. Data Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
2) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14gr%)
3) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
4) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
5) Urinalisis: ditemukan protein dalam urin
13
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
6) Pemeriksaan fungsi hati : Bilirubin meningkat (N= <1 mg/dl), LDH (laktat
dehidrogenase) meningkat, Aspartat aminotransferase (AST) >60 ul, Serum
glutamat pirufat trasaminase (SGOT) meningkat (N= 6,7-8,7 g/dl)
7) Tes kimia darah: asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
8) Pemeriksaan radiologi
Ultrasonografi: ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus.
Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
Kardiografi: diketahui denyut jantung bayi lemah
4. MasalahKeperawatan
1) Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan
tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah.
2) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemia/penurunan
aliran balik vena
3) Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta.
4) Resiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema/hipoksia
jaringan,kelang tonik klonik
5. Tujuan dan Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
a. Kelebihan
volume cairan
interstisial
yang
berhubungan
dengan
penurunan
Tupan:
Volume
cairan akan
kembali
seimbang
Tupen:
- Tekanan
Pantau dan catat
intake dan output
setiap hari.
Dengan memantau
intake dan output
diharapkan dapat
diketahui adanya
keseimbangan cairan
dan dapat diramalkan
keadaan dan
14
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
tekanan
osmotik,
perubahan
permeabilitas
pembuluh
darah, serta
retensi sodium
dan air.
osmotic &
permeabiltas
pembuluh
darah normal
- Retensi
sodium & air
(-)
Pemantauan tanda-
tanda vital, catat
waktu pengisisan
kapiler (capillary
refill time-CRT).
Memantau atau
menimbang berat
badan ibu.Observasi
keadaan edema.
Berikan diet rendah
garam sesuia hasil
kolaborasi dengan
ahli gizi
Kaji distensi vena
jugularis dan perifer.
Kolaborasi dengan
kerusakan
glomerulus.
Dengan memantau
tanda-tanda vital dan
pengisian kapiler
dapat dijadikan
pedoaman untuk
penggantian cairan
atau menilai respons
dari kardiovaskuler.
Keadaan edema
merupakan indikator
keadaan cairan dalam
tubuh
Diet rendah garam
akan mengurangi
terjadinya kelebihan
cairan
Retensi cairan yang
berlebihan bisa
dimanifestasikan
dengan pelebaran
vena jugularis dan
edema perifer
Diuretik dapat
15
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
dokter dalam
pemberian diuretik.
meningkatkan filtrasi
glomerulus dan
menghambat
penyerapan sodium
dan air dalam tubulus
ginjal.
Penurunan
curah
jantung yang
berhubungan
dengan
hipovolemi/pe
nurunan
aliaran balik
vena.
Tupan:
Curah jantung
normal
Tupen:
Aliranbalik
vena normal
Pemantauan nadi dan
tekanan darah.
Lakukan tirah baring
pada ibu dengan
posisi miring kiri.
Pemantauan
parameter
hemodinamik invasif
(kolaborasi).
Dengan memantau
nadi dan tekanan
darah dapat melihat
peningkatan volume
plasma, relaksasi
vaskular dengan
penurunan tahanan
perifer
Meningkatkan aliran
balik vena, curah
jantung, dan perfusi
ginjal.
Memberikan
gambaran akurat dari
perubahan vaskular
dan volume cairan.
Konstruksi vaskular
yang lama,
peningkatan dan
hemokonsentrasi,
serta perpindahan
cairan menurunkan
16
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Berikan obat
antihipertensi sesuai
kebutuhan
berdasarkan
kolaborasi dengan
dokter.
Pemantauan tekanan
darah dan obat
hipertensi.
curah jantung.
Obat antihipertensi
bekerja secara
langsung pada
arteriola untuk
meningkatkan
relaksasi otot polos
kardiovaskular dan
membantu
meningkatkan suplai
darah.
Mengetahui efek
samping yang terjadi
seperti takikardi, sakit
kepala, mual, muntah,
dan palpitasi.
Resiko cedera
pada
janin yang
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya
perfusi darah
ke plasenta.
Tupan:
Resiko cedera
dihindari
Tupen:
Perfusi darah
ke plasenta
lancar
Istirahatkan ibu. Dengan
mengistirahatkan ibu
diharapkan
metabolisme tubuh
menurun dan
peredaran darah
keplasenta menjadi
adekuat, sehingga
kebutuhan oksigen
untuk janin dapat
dipenuhi.
17
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Anjurkan ibu agar
tidur miring ke kiri.
Pantau tekanan darah
ibu.
Memantau bunyi
jantung janin.
Dengan tidur miring
ke kiri diharapkan
vena kava dibagian
kanan tidak tertekan
oleh uterus yang
membesar, sehingga
aliran darah ke
plasenta menjadi
lancar.
Dengan memantau
tekanan darah ibu
dapat diketahui
keadaan aliran darah
ke plasenta seperti
tekanan darah tinggi,
aliran darah ke
plasenta berkurang,
sehingga suplai
oksigen ke janin
berkurang.
Dengan memantau
bunyi jantung janin
dapat diketahui
keadaan jantung janin
lemah atau menurun
menandakan suplai
oksigen ke plasenta
berkurang, sehingga
18
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
Beri obat hipertensi
setelah kolaborasi
dengan dokter.
dapat direncanakan
tindakan selanjutnya.
Dengan obat anti
hipertensi akan
menurunkan tonus
arterei dan
menyebabkan
penurunan afterload
jantung dengan
vasodilatasi pembuluh
darah, maka aliran
darah ke plasenta
menjadi adekuat.
Resiko cedera
pada ibu yang
berhubungan
dengan
edema/hipoksia
jaringan,kelang
tonik klonik
Tupan:
Resiko cedera
dihindari
Tupen:
Edema/
hipoksiajaringa
n dapat diatasi,
kejang tonik
klonik tidak
terjadi
Pantau tekanan darah
ibu.
Beri penjelasan cara
mengkaji dan
mencatat tekanan
darah, aktivitas janin,
Dengan memantau
tekanan darah ibu
dapat diketahui
keadaan aliran darah
ke plasenta seperti
tekanan darah tinggi,
aliran darah ke
plasenta berkurang,
sehingga suplai
oksigen ke janin
berkurang.
Mengobservasi dan
melakukan
ketrampilan baru
meningkatkan
19
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
memeriksa protein
dalam air kemih,
edema, dan
menimbang berat
badan tiap hari
Diskusikan tanda dan
gejala bahaya dan
instruksikan klien
memberitahu dokter
segera bila ada
perubahan
kepercayaan diri dan
memberi kepastian.
Pengetahuan
memampukan klien
untuk menjadi mitra
kerja dalam
perawatan dirinya
sendiri; pengetahuan
menjadi dasar
pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, Irene M, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta:
EGC
20
LAPORAN PENDAHULUANPROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
KEPERAWATAN MATERNITAS
2. Roeshadi, R Haryono. (2006). Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka
Kematian Ibu pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Medan: Universitas
Sumatera Utara
3. Pangemanan, Wim T. (2002). KomplikasiAkutpadaPreeklampsia. Palembang:
BagianObstetridanginekologi RSMH FK UNSRI
4. Rahajuningsih, Dharma, dkk. (2005). Disfungsi Endotel pada
Preeklampsia.Jakarta: DepartemenObstetridanGinekologi FK UI
5. Subakiri, Sri Bekti, dkk. (2008).Kadar MDA dan HSP 70 pada Plasenta Penderita
Preeklampsia. Jakarta: Departemen Fisiologi FK UI
6. Maryam. (2009). Hubungan antara Preeklampsia denganPersalinan Prematur di
RSUD Sukoharjo. Solo: Universitas Muhamadiyah Surakarta
7. Rasfanty. (2009). Hipertensi pada Kehamilan Preeklampsia Eklampsia. Diambil
pada 23 Maret 2011 dari http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/06/hipertensi-
pada-kehamilan-pre.html
21