6
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Sekolah Di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan Arief Purnomo Julianto Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan ABSTRACT Background : A child to be independence have an opportunity, support and environtmental motivation and the environment, to reach autonomy for their self. Parenting as an important things to create the child independences. Methode : it was a descriptive correlation with approach of cross sectional, total sample in this research involved 59 student of class V in SDN Panjang wetan 01 Pekalongan in the year of 2007. Result : showed that 74,6% have democratic parenting method, 20,3% have parenting authority and 5,1% have permissive parenting method, 57,6% have good independence, 40,7% and 1,7% have less independence. This study indicates that parenting have relations with the degree of child independence. Key word : parenting, the degree of independence, school-age. PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah keperawatan anak. Keperawatan anak merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan cara memberikan pelayanan sesuai dengan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak dipengaruhi dari keluarga yaitu orang tua. Sebaiknya orang tua dapat menyediakan perawatan yang tepat bagi anak, dalam mengawal tahap–tahap perkembangan normal yang dialami oleh anak–anak untuk mencapai potensi fisik dan intelektual (Arikunto, 2006). Seorang anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan serta lingkungan disekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas dirinya sendiri. Peran orang tua sebagai pengasuh dan respon dari lingkungan, sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya. Oleh karena itu peran orang tua dan pola pengasuhan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan kemandirian anak (Baumrind, 1997). Setiap manusia perlu dikembangkan kemandirian sesuai kepastian dan tahapan perkembangannya, sebetulnya sejak dini secara alamiah anak mempunyai dorongan untuk mandiri. Mereka sering lebih bisa mengurus diri sendiri dari pada dilayani, Sayangnya orang tua sering menghambat keinginan dan dorongan anak untuk mandiri dan bertanggung jawab, karena pengungkapan kasih sayang yang tidak tepat (Hurlock, 1991). Beberapa anak–anak di Indonesia, anak yang berasal dari keluarga yang mampu dimana semua kebutuhannya dipenuhi oleh pengasuh. Semua keperluan anak mulai dari

perkembangan anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perkembangan anak

Citation preview

Page 1: perkembangan anak

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Sekolah Di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan

Arief Purnomo JuliantoDinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan

ABSTRACT

Background : A child to be independence have an opportunity, support and environtmental motivation and the environment, to reach autonomy for their self. Parenting as an important things to create the child independences.

Methode : it was a descriptive correlation with approach of cross sectional, total sample in this research involved 59 student of class V in SDN Panjang wetan 01 Pekalongan in the year of 2007.

Result : showed that 74,6% have democratic parenting method, 20,3% have parenting authority and 5,1% have permissive parenting method, 57,6% have good independence, 40,7% and 1,7% have less independence. This study indicates that parenting have relations with the degree of child independence.

Key word : parenting, the degree of independence, school-age.

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan adalah salah satu

bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang

mencakup beberapa sub bidang, salah satu

lingkup keperawatan adalah keperawatan

anak. Keperawatan anak merupakan bentuk

pelayanan yang tepat dengan cara

memberikan pelayanan sesuai dengan tumbuh

kembang anak. Tumbuh kembang anak

dipengaruhi dari keluarga yaitu orang tua.

Sebaiknya orang tua dapat menyediakan

perawatan yang tepat bagi anak, dalam

mengawal tahap–tahap perkembangan normal

yang dialami oleh anak–anak untuk mencapai

potensi fisik dan intelektual (Arikunto, 2006).

Seorang anak dapat mandiri akan

membutuhkan kesempatan, dukungan dan

dorongan serta lingkungan disekitarnya, agar

dapat mencapai otonomi atas dirinya sendiri.

Peran orang tua sebagai pengasuh dan respon

dari lingkungan, sangat diperlukan bagi anak

sebagai penguat untuk setiap perilaku yang

telah dilakukannya. Oleh karena itu peran

orang tua dan pola pengasuhan merupakan hal

yang sangat penting dalam pembentukan

kemandirian anak (Baumrind, 1997).

Setiap manusia perlu dikembangkan

kemandirian sesuai kepastian dan tahapan

perkembangannya, sebetulnya sejak dini

secara alamiah anak mempunyai dorongan

untuk mandiri. Mereka sering lebih bisa

mengurus diri sendiri dari pada dilayani,

Sayangnya orang tua sering menghambat

keinginan dan dorongan anak untuk mandiri

dan bertanggung jawab, karena pengungkapan

kasih sayang yang tidak tepat (Hurlock,

1991).

Beberapa anak–anak di Indonesia, anak

yang berasal dari keluarga yang mampu

dimana semua kebutuhannya dipenuhi oleh

pengasuh. Semua keperluan anak mulai dari

Page 2: perkembangan anak

menyikat gigi, menata buku–buku pelajaran

dan makan sudah dibereskan oleh pengasuh.

Orang tua pun merasa bahwa sudah

sepantasnya pengasuh melakukan tugas-tugas

tersebut karena memang mereka dibayar

untuk melayani anak–anaknya. Tanpa disadari

oleh orang tua tindakan seperti itu justru

merugikan dan menghambat anak–anak kita

sendiri. Situasi seperti ini sudah membatasi

anak untuk tumbuh menjadi mandiri.

Hasil survai pendahuluan yang dilakukan

peneliti di SDN Panjang Wetan 01

Pekalongan, dari 20 anak kelas 5 yang

peneliti amati tedapat 90% anak yang diantar

jemput oleh orang tua atau pangasuh. Hasil

wawancara dengan guru kelas 5 pada saat

kegiatan belajar mengajar dari 30 anak

terdapat 70% anak kelas 5 yang malu–malu

untuk bertanya apa yang tidak diketahuinya,

apabila anak tersebut masih tergantung pada

orang lain anak tersebut belum mandiri dalam

sekolahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat

kemandirian anak usia sekolah di SDN

Panjang Wetan 01 Pekalongan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional karena pengamatan pada subjek

dilakukan hanya satu kali pada penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan

pada tahun 2007. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik

sampling jenuh yaitu semua populasi

dijadikan sampel sejumlah 59 anak (Hurlock,

1990).

Alat pengumpulan data dilakukan dengan

angket, yaitu peneliti mengumpulkan data

formal kepada responden untuk menjawab

pertanyaan dengan tanya jawab. Angket yang

digunakan meliputi : (1) Untuk mengetahui

identitas anak, yang terdiri dari nama, umur,

jenis kelamin, agama. (2) Untuk mengukur

tingkat kemandirian anak usia sekolah di

SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan, angket

ini berjumlah 20 item dengan pilihan jawaban

tidak pernah, jarang, sering dan selalu.,

kategori : baik 61-80, cukup 41-60, kurang

20-40. (3) Untuk mengetahui jenis pola asuh

yang ditetapkan orang tua kepada anaknya di

SDN Panjang Wetan 01, angket ini berjumlah

5 item dengan 5 pertanyaan untuk pola asuh

otoriter, 5 pertanyaan untuk pola asuh

demokratis, 5 pertanyaan untuk pola asuh

permisif, jika 5-7 otoriter, jika 8-11

demokratis, jika 12-15 permisif. Angket

dikembangkan sendiri oleh peneliti, oleh

karena itu dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas (Lie, Anita & Prasati, 2004). Uji

coba dilaksanakan di SDN Panjang Wetan 02

Pekalongan. Metoda analisis menggunakan

uji korelasi Person Product Moment.

Page 3: perkembangan anak

HASIL

Berdasarkan data yang diperoleh,

distribusi pola asuh orang tua di SDN Panjang

Wetan 01Pekalongan sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua dan Tingkat Kemandirian

Anak

Pola Asuh Orang Tua

Frek. (f)

Persen(%)

TingkatKemandirian

Frek (f)

(%)

Demokratis 44 74,6 Baik 34 57,6Otoriter 12 20,3 Cukup 24 40,7Permisif 3 5,1 Kurang 1 1,7Total 59 100 Total 59 100

Berdasarkan data yang diperoleh di SDN

Panjang Wetan 01 Pekalongan, sebagian

besar orang tua menerapkan pola asuh

demokratis terhadap anaknya. Berdasarkan

data yang diperoleh di SDN Panjang Wetan

01 Pekalongan, sebagian besar anak

mempunyai tingkat kemandirian yang baik.

Tabel 2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan

total skor pola asuh orang tua

141210864

tota

l sko

r ke

man

diria

n

80

70

60

50

40

30

Hubungan pola asuh orang tua dengan

tingkat kemandirian bahwa nilai r = 0,269 dan

p-value 0,039 dengan tingkat kepercayaan

5% (0,039 0,05) menunjukkan ada

hubungan antara variabel bebas (pola asuh)

dan variabel terikat (tingkat kemandirian),

arah hubungan ditunjukkan dari nilai r =

0,269 yaitu hubungan berbanding lurus dan

hubungan bersifat sedang, yang artinya

semakin baik pola asuh orang tua maka

semakin baik tingkat kemandirian anak. Jadi

dapat disimpulkan ada hubungan pola asuh

orang tua dengan tingkat kemandirian anak

usia sekolah di SDN Panjang Wetan 01

Pekalongan.

PEMBAHASAN

Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan pengisian kuesioner yang

dilakukan oleh siswa SDN Panjang Wetan 01

pekalongan, pola asuh yang biasa diterapkan

pada anaknya yaitu pola asuh demokratis,

yaitu orang tua yang mementingkan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan anak. Orang tua dengan pola

asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari

tindakannya pada rasio dan pemikiran.

Keluarga merupakan tempat untuk

pertama kali seorang anak memperoleh

pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun

peraturan-peraturan yang harus diikutinya

yang mendasari anak untuk melakukan

hubungan sosial dengan lingkungan yang

lebih luas (Baumrind, 1997). Menurut Cole

(1983) yang dimaksud pola asuh orang tua

adalah proses pendidikan yang berlangsung

lama dan berkesinambungan sehingga dapat

mempengaruhi sikap tingkah laku seseorang

yang dilakukan oleh orang tua. Gunarsa

Page 4: perkembangan anak

(1995) juga mengemukakan pola asuh orang

tua adalah cara mendidik anak sesuai dengan

sifat dan titik berat orang tua dalam hubungan

antar orang tua dan anak.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda

dengan hasil penelitian dilakukan oleh

Tarmuji (2001), mengenai hubungan pola

asuh orang tua dengan agresivitas remaja,

dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa

pola asuh yang digunakan orang tua

berhubungan dengan agresivitas.

Orang tua harus mengetahui tumbuh

kembang anak yang normal sesuai dengan

usia anak. Kemudian orang tua harus

memberikan kesempatan, dukungan dan

dorongan. Oleh karena itu peran orang tua

dan pola pengasuhan yang baik akan

menjadikan anak yang mandiri.

Bagi orang tua diharapkan mulai

mengubah cara pola asuh yang otoriter,

permisif ke pola asuh demokratis atau

kombinasi antar ketiganya, dimana hal ini

dapat membantu meningkatkan kemandirian

yang baik bagi anak.

Kemandirian

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner,

tingkat kemandirian anak di SDN Panjang

Wetan 01 Pekalongan cenderung baik dan

hanya beberapa persen saja yang memiliki

kemandirian cukup dan kurang.Kemandirian

adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan

atau tugas sehari–hari sesuai dengan tahapan

perkembangan dan kapasitasnya (Jas &

Rahmadiana, 2004).

Kemandirian merupakan suatu sikap

individu yang diperoleh secara bertahap

selama perkembangan, dimana anak akan

terus belajar untuk bersikap mandiri dalam

menghadapai berbagai situasi dilingkungan,

sehingga anak mampu berfikir dan bertindak

sendiri. Dengan kemandirian seorang anak

dapat berkembang dengan baik (Lie, Anita &

Prasati, 2004).

Kemandirian seorang anak diperkuat

melalui proses sosialisasi yang terjadi antara

anak dengan teman sebaya. (Hurlock 1991)

mengatakan bahwa melalui hubungan dengan

teman sebaya, anak belajar berfikir secara

mandiri, mengambil keputusan sendiri. Dalam

mencapai keinginan untuk mandiri sering kali

anak mengalami hambatan–hambatan yang

disebabkan oleh masih adanya kebutuhan

untuk tetap tergantung pada orang lain (Murti,

2003).

Kemandirian anak dapat berkembang

dengan baik jika diberikan kesempatan untuk

berkembang melalui latihan yang dilakukan

terus menerus, latihan terebut berupa

pemberian tugas tanpa bantuan.

Sesuai dengan bertambahnya umur,

pertumbuhan dan perkembangan anak akan

mengalami peningkatan salah satunya

melepaskan diri dari ketergantungan pada

orang tua atau belajar untuk mandiri, maka

pemahaman dan kesempatan yang diberikan

orang tua kepada anak dalam meningkatkan

kemandirian amatlah penting. Meskipun

dunia sekolah juga turut berperan dalam

Page 5: perkembangan anak

memberikan kesempatan kepada anak untuk

mandiri, keluarga tetap merupakan pilar

utama dan pertama dalam pembentukan anak

untuk mandiri.

Hubungan Pola Asuh dengan Kemandirian

Anak

Hasil penelitian menunjukkan nilai p-

value 0,039 dan nilai r sebesar 0,269 dengan

tingkat kepercayaan 5% (0,039 0,05),

dapat disimpulkan ada hubungan pola asuh

orang tua dengan tingkat kemandirian anak

usia sekolah di SDN Panjang Wetan 01

Pekalongan dan nilai r : 0,269 sehingga

hubungannya termasuk kategori sedang,

karena pola asuh yang baik berpengaruh

terhadap kemandirian anak yang baik,

sebaiknya orang tua lebih meningkatkan pola

asuh demokratis agar kemandirian anak

menjadi lebih baik.

Faktor-faktor tingkat kemandirian

antara lain faktor lingkungan, faktor

karakteristik sosial, serta faktor keluarga yang

meliputi stimulasi dari orang tua, cinta dan

kasih sayang, pendidikan orang tua dan faktor

orang tua, termasuk didalamnya tentang

hubungan orang tua dan anak. Pola asuh yang

salah akan menimbulkan mental yang tidak

sehat pada anak dan anak tidak mempunyai

kemampuan atau kemauan untuk melakukan

sesuatu yang menyebabkan anak tidak

mandiri (Mu’tadin, 2002).

Kemandirian pada anak berawal dari

keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh

orang tua. Didalam keluarga, orang tualah

yang berperan dalam mengasuh, membimbing

dan membantu mengarahkan anak untuk

menjadi mandiri. Masa anak–anak merupakan

masa yang paling penting dalam proses

perkembangan kemandirian, kemandirian

akan memberikan dampak positif bagi

perkembangan anak, maka sebaiknya

kemandirian diajarkan pada anak sedini

mungkin sesuai kemampuan anak, seperti

telah diakui segala sesuatu yang dapat

diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan

semakin berkembang menuju kesempurnaan

(Soetjiningsih, 1995).

Untuk perawat disarankan agar hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan

dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada klien atau masyarakat, terutama yang

berhubungan dengan pola asuh orang tua dan

kemandirian anak.

SIMPULAN

Ada hubungan pola asuh orang tua dengan

tingkat kemandirian anak usia sekolah, 74,6%

mempunyai pola asuh demokratis dan 57,6%

mempunyai kemandirian yang baik.

SARAN

Bagi orang tua diharapkan mulai

mengubah cara pola asuh otoriter ke pola asuh

demokratis atau kombinasi ketiganya, dimana

hal ini dapat membantu meningkatkan

kemandirian anak yang lebih baik. Bagi

Page 6: perkembangan anak

SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan

Sebaiknya pihak sekolah memberikan waktu

khusus bagi orang tua untuk konsultasi

tentang pola asuh dan kemandirian. Bagi

perawat sebagai panduan dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien /

masyarakat terutama yang berhubungan

dengan pola asuh orang tua dan kemandirian

anak. Bagi peneliti lain hendaknya lebih

meneliti dengan sampel yang lebih luas dan

menambah variabel lain seperti pola didik

guru, sebab guru juga memberikan kontribusi

pula terhadap kemandirian anak.

Daftar Pustaka

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Baumrind. (1997). Pola Asuh. From http: //www.E-Psikologi.com/ remaja.

Hurlock, E. B. (1991). Adolescent Develelopment, Megraw Hill New York.

Hurlock, E. B. (1990). Child Develelopment, Megraw Hill New York.

Jas & Rahmadiana. (2004). MengkomunikasikanMoral Pada Anak. Jakarta : PT Elex Komputindo.

Lie, Anita & Prasati. (2004). 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Murti, B. (2003). Prinsi dan Metode Riset Epidemiologi Edisi : 2. Yogyakarta : Gajah Mada university.

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi pada Remaja. Jakarta. 25 juni 2002, Desember 25, 2006, From http:// E- Psikologi. Com/ remaja.

Soetjingningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.