16
PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN PERAN (Penelitian Tindakan TK B Az Zahra, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia) NANA SURYANA Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta Email: Abstract This research is a classroom action research by using model Kemmis and Mc. Taggart. The aim of research was describle to implemetate of playing processing at TK B Azahra Kabayoran Baru South Jakarta, supports of 15 children, namely: 7 women and 8 men. Steps: (1) planning; (2) implementation; (3) observation; (4) reflection. Analysis of the data used is qualitative and quantitative. The qualitative data uses the Miles and Hubberman models, in two cycles, namely cycle I and cycle II. The final results of data analysis show an increase from cycle II. The quantitative results of the pre-cycle reached an average score of 9.73 %, that is, the category had not developed, the first cycle had an average of 32.02 % in the very well-developed category, in the second cycle had an average cycle of 35.02 % in the very well developed category . Keywords: Sex Role, Role Playing, Classroom Action Research Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart. Tujuannya untuk mengambarkan proses penerapan bermain peran dalam meningkatkan peran jenis kelamin pada TK B Azahra Kabayoran Baru Jakarta Selatan, berjumlah 15 anak, 7 perempuan dan 8 laki-laki. Langkah- langkahnya: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatifnya mengunakan model Miles and Hubberman, dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil akhir analisa data menunjukan peningkatan dari pra siklus hingga siklus II. Hasil kuantitatifnya pra siklus mencapai rata-rata nilai skor 9,73 % yaitu kategori belum berkembang, siklus I memiliki rata-rata 32,02 % dalam kategori berkembang sangat baik, pada siklus II memiliki rata-rata siklus sebanyak 35,02 % dalam kategori berkembang sangat baik. Kata Kunci: Peran Jenis Kelamin, Bermain Peran, Penelitian Tindakan Kelas Pendahuluan

PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN PERAN (Penelitian Tindakan TK B Az Zahra, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,

Indonesia)

NANA SURYANA Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta

Email: Abstract This research is a classroom action research by using model Kemmis and Mc. Taggart. The aim of research was describle to implemetate of playing processing at TK B Azahra Kabayoran Baru South Jakarta, supports of 15 children, namely: 7 women and 8 men. Steps: (1) planning; (2) implementation; (3) observation; (4) reflection. Analysis of the data used is qualitative and quantitative. The qualitative data uses the Miles and Hubberman models, in two cycles, namely cycle I and cycle II. The final results of data analysis show an increase from cycle II. The quantitative results of the pre-cycle reached an average score of 9.73 %, that is, the category had not developed, the first cycle had an average of 32.02 % in the very well-developed category, in the second cycle had an average cycle of 35.02 % in the very well developed category . Keywords: Sex Role, Role Playing, Classroom Action Research

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart. Tujuannya untuk mengambarkan proses penerapan bermain peran dalam meningkatkan peran jenis kelamin pada TK B Azahra Kabayoran Baru Jakarta Selatan, berjumlah 15 anak, 7 perempuan dan 8 laki-laki. Langkah-langkahnya: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatifnya mengunakan model Miles and Hubberman, dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil akhir analisa data menunjukan peningkatan dari pra siklus hingga siklus II. Hasil kuantitatifnya pra siklus mencapai rata-rata nilai skor 9,73 % yaitu kategori belum berkembang, siklus I memiliki rata-rata 32,02 % dalam kategori berkembang sangat baik, pada siklus II memiliki rata-rata siklus sebanyak 35,02 % dalam kategori berkembang sangat baik.

Kata Kunci: Peran Jenis Kelamin, Bermain Peran, Penelitian Tindakan Kelas Pendahuluan

Page 2: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 145

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Secara biologis antara laki-laki dan perempuan memang berbeda.

Perbedaan ciri-ciri perempuan dan laki-laki terlihat sejak masa kanak-kanak

dimana anak laki-laki lebih banyak memperoleh kesempatan bermain di luar

rumah dan mereka bermain lebih lama daripada perempuan, permainan anak

laki-laki lebih kompetitif dan konstruktif karena anak laki-laki lebih tekun dan

lebih efektif dari perempuan, serta permainan anak perempuan lebih banyak

kooperatif serta lebih banyak di dalam ruangan. Perbedaan biologis dan

psikologis ini mengakibatkan pendapat-pendapat yang merugikan pihak

perempuan. Maka perlu kita mengenalkan peran jenis kelamin kepada anak sejak

usia dini.

Mengenalkan peran jenis kelamin pada anak sejak dini penting

dilakukan, karena pada masa golden age kecerdasan mengalami peningkatan

sampai 80 persen. Pembentukan konsep diri pada anak akan berpengaruh

pada pembentukan kepribadian dan perilaku anak saat ia dewasa.

Pengenalan perbedaan peran gender harus dilakukan secara tepat, sebab

ini akan tersimpan dalam memori jangka panjang anak.

Menurut hasil observasi di RA Az Zahra Kebayoran Baru Jakarta Selatan

pada saat istrirahat tiba Kelompok B memiliki siswa sebanyak 15 orang. Yang

terdiri dari 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Ketika ditanya boleh tidak

anak laki-laki memakai lipstick ada sekitar 6 atau 40% anak laki-laki

membolehkan. Ketika ditanya boleh tidak anak laki-laki memakai cincin emas ada

tiga atau 20% anak laki-laki menjawab boleh . Kalau anak perempuan ditanya

boleh tidak anak perempuan dadan seperti laki-laki , ada 6 atau 40% anak

perempuan menjawab boleh. 1

Pendidikan merupakan kunci terwujudnya peran jenis kelamin sesuai

dengan keadaan biologisnya. Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa salah satu

1 Hasil Observasi 8 Agustus 2016

Page 3: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

146 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

tugas perkembangan di akhir masa kanak-kanak anak harus belajar memainkan

peran seks yang disetujui kelompok sosial, belajar memerankan seks disetujui

untuk penyesuaian pribadi dan sosial lebih baik karena kegagalan dalam

menguasai peran seks akan membawa reaksi sosial yang merugikan yang

kemudian akan mempengaruhi konsep diri pada anak.2

Berbicara tentang pembelajaran pada pendidikan anak usia dini ada

beberapa prinsip yang harus kita perhatikan yaitu berorientasi pada kebutuhan

anak, belajar melalui bermain, lingkungan yang kondusif atau yang mendukung

proses belajar, mendukung pembelajaran terpadu, mengembangkan berbagai

kecakapan hidup anak, mengunakan media edukatif dan sumber belajar,

dilakasanakan secara bertahap dan berulang-ulang serta rangsangan mencakup

semua aspek perkembangan. Dari beberapa prinsip tersebut ada satu prinsip

yang harus digaris bawahi yaitu belajar melalui bermain. Untuk mensukseskan

pembelajaran peran jenis kelamin sebagai seorang guru harus mengajak anak

bermain dan masuk ke dalam dunianya. Salah satu metode yang dapat

digunakan adalah metode bermain peran karena melalui metode ini anak akan

memerankan hal yang biasa dilakukan sehari-hari yang lahir dari dalam diri anak

tanpa ada rekayasa sehingga apa yang mereka mainkan mudah melekat dalam

diri anak.

Peran Jenis Kelamin

Menurut Depdiknas (2005: 854) Istilah peran dalam “Kamus Besar

Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada

permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan pada peserta didik.3 Sehingga peran merupakan tingkah

laku yang dilakukan oleh seseorang sesuai harapan masyarakat.

2 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Ed. VI jilid 2 (Jakarta: Erlangga), hal. 171 3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 854

Page 4: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 147

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Menurut Hungu 2007 jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara

perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan

dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan

sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis

mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi

biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya,

dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di

muka bumi.

Menurut Bee (2002: 174) perbedaan perilaku berdasarkan jenis

kelamin,mulai muncul bahkan sejak usia 4 tahun atau mendekati usia 5 tahun.

Macintyre (2007: 55) Terdapat perbedaan mencolok perilaku anak terhadap

gangguan sebaya berdasarkan jenis kelaminnya. Anak perempuan lebih suka

menggunakan ungkapan ketidak senangan pada anak lain dengan mengatakan “

Aku akan melaporkan Kamu ke Bapakku, Bapakku Polisi” atau dengan ungkapan

seperti “ Aku tidak akan mengundangmu ke pesta ulang tahunku, kecuali jika

Kamu mau meminjamkan bonekamu”. Ungkapan yang pertama sering disebut

dengan istilah Relational Aggression, sedangkan cara yang kedua dikenal dengan

istilah Bribery. Perilaku lain ketika seorang anak perempuan tidak senang dengan

anak perempuan lainnya adalah dengan menunjukkan wajah murung dan diam

membisu. Kenyataan tersebut juga mengungkapkan bahwa anak perempuan

cenderung akan melakukan gangguan (Bullying) pada anak perempuan lainnya.

Mereka juga senang melaporkan ketidaksenangannya pada orang dewasa yang

dekat dengannya. Pada sisi lainnya, anak laki-laki pada usia ini cenderung

menggunakan pertikaian secara fisik (Physical Aggression) dan secara mencolok

anak laki-laki sedikit melibatkan faktor emosi dalam hal ini. Pertikian yang

muncul dalam aktivitas bermain anak laki-laki, mereka akan menunjukkan

perilaku lain seperti merusak mainan atau barang milik teman lainnya bahkan

mereka terkadang juga akan merusak mainan atau barangnya sendiri.

Page 5: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

148 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Menurut Bacon and Learner (1975: 194-193) dalam hal aktivitas, anak

perempuan pada usia ini membangun sebuah perasaan bahwa ada aktivitas

tertentu yang hanya cocok untuk anak laki-laki maupun perempuan. Pemahaman

ini mendorong timbulnya kesimpulan bagi mereka terlebih dengan dorongan

dan pembiasaan dari orang tua bahwa anak laki-laki akan sangat cocok jika

bermain olahraga seperti sepakbola, baseball, atau basket, sedangkan anak

perempuan akan didorong untuk aktivitas seperti berenang atau menyelam.

Menurut Manes and Melnyk (1974: 365-374) pada komponen lainnya,

yakni terkait cita-cita atau harapan. Anak perempuan cenderung memiliki

orientasi pekerjaan yang lebih rendah dibanding laki-laki. Hal ini juga sangat

bergantung bagaimana pengaruh iklim sosial budaya keluarga, sekolah

khususnya pemberian anggapan terhadap diri anak, maupun stereotip jenis

kelamin yang berlaku di masyarakat tempat anak ini tinggal. Anak perempuan

yang bercita-cita lebih rendah dibanding anak laki-laki menghantarkannya pada

pemikiran untuk berprestasi di bawah laki-laki. Sehingga di beberapa daerah

masih ditemukan kuantitas anak perempuan yang berprestasi lebih rendah

dibanding anak laki-laki. Orientasi ini tentu sangat dipengaruhi oleh keadaan

keluarga, sosial budaya masyarakat bahkan kepercayaan yang dianut oleh setiap

keluarga. Pada masa sekarang ini pencapaian prestasi dan pekerjaan yang

optimal menjadi ekspektasi setiap keluarga tanpa mempertimbangkan

ketimpangan jenis kelamin.

Dari pemaparan peran jenis kelamin diatas dapat disimpulkan bahwa

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang menunjukan

perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis yang menentukan

perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis

keturunan yang meliputi perilaku, aktivitas, cita-cita dan sifat kritis.

Bermain Peran

Page 6: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 149

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Menurut Uno (2014: 2014) bermain peran sebagai model pembelajaran

bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia

sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.

Mulyono (2012: 44) mengatakan Role playing (bermain peran), yakni suatu

cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan siswa. Metode bermain peran atau role playing adalah salah satu

proses belajar yang tergolong dalam metode simulasi.

Djamarah mengatakan bahwa metode role playing (bermain peran) juga

dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan-bahan melalui pengembangan dan

penghayatan anak didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan

oleh anak didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.

Dengan kegiatan memerankan ini akan membuat anak didik lebih meresapi

perolehannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode

bermain peran ini adalah penentuan topik, penentuan anggota pemeran,

pembuatan lembar kerja (kalau perlu), latihan singkat dialog (kalau perlu) dan

pelaksanaan permainan peran.

Joyce, Weil dan Chalhoun (2016: 437) yang mengemukakan bahwa

bermain peran adalah model yang serba guna dan dapat digunakan untuk

berusaha meraih beberapa tujuan pendidikan penting. Pada level yang

sederhana bermain peran berhubungan dengan masalah melalui tindakan,

masalah digambarkan, diambil tindakan dan dibahas. Sebagian siswa sebagai

pemain dan sebagian lagi sebagai pengamat. Siswa akan merasakan bagaimana

berada dalam posisi pemain dan pengamat semua ini karena selama interaksi

terdapat muatan empati, simpati dan kemarahan dan kasih sayang dalam arti

melibatkan emosional mereka.

Dua jenis main peran yaitu main peran mikro dan main peran makro.

Page 7: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

150 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

1. Main peran mikro anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh

benda- benda berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan

dan orang-orangan kecil.

2. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat

berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan

peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang

dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng.

Dari pemaparan bermain peran di atas dapat disintesis bahwa bermain

peran adalah model pembelajaran yang digunakan untuk menemukan jati diri

dan mengenal lingkungan sekitarnya, memecahkan masalah dan mencapai

tujuan tertentu. Adapun alur bermain peran mencakup kepada tiga hal yaitu

persiapan, inti dan akhirat.

Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan

menggunakan model Kemmis dan Taggart. Yang terdiri dari empat komponen,

yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting).

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan (a)

observasi pemantau tindakan pada anak dan guru (b) wawancara dan (c)

dokumentasi.

Jenis instrumen yang digunakan adalah menggunakan non tes berupa

berbentuk lembar observasi pemantauan tindakan.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui

dua cara yaitu teknik analisis kuantitatif deskriptif dan data kualitatif. Statistika

deskriptif untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari siklus pertama dan

siklus kedua berupa rata-rata angka hitung (mean) dan perhitungan/pengukuran

Page 8: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 151

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

berbentuk prosentase. Analisis data kualitatif dilakukan terhadap data yang

dikumpulkan melalui wawancara, catatan lapangan peneliti, dan refleksi.

Hasil dan Pembahasan

Berikut adalah hasil penelitian peningkatan peran jenis kelamin melalui bermain

peran

Pra-Siklus

Dari data prilaku anti korupsi pada anak pra-penelitian dapat disajikan

dalam bentuk grafik maka hasilnya sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Peran Jenis Kelamin Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Az Zahra Tahun 2018 Pada Pra Siklus.

Terdapat enam orang anak yang berada pada kategori belum

berkembang AF,AK, AZ, HA, KV, SD, FB, TF, AR, ZK, yang berada pada

kategori Mulai Berkembang NF, NP , JI, RF dan NG.

Skor rata-rata peran jenis kelamin pada TK B Az Zahra Kebayoran Baru

adalah 9,73 pra siklus yang berada pada kategori Mulai Berkembang (MB).

AF AK AZ HA MF NP KV SD SP TF JI RF AR ZK NG

Pra Siklus 8 9 10 10 11 12 10 8 7 9 11 11 9 10 11

0

2

4

6

8

10

12

14

TCP

Pra Siklus

Page 9: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

152 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Setelah mengetahui hasil peneliti bersama kolaborator melakukan

analisis dan berdiskusi tentang hasil dari assesmen pra siklus. Setelah dianalisa

secara mendalam. Maka peneliti dan kolaborator memutuskan untuk

melaksanakan tindakan intervensi yaitu pelaksanaan siklus I karena nilai hasil

assesmen pra siklus berada dibawah das sein dan masih jauh dari standar

keberhasilan yang telah disepakati antara kolaborator dan peneliti yakni 71%.

Siklus I

Gambar 4.1 Grafik Hasil Asesmen Perilaku Anti Korupsi Anak Siklus I

Berdasarkan grafik diatas, diperoleh data tentang perilaku anti korupsi

anak pada siklus I, yaitu rata-rata 16 anak dengan persentase sebesar 78,85%

diperoleh oleh JB dan persentase terendah dengan 68,43% diperoleh oleh NB.

Secara klasikal diperoleh persentase 72,32 artinya pelaksanaan pada siklus I telah

mencapai kriteria keberhasilan yang telah disepakati diawal bersama

kolaborator dan mastery learning yang ada di sekolah yakni sebesar 71%.

Untuk mengetahui konsistensi hasil pelaksanaan penelitian siklus I maka

peneliti dan kolaborator menyepakati untuk melanjutkan ke siklus II. Berikut

hasil perkembangan perilaku anti korupsi dari pra siklus hingga siklus I.

60

65

70

75

80

AD SY KR

NB

MU FH JR JB BL

JH AL

NL

RF

ZH RS

RO

Rer

ata

Hasil Assesmen Siklus 1

Hasil Siklus 1

Page 10: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 153

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Berikut adalah hasil asesmen dari pra siklus hingga siklus I:

Gambar 4.2 Grafik Peran Jenis kelamin Anak Usia 5-6 Tahun di TK Az

Zahra Pra Siklus dan Siklus I

Dari grafik di atas dapat dilihat peningkatan hasil tingkat capaian peran jenis

kelamin pada pra siklus dan siklus I. Pada pra siklus rata-rata nilai sebesar 9,73

AF AK AZ HA MF NP KV SD SP TF JI RF AR ZK NG

Pra Siklus 8 9 10 10 11 12 10 8 7 9 11 11 9 10 11

Siklus I 28 33 27 33 33 34 28 35 33 32 34 34 35 33 33

0

5

10

15

20

25

30

35

40

TCP

Siklus I

Page 11: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

154 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

berarti dalam kategori belum berkembang (BB) sedangkan pada siklus I rata-rata

nilai 32,02 pada ketegori berkembang sesui harapan (BSH).

Siklus II

Adapun hasil dari siklus II adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Grafik Peran jenis kelamin anak 5-6 tahun di TK Az Zahra Jakarta Timur pada pra siklus, siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menujukan peningkatan dari pra siklus mencapai rata-

rata nilai skor 9,73 yaitu berada dalam kategori Belum Berkembang (BB),

sedangkan siklus II memiliki Rata-rata 32, 02 berada dalam kategori Berkembang

Sangat Baik (BSB), sedangkan pada siklus II memiliki rata-rata siklus sebanyak

35,02 berada dalam kategori berkembang sangat baik (BSB).

Pembahasan

Berdasarkan analisa yang dilakukan telah dilakukan maka terdapat

peningkatan capaian perkembangan kemampuan peran jenis kelamin aanak usia 5-

6 tahun TK AZ Zahra di Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Pada pra siklus mencapai

rata-rata nilai skor 9,73 yaitu berada dalam kategori Belum Berkembang (BB),

sedangkan siklus II memiliki Rata-rata 32, 02 berada dalam kategori Berkembang

AF AK AZ HA MF NP KV SD SP TF JI RF AR ZK NG

Pra Siklus 8 9 10 10 11 12 10 8 7 9 11 11 9 10 11

Siklus I 27,7 32,5 26,8 32,7 32,5 33,5 27,5 34,8 32,7 32,3 33,7 33,7 35 33,3 32,5

Siklus II 35 36 37 36 37 35 36 33 35 37 36 36 35 35 34

0

10

20

30

40

TCP

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Page 12: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 155

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Sangat Baik (BSB), sedangkan pada siklus II memiliki rata-rata siklus sebanyak

35,02 berada dalam kategori berkembang sangat baik (BSB).

Dari hasil pengamatan pra siklus ada beberapa indikator seperti 1)

Indikator melakukan koreksi dalam bentuk lisan atau perbuatan terhadap diri

sendiri mengenai keadaan ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya, 2) Indikator

anak mampu berilaku sesuai aturan yang mengikat jenis kelamin biasanya akan

menurun seiring perkembangan usia anak, 3) Indikator anak mampu beraktivita

sesuai dengan jenis kelaminnya, 4) Indikator anak mampu bercita-cita sesuai

dengan jenis kelaminnya. Masing-masing dari indikator tersebut mengalami

peningkatan pada setiap siklusnya. Berikut penjelasannya.

Pada indikator melakukan koreksi dalam bentuk lisan atau perbuatan

terhadap diri sendiri mengenai keadaan ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya

pada pra siklus memiliki skor rata-rata 6,73 dalam kategori belum berkembang

(BB), siklus I skor rata-rata 29, 13 dalam kategori berkembang sesuai harapan

(BSH), siklus II skor rata-rata 35,33 dalam kategori berkembang sangat baik (BSB)

Pada indikator anak mampu berilaku sesuai aturan yang mengikat jenis

kelamin biasanya akan menurun seiring perkembangan usia anak pada pra siklus

memiliki skor rata-rata 9, 07 dalam kategori belum berkembang (BB), siklus I skor

rata-rata 28,53 dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH), siklus II skor

rata-rata 36, 13 dalam kategori berkembang sangat baik (BSB)

Pada indikator anak mampu beraktivita sesuai dengan jenis kelaminnya,

pada pra siklus memiliki skor rata-rata 9, 07 dalam kategori belum berkembang

(BB), siklus I skor rata-rata 30,00 dalam kategori berkembang sesuai harapan

(BSH), siklus II skor rata-rata 35,73 dalam kategori berkembang sangat baik (BSB)

Pada Indikator anak mampu bercita-cita sesuai dengan jenis kelaminnya.

Pada pra siklus memiliki skor rata-rata 9, 53 dalam kategori belum berkembang

(BB), siklus I skor rata-rata 20,40 dalam kategori berkembang sesuai harapan

(BSH), siklus II skor rata-rata 35,40 dalam kategori berkembang sangat baik (BSB).

Page 13: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

156 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Kajian Multidisiplin Ilmu Terkait Dengan Kemampuan Peran Jenis Kelamin.

Gambar 4. 16 Kaitan peran jenis kelamin terhadap disiplin ilmu lain.

Peran laki-laki dan perempuam menurut filsafat dalam Hein (1989: 294)

yaitu teori nature adalah teori yang mengandaikan bahwa peran laki-laki dan

perempuan, merupakan peran yang telah digariskan oleh alam. Munculnya teori

ini, bisa dikatakan diilhami oleh sejumlah teori filsafat sejak era kuno. Dalam

Peran Jenis

Kelamin Agama Pendidikan

Filsafat

Page 14: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 157

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

konteks filsafat Yunani Kuno misalnya, dinyatakan bahwa alam

dikonseptualisasikan dalam pertentangan kosmik yang kembar, misalnya: siang

malam, baik buruk, kesimbungan-perubahan, terbatas-tanpa batas, basah-

kering, tunggal-ganda, teranggelap, akal-perasaan, jiwa-raga, laki-perempuan,

dan seterusnya. Dengan demikian, ada dua entitas yang selalu berlawanan, yang

berada pada titik eksistensial yang a simetris dan tidak berimbang. Dalam hal ini,

kelompok pertama selalu dikonotasikan secara positif dan dikaitkan dengan laki-

laki, sementara kelompok kedua berkonotasi negatif yang selalu dikaitkan

dengan perempuan. Dalam konteks filsafat peran laki-laki selalu kepada hal yang

positif sedangkan peran perempuan selalu disimbolkan kepada yang negative.

Menurut Agama, laki-laki dan perempuan memiliki peran dan peluang

yang sama besar dalam upaya menggali dan mengoptimalkan potensi umat dan

bangsa. Keduanya harus saling bekerja sama dalam membangun kekuatan umat

di seluruh bidang kehidupan, seperti membangun kekuatan politik dan ekonomi,

agar bangsa ini tidak mudah didikte dan dikendalikan oleh kekuatan asing yang

merusak. Dalam surat QS at-Tau bah [9]: 71, kerja sama dan sinergi antara

mukmin laki-laki dan perempuan merupakan prasyarat mutlak bagi terwujudnya

tali persaudaraan. Kekuatan ukhuwah ini merupakan hal yang sangat

fundamental dan sangat memengaruhi keberhasilan pembangunan sosial

masyarakat.

Page 15: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

158 Nana Suryana

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

Dalam konteks pendidikan , menurut Purwanti (2005: 30) pendidikan

memberikan kesempatan yang sama pada setiap jenis kelamin. Perlakuan dan

kesempatan yang sama dalam pendidikan pada setiap jenis kelamin,

memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat setiap individu,

dan Individu dalam pendidikannya juga diarahkan agar mendapatkan kualitas

sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya. Dalam konteks pendidikan

semua jenis kelamin mendapat kesempatan yang sama dalam mendapatkan

pendidikan.

Simpulan

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

terdapat peningkatan peran jenis kelamin melalui bermain drama. Hasil

penelitian menujukan peningkatan dari pra siklus mencapai rata-rata nilai skor

9,73 yaitu berada dalam kategori Belum Berkembang (BB), sedangkan siklus II

memiliki Rata-rata 32, 02 berada dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB),

sedangkan pada siklus II memiliki rata-rata siklus sebanyak 35,02 berada dalam

kategori berkembang sangat baik (BSB).

Rekomendasi

Bagi guru diharapkan dapat membudayakan metode bermain peran

kepada anak-anak untuk peran jenis kelamin pada anak di sekolah. Kemudian

bagi orang tua, diharapkan orang tua anak dapat mendukung peran jenis

kelamin yang telah diajarkan di sekolah. Dengan adanya kerjasama antara guru

dan orang tua, maka peran jenis kelamin yang didapatkan akan membudaya

dalam diri anak. Terakhir bagi peneliti lain diharapkan mau mengembangkan

Page 16: PENINGKATAN PERAN JENIS KELAMIN MELALUI BERMAIN …

Peningkatan Jenis Kelamin Melalui Bermain Peran… 159

VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019

penelitian ini dan lebih banyak memperkaya sumber-sumber yang mendukung

baik itu secara nasional atau internasional.

Daftar Pustaka

Bacon, C., and R.M Lerner. Effects of Maternal Employment status on the

Development of Vocational Role Perception in Females. Journal of Genetic Psychology (1975) Vol 126 hh.187-193

Bee, H. 2002. The Developing Child. New York: HarperCollins College Publishers Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 854 Hein, Hidle. 1989. “Liberating Philisophy: An End to the Dichotomy of Spirit and

Matter,” eds. dalam Ann Gary dan Marlyn Persall, Women, Knowledge and Reality London: Unwin Hyman

Joyce, Bruce, Marsha Weil dan Emily Calhoun, 2016. Model Of Teaching, Terjemahan Edisi IX Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Ed. VI jilid 2 Jakarta: Erlangga Macintyre, Christine. 2007. Understanding Children’s Development In The Early

Years. London :Routledge Manes AL and P Melnyk. Televised Models of Female Achievment. Journal of

Applied Social Psychology (1974) Vol 4 hh.365-374 Mulyono. 2014. Strategi Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press Purwati, Eni dan Hanun Asrohah, Bias Gender dalam Pendidikan Islam Surabaya:

Alpha, 2005 Uno, Hamzah B. 2014. Model Pembelajaran; menciptakan proses belajar yang

kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara