Upload
others
View
15
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGANKEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN ANAK USIA DINI
KELOMPOK B DI TK TUTWURI HANDAYANIBANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
OlehDINA VERONICA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
THE RELATION OF PLAYING MACRO CHARACTER ACTIVITYWITH CHILDREN’S ORAL COMMUNICATION DEVELOPMENT
GROUP B IN KINDER GARTEN OF BANDAR LAMPUNG
By
DINA VERONICA
The problem of the research was the low of children’s oral communicationdevelopment and the less of playing character activity in learning. The studysimed to determine the correlation between the role playing sctivity with childrenoral communication ability in Tutwuri Handayani. This research was quantitative.The research used correlation method. This study was used spearman rankcorrelation test. population in this research were 30 childrens. Sample techniquewas used purposive sampling. Tecnicque collection using check list. The resultsof the study 30 children the positive collected by observationwith oralcommunication. The correlation between the role playing with the oralcommunication ability is 0,94. The result showed that there was positivecorrelation and very strong between role playing (X) and oral communication (Y).Role playing activity can children oral communication ability.
Key words: early childhood, oral communication, role playing
ABSTRAK
HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGANKEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN ANAK KELOMPOK B DI TK
TUTWURI HANDAYANI BANDAR LAMPUNG
Oleh
DINA VERONICA
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahknya kemampuan komunikasi lisananak dan kurangnya kegiatan bermain peran dalam pembelajaran. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan bermain peran makro dengankemampuan komunikasi lisan kelompok B TK Tutwuri Handayani. Jenispenelitian ini adalah kuantitatif. Tipe penelitian ini adalah korelasional ataupenelitian yang melihat hubungan antara dua variabel. Penelitian inimenggunakan uji korelasi spearman rank. Penelitian ini merupakan purposivesampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 anak. Teknik pengambilan datamenggunakan ceklis. Hasil penelitian dari 30 anak kelompok B menunjukkanadanya hubungan yang positif antara bermain peran makro dengan kemampuankomunikasi lisan. Hubungan antara bermain peran makro dengan kemampuankomunikasi lisan sebesar 0,94 menunjukkan sangat kuat hubungan antara bermainperan makro (X) dengan variabel kemampuan komunikasi lisan (Y). Kegiatanbermain peran makro meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi lisan.
Kata kunci:anak usia dini, bermain peran, komunikasi lisan.
HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGANKEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN ANAK USIA DINI
KELOMPOK B DI TK TUTWURI HANDAYANIBANDAR LAMPUNG
OlehDINA VERONICA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Dina Veronica. Lahir di Lampung Tengah
pada tanggal 27 Maret 1994. Merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Aji Safardi dan Ibu Misdalina.
Pendidikan formal peneliti dimulai dari SDN 1 Gunung Batin
Udik mulai pada tahun 2000 selesai pada tahun 2006. Setelah
itu melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 TulangBawang Tengah dan selesai pada
tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan diSMAN 1 Terusan Nunyai
Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2012
peneliti melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruaan dan
Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD).
MOTTO
“dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu takdapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang(QS. An Nahl: 18)
“seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Olehkarenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”
(HR. Abu Daud, no.4833 dan Tirmidzi, no. 2378)
“jika kamu mendidik seorang laki-laki, maka kamu sedang mendidiksatu orang saja, tetapi jika kamu mendidik seorang perempuan maka
kamu sedang mendidik satu generasi”(Bung Hatta)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga peneliti mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan kegiatan bermain peran makro
dengan kemampuan komunikasi lisan anak usia dini kelompok B di TK Tutwuri
Handayani Bandar Lampung”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Dengan kerendahan hati yang tulus peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGPAUD.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung sekaligus Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing, memberikan ilmu, saran dan masukan yang baik sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
3. Ibu Ari Sofia, S.Psi.,M.Psi., selaku Ketua Program Studi S-1 PG-PAUD
Universitas Lampung sekaligus Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan ilmu yang dimiliki
dengan sabar dan ikhlas memberikan saran serta masukan selama proses
pembuatan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
4. Ibu Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan
dukungan, saran, serta masukan yang membangun demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Nining Mulyati, S.Pd, M.Pd selaku Kepala TK Tutwuri Handayani Bandar
Lampung, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Siswa-siswi TK Tutwuri Handayani yang telah membantu berpartisipasi aktif
dan bekerjasama dalam penelitian ini.
7. Seluruh Staf pengajar PG-PAUD FKIP Universitas Lampung yang telah
memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.
8. Kedua orangtua, adik - adik beserta keluarga besar yang telah memberikan
doa, motivasi serta bantuan dalam menyelesaikan studi ini.
9. Sahabatku dibangku kuliah Utari, Evi, Intan, Arini, Tyas, Wiwik dan Syafura
serta seluruh sahabat-sahabatku serta rekan-rekan S-1 PG-PAUD angkatan
2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan,
dukungan nasihat, motivasi dan doanya selama ini.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan
skripsi ini.
11. Almamater tercinta Universitas Lampung
Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian
berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih
terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.
Bandar Lampung, 2017Peneliti
Dina VeronicaNPM.1213054021
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5D. Perumusan Masalah .............................................................................. 6E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6F. Manfaat penelitian ................................................................................ 6
II. KAJIAN PUSTAKAA. Perkembangan Anak Usia Dini ............................................................ 8
1. Pengertian Perkembangan Anak Usia Dini ..................................... 82. Lingkup Perkembangan Anak Usia Dini......................................... 10
B. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ................................................ 111. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ............................. 112. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini............................ 14
C. Kemampuan Komunikasi Lisan Anak .................................................. 181. Pengertian Kemampuan Komunikasi Lisan Anak .......................... 192. Tujuan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Anak ........................... 203. Karakteristik Perkembangan Berkomunikasi Lisan Anak ............. 21
D. Bermain Bagi Anak Usia Dini............................................................... 221. Pengertian Bermain ......................................................................... 232. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini .......................................... 243. Jenis Bermain .................................................................................. 244. Bermain Peran Makro ..................................................................... 315. Bermain Dalam Upaya Mengembangkan Bahasa........................... 33
E. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................ 34F. Kerangka Pikir ...................................................................................... 35G. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 37
III. METODE PENELITIANA. Metode Penelitian .............................................................................. 38B. Prosedur Penelitian ............................................................................. 38C. Lokasi Penelitian................................................................................. 39D. Populasi............................................................................................... 39E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 40F. Variabel Penelitian.............................................................................. 41G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 42H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................................. 46
1. Sejarah Singkat TK Tutwuri Handayani ...................................... 462. Visi, Misi dan Tujuan .................................................................. 473. Profil TK Tutwuri Handayani ...................................................... 48
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 491. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ................................................. 492. Data Penelitian ............................................................................. 52
a. Data Variabel Kegiatan Bermain Peran Makro (X) ................. 52b. Data Variabel Kemampuan Komunikasi Lisan Anak (Y)........ 53
C. Analisis Uji Hipotesis ........................................................................ 54D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 56
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ........................................................................................... 59B. Saran ................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61
LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel Kisi-kisi Instrumen Bermain Peran Makro ....................................... 42
2. Tabel Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Lisan ........................ 43
3. Tabel Jadwal dan Pokok Bahasan Pelaksanaan Penelitian ......................... 49
4. Tabel Rekapitulasi Kegiatan Bermain Peran Makro (X) ............................ 53
5. Tabel Rekapitulasi Data Kemampuan Komunikasi Lisan(Y) ..................... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian............................................................................ 37
2. Rumus Interval44
3. Rumus Korelasi Spearmn Rank .................................................................. 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian .......................................... 68
2. Rubrik Penilaian Contextual Teaching and Learning (X)...................... 80
3. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial (Y) ............................................. 82
4. Kisi-kisi Instrumen PenilaianContextual Teaching and Learning (X)... 84
5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Sosial (Y) ........................ 85
6. Lembar Observasi Contextual Teaching and Learning (X) ................... 86
7. Lembar Observasi Keterampilan Sosial (Y)........................................... 88
8. Permohonan Uji Validitas Instrumen ..................................................... 90
9. Data Aktivitas bermain menggunakanCTL (X)...................................... 98
10. Rekapitulsi Penilaian Aktivitas Bermain Menggunakan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning ........................................................ 106
11. Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Sosial Anak ................................. 108
12. Tabel Penolong Untuk Menghitung Koefisien Korelasi Sperman Rank 110
13. Surat Izin Penelitian Pendahuluan .......................................................... 111
14. Surat Izin Penelitian................................................................................ 112
15. Surat Balasan dari TK terkait dengan Izin Penelitian............................. 113
16. Foto Kegiatan Anak................................................................................ 114
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kisi–kisi Instrument Bermain Peran Makro (X) ............................. 442. Kisi-kisi Instrument Kemampuan Komunikasi Lisan (Y) .............. 453. Jadwal dan Pokok Bahasan Pelaksanaan Penelitian....................... 514. Rekapitulasi Data Kegiatan Bermain Peran Makro (X) .................. 555. Rekapitulasi Data Kemampuan Komunikasi Lisan (Y) .................. 56
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan modal utama bagi anak dalam mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan dapat terwujudnya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan sesuai dengan apa
yang diperlukan. Untuk mewujudkan hal tersebut, anak harus dididik sejak
dini. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam UUD RI No. 20 tahun 2003 pasal
1 butir 14 tentang sistem pendidikan nasional:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditunjukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikan utuk membantupertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu penyelenggaraan pendidikan
yang menekankan pada peletakkan dasar pertumbuhan dan perkembangan.
Pendidikan di sini lebih pada mengarahkan, membimbing, dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk dapat berkembang dengan
baik. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Usia lahir
sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan
2
(golden age) sekaligus masa kritis dalam tahap kehidupan manusia, yangakan menentukan perkembangan pada anak.
Perkembangan anak usia dini dapat terstimulus dengan baik jika disesuaikan
dengan tahap usia anak, hal ini penting bagi anak karena dengan
mengembangkan kemampuan tersebut akan mempermudah anak untuk
melanjutkan ketahap pendidikan selanjutnya. Adapun aspek-aspek
perkembangan yang harus dikembangkan meliputi 6 aspek diantaranya agama
dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, seni dan bahasa.
Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan oleh
anak, karena kemampuan berbahasa merupakan hal yang sangat penting
dimiliki oleh anak agar dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Selain itu bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran
dan pengetahuan bila anak menjalin hubungan dengan orang lain. Adapun
kemampuan berbahasa anak usia dini 5-6 tahun mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 137 Tahun 2014 tentang standar nasional
pendidikan anak usia dini, lingkup perkembangan bahasa mencakup 3
diantaranya memahami bahasa, mengungkap bahasa, dan keaksaraan. Namun
perlu adanya stimulus lewat lingkungan sehingga perkembangan pada anak
dapat meningkat, salah satunya perkembangan bahasa,
Stimulasi yang paling baik diberikan pada anak adalah melalui kegiatan
bermain.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang digemari serta menjadi kebutuhan
yang harus terpenuhi oleh anak. Karena pada hakikatnya anak belajara
3
melalui bermain. Hal ini senada dengan pendapat Armstrong (Musfiroh,
2005:58) bermain adalah untuk bersenang-senang, stimulasi kecerdasan
tetaplah menjadi efek positif dari kegiatan tersebut. Melalui bermain, anak
dapat belajar menggunakan bahasa secara tepat dan belajar
mengkomunikasikannya secara efektif dengan orang lain. Melalui bermain
pula sebenarnya anak belajar tentang berkomunikasi secara lisan.
Salah satu aktivitas bermain yang dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi lisan anak adalah dengan bermain peran makro. Bermain peran
makro merupakan kegiatan yang dilakukan anak dengan menjadi tokoh dan
menggunakan alat berukuran seperti sesungguhnya yang digunakan anak
untuk menciptakan dan memainkan suatu peran. Maka dari itu perlu adanya
stimulus yang tepat dalam mengembangkan kemampuan komunikasi lisan
anak agar dapat berkembang secara optimal .
Namun berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di TK Tutwuri
Handayani Kelompok B Bandar Lampung yang berjumlah 30 anak dan terdiri
dari usia 5-6 tahun dapat dikatakan bahwa kemampuan berbahasa anak belum
berkembang secara optimal, anak masih terbata-bata ketika menjawab
pertanyaan yang guru berikan, anak belum berani menceritakan kembali suatu
cerita ataupun peristiwa yang telah terjadi. anak-anak belum dapat
bersosialisasi dengan teman sebayanya dan rendahnya kemampuan anak
didik dalam berbahasa lisan. Kemampuan tersebut dapat terlihat dikelas anak
lebih banyak mendengarkan guru, mereka kurang mengungkapkan
pendapatnya sendiri sehingga anak lebih banyak menerima informasi
4
daripada mengeluarkan pendapatnya, mengakibatkan bahasa dan komunikasi
lisan yang dimiliki anak terbatas.dan lebih dari sebagian anak di kelas belum
mampu ketika diminta untuk menceritakan kembali sesuatu peristiwa atau
kejadian.
Kurangnya kemampuan anak dalam berkomunikasi seperti anak belum lancar
berbicara sehingga sebagian besar anak masih terbata-bata ketika menjawab
pertanyaan dari guru, sehingga suasana pembelajaran yang nampak
menunjukkan kurangnya interaksi dan komunikasi antara anak dengan anak
maupun antara anak dengan guru. Sebagai contoh: anak diminta oleh guru
untuk bermain peran dokter-dokteran. Dilihat 13 dari 30 anak masih belum
dapat menjawab pertanyaan terkait dengan peran yang dimainkan, 17 dari 30
anak masih belum dapat mengajukan pertanyaan kepada anak yang sedang
memainkan peran, 20 anak masih sulit mengungkapkan informasi yang
berhubungan dengan peran yang dimainkan dan 23 anak masih sulit
menceritakan pengalaman atau kejadian yang dialami secara sederhana dan
urut.
Permasalahan ini muncul disebabkan beberapa faktor penghambat
diantaranya kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh guru, APE dan
media yang digunakan tidak menarik, serta tidak memberi kesempatan
kepada anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
Selain itu kondisi tersebut dapat dilihat saat pembelajaran yang terjadi di
kelas masih mengedepankan kegiatan Calistung yang tidak sesuai dengan
kebutuhan Pendidikan anak usia dini dimana pembelajaran yang seharusnya
dilakukan yaitu melalui bermain, akibatnya anak tidak fokus dalam
5
pembelajaran karena pembelajaran didalam kelas yang dilakukan masih
monoton sehingga anak lebih cepat merasa jenuh dan bosan. Faktor lain yang
mempengaruhi yaitu kurangnya media pembelajaran yang mendukung
kemampuan berkomunikasi lisan, hal ini menyebabkan anak tidak termotivasi
untuk belajar secara aktif, kreatif dan dan menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa perlu melakukan penelitian
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan anak melalui kegiatan
bermain peran makro karena dengan penerapan kegiatan bermain peran
diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan komunikasi lisan pada anak.
Melalui sebuah penelitian ini dapat menjawab beberapa permasalahan yang
kerap dihadapi di masyarakat maupun di lembaga anak usia dini terkait
dengan stimulasi berkomunikasi lisan bagi anak usia dini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di TK Tutwuri Handayani Bandar
Lampung maka dapat diperolehlah identifikasi masalah dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
1. Anak belum mau dalam mengutarakan pendapatnya kepada orang lain.
2. Anak belum lancar berbicara serta masih terbata-bata ketika
menjawab pertanyaan dari guru.
3. Masih kurangnya interaksi dan komunikasi antara anak dengan anak
maupun antara anak dengan guru
4. Masih kurangnya kegiatan bermain peran, khususnya kegaitan bermain
peran makro disekolah
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka perlu adanya pembatasan masalah,
maka peneliti membatasi masalah yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi lisan pada anak belum berkembang secara
optimal
2. Subjek penelitian terfokus pada anak usia 5-6 tahun atau anak
dikelompok B
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah ada Hubungan Kegiatan Bermain Peran Makro dengan
Kemampuan Komunikasi Lisan Anak Kelompok B di TK Tutwuri Handayani
Bandar Lampung.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kegiatan bermain peran makro dengan kemampuan
komunikasi lisan pada anak usia dini kelompok B di TK Tutwuri Handayani
Bandar Lampung.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun penelitian ini memiliki 2 manfaat yaitu
manfaat teoritis dan praktis, yaitu :
1. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi dalam
7
pengembangan bahasa terutama pada kemampuan komunikasi lisan pada
anak kelompok B.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Guru
Dengan kegiatan bermain peran guru diharapkan dapat
menggunakan metode ini sebagai salah satu rujukan untuk proses
pembelajaran dikelas.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif
kepada lembaga penyelenggara pendidikan.
8
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Anak Usia DiniAnak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Menurut
Fadlillah (2012:18) mengemukakan bahwa “Anak usia dini adalah anak
yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan bersifat unik”.
Senada dengan pendapat di atas menurut Marjory (Isjoni, 2011:19)
mengemukakan bahwa ”Anak usia dini adalah anak mulai dari lahir
sampai umur enam tahun yang sedang dalam masa peka”. Sejak dini
anak diberikan stimulus/rangsangan guna mengembangkan aspek
pertumbuhan dan perkembangan anak baik jasmani maupun rohani.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak
usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-6 tahun yang
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat yang merupakan masa peka anak.
Mengingat hal tersebut maka perkembangan bagi anak usia dini
merupakan hal yang sangat penting untuk diberikan perhatian khusus
agar perkembangan dapat tercapai secara optimal. Menurut Dariyo
9
(2007:20) mengemukakan pendapatnya bahwa “Perkembangan
mengandung pengertian sebagai suatu konsep perubahan manusia yang
mengarah pada kualitas substansi perilakunya, akibat proses perubahan
fisik maupun proses pembelajaran.”
Perkembangan dalam hal ini dapat dicontohkan seperti halnya tahapan
seorang bayi yang awalnya hanya dapat menangis, tidur makan serta
minum saja. Setelah berumur satu tahun bayi sudah mampu tengkurep,
tersenyum, memegang benda dan sebagainya. Dengan adanya perubahan
tersebut menandakan bahwa bayi sudah dapat berkembanga menjadi
semakin baik. Perkembangan ini merupakan suatu perubahan yang tidak
hanya dilihat dari penambahan ukuran secara kuantitatif tetapi terdapat
peningkatan secara kualitatif yang terjadi dalam sturuktur yang sistematis
dan berurutan.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Aisyah (2008:2.5)
mengemukakan bahwa “Perkembangan adalah suatu proses perubahan
secara berurutan dan progresif yang terjadi akibat kematangan dan
pengalaman yang berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai
meninggal dunia”.
Perkembangan dalam hal ini berarti suatu perubahan yang terjadi secara
beraturan dan terjadi sangat pesat dalam waktu singkat. Perkembangan
terjadi diakibatkan adanya kematangan fisik dan psikis yang terjadi sejak
anak dalam kandungan hingga meniggal dunia. Masa perkembangan
yang sangat pesat hanya terjadi pada anak usia dini yang disebut dengan
10
masa keemasan (golden age) dimana pada masa ini pula segala bentuk
perkembangan dapat distimulasi dengan mudah.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan perkembangan anak usia dini
adalah tahapan perubahan yang terjadi secara pesat, baik secara kualitatif
ataupun kuantitatif yang bersifat mendasar, yang terjadi akibat
kematangan dan pengalaman pada anak usia 0-6 tahun.
2. Lingkup Perkembangan Anak Usia Dini
Usia dini merupakan masa perkembangan paling peka yang terjadi
sepanjang kehidupan manusia maka dari itu masa usia dini kerap disebut
sebagi masa peka. Pada masa peka ini individu berada dalam kondisi
yang paling mudah untuk distimulasi,sehingga stimulasi yang sesuai akan
membuat anak mampu mencapai perkembangan pada semua lingkup
secara optimal. Lingkup perkembangan tersebut saling berkaitan satu
sama lain dan dikembangkan secara terpadu serta berkesinambungan
melalui program pengembangan anak usia dini. Adapun struktur
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana yang
tercantum dalam Permendiknas No. 146 tahun 2014 memuat program
pengembangan yang mencakup:
1 ) Pengembangan nilai agama dan moral,2 ) Pengembangan fisik-motorik3 ) Pengembangan kognitif4 ) Pengembangan bahasa5 ) Pengembangan sosial-emosional serta6 ) Pengembangan seni
Pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain. Bahasa
11
akan berkembang jika lingkungan disekitar anak dapat menyediakan
suasana yang mendorong anak untuk aktif menggunakan berbagai
kemampuan berbahasanya. Konteks bermain yang dimaksu disini berupa
kegiatan bermain peran berkelompok, dimana dalam kegiatan bermain ini
interaksi dan percakapan antar anak mendominasi jalannya permainan.
Keenam program pengembangan diatas secara alamiah telah ada dalam
diri anak usia dini. Keenam hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama
lain dan membentuk suatu hubungan koheren yang utuh dalam diri anak
dan dikembangkan secara seimbang melalui kegiatan dalam konteks
bermain yang sesuai. Dengan demikian akan mendukung terwujudnya
tujuan pendidikan anak usia dini yang mampu `mengoptimalkan
perkembangannya.
B. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
1. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan
dasar di taman kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa
sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih
mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan pengalaman. Adapun
pengertian bahasa menurut Badudu (Nurbiana, 2009:1.11) menyatakan
bahwa “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota
masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya”.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Santrock (2015:67)
menyatakan bahwa “Bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan,
12
tertulis atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol”. Bahasa yang
dimiliki oleh anak adalah bahasa yang telah dimiliki dari hasil
pengolahan dan telah berkembang. Anak telah banyak memperoleh
masukan dan pengetahuan tentang bahasa dari lingkungan, baik
lingkungan keluarga, masyarakat, juga lingkungan pergaulan teman
sebaya, yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara
alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat
sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara untuk merespon orang lain.
Bahasa ada yang bersifat reseptif dan ekspresif, reseptif adalah
dimengerti dan diterima sedangkan ekspresif maksudnya ialah
dinyatakan. Hal ini dinyatakan menurut Bromley (Nurbiana,
2009:1.19) “Bahasa bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun
ekspresif (dinyatakan)”. Contoh bahasa reseptif adalah mendengarkan
dan membaca suatu informasi, sedangkan contoh ekspresif adalah
berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada
orang lain”. Sementara itu, mengacu pada Undang-Undang No. 137
tahun 2014 bahasa dibagi dalam berbagai kemampuan yang terdiri
dari: memahami bahasa reseptif, mengekspresikan bahasa dan
keaksaraan.
Memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami cerita
perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan. Kemampuan-
kemampuan ini didapat melalui pemerolehan dan pemrosesan simbol
13
visual dan verbal. Ketika anak memahami cerita perintah, aturan,
menyenangi dan menghargai bacaan, mereka mahami bahasa
berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya.
Mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan bertanya,
menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan
kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan
perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan. Anak ketika
mengekspresikan bahasa melibatkan perpindahan arti kata berupa
simbol visual atau verbal yang diproses maupun diekspresikan dengan
cara menyusun bahasa dan mengonsepkan arti agar sesuai dengan
maksud dan tujuannya.
Keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan
bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.
Pemahaman ini didapat melalui kegitan pengenalan simbol-simbol
huruf sebagai persiapan menulis dan membaca permulaan bagi anak.
Anak dapat menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai
cara. Caranya dengan memberikan rangsangan lewat komunikasi yang
aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut
dapat muncul dengan membacakan cerita, bermain tebak-tebakan
kata, mendongeng dengan menggunakan alat peraga serta bermain
peran.
14
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
bahasa merupakan alat komunikasi baik itu lisan maupun tulisan yang
menyatakan suatu pikiran, perasaan serta keinginannya. Adapun
bahasa bersifat reseptif dan ekspresif, reseptif adalah mendengarkan
dan membaca suatu informasi, sedangkan bahasa ekspresif adalah
dinyatakan yaitu dengan berbicara dan menuliskan informasi untuk
dikomunikasikan kepada orang lain.
b. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Perkembangan bahasa merupakan suatu proses perubahan yang terjadi
dalam suatu sistem yang tersusun dan teratur. Untuk itu
perkembangan bahasa terdiri dari tahapan-tahapan tertentu. Santrock
(2007: 356) membagi tahapan perkembangan bahasa anak usia dini
menjadi dua tahapan yang terdiri dari : a. Masa bayi (0-24 bulan)
b.Masa kanak-kanak awal (2-6 tahun).
Tahapan masa bayi (0-24 Bulan) menunjukkan perkembangan bahasa
dengan pola-pola yang hampir sama pada semua bayi di dunia. Pola-
pola perkembangan tersebut terdiri dari : (1) celoteh dan vokalisasi (2)
mengenali bunyi-bunyi bahasa (3) kata-kata pertama (4) ucapan-
ucapan dua kata.
Celoteh dan vokalisasi merupakan pola perkembangan yang nampak
pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi. Pada tahap ini bayi mulai
secara efektif mengeluarkan suara berupa celoteh dan gerak isyaratnya
yang bertujuan untuk menarik perhatian orang-orang disekitar bayi.
15
Celoteh dan vokalisasi itu terjadi dalam rangkaian sebagai berikut :
menangis,cooing (mendekut),celoteh dan gerakan.
Mengenali bunyi-bunyi bahasa mulai bayi lakukan sejak kelahiran
hingga usia 6 bulan pertama,awalnya mereka hanya mampu mengenali
perubahan bunyi suku kata saja,namun setelah enam bulan bayi akan
menjadi semakin peka dalam merasakan perubahan bunyi dari bahasa
mereka sendiri dan bahasa yang diucapkan oleh orang tuanya.
Kata-kata pertama pada bayi muncul pada usia 8-12 bulan. Hal ini
terjadi karena bayi sudah mulai mengindikasikan pemahaman kata-
kata mereka yang pertama. Kata-kata pertama yang biasa muncul
meliputi kata-kata penting disekitar anak,seperti pa-pa,ma-ma,cu-cu
dan lain-lain.
Ucapan-ucapan dua kata mulai lazim muncul pada saat anak berusia
18-24 bulan. Untuk menyampaikan makna dengan hanya dua
kata,anak sangat bergantung pada gerak tubuh,nada dan konteks. Pola
yang terjadi pada tahapan ini memiliki kesamaan dengan pembicaraan
telegrafis yaitu penggunaan kata-kata pendek dan singkat untuk
menyampaikan suatu makna tanpa tanda-tanda gramatikal seperti kata
kerja bantu dan kata-kata penghubung lain.
Tahapan perkembangan selanjutnya ialah masa kanak-kanak awal (2-6
tahun) yang juga disebut masa krusial dalam perkembangan bahasa
anak usia dini,dimana pada masa ini anak-anak memiliki kesempatan
lebih untuk mengembangkan bahasanya dalam lingkugan yang lebih
16
luas dari lingkungan keluarga. pola-pola perkembangan yang terjadi
pada masa kanak-kanak awal meliputi : (1) pemahaman fonologi dan
monologi (2) memahami sintaksis (3) kemajuaan-kemajuan dalam
semantik (4) kemajuan-kemajuan dalam pragmatik
Pemahaman fonologi dan monologi ini ditunjukkan anak-anak melalui
kesensitivitasan yang lebih tinggi terhadap kata-kata yang diucapkan.
Hal ini dibuktikan dengan pemahaman anak tentang aturan-aturan
morfologi misalnya mulai menggunakan awalan untuk kata kerja
“mem” pada kata “membantu”
Memahami sintaksis merupakan perkembangan pada masa kanak-
kanak awal yang ditunjukkan melalaui kemampuan anak dalam
membedakan penggunaan kata pada kalimat tertentu misalnya pada
kata tanya mereka memhami bebrapa kata dan dengan kalimat apa
kata-kata tersebut dikombinasikan seperti kata “dimana dan kemana”.
Kemajuaan-kemajuan dalam semantik mulai terjadi pada usia 1
hingga mencapai 6 tahun,anak menunjukkan peningkatan yang terus
menerus tentang pemahaman kata-kata. Rata-rata anak berusia 6 tahun
mempelajari 22 kata baru per hari.
Kemajuan-kemajuan dalam pragmatik pada anak makin terlihat ketika
mereka memasuki dunia prasekolah. Anak berusia 6 tahun terlihat
lebih mahir bercakap-cakap dibandingkan ketika usia mereka 2 tahun.
Dari usia 3 tahun hingga masa prasekolah anak-anak mengembangkan
17
kemampuan berbicara mereka melalui imajinasi yang dikenal sebagai
pemindahan (displacement).
Selain pembagian tahapan perkembangan bahasa diatas, Ramsey
(dalam Beaty,2013: 315) membagi perkembangan bahasa anak
prasekolah yang terdiri dari 4 tahapan sebagai berikut :
a. PraproduksiSaat pertama kali memasuki lingkungan bahasa baru yangasing,mereka sering kali merespon dengan terdiam. Anak-anak yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa keduasering kali berkonsentrasi pada apa yang sedang dikatakanketimbang berusaha mengatakan sesuatu.
b. Transisi ke ProduksiSaat anak-anak sudah makin nyaman mereka sering kalimulai berbicara dengan memberikan jawaban satu kata ataspertanyaan
c. Produksi AwalAnak-anak mungkin akan merespon pertanyaan dankegiatan dalam frasa singkat. Mereka mungkin bisa terlibatdalam percakapan sederhana bahkan melalui menggumamdan bernyanyi
d. Perluasan ProduksiAnak-anak berbicara dalam kalimat panjang,mengajukanpertanyaan,mengisahkan suatu cerita,melakukan permainanperan dan melakukan percakapan panjang.
Berpijak pada hal diatas,maka perkembangan bahasa anak usia dini
dalam hal ini usia prasekolah terus mengalamami perluasan
pencapaian pada setiap tahapnya. Lingkungan baru yang dimasuki
anak turut berdampak pada tahap perkembangan bahasanya.
Lingkungan baru yang mampu memberikan stimulasi untuk
berkomunikasi akan mendorong bahasa anak berkembang lebih
optimal.
18
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahasa anak usia
dini berkembang seiring dengan bertambahnya uisa anak. Tahap
perkembangan masa bayi dan kanak-kanak awal memilki pola
perkembangan yang khas dalam setiap tahapannya. Sementara tahap
perkembangan pada usia prasekolah menitik beratkan lingkungan baru
sebagai sumber belajar yang mendukung perkembangan bahasa anak.
C. Kemampuan Komunikasi Lisan Anak Usia Dini
Kemampuan bahasa khususnya ranah mengungkapkan bahasa merupakan
suatu aspek terpenting karena dengan mengungkapkan bahasa anak dapat
mengekspresikan ide, pendapat dan gagasannya kepada orang lain. Anak
sebagai individu yang aktif tentu harus memiliki modal kemampuan yang
mendukung agar anak dapat mengungkapkan bahasa sesuai dengan maksud
dan tujuannya. Kemampuan pendukung tersebut ialah kemampuan
berkomunikasi lisan.
1. Pengertian Berkomunikasi Lisan Anak
Dhieni dkk (2009:1,9) menjelaskan berkomunikasi adalah
“perpindahan suatu makna dari si pemberi pesan kepada si penerima
melalui suara, tanda dan bahasa tubuh. Sementara lisan sesuatu yang
bersumber dari ucapan atau verbal”.
Atas dasar hal tersebut, maka terlihat bahwa kemampuan
berkomunikasi lisan memiliki kaitan yang erat dengan berbicara
sebagai alat komunikasi lisan itu sendiri. Hurlock (1998: 177)
mengemukakan pendapatnya tentang bicara bahwa :
19
Bicara merupakan alat berkomunikasi, sejak usia awal anak telah
mengetahui bahwa bicara merupakan alat yang lebih baik untuk
berkomunikasi dibandingkan tangisan, isyarat dan bentuk prabicara
lainnya sehingga muncul motivasi yang kuat untuk belajar
berkomunikasi melalui bicara.
Berdasarkan uraian diatas maka bicara merupakan alat komunikasi
yang telah disadari oleh anak sejak dini sebagai alat efektif untuk
mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya. Mulyasa (2012: 27)
juga menjelaskan bahwa:
Bicara sebagai suatu bagian dari kemampuan berbahasa yangtidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanismesuara yang berbeda tetapi juga mempunyai aspek mental yaitukemampuan mengkaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.
Berdasarkan pendapat diatas maka berbicara sebagai alat komunikasi
bukan hanya dilihat dari suara sebagai wujud komunikasi, melainkan
terdapat peran aspek mental yang mampu mengkaitkan arti yang
tersirat dari suara atau bunyi yang dihasilkan dalam berkomunikasi.
Hal senada juga diungkapkan untuk menjelaskan makna
berkomunikasi lisan. Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh
Dhieni (dalam Aksioma:2012) bahwa “pengembangan komunikasi
lisan anak merupakan usaha meningkatkan kemampuan anak
berkomunikasi secara lisan untuk mengungkapkan ide, gagasan dan
pendapatnya melalui situasi yang disukainya”. Selain itu Suyanto,
(dalam Choiriyah 2014) : komunikasi lisan ialah suatu kemampuan
menggunakan bahasa secara lisan untuk mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
20
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
berkomunikasi lisan ialah suatu kemampuan berbahasa melalui
berbicara untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan
sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan ini
dikembangkan melalui situasi yang disukai anak yakni melalui
kegiatan bermain yang menyenangkan.
2. Tujuan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Anak
Kemampuan berkomunikasi lisan bagi anak memiliki tujuan secara
umum yaitu, agar anak mampu berargumentasi meyakinkan orang lain
melalui kata – kata yang diucapkan, memberikan ide dan gagasan yang
dimiliki, dapat mengungkapkan perasaan yang dirasakan, bercerita
mengenai pengalaman yang pernah dialami serta bertanya ataupun
menjawab pertanyaan orang lain.
Tujuan pengembangan kemampuan berkomunikasi lisan menurutCampbell (sujiono 2013:57) adalah :
a. Agar anak mampu berkomunikasi baik secara lisan maupuntulisan dengan baik
b. Memiliki kemampuan bahasa untuk meyakinkan orang lainc. Mampu mengingat dan menghafal informasid. Mampu memberikan penjelasane. Mampu untuk memnbahas bahasa itu sendiri
Sedangkan menurut Hartono (Suhartono 2005:123) tujuan umumdalam pengembangankemampuan komunikasi anak, yaitu :
a. Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukanuntuk berkomunikasi sehari – hari
b. Mampu mendengarkan dan memahami kata – kata serta kalimatc. Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang
tepatd. Berminat menggunakan bahasa yang baike. Berminat untuk menghubungkan antara lisan dan tulisan
Menurut Tarigan (2008:16) bahwa “tujuan utama dari berbicara dalah
untuk berkomunikasi, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
21
seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikan.
Kesimpulan dari pendapat yang telah dipaparkan bahwa tujuan
kemampuan berkomunikasi lisan dalam penelitian ini adalah
membantu anak memiliki perbendaharaan kata untuk berkomunikasi
dalam berinteraksi dengan teman sebaya, guru maupun orang lain,
mampu mengungkapkan pendapat yang dimiliki dengan lafal yang
tepat, berani bercerita mengenai pengalaman yang pernah dialami baik
kepada guru, teman sebaya ataupun orang lain.
3. Karakteristik Kemampuan Berkomunikasi Lisan Anak
Kemampuan berkomunikasi lisan sangat penting untuk dikembangkan
karena hal ini akan mendukung keterampilan anak untuk berbicara
aktif mengekspresikan ide, gagasan dan perasaannya. Seiring dengan
berkomunikasi lisan yang meningkat, komunikasi anak yang diawali
dengan mengekspresikan suara saja meningkat menjadi komunikasi
yang diekspresikan melalui ujaran yang jelas dan tepat. Menurut
Suharto (dalam Choiriyah, 2014: 10) pengembangan bicara sebagai
alat berkomunikasi memiliki tujuan umum, yaitu :
a. Anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secaratepat
b. Anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untukkeperluan berkomunikasi
c. Dan anak mampu menggunakan kalimat secara baik.
Selanjutnya Depdiknas (dalam Choiriyah, 2014: 17-18) dimensi
perkembangan bahasa anak usia dini 4-6 tahun memiliki karakteristik
diantaranya : (a) dapat berbicara dengan kalimat sederhana yang terdiri
22
dari 4-5 kata (b) mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara
berurutan (c) senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana dengan urut dan mudah dipahami (d) dapat mengajukan
pertanyaan dengan kata apa, siapa dan mengapa (e) mengerti bentuk
pertanyaan dengan kata apa, siapa dan mengapa (f) dapat mengulang
dan menyanyikan lagu anak-anak sederhana (g) dapat menjawab
telepon dan menyampaikan pesan sederhana (h) dapat berpesan serta
dalam percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu didengar.
Selain itu (Dhieni dkk, 2009: 3.7) menjelaskan Karakteristik
komunikasi lisan meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara
dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan
benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana
dengan urutan yang mudah dipahami, membandingkan dua hal,
memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan
lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan
kemampuan berkomunikasi lisan anak usia dini dapat diidentifikasi
melalui karakteristik sebagai berikut : (a) menjawab pertanyaan (b)
mengajukan pertanyaan (c) melakukan kegiatan sesuai perintah lisan
(d) menceritakan pengalaman atau kejadian secara sederhana dan urut.
D. Bermain Bagi Anak Usia Dini
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri.
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak akan memuaskan
tuntutan dan kebutuhan perkembangannya. Bagi anak bermain bukan hanya
23
menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus
terpenuhi. Jika tidak tahap perkembangan yang berfungsi kurang baik yang
nantinya akan terlihat ketika anak sudah menjadi remaja.
1. Pengertian Bermain
Menurut Hurlock (Musfiroh, 2005:2) menjelaskan bahwa “Bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir”. Kegiatan tersebut dilakukan secara
sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Tokoh lain
dikemukakan Brooks (Latif, 2014:77), bahwa “Bermain (play) merupakan
istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya hilang”.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Dworetsky (Moeslichatoen,
2004:24) mengungkapkan bahwa“Bermain merupakan kegiatan yang
memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang
lebih ditekankan pada caranya daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan
itu”.
Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan, bermain merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan tidak ada unsur paksaan dan merupakan
faktor paling penting yang berpengaruh dalam periode perkembangan diri
anak.
2. Manfaat Bermain bagi Anak Usia Dini
Bermain tidak hanya menyenangkan tetapi juga memberikan banyak
manfaat bagi anak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangannya.
Menurut Triharso (2013:10) menyatakan bahwa manfaat bermain bagi
anak antara lain :
24
1. Bermain memengaruhi perkembangan fisik anak.2. Bermain dapat digunakan sebagai terapi.3. Bermain meningkatkan pengetahuan anak.4. Bermain melatih penglihatan dan pendengaran anak.5. Bermain memengaruhi perkembangan kreativitas anak.6. Bermain mengembangkan tingkah laku sosial anak.7. Bermain memengaruhi nilai moral anak
Adapun manfaat bermain menurut Moeslichatoen (2004:32), diantaranya:
1. Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasiotot kasar.
2. Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakankemampuan kognitif.
3. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkankreativitas.
4. Melalui kegiatan bermain anak juga mampu melatihkemampuan bahasa.
5. Melalui bermain anak dapat meningkatkan kepekaan emosi.6. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan
sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang
disukainya, adapun manfaat bermain bagi anak usia dini yakni dapat
mempengaruhi perkembangan fisik yang ditandai dengan anak mampu
melakukan koordinasi otot kasar, manfaat selanjutnya dapat
mempengaruhi perkembangan kreativitas anak, serta dapat
mengembangkan prilaku sosial anak. Secara umum manfaat bermain dapat
mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang ada dalam diri anak
dan sebagai kesiapan untuk melangkah ketahap perkembangan
selanjutnya.
3. Jenis Bermain
a. Jenis Bermain Pada Anak Usia Dini
Terdapat banyak jenis bermain yang dapat digunakan dalam
25
pembelajaran anak usia dini. Bahkan segala hal yang menarik bagi
anak dapat digunakan sebagai cara bermain. Dari sekian bermain yang
ada, Menurut Asmawati,dkk (2010:8) jenis bermain digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Main Sensorimotor atau FungsionalMain sensorimotor pada anak usia dini merupakanrangsangan untuk mendukung proses kerja otak dalammengelola informasi yang didapatkan anak dari lingkungansaat bermain, baik dengan tubuhnya sendiri maupun denganberbagai benda disekitarnya.
2. Main PeranMain peran kadang disebut juga main simbolik, main pura-pura, fantasi, imajinasi atau main drama.
3. Main PembangunanMain pembangunan anak dimulai dari bermain dengan bendayang bersifat cair (air, cat, pasir) sampai bahan yang sangatterstruktur.
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak
dan atas keputusan anak sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa
senang sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan
menghasilakan proses belajar pada anak. Senada dengan pendapat di
atas menurut Latif, dkk (2014:202) menyatakan bahawa “Dalam
kegiatan bermain hendaklah mendukung, diantaranya tiga jenis main,
yaitu: sensorimotor, peran, dan pembangunan”.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis permainan terbagi
menjadi tiga yaitu bermain sensorimotor, main peran, dan
pembangunan. Main sensorimotor merangsang proses kerja otak anak
dan mengelola informasi dari lingkungan bermain, baik itu melalui
tubuhnya maupun berbagai benda yang ada disekitarnya. Main peran
26
merupakan permainan yang imajinatif atau berpura-pura saat
memainkannya.
b. Pengertian Bermain Peran
Hakikat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan
emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara
nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran,
diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasikan perasaannya,
memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya,
mengembangkan ketrampilan dan sikap dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, dan mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan
melalui berbagai cara.
Bermain peran merupakan bentuk pembelajaran, dimana peserta didik
ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Anak berperan
sesungguhnya menjadi seseorang atau sesuatu. Anak yang terlibat
dalam main peran dapat menggunakan kesadarannya, kesadaran ini
masih berbentuk imajinasi yang masih belum dapat ditangkap secara
tepat oleh anak. Menurut Moeslichatoen (2004:38) bermain peran
adalah:
Bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakaibahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu,situasi tertentu, atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang dalamdunia nyata tidak dilakukan.
Kegiatan bermain peran memberikan kesempatan anak untuk
menciptakan situasi khayalan dimana anak diberi kesempatan untuk
bereksplorasi dengan suatu objek dan melakukan kegiatan sesuai
27
dengan karakter objek tertentu. Menurut Kamtini dan Husni (2005:60)
“Bermain peran yaitu anak bermain dengan memerankan sebagai
guru, bapak, ibu, anak manja, anak yang nakal, kakek, nenek, tamu
dan sebagainya”.
Senada dengan teori diatas Menurut Stasen Berger dan Garvey
(Mayke, 2001:35) mengungkapkan bahwa “Bermain peran yaitu
kegiatan bermain khayal atau pura-pura yang melibatkan unsur
imajinasi dan peniruan terhadap prilaku orang dewasa”.
Bermain peran juga melakukan uji coba melalui kegiatan bermain.
Kegiatan bermain peran, anak membuat keadaan yang ia ciptakan
sendiri sambil memperbaiki kesalahan-kesalahan dan memperkuat
harapan-harapannya. Misalnya, anak yang awalnya takut jika bertemu
seorang dokter, melalui peran main dokter-dokteran perlahan-lahan
dia belajar bahwa ketakutannya tidak perlu terjadi karena dokter
bukan orang jahat tapi justru ingin membantu mengobati penyakit.
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bermain
peran adalah bermain yang menggunakan daya khayal atau imajinasi
dalam memerankan suatu peran untuk menirukan suatu prilaku
ataupun profesi yang biasa dilakukan orang lain.
c. Jenis Bermain Peran
Dilihat dari jenisnya bermain peran terbagi menjadi 2 jenis diantaranya
bermain peran makro dan mikro. Menurut Erikson (dalam Latif,
2014:207) menyebutkan bahwa:
Bermain peran terbagi menjadi dua, yaitu bermain peran mikro danbermain peran makro. (1) bermain peran mikro yaitu anak
28
memainkan peran melalui alat bermain atau benda yang berukurankecil. (2) bermain peran makro yaitu anak bermain menjadi tokohmenggunakan alat berukuran seperti sesungguhnya yang digunakananak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran.
Senada dengan pendapat di atas, Vygotsky (dalam Mutiah, 2012:115)
menjelaskan bahwa:
Bermain peran dibagi menjadi dua jenis yaitu bermain peran makrodan bermain peran peran mikro. Bermain peran makro yakni anakberperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu,sedangkan bermain peran mikro di mana anak menggerak-gerakanbenda berukuran kecil untuk menyusun adegan, saat anak bermainperan mikro anak belajar untuk menghubungkan dan mengambilsudut pandang dari orang lain.
Pendapat lain yang dikemukan oleh Papalia Olds, et al (2009:398)
menyebutkan bahwa anak seringkali bermain peran dengan
menggunakan boneka-boneka atau property lainnya (mikro), akan
tetapi anak juga terkadang bermain menjadi dokter yang sedang
memeriksa pasiennya (makro).
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa jenis
bermain peran terdiri dari mikro dan makro. Bermain peran mikro
merupakan permainan yang menggunakan mainan ukuran kecil,
sedangkan peran makro menggunakan ukuran yang mirip dengan
aslinya.
Prinsipnya kedua jenis bermain peran tersebut memiliki fungsi yang
sama, hanya saja pada saat pelaksanaannya yang berbeda. Saat
bermain peran makro anak sendiri yang menjadi pemerannya
sedangkan pada saat bermain peran mikro anak berperan menjadi
dalang untuk memerankan tokoh-tokoh berukuran kecil, akan tetapi
29
dalam hal ini peneliti hanya ingin membahas tentang kegiatan bermain
peran makro.
d. Manfaat Bermain Peran
Bermain peran bermanfaat untuk mendorong anak agar turut aktif
dalam pemecahan sambil menyimak secara seksama bagaimana orang
lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Melalui
bermain peran dalam pembelajaran, peserta didik juga dapat
mengeksplorasi perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap,
nilai dan persepsinya mengenai suatu hal, mengembangkan
keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Hal ini selaras degan pendapat Surya (2006:47) manfaat
bermain peran yaitu:
1. Mengajarkan pada anak bagaimana memahami dan mengertiperasaan orang lain
2. Mengerjakan pembagian pertanggungjawaban danmelaksanakannnya
3. Mengerjakan cara mengargai pendapat orang lain4. Mengajarkan cara mengambil keputusan dalam kelompok
Selain itu menurut Mayke (2001:58) “Bermain peran bermanfaat
untuk membantu penyesuaian diri anak. Dengan memerankan tokoh-
tokoh tertentu ia belajar tentang aturan-aturan atau perilaku apa yang
bisa diterima oleh orang lain, baik dalam berperan sebagai ibu, ayah,
guru, murid dan seterusnya”. Anak juga belajar untuk memandang
suatu masalah dari kacamata tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga
diharapkan dapat membantu pemahaman sosial pada diri anak.
Manfaat lain adalah anak dapat memperoleh kesenangan dari kegiatan
yang dilakukan atas usaha sendiri, belajar.
30
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran
dapat membantu anak dalam pengambilan keputusan dan memahami
aturan-aturan. Bermain peran juga dapat melatih anak memecahkan
masalah sederhana yang terjadi pada dirinya.
e. Langkah-langkah bermain peran
Sebelum melakukan kegiatan bermain peran, maka terlebih dahulu
perlu diketahui langkah-langkah dalam bermain agar kegiatan bermain
yang dilakukan menjadi lebih terarah. Menurut Moeslichatoen
(2004:63) langkah-langkah kegiatan bermain melalui urutan dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) Kegiatan pra bermain (2)
Kegiatan bermain (3) Kegiatan penutup.
Secara rinci langkah-langkah bermain peran menurut Nuraini
(2010:82) adalah sebagai berikut:
1. Guru mengumpulkan anak-anak untuk diberikan pengarahandan aturan serta tata tertib dalam bermain.
2. Guru membicarakan alat-alat yang akan digunakan oleh anakuntuk bermain.
3. Guru memberikan pengarahan sebelum bermain dan mengabsenanak serta menghitung jumlah anak bersama-sama.
4. Guru membagikan tugas kepada anak-anak sebelum bermainmenurut kelompoknya agar anak tidak mengenai alat-alatbermain yang sudah disediakan.
5. Guru sudah menyiapkan anak-anak permainan yang akandigunakan sebelum mulai bermain.
6. Anak bermain sesuai dengan perannya.7. Guru hanya mengawasi anak. Mendampingi anak dalam
bermain apabila dibutuhkan anak guna membantunya.8. Setelah waktu bermain hamper habis, guru dapat menyiapkan
berbagai macam buku cerita. Sementara guru merapikanpermainan dengan dibantu oleh beberapa anak.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Djamarah (2005:238) bahwa
terdapat lima langkah dalam bermain peran yaitu: (1) penentuan topic,
31
(2) penentuan anggota pemeran, (3) mempersiapkan peranan, (4)
latihan singkat dialog, (5) pelaksanaan permainan peran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah-langkah dalam bermain
perlu untuk diketahui dan dipahami oleh para pendidik agar proses
bermain yang dilakukan oleh anak dapat berjalan dengan kondusif
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai
dengan standar yang diharapkan.
4. Bermain Peran Makro
a. Pengertian Bermain Peran Makro
Bermain peran makro merupakan permainan yang memerankan suatu
peran dengan menggunakan bahan yang berukuran mirip dengan
aslinya. Bermain peran makro memberikan pengalaman yang
menyenangkan bagi anak saat pembelajaran karena anak terlibat
langsung dalam kegiatan. Menurut Erikson (Asmawati, 2010:8)
bermain peran makro adalah “Bermain peran dengan alat-alat
berukuran sesungguhnya yang dapat digunakan anak untuk
memainkan peran yang dipilihnya”.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Latif (2013:130)
mengemukakan bahwa :
Bermain peran makro merupakan kegiatan yang memberikankesempatan kepada anak untuk mengembangkan pengertianmereka tentang dunia sekitarnya, kemampuan berbahasa,keterampilan mengambil sudut pandang dan empati melaluiperan yang mengalirkan knowledge pada anak.
Sementara, Erikson (dalam Latif, 2013:207) berpendapat bahwa
bermain peran makro yaitu anak bermain menjadi tokoh menggunakan
32
alat berukuran seperti sesungguhnya yang digunakan anak untuk
menciptakan dan memainkan peran—peran. Lebih lanjut, mutiah
(2012:115) berpendapat bahwa bermain peran makro adalah bermain
yang sifatnya kerjasama dua orang atau lebih khususnya untuk usia
taman kanak-kanak.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bermain peran makro merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak
dengan cara memerankan tokoh-tokoh tertenntu dan anak berperan
langsung sebagai pemainnya.
b. Bentuk Bermain Peran Makro
Bermain peran memiliki banyak bentuk permainan yang di sesuaikan
dengan tema dan keadaan di lingkungan anak. Menurut Stasen Berger
dan Garvey (Mayke, 2001:35) mengatakan bahwa “Bentuk bermain
peran diantaranya: dokter-dokteran, ibu-ibuan, masak-masakan,
sekolah-sekolahan, polisi-polisian dan lain-lainnya”.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Erikson (Asmawati, 2010:8)
“Kegiatan bermain peran makro dapat dilakukan dengan kegiatan
diantaranya: bermain rumah sakit (dokter, perawat, pengunjung,
apoteker), kantor polisi (polisi, penjahat), kantor pos (pengantar surat,
pegawai kantor pos), kantor (direktur, sekertaris, pegawai)”.
Permainan ini dilakukan dengan meniru aktivitas yang biasa dilakukan
oleh orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk peran makro terdiri dari beberapa kegiatan bermain,
33
diantaranya dokter-dokteran, polisi-polisian, masak-masakan, ibu-
ibuan dan lainnya. Kegiatan ini dilakukan dengan meniru suatu
aktivitas yang biasa dilakukan oleh orang lain.
c. Langkah-langkah Bermain Peran Makro
Sebelum melakukan kegiatan bermain peran, perlu mengetahui
langkah-langkah dalam bermain peran agar pembelajaran dalam
bermain peran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Menurut
Djamarah (2005:238) mengatakan bahwa “Terdapat lima langkah
dalam bermain peran yaitu: (1) penentuan topik, (2) penentuan
anggota pemeran, (3) memepersiapkan peran, (4) latihan singkat
dialog, (5) pelaksanaan bermain peran”. Dapat juga diuraikan sebagai
berikut:
1. Guru menata lingkungan yang akan digunakan untuk bermain.2. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
bermain.3. Guru mengumpulkan anak-anak kemudian untuk diberi
penjelasan mengenai aturan main.4. Guru menawarkan kepada anak untuk memilih peran yang
akan mereka mainkan.5. Anak bermain sesuai dengan perannya.6. Guru mengawasi kegiatan bermain anak.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka langkah-langkah bermain
peran perlu diketahui oleh para pendidik agar pelaksanaan
pembelajaran pada saat bermain peran dapat berjalan secara efektif
dan efisiensi sehingga tujuan pembelajaranpun dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
5. Bermain dalam Upaya Mengembangkan Bahasa (Kemampuan
Komunikasi Lisan) Anak Usia Dini
Kegiatan bermain mempunyai dampak positif terhadap perkembangan
anak. Khususnya unuk mengembangkan kemampuan berbahasa. Menurut
34
Carton dan Allen (dalam Musfiroh,2005: 94) bahwa. Melalui bermain
anak dapat menggunakan bahasa secara tepat dan belajar
mengkomunikasikannya secara efektif dengan orang lain.Melalui bermain
pula,sebenarnya anak belajar tentang daya bahasanya.
Dalam hal ini kegiatan bermain yang dipilih juga melibatkan teman-taman
sebaya untuk berkomunikasi secara aktif sehingga anak akan mempelajari
kata-kata baru, model kegiatan bermain yang aktif akan memberikan rasa
aman pada anak dan menciptakan lingkungan yang meningkatkan motivasi
untuk terus belajar.
Dengan demikian. dalam penelitian ini kegiatan bermain yang dapat
dipergunakan dalam upaya mengembangkan kemampuan berbahasa
khususnya dalam kemampuan komunikasi lisan yakni melalui kegiatan
bermain peran.
E. Kajian Penelitian Yang Relevan
Bahasan hasil penelitian yang relevan terkait dengan kemampuan komunikasi
lisan anak dan bermain peran makro, diantaranya :
1. Hasil penelitian yang relevan dengan peneliti yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Ufik Aksioma (2012) dengan judul penelitian yaitu “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Secara Lisan Melalui Metode
Sosiodrama di Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Taruban Tahun
Ajaran 2011-2012”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan metode
sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan pada anak.
2. Hasil penelitian yang relevan dengan peneliti yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Siti Choiriyah (2014) dengan judul penelitian yaitu “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Melalui Metode
35
Bermain Peran Pada Anak Kelompok B di TKIT Nur Hidayah Surakarta”
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa melalui penggunaan metode
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan pada
anak kelompok B.
3. Hasil penelitian yang relevan dengan peneliti yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Suminarti (2014) dengan judul penelitian yaitu
“Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Anak Melalui Metode
Sosiodrama di Taman Kanak-kanak Permata Bunda Agam” Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa melalui penggunaan metode sosiodrama
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan pada anak.
F. Kerangka Pikir
Kemampuan bahasa khususnya ranah mengungkapkan bahasa merupakan
suatu aspek terpenting karena dengan mengungkapkan bahasa anak dapat
mengekspresikan ide, pendapat dan gagasannya kepada orang lain. Anak
sebagai individu yang aktif tentu harus memiliki modal kemampuan yang
mendukung agar anak dapat mengungkapkan bahasa sesuai dengan maksud
dan tujuannya.Kemampuan pendukung tersebut ialah kemampuan
berkomunikasi lisan.
Umumnya dalam proses belajar mengajar guru lebih aktif bertindak dalam
memberikan informasi sedangkan anak hanya menerima informasi dengan
cara menyimak dan mendengarkan, sehingga anak cenderung tidak aktif dan
merasa bosan. Anak tidak diberi kesempatan dalam mengungkapkan pikiran
dan perasaannya, terlihat dari sebagian anak yang masih belum lancar
berbicara. Bahkan anak juga masih terbata-bata ketika menjawab pertanyaan
36
dari guru.Sehingga kemampuan komunikasi lisan anak belum berkembang
secara optimal.
Sedangkan Kemampuan berkomunikasi lisan sangat penting untuk
dikembangkan karena hal ini akan mendukung keterampilan anak untuk
berbicara aktif mengekspresikan ide, gagasan dan perasaannya. Seiring
dengan kemampuan berkomunikasi lisan yang meningkat, komunikasi anak
yang diawali dengan mengekspresikan suara saja meningkat menjadi
komunikasi yang diekspresikan melalui ujaran yang jelas dan tepat.
Komunikasi lisan akan berkembang secara optimal, jika distimulus melalui
kegiatan bermain.
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri.
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak akan memuaskan
tuntutan dan kebutuhan perkembangannya. Bagi anak bermain bukan hanya
menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus
terpenuhi. Jika tidak tahap perkembangan yang berfungsi kurang baik yang
nantinya akan terlihat ketika anak sudah menjadi remaja. Adapun jenis
permainan terbagi menjadi tiga, salah satu diantaranya yaitu bermain peran.
Bermain peran adalah bermain yang menggunakan daya khayal atau imajinasi
dalam memerankan suatu peran untuk menirukan suatu prilaku ataupun
profesi yang biasa dilakukan orang lain. Adapun bermain peran terbagi
menjadi dua jenis yakni peran mikro dan makro
Bermain peran makro merupakan bermain dengan memerankan suatu tokoh
tertentu yang menggunakan alat berukuran seperti sesungguhnya untuk
memerankan peran apa yang dipilihnya. sehingga kegiatan bermain peran
37
makro dapat mengembangkan kemampuan komunikasi lisan pada anak usia
5-6 tahun sesuai dengan standar Pendidikan Anak Usia Dini. Oleh sebab itu
peneliti menggunakan kemampuan komunikasi lisan melalui kegiatan
bermain peran makro.
Gambar 1. Kerangka Pikir
G. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka diatas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian
ini adalah :
Terdapat hubungan dalam kegiatan bermain peran makro dengan
Kemampuan komunikasi lisan pada anak usia dini kelompok B.
Kegiatan BermainPeran Makro
Kemampuan KomunikasiLisan Anak Usia Dini
38
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau teknik utama yang digunakan dalam
melakukan suatu penelitian dengan melalui metode-metode ilmiah.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang bersifat non
eksperimental dengan metode korelasional. Penelitian ditujukan untuk
mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya (Nana
Syaodih, 2007:56). Hubungan antara satu dengan variabel lain dinyatakan
dengan besarnya koefisien korelasi secara statistik. Adanya korelasi antara
dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan
sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahapan, yaitu prapenelitian dan tahap
pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari setiap penelitian
tersebut, adalah :
1. Penelitian Pendahuluan
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat dilakukannya
penelitian.
b. Observasi ke sekolah tempat dilakukannya penelitian untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti
39
2. Tahap Perencanaan
a. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Kegiatan Harian (RKH)
b. Membuat instrument evaluasi yaitu berupa lembar observasi.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan penelitian sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian
(RKH) yang telah disusun.
b. Mengevaluasi menggunakan lembar observasi.
c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data.
d. Membuat laporan hasil penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B di TK Tutwuri
Handayani Bandar Lampung
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130)
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK
Tutwuri Handayani Bandar Lampung yang berjumlah 60 anak.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto,2006:131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan
40
sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan diperboleh dari
hasil penentuan banyaknya jumlah anak yang memiliki kemampuan
komunikasi lisan paling rendah dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini.
Penelitian ini, peneliti memutuskan untuk mengambil sampel anak usia
dini di kelompok B berjumlah 30 anak TK Tutwuri Handayani Bandar
Lampung
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam suatu penelitian dan akan mendukung suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi (Sugiyono, 2010:203-204) “merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi secara terstruktur
dengan menggunakan pedoman observasi dalam bentuk cheklist, baik
bermain peran makro maupun kemampuan komunikasi secara lisan.
Proses kegiatan anak dibuat dalam daftar penelitian yang sudah
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang akan dinilai sesuai dengan
indikator yang diajarkan dan yang sudah berisi lajur cek list dalam
kisi-kisi instrument penelitian.
41
Observasi yang peneliti lakukan di Kelompok B TK Tutwuri
Handayani Bandar Lampung kegiatan bermain peran makro untuk
mengetahui kemampuan komunikasi lisan anak.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
(independen) dilambangkan dengan (X) dan variabel terikat (dependen)
dilambangkan dengan (Y). Dimana variabel bebas (X) yaitu kegiatan
bermain peran makro dan variabel terikat (Y) yaitu kemampuan
komunikasi lisan.
1. Definisi Konseptual Variabel
a. Definisi konseptual variabel (X) bermain peran makro
Menurut Moeslichatoen (2004:38) bermain peran adalah bermain
menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau
berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi
tertentu, atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang dalam
dunia nyata tidak dilakukan.
b. Definisi konseptual variabel (Y) perkembangan komunikasi lisan
anak yaitu anak dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran dan
gagasan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan sehingga lawan bicara dapat mengerti apa yang
disampaikan oleh anak.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Definisi Operasional variabel (X) kegiatan bermain peran makro
Adapun bermain peran makro dapat diukur sebagai berikut :
1). Memilih peran sesuai dengan keinginanya
42
2). Memilih media untuk peran yang dimainkan3). Mengikuti aturan dalam permainan hingga selesai4). Memperagakan peran yang dimainkan5). Mengespresikan sesuai dengan peran yang dimainkan
b. Definisi operasional variabel (Y) kemampuan komunikasi lisan,
sebagai berikut :
1). Menjawab nama peran yang dimainkan2). Menjawab pertanyaan tentang media yang digunakan saat
bermain3). Bertanya kepada teman tentang peran yang dimainkan oleh
teman4). Menceritakan tentang peran yang telah dimainkan
5). Menceritakan /mengungkapkan perasaan saat bermain
G. Istrumen Penelitian
Istrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang
diturunkan berdasarkan variabel-variabel penelitian. Adapun kisi-kisi
instrumen sebagai berikut :
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Bermain Peran Makro (X)
Variabel IndikatorKategori Penilaian
BSB4
BSH3
MB2
BB1
Bermain PeranMakro
Memilih peran sesuaidengan keinginanya
Memilih media untukperan yang dimainkan
Mendengarkan aturandalam bermain peran
Mengikuti aturan dalampermainan hingga selesai
Mengekspresikan sesuaidengan peran yangdimainkan
43
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Lisan (Y)
Keterangan :SM = Sangat MampuM = MampuCM = Cukup MampuCB = Belum Mampu
Panduan observasi yang digunakan dalam penelitian berupa skala rating. Skala
rating merupakan skala yang menggambarkan satu nilai yang berbentuk angka
terhadap suatu hasil pertimbangan. Variabel y yaitu kemampuan komunikasi
lisan digolongkan menjadi 4 kategori dengan rentang skor 1-4 yang diperoleh
dari setiap kegiatan pembelajaran.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atas
menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dibuat
menjadi 4 kategori untuk penerapan metode bermain peran makro dan 4
Variabel Indikator
Kategori Penilaian
SM4
M3
CM2
BM1
KemampuanKomunikasiLisan AnakUsia 5-6 tahun
Menjawab nama peranyang dimainkan
Menjawab pertanyaantentang media yangdigunakan saat bermain
Bertanya kepada temantentang peran yangdimainkan oleh temanMenceritakan tentangperan yang telahdimainkanMenceritakan/mengungkapkan perasaan saatbermain
44
kategori untuk kemampuan komunikasi lisan. Selanjutnya dari hasil yang
diperoleh tersebut menurut Sudjana (2006:69) dianalisis secara kuantitatif
dengan proses sebagai berikut :
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing anak adalah jumlah skor
dari setiap indikator
b. Nilai yang diperoleh dengan rumus :
Nilai = × 100%
Keterangan :Skor = Jumlah skor atau nilai yang diperoleh anakSkor Maksimal = Jumlah aktifitas/ Kriteria
Data yang diperoleh disajikan secara singkat maka perlu menentukan interval,
rumus interval sebagai berikut :
Gambar 2. Rumus intervalsumber : Hadi (2006:178)
Keterangan:I = IntervalNT = Nilai TertinggiNR = Nilai TerendahK = Kategori
1. Analisis Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan untuk
menguji asosiatif (hubungan) diuji dengan menggunakan Korelasi
Spearman Rank. Untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan
sebelumnya. Teknik tersebut di gunakan untuk mrenguji variabel X
i =( )
45
kegiatan bermain peran makro dengan variabel Y kemampuan
komunikasi lisan, dengan rumus sebagai berikut :
Gambar 3. Rumus Korelasi Spearman RankSumber : Sugiyono (2011:245)
Keterangan := Koefisien Spearman Rank
bi = Selisih peringkat setiap datan = Jumlah data atau sampel
Setelah nilai diperoleh lalu mencari nilai Koefisien Determinasi yang
didapat dari kuadrat koefisien.
Setelah nilai koefisien determinasi diperoleh, maka dapat dilihat
seberapa besar hubungan antara dua variabel tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Korelasi Spearman Rank, maka
dapat diketahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau
tidak.
Ho : µ = 0
Ha : µ ≠ 0
Koefisien Determinasi = 2 × 100%
= 1 − 6∑(( − 1)
59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang positif antara bermain peran makro dengan
perkembangan komunikasi lisan anak usia dini di TK Tutwuri Handayani.
Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis korelasi spearman rank yang
menunjukkan ada hubungan antara antara bermain peran makro dengan
kemampuan komunikasi lisan anak usia dini dengan rho sebesar 0,94.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Kepada Guru
a. Diharapkan guru dapat mengembangkan seluruh aspek
perkembangan anak khususnya kemampuan komunikasi lisan
dengan menggunakan media dan metode yang menarik.
b. Guru sebaiknya dapat lebih aktif, kreatif, dan inovativ sehingga anak
akan lebih termotivasi dalam proses belajar mengajar.
c. Diharapkan guru di sekolah dapat mengemas kegiatan pembelajaran
dengan bermain sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
60
2. Kepada Kepala Sekolah
Penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wawasan bagi kepala
sekolah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan anak melalui
kegiatan bermain, maka pembelajaran di sekolah hendaknya jangan
mengutamakan kegiatan yang hanya membaca, menulis, dan berhitung.
3. Kepada Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai refrensi untuk melakukan penelitian agar lebih baik lagi dengan
menggunakan kegiatan bermain yang lebih menarik dalam
mengembangakan kemampuan komunikasi lisan anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti dkk. 2008. Pembelajaran Terpadu. Universitas Terbuka: Jakarta.
Aksioma,Ufik.2012.Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi SecaraLisan Melalui Metode Sosiodrama Pada Anak Kelompok B di TK AisyiyahTaruban Tahun Ajaran 2011-2012.http://download.portalgaruda.orglvolum2, No,1. (diakses pada 11 Februari 2016)
Arikunto,S.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rineka Cipta:Jakarta
Asmawati, Luluk dkk. 2010. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak UsiaDini. Universitas Terbuka: Jakarta.
Choiriyah,Siti.2014.Upaya Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi LisanMelalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B TKIT Nur HidayahSurakarta Tahun Ajaran 2013/2014.http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/37504/pdf (diakses pada 11 Februari2016)
Dapertemen Pendidikan Nasional..2014. Pedoman Penilian PembelajaranPAUD.Balai Pustaka : Jakarta
Dhieni,Nurbiana.2009.Metode Pengembangan Bahasa.Universitas Terbuka:Jakarta
Dimyati, Johni. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya PadaPendidikan Anak Usia Dini. KencanaPrenada.:Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.Rineka Cipta: Jakarta.
Hadi, Sutrisno. 2006. Metodelogi Penelitian. Ansi Ofset. Yogyakarta.
Hurlock,Elizabeth.1998.Perkembangan Anak. Diterjemahkan oleh MeitasariTjandara. .Erlangga : Jakarta.
Isjoni.2011.Model Pembelajaran Anak Usia Dini.Alfabet : Bandung.
Latif, Mukhtar dkk. 2014. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. PrenadaMedia Group: Jakarta.
, . 2013 . Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia DiniTeori dan Aplikasi. Kencan: Jakarta.
Mayke S, Tedjasaputra. 2001. Bermain, Main, dan Permainan. Gramedia:Jakarta.
Moeslichatoen.2004.Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak.Rineka Cipta:Jakarta
Mulyasa.2012.Manajemen PAUD.PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Musfiroh,T.2005.Bermain Sambil Belajar Dan Mengasuh Kecerdasan.Depdiknas : Jakarta.
Mutiah, Diana. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana PrenadaMedia Group: Jakarta.
Nurbiana,dkk.2009.Metode Pengembangan Bahasa.Universitas Terbuka :Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 137 Tahun 2014 tentang Kurikulum2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Sudjana,Nana.2006.Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar.Remaja RosdaKarya : Bandung
Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D.Alfabet : Bandung
.2011.Statistika Untuk Penelitian.Alfabet : Bandung
Sujiono,Yuliani Nurani.2013.Konsep Dasar Pendidikan Anak UsiaDini.PT.Indeks:Jakarta
Suhartono.2005.Pengembangan Keterampilan Bicara Anak UsiaDini.Jakarta:Depdiknas
Surya, Hendra. 2006. Kiat Anak Senang Berkawan. Gramedia: Jakarta.
Syaodih,Nana.2007.Metode Penelitian Pendidikan.Remaja Rosdakarya :Bandung
Tarigan,Hendry Guntur.2008.Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa.Bandung:Angkasa
Triharso,Agung.2013.Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini.AndiPublisher : Bandung
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Kemendikbud: Jakarta.