pengukuran Debit Suspensi

  • Upload
    kokikko

  • View
    427

  • Download
    50

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HIDROLOGI kehutanan

Citation preview

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    1/38

    1

    ACARA I

    PENGUKURAN DEBIT SUSPENSI

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    2/38

    2

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangSalah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas

    dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan

    menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada

    daerah aliran sungai (DAS) yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat didaerah hilir.

    Konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan

    dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut.

    Untuk menjaga agar air yang keluar dari DAS tidak melebihi dari

    kapasitas penerimaan dihilir, perlu dilakukan perhitungan debit air. Perhitungan debit

    air ini penting untuk menentukan langkah selanjutnya agar fungsi DAS dapat berjalan

    dengan baik dan menguntungkan bagi manusia dan ekosistem.

    Untuk menaksir atau memperkirakan debit aliran dan laju aliran air

    bersihterdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu berdasarkan jumlah

    pemakai, jenis, dan jumlah alat plambing, unit beban alat plambing, dan pemakaian

    air terhadap waktu.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air permukaan selain input hujan salah

    satunya adalah kemiringan lereng, yaitu suatu derajat ketinggian permukaan lahan

    yang juga akan mempengaruhi pada laju infiltrasi tanah. Analisa morfologi

    permukaan yang digunakan sebagai dasar logika pendekatan hydrologic modelling

    berupa perhitungan kualitatif, berdasarkan sifat air terhadap tipologi lereng yang

    meliputi gambaran arah larian air, kalkulasi akumulasi arus, konsentrasi arus air, dan

    daerah-daerah pengaliran.Arah arus merupakan arah larian arus yang dihitung berdasarkan nilai grid

    terkecil pada DEM. Fungsi ini memberikan arah arus keluar menuju titik terendah

    dari permukan lahan yang curam/tinggi. Akumulasi arus mendasarkan bahwa air

    hujan yang jatuh menjadi air permukaan, air hujan dipandang sebagai aliran air yang

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    3/38

    3

    jatuh ke permukaan dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah sehingga

    evapotranspirasi, intersepsi dan infiltrasi tidak diperhitungkan.

    Kalkulasi akumulasi arus dihitung berdasarkan arah arus, berfungsi menghitung

    arus yang terkumpul sebagai beban dari setiap aliran sehingga daerah tersebut

    merupakan daerah yang memiliki nilai kecepatan arus yang rendah dan tempat

    berkumpulnya arus air dari daerah-daerah pengaliran. Berdasarkan pernyataan diatas

    maka perlu dilakukan percobaan pengukuran debit aliran air ( sungai ).

    B. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum adalah untuk memahami prinsip pengukuran debit

    aliran, mengetahui kecepatan aliran sungai, mengetahui profil sungai serta

    mengetahui jumlah sedimen melayang yang terdapat pada aliran sungai.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    4/38

    4

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah istilah geografi mengenai sebatang

    sungai, anak sungai dan area tanah yang dipengaruhinya. Daerah aliran sungai dapat

    menjadi sangat besar, contohnya daerah aliran sungai Mississippi meliputi lebih dari

    setengah Amerika Serikat. Ini berarti lebih dari setengah wilayah AS dialiri

    Mississippi dan anak-anak sungainya. uang menyatakan aliran saluran terbuka

    dianggap seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman,

    tampang basah, kecepatan, dan debit pada setiap tampang saluran terbuka adalah

    konstan (Bishop, J.E. 1973).

    Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan

    diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnnya melambat atau berhenti.

    Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa ata proses sedimentasi (Dahril,

    T., 1998).

    Luas penampang sungai dipengaruhi oleh lebar sungai dan kedalaman sungai

    itu sendiri. Jika salah satu atau keduanya dari dua variabel tersebut mengalami

    perubahan maka luas penampang sungai akan mengalami perubahan. Sedangkanpengaruh suplai sedimen dalam mengubah kedalaman sungai adalah sangat kecil.

    Karena secara normal suplai sedimen terjadi secara perlahan dan dalam jumlah yang

    sangat sedikit (yang diendapkan sedikit). Suplai sedimen yang diendapkan akan

    tererosi kembali jika terjadi perubahan tingkat energi agen pembawa material

    sedimen. Sedimen yang diendapkan akan tererosi oleh air sungai jika pada daerah

    pengendapannya mengalami kenaikan energi transport (Carlo, N., 2001).

    Sungai yang berkelok - kelok (meandering), akan memiliki debit sungai yang

    berbeda dengan sungai yang memiliki bentuk lurus (jika diasumsikan luas

    penampang kedua sungai tersebut sama ). Sungai yang berbentuk lurus akan memiliki

    debit sungai yang besar dari pada sungai dengan bentuk yang meandering. Perbedaan

    ini terjadi karena kecepatan arus air sungai pada sungai bentuk lurus lebih cepat dari

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    5/38

    5

    pada sungai bentuk meandering (kelerengan kedua sungai dianggap sama) (Ilyas. S,

    H. Atmadja, S.K. Endi, P. Kunto dan S. Sisi, 1989).

    Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat

    dilakukan melalui empat katagori (Jorgensen, S.E., 1980):

    1. Pengukuran volume air sungai

    2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan

    luas penampang melintang sungai.

    3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang

    dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).

    4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir(

    aliran air lambat) atauflume ( aliran cepat).

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    6/38

    6

    BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

    A. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014, pada pukul 14.00

    16.00, bertempat di Gerung Kabupaten Lombok Barat.

    B. Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu,

    1. Buku gambar2.

    3 buah botol mineral 600 ml

    3. Meteran4. Stopwatch5. Penggaris6. Kertas label

    C. Cara kerjaAdapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu,

    a. Diambil contoh air dengan botol mineral 600 ml.b. Diambil contoh suspense yang dilakukan bersamaan dengan pengukuran debit

    dengan metode current atau apung.

    c. Diukur kecepatan aliran dimulai dari seksi pertama sampai ke tiga.d. Pada setiap seksi diambil contoh suspense dengan memasukkan botol dari atas

    sampai dasar dan diangkat keluar dari muka air.

    e. Dihitung kecepatan penurunan dan penaikkan, dengan syarat botol tidak bolehpenuh (kira-kira ).

    f. Diukur lebar sungai dengan menggunakan meteran.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    7/38

    7

    BAB IV. HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. HasilD1 D2 D3 B1 B2 B3 V

    72cm 86cm 85cm 2,2 4,4 6,6 0,4211

    B. Analisis DataQ = d1

    xv1 + d2

    xv2 +d3

    xvn

    = 0,72,,

    0,3273 + 0,86,,

    0,8705 +0,85 ,,

    0,4211

    = 0,77 + 4,11 + 1,44

    = 6,32 m3/s

    C. PembahasanPengukuran debit sungai yang dilakukan pada saat praktikum menggunakan

    satu metode, yaitu metode apung ( floating method). Berdasarkan data dan hasil

    perhitungan menghasilkan debit yang mencapai 6,32 m3/s. Dalam praktek di lapangan

    banyak factor-faktor yang mengakibatkan ketidak akuratan dalam perhitungan debit

    aliran sungai.

    Dalam praktikum ini pengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan dengan

    menggunakan botol berkapasitas 600 ml air dengan diisi air sepertiga dari botol

    tersebut dengan cara menghanyutkan botol tersebut dengan jarak 10 meter dan diukur

    waktunya dengan menggunakan stop watch, percobaan ini dikaukan dengan 3 kali

    ulangan dan menghasilkan hasil 30 detik untuk ulanagn pertama,35,86 detik untuk

    ulangan kedua dan 32,35 detik untuk ulangan ke tiga dandari ketiga ulangan tersebut

    memiliki rata-rata 32,73 detik pengukuran ini dilakukan di tepi pertama sungai.

    Untuk bagian tengah sungai hasil yang diperoleh untuk ulangan pertama 38,35 detik.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    8/38

    8

    Untuk ulangan ke dua memiliki hasil 38,11 detik dan untuk ulangan ke tiga memiliki

    hasil 31,77 detik dan memiliki rata-rata 35 detik, untuk bagian tepi ke 2 diperoleh

    hasil 47,74 detik untuk ulangan pertama dan 34,56 detikuntuk ulangan ke dua serta

    44,05 detik untuk ulangan ketiga dan memiliki rata-rata 39 detik.

    Dalam praktikum ini telah di sebutkan di atas bahwa lebar sungai di bagi

    menjadi 3 bagian, dan dari ke tiga bagian tersebut diukur kedalamannya, untuk

    bagian pertama atau d1 memiliki kedalaman 72 cm dan untuk bagian ke dua atau d2

    memiliki kedalaman 86 cm serta untuk bagian ke tiga memiliki kedalaman 85 cm,

    ketiga hasil tersebut kemudian dirubah menjadi meter.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    9/38

    9

    BAB V. PENUTUP

    A.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan di dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dengan metode apung sebesar

    6,32 m3/s.

    2. Pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan current meter lebih

    akurat dibandingkan dengan metode apung.

    B. SaranPada pengukuran debit aliran sungai dengan metode apung sebaiknya dikaji

    mengenai pengaruh dimensi benda yang digunakan dan sebelum pengamatan

    dilakukan sebaiknya dicoba dahulu berapa waktu tempuh benda dari jarak tertentu

    hingga dapat menetukan jarak yang memenuhi syarat pengamatan, yaitu waktu

    perjalanan benda sekurang-kurangnya 20 detik.Untuk pengukuran dengan current

    meter perlu diperhatikan tempat pengukuran yang arusnya tidak terhalang oleh batu

    atau benda lainnya sehingga kecepatan yang diukur benar-benar kecepatan aliran

    sungai.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    10/38

    10

    ACARA II

    BEBAN ENDAPAN LAYANG (BEL)

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    11/38

    11

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangSedimen adalah hasil proses baik proses erosi permukaan, erosi parit dan jenis

    erosi tanah lainnya. Sedimen biasanya mengendap dibawah kaki bukit, didaerah

    genangan banjir, disaluran air, sungai, waduk. Permasalahan di atas seringkali

    menimbulkan kesulitan dan kerugian bagi masyarakat dan pemerintah seperti:

    menimbulkan banjir, terganggunya lalu lintas kapal/motor air, pendangkalan

    sungai ini umumnya terjadi di saat musim kemarau dimana debit sungai kecil, pada

    saat tersebut daya dorong aliran dari sungai tidak mampu lagi untuk mengangkut

    sedimen di muara. Sedimentasi dapat berupa beban bilas ( wash load), beban

    layang (suspended load) dan beban alas (bed load). Sedimentasi Dasar sungai

    biasanya tersusun oleh endapan material angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran

    sungai dan material tersebut dapat terangkut kembali apabila kecepatan aliran cukup

    tinggi.

    Angkutan sedimen dapat bergerak, bergeser di sepanjang dasar sungai atau

    bergerak melayang pada aliran sungai, tergantung dari pada komposisi serta kondisi

    aliran.

    Menurut sumber asalnya angkutan sedimen dibedakan menjadi :

    1. muatan material dasar (Bed Material Load)

    2. muatan bilas (Wash Load)

    Menurut mekanisme pengangkutannya angkutan sedimen dibedakan menjadi :

    1. muatan Sedimen Melayang (Suspended Load)

    2. muatan Sedimen Dasar (Bed Load)

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    12/38

    12

    B. Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum ini yaitu,

    1. Untuk mengetahui massa beban endapan yang terbawa oleh aliran sungai.2. Untuk mengetahui sedimen yang dapat bergerak, bergeser di sepanjang

    dasar sungai atau bergerak melayang pada aliran sungai.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    13/38

    13

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Muatan sedimen melayang merupakan material dasar sungai yang melayang di

    dalam aliran sungai dan terdiridari butiran-butiran pasir halus yang senantiasa

    mengambang di atas sungai,karena selalu didorong ke atas oleh turbulensi aliran.

    Pada aliran turbulen, partikel sedimen tetap melayang di dalam aliran

    sungai, tetapi jika aliran sungai itu laminar maka konsentrasi sedimen akan

    berkurang dan akhirnya mengendap (Presiden Republik Indonesia, 2004).

    Muatan sedimen dasar merupakan partikel-partikel kasar yang bergerak pada

    dasar sungai secara keseluruhan. Gerakannya bisa bergeser, menggelinding atau

    meloncat-loncat, tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai.

    Gerakan ini kadang-kadang meliputi lapisan dasar ditandai bercampurnya

    butiran partikel tersebut bersama-sama bergerak ke arah hilir. Pada umumnya alur

    sungai di bagian hulu angkutan bed load merupakan bagian yang terbesar dari seluruh

    jumlah sedimen (Sihotang, C., 1989).

    Angkutan sedimen secara umum terbagi menjadi sedimen dasar (bed

    load),sedimen layang (suspended load) dan sedimen loncat (saltation load).Sedangkan proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi, pengendapan

    (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimen tersebut.

    Proses ini berlangsung cukup komplek, dimulai dari proses jatuhnya hujan yang

    kemudian menghasilkan energi kinetik. Energi ini mampu melakukan pengikisan

    butiran tanah. Hasilnya sebagian terbawa aliran air masuk ke sungai, sebagian hanya

    berpindah ke tempat lain. Partikel tanah yang terkikis dari permukaan bumi, ditambah

    dari tebing dan dasar sungai terangkut aliran air dan menjadi angkutan sedimen.

    Keadaan bergeraknya sedimen tersebut sangat tergantung kepada ukuran partikel,

    bentuk dan berat spesifiknya (Wardoyo, S. T. 1981).

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    14/38

    14

    BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

    A. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 dan 14 Juni 2014, dan

    pada pukul 14.00-16.00, bertempat di Gerung Kabupaten Lombok Barat dan di

    Laboratorium Silvikultur dan Tekhnologi Hasil Hutan Universitas Mataram.

    B. Alat dan Bahan1. Alat

    Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu,a. Botol 600 mlb. Meteranc. Kertas saringd. Timbangan analitik

    2. BahanAdapun bahan yang diperlukan yaitu,

    a. Air sungaiC. Cara kerja

    Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini yaitu,

    a. Diukur lebar sungai dengan menggunakan meteranb. Setelah diketahui lebar sungai kemudian lebar dari sungai dibagi menjadi

    3 bagian yaitu, tepi pertama, tepi kedua, dan tepi ketiga

    c. Didisi air sungai kedalam botol mineral 600 ml dan diberi labeld.

    Didiamkan air selama 2 hari

    e. Ditimbang kertas saring yang masih kosong pada timbangan analitikuntuk mengetahui berat awal

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    15/38

    15

    f. Sebelum air disaring menggunakan kertas saring, telebih dahulu botoldikocok hingga air menjadi keruh kemudian dituangkan kedalam kerta

    saring.

    g. Setelah air telah tersaring langkah selanjutnya yaitu menjemur kertassaring atau di oven dengan suhu 105c.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    16/38

    16

    BAB IV. HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. HasilPercobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

    G2 = 1149,3 mg G2 = 1141,4 mg G2 = 1145,2 mg

    G1= 1141,2 mg G1= 1133,4 mg G1= 1136,3 mg

    V = 600 ml=0,6L V = 600 ml=0,6L V = 600 ml=0,6L

    B. Analisis DataPercobaan pertama

    CS =

    =,,

    ,

    = 13,5 mg/liter

    Percobaan kedua

    CS =

    =,,

    ,

    = 13,33 mg/liter

    Percobaan ketiga

    CS =

    =,,

    ,

    = 14,83 mg/liter

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    17/38

    17

    C. PembahasanDari hasil praktikum hidrologi yang kami lakukan yaitu tentang beban endapan

    laying (BEL), yaitu Untuk mengetahui sedimen yang dapat bergerak, bergeser di

    sepanjang dasar sungai atau bergerak melayang pada aliran sungai. Dalam praktikum

    ini menggunakan botol mineral ukuran 600 ml, dan menggunakan meteran untuk

    mengukur lebar tepi sungai, serta menggunakan kayu/tongkat untuk mengukur

    kedalaman air sungai.

    Dari data yang kami peroleh dari hasil praktikum beban endapan layang,

    dimana dari hasil yang kami lakukan pada percobaan pertama didapkan hasil 13,5

    mg/liter, padapercobaan pertamaa ini tingkat kesalahan atau persen error yang

    didapatkan lumayan sedikit.

    Selanjutnya pada percobaan kedua yang dilakukan pada waktu yang

    bersamaan maka, didapkan hasil beban endapan layangnya yaitu 13,33 mg/liter, hasil

    ini jauh berbeda dengan percobaan yang pertama.

    Kemudian pada percobaan yang terakhir yaitu percobaan yang ketiga, pada

    percobaan yang ketiga ini persen error yang didapkan sangat tinggi yaitu 14,83

    mg/liter, hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain disebabkan oleh

    gangguan sampah yang melintas di permukaan air sungai, kemudian disebabkan oleh

    bentuk sungai yang bengkok sehingga aliran air pun ikut terganggu.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    18/38

    18

    BAB V. PENUTUP

    A. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    daerah aliran sungai yang mempunyai bentuk tidak beraturan dapat mempengaruhi

    sedimen yang ada didalam sungai dan juga dapat mengakibatkan dasar sungai

    bergerak melayang pada aliran sungai. Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan

    hasil percobaan pertama yaitu 13,5 mg/liter, kemudian percobaan kedua yaitu 13,33

    mg/liter, selanjutnya pada percobaan ketiga yaitu 14,83 mg/liter. Berdasarkan ketiga

    percobaan tersebut, maka percobaan yang bagus yaitu pada percobaan pertama,

    karena tingkat kesalahannya atau persen errornya sedikit.

    B. SaranPerlunya konsentrasi dan keseriusan dalam praktikum agar praktikan dapat

    memahami dan mengerti pengukuran beban endapan laying (BEL).

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    19/38

    19

    ACARA III

    INFILTRASI

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    20/38

    20

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangHidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi,

    sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya

    mempelajari kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh

    fisik air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi.

    (Linsley et al, 1949)

    Ruang lingkup hidrologi mencakup :

    1. pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.2. deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.3. analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.4. aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.

    Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu

    lain, seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan

    hidrolika.

    Menurut The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat

    dibagi menjadi :

    1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surfacestreams)

    2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah

    permukaan tanah (mempelajari air tanah = groundwater)

    4.

    Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-

    problema yang ada diantara hidrologi dan meteorologi.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    21/38

    21

    Ruang Lingkup HidrologiHidrologi hutan merupakan suatu ilmu fenomena yang berkaitan dengan air

    yang dipengaruhi oleh penutupan hutan. Sesuai dengan batasan subyek yang ada

    yaitu hidrologi hutan maka bahasan selanjutnya merupakan hidrologi terapan dengan

    lingkup operasionalnya adalah daerah aliran sungai terutama yang bervegetasi hutan

    atau yang dapat berfungsi sebagai vegetasi hutan serta daerah yang dipengaruhi oleh

    kawasan tersebut.

    Model Sederhana Siklus Hidrologi

    Pengenalan Istilah-istilah Hidrologia. Presipitasi

    Hujan (presipitasi) merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam

    DAS. Dampak kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi

    intensitas, lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan

    pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya.

    b. Intersepsi

    Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk

    daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang

    akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan

    (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan

    tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara sekitar

    30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun

    bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan

    mengurangi hujan yang menjadi run off.

    c. Throughfall, Crown drip, Steamflow

    Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di

    lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan

    intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    22/38

    22

    Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow

    dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.

    d. Infiltrasi dan Perkolasi

    Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan

    infiltrasi, sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena

    tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah,

    kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.

    e. Kelengasan Tanah

    Kelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori

    tanah. Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui

    permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam

    keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah

    rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.

    f. Simpanan Permukaan (Surface Storage)

    Simpanan permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah,

    pada perakaran pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan

    permukaan menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasanpermukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan

    evaporasi.

    g. Run off

    Adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan

    kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya

    berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat

    dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.

    h. Limpasan Permukaan (Surface Runoff)

    Limpasan permukaan (Surface Runoff) adalah bagian curah hujan setelah

    dikurangi dengan infiltrasi dan kehilangan air lainnya. Limpasan permukaan ini

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    23/38

    23

    berasal dari overlandflow yang segera masuk ke dalam alur sungai. Aliran ini

    merupakan komponen aliran banjir yang utama.

    i. Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Runoff)

    Aliran bawah permukaan merupakan bagian dari presipitasi yang mengalami

    infiltrasi dalam tanah yang kemudian mengalir di bawah permukaan tanah dan

    menuju alur sungai sebagai rembesan maupun mata air.

    B. Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum ini adalah membuat persamaan dari infiltrasi

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    24/38

    24

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke

    dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih

    dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai

    akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi mengalir ke tanah yang

    lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi.

    Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi.

    Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam

    menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari

    kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi

    umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan,

    yaitu millimeter perjam (Asdak, 1995).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah tekstur tanah, kerapatan

    massa (bulk density), permeabilitas, kadar air tanah dan vegetasi. Semakin rendah

    nilai kerapatan massa (bulk density) tanah, semakin besar volume pori tanah, dansemakin remah tanahnya maka laju infiltrasi akan semakin besar. Bila ditinjau dari

    sudut vegetasi maka semakin besar penetrasi akar, semakin besar daya serap akar,

    semakin tinggi akumulasi bahan organik tanah maka laju infiltrasi akan semakin

    besar. Secara umum laju infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal pengukuran,

    kemudian secara perlahan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya waktu

    dan akhirnya akan mencapai kecepatan yang hamper konstan. Hal ini terjadi karena

    semakin lama proses infiltrasi semakin meningkat. Artinya air semakin lama semakin

    banyak yang tertampung kedalam tanah, dan ketika tanahnya mulai jenuh pergerakan

    air ke bawah profil tanah hanya ditimbulkan oleh gaya tarik gravitasi (Hillel, 1987).

    Tanah yang berbeda-beda menyebabkan air meresap dengan laju yang berbeda-

    beda. Setiap tanah memiliki daya resap yang berbeda, yang diukur dalam millimeter

    perjam (mm/jam). Jenis tanah berpasir umumnya cenderung mempunyai laju infiltrasi

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    25/38

    25

    tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung mempunyai laju infiltrasi rendah.

    Untuk satu jenis tanah yang sama dengan kepadatan yang berbeda mempunyai laju

    infiltrasi yang berbeda pula. Makin padat makin kecil laju infiltrasinya (Wilson,

    1993).

    Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas hujan, karakteristik

    dan kondisi permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh terhadap kesempatan air

    untuk masuk ke dalam tanah. Bila intensitas hujan lebih kecil dibandingkan dengan

    kapasitas infiltrasi, maka semua air mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam

    tanah. Sebaliknya, bila intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas

    infiltrasi, maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah tidak mempunyai

    kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir sebagai aliran

    permukaan. Penutupan dan kondisi permukaan tanah sangat menentukan tingkat atau

    kapasitas air untuk menembus permukaan tanah, sedangkan karakteristik tanah,

    khususnya struktur internalnya berpengaruh terhadap laju air saat melewati masa

    tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapan pori

    (Kurnia, dkk, 2006).

    Sejumlah besar air yang jatuh diatas tanah hilang karena aliran permukaan.Dalam keadaan demikian ada dua hal yang perlu diperhatikan: (1) kehilangan air

    yang seharusnya masuk ke dalam tanah dan mungkin dapat digunakan tanaman; dan

    (2) hilangnya tanah yang biasa terjadi bila air hilang terlalu cepat. Lepas dan

    tesangkutnya tanah disebut erosi (Soepardi, 1983).

    Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan

    tersebut masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses masuknya

    air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh potensial gravitasi dan potensial matriks

    tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh potensial gravitasi dibatasi oleh

    besarnya diameter pori-pori tanah. Di bawah pengaruh potensial gravitasi, air hujan

    mengalir tegak lurus ke dalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang lain,

    potensial matriks bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah, dan

    ke arah horizontal. Potensial matriks tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    26/38

    26

    pori relatif kecil, pada tanah dengan pori-pori besar potensial ini dapat diabaikan

    pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gravitasi.

    Dalam perjalanannya, air juga mengalami penyebaran ke arah lateral akibat tarikan

    gaya kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih kecil (Asdak,

    1995).

    Hujan merupakan faktor yang paling penting di daerah tropika sebagai agensi

    yang mampu merusak tanah melalui kemampuan energi kinetiknya yang dijabarkan

    sebagai intensitas, durasi, ukuran butiran hujan dan kecepatan jatuhnya. Faktor iklim

    dibedakan dalam dua kategori yakni bila curah hujan tahunan 2500 mm (Kementrian

    Lingkungan Hidup, 2008).

    hujan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dengan berbagai cara. Pemadatan oleh

    hujan secara drastis dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air dengan

    menghilangkan pori kapiler Lee (1990).

    Curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika

    intensitasnya rendah. Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi

    dalam waktu singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggidan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga

    sangat berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam

    proses erosi energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan

    agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan,

    intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu

    sendiri ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1989).

    Alat infiltrometer yang biasa digunakan adalah jenis infiltrometer ganda

    (double ring infiltrometer), yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam

    infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer silinder yang lebih kecil

    mempunyai ukuran diameter sekitar 30 cm dan infiltrometer yang besar mempunyai

    ukuran 46 hingga 50 cm. Pengukuran hanya dilakukan pada silinder yang kecil.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    27/38

    27

    Silinder yang lebih besar berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan

    efek batas yang timbul oleh adanya silinder (Asdak, 1995).

    Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah.

    Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off.

    Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan

    yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah.(

    Hardjowigeno,1993)

    Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat sifat fisiknya drajat

    kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air

    dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh

    gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air

    hujan pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah

    kita kenal dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur,

    kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.(Suripin, 2001)

    Dengan mempelajari proses terjadinya dan faktor yang mempengaruhi dalam

    proses infiltrasi terutama pada infiltrasi dibawah tegakan hutan, mahasiswa

    memahami berbagi fungsi penting dari hutan sebagai salah satu media untukmeningkatkan proses masuknya air dalam tanah sehingga peran hutan dalam

    mengendalikan aliran permukaan nampak lebih jelas. Dengan memahami proses dan

    cara pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan analisis dan medesain

    pembangunan atau pengelolaan suatu kawasan hutan dengan memperhatikan peran

    proses infiltrasi didalamnya.

    Setelah mempelajari kita akan mengerti dan memahami proses infiltrasi, faktor

    faktor yang mempengaruhi, mampu melakukan pengukuran dan perhitung untuk

    analisis hidrologi suatu kawasan.Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air

    tersebut ke tanah yang lebih dalam.Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan

    air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi

    dan dikenal sebagai proses perkolasi. Penentuan laju perkolasi dapat dilakukan

    dengan memperhatikan kondisi fisik tanah (permeabilitas,porositas dan tekstrur

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    28/38

    28

    tanah), kedalaman air tanah dan topografi daerah tinjauan serta sifat geomorfologi

    secara umum (Sudjarwadi, 1983).

    Dari singkat uraian diatas, maka diperluka percobaan atau pengamatan laju

    infiltrasi dan perkolasi.Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya

    air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa

    air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagianakan meresap ke dalam tanah,

    sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow.

    Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi

    maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan

    atas dari tanah.Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.Laju

    infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh

    intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.Kurva kapasitas merupakan hubungan antara

    kapasitas infiltrasi dengan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah

    terjadinya hujan.Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadi nya

    hujan ,akan tetapi semakin lama kapasitas nya maka akan mencapai penurunan

    hingga mencapai titik konstan. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai

    faktor yaitu: Kelembapan tanah

    Kompaksi

    Penumpukan bahan liatan

    Tekstur tanah

    Struktur tanah

    Menurut knaap(1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat dilakukan dengan

    tiga cara yaitu:

    Inflow-outflow

    Analisis data hujan dan hidrograf

    Double ring inflometer

    Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran infiltrasi

    dilapangan yaitu dengan menggunakan doble ring inflometer.double ring infiltometer

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    29/38

    29

    merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran yang mudah

    dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah yang menjadi

    alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    30/38

    30

    BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

    A. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014 pada

    pukul 09.00 WITA yang bertempat di kebun percobaan program studi

    kehutanan Universitas Mataram.

    B. Alat dan Bahan1. Alat

    Adapun alat dah bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah,a. Double ring infiltrometerb. Stop Watchc. Plastikd. Ember

    2. BahanAdapun bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah,

    a. Air

    C. Cara KerjaPengukuran laju dan kapasitas infiltrasi dilakukan dengan alat double ring

    ifiltrometer yang terbuat dari baja dengan diameter ring tengah 16,5 cm serta tinggi

    25 cm dan ring luar berdiameter 27,5 cm dengan tinggi 15 cm.

    Cara menggunakan ring double infiltrometer

    a. Dimasukkan double ring infiltrometer ke dalam tanah sampai sedalamseparuh dari tinggi alat, dengan kedudukan tegak lurus. Tanah dalam

    silinder dijaga jangan sampai rusak atau pecah-pecah.

    b. Untuk menghindari kerusakan struktur tanah dalam silinder dan prosesinfiltrasi dapat diamati dengan baik, maka sebelum dituangkan air,

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    31/38

    31

    terlebihdahulu permukaan tanah ditutup plastic, baru kemudian air

    dituangkan diatas plastic tersebut.

    c. Sebelum dituangkan air pada silinder, silinder luar diisi air agar perembesankea rah luar dapat dikurangi, ring tengah harus terisi air selama proses

    pengamatan.

    d. Setelah air diisikan ke dalam ring tengah, dengan cepat plastic di tarik danditambah air sampai ketinggian tertentu lalu dibaca skala penurunan air

    setiap 15 enit, atau disesuaikan dengan kecepatan laju infiltrasi dengan

    catatan air dalam silinder tengah jangan sampai habis dan sebelum air habis

    harus segera diisi kembali sampai ketinggian tertentu dan penurunan air

    diamati kembali sampai penurunan air dalam silinder mencapai konstan.

    e. Penurunan yang konstan ini bias mencapai waktu lebih dari 120 menituntuk setiap kali pengukuran.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    32/38

    32

    BAB IV. HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. HasilAdapun hasil dari praktikum ini tercantum dalam table berikut

    t (jam) 0 0,25 0,5 0,75 1,0 1,25 1,5 1,75 2,0

    f (cm/jam 10,5 5,5 3,5 2,5 1,5 1,2 1,1 1,0 1,0

    f - fc 9,5 4,5 2,5 1,5 0,5 0,2 0,1 0 0

    Log (f-fc) 0,978 0,653 0,397 0,176 -2,301 -0,699 -1

    B. Analisis DataFi = fc + (f - fc) e

    -kt

    = 1,0 + (10,5 1,0) 2,718-3,18 x 0

    = 1,0 + 9,5 x 2,718-3,18

    = 1.395194

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 4,5x 2,718-3,18 x 0,25

    = 1.046799

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 2,5 x 2,718-3,18 x 0,5

    = 1.051999

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 1,5 2,718-3,18 x 0,75

    = 1.046799

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 0,5 x 2,718-3,18 x 1,0

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    33/38

    33

    = 1.0208

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 0,2 x 2,718-3,18 x 1,25

    = 1.0104

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 0,1 x 2,718-3,18 x 1,5

    = 1.00624

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    = 1,0 + 0 x 2,718-3,18 x 1,75

    = 1

    Fi = fc + (f - fc) e-kt

    =1,0 + 0 x 2,718

    -3,18 x 2,0

    = 1

    Grafik laju infiltrasi

    0

    200

    400

    600

    800

    1,000

    1,200

    1,400

    1,600

    LAJU INFILTRASI

    LAJU INFILTRASI

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    34/38

    34

    C. PembahasanKetinggian air pada praktikum, menggunakan double ring infiltrometer ialah

    pada perlakuan pertama 16 cm dengan waktu 3.41 menit ,dan pada perlakuan ke 2

    waktu yang di tempuh 3.55 menit ,perlakuan ke3 Waktu yang di tempuh 4.19 menit

    dan pada perlakuan ke 4 ialah 4.29 menit ,tetapi pada perlakuan ke 5 Baru mengalami

    titik konstan dengan waktu 4.30 menit .

    Dan pada perlakuan ke 4 dan perlakuan ke 5 di pengaruhi oleh kondisi tanah

    yang jenuh dan waktu yang lama .Pada perlakuan pertama kondisi tanah mengalami

    penyerapan yang cepat karena kondisi tanah yang kering, dan berongga rongga.

    Pada anilis data yang pertama didapatkan hasil 1.395194, kemudian pada

    perlakuan kedua didapatkan hasil 1.046799, selanjutnya pada perlakuan ketiga

    didapatkan hasil 1.051999, untuk perlakuan selanjutnya yaitu yang keempat

    didapatkan hasil 1.0208, kemudian selajunya yaitu yang kelima didapatkan hasil

    1.0104, selanjutnya pada perlakuan yang keenam didapatkan hasil 1.00624, untuk

    selanjunya pada perlakuan ketujuh didapatkan jumlah rata-rata dari hasil perhitungan

    yaitu 1, dan yang terakhir yaitu yang kedelapan 1.

    Infiltrasi merupakan proses penyerapan air oleh tanah yang berlangsung saat air

    berada diatas permukaan tanah.Ada tiga cara pengukuran infiltrasi yang dilakukan

    dilapangan. menurut knap (1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat

    dilakukan dengan tiga cara yakni:

    Inflow-outflow

    Analisis data hujan dan hidrograf

    Double ring inflometer

    Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran infiltrasidilapangan yaitu ddengan menggunakan doble ring inflometer.double ring

    infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran

    yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah yang

    menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.Pada hakekatnya

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    35/38

    35

    pengukuran infiltrasi dilapangan untuk mengetahui kebutuhan air pada tanah tersebut

    dan seberapa besar nilai evavorasi.

    Ketika dapat menentukan volume infiltrasi dengan cara sebagai berikut.

    Untuk menghitung jumlah infiltrasi total(Vt) selama waktu(t) maka dari persamaan

    Horton tersebut dilakukan integral dari persamaan horton yang menghasilkan luasan

    dibawah kurva yaitu;

    (fo-fc)

    Vt=fc.t+ (1-e-kt)

    K

    Vt=tinggi kolam air

    K=konstan

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    36/38

    36

    BAB V. PENUTUP

    A. KesimpulanKebutuhan air oleh tanah dapat kita ketahui setelah mengadakan pengukuran

    infiltrasi pengukuran infiltrasi bertujuan untuk mengetahui laju penyerapan air

    Infiltrasi merupakan penyerapan air oleh tanah yang berlangsung pada waktu tertentu

    ,Kita dapat menghitung volume infiltrasi dengan cara persamaan Horton,double ring

    inflometer salah satu cara yang paling sering dilakukan dalam pengukuran infiltrasi

    dilapangan,hal ini disebabkan pembuatan dan cara kerjanya yang simple.

    B. SaranPerlunya konsentrasi dan keseriusan dalam praktikum agar praktikan dapat

    memahami dan mengerti pengukuran laju infiltrasi.

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    37/38

    37

    DAFTAR PUSTAKA

    Bishop, J.E. 1973. Limnologi of Small Malaya River Gombak. Dr. W. Junk. V.B.

    Publisher the Hague. 205p.

    Carlo, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air. Jurnal Lembaga

    PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 7.

    Dahril, T., 1998. Reformasi di Bidang Perairan Menuju Perairan Indonesia Yang

    Tangguh Abad ke-21, hal 25-34.DalamFeliatra (editor) Strategi Pembangunan

    Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara.

    Universitas Riau Press, Pekanbaru.

    Ilyas. S, H. Atmadja, S.K. Endi, P. Kunto dan S. Sisi, 1989.Petunjuk Teknis

    Pengelolaan Perairan bagi Pembangunan. Dirjen Perikanan, Jakarta. 19 hal.

    Jorgensen, S.E., 1980.Lake Management. Pergaman Press. Oxford. 167 hal.

    Presiden Republik Indonesia, 2004. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

    Sumberdaya Air. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta, 105 hal.

    Sihotang, C., 1989.Praktis Pengelolaan Perairan Umum .Fakultas Perikanan dan

    Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal. (tidak diterbitkan).

    Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan

    Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL

    dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).

  • 5/24/2018 pengukuran Debit Suspensi

    38/38

    38

    http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-infiltrasi-dan-

    laju.html Diakses tanggal 23 Juni 2014

    http://www.ilmusipil.com/infiltrasi-hidrologi Diakses tanggal 23 Juni 2014

    http://www.artikata.com/arti-330694-infiltrasi.html Diakses tanggal 23 Juni 2014

    https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CF

    cQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2

    Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCN

    EI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&

    bvm=bv.47244034,d.bmk Diakses tanggal 03 Juni 2013

    https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad

    =rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbits

    tream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-

    tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GA

    DQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k

    0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmk Diakses tanggal 23 Juni 2014

    http://sartikahikaru.blogspot.com/2011/10/laju-infiltrasi.html Diakses tanggal 23 Juni

    2014

    http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-infiltrasi-dan-laju.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-infiltrasi-dan-laju.htmlhttp://www.ilmusipil.com/infiltrasi-hidrologihttp://www.artikata.com/arti-330694-infiltrasi.htmlhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttp://sartikahikaru.blogspot.com/2011/10/laju-infiltrasi.htmlhttp://sartikahikaru.blogspot.com/2011/10/laju-infiltrasi.htmlhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CFYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54068%2FA11dnf-09-tinjauan%2520pustaka.pdf%3Fsequence%3D11&ei=JxuuUbyHGMSPrQfrn4GADQ&usg=AFQjCNHgeK7PmIas7EdyEQOntJAwvkPL4Q&sig2=XlaGK3zc_c7k0hbueokpEw&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFcQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjtp.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjtp%2Farticle%2Fdownload%2F286%2F358&ei=gRmuUbHtNoWIrQfEi4D4DA&usg=AFQjCNEI8NYTKGmc46WlwLKXthUSDsZKQw&sig2=T7Ic_tv2d_ShxRJYCQo6lA&bvm=bv.47244034,d.bmkhttp://www.artikata.com/arti-330694-infiltrasi.htmlhttp://www.ilmusipil.com/infiltrasi-hidrologihttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-infiltrasi-dan-laju.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-infiltrasi-dan-laju.html