Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI
(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.)
YANG DIINDUKSI ALOKSAN
(Skripsi)
Oleh
Septika Nurhidayah
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRACT
GIVING AN VANILLA FRUIT ETHANOL EXTRACT (Vanilla planifolia Andrews) IN LOWERING BLOOD GLUCOSE LEVELS ON
MICE (Mus musculus L.) THAT INDUCED BY ALLOXAN
Oleh
Septika Nurhidayah
Diabetes occurs because of a lack of insulin, so the sugar in the blood cannot be
processed into normal energy, even the levels will continue to increase. If this
happens continuously and lasts for years it will be lead to diabetes mellitus. This
research was carried out to know the effectivities vanilla fruit extract in lowering
blood glucose levels and the impact in weight mice that induced by alloxan. This
research used 24 male mice which were devided into 6 groups is KN (without
induced by alloxan or test material), K- (induced by alloxan with dose 150
mg/kgbw subcutaneously),K+ (induced alloxan and given glibenclamide), and
group P1, P2, and P3 were group mice induced by alloxan and the given vanilla
fruit ethanol extract with each dose 2,1 mg/grbw/day, 4,2 mg/grbw/day and 8,4
mg/grbw/day during 14 days. The data were statistically analyzed using ANOVA
(Analysis of Variance) at 5% confidence interval and the next LSD (Least
Significant Different) test at 5% confidence interval. The result showed that the
administration of vanilla fruit extract gave significant impact on K- group (which
is only induced by alloxan) in lowering blood glucose levels and the effective
iii
dose of 8,4 mg/grbw/day (P3) because can in lowering blood glucose levels of
mice by 66,9% almost equal to blood glucose level KN in day 0 and the
administration of vanilla fruit ethanol extract can increase the body weight of
mice post hipergycemic.
Key Words : Alloxan, Diabetes melitus, Hyperglycemia, Vanilla planifolia
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI
(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.)
YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Oleh
Septika Nurhidayah
Diabetes terjadi karena kurangnya insulin, insulin merupakan zat yang dihasilkan
pankreas untuk mengolah zat gula darah (glukosa) sehingga dapat menjadi energi.
Dalam diabetes, gula di dalam darah tidak dapat diproses menjadi energi secara
normal, bahkan kadarnya akan terus meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan
hiperglikemia, yaitu penumpukan glukosa yang terjadi di dalam darah. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut pada penelitian ini akan dilakukan suatu uji coba
pemberian ekstrak buah vanili pada hewan uji. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemberian ekstrak etanol buah vanili terhadap kadar glukosa darah
pada mencit jantan (Mus musculusL.) yang telah diinduksi aloksan secara
subkutan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah berat badan serta
kadar glukosa darah pada mencit jantan (Mus musculusL.). Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Botani dan Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Februari– April 2019.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari
enam kelompok perlakuan dengan masing-masing empat ulangan. Kelompok KN
v
sebagai kontrol normal (tanpa diberi perlakuan), kelompok K- sebagai kontrol
negatif (diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg bb), kelompok K+ sebagai
kontrol positif (diinduksi aloksan dan suspensi glibenklamid 0,039 mg/gbb),
kelompok P1 (diinduksi aloksan dan ekstrak vanili 50 mg/kg bb), kelompok P2
diinduksi aloksan dan ekstrak vanili 100 mg/kg bb), dan kelompok P3 diinduksi
aloksan dan ekstrak vanili 200 mg/kg bb). Analisis penelitian dilakukan dengan
ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5%, yang dilanjutkan uji BNT
pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
etanol buah vanili mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit yang
diinduksi aloksan sebesar 66,9 %, dan pemberian ekstrak etanol buah vanili
dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan tidak
berbeda dengan pemberian glibenklamid.
Kata kunci: Aloksan, Diabetes melitus, Hiperglikemia, Vanilla planifolia
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI
(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.)
YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Oleh
Septika Nurhidayah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperioeh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Air Naningan, Tanggamus,
pada tanggal 18 September 1997. Penulis
merupakan anak keempat dari empat bersaudara
oleh pasangan Bapak M. Sholeh, S.Pd.I dan Ibu
Siti Saudah. Penulis menempuh pendidikan
pertama di Taman Kanak-Kanak (TK) Seroja,
Podosari, Pringsewu, pada tahun 2001. Pada tahun
2003, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Rejosari
Pringsewu dan lulus sekolah dasar pada tahun 2009. Kemudian Penulis
melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pringsewu pada tahun
2009 dan pada tahun 2012 Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Pringsewu. Pada tahun 2015, Penulis tercatat sebagai salah satu
mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di
Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung,
Penulis aktif dan pernah menjadi anggota Bina Baca Quran (BBQ) di Rohani
Islam (ROHIS) FMIPA Unila, anggota di Organisasi Himpunan Mahasiswa
xi
Biologi (Himbio) FMIPAUnila, Bidang Sains dan Teknologi tahun 2016-2017.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Toto Mulyo,
Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur pada Juli-Agustus 2018 dan
melaksanakan Kerja Praktik di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Lampung
Tengah Januari-Februari 2018 dengan Judul “Skrining Trichoderma spp. Koleksi
Laboratorium Penyakit Tanaman Untuk Mendapatkan Isolat Terbaik Dengan
Kemampuan Pendegradasi Selulosa Di PT. Great Giant Pineapple Lampung”.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahhirobbil’alamin... Dengan mengucap syukur
kehadirat ALLAH SWT, ku persembahkan karya ini dengan
kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Papah dan Mamahku tercinta yang senantiasa memberikan cinta,
kasih sayang, pengorbanan, dan senantiasa mendoakan
keberhasilan dan kebahagiaan untukku. Jasa kalian takkan
mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-
mudahan kelak dapat membahagiakan dan dapat membuat
papah dan mamah bangga telah memiliki putri seperti ananda.
Mba uti, mba ila, dan mba iin terimakasih atas kasih sayang,
do”a, dukungan moril maupun materi dengan tulus dan ikhlas
demi keberhasilanku.
Bapak dan Ibu Dosen yang tak henti mendidik dan memberikan
ilmu yang bermanfaat, serta membimbingku dengan rasa sabar
selama masa studi perkuliahanku.
xiii
Teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu memberi
semangat, motivasi, dukungan dan menemaniku selama
menjalankan studiku
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah:6-8)
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.”(QS. Ar-Ra’du:28)
Hendaklah kita sadar bahwa umur hanyalah merupakan bilangan hari-hari yang
akan berlalu sehari demi sehari. Jadi Mari Manfaatkan waktu sebaik mungkin
(Laila Puspita)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim....
Alhamdulillahirobbilalamin
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan
salah satu syarat akademis menyelesaikan pendidikan di Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Sholat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar, Muhammad SAW., beliaulah
suri tauladan dan akan memberikan syafa’at kelak di yaumil kiamat, Aamiin
Skripsi ini berjudul “PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI
(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI
ALOKSAN”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan Penulis ucapkan kepada semua pihak yang
telah berperan memberikan bantuan, dorongan, saran, kritik baik secara moril
maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
xvi
1. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. selaku pembimbing 1 dan Ketua Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung atas semua nasehat, ilmu,
bimbingan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun penyusunan
skripsi.
3. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si. selaku pembimbing 1 atas semua
nasehat, ilmu, bimbingan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan
maupun penyusunan skripsi.
4. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku pembahas atas semua nasehat,
ilmu, bimbingan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun
penyusunan skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung.
6. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik.
7. Ibu Nismah Nukmal, Dra, MS, Ph.D. selaku Kepala Laboratorium Zoologi
dan ibu Dra. Eti Ernawati, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Botani dan
pak Hambali selaku Laboran yang telah mengizinkan dan membantu
Penulis dalam melaksanakan penelitian di laboratorium tersebut.
8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama masa
perkuliahan.
9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak (M.Sholeh, S.Pd.I), ibu (Siti Saudah),
kakak (Tuti Alawiyah, S.Pd., Laila Puspita, M.Pd., dan Iin Rahayu, S.Pd.),
xvii
serta keluarga besar yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang
semangat, dukungan, nasehat, serta memotifasi kepada Penulis dalam
menggapai cita-cita.
10. Teman penelitian Rina Maryani, Novita Herliani, dan Ulfah Azizah yang
telah membantu dan memberi masukan, saran, kritik pada Penulis selama
penelitian berlangsung.
11. Teman-Teman PKL di PT. GGP Lampung dari Universitas Negeri Solo,
yaitu Risma, Dadi, Yuedi, dan Fahreza atas bantuan, dukungan dan
kebersamaan selama PKL hingga saat ini.
12. Sahabat-sahabat penulis, keluarga Asrama Andika, serta keluarga Biologi
’15 khususnya “Biologi 2015-B” terimakasih atas kebersamaan,
dukungan, kekeluargaan dan telah menjadi patner terbaik untuk penulis.
13. Teman-Teman KKN Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur,
Lampung Timur, Santi, Intan, Ester, Ageng, Michael, Eko, dan para
aparatur desa, serta ibu PKK, atas bantuan dan kebersamaan selama KKN
hingga saat ini.
14. Seluruh kakak dan adik tingkat Jurusan Biologi Angkatan 2013, 2014,
2016, dan 2017 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan dukungan, berbagai kritik dan saran, serta motivasi kepada
Penulis.
15. Serta almamater Universitas Lampung yang tercinta.
xviii
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis, dann semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan
baru kepada setiap orang yang membacanya.
Bandar Lampung, 01 Agustus 2019
Septika Nurhidayah
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... vii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ ix
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ xii
MOTO ............................................................................................................... xiv
SANWACANA .................................................................................................. xv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
E. Kerangka Pemikiran................................................................................ 5
F. Hipotesis ................................................................................................. 7
xx
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus ..................................................................................... 8
1. Difinisi Diabetes Melitus ................................................................... 8
2. Karakteristik Diabetes Melitus ........................................................ 10
3. Epidemiologi Diabetes Melitus ........................................................ 11
4. Kriteria Diagnosis ............................................................................ 13
B. Tanaman Vanili (Vanilla planifoliaAndrews) ...................................... 13
1. Klasifikasi Tanaman Vanili ............................................................ 13
2. Deskripsi Tanaman Vanili .............................................................. 14
3. Kandungan Kimia Tanaman Vanili ................................................ 16
C. Aloksan ................................................................................................ 19
D. Mencit (Mus musculus L.) .................................................................... 22
E. Deskripsi Glibenklamid ........................................................................ 23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 25
B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 25
1. Alat-alat Penelitian.......................................................................... 25
2. Bahan Penelitian ............................................................................. 26
C. Rancangan Penelitian ............................................................................ 26
D. Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 28
E. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 29
1. Persiapan Kandang Mencit ............................................................. 29
2. Persiapan Mencit ............................................................................. 29
3. Penentuan Dosis Ekstrak Buah Vanili ............................................ 29
4. Persiapan Ekstrak Buah Vanili ..................................................... 30
5. Persiapan Aloksan ........................................................................... 30
6. Persiapan Glibenklamid .................................................................. 31
7. Analisis Kadar Glukosa Darah ........................................................ 32
F. Parameter Penelitian ............................................................................. 32
G. Analisis Data ........................................................................................ 33
xxi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 34
1. Rerata Berat Badan Mencit .............................................................. 34
2. Rerata Kadar Glukosa Darah Mencit ............................................... 35
B. Pembahasan ............................................................................................ 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 45
B. Saran ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46
LAMPIRAN ....................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rerata Berat Badan (Mean ± SEM) ...................................................... 35
Tabel 2. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean ± SEM) ....................................... 36
Tabel 3. Rerata Berat Badan ............................................................................... 54
Tabel 4. Uji Homogenitas Berat Badan .............................................................. 54
Tabel 5.One Way ANOVA Berat Badan............................................................. 55
Tabel 6. Uji Lanjutan LSD Berat Badan ............................................................. 56
Tabel 7. Rerata Kadar Glukosa Darah ................................................................ 59
Tabel 8. Uji Homogenitas Kadar Glukosa Darah ............................................... 59
Tabel 9. One Way ANOVA Kadar Glukosa Darah............................................. 60
Tabel 10. Uji Lanjutan LSD Kadar Glukosa Darah ............................................ 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morfologi Tanaman Vanili (Vanilla planifoliaAndrews) .................. l6
Gambar 2. Struktur Kimia Vanilin ...................................................................... 18
Gambar 3. Struktur Kimia Aloksan .................................................................... 20
Gambar 4. Mencit (Mus musculusL.) .................................................................. 22
Gambar 5. Diagram Alir ..................................................................................... 28
Gambar 6. Penginjeksian Aloksan Secara Subkutan .......................................... 65
Gambar 7. Buah Vanili (Vanilla planifolia Andrews).............................................. 65
Gambar 8. Rotatory Evaporator ............................................................................ 65
Gambar 9. Spuit Dan Sonde Lambung ................................................................... 65
Gambar10. Ekstrak Buah Vanili (Vanilla planifolia Andrews) Dalam Bentuk
Pasta .................................................................................................. 65
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga dunia. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah
kasus DM di Indonesia yang berada di urutan ke-4 setelah negara India, Cina,
dan Amerika dengan jumlah penderita sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan
akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Di Indonesia DM dikenal dengan istilah penyakit gula atau kencing manis.
Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah
(hiperglikemia) yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin baik
absolut maupun relatif (Agoes, 1991).
Pada penderita DM tubuh kekurangan insulin atau tubuh sedikit menghasilkan
insulin (DM tipe 1) atau insulin tetap dihasilkan dalam jumlah yang normal
(DM tipe 2), namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau terjadi
resistensi insulin karena reseptor insulin pada membran sel berkurang atau
strukturnya berubah sehingga tidak tanggap terhadap insulin (Stumvoll et al.,
2005). Kondisi tersebut mengakibatkan glukosa yang masuk ke dalam sel
berkurang. Akibatnya, sel kekurangan glukosa sehingga kemungkinan tidak
2
terjadi penimbunan glikogen. Sebaliknya, akan terjadi mobilisasi cadangan
glikogen di hati maupun di otot untuk dikatabolisme menghasilkan glukosa dan
dilepas ke pembuluh darah sehingga menyebabkan kondisi hiperglikemia.
Pengobatan DM yang sering dilakukan adalah terapi insulin dan pemberian
obat oral antidiabetes yaitu menggunakan glibenklamid. Obat golongan ini
dapat menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan
dan akan terjadi sekresi insulin sehingga dapat mengubah gula dalam darah
menjadi energi. Glibenklamid termasuk obat golongan sulfonilurea relatif
memiliki efek samping yang rendah, antara lain gangguan saluran cerna,
gangguan susunan syaraf pusat, cenderung meningkatkan berat badan. Pada
penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat memberikan efek
negatif, seperti hipoglikemia berat, mual, rasa tidak enak di perut, anoreksia,
dan terjadinya komplikasi jangka panjang sehingga banyak penderita yang
berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan pengobatan
tradisional (Shafiee, 2012).
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan terus meningkat, banyak
masyarakat yang memilih pengobatan dengan menggunakan obat herbal dalam
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Sehingga perlu adanya pengujian
tentang obat herbal dari bahan alami yang dapat menurunkan kadar glukosa
darah sehingga dapat meminimalisir efek samping dari obat kimia.
Menurut Shanmugavali (2009) tanaman vanili (Vanilla planifolia Andrews)
mengandung senyawa flavonoid. Tanaman vanili memiliki kandungan
flavonoid yang dapat melakukan penghambatan terhadap enzim alfa
3
glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip
penghambatan ini serupa dengan obat untuk penanganan diabetes mellitus yang
dapat menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Ho dan
Bray, 1999).
Tanaman vanili yang mengandung senyawa flavonoid yaitu terdapat pada
bagian buah dan biji vanili, selain itu vanili juga memiliki senyawa antioksidan
dan anti-inflamasi (Srikanth et al, 2012). Flavonoid juga memiliki efek
penghambatan terhadap enzim alfa glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan
substitusi pada cincin β. Prinsip penghambatan ini serupa dengan obat untuk
penanganan DM yang dapat menghambat metabolisme sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa (Ho dan Bray, 1999). Dalam penelitian sebelumnya,
tanaman yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yaitu daun salam
(Eugenia polyantha) yang mengandung tanin dan flavonoid (Herra dan Mulja,
2005).
Sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian mengenai ekstrak etanol buah
vanili dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pemberian
Ekstrak Etanol Buah Vanili (Vanilla planifolia Andrews) Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus L.) Yang Diinduksi Aloksan”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu :
1. Apakah pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia dapat menurunkan
kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan?
2. Apakah pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia lebih efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi aloksan
dibandingkan glibenklamid?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia dalam
menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia lebih efektif
dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan
dibandingkan glibenklamid.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi ilmiah
mengenai kemampuan ekstrak etanol buah V. planifolia yang berpotensi
sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes.
5
E. Kerangka Pemikiran
Diabetes merupakan penyakit yang membahayakan bagi masyarakat Indonesia.
Penderita diabetes disebabkan karena kurangnya insulin, insulin merupakan zat
yang dihasilkan pankreas untuk mengolah zat gula darah (glukosa) sehingga
dapat menjadi energi. Dalam diabetes gula di dalam darah tidak dapat diproses
menjadi energi secara normal, bahkan kadarnya akan terus meningkat.
Peristiwa ini dikenal dengan hiperglikemia, yaitu penumpukan glukosa yang
terjadi di dalam darah. DM dapat terjadi akibat tidak terpenuhinya insulin
sesuai kebutuhan atau insulin yang diproduksi tidak efektif sehingga terjadi
tingginya kadar glukosa darah.
Fungsi pankreas terjadi kelainan yang disebabkan penyakit diabetes, sehingga
tidak bisa disembuhkan karena tidak bisa memproduksi insulin, atau bisa juga
karena kerja insulinnya tidak baik sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik.
Penyakit ini tergolong degeneratif dan bersifat kronis. Artinya, sekali terkena
maka dapat menurunkan fungsi organ di dalam tubuh. Seseorang didiagnosa
penyakit diabetes, maka sel-sel tubuhnya sudah berubah, genetiknya pun
berubah, sehingga tubuh gagal memetabolisme glukosa. Diabetes hanya bisa
dikontrol dengan mengurangi atau membatasi asupan glukosa dan makanan
berkalori tinggi, makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, perbanyak
makan sayur dan buah, serta teratur kontrol gula darah dan minum obat bila
kondisinya memang sudah cukup parah. Pada tahap ekstrem, penderita diabetes
juga membutuhkan insulin.
6
Glibenklamid digunakan sebagai standar obat untuk hewan uji DM.
Glibenklamid bekerja terutama dalam meningkatkan sekresi insulin (Bhowmik
et al., 2009). Mekanisme kerja glibenklamid yaitu dengan merangsang sekresi
hormon insulin dari granul sel-sel β langerhans pankreas. ATP-sensitive K
channel pada membran sel-sel β terjadi depolarisasi membran dan keadaan ini
akan membuka kanal Ca. Kanal Ca terbuka, maka ion Ca2+ akan masuk ke
dalam sel β kemudian merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi
sekresi insulin (Suherman, 2007).
Salah satu upaya pencegahan penyakit ini dapat mengonsumsi obat dari bahan
alami sebagai pengobatan tradisional yang dipercaya lebih aman dan
mengurangi efek samping yang lebih kecil dengan menggunakan vanili. Vanili
merupakan tanaman obat yang penting dalam berbagai pengobatan tradisional
berbagai penyakit. Ekstrak buah vanili dapat berpotensi sebagai antidiabetes
karena menghasilkan senyawa flavonoid dan antioksidan. Tanaman vanili
memiliki kandungan flavonoid yang dapat melakukan penghambatan terhadap
enzim alfa glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β.
Prinsip penghambatan ini serupa dengan obat untuk penanganan DM yang
dapat menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Ho dan
Bray, 1999).
7
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :
1. Pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia mampu menurunkan kadar
glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
2. Pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia lebih efektif dalam menurunkan
kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dibandingkan
glibenklamid.
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus (DM)
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus salah satu penyakit degeneratif dengan kadar glukosa yang
terus menerus tinggi pada suatu periode yang lama. Glukosa pada penderita
DM terakumulasi secara berlebihan di dalam darah. Penyakit ini dapat
menimbulkan kerusakan pada hampir semua organ tubuh dan akan menjadi
fatal apabila tidak dikendalikan (Suyono, 2000).
Penyakit DM menimbulkan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah sehingga dapat
menurunkan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi
insulin (Soegondo et al., 2010).
Diabetes melitus yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Penderita DM
akan ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih),
polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dengan
penurunan berat badan. Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena
penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan sering disebut
sebagai pembunuh manusia secara diam-diam Silent Killer dan
9
menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit ini terdeteksi. Diabetes
melitus apabila diderita dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan
metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan
mikrovaskular (Gibney, 2009).
Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM
tipe2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan
paparan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat
meningkatkan faktor risiko DM tipe-2 adalah perubahan gaya hidup
seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan
menyebabkan obesitas. Selain pola makan yang tidak seimbang, kurangnya
aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko dalam memicu terjadinya DM
(Awad et al., 2013)
Obesitas adalah risiko utama untuk DM yang berkaitan dengan resistensi
insulin. Hubungan antara obesitas dan resistensi insulin adalah sebab-akibat
karena studi pada manusia dan hewan mengindikasikan bahwa peningkatan
atau penurunan berat badan berkorelasi erat dengan sensitivitas insulin.
Resistensi insulin terkait obesitas adalah kelainan yang kompleks yang
melibatkan berbagai jalur mekanisme. Penderita obesitas mengakibatkan
berkembangnya resistensi terhadap aksi seluler insulin yang ditandai oleh
berkurangnya kemampuan insulin untuk menghambat pengeluaran glukosa
dari hati dan kemampuannya untuk mendukung pengambilan glukosa pada
jaringan lemak dan otot (Dewi, 2007).
10
Diabetes melitus terjadi karena faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup
seseorang. Selain itu, faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan juga berkontribusi terhadap penyakit DM dan komplikasinya.
Diabetes melitus dapat memengaruhi berbagai organ sistem dalam tubuh
dalam jangka waktu tertentu yang disebut komplikasi. Komplikasi dari
diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler
(Remedi, 2011).
2. Karakteristrik Diabetes melitus
Diabetes melitus dikenal dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan disebabkan antara lain gangguan penglihatan mata,
katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh
dan membusuk atau gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah,
stroke dan sebagainya. Penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes, 2005).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kenaikan
kadar gula darah (hyperglikemia) kronik yang dapat menyerang banyak
orang di semua lapisan masyarakat. Permasalahan DM, baik aspek
perorangan maupun aspek kesehatan masyarakatnya, terus berkembang
meskipun sudah banyak dicapai kemajuan di semua bidang riset DM
maupun penatalaksanaannya (Gustaviani et al., 2000).
11
Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan
efektivitas insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi pankreas
untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya. Gangguan metabolik ini mempengaruhi metabolisme
dari karbohidrat, protein, lemak, air dan elektrolit. Diabetes berasal dari kata
yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan, sedangkan DM
merupakan kata lain untuk madu atau gula. Sehingga diabetes melitus
adalah penyakit di mana seseorang mengeluarkan atau mengalirkan
sejumlah urine yang terasa manis (Corwin, 1997).
Faktor -faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit DM,
antara lain kelainan genetik, obesitas, terpaparnya suatu individu terhadap
molekul radikal bebas. Selama ini pengobatan yang telah dilakukan untuk
penderita diabetes adalah suntikan insulin dan pemberian obat oral
antidiabetes yang memiliki efek samping seperti sakit kepala, pusing, mual,
dan anoreksia serta membutuhkan biaya yang mahal. Penderita diabetes
berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan cara tradisional
menggunakan bahan alam seperti tanaman herbal (Widowati, 1997).
3. Epidemiologi Diabetes melitus
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang
diseluruh dunia menderita DM, atau sekitar 2.8% dari total populasi,
insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030
angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia, DM
12
terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis DM tipe 2 terjadi di negara
berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika ,
disebabkan kebiasaan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola
makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (2007) dari 24417 responden berusia > 15 tahun , 10,2%
mengalami toleransi glukosa tergangggu DM lebih banyak ditemukan pada
wanita dibanding dengan pria, lebih sering pada golongan tingkat
pendidikan dan status sosial yang rendah, penderita DM yang tertinggi pada
daerah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1% sedangkan
kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa hal
yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi,
kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan buah (Shaw,
2010).
Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada
penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah
dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada
penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi
merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes,
2008). Hasil penelitian epidemiologi yang dilaksanakan pada tahun 1993 di
Jakarta daerah urban menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM dari
1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok dan
didaerah Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung Pandang
daerah urban meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada
tahun1998, kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, pada daerah rural
13
yang dilakukan oleh Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah terpencil, di tanah
Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8% dapat dijelaskan perbedaan
prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo, 2009).
4. Kriteria Diagnosis
Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan
gejala banyak minum (polidipsi), banyak kencing (poliuria), banyak makan
(polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah dapat
menegakkan diagnosis DM, maka diperlukan paling tidak 2 kali
pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama,
2009). Menurut American Diabetes Association (2010), kriteria hasil
pemeriksaan gula darah abnormal adalah: 1. Kadar gula darah sewaktu >200
mg/dl atau 2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl 3. Kadar gula darah 2 jam
postprandial >200 mg/dl.
B. Tanaman Vanili (Vanilla planifoliaAndrews)
1. Klasifikasi Tanaman Vanili
Klasifikasi tanaman Vanili menurut Tjitrosoepomo (2012) sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Familia : Orchidaceae
Genus : Vanilla
Species : Vanilla planifolia Andrews
14
2. Deskripsi Tanaman Vanili
Secara sistematik, vanili termasuk tanaman monokotil dan familia
Orchidaceae yang merupakan familia tumbuhan bunga terbesar dengan 700
genus dan 20.000 spesies. Untuk tujuan komersial, terdapat 3 spesies yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi yakni Vanilla planifolia Andrews, Vanilla
pompana Schieda dan Vanilla tahitensis JW Moore. Jenis vanili yang paling
banyak ditemui di Indonesia adalah Vanilla fragrans (Salibs.) Ames (syn. V.
planifolia Andrews) yang sangat terkenal bermutu tinggi dan menduduki
peringkat 1 dunia karena kadar vanilinnya yang tinggi (Deptan, 2004).
Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai komoditas ekspor penghasil
devisa yang masih potensial dikembangkan di Indonesia. Di pasaran
internasional, vanili Indonesia dikenal dengan sebutan Java Vanilla Beans
karena mempunyai kualitas terbaik dengan kadar vanillin 2,75%
(Hadisutrisno, 2004; Nurcahyani, 2013).
Tanaman Vanili termasuk kedalam familia Orchidaceae yang terdiri dari
700 genus dan 20.000 species. Familia Orchidaceae merupakan tumbuhan
yang dapat hidup epifit atau terestrial dan kadang-kadang memanjat
tumbuhan ini merupakan tumbuhan herba perenial. Kelompok tumbuhan ini
memiliki beberapa marga yang salah satunya adalah Vanilla (Dasuki, 1991).
Vanili termasuk tanaman monokotil, memiliki tipe perakaran serabut. Akar
vanili terdiri dari akar gantung, akar perekat, dan akar tanah. Akar gantung
dan akar perekat tumbuh di setiap ruas batang. Akar gantung memiliki
15
panjang 1 meter bahkan lebih, apabila telah mencapai tanah dapat berfungsi
sebagai pengghisap zat makanan. Akar yang terdapat dalam tanah tetap
dangkal, bercabang-cabang, mempunyai akar rambut yang pendek dengan
panjang kurang dari 3 mm (Tjitrosoepomo, 2002; Nurcahyani, 2013).
Bunga vanili tersusun dalam suatu karangan atau rangkaian berbentuk
tandan yang terdiri dari 15 sampai 20 kuntum bunga per tangkai, dengan
panjang tangkai 5 cm sampai 10 cm dan panjang bunga 3,75 cm sampai 5
cm. Bunga vanili berwarna hijau kekuningan, dengan diameter 10 cm.
Bunga vanili keluar dari ketiak daun, bunga bersifat hermaprodit, tangkai
bunga sangat pendek. Bunga vanili tidak mampu melakukan penyerbukan
sendiri dikarenakan kepala putik tertutup oleh lamela bunga secara
keseluruhan, sehingga harus dibantu penyerbukannya (Mochtar, 2012).
Buah vanili berbentuk silinder dengan panjang 10-25 cm dan diameter 5-15
mm. Secara prinsip terdapat 2 bagian dalam buah vanili yakni dinding buah
atau daerah hijau yang meliputi epidermis, ground dan jaringan vaskular
dari dinding buah. Kedua adalah bagian putih yang terdiri dari 3 plasenta
parietal (tidak termasuk biji) dan 3 pita dari glandular rambut yang
berperan penting dalam biosintesis vanilin. Daerah hijau terdapat sekitar
60% dan daerah putih serta biji masing-masing sekitar 20% dari berat buah
(Purseglove et al., 1981).
16
Bunga serta buah vanili mentah dan buah vanili kering terdapat pada
Gambar 1.
a. Perawakan tanaman vanili b. Buah vanili basah
(Nurcahyani, 2011) (Dok.Pribadi, 2018)
c. Buah vanili kering (Dok.Pribadi, 2018)
Gambar 1. Morfologi Tanaman Vanili (Vanilla planifolia Andrews)
3. Kandungan Kimia Tanaman Vanili
Menurut Mintarti (2006), vanilin merupakan komponen aroma utama yang
terdapat dalam buah vanili yakni sebesar 85% dari total senyawa volatil.
Komponen lainnya adalah phidroksi benzaldehid (sampai 9%) dan p-
hidroksi benzil metil eter (1%).
Biji buah vanili
17
Selain prekursor dan enzim pembentuk flavor, buah vanili mengandung
komponen zat gizi lengkap yang meliputi protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Menurut de Guzman dan Siemonsma (1999), per 100 g
berat buah vanili kering Vanilla planifolia Andrews, mengandung 20 g air,
3-5 g protein, 11 g lemak, 7-9 g gula, 15-20 g serat, 5-10 g abu, 1.5-3 g
vanilin, 2 g soft resin dan asam vanilat yang tidak berflavor.
Ekstrak vanili merupakan salah satu bentuk vanili olahan yang lebih mudah
dan luas penggunaannya. Ekstrak vanili digunakan di seluruh dunia sebagai
flavouring agent dessert, like baked goods, es krim, minuman dan custard.
Selain itu ekstrak vanili digunakan oleh industri selain pangan seperti
parfum, obat-obatan dan kosmetik (de Guzman dan Siemonsma, 1999).
Senyawa vanilin dapat diperoleh melalui kerja enzim terhadap suatu
komponen heterosida (glukosida). Prekursor vanilin dalam buah vanili hijau
adalah koniferosida, dimana melalui reaksi oksidasi akan terpecah menjadi
vanilosida (glukovanilin) yang menghasilkan vanilin dan glukosa jika
dihidrolisis oleh enzim. Disamping itu, terdapat mekanisme alternatif dari
pembentukan vanilin dimana glukosida dari vanililalkohol dioksidasi
menjadi glukovanilin. Vanili hijau mengandung paling sedikit 4 glukosida
yang menghasilkan vanilin dan komponen flavor lainnya. Jumlah yang
terbanyak adalah glukovanilin, sedangkan glukovanililalkohol ditemukan
dalam jumlah yang lebih sedikit, diikuti oleh glukosida dari asam
protokatekuat (asam 3,4- dihidroksibenzoat) (Purseglove et al.,1981).
18
Struktur kimia senyawa vanilin dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur kimia vanilin (Mintarti, 2006)
Gugus phenol yang terdapat pada senyawa vanilin menjadikan vanilin aktif
sebagai senyawa antioksidan dan berpotensi untuk meredam senyawa
radikal bebas (Budimarwanti, 2009).
Flavonoid merupakan senyawa aktif bahan alam yang telah diteliti memiliki
aktivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah. Flavonoid dapat
mencegah komplikasi atau progresifitas DM dengan cara membersihkan
radikal bebas yang berlebihan, memutuskan rantai reaksi radikal bebas
(Soewonto, 2001). Mengikat ion logam dan memblokade jalur poliol dengan
menghambat enzim aldose reduktase (Mills dan Bone, 2002).
Flavonoid juga memiliki efek penghambatan terhadap enzim alfa
glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip
penghambatan ini serupa dengan obat untuk penanganan diabetes mellitus,
yaitu dengan menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan disakarida
dan absorpsi glukosa serta menghambat metabolisme sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa (Ho dan Bray, 1999).
19
Selain itu, adanya senyawa flavonoid yang terkandung diketahui memiliki
aktivitas antioksidan (Sindhe, et al., 2013) dan diduga mampu memperbaiki
keadaan sel pankreas dengan cara melindungi sel β pankreas terhadap
peningkatan radikal superoksida yang dihasilkan dari reaksi reduksi oksidasi
aloksan, sehingga diperkirakan penggunaan antioksidan mampu mencegah
terjadinya DM.
Menurut Geegi et al., (2011) ekstrak buah vanili dapat digunakan dalam
pengobatan yang bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas hepatoprotektif
ekstrak etanol Vanilla planifolia terhadap kerusakan hati yang diinduksi
parasetamol pada tikus, dan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
ekstrak etanol vanili memiliki aktivitas hepatoprotektif
terhadap hepatotoksisitas pada tikus yang diinduksi parasetamol.
C. Aloksan
Aloksan merupakan agen diabetogenik yang secara luas telah digunakan pada
banyak penelitian untuk menginduksi hewan percobaan dalam keadaan
hiperglikemik. Aloksan (2,4,5,6-tetraxypyrimidine;2,4,5,6-pyrimidinetetrrone)
tergolong senyawa hidrofilik yang tidak stabil (Szkudelski, 2001)
Aloksan memiliki bentuk molekul yang menyerupai glukosa, sehingga dapat
dengan cepat di uptake secara selektif oleh sel β pankreas, masuk ke sitosol sel
β pankreas melalui reseptor GLUT2. Aloksan bereaksi dengan merusak
substansi esensial di dalam sel β pankreas dapat menyebabkan granula-granula
pembawa insulin di dalam sel β pankreas berkurang (Szkudelski, 2008).
20
Struktur kimia aloksan terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur kimia aloksan (Yuriska, 2009).
Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37°C adalah 1,5 menit. aloksan
dapat diinduksi ke hewan uji secara Intravena, intraperitoneal atau subkutan.
Dosis aloksan berkisar antara 100-200 mg/kgbb. Dosis 130 mg/kgbb termasuk
dosis sedang, sedangkan dosis 160 mg/kgbb termasuk dosis tinggi. Untuk
penginduksian secara intravena, dosis yang biasa digunakan adalah 65
mg/kgbb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kali dosis
intravena (Szkudelski, 2001; Tailang et al., 2008).
Adapun penyakit metabolik yang disebabkan oleh aloksan adalah diabetes
melitus. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua – duanya yang berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh. Diabetes melitus
mengakibatkan berbagai komplikasi akut maupun kronik yang dapat mengenai
berbagai jaringan dan organ tubuh (Gustaviani, 2007).
Abbas (2005) Menyatakan komplikasi akut diabetes melitus dapat berupa
ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar, hiperglikemi non ketotik, asidosis
21
laktat, hipoglikemik iatrogenik akibat reaksi insulin atau syok insulin, dan
infeksi akut. Sedangkan komplikasi kronis diabetes melitus dapat berupa
kelainan pada organ mata (retinopati diabetik), ginjal (nefropati diabetik),
syaraf (neuropati diabetik), penyakit pembuluh darah koroner dan perifer,
infeksi kronik dan ulkus kaki diabetic (Foster, 2000).
Price (2005) menyatakan bahwa 75% penderita DM akhirnya meninggal
karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren
adalah komplikasi yang paling utama. Selain itu, kematian fetus intrauterin
pada ibu – ibu yang menderita diabetes melitus tidak terkontrol juga
meningkat.
Aloksan dapat menginduksi diabetes melalui 4 fase (Rohilla dan Ali, 2012;
Lenzen, 2008), yaitu :
1. Fase pertama terjadi dalam beberapa menit pertama setelah injeksi aloksan,
maksimal pada 30 menit, terjadi hipoglikemik transien. Hal ini terjadi
karena peningkatan sekresi insulin secara transien yang menyebabkan
uptake glukosa sel β pankreas.
2. Fase kedua terjadi 1 jam setelah injeksi, yaitu fase pertama kali terjadi
peningkatan kadar glukosa darah dan penurunan kadar insulin dalam
plasma. Hal ini terjadi karena aloksan menyebabkan supresi sekresi insulin.
Fase ini bertahan ±2-4 jam.
3. Fase ketiga adalah fase hipoglikemik kembali yang terjadi setelah 4-8 jam
injeksi dan akan bertahan selama beberapa jam. Pada fase ini terjadi sekresi
insulin besar-besaran akibat terjadi ruptur membran sel dan mitokondria sel
22
β pankreas sehingga menyebabkan nekrosis β pankreas. Keadaan
hipoglikemik ini terkadang amat parah sampai menyebabkan kejang atau
bahkan kematian jika tidak diberikan glukosa.
4. Fase keempat terjadi degranulasi dan hilangnya integritas sel β pankreas
secara komplit sehingga terjadi hiperglikemik diabetik. Fase ini terjadi pada
24-48 jam setelah injeksi.
D. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit atau tikus putih merupakan hewan laboratorium yang sering digunakan
untuk penelitian disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.)
Berikut ini adalah klasifikasi mencit menurut Penn (1999) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus L.
23
Mencit adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Panjang
tubuh mencit berkisar 7,5-10 cm dengan luas permukaan tubuh 36 cm². Lama
hidupnya 1-3 tahun, dimana pada usia 35 hari mencit sudah termasuk kategori
dewasa. Mencit jantan dewasa memiliki berat badan 20-40 gram dan mencit
betina dewasa 18-35 gram. Waktu dewasa seksual mencit kurang lebih 60 hari,
dan usia maksimum mencit adalah 1-2 tahun. Masa kebuntingan mencit adalah
19-21 hari dan jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 6-15 ekor. Mencit
jantan dan betina dapat dibedakan dengan mudah, yaitu dengan mengamati alat
kelaminnya. Mencit betina memiliki jarak yang peendek antara anus dan
lubang genital eksternalnya (Armitage, 2004).
Hewan ini memiliki karakter yang lebih aktif pada malam hari daripada siang
hari (Rugh, 1990). Diantara spesies-spesies hewan lainnya, mencit adalah
hewan yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%)
karena murah dan mudah berkembang biak (Kusumawati, 2004).
E. Deskripsi Glibenklamid
Glibenklamid merupakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) golongan
sulfonilurea yang hanya digunakan untuk mengobati individu dengan DM tipe
II. Obat golongan ini menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin
yang tersimpan. Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan
dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan
susunan syaraf pusat. Golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat
24
badan. Obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam, bila pemberian dihentikan
(Soegondo, 2005).
Glibenklamid merupakan obat diabetes mellitus yang bekerja dengan cara
meningkatkan sekresi insulin (Bailey dan Krentz, 2010). Menurut Jones dan
Hattersley (2010) glibenklamid merupakan obat hipoglikemia oral dari turunan
sulfonilurea. Pengobatan dengan menggunakan glibenklamid secara oral
disarankan bagi penderita diabetes akibat kerusakan sel β pankreas. Secara
histopatologis, Mai Cing (2010) telah membuktikan bahwa terapi glibenklamid
memiliki efek memperbaiki kelenjar pankreas yang rusak lebih baik dari obat
tradisional. Namun demikian, glibenklamid dapat memicu laju absorpsi
glukosa gastrointestinal dan meningkatkan kadar sekresi insulin plasma,
bahkan pada saat kadar glukosa plasma darah berada di bawah ambang sekresi
insulin. Hal inilah yang memicu kelaparan dan pada akhirnya menyebabkan
kenaikan berat badan bagi para pengkonsumsinya (Bailey dan Krentz, 2010).
Mekanisme kerja glibenklamid yaitu dengan merangsang sekresi hormon
insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas. Interaksinya dengan ATP
sensitive K channel pada membran sel-sel β menimbulkan depolarisasi
membran dan kedaan ini akan membuka kanal Ca. Terbentuknya kanal Ca,
mengakibatkan ion Ca2+ akan masuk kedalam sel β kemudian merangsang
granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin. Pada penggunaaan
jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglekemia
(Suherman, 2007).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari – April 2019. Ekstrak
buah vanili dilakukan di Laboratorium Botani I Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.Pemeliharaan hewan uji,
penginduksian aloksan, pemberian ekstrak buah vanili, pemberian suspensi
glibenklamid, pemeriksaan kadar gula darah dan berat badan dilakukan di
Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 24 kandang mencit
berukuran 20 cm x 30 cm, 24 botol minum mencit, timbangan untuk
menimbang berat badan mencit selama perlakuan, gelas ukur 500 ml
mengukur pelarut yang akan melarutkan aloksan dan glibenklamid, tisu,
sepidol marker untuk memberi tanda pada setiap kandang, 3 jarum sonde
untuk pencekokan ekstrak buah vanili dan glibenklamid, 1 jarum suntik
untuk induksi aloksan pada mencit, kamera HP untuk dokumentasi, strip
26
pengukur kadar glukosa darah, easy touch GCU (Glucose, Cholesterol, Uric
Acid) yaitu alat yang digunakam untuk mengukur kadar glukosa darah,
rotary vacum evaporator, oven, dan sarung tangan dan masker.
2.Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Hewan uji berupa berupa
mencit jantan dengan berat badan ± 30-40 gram berumur2-3 bulan, induksan
diabetes menggunakan bubuk aloksan, glibenklamid, buah vanili kering.
Bahan yang digunakan dalam pemeliharaan mencit yaitu pelet pakan
mencit, air minum dan sekam padi. Untuk melarutkan aloksan digunakan
Aqua pro injection. Etanol 60% dan aquades sebagai pelarut dalam ekstrak
vanili. CMC Na 1 digunakan agar memudahkan pemberian ekstrak vanili
pada mencit secara oral.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode penelitian Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang melibatkan 6 kelompok perlakuan hewan uji.
Jumlah ulangan ditentukan berdasarkan rumus Federer (Maryanto dan
Fatimah, 2004), yaitu (n –1) (t –1) ≥ 15. t adalah banyaknya kelompok
perlakuan dan n adalah besar sampel tiap kelompok.
(n –1) (t –1) ≥ 15
5n–5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥ 4
27
Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah hewan uji dalam setiap kelompok
harus lebih besar atau sama dengan 4 ekor, oleh karena itu pada penelitian
ini digunakan 4 ekor mencit pada setiap kelompok perlakuan, seperti
berikut:
Kelompok KN : Kontrol normal tanpa perlakuan
Kelompok K- : Kontrol negatif (induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb)
Kelompok K+ : Kontrol positif (induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan
glibenklamid 0.039 mg/g bb
Kelompok P1 : Induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan ekstrak buah
vanili dengan 50 mg/kg bb
Kelompok P2 : Induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan ekstrak buah
vanili dengan 100 mg/kg bb
Kelompok P3 : Induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan ekstrak buah
vanili dengan 200 mg/kg bb
28
D. Diagram Alir Penelitian
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
24 ekor mencit umur 3 bulan dengan bobot ± 30-40 gram
Aklimasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air minum)
4 ekor
mencit
(KN)
4ekor
mencit
(K-)
4 ekor
mencit
(P1)
4 ekor
mencit
(P2)
4 ekor
mencit
(P3)
(K-, K+, P1, P2, P3) diinduksi Aloksan
dengan dosis 4,5 mg/g bb
(KN)
Pakan
standar
dan air
minum
hingga
akhir
penelitian
(K-)
Pakan
standar
dan air
minum
(14
hari)
(K+)
Pemberian
glibenklamid
0,039 mg/g
bb secara
oral (14 hari)
(K4)
Pemberian
ekstrak
buah
vanili
dosis 50
mg/kg bb
(14 hari)
(K5)
Pemberia
n ekstrak
buah
vanili
dosis 200
mg/kg bb
(14 hari)
Penimbangan berat badan mencit dan pengukuran
kadar glukosa darah puasa mencit
Analisis Data
4 ekor
mencit
(K+)
(K4)
Pemberian
ekstrak
buah
vanili
dosis 100
mg/kg bb
(14 hari)
29
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang Mencit
24 buah bak plastik bersih berukuran 20 x 30 cm yang masing – masing
diisi dengan seresah kayu, dilengkapi dengan tempat minum, tempat pakan,
dan tutup yang terbuat dari kawat persegi empat. Bak-bak plastik tersebut
disususn di dalam ruangan yang bersih dengan sirkulasi udara serta
pencahayaan yang baik.
2. Persiapan Mencit
Mencit diaklimatisasi selama 7 hari di kandang. Aklimatisasi bertujuan
agar mencit beradaptasi dengan lingkungan baru dan meminimalisir efek
stres pada mencit yang dapat berpengaruh pada metabolismenya. Mencit
diberi makan dan minum serta ditimbang berat badannya secara rutin.
Mencit yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) berumur 3
bulan sebanyak 24 ekor yang beratnya 30-40 gram diperoleh dari
Laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujjian Veteriner (BPPV) Regoinal
III Bandar Lampung. Setiap hari mencit diberi pakan dan minum secara ad
libitum (sampai kenyang) pada pukul 08.30 WIB.
3. Penentuan Dosis Ekstrak Buah Vanili
Dosis ekstrak Vanili yang digunakan menurut Niazi et al., (2014) pada
penelitiannya menggunakan dosis 50 mg/kg dan 100 mg/kg. Sedangkan
menurut Srikant (2013) yang telah melakukan penelitian yaitu 100 mg/kg
dan 200 mg/kg yang menunjukan adanya penurunan volume telapak kaki
30
yang signifikan dan aktivitas anti inflamasi. Sehingga dosis efektif pada
tikus yang digunakan pada penelitian ini yang dikonversikan untuk berat
badan (bb) mencit rata-rata 30 gram.
50 mg/kg bb = 2,1 mg/gbb
100 mg/kg bb = 4,2 mg/gbb
200 mg/kg bb = 8,4 mg/gbb
4. Persiapan Ekstrak Buah Vanili
Pembuatan ekstrak buah vanili dilakukan di Laboratorium Botani I dengan
metode Setyaningsih et al., (2006) yaitu metode maserasi satu tahap.
Ekstrak buah vanili didapatkan perbandingan bahan simplisia yang
digunakan pada penelitian ini sebanyak 200 gram buah vanili kering
dipotong-potong dan ditaruh diwadah, lalu ditambahkan pelarut etanol 60%
sebanyak 2 Liter, kemudian dimaserasi 24 jam pada suhu 20°C-30°C
dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Selanjutnya Proses penyaringan
ekstrak vanili yang diperoleh diduga mengandung kadar alkohol yang
tinggi sekitar 30%, sehingga diperlukan proses penguapan dengan
menggunakan rotatory evaporatorpada suhu 600, kecepatan 150 rpm
selama 14 jam.
5. Persiapan Aloksan
Pada penelitian ini dilaksanakan penginduksian aloksan untuk menciptakan
hiperglikemik pada mencit. Penginduksian aloksan dilakukan sebanyak 3
kali dalam 1 minggu yang bertujuan untuk menciptakan keadaan
31
hiperglikemik pada hewan uji. Semua kelompok perlakuan diinduksi
aloksan dengan cara menyuntikkan larutan aloksan secara subkutan yaitu di
bagian tengkuk. Dosis aloksan yang digunakan yaitu 150 mg/kg bb. Dosis
mencit 30 gram= 30/1000×150= 4,5 mg aloksan dilarutkan dalam 0,3 ml
aqua pro injection.
Mengondisikan mencit menjadi keadaan hiperglikemik yaitu dengan cara
mempuasakan mencit selama 6-8 jam namun tetap diberi air minum yang
cukup. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa untuk mengetahui
kadar glukosa darah hewan uji sebelum diinduksi aloksan. Setelah 24 jam
induksi, mencit diberi 3 ml air gula 5% secara oral, untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia yang fatal, untuk melihat pengaruh pemberian
aloksan pada mencit, dilakukan optimasi larutan selam 5 hari (Nadhiroh,
2018). Berdasarkan American Diabetes Association (2010), kriteria
terjadinya diabetes pada mencit apabila diperoleh kadar glukosa darah puasa
≥ 126 mg/dL.
6. Persiapan Glibenklamid
Glibenklamid merupakan salah satu obat antidiabetik oral golongan
sulfonilurea generasi II. Potensi glibenklamid 200 kali lebih kuat dari
tolbutamid. Meski masa paruhnya hanya sekitar 4 jam, efek
hipoglikemiknya berlangsung 12-24 jam.
Larutan glibenklamid dosis manusia untuk glibenklamid sebesar 10 mg.
Dosis glibenklamid pada mencit dihitung dengan menggunakan tabel
32
konversi manusia ke mencit ukuran 20 gram. Nilai konversi dari manusia ke
mencit adalah 0,0026. Dosis larutan Glibenklamid dikonversikan dari
manusia ke mencit (20 g) = 10 mg × 0,0026 = 0,026 mg. Dosis mencit 29
gram = 29/20 × 0,026 = 0,0377 mg / 0,3 ml. Diperoleh dosis glibenklamid
untuk mencit dengan berat badan 30 gram = 30/20 × 0,026 = 0,039 mg / 0,3
ml.
7. Analisis Kadar Glukosa Darah
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebanyak 4 kali pada tiap tiap
perlakuan. Pengukuran pertama yaitu hari ke-0 (kadar GDP mencit sebelum
diinduksi aloksan), hari ke-6 (kadar GDP mencit setelah diinduksi aloksan),
hari ke-13 (kadar GDP mencit setelah 7 hari pemberian ekstrak buah vanili)
dan hari ke-20 (kadar GDP mencit setelah 14 hari pemberian ekstrak buah
vanili) untuk mengetahui hasil akhir penurunan glukosa darah yang terjadi
setelah injeksi dan perlakuan.
F. Parameter Penelitian
Parameter yang akan di uji yaitu berat badan mencit dan kadar glukosa darah.
Adapun teknik pengambilan parameter uji sebagai berikut :
1. Rerata Berat Badan
Pengukuran berat badan dilakukan dalam empat waktu, yaitu hari ke-0
(berat badan mencit sebelum diinduksi aloksan), hari ke-6 (berat badan
mencit setelah diinduksi aloksan), hari ke-13 (berat badan mencit setelah 7
hari pemberian ekstrak buah vanili) dan hari ke-20 (berat badan mencit
33
setelah 14 hari pemberian ekstrak buah vanili) alat yang digunakan dalam
pengukuran berat badan yaitu timbangan digital.
2. Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)
Sampel darah mencit diambil melalui ujung ekor (Pengukuran kadar GDP
dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 6-8 jam, kemudian kadar GDP
diukur menggunakan glukometer. Pengukuran kadar GDP dilakukan
sebanyak empat kali pada tiap-tiap perlakuan setelah mencit dipuasakan
selama 6-8 jam. Pengukuran pertama yaitu hari ke-0 (kadar GDP mencit
sebelum diinduksi aloksan), hari ke-6 (kadar GDP mencit setelah diinduksi
aloksan), hari ke-13 (kadar GDP mencit setelah 7 hari pemberian ekstrak
buah vanili) dan hari ke-20 (kadar GDP mencit setelah 14 hari pemberian
ekstrak buah vanili).
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan
ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5%, yang dilanjutkan dengan
uji BNT pada taraf nyata 5%
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian ekstrak etanol buah vanili dapat menurunkan kadar glukosa
darah mencit yang diinduksi aloksan sebesar 66,9 %
2. Pemberian ekstrak etanol buah vanili dalam menurunkan kadar
glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan tidak berbeda dengan
pemberian glibenklamid.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian ekstrak etanol
buah vanili sebagai agen antihiperglikemik dengan penambahan parameter
yaitu gambaran histologi ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, M.A. 2005. The endocrine system pathologics basis of disease.7th ed.
Philadelphia, USA : Elsevier Saunders, 1155 – 224.
Agoes, A. 1991. Pengobatan Tradisional Di Indonesia. Medika No.8. Thn 17.
Hal.632
American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care, 33(1): 62-69.
Armstrong, Sarah R.2000. “Ethanol, Its Use in Gasoline : Expected Impacts and
Comments of Expert Reviewers”, Cambridge Environmental Inc,
Cambridge
Armitage, G.C. 2004. Diagnosis and Classification of Periodontal Diseases, In
Rose, L.F., Mealey, BL., Genco, RJ and Cohen DW. Periodontics Medicine,
Surgery and Implants.Elsevier Mosby. St. Louis Missouri, 25-26.
Awad, N. Langi, Y.A, dan K. Pandelaki. 2013. Gambaran Faktor Resiko Pasien
Diabetes Melitus Tipe II: Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unsrat RSU
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011. Jurnal e-
Biomedik (eBM). 2013;1(1):45-9.
Bailey, CJ & Krentz, AJ. 2010. Oral antidiabetic agents. in RIG Holt, CS
Cockram, A Flyvbjerg & BJ Goldstein (eds), Textbook of diabetes. 4th edn,
Wiley-Blackwell, pp. 452-477.
Budimarwanti, C. 2009. Sintesis Senyawa 4- Hidroksi -5-Dimetilaminometil-3-
Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui Reaksi Mannich.
UNY, Yogyakarta.
Corwin, J.E. 1997. Patofi siologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Dasuki U.A .1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bidang Ilmu Hayati ITB.s
Bandung
de Guzman CC, Siemonsma JS. 1999. Vanilla planifolia HC. Andrews. Di
dalam:Spices;Plant Resources of South East Asia 13, PROSEA Foundation,
Bogor,Indonesia, No.13.
Departemen Pertanian. 2004. Vanili (Vanilla PlanifoliaAndrews);Pedoman
Teknologi Pengolahan. Deptan Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian. Jakarta.
47
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Materia Medika Indonesia,
Jilid IV, hal. 109.
Dewi M. 2007. Resistensi Insulin Terkait Obesitas: Mekanisme Endokrin dan
Intrinsik Sel.Jurnal Gizi dan Pangan. 2(2):49-54.
Dyahnugra, A. Ayu, Widjarnako, S. Bambang . 2015. Pemberian Ekstrak
BubukSimplisia Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Menurunkan
KadarGlukosa Darah Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar
JantanKondisi Hiperglikemik. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol 3(1):
113-122.
Erejuwa OO, Sulaiman SA, Ab Wahab MS, Salam SKN, Salleh MSM, Gurtu Sl.
2011. Comparison of antioxidant effects of honey, glibenclamide,
metformin, and their combinations in the kidneys of streptozotocin induced
diabetic rats. Int J Mol Sci, 12, 829-843.
Foster DW. 2000. Diabetes mellitus. Harrison Prinsip – prinsip imu penyakit
dalam. Edisi 13. Volume 5. Alih bahasa : Asdie AH. Jakarta : EGC :2196 –
217.
Fahri, C., Sutarno., & Listyawati, S. 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total
Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik setelah
PemberianEkstrak Metanol Akar meniran (Phyllanthus niruri L.),
Biofarmasi 3 (1) : 1-6
Geegi P. G., Anitha, P.,Anthoni,S.A., and Kanimozhi,R. 2011. Hepatoprotective
activity of Vanilla planifolia against paracetamol induced hepatotoxicity in
albino rats. International Journal of Institutional Pharmacy and Life
Sciences 1(3). Hal 70-73.
Gibney, M.J., 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta
Gustaviani R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes melitus dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi keempat. Balai Penerbit FK UI.
Jakarta.
Gustaviani R. 2007. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Buku ajar ilmu
penyakit dalam . Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI :1857 – 9.
Hadisutrisno B. 2004. Taktik dan strategi perlindungan tanaman menghadapi
gangguan penyakit layu Fusarium. Simposium Nasional I. Purwokerto, 2-3
Maret 2004.
Herra, S dan Mulja, H.S. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah
Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan.
Media Kedokteran Hewan. 21(2): 1-4.
Ho, E and T.M. Bray. 1999. Antioxidants, NFKB Activation, and Diabetogenesis.
Proc Soc Exp Biol Med. 1999 Dec: 222(3):205-13
Jones, A, Hatterslay AT. 2010. Monogenic causes of diabetes. Didalam: Holt R.
editor. Textbook of Diabetes 4th edition. Chichester. Blackwell Publising.
48
Kaneto,H., Kajimoto,Y., Muyagawa,J., Matsuoka, T., Fujitani,Y., Umayahara, Y.,
Hanafusa, T., Matsuzawa, Y., Yamasaki, Y., Hori, M. 1999. Beneficial
wffects of antioxidants in diabetes; possible protection of panareatic beta-
cells againts glucose toxity. American Diabetes Association. 48(12):2398-
2406
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014.
http://www.depkes.go.id/. Diakses 20 Oktober 2018.
Krentz, A.J. & C. J. Bailey. 2005. Oral antidiabetic agents: current role in type 2
diabetes mellitus. Drugs 65:384-411
Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lenzen, S. 2008. The Mechanism of alloxan and streptozotocin induced diabetes.
Diabetologia. Vol 51(2):216-26.
Mai Cing J. 2010. Potensi Antihiperglikemia Ekstrak Kulit Kayu Mahoni
(Swietenia macrophylla King) Pada Tikus yang Diinduksi Aloksan
[Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Diakses Pada Tanggal 20 November 2018
Maiyah, A.T., Widiastuti, E.L., Umar, S. 2016. Ameliorative effects of Costus
speciosus on biochemical and histopathological changes in alloxan-induced
diabetic mice. Science Letters: 4(2): 140-146
Miettinen, Sanna-Maija. 2004. “Instrumentally Measured Release and Human
Perception of Aroma Compounds From Foods and Model Systems Differing
in Fat Content”, Academic Dissertation, Department of Applied Chemistry
and Microbiology Department of Food Technology, University of Helsinki,
Helsinki
Mills, S and K. Bone. 2002. Principles and Practice of Phytotherapy : Modern
Herbal Medicine. Edinburgh, Scotland, Churral Livingstone
Mintarti, I.S. 2006. Ekstraksi Vanili Secara Enzimatik Dari Buah Vanili (Vanilla
planifolia Andrews) Segar. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Mochtar, M. 2012. Prospek Pemberian Alkohol Alifatis untuk Peningkatan
Produksi Vanili. Primordia. Vol 8:2
Mycek M. J., Harvey R. A.,Champe P. C. 2001 Insulin dan obat-
obatHipoglikemik Oral. Edisi 2. Penerjemah: Azwar Agoes. Jakarta: Widya
Medika, pp: 259-65
Nadhiroh, Z. 2018. Efek Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Achanthus ilicifolius L.)
Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius (Poepp.& Endl.) H. Rob) dan Taurin
Terhadap Antidiabetes dan Jumlah Spermatozoa Mencit Jantan yang
Diinduksi Aloksan. [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
49
Niazi, J., Kaur, N., Sachdeva,R.K., Bansal,Y., Gupta,V. 2014.Anti-inflammatory
and Antinociceptive Activity of Vanillin. Drug Development and
Therapeutics Journal. Vol. 5. Issue 2 (145-157).
Nijveldt,R.J, F, van Nood, P.G,Boelen. 2001. Flavonoids : a review of probable
mechanism of action and potential applications, Jurnal Clinical Nutrition74
pp.418-425, Amsterdam.
Nurcahyani, E., Sumardi, I., Hadisutrisno, B., Suharyanto, E. 2012. Penekanan
Perkembangan Penyakit Busuk Batang Vanili (Fusarium oxysporum F.Sp.
vanillae) Melalui Seleksi Asam Fusarat Secara In Vitro. Jurnal HPT
Tropika. Vol. 12. No. 1: 12 – 22. ISSN 1411-7525.
Nurcahyani, E. 2013. Karakterisasi Planlet Vanila (Vanilla planifolia Andrews)
Hasil seleksi In Vitro dengan Asam Fusarat terhadap Fusarium oxyporum
f.sp. vanillae. Disertasi. Fakultas Biologi universitas Gajah Mada.
Yogyakarta
Ohno T. 1993. Quercetin potentiates TNF-induced antiviral activity, Antiviral
Res, Vol.22, pp.327–331.
Penn D. 1999. A House Mouse Primer. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018,
pukul 12.00 WIB http:// Stormy.biology.utah.edu/lab/mouse_primer.html
Prameswari, O.M., Widjanarko, S.B. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan
Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Dan Histopatologi Tikus
Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p. 16-27
Price S.A, LM. Wilson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses – proses
penyakit. Edisi 6. Volume 2. Alih bahasa : Pendit BU, Hartanto H,
Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta : EGC, 2005 : 1260
Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robbins SRJ. 1981. Vanilla. Di dalam:
Spices. Vol 2. New York:Longman Inc.hlm.644-705.
Remedi, M.S., Agapova, S.E., Vyas, A.K., Hruz, P.W., dan Nichols, C.G. 2011.
Acute Sulfonylurea Therapy at Disease Onset Can Cause Permanent
Remissions of KATP- Induced Diabetes. Diabetes. 60:2515-2522
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Robertson, R.P., Y. Tanaka, H. Takashi. 2015. Prevention Oxidative Stress by
Adenoviral Overexpression of Gluthatione-Related Enzymes In Pancreatic
Islets. Annal of the New York Academy of Sciences, vol.1043, pp 513-520.
Rohilla, A dan S. Ali. 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and Effects.
Shri Gopi Chancd Group of Institution. India.
Rosdiani, N.F. 2013. Uji Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etil Lumut Hati
(Mastigophora diclados) Dengan Metode Induksi Aloksan [Skripsi].
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Esehatan Program Studi Farmasi Universitas
Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
50
Rugh, R. 1990. The Mouse: It’s reproduction and Development. Oxford
University Press. New York.
Rustama DS, D. Subardja, MC Oentario, NP. Yati, S.N. Harjantien. 2010.
Diabetes melitus. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung
Seto,124-161.
Sacher R. A., Mc Pherson R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
PemeriksaanLaboratorium. Edisi II. Penerjemah: Brahm Pendit, Dewi
Wulandari. Jakarta: EGC, p: 508
Sato. 1999. Mechanism of antioxidant action of pueraria glycoside (PG)-l (an
isoflavonoid) and maniferin (a xanthonoid). Chem Pharm Bull 40.
Setyaningsih, D., Rusli, M.S., Melawati., Mariska, I. 2006.Optimasi Maserasi
Vanili (Vanilla planifoliaAndrews) Hasil Modifikasi Proses Kuring. J.
Teknol. dan Industri Pangan. Vol 17(2) :87-96
Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. 2010. Global estimates of the prevalence of
diabetes. Diabetes Research and Clinical Practice. 87(1):4-14.
Shafiee, Gita, M. Reza Mohajeri Tehrani, M. Pajouhi and L. Bagher. 2012. The
importance of hypoglycemia in diabetic patients. Journal of Diabetes &
Metabolic Disorders 2012, 11:17
Shanmugavalli1, N., Umashankar,V and Raheem. 2009. Anitmicrobial activity of
Vanilla planifolia. Indian Society for Education and Environment (iSee).
Indian Journal of Science and Technology. Vol.2 No 3. (37-40).
Sheidel C. 2001. Basic Concept in Physiology: A Student’s Survival Guide. New
York: Mc Graw Hill, pp: 185-7
Shyamala, B. N., Madhava N.M., Sulochanamma, G. and Srinivas,P. 2007.
Studies on the Antioxidant Activities of Natural Vanilla Extract and Its
Constituent Compounds through in Vitro Models. Journal of Agric. Food
Chem., 55 (19), pp 7738–7743
Sindhe M, Aruna, Yadav D Bodke, Chandrashekar A. 2014. Antioxidant and In
Vivo Anti-hyperglycemic Activity of Muntingia calabura Leaves Extracts
Der Pharmacia Lettre.(3):427- 435.
Soegondo S.2004. Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik
Oral.Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Soegondo. 2010. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.Balai Penerbit
FKUI. Jakarta
Soegondo, Sidartawan., Dyah Purnamasari. 2010. Sindrom Metabolik. Dalam:
Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Interna Publishing.
Jakarta Pusat.
Soewonto, H. 2001. Antioksidan Eksogen Sebagai Lini Pertahanan Kedua Dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas. Didalam : Dasar Aplikasi dan
51
Pemanfaatan Bahan Alamm. Jakarta 16 November 2018. Bagian Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Srikanth, D., V.H. Menezes., N. Saliyan., Rathnakar UP., Shiv Prakash G, S.D
Acaharya., Ashok Shenoy K, Udupa AL, .2013. Evaluation Of Anti-
Inflammatory Property Of Vanillin In Carrageenan Induced Paw Edema
Model In Rats.International Journal of Bioassays (IJB). 02 (01):269-271
Studiawan, H., Santosa, M.H. 2005. Uji Aktifitas Penurunan Kadar Glukosa
Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi
Aloksan. Media Kedokteran Hewan. Vol. 21, No. 2
Stumvoll M, Goldstein BJ, Haeften TWV. 2005. Type 2 Diabetes : Principles of
Phatogenesis and Therapy. Lancet ; 365: 1333-34
Suharmiati. 2003. Pengujian bioaktivitas anti diabetes mellitus tumbuhan obat.
Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No 140. Grup PT. Kalbe Farma. Jakarta .
h.8.
Suhartono, Eko. 2007. Kapita Selekta Biokimia-Stres Oksidatif. Dasar dan
Penyakit. Pustaka Buana. Banjarmasin.
Suherman, S.K., S. G. R. Gunawan,. dan N. E. Setiabudy. 2007. Insulin dan
antidiabetik. Farmasi dan Terapi Jakarta: Departemen Farmokologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suyono S. 2007. Diabetes mellitus di Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam .
Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI :1852 – 6.
Szkudelski, T. 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β
Cells Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50: 536-54.
Szkudelski, T. 2008. Streptozotocin-nicotinamide-induced Diabetes in the Rat.
Characteristics of the Experimental Model. Experimental Biology and
Medicine. 237:481-490.
Tailang, M., B.K. Gupta, dan A. Sharma. 2008. Antidiabetic Activity of Alcoholic
Extract of Cinnamomum zeylanikum Leaves in Alloxan Induced Diabetic
Rats. People’s Journal of Scientific Research. 1, 9-11.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomoi Tumbuhan (Spermatophyta). Edisi Ke-7.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 477p
Tjitrosoepomo G. 2012. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Tony H., B. Suharto. 2005. Insulin, glukagon dan antidiabetik oral. Farmakologi
dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: BagianFarmakologi Universitas Indonesia, pp:
467-81
Widowati, L., B. Dzulkarnain dan Sa’roni. 1997. Tanaman Obat Untuk Diabetes
Mellitus. Cermin Dunia Kedokteran (116): 5
52
Winarsih. H., N, D, Sasongko., A, Purwanto., I, Nuraeni. 2013. Ekstrak Daun
Kapulaga Menurunkan Indeks Atherogenik dan Kadar Gula Darah Tikus
Diabetes Induksi Aloksan, Agritech 33 (3): 273-280.
Yamada. 2002. In vivo Anti-influenza Virus Activity of Plant Flavonoids
Possessing Inhibitory Activity for Iinfluenza Virus Sialidase. Antiviral Res
19.
Yuriska, AF. 2009. Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Undip Mala