64
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI (Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN (Skripsi) Oleh Septika Nurhidayah JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI Vanilla planifolia ...digilib.unila.ac.id/58367/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI (Vanilla planifolia

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI

(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR

GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.)

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

(Skripsi)

Oleh

Septika Nurhidayah

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

ABSTRACT

GIVING AN VANILLA FRUIT ETHANOL EXTRACT (Vanilla planifolia Andrews) IN LOWERING BLOOD GLUCOSE LEVELS ON

MICE (Mus musculus L.) THAT INDUCED BY ALLOXAN

Oleh

Septika Nurhidayah

Diabetes occurs because of a lack of insulin, so the sugar in the blood cannot be

processed into normal energy, even the levels will continue to increase. If this

happens continuously and lasts for years it will be lead to diabetes mellitus. This

research was carried out to know the effectivities vanilla fruit extract in lowering

blood glucose levels and the impact in weight mice that induced by alloxan. This

research used 24 male mice which were devided into 6 groups is KN (without

induced by alloxan or test material), K- (induced by alloxan with dose 150

mg/kgbw subcutaneously),K+ (induced alloxan and given glibenclamide), and

group P1, P2, and P3 were group mice induced by alloxan and the given vanilla

fruit ethanol extract with each dose 2,1 mg/grbw/day, 4,2 mg/grbw/day and 8,4

mg/grbw/day during 14 days. The data were statistically analyzed using ANOVA

(Analysis of Variance) at 5% confidence interval and the next LSD (Least

Significant Different) test at 5% confidence interval. The result showed that the

administration of vanilla fruit extract gave significant impact on K- group (which

is only induced by alloxan) in lowering blood glucose levels and the effective

iii

dose of 8,4 mg/grbw/day (P3) because can in lowering blood glucose levels of

mice by 66,9% almost equal to blood glucose level KN in day 0 and the

administration of vanilla fruit ethanol extract can increase the body weight of

mice post hipergycemic.

Key Words : Alloxan, Diabetes melitus, Hyperglycemia, Vanilla planifolia

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI

(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR

GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.)

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Oleh

Septika Nurhidayah

Diabetes terjadi karena kurangnya insulin, insulin merupakan zat yang dihasilkan

pankreas untuk mengolah zat gula darah (glukosa) sehingga dapat menjadi energi.

Dalam diabetes, gula di dalam darah tidak dapat diproses menjadi energi secara

normal, bahkan kadarnya akan terus meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan

hiperglikemia, yaitu penumpukan glukosa yang terjadi di dalam darah. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut pada penelitian ini akan dilakukan suatu uji coba

pemberian ekstrak buah vanili pada hewan uji. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemberian ekstrak etanol buah vanili terhadap kadar glukosa darah

pada mencit jantan (Mus musculusL.) yang telah diinduksi aloksan secara

subkutan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah berat badan serta

kadar glukosa darah pada mencit jantan (Mus musculusL.). Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Botani dan Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Februari– April 2019.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari

enam kelompok perlakuan dengan masing-masing empat ulangan. Kelompok KN

v

sebagai kontrol normal (tanpa diberi perlakuan), kelompok K- sebagai kontrol

negatif (diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg bb), kelompok K+ sebagai

kontrol positif (diinduksi aloksan dan suspensi glibenklamid 0,039 mg/gbb),

kelompok P1 (diinduksi aloksan dan ekstrak vanili 50 mg/kg bb), kelompok P2

diinduksi aloksan dan ekstrak vanili 100 mg/kg bb), dan kelompok P3 diinduksi

aloksan dan ekstrak vanili 200 mg/kg bb). Analisis penelitian dilakukan dengan

ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5%, yang dilanjutkan uji BNT

pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

etanol buah vanili mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit yang

diinduksi aloksan sebesar 66,9 %, dan pemberian ekstrak etanol buah vanili

dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan tidak

berbeda dengan pemberian glibenklamid.

Kata kunci: Aloksan, Diabetes melitus, Hiperglikemia, Vanilla planifolia

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI

(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR

GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.)

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Oleh

Septika Nurhidayah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperioeh Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Air Naningan, Tanggamus,

pada tanggal 18 September 1997. Penulis

merupakan anak keempat dari empat bersaudara

oleh pasangan Bapak M. Sholeh, S.Pd.I dan Ibu

Siti Saudah. Penulis menempuh pendidikan

pertama di Taman Kanak-Kanak (TK) Seroja,

Podosari, Pringsewu, pada tahun 2001. Pada tahun

2003, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Rejosari

Pringsewu dan lulus sekolah dasar pada tahun 2009. Kemudian Penulis

melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pringsewu pada tahun

2009 dan pada tahun 2012 Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Pringsewu. Pada tahun 2015, Penulis tercatat sebagai salah satu

mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di

Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung,

Penulis aktif dan pernah menjadi anggota Bina Baca Quran (BBQ) di Rohani

Islam (ROHIS) FMIPA Unila, anggota di Organisasi Himpunan Mahasiswa

xi

Biologi (Himbio) FMIPAUnila, Bidang Sains dan Teknologi tahun 2016-2017.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Toto Mulyo,

Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur pada Juli-Agustus 2018 dan

melaksanakan Kerja Praktik di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Lampung

Tengah Januari-Februari 2018 dengan Judul “Skrining Trichoderma spp. Koleksi

Laboratorium Penyakit Tanaman Untuk Mendapatkan Isolat Terbaik Dengan

Kemampuan Pendegradasi Selulosa Di PT. Great Giant Pineapple Lampung”.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirobbil’alamin... Dengan mengucap syukur

kehadirat ALLAH SWT, ku persembahkan karya ini dengan

kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Papah dan Mamahku tercinta yang senantiasa memberikan cinta,

kasih sayang, pengorbanan, dan senantiasa mendoakan

keberhasilan dan kebahagiaan untukku. Jasa kalian takkan

mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-

mudahan kelak dapat membahagiakan dan dapat membuat

papah dan mamah bangga telah memiliki putri seperti ananda.

Mba uti, mba ila, dan mba iin terimakasih atas kasih sayang,

do”a, dukungan moril maupun materi dengan tulus dan ikhlas

demi keberhasilanku.

Bapak dan Ibu Dosen yang tak henti mendidik dan memberikan

ilmu yang bermanfaat, serta membimbingku dengan rasa sabar

selama masa studi perkuliahanku.

xiii

Teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu memberi

semangat, motivasi, dukungan dan menemaniku selama

menjalankan studiku

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah:6-8)

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi

tentram.”(QS. Ar-Ra’du:28)

Hendaklah kita sadar bahwa umur hanyalah merupakan bilangan hari-hari yang

akan berlalu sehari demi sehari. Jadi Mari Manfaatkan waktu sebaik mungkin

(Laila Puspita)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim....

Alhamdulillahirobbilalamin

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan

salah satu syarat akademis menyelesaikan pendidikan di Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Sholat beserta

salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar, Muhammad SAW., beliaulah

suri tauladan dan akan memberikan syafa’at kelak di yaumil kiamat, Aamiin

Skripsi ini berjudul “PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH VANILI

(Vanilla planifolia Andrews) TERHADAP PENURUNAN KADAR

GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI

ALOKSAN”.

Ucapan terima kasih dan penghargaan Penulis ucapkan kepada semua pihak yang

telah berperan memberikan bantuan, dorongan, saran, kritik baik secara moril

maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

xvi

1. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. selaku pembimbing 1 dan Ketua Jurusan

Biologi FMIPA Universitas Lampung atas semua nasehat, ilmu,

bimbingan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun penyusunan

skripsi.

3. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si. selaku pembimbing 1 atas semua

nasehat, ilmu, bimbingan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan

maupun penyusunan skripsi.

4. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku pembahas atas semua nasehat,

ilmu, bimbingan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun

penyusunan skripsi.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas

Lampung.

6. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik.

7. Ibu Nismah Nukmal, Dra, MS, Ph.D. selaku Kepala Laboratorium Zoologi

dan ibu Dra. Eti Ernawati, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Botani dan

pak Hambali selaku Laboran yang telah mengizinkan dan membantu

Penulis dalam melaksanakan penelitian di laboratorium tersebut.

8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung

yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama masa

perkuliahan.

9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak (M.Sholeh, S.Pd.I), ibu (Siti Saudah),

kakak (Tuti Alawiyah, S.Pd., Laila Puspita, M.Pd., dan Iin Rahayu, S.Pd.),

xvii

serta keluarga besar yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang

semangat, dukungan, nasehat, serta memotifasi kepada Penulis dalam

menggapai cita-cita.

10. Teman penelitian Rina Maryani, Novita Herliani, dan Ulfah Azizah yang

telah membantu dan memberi masukan, saran, kritik pada Penulis selama

penelitian berlangsung.

11. Teman-Teman PKL di PT. GGP Lampung dari Universitas Negeri Solo,

yaitu Risma, Dadi, Yuedi, dan Fahreza atas bantuan, dukungan dan

kebersamaan selama PKL hingga saat ini.

12. Sahabat-sahabat penulis, keluarga Asrama Andika, serta keluarga Biologi

’15 khususnya “Biologi 2015-B” terimakasih atas kebersamaan,

dukungan, kekeluargaan dan telah menjadi patner terbaik untuk penulis.

13. Teman-Teman KKN Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur,

Lampung Timur, Santi, Intan, Ester, Ageng, Michael, Eko, dan para

aparatur desa, serta ibu PKK, atas bantuan dan kebersamaan selama KKN

hingga saat ini.

14. Seluruh kakak dan adik tingkat Jurusan Biologi Angkatan 2013, 2014,

2016, dan 2017 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan dukungan, berbagai kritik dan saran, serta motivasi kepada

Penulis.

15. Serta almamater Universitas Lampung yang tercinta.

xviii

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis, dann semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan

baru kepada setiap orang yang membacanya.

Bandar Lampung, 01 Agustus 2019

Septika Nurhidayah

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ................................................................................................ i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... vii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ ix

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ xii

MOTO ............................................................................................................... xiv

SANWACANA .................................................................................................. xv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

E. Kerangka Pemikiran................................................................................ 5

F. Hipotesis ................................................................................................. 7

xx

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus ..................................................................................... 8

1. Difinisi Diabetes Melitus ................................................................... 8

2. Karakteristik Diabetes Melitus ........................................................ 10

3. Epidemiologi Diabetes Melitus ........................................................ 11

4. Kriteria Diagnosis ............................................................................ 13

B. Tanaman Vanili (Vanilla planifoliaAndrews) ...................................... 13

1. Klasifikasi Tanaman Vanili ............................................................ 13

2. Deskripsi Tanaman Vanili .............................................................. 14

3. Kandungan Kimia Tanaman Vanili ................................................ 16

C. Aloksan ................................................................................................ 19

D. Mencit (Mus musculus L.) .................................................................... 22

E. Deskripsi Glibenklamid ........................................................................ 23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 25

B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 25

1. Alat-alat Penelitian.......................................................................... 25

2. Bahan Penelitian ............................................................................. 26

C. Rancangan Penelitian ............................................................................ 26

D. Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 28

E. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 29

1. Persiapan Kandang Mencit ............................................................. 29

2. Persiapan Mencit ............................................................................. 29

3. Penentuan Dosis Ekstrak Buah Vanili ............................................ 29

4. Persiapan Ekstrak Buah Vanili ..................................................... 30

5. Persiapan Aloksan ........................................................................... 30

6. Persiapan Glibenklamid .................................................................. 31

7. Analisis Kadar Glukosa Darah ........................................................ 32

F. Parameter Penelitian ............................................................................. 32

G. Analisis Data ........................................................................................ 33

xxi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 34

1. Rerata Berat Badan Mencit .............................................................. 34

2. Rerata Kadar Glukosa Darah Mencit ............................................... 35

B. Pembahasan ............................................................................................ 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 45

B. Saran ..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46

LAMPIRAN ....................................................................................................... 53

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rerata Berat Badan (Mean ± SEM) ...................................................... 35

Tabel 2. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean ± SEM) ....................................... 36

Tabel 3. Rerata Berat Badan ............................................................................... 54

Tabel 4. Uji Homogenitas Berat Badan .............................................................. 54

Tabel 5.One Way ANOVA Berat Badan............................................................. 55

Tabel 6. Uji Lanjutan LSD Berat Badan ............................................................. 56

Tabel 7. Rerata Kadar Glukosa Darah ................................................................ 59

Tabel 8. Uji Homogenitas Kadar Glukosa Darah ............................................... 59

Tabel 9. One Way ANOVA Kadar Glukosa Darah............................................. 60

Tabel 10. Uji Lanjutan LSD Kadar Glukosa Darah ............................................ 61

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi Tanaman Vanili (Vanilla planifoliaAndrews) .................. l6

Gambar 2. Struktur Kimia Vanilin ...................................................................... 18

Gambar 3. Struktur Kimia Aloksan .................................................................... 20

Gambar 4. Mencit (Mus musculusL.) .................................................................. 22

Gambar 5. Diagram Alir ..................................................................................... 28

Gambar 6. Penginjeksian Aloksan Secara Subkutan .......................................... 65

Gambar 7. Buah Vanili (Vanilla planifolia Andrews).............................................. 65

Gambar 8. Rotatory Evaporator ............................................................................ 65

Gambar 9. Spuit Dan Sonde Lambung ................................................................... 65

Gambar10. Ekstrak Buah Vanili (Vanilla planifolia Andrews) Dalam Bentuk

Pasta .................................................................................................. 65

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di

Indonesia, tetapi juga dunia. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah

kasus DM di Indonesia yang berada di urutan ke-4 setelah negara India, Cina,

dan Amerika dengan jumlah penderita sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan

akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Di Indonesia DM dikenal dengan istilah penyakit gula atau kencing manis.

Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah

(hiperglikemia) yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin baik

absolut maupun relatif (Agoes, 1991).

Pada penderita DM tubuh kekurangan insulin atau tubuh sedikit menghasilkan

insulin (DM tipe 1) atau insulin tetap dihasilkan dalam jumlah yang normal

(DM tipe 2), namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau terjadi

resistensi insulin karena reseptor insulin pada membran sel berkurang atau

strukturnya berubah sehingga tidak tanggap terhadap insulin (Stumvoll et al.,

2005). Kondisi tersebut mengakibatkan glukosa yang masuk ke dalam sel

berkurang. Akibatnya, sel kekurangan glukosa sehingga kemungkinan tidak

2

terjadi penimbunan glikogen. Sebaliknya, akan terjadi mobilisasi cadangan

glikogen di hati maupun di otot untuk dikatabolisme menghasilkan glukosa dan

dilepas ke pembuluh darah sehingga menyebabkan kondisi hiperglikemia.

Pengobatan DM yang sering dilakukan adalah terapi insulin dan pemberian

obat oral antidiabetes yaitu menggunakan glibenklamid. Obat golongan ini

dapat menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan

dan akan terjadi sekresi insulin sehingga dapat mengubah gula dalam darah

menjadi energi. Glibenklamid termasuk obat golongan sulfonilurea relatif

memiliki efek samping yang rendah, antara lain gangguan saluran cerna,

gangguan susunan syaraf pusat, cenderung meningkatkan berat badan. Pada

penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat memberikan efek

negatif, seperti hipoglikemia berat, mual, rasa tidak enak di perut, anoreksia,

dan terjadinya komplikasi jangka panjang sehingga banyak penderita yang

berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan pengobatan

tradisional (Shafiee, 2012).

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan terus meningkat, banyak

masyarakat yang memilih pengobatan dengan menggunakan obat herbal dalam

menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Sehingga perlu adanya pengujian

tentang obat herbal dari bahan alami yang dapat menurunkan kadar glukosa

darah sehingga dapat meminimalisir efek samping dari obat kimia.

Menurut Shanmugavali (2009) tanaman vanili (Vanilla planifolia Andrews)

mengandung senyawa flavonoid. Tanaman vanili memiliki kandungan

flavonoid yang dapat melakukan penghambatan terhadap enzim alfa

3

glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip

penghambatan ini serupa dengan obat untuk penanganan diabetes mellitus yang

dapat menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Ho dan

Bray, 1999).

Tanaman vanili yang mengandung senyawa flavonoid yaitu terdapat pada

bagian buah dan biji vanili, selain itu vanili juga memiliki senyawa antioksidan

dan anti-inflamasi (Srikanth et al, 2012). Flavonoid juga memiliki efek

penghambatan terhadap enzim alfa glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan

substitusi pada cincin β. Prinsip penghambatan ini serupa dengan obat untuk

penanganan DM yang dapat menghambat metabolisme sukrosa menjadi

glukosa dan fruktosa (Ho dan Bray, 1999). Dalam penelitian sebelumnya,

tanaman yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yaitu daun salam

(Eugenia polyantha) yang mengandung tanin dan flavonoid (Herra dan Mulja,

2005).

Sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian mengenai ekstrak etanol buah

vanili dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan

sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pemberian

Ekstrak Etanol Buah Vanili (Vanilla planifolia Andrews) Terhadap Penurunan

Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus L.) Yang Diinduksi Aloksan”.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu :

1. Apakah pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia dapat menurunkan

kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan?

2. Apakah pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia lebih efektif dalam

menurunkan kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi aloksan

dibandingkan glibenklamid?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia dalam

menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.

2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia lebih efektif

dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan

dibandingkan glibenklamid.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi ilmiah

mengenai kemampuan ekstrak etanol buah V. planifolia yang berpotensi

sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes.

5

E. Kerangka Pemikiran

Diabetes merupakan penyakit yang membahayakan bagi masyarakat Indonesia.

Penderita diabetes disebabkan karena kurangnya insulin, insulin merupakan zat

yang dihasilkan pankreas untuk mengolah zat gula darah (glukosa) sehingga

dapat menjadi energi. Dalam diabetes gula di dalam darah tidak dapat diproses

menjadi energi secara normal, bahkan kadarnya akan terus meningkat.

Peristiwa ini dikenal dengan hiperglikemia, yaitu penumpukan glukosa yang

terjadi di dalam darah. DM dapat terjadi akibat tidak terpenuhinya insulin

sesuai kebutuhan atau insulin yang diproduksi tidak efektif sehingga terjadi

tingginya kadar glukosa darah.

Fungsi pankreas terjadi kelainan yang disebabkan penyakit diabetes, sehingga

tidak bisa disembuhkan karena tidak bisa memproduksi insulin, atau bisa juga

karena kerja insulinnya tidak baik sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik.

Penyakit ini tergolong degeneratif dan bersifat kronis. Artinya, sekali terkena

maka dapat menurunkan fungsi organ di dalam tubuh. Seseorang didiagnosa

penyakit diabetes, maka sel-sel tubuhnya sudah berubah, genetiknya pun

berubah, sehingga tubuh gagal memetabolisme glukosa. Diabetes hanya bisa

dikontrol dengan mengurangi atau membatasi asupan glukosa dan makanan

berkalori tinggi, makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, perbanyak

makan sayur dan buah, serta teratur kontrol gula darah dan minum obat bila

kondisinya memang sudah cukup parah. Pada tahap ekstrem, penderita diabetes

juga membutuhkan insulin.

6

Glibenklamid digunakan sebagai standar obat untuk hewan uji DM.

Glibenklamid bekerja terutama dalam meningkatkan sekresi insulin (Bhowmik

et al., 2009). Mekanisme kerja glibenklamid yaitu dengan merangsang sekresi

hormon insulin dari granul sel-sel β langerhans pankreas. ATP-sensitive K

channel pada membran sel-sel β terjadi depolarisasi membran dan keadaan ini

akan membuka kanal Ca. Kanal Ca terbuka, maka ion Ca2+ akan masuk ke

dalam sel β kemudian merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi

sekresi insulin (Suherman, 2007).

Salah satu upaya pencegahan penyakit ini dapat mengonsumsi obat dari bahan

alami sebagai pengobatan tradisional yang dipercaya lebih aman dan

mengurangi efek samping yang lebih kecil dengan menggunakan vanili. Vanili

merupakan tanaman obat yang penting dalam berbagai pengobatan tradisional

berbagai penyakit. Ekstrak buah vanili dapat berpotensi sebagai antidiabetes

karena menghasilkan senyawa flavonoid dan antioksidan. Tanaman vanili

memiliki kandungan flavonoid yang dapat melakukan penghambatan terhadap

enzim alfa glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β.

Prinsip penghambatan ini serupa dengan obat untuk penanganan DM yang

dapat menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Ho dan

Bray, 1999).

7

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

1. Pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia mampu menurunkan kadar

glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.

2. Pemberian ekstrak etanol buah V. planifolia lebih efektif dalam menurunkan

kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dibandingkan

glibenklamid.

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus (DM)

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus salah satu penyakit degeneratif dengan kadar glukosa yang

terus menerus tinggi pada suatu periode yang lama. Glukosa pada penderita

DM terakumulasi secara berlebihan di dalam darah. Penyakit ini dapat

menimbulkan kerusakan pada hampir semua organ tubuh dan akan menjadi

fatal apabila tidak dikendalikan (Suyono, 2000).

Penyakit DM menimbulkan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah sehingga dapat

menurunkan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi

insulin (Soegondo et al., 2010).

Diabetes melitus yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Penderita DM

akan ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih),

polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dengan

penurunan berat badan. Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena

penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan sering disebut

sebagai pembunuh manusia secara diam-diam Silent Killer dan

9

menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit ini terdeteksi. Diabetes

melitus apabila diderita dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan

metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan

mikrovaskular (Gibney, 2009).

Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM

tipe2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan

paparan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat

meningkatkan faktor risiko DM tipe-2 adalah perubahan gaya hidup

seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan

menyebabkan obesitas. Selain pola makan yang tidak seimbang, kurangnya

aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko dalam memicu terjadinya DM

(Awad et al., 2013)

Obesitas adalah risiko utama untuk DM yang berkaitan dengan resistensi

insulin. Hubungan antara obesitas dan resistensi insulin adalah sebab-akibat

karena studi pada manusia dan hewan mengindikasikan bahwa peningkatan

atau penurunan berat badan berkorelasi erat dengan sensitivitas insulin.

Resistensi insulin terkait obesitas adalah kelainan yang kompleks yang

melibatkan berbagai jalur mekanisme. Penderita obesitas mengakibatkan

berkembangnya resistensi terhadap aksi seluler insulin yang ditandai oleh

berkurangnya kemampuan insulin untuk menghambat pengeluaran glukosa

dari hati dan kemampuannya untuk mendukung pengambilan glukosa pada

jaringan lemak dan otot (Dewi, 2007).

10

Diabetes melitus terjadi karena faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup

seseorang. Selain itu, faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan juga berkontribusi terhadap penyakit DM dan komplikasinya.

Diabetes melitus dapat memengaruhi berbagai organ sistem dalam tubuh

dalam jangka waktu tertentu yang disebut komplikasi. Komplikasi dari

diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler

(Remedi, 2011).

2. Karakteristrik Diabetes melitus

Diabetes melitus dikenal dengan the silent killer karena penyakit ini dapat

mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

Penyakit yang akan disebabkan antara lain gangguan penglihatan mata,

katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh

dan membusuk atau gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah,

stroke dan sebagainya. Penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi

anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes, 2005).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kenaikan

kadar gula darah (hyperglikemia) kronik yang dapat menyerang banyak

orang di semua lapisan masyarakat. Permasalahan DM, baik aspek

perorangan maupun aspek kesehatan masyarakatnya, terus berkembang

meskipun sudah banyak dicapai kemajuan di semua bidang riset DM

maupun penatalaksanaannya (Gustaviani et al., 2000).

11

Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh

adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan

efektivitas insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi pankreas

untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi

dan penyimpanannya. Gangguan metabolik ini mempengaruhi metabolisme

dari karbohidrat, protein, lemak, air dan elektrolit. Diabetes berasal dari kata

yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan, sedangkan DM

merupakan kata lain untuk madu atau gula. Sehingga diabetes melitus

adalah penyakit di mana seseorang mengeluarkan atau mengalirkan

sejumlah urine yang terasa manis (Corwin, 1997).

Faktor -faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit DM,

antara lain kelainan genetik, obesitas, terpaparnya suatu individu terhadap

molekul radikal bebas. Selama ini pengobatan yang telah dilakukan untuk

penderita diabetes adalah suntikan insulin dan pemberian obat oral

antidiabetes yang memiliki efek samping seperti sakit kepala, pusing, mual,

dan anoreksia serta membutuhkan biaya yang mahal. Penderita diabetes

berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan cara tradisional

menggunakan bahan alam seperti tanaman herbal (Widowati, 1997).

3. Epidemiologi Diabetes melitus

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang

diseluruh dunia menderita DM, atau sekitar 2.8% dari total populasi,

insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030

angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia, DM

12

terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis DM tipe 2 terjadi di negara

berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika ,

disebabkan kebiasaan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola

makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (2007) dari 24417 responden berusia > 15 tahun , 10,2%

mengalami toleransi glukosa tergangggu DM lebih banyak ditemukan pada

wanita dibanding dengan pria, lebih sering pada golongan tingkat

pendidikan dan status sosial yang rendah, penderita DM yang tertinggi pada

daerah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1% sedangkan

kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa hal

yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi,

kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan buah (Shaw,

2010).

Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada

penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah

dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada

penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi

merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes,

2008). Hasil penelitian epidemiologi yang dilaksanakan pada tahun 1993 di

Jakarta daerah urban menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM dari

1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok dan

didaerah Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung Pandang

daerah urban meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada

tahun1998, kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, pada daerah rural

13

yang dilakukan oleh Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah terpencil, di tanah

Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8% dapat dijelaskan perbedaan

prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo, 2009).

4. Kriteria Diagnosis

Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan

gejala banyak minum (polidipsi), banyak kencing (poliuria), banyak makan

(polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah dapat

menegakkan diagnosis DM, maka diperlukan paling tidak 2 kali

pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama,

2009). Menurut American Diabetes Association (2010), kriteria hasil

pemeriksaan gula darah abnormal adalah: 1. Kadar gula darah sewaktu >200

mg/dl atau 2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl 3. Kadar gula darah 2 jam

postprandial >200 mg/dl.

B. Tanaman Vanili (Vanilla planifoliaAndrews)

1. Klasifikasi Tanaman Vanili

Klasifikasi tanaman Vanili menurut Tjitrosoepomo (2012) sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Familia : Orchidaceae

Genus : Vanilla

Species : Vanilla planifolia Andrews

14

2. Deskripsi Tanaman Vanili

Secara sistematik, vanili termasuk tanaman monokotil dan familia

Orchidaceae yang merupakan familia tumbuhan bunga terbesar dengan 700

genus dan 20.000 spesies. Untuk tujuan komersial, terdapat 3 spesies yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi yakni Vanilla planifolia Andrews, Vanilla

pompana Schieda dan Vanilla tahitensis JW Moore. Jenis vanili yang paling

banyak ditemui di Indonesia adalah Vanilla fragrans (Salibs.) Ames (syn. V.

planifolia Andrews) yang sangat terkenal bermutu tinggi dan menduduki

peringkat 1 dunia karena kadar vanilinnya yang tinggi (Deptan, 2004).

Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri

yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai komoditas ekspor penghasil

devisa yang masih potensial dikembangkan di Indonesia. Di pasaran

internasional, vanili Indonesia dikenal dengan sebutan Java Vanilla Beans

karena mempunyai kualitas terbaik dengan kadar vanillin 2,75%

(Hadisutrisno, 2004; Nurcahyani, 2013).

Tanaman Vanili termasuk kedalam familia Orchidaceae yang terdiri dari

700 genus dan 20.000 species. Familia Orchidaceae merupakan tumbuhan

yang dapat hidup epifit atau terestrial dan kadang-kadang memanjat

tumbuhan ini merupakan tumbuhan herba perenial. Kelompok tumbuhan ini

memiliki beberapa marga yang salah satunya adalah Vanilla (Dasuki, 1991).

Vanili termasuk tanaman monokotil, memiliki tipe perakaran serabut. Akar

vanili terdiri dari akar gantung, akar perekat, dan akar tanah. Akar gantung

dan akar perekat tumbuh di setiap ruas batang. Akar gantung memiliki

15

panjang 1 meter bahkan lebih, apabila telah mencapai tanah dapat berfungsi

sebagai pengghisap zat makanan. Akar yang terdapat dalam tanah tetap

dangkal, bercabang-cabang, mempunyai akar rambut yang pendek dengan

panjang kurang dari 3 mm (Tjitrosoepomo, 2002; Nurcahyani, 2013).

Bunga vanili tersusun dalam suatu karangan atau rangkaian berbentuk

tandan yang terdiri dari 15 sampai 20 kuntum bunga per tangkai, dengan

panjang tangkai 5 cm sampai 10 cm dan panjang bunga 3,75 cm sampai 5

cm. Bunga vanili berwarna hijau kekuningan, dengan diameter 10 cm.

Bunga vanili keluar dari ketiak daun, bunga bersifat hermaprodit, tangkai

bunga sangat pendek. Bunga vanili tidak mampu melakukan penyerbukan

sendiri dikarenakan kepala putik tertutup oleh lamela bunga secara

keseluruhan, sehingga harus dibantu penyerbukannya (Mochtar, 2012).

Buah vanili berbentuk silinder dengan panjang 10-25 cm dan diameter 5-15

mm. Secara prinsip terdapat 2 bagian dalam buah vanili yakni dinding buah

atau daerah hijau yang meliputi epidermis, ground dan jaringan vaskular

dari dinding buah. Kedua adalah bagian putih yang terdiri dari 3 plasenta

parietal (tidak termasuk biji) dan 3 pita dari glandular rambut yang

berperan penting dalam biosintesis vanilin. Daerah hijau terdapat sekitar

60% dan daerah putih serta biji masing-masing sekitar 20% dari berat buah

(Purseglove et al., 1981).

16

Bunga serta buah vanili mentah dan buah vanili kering terdapat pada

Gambar 1.

a. Perawakan tanaman vanili b. Buah vanili basah

(Nurcahyani, 2011) (Dok.Pribadi, 2018)

c. Buah vanili kering (Dok.Pribadi, 2018)

Gambar 1. Morfologi Tanaman Vanili (Vanilla planifolia Andrews)

3. Kandungan Kimia Tanaman Vanili

Menurut Mintarti (2006), vanilin merupakan komponen aroma utama yang

terdapat dalam buah vanili yakni sebesar 85% dari total senyawa volatil.

Komponen lainnya adalah phidroksi benzaldehid (sampai 9%) dan p-

hidroksi benzil metil eter (1%).

Biji buah vanili

17

Selain prekursor dan enzim pembentuk flavor, buah vanili mengandung

komponen zat gizi lengkap yang meliputi protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan mineral. Menurut de Guzman dan Siemonsma (1999), per 100 g

berat buah vanili kering Vanilla planifolia Andrews, mengandung 20 g air,

3-5 g protein, 11 g lemak, 7-9 g gula, 15-20 g serat, 5-10 g abu, 1.5-3 g

vanilin, 2 g soft resin dan asam vanilat yang tidak berflavor.

Ekstrak vanili merupakan salah satu bentuk vanili olahan yang lebih mudah

dan luas penggunaannya. Ekstrak vanili digunakan di seluruh dunia sebagai

flavouring agent dessert, like baked goods, es krim, minuman dan custard.

Selain itu ekstrak vanili digunakan oleh industri selain pangan seperti

parfum, obat-obatan dan kosmetik (de Guzman dan Siemonsma, 1999).

Senyawa vanilin dapat diperoleh melalui kerja enzim terhadap suatu

komponen heterosida (glukosida). Prekursor vanilin dalam buah vanili hijau

adalah koniferosida, dimana melalui reaksi oksidasi akan terpecah menjadi

vanilosida (glukovanilin) yang menghasilkan vanilin dan glukosa jika

dihidrolisis oleh enzim. Disamping itu, terdapat mekanisme alternatif dari

pembentukan vanilin dimana glukosida dari vanililalkohol dioksidasi

menjadi glukovanilin. Vanili hijau mengandung paling sedikit 4 glukosida

yang menghasilkan vanilin dan komponen flavor lainnya. Jumlah yang

terbanyak adalah glukovanilin, sedangkan glukovanililalkohol ditemukan

dalam jumlah yang lebih sedikit, diikuti oleh glukosida dari asam

protokatekuat (asam 3,4- dihidroksibenzoat) (Purseglove et al.,1981).

18

Struktur kimia senyawa vanilin dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur kimia vanilin (Mintarti, 2006)

Gugus phenol yang terdapat pada senyawa vanilin menjadikan vanilin aktif

sebagai senyawa antioksidan dan berpotensi untuk meredam senyawa

radikal bebas (Budimarwanti, 2009).

Flavonoid merupakan senyawa aktif bahan alam yang telah diteliti memiliki

aktivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah. Flavonoid dapat

mencegah komplikasi atau progresifitas DM dengan cara membersihkan

radikal bebas yang berlebihan, memutuskan rantai reaksi radikal bebas

(Soewonto, 2001). Mengikat ion logam dan memblokade jalur poliol dengan

menghambat enzim aldose reduktase (Mills dan Bone, 2002).

Flavonoid juga memiliki efek penghambatan terhadap enzim alfa

glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip

penghambatan ini serupa dengan obat untuk penanganan diabetes mellitus,

yaitu dengan menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan disakarida

dan absorpsi glukosa serta menghambat metabolisme sukrosa menjadi

glukosa dan fruktosa (Ho dan Bray, 1999).

19

Selain itu, adanya senyawa flavonoid yang terkandung diketahui memiliki

aktivitas antioksidan (Sindhe, et al., 2013) dan diduga mampu memperbaiki

keadaan sel pankreas dengan cara melindungi sel β pankreas terhadap

peningkatan radikal superoksida yang dihasilkan dari reaksi reduksi oksidasi

aloksan, sehingga diperkirakan penggunaan antioksidan mampu mencegah

terjadinya DM.

Menurut Geegi et al., (2011) ekstrak buah vanili dapat digunakan dalam

pengobatan yang bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas hepatoprotektif

ekstrak etanol Vanilla planifolia terhadap kerusakan hati yang diinduksi

parasetamol pada tikus, dan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa

ekstrak etanol vanili memiliki aktivitas hepatoprotektif

terhadap hepatotoksisitas pada tikus yang diinduksi parasetamol.

C. Aloksan

Aloksan merupakan agen diabetogenik yang secara luas telah digunakan pada

banyak penelitian untuk menginduksi hewan percobaan dalam keadaan

hiperglikemik. Aloksan (2,4,5,6-tetraxypyrimidine;2,4,5,6-pyrimidinetetrrone)

tergolong senyawa hidrofilik yang tidak stabil (Szkudelski, 2001)

Aloksan memiliki bentuk molekul yang menyerupai glukosa, sehingga dapat

dengan cepat di uptake secara selektif oleh sel β pankreas, masuk ke sitosol sel

β pankreas melalui reseptor GLUT2. Aloksan bereaksi dengan merusak

substansi esensial di dalam sel β pankreas dapat menyebabkan granula-granula

pembawa insulin di dalam sel β pankreas berkurang (Szkudelski, 2008).

20

Struktur kimia aloksan terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur kimia aloksan (Yuriska, 2009).

Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37°C adalah 1,5 menit. aloksan

dapat diinduksi ke hewan uji secara Intravena, intraperitoneal atau subkutan.

Dosis aloksan berkisar antara 100-200 mg/kgbb. Dosis 130 mg/kgbb termasuk

dosis sedang, sedangkan dosis 160 mg/kgbb termasuk dosis tinggi. Untuk

penginduksian secara intravena, dosis yang biasa digunakan adalah 65

mg/kgbb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kali dosis

intravena (Szkudelski, 2001; Tailang et al., 2008).

Adapun penyakit metabolik yang disebabkan oleh aloksan adalah diabetes

melitus. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua – duanya yang berhubungan dengan kerusakan jangka

panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh. Diabetes melitus

mengakibatkan berbagai komplikasi akut maupun kronik yang dapat mengenai

berbagai jaringan dan organ tubuh (Gustaviani, 2007).

Abbas (2005) Menyatakan komplikasi akut diabetes melitus dapat berupa

ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar, hiperglikemi non ketotik, asidosis

21

laktat, hipoglikemik iatrogenik akibat reaksi insulin atau syok insulin, dan

infeksi akut. Sedangkan komplikasi kronis diabetes melitus dapat berupa

kelainan pada organ mata (retinopati diabetik), ginjal (nefropati diabetik),

syaraf (neuropati diabetik), penyakit pembuluh darah koroner dan perifer,

infeksi kronik dan ulkus kaki diabetic (Foster, 2000).

Price (2005) menyatakan bahwa 75% penderita DM akhirnya meninggal

karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren

adalah komplikasi yang paling utama. Selain itu, kematian fetus intrauterin

pada ibu – ibu yang menderita diabetes melitus tidak terkontrol juga

meningkat.

Aloksan dapat menginduksi diabetes melalui 4 fase (Rohilla dan Ali, 2012;

Lenzen, 2008), yaitu :

1. Fase pertama terjadi dalam beberapa menit pertama setelah injeksi aloksan,

maksimal pada 30 menit, terjadi hipoglikemik transien. Hal ini terjadi

karena peningkatan sekresi insulin secara transien yang menyebabkan

uptake glukosa sel β pankreas.

2. Fase kedua terjadi 1 jam setelah injeksi, yaitu fase pertama kali terjadi

peningkatan kadar glukosa darah dan penurunan kadar insulin dalam

plasma. Hal ini terjadi karena aloksan menyebabkan supresi sekresi insulin.

Fase ini bertahan ±2-4 jam.

3. Fase ketiga adalah fase hipoglikemik kembali yang terjadi setelah 4-8 jam

injeksi dan akan bertahan selama beberapa jam. Pada fase ini terjadi sekresi

insulin besar-besaran akibat terjadi ruptur membran sel dan mitokondria sel

22

β pankreas sehingga menyebabkan nekrosis β pankreas. Keadaan

hipoglikemik ini terkadang amat parah sampai menyebabkan kejang atau

bahkan kematian jika tidak diberikan glukosa.

4. Fase keempat terjadi degranulasi dan hilangnya integritas sel β pankreas

secara komplit sehingga terjadi hiperglikemik diabetik. Fase ini terjadi pada

24-48 jam setelah injeksi.

D. Mencit (Mus musculus L.)

Mencit atau tikus putih merupakan hewan laboratorium yang sering digunakan

untuk penelitian disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.)

Berikut ini adalah klasifikasi mencit menurut Penn (1999) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mamalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus L.

23

Mencit adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Panjang

tubuh mencit berkisar 7,5-10 cm dengan luas permukaan tubuh 36 cm². Lama

hidupnya 1-3 tahun, dimana pada usia 35 hari mencit sudah termasuk kategori

dewasa. Mencit jantan dewasa memiliki berat badan 20-40 gram dan mencit

betina dewasa 18-35 gram. Waktu dewasa seksual mencit kurang lebih 60 hari,

dan usia maksimum mencit adalah 1-2 tahun. Masa kebuntingan mencit adalah

19-21 hari dan jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 6-15 ekor. Mencit

jantan dan betina dapat dibedakan dengan mudah, yaitu dengan mengamati alat

kelaminnya. Mencit betina memiliki jarak yang peendek antara anus dan

lubang genital eksternalnya (Armitage, 2004).

Hewan ini memiliki karakter yang lebih aktif pada malam hari daripada siang

hari (Rugh, 1990). Diantara spesies-spesies hewan lainnya, mencit adalah

hewan yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%)

karena murah dan mudah berkembang biak (Kusumawati, 2004).

E. Deskripsi Glibenklamid

Glibenklamid merupakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) golongan

sulfonilurea yang hanya digunakan untuk mengobati individu dengan DM tipe

II. Obat golongan ini menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin

yang tersimpan. Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan

dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan

susunan syaraf pusat. Golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat

24

badan. Obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam, bila pemberian dihentikan

(Soegondo, 2005).

Glibenklamid merupakan obat diabetes mellitus yang bekerja dengan cara

meningkatkan sekresi insulin (Bailey dan Krentz, 2010). Menurut Jones dan

Hattersley (2010) glibenklamid merupakan obat hipoglikemia oral dari turunan

sulfonilurea. Pengobatan dengan menggunakan glibenklamid secara oral

disarankan bagi penderita diabetes akibat kerusakan sel β pankreas. Secara

histopatologis, Mai Cing (2010) telah membuktikan bahwa terapi glibenklamid

memiliki efek memperbaiki kelenjar pankreas yang rusak lebih baik dari obat

tradisional. Namun demikian, glibenklamid dapat memicu laju absorpsi

glukosa gastrointestinal dan meningkatkan kadar sekresi insulin plasma,

bahkan pada saat kadar glukosa plasma darah berada di bawah ambang sekresi

insulin. Hal inilah yang memicu kelaparan dan pada akhirnya menyebabkan

kenaikan berat badan bagi para pengkonsumsinya (Bailey dan Krentz, 2010).

Mekanisme kerja glibenklamid yaitu dengan merangsang sekresi hormon

insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas. Interaksinya dengan ATP

sensitive K channel pada membran sel-sel β menimbulkan depolarisasi

membran dan kedaan ini akan membuka kanal Ca. Terbentuknya kanal Ca,

mengakibatkan ion Ca2+ akan masuk kedalam sel β kemudian merangsang

granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin. Pada penggunaaan

jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglekemia

(Suherman, 2007).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari – April 2019. Ekstrak

buah vanili dilakukan di Laboratorium Botani I Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.Pemeliharaan hewan uji,

penginduksian aloksan, pemberian ekstrak buah vanili, pemberian suspensi

glibenklamid, pemeriksaan kadar gula darah dan berat badan dilakukan di

Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 24 kandang mencit

berukuran 20 cm x 30 cm, 24 botol minum mencit, timbangan untuk

menimbang berat badan mencit selama perlakuan, gelas ukur 500 ml

mengukur pelarut yang akan melarutkan aloksan dan glibenklamid, tisu,

sepidol marker untuk memberi tanda pada setiap kandang, 3 jarum sonde

untuk pencekokan ekstrak buah vanili dan glibenklamid, 1 jarum suntik

untuk induksi aloksan pada mencit, kamera HP untuk dokumentasi, strip

26

pengukur kadar glukosa darah, easy touch GCU (Glucose, Cholesterol, Uric

Acid) yaitu alat yang digunakam untuk mengukur kadar glukosa darah,

rotary vacum evaporator, oven, dan sarung tangan dan masker.

2.Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Hewan uji berupa berupa

mencit jantan dengan berat badan ± 30-40 gram berumur2-3 bulan, induksan

diabetes menggunakan bubuk aloksan, glibenklamid, buah vanili kering.

Bahan yang digunakan dalam pemeliharaan mencit yaitu pelet pakan

mencit, air minum dan sekam padi. Untuk melarutkan aloksan digunakan

Aqua pro injection. Etanol 60% dan aquades sebagai pelarut dalam ekstrak

vanili. CMC Na 1 digunakan agar memudahkan pemberian ekstrak vanili

pada mencit secara oral.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode penelitian Rancangan

Acak Lengkap (RAL) yang melibatkan 6 kelompok perlakuan hewan uji.

Jumlah ulangan ditentukan berdasarkan rumus Federer (Maryanto dan

Fatimah, 2004), yaitu (n –1) (t –1) ≥ 15. t adalah banyaknya kelompok

perlakuan dan n adalah besar sampel tiap kelompok.

(n –1) (t –1) ≥ 15

5n–5 ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥ 4

27

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah hewan uji dalam setiap kelompok

harus lebih besar atau sama dengan 4 ekor, oleh karena itu pada penelitian

ini digunakan 4 ekor mencit pada setiap kelompok perlakuan, seperti

berikut:

Kelompok KN : Kontrol normal tanpa perlakuan

Kelompok K- : Kontrol negatif (induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb)

Kelompok K+ : Kontrol positif (induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan

glibenklamid 0.039 mg/g bb

Kelompok P1 : Induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan ekstrak buah

vanili dengan 50 mg/kg bb

Kelompok P2 : Induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan ekstrak buah

vanili dengan 100 mg/kg bb

Kelompok P3 : Induksi dengan aloksan 150 mg/kg bb dan ekstrak buah

vanili dengan 200 mg/kg bb

28

D. Diagram Alir Penelitian

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

24 ekor mencit umur 3 bulan dengan bobot ± 30-40 gram

Aklimasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air minum)

4 ekor

mencit

(KN)

4ekor

mencit

(K-)

4 ekor

mencit

(P1)

4 ekor

mencit

(P2)

4 ekor

mencit

(P3)

(K-, K+, P1, P2, P3) diinduksi Aloksan

dengan dosis 4,5 mg/g bb

(KN)

Pakan

standar

dan air

minum

hingga

akhir

penelitian

(K-)

Pakan

standar

dan air

minum

(14

hari)

(K+)

Pemberian

glibenklamid

0,039 mg/g

bb secara

oral (14 hari)

(K4)

Pemberian

ekstrak

buah

vanili

dosis 50

mg/kg bb

(14 hari)

(K5)

Pemberia

n ekstrak

buah

vanili

dosis 200

mg/kg bb

(14 hari)

Penimbangan berat badan mencit dan pengukuran

kadar glukosa darah puasa mencit

Analisis Data

4 ekor

mencit

(K+)

(K4)

Pemberian

ekstrak

buah

vanili

dosis 100

mg/kg bb

(14 hari)

29

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang Mencit

24 buah bak plastik bersih berukuran 20 x 30 cm yang masing – masing

diisi dengan seresah kayu, dilengkapi dengan tempat minum, tempat pakan,

dan tutup yang terbuat dari kawat persegi empat. Bak-bak plastik tersebut

disususn di dalam ruangan yang bersih dengan sirkulasi udara serta

pencahayaan yang baik.

2. Persiapan Mencit

Mencit diaklimatisasi selama 7 hari di kandang. Aklimatisasi bertujuan

agar mencit beradaptasi dengan lingkungan baru dan meminimalisir efek

stres pada mencit yang dapat berpengaruh pada metabolismenya. Mencit

diberi makan dan minum serta ditimbang berat badannya secara rutin.

Mencit yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) berumur 3

bulan sebanyak 24 ekor yang beratnya 30-40 gram diperoleh dari

Laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujjian Veteriner (BPPV) Regoinal

III Bandar Lampung. Setiap hari mencit diberi pakan dan minum secara ad

libitum (sampai kenyang) pada pukul 08.30 WIB.

3. Penentuan Dosis Ekstrak Buah Vanili

Dosis ekstrak Vanili yang digunakan menurut Niazi et al., (2014) pada

penelitiannya menggunakan dosis 50 mg/kg dan 100 mg/kg. Sedangkan

menurut Srikant (2013) yang telah melakukan penelitian yaitu 100 mg/kg

dan 200 mg/kg yang menunjukan adanya penurunan volume telapak kaki

30

yang signifikan dan aktivitas anti inflamasi. Sehingga dosis efektif pada

tikus yang digunakan pada penelitian ini yang dikonversikan untuk berat

badan (bb) mencit rata-rata 30 gram.

50 mg/kg bb = 2,1 mg/gbb

100 mg/kg bb = 4,2 mg/gbb

200 mg/kg bb = 8,4 mg/gbb

4. Persiapan Ekstrak Buah Vanili

Pembuatan ekstrak buah vanili dilakukan di Laboratorium Botani I dengan

metode Setyaningsih et al., (2006) yaitu metode maserasi satu tahap.

Ekstrak buah vanili didapatkan perbandingan bahan simplisia yang

digunakan pada penelitian ini sebanyak 200 gram buah vanili kering

dipotong-potong dan ditaruh diwadah, lalu ditambahkan pelarut etanol 60%

sebanyak 2 Liter, kemudian dimaserasi 24 jam pada suhu 20°C-30°C

dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Selanjutnya Proses penyaringan

ekstrak vanili yang diperoleh diduga mengandung kadar alkohol yang

tinggi sekitar 30%, sehingga diperlukan proses penguapan dengan

menggunakan rotatory evaporatorpada suhu 600, kecepatan 150 rpm

selama 14 jam.

5. Persiapan Aloksan

Pada penelitian ini dilaksanakan penginduksian aloksan untuk menciptakan

hiperglikemik pada mencit. Penginduksian aloksan dilakukan sebanyak 3

kali dalam 1 minggu yang bertujuan untuk menciptakan keadaan

31

hiperglikemik pada hewan uji. Semua kelompok perlakuan diinduksi

aloksan dengan cara menyuntikkan larutan aloksan secara subkutan yaitu di

bagian tengkuk. Dosis aloksan yang digunakan yaitu 150 mg/kg bb. Dosis

mencit 30 gram= 30/1000×150= 4,5 mg aloksan dilarutkan dalam 0,3 ml

aqua pro injection.

Mengondisikan mencit menjadi keadaan hiperglikemik yaitu dengan cara

mempuasakan mencit selama 6-8 jam namun tetap diberi air minum yang

cukup. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa untuk mengetahui

kadar glukosa darah hewan uji sebelum diinduksi aloksan. Setelah 24 jam

induksi, mencit diberi 3 ml air gula 5% secara oral, untuk mencegah

terjadinya hipoglikemia yang fatal, untuk melihat pengaruh pemberian

aloksan pada mencit, dilakukan optimasi larutan selam 5 hari (Nadhiroh,

2018). Berdasarkan American Diabetes Association (2010), kriteria

terjadinya diabetes pada mencit apabila diperoleh kadar glukosa darah puasa

≥ 126 mg/dL.

6. Persiapan Glibenklamid

Glibenklamid merupakan salah satu obat antidiabetik oral golongan

sulfonilurea generasi II. Potensi glibenklamid 200 kali lebih kuat dari

tolbutamid. Meski masa paruhnya hanya sekitar 4 jam, efek

hipoglikemiknya berlangsung 12-24 jam.

Larutan glibenklamid dosis manusia untuk glibenklamid sebesar 10 mg.

Dosis glibenklamid pada mencit dihitung dengan menggunakan tabel

32

konversi manusia ke mencit ukuran 20 gram. Nilai konversi dari manusia ke

mencit adalah 0,0026. Dosis larutan Glibenklamid dikonversikan dari

manusia ke mencit (20 g) = 10 mg × 0,0026 = 0,026 mg. Dosis mencit 29

gram = 29/20 × 0,026 = 0,0377 mg / 0,3 ml. Diperoleh dosis glibenklamid

untuk mencit dengan berat badan 30 gram = 30/20 × 0,026 = 0,039 mg / 0,3

ml.

7. Analisis Kadar Glukosa Darah

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebanyak 4 kali pada tiap tiap

perlakuan. Pengukuran pertama yaitu hari ke-0 (kadar GDP mencit sebelum

diinduksi aloksan), hari ke-6 (kadar GDP mencit setelah diinduksi aloksan),

hari ke-13 (kadar GDP mencit setelah 7 hari pemberian ekstrak buah vanili)

dan hari ke-20 (kadar GDP mencit setelah 14 hari pemberian ekstrak buah

vanili) untuk mengetahui hasil akhir penurunan glukosa darah yang terjadi

setelah injeksi dan perlakuan.

F. Parameter Penelitian

Parameter yang akan di uji yaitu berat badan mencit dan kadar glukosa darah.

Adapun teknik pengambilan parameter uji sebagai berikut :

1. Rerata Berat Badan

Pengukuran berat badan dilakukan dalam empat waktu, yaitu hari ke-0

(berat badan mencit sebelum diinduksi aloksan), hari ke-6 (berat badan

mencit setelah diinduksi aloksan), hari ke-13 (berat badan mencit setelah 7

hari pemberian ekstrak buah vanili) dan hari ke-20 (berat badan mencit

33

setelah 14 hari pemberian ekstrak buah vanili) alat yang digunakan dalam

pengukuran berat badan yaitu timbangan digital.

2. Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)

Sampel darah mencit diambil melalui ujung ekor (Pengukuran kadar GDP

dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 6-8 jam, kemudian kadar GDP

diukur menggunakan glukometer. Pengukuran kadar GDP dilakukan

sebanyak empat kali pada tiap-tiap perlakuan setelah mencit dipuasakan

selama 6-8 jam. Pengukuran pertama yaitu hari ke-0 (kadar GDP mencit

sebelum diinduksi aloksan), hari ke-6 (kadar GDP mencit setelah diinduksi

aloksan), hari ke-13 (kadar GDP mencit setelah 7 hari pemberian ekstrak

buah vanili) dan hari ke-20 (kadar GDP mencit setelah 14 hari pemberian

ekstrak buah vanili).

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan

ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5%, yang dilanjutkan dengan

uji BNT pada taraf nyata 5%

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian ekstrak etanol buah vanili dapat menurunkan kadar glukosa

darah mencit yang diinduksi aloksan sebesar 66,9 %

2. Pemberian ekstrak etanol buah vanili dalam menurunkan kadar

glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan tidak berbeda dengan

pemberian glibenklamid.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian ekstrak etanol

buah vanili sebagai agen antihiperglikemik dengan penambahan parameter

yaitu gambaran histologi ginjal

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, M.A. 2005. The endocrine system pathologics basis of disease.7th ed.

Philadelphia, USA : Elsevier Saunders, 1155 – 224.

Agoes, A. 1991. Pengobatan Tradisional Di Indonesia. Medika No.8. Thn 17.

Hal.632

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care, 33(1): 62-69.

Armstrong, Sarah R.2000. “Ethanol, Its Use in Gasoline : Expected Impacts and

Comments of Expert Reviewers”, Cambridge Environmental Inc,

Cambridge

Armitage, G.C. 2004. Diagnosis and Classification of Periodontal Diseases, In

Rose, L.F., Mealey, BL., Genco, RJ and Cohen DW. Periodontics Medicine,

Surgery and Implants.Elsevier Mosby. St. Louis Missouri, 25-26.

Awad, N. Langi, Y.A, dan K. Pandelaki. 2013. Gambaran Faktor Resiko Pasien

Diabetes Melitus Tipe II: Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unsrat RSU

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011. Jurnal e-

Biomedik (eBM). 2013;1(1):45-9.

Bailey, CJ & Krentz, AJ. 2010. Oral antidiabetic agents. in RIG Holt, CS

Cockram, A Flyvbjerg & BJ Goldstein (eds), Textbook of diabetes. 4th edn,

Wiley-Blackwell, pp. 452-477.

Budimarwanti, C. 2009. Sintesis Senyawa 4- Hidroksi -5-Dimetilaminometil-3-

Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui Reaksi Mannich.

UNY, Yogyakarta.

Corwin, J.E. 1997. Patofi siologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Dasuki U.A .1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bidang Ilmu Hayati ITB.s

Bandung

de Guzman CC, Siemonsma JS. 1999. Vanilla planifolia HC. Andrews. Di

dalam:Spices;Plant Resources of South East Asia 13, PROSEA Foundation,

Bogor,Indonesia, No.13.

Departemen Pertanian. 2004. Vanili (Vanilla PlanifoliaAndrews);Pedoman

Teknologi Pengolahan. Deptan Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian. Jakarta.

47

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Materia Medika Indonesia,

Jilid IV, hal. 109.

Dewi M. 2007. Resistensi Insulin Terkait Obesitas: Mekanisme Endokrin dan

Intrinsik Sel.Jurnal Gizi dan Pangan. 2(2):49-54.

Dyahnugra, A. Ayu, Widjarnako, S. Bambang . 2015. Pemberian Ekstrak

BubukSimplisia Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Menurunkan

KadarGlukosa Darah Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar

JantanKondisi Hiperglikemik. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol 3(1):

113-122.

Erejuwa OO, Sulaiman SA, Ab Wahab MS, Salam SKN, Salleh MSM, Gurtu Sl.

2011. Comparison of antioxidant effects of honey, glibenclamide,

metformin, and their combinations in the kidneys of streptozotocin induced

diabetic rats. Int J Mol Sci, 12, 829-843.

Foster DW. 2000. Diabetes mellitus. Harrison Prinsip – prinsip imu penyakit

dalam. Edisi 13. Volume 5. Alih bahasa : Asdie AH. Jakarta : EGC :2196 –

217.

Fahri, C., Sutarno., & Listyawati, S. 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total

Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik setelah

PemberianEkstrak Metanol Akar meniran (Phyllanthus niruri L.),

Biofarmasi 3 (1) : 1-6

Geegi P. G., Anitha, P.,Anthoni,S.A., and Kanimozhi,R. 2011. Hepatoprotective

activity of Vanilla planifolia against paracetamol induced hepatotoxicity in

albino rats. International Journal of Institutional Pharmacy and Life

Sciences 1(3). Hal 70-73.

Gibney, M.J., 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta

Gustaviani R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes melitus dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi keempat. Balai Penerbit FK UI.

Jakarta.

Gustaviani R. 2007. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Buku ajar ilmu

penyakit dalam . Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FKUI :1857 – 9.

Hadisutrisno B. 2004. Taktik dan strategi perlindungan tanaman menghadapi

gangguan penyakit layu Fusarium. Simposium Nasional I. Purwokerto, 2-3

Maret 2004.

Herra, S dan Mulja, H.S. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah

Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan.

Media Kedokteran Hewan. 21(2): 1-4.

Ho, E and T.M. Bray. 1999. Antioxidants, NFKB Activation, and Diabetogenesis.

Proc Soc Exp Biol Med. 1999 Dec: 222(3):205-13

Jones, A, Hatterslay AT. 2010. Monogenic causes of diabetes. Didalam: Holt R.

editor. Textbook of Diabetes 4th edition. Chichester. Blackwell Publising.

48

Kaneto,H., Kajimoto,Y., Muyagawa,J., Matsuoka, T., Fujitani,Y., Umayahara, Y.,

Hanafusa, T., Matsuzawa, Y., Yamasaki, Y., Hori, M. 1999. Beneficial

wffects of antioxidants in diabetes; possible protection of panareatic beta-

cells againts glucose toxity. American Diabetes Association. 48(12):2398-

2406

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014.

http://www.depkes.go.id/. Diakses 20 Oktober 2018.

Krentz, A.J. & C. J. Bailey. 2005. Oral antidiabetic agents: current role in type 2

diabetes mellitus. Drugs 65:384-411

Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Lenzen, S. 2008. The Mechanism of alloxan and streptozotocin induced diabetes.

Diabetologia. Vol 51(2):216-26.

Mai Cing J. 2010. Potensi Antihiperglikemia Ekstrak Kulit Kayu Mahoni

(Swietenia macrophylla King) Pada Tikus yang Diinduksi Aloksan

[Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. Diakses Pada Tanggal 20 November 2018

Maiyah, A.T., Widiastuti, E.L., Umar, S. 2016. Ameliorative effects of Costus

speciosus on biochemical and histopathological changes in alloxan-induced

diabetic mice. Science Letters: 4(2): 140-146

Miettinen, Sanna-Maija. 2004. “Instrumentally Measured Release and Human

Perception of Aroma Compounds From Foods and Model Systems Differing

in Fat Content”, Academic Dissertation, Department of Applied Chemistry

and Microbiology Department of Food Technology, University of Helsinki,

Helsinki

Mills, S and K. Bone. 2002. Principles and Practice of Phytotherapy : Modern

Herbal Medicine. Edinburgh, Scotland, Churral Livingstone

Mintarti, I.S. 2006. Ekstraksi Vanili Secara Enzimatik Dari Buah Vanili (Vanilla

planifolia Andrews) Segar. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Mochtar, M. 2012. Prospek Pemberian Alkohol Alifatis untuk Peningkatan

Produksi Vanili. Primordia. Vol 8:2

Mycek M. J., Harvey R. A.,Champe P. C. 2001 Insulin dan obat-

obatHipoglikemik Oral. Edisi 2. Penerjemah: Azwar Agoes. Jakarta: Widya

Medika, pp: 259-65

Nadhiroh, Z. 2018. Efek Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Achanthus ilicifolius L.)

Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius (Poepp.& Endl.) H. Rob) dan Taurin

Terhadap Antidiabetes dan Jumlah Spermatozoa Mencit Jantan yang

Diinduksi Aloksan. [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.

49

Niazi, J., Kaur, N., Sachdeva,R.K., Bansal,Y., Gupta,V. 2014.Anti-inflammatory

and Antinociceptive Activity of Vanillin. Drug Development and

Therapeutics Journal. Vol. 5. Issue 2 (145-157).

Nijveldt,R.J, F, van Nood, P.G,Boelen. 2001. Flavonoids : a review of probable

mechanism of action and potential applications, Jurnal Clinical Nutrition74

pp.418-425, Amsterdam.

Nurcahyani, E., Sumardi, I., Hadisutrisno, B., Suharyanto, E. 2012. Penekanan

Perkembangan Penyakit Busuk Batang Vanili (Fusarium oxysporum F.Sp.

vanillae) Melalui Seleksi Asam Fusarat Secara In Vitro. Jurnal HPT

Tropika. Vol. 12. No. 1: 12 – 22. ISSN 1411-7525.

Nurcahyani, E. 2013. Karakterisasi Planlet Vanila (Vanilla planifolia Andrews)

Hasil seleksi In Vitro dengan Asam Fusarat terhadap Fusarium oxyporum

f.sp. vanillae. Disertasi. Fakultas Biologi universitas Gajah Mada.

Yogyakarta

Ohno T. 1993. Quercetin potentiates TNF-induced antiviral activity, Antiviral

Res, Vol.22, pp.327–331.

Penn D. 1999. A House Mouse Primer. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018,

pukul 12.00 WIB http:// Stormy.biology.utah.edu/lab/mouse_primer.html

Prameswari, O.M., Widjanarko, S.B. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan

Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Dan Histopatologi Tikus

Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p. 16-27

Price S.A, LM. Wilson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses – proses

penyakit. Edisi 6. Volume 2. Alih bahasa : Pendit BU, Hartanto H,

Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta : EGC, 2005 : 1260

Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robbins SRJ. 1981. Vanilla. Di dalam:

Spices. Vol 2. New York:Longman Inc.hlm.644-705.

Remedi, M.S., Agapova, S.E., Vyas, A.K., Hruz, P.W., dan Nichols, C.G. 2011.

Acute Sulfonylurea Therapy at Disease Onset Can Cause Permanent

Remissions of KATP- Induced Diabetes. Diabetes. 60:2515-2522

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Robertson, R.P., Y. Tanaka, H. Takashi. 2015. Prevention Oxidative Stress by

Adenoviral Overexpression of Gluthatione-Related Enzymes In Pancreatic

Islets. Annal of the New York Academy of Sciences, vol.1043, pp 513-520.

Rohilla, A dan S. Ali. 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and Effects.

Shri Gopi Chancd Group of Institution. India.

Rosdiani, N.F. 2013. Uji Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etil Lumut Hati

(Mastigophora diclados) Dengan Metode Induksi Aloksan [Skripsi].

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Esehatan Program Studi Farmasi Universitas

Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

50

Rugh, R. 1990. The Mouse: It’s reproduction and Development. Oxford

University Press. New York.

Rustama DS, D. Subardja, MC Oentario, NP. Yati, S.N. Harjantien. 2010.

Diabetes melitus. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung

Seto,124-161.

Sacher R. A., Mc Pherson R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil

PemeriksaanLaboratorium. Edisi II. Penerjemah: Brahm Pendit, Dewi

Wulandari. Jakarta: EGC, p: 508

Sato. 1999. Mechanism of antioxidant action of pueraria glycoside (PG)-l (an

isoflavonoid) and maniferin (a xanthonoid). Chem Pharm Bull 40.

Setyaningsih, D., Rusli, M.S., Melawati., Mariska, I. 2006.Optimasi Maserasi

Vanili (Vanilla planifoliaAndrews) Hasil Modifikasi Proses Kuring. J.

Teknol. dan Industri Pangan. Vol 17(2) :87-96

Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. 2010. Global estimates of the prevalence of

diabetes. Diabetes Research and Clinical Practice. 87(1):4-14.

Shafiee, Gita, M. Reza Mohajeri Tehrani, M. Pajouhi and L. Bagher. 2012. The

importance of hypoglycemia in diabetic patients. Journal of Diabetes &

Metabolic Disorders 2012, 11:17

Shanmugavalli1, N., Umashankar,V and Raheem. 2009. Anitmicrobial activity of

Vanilla planifolia. Indian Society for Education and Environment (iSee).

Indian Journal of Science and Technology. Vol.2 No 3. (37-40).

Sheidel C. 2001. Basic Concept in Physiology: A Student’s Survival Guide. New

York: Mc Graw Hill, pp: 185-7

Shyamala, B. N., Madhava N.M., Sulochanamma, G. and Srinivas,P. 2007.

Studies on the Antioxidant Activities of Natural Vanilla Extract and Its

Constituent Compounds through in Vitro Models. Journal of Agric. Food

Chem., 55 (19), pp 7738–7743

Sindhe M, Aruna, Yadav D Bodke, Chandrashekar A. 2014. Antioxidant and In

Vivo Anti-hyperglycemic Activity of Muntingia calabura Leaves Extracts

Der Pharmacia Lettre.(3):427- 435.

Soegondo S.2004. Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik

Oral.Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Soegondo. 2010. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.Balai Penerbit

FKUI. Jakarta

Soegondo, Sidartawan., Dyah Purnamasari. 2010. Sindrom Metabolik. Dalam:

Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Interna Publishing.

Jakarta Pusat.

Soewonto, H. 2001. Antioksidan Eksogen Sebagai Lini Pertahanan Kedua Dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas. Didalam : Dasar Aplikasi dan

51

Pemanfaatan Bahan Alamm. Jakarta 16 November 2018. Bagian Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Srikanth, D., V.H. Menezes., N. Saliyan., Rathnakar UP., Shiv Prakash G, S.D

Acaharya., Ashok Shenoy K, Udupa AL, .2013. Evaluation Of Anti-

Inflammatory Property Of Vanillin In Carrageenan Induced Paw Edema

Model In Rats.International Journal of Bioassays (IJB). 02 (01):269-271

Studiawan, H., Santosa, M.H. 2005. Uji Aktifitas Penurunan Kadar Glukosa

Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi

Aloksan. Media Kedokteran Hewan. Vol. 21, No. 2

Stumvoll M, Goldstein BJ, Haeften TWV. 2005. Type 2 Diabetes : Principles of

Phatogenesis and Therapy. Lancet ; 365: 1333-34

Suharmiati. 2003. Pengujian bioaktivitas anti diabetes mellitus tumbuhan obat.

Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No 140. Grup PT. Kalbe Farma. Jakarta .

h.8.

Suhartono, Eko. 2007. Kapita Selekta Biokimia-Stres Oksidatif. Dasar dan

Penyakit. Pustaka Buana. Banjarmasin.

Suherman, S.K., S. G. R. Gunawan,. dan N. E. Setiabudy. 2007. Insulin dan

antidiabetik. Farmasi dan Terapi Jakarta: Departemen Farmokologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Suyono S. 2007. Diabetes mellitus di Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam .

Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI :1852 – 6.

Szkudelski, T. 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β

Cells Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50: 536-54.

Szkudelski, T. 2008. Streptozotocin-nicotinamide-induced Diabetes in the Rat.

Characteristics of the Experimental Model. Experimental Biology and

Medicine. 237:481-490.

Tailang, M., B.K. Gupta, dan A. Sharma. 2008. Antidiabetic Activity of Alcoholic

Extract of Cinnamomum zeylanikum Leaves in Alloxan Induced Diabetic

Rats. People’s Journal of Scientific Research. 1, 9-11.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomoi Tumbuhan (Spermatophyta). Edisi Ke-7.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 477p

Tjitrosoepomo G. 2012. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Tony H., B. Suharto. 2005. Insulin, glukagon dan antidiabetik oral. Farmakologi

dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: BagianFarmakologi Universitas Indonesia, pp:

467-81

Widowati, L., B. Dzulkarnain dan Sa’roni. 1997. Tanaman Obat Untuk Diabetes

Mellitus. Cermin Dunia Kedokteran (116): 5

52

Winarsih. H., N, D, Sasongko., A, Purwanto., I, Nuraeni. 2013. Ekstrak Daun

Kapulaga Menurunkan Indeks Atherogenik dan Kadar Gula Darah Tikus

Diabetes Induksi Aloksan, Agritech 33 (3): 273-280.

Yamada. 2002. In vivo Anti-influenza Virus Activity of Plant Flavonoids

Possessing Inhibitory Activity for Iinfluenza Virus Sialidase. Antiviral Res

19.

Yuriska, AF. 2009. Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar

[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Undip Mala