7
225 Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh PEMANFAATAN BAHAN ORGANIK KIRINYU (Chromolaena odorata) DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BROKOLI (Brassica oleraceae L. var. italica Plenck) UTILIZATION OF ORGANIC MATTER KIRINYU (Chromolaena odorata) TO INCREASE GROWTH AND PRODUCTION OF BROCCOLI (Brassica oleraceae L. var. italica Plenck) Hafifah 1 Dosen Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh Jln. Cot Teungku Nie Reuleut Muara Batu Aceh Utara Po.Box 141 Lhokseumawe *E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan bahan organik Kirinyu pada pertumbuhan dan produksi brokoli serta unsur hara C-organik, P-tersedia dan K-tersedia yang tertinggal pada pertanaman brokoli. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan yang terdiri dari : K0 (Kontrol), K1 (Kirinyu 1 ton/ha), K2 (Kirinyu 2 ton/ha), K3 (Kirinyu 3 ton/ha), K4 (Kirinyu 4 ton/ha), K5 (Kirinyu 5 ton/ha) dan K6 (Kirinyu 6 ton/ha). Pengamatan pertumbuhan diameter batang, jumlah daun diukur pada 28 hst, 42 hst, 56 hst, umur berbunga dan produksi ditimbang saat tanaman dipanen. Pengamatan unsur hara C-organik, P-tersedia dan K-tersedia di lapisan tanah top soil 0 20 cm sebelum perlakuan dan setelah panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik kirinyu dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman brokoli secara significan. Pemberian bahan organik Kirinyu dosis 6 ton/ha menghasilkan bobot segar massa bunga sebesar 16,40 ton/ha. Hara yang tertinggal setelah panen pada perlakuan bahan organik Kirinyu dengan dosis 6 ton/ha terjadi peningkatan C-organik sekitar 0,49%, P-tersedia sekitar 22,37 mg/kg dan K-tersedia sekitar 3,56 me 100/g. Kata kunci: bahan organik, Kirinyu, brokoli, dosis. ABSTRACT This research aims to determine the use of Kirinyu organic matter and the right dosage for the growth and production of broccoli and nutrient total N, available P and available K remaining in the soil planting broccoli. The research randomized block design (RBD) non factorial with seven treatments and three replications consisting of : K0 (Control), K1 (Kirinyu 1 ton/ha), K2 (Kirinyu 2 ton/ha), K3 (Kirinyu 3 ton/ha), K4 (Kirinyu 4 ton/ha), K5 (Kirinyu 5 ton/ha) and K6 (Kirinyu 6 ton/ha). Observation of stem diameter growth, number of leaves measured at 28 dap, 42 dap, 56 dap, flowering age and weighed production when the plant is harvested. Observations nutrient organic C, available P and available K in the ground layer of top soil 0-20 cm before treatment and after harvest. The results showed that the application of Kirinyu organic matter can increase growth and yield of broccoli significan. Giving Kirinyu organic matter doses of 6 ton/ha fresh weight mass produce interest at 16,40 ton/ha. Nutrients left after harvest in the treatment of Kirinyu organic matter with a dose of 6 tons/ha there was an increase in organic-C around 0.49%, available-P around 22.37 mg/kg and available-K around 3.56 me 100/g. Keywords: organic matter, Kirinyu, broccoli, dose. 1. PENDAHULUAN Brokoli (Brassica oleraceae var. italica plenck) merupakan tanaman sayuran bagian yang dikonsumsi adalah bunganya. Brokoli berasal dari daerah Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno dibudidayakan. Sayuran ini masuk ke Indonesia sekitar 1970-an. Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga

PEMANFAATAN BAHAN ORGANIK KIRINYU (Chromolaena …fkptpi.unsyiah.ac.id/images/PDF PROSIDING/PDF/PDF... · pertanaman brokoli. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

225

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

PEMANFAATAN BAHAN ORGANIK KIRINYU (Chromolaena odorata) DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BROKOLI

(Brassica oleraceae L. var. italica Plenck)

UTILIZATION OF ORGANIC MATTER KIRINYU (Chromolaena odorata) TO INCREASE GROWTH AND PRODUCTION OF BROCCOLI (Brassica oleraceae L.

var. italica Plenck)

Hafifah

1 Dosen Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh

Jln. Cot Teungku Nie Reuleut Muara Batu Aceh Utara Po.Box 141 Lhokseumawe *E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan bahan organik Kirinyu pada pertumbuhan dan produksi brokoli serta unsur hara C-organik, P-tersedia dan K-tersedia yang tertinggal pada pertanaman brokoli. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan yang terdiri dari : K0 (Kontrol), K1 (Kirinyu 1 ton/ha), K2 (Kirinyu 2 ton/ha), K3 (Kirinyu 3 ton/ha), K4 (Kirinyu 4 ton/ha), K5 (Kirinyu 5 ton/ha) dan K6 (Kirinyu 6 ton/ha). Pengamatan pertumbuhan diameter batang, jumlah daun diukur pada 28 hst, 42 hst, 56 hst, umur berbunga dan produksi ditimbang saat tanaman dipanen. Pengamatan unsur hara C-organik, P-tersedia dan K-tersedia di lapisan tanah top soil 0 – 20 cm sebelum perlakuan dan setelah panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik kirinyu dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman brokoli secara significan. Pemberian bahan organik Kirinyu dosis 6 ton/ha menghasilkan bobot segar massa bunga sebesar 16,40 ton/ha. Hara yang tertinggal setelah panen pada perlakuan bahan organik Kirinyu dengan dosis 6 ton/ha terjadi peningkatan C-organik sekitar 0,49%, P-tersedia sekitar 22,37 mg/kg dan K-tersedia sekitar 3,56 me 100/g.

Kata kunci: bahan organik, Kirinyu, brokoli, dosis.

ABSTRACT

This research aims to determine the use of Kirinyu organic matter and the right dosage for the growth and production of broccoli and nutrient total N, available P and available K remaining in the soil planting broccoli. The research randomized block design (RBD) non factorial with seven treatments and three replications consisting of : K0 (Control), K1 (Kirinyu 1 ton/ha), K2 (Kirinyu 2 ton/ha), K3 (Kirinyu 3 ton/ha), K4 (Kirinyu 4 ton/ha), K5 (Kirinyu 5 ton/ha) and K6 (Kirinyu 6 ton/ha). Observation of stem diameter growth, number of leaves measured at 28 dap, 42 dap, 56 dap, flowering age and weighed production when the plant is harvested. Observations nutrient organic C, available P and available K in the ground layer of top soil 0-20 cm before treatment and after harvest. The results showed that the application of Kirinyu organic matter can increase growth and yield of broccoli significan. Giving Kirinyu organic matter doses of 6 ton/ha fresh weight mass produce interest at 16,40 ton/ha. Nutrients left after harvest in the treatment of Kirinyu organic matter with a dose of 6 tons/ha there was an increase in organic-C around 0.49%, available-P around 22.37 mg/kg and available-K around 3.56 me 100/g.

Keywords: organic matter, Kirinyu, broccoli, dose.

1. PENDAHULUAN

Brokoli (Brassica oleraceae var. italica plenck) merupakan tanaman sayuran bagian yang dikonsumsi adalah bunganya.

Brokoli berasal dari daerah Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno dibudidayakan. Sayuran ini masuk ke Indonesia sekitar 1970-an. Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga

226

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

berwarna hijau yang tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala bunga tersebut dikelilingi dedaunan. Selain itu dari proses biosintesis di dalam brokoli juga dihasilkan 3,3-iindolilmetana (DIM). Juga terdapat kandungan lemak, protein, karbohidrat, serat, air, zat besi, kalsium, mineral, dan bermacam vitamin (A, C, E, ribofalvin, nikotinamide) (Traka dkk., 2008; Pappa dkk., 2007).

Menurut hasil penelitian Mahdu dan Kochhar (2014) melaporkan bahwa brokoli merupakan jenis sayuran hijau yang banyak digunakan sebagai terapi anti kanker dan antioksidan. Brokoli dikenal sebagai Crown Jewel of Nutrition karena memiliki berbagai zat gizi penting seperti vitamin, mineral, metabolit sekunder dan serat. Produk pemecahan sulfur pada brokoli yang mengandung glukosinolat, isothiocyanates merupakan bahan-bahan aktif yang berperan sebagai properti anti kanker. Brokoli juga efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total (Santoso, 2011).

Budidaya brokoli secara organik akan melindungi ekosistem dari kerusakan sehingga bisa tercipta sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture). Sistim pertanian organik relatif murah dan mudah untuk dilakukan serta lebih hemat, aman dan sehat untuk dikonsumsi. Desa Sumber Brantas khususnya kebun Cangar merupakan daerah sentral penanaman brokoli secara organik yang menggunakan kotoran ayam dan pangkasan kirinyu sebagai mulsa. Tumbuhan kirinyu banyak terdapat di wilayah ini namun belum dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik kirinyu dan belum menerapkan cara aplikasi yang benar adalah dengan membenamkan kedalam tanah. Upaya meningkatkan produksi tanaman aplikasi bahan organik kirinyu di lapangan, lebih baik pangkasan dibenamkan, sehingga N yang dilepaskan dan digunakan tanaman lebih banyak.

Kirinyu (Chromolaena odorata) termasuk dalam famili Asteracae. Kirinyu merupakan tumbuhan yang tangguh karena batangnya yang keras, berkayu dan perakarnnya kuat dan dalam. Selain itu

kirinyu menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena adanya rambut palpus. Kirinyu dapat menghasilkan serasah dan kandungan haranya yang cukup tinggi. Menurut Suntoro dkk. (2001) menyatakan bahwa Chromolaena odorata mempunyai kandungan karbon, kalsium, magnesium, kalium dan nitrogen yang tinggi dibandingkan pupuk kandang sapi, sehingga dapat dijadikan alternatif pupuk organik. Komposisi hara bahan organik Chromolaena odorata adalah 50,40% C, 2,42% N, 0,2% P, 20,82 C/N, 11,60% K, 2,02% Ca dan 0,78% Mg. Daun Kirinyu (Chromolaena odorata) mengandung 1,26% Nitrogen, fosfor 0,67%, Kalium 1,08%, 2,33% Kalsium dan Magnesium 0,005% (Olabode dkk., 2007). Lebih lanjut Suntoro (2001) melaporkan bahwa penambahan bahan organik meningkatkan keseimbangan penyediaan K, Ca, Mg, dan P dalam serapan kacang tanah.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pemberian bahan organik kirinyu bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan bahan organik kirinyu dan dosis yang tepat pada pertumbuhan dan produksi brokoli serta unsur hara C-organik, P-tersedia dan K-tersedia yang tertinggal pada pertanaman brokoli.

2. MATERIAL DAN METODE

Penelitian lapangan dilakukan di Kebun Percobaan Cangar Universitas Brawijaya, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Madya Batu. Ketinggian tempat 1600 di atas permukaan laut, suhu rata-rata 22oC, kelembaban udara 85%, jenis tanah Andisol.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih brokoli vareitas F-1 Royal Green dari Chia Tai Seed Co.Ltd dan bahan organik kirinyu. Kandungan N-total kirinyu 3,80% dan 0,52% N-total tanah lokasi penelitian.

Bahan organik kirinyu segar dicacah kira-kira 4 cm. Aplikasi dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan cara menyebar diatas bedengan dengan 20 cm, kemudian ditutup kembali dengan tanah

227

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

(dibenam) dan dosis sesuai perlakuan. Ukuran petak pernelitian 6 m x 1 m, jarak antara petak 0,50 m dan jarak antar ulangan 0,70 m, jarak tanam 50 cm x 60 cm, jarak antar baris 50 cm dan dalam baris 60 cm.

Metode yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan yang terdiri dari: K0 (Kontrol), K1 (Kirinyu 1 ton/ha), K2 (Kirinyu 2 ton/ha), K3 (Kirinyu 3 ton/ha), K4 (Kirinyu 4 ton/ha), K5 (Kirinyu 5 ton/ha) dan K6 (Kirinyu 6 ton/ha). Sedangkan untuk dosis dihitung berdasarkan kebutuhan N untuk tanaman brokoli dan kandungan N pada bahan organik kirinyu.

Parameter yang diamati adalah : diameter batang, jumlah daun di amati pada umur, 28 hst, 42 hst, 56 hst dan umur berbunga. Bobot segar total tanaman dan bobot segar massa bunga ditimbang saat panen. Pengamatan unsur hara C-organik, P-tersedia dan K-tersedia di lapisan tanah top soil 0 – 20 cm sebelum perlakuan dan setelah panen yang dianalisis di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. C-organik (Walkey-Black), P-tersedia (Metode Olsen, 1945) dan K-tersedia (Metode ekstrak HCL 25% (Sudjadi dkk.., 1971). Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan hasil yang berbeda nyata diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% (Sastrosupadi, 2000).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE

Diameter Batang

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata efek perlakuan dosis bahan organik kirinyu terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan (Tabel 1).

Pemberian bahan organik kirinyu pada setiap umur pengamatan terjadi peningka- tan diameter batang (Tabel 1), secara umum menunjukkan semakin tinggi dosis maka diameter batang tanaman juga semakin besar diameter batang tanaman. Pemberian bahan organik kirinyu dosis 6

ton/ha menghasilkan diameter batang yang terbesar pada semua umur. Hal ini memiliki keterkaitan dengan potensi ketersediaan unsur hara melalui perbaikan sifat fisik dan sifat kimia tanah yang akhirnya akan mempengaruhi pertumhan tanaman brokoli sebagai efek pemberian bahan organik kirinyu.

Tabel 1. Rerata diameter batang tanaman brokoli pada perlakuan dosis bahan organik kirinyu

Perlakuan *)

Diameter batang (cm) pada umur … 28 hst 42 hst 56 hst

K0 1,85 a 3,03 a 4,33 a K1 1,80 a 3,46 b 4,92 b K2 2,25 b 3,76 b 5,16 b K3 2,28 bc 3,78 b 5,18 b K4 2,43 c 4,05 c 5,98 c K5 2,46 d 4,08 c 6,00 c K6 2,71 e 4,48 e 6,35 d BNT 0,15 0,23 0,27

Keteranga: Angka didampingi huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNT 5%, hst = hari setelah tanam.

)* K0 = Kontrol, K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan K6 =Kirinyu 6 ton/ha.

Seperti pernyataan Hakim dkk. (1986) bahwa bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah, disamping itu pemberian pupuk organik dapat meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C-organik, kapasitas tukar kation, dan daya serap air. Hasil penelitian Ilori dkk. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak air kirinyu meningkatkan tinggi tanaman C. argentea lebih tinggi dibandingkan tanaman dalam rezim kontrol. Lebih lanjut hasil penelitian Murdaningsih dan Mbu’u (2014) bahwa dosis optimum Kirinyu pada dosis 20 ton/ha yang dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman wortel (37,19 cm). Jumlah Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata efek perlakuan dosis bahan organik kirinyu

228

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

terhadap jumlah daun pada semua umur pengamatan (Tabel 2).

Pemberian bahan organik kirinyu pada setiap umur pengamatan terjadi peningkatan jumlah daun (Tabel 2), secara umum menunjukkan semakin tinggi dosis maka jumlah daun juga semakin banyak.

Tabel 2. Rerata jumlah daun tanaman brokoli pada perlakuan dosis bahan organik kirinyu

Perlakuan *)

Jumlah daun (helai) pada umur … 28 hst 42 hst 56 hst

K0 7,58 a 11,67 a 17,50 a K1 7,75 a 12,83 b 18,17 b K2 8,08 a 12,58 b 18,42 b K3 8,11 a 12,61 b 18,44 b K4 8,17 a 14,33 c 20,17 c K5 8,19 a 14,36 c 20,19 c K6 9,08 b 15,25 d 21,33 d BNT 0,69 0,70 0,58

Keteranga: Angka didampingi huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNT 5%, hst = hari setelah tanam.

)* K0 = Kontrol, K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan K6 =Kirinyu 6 ton/ha.

Pemberian bahan organik kirinyu dosis 6 ton/ha menghasilkan jumlah daun yang terbanyak pada semua umur. Hal ini memiliki keterkaitan dengan potensi ketersediaan unsur hara melalui perbaikan sifat fisik dan sifat kimia tanah yang akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman brokoli sebagai efek pemberian bahan organik kirinyu. Hasil penelitian Budianto dkk. (2007) melaporkan bahwa bokhasi kirinyu terjadi peningkatan secara kuandratik pada variabel respon jumlah daun. Lebih lanjut hasil penelitian Oluwafemi (2012) bahwa daun segar kirinyu dapat meningkatkan

pertumbuhan kedelai. Keragaman Berbunga

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat beda sangat nyata perlakuan dosis bahan organik kirinyu terhadap keragaman berbunga (Gambar 1).

Pemberian bahan organik kirinyu terhadap keragaman berbunga (Gambar 1) menunjukkan bahwa pada dosis 4 ton/ha, 5

ton/ha dan 6 ton/ha memberikan hasil yang sama secara statistik, namun persentase keragaman berbunga lebih tinggi ditemukan pada pemberian dosis 5 ton/ha sebesar 30,32%.

Gambar 1. Keragaman Berbunga. )*K0 = Kontrol,

K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha Kirinyu, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan C6 = Kirinyu 6 ton/ha.

Hal ini karena bahan organik kirinyu juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan pH, peningkatan serapan P dan menurunkan Al-dd. Hara P berperan sebagai pembentukan akar, mendukung pertumbuhan generatif, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, merangsang pembuahan, mempercepat proses pematangan. Hasil penelitian Agbede dkk. (2013) melaporkan bahwa aplikasi mulsa kirinyu (Chromolaena) dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta hara di dalam tanah. Lebih lanjut hasil penelitian Ningrum dkk. (2017) menunjukkan bahwa pupuk organik cair kirinyuh pada dosis 200 ml/l dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung lebih baik. Bobot Segar Massa Bunga

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat beda sangat nyata perlakuan dosis bahan organik kirinyu terhadap bobot segar massa bunga (Gambar 2).

Pemberian bahan organik kirinyu terhadap bobot segar massa bunga (Gambar 2) setiap perlakuan dosis memberi pengaruh yang berbeda terhadap bobot segar total tanaman, semakin tinggi

229

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

dosis maka semakin berat bobot segar massa bunga. Dosis kirinyu 6 ton/ha menghasilkan bobot segar massa bunga terbesar sekitar 16,40 ton/ha. Kondisi ini disebabkan bahan oganik kirinyu mengandung hara N, P, K, dan hara lain (hara makro maupun mikro) yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahan organik kirinyu juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan pH, peningkatan serapan P dan menurunkan Al-dd.

11,40 a

12,70 b12,57 ab

12,59 b 13,87 b13,89 b

16,40 c

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6

Bo

bo

t S

eg

ar

Ma

ssa

Bu

ng

a (

t/h

a)

Perlakuan *(

Gambar 2. Bobot segar massa bunga. )*K0 = Kontrol,

K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha Kirinyu, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan C6 = Kirinyu 6 ton/ha.

Menurut Handayanto dan Ariesusilaningsih (2004) bahwa beberapa biomasa flora lokal menunjukkan potensi yang tinggi untuk digunakan sebagai sumber bahan organik dan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Fungsi penting dari fosfor ialah berperan dalam pembungaan, pembuahan dan pembentukan biji. Lebih lanjut Hasil penelitian Kastono (2005) menunjukkan bahwa pemberian takaran kompos 30 ton/ha memberikan hasil kedelai tertinggi yaitu 1,53 ton/ha, namun tidak berbeda nyata dengan takaran kompos 10 dan 20 ton/ha. Murdaningsih dan Mbu’u (2014) menunjukkan bahwa Kirinyu dosis 20 ton/ha terjadi peningkatan terhadap panjang umbi (28,69%), berat umbi segar per tanaman (70,59%), berat umbi segar per petak (42,31%) dan berat umbi segar per ha (42,3%). Hasil penelitian Agbede dkk. (2013) juga terbukti bahwa aplikasi mulsa kirinyu (Chromolaena) 12,5 ton/ha

dapat meningkatkan prokduksi umbi sekitar 36,1 ton/ha Carbon Organik Tanah

Hasil analisis laboratorium menunjuk- kan bahwa C-organik terjadi peningkatan setelah panen akibat perlakuan dosis bahan organik kirinyu. Kandungan C-organik sebelum tanam dan sesudah panen disajikan pada Gambar 3.

Kandungan C-organik secara umum terjadi peningkatan setelah panen (Gambar 3). Peningkatan yang lebih tinggi setelah panen pada dosis 6 ton/ha sebesar 0,49%.

4,244,16 4,23 4,26 4,31

4,67 4,72 4,73

-0,08 -0,01 0,02 0,070,43 0,48 0,49

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

CA K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6

C-o

rga

nik

(%

) ta

na

h

Perlakuan *(

CP

CT

Gambar 3. C-organik tanah sebelum tanam dan sesudah panen serta yang bertambah pada

perlakuan kirinyu. CA = C-organik awal, CP = C-organik setelah panen; CT= C-organik yang bertambah. )* K0 = Kontrol, K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha Kirinyu, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan C6 = Kirinyu 6 ton/ha.

Peningkatan C-rganik karena bahan organik kirinyu termasuk kedalam bahan organik kualitas tinggi, kandungan N tinggi, lignin dan polifenol rendah serta C/N rendah. Perbedaan dalam komposisi bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap pengaruh pada perbedaan kandungan C-organik tanah. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Kawiji dkk. (2002) diperoleh fakta bahwa pemberian bahan organik berpengaruh nyata dalam peningkatkan kadar bahan organik. Pemberian bahan organik kirinyu peningkatan kandungan C-organik dalam tanah (Wei dkk, 2017).

230

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

P-tersedia Tanah

Hasil analisis laboratorium menunjuk-kan bahwa P-tersedia terjadi peningkatan setelah panen akibat perlakuan dosis bahan organik kirinyu. Kandungan P-tersedia sebelum tanam dan sesudah panen disajikan pada Gambar 4.

P-tersedia setelah panen terjadi peningkatan pada setiap perlakuan (Gambar 4). Peningkatan yang tertinggi terdapat pada dosis 6 kirinyu ton/ha, penambahan sekitar 22,37 mg/kg dan terjadi penurunan pada kontrol sekitar 0,91 mg/kg.

59,5159,50

73,6376,38 76,43 79,1379,18

81,88

-0,01

14,1216,8716,92

19,62 19,6722,37

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

PA K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6

P-t

ers

ed

ia (

mg

/k

g)

tan

ah

Perlakuan *(

PP

PT

Gambar 4 P-tersedia tanah. PA = P-tersedia awal, PP = P-tersedia setelah panen, PT= P-tersedia yang tertinggal dalam tanah. )* K0 = Kontrol, K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha Kirinyu, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan C6 = Kirinyu 6 ton/ha.

Kondisi ini dikarenakan peningkatan P-tersedia dari masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik ke dalam tanah. Selain itu, penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan mikrobia tanah. Hasil penelitian Akanbi dan Ojenyi (2007) membuktikan bahwa menggunakan gulma siam (kirinyu) dapat meningkakan P tanah, dalam penelitian lain yang dilakukan menggunakan T. diversifolia, panicum dan Chromolaena odorata (Olabode dkk., 2007) juga meningkatkan P dalam tanah.

K-tersedia Tanah

Hasil analisis Laboratorium K-tersedia tanah awal sebelum perlakuan dan K-tersedia tanah setelah panen akibat perlakuan dosis bahan organik kirinyu. Kandungan K-tersedia sebelum tanam dan sesudah panen disajikan pada Gambar 5.

K-tersedia setelah panen terjadi peningkatan pada setiap perlakuan (Gambar 5). Peningkatan yang tertinggi terdapat pada dosis 6 kirinyu ton/ha, penambahan sekitar 3,56 me 100/g dan terjadi penurunan pada kontrol sekitar 0,01 me 100/g. K-tersedia setelah panen terjadi peningkatan pada setiap perlakuan (Gambar 5).

0,63 0,62

3,793,93 3,98 4,06 4,11 4,19

-0,01

3,163,30 3,35 3,43 3,48 3,56

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

KA K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6

K-t

ers

ed

ia (m

e 1

00

/g)

tan

ah

Perlakuan *(

KP

KT

Gambar 4 K-tersedia tanah. KA = K-tersedia awal, KP = K-tersedia setelah panen, KT= K-tersedia yang tertinggal dalam tanah. )* K0 = Kontrol, K1 = Kirinyu 1 ton/ha, K2 = Kirinyu 2 ton/ha, K3 = Kirinyu 3 ton/ha Kirinyu, K4 = Kirinyu 4 ton/ha, K5 = Kirinyu 5 ton/ha dan C6 = Kirinyu 6 ton/ha.

Peningkatan yang tertinggi terdapat pada dosis 6 kirinyu ton/ha, penambahan sekitar 3.56 me 100/g dan terjadi penurunan pada kontrol sekitar 0,01 me 100/g. Hal ini karena bahan organik kirinyu mempunyai kelebihan dalam memperbaiki sifat fisika maupun sifat kimia tanah. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Akanbi dan Ojeniyi (2007), bahwa aplikasi mulsa gulma siam ke tanah meningkatkan bahan organik tanah, N, P, K, Ca dan Mg dibandingkan dengan tanpa perlakuan mulsa. Hasil penelitian Suntoro (2001) melaporkan bahwa penggunaan bahan organik berupa kotoran sapi, G. sepium dan C. odorata sebagai pupuk

231

Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

memberikan pengaruh residu pada masa tanaman berikutnya, terbukti dengan adanya peningkatan hasil biji kacang tanah pada masa tanam kedua sebesar 150,61% kotoran sapi 144,36% C. odorata dan 137,6% G. sepium

4. KESIMPULAN Bahan organik kirinyu dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman brokoli serta meningkatkan hara didalam tanah. Pertumbuhan dan hasil terbaik ditemukan pada dosis 6 kirinyu ton/ha menghasilkan bobot segar massa bunga sekitar 16,40 ton/ha.

Bahan organik kirinyu berkontribusi dalam peningkatan hara di dalam tanah dan meninggalkan residu untuk tanaman berikutnya. Hara yang tertinggal (residu) di dalam tanah C-organik sekitar 0,49%, P-tersedia sekitar 22,37 mg/kg dan K-tersedia sekitar 3,56 me 100/g pada dosis 6 kirinyu ton/ha. DAFTAR PUSTAKA Agbede, T.M., Adekiya, A.O. and Ogeh, J.S. 2013.

Effects of Chromolaena andTithonia mulches on soil properties, leaf nutrient composition, growth and yam yield. West African Journal of Applied Ecology 21 (1): 15-29.

Akanbi O.S. and S.O. Ojeniyi. 2007. Effect of siam weed mulch on soil properties and performance of yam in southwest Nigeria. Nigerian J. Soil Science. 17: 120–125

Budianto, V.F.A. N. Farida, K.L. Kii. 2007. Perbandingan Hasil Tanaman Jagung pada Kondisi tanpa pupuk, dipupuk NPK dan dipupuk Bokhasi Kirinyu (Chromolaena odorata) J. Agroteksos 17(1): 39-45

Handayanto, E dan E. Ariesusilaningsih. 2004. Biomasa Flora Lokal Sebagai Bahan Organik untuk Pertanian Sehat di Lahan Kering. J. Habitat 15(3):11-149.

Ilori, O.J., O.O. Ilori, R.O. Sanni and T.A. Adenegan-Alakinde, 2011. Effect of Chromolaena odorata on the Growth and Biomass Accumulation of Celosia argentea. Res. J. Environ Sci. 5(2) : 200-204.

Kastono, D. 2005. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam terhadap Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam

(Chromolaena odorata). J. Ilmu Pertanian 12 (2) : 103 – 116.

Murdaningsih dan Y. S. Mbu’u. 2014. Pemanfaatan Kirinyu (Chromolaena odorata) sebagai Sumber Bahan Organik terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota) J. Buana Sains 14(2): 141-147.

Ninggrum, A A., J Mutakin dan K. Zakiah. 2017. Pengaruh Berbagai Dosis Bokashi dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kirinyuh (Chromolaena odorata) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Kultivar Pioneer. Jagros 1(2): 102 – 110.

Oluwafemi, 2012. Ademiluyi Benson Studies on the Allelopatic Effects of Chromolaena odorata L. on the Performance of Soybean (Glycine max L. Merril) Bio Science Research Bulletin-Biological 28(2):103.

Olabode, O.S., Sola, O., Akanbi, W.B., Adesina, G.O. and Babajide, P.A. 2007. Evaluation of Tithonia diversifolia (Hemsl.), a gray for soil improvement. World Journal of Agricultural Science 3 (4): 503- 507.

Pappa G, Strathmann J, Löwinger M, Bartsch H, Gerhäuser C. 2007. Quantitative combination effects between sulforaphane and 3,3′-diindolylmethane on proliferation of human colon cancer cells in vitro. Carcinogenesis. 28(7): 1471-77.

Santoso A. 2011. Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan. Magistra.; 23(75): 35-40. 10.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 275.

Sudjadi, M., I. M. Widjik S. dan M. Soleh. 1971. Penuntun Analisa Tanah. Publikasi No.10/71, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. 166.

Suntoro, 2001. Pengaruh Residu Penggunaan Bahan Organik, Dolomite dan KCl pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea. L) di Oxic Dystudepts Jumapolo Karang Ayar. Habitat 12(3): 170-177.

Suntoro, Syekhfani, Handayanto, E., dan Sumarno. 2001. Penggunaan bahan pangkasan ‘Kirinyu’ (Chromolaena odorata) dan ‘Gamal’ (Gliricidia sepium) untuk meningkatkan ketersediaan P, K, Ca dan Mg pada Ozic Dystrundept. Agrivita 23 (1) 20-26.

Traka M, Gasper AV, Melchini A, Bacon J R, Needs PW, Frost V. 2008. Broccoli Consumption Interacts with GSTM1 to Perturb Oncogenic Signalling Pathways in the Prostate. PloS One. 3(7): 2568.

Wei, H., J. Xu, G. Quan, J. Zhang, and Z. Qin. 2017. Invasion effects of Chromolaena odorata on soil carbon and nitrogen fractions in a tropical savanna. Ecosphere 8(5): 1-16.