Media Perkebunan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Membahas isu-isu yang berkembang di bidang perkebunan

Citation preview

  • e Vol Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014H Sugian Noorbah, Kadisbun Kalsel

    Menyulap Lahan KeringMenjadi Lahan EmasSuswono, Menteri Pertanian RI

    Rencana Aksi Bukit TinggiUntuk GulaIrwan Gunawan, Vice Director WWF Indonesia

    Indochina InginKembangkan Kelapa Sawit

    All-New Ford Ranger

    Kendaraan Tangguh Senyaman Sedan

    Priyanto P.SDeputy COO

    Bumitama Gunajaya Agro

    KEMITRAAN TANGGUNG JAWAB

    PERUSAHAANJoko Supriyono, Sekjen GAPKI

    Ijin Lokasi Bukan Segalanya

    @MediaPerkebunan Media Perkebunan

  • 2 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014

    Aral melintang tak halangan, meskipun di tahun 2013 beberapa negara mengalami krisis keuangan, namun untuk harga-harga di komoditas

    perkebunan mengalami peningkatan meskipun secara global pertumbuhan PDB (produk domestic bruto) di tahun 2013 se mpat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012.

    Komoditas Perkebunan 2013 Masih Berkilau

    Gamal Nasir

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Selengkapnya baca di Majalah Media Perkebunan Edisi 122 Januari 2014

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Selengkapnya baca di Majalah Media Perkebunan Edisi 122 Januari 2014

    Industri kelapa sawit semestinya mendapat dukungan semua

    pihak. Karena sub sektor perkebunan inilah yang mampu menghasilkan devisa yang besar bagi negara. Namun faktanya perkembangan industri tidak berjalan mulus. Salah satunya

    adalah konflik lahan yang tidak kunjung selesai.Data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian

    Pertanian menunjukkan bahwa Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan (GUKP) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 tercatat sebanyak 739 GUKP. Dari jumlah itu, sengketa lahan berjumlah 539 kasus (72,25 %). Sedangkan sengketa non lahan sebanyak 185 kasus (25,05%) dan sengketa dengan kehutanan 15 kasus (2%).

    Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Pusat Joko Supriyono mengungkapkan bahwa konflik agraria meningkat tajam akhir-akhir ini. Hal ini akibat reformasi agraria tidak berjalan dengan baik, khususnya sektor perkebunan kelapa sawit.

    Joko Supriyono, Sekjen GAPKI

    Ijin Lokasi Bukan Segalanya

    Namun, untuk penyerapan tenaga kerja dibidang perkebunan ditahun 2013 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Hal tersebut dapat terlihat dalam data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian yang menyebutkan bahwa PDB di tahun 2012 yaitu Rp 159.754 miliar, sedangkan di tahun 2013 sebesar Rp 132.415. sedangkan penyerapan tenaga kerja ditahun 2012 sebanyak 21,12 juta orang sedngkan ditahun 2013 sebesar 21,40 juta orang.

    Artinya hingga saat ini penyerapan tenaga kerja di perkebunan masih tetap tinggi jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Selain itu diperkirakan kontribusi perkebunan hingga akhir tahun 2013 tumbuh 20% atau melebihi Rp 170 triliun.

    Hal itu karena naiknya harga-harga komoditas perkebunan. Menggingat harga-harga komoditas dipengaruhi oleh kurs rupiah terhadap dolar yang sebagian besar berorientasi ekspor, papar Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

    Menurut Joko, konflik lahan di perkebunan kelapa sawit sudah terjadi pada saat mencari lahan, perizinan, dan penanaman. Peta konflik lahan dimulai dari perolehan lahan dan perijinan (Pra-Operasi), seperti tumpang tindih kawasan hutan, tumpang tindih ijin/tambang, adanya klaim tanah adat, klaim kepemilikan masyarakat.

    Sedangkan konflik pada pembukaan lahan dan penanaman dimulai dari pengurusan Hak Guna Usaha (HGU). Pada proses ini konflik berupa klaim tanah adat dan klaim kepemilikan (pemilik lain) dan konflik plasma

    Sementara konflik pada saat pemeliharaan dan eskploitasi atau saat operasi dimulai pada waktu perpanjangan HGU. Bahkan HGU yang sudah berjalan 25 tahun pun tidak lepas dari konflik. Jadi tidak heran jika muncul adanya klaim tanah adat, klaim kepemilikan, klaim plasma. Karena sejak dimulai bisnis perkebunan kelapa sawit sudah dihadapi dengan konflik, ungkap Joko.

  • 3 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014

    Bagi Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group kemitraan dengan membangun plasma bukan kewajiban tetapi tanggung jawab perusahaan.Kita

    tidak melihat pada aturan yang mewajibkan perusahaan menyisihkan minimal 20% dari lahan yang diusahakan untuk kemitraan. Tanpa ada aturanpun kita tetap akan membangun kebun plasma kemitraan di semua lokasi perusahaan, kata Priyanto P.S Deputy Chief Operating Officer BGA dalam perbincangan dengan Media Perkebunan.

    Semua kebun BGA sejak awal membangun sudah langsung membuka kebun plasma. Bagi perusahaan sendiri kemitraan memberikan berbagai manfaat untuk membuka lapangan kerja, menjaga kelestarian lingkungan serta memanfaatkan areal secara lebih efektif.

    Ini merupakan komitmen BGA untuk meningkatkan perekonomian pedesaan dengan meningkatkan kesejahteraan petani plasma. Plasma juga menjadi kader pengamanan perusahaan, katanya.

    Agenda pengembangan kebun kemitraan BGA adalah memberdayakan koperasi melalui peningkatan pendapatan, mempercepat redistribusi aset ke masyarakat, membangun kerjasama usaha yang berkesinambungan serta menimbulkan efek ganda terhadap sektor lain.

    Ada pola yang diterapkan yaitu pola kavling dimana setiap petani plasma dibangunkan kebun 2 ha/KK dengan pengelolaan oleh perusahaan. Tanah merupakan milik

    petani dengan sertifikat/surat tanah milik petani sendiri. Sedang Pola kedua adalah pola hamparan. Dengan pola

    ini sejak pertama kali BGA masuk sudah disosialisasikan dan ada kesepakatan berapa luas lahan dan berapa jumlah penduduk. Jika jumlah penduduknya kecil maka satu KK bisa melebihi 2 ha, sedang bila penduduknya banyak satu KK 2 ha. Tanah merupakan HGU koperasi dan dikelola oleh perusahaan.

    Saat ini prosentase dengan pola kavling dan pola hamparan masing-masing seimbang. Di Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur semuanya dengan pola kavling sedang di Kalimantan Barat sebagian besar pola hamparan.

    Kebun plasma mulai dibangun tahun 2004. Saat ini produktivitas tanaman petani plasma lebin tinggi ketimbang kebun inti. Di beberapa tempat lahan p lasma lebih bagus karena mereka maunya berdekatan dengan kampungnya, sedang lahan inti pada umumnya di lahan marginal. Rata-rata produktivitas inti 12,6 ton/ha sedang plasma 16 ton/ha, rata2 total 13,5 ton

    Total luas areal kemitraan BGA saat ini sebesar 33.728 ha atau sebesar 22% dari total luas areal. Luas areal kemitraan terus bertambah seiring dengan pembukaan kebun baru terutama di Kalimantan Barat.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Selengkapnya baca di Majalah Media Perkebunan Edisi 122 Januari 2014

    Priyanto P.SDeputy COO Bumitama Gunajaya Agro

    KEMITRAAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

  • 4 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014

    Sejumlah negara di Asia Tenggara iri dengan Indonesia dan Malaysia yang sangat cocok untuk budidaya kelapa sawit. Saya baru pulang dari Myanmar

    diminta pemerintah sana untuk melihat bagaimana peluang membangun kelapa sawit di negaranya. Demikian juga Vietnam dan Thailand ingin mengembangkan sawit, kata Irwan Gunawan, Vice Director WWF Indonesia menyatakan hal ini.

    Pada akhirnya setelah diberi keterangan panjang lebar negara-negara Indochina tersebut ini sadar bahwa mereka tidak mungkin mengembangkan kelapa sawit seperti Indonesia dan Malaysia. Sebab kelapa sawit hanya tumbuh optimal di wilayah ekuator dan ketinggian kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Mereka mengaku sangat iri dengan Indonesia yang diberi anugrah alam sangat cocok untuk kelapa sawit, katanya.

    Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling efisien dibanding minyak nabati lainnya. Berkat efisiennya ini maka harga minyak kelapa sawit jauh lebih murah ketimbang minyak nabati lainnya. Di Indonesia juga kelapa sawit terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

    Saking efisiennya sehingga minyak nabati lain tidak ada yang mampu menyaingi dari sisi ini, maka sekarang serangannya juga sudah tidak rasional lagi. Sekarang ada tuduhan bahwa harga minyak kelapa sawit dumping. Juga ada tuduhan mendapat subsidi dan pasarnya diproteksi.

    Karena itu WWF tidak memandang kelapa sawit sebagai komoditas bermasalah seperti cara pandang banyak LSM lain. WWF tidak memusuhi kelapa sawit bahkan mendukung pengembangan kelapa sawit. Kita tidak mengkritisi komoditasnya tetapi prosesnya bagaimana supaya tidak membuat dampak negatif pada lingkungan, katanya.

    Karena itu juga WWF tidak mau melakukan black campaign seperti yang dilakukan LSM-LSM lain. Kita tidak mau sekedar mengkritik saja tetapi juga memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi, katanya.

    Bentuk dukungan WWF adalah mendukung upaya perkebunan kelapa sawit untuk mendapatkan sertifikat RSPO. Sebagai produsen kelapa sawit perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia dituntut untuk menerapkan praktek-praktek sustainability seperti yang tercantum dalam prinsip dan kriteria RSPO. Hal ini tentu

    menambah biaya sehingga biaya produksi produsen menjadi tinggi.

    Dalam situasi ini sangat wajar bila produsen minta harga tinggi juga. Disinilah WWF berperan yaitu supaya konsumen terutama di negara-negara Eropa mau membeli minyak kelapa sawit yang sudah bersertifikat RSPO atau CSPO (Certified Sustainable Palm Oil).

    Caranya dengan menerbitkan rapot komitmen konsumen di Eropa untuk menerima CSPO. Sayang hasilnya masih belum memuaskan. Kita menerbitkan rapot yang kita sebut WWF scorecard sejak tahun 2009, tiap dua tahun sekali. Hasil tahun 2013 relatif sama dengan hasil tahun 2011 dan 2009. Tidak ada kemajuan yang berarti, katanya.

    WWF mengeluarkan rapot ini untuk 130 perusahaan di Eropa. Dari 56 juta ton minyak kelapa sawit yang digunakan di seluruh dunia maka 6,9 juta ton yang dikonsumsi 130 perusahaan. Sedang penyerapan CSPO dari 130 perusahaan ini 3,3 juta ton. Total produksi CSPO saat ini mencapai 9 juta ton sehingga penyerapannya masih sangat rendah dan perlu didorong lagi.

    Dari 130 perusahaan itu dari sisi komitmen 92 perusahaan punya komitmen untuk menggunakan CSPO sepenuhnya tahun 2015; 12 perusahaan punya komitmen lain yang lebih tinggi; 26 perusahaan sama sekali tidak punya komitmen.

    Dari sisi keanggotaan di RSPO 115 perusahaan merupakan anggota RSPO atau sedang mengajukan diri jadi anggota, 93 perusahaan sudah mengajukan laporan secara rutin soal penyerapan CSPO dan 15 perusahaan bukan anggota.

    Dari segi jenis usaha 78 perusahaan merupakan industri manufaktur dan 52 perusahaan merupakan retailer. Perusahaan manufaktur yang punya komitmen tinggi dan juga beroperasi di Indonesia adalah Unilever sedang yang sangat rendah komitmennya adalan Danone. Retailer yang punya komitmen tinggi MC Donald sedang yang rendah Burger King.

    Hanya sebagian besar perusahaan ini masih membeli CSPO dengan skema book & claim, yang kalau dalam agama bisa disamakan dengan selemah-lemahnya iman, ketimbang tidak ada yang lebih baik. Harusnya karena sudah empat tahun lebih maju lagi dengan mengambil CSPO tersegregrasi, katanya. (S)

    Indochina Ingin KembangkanKelapa Sawit

  • 5 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014

    Banyak cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, diantaranya seperti daerah Kalimantan Selatan yaitu dengan

    memanfaatkan lahan kering semaksimal mungkin. Seperti apa caranya?

    H Sugian Noorbah Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Kalimantan Selatan mengakui jika pihaknya telah mengubah lahan kering menjadi lahan emas. Artinya lahan kering yang biasanya dipandang sebelah mata, kini telah dimanfaatkan semaksimal mungkin menjadi lahan yang mempunyai nilai tambah tinggi.

    Yaitu dengan melakukan integrasi. Baik itu integrasi perkebunan dengan tanaman pangan, perkebunan dengan peternakan, ataupun perkebunan dengan perikanan. Walhasil masyarakat sekitar mendapatkan nilai tambah dengan kata lain masyarakat akan mendapatkan keuntungan tidak hanya dari hasil perkebunan saja tapi juga dari hasil integrasi tersebut.

    Pasalnya seperti diketahui bahwa berdasarkan kondisi biofisik lahan (fisiografi, bentuk wilayah, lereng, iklim), dari 188,2 juta ha total daratan Indonesia, lahan yang sesuai untuk pertanian adalah seluas 100,7 juta ha, yaitu 24,5 juta ha sesuai untuk lahan basah (sawah), 25,3 juta ha sesuai untuk lahan kering tanaman semusim, dan 50,9 juta ha sesuai untuk lahan kering tanaman tahunan. Dan lahan kering tersebut sebagian besar di wilayah Kalimantan Selatan.

    Sehingga meskipun memang Kalimantan Selatan merupakan wilayah yang terkecil dibandingkan dengan daerah Kalimantan yang lainnya maka dengan melakukan integrasi ini berpotensi untuk melakukan kemandirian, jelas Sugian kepada Media Perkebunan. Integrasi Meningkatkan Kesejahteraan Petani

    Menyulap Lahan KeringMenjadi Lahan Emas

    Lebih lanjut, tambah Sugian dengan memanfaatkan banyaknya lahan kering di Kalimantan Selatan dengan melakukan integrasi maka dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Hal itu juga datang dari animo masyarakat yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mengembangkan areal perkebunan, baik kelapa sawit, karet ataupun lainnya.

    Bukti nyata yang saat ini telah dilakukan intergrasi perkebunan antara perkebuanan dengan komoditas lainnya yaitu tanaman karet dengan jagung, kelapa sawit dengan sapi, dan itu telah berhasil. Bahkan saat ini Kalimantan Selatan sedang melakukan uji coba antara tanaman kelapa kelapa sawit dengan ikan. Intergrasi tanaman kelapa sawit dengan ikan ini yaitu dengan memanfaatkan ruang atau jarak tanaman kelapa sawit yang nantinya akan diberi benih ikan.

    Pola seperti inilah yang akan kita kembangkan tapa mengorbankan ego sektoral. Ujung-ujungnya yaitu bagaimana bisa meningkatkan kesejahteraan petani lebih baik lagi, tegas Sugian.

    Lebih dari itu, Sugian berharap dengan melakukan integrasi antara tanaman perkebunan dengan tanaman pangan berarti ikut meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri yang memang menjadi program dari pemerintah. Maka dalam hal ini sektor perkebunan Kalimantan Selatan ikut menyikapi permasalahan ketahanan pangan yang juga memang menjadi masalah dunia, sebab sektor perkebunan adalah bagian dari pertanian.

    Sehingga bagaimana supaya lahan pertanian yang terbatas tapi dapat mendukung swasembada pangan. Bahkan dengan melakukan integrasi ini maka dapat memanfaatkan lahan kering secara maksimal dengan begitu juga dapat menciptakan ketahanan pangan, tutur Sugian.Bagai gayung bersambut

    Bagai gayung bersambut, yaitu apa yang telah dilakukan oleh Kadisbun disambut positif oleh Gubernur Kalimantan Selatan, H. Rudy Arifin. Pihaknya sangat mendukung program integrasi demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Walhasil, terbukti dengan melakukan integrasi antara komoditas perkebunan dengan komoditas lainnya maka masyarakat miskin di Kalimantan selatan tinggal 5% dari total masyarakat di seluruh Kalimanatn Selatan. Bahkan pemerintah saja baru bisa menekan angka kemiskinan

    H Sugian Noorbah

  • 6 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014 hingga 11% dari total penduduk di Indonesia pada tahun 2015 nanti.

    Artinya kita sudah 6% dibawah rata-rata nasional, bahkan dari 34 provinsi kita menempatkan posisi ke tiga terkecil untuk masyarakat miskin, imbuh Arifin.

    Namun, menurut Arifin hal tersebut tidak bisa terjadi begitu saja, semuanya terjadi karena kerja keras bersama termasuk para insan komoditas perkebunan, mengingat luas areal perkebunan di Kalimantan Selatan cukup besar dan yang didomominasi oleh kelapa sawit dan karet.

    Oleh karena itu, pihaknya akan mengajak untuk saling bahu membahu, dukung mendukung untuk meningkatkan komoditas perkebunan kerarah yang lebih baik lagi. Karena komoditas perkebunan telah terbukti menyerap tenaga kerja cukup yang besar sehingga bisa memberikan manfaat bagi masyarkat Kalimantan Selatan. Untuk itu pemerintah provinsi dengan pemerintah Kabupaten berkomitmen untuk mengembangkan sumber daya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat lebih baik lagi.

    Karena mengembangkan perkebunan kuncinya ada di sumber daya manusianya. Maka jika ingin mengembangkan perkebunan di Kalimantan Selatan maka harus memperhatikan pengetahunan, keterampilan, serta sikap mental kita, himbau Arifin.

    Lebih lanjut, karena mengembangkan perkebunan kuncinya adalah di sumber daya manusianya, maka janganlah menggunakan bibit palsu (tidak berkualitas). Karena hal tersebut akan berdampak kepada 25 tahun kedepan.

    Bahkan bibit sawit palsu dapat merugikan bagi masyarakat terutama bagi petani, baik petani plasma ataupun swadaya.

    Bukan hanya itu pabrik kelapa sawit (PKS) pun juga turut mendapatkan dampak kerugian jika menggunakan bibit palsu karena dengan menggunakan bibit palsu maka rendemen dari tandan buah kosong (TBS) yang diolahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan benih asli (bersertifikat), pungkas Arifin. (YIN)

    Guna mencapai target pembangunan pertanian, Kementerian Pertanian bersama-sama dengan Kementerian/Lembaga Non Kementerian lainnya,

    Pemerintah Daerah dan para stakeholder/pelaku dunia usaha pertanian telah berkomitmen untuk mendukung pencapaian target ketahanan pangan melalui rencana aksi Bukit Tinggi.

    Rencana aksi tersebut berisi berbagai kegiatan strategis yang akan diimplementasikan dengan mengoptimalkan semua sumber dana untuk pencapaian target-target ketahanan pangan tahun 2014, kata Menteri Pertanian Suswono.

    Khusus untuk mencapai swasembada gula upaya yang dilakukan adalah dengan peningkatan produktivitas melalui rawat ratoon 61.000 ha dan bongkar ratoon 8.000 ha; perluasan areal tanam seluas 237.000 ha.

    Penyediaan kebutuhan benih unggul sesuai 5 tepat melalui kebun bibit datar (KBD) seluas 2.500 ha dan penyediaan benih kultur jaringan G3 sebanyak 2,5 juta mata.

    Penyediaan bantuan peralatan untuk pengembangan tebu antara lain putus akar 168 unit; traktor sebanyak 119 unit; cane thumper 101 unit, conveyor 109 unit, cultivator sebanyak 199 unit dan pompa air sebanyak 300 unit.

    Peningkatan SDM melalui pemberdayaan petani dengan pengawalan dan pendampingan di sentra tebu sebanyak

    400 unit, peningkatan kompetensi aparatur 270 orang dan non aparatur 60 orang.

    Dukungan pembiayaan dengan mengalokasikan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi untuk pengembangan tebu rakyat seluas 104.000 ha. Peningkatan rendemen hablur menjadi 8% melalui revitalisasi pabrik gula sebanyak 42 PG. Dukungan regulasi melalui jaminan harga gula petani.

    Tahun 2014 produksi gula ditargetkan 3,1 juta ton atau naik 26,29%. Kebutuhannya sendiri diperkirakan 2.72 juta ton sehingga ada surplus 380.000 ton.

    Tahun 2013 produksi gula pasir surplus untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi rumah tangga tetapi untuk industri masih defisit sehingga seluruh kebutuhannya masih diimpor.

    Dengan taksasi produksi 2,54 juta ton maka surplus mencapai 384,3 ribu ton. Dibanding tahun 2012 maka penurunan mencapai 1,9%. Targetnya produksi gula tidak tercapai karena ketidaktersediaan tambahan lahan untuk perluasan areal tebu; revitalisasi industri gula masih belum berjalan; pembangunan pabrik gula baru hanya 1 pabrik dari target 20-25 unit. (S)

    Rencana Aksi Bukit Tinggi Untuk Gula

    @MediaPerkebunanMedia Perkebunan

    Follow Us:Kanpus Kementerian Pertanian Gedung C Lantai 5 Jl. RM Harsono No. 3 - Jakarta Selatan 12550T: 021-78846587 | F: 021-78846587E-mail: [email protected]: www.mediaperkebunan.net

  • 7 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014

    Tahun 2013 bagi RNI merupakan tahun yang memprihatinkan. Penyebabnya kebijakan gula nasional yang tidak konsisten yang membiarkan saja

    gula rafinasi menyerbu pasar tanpa ada tindakan apa-apa. Saat ini untuk tata niaga gula sudah tidak ada regulator, pelanggaran yang jelas-jelas terjadi dibiarkan, kata Ismed Hasan Putro, Direktur Utama PT RNI.

    Petani tebu dan BUMN seperti RNI sekarang benar-benar tidak berdaya menghadapi serbuan gula rafinasi ini. Akibatnya ratusan ribu petani tebu gula terancam hidupnya karena pemerintah yang sangat suka terhadap barang impor,Kondisi sekarang ibaratnya lonceng kematian bagi industri gula dalam negeri. Pemerintah lebih suka impor dengan alasan kepentingan konsumen tetapi apa perlu caranya dengan mematikan ratusan ribu petani tebu, katanya.

    Gula rafinasi sekarang masuk tanpa kuota. Demonstrasi petani tebu besar-besaran berapa waktu yang lalu tidak dianggap. Tidak ada tindakan hukum mengatasi pelanggaran yang jelas-jelas terjadi. Rembesan bisa saja dilakukan oleh industri makanan minuman yang menjual lagi jatah gula rafinasi ke pasar retail.

    Desember tahun lalu ketika musim giling selesai harga gula langsung naik. Harga lelang di RNI saat itu Rp.11.400,-/kg. Tetapi tahun ini adanya anomali iklim, menyebabkan produksi turun, ketika musim giling malah harganya turun. Harga gula di PG punya RNI di Jawa Barat Rp.8.400,-/kg sedang harga pokok produksi karena mesinnya sudah tua mencapai Rp.8.900,-/kg.

    Kita memilih untuk tidak menjual gula dulu. Kondisi ini tidak hanya terjadi di RNI saja tetapi di semua PTPN penghasil gula. Ratusan ton gula menumpuk di gudang tidak terjual, katanya.

    Kalau dijual marginnya sangat tipis bahkan bisa rugi. Tahun ini terjadi anomali iklim sehingga hujan terus turun. Akibatnya truk tidak bisa masuk ke kebun. Untuk mengeluarkan perlu menyewa kerbau atau membangun rel untuk lori jadi biayanya bertambah akibatnya biaya produksi naik.

    Menurunkan biaya produksi di PG RNI terutama yang di Jawa Barat sangat sulit karena mesinnya sudah tua. Pabrik dibangun setelah Belanda menang perang Dipogoro. Produsen mesin PG dari Jerman sekarang sudah tidak ada.Orang-orang Jerman saja heran melihat mesin kita masih bekerja, katanya.

    Petani tebu di Jabar tidak sadar mutu, tebu yang masuk ke pabrik rata-rata tidak manis bersih segar sehingga sulit diharapkan rendemen tinggi. Rendemen di pabrik hanya

    15% saja sedang 85% dibentuk di kebun. Belum lagi varietas yang digunakan sudah kadaluwarsa.

    Sekarang ribuan ton gula yang sudah dibeli 8 samurai pedagang gula menumpuk digudang-gudang baik milik pedagang maupun PTPN. Gula itu ada yang dibeli tahun lalu.

    Pemerintah harus merubah kebijakannya. Kalau tidak maka swasembada gula akan jauh panggang dari api. Petani yang merugi kapok menanam tebu dan memilih membongkar tanaman tebunya untuk diganti dengan padi dan palawija yang lebih menguntungkan. PG akan kekurangan bahan baku dan akhirnya tutup. Dengan demikian Indonesia akan tergantung pada gula impor.

    Di Kupang saat ini harga gula selundupan asal Darwin Australia yang masuk lewat Timor Timur harganya di pasar Rp. 5.000,-/kg. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol perbatasan tidak baik.

    Tahun 2015 dengan berlakunya AFTA, gula Thailand dan Vietnam sudah siap masuk. Harga Pokok Produksi di dua negara ini Rp. 3.000,-/kg dan masuk ke Indonesia maksimal harganya Rp. 6.000,-/kg. Saya sudah ditawari untuk jadi distributor oleh PG Vietnam, katanya.

    Vietnam PG nya baru semua sehingga efisien. Sebagai perbandingan karena sudah otomatisasi satu PG di Vietnam hanya mempekerjakan 100 orang sedang RNI di Cirebon

    Kinerja RNI Turun Akibat Inkonsistensi Kebijakan Pergulaan

    Ismed Hasan Putro

  • 8 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014 satu PG sampai 1.200 orang.

    Gulaku yang selama ini tidak pernah menurunkan harga sekarang ikut-ikutan menurunkan harga menjadi Rp. 11.400,-/kg. Berarti situasi pergulaan dalam negeri saat ini sudah sangat parah, karena swasta sangat mapan yang tidak pernah terkena gejolak harga sekarang juga terkena.

    Dalam situasi seperti ini maka semua PTPN yang memproduksi gula akan mengalami penurunan kinerja 30-50%. Produksi RNI tahun ini 150.000 ton sedang tahun lalu 170.000 ton. RNI masih menyimpan gula di gudang sebesar 130.000 ton dan menunggu dijual bila harga membaik.

    Kita punya anak perusahaan distribusi sehingga bisa menahan dulu untuk dijual ke pasar retail dalam bentuk kemasan. RNI juga punya Rajawali Mart yang menjual

    langsung ke konsumen, katanya.Gula RNI akan dikemas dalam bentuk kiloan.

    Kebutuhannya mencapai 60.000 ton/tahun. Sedang sisanya dijual karungan langsung ke pedagang ritel tanpa melalui pedagang besar.

    Kedepan RNI berencana akan membangun PG baru di Probolinggo. Pembangunannya akan lebih murah karena bekerjasama dengan Pabrik Kertas Leces. PG akan memanfaatkan turbin power Leces sedang Leces akan menggunakan bagas dari PG sebagai bahan baku kertas. Dengan cara ini maka investasi membagun pabrik hanya Rp. 1-1,2 triliun sedang bila ditempatkan lagi dan membangun power sendiri bisa mencapai Rp. 1,5-1,7 triliun. Tebu akan diambil dari Lamongan. (S)

    Salah satu masalah dalam industri gula di Indonesia menurut Ketua Komisi IV DPR-RI Romahurmuziy, adalah beda kepentingan instansi pemerintah. Ada

    instansi yang ingin swasembada gula dan yang tidak ingin swasembada. Masing-masing punya kewenangan sendiri-sendiri, katanya pada Hari Perkebunan ke 56 di Semarang.

    Ironisnya ditengah keinginan swasembada gula justru yang pertumbuhan paling tinggi adalah industri gula rafinasi yang bahan bakunya raw sugar impor mencapai 5% sedang gula kristal putih hanya 1,25%.

    Dengan melihat data ini saja maka benar pendapat yang menyatakan industri gula tebu akan terlibat oleh PG rafinasi. Industri gula tebu marginnya pas-pasan sedang gula rafinasi marginnya tinggi, katanya.

    Dalam situasi seperti ini maka bicara kebijakan apapun tidak ada gunanya lagi. Di Dewan Gula Indonesia yang seharusnya tempat berkumpulnya semua stakeholder gula malah sering tidak sepakat antar instansi dalam segala hal. Karena itu politisi PPP yang biasa dipanggil Romi itu minta semua pemangku kepentingan gula yang hadir di acara Hari Perkebunan untuk membuat petisi moratorium industri gula rafinasi baru. Sebab semua upaya kita meningkatkan produksi GKP akan dinihilkan bila PG rafinasi baru terus berdiri, katanya.

    Untungnya penetrasi gula rafinasi ke pasar gula konsumsi bisa agak tertahan karena ada pandangan di masyarakat gula yang agak kekuningan lebih baik ketimbang gula yang putih.

    Salah satu masalah dalam upaya meningkatkan produksi gula adalah PG yang sudah tua. Untuk itu perlu diadakan revitalisasi PG tua ini. Masalahnya sampai sekarang sepertinya PTPN sebagai pemilik PG tidak punya cukup dana untuk revitalisasi. Opsi yang bisa diambil adalah swastanisasi. Swasta masuk dengan membawa kapital tetapi tidak meniadakan kepemilikan negara hanya mendilusi

    Ketua Komisi IV DPR: Moratorium PG Rafinasi Baru

    sahamnya saja, katanya. Contohnya Industri Gula Nusantara di Cepiring Kendal

    yang berani menjamin rendemen 7,5% . PG baru di Blora yang akan beroperasi tahun 2014 juga berani menjamin rendemen sampai 8% sehingga nanti PG PTPN disekitarnya akan kekurangan bahan baku karena semua tebu petani akan lari ke situ. Untuk bisa bersaing maka PG PTPN harus berani menjamin rendemen juga, katanya.

    PG diminta membantu penyediaan benih unggul spesifik lokasi dan penataan varietas, mengembangkan dan membina perkebunan rakyat disekitarnya. Kondisi ini membuat rendemen di kebun baik dan juga rendemen di pabrik baik.

    Hal yang penting juga dalam budidaya tebu adalah mekanisasi. Saat ini penjualan traktor roda empat di Indonesia hanya 70.000 unit/tahun sedang Thailand mencapai 300.000 unit/tahun. Hal ini menunjukkan mekanisasi di Indonesia ketinggalan.

    Itulah sebabnya kami mendukung pengadaan traktor roda empat untuk perbaikan budidaya tebu. Kami juga mendukung anggaran untuk peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim termasuk tebu sebesar Rp. 869.084.605 ribu. Sayangnya yang terserap hanya 49% di daerah karena banyak PNS tidak mau jadi pejabat pelaksana komitmen. Jadi tahun 2014 kita tidak mungkin menaikan anggaran untuk tebu, katanya.

    Penentuan HPP juga sekarang belum berdasarkan hasil riset, lebih dari selera masing-masing pemangku kepentingan. P3GI yang diharapkan jadi leader dalam kemajuan industri gula juga sekarang hidup segan mati tak mau. Padahal negara penghasil gula besar dunia seperti Brazil dan Thailand juga dulu asal bibit tebunya dari P3GI.

    Untuk menghidupkan lagi Komisi IV sudah minta program bongkar ratoon dilaksanakan dengan kemitraan

  • 9 e-media perkebunan | www.mediaperkebunan.netVol. Perdana No. 1 Edisi 6 - 18 Januari 2014 P3GI. Dana tidak masalah karena bank lebih suka mendanai petani tebu ketimbang petani tanaman pangan misalnya.

    Sebenarnya Indonesia punya cukup anggaran untuk mencapai swasembada gula. Masalahnya anggaran itu sudah tersander untuk subsidi BBM, membayar bunga kewajiban rekapitulasi perbankan, 20% disisihkan untuk pendidikan, 5% untuk kesehatan, 1% PDB atau 5% anggaran untuk alsintan, sehingga anggaran yang tersisa tinggal 40% saja. Inilah yang dibagi-bagikan untuk berbagai kepentingan termasuk swasembada gula.

    Kalau subsidi BBM dicabut saya yakin ada cukup dana untuk swasembada gula juga lainnya, kata Romi lagi.

    Slamet Poerwadi, Direktur Produksi PTPN IX menyatakan membandingkan swasta dengan PTPN adalah tidak adil.

    Swasta konsentrasi pada peningkatan mutu gula dan tidak dibingungkan dengan gejolak harga gula karena hamparannya rata, agroklimat cocok, praktek agronomi terbaik mudah diharapkan karena milik sendiri, tata air bisa dikelola, bila tanah kurang subur bisa ditambah bahan organik. Mekanisasi bisa diterapkan, akibatnya biaya produksi rendah. Hal ini tidak ada di PTPN karena tebu sebagian besar dari petani.

    Indonesia sulit mencapai tingkat produksi seperti jaman Belanda karena semua kaidah agronomi jaman dulu seperti batang harus penuh, diameter besar, tidak ompong, tinggi juga pembangunan got-got dalam sebagai saluran air sudah tidak ada lagi. Saat ini juga mencari tambahan lahan 10.000 ha saja PTPN sudah susah. (S)

    Majalah Media PerkebunanDapat Diperoleh Di:

    T.B. Gramedia T.B. Gunung Agung

    T.B. Kharisma

    Taman Anggrek MallCitraland MallPondok Indah MallMega Mall PluitHero Gatot SubrotoMelawaiMatramanKelapa GadingArtha GadingSunter MallPintu AirGajah MadaCinereMetropolitan Mall BekasiBintaro PlazaWTC Serpong TangerangDaan Mogot Mall

    KW 6KW 38LokasariAtrium PlazaCitralandTrisaktiBlok M PlazaSunter MallArion PlazaKelapa GadingPondok Indah MallSenayan CityDepok PlazaDepok Margo CityBSD SerpongJembatan MerahPangrango, BogorBekasiPondok Gede

    Puri MallGiant BSD SerpongPamulangCilandak MallCinere MallTomangDepok MallEkalokasari Plaza, BogorPondok GedeCibubur PlazaCijantungCibubur Junction

    Office 1

    Delta Indo BanjarmasinDede Agency, CondetJakarta Book Center, KalibataFoukner Book, Jl. Setiabudi SelatanAnak Lebah, ITC KuninganKedai Temon, Menara Mulia BasementAndrew Magazine, GlodokBursa Buku Murah, Tg. DurenYasmanto Agency, Bintaro

    Ambasador Mall

    Paperclip Stationary Store

    Lainnya

    Gajah Mada PlazaKelapa GadingMid PlazaCibuburCibubur JunctionGading SerpongTaman Anggrek

    MeruyaDepok PlazaPlaza SemanggiITC CibinongHero Padjajaran NogorEkalokasri BogorBotanic Square BogorManyar, SurabayaPlaza SurabayaJava Supermall SemarangSolo SquareLampungPurwokertoPalembangJambiBasuki Rakhmat SurabayaTrimedia Surabaya

    Pemasangan Iklan dan Berlangganan Hubungi:Tlp. : 021 - 78846587E-mail: [email protected] [email protected]

  • Cover Depan20 x 6 cmIDR 7.500.000,-

    Halaman Dalam 1/2Vertikal10 x 28 cmIDR 3.000.000,-

    Cover Depan 120 x 28 cmIDR 8.000.000,-

    Halaman Dalam 1/2Horizontal20 x 14 cmIDR 3.000.000,-

    Cover Depan 220 x 28 cmIDR 7.500.000,-

    Halaman Dalam 1/3Vertikal6 x 28 cmIDR 1.700.000,-

    Halaman Dalam20 x 28 cmIDR 5.000.000,-

    Halaman Dalam 1/410 x 14 cmIDR 1.500.000,-

    Informasi Harga Iklan

    *) Harga untuk pemasangan iklan 2 bulan atau 4 x terbit

    e

    FORMULIR IKLAN

    Nama : ...................................................................................................................................................................................................Perusahaan/instansi : ...................................................................................................................................................................................................Alamat : ................................................................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................................................................... Telp. ......................................................................................................... Faks. ............................................................E-mail : ...................................................................................................................................................................................................

    Mulai Edisi : ..................................................s/d ........................................Jenis Iklan : ....................................................................................................

    Kami bersedia memasang iklan

    Pemesan ,

    (.......................................................)Pemesan

    ................................., ............................ 20........

    Pembayaran dapat dilakukan dengan bilyet Cek/Giro/Transfer Bank Mandiri Cab. Pasar Minggu (Kanpus Deptan), An. Majalah Media Perkebunan a/c : 127.0097.027.153.

    Formulir ini mohon difaks ke 021-78846587 Atau E-mail ke [email protected]

    Baru PerpanjangYAe