22
Perspektif Vol. 11 No. 1 /Juni 2012. Hlm 01 - 22 ISSN: 1412-8004 Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 1 STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PRODUK KELAPA MASA DEPAN STRATEGIES AND IMPLEMENTATION OF DEVELOPMENT OF FUTURE COCONUT PRODUCTS ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG Balai Penelitian Tanaman Palma Indonesia Research Institute for Palma Crops Jl. Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado. Telp. (0431) 812430. Faks. (0431) 812017 e-mail: [email protected] Diterima : 6 Juni 2011; Disetujui : 21 Januari 2012 ABSTRAK Sesuai permasalahan, alternatif solusi, dan isu-isu perkelapaan nasional, serta faktor-faktor penentu pengembangan, maka untuk keberhasilan pengem- bangan produk kelapa masa depan diperlukan strategi pengembangan yang dapat diimplementasikan. Strategi pengembangan terdiri atas arah, tujuan, sasaran, prioritas, dan tahap pengembangan. Implementasinya meliputi optimalisasi usaha tani, pengembangan dan pemasaran produk. Pengem- bangan produk yang dapat dilaksanakan secara massal pada tingkat kelompok tani dan industri pada pasar lokal/domestik antara lain produk buah kelapa muda, koktail kelapa, selai kelapa, suplemen makanan bayi, minuman ringan, nata de coco, kecap air kelapa, tepung ampas kelapa, minyak kelapa murni, arang tempurung, arang briket, asap cair tempurung, kayu kelapa, dan pupuk organik limbah kelapa. Sedangkan produk yang diekspor antara lain kopra, kopra putih, minyak kelapa kasar, bungkil, kelapa parut kering, dan arang aktif. Kata kunci: Kelapa, usaha tani, industri, diversifikasi produk, kelompok tani ABSTRACT In line with problems, alternative solutions, and issues on national coconut, as well as the determinants factors on development, it is required practical strategy that can be implemented to gain success in future coconut product development. The development strategy may consist of the direction, goals, objectives, priorities, and development phases. Implementation includes the optimalization of farming, development and marketing products. Improvement of coconut products, that can be executed massively to the farmers group level and industry for local/domestic market, are young coconut products, coconut coktail, coconut jam, baby food supplements, soft drinks, nata de coco, coconut water sauce, coconut flour, virgin coconut oil, coconut shell charcoal, charcoal briquette, liquid smoke of coconut shell, coconut wood, and organic fertilizer. While the exporting goods are such as copra, white copra, raw coconut oil, coconut cake, desiccated coconut, and active charcoal. Key words: Coconut, farm business, industry, product diversification, farmers group. PENDAHULUAN Pertanaman kelapa tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia. Pada tahun 2010, luas areal pertanaman kelapa 3,7 juta ha, yang terdiri atas perkebunan rakyat (98,14%), perkebunan besar negara (0,10%), dan perkebunan besar swasta (1,73%). Pada tahun 2010, produksi kelapa (equivalent kopra) sebesar 3,26 juta ton, yang terdiri atas perkebunan rakyat sebesar 3,18 juta ton, perkebunan besar negara 2,33 ribu ton, dan perkebunan besar swasta 80,97 ribu ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Penanganan komoditas kelapa melibatkan 7 juta KK atau setara dengan 35 juta jiwa, suatu serapan tenaga kerja yang sangat besar di bidang pertanian. Namun demikian, kondisi ekonomi para petani kelapa secara umum masih mempri- hatinkan. Hasil survei Cogent (Coconut Germ- plasm Internasional) tahun 2003 menunjukkan bahwa pendapatan petani kelapa rata-rata US$ 200/th, tergolong miskin. Rendahnya produktivitas dan pendapatan petani kelapa disebabkan antara lain oleh penanganan usaha tani kelapa kurang mendapat perhatian, petani menanam bibit kelapa tanpa

Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Page 1: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Perspektif Vol. 11 No. 1 /Juni 2012. Hlm 01 - 22ISSN: 1412-8004

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 1

STRATEGI DAN IMPLEMENTASIPENGEMBANGAN PRODUK KELAPA MASA DEPAN

STRATEGIES AND IMPLEMENTATION OF DEVELOPMENT OF FUTURE COCONUT PRODUCTS

ABNER LAY dan PATRIK M. PASANGBalai Penelitian Tanaman Palma

Indonesia Research Institute for Palma CropsJl. Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado. Telp. (0431) 812430. Faks. (0431) 812017

e-mail: [email protected]

Diterima : 6 Juni 2011; Disetujui : 21 Januari 2012

ABSTRAK

Sesuai permasalahan, alternatif solusi, dan isu-isuperkelapaan nasional, serta faktor-faktor penentupengembangan, maka untuk keberhasilan pengem-bangan produk kelapa masa depan diperlukan strategipengembangan yang dapat diimplementasikan.Strategi pengembangan terdiri atas arah, tujuan,sasaran, prioritas, dan tahap pengembangan.Implementasinya meliputi optimalisasi usaha tani,pengembangan dan pemasaran produk. Pengem-bangan produk yang dapat dilaksanakan secara massalpada tingkat kelompok tani dan industri pada pasarlokal/domestik antara lain produk buah kelapa muda,koktail kelapa, selai kelapa, suplemen makanan bayi,minuman ringan, nata de coco, kecap air kelapa,tepung ampas kelapa, minyak kelapa murni, arangtempurung, arang briket, asap cair tempurung, kayukelapa, dan pupuk organik limbah kelapa. Sedangkanproduk yang diekspor antara lain kopra, kopra putih,minyak kelapa kasar, bungkil, kelapa parut kering, danarang aktif.

Kata kunci: Kelapa, usaha tani, industri, diversifikasiproduk, kelompok tani

ABSTRACT

In line with problems, alternative solutions, and issueson national coconut, as well as the determinants factorson development, it is required practical strategy thatcan be implemented to gain success in future coconutproduct development. The development strategy mayconsist of the direction, goals, objectives, priorities, anddevelopment phases. Implementation includes theoptimalization of farming, development and marketingproducts. Improvement of coconut products, that canbe executed massively to the farmers group level andindustry for local/domestic market, are young coconutproducts, coconut coktail, coconut jam, baby foodsupplements, soft drinks, nata de coco, coconut water

sauce, coconut flour, virgin coconut oil, coconut shellcharcoal, charcoal briquette, liquid smoke of coconutshell, coconut wood, and organic fertilizer. While theexporting goods are such as copra, white copra, rawcoconut oil, coconut cake, desiccated coconut, andactive charcoal.

Key words: Coconut, farm business, industry, productdiversification, farmers group.

PENDAHULUAN

Pertanaman kelapa tersebar di seluruhKepulauan Indonesia. Pada tahun 2010, luas arealpertanaman kelapa 3,7 juta ha, yang terdiri atasperkebunan rakyat (98,14%), perkebunan besarnegara (0,10%), dan perkebunan besar swasta(1,73%). Pada tahun 2010, produksi kelapa(equivalent kopra) sebesar 3,26 juta ton, yangterdiri atas perkebunan rakyat sebesar 3,18 jutaton, perkebunan besar negara 2,33 ribu ton, danperkebunan besar swasta 80,97 ribu ton(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).

Penanganan komoditas kelapa melibatkan7 juta KK atau setara dengan 35 juta jiwa, suatuserapan tenaga kerja yang sangat besar di bidangpertanian. Namun demikian, kondisi ekonomipara petani kelapa secara umum masih mempri-hatinkan. Hasil survei Cogent (Coconut Germ-plasm Internasional) tahun 2003 menunjukkanbahwa pendapatan petani kelapa rata-rata US$200/th, tergolong miskin.

Rendahnya produktivitas dan pendapatanpetani kelapa disebabkan antara lain olehpenanganan usaha tani kelapa kurang mendapatperhatian, petani menanam bibit kelapa tanpa

Page 2: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

2 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

melalui seleksi yang memadai, pertanamankelapa kurang terawat, kurang berkembangnyausaha pemanfaatan lahan di antara tanamankelapa, dan belum berkembangnya usahadiversifikasi. Sebaliknya pabrikan memperolehpendapatan yang menggembirakan, ditandaidengan semakin meluasnya wilayah usaha dananeka ragam produk yang dikembangkan,walaupun sejak tahun 1992 industri kelapamengalami kekurangan pasokan bahan bakusekitar 30-40% dari kapasitas terpasang.

Komoditas kelapa mengalami kejayaanpada periode 1960-1970an dengan produkutamanya berupa kopra. Pada masa itu, usahakopra dirasakan sebagai usaha yang sangatmenguntungkan, dan bahkan koperasi kopramerupakan salah satu koperasi yang sangatberkembang dan menjadi organisasi andalan bagipara petani kelapa. Sejak periode 1980-2010,peran kelapa sebagai sumber bahan baku minyakgoreng makin tergeser oleh komoditas kelapasawit. Periode bulan Pebruari-April 2011, hargakopra makin membaik yakni Rp. 7.500-11.000/kgdan diharapkan harga kopra Rp. 7.500/kg akanbertahan untuk jangka waktu yang lama.

Beragam upaya yang dilakukan dan telahmembuahkan hasil positif bagi perkembanganagribisnis kelapa, namun masih banyak upayalain yang perlu dilakukan ke depan, antara lainadanya industri pembibitan kelapa yang dapatmenjamin pasokan sumber bibit unggul secaramassal. Ketiadaan industri pembibitan kelapamenyebabkan para petani dan perusahaanperkebunan kelapa masih menggunakan bibitdari kebunnya sendiri yang produktivitasnyarendah. Keadaan ini mengakibatkan tingkatproduksi kelapa rendah (sekitar 1,29 tonkopra/ha/th) dibanding potensi produksi KelapaDalam Unggul yang dapat mencapai 4 tonkopra/ha/th. Selain itu, rendahnya dukunganketersediaan sarana produksi dan alatpengolahan oleh pihak-pihak terkait,penggunaan pupuk yang belum optimal,pengendalian hama dan penyakit tanaman padatingkat petani, serta belum berkembangnyakelembagaan yang mengkoordinasi danmengintegrasi subsistem produksi, pengolahan,dan pemasaran.

Pada subsistem pengolahan maupunpemasaran, industri hilir kelapa masih terbataspada produksi minyak goreng dan produkprimer seperti kopra, kelapa parut, dansebagainya. Teknologi pengolahan virgin coconutoil (VCO) yang diketahui menghasilkan produkdengan berbagai manfaat kesehatan, ternyatabelum memberikan tambahan pendapatan yangnyata bagi petani. Kondisi yang sama terjadi pulapada pengembangan minyak kelapa sebagaibahan bakar alternatif.

Pengembangan kelapa saat ini diharapkanakan memberi manfaat pada kehidupan petaniyang lebih layak, petani menjadi pelakuagribisnis kelapa, tumbuhnya semangat petaniuntuk melakukan usaha tani secara efisien. Selainitu bahan baku kontinu untuk pengolahantingkat kelompok tani/gabungan kelompok tani(Gapoktan) dan industri pengolahan dapatterpanuhi, serta kelembagaan petani dalambentuk kelompok tani/gapoktan untukmemudahkan transfer teknologi dalampengembangan usaha tani dan produk kelapadapat tumbuh dan berkembang. Pemberdayaankelembagaan perkebunan dilaksanakan melaluiwadah kelompok tani atau gabungan kelompoktani perkebunan yang memungkinkankelembagaan kelompok tani berkembang danmemberikan nilai tambah bagi kelompok tanibersama lingkungannya.

ISU PERKELAPAAN NASIONAL

Beberapa isu perkelapaan nasional, yangdidiskusikan pada Temu Bisnis Perkelapaan padaKonperensi Nasional Kelapa di Manado Tahun2010, dapat diuraikan sebagai berikut:

Petani kelapa

(a) Di desa petani membutuhkan peneliti, pakar,dan pengusaha sehingga diperlukanpembinaan langsung, dan petani perludidukung pemerintah untuk penjaminandalam pengembangan usaha tani dandiversifikasi produk kelapa.

(b) Percepatan peningkatan produktivitaskelapa memerlukan pengembangan kelapayang berumur genjah, pendek, dan produksi

Page 3: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 3

tinggi, serta kajian jarak tanam 6 x 16 m.Dalam upaya meningkatkan pendapatanpetani kelapa, sebaiknya mengusahakantanaman sela yang bernilai ekonomi danditangani secara intensif di antarapertanaman kelapa.

(c) Petani dengan kemampuan terbatas perlubersatu dalam wadah kelompok tani/gapoktan guna memperjuangkan pengem-bangan produk yang bernilai ekonomi danperbaikan harga bahan baku/produk olahanpetani. Untuk itu diperlukan pengadaanpilot plant bagi kelompok tani/gapoktan, danperlu mengamankan wilayah pengem-bangan kelapa untuk kesinambunganproduksi dan mengoptimalkan pelaksanaanprogram pengembangan.

(d) Untuk peningkatan nilai tambah kelapamelalui usaha diversifikasi, petani perludibekali teknologi pengolahan dan saranapengolahan yang disediakan olehpemerintah atau lembaga keuangan. Unitpengolahan tersebut dapat dioperasikan dandikelola kelompok tani/gapoktan, denganproduk yang dihasilkan akan menjadi bahanbaku industri kelapa atau dapat dikonsumsilangsung masyarakat.

(e) Petani diarahkan pada pengembanganpengolahan kelapa terpadu sebagai unitpercontohan, yang berlanjut padapengembangan secara massal denganproduk yang dihasilkan terstandardisasidan volume produksi memenuhi skalaekonomi, sehingga memudahkan dalampemasaran produk yang dihasilkan. Setiapdesa contoh melakukan pengolahan buahkelapa untuk menghasilkan 7 produk yakni:VCO, blondo, asap cair, arang tempurung,serat, nata de coco, dan debu sabut. Padawilayah sentra produksi kelapa minimal ada3 unit pengolahan kelapa terpadu, agar totalproduksi yang dihasilkan sebanyak 20 tonatau (satu kontainer uk. 20 ft) untuk setiap 2minggu, ongkos angkut Rp 6 jt/ kontainer,sehingga biaya pengangkutan menjadimurah, yakni Rp. 300/kg.

(f) Petani di daerah yang familiar denganpengolahan gula kelapa, harus lebih

diintensifkan dan ditingkatkan produk-tivitasnya, karena harganya cukup tinggidan dapat menunjang penyediaan bahanbaku bagi industri kecap.

(g) Penentuan harga kelapa (kopra, kelapabutiran) sebagai bahan baku industri dapatmencontohi penetapan harga kelapa sawityang ditetapkan setiap minggu. Penetapanini dilakukan atas kesepakatan antara petani,asosiasi petani, pabrikan/pengusaha danpemerintah.

Pengusaha/Pabrikan(a) Pabrikan kelapa yang mengolah produk-

produk dari buah kelapa menghadapikekurangan pasokan bahan baku (kopra dankelapa butiran) sebesar 40 % dari kapasitasterpasang, sehingga dukungan petani untukpenyediaan baku sangat diperlukan. Untukitu perlu kerjasama pabrikan dengan petaniyang saling menguntungkan yangdituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama.

(b) Kelapa rakyat tidak akan maju tanpadukungan pengusaha/pabrikan, sebaliknyapabrikan tidak akan berkembang tanpadukungan bahan baku dari petani.Sebaiknya petani bermitra denganpengusaha, dimana pengusaha bertindaksebagai bapak angkat, sehingga petani dapatberproduksi secara optimal. Produksiterserap oleh pengusaha, dan pihakpengusaha dapat menunjang penyediaansarana produksi dan peralatan pengolahan,serta harga yang disepakati bersama.Kondisi ini dapat mencontohi usahapengembangan agroindustri kelapa padaPT Riau Sakti di Pulau Guntung dan PulauSambu, Propinsi Kepulauan Riau.

(c) Untuk menunjang bahan baku kopra yangberkualitas pabrikan (PT. Mangga Dua,Jakarta) akan membantu petani denganmenyediakan copra drier, dengan ketentuanproduk yang dihasikan disuplai kepadaindustri yang bersangkutan dan alat yangdiserahkan tersebut dipelihara dengan baikoleh petani kelapa.

(d) Produk kecap sudah mendunia. Produsenkecap, seperti PT. Heuse ABC, mengalami

Page 4: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

4 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

kekurangan bahan baku gula kelapa. Untukjangka pendek perlu pengembangan gulakelapa di sentra produksi kelapa, terutama diPulau Jawa dan Sumatera.

Pemerintah dan Lembaga Penelitian(a) Program pengembangan kelapa yang disusun

Litbang Pertanian dan Ditjen Perkebunansudah bagus, namun dalam aplikasinyakurang berkoordinasi dengan pihak-pihakterkait. Untuk itu, diperlukan political willdan adanya micro finance approach dalampengembangan kelapa.

(b) Pengembangan kelapa dapat dibagi dalamdua kelompok, kelompok pertama daerahdengan sarana transportasi yang memadaiuntuk peningkatan nilai tambah dalambentuk pengolahan kelapa terpadu.Kelompok kedua, pada daerah terpencilmemanfaatkan produksi kelapa untukmenghasilkan energi, sehingga diperlukanadanya kilang coco diesel (coco diesel plant )untuk menghasilkan bahan bakar baginelayan. Dengan demikian petani kelapa dannelayan saling membantu satu sama yanglain.

(c) Diperlukan bantuan pemerintah untukmenata satu daerah sebagai sentra produksikelapa, agar petani kelapa bersatu danmenjadi kuat, sehingga mampu mandiri, dandicari areal yang sesuai untuk pengem-bangan Pilot Plant Industri Hilir atau HilirisasiIndustri Perkelapaan di pedesaan. Diperlukanpembinaan yang efektif dan kontinu terkaitdengan proses adopsi teknologi, dan kemi-traan yang dilaksanakan melalui KemitraanSimbiotis dengan kontrol pemerintah.

(d) Ditjen Perkebunan, merencanakan perema-jaan tanaman kelapa seluas 32.000 ha atau6,4% dari total areal yang akan diremajakan,yakni 500.000 ha. Presentase luas arealperemajaan yang kecil dan tidak nyata jikadikaitkan dengan makin bertambahnyaumur tanaman dan penebangan kelapa tua.Sebaiknya peremajaan dengan presentaseminimal 10%/th atau 50.000 ha/th,memerlukan penyediaan benih unggulsebanyak 12,5 juta butir/th, yang

pengadaannya melalaui industri pembibitankelapa.

(e) Benih unggul kelapa yang dapat disediakanoleh Balai Penelitian Tanaman Kelapa danPalma Lain (Balitka) sebanyak 1,3 jutabutir/th dan Blok Penghasil Tinggi (BPT)seluas 650 ha dengan produksi 5,2 jutabutir/th atau total benih unggul sebesar 6,5juta butir/th, sehingga masih diperlukantambahan benih unggul 6,0 juta butir/th.Tambahan benih unggul dapat diperolehmelalui pengadaan BPT seluas 750 ha. Untukmengatasi pengadaan bibit unggul sebanyakini, Balitka/Puslitbangbun perlu bekerjasamadengan Pemda/Disbun Daerah dan DitjenPerkebunan Kementerian Pertanian.

FAKTOR PENENTU PENGEMBANGAN

Petani dan Kelembagaan

Pemberdayaan petani adalah sebagaiupaya untuk membangkitkan potensi sertakemampuan petani ke arah peningkatanproduktivitas dan efisiensi secara berkelanjutan.Sasarannya adalah memberikan motivasi danmembangkitkan kepercayaan masyarakat padakemampuan sendiri. Keterbatasan kompetensiyang dimiliki petani (pendidikan, ketrampilan,dan wawasan) serta keterbatasan lahan dan danamenjadi faktor utama, yang harus dipertim-bangkan dalam pemberdayaan petani.

Menurut Suryonotonegoro (2002) pember-dayaan petani dapat dilakukan dalam dua tahap,yakni tahap pemulihan dan tahap pengem-bangan. Tahap pemulihan dimaksudkan untukmendidik dan mendorong motivasi petani dalammeningkatkan produktivitas dan efisiensipengolahan. Tahap pengembangan diarahkanuntuk mengembangkan usaha tani, agroindustri,dan kelembagaan ekonomi. Pada tahap inidiharapkan petani mampu mengembangkankelembagaan ekonomi yang mandiri.

Kelembagaan petani perlu dibangundengan tujuan untuk memberikan pelayanankepada petani-petani anggotanya, serta melobipemerintah dalam hal kepentingan pengem-bangan usaha pertanian. Melalui lembagapertanian diharapkan dapat tercipta komunikasi,

Page 5: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 5

sehingga petani dapat menyalurkan aspirasi dankepentingan dengan lebih baik, dan hendaknyalembaga/wadah ini dibangun atas inisiatif petani,sedangkan pemerintah dan instansi terkaitberperan dalam memfasilitasinya.

Teknologi Pengolahan

Teknologi pengolahan hasil pertanianmenjadi produk agroindustri ditujukan untukmeningkatkan nilai tambah komoditas. Teknologiuntuk agroindustri merupakan pengubahankimia, biokimia, dan/atau fisik pada hasilpertanian menjadi produk dengan nilai ekonomiyang lebih tinggi. Produk agroindustri ini dapatmerupakan produk akhir yang siap digunakanoleh manusia, ataupun produk yang merupakanbahan baku industri lain.

Penyediaan alat-alat pengolahan perludiupayakan terutama untuk skala kecil-menengah, dengan teknologi inovatif yangdiproduksi dalam negeri dan kinerja yangmemadai. Memproduksi alat dan mesinpertanian di dalam negeri dapat menghematdevisa dan juga membuka lapangan kerja disektor manufaktur. Pengembangan agro-industribukanlah sekedar membangun industri dipedesaan, melainkan menumbuhkan budayaindustri, yang dicirikan dengan disiplin, orientasiusaha pada benefit, efisiensi sumber daya danwaktu, kreatif terhadap adopsi teknologi danpasar.

Teknologi pengolahan dapat dibagi tigatingkatan yaitu tradisional, inovatif, dan maju.Teknologi tradisional yang sudah lama dikenalmasyarakat pedesaan, perlu diperbaiki denganmengoptimalkan operasi dan memperbesarkapasitas olah. Teknologi inovatif adalahpengembangan teknologi yang sudah ada untukmemenangkan persaingan dengan merancangperubahan dan penyempurnaan sistem prosessehingga biaya produksi lebih murah dan waktuproses lebih singkat. Teknologi maju adalahteknologi proses untuk menghantarkan per-usahaan menjadi market leader, menghasilkanproduk baru, baik menurut kualitas maupunspesifikasinya dan dibutuhkan pasar sehinggaperlu dukungan riset secara terus menerus agar

posisi market leader tetap terpelihara (Irawadi,2000).

Umumnya teknologi pengolahan kelapatradisional dijumpai pada pengolahan skalakecil/usaha pengrajin, contoh pengasapan kopra,pengolahan minyak klentik secara manual danpengarangan tempurung menggunakan lubangtanah tanpa betonisasi. Teknologi inovatifdijumpai pada pengolahan skala menengahdengan sistem proses sebagian secara mekanis,yakni pengolahan minyak kelapa semi mekanisdan pengolahan minyak kelapa murni atau virgincoconut oil. Sedangkan teknologi maju dijumpaipada pengolahan skala besar, seperti industripengolahan minyak kelapa kasar (CCO), minyakgoreng yang dipurifikasi, kelapa parut kering,dan karbon aktif.

Modal/Investasi

Modal atau investasi merupakan faktorpembatas bagi petani/pengolah dalampengembangan usahanya. Pemerintah telahmengambil inisiatif melalui peluncuran SkimKredit Agribisnis dengan suku bunga 4 % untukalat dan mesin perkebunan bentuk usahaindividu atau kelompok/koperasi. Sarana danprasarana pertanian, termasuk alat dan mesinpertanian serta pembinanan yang kontinu,sangat perlu mendapat dukungan yang memadaidari pemerintah.

Pada tahap awal, pengembangan agro-industri kelapa tidak memungkinkan dilakukansendiri oleh petani/kelompok tani, melainkanmemerlukan dukungan dari berbagai pihakterkait, terutama pemerintah daerah. Dalam halini, pemerintah daerah/instansi teknis danlembaga keuangan mempunyai peran yangsangat menentukan. Seirama dengan upayapengembangan ini, pihak pabrikan perlumelakukan penyesuaian agar mampu menyerapproduk primer yang dihasilkan petani, sehinggapengembangan akan berlangsung secara sinergi,berkelanjutan, dan menguntungkan semua pihak.

Pengembangan Produk

Pemanfaatan kelapa oleh petani kebanyak-an hanya sebatas penjualan kelapa butiran dan

Page 6: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

6 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

hasil olahan dan pada umumnya berupa kopradan minyak klentik. Usaha atau industri yangmengembangkan produk hilir kelapa yangbernilai ekonomi cukup tinggi sudah mulaidilakukan, namun masih sangat sedikit danbelum mampu memanfaatkan sumber dayakelapa, sehingga belum dapat meningkatkanpendapatan petani atau usaha kecil.

Potensi dan peluang pengembanganberbagai produk kelapa yang bernilai ekonomitinggi sangat besar. Potensi kelapa yang sangatbesar tersebut hendaknya dapat dimanfaatkandengan sebesar-besarnya untuk kesejahteraanrakyat. Petani kelapa hendaknya diberikesempatan untuk menikmati hasil yang lebihbaik. Pengusaha di sektor hilir didorong untukberkembang dengan menyediakan berbagaisarana/prasarana, fasilitas pembiayaan, aturanyang mendukung, serta berbagai upaya untukmembuka peluang pasar. Alternatif produk yangdapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil,kelapa parut kering, coconut milk, arang, karbonaktif, gula kelapa, serat sabut dan kayu kelapa(MAPI, 2006).

Efektifnya pembinaan dan pengendaliankegiatan pengembangan membutuhkan wadahpermanen yakni kelompok tani dengan unitpengolahannya. Peran petani menyediakanbahan baku, mengolah dan memasarkan produkyang dihasilkan, dengan bimbingan teknis danmanajemen usaha dari instansi teknis, sehinggapetani termotivasi mengembangkan usahadengan pola pikir bisnis-komersial.

Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) bahwapengembangan dikatakan sukses apabila produkyang dihasilkan dapat dijual dengan memperolehlaba. Lima dimensi spesifik yang berhubungandengan laba dan digunakan untuk menilaikinerja usaha pengembangan produk, yakni (a)kualitas produk; menentukan berapa besar hargayang ingin dibayar pelanggan, (b) biaya produk;menentukan berapa besar laba yang akandihasilkan oleh unit usaha pada volumepenjualan dan harga penjualan tertentu, (c)waktu pengembangan; akan menentukankemampuan dalam berkompetisi, perubahanteknologi, dan kecepatan menerimapengembalian ekonomis dari usaha yang

dilakukan, (d) biaya pengembangan; merupakankomponen yang penting dari investasi untukmencapai profit, dan (e) kapasitaspengembangan; merupakan asetmengembangkan produk lebih efektif danekonomis di masa yang akan datang.

Industri pengolahan berbahan baku kelapadi Indonesia masih didominasi oleh industriprimer seperti minyak kelapa, arang tempurung,dan sabut kelapa, yang hasilnya untukmemenuhi kebutuhan industri lanjutan.Meskipun pasarnya cukup terbuka, industripemanfaatan kayu kelapa untuk meubel danbahan bangunan rumah masih sangat terbatas.Industri kerajinan/barang souvenir daritempurung dan kayu kelapa umumnyaberkembang sebagai industri kecil/rumah tangga.

Produk yang dihasilkan di tingkat petani,masih tetap berupa kelapa butiran, kopra, gulakelapa, dan minyak klentik. Kondisi pengolahanyang demikian menyebabkan nilai tambah yangdiperoleh tidak maksimal dan tidak memberipeluang petani untuk ikut menikmati nilaitambah yang tercipta dalam proses pengolahankelapa.

Industri produk kelapa yang mengalamipeningkatan dalam jumlah unit dan produksiadalah industri pengolahan kelapa parut kering(desiccated coconut), sedangkan industripengolahan minyak kelapa kopra dan minyakgoreng relatif stabil. Industri yang mengolahhasil ikutan berupa bungkil untuk pakan ternak,serat dan debu sabut, nata de coco, arang aktif,dan industri meubel kayu kelapa belum optimaldibanding dengan bahan baku yang tersedia.

Industri kelapa yang sudah ada perludipertahankan dan dikembangkan, sedangkanindustri kelapa yang belum optimal patutmendapat perhatian yang serius dari semuapihak terkait untuk ditingkatkan kapasitas olahdan perluasan pasar, agar potensi bahan bakuyang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimaluntuk menunjang peningkatan nilai tambahkomoditas kelapa, peningkatan nilai ekspor danperbaikan pendapatan masyarakat perkelapaan.

Pengembangan industri pengolahanmerupakan prasyarat dalam meningkatkan nilai

Page 7: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 7

tambah dan daya saing perkelapaan nasional.Untuk itu diperlukan dukungan kebijakansebagai berikut : (a) penyederhanaan birokrasiperizinan usaha dan investasi di bidang industripengolahan produk pada berbagai tingkatan danskala usaha, (b) pembukaan akses pembiayaandengan pemberian skim kredit khusus untukpengembangan industri dengan berbagai skalausaha, (c) promosi pengembangan pengolahanhasil kelapa terpadu guna meningkatkanperolehan nilai tambah, dan (d) peningkatankegiatan penelitian dan pengembangankomoditas kelapa dalam pengolahan danpemasaran.

Pasar dan Pengendalian Harga

Neraca ekspor komoditas kelapa selangtahun 2005-2009 mengalami peningkatan dari US$ 509,7 menjadi 856,7 juta (rata-rata 22,3 %/th).Keadaan ini menunjukkan bahwa produksikelapa masyarakat telah memberikan konstribusibagi penerimaan devisa negara yang dapatdiandalkan (Direktorat Jenderal Perkebunan,2010).

Pada Temu Bisnis Perkelapaan KonperensiNasional Kelapa VII di Manado Tahun 2010,bahwa penentuan harga kelapa (kopra, kelapabutiran) sebagai bahan baku industri dapatmencontohi penetapan harga kelapa sawit.Penetapan ini dilakukan atas kesepakatan antarapetani, asosiasi petani, pabrikan/pengusaha, danpemerintah. Secara historis harga kopra sejaktahun 1950-1967 adalah 1 kg kopra setara dengan1 kg beras Nilon atau Milled Rice Long Grain(sekarang sama dengan beras Super Win), yangharganya Rp 7500-8000/kg.

Pengendalian harga produk perkebunan,seperti produk kelapa oleh pemerintah, yakni jikaharga jatuh pemerintah mengatasinya denganAPBN dan Subsidi. Kebijaksanaan ini telahdilakukan negara tetangga dalam mengatasipermasalahan harga produk perkebunan, antaralain karet di Malaysia dan kopi di Thailand, yangberdampak Malaysia dan Thailand menguasaipasar ekspor produk perkebunan unggulan(Uno, 2008).

STRATEGI PENGEMBANGANKELAPA

Arah dan Tujuan Pengembangan

Arah kebijakan umum pembangunanperkebunan adalah mensinergi seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatandaya saing usaha, nilai tambah, produktivitasdan mutu produk melalui partisipasi aktifmasyarakat perkebunan, dan penerapanorganisasi modern yang berlandaskan pada ilmupengetahuan dan teknologi serta didukungdengan tata kelola pemerintahan yang baik(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).

Berdasarkan arah kebijakan di atas,pengembangan komoditas kelapa diarahkanpada peningkatan produktivitas melaluipenggunaan bibit unggul dan pengelolaan usahatani yang efisien, pengembangan produk kelapayang bernilai ekonomi dengan mutu yang sesuaipermintaan pasar, pemberdayaan kelompok taniatau gapoktan yang bermitra dengan industrikelapa/eksportir, bantuan teknis pembinaan danpembiayaan bagi gapoktan dari instansi terkaityang terprogram dan berkelanjutan.

Tujuan pengembangan kelapa adalahpeningkatan pendapatan petani kelapa dan nilaitambah komoditas melalui peningkatan efisiensipemanfaatan potensi lahan dan potensi genetikkelapa untuk menghasilkan produktivitas yangtinggi dan mengolah produk-produk teknologiinovatif yang menghasilkan produk bernilaiekonomi cukup tinggi dan mempunyai pasaranluas.

Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan kelapa adalahpeningkatan pendapatan petani lebih dari Rp. 24juta/ha/th/KK. Peningkatan pendapatan ini dapatdicapai dengan beberapa cara:

(a) Peningkatan produktivitas kelapa minimal2,0 t/ha/th.

(b) Introduksi bibit unggul pada peremajaankelapa sebesar 50.000 ha/th atau 10% dariareal kelapa yang akan diremajakan.

Page 8: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

8 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

(c) Pemanfaatan areal di antara kelapa dengantanaman sela yang bernilai ekonomi danmempunyai pasaran luas.

(d) Penyediaan sarana produksi dan alatpengolahan yang penanganannya olehkelompok tani/gapoktan untuk optimalisasiusaha tani dan pengembangan produk.

Prioritas Pengembangan

Berdasarkan pertimbangan potensi lahandan nilai produk, maka prioritas pengembangansebagai berikut:

(a) Pola usaha tani; dalam bentuk usahapolikultur, yakni campuran tanaman kelapadengan tanaman sela dan ternak. Tanamansela dan ternak yang diusahakan tidakmengganggu pertumbuhan kelapa,kombinasi yang dapat digunakan antara lainpisang, ubi kayu, kacang tanah, jagung,kemangi dll.

(b) Pengembangan produk didasarkan padakondisi wilayah, yakni perkotaan danketersediaan sarana transportasi, denganprioritas pada pengembangan produk kelapasegar antara lain santan, minuman air kelapasegar, minuman air kelapa, dan koktailkelapa muda. Sedangkan untuk wilayahpesisir, yang letaknya jauh dari perkotaandan terbatas sarana transportasi, diarahkanpada pengembangan kopra, arang, asap cair,dan serat sabut kelapa.

(c) Inovasi teknologi; Teknologi tradisional,yang sudah lama dikenal masyarakatpedesaan, perlu diperbaiki denganmengoptimalkan operasi dan memperbesarkapasitas olah. Teknologi inovatif adalahpengembangan teknologi yang sudah adauntuk penyempurnaan sistem proses,sehingga biaya produksi lebih murah danwaktu proses lebih singkat. Teknologiinovatif dijumpai pada pengolahan skalamenengah dengan sistem proses sebagiansecara mekanis, yakni pengolahan minyakkelapa semi mekanis dan pengolahan minyakkelapa murni atau virgin coconut oil (VCO).Teknologi maju adalah teknologi prosesuntuk menghantarkan perusahaan menjadi

market leader dan produk yang dihasilkanmerupakan produk baru, baik menurutkualitas maupun spesifikasinya dandibutuhkan pasar, sehingga memerlukandukungan riset secara terus menerus agarposisi market leader tetap terpelihara.Teknologi maju dijumpai pada pengolahanskala besar, seperti industri pengolahanminyak kelapa kasar (CCO), minyak gorengyang dipurifikasi, kelapa parut kering,karbon aktif, dan penyeratan sabut. Padapengembangan produk kelapa, teknologiharus diadopsi dan dilaksanakan denganbaik, kontinu, dan konsisten baik pada skalagapoktan, UKM, dan industri. Patutmencotohi negara-negara penghasil kelapaseperti Filipina, Sri Lanka, dan India, yangmemiliki pengalaman panjang di masa laludan telah berhasil mengembangkan industrikelapa melalui diversifikasi selama duadekade (Tillekeratne et al., 2001). Tantangansekarang bagaimana cara mengembangkandan mengaplikasikan teknologi dalam satuwadah yang terorganisir dengan baik,terutama pada kelompok tani/gapoktan.

(d) Kelembagaan dan pembinaan petani;Peningkatan kelembagaan meliputipembentukan dan pemberdayaan organisasiyang selama ini telah ada di lingkunganpetani. Petani diharapkan mampumeningkatkan posisi tawar, meningkatkanakses terhadap teknologi, informasi danpembiayaan, pengelolaan usaha danmeningkatkan pemasaran melalui jalinankerjasama antara unit pengolahan danpemasaran. Keberhasilan Filipina, India, danSri Lanka dalam pengembangan sumberdaya kelapa, karena penanganan dilakukansecara sungguh-sungguh dan melembagamelalui suatu Badan Otoritas Komoditas,yakni Filipina dengan Phillipine CoconutAuthority (PCA), India dengan Indian CoconutBoard (ICB) dan Sri Lanka dengan Sri LankaCoconut Authority.

(e) Pembinaan dan pelatihan; diberikan kepadapetani dan industri pengolah, untuk dapatmenghasilkan produk yang dibutuhkan olehpasar. Dalam rangka meningkatkan

Page 9: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 9

penguasaan teknologi dan melahirkaninovasi baru, baik dalam hal teknologimaupun diversifikasi produk, perludilakukan kerja sama yang lebih aktif denganlembaga-lembaga penelitian.

(f) Pengembangan pasar; Perlu identifikasi dankajian pasar untuk mengetahui karakteristikpasar dan jenis produk kelapa yang disukaiatau diperlukan konsumen. Identifikasi dila-kukan untuk melihat peluang pasarmenyerap produk-produk kelapa yangdihasilkan. Untuk pasar dalam negeri, berapabanyak industri atau usaha yang meng-gunakan atau berpeluang menggunakanproduk kelapa, jenis dan volume peng-gunaan per tahun, dan ada tidaknya produksubstitusi.

(g) Pembiayaan; Pembiayaan masih merupakankendala dalam pengembangan usaha kecildan menengah (UKM). Kendala pembiayaanyang dihadapi dapat berupa kurangpercayanya lembaga pembiayaan terhadapusaha yang dijalankan maupun kendalakemampuan akses dari UKM terhadaplembaga pembiayaan yang ada, karena faktorkesulitan prosedur ataupun persyaratan yangharus dipenuhi. Oleh karena itu UKMmemerlukan upaya fasilitasi ke sumber-sumber pembiayaan. Fasilitasi pembiayaanantara lain pembiayaan usaha untuk kegiatanperkebunan, industri pengolahan, usahaperdagangan dan ekspor, pembiayaan untukpembinaan kelembagaan dan usaha,pembiayaan untuk penelitian danpengembangan produk. Pola pembiayaandapat berupa hibah, bantuan teknis ataupinjaman lunak. Sumber-sumber pembiayaanberasal dari dana pemerintah alokasi APBN/APBD, pemanfaatan dana pembinaan darikeuntungan BUMN, kredit komersial, bank,dan lembaga keuangan lainnya.

Tahap Pengembangan

Jangka pendek (1-3 tahun)

(a) Perusahaan kelapa/pabrikan perlu meng-alokasikan dana sosial dan pengembanganwilayah kerja yang cukup memadai untuk

menunjang usaha pengembangan kelapa danpengolahan, sehingga secara langsung ber-manfaat bagi petani kelapa.

(b) Pemerintah bersama asosiasi kelapa, perlumenetapkan harga dasar untuk keamananharga kopra. Penetapan harga dasardilakukan secara ekonomi dengan memper-timbangkan: pendapatan kopra per hektar,biaya investasi kelapa sebelum dan sesudahberproduksi, biaya pengolahan dan pajak,dengan indikasi nilai BCR (12 %) >1; InternalRate of Return (IRR) > 12 % dan Net PresentValue (NPV 12 %) > 0. Tahun 1950-1967, 1 kgkopra setara dengan 1 kg beras Nilon (MilledRice Long Grain) yang sekarang sama denganSuper Win dengan harga Rp 7.500-8.000/kg.

Jangka Menengah (4-6 tahun)

(a) Perlu dilakukan peremajaan dan rehabilitasitanaman kelapa yang sudah tua/rusak dankurang produktif. Percepatan program inidapat dilakukan bekerja sama denganindustri pengolahan kayu kelapa, danpengendalian penyakit Busuk Pucuk denganmenggunakan teknologi yang tepat, efektif,dan efisien melalui pendayagunaan potensilembaga penelitian.

(b) Pemberdayaan secara optimal lahan dibawah pohon kelapa dengan berbagaitanaman semusim yang bernilai ekonomi danmempunyai pasaran luas terutama pasarlokal. Mengurangi adanya potongan hargakopra akibat kadar air kopra yang tinggi.Perbaikan mutu kopra dilakukan petani, agarbiaya yang menjadi beban pabrikan dapatditerima petani dalam bentuk harga koprayang cukup tinggi.

(c) Penanganan produk yang dihasilkan, baikkopra maupun produk dari tanaman sela,harus didasarkan pada efisiensi, efektivitas,kualitas, dan fleksibilitas. Peningkatanefisiensi memerlukan biaya rendah.Efektivitas meliputi kemampuan pelayananpemasaran dan teknis penanganan produksi.Kualitas berkaitan dengan penyediaanproduk yang memenuhi persyaratan

Page 10: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

10 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

konsumen. Fleksibilitas mencakupkemampuan adaptasi terhadap perubahanharga dan penyediaan produk berkualitas.

Jangka panjang (7-10 tahun)

(a) Secara bertahap dan massal mengubah copraproduct oriented (orientasi produk kopra) kearah coconut products diversification oriented(produk diversikasi kelapa) membutuhkanprogram yang sistematis dengan dukungandana dan fasilitas alat pengolahan kopra/produk kelapa lainnya serta pengendalianpasar yang memadai.

(b) Pelaksanaan kegiatan jangka panjangmembutuhkan keterpaduan tindak darisemua pihak terkait dan diperjuangkandengan sungguh-sungguh, sebagaimanadilakukan oleh negara-negara penghasilkelapa yang telah berhasil, seperti Filipinadan Sri Lanka (Tillekeratne et al., 2001).

(c) Pemerintah Pusat (melalui KementerianPertanian) dan Daerah harus berkomitmenyang tinggi untuk membantu petani melaluikredit perbankan dengan bunga murah dansubsidi, dalam bentuk penyediaan saranaproduksi, alat/mesin pengolahan, dan modalkerja usaha tani dan pengolahan hasil.

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN

Optimalisasi Usaha tani

Optimalisasi kegiatan perkebunan; sebagaitahap awal, pengembangan kelapa dimulai daridaerah sebagai sentra produksi kelapa. Upayayang dilakukan antara lain : penyediaan bibit danpembentukan pusat bibit lokal, perbaikan budidaya, pengamanan penyediaan sarana produksipertanian, penyediaan alsintan, dan distribusiproduk. Pola usaha tani kelapa monokulturkurang menguntungkan petani. Karena itudiharapkan dikembangkan pola polikultur, yangpopuler dengan usaha diversifikasi horizontal,yakni penganekaragaman tanaman dan ternak diantara kelapa, untuk meningkatkan efisiensipemanfaatan lahan kelapa.

Pengembangan usaha tani diarahkan untukmeningkatkan produktivitas kelapa melaluipenggunaan bibit unggul dan efisiensipemanfaatan lahan dengan tanaman sela yangbernilai ekonomi. Pengusahaan kelapa secaramonokultur berdampak pada petani menjadipasif dalam mengelola usaha taninya yangditandai dengan pertanaman kelapa tidakterpelihara, produktivitas rendah yangberdampak pada rendahnya pendapatan petani.

Tanaman sela pada usaha tani kelapa,selain menaikkan produksi kelapa jugameningkatkan efisiensi pemakaian tenaga kerjadan input usaha tani. Secara keseluruhanproduktivitas usaha tani polikultur lebih tinggidan akan memberikan efek sinergisme terhadaptanaman sehingga pertumbuhan dan produksimenjadi lebih tinggi.

Diperkirakan sekitar 75-80% lahan di antarakelapa yang belum dimanfaatkan. Perakarankelapa aktif pada radius 150-180 cm dari pangkalpohon. Hal tersebut memungkinkan untukpelaksanaan diversifikasi usaha tani kelapadengan tanaman sela. Beberapa jenis tanamansela yang dapat diusahakan di bawah pohonkelapa seperti jagung, ubi kayu, nenas, pisang,jahe, jeruk, padi ladang, dan kacang tanah(Tarigans, 2000).

Pengalaman PT. Sambu Group yangmelaksanakan program PIR-TRANS, penanamannenas secara tumpangsari dengan kelapa dapatmeningkatkan pendapatan petani 2-3 kali lipatdibandingkan usaha monokultur. Pengusahaantanaman sela di antara kelapa dapatmeningkatkan jumlah buah dan keuntungandibanding pola tanam monokultur (Fachry, 1997).Di Filipina, pengusahaan pisang di antaratanaman perkebunan dapat menghasilkanintensitas penggunaan lahan 165,9%, danmeningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerjadan pendapatan petani (Magat, 1999).

Studi di Minahasa Utara Propinsi SulawesiUtara tahun 2010 terhadap kelompok tani, yangmengusahakan ubi kayu dan pisang di antarakelapa, menunjukkan bahwa:(a) Penanganan kelapa sebagian besar menerap-

kan pola usaha monokultur, pemeliharaan

Page 11: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 11

kurang mendapat perhatian, ditandaipembersihan kebun setahun sekali, dandilakukan pembersihan sekitar pertanamankelapa pada saat panen. Pengolahan tanah,pemupukan, dan pemberantasan hama danpenyakit kelapa jarang dilakukan. Produk-tivitas kelapa sangat beragam, yakni 7.000-10.000 butir kelapa kupas/ha/th atau setaradengan kopra 1,5-2,0 t/ha/th.

(b) Produk kelapa dipasarkan dalam bentukkelapa kupas untuk lokasi kebun yangberdekatan dengan jalan. Untuk lokasi yangjauh dari jalan dan kondisi jalan kurangmemadai produk kelapa diolah menjadikopra. Sabut dan tempurung kelapadigunakan sebagai bahan bakar padapengeringan kopra. Pengolahan sabutmenjadi serat, tempurung menjadi arang, danair kelapa menjadi nata de coco terbatasdilakukan.

(c) Pemeliharaan pisang sebagai tanamancampuran dengan kelapa hanya dilakukanmelalui pembabatan gulma sekitar tanamandan penjarangan anakan pisang yangberlebihan. Anakan pisang yang disisakansebanyak 4-5 anakan. Masa panen pisangjenis raja, ambon, sepatu, gapi, dan gorohomembutuhkan waktu 18-20 bulan. Panenawal sebanyak satu tandan/pohon, periodepanen kedua dan berikutnya 2 tandan/rumpun, dan periode panen ketiga danseterusnya 2-3 tandan/rumpun. Periodepanen ketiga dan seterusnya ukuran tandandan buah mengecil, dan kadang-kadang sulituntuk dipasarkan.

(d) Pengusahaan ubi kayu sebagai tanamancampuran dengan kelapa, terutama padakelapa tua yang populasinya berkisar 70-80pohon/ha. Pemeliharaan tanaman cukupintensif terutama pada pengolahan tanah,pembumbunan pohon, penyiangan,pemupukan, dan pemberantasan hamapenyakit tidak dilakukan. Ubi kayu ditanamdengan jarak 1 x 1 m dan areal untukpenanaman ubi kayu sekitar 2,5-3,0 m daripangkal pohon kelapa. Luas arealpertanaman ubi kayu berkisar 0,6 ha atau6.000 bumbun/ha dan tiap bumbun ditanami

dua stek. Produksi rata-rata 1,5 kg/pohon (18t/ha) dalam waktu 8 bulan. Penanamandilakukan dua kali tanpa pemupukan. Untukmemperbaiki kesuburan, tanah diberokanselama 1-2 tahun.

(e) Petani mengetahui bahwa pemupukan akandapat meningkatkan kesuburan tanah danproduksi kelapa. Akan tetapi petani tidakmelakukannya, dengan alasan bahwa pupukanorganik (seperti Urea, TSP, KCl, dll),membutuhkan biaya yang tinggi dantambahan tenaga kerja untukmelaksanakannya. Penggunaan pupukorganik seperti kompos dengan sumberbahan organik dari kebun petani, belummemasyarakat.

(f) Harga kelapa dan produk kelapa yangberlaku pada bulan Agustus 2010, sebagaiberikut: Kelapa butiran (buah tanpa sabut)Rp. 900/kg, Kopra putih Rp. 5.500/kg, Koprahari-hari Rp. 5.000/kg, Serat sabut Rp.3.000/kg, Debu sabut Rp. 2.500/kg, Nata decoco lembaran Rp. 2.500/kg, dan Arangtempurung Rp. 3.000/kg. Pada pengolahankopra, sebagian besar sabut kelapadigunakan sebagai bahan bakar untukpengeringan kopra, sehingga dalamdiversifikasi di tingkat petani hanyamenghasilkan produk kopra dan arangtempurung. Produksi sebanyak 1,5 ton koprasetara dengan 7.500 butir kelapa dan 2,0 tonkopra setara dengan 10.000 butir kelapa.

(g) Pendapatan petani; (a) Pengusahaan kelapa,(produktivitas kelapa 2,0 t/ha/th) dengantanaman pisang menghasilkan produk kopra+ arang tempurung + pisang dan pendapatanpetani sebesar Rp 26.920.000/ha/th, dan (b)Pengusahaan kelapa (produktivitas kelapa2,0 t/ha/th) dengan ubi kayu menghasilkanproduk kopra + arang tempurung + ubi kayudan pendapatan petani sebesar Rp24.760.000/ ha/th. Dengan cara di atas,pendapatan petani jauh lebih tinggi diban-ding pertanaman kelapa secara monokultur,yakni sebesar Rp. 11.260.000/ha/th (Torar danLay, 2010).

Page 12: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

12 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

Dengan adanya program peremajaan, baikmelalui instansi terkait maupun usaha mandiripetani dan untuk kesinambungan produksi,maka peremajaan kelapa dilaksanakan secaraTebang Bertahap, yakni penebangan dilakukanselama 5 tahun dengan proporsi 20%/th.Peremajaan sebaiknya menggunakan kelapaunggul. Balitka Manado, telah menghasilkanbeberapa jenis kelapa unggul, dengan potensiproduksi > 3,5 t/ha/th (seperti Kelapa DalamMapanget, Dalam Palu, Dalam Bali, DalamMamuaya dan tipe lainnya) dan dapatmenghasilkan benih sebanyak 150.000 butir/th.Balitka telah menyeleksi areal kelapa BlokPenghasil Tinggi (BPT) dengan tingkatproduktivitas relatif sama dengan kelapa unggul.BPT tersebut tersebar di Sulawesi Utara, SulawesiTengah, Sulawesi Selatan, Jambi, Lampung, NusaTenggara Timur, dan Maluku Utara.

Pengembangan dan Pemasaran Produk

Pengembangan usaha disesuaikan denganpotensi kawasan. Pengembangan produkdiarahkan untuk menghasilkan produk sesuaikebutuhan pasar, dengan pengembanganindustri diutamakan pada lokasi sentra-sentraproduksi perkebunan. Pengembangan produkkelapa pada tingkat kelompok tani/gapoktanmembutuhkan dukungan alat pengolahan untukmenghasilkan aneka produk primer.

Diperkirakan setiap luas 100-150 ha kelapamemerlukan alokasi satu unit alat pengolahankelapa. Secara nasional (luas areal kelapa 3,8 jutaha) sehingga dibutuhkan sekitar 25.350 unit alatpengolahan kelapa di pedesaan. Walaupunjumlahnya sangat besar, alat tersebut sangatdiperlukan untuk keberhasilan pengembanganproduk diversifikasi di masa datang.

Pengadaan peralatan pengolahan, olehKementerian Pertanian melalui DirekoratJenderal Pengolahan Hasil Pertanian, telahdilakukan sejak tahun 2003, namun jumlahnyasangat terbatas. Demikian pula dari PemerintahDaerah melalui Dinas Perkebunan Daerah,alokasi alat pengolahan untuk kelompok tanisangat terbatas. Introduksi alat pengolahan danpengolahan produk diversifikasi merupakan

langkah bijaksana pengembangan agroindustri,sekaligus pemasyarakatan teknologi yangaplikatif untuk menghasilkan produk yangmemenuhi standar mutu.

Pengembangan produk dan pemasaranhasil dapat berjalan dengan lancar apabiladilakukan pembangunan unit pengolahanterpadu di tingkat petani yang bermitra denganinvestor atau industri besar dan Pemda di daerahsentra produksi kelapa. Pengembangan industripengolahan kelapa, pada skala kecil-menengahuntuk mendukung industri skala besar,memerlukan upaya penetapan standardisasimutu produk, fasilitasi, dan pemberian insentifserta promosi investasi untuk pengembanganindustri hilir.

Upaya pengembangan pemasaran dilaku-kan terhadap pasar dalam dan luar negeri.Berdasarkan kondisi pemasaran produk kelapadan peluang nilai tambah dari produk yang akandikembangkan, maka produk untuk pasarlokal/domestik, yakni buah kelapa muda, koktailkelapa, selei kelapa, suplemen makanan bayi,tepung ampas kelapa, minuman ringan, nata decoco, kecap air kelapa, minyak kelapa murni,arang tempurung, asap cair tempurung, arangbriket, kayu kelapa, biodiesel dan pupuk organiklimbah kelapa. Sedangkan produk dominanuntuk pasar ekspor antara lain kopra, kopraputih, minyak kelapa kasar, arang aktif, danserat sabut. Berbagai jenis produk kelapakomersial dan cara penanganannya akandiuraikan berikut ini.Buah kelapa muda

Buah kelapa muda utuh (daging dan airkelapa) dapat bertahan selama 4-5 hari, apabiladisimpan dalam kotak kayu yang diisi pasir dandisusun vertikal, kemudian ditutup pasir sampai8 cm di atas buah kelapa muda tersebut.Sedangkan air kelapa muda umumnyadimanfaatkan sebagai minuman penyegar, baikmelalui proses pengawetan maupun tanpapengawetan.

Mutu buah kelapa muda dapatdipertahankan dengan upaya sebagai berikut:sebagian sabutnya dikupas menggunakan pisaulalu dibentuk sesuai keinginan kemudian

Page 13: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 13

direndam dalam larutan antioksidan (sodiummetabisulfit) dan anti jamur (thiobendazole),dikering-anginkan lalu dibungkus plastik dandisimpan pada suhu 10oC, buah kelapa mudadapat disimpan selama 4 minggu.

Buah kelapa muda utuh dan yang sudahdikupas lalu dicelup dalam larutan antioksidan,bentuknya sangat menarik dengan warna sabuttetap putih dan dapat bertahan selama 3-4 hari.Penampilan produk buah kelapa muda yangmenarik, sehingga lebih sesuai apabila menjadikonsumsi perhotelan dan tempat-tempatkunjungan wisatawan atau pada acara-acaratertentu yang memerlukan hidangan minumanringan.

Koktil kelapaPengolahan daging buah kelapa muda

(Khina) umur buah 8 bulan menjadi koktil kelapamuda. Daging buah kelapa muda direndamdalam asam sitrat 1%, selama 5 menit laluditambah sirup gula 20%, selanjutnya disterilisasi115oC selama 15 menit kemudian dimasukkandalam botol jar dan diexhausting. Pemanasandilanjutkan lagi pada suhu 100oC selama 20menit, dinginkan dengan air dingin secara cepat,ditambah asam sitrat sampai pH 4,0, bahanpengawet 0,1% dan flavor 0,1%, lalu ditutup.

Mutu produk koktil kelapa dapatdipertahankan sampai 6 minggu. Selain itu, buahkelapa muda dapat juga diolah sebagai berikut :Air kelapa disaring dan daging kelapa dikerik,kemudian campuran air kelapa dan dagingkelapa ditambah sirup (kadar total padatan 15o

Brix) dan pH 4,5 (penambahan asam sitrat),dimasukkan dalam kantong plastik tebal 0,07mm, dipasteurisasi, setelah dingin disimpan padasuhu 10oC.

Selai kelapaPengolahan selai kelapa muda diperlukan

penambahan gula. Perbandingan daging kelapamuda umur 8-9 bulan dan gula 1:1. Untukpengolahan selai dibutuhkan bahan yang dapatmemberikan tingkat homogenitas tinggi. Kadarprotein, galaktomanan dan fosfolipida tinggi,menunjang sifat yang dibutuhkan produk selai.

Pengolahan selai dilakukan dengan cara:daging buah kelapa muda dihaluskan lalu

dimasak sambil diaduk, disamping itu guladimasak sampai agak berubah warna sepertikaramel, kemudian dituangkan ke dalam adonandaging kelapa muda yang mulai masak.Campuran tersebut dimasak lagi sambil diadukhingga berbentuk pasta, kemudian ditambahnatrium benzoat 0,1% dan asam sitrat 0,05%,dikemas pada kemasan botol, dan produk inidapat disimpan selama 2 bulan.

Suplemen makanan bayiBerdasarkan hasil analisis fisikokimia,

daging buah kelapa muda sangat berpeluanguntuk digunakan sebagai salah satu sumberbahan baku dalam proses pembuatan makananbayi. Kadar protein buah umur 8 bulan berkisarantara 9,57-10,94% merupakan sumber proteinpotensial. Komposisi asam lemak esensial linoleat(omega 6) pada daging buah kelapa muda jugatergolong tinggi sekitar 2,35%, dan sangat baikuntuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.Sampai saat ini belum ada industri pengolahanmakanan bayi yang memanfaatkan daging buahkelapa muda.

Tepung ampas kelapaAmpas kelapa dari jenis kelapa umur 11-12

bulan, diperoleh kadar protein 4,11%, serat kasar30,58%, lemak 15,89%, kadar air 4,65%, kadar abu0.66% dan karbohidrat 74,69%. Tepung adalahbahan baku pada pembuatan berbagai jenismakanan (kue), selain berfungsi sebagai sumberpati (gizi), juga pembentuk struktur. Sifat fisiktepung yang diperhatikan adalah harus berwarnaputih dan tidak bergumpal.

Kadar serat kasar yang tinggi (30,58 %) daritepung dari ampas kelapa sangat baik digunakansebagai salah satu bahan dalam membuatformula makanan, khusus bagi konsumen yangberisiko tinggi terhadap obesitas, kardiovaskulerdan lain-lain. Tepung kelapa hanya diolah darihasil samping pembuatan santan, maka bahanbaku yang digunakan sebaiknya mengikutibahan baku pembuatan santan. Untukmemperpanjang daya simpan ampas kelapasebaiknya dikeringkan sapai kadar air berkisar 12- 13%. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinarmatahari atau menggunakan oven dengan suhupengeringan 55-60 oC.

Page 14: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

14 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

Minuman ringanMinuman ringan adalah minuman yang

mengandung gula (minimum 10%), dan/atautanpa penambahan asam serta tidak beralkohol.Pengolahan air kelapa menjadi minuman ringan,beberapa zat yang ditambahkan adalah asammalat, asam askorbat, dan asam sitrat, sertabeberapa variasi penambahan gula dengantujuan untuk meningkatkan bahan padat terlarut.

Formulasi yang dapat diterima ialahkandungan padatan terlarut 10,0 - 12,0 %, pH4,2 - 4,5, dan asam sitrat 0,10 - 0,15 %. StandarNasional Indonesia menetapkan syarat mutuminuman ringan: gula minimum 10%, asambenzoat 50 mg/kg (maksimum), logam berbahayanegatif, glukosa negatif, bakteri, ragi dan jamurnegatif.

Nata de cocoAir kelapa tua dapat difermentasi dengan

bantuan bakteri Acetobacter xylenum dan bahantambahan, akan menghasilkan produk nata decoco. Nata de coco atau sari kelapa mengandunglemak 0,2% dan serat kasar 1,05%, dan tidakmengandung protein, sehingga nata de cocotergolong jenis makanan yang rendah kalori,yaitu hanya 1,8 kalori.

Pengolahan nata de coco atau sari kelapayang lazim dilakukan adalah menggunakanbahan tambahan pupuk urea dan memper-panjang lama fermentasi sampai 10-14 hari.Penggunaan pupuk urea sebagai bahantambahan pada pengolahan nata de coco kurangdisenangi sebagian konsumen. Pengolahan natade coco yang dilaksanakan oleh Balitka, denganmodifikasi sebagian dari cara yang umumdilakukan, berdampak pada penghematan cairanstarter dan gula pasir, masing-masing 9% dan13%, tanpa menggunakan pupuk urea, waktuproses 7–8 hari (lebih singkat 50% dari yanglazim diterapkan), dan menghasilkan nata decoco dengan rendemen 75%.

Pengawetan nata de coco denganpenambahan natrium benzoat dan asam sitratmasing-masing dengan konsentrasi sebesar 0,1%dan 0,2% dapat mempertahankan daya simpannata de coco selama 1 bulan. Nata de coco yangberedar di pasaran sebagian besar menggunakankemasan kantong plastik, botol, gelas plastik cup

dengan berbagai ukuran serta kemasan kaleng(Rindengan, 2000).

Kecap air kelapaPada dasarnya kecap yang dikenal berasal

dari bahan baku kedele, diperoleh dengan carafermentasi kedele yang ditambahkan gula,garam dan bumbu-bumbu serta harusmengandung protein minimal 2%. Pengolahankecap manis dari air kelapa dengan penambahan200 g kedele memerlukan air kelapa 2750 ml,sehingga menghasilkan kecap manis yangmemenuhi standar mutu.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia,syarat mutu kecap manis adalah : kadar air 55-65%, garam 10 %, sakarosa 30 %, protein 2% (untukmutu II) dan 6 % (untuk mutu I), dengan syaratantara lain reaksi terhadap lakmus tidak bolehalkalis, serta kandungan asam benzoat ataugaramnya, zat pemanis dan pewarna buatan,bahan berbahaya dan jamur harus negatif.

KopraUmumnya pengolahan kopra yang

dilakukan petani dengan cara pengasapan danpengeringan matahari, kopra yang dihasilkanadalah kopra hari-hari dengan kadar air 15-20 %.Kopra yang demikian, jika tidak dilakukanpengeringan ulang mudah berjamur dan busuk.Kopra yang dihasilkan dengan cara pengasapanpada suhu tinggi dan tidak terkontrol akanmenghasilkan kopra berwarna coklat, berbauasap dan cukup banyak bagian yang terbakar.Minyak yang dihasilkan adalah minyak tengik,warna coklat tua dan kadar asam lemak bebasyang tinggi 1-5%, menyebabkannya tidak layakdikonsumsi sebagai minyak goreng. Padapengolahan kopra menjadi minyak akandihasilkan minyak kelapa kasar dan bungkil.

Minyak kelapa kasar tidak layakdikonsumsi langsung, agar layak dikonsumsiharus diproses lanjut untuk menghilangkanketengikan, warna dan menurunkan kadar asamlemak bebas, dengan proses refening dandeodorisasi. Pada kedua proses ini, akanmembutuhkan tambahan biaya pengolahancukup tinggi dan kehilangan minyak sekitar 5-7%(Nathanael, 1960).

Menurut Samarajeewa, et al (1983), bahwaproduk kelapa seperti kopra, bungkil kopra dan

Page 15: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 15

minyak kelapa mudah terkontaminasi aflatoxin.Kopra berkadar air di atas 7% mudah tumbuhjamur Aspergillus sp, yang merupakan penghasilAflatoxin potensial. Aflatoxin adalah racun akutkarsinogenik, menyebabkan kanker hati dankematian mendadak pada ternak terutamaunggas.

Dalam upaya mempertahankan mutukopra untuk menghasilkan minyak kelapa,dengan pengolahan kopra putih, yaknipengeringan kopra dengan pemanasan tidaklangsung, suhu terkontrol dan dihindari kontakasap dengan daging kelapa yang sedangdikeringkan. Kopra putih secara fisik berwarnaputih dan tidak berbau asap.

Pengujian terhadap 39 jenis kelapa yangberasal dari Sulawesi Utara yang diolah menjadikopra dengan cara pengeringan oven, pada suhu60°C selama 24 jam diperoleh kopra denganmutu sebagai berikut : kadar air 4,58-7,43%,minyak 61,95-75,20% dan asam lemak bebas 0,11-0,29% (Lay et al, 1988). Kopra dengan mutu yangdemikian, jika diolah menjadi minyak tidakmembutuhkan proses refining (Thampan, 1981).

Kopra putihUsaha pengolahan kopra putih dengan

metode heat transfer menggunakan tungkupengeringan kopra yang spesifik, (ukuran tungku3 x 2,5 x 2,5 m), suhu pengering 60-70 oC, lamapengeringan 24-32 jam. Bahan bakar pengeringanadalah sabut dan tempurung kelapa. Pembuatanunit pengolahan kopra putih membutuhkanbiaya Rp. 30 juta per unit (Pojoh, 2002).

Pengolahan minyak kelapa dari kopraputih dengan metode kering menghasilkanminyak kelapa yang memenuhi syarat mutuminyak goreng, dengan kadar asam lemak bebas0,44 %, kadar air 0,16%, bilangan peroksida 1,78meq/kg, bau dan rasa normal serta warna minyakbening. Pengolahan minyak kelapa secara keringdari kopra putih dapat diaplikasikan padapengolahan minyak kelapa murni (Lay danKarouw, 2006).

Minyak kelapaPengolahan minyak cara kering skala kecil

yang dikembangkan di Sri Lanka dengan metodeIntermediate Moisture Content (IMC) adalah

sebagai berikut : kelapa diparut dan dikeringkandengan sinar matahari, kelapa parut kering(kadar air 11-12%) dikempa dengan alat semimekanis menghasilkan minyak tidak berwarna,aroma khas, kadar air 0,1%, kadar ALB 0,1%dengan hasil samping bungkil putih. Kelemahanmetode IMC adalah kapasitas olah rendah 200butir per hari dan pengeringan ampas kelapatergantung cuaca. Teknologi ini lebih sesuai padadaerah dengan upah tenaga kerja rendah danterdapat industri pengolahan yang menggunakanbahan baku bungkil putih.

Pengolahan minyak kelapa cara keringsistem mekanis dengan skala menengah yangpopuler adalah metode Tinytech Oil Mill (TOM)dari India dan metode direct micro expelling system(DMES) dari Australia. Metode TOMmenggunakan bahan baku kopra dengankapasitas olah 3 ton kopra/hari. Kopra dengandigiling dan dipanaskan, dikempa dan disaringuntuk memperoleh minyak kelapa kasar danbungkil. Metode DMES menggunakan carapengolahan daging kelapa segar dengankapasitas olah untuk 24 jam operasi adalah 60-150 kg minyak murni (Anonymous, 2002).Daging kelapa diparut, dikeringkan dengansistem oven, dan dikempa untuk menghasilkanminyak berkadar ALB kurang dari 0,02%,

Teknologi pengolahan cara kering yangmenggunakan bahan baku kopra telahberkembang secara luas sampai sekarang dalamindustri pengolahan minyak kelapa skala besar,yakni : (a) pengolahan minyak kelapa kasardengan sistem kempa mekanis kapasitas 20-150ton kopra/hari, (b) pengolahan minyak kelapakasar dengan bahan pelarut kapasitas 150 tonkopra/hari dan (c) pengolahan minyak makandan tepung kelapa kapasitas 150 ton kopra/hari(UNIDO, 1980)

Pengolahan minyak kelapa cara basah (Wetprocess) adalah cara pengolahan minyak melaluiproses santan terlebih dahulu. Santandifermentasi atau dimasak, disaring untukmemperoleh minyak kelapa. Pengolahan minyakcara basah di tingkat petani mempunyaikapasitas olah rendah, tidak efisien, dan minyakmudah tengik karena pemasakan kurangsempurna. Minyak kelapa yang diolah secara

Page 16: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

16 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

tradisional dengan cara basah dikenal dengannama minyak klentik.

Pada tahun 1971, pengolahan minyak carabasah yang dikenal dengan metode AqueousProcess mulai dikembangkan. Teknikpengolahannya adalah daging kelapa diparut,ditambahkan air dengan perbandingan 1:1,dikempa untuk memperoleh santan. Santandisentrifuse menghasilkan tiga lapisan yaknikrim (lapisan atas), skim (lapisan tengah) danresidu (lapisan bawah). Pada proses lanjut, krimakan menghasilkan minyak, skim menghasilkancocopro syrup, dan residu menghasilkan cocotein.Minyak yang dihasilkan bermutu tinggi,dikategorikan sebagai minyak murni (clear oilatau natural oil), dan hasil ikutannya berupatepung kelapa dan arang (Hagenmaier, 1977).

Minyak kelapa murniPengolahan minyak dengan metode

aqueous process membutuhkan peralatan yangcanggih dan biaya mahal cara pengolahan barutelah ditemukan untuk menghasilkan minyakmurni dengan peralatan sederhana dan biayarelatif murah, yakni Pengolahan minyak secarabertahap. Minyak kelapa yang dihasilkanmengandung kadar air 0,08-0,12%, kadar asamlemak bebas 0,02-0,05%, tidak berwarna (bening)dan aroma khas (Lay dan Rindengan, 1989).

Minyak kelapa dengan karakteristik kadarair 0,15%, asam lemak bebas 0,1%, tidakberwarna (bening), tanpa menggunakan bahankimia, dan tanpa proses deodorisasi dikenalsebagai virgin oil. Virgin oil sesuai untukdigunakan sebagai bahan baku pembuatan bodylotion, minyak rambut, bahan pengikat (fixing oil)pada pembuatan parfum dan kosmetik. Minyakkelapa murni (VCO) saat ini dikaitkan langsungdengan kesehatan. Manfaat kesehatan dikaitkandengan kandungan asam laurat yang bersifat antibakteri, anti jamur dan anti virus, mengendalikankolesterol jahat, dan bermanfaat bagi kesehatanjantung.

Desiccated coconutDesiccated coconut (kelapa parut kering)

merupakan salah satu produk yangmenggunakan daging buah kelapa sebagai bahanbaku. Desiccated coconut berwarna putih, memiliki

rasa dan bau khas kelapa. Kelapa parut keringmemiliki ukuran partikel, yaitu extra fine, fine,macaroon, medium, coarse, shreds and treads, dansliced, dan yang umum diperdagangkan adalahmedium, macaroon dan extra fine. Karakteristikkima dan fisik kelapa parut kering: kadar lemak65-71 %, asam lemak bebas 0,15-0,30, bakteri(Samonella) negatif, warna putih, dan kadar air2,5-3,5 %.

Desiccated coconut dimanfaatkan secara luaspada industri konveksionari (candy) sebagaibahan penambah aroma dalam pembuatan coklatbatangan atau sebagai pengisi produk berbasiskacang-kacangan, industri pengolahan kue,industri es krim, dan konsumsi rumah tangga.Pengolahan desiccated coconut prinsipnyamengeringkan daging buah kelapa pada kondisiyang higienis. Tahap-tahap pengolahan desiccatedcoconut meliputi seleksi bahan baku, pengeluarantempurung dan kulit ari, pencucian danstabilisasi, penggilingan/pemarutan, pengering-an, pendinginan dan pengemasan.

Serat dan debu sabutPenyeratan sabut secara mekanis

(decorticator) merupakan cara yang populerdikembangkan saat ini, sangat membantu dalammempercepat proses penyeratan. Decorticatorterdiri atas tiga unit proses yakni unitpengangkut, penyerat, dan pemisah serat sabut.Penyeratan secara mekanis mempunyai kapasitasolah tinggi dan proses produksi dan mutu hasildapat dikendalikan, sehingga penyeratanmekanis merupakan pilihan terbaik.

Balai Penelitian Tanaman Kelapa danPalma Lain (Balitka) Manado telah menghasilkanalat penyerat sabut kelapa dengan sistem drumtunggal. Alat ini digerakkan oleh mesin diesel 20Hp dengan kapasitas olah 400 sabut/jam atau 248kg sabut/jam. Dengan operasional sederhana, alatini menghasilkan serat kering 47,6 kg, persentasepanjang serat 10-15 cm sebanyak 35%, dan 65%dengan panjang serat 16-27 cm (Lay dan Pasang,2002).

Serat sabut kelapa sebagai bahan pengisimemiliki beberapa keunggulan, yaitumempunyai kemampuan menyerap panas tubuh,kuat, tidak mudah lapuk, ringan, elastis, danlebih nyaman dalam penggunaannya (VazAntonal, 1996). Debu sabut, yang merupakan

Page 17: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 17

hasil samping dari pengolahan sabut kelapadapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluanseperti bahan obat nyamuk bakar, pupukorganik, media tumbuh dan untuk menyuburkantanah. Debu sabut terdiri atas senyawa lignin30%, selulosa 35%, C/N 60:1 (Ravindranath,1991), dan memiliki sifat lambat melapuk (suatusifat yang diinginkan sebagai media tumbuhtanaman), mempunyai daya mengikat air sebesar600%, porositas 76%, dan kerapatan lindak 0,1525g/ml. Dengan sifat-sifat tersebut di atasmenjadikan sabut lebih unggul dibandingdengan media gambut.

Arang tempurung kelapaPengolahan arang tempurung yang

sederhana dengan cara pengarangan meng-gunakan lubang tanah. Cara ini menghasilkanrendemen arang yang rendah (kurang dari 25%),karena pembakaran tidak sempurna. Untukmeningkatkan mutu arang, metode pengarangantempurung sistem drum dan lubang tanah yangdibetonisasi telah dikembangkan. Carapengarangan tempurung tersebut menggunakanlubang yang dibetoni, dengan ukuran lubang2,0x1,0x1,5 m, lama pengarangan 12 jam,kapasitas olah 2.000 kg/periode proses, danmenghasilkan arang 586 kg (rendemen 29,36 %).Biaya pembuatan satu unit pengarang tem-purung sebesar Rp 1,5 juta (Patandung, 2002).

Cara penanganan pengarangan tempurungdengan metode drum, relatif sama dengan carapengolahan arang dengan lubang tanah.Perbedaan antara keduanya terletak padapengendalian proses pembakaran danpendinginan. Pengarangan dengan metode drummenghasilkan rendemen arang sekitar 25-30 %,kapasitas olah 50-60 kg arang/periode, danperiode proses membutuhkan waktu 5-6 jam.

Arang aktifArang aktif adalah arang dari tempurung

kelapa atau kayu yang sudah diaktifkan denganpemanasan pada suhu tinggi (sekitar 900ºC),sehingga porinya terbuka, luas permukaan besardan daya serap tinggi. Arang aktif berbentukamorf yang tersusun oleh atom C yang terikatsecara kovalen dalam suatu kisi hexagon. Karenatingginya daya serap arang aktif, maka bahan ini

banyak digunakan dalam industri besar sepertiindustri obat (norit), rokok (penyaring asap),menyaring udara yang tercemar (air conditioner,respirator), dan membersihkan air yang kotor(water treatment).

Arang aktif dari tempurung kelapa memilikiluas permukaan 700-1.300 m²/g dan pH 8,5-9,5.Luas permukaan yang besar ini berfungsi sebagaitempat penampungan bahan kimia pencemardalam proses penyaringan. Sedangkan pH yangtinggi bermanfaat dalam meningkatkan pHrendah bagi media yang telah tercemar.

Bahan pencemaran berupa senyawa organik,anorganik, dan logam-logam berat yangbersumber dari pertanian dan industri sepertipenggunaan pupuk, pestisida, asap, dan cairanbuangan industri yang berdampak buruk bagikesehatan dan lingkungan, sehingga sangatmemerlukan pengendalian pencemaran. Arangaktif merupakan salah bahan yang banyakdigunakan untuk pengendalian pencemaranyang dimaksud (Arispatanghari dan Husen,1997).

Arang briketPengolahan arang briket skala kecil,

sebagai berikut : (a) arang tempurung ditumbukhingga halus dan diayak agar diperoleh butiranyang seragam, ayakan yang digunakan adalahberdiameter lubang 18-20 mesh, (b) dibuatadonan kanji dengan dari tepung tapioka yangberfungsi sebagai perekat, (c) dicampurkan kanjidan arang halus dengan perbandingan 1:20, (d)ditambahkan air secukupnya agar adonan kanjidan arang tempurung halus tercampur denganbaik, (e) adonan dimasukan ke unit cetakan, (f)cetakan arang briket dikeringkan pada ruangterbuka atau dengan alat pengering. Pengeringanpada ruang terbuka membutuhkan waktu lama,karena itu diperlukan unit pengeringansederhana dengan suhu 60-70ºC. Kelemahanpengolahan tradisional ini, arang briket yangdihasilkan mudah pecah sehingga secarakomersial kurang berkembang.

Pengolahan arang briket skala industrimenggunakan peralatan dan fungsi, sebagaiberikut: (a) unit crusher dilengkapi dengansaringan dan penangkap debu. Alat ini berfungsiuntuk menghancurkan arang menjadi butiran-butiran dengan ukuran kehalusan tertentu sesuai

Page 18: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

18 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

ukuran lubang saringan yang digunakan. (b) unitmixer berfungsi untuk mencampur serbuk aranghasil gilingan dengan larutan perekat hinggaterbentuk suspensi, (c) unit pencetak; mencetakcampuran serbuk arang dengan perekat,sehingga terbentuk arang briket, kubus, bulat,dan hexagonal (segi enam), (d) unit pengeringan;tipe rak, bak, dan pengeringan alami.

Keunggulan arang briket yang berbahandasar arang tempurung, antara lain kadar air dankadar abu rendah serta kadar fixed carbon yangtinggi. Kadar fixed carbon yang tinggi pada arangbriket mengindikasikan bahwa dalam prosespenyalaan, arang briket akan lambat habis,demikian pula sebaliknya jika kadar fixed Carbonrendah, waktu penyalaan relatif singkat.Penggunaan arang briket kelapa sebagai sumberenergi panas, lebih ekonomis dibanding bahanbakar minyak tanah, gas atau listrik (Mulyadi,2005).

Asap cair tempurungAsap cair merupakan hasil pirolisis

tempurung kelapa melalui proses destilasi keringbertingkat. Komposisi kimia asap cair tempurungkelapa adalah fenol 5,13%, karbonil 13,28%,keasamaan 11,39% (Thampan, 1981).

Keuntungan penggunaan asap cairdibandingkan dengan pengasapan tradisionalantara lain; dapat mengatur flavor produk yangdiinginkan, dapat menghilangkan komponenyang berbahaya sebelum digunakan padamakanan, dapat digunakan secara luas padamakanan dimana tidak dapat diatasi denganmetode tradisional dan mengurangi pencemaran.Penggunaan formalin pada produk makanansangat meresahkan karena dapat membahayakankesehatan. Bahan pengganti pengawet makananberupa asap cair masih sulit dijumpai di pasaran.Pengembangan teknologi asap cair diperlukanuntuk mengakselerasi penggunaan asap cair dimasyarakat dan menjawab kebutuhan akanbahan pengawet makanan pengganti formalinyang aman bagi kesehatan. Kegunaan asap cairantara lain adalah (a) mengawetkan daging, ikan,tahu, dan mie, (b) menambah citarasa saus sup,sayuran dalam kaleng, bumbu, dan rempah-rempah (Indiarto dan Darmadji, 2010).

Komponen utama alat pengolahan asapcair meliputi tangki pembakaran arang,destilator, dan penampung asap cair. Tangkipembakaran arang, destilator dan penampungasap cair terbuat dari stainless steel. Komponenpenunjang terdiri atas tungku pembakaran,tangki penampung tar, thermo-kopel, dan selangpengaliran air destilasi. Pengolahan asap cairdimulai dengan pemasukkan bahan olahtempurung ke dalam tangki pembakaran,pemanasan tangki pada suhu 400-450°C. Asaptempurung dalam tangki akan mengalir kedestilator dan berkondensasi membentuk cairanyang dikenal sebagai asap cair. Bahan bakaruntuk pemanasan tangki pembakaran dapatmenggunakan tempurung atau kayu bakar,kapasitas olah 100 kg tempurung/periode proses.Pada pengolahan asap cair (sesuai kapasitas olah)akan dihasilkan asap cair sebanyak 35-36 l danarang tempurung 34-35 kg. Untuk berbagaikeperluan, asap cair perlu dimurnikan dengandestilasi berulang pada suhu 100°C pada unitdestilasi tersendiri. Sesuai kualitas, asap cairberwarna kuning muda sampai coklat,digunakan juga sebagai antiseptik danbioinsektisida untuk pengendalian lingkunganpenampungan sampah organik (Widodo danAsari, 2008).

Kayu kelapaPengolahan kayu kelapa pada skala

industri dengan tahapan sebagai berikut :

(a) Seleksi pohon : digunakan adalah pohonyang sudah tua menurut fisiknya danbuahnya kurang (tidak produktif), umurpohon minimum 60 tahun, biasanyadigunakan Kelapa Dalam yang secara fisikcukup lurus.

(b) Penebangan dan pemotongan kayu :sesudah ditebang dan digergaji denganukuran panjang sampai 12 m, dipotongsesuai ukuran yang dikehendaki. Potongankelapa ini diproses menurut kualitasnya.

(c) Pengeringan kayu ; pengeringan udara/alamdi bawah atap, pengeringan dengan ovendan pengeringan dengan mesin pengering(kiln dry). Tingkat kekeringan kayu untukbahan perabot, daun pintu, dan daun

Page 19: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 19

jendela adalah 10-12%, dan untuk bangunanrumah kadar air sekitar 18%.

(d) Seleksi kayu kelapa dan penggunaannyauntuk pembuatan berbagai jenis meubel,ukiran dan ornamen dari kayu kelapa mutuI tergantung desain. Kayu kelapa yangdikategorikan mutu II digunakan untukpembuatan bahan bangunan atau bagianpenyangga dari meubel.

(e) Finishing : dapat dilakukan denganmenggunakan mesin amplas dan manual.Hasil pengamatan menunjukkan bahwauntuk 1 m3 kayu kelapa mutu I (bahansetengah jadi) harganya sekitar Rp. 750.000.Kayu kelapa yang dibuat meubel danberbagai ornamen harganya Rp. 7-8 juta.Nilai tambah pengolahan kayu kelapa skalaindustri cukup tinggi, namunmembutuhkan investasi besar dandukungan keahlian dalam menanganiproses pengolahan, desain dan pemasaranhasil (Gozal, 1997).

Pupuk organik limbah kelapaBiomassa limbah kelapa dari 20 contoh daun

dan tangkai/seludang bunga kelapa kering,terdiri atas: (a) daun dan pelepah daun kelapa4,09 kg dan (b) tangkai bunga dan seludang 1,14kg. Pada populasi kelapa tua 100 pohon/ha,membentuk daun 12 helai/pohon/th danseludang 12 buah/pohon/th, akan menghasilkandaun/pelepah daun 4.808 kg dan seludang bunga1.368 kg. Apabila produksi kelapa rata-rata 6.000butir/th/ha, akan menghasilkan debu sabut 1.590kg/ha/th. Dengan demikian total biomassa daunkelapa + seludang bunga + debu sabut sebesar7.766 kg/ha/th, dan merupakan potensi bahanorganik yang tersedia setiap tahun, untukmemproduksi pupuk organik limbah kelapa.

Limbah kelapa yang digunakan sebagaibahan baku adalah daun kelapa/pelepah daun +debu sabut dan dicampur dengan kotoran ayamdalam bentuk serbuk. Formulasi pupuk organiklimbah kelapa dengan ratio serbuk daun/pelepahdaun kelapa : serbuk sabut : serbuk kotoran ayam= 4:2:6. Untuk memproduksi pupuk organiklimbah kelapa sebanyak 2 t/hr dibutuhkan:serbuk daun/pelepah kelapa 534,0 kg, serbuk

sabut 266,0 kg, serbuk kotoran ayam 800,0 kg,dan bahan pereaksi: larutan EM4 1,6 L,larutan gula 8,0 L (gula =1,6 kg) dan air 800,0 L.

Pengolahan pupuk organik limbah kelapa,sebagai berikut:

(a) Penyiapan bahan olah pupuk organik:Pencacahan daun dan tangkai daun kelapakering, penghancuran bahan hasilpengcacahan, penyayakan kotoran ayam,pengeringan kotoran ayam yang tidak lolosdiameter ayakan sentrifugal 6-10 mesh(dalam bentuk bongkah), pengeringanbongkahan kotoran ayam, penghancuranbongkahan kotoran ayam dan pengayakandebu sabut pada saringan sentrifugal.

(b) Pencampuran bahan baku: Komposisi bahanbaku hancuran daun/pelepah daun, debusabut dan kotoran ayam kering sesuaiformulasi dicampur secara manual sampaimerata.

(c) Penyiapan larutan fermentasi: Gula putihdilarutkan dalam air dan diaduk sampaimembentuk larutan gula. Larutan EM4ditambahkan ke dalam larutan gula dandiaduk hingga merata.

(d) Proses fermentasi: Larutan gula + EM4 dituangkan ke dalam campuran bahan bakupupuk organik secara merata, ditambahkanair 50 % dari bahan baku, diaduk secaramanual sampai merata berupa adonan, dandimasukkan ke dalam wadah fermentasi.

(e) Pengamatan suhu: Pada wadah fermentasidi masing-masing titik pengamatandipasang Thermo-koppel, untuk mengukurperubahan suhu fermentasi dan suhu udaraluar (suhu kontrol).

(f) Proses fermentasi pupuk organik limbahkelapa berlangsung selama 9 hari pada suhuberkisar 30-45 ºC. Sedangkan suhu ruang29-31 ºC dengan sebaran suhu relatif datar.Dengan suhu fermentasi pupuk organik < 50ºC, pembalikan bahan olah selama prosesfermentasi tidak diperlukan. Setelahfermentasi dihasilkan pupuk organik limbahkelapa.

Page 20: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

20 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

Pupuk organik limbah kelapamengandung C-organik 3,38 %, Nitrogen 1,2 %,Fosfor 1,0 %, Kalium 2,81 %, Calsium 0,46 %,Magnesium 0,04 %, kadar air 36,48 % dan C/N2,87. Penggunaan pupuk organik limbah kelapasebanyak 500 g dan 50 g NPK/bibit kelapa DalamMapanget yang ditanam dalam polibag padatanah agak subur (mengandung 4,39 % C-organik; 0,19 % N; 36,27 ppm P; 3,12 % K; 0,03 %Ca, 0,04 % Mg, nisbah C/N 23,1; dan pH tanah5,53) menghasilkan pertumbuhan vegetatif(tinggi tanaman, jumlah daun, dan lingkarbatang) seragam pada umur 4 bulan bibit kelapaSedangkan pada jagung hibrida yang ditanamdalam polibag, pertumbuhan vegetatif (tinggitanaman, jumlah daun, dan lingkar batang)umur 3 bulan juga seragam pada pemberianpupuk organik limbah kelapa takaran 50g/tanaman dan pupuk NPK 5 g/tanaman. Pupukorganik limbah kelapa merupakan salah satusolusi dalam mengatasi kelangkaan danmahalnya pupuk NPK (Lay, 2012).

PENUTUP

Penanganan usaha tani, pengolahan, danpemasaran hasil kelapa yang efekifmembutuhkan wadah permanen kelompoktani/gapoktan dengan unit pengolahannya padasentra produksi sebagai wilayah pengembangan.Untuk optimalisasi pemperdayaan wadahkelompok tani diperlukan sistem keterkaitannyadengan pihak industri skala besar/eksportirsebagai mitra, agar para kelompok tani/Gapoktandapat memperoleh manfaat yang tercipta dalamproses industrialisasi kelapa.

Industri kelapa yang sudah eksis supayadipertahankan dan dikembangkan, sedangkanindustri kelapa yang belum optimal patutmendapat perhatian serius dari semua pihakterkait untuk ditingkatkan kapasitas olah danperluasan pasar, agar potensi bahan baku yangtersedia dapat dimanfaatkan secara optimal,untuk peningkatan nilai tambah komoditas, nilaiekspor dan perbaikan pendapatan masyarakatperkelapaan.

Keberhasilan pelaksanaan intensifikasi danpengembangan produk diversifikasi kelapa oleh

kelompok tani/gapoktan melalui program khususyang dilaksanakan secara massal, sangatmemerlukan dukungan sarana produksi, alatpengolahan kelapa dan pembinaan dari instansiterkait dan dukungan pemerintah/lembagakeuangan. Apabila program ini dilaksanakandengan sungguh-sungguh, secara massal danberkelanjutan, peningkatan produktivitas kelapasebesar 2,0 t/ha/th atau lebih dan pendapatanpetani kelapa lebih dari Rp. 24 juta/ha/th dapatdicapai. Strategi ini, selain meningkatkanproduktivitas, kecukupan bahan baku industrikelapa dan pendapatan petani, juga akanmenunjang pengembangan tanaman sela, anekaproduk kelapa, jumlah dan nilai ekspor produkkelapa di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Arispatanghari, H.M. dan J. Husein. 1997.Prospek pengembangan industri arangaktif. Prosiding Temu Usaha PerkelapaanNasional. Manado, 6-8 Januari 1997.Buku II Agroindustri Hlm. 69-72.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Rencanastrategis pembangunan perkebunan.Kementerian Pertanian, Jakarta. (TD).

Fachry, H. 1997. Pengalaman, peluang danpermasalahan agribisnis kelapa meng-hadapi era globalisasi perdagangandunia. Prosiding Temu Usaha Per-kelapaan Nasional. Manado, 6-8 Januari1997. Buku I Agribisnis Hlm. 37-44.

Friends Inc. 2002. Oil mil performance andsuitable evaluation. The Phillipine.

Gozal, S.M. 1997. Pengalaman mengolah danmemanfaatkan kayu kelapa untukmeubeler dan bangunan rumah.Prosiding Temu Usaha PerkelapaanNasional. Manado 6-8 Januari 1997. BukuII Agroindustri .

Hagenmaier, R. 1977. Coconut aqueousprocessing. University of San Carlos,Cebu. The Philippines.

Indiarto, R. dan P. Darmadji. 2010. Tepung asapcair cangkang kelapa; Kajian sifat kimiadan keamanan pangan. ProsidingKonperensi Nasional Kelapa VII,Manado. Hlm. 195-205.

Page 21: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan (ABNER LAY dan PATRIK M. PASANG) 21

Irawadi, D. 2000. Kontribusi teknologi prosesdalam pembangunan agroindustriperkebunan menuju otonomi daerah.Ekspose Hasil Penelitian danPengembangan Tanaman Perkebunan. 20November 2000, Jakarta.

Lay, A. 2012. Perancangan teknik prosesproduksi pupuk organik dari limbahkelapa kapasitas 2 ton/hari untukpeningkatan nilai tambah. Laporan AkhirPenelitian Koordinatif TA. 2011. BalaiBesar Pengembangan MekanisasasiPertanian, Serpong.

Lay, A. dan S. Karouw. 2006. Pengolahan minyakkelapa dari kopra putih dengan metodekering. Prosiding Konperensi NasionalKelapa VI (KNK VI). Gorontalo.

Lay, A. 2002. Industri pengolahan kelapaterpadu. Makalah Temu Usaha danTemu Teknologi Perkelapaan di ProvinsiBanten. Cilegon, 31 Oktober 2002.

Lay, A. dan P.M. Pasang. 2002. Alat penyeratsabut kelapa tipe Balitka. KonperensiNasional Kelapa V (KNK V) Tembilahan,Riau.

Lay, A. dan B. Rindengan. 1989. Pengolahanminyak kelapa secara bertahap. LaporanBalai Penelitian Tanaman Kelapa danPalma Lain Manado, Tahun 1988/1989.Hlm. 89-90. (TD).

Lay, A., D. Taulu, dan B. Rindengan. 1988. Mutukopra berbagai kultivar kelapa diSulawesi Utara. Jurnal Penelitian Kelapa;2 (2) 42-50.

Magat, S.S. 1999. Coconut Based Farming System.Technology Notes for Practitioners. PCA.Agricultural Research and DevelopmentBranch. p:1-18.

MAPI. 2006. Konsep pengembangan kelapaterpadu. Bogor.

Mulyadi, A. 2005. Briket karbonisasi cocok diIndonesia. SK. Pikiran Rakyat Edisi 13Oktober 2005.

Nathanael, W.R.N. 1990. Some aspects of copradeterioration. Ceylon Coconut Quatr(11):111-120.

Patandung, P. 2002. Teknologi pengolahan arangtempurung kelapa metode lubang. BalaiPenelitian dan Pengembangan Industri

Manado. Makalah pada PemasyarakatanPembuatan Kopra Putih dan ArangTempurung di Bengkol-Manado, 28-30November 2002.

Pojoh, B. 2002. Pembuatan kopra putih denganmetode heat transfer besi cor. BalaiPenelitian dan Pengembangan IndustriManado. Makalah pada PemasyarakatanPembuatan Kopra Putih dan ArangTempurung di Bengkol-Manado, 28-30November 2002.

Ranasinghe, A.T. 1997. Intermediate moisturecontent (IMC). Technology Sri Lanka.APCC-NRI-CFC. International Workshopon Improving the Small Scale Extractionof Coconut Oil. Bali. p. 192-202.

Ravindranath, A.D. 1991. Coir pith potentialwealth in India. Seminar on utilization inagriculture. Tamilnadu AgriculturalUniversity, Coimbatro.

Rindengan, B. 2000. Teknologi pengolahan natade coco yang efisiensi dan bermutu. BalaiPenelitian Tanaman Kelapa dan PalmaLain Manado

Samarajeewa, U., T.V. Gamage, and S.N.Arseculeratne. 1983. Aflatoxin contami-nation of coconut oil from small scalemills: Toxin level and their relation onfree fatty acid content. J. Nat. Sci. Coun.,Sri Lanka 11(2): 203-210.

Tarigans, D.D. 2000. Introduksi pola tanamcampuran dalam pengusahaan tanamankelapa. Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri 5(4):12-17.

Thampan, P.K. 1981. Handbook on coconut palm.Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi.India. p. 273-282.

Tillekeratne, H., E. Tenda, and A. Lay. 2001.Report of the study on industry and newmarket initiatives in North Sulawesi,Indonesia, PARUL-UNDP, Manado. (TD)

Torar, D.J. dan A. Lay. 2010. Keragaan usaha tanikelapa dengan tanaman pisang dan ubikayu di Kabupaten Minahasa Utara.Buletin Palma.

Ulrich, K.T. dan S.D. Eppinger. 2001. Productdesign and development (Perancangandan pengembangan produk). Diterjemah-

Page 22: Perkebunan Perspektif111 2012 N 1 LayAbner

22 Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 01 - 22

kan oleh N. Azmi dan I.A. Marie.Penerbit Salemba Teknika, Jakarta.

UNIDO. 1980. Coconut oil refining andmodification. Coconut processing tech-nology information documents, APCC.

Uno, S.S. 2008. Agribisnis Asia Tenggara; Dimanaposisi Indonesia?. Majalah AgroObserver, 15 Maret-15 April 2008 Hlm.12-14.

Vaz Antonal, P.C. 1996. Coconut fibre processingand marketing. Proceeding of the XXXIIICocotech. Meeting. Kuala Lumpur,Malaysia.

Widodo, W.T. dan A. Asari. 2008. Uji fungsionalalat mesin pemroses menjadi asap cairdari tempurung kelapa. ProsidingSeminar Nasional Mekanisasi Pertanian.Bogor, 23 Oktober 2008.