13
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica 27 ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA Corry Maharani Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Medan Area Edy Batara Siregar Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara M.Akbar Siregar Dosen Magister Agribisnis Universitas Medan Area, Medan Email: [email protected] Abstract Cocoa is one of the plantation commodity whose role is quite important for the national economy besides oil palm, rubber and cocoa. Cultivation of cocoa commodity also play a role in encouraging the development of the region, providing jobs and incomes field farmers and agro-industry development. Deli Serdang Regency is one of the centers of cocoa porduksi people in the province of North Sumatra. In 2010, the area under cocoa plantation in Deli Serdang people of 6435.95 ha, 3760.76 production, productivity of 979.21 kg/ha/year and the number of households that looks as much as 9533.00. Deli Serdang is the second largest contributor to the production of cocoa shavings district in North Sumatra province. Based on the analysis, suggests that the cocoa commodity has a number of advantages to the development of the cocoa commodity in Deli Serdang Regency has great prospects and good. Cocoa plantation business people in Deli Serdang gain value, when based on price levels prevailing cocoa farm level (the purchase price at the collector). Financially cocoa plantation business people also deserve to be developed. The results showed that only partially variable parameters cocoa acreage of the previous year (when different variables) that significantly influenced the total area . While the other parameters the real price of cocoa, the real price of. Shift differential positive coefficient indicates that the partial commodities are cocoa plantation commodities do not have a competitive advantage in all areas of Deli Serdang. Competitive advantage and cocoa commodity acreage only in districts Sibolangit and Biru Biru. Keywords : cocoa, cocoa plantation folk, shift differentials PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional selain kelapa sawit, karet dan kakao. Umumnya produk kakao Indonesia diekspor sehingga memberi sumbangan devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta pada tahun 2002 (Balitbangtan, 2005). Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, ekspor kakao di Indonesia mengalami peningkatan dengan volume ekspor tahun 1998 sebesar 334.907 ton senilal US$ 502 juta meningkat menjadi 463.632 ton senilai US$ 664 pada tahun 2005 (Ditjenbun, 2006). Delapan negara penghasil kakao tersebar adalah (data tahun panen 2005) : (1) Pantai Gading (38%), (2) Ghana (19%), (3) Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah), (4) Nigeria (5%), (5) Brasil (5%), (6) Kamerun (5%), (7) Ekuador (4%) dan (6) Malaysia (1%). Sedangkan Negara-

ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

27

ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

Corry Maharani Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Medan Area

Edy Batara Siregar Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

M.Akbar Siregar Dosen Magister Agribisnis Universitas Medan Area, Medan

Email: [email protected]

Abstract

Cocoa is one of the plantation commodity whose role is quite important for the national economy besides oil palm, rubber and cocoa. Cultivation of cocoa commodity also play a role in encouraging the development of the region, providing jobs and incomes field farmers and agro-industry development. Deli Serdang Regency is one of the centers of cocoa porduksi people in the province of North Sumatra. In 2010, the area under cocoa plantation in Deli Serdang people of 6435.95 ha, 3760.76 production, productivity of 979.21 kg/ha/year and the number of households that looks as much as 9533.00. Deli Serdang is the second largest contributor to the production of cocoa shavings district in North Sumatra province. Based on the analysis, suggests that the cocoa commodity has a number of advantages to the development of the cocoa commodity in Deli Serdang Regency has great prospects and good. Cocoa plantation business people in Deli Serdang gain value, when based on price levels prevailing cocoa farm level (the purchase price at the collector). Financially cocoa plantation business people also deserve to be developed. The results showed that only partially variable parameters cocoa acreage of the previous year (when different variables) that significantly influenced the total area . While the other parameters the real price of cocoa, the real price of. Shift differential positive coefficient indicates that the partial commodities are cocoa plantation commodities do not have a competitive advantage in all areas of Deli Serdang. Competitive advantage and cocoa commodity acreage only in districts Sibolangit and Biru Biru.

Keywords : cocoa, cocoa plantation folk, shift differentials

PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu

komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional selain kelapa sawit, karet dan kakao. Umumnya produk kakao Indonesia diekspor sehingga memberi sumbangan devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta pada tahun 2002 (Balitbangtan, 2005). Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, ekspor kakao di

Indonesia mengalami peningkatan dengan volume ekspor tahun 1998 sebesar 334.907 ton senilal US$ 502 juta meningkat menjadi 463.632 ton senilai US$ 664 pada tahun 2005 (Ditjenbun, 2006).

Delapan negara penghasil kakao tersebar adalah (data tahun panen 2005) : (1) Pantai Gading (38%), (2) Ghana (19%), (3) Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah), (4) Nigeria (5%), (5) Brasil (5%), (6) Kamerun (5%), (7) Ekuador (4%) dan (6) Malaysia (1%). Sedangkan Negara-

Page 2: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

28

negara lain menghasihkan 9% sisanya (Susanto, 1994).

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra porduksi kakao rakyat di Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2010, luas areal perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Deli Serdang sebesar 6.435,95 ha, produksi 3.760,76, ptoduktivitas 979,21 kg/haltahun dan jumlah KK yang terlihat sebanyak 9.533,00. Kabupaten Deli Serdang merupakan penyumbang terbesar kedua setelah Kabupaten Asahan terhadap produksi kakao di Provinsi Sumatera Utara.

Pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Deli Serdang masih memiliki peluang dan potensi yang cukup besar, terutama bila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat yang sebagian besar masih mengandalkan tanaman kakao sebagai pilihan untuk dibudidayakan. Ketersediaan lahan potensial yang masih cukup luas dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan tanarnan kakao turut memberikan peluang yang besar terhadap pengembangan usaha tanaman kakao di Kabupaten Deli Serdang.

Permasalahan yang perlu dikaji kemudian adalah terkait dengan pengusahaan perkebunan kakao rakyat yang masih terbatas dengan tingkat produktivitas dan kualitas kakao yang masih rendah, fluktuasi harga dan pasar komoditi ini yang tidak stabil, serta tingginya harga beberapa input produksi sehingga menyebabkan margin yang diterima petani menjadi lebih rendah. Kendala lainnya yang berhubungan dengan pemasran kakao adalah yang terkait dengan aspek kelembagaan tataniaga yang sampai saat ini belum

ditata dengan baik dan masih rendahnya penguasaan managemen usahatani.

Masalah lain yang sering dialami petani adalah kendala minimnya modal usaha, rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani, kurangnya penggunaan teknologi pertanian sehingga produksi kakao yang optimal tidak tercapai. Disamping itu, optimalisasi lahan sangat rendah, hal ini terkait dengan cara pengelolaan yang kurang intensif dan masih bersifat tradisional yang berakibat pada tingkat efisiensi pengusahaan belum pada kondisi yang efisien secara ekonomi. Oleh karena itu, sampai saat ml usahatani kakao belum mampu menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga tani di Kabupaten Deli Serdang.

Pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Deli Serdang masih memiliki peluang dan potensi yang cukup besar, terutama bila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat yang sebagian besar masih mengandalkan tanaman kakao sebagai pilihan untuk dibudidayakan. Ketersediaan lahan potensial yang masih cukup luas dan didukung oleh kebijakan pemenintah daerah dalam pengembangan tanaman kakao turut memberikan peluang yang besar terhadap pengembangan usaha tanaman kakao di Deli Serdang.

Permasalahan yang penlu dikaji kemudian adalah terkait dengan pengusahaan perkebunan kakao rakyat yang masih terbatas dengan tingkat produktivitas dan kualitas kakao yang masih rendah, fluktuasi harga dan pasar komoditi ini yang tidak stabil, serta tingginya harga beberapa input produksi sehingga menyebabkan margin yang diterima petani menjadi lebih rendah. Kendala lainnya yang berhubungan dengan pemasran kakao adalah yang terkait dengan aspek kelembagaan

Page 3: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

29

tataniaga yang sampal saat ini belum ditata dengan baik dan masih rendahnya penguasaan managemen usahatani.

Masalah lain yang sering dialami petani adalah kendala minimnya modal usaha, rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani, kurangnya penggunaan teknologi pertanian sehingga produksi kakao yang optimal tidak tcrcapai. Disamping itu, optimalisasi lahan sangat rendah, hal ml terkait dengan cara pengelolaan yang kurang intensif dan masih bersifat tradisional yang berakibat pada tingkat efisiensi pengusahaan belum pada kondisi yang efisien secara ekonomi. Oleh karena itu, sampai saat ini usahatani kakao belum mampu menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga tani di Kabupaten Deli Serdang.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi kegiatan “Penelitian Pengembangan Perkebunan Kakao Rakyat di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara” adalah di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sedangkan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan Maret 201 1 sampai dengan bulan Mei 2011.

Lokasi Penelitian ditentukan pada empat kecamatan yang merupakan sentra komoditi kakao di Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kutalimbaru, STM Hilir, Sibolangit dan Biru-Biru. Pada setiap kecamatan dipilih masing-masing empat desa yang terbesar memilki perkebunan kakao. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa desa-desa dan kecamatan terpilih merupakan wilayah sentra produksi kakao.

Unit contoh dalam penelitian ini adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang besar/pedagang antar pulau.

Pengambilan unit contoh dalam penelitian ini dilakukan secara acak di setiap wilayah penelitian dengan sampel sebanyak 20 orang di setiap desa sehingga total sampel yang di data sebanyak 80 orang. Sedangkan untuk mengetahul jalur tataniaga komoditi kakao mulai dan petani sampai eksportir diakukan dengan menelusuri pedagang pengumpul dan pedagang besar yang dianggap mewakili setiap jalur tataniaga yang diambil secara sengaja, dengan distribusi masing-masing desa diambil delapan contoh pedagang pengumpul dan empat contoh pedagang besar yang berada di kota kecamatan.

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif, kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif dan kualitatif digunakan untuk mengetahui sistim kelembagaan apa saja yang menunjang pengembangan komoditi perkebunan kakao rakyat yang meliputi lembaga pemerintah, swasta maupun masyarakat. Analisis kuantitaif dilakukan untuk menghitung : (1) Analisis kelayakan usaha perkebunan kakao rakyat, (2) analisis respon luas areal, (3) Analisis Shift Share dan (7) analisis lokasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor perkebunan merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 2010 jenis tanaman perkebunan rakyat yang menonjol didominasi oleh tanaman kelapa sawit dengan luas tanaman sebesar 13.996.30 ha, selanjutnya diikuti dengan tanaman kakao seluas 6.435.95 ha dan karet seluas 5.868.O0 ha.

Kondisi pasar kakao di kabupaten Deli Serdang telah mampu menarik minat masyarakat untuk memilih kakao sebagai pilihan komoditi tanaman perkebunan untuk dibudidayakan. Apabila ditinjau dan

Page 4: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

30

segi realitas harga biji kering kakao saat ini ditingkat petani adalah dengan kisaran harga Rp 20.250 per kg pada tahun 2008, menurun menjadi Rp 17.175 per kg pada tahun 2009, dan meningkat kembali menjadi Rp 17.887 per kg pada tahun 2010 sesungguhnya sudah dapat meningkatkan pendapatan pekebun kakao. Rentangan harga antara rantai pasar I (pertama) sampai dengan pabrik atau eksportir masih panjang, sehingga masih terdapat kesenjangan harga yang signifikan antara harga ditingkat petani dengan harga di tingkat provinsi yang mencapai harga Rp 22.887 per kg pada tahun 2010.

Sentra komoditi kakao di Kabupaten Deli Serdang tersebar di 22 kecamatan dengan sentra utama adalah kecamatan Kutalimbaru, STM Hilir, BiruBiru dan Sibolangit. Produksi komoditas kakao rakyat di Kabupaten Deli Serdang mencapai 3.760,76 ton per tahun atau 10,30 ton per han, produksi tertinggi terdapat di kecamatan Kutalimbaru sebesar 669,50 ton dan setrusnya disusul oleh kecamatan Biru-Biru sebesar 584,50 ton.

Produktivitas kakao rata-rata di Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 979,21 kg/haltahun, angka ml Iebih besar dan pada rata-rata produktivitas kakao secara nasional yaitu sebesar 861,50 kglhaltahun (Balitbangtan Deptan, 2005). Volume perdagangan kakao tahun 2010 di Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 3.760,76 ton x Rp. 15.000/kg adalah sebesar Rp. 67,268,714,120,-. Perdagangan yang dilakukan oleh petani adalah perdagangan lokal melalui pedagang pengumpul (baik pedagang pengumpul desa. kecamatan maupun kabupaten). Petani kakao sampai saan ini belum terlibat langsung dengan kegiatan ekpor komoditas kakao keluar negeri.

Analisa Potensi Pasar Secara sosial masyarakat di sentra

produksi kakao di Kabupaten Deli Serdang tidak mengalami masalah karena komoditi kakao merupakan komoditi yang sudah lama dibudidayakan. Namun, secara ekonomi permodalan untuk memperluas lahan yang diusahakan menjadi kendala yang utama yang dihadapi para petani pekebun kakao. Akses ke lembaga keuangan baik formal (Bank) maupun lembaga keuangan nonformal sangat sulit bagi petani pekebun. Tata niaga kakao masih secara tradisional terutama di wilayah pedalaman, walaupun sudah ada tempat pelelangan komoditi kakao yang bekerjasama dengan koperasi.

Secara budaya, teknik budidaya komoditi kakao umumnya masih bersifat tradisional, sebagaimana dilakukan oleh generasi masyarakat sebelumnya. Budaya berkebun secara intensif masih jarang dilakukan, sistem ini akan terus berkembang dan diperkirakan akan semakin cepat seiring dengan peningkatan pengetahuan para pekebun dan peningkatan kesulitan budidaya komoditi kakao.

Secara teknologi penerapan teknologi dalam usaha komoditi kakao belum menunjukkan gejala yang menggembirakan, hal ini dapat dilihat belum tersedianya unit pengolahan biji kering kakao di Kabupaten Deli Serdang, sehingga masyarakat menjual hasil kebun dalam bentuk produk rnentah untuk kemudian diolah di daerah lain. Kondisi ini menyebabkan harga hasil perkebunan kakao rakyat masih rendah di tingkat petani

Faktor lainnya yang menjadi kendala pengembangan adalah: a) Jumlah petugas untuk penyuluhan dan pembinaan petani masih kurang, sehingga belum mampu menyentuh sebagian besar petani di

Page 5: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

31

seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang. b) Faktor penggunaan bahan tanaman yang tidak berkualitas disertai kurangnya tindakan pemeliharaan tanamanltindakan agronomis lainnya. c) Belum terkendalinya serangan hama dan penyakit tanaman kakao, terutama penyakit busuk buah dan serangan penggerek buah Sebagian penyakit ini muncul karena kondisi kebun yang tidak terawat. d) Tindakan panen petani kakao yang belum memenuhi standar panen, baik dalam proses pengeringan maupun pengolahan hasil panen.

Kerjasama lintas sektoral untuk melakukan kebijakan dalam penentuan harga yang baik ditingkat petani sehingga harga dapat dipantau pada posisi yang tidak merugikan petani. Disamping itu perlu dipertimbangkan untuk langkah promosi produk unggulan serta pembangunan satu jaringan distribusi produk perkebunan sehingga kontinuitas dan pengendalian mutu dapat diterapkan. Pada akhirnya diharapkan dengan berbagai kebijakan yang sinergis dan terpadu akan mampu mengangkat derajat kehidupan masyarakat Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik dan Keragaan Usahatani Kakao Rakyat di Kabupaten Deli Serdang

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang meliputi bio-fisik, ekonomi sosial dan budaya masyarakat. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai sistem usaha pertanian (usahatani) yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir,

pemasaranlperdagangan dan permintaan dan konsumen.

Untuk itu, perlu adanya terobosan kebijakan pemerintah daerah melalui program pembangunan perkebunan yang berkelanjutan, dengan vlsi pengembangan komoditi yang memiliki daya saing di pasar. Serta berupaya untuk mengefektifkan program diversifikasi dan intensifikasi tanaman yaitu melalui program bantuan bibit unggul dan penyuluhan yang sistematis dan berkelanjutan, yang diharapkan dapat menjawab segala permasalahan yang selama ml sering dialami oleh petani. Dengan peranan pemerintah dalam perkembangan perkebunan kakao dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan tanaman dan peningkatan produksi, yang pada akhirnya akan meberikan peluang terhadap peningkatan pendapatan petani.

Sektor perkebunan yang paling dominan yang diusahakan petani di Kabupaten Deli Serdang adalah komoditi kelapa sawit, kakao dan kakao. Ketika komoditi perkebunan ml memiliki peranan yang cukup strategis dan penting bagi perbaikan pendapatan petani, dan sekaligus merupakan komoditi andalan yang diusahakan sebagian petani di wilayah penelitian.

Keragaan kelayakan usaha perkebunan kakao rakyat dicirikan dengan menganalisis kelayakan usaha tersebut, yang bertujuan untuk melihat tingkat kelayakan usaha perkebunan kakao rakyat baik secara finansial maupun ekonomi. Pendekatan analisis tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja usahatani kakao rakyat. sehingga dapat memberikan gambaran kondisi usaha pengernbangan perkebunan kakao di Kabupaten Deli Serdang kedepan. Dilanjutkan dengan analisis suplal respon

Page 6: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

32

luas areal perkebunan kakao, serta mengkaji pemusatan wilayah komoditi perkebunan dengan menggunakan analisis lokasional. Pendekatan terhadap analisis lokasional ini adalah untuk mengukur pertumbuhan dan pergeseran pengembangan usaha perkebunan, yang secara spasial dicerminkan dalam kompetitif dan komparatif komoditi-komoditi perkebunan, sehingga dapat memberikan gambaran secara implisit kondisi pembangunan perkebunan di Kabupaten Deli Serdang. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi

Hasil analisis kelayakan finansial maupun ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan terhadap Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR) yang merefleksikan tingkat kelayakan usaha perkebunan kakao rakyat setelah dikoreksi dengan tingkat suku bunga bank. Perhitungan ini didasarkan pada laba usaha (pendapatan bersih), yang merupakan selisih dan penerimaan (benefit) dan total biaya (cost) yang diperoleh setiap tahun. Hasil analisis tersebut merupakan gambaran kelayakan usaha perkebunan kakao rakyat, yang dihitung berdasarkan umur produktif tanaman kakao secara ekonomis pada siklus 12 tahun.

Secara keseluruhan usaha perkebunan kakao rakyat di wilayah penelitian masih memberikan nilai keuntungan, apabila didasarkan pada tingkat harga kakao yang berlaku ditingkat petani (harga bell di pedagang pengumpul). Secara finansial usaha perkebunan kakao rakyat layak untuk dikembangkan, hal tersebut ditunjukkan oleh nilai NPV, BC ratio dan IRR setelah dikoreksi dengan tingkat suku bunga df 12 persen yang berlaku di lapangan. Di mana

nilai NPV yang diperoleh bemilai positif (44,476,120), BC ratio yang lebih besar dan satu (1.81) dan nilai IRR sebesar 42.25 yang melebihi nilai tingkat suku bunga yang berlaku.

Dari hasil pethitungan menunjukkan nilai BC ratio lebih besar dan sam artinya bahwa setiap penambahan cost (biaya) yang dikeluarkan nilainya lebih keell bila dibandingkan dengan benefit (manfaat) yang diperoleh petani. Dimana setiap satu rupiah yang diinvestasikan dalam usaha ini akan memberikan tambahan manfaat (keuntungan) bersih sebesar Rp 1.24. Sedangkan nilai IRR yang lebih besar dan tingkat suku bunga di lapangan, menggambarkan bahwa dalam hal mi petani lebih baik menginvestasikan modal yang dimilikinya untuk usaha perkebunan kakao, karena manfaat yang diterimanya lebih besar daripada modal tersebut disimpan di bank. Nilai IRR ml pun menunjukkan bahwa sampai pada tingkat suku bunga 27.25 persen usaha tall kakao rakyat di Kabupaten Deli Serdang masih memberikan nilai keuntungan bagi petani.

Untuk melihat keuntungan optimal dan pendapatan petani dalam usaha tani perkebunan kakao rakyat dapat dihitung dengan pendekatan analisis ekonomi. Dari perhitungan secara ekonomi menunjukkan usaha tani perkebunan kakao rakyat jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pendekatan secara finansial.

Hasil perhitungan menunjukkan nilai NPV yang positif setelah dikoreksi dengan tingkat suku bunga df 12 % dan diperoleh nilai NPV sebesar 48,0120,342 dengan BC ratio lebih besar dan satu yaitu 1.61 dan nilai IRR sebesar 34.85. Indikator yang dipakai untuk menilai bahwa kegiatan usaha tani kakao rakyat yang dijalani petani layak secara ekonomi yaitu ditunjukkan dengan nilai NPV yang positif

Page 7: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

33

dengan BC ratio lebih besar dan satu. Indikator lainnya adalah nilai IRR yang diperoleh jauh lebih besar dan tingkat suku bunga yang berlaku (df 12%) yang mengindikasikan bahwa sampai pada tingkat suku bunga bank 34.85 kegiatan usaha tani perkebunan kakao rakyat masih dapat memberikan keuntungan bagi petani. Dengan pengertian bahwa dan pada modal yang dimiliki disimpan di bank lebih baik di investasikan untuk usaha tani kakao, karena akan mendatangkan keuntungan (manfaat) yang lebili dibandingkan dengan disimpan di bank.

Dan hasil analisis kelayakan usaha baik secara finansial maupun ekonomi pada usaha perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa usaha tani kakao rakyat dapat memberikan keuntungan bagi petani, sehingga layak untuk diusahakan (dikembangkan), tinggal bagaimana peran pemenintah dalam menjembatani usaha yang dikembangkan oleh masyarakat tersebut terutama dalam peningkatan produktivitas tanaman dan perbaikan harga. Selain itu perlu memotivasi petani dalam meningkatkan produktivitas usahanya, yaitu melalui perbaikan kualitas SDM untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan teknologi budidaya, penggunaan bibit unggul, membangun infrastruktur (khususnya transportasi) dan perannya dalam penyediaan infonnasi harga berbagai komoditi serta perbaikan harga input produksi maupun output produksi. Sehingga diharapkan dapat memacu petani dalam meningkatkan usahanya, yang pada akhirnya akan memperbaiki tingkat pendapatan petani dan meningkatkan pendapatan daerah serta mendatangkan devisa bagi negara. Respon Luas Areal Tanaman Kakao

Pada persamaan luas areal tanaman kakao rakyat (APR), peubah penjelas yang dimasukkan adalah harga rid kakao di tingkat petani (HBK), harga riel TBS kelapa sawit (HC), peubah bedakala (APR) dan dummy otonomi daerah (D) Pendugaan parameter dengan menggunakan metode jumlah kuadrat terkecil (ordinary least square).

Berdasarkan hasil pendugaan parameter model respon luas areal komoditi kakao rakyat, telah diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 91.5, artinya keragaman luas areal tanaman kakao dapat dijelaskan oleh keragaman peubah penjelas sebesar 91.5 persen, dan sisanya sebesar 8.50 persen yang tidak dapat dijelaskan dalam model tersebut. Nilal F hitung 14.75 dan nyata dalam taraf lirna persen, mengindikasikan bahwa model cukup baik, karena dapat rnenerangkan pengaruh peubah penjelas terhadap luas areal tanaman kakao dengan tingkat kepercayaan sebesar 91.5 persen.

Dari hasil pendugaan parameter memperlihatkan bahwa secara parsial hanya parameter peubah luas areal kakao tahun sebelumnya (peubah beda kala) yang nyata berpengaruh terhadap luas areal. Sedangkan parameter lainnya harga net kakao, harga net TBS dan dummy otonomi daerah berpengaruh tidak nyata terhadap luas areal kakao.

Walaupun, parameter dugaan harga nel kakao bertanda positif dan tidak sesuai dengan harapan karena tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal pada taraf lima persen. Artinya dengan kenaikan harga kakao belum dapat memberikan dorongan dan mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan perluasan areal tanaman kakao. Seharusnya kenaikan harga kakao semakin memacu motivasi petani dalam

Page 8: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

34

melakukan aktivitas usahanya, atau dengan kata lain harga merupakan insentif bagi petani untuk meningkatkan perluasan arealnya.

Parameter peubah harga TBS, harga kakao dan dummy otonomi daerah bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal pada taraf lima persen. Memberikan pengertian bahwa peubah harga TBS, harga kakao dan dummy otonomi daerah belum dapat membenikan dorongan dan mempengaruhi keputusan petani untuk perluasan areal tanaman kakao. Hal tersebut didasarkan pada kondisi riel di lapangan yang memperlihatkan bahwa petani melakukan perluasan areal tanamannya jika tanaman kakao yang diusahakan sebelumnya sudah menghasilkan. Sebab pada umumnya petani dalam melakukan perluasan areal sering menghadapi kendala keterbatasan tenaga kerja serta keterbatasan modal usaha.

Parameter dugaan kebijakan pemerintah (otonomi daerah) bertanda positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal tanaman kakao pada taraf lima persen. Artinya bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2000 telah memberikan insentif kebijakan yang merangsang serta semakin memacu petani untuk melakukan perluasan areal tanaman kakao, namun belum menghasilkan perluasan areal kakao yang nyata. Analisis Sektor Basis

Pengembangan suatu sektor pada suatu wilayah idealnya harus merniliki keunggulan komparatif maupun kompetitif. Pendekatan yang dipakai untuk mengidentifikasikan dan mengetahui potensi sektor-sektor yang dim iliki oleh suatu wilayah adalah dengan analisis lokasional. Analisiss ini digunakan

untuk mengetahui secara spasial perkembangan usalia perkebunan kakao rakyat dan berbagai jenis usaha perkebunan lainnya yang dikembangkan oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Untuk mengetahui sektor basis (pemusatan) dan berbagai pengembangan usaha perkebunan di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang n maka digunakan location quotient analysis (LQ). Sedankan Shy-Share Analysis (SSA) digunakan untuk memahami dan mengidentifikasi pergeseran pengembangan usaha perkebunan kakao dan berbagai komoditi lainnya di Kabupaten Deli Serdang dalam dua titik waktu. Indikator yang digunakan dalam location quotient analysis dan Shy’i-Share Analysis adalab luas areal berbagai jenis komoditi perkebunan yang sedang dikembangkan oleh petani di Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa komoditi kakao yang diusahakan masyarakat merupakan sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif yang didasarkan pada nilai LQ > 1, yaitu bagi masyarakat di kecamatan Kutalimbaru, STM Hilir, Biru-Biru sedangkan di kecamatan Sibolangit belum termasuk ke dalam komoditi basis, karena nilai LQ yang diperoleh di bawah satu.

Komoditi kakao walaupun dan luas arealnya menempati urutan nomor dua terbanyak setelah komoditi kelapa sawit di Kabupaten Deli Serdang, dan meskipun hanya merupakan sektor basis di Kecamatan Kutalimbaru, STM Hilir, Biru-Biru, namun pengembangan komoditas ini secara spasial mengalami peningkatan yang cukup pesat dan komoditi lainnya, dimana pengembangannya hampir merata di seluruh wilayah Kecamatan sentra produksi di Deli Serdang.

Page 9: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

35

Dari hasil analisis ini memperlihatkan bahwa komoditi kakao tersebar secara merata di seluruh wilayah kecamatan sentra produksi kakao di Kabupaten Deli Serdang. Kondisi ini menunjukkan pula bahwa karakteristik masyarakat Kabupaten Deli Serdang adalah petani perkebunan dan menggantungkan sebagian penghidupannya pada sektor ini.

Semua jenis komoditi perkebunan yang dikembangkan oleh petani memiliki karakteristik yang mampu menarik sejumlah pendapatan dan luar daerah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan eksport dan jasa. Dengan demikian pengembangan berbagai jenis komoditi tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan wilayah, perputaran dan nilai siklus konsumsi, yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi, sosial dan peningkatan kesehatan. Fakta ini membuktikan bahwa subsektor perkebunan kakao merupakan sektor basis ekonomi bagi kebanyakan masyarakat Kabupaten Deli Serdang, dan memperlihatkan bahwa sejauh ini pemerintah daerah masih mengandalkan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi wilayah pada subsektor perkebunan.

Walaupun komoditi kakao tersebar merata di seluruh wilayah kecamatan sentra produksi kakao di Kabupaten Deli Serdang dan memiliki keunggulan komparatif pada Kecamatan Kutaimbaru, STM Hilir dan Sibolangit tetapi keunggulan komparatif tersebut tidak dapat berlangsung secara terus menerus tanpa ditunjang oleh kegiatan yang dapat mendukung ke arah pengembangan komoditi tersebut karena keunggulan komparatif bersifat sangat dinamis. Artinya keunggulan komparatif tersebut

dapat berubah dan tentu dapat pula dikembangkan. Dengan demikian semua komponen yang terkait baik secara Iangsung maupun tidak, yang mempengaruhi keunggulan komparatif kakao harus ditingkatkan.

Pengebangan komoditas tidak semata-mata untuk mengejar keuntungan dengan berorientasi pada permintaan pasar, tetapi tentu saja harus mempertimbangkan pada local community dan domestic resources. Indikator utamanya adalah bahwa komoditas yang akan dikembangkan tersebut arus mampu menyerap tenaga kerja yang tinggi dan mampu dikerjakan oleh tenaga kerja lokal, serta didukung oleh kapasitas dan kesesuaian lingkungan sumber daya alam setempat.

Ukuran keunggulan komparatif komoditi perkebunan dapat diketahui dengan nilai Location Quotient Analysis dengan menggunakan indikator luas areal tanaman perkebunan.

Hasil Location Quotient Analysis diatas untuk lebih jelas dan lebih komprehensif dapat dijustifikasi dengn Shjfi-Share Analysis yang memperlihatkan kondisi kemajuan atau pertumbuhan luas areal pengembangan komoditi perkebunan pada suatu wilayah dibandingkan dengan total luas areal komoditi perkebunan di wilayah referensinya. Dalam Sh/i-Share Analysis, ada 3 komponen analisis yang perlu diperhitungkan yaitu growth (a), proportional shUl (b), dan defferential shUl (c). Growth, menggambarkan laju pertumbuhan total luas areal semua jenis komoditi perkebunan yang dikembangkan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang. Proportional Shift, menggambarkan perubahan relatif guna mengetahui konsentrasi luas areal masing-masing jenis komoditi tanaman perkebunan.

Page 10: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

36

Pengembangan komoditi perkebunan oleh masyarakat tidak terlepas dan peranan pemerintah melalui program diversifikasi dan intensifikasi. Pada awalnya pengembangan komoditi perkebunan yang dikembangkan oleh masyarakat adalah komoditi kakao, terutama di Kecamatan Kutalimbaru, STM Hilir, Biru-Biru dan Sibolangit. Faktor harga yang ada pada saat tertentu Iebih tinggi dan komoditi perkebunan Iainnya, menyebabkan komoditas ini menjadi tumpuan pendapatan bagi keluarga tani dalam memperbaiki kondisi kehidupan keluarganya, sehingga menjadikan komoditi tersebut menjadi prioritas utama pilihan masyarakat dalam pembudidayaan. Dengan alokasi luas areal yang cukup luas dibandingkan dengan komoditi perkebunan Iainnya.

Seiring dengan perubahan waktu dan semakin membaiknya harga beberapa komoditi perkebunan (terutama komoditi kelapa sawit) telah mendorong masyarakat untuk mengembangkan berbagai komoditi perkebunan dengan system polyculture (diversifikasi tanaman). Perubahan paradigma petani yang hanya bergantung pada salah satu komoditi perkebunan dengan sistem monokultur tersebut, menjadikan komoditi kakao, kelapa sawit dan karet menjadi pilihan utama petani di wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Dengan begitu tingginya keinginan masyarakat dalam pengembangan komoditi perkebunan terutama tanaman kakao, kelapa sawit dan karet dibeberapa wilayah kecamatan secara akseleratif mendapat dukungan pemerintah melalui program pengembangan diversifikasi komoditi. Program tersebut sudah berlangsung lama dan terus dikembangkan sejalan dengan membaiknya harga komoditi kakao,

kelapa sawit dan karet di pasar lokal dan dunia. Sehingga laju pertumbuhan/ perkembangan tanaman perkebunan seperti komoditi kakao, kelapa sawit dan kakao mengalami peningkatan luas areal yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan pengembangan komoditi perkebunan lainnya. Kondisi inilab yang kemudian menjadi justifikasi dalam penggunaan ShUI-Share Analysis dengan melihat pada dua titik waktu tahun 2005 dan tahun 2010.

Dari hasil analisis, terlihat bahwa laju pertumbuhan luas areal pengembangan beberapa komoditi pada subsektor perkebunan di Kabupaten Deli Serdang berlangsung dinamis, dan secara agregat masih mengalami pertumbuhan (growth) yaitu sebesar 4,45. Pertumbuhan tersebut lebih disebabkan oleh semakin meluasnya pengembangan komoditi perkebunan, terutama kelapa sawit di sejumlah wilayah yang sesuai, kakao dan karet oleh masyarakat. Pertumbuhan tersebut ditandai dengan trend peningkatan luas areal komoditi perkebunan tersebut.

Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa dan semua komoditi perkebunan yang dikembangkan masyarakat, komoditi kakao memiliki tingkat peningkatan pertumbuhan Juas area) yang negatif. Ketiga komoditi perkebunan tersebut telali menunjukkan trend pertumbuhan luas areal yang positif, walaupun spesifikasi wilayah yang cukup berbeda di wilayah Kabupaten Deli Serdang menyebabkan ketiga perkebunan tersebut tidak secara di scluruh kecamatan Kabupaten Deli Serdang.

Gambaran yang diperoleh dan nilai proportional shfi tersebut menandakan bahwa komoditi ketiga perkebunan tersebut cukup cukup diminati masyarakat. Meskipun demikian fakta di

Page 11: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

37

lapangan menunjukkan bahwa pengembangan komoditi perkebunan yang diusahakan masyarakat lebih pada orientasi pasar (market oriented), artinya bahwa usaha yang dikembangkan masyarakat lebih mengarah kepada upaya pemenuhan kebutuhan keluarga dan spesifikasi wilayah.

Koefisien differential shift yang positif menunjukkan bahwa secara parsial ketiga komoditi perkebunan tersebut merupakan komoditi perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Keunggulan kompetitif dan luas areal komoditi ketiga perkebunan tersebut sangat tergantung kepada spesifikasi yang ada, sehingga penyebarannya tidak merata di seluruh wialayah kecamatan Kabupaten Deli Serdang.

Tanaman kakao memiliki keunggulan kompetitif hanya di kecamatan Sibolangit dan Biru-Biru, kelapa sawit di kecamatan Kutalimbaru dan STM Hilir. Dari hasil location quotient analysis maupun Shift-Share Analysis membuktikan bahwa ternyata komoditi kakaodan kelapa sawit disamping memiliki keunggulan komparatif dan merupakan sektor basis, juga memiliki keunggulan kompetitif. Permasalahan infrastruktur sekarang ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah dan harus menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan, sehingga tidak menjadi kendala dalam pengembangan dan pemasaran hasil pertanian. Sekaligus dapat memberikan peluang usaha dan menjadi daya tank bagi para investor luar daerah dalam menginvestasikan usahanya pada sektor ini. Permasalahan infrastruktur tersebut sangat mempengaruhi share yang ditenima petani dan hasil usahatani perkebunan, karena input produksi yang

sebagian besar didatangkan dan luar daerah, mengakibatkan terjadinya kecenderungan regional linkages yang tinggi, sementara output yang dihasilkan petani akan dijual pedagang pengumpul keluar daerah, yang akan memberikan keuntungan kepada daerah lain. Hal ini menyebabkan multiplier effect-nya tidak dapat ditangkap oleh lokal daerah dan justru dinikmati oleb daerah lain.

Dari hasil analisis ini telah memberikan ilustrasi bahwa komoditi perkebunan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan wilayah bila hal tersebut didukung oleh infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu policy pengembangan komoditi perkebunan seharusnya mempertimbangkan kemampuan daya dukung lingkungan, SDM petani dan ketersediaan infrastruktur. Kelembagaan Petani

Dalam penelitian ini, menurut petani bahwa kelembagaan formal yang dulu berkembang kurang memberikan nilai tambah dan bahkan justru membebani petani. Kondisi inilah yang menyebabkan institusi seperti kelompok tani maupun Koperasi Unit Desa (KUD) yang ada menjadi kurang berkembang karena kurang diminati oleh petani.

Pembentukan KUD dan kelompok tani, hanyalah sebagai alat untuk memenuhi target tertentu dalam sebuah kegiatan (proyek). Sehingga keberadan KUD dan kelompok tani bagi petani belum dirasakan manfaatnya, malah seringkali menjadi beban karena keikutsertaan petani sering kali dipaksakan dan bahkan dimanfaatkan. Dan pengalaman keikutsertaan mereka dalam kegiatan kelembagaan formal hanya memperbesar pengeluaran karena hams mengikuti berbagai kegiatan seperti kumpul-kumpul, pelatihan, penyuluhan dan lain

Page 12: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

38

sebagainya, yang oleh mereka sendiri tidak paham dan mengerti hasil dan kegiatan yang diikuti. Sehigga nilai manfaatnya tidak dirasakan, malahan timbul banyak keluhan akibat waktu mereka lebih banyak tersita dan terbuang karena kegiatan tersebut.

Keberadaan KUD bagi petani hanyalah merupakan wadah bentukan pemerintah yang tidak lebih dan sebuah institusi yang hanya memperjuangkan kepentingan kelompoknya atau menampung keinginan ketua, bukan sebaliknya sebagai wadah yang mensinergikan kepentingan bersama. Kehadiran institusi ini pada awalnya sangat diharapkan dapat memegang peranan penting dalam memperbaiki kondisi petani yang kian terpuruk. Pembentukan lembaga ini pada dasarnya sama dengan sejarah pembentukan koperasi-koperasi di Indonesia, namun kehadiran KUD lebih diorientasikan untuk kegiatan proyek. Namun demikian jarang sekali yang mampu berhasil dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan petani kecil.

Tercatat dan sekian KUD maupun koperasi yang ada di wilayah penelitian tidak memiliki modal yang kuat untuk dapat bersaing dengan pihak swasta. Berdasarkan fakta di lapangan, bahwa KUD dan koperasi banyak banyak yang tinggal nama saja atau hanya namanya yang tercatat di Dinas Koperasi dan UKM, tetapi tidak memiliki bangunan sekretariat maupun aset lainnya. Malahan yang tampak di lapangan dan aktif dalam mengurus hal ihwal lembaga ini hanyalah ketua dan sekretaris, sehingga lembaga ini seakan mati suri.

Disamping itu, tidak adanya visi dan misi yang jelas, yang dimiliki oleh pengurus KUD atau koperasi dalam mengembangkan amanah tersebut

sebagai sebuah badan usaha milik bersama dan selaku sokoguru perekonomian yang diharapkan dapat memperjuangkan kepentingan bersama dan mengangkat harkat dan martabat masyarakat ekonomi lemah. Kondisi inilah yang sedikit sekali petani yang mau bergabung dengan KUD atau koperasi dan atau kelompok tani, dan kebanyakan anggota yang bubar dengan sendirinya maupun tidak mau bergabung lagi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Komoditi kakao di Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu komoditi perkebunan yang pelting karena memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan ekonomi masyarakat. 2. Kegitatan pengembangan agribisnis komoditi kakao di Kabupaten Deli Serdang terus berkembang sciring dengan membaiknya harga komoditi kakao di pasar lokal, nasional dan internasional. 3. Berdasarkan analisis potensi pasar dan potensi daya saing produk menunjukkan bahwa komoditi kakao mempunyai sejumlah keunggulan sehingga kegiatan pengembangan komoditi kakao di Kabupaten Deli Serdang berprospektifbesar dan baik. 4. Secara keseluruhan usaha perkebunan kakao rakyat di wilayah penelitian memberikan nilai keuntungan, apabila didasarkan pada tingkat harga kakao yang berlaku ditingkat petani (harga beli di pedagang pengumpul). Secara finansial usaha perkebunan kakao rakyat juga layak untuk dikembangkan. 5. Hasil pendugaan parameter memperlihatkan bahwa secara parsial hanya parameter peubah luas areal kakao tahun sebelumnya (peubah beda kala) yang nyata berpengaruh terhadap luas areal. Sedangkan parameter lainnya harga

Page 13: ANALISIS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT …

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

39

riel kakao, harga riel TBS dan dummy otonomi daerah berpengaruh tidak nyata terhadap luas areal kakao. 6. Koefisien differential shift yang positif menunjukkan bahwa secara parsial komoditi kakao merupakan komoditi perkebunan tidak memiliki keunggulan kompetitif di seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang. Keunggulan kompetitif dan luas areal komoditi kakao hanya terdapat di kecamatan Sibolangit dan Biru-Biru. Saran 1. Perlu dibentuk kelembagaan petani perkebunan kakao yang dapat menampung aspirasi dan kepentingan serta memiliki kerbenpihakan kepada petani, baik secara vertikal maupun horizontal. 2. Untuk pengembangan komoditi kakao di Kabupaten Deli serdang lebih lanjut, maka daya saing produk harus ditingkatkan dengan cara peningkatan kualitas produk sehingga poetensi pasar yang besar dan harga dapat diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2005. Badan

Litbang Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera

Utara. 1998. Vademikum Perkebunan, Medan.

---------------. 2003-2007. Statistik Perkebunan Sumatera Utara . Medan.

---------------. 2007. Rencana Strategis (Renstra)

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006.

Program Revitalisasi Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007.

Statistik Perkebunan Indonesia 2004-2006 Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi

Perkebunan (2004a). Statistik Perkebunan Indonesia (Kakao) 2001-2003. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Departemen Perindustrian. 2007.

Gambaran Sekilas Industri Kakao. Departemen Perindustrian. Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

(2004). Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka.

Sadjad.S. 1993. Empat Belas Tanaman

Perkebunan Untuk Agro Industri Balal Pustaka. Jakarta.

Shukla, A. 2000. Regional Planning and

Sustainable Development. Kanishka Publisher. New Delhi.

Wood, G.A.R. & R.A. Lass. 1985. Cocoa.

Longman Group Ltd.